HUBUNGAN SELF CONTROL, PERENCANAAN KEUANGAN, DAN PERILAKU KONSUMTIF (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 09 Kelurahan Salatiga)
Oleh : FELLYA ASTRINI NIM : 212009051
KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS PROGRAM STUDI
: EKONOMIKA DAN BISNIS : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
i
ii
iii
Abstract This study aims to determine how self-control, financial planning, and consumer behavior in housewives, and analyze the relationship of self control and financial planning with the consumer behavior. Analysis technique used is the chi-square test using phi correlation. The results showed that housewives tend to have low self control, do not make a financial planning, and tend to have consumer behavior. The results also show that there is a negative relationship between self control with the consumer behavior, the higher of self-control, so the lower of the consumer behavior, can be explained by (sig = 0.000<0.1, phi = -0.879). The results of the analysis of the financial planning relationship with the consumer behavior is obtained (sig = 0.000<0.1, phi = -0.905), which means there is a negative relationship between financial planning with consumer behavior. Individuals who make a financial planning showing lower consumer behavior compared with individuals who did not make financial planning. Keywords : self control, financial planning, consumer behavior
iv
Saripati Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga, serta menganalisis hubungan self control dan perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif. Teknik analisis yang digunakan yaitu uji chi-square dengan menggunakan korelasi phi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu rumah tangga cenderung memiliki self control yang rendah, tidak membuat perencanaan keuangan, serta cenderung memiliki perilaku konsumtif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara self control dengan perilaku konsumtif, semakin tinggi self control maka akan semakin rendah perilaku konsumtif, dapat dijelaskan oleh (sig = 0,000 < 0,1; phi = -0,879). Hasil analisis mengenai hubungan perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif diperoleh (sig = 0,000 < 0,1; phi = -0,905), yang artinya perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif memiliki hubungan negatif. Individu yang membuat perencanaan keuangan menunjukkan perilaku konsumtif yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang tidak membuat perencanaan keuangan. Kata kunci : self control, perencanaan keuangan, perilaku konsumtif.
v
KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja yang berjudul “Hubungan Self Control, Perencanaan Keuangan, dan Perilaku Konsumtif (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 09 Kelurahan Salatiga)” dengan baik sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian ini bertujuan untuk melihat self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga, serta melihat hubungan antara self control dan perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan kertas kerja ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mencapai kesempurnaan kertas kerja ini. Semoga penelitian ini mampu memberikan wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Salatiga, Agustus 2013
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala berkat, rahmat, kasih, anugerah, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini guna memenuhi tugas akhir dari masa perkuliahan. Dalam penyelesaian keras kerja ini, tentunya penulis tidak lepas dari bantuan, dukungan, nasihat, serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual kepada penulis selama menyelesaikan kertas kerja ini, antara lain: 1. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini. 2. Prof. Supramono, SE., MBA., DBA selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan ide, masukan, dan saran kepada penulis selama proses penyusunan kertas kerja ini dari awal sampai akhir kertas kerja ini disusun. 3. Kedua adikku tersayang, Sathya dan Mitha yang telah memberikan semangat dan doa untuk penulis. 4. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA.,PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 5. Ibu Roos Kities Andadari, SE., MBA., Ph.D selaku ketua program studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 6. Ibu Lieli Suharti, Ir., MM., PhD selaku wali studi penulis selama masa studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 7. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Terima kasih atas ilmu dan pengajaran yang telah diberikan kepada penulis selama masa studi.
vii
8. Teman-temanku Dinda, Gladys, Alvi, Hartika, Arum, Lauditta, Rika, Prissa, Lurry. Terima kasih atas dukungan, semangat, keceriaan, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini. 9. Bapak Shinwan selaku ketua RW 09 kelurahan Salatiga. Terima kasih atas informasi yang diberikan kepada penulis selama proses penelitian. 10. Semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya kertas kerja ini.
Salatiga, Agustus 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................... i Halaman Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ...................................................... ii Halaman Persetujuan/Pengesahan...................................................................... iii Abstract .............................................................................................................. iv Saripati ............................................................................................................... v Kata pengantar ................................................................................................... vi Ucapan Terima Kasih......................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................................ ix Daftar Tabel ....................................................................................................... xi Daftar Lampiran ................................................................................................. xii 1. Pendahuluan ............................................................................................... 1 2. Telaah Teoritis 2.1
Self Control ......................................................................................... 3
2.2 Perencanaan Keuangan ....................................................................... 5 2.3 Perilaku Konsumtif ............................................................................. 7 2.4 Hubungan Self Control dan Perilaku Konsumtif ................................ 11 2.5 Hubungan Perencanaan Keuangan dan perilaku Konsumtif............... 12 3. Metode Penelitian 3.1
Populasi dan Sampel ........................................................................... 13
3.2 Pengukuran Konsep ............................................................................ 14 3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 14 3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 14 3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 14 4. Analisis Data dan Pembahasan 4.1
Karakteristik Responden ..................................................................... 15
4.2
Self Control, Perencanaan Keuangan, dan Perilaku Konsumtif ...................................................................... 18
4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................................ 22 4.3.1 Hubungan Self Control dengan Perilaku Konsumtif ................ 22 ix
4.3.2 Hubungan Perencanaan Keuangan dengan Perilaku Konsumtif ...................................................... 23 4.4 Pembahasan ......................................................................................... 24 5. Kesimpulan dan Saran 5.1
Kesimpulan .......................................................................................... 28
5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 28 5.3 Saran Bagi Penelitian Mendatang ........................................................ 29 Daftar Pustaka .................................................................................................. 30 Lampiran ........................................................................................................... 33
x
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 16 Tabel 4.2 Sumber Pendapatan Responden .................................................. 17 Tabel 4.3 Jenis Pekerjaan Responden ......................................................... 17 Tabel 4.4 Gambaran Umum Self Control, Perencanaan Keuangan, Dan Perilaku Konsumtif Responden ........................................... 18 Tabel 4.5 Bentuk-Bentuk Pengendalian Diri Responden ........................... 20 Tabel 4.6 Alasan-Alasan Responden yang Memiliki Perilaku Konsumtif ..................................................................... 20 Tabel 4.7 Perilaku Konsumtif Berdasarkan Sumber Pendapatan Responden .................................................. 21 Tabel 4.8 Hasil Uji Chi-Square Self Control dengan Perilaku Konsumtif......................................................... 23 Tabel 4.9 Hasil Uji Chi-Square Perencanaan Keuangan dengan Perilaku Konsumtif......................................................... 24
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Kuesioner Penelitian ............................................................... 34
Lampiran 2
Hasil Uji Binomial Self Control, Perencanaan Keuangan, dan Perilaku Konsumtif .......................................................... 37
Lampiran 3
Hasil Uji Chi-Square Self Control dan Perilaku Konsumtif ................................................................. 38
Lampiran 4
Hasil Uji Chi-Square Perencanaan Keuangan dan Perilaku Konsumtif .......................................................... 39
xii
1. PENDAHULUAN Di tengah semakin melambungnya harga barang dan jasa, diperlukan suatu perencanaan tersendiri untuk mengelola keuangan pribadi sehingga tetap dalam kondisi sehat dan dapat mencukupi semua kebutuhan (http://managedaily.co.id). Dalam mencukupi kebutuhannya, setiap orang memiliki perilaku yang berbedabeda, ada yang memenuhi kebutuhannya secara wajar dan ada juga yang memenuhi secara berlebihan. Hal tersebut menyebabkan seseorang untuk berprilaku konsumtif (Harnum, 2011). Rizal (dalam Kurniawan 2012) mengungkapkan, para karyawan dengan gaji bulanan cenderung bersikap boros, mereka yakin bulan depan akan memperoleh gaji, begitu juga dengan mahasiswa yang merasa setiap bulan akan mendapatkan uang saku dari orang tua, sehingga hal ini menyebabkan pemborosan. Rudy (dalam Ika, 2011), menunjukkan bahwa para eksekutif muda yang bergaji di atas Rp15 juta per bulan terancam miskin di masa depannya karena gaya hidup yang boros, tidak memiliki rencana investasi, tidak memiliki tujuan keuangan dan pengelolaan keuangan yang tidak benar. Hal ini menunjukkan adanya faktor kepribadian yaitu self control yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan kegiatan ekonominya. Soegito dalam (Harnum, 2011), mengemukakan bahwa perilaku konsumtif masyarakat Indonesia tergolong berlebihan dibandingkan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Hal ini dilihat dari rendahnya tingkat tabungan masyarakat Indonesia dibandingkan negara lain seperti Malaysia, Philipina, dan Singapura. Perilaku konsumtif sebenarnya bisa dicegah ketika seseorang memiliki self control yang baik dan melakukan perencanaan keuangan dalam kegiatan perekonomiannya, karena dengan adanya self control dan perencanaan keuangan individu dapat mengendalikan keinginan-keinginan yang timbul dalam dirinya sehingga kegiatan perekonomiannya menjadi lebih terarah. Dalam kegiatan perekonomian, perencanaan keuangan individu masih jarang dilakukan oleh sebagian orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden, hanya 11 orang yang melakukan perencanaan keuangan pribadi, dan 19 orang lainnya tidak melakukan perencanaan keuangan (Kurniawan, 2012).
