perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: IMMANUEL DWIHERMAWAN SETYOBUDI S850809208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh : Immanuel Dwihermawan Setyobudi S 850809208
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal ........................
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D NIP. 19630826 198803 1002
Drs. Budi Usodo, M.Pd NIP. 19680517 199303 1002 Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1002 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Disusun oleh : Immanuel Dwihermawan Setyobudi S850809208 Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ........................................
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1002
..................................
Sekretaris
Dr. Riyadi, M.Si NIP. 19670116 199402 1001
..................................
Anggota Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D NIP. 19630826 198803 1002 2. Drs. Budi Usodo, M.Pd NIP. 19680517 199303 1002
.................................
...................................
Mengetahui Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP.19570820 198503 1004
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
commit to user Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19660225 199302 1002
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Immanuel Dwihermawan Setyobudi
NIM
: S850809208
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul : EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 19 Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Immanuel Dwihermawan Setyobudi
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Yesus Kristus, Tuhan yang sangat kuhormati 2.
Rina Wahyuningsih, istriku yang tercinta.
3.
Ryan , Pras dan Gilang anak-anakku yang kukasihi.
4. Saudara-saudaraku. 5. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS. 6.
Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta se-Surakarta.
7.
Almamaterku tercinta.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Baik, karena hanya dengan berkat dan kasihNya semata penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini. 2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 3.
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Drs. Budi Usodo, M.Pd. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 6.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kepala Sekolah SMA Batik 2 di Surakarta yang telah memberikan ijin untuk uji coba instrumen penelitian, yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini. 8. Kepala Sekolah SMA Regina Pacis, SMA Kristen 1 dan SMA N 8 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 9. Rekan guru SMA Regina Pacis, SMA Kristen 1 dan SMA N 8 Surakarta yang telah membantu dalam penelitian ini. 10. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta
Surakarta yang
senantiasa memberikan bantuan, kemudahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 11. Teman-teman mahasiswa pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika angkatan
2009 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
commit to user motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Surakarta, Januari 2011 Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ......................................................................................................... i PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................. ii PENGESAHAN TESIS ................................................................................ iii PERNYATAAN............................................................................................ iv MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv ABSTRAK .................................................................................................... xvi ABSTRACT .................................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5 C. Pemilihan Masalah ...................................................................... 7 D. Pembatasan Masalah ................................................................... 7 E. Perumusan Masalah ..................................................................... 8 F. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9 G. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS commit to user A. Landasan Teori ............................................................................ 11
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pembelajaran Matematika ................................................... 11 2. Pembelajaran Kooperatif....................................................... 14 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................... 22 4. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ....................................... 27 5. Kemampuan Awal siswa....................................................... 31 B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 33 C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35 D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 38 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ...................................... 40 1. Tempat dan Subyek Penelitian ......................................... 40 2. Waktu Penelitian .............................................................. 40 3. Jenis Penelitian ................................................................. 41 B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 42 1. Populasi ............................................................................ 42 2. Sampel............................................................................... 42 3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 42 C. Variabel Penelitian ..................................................................... 43 1. Variabel Bebas ................................................................. 43 2. Variabel Terikat ................................................................ 44 D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji instrumen ........ 45 1. Metode Pengumpulan Data .............................................. 45 2. Prosedur Penyusunan Instrumen ...................................... 45 commit to user E. Teknik Analisis Data .................................................................. 50
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Keseimbangan ............................................................ 53 2. Uji Prasyarat ..................................................................... 52 3. Uji Hipotesis ..................................................................... 54 4. Uji Komparasi Ganda ....................................................... 60 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen.................................. 62 1.
Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa ......................... 62
2.
Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika......................... 64
B. Deskripsi Data.......................................................................... 66 1. Data Kemampuan Awal Siswa ......................................... 66 2. Data Hasil Belajar Matematika......................................... 67 C. Hasil Analisis Data .................................................................. 69 1. Uji Keseimbangan ............................................................. 69 2. Uji Prasyarat...................................................................... 70 3. Uji Hipotesis Penelitian..................................................... 73 4. Uji Lanjut Pasca Anava.................................................... 74 D. Pembahasan Hasil Analisa Data .............................................. 76 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..... ........................................................................ .82 B. Implikasi ................................................................................. .82 C. Saran ........................................................................................ .84 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 86
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD ................................ 24 2. Kriteria Penghargaan Kelompok STAD ................................................. 25 3. Kriteria Skor Kemajuan Individual ......................................................... 27 4. Kriteria Penghargaan Kelompok TGT .................................................... 30 5. Desain Faktorial Penelitian ..................................................................... 41 6. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P ) ............................................... 49 7. Interpretasi Daya Beda Soal ( D )........................................................... 50 8. Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ................................ 56 9. Rataan dan Jumlah Rataan ...................................................................... 57 10. Rangkuman Analisis variansi.................................................................. 59 11. Deskripsi Data Hasil Belajar .................................................................. 68 12. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal ..................................... 69 13. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Siswa ............... 71 14. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi .................................................. 72 15. Rangkuman Hasil Analisis Variansi ...................................................... 73 16. Rangkuman Rataan Marginal dan Rataan Parsial .................................. 75 17. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom ......................... 75
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Gambar Turnamen TGT............................................................................ 30 2. Grafik Distribusi Student’s t...................................................................... 52 3. Grafik Distribusi Chi Kuadrat ................................................................... 54
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelompok Eksperimen 1 .............................................................................194 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelompok Eksperimen 2 .............................................................................164 Lampiran 3 : Kisi-kisi Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ............................238 Lampiran 4 : Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ...................................242 Lampiran 5 : Lembar Jawaban Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ..............247 Lampiran 6 : Penyelesaian Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa.............248 Lampiran 7 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa .......254 Lampiran 8 : Jawaban Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ...........................257 Lampiran 9 : Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa............................................258 Lampiran 10 : Kisi-kisi Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika.....................264 Lampiran 11 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ...........................268 Lampiran 12 : Lembar Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika...... .274 Lampiran 13 : Penyelesaian Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ....275 Lampiran 14 : Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ..... 282 Lampiran 15 : Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika.....................285 Lampiran 16 : Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Hasil Belajar Matematika ...........................................286 Lampiran 17 : Data Induk Penelitian .................................................................294 commit to user Lampiran 18 : Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 1
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Kelompok Eksperimen 2 ....................................................297 Lampiran19 : Uji Homogenitas Kemampuan awal Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 .................................................. 299 Lampiran 20 : Uji Keseimbangan Antara Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2............................................................300 Lampiran 21 : Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa .............................301 Lampiran 22 : Soal Tes Kemampuan Awal Siswa ...........................................305 Lampiran 23 : Penyelesaian Soal Tes Kemampuan Awal Siswa ................... ..311 Lampiran 24 : Data Amatan Penelitian .............................................................316 Lampiran 25 : Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Matematika ............................318 Lampiran 26 : Soal Tes Hasil Belajar Matematika...........................................322 Lampiran 27 : Penyelesaian Tes Hasil Belajar Matematika ............................329 Lampiran 28 : Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 1dan Eksperimen 2.................................................338 Lampiran 29 : Uji Normalitas Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah................340 Lampiran 30 : Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2..............................................................................343 Lampiran 31 : Uji Homogenitas Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah ...........344 Lampiran 32 : Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama....................345 Lampiran 33 : Uji Komparasi Ganda dengan metode Schefee .........................347 Lampiran 34 : Rekapitulasi UN Tahun Pelajaran 2009/2010............................349 Lampiran 35: Daftar Tabel Statitik ....................................................................350 Lampiran 36: Surat Ijin Penelitian .....................................................................351 commit to user Lampiran 37: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ...................................357
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Immanuel D Setyobudi,S 850809208, Ekperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) Pada Pokok Bahasan Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa SMA Di Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, Komisi Pembimbing I Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs. Budi Usodo, M.Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Apakah model pembelajaran Koopertaif tipe TGT dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (2) Apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi, lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah. (3) Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA di Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini terdiri kelompok eksperimen 1 terdiri dari 20 siswa SMA Kristen 1, 36 siswa SMA Regina pacis terdiri dan 30 siswa SMA Negeri 8, jumlah siswa kelompok kelas eksperimen 1 adalah 88 siswa, sedangkan kelompok eksperimen 2 terdiri dari 20 siswa SMA Kristen 1, 36 siswa SMA Regina pacis terdiri dan 30 siswa SMA Negeri 8, jumlah siswa kelompok kelas eksperimen adalah 88 siswa. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 176 siswa diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pre test dan tes hasil belajar.Untuk menguji validitas instrument dilakukan oleh validator, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder-Richardson 20. Prasyarat analisis menggunakan Lilliefors untuk uji normalitas, dan Bartlett untuk uji homogenitas, Dengan taraf signifikansi α = 5%. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil analisis menunjukkan (1) Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Fobs = 5,83868 > 3,84 = F0,05;1;170 ). (2) Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dari siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah (Fobs = 12,1568 > 3,00 = F0,05;2;170). (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan tingkat kemampuan awal siswa (Fobs = 2,28914 < 3,00 = F0,05;2;170) Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1). Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2). Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang maupun rendah, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar yang sama commit to user baiknya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Untuk setiap kategori kemampuan awal tinggi , sedang maupun rendah , model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata kunci : STAD, TGT, Kemampuan Awal
