perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT
TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Þ O2max) PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan Oleh I Komang Sukarata Adnyana A120809016
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TESIS
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT
TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Þ O2max) PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)
Diajukan oleh I Komang Sukarata Adnyana A120809016
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tangggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sugiyanto Nip. 194911081976091001
--------, 2011
Pembimbing II
Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd Nip. 196007271987021001
-------, 2011
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan, Pascasarjana UNS
Prof. Dr. commit dr. Muchsin Doewes, MARS to user Nip. 194805311976031001 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT
TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Þ O2max) PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3 (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha) TESIS Diajukan oleh I Komang Sukarata Adnyana A120809016 Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Ketua
Sekretaris
Anggota Penguji
Tanda Tangan
Nama Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS
Dr. dr. Kiyatno, PFK, M.Or, AIFO
1. Prof. Dr. Sugiyanto 2. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd
Tanggal
...................
..............
....................
..............
...................
..............
...................
..............
Surakarta, ……......……….2011 Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 195708201985031004
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNS
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS commit to user Nip. 194805311976031001 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Nama
: I Komang Sukarata Adnyana
NIM
: A120809016
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari Rasio Kerja-Istirahat 1:2 dan 1:3”, adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
I Komang Sukarata Adnyana
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“MOTTO” “BAHAGIALAH Kamu JIKA MAMPU “MENGALAHKAN” DIRI SENDIRI”
‘Keberhasilan Sejati Seseorang Sebenarnya Adalah Bukan Disaat Kita Bisa Menaklukan “Lingkungan” Tetapi Disaat Kita Bisa Menaklukan Diri Sendiri’
commit to user
(By; Ady 2010-2011)
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
‘KATA PERSEMBAHAN’ Dengan Ketulusan dan Kerendahan Hati, Karya Tulis (TESIS) Ini Kupersembahkan Kepada:
1.
KEDUA ORANG TUAKU TERCINTA ; I MADE YASA DAN NI KETUT NAKTI
2.
SAUDARA/SAUDARIKU TERSAYANG ; * NI WAYAN NARIANTI BESERTA KELUARGA * NI MADE TINI BESERTA KELUARGA * ADIKKU I KETUT MANDIKA BESERTA KELUARGA * ADIKKU
I WAYAN DIARTA
3. ISTRIKU TERCINTA LUH WEDA WATI ARIANI, S.Pd 4. Teman –teman seperjuangan yang sudah memberikan semangat dan motivasi
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit Terhadap peningkatan volume oksigen maksimal(Þ o2max) pemain sepakbola mahasiswa ditinjau dari rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3”. dalam rangka meneyelesaikan pendidikan Program Magister. Berkat petunjuk, bimbingan dan arahan dari Prof. Dr. Sugiyanto dan Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. Serta bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan dan tantangan dalam proses penyelesaian tesis dapat teratasi. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan
terima kasih yang tiada
terhingga kepada: 1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp, KJ, (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. I Ketut Sudiana, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. 3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memotivasi penulis commit totesis userini. dalam proses menyelesaikan penulisan
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S, Selaku Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data pada mahasiswa FOK yang mengambil mata kuliah pembinaan prestasi sepakbola. 6. Prof. Dr. Sugiyanto,
selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 7. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 8. Keluarga tercinta serta orang yang paling dekat dihati yang telah menjadi motivasi tersendiri bagi penulis untuk meyelesaikan studi Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 9. Para mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, UNDIKSHA (Uviversitas Pendidikan Ganesha), yang telah bersedia menjadi sample pengambilan data ini. 10. Teman sejawat dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua.
Surakarta, Desember 2011 Penulis
I Komang Sukarata Adnyana
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
ABSTRAK .......................................................................................................
xvii
ABSTRACT.......................................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B.
Identifikasi Masalah ......................................................................
5
C.
Pembatasan Masalah .....................................................................
7
D.
Rumusan Masalah .........................................................................
8
E.
Tujuan Penelitian ..........................................................................
9
F.
Manfaat Penelitian ........................................................................
10
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ..................................................
11
A. Kajian Teori ......................................................................................
11
1. Karakteristik Permainan Sepakbola ...............................................
11
1) Permainan Sepakbola ..........................................................
11
2) Pergerakan Olahraga Modern serta Karakteristik ...............
12
a. Pergerakan Olahraga Modern .........................................
12
b. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak ................
15
3) Volume Oksigen Maksimal (Þ O2 max) ...............................
17
4) Sistem Energi ....................................................................... a. ATP (Adenosin Tri Phosphate).......................................
25 25
b. Sistem ATP-PC (Adenosin Tri Phosphate – PhospoCreatin) ...............................................................
28
c. Sistem LA (Laktid Acid) .................................................
28
d. Sistem Aerob...................................................................
29
2. Metode Latihan .............................................................................
35
1) Latihan ................................................................................
35
a. Tujuan Latihan ................................................................
36
b.
Batasan Latihan..............................................................
38
c.
Prinsip-prinsip Dasar Latihan. .......................................
40
d.
Intensitas, Volume, Densitas dan Frekuensi Latihan. ....
44
2) Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training) ..........................
58
a. Metode Latihan Sirkuit Berlanjut ...................................
60
b. Metode Latihan Sirkuit Sepakbola .................................
68
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Latihan Interval (Interval Training)...............................................
75
1) Rasio Kerja-istirahat 1:2 ...................................................
88
2) Rasio Kerja-istirahat 1:3 ...................................................
88
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................................
89
C. Kerangkan Berpikir ..........................................................................
90
D. Hipotesis ...........................................................................................
94
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
95
A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
95
1.
Tempat Penelitian .....................................................................
95
2.
Waktu Penelitian ......................................................................
95
B. Metode Penelitian ............................................................................
95
C. Variabel Penelitian ..........................................................................
97
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................
97
E. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................
99
1.
Populasi Penelitian .................................................................
99
2.
Sampel Penelitian .....................................................................
99
F. Kerangka Operasional Penelitian ....................................................
102
G. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
103
H. Teknik Analisis Data .......................................................................
105
1. Uji Normalitas ...........................................................................
105
2. Uji Homogenitas ........................................................................
107
3. Uji Hipotesis ..............................................................................
108
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
111
A. Deskripsi Data ..................................................................................
111
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................
115
1. Uji Normalitas ............................................................................
115
2. Uji Homogenitas .........................................................................
116
C. Pengujian Hipotesis ..........................................................................
117
1. Pengujian Hipotesis I .................................................................
119
2. Pengujian Hipotesis II ................................................................
120
3. Pengujian Hipotesis III ...............................................................
120
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................
121
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................
130
A. Kesimpulan .....................................................................................
130
B. Implikasi ..........................................................................................
131
C. Saran ...............................................................................................
135
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
138
LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas ............................
25
Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-Cirinya ................
26
Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga / Menit dalam Sistem Energi ...
28
Tabel 4. Ukuran Intensitas untuk Latihan Kecepatan dan Kekuatan ..........................................................................
45
Tabel 5. Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Siklik ..........................
46
Tabel 6. Empat Daerah Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut Jantung terhadap Beban Latiha ................................... .
52
Tabel 7. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Waktu” Latihan ........................................................
78
Tabel 8. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Jarak” Latihan ............................................................
79
Tabel 9. Berbagai Cabang Olahraga, Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi yang Utama ..................................................................................... Tabel 10. Berbagai metode latihan dan Pengembangan Sistem Energi Utama.
81 82
Tabel 11. Berbagai Metode Latihan dan Penggunaan Sistem Energi Utama untuk Kegiatan Berbagai Olahraga ..................................................
85
Tabel 12. Prediksi Pulih Asal dan Diet ............................................................
87
Tabel 13. Rancangan Penelitian 2 X 2...............................................................
96
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 14 . Reference: The Physical Fitness Specialist Certification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, Revised 1997 Printed in Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward ................ ... Tabel 15. Ringkasan ANAVA Rancangan Faktorial 2 X 2................................
104 109
Tabel 16. Deskiripsi Data Hasil Tes Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (Þ O2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Rasio Kerja-Istirahat........................................................
111
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data..................................................
115
Tabel 18. Ringkasan uji Homogenitas Data...........................................................
116
Tabel 19. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kemampuan Volume Oksigen Maksimal Berdasarkan Rasio Waktu Kerja-Istirahat pada Metode Latihan Sirkuit .................................................................................................
117
Tabel 20. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Metode Latihan Sirkuit (A1 dan A2) ..........................................................................................
118
Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Rasio Waktu Kerja-Istirahat (B1 dan B2) ..........................................................................................
118
Tabel 22. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Jalur ......................................
118
Tabel 23. Ringkasan Hasil Uji Newman-Keul Setelah Analisis Varians ..........
119
Tabel 24. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Hasil Volume Oksigen Maksimal (Þ O2 max).......................
127
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN GAMBAR 1. Penyediaan ATP ........................................................................
26
GAMBAR 2. Penyediaan ATP ........................................................................
27
GAMBAR 3. Oksigen Asam Laktat ( Glikolisis Anaerobic) ..........................
29
GAMBAR 4. Kurva Denyut Nadi Laktat ........................................................
34
GAMBAR 5. Prinsip Beban Bertambah ..........................................................
41
GAMBAR 6. Prinsip Beban Berlebih..............................................................
42
GAMBAR 7 Efek Latihan. ..............................................................................
43
GAMBAR 8 Sirkuit Berlanjut. ........................................................................
64
GAMBAR 9 Sirkuit Sepakbola. ......................................................................
71
GAMBAR 10 Proses Interval Kerja dan Interval Istirahat. .............................
84
GAMBAR 11. Kerangka Operasional Penelitian ............................................
102
GAMBAR 12. Teknik Pelaksanaan Multiple Fitness Test...............................
103
GAMBAR 13. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( Þ O2 max ) Tiap Kelompok Berdasarkan Metode Latihan dan Rasio
Kerja-Istirahat............................................................................
