Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo) ITA FEBRINA SINURAYA 100922020 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam. Peneliti mengunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitiannya yaitu komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya. Penelitian ini melibatkan sembilan orang informan yang merupakan ketua adat, masyarakat desa Batu Karang, dan pemuda desa Batu Karang yang diperoleh dengan teknik penarikan sampel. Hasil penelitian menemukan tentang proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan yang menjadi tradisi dan tetap dilaksankan, tentang sebelum dilaksanakannya Pesta Budaya Tahunan sampai pelaksanaannya dalam Guro-guro Aron dan acara silaturahmi keluarga serta memasak lemang sebagai makanan khasnya. Kata Kunci : Proses Komunikasi. Komunikasi Kelompok, Komunikasi Budaya, dan Penelitian Deskriptif PENDAHULUAN Konteks Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari komunikasi. Setiap aktivitas yang kita lakukan selalu disertai dengan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, secara sengaja maupun tidak. Ketika kita berbicara dengan orang lain, berbelanja dipasar, belajar, maupun ketika melakukan tugas lainnya, semuanya dengan dan melalui komunikasi. Melalui komunikasi, kita mampu untuk belajar, memahami sesuatu, bergaul, bermusuhan, dan lain sebagainya. Proses komunikasi itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara kelompok maupun secara
1
individual dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapaian titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang berkomunikasi. Sebelum kita membahas tentang proses komunikasi pesta budaya tahunan di suku Karo, maka perlu kita memahami dan mengetahui tentang Kerja tahun (Pesta Budaya Tahunan). Menurut E.P. Gintings (1999:175-176) menjelaskan di tengah-tengah masyarakat Karo Kerja Tahun merupakan suatu alat perekat “nesesitas hidup” orang Karo dalam sistem kekerabatan karena setiap tahun orang Karo datang ke kampung bersangkutan yang melakukan Kerja Tahun (Pesta Budaya Tahunan). Bagaimana proses yang harus dilalui sebelum menggelar pesta tahunan ini dan apa manfaat yang bisa diambil setelah dilaksanakannya pesta tahunan tersebut terutama bagi suku karo yang mendiami desa Batu Karang Kecamatan Payung. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk mengkaji bagaimana tradisi komunikasi dalam pesta budaya tahunan pada suku batak Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian ini menganalisis mengenai proses komunikasi dan bagaimana cara menentukan hari baik, pembentukan panitia, keamanan, hiburan dan hewan yang akan dikurbankan pada Pesta Budaya Tahunan. 2. Penelitian ini menganalisis mengenai apa itu Guro-guro aron pada Pesta Budaya Tahunan. 3. Penelitian ini menganalisis mengenai apa saja makanan khas pada Pesta Budaya Tahunan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ada pun tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi pesta budaya tahunan dan komunikasi kelompok untuk menentukan hari baik, pembentukan panitia guro-guro aron, keamanan desa, hewan yang akan dikurbankan dan hiburan pada saat Pesta Budaya Tahuan di desa Batu Karang. 2. Untuk mengetahui proses komunikasi dan komunikasi budaya dalam Guroguro Aron pada Pesta Budaya Tahunan di desa Batu Karang. 3. Untuk mengetahui cara makanan khas dan memasak yang menjadi makanan khas pada Pesta Budaya Tahunan di desa Batu Karang. Manfaat Penelitian 1 Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU Medan. 2 Secara praktis, penelitian ini diharapkan bagi generasi muda Karo mempelajari serta melestarikan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan.