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Immanuel D Setyobudi. S850809208. The Experimentation of Cooperative Learning Model using Student Teams Achievement Division (STAD) and Teams Games Tournament (TGT) on Subject of Quadratic equality and inequality Viewed from Student’s Prior Competence of Senior High School Students at Surakarta Academic Year 2010/2011. The First Commision of Supervision is Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D and Second Supervision is Drs. Budi Usodo, M.Pd. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University.2010 The aims of this research are to know: (1) Whether cooperative learning model using TGT type can give better result than cooperative learning model using STAD type on subject of quadratic equality and inequality. (2) Whether the result of student learning achievement in mathematics who have a high prior competence better than those who have a middle or low prior competence. (3) Which one of both cooperative learning model using TGT type and STAD type, that achieves better result for students viewed from student’s prior competence that have a high prior, middle prior or low prior competence. The research uses a quasi experiment. The population of research is senior high school student grade X at Surakarta of academic year 2010/2011. This sample was obtained by experiment group 1 which consisted of 20 students of SMA Kristen 1, 36 students of SMA Regina Pacis, and 30 students of SMA Negeri 8 and experiment group 2 which consisted of 20 students of SMA Kristen 1, 36 students of SMA Regina Pacis and 30 students of SMA Negeri 8. The number of participants in this research was 176 students and it was obtained by stratified cluster random sampling. The data was collected by using pre test and the evaluation’s result. The validity of test instrument was done by validator and realibity of test used Kuder-Richardson 20. The prerequisites of data analysis employed Lilliefors for normality test and Bartlett for homogenenity test at significance level α=5%. The technique of analysis data in the research was two ways variance analysis wiyh different cells. The result shaws (1) Theres is a significant different of student learning achievement among cooperative learning model using STAD type and cooperative learning model of TGT type ( Fobs = 5.83868 > 3.84 = F0.05;1;170 ). (2) There is a significant different of students learning achievement on students who have a high, middle and low prior competence (Fobs = 12.1568 > 3.00 = F0.05;2;170). (3) There is no interaction between the cooperative learning model and the students prior competence (Fobs = 2.28914 < 3.00 = F0.05;2;170). The conclusion of this research are : (1) Students learning achievement using cooperative learning model TGT type is better than cooperative learning model using STAD type. (2) The students who have high prior competence achieve better result than those who have middle or low prior competence while the students who have middle prior competence achieves the same result as those who have low prior competence. (3) The cooperative learning model using TGT type gives better result than cooperative learning using STAD type on each student prior competence. Key words : STAD, TGT, Prior Competence commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk memperbaiki kualitas hasil pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Dalam hal ini guru menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran. Keberhasilan itu akan dapat diraih jika setidak-tidaknya guru mempunyai tiga hal, yaitu (1) Penampilan terbaik (The Best Appearance); (2) sikap terbaik (The Best Attitude); (3) dan prestasi terbaik (The Best Achievement) (M.Furqon Hidayatulah 2010 : 167). Menurut Slavin (2009 : 9), seorang guru harus mempunyai keyakinan yang kuat untuk berhasil dengan cara terus-menerus mencoba menemukan strategi yang tepat, mencari gagasan dari rekan kerja, membaca buku, mengikuti lokakarya dan sumber yang lain untuk memperkokoh keterampilan mengajarnya. Salah satu ukuran keberhasilan guru adalah bila di dalam proses pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan ini tentunya tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya seorang fasilitator sekaligus motivator yaitu guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa aktif, menyenangkan serta dapat menimbulkan motivasi dalam diri siswa, bahkan menurut Soewondo (dalam Sobry Sutikno, 2009 : 52) mengatakan seorang guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
mempunyai
multi
fungsi
yaitu
sebagai
fasilitator,
motivator,
komunikator,
transformator, innovator, konselor, evaluator, dan administrator. Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal. Selama ini model pembelajaran yang digunakan di sekolah umumnya masih menggunakan metode ceramah. Guru secara aktif menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh soal dan memberikan soal-soal latihan, siswa dianggap seperti mesin, mereka mendengarkan penjelasan guru, mencatat kemudian mengerjakan soal-soal. Akibatnya interaksi dalam pembelajaran yang muncul hanyalah interaksi satu arah, sehingga mengakibatkan prestasi belajar yang diperoleh selama ini khususnya pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut Muhammad Asrori (2007:27) tekanan utama teori kontruktivisme adalah memberikan tempat kepada siswa/subyek dalam proses pembelajaran daripada guru atau instruktur. Salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Hal ini sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) dimana guru mempunyai kebebasan dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan, serta menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dari sini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
harus dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Pemberlakuan kurikulum baru yang berorientasi siswa aktif (student oriented) bagi keadaan sekarang, bagaimanapun perubahan tersebut membutuhkan penyesuaian semua pihak, terutama guru dan siswa sebagai subyek dan obyek langsung bagi pembelajaran yang dimaksud. Ini akan banyak memunculkan kasus, salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang dimaksud. Pada sisi lain yang terjadi bahwa pembelajaran dengan pendekatan konvensional sudah menjadi kebiasaan. Pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional, komunikasi siswa masih terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran terpusat pada guru. Kebiasaan siswa hanya mendengarkan, mengikuti contoh, dan mengerjakan soal-soal latihan tanpa terlibat dalam mengkonstruksi konsep, prinsip ataupun struktur berdasarkan pemikirannya sendiri. Satu hal lain pula yaitu kemauan siswa untuk bertanya sangat minim, hal itu terjadi biasanya pada siswa yang mempunyai kemampuan rendah maupun sedang karena merasa kurang percaya diri. Dari keterkekangan tersebut, dalam setiap kegiatan pembelajaran seperti itu, membuat siswa bersikap "tertutup". Akhirnya kebiasaan tersebut terus terjadi yang menyebabkan siswa tidak terbiasa bersikap aktif dalam berinteraksi dengan guru ataupun dengan temannya, bahkan bersikap acuh tak acuh terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Sekarang ini sudah saatnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri. Peran guru sebagai pemberi ilmu, selayaknya berubah menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
fasilitator bagi siswa untuk belajar dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Hal ini relevan dengan pandangan konstruktivisme bahwa siswa yang harus aktif membangun pengetahuan mereka. Arend dan pakar model pembelajaran lain berpendapat bahwa tidak ada salah satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi tertentu Arend (dalam Triyanto 2007 : 9). Untuk itu seorang guru harus bijaksana dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Selama ini yang masih banyak terjadi seorang guru biasanya hanya mengajar dengan menggunakan model mengajar klasik atau konvensional
seperti ceramah
misalnya, ada kemungkinan hal ini disebabkan minimnya pengetahuan atau informasi tentang model-model pembelajaran. Padahal di sisi lain sudah banyak penelitianpenelitian dibidang pendidikan menyatakan bahwa model-model pembelajaran yang baru misalnya model pembelajaran kooperatif, secara signifikan memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan model-model pembelajaran konvensional seperti ceramah. Penelitian yang telah dilakukan
antara lain (1)
Ekperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Depok (Fitria Khasanah:2009). (2) Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Negeri Di Kabupaten Tulungagung ( Adi Waluyo: 2010). (3) Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat Kelas X di Kota Madiun (Ika Krisdiana: 2010). Ironisnya hingga saat ini model-model yang baru tersebut juga belum banyak digunakan oleh para guru. Hal ini kemungkinan masih minimnya publikasi dari hasil penelitian-penelitian tersebut. Kemungkinan lainnya adalah belum banyaknya penelitian-penelitian yang membandingkan manakah yang lebih baik diantara model-model pembelajaran yang baru itu sendiri, sehingga para guru tidak tahu manakah model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan. Permasalahan tersebut menarik minat peneliti untuk mencoba membandingkan manakah yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe TGT. Selain model pembelajaran, hal yang tidak kalah pentingnya adalah melihat kemampuan awal yang dimiliki siswa, karena matematika adalah ilmu yang berjenjang artinya untuk memahami materi yang baru diperlukan pemahaman materi sebelumnya, sehingga kemampuan awal adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan didalam menentukan hasil belajar yang diharapkan.
B. Identifikasi masalah Dari yang sudah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
1. Ada kemungkinan hasil belajar siswa yang belum memuaskan disebabkan siswa cenderung pasif, hanya menjadi pendengar dan hanya belajar secara individu. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan siswa belajar secara kooperatif dalam kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika 2. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang tepat. Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu model pembelajaran manakah yang sesuai dan tepat, yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 3. Mengingat penguasaan kemampuan awal mempunyai peranan yang penting dalam belajar matematika maka ada kemungkinan rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan oleh lemahnya kemampuan awal. Terkait hal ini, dapat diteliti apakah rendahnya hasil belajar matematika siswa tergantung pada kemampuan awal yang dimiliki siswa. 4. Suatu model pembelajaran matematika tidak selalu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika tidak lepas dari kemampuan awal matematika siswa. Terkait hal itu, perlu diteliti apakah pendekatan pembelajaran matematika
tergantung dari kemampuan awal
matematika yang dimiliki siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
C. Pemilihan Masalah Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama. Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti mencoba menyelesaikan masalah penelitian yang terkait dengan variabel model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT), kemampuan awal yang dimiliki siswa dan hasil belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat tiga hal yang dipersoalkan. Hal pertama adalah efektivitas pendekatan pembelajaran matematika dalam arti apakah pendekatan pembelajaran yang satu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Hal kedua apakah kemampuan awal mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ketiga adalah apakah efektivitas pendekatan pembelajaran matematika tergantung tingkat kemampuan awal yang dimiliki siswa. Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 SMA Kota Surakarta. 2. Materi matematika yang digunakan difokuskan pada pokok bahasan Persamaan Kuadrat dan Pertidaksamaan kuadrat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3. Pendekatan pembelajaran yang dibandingkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). 4. Kemampuan awal siswa dilihat dari nilai tes kemampuan awal yang diberikan kepada siswa sebelum penelitian dilakukan. 5. Kemampuan awal siswa yang digunakan didalam penelitian ini dikelompokkan menjadi kelompok kemampuan awal tinggi, kelompok kemampuan awal sedang dan kelompok kemampuan awal rendah.
E. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat? 2. Apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
3. Manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang, atau rendah?
F. Tujuan Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan prestasi belajar matematika. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi apakah mempunyai hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah di dalam mengikuti pembelajaran matematika. 3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang, maupun rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru a. Sebagai alternatif dalam pemilihan model pembelajaran matematika b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam mempraktekkan pembelajaran inovatif yang berorientasi konstuktivistik. c. Menambah pengetahuan tentang strategi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe TGT. d. Menambah wawasan tentang pentingnya memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa.
2. Bagi Siswa a. Mendapat pengalaman yang baru dalam belajar matematika yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe TGT. b. Siswa berani mengemukakan pendapat didalam kelompok belajarnya dan belajar bersosialisasi dengan sesama teman belajarnya. c. Meningkatkan percaya diri dan motivasi siswa dalam belajar matematika. d. Merubah pandangan atau anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan menjadi sebaliknya, yaitu matematika merupakan pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Winkel (1991) dalam (Sobry Sutikno 2009 : 31) mengartikan pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap kejadiankejadian internal yang berlangsung dalam diri peserta didik. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sobry Sutikno 2009:32) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. H.Isjoni (2009: 14) mendefinisikan “pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Lungdren (dalam Sobry Sutikno, 2009 : 32), menyebutkan bahwa fokus sistem pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu: (1) Siswa, siswa merupakan faktor yang paling penting sebab tanpa siswa tidak akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
terjadi proses belajar mengajar. (2) Proses belajar, proses belajar adalah apa saja yang dihayati siswa apabila mereka belajar, bukan apa yang harus dilakukan pendidik untuk membelajarkan materi pelajaran melainkan apa yang akan dilakukan
siswa untuk
mempelajarinya. (3) Situasi belajar, situasi belajar adalah lingkungan tempat terjadinya proses belajar belajar dan semua faktor yang mempengaruhi siswa atau proses belajar seperti, guru, kelas dan interaksi di dalamnya. Pendekatan pembelajaran di sini diartikan sebagai jalan yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan seseorang belajar. Selain itu dari pengertian-pengertian pembelajaran di atas menunjukkan bahwa peran guru sangat dominan dalam pembelajaran di kelas, yaitu sebagai desainer sekaligus pengendali pembelajaran yang menentukan bentuk lingkungan belajar yang dialami siswa. Selanjutnya bentuk lingkungan ini akan menentukan arah pencapaian perubahan pada diri siswa selaku pebelajar. Perubahan seseorang yang dihasilkan dari suatu pembelajaran disebut hasil belajar orang tersebut yang dapat dilihat dan diukur. Sobry Sutikno (2009:4) menyatakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan secara sadar dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan hasil belajar juga bersifat aktif, maksudnya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha dari individu itu sendiri. Perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
ingin dicapai. Jadi perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang sudah ditetapkan sebelumnya. Perubahan itu meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian dalam pembelajaran di sekolah, upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan penciptaan kondisi belajar yang memberikan banyak muatan pengalaman bagi siswa berkenaan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Karena belajar merupakan suatu aktivitas mental maka hasil belajar siswa ditentukan oleh sejauh mana siswa terlibat secara mental dalam kegiatan belajar. Keterlibatan siswa secara mental dalam belajar ditentukan oleh sejauh mana kedekatan siswa dengan objek (materi) belajar. Silberman (2006:27) menyatakan bahwa belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahami. Masing-masing cara dalam penyajian konsep akan menentukan pemahaman siswa. Jika kedekatan dengan materi ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit keterlibatan mental. Oleh karenanya, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru di kelas menentukan sejauh mana siswa terlibat secara mental dalam kegiatan belajar. Macam pendekatan pembelajaran yang digunakan akan menentukan seberapa banyak muatan pengalaman yang dapat diperoleh siswa
berkenaan dengan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Hal ini berarti pendekatan pembelajaran merupakan faktor dominan dalam menentukan hasil belajar siswa. Matematika sekolah yang selanjutnya disebut matematika merupakan pelajaran di sekolah yang memiliki karakteristik yang khas. Ebbutt dan Straker (1995) dalam Depdiknas (2006: 3-6) mendefinisikan matematika sebagai berikut: (a). Matematika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
sebagai penelusuran pola dan hubungan, (b) Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, (c). Matematika sebagai kegiatan pemecahan
masalah
(problem
solving),
dan
(d).