1
Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran individu yang cukup rendah dalam perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan sebenarnya tidak hanya diperlukan oleh perusahaan saja, tetapi individu juga sebaiknya memiliki perencanaan keuangan dalam menjalankan aktivitas perekonomian, terutama bagi yang telah berkeluarga. Keluarga
dituntut
membuat
perencanaan
keuangan
yang
baik
untuk
mengantisipasi ketidakpastian dalam kehidupan keluarga dimasa datang dan mencapai tingkat kesejahteraan yang diinginkan (Andrawina, 2011). Perencanaan keuangan diperlukan untuk menentukan arah yang jelas bagi pengelolaan keuangan karena tanpa perencanaan keuangan cenderung akan memboroskan uang yang telah diperoleh (Panigoro, 2011). Salah satu faktor pada proses pengambilan keputusan dalam perencanaan keuangan seringkali dihubungkan dengan masalah psikologis, sehingga perencanaan keuangan bukan didasarkan oleh kaidah pada umumnya, tapi berdasarkan kondisi psikologis orang tersebut (Ika, 2011 : 118). Dalam keuangan pada umumnya, jarang ditemukan pembahasan mengenai keuangan pribadi, pembahasan lebih ditujukan mengenai kondisi keuangan perusahaan, bagaimana membuat keputusan keuangan bagi suatu perusahaan, bagaimana melakukan investasi yang baik, dan juga bagaimana pengelolaan serta perencanaan keuangan pada perusahaan. Padahal, dalam kegiatan keuangan individu pun menghadapi situasi yang hampir sama dengan perusahaan (http://rowenasuryobroto.multiply.com). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mencoba mengkaji tentang hubungan self control, perencanaan keuangan dan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan masih jarang ditemukan penelitian mengenai perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga, karena biasanya penelitian ini dilakukan pada remaja, seperti penelitian yang dilakukan oleh Puswati (2010) mengenai kontribusi kontrol diri pada perilaku konsumtif remaja dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling. Untuk lebih memperjelas permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan persoalan penelitian sebagai berikut: 1). Bagaimanakah gambaran self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif pada ibu
2
rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga? 2). Apakah terdapat hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga? 3). Apakah terdapat hubungan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga? Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan mengenai self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga, serta menganalisis hubungan self control dan perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya
tentang perilaku konsumtif. Manfaat yang dapat diperoleh bagi ibu rumah tangga yaitu agar menyadari pentingnya self control dan perencanaan keuangan dalam menghindari perilaku konsumtif. Jika dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan self control dan perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif, maka individu diharapkan memiliki self control sebagai salah satu cara untuk mengatur agar penggunaan uang menjadi lebih hemat melalui perencanaan keuangan dan perencanaan keuangan tersebut dapat digunakan untuk mencegah perilaku konsumtif.
2. TELAAH TEORITIS 2.1 Self Control Chaplin (2001) menyatakan kontrol diri (self control) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Papalia et al. (dalam Amalia, 2010) mengatakan self control adalah kemampuan individu untuk menahan dorongan-dorongan dan kemampuan individu untuk mengendalikan tingkah lakunya pada saat tidak adanya kontrol dari lingkungan. Menurut Goldfried dan Merbaum (http://damaniri.or.id), kontrol diri diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang disusun untuk
3
meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Definisi lain menurut Baumeister (dalam Naomi dan Mayasari, 2008) kontrol diri merupakan suatu kapasitas untuk memberikan alternatif kondisi dan respon tertentu. Averill (dalam Kusumadewi et al, 2012) mendefinisikan kontrol diri sebagai variabel psikologis yang mencakup kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. Berdasarkan definisi-definisi dari beberapa tokoh yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa kontrol diri (self control) merupakan salah satu aspek psikologis yang dimiliki oleh individu untuk mengendalikan tindakan-tindakan yang dilakukannya ke arah yang lebih positif. Menurut Averill (http://id.shvoong.com), terdapat 3 aspek kontrol diri, yaitu Kontrol Perilaku (behavior control), Kontrol Kognitif (cognitive control), Kontrol Keputusan (decisional control). Pertama, Kontrol Perilaku (behavior control): merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi
suatu keadaan
yang tidak
menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku diperinci menjadi dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehandaki untuk dihadapi. Kedua, Kontrol Kognitif (cognitive control) merupakan kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi menilai atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Kontrol kognitif memiliki tiga komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Informasi mengenai keadaan tidak menyenangkan yang diperoleh individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian artinya individu berusaha
4
menilai
dan
menafsirkan
suatu
keadaan
atau
peristiwa
dengan
cara
memperhatikan segi-segi positif secara subjektif. Ketiga Kontrol Keputusan (decisional control) merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kontrol diri terdiri atas kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi peristiwa melalui informasi yang diperoleh, kemampuan menafsairkan peristiwa, dan kemampuan mengambil keputusan.
2.2 Perencanaan Keuangan Wibawa (2003), mengartikan perencanaan keuangan sebagai suatu cara menyusun keseimbangan dari penghasilan disatu sisi dengan pengeluaran disisi lain yang berupa konsumsi, tabungan dan investasi. Indriani et al. (dalam Ika, 2011) mendefinisikan rencana keuangan sebagai suatu strategi yang apabila dijalankan bisa membantu mencapai tujuan keuangan di masa datang. Menurut Senduk (dalam Yohnson, 2004), perencanaan keuangan adalah kegiatan merencanakan tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Dorimulu (dalam Ika, 2011), mendefinisikan perencanaan keuangan atau financial planning merupakan proses pencapaian tujuan hidup yakni masa depan yang sejahtera dan bahagia lewat penataan keuangan. Menurut Warsono (2010) bagian pendapatan dialokasikan untuk tiga komponen. Pertama, digunakan untuk konsumsi yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun jangka panjang. Jamal dalam Anita dan Rita (2008) mendefinisikan konsumsi sebagai pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Dalam melakukan pembelian, prinsip keuangan yang dapat digunakan adalah membeli barang dan jasa yang berdasarkan kebutuhan (need), bukan keinginan (want). Kedua, alokasi untuk tabungan terutama digunakan untuk keperluan berjaga-jaga dan terkadang untuk spekulasi. Tabungan merupakan sejumlah uang yang ditarik individu dari pendapatan untuk investasi (Leny, 2004). Ketiga, digunakan untuk kegiatan investasi. Investasi merupakan kegiatan keuangan
5
dengan cara menyimpan uang, yang artinya orang bisa membutuhkan uang guna bespekulasi dengan menanamkan uang ke dalam produk investasi (Anita dan Rita, 2008). Menurut Goss (dalam Yohnson, 2004), untuk mencapai hasil yang optimal ketika mengerjakan sebuah perencanaan keuangan, seorang perencana keuangan harus: Pertama, menetapkan tujuan keuangan yang terukur. Tujuan keuangan harus khusus dan mempunyai jangka waktu. Setiap tujuan yang sudah ditetapkan akan mempunyai konsekuensi tertentu terhadap cashflow yang akan dibuat atau program pensiun akan semakin lama. Jadi semua keputusan keuangan mempunyai hubungan yang erat. Kedua, evaluasi kembali kondisi keuangan secara periodik. Perencanaan keuangan adalah suatu proses yang dinamis. Tujuan keuangan boleh berganti dengan berjalannya waktu karena perubahan pola hidup seseorang seperti menikah, kenaikan pangkat, atau mempunyai anak. Jadi perencanaan keuangan perlu dilakukan evaluasi kembali disesuaikan dengan kondisi yang berubah. Ketiga, mulai perencanaan sedini mungkin. Seringkali seseorang selalu menunda dalam membuat perencanaan keuangan. Dengan mengembangkan kebiasaan perencanaan keuangan yang baik, seperti menabung, anggaran, investasi, dan mengevaluasi secara teratur, kehidupan seseorang dapat berubah dan dapat mengatasi keadaan darurat. Keempat, penetapan tujuan keuangan haruslah realistis. Perencanaan keuangan adalah sebuah pendekatan untuk mengatur keuangan dalam mencapai tujuan keuangan. Tujuan keuangan tersebut memerlukan suatu proses yang panjang karena adanya ketidakpastian dan resiko seperti terjadi inflasi, perubahan harga saham, perubahan tingkat suku bunga yang akan mempengaruhi hasil perencanaan keuangan. Kelima, mencapai tujuan keuangan memerlukan perjuangan. Setiap orang yang merencanakan keuangan harus mengerti proses perencanaan keuangan dan tahu apa yang harus dilakukan. Informasi yang relevan dengan kondisi keuangan harus didapat. Jadi suatu proses perencanaan keuangan tidak berhenti pada sebuah perencanaan melainkan harus terus diikuti perkembangannya. Senduk (2001) menjelaskan alasan mengapa keluarga memerlukan perencanaan keuangan yaitu karena adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai,
6
kenaikan biaya hidup setiap tahunnya, tingginya biaya hidup, banyaknya alternatif produk keuangan, fisik manusia yang tidak selalu sehat, dan keadaan perekonomian yang tidak stabil. Menurut Wibawa (2003) perencanaan keuangan diperlukan karena pada dasarnya setiap orang memiliki ketidakpastian yaitu ketakutan akan masa depan kehidupan finansial, dan dengan perencanaan keuangan akan memberikan pilihan untuk menghadapi masa depan.
