PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK ANALISIS DETERMINAN DEPRESIASI DAN FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PASCA KUARTAL II TAHUN 2012-MARET 2014
OLEH: MUSAROH, M.Si NANING MARGASARI, M.Si, MBA
FAKULTAS EKONOMI—JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
1
2
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian
: Analisis Determinan Depresiasi dan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Pasca Kuartal II Tahun 2012-Maret 2014 -------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Ketua Peneliti: a. Nama lengkap : Musaroh, M.Si b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP : 19750129 200501 2 001 d. Gol/Ruang : III C/Penata e. Jabatan Fungsional : Lektor f. Fakultas/Jurusan : FE/Manajemen g. Alamat Kantor : Kampus Karangmalang UNY -------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Jumlah Tim Peneliti : Dua (2) Dosen dan 1 Mahasiswa Ketua Peneliti : Musaroh, M.Si Anggota Peneliti : Naning Margasari, M.Si, MBA Mahasiswa : Dyah Ayu Clarashinta -------------------------------------------------------------------------------------------------------4. Lokasi : Indonesia -------------------------------------------------------------------------------------------------------5. Jangka Waktu Penelitian : 5 bulan -------------------------------------------------------------------------------------------------------6. Jumlah Dana : Rp7.500.000,(Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) ------------------------------------------------------------------------------------------------------Yogyakarta, 7 April 2014 Mengetahui, Ketua Jurusan Manajemen, FE, UNY
Ketua Tim Peneliti,
Setyabudi Indartono, Ph.D NIP.19720720 200312 1 001
Musaroh, SE., M.Si NIP. 19750129 200501 2 001
Menyetujui: Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
DR. Sugiharsono, M.Si NIP. 19550328 198303 1 002
3
Analisis Determinan Depresiasi dan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pasca Kuartal II Tahun 2012-Maret 2014 Oleh: Musaroh dan Naning Margasari
A. Latar Belakang Masalah Depresiasi dan fluktuasi yang menerpa mata uang Indonesia Rupiah, terjadi mulai awal tahun 2012, dimana kondisi tersebut terus memburuk pasca kuartal II tahun 2012 sampai sekarang nilai kurs IDR/USD (Rupiah terhadap Dollar Amerika) masih berada pada level Rp11.450 (kurs tengah BI per 11 April 2014). Sementara data menunjukkan bahwa IDR/USD pernah berada pada posisi Rp.8.464 per 1 Agustus 2011. Depresiasi dan kecenderungan nilai tukar yang fluktuatif akan mengganggu perekonomian suatu negara. Dampak buruk bagi perekonomian terutama dirasakan bagi negara dengan ketergantungan impor yang cukup tinggi dalam komponen produksi dan pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Kondisi tersebut akan memicu inflasi yang bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang memiliki kandungan impor tinggi. Inflasi yang tinggi akan mengurangi daya beli masyarakat, dan hal tersebut akan berimbas pada penurunan produksi nasional. Penurunan produksi nasional akan memengaruhi tingkat pengangguran, dimana pengangguran yang tinggi akan memicu distabilitas sosial dan politik suatu negara. Dengan demikian menjaga tingkat kurs supaya berada pada level aman bagi daya saing nasional dan bergerak pada kisaran yang relatif stabil menjadi suatu hal yang harus diusahakan oleh bank sentral suatu negara. Depresiasi dan fluktuasi nilai tukar IDR/USD yang dialami selama periode kuartal II sampai sekarang sangat berkaitan dengan variabel-variabel yang diidentifikasi memengaruhi kondisi tersebut. Beberapa variabel yang diidentifikasi memengaruhi depresiasi dan fluktuasi nilai tukar IDR/USD adalah posisi utang luar negeri Indonesia 4
yang terdiri dari utang swasta dan utang pemerintah, posisi neraca pembayaran Indonesia, cadangan devisa Indonesia, tingkat inflasi, kondisi pasar modal yang tercermin di IHSG, dan besarnya impor yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta selama periode pengamatan. Model regresi linear berganda akan digunakan untuk menganalisis dan menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. Analisis dilakukan setelah model penelitian lolos uji linearitas, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Depresiasi adalah menurunnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang negara lain akibat dari adanya mekanisme pasar uang, dimana naik turunnya suatu nilai tukar ditentukan atas kondisi permintaan dan penawaran dari mata uang yang bersangkutan relatif terhadap mata uang lainnya. Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Per Januari 2014, utang pemerintah Indonesia tercatat Rp2.465,45 triliun. Sementara utang yang jatuh tempo pada tahun 2014 adalah sebesar Rp207 triliun. Utang jatuh tempo itu terdiri dari surat berharga negara (SBN) sebesar Rp143 triliun atau setara 69 persen. Sementara sisanya, berasal dari pinjaman sebesar Rp64 triliun atau 31 persen. Kebijakan utang suatu negara akan memengaruhi permintaan terhadap valuta asing, khususnya dalam hal ini Indonesia, adalah permintaan terhadap USD guna kepentingan pembayaran utang yang jatuh tempo per tahunnya. Hal ini berlangsung dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Permintaan yang tinggi terhadap dollar USA akan memengaruhi nilai tukar IDR/USD, dimana dalam kondisi cadangan devisa
5
yang tetap dan cenderung tidak bertambah akan memperburuk depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dollar USA. Hal ini terjadi karena memang kebijakan Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang banyak mengandalkan utang dalam pembiayaan pembangunan. Kondisi menurunnya nilai tukar IDR/USD diperparah oleh adanya utang luar negeri swasta yang jumlahnya semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya aturan yang tegas dari pemerintah soal batas utang luar negeri yang diperbolehkan bagi kalangan swasta. Besarnya utang luar negeri swasta adalah sebesar USD141 miliar, sedangkan utang luar negeri pemerintah RI adalah sebesar USD124 miliar. Utang pihak swasta yang besar ini memiliki konsekuensi yaitu pada permintaan valuta asing yang besar pula dalam bentuk dollar USA guna kepentingan pembayaran utang yang jatuh tempo per tahunnya. Cadangan devisa adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dollar, euro, atau yen dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Cadangan devisa yang kuat atau mencukupi berbagai kebutuhan valuta asing dari masyarakat suatu negara akan mampu menahan nilai tukar suatu mata uang dari depresiasi mata uang asing. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Semakin membaiknya perekonomian suatu negara akan meningkatkan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan. Hal tersebut bisa dijelaskan, bahwa suatu negara yang memiliki kondisi perekonomian yang prospektif
6
akan banyak menarik calon investor dari luar negeri. Apabila investor dari luar negeri banyak yang merealisasikan investasinya, maka valuta asing juga akan banyak mengalir ke dalam negara tersebut. Meningkatnya capital inflow akan meningkatkan juga cadangan devisa suatu negara, dan hal tersebut akan mampu menjaga nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Pada umumnya negara dengan tingkat inflasi yang tinggi memiliki kecenderungan nilai mata uang yang semakin melemah (depresiasi). Hal ini bisa dijelaskan melalui model dua negara. Jika di USA tingkat inflasi meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia, maka hal itu berarti harga-harga di USA meningkat lebih cepat dibandingkan dengan harga-harga di Indonesia. Karena harga barang-barang di USA relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga-harga di Indonesia, maka dengan kondisi perdagangan bebas antar negara seperti sekarang, banyak konsumen USA yang beralih membeli barang-barang produksi Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia ke USA meningkat. Peningkatan ekspor akan membuat devisa negara dalam dollar USA meningkat. Peningkatan devisa dollar akan memperkuat posisi nilai tukar IDR terhadap dollar USA. Impor suatu negara merupakan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Impor yang tinggi dari suatu negara akan memengaruhi permintaan terhadap valuta asing, dimana ketika permintaan terhadap
7
valuta asing meningkat sementara penawaran terhadap mata uang yang sama di bank sentral tetap atau bahkan menurun maka nilai tukar suatu negara akan mengalami penurunan atau depresiasi. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13. IHSG yang meningkat menunjukkan kondisi perekonomian yang semakin membaik. Kondisi pasar modal yang prospektif akan menarik minat investor untuk berinvestasi dalam suatu negara. Investasi dari luar negeri akan membawa banyak devisa ke dalam negeri. Banyaknya valuta asing yang masuk akan menambah penawaran terhadap mata uang yang bersangkutan, sehingga hal tersebut akan menambah daya kuat kurs suatu negara relatif terhadap mata uang negara yang lain. Depresiasi nilai tukar IDR/USD yang terjadi setelah kuartal II tahun 2012 sampai saat ini diidentifikasikan dipengaruhi atau disebabkan oleh faktor-faktor yang sudah dipaparkan di atas. Keinginan untuk mengeksplorasi dan mengetahui secara empiris dari determinan depresiasi dan fluktuasi nilai tukar IDR/USD pada periode setelah kuartal II 2012 sampai saat ini tersebut, maka peneliti mengambil permasalahan tersebut untuk diketahui jawabannya.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