113
GAMBAR 14. Histogram Nilai Yang Dicapai Dalam Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (Þ O2 max) pada Tiap Kelompok Perlakuan..
114
GAMBAR 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Volume Oksigen Maksimal (Þ O2 max) .......................................
128
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN Lampiran 01. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...............................................
140
Lampiran 02. Prosedur Pengumpulan Data .....................................................
144
Lampiran 03. Program Latihan ........................................................................
147
Lampiran 04. Program latihan individu ...........................................................
161
Lampiran 05. Data Hasil Free Test dan Post Test ...........................................
165
Lampiran 06. Sample Penelitian ......................................................................
167
Lampiran 07. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Oksige Maksimal (Þ O2 max)....................................................................................
169
Lampiran 07. Uji Normalitas Data Dengan Chi Kuadrat ................................
171
Lampiran 09. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Variansi ......................................................................
175
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Data Untuk Analis Varians ..........................
176
Lampiran 11. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett .......................................
177
Lampiran 12. Analisis Varians ........................................................................
179
Lampiran 13. Daftar f ......................................................................................
180
Lampiran 14. Foto Pengambilan Data .............................................................
181
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian .............................................
186
Lampiran 16. Surat Pemberian Ijin Penelitian ................................................
187
Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ......................................................
188
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK I Komang Sukarata Adnyana A120809016. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit berlanjut dan sirkuit sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max) pemain sepakbola mahasiswa ditinjau dari Rasio Waktu KerjaIstirahat 1:2 dan 1:3. TESIS. Program Pascasarjana UNS, Januari 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max) pada pemain pemain sepakbola, (2) perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max) antara latihan sirkuit dengan rasio waktu kerja – istirahat 1:2 dan 1:3 pada pemain sepakbola, dan (3) pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja – istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max) pada pemain sepakbola. Penelitian ini termasuk “eksperimen lapangan” dengan rancangan faktorial 2 X 2. Sampel penelitian sebanyak 40 orang. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok eksperimen yaitu; (1) kelompok eksperimen 1 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2, (2) kelompok eksperimen 2 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerjaistirahat 1:3, (3) kelompok eksperimen 3 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2, (4) kelompok eksperimen 4 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3. Kelompok eksperimen 1 melakukan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:2 (work relief), kelompok eksperimen 2 melakukan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:3 (work relief), kelompok eksperimen 3 melakukan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:2 (work relief), kelompok eksperimen 4 melakukan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:3 (work relief). Latihan dalam penelitian dilakukan 3 kali setiap minggu, selama 24 kali pertemuan. Data Volume Oksigen Maksimal (Þ O2 max) sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis secara statistika dengan menggunakan Analisis Varians 2 jalur pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max). Masing-masing; untuk metode latihan sirkuit berlanjut adalah 2,32 dan untuk metode latihan sirkuit sepakbola adalah 2,715. 2. Ada perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max) pada pemain sepakbola antara rasio kerja-istirahat 1:2 dengan rasio kerja-istirahat 1:3. Masing-masing; untuk rasio waktu kerja-istirahat 1:2 adalah 1,715 dan rasio waktu kerja-istirahat 1:3 adalah 3,32. 3. Tidak ada pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja – istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ O2 max) pada pemain sepakbola. Kata kunci: Latihan Sirkuit, Rasio Waktu Kerja-Istirahat, Þ O2 max commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT I Komang Sukarata Adnyana. A120908016. The Effects of continuous and football circuit training method for The Increase Of Maximal Oxygen Volume (Þ O2 max)of students football players observed by 1:2 and 1:3 Resting-Working Ratio. THESIS. Postgraduate Program of The Sebelas Maret University of Surakarta, January 2011. The aims of the research is to find out: (1) the differences between the effects of continuous circuit training method and football circuit training method on the increase of Maximal Oxygen Volume (Þ O2 max) owned by football athletes, (2) the differences increase result of maximal oxygen volume ( Þ O2 max) between circuit training with 1:2 resting-working ratio and 1:3 resting-working ratio on the football athletes (3) the effects of interaction between circuit training method and restingworting ratio on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) owned by football athletes The research was categorized as a field experiment with a factor design 2x2. The number of sample involved in the research was 40 people which was divided into 4 groups namely (1) experiment group 1 (10 people) with continuous circuit training method and 1:2 working-resting ratio (2) experiment group 2 (10 people) with continuous circuit training method and 1:3 working-resting ratio (3) Experiment group 3 (10 people) with football circuit training method and 1:2 working-resting ratio (4) experiment group 4 with football circuit training method and 1:3 working-resting ratio Group experiment 1 did the continuous circuit training with interval of 1:2 work relief. The second group did the same training but was given 1:3 break interval. Group 3 and 4, however, did the football circuit training with 1:2 and 1:3 work relief interval respectively. The training was conducted three times per week, covered in 24 meetings. Thus, the data of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) before and after the treatment was analysed statistically through two way Variant Analysis at 5% significance level. Based on the analysis, a conclusion can be drawn as follows: 1. There is significant difference on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) as the effects of using the continuous circuit training method and football circuit training method. With the continous circuit training method, the increase of Maximal Oxygen Volume reaches 2,32. On the other hand, with the football circuit training method, the increase reaches 2,715. 2. There is significant difference on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) of football players as the effects of giving the 1:2 and 1:3 workingresting time ratios. With 1:2 working-resting ratio the increase reaches 1,715 and with 1:3 working-resting ratio the increase reaches 3,32. 3. There is not interaction effects between circuit training methods used and workingresting time ratios given on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) of football players. Keywords: Circuit Training, Working-Resting Time Ratios, Þ O2 max commit to user
xviii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran dan prestasi seorang atlet atau olahragawan sifatnya tidak statis, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya latihan olahraga. Latihan kondisi fisik diperlukan untuk mencapai kebugaran jasmani dan prestasi, yang disesuaikan dengan tuntutan masing-masing cabang olahraga yaitu dengan latihan yang direncanakan,
sistematik,
berjenjang,
meningkat (progresif overload) dan berkelanjutan, untuk mencapai standar yang telah ditentukan (Bompa, 1999 : 45). Untuk menyusun program latihan fisik yang tepat dan mencapai sasaran dalam cabang olahraga tertentu, selengkapnya harus memperhatikan
prinsip-prinsip dasar latihan keseluruhan yaitu; (1) beban
berlebih (the overload principle), (2) prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance), (3) prinsip latihan beraturan (the principle of arrange ment of exercise), (4) prinsip kekhususan (the principle of specificity), (5) prinsip individualisme (the principle of individuality), (6) prinsip pulih asal (reversible principle), dan (7) prinsip beragam (variety principle). Salah satu prinsip yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance). Bompa (1999 : 46) mengatakan pencapaian peningkatan seorang atlet adalah suatu hasil yang langsung menyangkut jumlah dan mutu latihan. Dari langkah awal/atlet pemula (inisiasi) sampai pada atlet yang berkualitas, beban kerja dalam latihan harus meningkat secara berangsur-angsur commit to user menurut kemampuan psikologis dan fisiologis individu. Dalam olahraga, sasaran
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
latihan utama adalah meningkatkan potensi fungsi organ (fisiologis), di dalam peningkatan beban latihan harus tidak tinggi. Ozalin 1971 dalam Bompa, (1999 : 46 - 47) menyatakan bahwa suatu peningkatan dalam beban harus sekitar 3% sampai 6% dari suatu kemampuan maksimum atlet. Olahraga sepakbola
merupakan bentuk olahraga yang memerlukan
koordinasi semua organ tubuh, dan kebugaran jasmani yang prima. Kebugaran jasmani yang prima akan berimplikasi pada kecepatan, kelentukan, keakuratan, kelincahan, power, dan daya tahan yang prima pula. Teknik bermain sepakbola merupakan dasar bagi setiap pemain ,diantaranya operan dan tahan bola (passing and control), menggiring bola (driblling), memainkan bola dengan kepala (heading), menembakan bola ke gawang (shooting) (Nurhasan 2001: 157-163). Kondisi fisik pemain dituntut selalu prima. Sepakbola juga memerlukan pamantapan kondisi lokomotor untuk mendapatkan ketahanan otot. Bahkan sangat perlu pemantapan kondisi jantung dan pernafasan, kelentukan dan relaksasi yang dinamis. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani yang optimal. Unsur yang paling penting pada kebugaran jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi. Konsumsi oksigen maksimal ( O2 max) dipakai sebagai parameter derajat kebugaran jasmani yang menopang terciptanya koordinasi gerak lain yang diperlukan pada spesifikasi dalam cabang olahraga sepakbola. Permainan sepakbola pada saat ini merupakan olahraga yang sangat populer di dunia termasuk di Indonesia. Untuk dapat bersaing ke tingkat pemain yang profesional, selain mempunyai teknik yang bagus juga harus mempunyai commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebugaran dan kesehatan yang bagus. Pemain sepakbola khususnya di Undiksha masih belum bisa menunjukan prestasi yang bagus. Ini dapat dilihat dari prestasi yang mampu dicapai dalam kompetisi baik di tingkat daerah maupun nasional, serta sedikitnya jumlah pemain yang dapat berkiprah di ajang Liga Nasional. Dengan mencermati permasalahan tersebut di atas maka sangat di perlukan pendekatan latihan dan metode latihan yang tepat. Untuk melatih pemain sepakbola terutama dalam meningkatkan kapasitas aerobik maksimal ( O2 max) yang pada nantinya dapat