2.3 Perilaku Konsumtif Menurut Lubis dalam Puswati (2010), perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Menurut Neufeldt (dalam Harnum, 2011), perilaku konsumtif adalah suatu tindakan yang tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Secara psikologis hal ini menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman. Muharsih dalam Puswati (2010) mengungkapkan perilaku konsumtif adalah pola konsumsi yang berada diluar kebutuhan rasional, yang lebih mementingkan faktor keinginan daripada faktor kebutuhan untuk tujuan kebahagiaan, rasa dihargai, atau pengakuan sosial. Sumartono (dalam Harnum, 2011) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas, artinya belum habis suatu produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lain atau membeli suatu produk karena banyak orang yang menggunakan produk tersebut. Predikat konsumtif biasanya melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan yang rasional, sebab pembelian tidak lagi didarkan pada fakor kebutuhan, tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan (Lina & Rosyid, 1997). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif yaitu tindakan irasional yang membeli suatu produk berdasarkan keinginan bukan kebutuhan sehingga dapat menimbulkan pemborosan. Sumartono (dalam Harnum, 2011) menyebutkan terdapat delapan ciri-ciri perilaku konsumtif. (1) Membeli karena penawaran hadiah yang menarik sehingga
7
pembelian tidak melihat pada manfaatnya tetapi tujuannya hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan. (2) Membeli karena kemasan yang menarik. Individu tertarik untuk membeli karena kemasan yang berbeda dari yang lain. (3) Membeli karena untuk menjaga penampilan dan gengsi. Gengsi membuat individu memilih barang yang dianggap dapat menjaga penampilan dibandingkan membeli barang yang dibutuhkan. (4) Membeli barang karena potongan harga, biasanya individu membeli barang karena harga yang ditawarkan menarik. (5) Kecendrungan membeli barang yang dianggap dapat menjaga status sosial, dalam hal ini individu menganggap barang yang digunakan adalah simbol status sosialnya. (6) Memakai suatu barang karena pengaruh model yang mengiklankan barang. Individu memakai barang karena tertarik untuk bisa menjadi seperti model iklan tersebut. (7) Penilaian bahwa membeli barang dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. (8) Individu membeli lebih dari dua barang sejenis dengan merek yang berbeda. Menurut Secord dan Backman, dalam Mardani (2009), aspek perilaku konsumtif ada tiga: Pertama, aspek kognitif, meliputi keseluruhan pikiran yang dimiliki mengenai suatu objek dengan sikap tertentu, dapat berupa pengetahuan, fakta, dan keyakinan mengenai suatu barang atau objek. Dalam mengkonsumsi suatu produk, biasanya individu mencari informasi sebagai langkah awal perkenalan terhadap produk tersebut. Bila produk tersebut laku di pasaran bahkan banyak diminati maka individu akan terdorong untuk segera mengkonsumsinya agar tidak dianggap ketinggalan mode sehingga individu tersebut berperilaku konsumtif. Kedua, aspek afektif, yaitu seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap suatu objek atau produk. Bila ada perasaan senang terhadap produk tertentu, akan menimbulkan keinginan untuk membelinya. Ketiga, aspek konatif yaitu kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak konsumtif dengan melakukan beberapa cara untuk memenuhinya, misalnya dengan meminjam uang dari teman demi untuk membeli produk yang diinginkan.
8
Menurut Swastha dan Handoko (1987) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif antara lain: 1). Faktor eksternal yang meliputi kebudayaan, kelompok referensi, keluarga, dan kelas sosial. Budaya memiliki pengaruh yang paling luas dan mendalam dalam perilaku konsumen. Berkaitan dengan perubahan mode secara tidak langsung dapat menjadikan individu berprilaku konsumtif. Kelompok referensi merupakan kumpulan kelompok teman atau organisasi yang mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku seseorang, termasuk meminta pertimbangan teman dalam memilih barang yang dibeli. Keluarga merupakan pengaruh utama pada perilaku individu, termasuk perilaku membeli. Seseorang yang dibesarkan dalam keluarga mampu dan memiliki kebiasaan hidup mewah akan lebih mudah berperilaku konsumtif. Kelas sosial dapat dilihat dari golongan ekonomi, pada umumnya seseorang yang berasal dari golongan ekonomi bawah akan lebih cermat dalam menggunakan uangnya dibandingkan dengan yang berasal dari golongan ekonomi atas. 2). Faktor internal yang meliputi pengamatan, sikap, belajar, konsep diri. Pengamatan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, melihat dan mencari informasi mengenai suatu produk yang akhirnya membentuk pandangan tertentu terhadap kualitas dari barang tersebut. Sikap membeli dilakukan konsumen berdasarkan pengalaman dan proses belajar yang dapat berupa sikap positif atau negative terhadap suatu produk. Proses belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku yang
bersumber
perkembangan
dari
mode
pengalaman. merupakan
Proses
proses
mengamati
belajar
yang
dan
mengikuti
disertai
dengan
mengkonsumsi suatu barang secara berlebihan. Konsep diri yang berbeda pada setiap orang menyebabkan pandangan yang berbeda pada seseorang dalam membeli produk (Pudjiyogyanti dalam Harnani, 2005). Sedangkan menurut Pride dan Ferrel (1995) faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif antara lain: 1. Faktor pribadi, meliputi faktor demografi seperti jenis kelamin, ras, suku bangsa, usia, siklus kehidupan keluarga, pekerjaan, dan pendapatan. Biasanya perempuan lebih mudah tergoda dan kurang bisa mengendalikan keinginan membelinya walaupun barang tersebut kurang bermanfaat. Berdasarkan usia
9
biasanya usia muda lebih cenderung untuk berperilaku konsumtif karena ingin coba-coba dan dianggap tidak ketinggalan mode. 2. Faktor situasional merupakan kondisi atau keadaan yang ada ketika konsumen membuat keputusan membeli dapat dikarenakan adanya obral besar-besaran terhadap barang yang diinginkan. 3. Faktor psikis, meliputi persepsi, kemampuan dan pengetahuan, motivasi, sikap serta kepribadian. Bila individu mempunyai persepsi bahwa barang tersebut bagus maka akan tercipta kainginan untuk membelinya walaupun sebenarnya tidak dibutuhkan. 4. Faktor sosial, meliputi peran keluarga, budaya, dan kelompok acuan. Keluarga merupakan faktor utama dikarenakan biasanya saran dari keluarga menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif bersumber dari internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi pengamatan, sikap, belajar, konsep diri, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi kebudayaan, kelas sosial, teman atau kelompok referensi, dan keluarga. Menurut Harnum (2011), perilaku konsumtif mempunyai dampak negatif yaitu menimbulkan pemborosan, inefisiensi biaya, dan secara psikologis dapat menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman. Pemborosan terjadi disebabkan karena perilaku membeli bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi hanya untuk memenuhi kesenangan sesaat. Dana yang seharusnya digunakan untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan, digunakan untuk pembelian barang yang tidak bermanfaat sehingga menimbulkan inefisiensi biaya. Selain itu, rasa cemas juga dapat timbul karena individu selalu merasa bahwa ada tuntutan untuk membeli barang yang diinginkannya, akan tetapi keinginan membeli tersebut tidak ditunjang dengan keadaan finansial yang mendukung sehingga menimbulkan rasa cemas karena keinginanya tidak terpenuhi. Selain pemborosan, inefisiensi biaya, serta kecemasan, perilaku konsumtif juga akan menimbulkan rasa tidak aman. Rasa tidak aman yang disebabkan perilaku konsumtif adalah ketika individu melakukan pembelian barang secara
10
berlebihan. Rasa tidak aman timbul karena menipisnya keadaan keuangan sedangkan masih ada kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi.