8
1. Menurunnya nilai tukar IDR/USD yang terjadi secara terus menerus dan cenderung berfluktuasi dari kuartal II tahun 2012 sampai dengan pertengahan April 2014. 2. Kondisi utang luar negeri Indonesia yang semakin meningkat terutama utang swasta. 3. Kondisi neraca pembayaran Indonesia yang mengalami defisit dan kecenderungan impor yang semakin meningkat dalam semua jenis produksi dan kebutuhan masyarakat. 4. Tingkat inflasi yang fluktuatif dan cenderung tinggi dalam beberapa tahun terakhir akibat adanya kartel pangan 5. Kondisi investasi di Bursa Efek Indonesia yang banyak didominasi oleh investor asing, sementara peraturan tentang lalu lintas modal yang sangat longgar memungkinkan dana panas tersebut cepat keluar dari Indonesia. 6. Kebijakan dari Departemen Perdagangan RI yang melonggarkan impor dalam berbagai sektor kebutuhan masyarakat telah menguras cadangan devisa dari brankas Bank Sentral.
C. Batasan Masalah Berdasarkan pada identifikasi permasalahan yang sudah disebutkan di atas, dalam hal ini tidak semua masalah yang berkaitan dengan depresiasi dan fluktuasi nilai tukar IDR/USD tersebut akan dibahas dan dijawab dalam penelitian ini. Namun demikian permasalahan yang akan dijawab tersebut adalah hanya pada determinan depresiasi dan fluktuasi nilai tukar IDR/USD yang menimpa Indonesia pada kurun waktu setelah kuartal II sampai dengan bulan Maret 2014. Hal ini dengan pertimbangan karena kondisi tersebut merupakan kondisi terburuk setelah krisis 1997 berakhir.
9
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh dari variabel Utang Luar Negeri, Posisi Neraca Pembayaran, Cadangan Devisa, Tingkat Inflasi, IHSG dan Posisi Impor Indonesia secara parsial terhadap Depresiasi dan Fluktuasi IDR/USD setelah kuartal II Tahun 2012-Maret 2014?. 2. Bagaimana pengaruh dari variabel Utang Luar Negeri, Posisi Neraca Pembayaran, Cadangan Devisa, Tingkat Inflasi, IHSG dan Posisi Impor Indonesia secara simultan terhadap Depresiasi dan Fluktuasi IDR/USD setelah kuartal II Tahun 2012-Maret 2014?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penentu depresiasi dan fluktuasi yang terjadi di Indonesia pada kuartal II 2012 sampai dengan Maret 2014, sehingga diperoleh fakta empiris yang dapat menjelaskan fenomena tersebut. Dengan demikian pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang selaras dengan upaya penguatan nilai mata uang Rupiah.
E. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui penentu kondisi terpuruknya nilai tukar IDR/USD selama periode kuartal II sampai Maret 2014 tersebut maka diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah dalam pengambilan kebijakan untuk memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi naik turunnya nilai tukar IDR/USD. Terutama pada kasus depresiasi yang telah terjadi pada kuartal II sampai sekarang.
10
F. Kajian Teori 1. Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah pada nilai tukar. Secara umum nilai tukar dapat dbagi menjadi (Madura, 2006):
Sistem tetap (fixed)
Sistem mengambang bebas (freely floating)
Sistem mengambang terkendali (managed floating)
Sitem terikat (pegged)
2. Pengaruh Mata Uang yang Kuat terhadap Perekonomian Suatu Negara Mata uang lokal yang kuat akan merangsang konsumen dan perusahaan lokal untuk membeli produk dari negara lain. Kondisi ini akan menyebabkan semakin kuatnya kompetisi dari produk asing dan memaksa produsen lokal untuk menahan harganya agar tidak naik. Oleh karena itu, secara umum tingkat inflasi akan rendah bila mata uang lokalnya kuat. Walaupun mata uang lokal yang kuat merupakan solusi untuk menurunkan inflasi, tetapi pada saat yang sama mata uang tersebut dapat menyebabkan kenaikan tingkat pengangguran karena produk lokal yang menjadi kalah dibanding produk impor. Penetapan nilai ideal dari mata uang sangat tergantung dari sudut pandang negara tersebut. Kuat atau lemahnya mata uang hanyalah salah satu dari banyak faktor yang memengaruhi kondisi ekonomi negara tersebut (Madura, 2006). Mata uang yang lemah dapat merangsang kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk ekspor negara tersebut. Sebagai contoh, dollar yang lemah dapat meningkatkan ekspor USA secara cukup besar, yang berarti peningkatan lapangan pekerjaan. Lebih jauh lagi, hal itu dapat mengurangi impor produk asing ke USA.