2
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Literatur 1. Komunikasi Lasswell (Effendy.2006: 9-10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? yakni : a. Who (sumber, komunikator) b. Says What (pesan yang disampaikan) c. In Which Channel (melalui apa) d. To whom (kepada siapa, komunikan) e. With What Effect (bagaimana hasil/efeknya 2. Komunikasi Budaya Budaya adalah proses pemahaman bukan hanya untuk memahami alam eksternal atau realitas, melainkan juga sistem sosial dimana proses itu mengambil bagian, serta identitas sosial dan aktivitas sehari-hari manusia di dalam sistem sosial. Pemahaman kita terhadap diri sendiri, terhadap relasi sosial yang kita miliki, dan terhadap realitas merupakan hasil produksi dari proses cultural yang sama (John Fiske, 2012:198-199). 3. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok dapat juga diartikan sebagai suatu pesan yang disampaikan oleh seorang anggota kepada satu atau anggota lain dengan tujuan mempengaruhi perilaku orang yang menerima pesan (Jhonson, 1996). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menentukan atau memperoleh data yang diperlukan (Soehartono, 2008:9) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek Penelitian Pesta budaya tahunan merupakan salah satu warisan budaya yang sampai saat ini masih dilakukan oleh suku karo khususnya di Batu Karang. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara mendalam Wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak dipertanyakan kepada responden. Teknik Analisa Data Teknik analisis data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Iskandar, 2009:136).
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang dikatakan Ketua Adat Pesta Budaya Tahunan adalah rasa sykur atas anugrah hasilm panen yang melimpah, serta adanya silaturahmi keluarga besar dan Guro-guro Aron. Peneliti dapat juga melihat dari sudut pandang komunikasi khususnya proses komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya. Menurut (liliweri, 2004:5), esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang “melayani’ hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama tertarik mempelajari komunikasi manusia (human communication), sebuah proses komunikasi yang melibatkan manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa yang akan datang. Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Proses komunikasi pada saat melaksanakan rapat, saat masak pada setiap rumah tangga dan acara Guro-guro Aron. Pada situasi tersebut sangat dibutuhkan proses komunikasi karena ada pesan yang dapat disampaikan dari saru orang ke orang lain. Berikutnya komunikasi kelompok Sendjaja (2002: 33) menjelaskan bahwa Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revision of Approaching Speech/ Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan atau pemecahaan masalah sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-toface interaction of three or more individuals, for a recognized purposed such that the members are able to recall personal characteristic of other members accurately). Dalam rapat yang diadakan sebulan sebelum Pesta Budaya Tahuan dimana dihadiri oleh Kepala Desa, Ketua Adat, Badan Perangkat Desa, Tokohtokoh masyarakat dan Karang Taruna. Pada saat rapat yang biasanya sebagai mediatornya adalah Kepala Desa terjadi proses komunikasi dan komunikasi kelompok dimana yang hadir lebih dari empat orang untuk membahas tentang tanggal pesta budaya tahunan, hiburan, hewan kurban, keamanan dan pembentukan panitia Guro-guro Aron. Setelah masing-masing memberikan pendapatnya maka mendapat hasil yang diharapkan sehingga mimiliki kesimpulan dari rapat tersebut dan diumumkan melalui pengeras suara dan di papan pengumuman. Dalam komunikasi budaya adalah Jika kita menganalisis dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar maupun kebudayaan (atau sub budaya) dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di daerah atau desa, penjara, lembaga pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi (khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi). Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas,
