PROSES KEWIRAUSAHAAN DAN FAKTOR PENDORONG DALAM PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN USAHA (Studi Biografi pada Pemilik Usaha Kecil dan Menengah CV. Coco Prima Jaya di Kabupaten Semarang Jawa Tengah)
Oleh: HENDY UNTORO NIM : 212009002
KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI: MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
i
ii
PROSES KEWIRAUSAHAAN DANFAKTOR PENDORONG DALAM PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN USAHA (Studi Biografi pada Pemilik Usaha Kecil dan Menengah CV. Coco Prima Jaya di Kabupaten Semarang Jawa Tengah) Oleh: HENDY UNTORO NIM : 212009002
KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
Disetujui oleh:
Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 iii
MOTTO
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat” (Winston Churcill)
iv
ABSTRACT
The success of an SME from the pioneering stage to development is affected by the entrepreneurial process and the driving factors owned by an entrepreneur (the SME owner). This research was conducted with the aim to find out how the entrepreneurial process, an owner of SME in the pioneering and development of his business success to penetrate export markets, as well as the driving factor. This study uses qualitative methods with Mr. Erwadi Rahardjo, SE as a research object. He is owner of SME CV. Coco Prima Jaya in the country of Semarang, Central Java which produce coconut charcoal briquettes. The results of this research is the entrepreneurial process and the driving factors owned by Mr. Erwadi Rahardjo in pioneering and developing his business, CV. Coco Prima Jaya. By understanding the entrepreneurial process and driving factors in the pioneering and development of businesses owned by a successful entrepreneur can be useful as a medium of learning for others who intend to set up a business. Keywords: Entrepreneurial Process, Entrepreneurial Process Driving Factors, SME
v
SARIPATI
Keberhasilan sebuah UKM mulai dari tahap perintisan hingga pengembangan dipengaruhi oleh proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong yang dimiliki oleh seorang wirausahawan (pemilik UKM tersebut). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses kewirausahaan seorang pemilik UKM dalam perintisan dan pengembangan usahanya hingga sukses menembus pasar ekspor, sekaligus faktor pendorong yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan obyek penelitian Erwadi Rahardjo, SE, pemilik dari UKM CV. Coco Prima Jaya di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang menghasilkan produk briket arang dari batok kelapa. Hasil dari penelitian ini adalah proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong yang dimiliki Erwadi Rahardjo dalam perintisan dan pengembangan usaha CV. Coco Prima Jaya. Dengan memahami proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong dalam perintisan dan pengembangan usaha yang dimiliki oleh seorang wirausahawan sukses dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi orang lain yang berkeinginan untuk mendirikan suatu usaha. Kata kunci:Proses Kewirausahaan, Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan, UKM
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang karena anugerah-Nya kertas kerja ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama pembuatan kertas kerja ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Biyanto Santoso Untoro dan Ibu Fenny Untoro, selaku kedua orang tua yang selama ini memberi dukungan baik secara moril maupun materiil. 2. Ibu Ir. Lieli Suharti, MM, Ph.D, selaku pembimbing yangtelah memberikan bimbingan bagi penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik, sekaligus selaku dosen wali studi yang telah membimbing penulis selama masa studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 3. Bapak Hari Sunarto,S.E, MBA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 4. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membekali penulis ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana. 6. Bapak Erwadi Rahardjo, SE. beserta tim yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian terhadap beliau dan Usaha Kecil Menengah CV. Coco Prima Jaya milik beliau selama beberapa waktu. 7. Sanny Fortunata Susanto yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian kertas kerja ini.
vii
8. Seluruh fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) angkatan 2008-2010 yang telah bersama-sama dengan penulis merasakan suka dan duka berorganisasi selama penulis menjadi fungsionaris KSM. 9. Sahabat-sahabat selama penulis menjalani studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana; Andree, Handoko, Edy, Lina, Sari, Edo, Cynthia; serta rekan seperjuangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Salatiga, 1 Desember 2013 Penulis
HENDY UNTORO
viii
1. PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang dihadapkan pada kesukaran untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Bukan hanya karena tingkat pendidikan yang kurang memadai, tetapi juga karena keterbatasan lapangan pekerjaan
di
Indonesia.
Kondisi
tersebut
memunculkan
wirausahawan-
wirausahawan baru yang sebagian besar memulai usahanya dari nol dengan mendirikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dengan demikian, maka terjadi peningkatan jumlah UKM di Indonesia secara signifikan. Adiningsih (2011) menyatakan bahwa jumlah UKM yang ada meningkat pesat, dari sekitar 7 ribu pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001. Sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita didukung oleh UKM (59,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia terbilang sangat besar. Melihat realita di atas, dapat dikatakan bahwa UKM memiliki dampak positif, namun dari sekian banyak UKM yang ada di Indonesia, hanya sebagian kecil yang dikelola dengan baik dan benar sehingga produk yang dihasilkan dapat menembus pasar ekspor. Menurut Rafinaldy (2004), hanya sekitar 0,2% dari jumlah UKM yang pernah melakukan ekspor. Salah satu permasalahan paling mendasar yang dihadapi UKM untuk menembus pasar ekspor adalah kualitas dan kuantitas. Seringkali UKM di Indonesia dapat menghasilkan berbagai macam produk, tetapi kualitas dan kuantitas output-nya belum memenuhi standar yang dikehendaki oleh pasar luar negeri. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya
kesempatan
untuk
mengikuti
perkembangan
teknologi
serta
kurangnnya pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu masalah organisasi manjemen yang dihadapi UKM (Adhiningsih, 2011). Ditinjau dari persoalan standar kualitas, pada umumnya negara-negara maju di Amerika dan Eropa menuntut standar yang paling tinggi, kemudian baru diikuti oleh negara-negara lain di Asia. Padahal banyak UKM di Indonesia yang berharap untuk dapat
1
menembus pasar Amerika dan Eropa mengingat harga jual yang dipatok relatif dapat lebih tinggi. Selain permasalahan utama mengenai kualitas dan kuantitas, sebagian besar wirausaha pemilik UKM juga terkendala oleh minimnya pengetahuan yang bersangkutan dengan prosedur atau birokrasi untuk melakukan ekspor. Hal tersebut semakin diperparah karena minimnya koneksi maupun jejaring bisnis yang dimiliki oleh pemilik UKM untuk dapat mendukung aktivitas usahanya. Menurut Adhiningsih (2011), permasalahan UKM yang terkait dengan ekspor di antaranya adalah kurangnya informasi mengenai pasar ekspor yang dapat dimanfaatkan, kurangnya lembaga yang dapat membantu mengembangkan ekspor, sulitnya mendapatkan sumber dana untuk ekspor dan pengurusan dokumen untuk ekspor yang birokratis. Meskipun tantangan yang dihadapi oleh UKM di Indonesia untuk menembus pasar ekspor terbilang berat, namun tetap dapat ditemui UKM yang mampu melakukan ekspor bahkan dapat menembus pasar Amerika dan Eropa. Salah satunya adalah CV. Coco Prima Jaya, sebuah UKM yang bergerak di bidang produksi briket arang dari batok kelapa (Coconut Charcoal Briquette). UKM yang dimiliki oleh Erwadi Rahardjo, SE ini berdiri pada bulan Februari tahun 2007 dan pada saat ini telah memiliki tiga lokasi pabrik yang berada di Kabupaten Semarang, yaitu sebuah pabrik di Kecamatan Bawen, dua buah pabrik di Kecamatan Tengaran. Hasil produksi CV. Coco Prima Jaya yang berupa briket arang batok kelapa dengan berbagai ukuran telah berhasil dipasarkan di Amerika Serikat, Inggris, Belgia dan Jerman. Sebuah pencapaian yang tidak mudah untuk ukuran sebuah UKM yang masih relatif muda. Keberhasilan suatu usahaberkaitan erat dengan proses kewirausahaan pemilik dalam merintis dan mengembangkan usahanya. Pada tahap perintisan usaha, proses kewirausahaan diawali dengan adanya stimulan, kemudian dilanjutkan dengan tahap mencari dan menemukan peluang usaha. Setelah berhasil menemukan peluang, wirausahawan akan melanjutkan dengan pengambilan
2
keputusan untuk mengimplementasikan peluang tersebut. Implementasi usaha dilakukan dengan pengembangan konsep dan persiapan sumber daya. Proses kewirausahaan pada tahap perintisan usaha didorong oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi ide, toleransi terhadap resiko, pendidikan, pengalaman, keinginan untuk berprestasi, ketidakpuasan kerja dan keinginan untuk merdeka. Faktor eksternal antara lain peluang, pesaing, jaringan, tim, keluarga, kebijakan pemerintah serta keadaan dan keterpaksaan. Pada tahap pengembangan usaha, menurut Zimmerer proses kewirausahaan diawali dengan proses imitasi (meniru ide orang lain), dilanjutkan dengan proses pengembangan (mengembangkan ide baru), dan pada akhirnya mencapai proses penciptaan (inovasi dan kreasi). Proses kewirausahaan pada tahap pengembangan usaha didorong oleh faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha. Faktor internal di antaranya adalah wirausahawan, kreatifitas, kepemimpinan, komitmen dan visi. Faktor eksternal meliputi pesaing, mitra bisnis, investor dan bankir, serta tim. Sedangkan faktor kemampuan berwirausaha antara lain mengatasi masalah, perencanaan, bernegosiasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses kewirausahaan pemilik UKM tersebut dari tahap awal/perintisan hingga tahap pertumbuhan/pengembanganusahanya dengan indikator pencapaian keberhasilan usahanya yaitu dapat menembus pasar ekspor. Erwadi Rahardjo, SE selaku pemilik dari CV. Coco Prima Jaya akan menjadi obyek dalam penelitian ini. Dengan demikian, beberapa permasalahan yang akan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana tahapan-tahapan proses kewirausahaan pada perintisan usaha CV. Coco Prima Jaya? b. Faktor internal dan eksternal apakah yang mendorong perintisan usaha CV. Coco Prima Jaya?