11
Walaupun nilai mata uang yang lemah dapat meningkatkan lapangan pekerjaan di dalam negeri, hal ini juga dapat menyebabkan kenaikan inflasi. Pada akhir 1970-an, dollar USA berada pada posisi lemah, menyebabkan barang-barang impor dari luar menjadi terlalu mahal. Dollar juga pernah melemah di awal tahun 1990-an, yang menyebabkan perusahaan-perusahaan asing seperti Bayer, Volkswagen, dan Volvo memutuskan untuk keluar dari pasar USA. Pada kondisi seperti ini, perusahaanperusahaan lokal menjadi dapat meningkatkan harga jual produknya karena produk impor tetap akan sulit bersaing (Madura, 2006). Namun demikian untuk kasus Indonesia, nilai tukar mata uang yang lemah akan semakin menambah beban negara karena ketergantungan terhadap produk impor sangat tinggi. 3. Neraca Pembayaran Neraca pembayaran (balance of payment) merupakan ringkasan transaksi pada suatu negara tertentu antara warga negara domestik dan asing pada suatu periode tertentu. Neraca ini mencerminkan akuntansi dari transaksi internasioanl suatu negara pada suatu periode, biasanya selama satu kwartal atau satu tahun. Neraca ini mencatat transaksi usaha, individu, maupun negara. Laporan neraca pembayaran dapat dikelompokan menjadi berbagai komponen. Bagian yang paling diperhatikan adalah neraca berjalan dan neraca modal. Neraca berjalan (current account) mencerminkan ringkasan arus dana antara suatu negara tertentu dengan negara-negara lain yang disebabkan oleh pembelian barang atau jasa, atau cadangan laba dalam bentuk asset keuangan. Neraca modal (capital account) adalah ringkasan arus dana yang berasal dari penjualan aset antara satu negara tertentu dan negara-negara lain selama suatu periode tertentu. Karenanya, neraca ini membandingkan investasi asing baru yang dilakukan suatu negara dengan investasi asing dalam negara tersebut selama periode tertentu.
12
Transaksi yang mencerminkan arus masuk dana memiliki angka positif (kredit) pada neraca suatu negara, sementara transaksi yang mencerminkan arus keluar dana menciptakan angka negatif (debit) pada neraca negara tersebut (Madura, 2006). 4. Kondisi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar USA mengalami depresiasi sepanjang tahun 2012. Nilai tukar terus menurun akibat defisit neraca pembayaran pada kuartal I dan II tahun 2012 yang menyebabkan turunnya cadangan devisa serta kondisi perekonomian global yang tidak menentu. Pergerakan nilai tukar Rupiah selama kuartal III 2012 masih mengalami pelemahan namun dengan intensitas yang menurun dibandingkan kuartal sebelumnya. Pergerakan nilai tukar Rupiah selama kuartal III 2012 mengalami pelemahan 2,26% ke tingkat IDR 9.491 per USD pada kuartal II 2012. Sementara itu, di bulan November 2012 Rupiah melemah menjadi IDR 9.605 dibanding posisi di awal tahun IDR 9.000 per Dollar AS, begitu pula dibandingkan posisinya di bulan Juni 2012 yang mencapai IDR 9.480 per Dollar AS. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh ketidakpastian penanganan masalah krisis utang dan fiskal di Eropa, serta tingginya permintaan valuta asing untuk membiayai impor. Selain itu permintaan terhadap dollar yang tinggi untuk membayar utang juga mempengaruhi fluktuasi nilai tukar Rupiah. Menurut informasi dari bank sentral pada tahun 2011 pihak swasta yang memiliki jatuh tempo terbesar ada pada bulan November dan Desember. Imbasnya membuat permintaan dollar pada akhir tahun kemarin bertambah. Juga kurs dollar pun menguat terhadap Rupiah.