4
orientasi politik, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai. Dalam hal komunikasi budaya ini menurut peneliti adalah terdapat dalam Pesta Budaya Tahunan yang diadakan setiap tahunnya sebagai tradisi masyarakat desa Batu Karang, silaturahmi keluga, bahasa yang mereka gunakan yaitu bahasa Karo, pakaian adat yang dikenakan pada guro-guro aron dan penghasilan mereka dari hasil bertani. Latihan tari adat Karo juga dilaksanakan sebelum Pesta Budaya Tahunan. Pada saat pelaksanaan Pesta Budaya Tahunan Guro-guro Aron dilaksanakan dengan meriahnya seperti tariaan dari bapa aron atau yang mendirikan kampung, kata sambutan dari tamu undangan, Ketua Adat, Kepala Desa, dan panitia Guroguro Aron, pemasu-masu oleh perkolong-kolong atas kata sambutan tersebut. Isi dari pemasu-masu perkolong-kolong adalah sebagai berikut Lagu pemasu-masu yang pertama untuk desa dan masyarakat yang tinggal di Batu Karang. Isi lagu pemasu-masu dalam bahasa Karo adalah: “ngo dage, bagem Batu Karang kuta kemulihen kami, ibas aku landek jenda erbelas ertoto aku man kam kuta kemulihen kami, maka aman, sejahtra kerina kami siingani kuta enda, ras tambah suburna taneh enda maka kai pe si suan kami datken hasil pepagi. Emaka ngadi aku erbelas, janah bagem pasu-pasu ku man kuta kemulihenta enda ras mejuah-juah ningku. Artinya mendoakan agar desa Batu Karang tetap aman, masyarakat sejahtra, dan tanah lahan pertanian tetap subur agar masyarakat tetap memiliki hasil panen yang baik serta melimpah. Kedua pemasu-masu untuk pendiri desa Bagun mergana. Isi lagu pemasumasu dalam bahasa Karo adalah : “ngo dage, bagem Bangun mergana ras sedalen kerina, jenda suh panggung kalimbubu kami Bangun mergana, rikut ras kemberahenna la tanding-tading, ibas kam landek kalimbubu kami, erbelas ertoto aku I jenda, maka sangap kam ncari ras jumpa pencariindu, jenda nari kupudi kam sehat-sehat kerina, janah cawir kam metua, ras ersada arih ersada ukur. Emaka ertanda-tanda kita lebe ibas kuta kemulihen enda, gelah ersada arih tambah sehat kita kerina tambar malem mergana, la megogo. Begem lebe toto ras pasu-pasu ku, ngadi aku erbelas ngataken ngadi ukur gulut sai utang, maka ngalo ido sei mbara kurumah tendi. Bujur ras mejuah-juah. Artinya mendoakan agar pendiri desa mendapatkan berkat, diberi kesehatan, dimurahkan rezekinya, hasil panen yang didapatkan melimpah, permasalah hidup lebih diringankan dan saling mengerti dan memahami antar masyarakat setempat. Yang ketiga untuk orang tua adalah “ngo dage, bagem bapa nande ingan kami ergani-gani, jenda landek kita kerina, ngelandekken landek simalungen rayat, katoneng-katoneng enda, emaka jenda aku erbelas ertoto maka sehat –sehat kam orang tua kami, sangap ncari jenda nari kupudi, jempa pencariin, cawir metua mehamat erkalimbubu, ersada arih ersada ukur. Begem-begem lebe toto ras pasupasu ku, ngadi aku erbelas ngataken ngadu ukur gulut sei mbara kurumah tendi janah mejuah-juah kita kerina.”
5
Artinya mendoakan agar orangtua mendapat berkat, kesehatan, mendapat rezeki yang berlimpah, hasil panen yang baik, dan menghormati kalimbubu agar saling mengerti. Ini adalah doaku untuk orangtua kami. Yang keempat untuk panitia Guro-guro aron adalah ”Ngo dage, bagem bapa nande si la erdobah jenda landek kami panitia kerja tahun enda, enda me panitia gendangta Bangun, Sembiring, Karokaro, Ginting, Tarigan, ras sebayang mergana, ibas paksa enda gundari enda nggo erbelas aku maka ngataken bujur, ibas acara si bahan panitia enda, janah I bre rezeki ras kesehatan kam kerina panitia kami la mengogo, bage pasu-pasu man banta kerina.” Yang artinya mengucapkan terimakasih kepada panitia yang sudah berjuang untuk mengadakan Guro-guro aron ini, agar Tuhan yang membalas semua perjuangan mereka untuk terlaksananya Guro-guro aron ini dan tetap diberikan kesehatan serta rezeki. Yang kelima untuk para donator guro-guro