Matematika
sebagai
alat
berkomunikasi. Selanjutnya dikemukakan klasifikasi materi pelajaran matematika yang meliputi: (a). fakta (facts), (b). pengertian (concepts), (c). keterampilan penalaran, (d). keterampilan algoritmik, (e). keterampilan menyelesaikan masalah matematika (problem solving), dan (f). keterampilan melakukan penyelidikan (investigation).
2. Pembelajaran Kooperatif Persaingan dan rasa aman mempengaruhi siswa dengan kadar yang bervariasi berdasarkan kemampuannya dalam belajar. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi umumnya lebih dapat menilai ancaman yang timbul dari situasi persaingan. Siswa yang berkemampuan sedang (sebagian besar siswa berada pada level ini) dan siswa yang berkemampuan rendah menjadi semakin cemas sehingga kurang bebas berhubungan dengan guru, materi pelajaran, dan situasi belajar. Kebutuhan rasa aman hanya mungkin dipenuhi jika ada suasana belajar kooperatif yang memungkinkan siswa saling menolong dan saling memberi dorongan moril. Oleh karena itu, guru hendaknya menciptakan suasana belajar di kelas yang kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dalam pembelajaran dan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 siswa yang heterogen untuk bersama-sama saling membutuhkan dalam menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan belajar, juga dalam memperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
penghargaan. Menurut Anita Lie (2007:28), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama atau gotong royong, kelompok yang dimaksud bukanlah semata-mata kumpulan orang, tetapi menurut pakar dinamika kelompok bernama Shaw dalam (Agus Suprijono 2009:57) memberikan pengertian kelompok “ as two or more people who interact with and influence one another” yang artinya tiap anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan menurut Isjoni (2009: 20) pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Lingkup penyelesaian tugas bukan saja dalam hal menjawab pertanyaan-pertanyaan, tetapi lebih dari itu siswa bernalar berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dalam pemahaman atas materi yang dipelajarinya. Berarti pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang
didasarkan pada paham konstruktivisme. Dengan cakupan demikian memberikan peluang pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya. Sehingga pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat membuka fenomena baru dalam kegiatan pembelajaran baik bagi guru maupun siswa. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan membawa suatu perasaan baru bagi siswa yang akan merasa sangat dihargai keberadaannya. Hal ini disebabkan siswa merasa terlibat di dalam memahami pengetahuan dari materi yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif menjadi suatu strategi pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja secara kolaboratif. Tentunya berhubungan dengan kelompok. Kelompok yang dibentuk hanya berkisar 4 – 5 orang, berarti kelompok yang dibentuk adalah kelompok kecil. Tujuan dibentuk kelompok kecil adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selain siswa belajar secara berkelompok dalam pembelajaran kooperatif (seperti telah diuraikan di atas) terdapat beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu : a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara para siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga anggota sekelompoknya. d. Guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan . Suatu strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif menurut Sharan dan Johnson (dalam H.Isjoni,2009: 43) di antaranya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Mempunyai motivasi yang tinggi. Meningkatkan kemampuan akademik, Meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Membentuk hubungan persahabatan. Meningkatkan motivasi siswa memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik. 6. Membantu para siswa untuk menghargai pokok pikiran atau pendapat orang lain. Menurut Jarolimek & Parker (dalam H.Isjoni, 2009 :44) keuntungan lain yang diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah : 1. Saling ketergantungan positif 2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. 6. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Dengan melihat keuntungan dan kelebihan yang telah diuraikan di atas pembelajaran kooperatif sangat penting untuk diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Alasan penting ini ditujukan terutama bagi efek pembelajaran tersebut bagi siswa yang berdampak positif. Senada dengan pendapat para pakar diatas, pada penelitian yang dilakukan oleh Adeyemi, B tahun 2008 yang dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul “Effects of Cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Junior Secondary School Students Achievement in Social Studies”, menyatakan bahwa : “the results showed that students exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Doymus, K. tahun 2007 yang dipublikasikan dalam jurnal internasional yang berjudul :“Effects of a Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of Matter and OneComponent Phase Diagrams” menyatakan bahwa : “the results indicate that the instruction based on cooperative learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test scores of the control group, which was taught with traditionally designed chemistry instruction”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Ini berarti bahwa pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran tradisional. Demikian pula penelitian yang dilakukan Garry Hornby (2009), dalam jurnal yang berjudul: “ The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers.” Menyatakan : A plethora of research studies has found cooperative learning to be effective in promoting academic achievement with students of all ages. It has been suggested that key elements of cooperative learning are individual accountability and positive interdependence. Results indicate that academic learning was greater in the experimental group, in which individual accountability and positive interdependence were structured into the activity. Yang artinya kebanyakan penelitian telah menyatakan bahwa Cooperative Learning merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa untuk segala usia. Disarankan bahwa unsur-unsur kunci dari Cooperative Learning adalah akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil belajar akademik lebih baik pada kelompok eksperimen, di mana akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif terstruktur dalam kegiatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ballantine, J dan Larres, P yang dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul: “Cooperative learning: A Pedagogy to Improve Students Generic Skills?” tahun 2007 menyatakan bahwa : “students found the cooperative learning approach beneficial in developing their generic skills”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Ini
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
bermanfaat
untuk
mengembangkan kemampuan umum para siswa. Selain kelebihan tersebut pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangankekurangan, di antaranya yaitu : 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan pembelajaran kooperatif. 4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Walaupun
kelemahan-kelemahan
tersebut
melekat
pada
pembelajaran
kooperatif, tetapi dapat diminimalkan dengan beberapa tindakan alternatif. Untuk kelemahan yang pertama dan kedua, dalam pembelajaran kooperatif digunakan LKS yang memungkinkan siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Bagi guru, penggunaan LKS dapat mengurangi dominasi guru dalam menjelaskan materi. Berarti alokasi waktu yang digunakan untuk menjelaskan dapat dikurangi. Selain itu, pengelolaan kelas ke arah siswa aktif dengan segera dapat diwujudkan. Selain itu pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dan guru telah menata kelas sesuai dengan kelompok yang ada. Dengan demikian terjadi penghematan waktu yang dibutuhkan. Sedangkan untuk kelemahan ketiga, pada dasarnya guru dapat dilatih terlebih dahulu, sehingga guru telah memiliki kemampuan yang diharapkan. Demikian pula untuk kelemahan keempat, dengan digunakannya pendekatan psikologis, pembelajaran kooperatif akan membentuk sifat-sifat tertentu yang diinginkan sekaligus dapat dilatih. Hal ini didukung dengan pemberian motivasi dan tantangan tugas serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
tanggung jawab yang dibebankan kepada tiap kelompok melalui kerja sama anggotaanggotanya. Guru hendaknya jangan mengasumsikan bahwa siswa menguasai keterampilanketerampilan sosial atau kelompok untuk bekerja secara kooperatif. Siswa mungkin tidak mengetahui bagaimana saling berinteraksi, bagaimana mengembangkan rencana kerja kooperatif, bagaimana mengkoordinasi sumbangan-sumbangan dari berbagai kelompok, atau bagaimana menilai kemajuan kelompok dalam tugas-tugas tertentu. Untuk menjadikan pembelajaran kooperatif berlangsung sesuai dengan harapan, guru perlu mengajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif yang diperlukan. Ada tiga tingkatan keterampilan kooperatif yang dapat dilatihkan menurut Lungdren (dalam Isjoni 2009:65) yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, keterampilan kooperatif tingkat menengah, dan keterampilan kooperatif tingkat mahir. Tetapi dalam tesis ini hanya diambil beberapa dari masing-masing tingkatan tersebut yang dianggap sangat penting, yaitu : 1. Keterampilan kooperatif tingkat awal a. Menggunakan kesepakatan dan menghargai kontribusi Memiliki kesepakatan yang dijadikan komitmen dalam meningkatkan hubungan kerja kelompok. Saat anggota mengajukan pendapat, ide, atau suatu jawaban patut diperhatikan atau dikerjakan oleh anggota lain dalam kelompok setelah disepakati. Implikasinya, dalam kelompok akan menghasilkan perasaan kebersamaan dalam kelompok tersebut. Merasa satu dalam kelompok. b. Mendorong partisipasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Mendorong partisipasi berarti memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Jika satu atau dua anggota tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit kontribusi, maka tugas dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya atau hasilnya kurang memuaskan. c. Mengambil giliran dan berbagi tugas Menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Implikasinya, setiap anggota kelompok akan tumbuh rasa sebagai anggota kelompok kerja untuk mencapai suatu tujuan bersama. d. Berada dalam tugas dan kelompok Meneruskan tugas
yang menjadi
tanggung jawabnya,
sehingga
akan
terselesaikan pada waktunya dengan ketelitian yang lebih baik dan kreatif. Berada dalam kelompok berarti tetap dalam kelompok selama kegiatan berlangsung. Implikasinya, kelompok akan lebih bangga terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas dalam mempersiapkan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah: a. Mendengarkan dengan aktif Jika mendengar dengan aktif maka siswa akan mampu menggunakan pesan fisik dan lisan, sehingga pembicara akan tahu bahwa orang lain secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian dari suatu konsep akan meningkat dan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. Sebagai implikasinya, perasaan bangga bagi siswa yang memberikan partisipasi akan merasa bahwa apa yang mereka sumbangkan itu berharga, paling tidak ia akan merasa dihargai pendapatnya. b. Bertanya Maksud dari bertanya adalah meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih lanjut. Dengan bertanya sesorang yang sedang tidak aktif dapat dimotivasi untuk ikut serta, termasuk anggota kelompok yang pemalu. Dari hal ini berarti memperbaiki kemampuan komunikasi, juga interaksi. c. Menafsirkan Menafsirkan berarti menyatakan kembali informasi dengan kalimat berbeda. Ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih, sebab apa yang diperoleh diungkapkan dengan cara yang berbeda. d. Memeriksa ketepatan Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Pekerjaan akan cenderung bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman akan berkembang. Hal ini berakibat siswa menjadi kritis dan hasil kelompok akan lebih baik. 3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Mengelaborasi, maksudnya adalah mampu memperluas konsep, kesimpulan, dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Keterampilan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi. Semua keterampilan kooperatif tersebut (tidak langsung keseluruhan) dilatihkan guru dalam kegiatan pembelajaran, tetapi dapat dipilih sedikit demi sedikit yang dianggap sesuai dengan kepentingan hingga mencapai harapan dan seluruh keterampilan kooperatif. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif yang sering digunakan ada beberapa tipe, di antaranya yaitu kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), kooperatif tipe Jigsaw, kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), dan kooperatif tipe The Structural Approach (pendekatan struktural). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif, dengan menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan materi pelajaran (penyajian materi dapat dilakukan baik dengan ceramah, demonstrasi, atau bahan bacaan), dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Pada akhir pembelajaran seluruh siswa diberi tes tentang materi tersebut, dengan ketentuan pada saat tes siswa tidak boleh saling membantu atau bekerja sama antara teman-teman baik dari teman satu tim maupun dengan tim yang lainnya. Skor siswa yang diperoleh dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu dari siswa yang bersangkutan dan poin diberikan berdasarkan seberapa jauh siswa menyamai kinerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
yang lalu pula. Poin tiap anggota ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu diberi sertifikat atau penghargaan. Perencanaan pembelajaran kooperatif disusun berdasarkan langkah-langkah yaitu: (1) persiapan, (2) penyajian materi, (3) kegiatan kelompok, (4) tes hasil belajar, dan (5) penghargaan kelompok. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian oleh guru tentang tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dalam belajar. Termasuk di dalamnya penyajian informasi yang biasanya disertai bahan bacaan atau secara verbal. Kemudian siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 - 5 orang. Selanjutnya siswa bekerja dan belajar tentang materi yang dipelajarinya dengan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Bimbingan diberikan guru jika dianggap perlu baik kepada kelompok atau individu. Langkah berikutnya siswa dievaluasi, dapat melalui tes individu atau kelompok (diwakili oleh anggotanya). Dan terakhir diupayakan guru memberikan penghargaan kepada siswa dalam kelompok baik upaya maupun hasil kerja mereka. Langkah-langkah tersebut (dalam bentuk fase-fase) diuraikan pada Tabel berikut ini. Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Langkah-Langkah Fase-1 Menyampaikan
Kegiatan Guru
tujuan Guru
menyampaikan
belajar dan memotivasi pembelajaran siswa
yang
ingin
semua dicapai
tujuan pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melalui bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Langkah-Langkah
Kegiatan Guru bacaan.