3
c. Bagaimana tahapan-tahapan proses kewirausahaan pada pengembangan usaha CV. Coco Prima Jaya? d. Faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha apakah yang mendorong pengembangan usaha CV. Coco Prima Jaya?
2. KAJIAN TEORITIS 2.1. Proses Kewirausahaan Proses Kewirausahaan adalah upaya menciptakan sesuatu yang berbeda, yang memiliki nilai tambah melalui pengorbanan waktu dan tenaga dengan berbagai resiko finansial, psikis, dan sosial serta mendapat penghargaan berupa keuntungan dan kepuasan pribadi atas hasil yang diperoleh (Hisrich et al, 2005). Sedangkan menurut Bygrave (1997), Proses Kewirausahaan didefinisikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang melibatkan semua fungsi, kegiatan dan tindakan yang terkait dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi kesempatan yang dirasakan dan menyatukan sumber daya yang diperlukan untuk suksesnya pembentukan perusahaan baru untuk mengejar dan menangkap peluang tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa Proses Kewirausahaan merupakan fungsi dari kapabilitas dan kemampuan berwirausaha disamping hak kepemilikian, intensif dan lingkungan eksternal (Soedjono dan Ropke dalam Suryana, 2008). Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa proses kewirausahaan adalah suatu rangkaian tindakan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi kesempatan, resiko serta sumber daya yang diperlukan untuk pembentukan perusahaan baru. 2.2. Tahapan Proses Kewirausahaan Tabel 2.1. Proses Kewirausahaan
Bygrave (1994) 1. 2. 3. 4.
Inovasi Pemicu Pelaksanaan Pertumbuhan
Hisrich (2005)
Kaplan dan Warren Zimmerer (2008) (2010) 1. Mengidentifikasi dan 1. Melakukan analisis 1. Tahap awal/ mengevaluasi kesempatan perintisan kesempatan 2. Mengembangkan rencana 2. Tahap 2. Pengembangan dan mendirikan usaha pertumbuhan/
4
rencana bisnis 3. Memperoleh mitra-mitra 3. Menentukan sumber keuangan/sumber-sumber daya yang diperlukan pendanaan 4. Mengelola usaha 4. Menentukan sumber daya yang diperlukan dan menerapkan rencana 5. Skala usaha dan panen hasil usaha Sumber : Saputro ( 2011)
pengembangan
Bygrave, Hisrich serta Kaplan dan Waren menjabarkan proses kewirausahaan berdasarkan detail kejadian yang dialami maupun kegiatan yang dilakukan oleh seorang
wirausaha.
Sedangkan
Zimerrer
mengklasifikasikan
tahapan
kewirausahaan berdasarkan prosesnya secara garis besar menjadi dua tahapan, yaitu Tahap Awal/Perintisan dan Tahap Pertumbuhan/Pengembangan. Melihat keempat pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan proses kewirausahaan menurut Bygrave, Hisrich serta Kaplan dan Waren cenderung lebih menjabarkan detail dari tahap awal/perintisan yang diungkapkan oleh Zimerrer. Sedangkan proses pertumbuhan/pengembangan menurut Suryana (2009:64) dapat dijabarkan melalui tiga tahap, yaitu: 1.
Proses Imitasi Wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya memulai usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang dihasilkan meniru yang sudah ada.
2.
Proses Pengembangan Wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan model sendiri.
3.
Proses Penciptaan Proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik produksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode pemasaran baru.
5
2.3. Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan 2.3.1. Tahap Perintisan Ketika proses kewirausahaan seseorang berada pada tahap perintisan, terdapat dua macam faktor yang mendorongnya untuk menjadi wirausaha, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu seseorang. Terdapat beberapa faktor individu yang mendorong seseorang untuk terjun ke dunia bisnis pada tahap perintisan, di antaranya adalah: - Ide Ide merupakan faktor krusial dalam seseorang memulai bisnis. Sumber ide dapat berasal dari pekerjaan dan pengalaman terdahulu, hobi dan kesukaan, adanya peluang, pendapat orang lain, pendidikan atau kursus, serta bisnis keluarga (Adhi dan Bawono, 2009:61). - Toleransi Terhadap Resiko (Bygrave, 1994:3) Mill (1848) dalam Carland, et al. (1984) meyakini bahwa faktor kunci yang membedakan seorang
manajer dari seorang wirausaha adalah
keberanian dalam menanggung resiko. - Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin kecil pengaruhnya terhadap keinginan untuk memilih pengusaha sebagai jalan hidupnya. Rata-rata justru mereka yang tingkat pendidikan tidak terlalu tinggi yang mempunyai hasrat yang kuat untuk memilih karier menjadi seorang pengusaha (Hendro, 2011:62). - Pengalaman Pengalaman yang didapat oleh seseorang pada pekerjaannya yang terdahulu dapat menjadi sumber ide untuk memulai usaha. Hasil penelitian yang dikeluarkan LPPM menunjukkan bahwa 43% entrepreneur memulai bisnis berdasarkan pekerjaan dan pengalaman terdahulu (Adhi dan Bawono, 2009:61). Menurut Wood dalam Zimmerer dan Scarborough
6
(1998), kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan usaha. - Kebutuhan untuk berprestasi Seseorang yang menjadi wirausahawan cenderung memiliki keinginan yang tinggi untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, dapat memecahkan masalah, melakukan pengaturan dan mencapai tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa dia memiliki kebutuhan untuk berprestasi (Allen 2003:10 dalam Mazubane 2009). - Ketidakpuasan kerja Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan sekarang (Setiadji, 2010:6). Seseorang dapat menjadi wirausaha karena sudah tidak memiliki masa depan yang cerah dalam karirnya (Bygrave, 1994;4). - Keinginan untuk merdeka (Allen 2003:10 dalam Mazubane 2009) Wirausahawan memulai bisnis sehingga menjadi bos bagi diri mereka sendiri, dan dengan memiliki bisnis akan memperkuat perasaan otonomi dan kebebasan mereka (Bygrave, 1994). b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seseorang seperti lingkungan, sosiologi dan organisasi. Terdapat beberapa faktor eksternal yang mendorong seseorang untuk terjun ke dunia bisnis, di antaranya adalah: - Peluang Peter Drucker mengatakan bahwa entrepreneur adalah orang yang memaksimalkan peluang-peluang. Jika seseorang belum
memiliki
pengalaman baik bekerja maupun dalam berwirausaha, dia dapat memulai bisnis dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada (Adhi dan Bawono, 2009:61). - Persaingan Adanya persaingan dalam dunia kehidupan menjadi salah satu faktor lingkungan yang mendorong menjadi pemicu bisnis (Setiadji, 2010:6). Berkarier di dunia pekerjaan dirasakan sangat berat, mengingat persaingan
7
yang sangat ketat dan masih banyak lulusan yang berpotensi yang belum mendapatkan pekerjaan (Hendro, 2011:62). - Jaringan Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain menjadi pemicu pelaksanaan bisnis (Setiadji, 2010:6). - Tim Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha (Setiadji, 2010:6). - Keluarga Seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri, dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya jadi pengusaha pula (Setiadji, 2010:3). Menurut Duchesneau et al. dalam Staw (1991), wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha, karena mereka memiliki pengalaman luas dalam usaha. - Kebijakan Pemerintah Adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh Depnaker (Setiadji, 2010:6). - Keterpaksaan dan Keadaan (Hendro, 2011:63) Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pensiun (retired), dan
menganggur
atau
belum
bekerja
akan
dapat
membuat
seseorangmemilih jalan hidupnya menjadi wirausaha, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi untuknya. 2.3.2. Tahap Pengembangan Ketika proses kewirausahaan seseorang berada pada tahap pengembangan, terdapat tiga macam faktor yang mendorongnya untuk menjadi wirausaha, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor strategi berwirausaha.