2.4 Hubungan Self Control dan Perilaku Konsumtif Sebuah pepatah Wall Street mengatakan bahwa pasar termotivasi oleh dua emosi yaitu ketakutan dan keserakahan (Nofsinger, 2005). Ketakutan dan keserakahan dapat membuat seseorang terkadang hanya bertindak sesuai dengan emosinya sehingga kurang bijaksana dalam mengambil keputusan. Untuk mengurangi hal tersebut, dalam bidang keuangan juga dibutuhkan kontrol diri (self control) yang dapat menekan emosi yang terjadi didalam diri individu agar dapat bertindak lebih rasional. Thaler dan Shefrin (dalam Nofsinger, 2005) menggambarkan masalah kontrol diri seperti hubungan seseorang antara dua perilaku yaitu sebagai perencana dan pelaku. Seorang pelaku ingin melakukan kegiatan konsumsi sekarang dan cenderung untuk menunda-nunda tugas yang tidak diinginkannya, sedangkan seorang perencana lebih mengutamakan menabung yang akan digunakan untuk konsumsi yang akan datang. Konflik ini terjadi karena seseorang dipengaruhi oleh pemikiran jangka panjang secara rasional dan emosi yang ada dalam dirinya. Goldfried dan Merbaum mendefinisikan kontrol diri (self control) sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Self control dalam perencanaan keuangan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya pemborosan. Sebagai salah satu sifat dari kepribadian, self control juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Munandar (dalam Harnum, 2011) bahwa kontrol diri merupakan salah satu sifat
kepribadian
yang
mempengaruhi
seseorang
dalam
membeli
atau
menggunakan barang dan jasa. Self control sangat mempengaruhi tinggi rendahnya perilaku konsumtif yang bisa terjadi. Individu harus memiliki self control yang tinggi untuk mencegah perilaku konsumtif yang dapat ditimbulkan.
11
Individu yang memiliki self control yang tinggi mampu mengendalikan perilakunya untuk tidak membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku konsumtif. Sebaliknya, apabila individu dengan self control rendah maka individu tersebut akan cenderung sulit menahan diri dalam membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan sehingga pembelian barang-barang bukan berdasarkan kebutuhan tapi hanya berdasarkan keinginan saja dan akan menimbulkan perilaku konsumtif. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H1 : Terdapat hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga RW 09 kelurahan Salatiga.
2.5 Hubungan Perencanaan Keuangan dengan Perilaku Konsumtif Wibawa (2003), mengartikan perencanaan keuangan sebagai suatu cara menyusun keseimbangan dari penghasilan disatu sisi dengan pengeluaran disisi lain yang berupa konsumsi, tabungan dan investasi. Perencanaan keuangan digunakan sebagai salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif karena dengan membuat perencanaan keuangan maka individu akan lebih terarah dalam menggunakan uangnya dalam kegiatan ekonomi. Hal ini terjadi karena ketika individu membuat perencanaan keuangan maka individu tersebut sudah memiliki daftar kebutuhan yang akan dipenuhi sehingga individu tersebut akan menggunakan uangnya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Panigoro
(2011)
mengungkapkan
bahwa
perencanaan
keuangan
diperlukan untuk menentukan arah yang jelas bagi pengelolaan keuangan karena tanpa perencanaan keuangan cenderung akan memboroskan uang yang telah diperoleh. Selain dapat mencegah terjadinya pemborosan, perencanaan keuangan juga dapat mengurangi terjadinya perilaku konsumtif. Hal ini dimaksudkan karena dengan membuat perencanaan keuangan, individu biasanya sudah memiliki daftar pengeluaran sehingga dapat menghindari pengeluaran yang tidak dibutuhkan yang akan dapat menimbulkan perilaku konsumtif. Berdasarkan pemaparan tersebut hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
12
H2 : Terdapat hubungan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga RW 09 kelurahan Salatiga.
3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012 : 80). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah ibu rumah tangga yang bermukim di RW 09 Kelurahan Salatiga. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 580 ibu rumah tangga yang termasuk dalam warga di RW 09 Kelurahan Salatiga. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012 : 81). Pemilihan sampel penelitian dilakukan menggunakan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dilakukan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012 : 85). Perolehan data sampel dari populasi yang ada dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Yamane (Supramono dan Utami, 2003 : 66) n
d
.......................................................................................................... (1)
Keterangan: n
: jumlah sampel
N
: jumlah populasi
1
: angka konstan
d
: prosentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
Jadi, n
5 0 5 0 (0 )
n
5 9
n
5
................................................................................................ (2)
13
Berdasarkan rumus tersebut dengan jumlah populasi sebanyak 580 orang dan menggunakan tingkat kepercayaan 10% maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 85 orang.
3.2 Pengukuran Konsep Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berhubungan dengan apa yang diteliti dan disusun oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 6 item pertanyaan mengenai karakteristik responden dan pertanyaan yang berhubungan dengan self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif yang disusun dengan menggunakan skala guttman. Skala guttman merupakan skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten (Riduwan dan Akdon, 2009 : 20).
3.3 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh penulis langsung dari responden (Supramono dan Sugiarto, 1993). Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh responden mengenai masalah yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden. Setelah diberi kesempatan dalam jangka waktu tertentu untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut kemudian ditarik kembali oleh peneliti untuk dijadikan data primer bagi penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik inferensia, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel diambil . (Sugiyono, 2012 : 148). Untuk melihat hubungan self control dan perencanaan
14
keuangan dengan perilaku konsumtif menggunakan uji khi kuadrat (chi-square test) dengan menggunakan fungsi tabulasi silang (crosstabs), dan untuk menemukan koefisien korelasi antara self control dengan perilaku konsumtif dan juga perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif digunakan korelasi phi.
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di RW 09 kelurahan Salatiga kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Data diperoleh melalui pembagian kuesioner selama bulan Mei 2013 kepada ibu rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua RW 09 kelurahan Salatiga, terdapat 580 ibu rumah tangga, namun sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 85 responden.
4.1 Karakteristik responden Karakeristik responden dalam penelitian ini menampilkan jumlah beserta persentasenya dari setiap karakteristik dari jumlah keseluruhan yang menjadi sampel sebanyak 85 orang. Berikut ini merupakan gambaran secara umum mengenai karakteristik responden, yaitu mengenai usia, latar belakang pendidikan, dan juga jumlah anggota keluarga.