G. Kerangka Pemikiran Kebijakan utang suatu negara akan memengaruhi permintaan terhadap valuta asing, khususnya dalam hal ini Indonesia, adalah permintaan terhadap USD guna
13
kepentingan pembayaran utang yang jatuh tempo per tahunnya. Hal ini berlangsung dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Permintaan yang tinggi terhadap dollar USA akan memengaruhi nilai tukar IDR/USD, dimana dalam kondisi cadangan devisa yang tetap dan cenderung tidak bertambah akan memperburuk depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dollar USA. Hal ini terjadi karena memang kebijakan Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang banyak mengandalkan utang dalam pembiayaan pembangunan. Kondisi menurunnya nilai tukar IDR/USD diperparah oleh adanya utang luar negeri swasta yang jumlahnya semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya aturan yang tegas dari pemerintah soal batas utang luar negeri yang diperbolehkan bagi kalangan swasta. Besarnya utang luar negeri swasta adalah sebesar USD141 miliar, sedangkan utang luar negeri pemerintah RI adalah sebesar USD124 miliar. Utang pihak swasta yang besar ini memiliki konsekuensi yaitu pada permintaan valuta asing yang besar pula dalam bentuk dollar USA guna kepentingan pembayaran utang yang jatuh tempo per tahunnya. Cadangan devisa adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dollar, euro, atau yen dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Cadangan devisa yang kuat atau mencukupi berbagai kebutuhan valuta asing dari masyarakat suatu negara akan mampu menahan nilai tukar suatu mata uang dari depresiasi mata uang asing. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencerminkan kondisi
14
perekonomian suatu negara. Semakin membaiknya perekonomian suatu negara akan meningkatkan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan. Hal tersebut bisa dijelaskan, bahwa suatu negara yang memiliki kondisi perekonomian yang prospektif akan banyak menarik calon investor dari luar negeri. Apabila investor dari luar negeri banyak yang merealisasikan investasinya, maka valuta asing juga akan banyak mengalir ke dalam negara tersebut. Meningkatnya capital inflow akan meningkatkan juga cadangan devisa suatu negara, dan hal tersebut akan mampu menjaga nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Pada umumnya negara dengan tingkat inflasi yang tinggi memiliki kecenderungan nilai mata uang yang semakin melemah (depresiasi). Hal ini bisa dijelaskan melalui model dua negara. Jika di USA tingkat inflasi meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia, maka hal itu berarti harga-harga di USA meningkat lebih cepat dibandingkan dengan harga-harga di Indonesia. Karena harga barang-barang di USA relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga-harga di Indonesia, maka dengan kondisi perdagangan bebas antar negara seperti sekarang, banyak konsumen USA yang beralih membeli barang-barang produksi Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia ke USA meningkat. Peningkatan ekspor akan membuat devisa negara dalam dollar USA meningkat. Peningkatan devisa dollar akan memperkuat posisi nilai tukar IDR terhadap dollar USA. Impor suatu negara merupakan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
15
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Impor yang tinggi dari suatu negara akan memengaruhi permintaan terhadap valuta asing, dimana ketika permintaan terhadap valuta asing meningkat sementara penawaran terhadap mata uang yang sama di bank sentral tetap atau bahkan menurun maka nilai tukar suatu negara akan mengalami penurunan atau depresiasi. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13. IHSG yang meningkat menunjukkan kondisi perekonomian yang semakin membaik. Kondisi pasar modal yang prospektif akan menarik minat investor untuk berinvestasi dalam suatu negara. Investasi dari luar negeri akan membawa banyak devisa ke dalam negeri. Banyaknya valuta asing yang masuk akan menambah penawaran terhadap mata uang yang bersangkutan, sehingga hal tersebut akan menambah daya kuat kurs suatu negara relatif terhadap mata uang negara yang lain.
H. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan deskripsi teori yang sudah diterangkan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana pengaruh dari variabel Utang Luar Negeri, Posisi Neraca Pembayaran, Cadangan Devisa, Tingkat Inflasi, IHSG dan Posisi Impor Indonesia terhadap Depresiasi dan Fluktuasi IDR/USD setelah kuartal II Tahun 2012-Maret 2014?.
16
I. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif-kualitatif.