8
a. Faktor Internal Terdapat beberapa faktor internal yang mendorong proses pengembangan usaha. Di antaranya adalah: - Wirausahawan Adanya seorang wirausaha yang siap mental secara total (Setiadji, 2010:6). - Kreatifitas Wirausahawan akan selalu mencari suatu cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu (Saputro, 2011). Tanpa kreativitas, kesuksesan akan sulit dicapai dan jalan bisnis anda akan semakin terjal (Hendro, 2011:68). - Kepemimpinan Seorang wirausahawan adalah seorang pemimpin dan dan di mana pun dia berada, wirausahawan mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepada para pengikutnya, yaitu bawahan-bawahannya (Hendro, 2011:180). - Komitmen Adanya komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan bisnis yang mendasar (Zimmerer dan Scarborough, 1998). - Visi Adanya visi atau pandangan yang jauh ke depan guna mencapai keberhasilan (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009). b. Faktor Eksternal Terdapat
beberapa
faktor
eksternal
yang
mendorong
proses
pengembangan. Di antaranya adalah: - Pesaing Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan. Dunia persaingan sekarang ini sangat tajam. Ada berbagai bentuk persaingan yang ada di pasar mulai dari pengusaha pasar yang sangat dominan, yang mempunyai kekuatan yang sedang dan yang lemah (Setiadji, 2010:7). - Mitra Bisnis Sebuah bisnis dapat berjalan dengan baik apabila memiliki jaringan yang melibatkan
mitra-mitra
yang
dapat
bekerja
sama.
Mitra
yang
9
memungkinkan bisnis berlangsung di antaranya pelanggan, principal (pemilik merk), vendor atau supplier, agen, retailer, adviser bidang finansial, legal, asuransi, mentor, dan dukungan keluarga (Adhi dan Bawono, 2009:106) - Investor dan Bankir Adanya bantuan dari pihak investor dan bank yang memberikan fasilitas keuangan (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009). - Tim Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha senhingga semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009). c. Faktor Strategi Berwirausaha Terdapat beberapa faktor strategi berwirausaha yang mendorong proses pengembangan. Di antaranya adalah: - Memecahkan Masalah Wirausahawan akan selalu melihat ke pilihan-pilihan untuk memecahkan setiap masalah yang menghalangi di jalan (Saputro, 2011). - Perencanaan Dalam tahap pengembangan usaha, seorang wirausaha harus memiliki tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dan merencanakan bagaimana cara untuk mencapainya. - Bernegosiasi Negosiasi berarti terjadinya konsensi, kesepakatan atau perjanjian antar perbedaan dari dua orang, dua kelompok, atau dua badan hukum (Harvard Bussines Essentials. Harvard Business School, 2003 dalam Hendro, 2011:426). Sepanjang proses pengembangan usaha tentunya banyak berhubungan dengan pihak lain, oleh sebab itu kemampuan bernegosiasi yang baik sering diperlukan untuk melancarkan proses pengembangan usaha.
10
- Pengambilan Keputusan Dalam hal menyelesaikan problem tertentu, perlu diambil banyak keputusan. Adakalanya solusi masalah memerlukan suatu rangkaian rantai keputusan (Winardi, 2004: 130). - Inovasi Inovasi adalah karakteristik utama dari kewirausahaan. Seseorang berperilaku sebagai seorang wirausahawan ketika dia melakukan inovasi (Schumpeter, 1934 dalam Carland, et al., 1984) - Strategi Manajerial Dalam proses pengelolaan usaha dan manajemen organisasi bisnis, seorang wirausahawan dengan pola pikir yang ingin tetap menjadi pemilik sekaligus harus bisa melakukan transformasi pola pikir kewirausahaannya, yaitu menjadi wirausaha saat menjadi pemilik dalam rapat pemegang saham dan menjadi profesional saat menjadi pemimpin organisasi (Hendro, 2011:312).
11
2.4. Penggabungan Tahapan dan Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan 2.4.1. Tahap Perintisan Tahapan dan Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan pada Tahap Perintisan menurut Gibb (1993) dan Shook et al.(2003) dapat digabungkan dalam suatu model:
Individu Wirausaha
PROSES
KEPRIBADIAN
KEMAMPUAN: NIAT -
Memecahkan masalah Kreatifitas Mempengaruhi Merencanakan Bernegosiasi Pengambilan keputusan SIKAP:
-
Kepercayaan diri Autonomous Berorientasi pada hasil Keluwesan Dinamis Banyak akal
Stimulan PENCARIAN PELUANG DAN PENEMUAN
PROAKTIF Aktif mencari tujuan INOVASI Pencarian peluang Mengatasi dan menikmati ketidakpastian
PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENGEKSEKUSI PELUANG PENGEKSEKUSIAN PELUANG
PERUBAHAN Mengambil tindakan yang beresiko dan lingkungan yang tidak pasti Fleksibel dalam merespon tantangan Bertindak secara bebas menurut inisiatif sendiri. Mengatasi masalah/konflik secara kreatif. Mempengaruhi orang lain. Berkomitmen untuk membuat sesuatu terjadi
12
2.4.2. Tahap Perintisan Hingga Tahap Pengembangan Menurut Carol Moore (1986), Proses Kewirausahaan secara utuh dapat digambarkan dengan model sebagai berikut:
13
Menurut Carol Moore (1986) yang dikutip oleh Bygrave (2003:3) dalam Saputra (2011), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunaan. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Seperti halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, tahap pertumbuhan kewirausahaan sangat bergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor yang berasal dari prbadi ialah komitmen, visi, kepemimpinan dan kemampuan manajerial. Faktor yang berasal dari organisasi antara lain kelompok, struktur, budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain pelanggan, pemasok dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana.
14
Dari berbagai definisi, tahapan dan faktor pendorong proses kewirausahaan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibentuk suatu model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong sebagai berikut:
Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong
Faktor Pendorong
Proses Kewirausahaan TAHAP PERINTISAN STIMULAN
INTERNAL
MENCARI DAN MENEMUKAN PELUANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN PELUANG
EKSTERNAL
IMPLEMENTASI Pengembangan konsep Persiapan sumber daya Operasional
TAHAP PENGEMBANGAN INTERNAL DUPLIKASI EKSTERNAL PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA
PENCIPTAAN
15
Tahap Perintisan meliputi tahap stimulan, mencari dan menemukan peluang, pengambilan keputusan untuk mengimplementasikan peluang dan implementasi yang terdiri dari pengembangan konsep, persiapan sumber daya hingga operasional usaha itu sendiri. Faktor yang mendorong proses kewirausahaan seseorang pada tahap perintisan ada dua macam yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi ide, toleransi terhadap resiko, pendidikan, pengalaman, keinginan untuk berprestasi, ketidakpuasan kerja dan keinginan untuk merdeka. Sedangkan faktor eksternal antara lain peluang, pesaing, jaringan, tim, keluarga, kebijakan pemerintah serta keadaan dan keterpaksaan. Tahap Pengembangan meliputi tahap imitasi, duplikasi dan penciptaan. Faktor yang mendorong proses kewirausahaan seseorang pada tahap pengembangan ada tiga macam yaitu faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha. Faktor internal seperti wirausahawan, kreatifitas, kepemimpinan, komitmen dan visi. Faktor eksternal meliputi pesaing, mitra bisnis, investor dan bankir, serta tim. Sedangkan faktor kemampuan berwirausaha antara lain mengatasi masalah, perencanaan, bernegosiasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial.
3. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Husein dan Umar, 2001). Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007: 3) metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Creswell (1996) dalam Saputro (2011) memperkenalkan lima jenis metode penelitian kualitatif. Kelima metode itu adalah: Biografi, Fenomenologi, Grounded Theory, Ethnografi dan Studi Kasus.
16
Penelitian ini akan meneliti mengenaitahapan dan faktor pendorong proses kewirausahaan dalam perintisan dan pengembangan usaha pada pemilik UKM CV. Coco Prima Jaya, Erwadi Rahardjo. Oleh sebab itulah metode pendekatan kualitatif yang digunakan adalah metode biografi. Untuk memperoleh data mengenai peranan proses kewirausahaan pemilik sebagai penentu kesuksesan UKM dalam menembus pasar ekspor, penulis menggunakan metode biografi berdasarkan perjalanan hidup yang berkaitran dengan aktivitas bisnis dari obyek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya (Saputro, 2011). Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara mendalam. Wawancara akan dilakukan terhadap pemilik Usaha Kecil Menengah CV. Coco Prima Jaya sebagai subyek penelitian, serta karyawan, mitra kerja dan buyer dari CV. Coco Prima Jaya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. MenurutNazir (1988), teknik analisis deskriptif yaitu suatu pendekatan dsalam rangka meneliti kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahap Perintisan Pemilik Usaha Kecil Menengah CV. Coco Prima Jaya, Erwadi Rahardjo mulai menggeluti usahanya yang bergerak di bidang produksi briket arang dari batok kelapa sejak bulan Februari tahun 2007. Sebelum terjun di bidang bisnis ini, ia merupakan seorang pengusaha di bidang kerajinan dari kuningan. Usaha tersebut mengalami kegagalan pada tahun 2006 dan Erwadi mengalami kerugian mencapai Rp 1,2 miliar. Kerugian ini menyebabkan kondisi finansialnya mengalami
17
guncangan yang sangat besar hingga ia harus menjual hampir semua aset berharga dan menguras tabungan yang dimilikinya untuk membayar hutang. Kejadian inilah yang menjadi stimulan baginya untuk memutar otak bagaimana cara agar dapat bangkit kembali dan bertahan hidup setelah usahanya mengalami kebangkrutan dan merugi dalam jumlah yang sangat besar. Satu tahun setelah bisnis kuningannya terhenti, Erwadi menghubungi kerabatnya yang berdomisili di Amerika Serikat untuk mencari peluang usaha apakah yang barangkali dibutuhkan oleh pasar di sana. Ia pun menemukan peluang ketika kerabatnya yang bernama Laurens tersebut berkunjung menemuinya dan membawa sampel briket arang dari batok kelapa. Apabila ia dapat memproduksi barang seperti itu, maka Laurens dapat memasarkan di Amerika Serikat. Melihat adanya peluang usaha yang menjanjikan, Erwadi pun mengambil keputusan untuk mengimplementasikannya dengan mulai berusaha mencari cara untuk memproduksi briket arang. Ia mendapat modal awal sebesar Rp 17 juta dari Laurens untuk melakukan perancangan alat produksi dengan perjanjian apabila alat yang dibuat tidak dapat menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, maka Erwadi berkewajiban mengembalikan modal tersebut kepada Laurens. Namun pada perjalanannya, pembuatan briket arang tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Pada implementasi bisnis, pada awalnya Erwadi melihat mesin hidrolik untuk memproduksi briket arang rakitan pabrik berharga ratusan juta rupiah. Hampir mustahil dengan modal belasan juta rupiah dapat merancang mesin seperti buatan pabrik, oleh sebab itu kreatifitasnya muncul. Dengan mempelajari cara kerja mesin hidrolik, ia melakukan eksperimen pembuatan alat dengan cara kerja yang sama, namun dioperasikan secara manual sepenuhnya oleh tenaga manusia menggunakan peralatan sederhana yaitu dongkrak hidrolik untuk truk. Setelah peralatan tersebut dapat digunakan untuk berproduksi, maka Erwadi membuka pabrik pertamanya pada bulan Februari 2007 yang berdiri di atas lahan seluas 2 ha peninggalan ayahnya di daerah Bawen. Erwadi menjalankan pabrik dibantu oleh 4 tenaga kerja. Untuk keperluan teknis, ia dibantu oleh seorang teman dekatnya
18
yang bernama Handoko. Pabrik sederhana tersebut beroperasi selama 8 jam per hari dengan kapasitas produksi mencapai 3 kuintal setiap harinya. 4.1.1. Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan pada Tahap Perintisan a.
Faktor Internal Seorang wirausaha memiliki faktor yang berasal dari dalam dirinya untuk mendorong perintisan sebuah usaha. Begitu pula dengan Erwadi, ia memiliki beberapa faktor internal yang secara signifikan mendorong dirinya untuk melakukan perintisan usaha briket arang tersebut. Di antaranya adalah dapat mengambil inisiatif untuk bertindak, sikap toleransi terhadap resiko yang tinggi, sikap pantang menyerah dan kemampuan dalam berusaha serta pengalaman berwirausaha.
b. Faktor Eksternal Selain faktor yang berasal dari dalam dirinya, seorang wirausaha juga memiliki faktor yang berasal dari luar dirinya seperti lingkungan, sosiologi dan organisasi. Sebagai seorang wirausaha, Erwadi pun memiliki faktor eksternal yang mendorong dirinya untuk merintis pabrik briket arang batok kelapa yang dimilikinya. Selain menemukan peluang usaha yang prospektif, ia juga memiliki jaringan yang luas hingga ke mancanegara, berbagai dukungan baik dari keluarga dan tim yang dapat diajak bekerja sama, maupun dukungan secara finansial dari Laurens, serta adanya potensi pasar sekaligus ketersediaan bahan baku dan kondisi kompetisi yang relatif ringan.
19
Tabel 4.1: Tahapan Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorongpada Masing-Masing Tahap Erwadi Rahardjo dalam Merintis Usaha
Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan Stimulan
Mencari dan Menemukan Peluang
Pengambilan Keputusan untuk Mengimplementasikan Peluang
Implementasi
Internal
Eksternal
Kondisi finansial: Erwadi mengalami kebangkrutan pada usahanya yang terdahulu, kerugian material yang sangat besar dan tidak memiliki pendapatan selama satu tahun memicunya untuk merintis usaha briket arang dengan tujuan agar dapat bertahan hidup. Inisiatif: Erwadi memiliki inisiatif untuk menghubungi Laurens. Dari inisiatif yang diambilnya inilah ia dapat merintis bisnisnya dari ide yang dimiliki oleh Laurens.
Peluang usaha: adanya informasi mengenai kebutuhan akan produk briket arang dari batok kelapa mendorong Erwadi untuk merintis usaha.
Sikap toleransi terhadap resiko: Erwadi berani bereksperimen dengan cara trial and error dalam melakukan perancangan hingga merakit peralatan produksi dengan anggaran yang terbatas. Langkah tersebut beresiko tinggi mengingat besarnya kemungkinan gagal. Pengalaman: Erwadi memiliki banyak pengalaman sebagai seorang entrepreneur.