15
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ∑ 1. Usia 20 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 ≥ 60 Jumlah 2. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Diploma Sarjana Jumlah 3. Jumlah Anggota Keluarga 2 3 4 5 ≥5 Jumlah Sumber: Data diolah, 2013
%
12 22 26 21 4 85
14,12 25,88 30,59 24,70 4,70 100
13 9 42 7 14 85
15,29 10,59 49,41 8,23 16,47 100
14 27 21 12 11 85
16,47 31,76 24,70 14,12 12,94 100
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan usia responden, rata-rata responden memiliki usia antara 41–50 tahun yaitu sebesar 30,59%. Berdasarkan karakteristik mengenai latar belakang pendidikan responden, dapat dijelaskan bahwa sebesar 49,41% responden memiliki latar belakang pendidikan SMA, dan dari data jumlah anggota keluarga responden, dapat dilihat bahwa sebesar 31,76% responden memiliki anggota keluarga yang berjumlah tiga orang. Dalam penelitian ini, responden memiliki sumber pendapatan yang tidak hanya berasal dari pendapatan suami, tetapi ada juga responden yang bekerja untuk memperoleh pendapatan. Data mengenai sumber pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
16
Tabel 4.2 Sumber Pendapatan Responden Sumber Pendapatan ∑ 1. Suami 22 2. Diri Sendiri (Istri) 6 3. Suami dan Istri 57 85 Jumlah Sumber: Data diolah, 2013
% 25,88 7,06 67,06 100
Dilihat dari sumber pendapatan responden, sebanyak 67,06% responden memiliki sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan suami dan juga diri sendiri; 25,88% responden yang sumber pendapatannya berasal dari suami; dan hanya sebanyak 7,06% responden yang hanya memiliki sumber pendapatan yang berasal dari diri sendiri. Secara keseluruhan, responden memiliki pendapatan yang berasal dari pendapatan suami maupun diri sendiri. Berdasarkan jenis pekerjaan, jenis pekerjaan responden dapat diklasifikasikan seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Jenis Pekerjaan Responden Suami Jenis Pekerjaan ∑ % Pegawai Negeri 8 9,41 Pegawai Swasta 34 40 Wirausaha 19 22,35 Pensiun 16 18,82 Lainnya 8 9,41 Ibu Rumah Tangga Jumlah 85 100 Sumber: Data diolah, 2013
Istri ∑ 9 31 17 2 4 22 85
% 10,59 36,47 20 2,35 4,70 25,89 100
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa pekerjaan suami didominasi oleh jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta, hal ini dapat dilihat dari 85 orang responden ada sebesar 34 (40%) responden yang jenis pekerjaan suaminya sebagai pegawai swasta. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh jenis pekerjaan responden sendiri yang sebagian besar juga sebagai pegawai swasta. Dari 85 orang responden, sebanyak 31 orang atau sebesar 36,47% responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta.
17
4.2 Self Control, Perencanaan Keuangan, dan Perilaku Konsumtif Dalam penelitian ini self control dikelompokkan menjadi dua yaitu responden yang memiliki self control yang baik yaitu responden yang mampu mengendalikan dirinya untuk menghindari perilaku konsumtif, dan responden yang memiliki self contol yang buruk yaitu responden yang sulit mengendalikan dirinya untuk menghindari perilaku konsumtif. Tabel berikut ini merupakan gambaran mengenai jumlah rata-rata responden dilihat dari self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif.
Tabel 4.4 Gambaran Umum Self Control, Perencanaan Keuangan, dan Perilaku Konsumtif Responden Ya Tidak Total Asymp. Sig. Pertanyaan (2-tailed) % % ∑ % ∑ ∑ 1. Self Control Apakah Anda merasa memiliki self control 36 42,35 49 57,65 85 100 yang baik untuk 0,19 menghindari perilaku konsumtif? 2. Perencanaan Keuangan Dalam kegiatan ekonomi yang Anda 37 43,53 48 56,48 85 100 lakukan, apakah Anda 0,28 selalu membuat perencanaan keuangan? 3. Perilaku Konsumtif Apakah Anda merasa 50 58,82 35 41,18 85 100 bahwa Anda termasuk 0,13 orang yang konsumtif? Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.4 mengenai self control dapat dilihat bahwa dari 85 responden sebanyak 36 (42,35%) responden menjawab ya, dan 49 (57,65%) responden menjawab tidak. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 42,35% responden memiliki self control yang baik karena dapat mengendalikan diri untuk menghindari perilaku konsumtif, dan 57,65% responden memiliki self control
18
buruk. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden memiliki self control yang baik dan hasilnya menunjukkan jumlah yang lebih kecil pada responden yang memiliki self control yang baik. Tabel 4.4 menunjukkan sebesar 43,53% responden yang membuat perencanaan keuangan, hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan responden yang tidak membuat perencanaan keuangan yaitu sebanyak 56,48%. Tabel tersebut menunjukkan bahwa masih sedikitnya responden yang membuat perencanaan keuangan dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan tabel 4.4 mengenai jumlah responden yang memiliki perilaku konsumtif dapat dilihat bahwa sebesar 58,82% responden memiliki perilaku konsumtif dan sebesar 41,18% responden yang tidak memiliki perilaku konsumtif. Hal ini terjadi karena responden sulit untuk menahan diri ketika melihat barangbarang yang menarik walaupun barang-barang tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan, sehingga barang yang dibeli hanya berdasarkan keinginan yang timbul oleh responden ketika melihat barang tersebut. Untuk melihat perbedaan jumlah responden dalam hal self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif dilakukan uji binomial. Berdasarkan uji binomial yang dilakukan menurut self control, diperoleh hasil Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0,19 dengan α
0
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan jumlah responden yang memiliki self control yang baik dan buruk. Uji binomial mengenai ada tidaknya perbedaan jumlah responden yang membuat perencanaan keuangan dengan yang tidak membuat menunjukkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed)
0
dengan α
0
Hal ini berarti tidak ada perbedaan
jumlah responden yang membuat perencanaan keuangan dengan yang tidak membuat perencanaan keuangan. Uji binomial yang dilakukan pada perilaku konsumtif menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed)
0 3 dengan α
0
artinya tidak
terdapat perbedaan antara jumlah responden yang memiliki perilaku konsumtif dengan responden yang memiliki perilaku konsumtif. Banyak cara yang dilakukan responden untuk mengendalikan diri agar terhindar dari perilaku konsumtif. Berikut ini merupakan gambaran bentuk-bentuk
19
pengendalian diri yang dilakukan responden untuk menghindari perilaku konsumtif yang sudah dikelompokkan menjadi tiga bagian.
Tabel 4.5 Bentuk-Bentuk Pengendalian Diri Responden Bentuk Pengendalian Diri ∑ % Mendahulukan kebutuhan daripada keinginan 82 43,62 Menyisihkan pendapatan untuk ditabung 69 36,70 Membuat perencanaan keuangan 37 19,68 Total 188 100 Sumber : Data diolah, 2013 Keterangan : jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 85 responden, dalam pertanyaan ini responden dimungkinkan menjawab lebih dari satu jawaban. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebesar 43,62% responden mengendalikan diri dengan cara mendahulukan kebutuhan daripada keinginan; 36,70% responden menyisihkan pendapatan untuk ditabung; 19,68% responden membuat perencanaan keuangan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa salah satu bentuk pengendalian diri (self control) yang paling banyak dilakukan responden yaitu responden lebih mengutamakan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan. Perilaku konsumtif sulit dihindari karena beberapa alasan tertentu. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan alasan-alasan responden memiliki perilaku konsumtif. Tabel 4.6 Alasan-Alasan Responden yang Memiliki Perilaku Konsumtif Alasan ∑ % Tergoda iklan yang ditayangkan 68 40,48 Mudah tergoda oleh hadiah yang ditawarkan 41 24,40 Tergoda diskon yang diberikan 59 35,12 Total 168 100 Sumber : Data diolah, 2013 Keterangan : jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 85 responden, dalam pertanyaan ini responden dimungkinkan menjawab lebih dari satu jawaban. Berdasarkan tabel 4.6 mengenai alasan-alasan responden memiliki perilaku konsumtif, diperoleh hasil sebanyak 40,48% responden sulit menghindari perilaku konsumtif karena responden mudah tergoda oleh iklan-iklan yang ditayangkan. 20
Responden mudah terbujuk untuk membeli barang yang diiklankan meskipun barang tersebut sebenarnya kurang dibutuhkan. Selain itu sebanyak 24,40% responden menyatakan alasan memiliki perilaku konsumtif yaitu karena penawaran hadiah yang diberikan ketika membeli suatu barang, dan sebanyak 35,12% responden memberikan alasan mudah tergoda oleh diskon yang ditawarkan. Dalam penelitian ini, sumber pendapatan responden digolongkan menjadi tiga yaitu suami, diri sendiri (istri), dan pendapatan yang bersumber dari suami dan juga diri sendiri (istri). Tabel berikut ini merupakan gambaran perilaku konsumtif responden dilihat dari sumber pendapatan yang diterima.