aron yaitu “Ngo dage, bagem man kam kerina donator kami, jenda erbelas aku, ngataken bujur man penampatndu, dibata si masu-masu, ertoto aku gelah kam sehat, sangap encari, usaha per eh lancarna, maka ibas kami perlu ka pepagi ban acara sibagenda rupa kam tetap ikut nampatisa ibas kekurangan dana kami, ibas pengadi-ngadin ku erbelas maka la lupa aku ertoto, I bere kesehaten, sangap ncari jempa pencariin, cawir metua, sai kerina ukur gulut ras sai utang ngalo ido janah kurumah tendi”. Yang artinya mengucapkan terima kasih kepada para donator atas partisipasinya, Tuhan akan membalas dan memberikan berkat agar diberi kesehatan,rezeki,usaha dilancarkan, yang memiliki utang agar cepat dilunasi dan semua yang terbaik buat kita. Yang terakhir untuk para muda-mudi desa Batu Karang. “Ngo dage, bagem man kam kerina singuda-nguda ras anak perana kami, ngo suh panggungndu gundari, bangun, sembiring, karo-karo, ginting, tarigan ras sebayang mergana,ibas landek simalungen rayat enda, jenda erbelas aku, ngataken gelah kam sehat, lampas jumpa jodoh, lampas jumpa ate ngena, janah seperukuren kam ras ia. Ibas aku ngadi erbelas enda jenda nari kupudi kam kerina ibas pengarak-arak dibata, dibata kerina simasu-masu ibas pendahin bahe pe jumpa kam ras teman geluhndu, sai kaerina sila mehuli janah mejuah-juah kita kerina.” Yang artinya untuk muda-mudi kami, aku mendoakan agar diberikan kesehatan, mudah dapat pekerjaan dan ketemu jodoh dan Tuhan yang akan memberikan yang terbaik nuat kita semua. Terima kasih. Dalam pemasu-masu diatas jelas ada pesan yang disampaikan dan proses komunikasi serta tradisi yang tidak dapat dihilangkan pada suku Karo sendiri. Hal yang lainnya juga terlihat pada pakaian adat, alat musik tradisionalnya dan tradisi yang ada didalamnya. Kesimpulannya khusus peneliti dapat melihat dan menurut peneliti dalam Pesta Tahuan tersebut memiliki makna dalam proses komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya karena pada saat rapat misalnya ada komunikasi kelompok dan proses komunikasi yang berlangsung pada rapat
6
tersebut. Untuk komunikasi budaya yang terlihat saat keluarga besar dari setiap rumah tangga yang hadir dan acara guro-guro aron berlangsung sangat memiliki kebudayaan yang khas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan pada suku Karo di desa Batu Karang, Kecamatan Payun, Kabupaten Karo maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pesta budaya tahunan merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Karo yang hingga sampai saat ini masih terus dilaksanakan setiap tahunnya. 2. Proses komunikasi dan komunikasi kelompok dilaksanakan dalam rapat untuk membahas tentang hari baik untuk Pesta Budaya Tahunan, pembentukan panitia Guro-guro Aron, keamanan saat berlangsungnya Pesta Budaya Tahunan, dan hewan yang akan dikurbankan. Dari hasil rapat ini diumumkan baik lisan maupun tulisan kepada masyarakat desa Batu Karang. Saran Berdasarkan hasil yang di peroleh peneliti selama melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga memiliki saran-saran yaitu: I. Saran Peneliti 1. Kebudayaan atau kebiasaan suatu daerah hendaknya dipertahankan keberadaanya agar tidak hilang, seiring kemajuan zaman karena kebudayan itu merupakan identitas suatu bangsa begitu juga dengan Pesta Budaya Tahunan harus tetap diadakan setiap tahunnya agar menghargai warisan nenek moyang kita. 2. Tradisi yang dari dulu tercipta dan adanya proses komunikasi didalamnya sehingga mempererat hubungan silaturahmi yang kuat untuk masyarakat desa Batu Karang khususnya harus tetap dipertahankan 3. Agar terciptanya komunikasi kelompok dalam segala hal tidak hanya mengenai Pesta Budaya Tahunan saja. DAFTAR PUSATAKA Gintings, P, E. 1999. Religi Karo. Kaban Jahe: Abdi Karya. John, Fiske. 2012. Penghantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Johnson, 2006. Penghantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Liliweri. 2004. Makna Budaya Dalam Komunikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
7