Sikap pantang menyerah dan kemampuan: kebangkrutan yang dialami Erwadi ketika
Jaringan: adanya relasi dengan Laurens yang tinggal di Amerika Serikat mendorong Erwadi untuk merintis usaha briket arang. Tidak semua pengusaha memiliki jaringan hingga ke mancanegara sepertinya. Dukungan finansial dari pihak lain: kondisi finansial Erwadi ketika merintis usaha briket arang tersebut sangat memprihatinkan. Dukungan finansial sangat dibutuhkan untuk memulai usaha kembali, dan dalam hal ini Erwadi mendapat modal awal sebesar Rp 17 juta dari Laurens dengan perjanjian yang jelas, yaitu apabila perancangan alat produksi berhasil, Erwadi tidak perlu mengembalikan modal tersebut, namun apabila perancangan alat produksi tersebut gagal, ia harus mengembalikan modal yang telah diberikan. Dukungan tim: Handoko, teman dekat dari Erwadiyang menguasai bidang teknik 20
berbisnis kuningan tidak mendukung Erwadi dalam menjadikannya berputus asa. merealisasikan usaha briket Hal ini menunjukkan arangnya. sikapnya yang pantang Dukungan keluarga: Erwadi menyerah dalam berusaha. mendapat dukungan dari Walaupun omzet awal pabrik ayahnya berupa lahan untuk briketnya belum sebanding mendirikan pabrik. Dukungan dengan bisnis yang terdahulu, ini sangat berarti baginya, ia tetap gigih karena Erwadi merintis usaha mengimplementasikan usaha briket arangnya di tengah tersebut. Kemampuan dalam kondisi finansial yang sedang berbisnis dan mengelola terpuruk, sehingga tanpa lahan usaha juga mendukung yang telah tersedia maka implementasi usaha barunya. hampir mustahil baginya untuk memulai usaha. Potensi pasar: Permintaan pasar di Amerika Serikat terhadap briket arang semakin meningkat. Ketersediaan bahan baku: Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak pantai, maupun perkebunan kelapa untuk memenuhi produksi kopra. Hal ini berarti ketersediaan bahan baku berupa batok kelapa sangat berlimpah serta memiliki harga jual yang relatif terjangkau. Kondisi kompetisi: belum banyaknya kompetitor di Indonesia yang mampu memenuhi standar kualitas yang diterapkan oleh buyer dari Amerika Serikat dan Eropa membuat kondisi persaingan cenderung tidak ketat bagi Erwadi.
21
4.1.2. Model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong Erwadi Rahardjo dalam Merintis Usaha INTERNAL:
INTERNAL:
INTERNAL:
INTERNAL:
- Kondisi finansial
- Inisiatif
- Sikap toleransi terhadap resiko - Pengalaman
- Sikap pantang menyerah dan kemampuan
Stimulan
Mencari dan Menemukan Peluang
EKSTERNAL:
EKSTERNAL:
EKSTERNAL:
EKSTERNAL:
- Peluang usaha
- Jaringan
- Dukungan finansial dari pihak lain
-
Pengambilan Keputusan untuk Mengimplementasikan Peluang
Implementasi
Dukungan tim dan keluarga Potensi pasar Ketersediaan bahan baku Kondisi kompetisi
4.2. Tahap Pengembangan Walaupun pabrik yang sukses dirintisnya telah memiliki kapasitas produksi yang cukup besar, namun pencapaian itu tidak membuat Erwadi berpuas diri. Sembari terus menjalankan proses produksi pabriknya, ia melakukan eksperimen terusmenerus pada peralatan produksinya berdasarkan ide-idenya sendiri dengan harapan dapat meningkatkan kapasitas produksi. Hanya dalam kurun waktu 5 bulan setelah pabriknya beroperasi, tepatnya pada bulan Juli 2007 ia telah mengganti alat produksinya yang menggunakan dongkrak hirolik dengan mesin hidrolik sebagai penggerak alat press. Pengembangan ini sangat berarti untuk meningkatkan efisiensi tenaga manusia karena digerakkan oleh mesin walaupun masih dioperasikan oleh manusia. Dengan inovasi yang dilakukan, Erwadi berhasil meningkatkan kapasitas produksinya hingga mencapai 7 kuintal per hari. Pada saat ini pula ia mulai mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 30 orang. 22
Berselang 1 bulan setelah mesin hidrolik beroperasi (Agustus 2007), ia langsung menambah jam kerja efektif pabrik menjadi 14 jam per hari dengan sistem shifting yang berarti kapasitas produksi meningkat hingga mencapai 1,4 ton per hari dan mempekerjakan 60 orang karyawan. Selain melakukan pengembangan pada kuantitas produksi, ia juga merekrut 2 orang manajer produksi dan seorang manajer administrasi. Mengingat permintaan di Amerika Serikat akan produk briket arang dari batok kelapa terus meningkat dan seluruh hasil produksi pabriknya dibeli oleh buyer, maka Erwadi terus berupaya untuk mengembangkan kuantitas produksinya tanpa mengurangi kualitasnya. Masih dengan sistem kerja peralatan yang sama, pada bulan Februari 2008 ia sukses meningkatkan kapasitas produksi briket arangnya hingga mencapai 2,4 ton per hari. Pengembangan yang dilakukan tidak berhenti sampai di situ, secara bertahap kapasitas produksi pabrik briket Erwadi ditingkatkan hingga menembus 4,5 ton per hari pada akhir tahun 2008 dengan jumlah tenaga kerja mencapai 90 orang yang dibagi menjadi 3 shift kerja dan pabrik beroperasi selama 24 jam penuh. Setelah 5 tahun pabriknya berjalan stabil, Erwadi melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan pabrik keduanya yang berlokasi di desa Bener, Kabupaten Semarang pada bulan September 2012. Selain itu, ia kembali melakukan inovasi dengan merancang alat produksi baru untuk pabrik barunya. Alat produksi yang baru menggunakan teknik cetak. Teknik baru ini dirancang untuk menyesuaikan dengan permintaan buyer. Produk dari pabrik kedua ini adalah briket arang berbentuk kubus berukuran 2,5cm x 2,5 cm x 2,5 cm untuk pembuatan BBQ, serta balok berukuran 2,5 cm x 1,5 cm x 1,5cm untuk shisha dan diekspor ke Amerika Serikat, Inggris serta Belgia. Ukuran briket yang relatif kecil ini tidak memungkinkan untuk diproduksi dengan menggunakan alat pres, sehingga dibuatlah alat cetak agar kualitas produknya dapat lebih optimal. Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 1000M2 ini memiliki kapasitas produksi 2 ton per hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 30 orang, 1 manajer produksi dan 1 manajer administrasi.
23
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menstabilkan pabrik, 6 bulan dirasa cukup untuk membuat pabrik keduanya telah beroperasi secara optimal seperti pabrik pertamanya dan Erwadi kembali melakukan ekspansi dengan membuka pabrik ketiganya yang hanya berjarak 200M dari pabrik keduanya pada bulan Maret 2013. Untuk mendirikan pabrik yang terbaru ini, ia menggandeng 2 orang investor dari Jakarta, yang salah satunya juga menjadi manajer administrasi di pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 1500M2 ini memiliki kapasitas produksi 3 ton per hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 45 orang yang dibagi menjadi 3 shift. Untuk jajaran manajerial masih sama dengan pabrik sebelumnya, hanya ditambah seorang manajer administrasi dan seorang manajer produksi, sedangkan manajer administrasi yang sebelumnya dipindah ke bagian purchasing. Pabrik terbaru ini berproduksi untuk melayani pasar Jerman dengan briket berbentuk kubus berukuran 2,5cm x 2,5 cm x 2,5 cm dan memiliki spesifikasi produk baru yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Kadar abu yang ditetapkan kurang dari 1,8% dan tidak ada toleransi terhadap keretakan fisik pada briket untuk menjamin kualitas briket yang diklaim merupakan produk terbaik yang pernah diproduksi. Pada saat ini dapat dikatakan bahwa usaha Erwadi telah mencapai kesuksesan dengan perkembangan yang sangat signifikan dalam jangka waktu yang belum terlalu lama. Dalam kurun waktu 6 tahun, pabrik briket arang yang dimilikinya telah mencapai 3 buah, tujuan ekspornya adalah 4 negara maju. jumlah karyawan yang pada awalnya hanya 4 orang telah mengalami peningkatan menjadi 165 orang, jumlah manajer yang pada awalnya hanya 2 orang telah bertambah menjadi 8 orang, dan yang terpenting adalah kapasitas produksi yang meningkat tajam dari 3 kuintal menjadi 9,5 ton per hari. Ketika disinggung mengenai rahasia dan kunci kesuksesan dalam pengembangan bisnisnya, Erwadi berkata “Kunci utama dalam pengembangan bisnis adalah kepercayaan dari para buyer. Bagi saya kepercayaan adalah segalanya, apabila seseorang diberi kepercayaan kecil dan dapat memegangnya dengan baik, maka kepercayaan yang diberikan akan semakin besar. Dari kepercayaan yang semakin besar, maka pihak yang memberikan kepercayaan juga akan semakin banyak.” 24