Fase-3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana ke
dalam
kelompok- cara membentuk kelompok-kelompok belajar
kelompok belajar
dan
membantu
setiap
kelompok
agar
melakukan transisi secara efisien. Fase-4 Membimbing kelompok Guru bekerja dan belajar.
membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan
Guru
menentukan
cara-cara
untuk
penghargaan
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok. (Trianto, 2007:54)
Keenam langkah tersebut jika dilaksanakan maka akan terdapat siklus yang tetap dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2009:143) bahwa STAD terdiri dari suatu komponen yang tetap dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : a. Mengajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Guru menyajikan materi pelajaran. Penyajian materi ini dapat dengan verbal langsung disampaikan oleh guru atau dapat pula melalui bahan bacaan/teks. b. Kegiatan kelompok Siswa bekerjasama dalam kelompok masing-masing untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas. c. Tes/kuis Siswa mengerjakan kuis atau penilaian lainnya secara individual. d. Penghargaan kelompok Skor kelompok dihitung berdasarkan poin peningkatan kelompok, pemberian sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan buletin sebagai penghargaan skor tertinggi kelompok. Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok STAD Rata-Rata Poin Kelompok
Penghargaan Kelompok
15 – 19
Kelompok Baik (Good Team)
20 – 24
Kelompok Hebat (Great Team)
≥ 25
Kelompok Super (Super Team) (Slavin, 2009)
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan (selain kelebihan pembelajaran kooperatif pada umumnya) lebih mudah diterapkan di kelas bagi guru yang baru memulai menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai salah satu strategi pembelajarannya. Hal ini dimungkinkan karena dalam langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD masih memuat langkah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
pembelajaran konvensional, yaitu guru menyajikan materi. Hal ini sekaligus menjadi kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, karena dengan demikian dominasi guru masih tampak dalam kegiatan pembelajaran. Namun kelemahan ini dapat direduksi dengan cara guru menyajikan materi dalam bentuk bahan bacaan. Hal ini berarti siswa menjadi lebih aktif. Namun pemberian bahan bacaan masih tetap harus diikuti dengan pemberian penjelasan pada bagian-bagian tertentu. Dengan demikian siswa yang baru memulai mengikuti pembelajaran koopertif akan tahap demi tahap menyesuaikan diri dengan situasi siswa belajar aktif. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah penetapan kelompok beserta anggota-anggotanya. Penetapan anggota kelompok kooperatif dibuat oleh guru sebelum memasuki kegiatan pembelajaran. Pembentukan kelompok didasarkan pada nilai hasil pengukuran sebelumnya (rapor atau tes materi sebelumnya) dengan merangking nilai siswa. Urutan rangking kemudian dibagi dalam empat bagian. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang masing-masing dari ke empat bagian tersebut. Akhirnya, penyempurnaan anggota kelompok dilakukan dengan menyeimbangkan jenis kelamin, etnik, dan lainnya. Keberhasilan kelompok dapat dievaluasi dari kumpulan poin peningkatan tiap kelompok yang disumbangkan oleh anggotanya. Poin peningkatan dihitung dari hasil kuis. Kuis diberikan kepada siswa secara klasikal setelah mereka menyelesaikan tugas kelompok. Pemberian kuis harus dengan alokasi waktu yang cukup bagi siswa untuk dapat menyelesaikannya. Dalam pengerjaan atau penyelesaian soal kuis yakinkan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
agar bekerja secara individual. Kesempatan ini saatnya mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Sebagai motivasi, berdasarkan hasil kuis siswa dan perhitungan poin peningkatan kelompok, wujud penghargaan bagi kelompok dapat diberikan dengan berbagai bentuk. Mungkin sertifikat, laporan berkala kelas, atau buletin pajang. Isi semua bentuk tersebut menguraikan tentang prestasi kelompok. Prestasi tersebut dapat diketahui dari hasil perhitungan skor peningkatan kelompok berdasarkan kuis terdahulu. Tabel 2.3 Kriteria Skor Kemajuan Individual SKOR KUIS
POIN KEMAJUAN
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
1 - 10 poin di bawah skor awal
10
0 - 10 poin di atas skor awal
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Kertas jawaban sempurna
30
4. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif, dengan menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Secara umum pembelajaran kooperatif tipe TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal : TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis, dimana para siswanya berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara dengan mereka, kelemahan dari pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
pelaksanaannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut : 1.
Presentasi Kelas Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun dapat menggunakan perangkat audiovisual. Fokus presentasi pada kelas berbeda dengan presentasi pada kelas biasa,karena yang disampaikan hanya pokok-pokok materi dan teknis pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa harus memperhatikan dengan cermat sebelum presentasi berlangsung. Siswa harus menyadari kecermatannya sangat menunjang keberhasilan belajar selanjutnya yang akan menentukan nilai dari tim mereka.
2. Tim
Tim terdiri dari 4 – 5 orang siswa anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada di kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mengerjakan soal-soal dalam turnamen dengan baik. 3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang di rancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan beberapa orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Game biasanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. 4.
Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Perangkat turnamen yang digunakan adalah kartu soal, lembar pembagian meja turnamen, lembar skor game, lembar rangkuman tim . Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama guru menunjuk siswa untuk berada di meja turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya system skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 4 ke meja 3). Skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama, dan skor yang paling rendah “ diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya akan dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kemampuan mereka yang sesungguhnya. Sebagai ilustrasi pelaksanaan turnamen dapat dilihat pada gambar berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Contoh penempatan siswa dalam tim meja turnamen seperti gambar berikut :
Gambar 1
2005)
Skema pertandingan atau turnamen TGT Keterangan: A1,B1,C1
= Siswa berkemampuan tinggi
A(2,3,4) B(2,3,4) C(2,3,4) = Siswa berkemampuan sedang A5,B5,C5
= Siswa berkemampuan rendah
TT1,TT2,TT3,TT4,TT5
= Meja Turnamen (1,2,3,4,5)
5. Penghargaan Tim
Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok bukan individu, sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggotanya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut. Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok TGT Rata-Rata Poin Kelompok 40 – 44
Penghargaan Kelompok Kelompok Baik (Good Team)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
45 – 49
Kelompok Hebat (Great Team)
≥ 50
Kelompok Super (Super Team)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan sesuai poin yang diperoleh. Dari uraian di atas pada prinsipnya kedua model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), perbedaannya pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT di akhir unit di adakan game atau turnamen sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD hanya diberikan tes atau kuis.
5. Kemampuan Awal Siswa Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada proses pembelajaran. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat awal yang harus dimiliki siswa agar proses pembelajaran yang dihadapi siswa dapat berjalan dengan lancar. Dalam Depdiknas (2004: 2), matematika bersifat hierarkis yang berarti suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk mempelajari matematika hendaknya berprinsip pada: 1. Materi matematika hendaknya disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik matematika berdasarkan subtopik tertentu, 2. Setiap siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
3. Perbedaan kemampuan antar siswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya, 4. Pengusaan topik baru oleh seorang siswa tergantung pada penguasaan topik sebelumnya. Sedangkan menurut Piaget (dalam Paul Suparno 1997: 20-21), bahwa setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain, sedangkan menurut Winkel (1991: 80), menyatakan bahwa kemampuan awal merupakan jembatan untuk menuju pada kemampuan final. Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolaknya sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa tertentu untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru, seperti apa yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran. Ini berarti pengalaman belajar yang lalu memegang peranan untuk memahami konsep-konsep baru. Jelas bahwa pengalaman belajar matematika di SMP misalnya, akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan bahan matematika di SMA. Menurut Ausubel (dalam Paul Suparno 1997: 53-54), belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Dalam proses belajar ini siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta-fakta baru ke dalam sistem pengetahuan yang telah ia punyai sebelumnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan kemampuan awal siswa adalah suatu kemampuan yang telah dimiliki sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
prasyarat untuk mengikuti proses belajar selanjutnya. Kemampuan awal berperan penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal juga menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru pada kelas yang lebih tinggi.
B . Penelitian yang Relevan 1.