Tabel 4.7 Perilaku Konsumtif Berdasarkan Sumber Pendapatan Responden Perilaku Konsumtif Total Ya Tidak ∑ % ∑ % ∑ % 12 14,12 10 11,77 22 25,88 Suami 0 0 6 7,06 6 7,06 Sumber Diri Sendiri (Istri) Pendapatan Suami dan Diri 38 44,70 19 22,35 57 67,06 Sendiri (Istri) 50 58,82 35 41,18 85 100 Total Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.7 mengenai perilaku konsumtif responden, diperoleh hasil sebanyak 25,88% responden memiliki pendapatan yang bersumber dari suami. Responden yang memiliki sumber pendapatan dari suami menunjukkan sebanyak 14,12% responden memiliki perilaku konsumtif sedangkan 11,77% responden tidak memiliki perilaku konsumtif. Responden yang memiliki pendapatan hanya dari diri sendiri tidak menunjukkan adanya perilaku konsumtif. Sebanyak 57 responden yang memiliki pendapatan yang bersumber dari suami maupun diri sendiri. Berdasarkan 57 responden tersebut, sebanyak 38 (44,70%) responden memiliki perilaku konsumtif, dan sebanyak 22,35% responden tidak memiliki perilaku konsumtif.
21
4.3 Pengujian Hipotesis Hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif dan juga perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif dapat diketahui dengan menggunakan uji hipotesis. Teknik analisis yang dipakai untuk pengujian hipotesis penelitian tersebut menggunakan chi-square dengan membuat fungsi crosstabs dan menggunakan korelasi Phi. Penelitian terhadap pengujian hipotesis didasarkan pada hipotesis yang telah dibuat yaitu: H1 : Terdapat hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga RW 09 kelurahan Salatiga. H2 : Terdapat hubungan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga RW 09 kelurahan Salatiga. Pengambilan keputusan terhadap penerimaan atau penonalakan hipotesis didasarkan pada tingkat signifikan yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut: a. Jika signifikan < α maka hipotesis diterima yang artinya terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y. b. Jika signifikan > α maka hipotesis ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.
4.3.1 Hubungan Self Control dengan Perilaku Konsumtif Hasil penelitian terhadap 85 responden, sebanyak 50 responden (58,82%) menunjukkan bahwa responden memiliki perilaku konsumtif dan hanya 41,18% responden yang tidak memiliki perilaku konsumtif. Berikut ini merupakan tabel hasil uji chi-square self control dengan perilaku konsumtif.
22
Tabel 4.8 Hasil Uji Chi-Square Self Control dengan Perilaku Konsumtif Perilaku Konsumtif α Sig Phi Kesimpulan Ya Tidak ∑ % ∑ % 3 3,53 33 38,82 Baik Self 0,1 0,000 -0,879 Signifikan Control Buruk 47 55,29 2 2,36 50 58,82 35 41,18 Total Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.8, menunjukkan bahwa 38,82% responden memiliki self control yang baik dan tidak memiliki perilaku konsumtif, dan hanya 3,53% responden yang memiliki self control yang baik tetapi memiliki perilaku konsumtif. Sebesar 55,29% responden memiliki self control yang buruk dan cenderung memiliki perilaku konsumtif. Hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif dapat diketahui setelah uji hipotesis. Teknik analisis yang dipakai untuk pengujian hipotesis penelitian tersebut menggunakan chi-square dengan menggunakan korelasi Phi. Berdasarkan tabel 4
menunjukkan tingkat signifikan yang lebih kecil dari α yaitu
sebesar 0,000 artinya hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif. Untuk melihat arah hubungan self control dengan perilaku konsumtif dapat dilihat dari besarnya nilai phi yaitu -0,879. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara self control dengan perilaku konsumtif. Responden yang memiliki self control yang baik cenderung tidak memiliki perilaku konsumtif, sedangkan responden yang memiliki self control yang buruk cenderung memiliki perilaku konsumtif.
4.3.2 Hubungan Perencanaan Keuangan dengan Perilaku Konsumtif Untuk Penelitian yang dilakukan terhadap 85 responden, sebanyak 37 responden (43,53%) menunjukkan bahwa responden membuat perencanaan keuangan dan 48 responden (56,48%) yang tidak membuat perencanaan keuangan. Tabel berikut merupakan hasil uji chi-square mengenai perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif responden:
23
Tabel 4.9 Hasil Uji Chi-Square Perencanaan Keuangan dengan Perilaku Konsumtif Perilaku Konsumtif α Sig Phi Ya Tidak ∑ % ∑ % 3 3,53 34 40 Ya Perencanaan 0,1 0,000 -0,905 Keuangan 47 55,3 1 1,18 Tidak 50 58,83 35 41,18 Total Sumber: Data diolah, 2013
Kesimpulan
Signifikan
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 40% responden membuat perencanaan keuangan dan tidak memiliki perilaku konsumtif, dan 3,53% responden yang membuat perencanaan keuangan tetapi memiliki perilaku konsumtif. Sebesar 55,3% responden tidak membuat perencanaan keuangan dan cenderung memiliki perilaku konsumtif. Hubungan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif dilakukan dengan teknik analisis chi-square dengan menggunakan korelasi Phi. Hasil korelasi antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif pada tabel 4.9 menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0.000 dan phi sebesar -0,905. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif. Responden yang membuat perencanaan keuangan cenderung tidak memiliki perilaku konsumtif, sedangkan responden yang tidak membuat perencanaan keuangan cenderung memiliki perilaku konsumtif.
4.4 Pembahasan Menurut Neufeldt dalam Harnum (2011), perilaku konsumtif adalah suatu tindakan yang tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan
pemborosan
dan
inefisiensi
biaya.
Dalam
mencukupi
kebutuhannya, setiap orang memiliki perilaku yang berbeda-beda, ada yang memenuhi kebutuhannya secara wajar dan ada juga yang memenuhi secara berlebihan. Hal tersebut menyebabkan seseorang untuk berprilaku konsumtif (Harnum, 2011).
24
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh peneliti mengenai perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga di RW 09 kelurahan Salatiga, hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang memiliki perilaku konsumtif dengan yang tidak memiliki perilaku konsumtif. Berdasarkan data yang diperoleh dari 85 responden, dapat dilihat bahwa sebanyak 50 responden (58,82%) menunjukkan bahwa responden memiliki perilaku konsumtif dan 41,18% responden yang tidak memiliki perilaku konsumtif, berarti lebih dari 50% responden memiliki perilaku konsumtif. Padahal, perilaku konsumtif mempunyai dampak negatif yaitu menimbulkan pemborosan, inefisiensi biaya, dan secara psikologis dapat menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman (Harnum, 2011). Alasan responden memiliki perilaku konsumtif yaitu karena responden sulit untuk menahan diri ketika melihat barang-barang yang menarik walaupun barang-barang tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan, sehingga barang yang dibeli hanya berdasarkan keinginan yang timbul oleh responden ketika melihat barang tersebut. Berdasarkan pernyatan tersebut dapat dilihat bahwa masih kurangnya self control yang dimiliki responden dalam kegiatan ekonominya. Berdasarkan
alasan-alasan
mengapa
responden
memiliki
perilaku
konsumtif, diperoleh hasil sebanyak 40,48% responden sulit menghindari perilaku konsumtif karena responden mudah tergoda oleh iklan-iklan yang ditayangkan. Selain itu sebanyak 24,40% responden menyatakan alasan memiliki perilaku konsumtif yaitu karena penawaran hadiah yang diberikan ketika membeli suatu barang, dan sebanyak 35,12% responden memberikan alasan mudah tergoda oleh diskon yang ditawarkan. Dalam penelitian ini, jika dilihat dari self control responden sebesar 42,35% responden memiliki self control yang baik sehingga mampu mengendalikan dirinya untuk menghindari perilaku konsumtif, sedangkan 57,65% responden memiliki self control yang buruk. Bentuk-bentuk pengendalian diri responden
diantaranya
mendahulukan
kebutuhan
daripada
keinginan,
menyisihkan pendapatan untuk ditabung, dan juga membuat perencanaan keuangan.