Hal inilah yang dirasakannya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Pada awal perintisan usaha briket arangnya, Erwadi hanya memiliki seorang buyer dan kuantitas pembeliannya pun relatif kecil, namun karena ia tidak pernah menyalahgunakan kepercayaan sekecil apa pun yang diberikan, maka seiring berjalannya waktu ia semakin dipercaya untuk memproduksi dan menjual briket arang dengan kuantitas yang semakin meningkat secara bertahap. Selain itu, karena nama Erwadi telah semakin dikenal di dunia “perbriketan”, maka jumlah buyer yang memberi kepercayaan kepadanya juga semakin bertambah hingga mencapai 3 orang pada saat ini. Tentu saja untuk membangun dan menumbuhkan kepercayaan bukan merupakan hal yang mudah. Walaupun demikian, Erwadi pernah menyampaikan pernyataan sebagai berikut “Untuk mendapatkan kepercayaan hanya dibutuhkan langkah sederhana. Dalam usaha briket, saya selalu berpegang pada prinsip 3K dari dulu sampai sekarang. Asal kita selalu bekerja sesuai dengan prinsip tersebut, maka dengan sendirinya kepercayaan akan didapatkan.” K yang pertama dari prinsip 3K adalah Kualitas, artinya briket arang yang diproduksi oleh CV. Coco Prima Jaya memiliki kualitas yang terbaik karena spesifikasi produknya disesuaikan dengan standar yang berlaku di Amerika Serikat dan Eropa (tertinggi di seluruh dunia). K yang kedua adalah Kuantitas, artinya kapasitas produksi briket arang yang dihasilkan oleh CV. Coco Prima Jaya memiliki standar tertentu yang telah disepakati dengan pihak buyer. Mengingat seluruh produk yang dihasilkan ditujukan untuk melayani pasar ekspor, kapasitas produksi merupakan hal yang sangat penting, karena apabila kapasitas produksi tidak mencukupi atau kecepatan produksi kurang memadai, maka tidak memungkinkan untuk melayani pasar ekspor. K yang ketiga adalah Komitmen, dalam hal ini adalah kestabilan baik kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan. Komitmen dapat dicapai dengan melakukan Quality Control yang ketat pada setiap stasiun kerja di pabrik. Karena adanya target dalam hal kriteria kualitas dan deadline penyelesaian produksi per kontainer yang ditentukan oleh
25
buyer, maka pihaknya menempatkan seorang quality controller di lokasi pabrik untuk membantu Erwadi memastikan proses produksinya berjalan dengan baik dan lancar. Kepercayaan yang diperoleh Erwadi dari para buyernya tidak hanya berhenti pada transaksi jual-beli. Lebih dari itu, ia mendapatkan manfaat yaitu kemudahan dalam mengakses permodalan dari para buyer. Herbert Manson yang merupakan salah satu perwakilan dari pihak buyer di Indonesia menjelaskan bahwa ketika Erwadi membutuhkan suntikan dana, maka para buyer dengan penuh kepercayaan membayar lunas pesanan briketnya walaupun proses produksi baru dimulai. Bahkan ketika mesin-mesin produksi milik CV. Coco Prima Jaya memerlukan peremajaan, maka Herbert bersedia memberikan kredit lunak tanpa agunan kepada Erwadi yang pelunasaannya dilakukan secara bertahap dengan memotong pembayaran pembelian briket arang dengan jumlah tertentu setiap kali pengiriman. Untuk dapat selalu berpegang pada prinsip 3K guna menjaga kepercayaan dari para buyer, Erwadi tidak hanya menerapkan prinsip tersebut sebagai pedoman kerja dirinya sendiri, namun juga ditanamkan pada seluruh karyawannya. Hal ini dibenarkan oleh Hezron Sabtyo sebagai manajer produksi pabrik kedua CV. Coco Prima Jaya dengan pernyataan sebagai berikut “Babahe(panggilan akrab Erwadi di kalangan para karyawan) adalah bos yang paling santai pada saat tidak membahas masalah produksi, tetapi beliau bisa menjadi sangat saklek (tidak fleksibel) ketika sudah membicarakan masalah produksi. Semua karyawan mulai dari tukang sortir hingga manajer juga dibiasakan mengikuti prinsip 3K tersebut dan dampaknya dapat membuat kami semua menjadi lebih disiplin dalam bekerja.”
26
Tabel 4.2: Proses Pengembangan Usaha Briket Arang Batok Kelapa Erwadi Rahardjo
Lokasi Pabrik
Bulan/Tahun
Alat Produksi
Jumlah Karyawan
Jumlah Manajer
Jumlah shift per hari
1. Bawen
Februari/2007 Juli/2007 Agustus/2007 Februari/2008 NovemberDesember/2008
Dongkrak manual Hidrolik Hidrolik Hidrolik baru Hidrolik baru
4 30 60 60 90
2 2 5 5 5
1 1 2 2 3
Kapasitas Produksi per Hari 3 kuintal 7 kuintal 1,4 ton 2,4 ton 4,5 ton
2. Tengaran A 3. Tengaran B
September/2012 Maret/2013
Screw cetak Screw cetak
30 45
3 5
2 3
2 ton 3 ton
4.2.1. Faktor
Pendorong
Proses
Kewirausahaan
pada
Tahap
Pengembangan a.
Faktor Internal Setelah berhasil melakukan perintisan sebuah usaha, seringkali seorang wirausaha tidak cukup puas dengan pencapaiannya dan terdorong untuk melakukan pengembangan pada usaha yang dimilikinya. Seperti halnya pada
tahap
perintisan,
terdorongnya
seorang
wirausaha
untuk
mengembangkan bisnisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang di antaranya
berasal
dari
dalam
dirinya.
Seperti
Erwadi
dalam
mengembangkan usaha briket arangnya juga didorong karena dirinya memiliki kreatifitas yang tinggi, jiwa kepemimpinan, serta komitmen dan visi. b. Faktor Eksternal Dalam mengembangkan sebuah usaha yang telah berhasil dirintis, seringkali seorang wirausaha mendapat dukungan dari pihak lain yang menjadi faktor pendorong melakukan pengembangan usaha. Dalam hal ini Erwadi juga mendapat dukungan dari pihak lain sehingga ia mengambil tindakan untuk terus melakukan pengembangan pabrik briket arangnya. Pihak yang mendukungnya di antaranya lingkungan industri, akses permodalan yang mudah, investor dan bankir serta tim.
27
c.
Faktor Strategi Berwirausaha Strategi
berwirausaha
wirausahawan
dalam
sangat
erat
mengelola
dengan
bisnisnya,
keberhasilan seorang termasuk
pada
saat
melakukan pengembangan usaha. Strategi berwirausaha yang dimiliki oleh
Erwadi
berperan
penting dalam
menyumbang kesuksesan
pengembangan usaha briket arang yang dimilikinya. Beberapa strategi berwirausaha yang memiliki kontribusi signifikan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi sekaligus pengambilan keputusan dalam mengelola bisnis, strategi manajerial, kemampuan untuk melakukan perencanaan dan negosiasi. Tabel 4.3: Tahapan Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorongpada Masing-Masing Tahap Erwadi Rahardjo dalam Mengembangkan Usaha
Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan Pengembangan
Internal
Eksternal
Strategi Berwirausaha
Kreatifitas: merupakan faktor krusial dalam pengembangan usaha Erwadi terutama pada peningkatan kapasitas produksi, pengembangan variasi bentuk, ukurandan spesifikasi briket yang juga menuntut modifikasi peralatan produksi. Komitmen: quality control yang sangat ketat sesuai dengan spesifikasi produk
Lingkungan industri: Pengembangan usaha yang dilakukan Erwadi sangat terbantu oleh mitra-mitra bisnisnya, seperti buyer yang meningkatkan kuantitas pembelian secara kontinu, pemasok arang dan tepung tapioka yang jumlahnya terus bertambah dan kuantitas pasokan per pemasok juga meningkat, serta belum adanya pesaing yang head to head secara
Bernegosiasi: Erwadi memiliki kemampuan bernegosiasi yang baik, hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilannya untuk mencapai deal dengan pihak pemasok maupun buyer. Hal ini dapat dilihat dari penawaran dan permintaan kenaikan harga jual briket arang yang diajukan selalu disepakati oleh pihak buyer.
28
serta ketepatan waktu penyelesaian produksi sesuai dengan target atau perjanjian. Dengan demikian kepercayaan buyer terhadap Erwadi terus meningkat dan hal ini berdampak positif dalam pengembangan usahanya.