Penelitian yang dilakukan Hadi Wiyono (2008) yang mengemukakan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD mendapat prestasi belajar pada pokok Bahasan Faktorisasi suku aljabar yang lebih baik daripada siswa-siswa yang diberikan metode belajar tradisional. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Hadi Wiyono dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Hadi Wiyono dengan yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Hadi Wiyono dilakukan pada peserta didik kelas VII SMP Negeri se Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008 pada pokok bahasan Faktorisasi suku aljabar, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada peserta didik kelas X SMA se-Surakarta pada materi persamaan kuadrat dan pertidaksamaan kuadrat dan dilakukan pembandingan dengan Teams Games Tournaments (TGT).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi Waluyo tahun 2010, Eksperimentasi model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Tulungagung, menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Adi Waluyo dengan
yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Adi Waluyo dengan yang peneliti lakukan adalah Eksperimentasi model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri Di Kabupaten Tulungagung sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada peserta didik kelas X SMA se-Surakarta pada materi persamaan kuadrat dan pertidaksamaan kuadrat dilakukan pembandingan dengan Teams Games Tournaments (TGT). 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Latifah Mustofa Lestyanto tahun 2010, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD) pada Materi Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa.mengemukakan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki hasil belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang mendapatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
pembelajaran model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada materi Materi Kubus dan Balok. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Latifah Mustofa Lestyanto dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD). Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Latifah Mustofa Lestyanto dengan yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Latifah Mustofa Lestyanto dilakukan pada Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Ditinjau dari Aktivitas Belajar sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada siswa klas X SMA di Surakarta ditinjau dari tingkat kemampuan awal siswa. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan penyajikan diskripsi di atas, dapat disusun kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu pembelajaran kooperatif
dengan
pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT), serta kemampuan awal. 1. Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games Tournaments (TGT) merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games Tournaments (TGT) didapatkan adanya proses kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Interaksi dalam kelompok ini akan berjalan dengan baik jika setiap kelompok mempunyai kemampuan yang heterogen. STAD dan TGT merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan pada teori belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
konstruktivisme, dimana menurut teori belajar ini pengetahuan dibangun/dikontruksi peserta didik sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh dari hasil konstruksi dan pengalamannya sendiri. Peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran, apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sekelompoknya, namun siswa yang mempunyai kemampuan rendah atau sedang kadang-kadang merasa bosan atau kurang percaya diri, hal itu menjadikan mereka kurang aktif di dalam kelompok sehingga tidak bisa menguasai materi dengan optimal. Pada pembelajaran dengan model TGT terdapat komponen berupa game dan tournament yang tentunya akan disukai oleh sebagian besar siswa. Dengan adanya game dan tournament tersebut, diharapkan para peserta didik baik yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah akan lebih tertarik pada materi pelajaran yang diberikan dan mempunyai keinginan untuk mempelajarinya secara lebih dalam. Menurut M. Furqon Hidayatullah (2009 : 160) mengatakan pembelajaran yang menyenangkan akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyebabkan peserta didik tertarik terhadap pelajaran tersebut. Sedangkan menurut Bobbi DePorter (2007 : 69) mengatakan seseorang yang belajar dalam situasi yang menyenangkan akan menghasilkan prestasi yang baik. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat lebih meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hasil belajar peserta didik akan dipengaruhi oleh kemampuan awal (kemampuan yang telah dikuasai peserta didik sebelumnya). Kemampuan awal merupakan syarat peserta didik untuk dapat mengikuti materi pelajaran dengan baik. Pada saat peserta didik menerima materi baru, peserta didik akan menghubungkan atau menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Peserta didik dengan kemampuan awal yang terbatas akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang baru. Sehingga peserta didik dengan kemampuan awal tinggi dimungkinkan hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan awal sedang atau rendah, demikian pula peserta didik dengan kemampuan awal sedang dimungkinkan hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan awal rendah. 3. Seorang peserta didik sebelum mengikuti pelajaran pasti sudah mempunyai kemampuan awal yang sudah ia kuasai. Kemampuan awal matematika peserta didik dan pengalaman belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung merupakan modal bagi peserta didik dalam membangun konsep matematika yang dimiliki dan mempengaruhi hasil belajar matematikanya. Ini berarti bagi peserta didik dengan kemampuan awal tinggi pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maupun pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) saja dimungkinkan akan mencapai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kemampuan awal sedang atau rendah dan peserta didik dengan kemampuan awal sedang pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maupun pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) saja dimungkinkan akan mencapai hasil belajar matematika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
yang lebih baik, dibandingkan peserta didik dengan kemampuan awal
rendah.
Namun prestasi belajar seorang siswa juga tergantung pada pendekatan pembelajaran yang di berikan, sehingga ada kemungkinan siswa siswa yang kemampuan awalnya rendah atau sedang pada pendekatan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan pendekatan kooperatif tipe STAD. Hal itu disebabkan suasana pembelajaran yang menyenangkan
(game
atau
turnamen),
sehingga
menimbulkan
semangat
keingintahuan yang tinggi untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Sebaliknya siswa yang kemampuan awalnya tinggi pada pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dimungkinkan memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal itu dapat terjadi karena siswa yang pandai biasanya akan mendominasi di dalam diskusi, sedangkan siswa yang kemampuan awalnya sedang atau rendah cenderung pasif dalam diskusi kelompok.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka, kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan TeamsGames-Tournaments (TGT) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. 2. Hasil belajar siswa pada tingkat kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik dibandingkan prestasi siswa dengan tingkat kemampuan awal yang lebih rendah. 3. Siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dan sedang yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA kota Surakarta dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Batik 2 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester pertama tahun pelajaran 2010/2011. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. b. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen, pengumpulan data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan bulan Nopember 2010. c. Analisis data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Analisis data dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan November 2010.
d. Tahap penyusunan laporan Tahap ini dimulai bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan September 2010 dan selesai pada bulan November 2010. 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu, karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua bagian. Kelompok pertama adalah kelompok siswa yang mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan kelompok kedua adalah kelompok siswa yang mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Dari masing-masing kelompok di atas terdiri dari tiga kelompok siswa yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Desain penelitian ini adalah desain faktorial 2x3 yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian Kemampuan Awal (B) Tinggi
Sedang
Rendah
(b1)
(b2)
(b3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Model
Kooperatif
Tipe
(ab)11
(ab)12
(ab)13
Pembelajaran
STAD (a1)
(A)
Kooperatif tipe TGT
(ab)21
(ab)22
(ab)23
(a2)
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Surakarta kelas X tahun pelajaran 2010/2011. Dari seluruh siswa SMA kelas X kota Surakarta akan dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian menggunakan nilai hasil UAN tahun pelajaran 2009/2010. 2. Sampel Sampel yang diambil adalah sampel kelas bukan sampel individu, maka penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel stratified cluster random sampling. Dari tiap-tiap kategori sekolah diambil satu sekolah sacara random, kemudian dari sekolah yang terpilih diambil lagi dua kelas secara random sebagai kelas eksperimen. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi sampling random stratifikasi (stratified random sampling) dan sampling random kluster (cluster random sampling), dengan langkah-langkah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat rataan nilai UN matematika SMA tahun pelajaran 2009/ 2010. (Lampiran 34) b. Dari masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu kelompok atas terpilih SMA Regina Pacis Surakarta, kelompok sedang terpilih SMA Kristen 1 Surakarta dan kelompok bawah terpilih SMA Negeri 8 Surakarta yang merupakan unit-unit populasi (kluster-kluster). c. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada yaitu dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas untuk kelas eksperimen. C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah
model pembelajaran dan kemampuan awal,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa. Penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Variabel Bebas a. Model Pembelajaran (A) 1) Definisi Operasional Model pembelajaran adalah suatu perangkat pengajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi ajar kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru dapat tercapai. Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. 2) Indikator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Berupa langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran. 3) Skala Pengukuran Skala pengukurannya adalah nominal, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT 4) Kategori: Ai, i: 1 = STAD, 2 = TGT b. Kemampuan Awal (B) 1) Definisi Operasional Kemampuan awal adalah suatu kemampuan yang telah dimiliki sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk mengikuti proses belajar selanjutnya. Kemampuan awal berperan penting dalam proses pembelajaran. 2) Indikator Skor hasil tes kemampuan awal. 3) Skala Pengukuran Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri tiga kategori yaitu kelompok tinggi dengan skor > X +
1 2
s, kelompok sedang
dengan X - 1 s £ skor £ X + 1 s, dan kelompok rendah dengan skor < X - 1 s 2
2
dengan: s : adalah standar deviasi
X : adalah rerata dari seluruh skor total siswa 4) Kategori: Bj, j:1= tinggi, 2= sedang, 3= rendah
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2. Variabel Terikat Hasil Belajar Matematika 1) Definisi Operasional Hasil belajar matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil tes setelah mengikuti proses pembelajaran model kooperatif
tipe STAD dan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2) Indikator Skor tes untuk materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. 3) Skala pengukuran Skala pengukurannya adalah interval. D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen 1. Metode Pengumpulan Data a. Tes kemampuan awal Tes yang berisi soal mengenai persamaan kuadrat dilakukan untuk mengetahui skor kemampuan awal siswa sebelum mengikuti model pembelajaran kooperatif STAD dan TGT. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 4 dan jika jawaban salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden adalah 100 dan skor minimal 0. Kemampuan awal siswa dibedakan menjadi tiga yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. b. Tes hasil belajar Tes yang berisi soal-soal persamaan kuadrat dilakukan untuk mengetahui skor kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika. Tes dalam penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 4 dan jika jawaban salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden adalah 100 dan skor minimal 0. 2. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian a. Membuat kisi-kisi soal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan di teliti yaitu tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat,baik untuk tes uji coba kemampuan awal maupun untuk tes ujicoba hasil belajar. b. Membuat soal berupa tes objektif
dengan materi persamaan kuadrat dan
pertidaksamaan kuadrat berbentuk pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa dan tes objektif dengan materi persamaan berbentuk pilihan ganda juga untuk mengukur hasil belajar matematika. 2. Uji Coba Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa dan hasil belajar matematika. Sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes tersebut. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Batik 2 Surakarta pada siswa kelas X tahun pelajaran 2010/2011. a. Uji Validitas Isi Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003: 58) harus diperhatikan hal-hal berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
1)
Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
2)
Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.
3)
Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal tes sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh testee.