Pendekatan
kuantitatif digunakan karena proses penelitian ini menggunakan analisis statistik untuk pengambilan keputusan, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan karena desain penelitian ini adalah studi kasus yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata dimana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas dengan memanfaatkan multisumber bukti (Yin, 2006). Penelitian studi kasus dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat, serta waktu tertentu (Daniel, 2005). Pada studi kasus, peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam serta menemukan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut. Peneliti berusaha mengumpulkan data yang menyangkut individu atau unit yang dipelajari mengenai gejala yang ada saat penelitian dilakukan, pengalaman waktu lampau, lingkungan kehidupannya, dan bagaimana faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain (Arikunto, 2007). Dengan demikian desain penelitian ini adalah gabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mixed approach). 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia dengan mengamati kondisi makro Indonesia pada periode kuartal II tahun 2012 sampai dengan Maret 2014. 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a. Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Utang luar negeri diukur dengan besarnya utang yang diperoleh baik oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah yang jatuh tempo pembayarannya pada periode berjalan.
17
b. Cadangan devisa adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dollar, euro, atau yen dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Cadangan devisa diukur dengan besarnya cadangan devisa yang tersimpan di Bank Indonesia pada periode berjalan. c. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran diukur dengan posisi neraca pembayaran Indonesia pada periode berjalan. d. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen, untuk setiap periode berjalan. e. Impor suatu negara merupakan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Variabel Impor diukur dengan besarnya impor baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta pada periode berjalan. f. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dilakukan dengan mencari data yang bersangkutan dengan variabel berupa catatan, transkip, buku, surat
18
kabar, laporan penelitian atau evaluasi resmi, kliping, artikel dan sebagainya untuk mendukung serta menambah bukti dari sumber-sumber lain (Yin, 2006). Selain dengan menggunakan metode dokumentasi, penelitian ini juga menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang bersifat teoritis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian. Data diperoleh dengan membaca buku pustaka atau referensi literatur lain yang berhubungan dengan penelitian. 5. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian dan analisis terhadap data penelitian yang sudah diperoleh, terlebih dahulu dilakukan proses pra-analisis yaitu menyeleksi data yang akan digunakan dengan melihat masalah akurasi data, data yang hilang, transformasi variabel, nilai ekstrem, dan pengujian linearitas data. Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji linearitas, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Hal tersebut dilakukan supaya alat analisis yang digunakan sesuai dan juga untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi, sehingga tidak menimbulkan bias dan penelitian dapat memperoleh hasil yang valid. Model regresi yang digunakan umumnya mengasumsikan bahwa terdapat hubungan linear antara variabel dependen dengan variabel-variabel independennya. Dalam praktik, data yang kita gunakan belum tentu mempunyai hubungan linear. Cara melihat linear tidaknya hubungan antara variabel terikat dengan variabel penjelas adalah dengan melihat diagram sebaran (scatter diagram). Apabila diagram sebaran menunjukkan tanda-tanda bahwa hubungan antara variabel terikat dan penjelas jauh dari linear, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan mentransformasi
19
variabel penjelas ke dalam bentuk lain yang lebih sesuai. Terdapat empat metode transformasi variabel yaitu logaritma, akar kuadrat, kuadrat, dan resiprokal. a). Uji Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Cara lain ialah dengan menggunakan pengukuran α = 5%. Jika probabilitas kurang dari 0,05 maka data dikatakan normal, sedangkan jika probabilitas lebih dari 0,05 maka data dikatakan tidak normal. b). Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yatu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Metode pengujian yang sering digunakan adalah Uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel.1 Durbin Watson DW Kurang dari 1,10 1,10 sampai dengan 1,54 1,55 sampai dengan 2,46 2,46 sampai dengan 2,90 Lebih dari 2,90 Sumber: Firdaus, 2004
Kesimpulan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
c). Uji Heteroskedastisitas. Asumsi Heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang
lain.