menopang terciptanya koordinasi gerak lain yang
diperlukan pada spesifikasi dalam cabang olahraga sepakbola seperti; kecepatan, kelentukan, keakuratan, kelincahan, power, dan daya tahan kardiovaskuler adalah dengan penerapan pelatihan sirkuit (Circuit Training). Latihan sirkuit (Circuit Training) merupakan salah satu metode pengkondisian yang pada mulanya dipelopori oleh Morgan dan Admson pada tahun 1953 di University of Leeds Inggris (Harsono, 1988 : 227). Latihan sirkuit (Circuit Training) adalah program dengan berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi istirahat pada pergantian jenis beban kerja tersebut. Program latihan ini sangat baik, karena dapat membentuk berbagai kondisi fisik secara serempak. Tetapi beberapa faktor yang harus diperhatikan ( Hazeldine, 1985 : 18) adalah; (1) antara delapan sampai lima belas pos yang berbeda yang paling umum. Masing-Masing latihan perlu memilih untuk potensinya di dalam mengembangkan; kualitas, apakah itu untuk kebugaran secara umum dan yang berhububungan dengan kekuatan. (2) pengorganisasian urutan latihan dan jarak pos untuk menekankan pada otot, parucommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
paru dan peredaran sistem yang akan dilatih, (3) banyaknya pos dalam latihan yang akan digunakan berhubungan dengan alat dan fasilitasnya, sesuai dengan hasil yang diharapkan (4) latihan yang diberikan harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga mampu untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin dengan kira-kira interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan kelelahan yang cukup berarti, (5) dalam pemilihan organisasi waktu istirahat (interval) sangat penting guna proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses sistem energi sepanjang latihan, (6) sangat memungkinkan menghitung banyaknya pengulangan yang dilakukan dalam waktu tertentu dengan batasan waktu yang dilakukan dalam setiap penyelesaian antar set di semua pos, sehingga membantu monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan. Bentuk latihan sirkuit (Circuit Training) memiliki tiga karakteristik yaitu; 1). meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot. 2). menerapkan prinsip tahanan progresif. 3). memungkinkan banyak individu berlatih dalam waktu yang sama, didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh latihan maksimal dalam waktu pendek. Pelaksanaan program latihan sirkuit (Circuit Training) terdiri dari beberapa pos. Dalam penelitian ini akan memakai latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan 10 pos yaitu; 1) vault over the buck, 2) double-footed jumps over a bench, working forward, 3) two forward rolls on mats, working forwards, 4) steeplechase jump, 5) sprint ten metres between two skittles, 6) continuous run up three box, 7) throught voult over the horse, 8) Crab walk ten matres between two skittles, 9) jump to touchfootball net or commit to user backboard, 10) double footed jumps over three hurdles of suitable height one
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metre apart ( Hazeldine, 1985 : 25), dan menggunakan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan 12 pos yaitu; 1) sprint and head, 2) throw in, 3) dribbling, 4) wallbar knee raise, 5) dribbling and return, 6) astride jumps, 7) abdominal curl, 8) shutlle run, 9) back extention 10)hurdle jump, 11) straight arm overthrow, 12) leg curl. ( Hazeldine, 1985 : 27-29) Berdasarkan beberapa kajian ilmiah yang telah diungkapkan secara teoritis; yaitu latihan
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan
(salah satunya prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance)) dengan memperhatikan interval waktu istirahat. Maka dalam penelitian ini akan mengkaji pengaruh latihan sirkuit (continuous circuit) dan (football circuit) dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola Undiksha singaraja.
B. Identifikasi Masalah. Pengembangan metode latihan dan evaluasi berdasarkan metode latihan yang tepat merupakan perwujudan dari pengembangan dan kemajuan metode latihan dalam olahraga. Pelatih yang baik adalah pelatih yang tidak hanya mengacu pada pengalaman pada saat menjadi atlet, tetapi berpedoman dengan kelemahan-kelemahan yang terjadi dengan dasar ilmiah, sehingga tidak menghambat peningkatan latihan bahkan merusak penampilan (performance) atlet. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inovasi
dalam
bidang
metodologi
latihan
yang
mengkaji
pada
pengembangan teori dan metodologi serta penemuan baru dalam bentuk hasil penelitian secara ilmiah yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah perlu mendapat perhatian, sehingga produk yang dihasilkan dapat dimanfaaatkan untuk kemajuan olahraga. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap perkembangan volume oksigen maksimal ( O2 max)pada pemain sepakbola. 2. Latihan football circuit dengan dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max)pada pemain sepakbola. 3. Seseorang dengan latihan interval
yang tidak sama akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). 4. Pemberian bentuk latihan dengan prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance) yang berbeda dapat mempengaruhi peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). 5. Cara-cara meningkatkan volume oksigen maksimal ( O2 max).
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah, perlu pembatasan penelitian yang menjadikan pusat penelitian semakin jelas yaitu; 1. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. 2. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. 3. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. 4. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. 5. Pengaruh Interaksi latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Rumusan Masalah Prestasi seseorang merupakan perwujudan dari out put suatu proses latihan yang juga tidak bisa terlepas dari in put proses tersebut. Berkaitan dengan proses latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terdapat beberapa permasalah yang berhasil dirumuskan yang perlu dicermati sebagai berikut; 1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan football circuit terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada
pemain sepakbola? 2. Adakah perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerjaistirahat 1:2 dan rasio kerja-istirahat 1:3? 3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerja-istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola?
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Tujuan Penelitian Suatu bentuk kegiatan yang sifatnya ilmiah harus mempunyai tujuan yang jelas, apalagi dalam kegiatan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan football circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pemain sepak bola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 dan rasio kerja -istirahat 1:3. 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerjaistirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian Keberhasilan suatu hasil karya ilmiah dapat dilihat dari seberapa besar manfaat yang diberikan untuk dapat dinikmati oleh orang lain (pelaku olahraga). Semakin besar manfaat yang diberikan semakin berhasil pula hasil karya yang telah diciptakan. Begitu pula latihan continuous circuit
dan football circuit
dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap perkembangan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. Metode ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga dalam metode melatih khususnya dalam meningkatkan volume oksigen maksimal ( O2 max). Bagi para pelatih akan lebih memudahkan dalam proses melatih untuk mencapai prestasi, dan bagi proses latihan itu sendiri akan lebih kreatif, inovatif dan produktif dalam pencapaian kualitas latihan dan hasil latihan yang lebih baik.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. 1.
Kajian Teori
Karakteristik Permainan Sepakbola 1) Permainan Sepakbola. Permainan sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu yang
berlawanan dimana tiap regu yang melakukan permainan di dalam lapangan terdiri dari 11 orang dan berusaha memasukkan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya maksimal 7 orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 18 orang pemain. Permainan sepakbola dimainkan di atas lapangan berumput yang sengaja diadakan untuk itu, baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup ( Sudjarwo, dkk. 2005; 4). Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai kesempatan untuk menyerang dan memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan sedapat mungkin untuk tidak kemasukan. Secara garis besar permainan sepak bola dilakukan dengan mempergunakan empat unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menghentikan bola (passing and controling), menggiring bola (dribbling), memainkan bola dengan kepala (heading) serta menembak (shooting). Keempat unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan sepakbola hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menghentikan bola terdapat beberapa cara seperti : operan jarak jauh (loong pass), operan jarak dekat (short pass), commit to user menghentikan bola dengan kepala, dengan dada dan kaki dan lain sebagainya.
11
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, sepakbola merupakan jenis permainan yang tidak dapat diramalkan (unpredictable). Implikasi dari adanya situasi yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) tersebut “memaksa” pemain yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai memilih dan memutuskan suatu gerakan ketika berada dalam situasi bermain. Pembiasaan menilik pola gerak yang “paling efektif” diserasikan dengan kemampuan individunya, menjadi prasyarat memadai. Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut sungguh mungkin akan jadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk “bereksplorasi’ bagi atlet dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk mengantisipasi segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga.
2)
Pergerakan olahraga modern serta karakteristik perkembangan fisik dan gerak a.