4)
Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam penyusunan tes sebagai berikut: a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi soal tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, c) menyusun butir-butir soal tes berdasar kisi-kisi yang telah dibuat, d) melakukan penilaian terhadap butir-butir soal tes. Penilaian terhadap butir-butir soal tes dilakukan oleh instruktur matematika SMA kota Surakarta dan tim ahli dari MGMP matematika kota Surakarta. Dengan demikian validitas tes ini didasarkan experts judgment instruktur dan tim ahli MGMP matematika kota Surakarta. Jika penilaian oleh instruktur dan tim ahli MGMP matematika menyatakan butir-butir soal tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes tersebut dapat dikatakan valid.
b. Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini tes hasil belajar yang peneliti gunakan adalah tes objektif dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap jawaban salah diberi skor 0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas tes ini digunakan rumus Kuder Richardson KR-20 yaitu: 2 æ n ö æç s t - S p i q i r11 = ç ÷ 2 st è n - 1 ø çè
ö ÷ ÷ ø
dengan r11
= indeks reliabilitas instrumen
n
= banyaknya butir instrumen
st2
= variansi total
pi
= proporsi subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi
= 1 – pi
Soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,70. c. Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan melihat indeks kesukaran item/butir soal yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois (dalam Anas Sudijono, 2007:372) yaitu:
P=
Np N
dimana: P
= Proportion = proporsi = proporsa= difficulty index = angka indeks kesukaran item
Np
= Banyaknya peserta tes yang dapat menjawab benar pada butir soal yang bersangkutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
N
= Banyaknya peserta tes/testee (Anas Sudijono, 2007:372) Sedangkan cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks
kesukaran item, Robert L.Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya yang berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education (dalam Anas Sudijono, 2007:372) mengemukakan sebagai berikut: Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P ) Besarnya P
Interpretasi
Kurang dari 0,30
Sukar
0,30-0,70
Cukup
Lebih dari 0,70
Mudah
Nilai P yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,30 £ P £ 0,70.
d. Daya Pembeda Butir Soal Untuk mengetahui daya pembeda dari tiap butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung besar kecilnya angka indeks diskriminan /pembeda butir soal, yaitu dengan menggunakan rumus:
D = PA - PB di mana : D
= Angka indeks diskriminasi item (Discriminatory Power)
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab benar item
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
yang dimaksud, dengan rumus : PA =
BA , di mana : JA
B A = Banyaknya testee kelompok atas yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud
J A = Jumlah testee kelompok atas PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab benar item yang dimaksud, dengan rumus : PB =
BB JB
di mana :
BB = Banyaknya testee kelompok bawah yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud
J B = Jumlah testee kelompok bawah Kelompok atas diambil 27% dari siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedangkan kelompok bawah diambil 27% dari siswa yang mempunyai nilai rendah. (Anas Sudijono 2007:394-400) Sedangkan klasifikasi dasarnya angka indeks diskriminasi item adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Beda Soal ( D ) Besarnya D
Klasifikasi
Negatif
Jelek Sekali (JS)
0,00 – 0,20
Jelek (J)
0,21 – 0,40
Cukup(C)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
0,41 – 0,70
Baik (B)
0,71 – 1,00
Baik Sekali (BS)
Nilai D yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,21 ≤ D ≤ 0,70, dimana nilai D tersebut cukup baik untuk membedakan kemampuan kelompok atas dan kelompok bawah. E. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Setelah uji normalitas dan homogenitas dipenuhi , maka uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum
kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan, statistik uji yang digunakan adalah uji-t yaitu : a. Hipotesis Ho : m1 = m2 kedua kelompok dari dua populasi yang berkemampuan awal sama H1 : m1 ≠ m2 kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang berkemampuan awal sama b. Taraf Signifikansi : a = 0,05 c. Statistik Uji
t=
X1- X 2 (n - 1) s12 + (n2 - 1) s2 2 ~ t ( n1 + n 2 - 2), dengan s p 2 = 1 n1 + n2 - 2 1 1 sp + n1 n 2
dengan
X 1 = rata-rata nilai tes kemampuan awal siswa kelompok eksperimen ke-1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
X 2 = rata- rata nilai tes kemampuan awal siswa kelompok eksperimen ke-2 s1
= simpangan baku kelompok eksperimen ke-1
s2
= simpangan baku kelompok eksperimen ke-2
n1
= banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-1
n2 = banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-2 d. Derah kritik ïì ïü DK = ít t < -ta atau t > ta ý ; n1 + n2 - 2 ; n1 + n2 - 2 2 2 îï þï
- ta 2
ta
, n1 + n2 - 2
2
; n1 + n 2 - 2
Gambar 2. Grafik Distribusi Student’s t
e. Keputusan uji H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritik. 2. Uji Prasyarat Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis. H0
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1
: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Taraf signifikansi : a = 0,05 3. Statistik uji L = Maks F ( z i ) - S ( z i ) dengan
zi =
Xi - X , s = standar deviasi s
F( zi ) = P( z ≤ zi ); Z~ N(0,1) S(zi ) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh zi 4. Daerah kritik DK= { L │L > L a;n } dengan n adalah ukuran sampel 5. Keputusan uji. H0 diterima jika harga statistik uji L jatuh di luar daerah kritik. ( Budiyono, 2009:168) b. Uji Homogenitas Variansi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut: 1. Hipotesis H0
: s 12 = s 2 2 = ... = s k 2 ( populasi – populasi homogen )
H1
: tidak semua variansi sama ( populasi – populasi tidak homogen )
2. Taraf signifikansi; a = 0,05 3. Statistik uji
c2 =
(
2,303 f log RKG - å f j log s j 2 c
)
k
= banyaknya sampel
f
= derajat kebebasan untuk RKG = N – k
dengan c 2 ~ c 2
( k -1)
fj
= derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1 dengan j = 1, 2 ,…, k
N
= banyaknya seluruh nilai ( ukuran )
nj
= banyaknya nilai ( ukuran ) sampel ke – j
c = 1+
1 æ 1 1ö çå - ÷ 3 ( k - 1) çè f j f ÷ø
SS RKG = rataan kuadrat galat = å åf
j
; SS j = å x j
j
4. Daerah kritik
commit to user
2
(å x ) j
nj
2
= ( n j - 1) s j 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
{
}
DK = c 2 c 2 > ca2 ;k -1 untuk beberapa a dan ( k – 1 ) nilai c a2 ;k -1 dapat di lihat pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan ( k – 1).
c a2;k -1 Gambar 3. Grafik Distribusi Chi Kuadrat 5. Keputusan uji H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik ( Budiyono 2009: 174 ) 3. Uji Hipotesis Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tak sama dengan model sebagai berikut :
xijk
= m + a i + b j + (ab )ij +
e ijk
dengan :
xijk
= data amatan ke k pada baris ke i dan kolom ke j
m
= rerata dari seluruh data amatan ( rerata besar , grand mean )
ai
= efek baris ke i pada variabel terikat
b
= efek kolom ke j pada variabel terikat j
(ab )ij
= kombinasi efek baris ke i dan kolom ke j pada variabel terikat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
e ijk
= deviasi data amatan terhadap rataan yang populasinya µ yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi s e2 . i = 1, 2 dengan :
1 = pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions 2 = pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
j = 1, 2, 3 dengan 1 = kemampuan awal tinggi 2 = kemampuan awal sedang 3 = kemampuan awal rendah ( Budiyono 2009: 228)
a. Hipotesis H0A
: ai = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat )
H1A
:
paling sedikit ada satu ai yang tidak nol (ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat )
H0B
:
: bj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat
H1B
: paling sedikit ada satu bj (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)
H0AB
: (ab)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 ( tidak ada interaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
baris dan kolom terhadap variabel terikat ) H1AB
: paling sedikit ada satu (ab)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
b. Komputasi 1. Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.3 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi Kemampuan Awal Siswa
Model
a1
b1
b2
b3
n11
n12
n13
åX
Pembelajaran
a2
11
åX
12
åX
13
X 11
X 12
X 13
åX
åX
åX
2 11
2 12
2 13
C11
C12
C13
SS11
SS12
SS13
n21
n22
n23
åX
21
åX
22
åX
23
X 21
X 22
X 23
åX
åX
åX
2 21
2 22
2 23
C21
C22
C23
SS21
SS22
SS23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tabel 3.4 Rataan dan Jumlah Rataan Faktor b b1
b2
b3
Total
a1
X 11
X 12
X 13
A1
a2
X 21
X 22
X 33
A2
Total
B1
B2
B3
G
Faktor a
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi – notasi sebagai berikut: nij
= banyaknya data amatan pada sel ij
nh
= rataan harmonik frekuensi seluruh sel = pq å ij
1 n ij
N = å nij = banyaknya seluruh data amatan ij
SS ij = å X k
2 ijk
æ çå -è k
X
ö ijk ÷ ø
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
nijk
X ij = AB ij = rataan pada sel ij
Ai = å AB ij = jumlah rataan pada baris ke i j
B j = å ABij = jumlah rataan pada kolom ke j i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
G = å AB ij = jumlah rataan semua sel ij
2. Komponen jumlah kuadrat Didefinisikan :
G2 1= pq
Bj 4=å j p
2
2 = å SS ij
5 = å AB ij
2
ij
ij
3 =å i
Ai2 q
3. Jumlah Kuadrat (JK) JKA = n h {(3) - (1)}
JKB = n h {(4) - (1)} JKAB = n h {(1) + (5) - (3) - (4 )} JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
4. Derajat kebebasan (dk) dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB = (p – 1)(q – 1 )
dkG
= N – pq
dkT
=N–1
5. Rataan Kuadrat ( RK ) RKA =
JKA dkA
RKB =
JKB dkB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
RKAB =
JKAB dkAB
RKG =
JKG dkG
b. Statistik uji Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah: 1. Untuk H0A adalah Fa =
RKA yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq 2. Untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq 3. Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel random RKG
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)( q – 1) dan N – pq c. Daerah kritik Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritiknya adalah :
{
}
{
}
1. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = Fa Fa > Fa ; p -1, N - pq 2. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = Fb Fb > Fa ; q -1, N - pq
{
3. Daerah kritik untuk Fab adalah DK = Fab Fab > Fa ; (p -1)(q -1), N - pq
}
d. Keputusan uji H0 ditolak bila Fobs Î DK e. Rangkuman analisis variansi Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Sumber
JK
Dk
RK
Fobs
Fa
Baris (A)
JKA
p–1
RKA
Fa
F*
Kolom (B)
JKB
q–1
RKB
Fb
F*
JKAB
(p –1)(q -1)
RKAB
Fab
F*
Galat ( G )
JKG
N – pq
RKG
-
Total
JKT
N–1
-
-
Interaksi (AB)
-
( Budiyono, 2009: 212 )
4. Uji Komparasi Ganda Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe. Langkah–langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe adalah: a. Komparasi Rataan Antar Kolom Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah: F.i -.j =
(X .