Jika
terdapat
perbedaan
varians
maka
dijumpai
gejala
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas mengakibatkan niai-nilai estimator 20
(koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan konsisten. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Park. Jika hasil output Uji Park menggunakan SPSS menunjukkan koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan berarti bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas. d). Uji Multikolinieritas. Variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinieritas, yaitu korelasi antar variabel independen yang ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antar variabel independen. Konsekuensi yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas adalah kesalahan standar penaksir semakin besar, dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor). Jika VIF lebih besar dari 10 berarti terjadi multikolinearitas tinggi antara regresor (variabel bebas) satu dengan regresor yang lain. Sebaliknya, jika nilai VIF kurang dari 10 maka gejala multikolinieritas tidak ada. Adapun model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dep= α + β 1 U L N t + β 2 N P + β 3 I N F L t + β 4 C D i + β 5 I M P + β 6 I H S G + ε i dimana: Deps
: Depresiasi nilai tukar
α
: Konstanta
β
: Koefisien regresi
ULN
: Utang Luar Negeri
NP
: Neraca Pembayaran
INFL
: Inflasi
CD
: Cadangan Devisa Bank Indonesia
IMP
: Impor Indonesia
εt
: Error atau variabel pengganggu 21
6. Pengujian Pertanyaan Penelitian a). Uji Parsial Uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2, X3, …, Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t pada derajat keyakinan sebesar 95% atau α = 5%. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel berarti secara parsial terdapat pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian. b). Uji Simultan (F hitung) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2, X3, …, Xn) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Selain itu uji simultan juga digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Jika probabilitas tingkat kesalahan dari F hitung lebih kecil atau sama dengan tingkat signifikansi tertentu (5%), maka variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. c). Uji Determinasi R2 Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilainya berkisar antara 0-1. Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan umtuk memprediksi variasi variabel dependen.
22
J. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hanafi, M. Mamduh, 2004, Manajemen Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta Horne, James C Van., dan Wachowicz, John M. (2007). Fundamentals of Financial Management: Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan (Buku 2 edisi 12). (Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Indriantoro, Nur., dan Supomo, Bambang. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Madura, 2006, International Corporate Finance, Thomson South-Western, Singapore Shapiro, Alan C, 1994, Foundation of Multinational Financial Management, Boston, Allyn and Bacon Tim Studi Bapepam dan Lembaga Keuangan RI. (2008). “Studi tentang Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia”. Jurnal. Jakarta: Departemen Keuangan RI. Walsh, Ciaran. (2004). Key Management Ratios: Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis (Edisi 3). (Shalahuddin Haikal. Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Yin, Robert K. (2006). Studi Kasus: Desain dan Metode (Edisi Revisi). (M.Djauzi Mudzakir. Terjemahan). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
K. RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN Kegiatan Mei Persiapan Pelaksanaan Penelitian Mengumpulkan Data Penelitian Proses Seleksi dan Pengolahan Data Pembuatan Laporan Akhir Seminar Hasil Penelitian dan Pembuatan Artikel Penelitian
23
Juni
Bulan (2014) Juli Agustus
September
L. ORGANISASI PELAKSANA Ketua Pelaksana a. Nama dan Gelar Akademik : Musaroh, M.Si b. Pangkat/Gol./NIP : Penata / III C / 19750129 200501 2 001 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Bidang Keahlian : Keuangan Internasional e. Fakultas/Program : Fakultas Ekonomi/Prodi Manajemen F.Waktu yang disediakan : 15 Jam/Minggu Anggota a. Nama dan Gelar Akademik : Naning Margasari, M.Si, MBA b. Pangkat/Gol./NIP : Penata/III C/ 19681210 199802 2 001 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Bidang Keahlian : Manajemen Perusahaan e. Fakultas/Program : FE/Prodi Manajemen f. Waktu yang disediakan : 15 Jam/Minggu Mahasiswa a. Nama b. Fakultas/Jur/Prodi c. Tugas dalam Penelitian
: Dyah Ayu Clarashinta : Fakultas Ekonomi/Manajemen : Pembantu Umum
M. RENCANA PENGGUNAAN ANGGARAN Jenis Pengeluaran
Sub Total Pengeluaran (Rp)
Biaya pembuatan proposal penelitian
100.000,-
Pembelian kertas Pembelian alat tulis pendukung
160.000,150.000,-
Refill tinta Konsumsi dan biaya transportasi Biaya pembelian dan pencarian data penelitian Biaya screening dan pengolahan data Biaya pembelian buku pustaka dan pencarian informasi yang relevan dengan penelitian Honorarium peneliti yang berjumlah 3 orang Biaya pembuatan laporan penelitian Pengeluaran pajak dan biaya seminar proposal dan hasil Total Pengeluaran
24
300.000,1.500.000,1.390.000,750.000,150.000,2.250.000,500.000,250.000,Rp7.500.000,-