25
Berdasarkan hasil analisis mengenai perilaku konsumtif responden berdasarkan sumber pendapatannya diperoleh hasil dari 25,88% responden yang memiliki pendapatan yang bersumber dari suami menunjukkan, sebanyak 14,12% responden memiliki perilaku konsumtif sedangkan 11,77% responden tidak memiliki perilaku konsumtif. Responden yang memiliki pendapatan hanya dari diri sendiri tidak menunjukkan adanya perilaku konsumtif. Sedangkan, dari 57 responden yang memiliki pendapatan yang bersumber dari suami maupun diri sendiri, sebanyak 38 (44,70%) responden memiliki perilaku konsumtif, dan sebanyak 22,35% responden tidak memiliki perilaku konsumtif. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 36 responden yang memiliki self control yang baik terdapat 33 responden atau 38,82% responden yang tidak memiliki perilaku konsumtif. Responden yang sulit untuk mengendalikan dirinya atau memiliki self control yang lebih rendah menunjukkan perilaku konsumtif yang lebih tinggi lebih tinggi, yaitu dari 49 responden terdapat sebanyak 47 (55,29%) responden yang memiliki perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki self control yang tinggi lebih mampu untuk mengendalikan diri dari perilaku-perilaku yang boros dalam penggunaan uang yang akan memperbesar kemungkinan terjadinya perilaku konsumtif. Pada penelitian ini, analisis yang diakukan untuk mengetahui hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif diperoleh hasil (sig = 0,000 < 0,1; phi = -0,879), yang artinya ada hubungan negatif signifikan antara self control dengan perilaku konsumtif. Responden yang memiliki self control yang baik cenderung tidak memiliki perilaku konsumtif, sedangkan responden yang memiliki self control yang buruk cenderung memiliki perilaku konsumtif. Salah satu bentuk pengendalian diri yang dilakukan responden, yaitu dengan membuat
perencanaan keuangan
yang dapat
membantu
untuk
menghindari perilaku konsumtif. Jika dilihat dari jumlah responden yang membuat perencanaan keuangan, dalam penelitian ini jumlah responden yang membuat perencanaan keuangan masih sedikit dibandingkan responden yang tidak membuat perencanaan keuangan yaitu sebesar 43,53%. Padahal perencanaan keuangan diperlukan untuk menentukan arah yang jelas bagi pengelolaan
26
keuangan pribadi karena tanpa perencanaan keuangan cenderung akan memboroskan uang yang telah diperoleh (Panigoro, 2011). Hal ini juga berpengaruh terhadap perilaku konsumtif yang ditunjukkan oleh responden. Berdasarkan analisis data yang dilakukan mengenai perencanan keuangan terhadap 85 responden, diperoleh sebanyak 37 (43,53%) responden yang membuat perencanaan keuangan dan sebanyak 48 (56,48%) responden yang tidak membuat perencanaan keuangan. Berdasarkan 37 responden yang membuat perencanaan keuangan sebanyak 34 (43,53%) responden menunjukkan bahwa responden tidak memiliki perilaku konsumtif. Sebaliknya, dari 48 responden yang tidak membuat perencanaan keuangan
menunjukkan 47 (55,3%) responden
cenderung memiliki perilaku konsumtif. Analisis korelasi phi digunakan untuk mengetahui hubungan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif, dan diperoleh hasil (sig = 0,000 < 0,1; phi = -0,905), yang menunjukkan ada hubungan negatif signifikan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif. Responden yang membuat perencanaan keuangan perilaku konsumtifnya lebih rendah jika dibandingkan dengan responden yang tidak membuat perencanaan keuangan. Responden yang membuat perencanaan keuangan akan lebih mudah untuk mengontrol dirinya agar terhindar dari perilaku konsumtif karena responden yang membuat perencanaan keuangan biasanya akan menggunakan uang mereka sesuai dengan apa yang sudah direncanakan atau dianggarkan sehingga dapat menghindari perilaku konsumtif. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat hubungan antara self control, perencanaan keuangan, dan juga perilaku konsumtif yaitu self control dan perencanaan keuangan memiliki hubungan negatif dengan perilaku konsumtif. Selain itu self control dan perencanaan keuangan merupakan salah satu cara yang dapat yang dapat menghindari diri dari perilaku konsumtif dalam melakukan kegiatan ekonomi, hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisis data yaitu responden yang memiliki self control yang baik dan responden yang membuat perencanaan keuangan memiliki kecenderungan perilaku konsumtif yang lebih rendah.
27
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang merupakan warga RW 09 kelurahan Salatiga cenderung memiliki perilaku konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari sebesar 58,82% responden memiliki perilaku konsumtif. Pada penelitian ini self control dan perencanaan keuangan pada ibu rumah tangga masih belum optimal karena hasil analisis mengenai self control menunjukkan self control yang rendah atau buruk dan hanya sebagian dari ibu rumah tangga yang membuat perencanaan keuangan dan masih banyak yang belum membuat perencanaan keuangan. Self control memiliki hubungan negatif dengan perilaku konsumtif, hal ini dilihat dari hasil (sig = 0,000 < 0,1; phi = -0,879), yang artinya ada hubungan negatif signifikan antara self control dengan perilaku konsumtif. Semakin baik self control maka akan semakin rendah tingkat perilaku konsumtif. Sebaliknya, semakin buruk self control maka semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif. Perencanaan keuangan memiliki hubungan negatif dengan perilaku konsumtif. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil (sig = 0,000 < 0,1; phi = -0,905), yang menunjukkan ada hubungan negatif signifikan antara perencanaan keuangan dengan perilaku konsumtif. Ketika responden membuat perencanaan keuangan dapat dilihat bahwa perilaku konsumtifnya lebih kecil dibandingkan dengan responden yang tidak membuat perencanaan keuangan.
5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian yang ada dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya melihat self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif yang ada pada ibu rumah tangga secara umum. Selain itu, dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kuesioner yang tidak dikembalikan oleh responden dalam proses pengambilan data.
28
5.3 Saran Bagi Penelitian Mendatang Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut, maka rekomendasi yang dapat disampaikan antara lain yaitu penelitian selanjutnya dapat meneliti mengenai self control, perencanaan keuangan, dan perilaku konsumtif secara lebih spesifik. Dalam proses pengambilan data, sebaiknya kuesioner dibagikan dan diambil pada waktu yang sama sehingga meminimalkan terjadinya jumlah kuesioner yang tidak kembali kepada peneliti.
29
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Henny. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua-Anak Mengenai Seksualitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seks Pranikah. Skripsi Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (dipublikasikan). Andrawina, Aditya Agung. 2011. Pengaruh Variabel Demografi Terhadap Minat dan Perencanaan Keuangan Keluarga di Perumahan Watutelenan Pulisen Boyolali. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan). Anita, Dwi Marta R. & Maria Rio Rita. 2008. Perencanaan Keuangan Berdasarkan Insentif yang Diterima. Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Press. Averill. 2011. Jenis Kontrol Diri. http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205681-jenis-kontrol-diri/. Diunduh tanggal 5 November 2012. Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Harnani, Tri. 2005. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Siswa Kelas XI SMA Ronggolawe Semarang. Skripsi Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan). Harnum, Dewi. 2011. Hubungan Teknik Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Mahasiswi di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (dipublikasikan). Ika, Ardiani. 2011. Personality Traits sebagai Penentu Perencanaan Keuangan Keluarga. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora , Vol. 11, No.2, pp 118119. Kurniawan, Andi. 2012. Analisis Kepribadian Terhadap Perencanaan Keuangan Pribadi Ditinjau Dari Perspektif Gender pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran (dipublikasikan). Kusumadewi, S., Hardjajani, T., Priyatama, A.N. 2012. Hubungan antara Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa. Vol. 1, No.2.