i
- X .j
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è .i n. j ø
dengan: F.i – .j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke i dan kolom ke j
X .i
= rataan pada kolom ke i
X . j = rataan pada kolom ke j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
n.i
= ukuran sampel kolom ke i
n.j
= ukuran sampel kolom ke j
{
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah DK = F.i-.j F.i-.j > (q - 1)Fa ;q-1,N-pq
}
b. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah : Fij -kj =
(X
ij
- X kj
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è ij n kj ø
dengan : Fij – kj = rataan Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj X ij
= rataan pada sel ij
X kj
= rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nkj
= ukuran sel kj
{
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah DK = Fij-kj Fij-kj > ( pq -1)Fa;pq-1,N-pq c. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah: Fij -ik =
(X
ij
- X ik
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è ij n ik ø
commit to user
}
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
{
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah DK = Fij-ik Fij-ik > ( pq - 1)Fa ;pq-1,N-pq
}
(Budiyono, 2009:215)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa a. Uji Validitas Isi Sebelum tes kemampuan awal
diberikan kepada siswa terlebih
dahulu
dilakukan validitas isi melalui experts judgment yaitu penilaian yang dilakukan oleh para ahli. Dalam hal ini dilakukan oleh Drs. Kismanto, M.Pd sebagai ketua MGMP matematika SMA kota Surakarta,
Marwanto, S.Pd sebagai pengurus MGMP
matematika kota Surakarta dan Sigit Toto Mursita, S.Si
selaku instruktur mata
pelajaran matematika untuk SMA kota Surakarta. Tujuan validitas isi adalah untuk menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur dan apakah masing-masing butir tes yang telah disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba kemampuan awal yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 3) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 4). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 7. Berdasarkan uji validitas di atas dinyatakan bahwa instrumen tes kemampuan awal tersebut dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji validitas soal kemudian dilanjutkan uji coba instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
pada 76 siswa yang berasal dari siswa kelas X.6 dan X.7 SMA Batik 2 Surakarta pada tanggal 11 Oktober 2010. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas instrumen sebesar 0,8001. Ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 9. c. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dalam penelitian ini soal mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika 0,30 £ P £ 0,70, dimana P adalah indeks kesukaran. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal diperoleh 1 item soal yang tidak memadai yaitu item soal nomor 1 mempunyai indeks kesukaran 0,74 termasuk kriteria mudah. Sedangkan item soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. d. Daya Pembeda Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal terhadap 76 responden menunjukkan bahwa 2 item soal mempunyai daya beda kurang antara 0,00 sampai dengan 0,20 yaitu untuk item soal nomor 4 dan item soal nomor 24 mempunyai indeks daya beda 0,16,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
sehingga kedua item soal dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. e. Analisis Butir Tes Kemampuan Awal Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30 item soal terdapat 3 item soal yang tidak dipakai (ditolak) yaitu soal nomor 1, 4 dan 24. Selanjutnya dari 27 soal yang efektif diambil 25 item soal yang mewakili masingmasing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal, yang akan dipakai sebagai instrumen tes untuk menentukan kemampuan awal siswa. Indeks reliabilitas dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,8134 yang berarti instrumen tes kemampuan awal tersebut adalah reliabel. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika a. Uji Validitas Isi Uji validitas isi untuk uji coba tes hasil belajar matematika juga dilakukan oleh Drs. Kismanto, M.Pd ketua MGMP matematika SMA kota S.Pd
pengurus MGMP matematika kota Surakarta dan
Surakarta,
Marwanto,
Sigit Toto Mursita, S.Si
selaku instruktur mata pelajaran matematika untuk SMA kota Surakarta. Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba hasil belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 10) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 11). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 14. Setelah dilakukan uji validitas soal kemudian dilanjutkan uji coba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali pada 76 siswa yang berasal dari siswa kelas X.6 dan X.7 SMA Batik 2 Surakarta pada tanggal 11 Oktober 2010.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas instrumen sebesar 0,741 Ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70. Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 16 c. Tingkat Kesukaran Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal semua item soal mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. d. Daya Pembeda Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal terhadap 76 responden menunjukkan bahwa 4 item soal mempunyai daya beda antara 0,00 sampai dengan 0,20 yaitu untuk item soal nomor 4 dan item soal nomor 7 mempunyai indeks daya beda 0,16 , item soal nomor 10 dan item soal nomor 23 mempunyai daya beda 0,12 sehingga keempat item soal dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. e. Analisis Butir Tes Hasil Belajar Matematika Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30 item soal terdapat 4 item soal yang tidak baik (ditolak) yaitu nomor 4,7,10 dan 23. Sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
sisanya 26 item soal telah mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal, diambil 25 item soal untuk dipakai sebagai instrumen tes untuk pengambilan data hasil belajar matematika siswa. Indeks reliabilitas dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,748 yang berarti instrumen tes hasil belajar matematika tersebut adalah reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
B. Deskripsi Data Deskripsi data yang disajikan adalah data kemampuan awal siswa dan data hasil belajar siswa. Data kemampuan awal siswa diambil sebelum dilakukan penelitian baik pada kelompok eksperimen 1 maupun pada kelompok eksperimen 2. Sedangkan data hasil belajar siswa diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran. 1. Data Kemampuan Awal Siswa a. Data Kemampuan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 1 Data kemampuan awal
siswa untuk kelompok eksperimen yang pertama
berasal dari 20 siswa kelas X.A SMA Kristen 1 Surakarta, 38 siswa kelas X.F SMA Regina Pacis Surakarta dan 30 siswa kelas X.6 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok eksperimen pertama diperoleh nilai mean 56,6364, median 56, modus 40, nilai maksimum 88, nilai minimum 16 dan standar deviasi 15,81. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. b. Data Kemampuan Awal Siswa Kelompok eksperimen 2 Data kemampuan awal siswa untuk kelompok eksperimen 2 berasal dari 20 siswa kelas X.A SMA Kristen 1 Surakarta, 36 siswa kelas X.G SMA Regina Pacis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Surakarta dan 30 siswa kelas X.7 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh nilai mean 53,1364 median 56, modus 56, nilai maksimum 88, nilai minimum 20 dan standar deviasi 16,89. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. c. Data Kemampuan Awal Berdasarkan Kategori Berdasarkan data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 diperoleh X =54,89 dan s = 23,27. Penentuan untuk kategori didasarkan pada ketentuan sebagai berikut kelompok tinggi : xi > X + 1 s, kelompok sedang X - 1 s 2
2
£ xi £ X + 1 s dan kelompok rendah xi < X - 1 s. Sehingga untuk nilai yang lebih 2
2
dari 66,525 dikategorikan tinggi, untuk nilai yang lebih dari atau sama dengan 43,255 dan kurang dari atau sama dengan 66,525 dikategorikan sedang dan untuk nilai kurang dari 43,255 dikategorikan rendah. Berdasarkan data yang telah terkumpul diperoleh 51 siswa mempunyai kemampuan awal tinggi, 80 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 45 siswa mempunyai kemampuan awal rendah, dengan perincian untuk kelompok eksperimen 1 terdapat 23 siswa mempunyai kemampuan awal tinggi, 39 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 26 siswa mempunyai kemampuan awal rendah. Untuk kelompok eksperimen 2 terdapat 28 siswa mempunyai kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
awal tinggi, 41 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 19 siswa mempunyai kemampuan awal rendah (Lampiran 24).
2. Data Hasil Belajar Matematika a. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 1 Data hasil belajar matematika siswa untuk kelompok eksperimen 1 yaitu 20 siswa kelas X.A SMA Kristen 1 Surakarta, 36 siswa kelas X.F SMA Regina Pacis Surakarta dan 30 siswa kelas X.6 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok eksperimen 1 diperoleh nilai mean 68,59 median 72, modus 72, nilai maksimum 80, nilai minimum 40 dan standar deviasi 12,63. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. b. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 2 Data hasil belajar matematika siswa untuk kelompok kontrol yaitu 20 siswa kelas X.B SMA Kristen 1 Surakarta, 36 siswa kelas X.G SMA Regina Pacis Surakarta dan 30 siswa kelas X.7 SMA N 8 Surakarta. Dari 88 siswa untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh nilai mean 73 median 76, modus 88, nilai maksimum 92 nilai minimum 48 dan standar deviasi 14,36. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika No.
Kelompok
Rerata
Simpangan Baku
N
1.
Eksperimen 1
68,59
12,63
88
2.
Eksperimen 2
73
14, 36
88
3.
Kemampuan Awal tinggi Kemampuan Awal sedang Kemampuan Awal rendah
76,863
12,167
51
69,676
13,998
80
65,244
12,175
45
4. 5.
C. Hasil Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji keseimbangan. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai model pembelajaran yaitu kelompok eksperimen 1 (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD)
dan kelompok eksperimen 2 (pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) mempunyai kemampuan matematika yang sama. Sebelum dilakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
normalitas untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
dengan
menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Hasil uji normalitas kemampuan awal kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 18. Adapun rangkuman hasil uji normalitas tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal No
Nama Variabel
Lobs
n
Ltabel
Keputusan
Ket.
1.
Kemampuan Awal
0,07485
88
0,0944
diterima
normal
0,07622
88
0,0944
diterima
normal
Eksperimen 1 2.
Kemampuan Awal eksperimen 2
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa Lobs kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
masing-masing kurang dari Ltabel, berarti pada taraf signifikansi 5%
hipotesis nol kedua kelompok diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari data populasi normal. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 19. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Bartlett pada tingkat signifikansi a sebesar 5%. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh c 2 obs = 0,3777 dan daerah kritik uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
{
}
ini DK= c 2 c 2 > c 20,05;1 = 3,841 . Pada tingkat signifikansi a sebesar 5% diperoleh
c 2 obs berada di luar daerah kritik maka hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan bahwa variansi kedua populasi sama.
c. Uji Keseimbangan antara Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 Sedangkan untuk uji keseimbangan menggunakan uji t, berdasarkan perhitungan diperoleh tobs=-1,4189 dengan t0,025;174 =1,960
DK= {t t < -1,960 atau t > 1,960} .
Karena nilai tobs Ï DK maka Ho diterima berarti tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Jadi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai kemampuan awal yang sama. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20
2. Uji Prasyarat Sebelum data dianalisa menggunakan uji anava, terlebih dahulu data harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu hasil belajar matematika berasal dari populasi normal. Uji normalitas hasil belajar dalam penelitian ini meliputi: 1) kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
2) kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT 3) kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi 4) kelompok siswa dengan kemampuan awal sedang 5) kelompok siswa dengan kemampuan awal rendah. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi a =0,05. Rangkuman uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data hasil Belajar Matematika No
Nama Variabel
Lobs
n
LTabel
Keputusan
Ket
uji 1.
kelompok
siswa
dengan
model
0,0731
88
0,0944
Diterima
normal
0,0934
88
0,0944
Diterima
normal
0,1199
51
0,1241
Diterima
normal
0,0929
80
0,0991
Diterima
normal
pembelajaran kooperatif STAD 2.
kelompok
siswa
dengan
model
pembelajaran kooperatif TGT 3.
kelompok kemampuan
siswa awal
tinggi 4.
kelompok kemampuan
siswa awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
sedang 5.
kelompok kemampuan
siswa
0,1065
45
0,1321
Diterima
normal
awal
rendah
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28 dan Lampiran 29. Dari hasil analisis uji normalitas hasil belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai Lobs untuk setiap kelompok kurang dari Ltabel berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 menunjukkan data kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, maupun kelompok kategori kemampuan awal berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Variansi Data Hasil Belajar Matematika Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel random data hasil belajar kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai variansi yang sama. Demikian juga apakah sampel random data hasil belajar kategori kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang
digunakan uji Bartlett dengan
statistik uji Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi a = 0,05. Tabel 4.4 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi Kelompok
c 2 obs
c 2tabel
Keputusan
Kesimpulan
Eksperimen 1
1,418
3,841
Ho diterima
Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
dan Eksperimen 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Kemampuan
awal 0,995
5,991
Ho diterima
tinggi, sedang dan
Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
rendah
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Dari hasil analisis uji homogenitas variansi hasil belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai c 2obs
untuk setiap kelompok kurang dari c 2tabel berarti pada
tingkat signifikansi a =0,05 menunjukkan bahwa sampel random data hasil belajar matematika kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai variansi yang sama. Demikian pula untuk
sampel random data hasil belajar kategori
kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah juga mempunyai variansi yang sama.