Pergerakan olahraga modern Membahas tentang olahraga, maka terdapat sekian banyak karakte-
ristik yang dapat diungkapkan. Pernyataan ini berdasarkan kenyataan bahwa karakteristik olahraga secara langsung berkaitan dengan ciri-ciri perilaku manusia dan dengan berbagai macam kegiatannya di masyarakat. Memang ada orang yang beranggapan bahwa kegiatan olahraga terpisah dari kehidupan nyata, terlepas dari kepercayaan, nilai- nilai, atau norma-norma yang melandasi perilaku manusia. Kalau kita telaah secara commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendalam, maka kegiatan olahraga merupakan bagian yang tak terpisah dari semua aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pelaksanaan olahraga pada tingkat individual, kelompok, atau komunitas dipengaruhi langsung oleh aspek biologis, psikis, dan lingkungan sosial budaya. Karena itu, deskripsi tentang karakteristik olahraga perlu diungkapkan berdasarkan sudut pandang yang luas. Apalagi dipandang sebagai suatu kebutuhan hidup. Rusli Lutan, 1991 dalam
Iwan ( 2009; 8) mengatakan, kebutuhan
bergerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan bertujuan sangat diperlukan oleh manusia. Gerak itu merupakan keniscayaan dan tergolong kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum. Karena bergerak, manusia mampu bertahan hidup dan melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Apabila manusia menderita kekurangan gerak maka manusia akan mengalami pelbagai kelainan fisik, mental, atau sosial. Kekurangan gerak yang diderita manusia itu disebut hipokinesia, atau penyakit kurang gerak. Kurang gerak ini sering timbul karena ulah manusia itu sendiri. Di sepanjang kehidupannya, manusia selalu berusaha agar bisa hidup lebih nyaman dan lebih ringan. Dorongan ini menyebabkan kebudayaan berkembang, terutama teknologi yang maju dengan pesat. Akibatnya ialah kehidupan manusia menjadi lebih ringan, mudah, dan nyaman. Namun di sisi lain kehidupan modern yang dikuasai oleh otomatisasi itu yang mengambil alih penyelesaian tugas atau kerja dengan tenaga manusia commitmalas to user justru membuat manusia menjadi untuk bergerak. Hal ini misalnya
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
nampak dalam bidang transportasi di darat yakni orang lebih suka naik kendaraan ketimbang berjalan kaki. Kondisi inilah yang sering menimbulkan wabah penyakit kurang gerak yang juga dapat dialami olah kaum intelektual mahasiswa yang hanya sibuk belajar, duduk dan diam tanpa aktivitas jasmaniah yang memadai. Bergerak wajib bagi manusia. Pelakunya akan memperoleh manfaat posisif sedangkan yang tidak bergerak akan memperoleh efek samping yang akan ditimbulkannya. Namun syarat utama yang perlu diperhatikan ialah aktivitas jasmaniah itu dilakukan secara teratur, terkendali, dan terarah. Alasannya ialah karena sebagian gerak manusia, terutama olahraga harus dipelajari dan dibina dengan memperhatikan berbagai kaidah seperti kebutuhan dan perkembangan manusia itu sendiri. Pembentukan gerak yang tak teratur, tak terkendali, dan tak terarah dapat membahayakan keselamatan manusia. Inilah sisi lain dari pendidikan gerak yang secara umum disebut pendidikan jasmani. Pendidikan tanpa arah atau salah arah akan menghasilkan demagogi. Hal ini berlaku bagi pendidikan jasmani. Karena itu pendidikan jasmani bertujuan membina manusia seutuhnya meliputi aspek jasmaniah, intelektual, emosional, sosial, dan mental-spiritual melalui pemanfaatan gerak yang teratur, terkendali dan terarah dengan memperhatikan aspek kemanusiaan. Gerak manusia berkembang sesuai dengan daya kreasinya. Gerak pada manusia tidak sekedar aktivitas jasmani tanpa kesadaran, tapi lebih banyak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dengan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa olahraga merupakan salah satu dari puncak kreasi manusia. Dan melalui kegiatan tersebut, manusia menyempurnakan pertumbuhan fisik dan psikisnya. Olahraga tidak bisa semata-mata ditelaah dari aspek biologis, tapi juga dari aspek psikologis. Gerak manusia tidaklah sematamata sebagai rangkaian gerak tubuh atau anggota badan dalam ruang dan waktu. Gejala tersebut tidak cukup ditinjau dari sudut fungsi psikologis tubuh manusia. Akan tetapi, salah satu tinjauan penting tentang gerak sebagai sari olahraga adalah tinjauan dari aspek biologis. Para ahli ilmu faal misalnya, memahami gerak manusia sebagai satu kaitan dari sekelompok fungsi dalam sistem anatomi. Tubuh manusia membutuhkan pemulihan guna memperoleh keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi (Bompa. 2009; 97 ). b.
Karakteristik perkembangan fisik dan gerak a) Perkembangan fisik. Karakteristik individu dalam berkembang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal, faktor-faktor tersebut sangat beragam dan bervariasi, sehingga menyebabkan karakteristik fisik yang berbeda-beda pada setiap individu. Faktor fisik di dalamnya meliputi proporsi tubuh dan kapasitas fisik dari anggota-anggota tubuh mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga. Postur tubuh yang ideal dan tingkat kesiapan fisik yang baik akan mendukung penguasaan teknik commit user faktor fisik menjadi salah satu gerakan yang tinggi oleh para atlet, to sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
unsur yang harus diperhatikan dalam usaha mengembangkan keterampilan gerak olahraga, karena kesiapan di dalam belajar gerak dipengaruhi oleh gabungan faktor biologis, lingkungan dan faktor fisik seseorang (Gallahue dan ozmun, 1998 : 52) Sehubungan dengan penelitian penelitian ini, yang akan dilakukan pada Perguruan Tinggi (dewasa muda yang dimulai dari umur 18 tahun) (Kathleen M. Hawood, 1986 : 8). Pada masa dewasa muda ini atlet sudah siap dinyatakan secara fisik untuk menghadapi berbagai gerakan yang akan dilakukan. Karena siklus perkembangan fisik sebelumnya telah dilalui yaitu; prenatal, neonate, infancy, adolescence. Perkembangan biologis yang kompleks terjadi pada masa periodisasi masa remaja (adolescence) yaitu meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan, perkembangan pada system pernafasan dan kerja jantung serta perkembangan system syaraf dan endokrin akan memberikan manfaat terutama dalam memprakarsai perubahan kapasitas fisiologis (Kathleen M. Hawood, 1986 : 1 -34). b).
Perkembangan gerak. Seperti halnya peranan kesiapan fisik (cardiovascular), faktor kesiapan
atlet dalam menggerakkan anggota bagian-bagian tubuh sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan atau prestasi dalam bidang olahraga. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa dewasa muda cendrung diakibatkan karena efek yang ditimbulkan dari aktifitas yang commit to user dilakukan sebelumnya. Pada masa ini sudah terjadi peningkatan yang cukup
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berarti dalam kemampuan gerak, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kemampuan kerja organ fisiologis yang lebih efisien. Sugiyanto dan Sudjarwo (1994 : 119) mengatakan bahwa; peningkatan kemampuan gerak tersebut dapat diidentifikasi dalam bentuk, yaitu gerakan
yang
dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, lancar dan terkontrol, serta pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi dan bertenaga. (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 284 - 293). Sistem kerja cadiovascular adalah salah satu bagian penting dalam peningkatan kemampuan gerakan yang dilakukan. Perkembangan gerak bukan merupakan proses statis, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tugas-tugas fisik (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 60). Dari uraian ini, maka apabila tugas-tugas fisik yang diberikan mampu mestimulasi perkembangan gerak dengan memodifikasi metode latihan yang sesuai dengan kebutuhan atlet pemain sepakbola tentu akan memberikan implikasi positif terhadap perkembangan gerak atau prestasi mereka. 3) Volume Oksigen Maksimal (VO2 max). VO2
max
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menghirup,
mengedarkan dan menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal. Energi yang dibutuhkan pada saat aktivitas atau berolahraga merupakan energi yang dihasilkan melalui sistem aerobik. Porsi dari masing-masing sistem tergantung dari intensitas latihannya (McArdle,1986; 190). Pada saat melakukan pengerahan tenaga maksimal (melakukan aktivitas fisik atau commit user cukup lama hingga lelah), maka latihan fisik dengan intensitas tinggitoyang
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
energi yang dikeluarkan persatuan waktu merupakan energi maksimum yang dikenal sebagai keluaran energi maksimal (Mc Ardle, 1986; 192) Daya aerobik maksimal lazim disebut
VO2 max, yaitu banyaknya ambilan
(konsumsi) oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum ( Jansen, 1987; Rushall, 1990; Soekarman, 1992 dalam Iwan. 2009; 66). Berdasarkan hasil penelitian pada atlet yang berprestasi pada olahraga daya tinggi, ditemukan VO2 max yang tinggi, yaitu di atas 50 cc O2/kg.BB/menit atau superior. Kapasitas aerobik maksimal biasanya dinyatakan sebagai “maksimal oksigen uptake” dan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi kerja atau ketahanan fisik seseorang (Kent. 1994 dalam Iwan 2009; 67). VO2 max merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuan tubuh seseorang. Kemampuan aerobik pada hakekatnya merupakan gambaran besarnya kemampuan motorik (motoric power) dari proses aerobik seseorang. Dengan demikian, seseorang akan besar kemampuannya untuk memikul beban kerja yang berat dan lebih cepat pulih kesegaran fisiknya sesudah bekerja. Penggunaan oksigen maksimal merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan daya tahan, yaitu pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot. Pada titik dimana pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka konsumsi oksigen tidak meningkat lagi, walaupun beban diperberat, ini disebut penggunaan oksigen maksimal atau VO2 max (McArdle, 1986; 192). commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu Adenosin Tri Pospat (ATP). Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh jaringan itu bervariasi banyak faktor yang mempengaruhinya seperti: jenis kelamin, umur dan tingkat aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat rata-rata oksigen yang dikonsumsi itu sekitar 0,2 - 0,3 liter permenit, dan dapat meningkat menjadi 3 - 6 liter permenit saat latihan yang maksimal. Volume oksigen maksimal yang dapat di-konsumsi oleh jaringan selama melakukan latihan permenit
disebut
"oxygen
consumption"
atau
volume
oksigen