Penciptaan
Inovatif: Erwadi terus melakukan inovasi pada peralatan produksi, mesin produksi, komposisi serta hal-hal yang bersifat teknis lainnya dengan tujuan untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas produknya.
langsung dengan CV. Coco Prima Jaya. Akses permodalan: Erwadi memiliki akses permodalan yang mudah kepada para buyer. Karena ia telah mendapat kepercayaan penuh, maka ia dapat menambah modal kerja dari para buyer demi peningkatan kuantitas produksi. Para buyer dapat memberikan kredit lunak kepadanya sewaktu-waktu dibutuhkan. Dukungan investor dan bankir: Erwadi membuka kesempatan bagi investor yang berminat untuk bekerja sama mendirikan pabrik. Dukungan bank pun cukup berperan dengan pinjaman yang diberikan untuk mendirikan pabrik baru atau menciptakan sistem produksi baru.
Perencanaan: karena memiliki visi yang jelas dalam mengembangkan bisnisnya, Erwadi selalu merencanakan penciptaan kreasi baru baik pada sistem produksinya, pencarian sumber bahan baku baru maupun susunan manajerial baru yang ditargetkan dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu. Ia juga memikirkan bagaimana cara mencapainya sesuai dengan target.
29
Selain faktor
pendorong yang menonjol pada masing-masing tahap proses
kewirausahaan Erwadi dalam mengembangkan usaha, ia juga memiliki faktor pendorong internal, eksternal dan strategi berwirausaha yang secara umum berpengaruh pada semua tahap baik pengembangan maupun penciptaan. Tabel 4.4: Faktor Pendorong Erwadi Rahardjo dalam Mengembangkan Usaha Secara Umum
Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan Pengembangan dan Penciptaan
Internal
Eksternal
Kepemimpinan: Erwadi menerapkan sistem serius tapi santai pada para karyawannya. Dalam komunikasi sehari-hari, ia memperlakukan karyawan seperti teman, namun untuk hal yang berkaitan dengan pekerjaan, ia sangat tegas terhadap karyawankaryawannya. Mengingat produk yang diproduksinya memiliki standar kualitas yang sangat tinggi, maka ia tidak mentolerir apabila terjadi kesalahan yang dilakukan para karyawannya. Visi: Erwadi memiliki visi ke
Tim: Tim manajemen usaha di yang dibawahi oleh Erwadi pada ketiga pabriknya berjumlah 8 orang. Mereka kompak untuk mendukung pengembangan usaha, baik dalam hal pengembangan produk maupun penciptaan kreasi baru. Setiap orang menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik. Erwadi memiliki strategi yang cukup baik untuk memotivasi kinerja timnya dengan cara memberikan saham kosong kepada masingmasing dari
Strategi Berwirausaha Memecahkan masalah: Mesin penggerak yang sudah relatif tua seringkali bermasalah, namun Erwadi selalu sigap baik melakukan langkah yang bersifat antisipatif maupun preventif untuk mengatasinya. Membawahi tim kerja yang berjumlah ratusan orang tentu tidak lepas dari permasalahan karena perbedaan kepentingan antar anggota maupun halhal lain, namun Erwadi selalu memiliki solusi untuk memecahkannya. Setiap ada masalah pada timnya, ia selalu menghadapi dengan kepala dingin serta menyelesaikannya secara kekeluargaan tanpa pernah disertai emosi.
30
depan untuk selalu mengembangkan usahanya, visi tersebut direalisasikan ke dalam perencanaanperencanaan pengembangan usaha serta mencari investor untuk mendukungnya.
anggota tim. Selain tim manajemen, tim tenaga kerja yang dibentuk oleh Erwadi juga sangat solid, setiap ada permasalahan, Erwadi selalu menyikapi dengan bijak.
Pengambilan keputusan: Untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat. Dalam pekerjaannya Erwadi selalu dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat dan tepat mengingat ia selalu menjaga komitmen dalam target penyelesaian produksi, dan quality control. Strategi Manajerial: Karena usaha yang dimilikinya masih berskala usaha kecil, maka Erwadi bertindak sebagai pemilik sekaligus manajer. Hal ini menuntutnya untuk memiliki strategi jitu dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari langkahlangkah konkret yang diambilnya dalam menjaga kualitas, kuantitas dan komitmen serta membawahi puluhan tenaga kerja dan manajer dalam satu pabrik.
31
4.2.2. Model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong Erwadi Rahardjo dalam Mengembangkan Usaha INTERNAL:
EKSTERNAL:
INTERNAL:
EKSTERNAL:
INTERNAL:
- Kreatifitas - Komitmen
- Lingkungan industri - Akses Permodalan
- Kepemimpinan - Visi
- Dukungan investor dan bankir
- Inovatif
Pengembangan
STRATEGI BERWIRAUSAHA:
EKSTERNAL:
Penciptaan
STRATEGI BERWIRAUSAHA:
STRATEGI BERWIRAUSAHA:
- Memecahkan masalah - Pengambilan keputusan - Strategi manajerial
- Perencanaan
- Tim - Bernegosiasi
4.3. Pembahasan
4.3. Pembahasan Seorang wirausahawan dapat dikatakan sukses ketika dirinya tidak hanya dapat merintis suatu usaha, namun juga mampu mengembangkannya. Seperti Erwadi yang berhasil merintis usaha briket arang dari batok kelapa mulai dari nol dan mengembangkannya hingga pabrik ketiga serta memiliki total kapasitas produksi hingga ratusan ton setiap bulan yang seluruhnya ditujukan untuk melayani pasar ekspor. Pencapaian kesuksesan yang diraihnya dalam waktu relatif singkat tersebut dapat menjadi
inspirasi bagi kita yang berniat menggeluti dunia
entrepreneurship. Berawal dari kebangkrutannya pada usaha terdahulu, Erwadi justru mendapat stimulan untuk merintis usaha baru. Keberhasilannya dalam melakukan perintisan usaha briket arang tersebut didorong oleh berbagai faktor-faktor internal seperti inisiatif dalam mencari peluang usaha, sikap toleransi terhadap resiko untuk mencoba hal baru, hingga pengalaman serta sikap pantang menyerah dan kemampuan untuk mengeksekusi peluang yang ada. Ditambah dorongan faktor32
faktor eksternal seperti peluang usaha yang terbuka, bekal jaringan yang luas hingga Amerika Serikat, dukungan orang yang ahli di bidang teknik sebagai tim kerja, dukungan keluarga serta finansial dalam hal modal awal usaha, adanya pasar yang potensial, ketersediaan bahan baku yang memadai, kompetisi yang relatif ringan semakin memantapkan proses perintisan bisnis tersebut hingga terimplementasikan. Pengembangan usaha tidak kalah pentingnya dengan proses perintisan. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat perkembangan usaha Erwadi yang meningkat pesat dalam waktu enam tahun (Tabel 4.3). Dalam mengembangkan usahanya, ia mempelajari cara kerja mesin produksi buatan pabrik, kemudian melakukan pengembangan dan penciptaan atas alat produksi dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kualitas, kuantitas, bentuk serta ukuran briket yang diminta. Teknologi terapan yang diaplikasikan pada sistem produksinya merupakan hasil dari eksperimen Erwadi sendiri. Begitu pula dengan spesifikasi produk baru, teknik produksi baru, pencarian bahan baku baru, manajemen baru seluruhnya merupakan kesuksesan pengembangan hasil inovasi dan kreasinya. Dengan prinsip 3K (Kualitas, Kuantitas, Komitmen), Erwadi sukses mendapatkan kepercayaan dari para stakeholder. Menurutnya, kepercayaan mereka yang terus meningkat dari waktu ke waktu merupakan kunci utama kesuksesan pengembangan usahanya. Erwadi merupakan sosok pribadi yang kreatif, inovatif, memiliki
komitmen,
visi
dan
jiwa
kepemimpinan.
Berbagai
karakter
wirausahawan sukses tersebut menjadi faktor internal yang mendorong pengembangan usaha. Kreatifitas dan inovatifitas Erwadi dapat dilihat dari penggunaan teknologi produksi yang murni merupakan rancangannya sendiri, sekaligus pengembangannya hingga saat ini, tidak ada satu pun alat produksi yang dibeli secara utuh dari produsen. Komitmen merupakan bagian dari prinsip 3K yang selalu dipegangnya dalam menjalankan usaha, ditambah dengan visi yang diimplementasiikan
dalam
perencanaan-perencanaan
matang
dan
sistem
kepemimpinan serius tapi santai menjadikan proses pengembangan bisnisnya menjadi semakin cepat memperoleh pencapaian yang diharapkan. Karena selalu
33
berkomitmen dalam menjalankan usaha, maka Erwadi selalu mendapat dukungan faktor-faktor eksternal terutama kepercayaan dari berbagai pihak baik buyer, pemasok, maupun investor atau perbankan. Kepercayaan tersebut yang menjadikan bisnisnya dapat berkembang pesat. Bahkan akses permodalan ke buyer pun merupakan hal mudah bagi Erwadi, salah satu nilai tambah yang jarang dimiliki oleh wirausahawan pada umumnya. Selain itu dukungan dari tim manajemen juga turut menjadi faktor pendorong pengembangan usahanya. Dalam melakukan pengembangan usaha, tidak hanya faktor internal dan eksternal saja yang menjadi pendorong, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor strategi berwirausaha.