30
Leny, Marsanti. 2004. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Tabungan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Panjang Magelang. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan). Lina & Rosyid F. Haryanto. 1997. Perilaku Konsumtif berdasarkan Locus of Control pada Remaja Puteri. Jurnal Psikologika. Mardani, Ivararosa. 2009. Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Tingkat Akhir Ekstrovert dan Introvert. Skripsi Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan). Naomi, Prima & Iin Mayasari. 2008. Perilaku Kontrol Diri Terhadap Pembelian Kompulsif. Telaah Bisnis, Vol.9, No.2, pp 180. Nofsinger, J.R. 2005. The Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Panigoro, Attalarik Syah. 2011. Analisis Kepribadian Terhadap Perencanaan Keuangan Pribadi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran (dipublikasikan). Pride, W. M. & Ferrel. 1995. Pemasaran Teori dan Praktek Sehari-Hari, Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara. Puswati, Rien Dwi. 2010. Kontribusi Kontrol Diri Pada Perilaku Konsumtif Remaja dan Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling: Studi Deskriptif terhadap siswa Kelas XI SMA Laboratorium – Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Program S1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (dipublikasikan). Riduwan & Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta. Setiawati, Ana. 2012. Mengelola Keuangan Pribadi dengan Bijak dan Sederhana. http://managedaily.co.id/journal/index/category/financial/1703. Diunduh tanggal 23 September 2012. Senduk, Safir. 2001. Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
31
Supramono dan Intiyas Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian. Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Press. Supramono dan Sugiarto. 1993. Statistika. Yogyakarta : Andy Offset Suryobroto, Rowena. 2012. Apa yang Mempengaruhi Perencanaan Keuangan Anda?.http://rowenasuryobroto.multiply.com/journal/item/7/Apa-yangMempengaruhi-Perencanaan-KeuanganAnda?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diunduh tanggal 8 Oktober 2012. Swastha, B & Handoko, H. 1987. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Liberty. Warsono. 2010. Prinsip-Prinsip dan Praktik Keuangan http://www.daneprairie.com. Diunduh tanggal 11 September 2012.
Pribadi.
Wibawa, H. K. 2003. Perencanaan keuangan keluarga. Jakarta : Salemba Empat. Yohnson. 2004. Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 6, No. 1, pp 56. www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.html. Diunduh tanggal 25 Februari 2013.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1
Kuesioner Dengan Hormat, Sehubungan dengan penulisan skripsi yang sedang saya lakukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, saya memohon kepada Ibu untuk berkenan membantu saya dengan berpartisipasi untuk menjawab pertanyaaan yang akan saya tanyakan kepada Ibu yang berhubungan dengan perilaku konsumtif. Partisipasi Ibu sangat membantu dalam penyelesaian studi saya. Atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
I.
Karakteristik Responden Silahkan mengisi identitas diri Saudara dengan memberikan tanda (√) pada tempat yang tersedia: 1. Usia
:… tahun
2. Pendidikan terakhir
:
(
) SD
(
) SMP
(
) SMA
(
) Diploma
(
) Sarjana
3. Sumber pendapatan a. Suami, per bulan ( ) ≤ Rp
500 000
( ) Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 ( ) Rp 5.000.000 – Rp 7.500.000 ( ) Rp 7.500.000 – Rp 10.000.000 ( ) Rp 10.000.000 – Rp 12.500.000 ( ) ≥ Rp
500 000
b. Diri sendiri, per bulan ( ) ≤ Rp
500 000
( ) Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 34
( ) Rp 5.000.000 – Rp 7.500.000 ( ) Rp 7.500.000 – Rp 10.000.000 ( ) Rp 10.000.000 – Rp 12.500.000 ( ) ≥ Rp
500 000
4. Pekerjaan suami (dimungkinkan jawaban lebih dari satu) ( ) Pegawai negeri
( ) Pegawai swasta
( ) Wirausaha
( ) Pensiun
( ) Lainnya…………… 5. Pekerjaan istri (dimungkinkan jawaban lebih dari satu) ( ) Pegawai negeri
( ) Pegawai swasta
( ) Wirausaha
( ) Pensiun
( ) Ibu Rumah Tangga
( ) Lainnya……………
6. Jumlah anggota keluarga: ……
II.
Berikanlah jawaban untuk setiap pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan dan penilaian Anda: 1. Dengan pendapatan yang diterima, apakah Anda masih bisa menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung setiap bulannya? o Ya o Tidak Alasan: .................................................................................................... ................................................................................................................. ................................................................................................................. 2. Apakah Anda merasa bahwa Anda termasuk orang yang berprilaku konsumtif? o Ya o Tidak Alasan: .................................................................................................... ................................................................................................................. ................................................................................................................. Contoh: ....................................................................................................
35
3. Apakah Anda memiliki self control yang baik untuk menghindari perilaku konsumtif? o Ya o Tidak Alasan: .................................................................................................... ................................................................................................................. ................................................................................................................. 4. Bagaimana cara Anda mengendalikan diri untuk menghindari perilaku konsumtif? a. ........................................................................................................... b. ........................................................................................................... c. ........................................................................................................... d. ........................................................................................................... 5. Dalam kegiatan ekonomi yang Anda lakukan, apakah Anda selalu membuat perencanaan keuangan? o Ya o Tidak Alasan: .................................................................................................... ................................................................................................................. .................................................................................................................
36
Lampiran 2 HASIL UJI BINOMIAL SELF CONTROL, PERENCANAAN KEUANGAN, DAN PERILAKU KONSUMTIF Descriptive Statistics N Self Control Perencanaan Keuangan Perilaku Konsumtif
Std. Deviation MinimumMaximum
Mean 85
.42
.497
0
1
85
.44
.499
0
1
85
.59
.495
0
1
Binomial Test
Category
Asymp. Observed Sig. (2Prop. Test Prop. tailed)
N
Self Control Group 1
1
36
.42
Group 2
0
49
.58
85 37 48 85 50 35 85
1.00 .44 .56 1.00 .59 .41 1.00
Total Perencanaan Group 1 Keuangan Group 2 Total Perilaku Group 1 Konsumtif Group 2 Total a. Based on Z Approximation.
1 0 1 0
37
.50
.193a
.50
.278a
.50
.128a
Lampiran 3 HASIL UJI CHI-SQUARE SELF CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF Case Processing Summary Cases Valid N Self Control Konsumtif
*
Perilaku
Missing
Percent
N
Total
Percent
85 100.0%
0
N
.0%
Percent 85 100.0%
Self Control * Perilaku Konsumtif Crosstabulation Perilaku Konsumtif Tidak Self Control
tidak
Count Expected Count
ya
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
ya
Total
2
47
49
20.2
28.8
49.0
33
3
36
14.8
21.2
36.0
35
50
85
35.0
50.0
85.0
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
1
.000
62.160
1
.000
77.810
1
.000
65.726 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2Exact Sig. (2Exact Sig. (1sided) sided) sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
64.953
b
N of Valid Cases
1
.000
.000
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.82. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Phi Cramer's V
N of Valid Cases
Approx. Sig.
-.879
.000
.879
.000
85
38
Lampiran 4 HASIL UJI CHI-SQUARE PERENCANAAN KEUANGAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF Case Processing Summary Cases Valid N Perencanaan Keuangan Perilaku Konsumtif
Missing
Percent
*
85
N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
85
100.0%
Perencanaan Keuangan * Perilaku Konsumtif Crosstabulation Perilaku Konsumtif tidak Perencanaan Keuangan Perilaku Konsumtif
tidak *
Count Expected Count
Ya
Count Expected Count
Total
ya
Count Expected Count
Total
1
47
48
19.8
28.2
48.0
34
3
37
15.2
21.8
37.0
35
50
85
35.0
50.0
85.0
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
Df a
1
.000
65.918
1
.000
84.629
1
.000
69.576 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.000 68.757
b
N of Valid Cases
1
.000
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.24. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Phi Cramer's V
N of Valid Cases
Approx. Sig.
-.905
.000
.905
.000
85
39
.000