maksimal atau VO2max., ”V” menunjukkan volume, 02 menyatakan oksigen, titik di atas huruf "V" menyatakan per satuan waktu biasanya permenit dan max menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi jaringan (Fox, 1984: 234 - 6). Pendapat lain menyebutkan volume oksigen maksimal (V02max) dengan istilah "maximal oxygen uptake" yang diartikan sebagal volume oksigen maksimal yang dapat ditangkap, diedarkan dan dipakai oleh tubuh selama aktivitas fisik. Satuan yang dipakai biasanya mililiter perkilogram berat badan permenit (Bompa, 2009 : 289-292) Selama otot bekerja akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen dapat dicukupi melalui dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang mengalir ke dalam jaringan (curah dan meningkatkan kapasitas ekstraksi oksigen). Pada atlet endurance terjadi perubahan biokimia maupun seluler sehingga meningkatkan ekstraksi oksigen oleh otot. Seorang commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atlet endurance untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume darah yang sedikit dengan kemampuan ekskstraksi yang tinggi (Fox, 1984: 235-7). Volume oksigen maksimal juga dipengaruhi oleh komposisi tubuh, umur maupun jenis kelamin. Pada kedua jenis kelamin V02 max mencapai puncaknya sekitar umur 15 - 20 tahun dan setelah umur 30 tahun mulai menurun sekitar 10% per dekade. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terprogram dapat meningkatkan V0 2 max sekitar 5% - 20% (Foss, 1998: 298 - 300). Proses fisiologis yang menggambarkan hubungan antara V0 2 max dengan curah jantung, pengangkutan oksigen dan ekstraksi oksigen dirumuskan oleh Fick sebagai berikut;
V02 = Q x a – v O2 diff
HR
Keterangan: Q HR SV a – v O2 diff Vo2
SV
= Curah jantung (cardiac out put). = Denyut jantung (heart rate). = volume sekuncup jantung (stroke volume) = Selisih kadar oksigen antara anteri dengan vena (anterio – venous O2 difference) Volume oksigen yang dikonsumsi jaringan. =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Q menggambarkan kemampuan pengangkutan oksigen a – v O2 diff menggambarkan kemampuan jaringan untuk ekstraksi oksigen. Pengukuran volume oksigen maksimal pada orang yang sama dan alat yang sama menghasilkan suatu nilai dengan standard deviasi sebesar 3% (Astrand, P. 1970: 30 - 41). Pada setip kerja atau pembebanan terhadap tubuh, diperlukan energi. Energi yang siap pakai dalam tubuh kita berupa ATP (Adenosis Tri Pospat). Energi hasil dari pemecahan ATP ini diperlukan untuk kepentingan dasar fisiologis yaitu sebagai: a) energi mekanik misalnya untuk kontraksi otot, b) energi untuk transport aktif berbagai zat melalui membran, misalnya transport aktif natrium, kalium, pemasukan glukosa ke dalam sel, c) energi untuk sintesis zat kimia dalam tubuh misalnya untuk sintesis DNA, RNA, sintesis glikogen dari glukosa (Ardle, 1986: 65). Karena ATP merupakan satu-satunya sumber energi dalam tubuh yang siap digunakan, maka tanpa ATP kegiatan fisiologis dalam tubuh akan berhenti. Jumlah ATP di dalam tubuh sangat terbatas, sehingga untuk kerja yang berkesinambungan ATP harus diresintesis. Untuk resintesis ATP dapat melalui dua jalur, yaitu melalui proses aerobik dan anaerobik. Proses aerobik artinya menggunakan oksigen (pada kerja dengan intensitas rendah, waktu lama) proses anaerobik artinya tanpa menggunakan oksigen (pada kerja dengan intensitas tinggi, waktu pendek). Proses aerobik hanya terjadi di dalam mitokhondria. Sumber ATP commit to karbohidrat, user berasal dari makanan kita yang berupa lemak, dan protein yang -
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemudian diolah oleh tubuh kita secara mekanis maupun kimiawi. Sistem energi anaerobik terdiri dari dua jalur yaitu: a) sistem ATP – PC atau sistem alaktasid dan b) sistem glikolisis anaerobik yang menghasilkan asam laktat sehingga disebut juga sistem laktat (Clenaghan, Pate R. Rotella, 1984: 11- 4). Sistem ATP-PC disebut juga sistem Phosphagen. Pada olahraga yang memerlukan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu pendek seperti lari 100 meter, angkat berat yang diperlukan persediaan energi yang sangat cepat, dan ini hanya dapat dipenuhi melalui ATP yang sudah tersedia dalam otot. Apabila ATP sudah habis, ATP habis diresintesis menggunakan energi dari pemecahan PC. Pospo Creatin (PC) yang tersedia dalam otot dalam jumlah terbatas, apabila pecah akan keluar energi, dan energi yang keluar dari PC ini digunakan untuk resintesis ATP (Fox, 1984: 11-21). a) Sistem Anaerobik (1) Sistem ATP-PC Molekul ATP Adenosine Molekul ATP : Pemecahan ATP
:
Adenosin
P
Adenosin
P
P P
P + Energi
Energi dari pemecahan ATP untuk energi mekanik, sintesis zat, transport aktif. Pemecahan PC
: PC
Pi + Creatin + energi
Energi untuk
commit to user : resintesis ATP, yaitu energi + Pi + ADP
ATP.
+ Pi
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Sistem glikolisis anaerobik atau sistem LA. Berasal dari pemecahan glikogen dalam otot tanpa menggunakan oksigen dan setiap satu molekul glikogen hanya menghasilkan 3 ATP, sedangkan apabila pemecahan glikogen menggunakan oksigen menghasilkan 39 ATP. Pemecahan glikogen; (C 6 H 1 2 0 6 )n Glikogen
2C3,H603 + energi asam laktat
Energi untuk: energi + 3ADP + 3 Pi
3ATP
b) Sistem energi aerobik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (1) Glikolisis aerobik: pemecahan glikogen atau glukose dengan menggunakan oksigen pada tahap permulaan hanya menghasilkan 2 ATP (glukose) atau 3 ATP (glikogen). (C6H1206)n
2C3H403 + energi
Glikogen
asam piruivat
energi. + 3 ADP + 3Pi
3 ATP
(2) Siklus Kreb: Asam piruvat selanjutnya dipecah dengan pertolongan Co enzym A asam piruvat + Co enzym A
acetyl A + 2CO2, + 4H
(3) Sistem transport elektron: kelanjutan pemecahan glikogen adalah terbentuknva H2O yang dihasilkan dari persenyawaan H+ yang terjadi dalam siklus Kreb serta 0 2 , yang kita hirup. Rangkaian reaksi sampai terjadinva H2 0 disebut sistem transport elektron yang terjadi di dalam dinding dalamcommit mitokhondria. to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4H + 4e + 02
2 H2O
Pada umumnya sistem energi yang digunakan pada berbagai cabang olahraga tidak murni menggunakan sistem anaerobik saja atau aerobik saja, melainkan terjadi campuran. Namun sistem energi predominan yang digunakan pada olahraga intensitas tinggi waktu pendek adalah anaerobik, sedangkan untuk olahraga endurance adalah aerobik (Fox, 1984:31). Menurut (Fox, 1984: 35) membagi sistem energi predominan menjadi 4 bagian berdasarkan lamanya penampilan yaitu: (1). Waktu penampilan kurang dari 30 detik, predominan energi adalah ATP – PC Contoh kegiatan: lari 100 meter, tolak peluru, memukul bola tenis, golf. (2). Waktu penampilan 30 detik – 1,5 menit, predominan energi ATP – PC + LA Contoh kegiatan: lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter. (3). Waktu penampilan 1,5 menit-3 menit, predominan energi : LA + 02. Contoh
kegiatan:
lari
800
meter,
senam,
tinju
(3
menit/ronde), gulat (2 menit/ronde). (4). Waktu penampilan lebih dari 3 menit, predominan energi adalah O2. Contoh kegiatan: balap sepeda , lari maraton, joging.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Sistem Energi a. ATP (Adenosine Tri Phosphate) Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14) Durasi 1 – 4 detik 4 – 20 detik
Aerob/Anaerob Anaerob, alaktik Anaerob, alaktik
Energi ATP ATP + PC
20 – 45 detik
Anaerob, alaktik + Anaerob
ATP + PC + glikogen otot
120 – 140 detik
Aerob + anaerob, laktik
Glikogen otot
240 – 600 detik
Aerob
Glikogen otot + asam lemak
Observasi Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun Dengan meningkatnya durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi
Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu. Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang peran penting.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-cirinya Substrat
Dekomposisi
Ketersediaan
Kreatin fosfat (CP) Glikogen/glukosa Glukosa/glikogen Asam lemak
Anaerob, alaktik Anaerob, laktik Aerob, alaktik Aerob, alaktik
Sangat terbatas Terbatas Terbatas Tak terbatas
Kecepatan produksi energi Sangat cepat Cepat Lambat Sangat lambat
ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam menghasilkan ATP, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA, yang ketiganya adalah sistem aerob
(memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) (Smith, J,
1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti gambar berikut;
Laktic Acid System
O2 of Aerobic System
ATP-PC
ATP Stropes
Gambar 1. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:19) Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot to userberkontraksi berulang-ulang ATP sangat terbatas jumlahnya, makacommit untuk dapat
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali (resistensis ATP) juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa. Phospho Creatin (PC) yang terdapat dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P), maka senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali.
P P
E n e
Creatin
ADP-PI-ATP
Gambar 2. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:21) Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai “Anaerobics glycolisis”. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga / Menit dalam Sistem Energi Sistem Energi
Kapasitas ATP (jumlah mol) 0,6 1,2 -
Timbunan phospagen / ATP-PC Glikolisis anaerobics Erobics
Tenaga Mol/Menit 3,6 1,6 1,0
b. Sistem ATP-PC (Adenosine Tri Phosphate – Phospo Creatine) Untuk energi yang digunakan mendadak, misalnya sampai 10 detik, ATP segera diperoleh dari PC, suatu bahan yang tersedia di dalam otot rangka. Latihan dapat meningkatkan jumlah ATP dan PC yang dapat dipakai untuk kegiatan jangka pendek, kebutuhan energi yang besar dalam “sprint”. Kerugian sistem ini adalah terlalu sedikitnya jumlah simpanan bahan tersebut. c. Sistem LA (Laktic Acid) Apabila simpanan ATP dan PC menyusut maka energi untuk jangka pendek berikutnya diperoleh dari metabolisme anaerob glikogen. Dalam sistem anaerob yang kedua, glikogen dipecah menjadi asam laktat (Lactic acid). ATP untuk kegiatan dengan intensitas tinggi yang berlangsung sampai 3 menit dapat dipenuhi oleh sistem LA. Latihan yang dapat meningkatkan produksi ATP dari sistem anaerob ini akan menghasilkan potensi untuk kegiatan yang berat yang berlangsung antara 1-3 menit. Akan tetapi dalam proses ini asam laktat tertimbun dalam otot dan darah, yang dapat menimbulkan gejala kelelahan. Sistem glikolisis anaerobik lebih rumit di banding dengan ATP-PC (2 reaksi). Ciri-cirinya sebagai berikut; 1) Menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan. 2) Belum membutuhkan 02.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Hanya menggunakan karbohidrat. 4) Memberikan energi untuk resistensi beberapa molekul ATP saja.