Sebagai
wirausahawan
handal,
Erwadi
memiliki
strategi
berwirausaha yang mumpuni. Ia selalu mengambil tindakan antisipatif maupun preventif sekaligus mengambil keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah dalam proses produksi pabriknya, memiliki kemampuan negosiasi dan perencanaan yang baik, serta kemampuan manajerial yang tidak diragukan dalam mengelola sumber daya manusia dan berbagai aspek dalam usahanya.
5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa pencapaian suatu usaha tidak lepas dari proses kewirausahaan pemiliknya dan juga faktor-faktor pendorong yang mendukungnya. CV. Coco Prima Jaya, UKM yang berproduksi di bidang briket arang dari batok kelapa berhasil mengekspor produknya ke Amerika Serikat dan Eropa hingga ratusan ton setiap bulannya. Pencapaian yang terbilang hebat tersebut merupakan hasil kerja keras dari Erwadi Rahardjo sebagai pemilik dalam merintis dan mengembangkan usahanya. Pada tahap perintisan, proses kewirausahaannya berawal dari kegagalan bisnis terdahulu dan kebangkrutan yang menjadi stimulan baginya. Karena adanya tuntutan untuk bertahan hidup dan tidak ada penghasilan yang diperoleh, maka ia
34
mencari peluang usaha dan menemukannya dari Laurens yang tinggal di Amerika Serikat. Berikutnya, proses kewirausahaannya mencapai tahap pengambilan keputusan untuk mengimplementasikan peluang usaha yang ada dengan bantuan modal usaha dari Laurens untuk melakukan eksperimen perancangan alat-alat produksi secara trial and error. Setelah keputusan diambil dan perancangan alatalat produksi mencapai tahap final, Erwadi melakukan implementasi bisnis yaitu mulai memproduksi briket arang dari batok kelapa di atas tanah peninggalan ayahnya di daerah Bawen. Proses kewirausahaan Erwadi pada tahap perintisan tersebut didukung oleh faktor-faktor pendorong. Faktor pendorong ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimilikinya adalah inisiatif, toleransi terhadap resiko, pengalaman dan kegigihan. Sedangkan faktor eksternal seperti jaringan, dukungan baik dari tim maupun keluarga serta finansial, keterpaksaan dan keadaan, peluang usaha yang meliputi potensi pasar, ketersediaan bahan baku, kompetisi. Pada tahap pengembangan, proses kewirausahaan Erwadi tidak melewati tahap duplikasi karena ia tidak meniru ide-ide orang lain namun melakukan pengembangan atas ide-idenya sendiri yang menghasilkan diversifikasi bentuk, ukuran dan spesifikasi produk, serta penciptaan yang inovatif seperti teknik industri baru yang lebih efektif, membentuk manajemen baru dan pencarian bahan baku baru seiring meningkatnya kapasitas produksi. Semuanya murni hasil kreasi Erwadi beserta timnya. Proses kewirausahaan Erwadi pada tahap pengembangan ini didorong oleh faktor-faktor yang dibagi menjadi tiga, yaitu faktor pendorong eksternal, internal, dan strategi berwirausaha. Faktor internal meliputi kreatifitas, inovatif, kepemimpinan, komitmen dan visi. Faktor eksternal meliputi lingkungan industri yang terdiri dari buyer, pemasok dan pesaing, dukungan tim, investor dan bankir, serta akses permodalan. Sedangkan faktor strategi berwirausaha yang dimiliki Erwadi adalah kemampuan memecahkan masalah, perencanaan, bernegosisasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial.
35
5.2. Saran Saran yang dapat diberikan kepada Erwadi Rahardjo, SE. adalah sebaiknya ia lebih memberikan batasan akan akses informasi terhadap seluruh sistem produksi yang dimilikinya dari kalangan umum. Ia suka berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siapa saja, namun alangkah baiknya diberikan peraturan untuk membatasi kegiatan observasi dan pendokumentasian sistem produksi tanpa izin resmi dari instansi yang jelas. Selain mengenai pembatasan akses informasi perusahaan serta hak paten, saran lain yang dapat diberikan untuk Erwadi adalah sebaiknya ia memberikan Standart Operating Procedure (SOP) yang lebih jelas bagi para karyawan untuk meningkatkan efisiensi. Erwadi berkeyakinan bahwa hanya dengan memberikan target penyelesaian per kontainer saja para tenaga kerja sudah dapat bekerja secara optimal, namun ia kurang memperhatikan detail proses pekerjaan mereka yang terkadang menyebabkan adanya kemungkinan timbulnya inefisiensi. 5.3. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah adanya keterbatasan waktu yang tersedia untuk melakukan wawancara karena kesibukan Erwadi yang sangat padat. Ia bekerja tujuh hari penuh dalam satu minggu, sehingga pelaksanaan pengumpulan data dengan wawancara dilakukan di tengah jam kerjanya. Halangan ini menyebabkan data yang diperoleh masih kurang mendetail. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian
yang akan datang adalah sebaiknya
dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong dalam perintisan dan pengembangan usaha Erwadi Rahardjo karena masih banyak hal-hal lebih detail yang bisa didapat. Dengan demikian, penelitian yang akan datang tersebut dapat menyempurnakan penelitian ini.
36
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Ariwibowo Suprajitno, Sri Bawono. 2009. Kecerdasan Entrepreneur. Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta. Adiningsih, Sri. 2011. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. http://lfip.uscschooloflaw.org Azzahra, Rifzashani. 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM). Skripsi Program S1 Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Bygrave, William D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. John Wiley & Sons Inc, New Jersey. Carland, James W., dkk. 1984. Differentiating Entrepreneurs from Small Business Owners: A Conzeptualization. Western Carolina University Press, Western Carolina. Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Mazubane, Ewart Mphilisi. 2009. A Strategic Entrepreneurial Model to Develop Females for Tourism Related Businesses. Thesis Program S2 Nelson Mandela University. Mill, J.S. 1848. Principles of Political Economy with Some of Their Application to Social Philosophy. John W. Parker, London. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta Business School. Rafinaldy, Neddy. 2004. http://www.smecda.com
Prospek
Pengembangan
Ekspor
UKM.
Saputro, Rendy Kristiawan. 2011. Proses Kewirausahaan pada Art Angel, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan). Schumpeter, J.A. 1934. The Theory of Economic Development. Harvard University Press, Cambridge. Setiadji, Bachtiar Hasan. 2010. Cara Praktis Membangun Wirausaha. Penerbit Pustaka Ramadhan, Bandung.
37
Shapero, Albert, Lisa Sokol. 1982. The Social Dimensions of Entrepreneurship. University of Illinois at Urbana-Champaign’s Academy for Entrepreneurial Leadership Historical Research Reference in Entrepreneurship. Staw, Barry.M. 1991. Dressing Up Like an Organization: When Psychological Theories Can Explain Organizational Action. Tandiontong, dkk. 2012. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada The Majesty Hotel and Apartment, Bandung). http://cls.maranatha.edu Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winardi, J. 2004. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Penerbit Prenada Media, Jakarta. Zimmerer, Thomas.W, Norman.M.Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
38
LAMPIRAN
Gambar 1: Screw cetak, teknologi produksi terbaru hasil karya Erwadi Rahardjo
Gambar 2: Rangkaian alat-alat produksi rancangan Erwadi Rahardjo
39
Gambar 3: Mesin pengaduk campuran arang dan tepung tapioka, salah satu alat produksi yang inovatif rancanganErwadi Rahardjo
Gambar 4: Oven pengering briket arang
40
Gambar 5: Salah satu produk CV. Coco Prima Jaya yang dipasarkan di Amerika Serikat
Gambar 6: Penulis bersama dengan Erwadi Rahardjo ketika melakukan wawancara
41