3. Uji Hipotesis Penelitian Hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tidak sama dan taraf signifikansi a = 0,05 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Sumber Model pembelajaran (A) Kemampuan Awal (B)
JK
dk
RK
Fobs
Fa
Keputusan uji
963,676
1
963,676
5,83868
3,84
H0A ditolak
2
2006,49
12,1568
3,00
H0B ditolak
4012,97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Interaksi (AB) Galat (G) Total
95,4446
2
47,7223
28058,6
170
165,05
33130,7
175
0,28914
3,00
H0AB diterima
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa: a. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 5,83868 dan F(0,05,1,170) = 3,84, ternyata Fa > F(0,05,1,170) dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran koopretaif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. b. Pada efek utama B (tingkat kemampuan awal siswa), harga statistik uji Fb = 12,1568 dan F(0,05,2,170) = 3,00, ternyata Fb > F(0,05,2,170) dengan demikian H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 tingkat kemampuan awal siswa yang tinggi, sedang dan rendah memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa), harga statistik uji Fab = 0,28914 dan F(0,05,2,170) = 3,00 , ternyata Fab < F(0,05,2,170) dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi persamaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
dan pertidaksamaan kuadrat. Data tentang analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya terdapat pada Lampiran 32.
4. Uji Lanjut Pasca Anava Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melacak perbedaan rerata khususnya untuk uji hipotesis yang kedua. Dalam penelitian ini uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji komparasi ganda hanya dikenakan pada faktor kolom yang terdiri dari 3 kategori yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah sedangkan pada faktor baris tidak perlu dilakukan uji komparasi karena hanya terdiri dari 2 kategori sehingga cukup dengan melihat rataan marginalnya. Sebelum melihat hasil komparasi rataan antar kolom, di bawah ini disajikan rangkuman rataan antar sel lengkap dengan rataan marginalnya.
Tabel 4. 6 Rerata Marginal dan Rerata Parsial Kemampuan prasyarat Tinggi Sedang Rendah STAD
74,571
66,829
63,579
TGT
79,652
73,436
66,462
76,8627
70,05
65,2444
Rerata marginal
commit to user
Rerata marginal
n
68,5909
88
73
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
n
51
80
45
176
Table 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom
(X.i-X.j)²
H0
m ·1 = m ·2 m ·1 = m ·3 m ·2 = m ·3
1/n.i + 1/n.j
RKG
F obs
46,4135
0,0321
165,05
8,76038
6,00
H0 ditolak
134,985
0,0418
165,05
19,5656
6,00
H0 ditolak
23,0934
0,0347
165,05
4,03219
6,00
H0 diterima
F kritik
Keputusan
Keterangan:
m ·1 : rerata hasil belajar matematika untuk kemampuan awal tinggi m ·2 : rerata hasil belajar matematika untuk kemampuan awal sedang m ·3 : rerata hasil belajar matematika untuk kemampuan awal rendah Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom, diperoleh kesimpulan yaitu : 1. m ·1 ¹ m ·2 , (Ho ditolak) ini berarti ada perbedaan terhadap hasil belajar jika dilihat dari tingkat kemampuan awal siswa, dalam hal ini dari tabel rerata marginal dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang. 2. m ·1 ¹ m ·3 (Ho ditolak) yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, dalam hal ini dapat dilihat dari tabel rataan marginal bahwa siswa yang kemampuan awalnya tinggi mempunyai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. 3. m ·2 = m ·3 (Ho diterima), ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Perhitungan uji komparasi ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
D. Pembahasan Hasil Analisa Data 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa ”model pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama faktor A (model pembelajaran) diperoleh harga statistik uji Fa = 5,83868 dan F(0,05,1,170) = 3,84 , ternyata Fa > F(0,05,1,170), sehingga Fa Î DK dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Melihat hasil rataan marginal antara rerata hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh 68,59093 sedangkan rerata hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif TGT diperoleh 73.
Tampak bahwa rerata hasil belajar dengan model pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada rerata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif STAD. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantaranya model pembelajaran kooperatif yang disertai dengan game yang menyenangkan menghasilkan presatasi belajar yang lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X untuk materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Hasil belajar siswa pada tingkat kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan awal yang lebih rendah”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama untuk efek utama faktor B (kemampuan awal) diperoleh harga statistik uji Fb = 12,1568 dan F(0,05,2,170) = 3,00, ternyata Fb > F(0,05,2,170)
sehingga Fb Î DK dengan demikian H0B
ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efek kemampuan awal yang berbeda terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Karena H0B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa F1-2= 8,76038 dan 2F(0,05,2,170)=6,00, ternyata F1-2 > 2F(0,05,2,170) sehingga F1-2 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 33, diperoleh rerata hasil belajar matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 76,8627 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 70,05. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secara konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa F1-3= 19,5656 dan 2F(0,05,2,170)= 6,00, ternyata F1-3 > 2F(0,05,2,170) sehingga F1-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 33, diperoleh rerata hasil belajar matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 76,8627 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 65,2444. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan kemampuan awal tinggi dapat menguasai materi dengan lebih cepat karena materi prasyarat yang dimiliki sangat memadai, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah materi prasyarat yang dimiliki sangat minim sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah lambat untuk menguasai materi yang diberikan. Siswa dengan kemampuan awal rendah mengalami kesulitan untuk memahami materi baru karena tidak dapat menghubungkan antara konsep baru dengan konsep lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F2-3= 4,03219 dan 2F(0,05,2,170)= 6,00, ternyata F2-3 < 2F(0,05,2,170), sehingga F2-3 Ï DK dengan demikian H0 diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Ada kemungkinan dalam proses pembelajaran yang berlangsung
didominasi siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi,
sehingga siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah atau sedang cenderung pasif dan tidak bisa menikmati pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajarnyapun menjadi tidak optimal. 3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dan sedang yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran koopertif tipe STAD, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan model pembelajaran koopertatif tipe STAD mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TGT”.
Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik uji Fab = 0,28914 dan F(0,05,2,170) = 3,00 ternyata Fab < F(0,05,2,170)
sehingga Fab Ï DK
dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a =0,05 tidak terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Hasil tersebut tidak seperti yang dihipotesiskan peneliti, ada kemungkinan karena peneliti tidak dapat mengontrol factor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah kesehatan, motivasiyang meningkat maupun yang menurun dan sebagainya. Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama di atas menunjukkan bahwa pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
matematika tidak tergantung oleh kategori kemampuan awal, demikian juga kemampuan awal yang dimiliki siswa tidak tergantung model pembelajaran yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai efek yang sama dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. 3. Untuk setiap kemampuan awal tinggi, sedang, maupun rendah, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
B. Implikasi Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa matematika.
1. Implikasi Teoritis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Berdasarkan kesimpulan di atas tampak bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Dengan kata lain terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dilihat dari rerata hasil belajar yang diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari rerata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ini berarti hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk pengembangan model pembelajaran
pada materi persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat, di samping itu hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat khususnya dan materi pokok pada umumnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat siswa kelas X semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai efek yang sama baiknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk memperhatikan aspek kemampuan awal siswa dalam melakukan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Semakin baik kemampuan matematika yang dikuasai siswa sewaktu di SMP baik kemampuan komputasi maupun kemampuan penguasaan konsep akan semakin baik penguasaan belajar matematika di SMA, apalagi matematika adalah suatu ilmu yang menganut sistem hierarki sehingga proses belajar selanjutnya akan tergantung kemampuan yang dimiliki sebelumnya.
Dengan demikian sebaiknya dalam
pembelajaran matematika seorang guru memperhatikan kemampuan awal siswa sehingga hasil pembelajaran akan menjadi lebih optimal. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan efektif dengan memperhatikan kemampuan awal siswa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Kepada guru mata pelajaran matematika a. Diharapkan seorang guru matematika mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif di dalam proses belajar mengajarnya misalnya model pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
kooperatif tipe STAD atau TGT sehingga membuat siswa aktif didalam proses belajar pembelajaran yang akhirnya prestasi belajarnya dapat meningkat secara maksimal. b. Dalam memilih model pembelajaran hendaknya guru memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Salah satu diantaranya adalah dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa sehingga dalam proses pembelajaran akan diperoleh hasil yang maksimal. 2. Kepada Kepala Sekolah a. Hendaknya kepala sekolah menghimbau para guru untuk mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) atau Teams Games Tournament (TGT)
di dalam
proses
pembelajarannya sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih baik. b. Memberi dukungan sepenuhnya kepada para guru dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan sehingga dapat menunjang terlaksananya proses belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD maupun model kooperatif tipe TGT. 3. Saran bagi para peneliti/calon peneliti Bagi para peneliti, tesis ini dapat digunakan sebagi suatu acuan atau dapat dipakai sebagai salah satu referensi untuk melakukan penelitian yang lain. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis atau model pembelajaran lain, sehingga dapat menambah wawasan dan kualitas pendidikan yang lebih baik, khususnya pendidikan matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
DAFTAR PUSTAKA Adeyemi, B. 2008. Effects of Cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Junior Secondary School students’ Achievement in Social Studies. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, v6, n3, p691708. Adi Waluyo. 2010. Eksperimentasi model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri Di Kabupaten Tulungagung. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill. Ballantine, J dan Larres, P. 2007. Cooperative learning: A Pedagogy to Improve Students Generic Skills? Journal Articles; Reports– Evaluative. Education & Training, v49, n2, p126-137. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika. Jakarta. DePorter, Bobbi dan Hernacki,M. 2007. Quantum Learning,Bandung : PT Mizan Pustaka. Doymus, K. 2007. Effects of a Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of Matter and One-Component Phase Diagrams. Journal of Chemical Education, v84, n11, p1857-1860.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Fitria Khasanah. 2009. Ekperimentasi Pembelajaran Matematika dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Depok. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. H. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hadi Wiyono . 2008. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Faktorisasi suku aljabar kelas VII SMP Negeri se Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008 ditinjau dari motivasi belajar siswa. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. Hornby, G. 2009. The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers. Journal of Education for Teaching, Volume 35, Issue 2 May 2009 , pages 161 – 168. Ika Krisdiana. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat Kelas X Di Kota Madiun. Tesis.Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta. Latifah Mustofa Lestyanto. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Student Team Achievement Division (STAD) pada Materi Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. Mahedy,L; Michielli-Pendl,J; Barbara; Harper,G. 2002. A Collaborative Research Project To Improve the Academic Performance of a Diverse Sixth Grade Science Class. Journal Articles; Reports – Evaluative. Teacher Education and Special Education, v25, n1, p55-70. M. Furqon Hidayatullah. 2009. Guru Sejati. Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta : Yuma Pustaka. Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Paul Suparno. 1977. Filsafat konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. 101 cara belajar siswa aktif. Bandung : Nusamedia bekerjasama dengan Nuansa. Slavin, Robert. 2008. Psikologi Pendidikan. Teori Dan Praktek. Jakarta: PT Indeks Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
commit to user