Glicogen Energi To resynthesize Laktid acid Glykogen
asam laktat + energi
Gambar 3. Oksigen Asam Laktat (Glikolisis Anaerobics) (Foss, Marle L. 1998:23)
Reaksi tidak effisien, dari 1 mol (180 gram) glikogen hanya terbentuk 3 mol ATP, sedangkan kalau dengan pertolongan 02 akan manghasilkan 39 mol ATP.
d. Sistem Aerob Apabila aktivitas dengan intensitas rendah yang dilakukan lebih dari satu menit, oksigen digunakan dalam suplai aerobik untuk memproduksi ATP yang digunakan untuk kontraksi otot. Efektivitas penggunaan oksigen tergantung pada sumber bahan lemak dan dan glikogen di dalam otot. Makin lama aktivitas dilakukan suplai aerobik makin penting, dan sumber bahan bakar lemak semakin penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Dalam kaitannya dengan sistem energi yang telah diuraikan, kebanyakan cabang olahraga menggunakan secara kombinasi. Kegitan fisik dalam jangka waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh dari sistem anaerobik (ATP-PC dan LA), sedangkan kegitan fisik yang dalam jangka waktu yang lama, energi dicukupi dari sistem aerobik. Olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik. Apabila cukup 02 maka 1 mol glikogen dipecah secara sempurna menjadi C02 dan H20, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa 39 mol ATP. Reaksi tersebut diperlukan beratus-ratus reaksi kimia serta pertolongan beratus-ratus enzim, dengan demikian sangat rumit dibandingkan dengan sistem anaerobik. Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi di otot, tetapi letaknya agak jauh dari mekanisme kontraksi, oleh karena itu pengaruhnya juga lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara tepat. Rekasi kimia aerob terjadi didalam “metochondria”. Pengetahuan mengenai persediaan energi dan penggunaan itu sangat penting bagi seorang pelatih maupun atlet. Perlu diketahui tentang sistem energi utama pada pembentukan energi. Pada umumnya olahraga tidak murni menggunakan energi anaerob atau aerob saja, namun biasanya campur. Tetapi yang perlu dipahami adalah sistem energi utama. Olahraga cepat “anaerob”, olahraga endurance jangka panjang dan kontinyu “aerob”. Latihan aerob telah dinyatakan yang membedakan antara peningkatan VO2 max dan ketahanan aerob. VO2 max yang utama adalah kemampuan jantung untuk memompa darah, kemampuan paru untuk menyerap oksigen dan commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan sel-sel untuk menyerap oksigen. Ada beberapa pendapat peningkatan VO2 max antara lain; ada ahli yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2 max dengan latihan aerob, dengan alasan bahwa latihan aerob sudah ada pembebanan yang meningkatkan kerja jantung. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2 max melalui latihan anaerob dengan alasan latihan anaerob dapat diberikan beban maksimal pada sistem jantung dan paru. Pembebanan submaksimal sudah dapat meningkatkan VO2 max, tetapi beban submaksimal ini sebagian sudah merupakan peristiwa anaerob. Jadi sebaiknya untuk meningkatkan VO2 max dilakukan latihan anaerob dengan interval istirahat (rest relief interval). Dalam program latihan anaerobik terdapat dua macam beban latihan (loading) yang harus diketahui, yakni beban luar (outer load) dan beban dalam (inner load). Beban luar menyangkut; volume, intensitas, frekuensi, pulih asal, serta ritme dan durasi, sedangkan beban dalam berkaitan dengan efek fisiologis kenaikan denyut nadi karena beban luar. Beban dalam disini dikatakan maksimal jika denyut nadi seseorang setelah melakukan satu unit latihan meningkat 2,5 – 3,5 kali denyut nadi normal per-menit. Latihan diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan atau prestasi fisik. Menurut Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle. L, (1984:324) mengatakan bahwa perubahan fisiologis yang commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi akibat latihan fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan antara lain; 1) Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang behubungan dengan biokimia. 2) Perubahan yang terjadi secara sistematik, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi, termasuk sistem pengangkutan oksigen. 3) Perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol darah dan trigleserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan aklimatisasi panas. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi menunjukkan bahwa tidak semua pengaruh latihan dapat diharapkan dari program latihan tunggal. Pengaruh latihan adalah khusus, yakni sesuai dengan program latihan yang digunakan, apakah itu perogram latihan aerob (endurance) atau anaerob (sprint). Pengaruh latihan anaerob secara khusus akan dikemukakan, hal ini mengingat penelitian menngunakan program latihan anaerob. 1) Perubahan-perubahan biokimia. Perbaikan penampilan dalam olahraga seperti sprint di satu sisi belum dapat dijelaskan oleh adaptasi dalam metabolisme anaerob akibat latihan. Disisi lain bentuk-bentuk latihan anaerob digunakan dalam cabang olahraga untuk menimbulkan adaptasi pada serabut-serabut otot. Terutama disini karena meningkatkan phosfate kaya energi dan glikogen intramuscular yang bergabung untuk meningkatkan aktifitas dari beberapa enzim.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Fox, Edward L.
Richard W. Bower, Marle L. (1984:327)
mengatakan perubahan biokimia yang terjadi dalam sistem anaerob meliputi perubahan-perubahan; a). Meningkatkan cadangan ATP dan PC dalam otot. b). Peningkatan enzim-enzim anaerob dan aerob dan jadi dilaktasi jantung dan hipertropi otot jantung. Kecuali hipertropi dan dilaktasi jantung akibat latihan terjadi pula perubahan-perubahan; (1). Turunnya frekwensi detak jantung. (2). Bertambahnya volume sekuncup. (3). Kenaikan frekwensi yang lebih kecil pada waktu latihan. (4). Permulihan kembali ke frekwensi dan desakan pada waktu istirahat berlangsung lebih cepat. 2) Perubahan-perubahan lain yang terjadi dalam latihan. Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti; a). Perubahan dalam komposisi tubuh. b). Perubahan dalam kadar kolesterol dan trigleserida. c). Perubahan dalam tekanan darah. d). Perubahan dalam aklimatisasi panas. e). Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984:347) Perubahan terpenting sesudah latihan adalah bergesernya titik defleksi ke denyut nadi yang lebih tinggi. Setelah latihan titik defleksi bergerak dari 130 ke commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
180 detak denyut nadi per-menit. Suatu exercise dengan intensitas di atas denyut nadi titik defleksi akan menghasilkan penimbunan asam laktat. Kapasitas aerob yang besar memungkinkan atlet mempertahankan eksersi yang lebih lama pada ritme atau face yang lebih tinggi. Sistem anaerob dimanfaatkan hanya untuk eksersi-eksersi endurance dengan intensitas yang sangat tinggi, dengan konsekwensi terjadi penimbunan laktat (Janssen, 1987:24). Kurva denyut nadi laktat untuk setiap individu berbeda. Perubahan keadaan kondisi sangat mempengaruhi pola kurve.
Tak terlatih
terlatih
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0,5
Nilai ambang anaerob
130
180 detak DN per-menit
Gambar 4. Kurva Denyut Nadi Laktat (Janssen, 1987:24)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2. 1)
35 digilib.uns.ac.id
Metode latihan Latihan Dalam kehidupan modern sekarang ini, orang membutuhkan latihan
(olahraga) untuk menjaga kondisi fisik (kebugaran jasmaninya). Latihan adalah gerakan-gerakan dan kondisi fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar, seperti kelestenik, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti; joging, berenang dan berlari. Semua aktivitas apa saja yang dapat membangkitkan tenaga dengan kegiatan yang dapat meningkatkan kerja otot. Soekarman dalam Iwan, (2009 : 13) mengatakan bahwa latihan untuk meningkatkan VO2 max, sebaiknya dilakukan dengan latihan yang dapat meningkatkan kerja jantung untuk memompakan darah dan kemampuan paru untuk menyerap oksigen. Beberapa pendapat mengenai peningkatan VO2 max, ada yang berpendapat bahwa sebaiknya melakukan latihan aerobik, karena pada latihan aerobik sudah ada pembebanan yang dapat meningkatkan kerja jantung dan paru. Ada juga yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2 max harus dilakukan dengan latihan anaerobik. Latihan fisik aerobik adalah beban latihan fisik yang berdasarkan pada respon dosis latihan yang dicerminkan pada kontraksi otot yang dilihat melalui peningkatan metabolisme penyediaan energi (ATP) yang memerlukan oksigen. Selanjutnya dijelaskan bahwa pada dasarnya energi yang digunakan dalam olahraga berasal dari ATP-PC (adenosin tri phosphate – phosphocreatine), sistem asam laktat dan sistem aerobik. Pada olahraga yang sangat berat dengan waktu yang pendek, seperti berlari dan angkat berat, sistem energi yang dipakai adalah ATP-PC (adenosin tri phosphate – phosphocreatine), dan asam laktat. Sedangkan commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk olahraga yang berat dengan waktu yang agak lama mengunakan sistem energi ATP-PC (adenosin tri phosphate – phosphocreatine), sistem asam laktat dan sitem aerobik. Pada penelitian ini, program latihan yang diberikan selama 8 minggu adalah latihan aerobik, yaitu; metode latihan sirkuit berlanjut (Continuous circuit training) dengan 10 pos yaitu ; 1) vault over the buck, 2) double-footed jumps over a bench, working forward, 3) two forward rolls on mats, working forwards, 4) steeplechase jump, 5) sprint ten metres between two skittles, 6) continuous run up three box, 7) throught voult over the horse, 8) Crab walk ten matres between two skittles, 9) jump to touchfootball net or backboard, 10) double footed jumps over three hurdles of suitable height one metre apart (Hazeldine, 1985 : 25).
Metode
latihan sirkuit sepakbola (football circuit)
dengan 12 pos yaitu; 1) sprint and head, 2) throw in, 3) dribbling, 4) wallbar knee raise, 5) dribbling and return, 6) astride jumps, 7) abdominal curl, 8) shutlle run, 9) back extention 10)hurdle jump, 11) straight arm overthrow, 12) leg curl. (Hazeldine, 1985 : 27-29) a. Tujuan Latihan. Munculnya istilah "olahraga kesehatan" ialah untuk membedakan dengan olahraga profesional. Olahraga profesional, sebagaimana profesiprofesi lainnya, merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai kode etik tersendiri dan menghasilkan uang bagi olahragawan tersebut. Untuk menjadi olahragawan profesional seseorang harus belajar dan berlatih sejak kecil sebagaimana mempelajari kemampuan-kemampuan lainnya. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut U.U No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, olahraga kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan: (1). Promotif. Meskipun seseorang bebas dari penyakit, belum tentu orang tersebut bugar. Dengan mengukur beban latihan yang diberikan kepada seseorang (lari 2,4 km, test bangku Harvard, test bangku Sharkey, test bangku Kash dll), maka kebugaran dapat diklasifikasikan menjadi: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik dan istimewa. Latihan fisik yang teratur dan terukur disertai gizi yang cukup akan meningkatkan kebugaran seseorang. Kebugaran ini ditandai oleh: daya tahan jantung, daya tahan otot, kelenturan tubuh, komposisi tubuh, kecepatan gerak, kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi, kemampuan koordinasi panca indra. Denyut nadi zona latihan harus selalu periksa (dimonitor), agar tak melebihi denyut yang diperbolehkan yaitu antara 72 - 87% dari denyut maksimal. Denyut nadi maksimal permenit adalah 220 - umur. Misalnya orang yang berusia 40 tahun maka denyut maksimal adalah 180 per menit. (2). Preventif. Olah raga kesehatan dapat mencegah dampak negatif dari kurang gerak (hipokinesia), memperlambat proses penuaan, memperlancar proses kelahiran pada wanita hamil.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3). Kuratif. Membantu proses penyembuhan pada penyakit-penyakit jantung koroner, penyakit kencing manis, rematik, asma bronchiale, keropos tulang, dll. Peredaran darah orang yang berolah raga lebih lancar, sehingga racunracun yang menumpuk di tubuh cepat dikeluarkan. (4). Rehabilitatif. Penyandang cacat/penyakit myopathy, kerusakan otak/cerebral palsy, tuna rungu, epilepsi, dll, membutuhkan olah raga yang sesuai dengan keadaan penderita. Apabila penyandang cacat ini tidak melakukan olah raga, maka cacatnya akan bertambah karena terjadi kekurangan gerak, otot menjadi lemah, sehingga mudah timbul penyakit-penyakit jantung, ginjal, saluran darah, dll. Selain itu, olah raga bagi penyandang cacat juga sangat diperlukan untuk menghilangkan anggapan masyarakat bahwa mereka tak mampu berbuat apa-apa. (http://www.nanampek.nagari.org/b319.html) b. Batasan Latihan. Dimana batas absolut prestasi puncak para atlet. Para pakar ilmu olahraga terus mencari batasan ketahanan tubuh para atlit maupun orang biasa. Citius, Altius, Fortius. Lebih cepat, lebih tinggi, lebih jauh begitu motto olimpiade modern. Setiap kali peserta olahraga akbar sedunia itu digelar, semua menunggu dengan tegang pecahnya rekor-rekor baru. Namun dalam beberapa dekade terakhir ini pemecahan rekor semakin sulit dilakukan. Dalam cabang olahraga klasik, seperti atletik, renang, lompat tinggi atau lompat jauh commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selisih waktu antara rekor lama dengan rekor baru, seringkali hanya seperseratus detik atau seperseratus sentimeter. Para ilmuwan selalu bertanya, seberapa cepat, tinggi dan kuat prestasi para atlet unggulan? Atau lebih umum lagi, dimana batas kemampuan manusia? Para pakar olahraga terus meneliti ambang batas ketahanan tubuh manusia, juga di kalangan bukan atlit unggulan. Tentu saja dalam latihan atau pertandingan olahraga prestasi atlit kadangkala mengalami cedera. Untuk itu dikembangkan metode untuk penyembuhannya secara efektif. Untuk menghindarinya dalam penentuan batasan latihan harus jelas. Salah satu batasan sederhana yang mungkin dapat diberikan untuk batasan latihan adalah: proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah latihan atau perkerjaannya.
Dengan berlatih secara sistematis dan melalui
pengulangan-pengulangan (repetition) yang konstan, maka organisasiorganisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjasi lebih baik, gerakangerakan yang semula sukar
dilakukan lama-kelamaan akan merupakan
gerakan yang otomatis dan reflektif
yang semakin kurang membutuhkan
konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan tersebut. Dengan demikian hal inin akan dapat pula mengurangi jumlah tenaga yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan kini dapat diabaikan. Hanya dengan melakukan rangsangan atau stimulasi yang maksimal, dan latihan yang kian hari kian bertambah berat, maka perubahancommit to user perubahan tersebut akan dapat dicapai (Harsono, 1988 : 101 - 102).
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan. (1). Prinsip latihan beraturan (the principle of arrange ment of exercise). Dalam setiap melaksanakan latihan, ada tiga tahap yang harus dilakukan yaitu; pemanasan, latihan inti serta pendinginan. Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot besar, kemudian dilanjutkan pada kelompok otot kecil (Fox, 1984 : 307) (2). Prinsip kekhususan (the principle of speciafity). Adalah latihan untuk cabang olahraga mengarah pada perubahan morphologis dan fungsional yang berkaitan dengan kekhususan cabang olahraga tersebut (Bompa, 1990 : 20). Kekhususan tersebut meliputi: kelompok otot yang dilatih dan terdapat pola gerakan yang diharapkan. Latihan yang diberikan ada kaitannya dengan keterampilan khusus, misalnya pemain bulutangkis berbeda keterampilannya dengan pemain tenis lapangan. (3). Prinsip individualisasi (the principle of individuality). Faktor individu harus diperhatikan, karena pada dasarnya setiap indivdu mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara psikologis (Bompa, 1990 : 22). Dalam hal, yang harus diperhatikan adalah kapasitas kerja serta perkembangan kepribadian, penyesuaian kapasitas fungsional individu dan kekhususan organisme.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(4). Prinsip beban bertambah (the principle of progressive resistance). Adalah beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap individu olahragawan. Ozalin (1971 : 10) mengatakan bahwa “hasil latihan secara fungsional akan positif bila kapasitas kerja ditingkatkan secara bertahap dalam waktu yag cukup lama”. Pendapat Astrand (1986 : 13) bahwa; “peningkatan kinerja olahragawan memerlukan latihan dan penyesuaian dalam waktu yang panjang, disamping itu peningkatan kemampuan organisme secara morphologis, fisiologis dan psikologis bergantung pada peningkatan beban latihan. Dalam pembebanan latihan, tuntutan ini adalah bahwa beban latihan harus berkelanjutan jika kebugaran umum dan khusus atlet terus ditingkatkan, beban latihan harus ditingkatkan secara regular (progressive overload). Rasio latihan adalah kritis. Seorang pelatih harus menentukan berapa lama pemulihan dibutuhkan dalam suatu sesi dan antar sesi.
Gambar 5. Prinsip Beban Bertambah ( Bompa, 2009: 47)
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(5). Prinsip beban berlebih (the overload principle). Bahwa beban latihan berfungsi sebagai suatu stimulus dan mendatangkan suatu respon dari tubuh atlet. Apabila beban latihan lebih berat daripada beban normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami kelelahan sehingga tingkat kebugaran akan menjadi lebih rendah dari tingkat kebugaran normal. Hal ini akan membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama. Artinya,
pembebanan
akan
menyebabkan
kelelahan,
dan
ketika
pembebanan berakhir, maka pemulihan berlangsung. Jika pembebanan optimal (tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat) maka setelah pemilihan penuh tingkat kebugaran akan meningkat lebih tinggi daripada tingkat sebelumnya. Berikut diberikan ilustrasi beban latihan:
Gambar 6. Prinsip Beban Berlebih (The Overload Principle) ( H. Freeman; 1989:4)
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Efek latihan (overcompensation) pada tubuh adalah semua yang terjadi dalam latihan. Bagaimanapun, jika pembebanan latihan terlalu ringan, efek latihan setelah pemulihan akan menjadi kurang dari yang diharapkan. Jika pembebanan latihan terlalu besar/berat maka kondisi akan kembali seperti semula.
Gambar 7. Efek Latihan (Overcompensation) ( H. Freeman; 1989:3)
Ket: -------------- - - - - -
: latihan terlalu berat. : latihan yang adekuat : latihan terlalu ringan.
(6). Prinsip beragam (variety principle). Latihan memerlukan proses panjang yang dilakukan berulang-ulang, hal ini sering menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasi kebosanan pelatih menciptakan suasana yang menyenangkan serta membuat aneka macam bentuk latihan (Bompa, 1990 : 24)
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(7). Prinsip pulih asal (revercible principle) Kualitas yang diperoleh dari latihan dapat menurun kembali apabila tidak melakukan latihan dalam waktu tertentu. Dengan demikian latihan harus berkesinambungan. d. Intensitas, Volume dan Densitas/Frekuensi Latihan. (1). Intensitas Latihan: Di samping volume dan densitas, maka intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakannya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya (Dietrich H, 1981 : 4) Elemen yang tidak kalah pentingnya adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan. Jadi intensitas tidak semata-mata diukur dari usaha yang dilakukan oleh otot saja, tetapi juga pengeluaran tenaga pada syaraf selama melakukan latihan atau pertandingan. Sangat penting sekali untuk mengetahui komponen kejiwaan dalam latihan. Dengan demikian dapat pula diterima bahwa cabang olahraga yang hanya menuntut tingkat usaha fisik yang rendah
(menendang,
komponen
memanah,
catur)
juga
memiliki
intensitas. Intensitas latihan berbeda satu sama lain
tergantung dari kekhususan cabang olahraga yang bersangkutan. Oleh commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena tingkatan variasi intensitas di semua cabang olahraga atau pertandingan, disarankan untuk memberlakukan dan mempergunakan tingkatan intensitas latihan yang berbeda. Tabel 4. Ukuran Intensitas untuk Latihan Kecepatan dan Kekuatan (Menurut Harre, 1981 : 6 dalam Fox & Mathews, 1981 : 280 ). Nomor Intensitas
Prosentase Penampilan
Intensitas
Maksimal
1
30 – 50 %
Rendah
2
50 – 70 %
Sedang
3
70 – 80 %
Menengah
4
80 – 90 %
Submaksimal
5
90 - 100 %
Maksimal
6
100 - 105 %
Supermaksimal
Alternatif lain untuk menentukan intensitas adalah berdasarkan atas sistem energi yang dipakai dalam kegiatan tertentu. Klasifikasi ini lebih tepat untuk cabang olahraga yang siklik. Tabel 2. lima daerah intensitas untuk olahraga siklik (Fox & Mathews, 1981 : 280).
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Siklik (Fox & Mathews, 1981 : 280) No Zone
Waktu Kerja
Tingkat Intensitas
Sistem Energi
Ergogenesis Anaerobik Aerobik
1
1 - 15 det
s.d batas ke-
ATP-PC
100-95
0-5
Manimian 2
15 - 60 det
Maksimal
ATP-PC & LA
90—80
10-20
3
1 – 6 men
Sub. Maks
LA+Aerobik
70-(40-30)
30-(60-70)
4
6 – 30 men
Menengah
Aerobik
(40-30)-10
(60-70)-90
5
lbh -30 men
Rendah
Aerobik
5
95
Zona intensitas pertama: merupakan tuntutan yang kuat terhadap atlet untuk mencapai batas yang lebih tinggi, yang terdiri dari suatu kegiatan dalam waktu yang pendek sampai 15 detik dan dilakukan sangat dinamik dengan menunjukkan adanya suatu frekuensi gerak yang sangat tinggi dan mobilitas syaraf yang tinggi. Kegiatan pada jarak waktu yang pendek, tidak m em beri kan kes em pat an kepada si st em s yaraf autonomik untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan tersebut, jadi sistem peredaran darah tidak cukup waktu untuk menyesuaikan dengan tuntutan fisik tersebut. Tuntutan fisik pada cabang yang khusus dalam zona ini (misalnya sprint 100 meter), membutuhkan aliran oksigen (0 2 ,) yang tinggi disediakan yang tidak dapat disediakan oleh organisme tubuh menusia. Selama melakukan lari sprint 100 meter, tuntutan O 2 adalah 66 – 80 liter permenit, dan selama commit to user cadangan O 2 pada jaringan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak mampu memenuhi kebutuhan tadi, mungkin dia akan menghendaki hutang oksigen sebesar atau sampai 80 - 90% dari kebutuhan 0 2 , yang dipakai pada pacuan yang cepat. Hutang 0 2 ini akan dibayar kembali melalui pemakaian tambahan 0 2 setelah kegiatan dilakukan, yang akan memberikan kesempatan pula untuk mengganti cadangan ATP-PC kembali selama pacuan tersebut terjadi. Akibatnya,
kita
harus
mengambil
satu
kesimpulan
bahwa
kelanjutan terhadap tuntutan suatu aktivitas akan dibatasi oleh pengiriman
oksigen
dalam
organisme
serta
ATP-PC
yang
disimpan dalam sel otot, seperti kemampuan seseorang dalam mempertahankan hutang oksigen yang tinggi. Zone intensitas kedua: atau zone maksimal, termasuk di dalamnya adalah jenis kegiatan yang dilakukan dalam 15 – 60 detik (200, 400 serta 100 meter renang). Kecepatan dan intensitasnya adalah maksimum yang akan memberikan suatu tekanan terhadap sistem syaraf pusat dan sistem lokomotor, yang akan menghambat kemampuan seseorang untuk mempertahankan kecepatan yang tinggi lebih lama dari 60 detik. Perubahan energi dalam sel otot mencapai tingkat yang benarbenar tinggi, sedangkan dalam hal ini sistem kardiorespiratori tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan reaksinya terhadap rangsangan tadi. Oleh karena itu, akan masih tetap bekerja walau dalam kadar yang relatif rendah. Ciri-ciri ini mengakibatkan sulit akan menghadapi hutang oksigen sampai 60-70% dari kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
energi yang sebenarnya pada acuan tersebut. Tenaga yang dipakai pada kegiatan ini terutama dari sistem ATP-PC dengan komponen asam laktat rendah. Sistem oksigen tidak memberikan dukungan secara nyata terhadap kebutuhan energi ini, karena memang hanya akan dipakai secara khusus pada latihan yang berjangka waktu 60 detik atau lebih. Zone Intensitas ketiga: disebut juga sebagai zone sub maksimal yang melibatkan sejumlah aktivitas yang berjangka waktu antara 1-6 menit, di mana kecepatan dan daya tahannya menjadi demikian dominan dalam keberhasilan olahraga seseorang, umpamanya pada cabang olahraga atau nomor renang 400 meter, kano, mendayung, lari 1500 meter, 100-300 meter. Aktifitas vang benar-benar komplek pada cabang olahraga di mana fisiologisnya berubah secara mendadak sekali (denyut nadi mencapai 200 mmHg), membuat sangat sulit untuk melakukan aktifitas lebih lama dari 6 menit. Dengan melihat dari waktu intensitasnya, atlet akan mengumpulkan hutang oksigennya sebanyak 20 liter/menit, dan asam laktatnya mendekati 250 mg. Dalam keadaan ini organ berada dalam keasaman di mana asam laktat akan menumpuk melebihi keseimbangan yang normal. Organisme akan mengatur irama pacuan secara cepat, khususnya bagi atlet yang sudah terlatih. Dalam menu-menu pertama pacuan, sistem oksigen akan membantu menyediakan energi dan akan berperan lebih banyak pada bagian kedua dari pacuan. Di akhir pacuan, atlet akan meningkatkan kecepatannya. Penekanan commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tambahan ini ditempatkan pada organisme yang menggunakan mekanisme kompensasi peredaran darah dan pernafasan terhadap keterbatasan sistem faal tubuh dan kebutuhan produksi energi yang maksimum dari sistem anaerobik glikolisis, seperti juga halnya pada sistem anaerobik. Di sini atlet akan menghadapi hutang oksigen yang tinggi. Kedua sistem ini (sistem asam laktat dan aerobik) dipacu untuk menghasilkan kebutuhan akan energi atlet yang prosentasenya tergantung dari jenis cabang olahraga yang termasuk dalam olahraga zone ini. Zone Intensitas keempat: atau intensitas menengah, zone ini menunjukkan adanya suatu tantangan
yang tinggi terhadap
organisme tubuh, karena harus berusaha melakukan kegiatan sampai jangka waktu 30 menit. Olahraga atau nomor seperti lari 800 meter dan 1500 meter, lari 5000 dan 10000 meter, ski, lintas alam, jalan kaki dan speed skating jarak jauh, semuanya termasuk ke dalam daerah ini. Sistem peredaran darah benar-benar dipercepat dan otot-otot jantung mendapat tekanan dalam jangka waktu yang lama. Selama perlombaan, oksigen berada dalam keadaan kekurangan (hypoksia) atau 10% – 16% di bawah taraf istirahat. Sistem yang menonjol di sini adalah aerobik (sampai 90%), tetapi
pada
awal-awal
dan
akhhir-akhir
perlombaan
atlet
akan
menggunakan sistem anaerobik, mengukur rata-rata kecepatan tuntutan yang sangat penting bagi atlet yang terlibat dalam perlombaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
Zone intensitas kelima: termasuk kegiatan yang berintegrasi rendah, tetapi volume tenaga yang dibutuhkan adalah cukup tinggi seperti pada lari marathon, 50 km, ski lintas alam, 20 dan 50 km jalan kaki dan road race pada balap sepeda. Zona ini merupakan suatu tes atau ujian yang sulit bagi organisme atlet. Panjangnya suatu pekerjaan akan mengarah kepada pengurasan glukose (hypoglycemia) pada aliran darah yang merupakan sutau beban yang harus ditanggung oleh sistem syaraf pusat. Sistem peredaran darah terlibat tinggi dan pembesaran otot jantung (bukan patologis) merupakan ciri yang umum, atlet juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi terhadap hypoxemia. Dan dalam mengikuti perlombaan, mereka akan mengalami kejenuhan O2, dalam darah yang tidak jarang berada di antara 10% - 14% di bawah tingkat istirahat. Karena adanya tuntutan yang lama terhadap fungsional atlet, pulih asal organisme menjadi sangat lambat, kadang-kadang diperlukan sampai 2-3 minggu, sehingga wajar apabila atlet hanya mengikuti sedikit perlombaan dalam setahunnya (3 sampai 5 kali). Pada daerah kedua atau ketiga terakhir dari zone intensitas ini, kesempurnaan daya tahan aerobik, keseragaman pembagian energi dan kemampuan mengukur kemampuan dari sepanjang perlombaan menjadi suatu faktor yang menentukan untuk keberhasilan atlet. Sifat-sifat fisiologis dari pengukuran diri tergantung dari kesempurnaan fungsi analisis (bagian yang khusus dari sistem syaraf yang mengontrol reaksi commitluar) to user organisme terhadap lingkungan dan selanjutnya pengembangan rasa
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan waktu, air, lintasan, bola atau peralatan. Seandainya waktu yang terlibat itu diambil dari suatu rangsangan irama yang datang dari proprioseptor otot dan tendon, yang akan diulang dalam waktu yang berbeda. Akibatnya bagi atlet yang sudah berpengalaman seperti petinju, pelari dan perenang melakukan pengembangan berdasarkan kemampuan sensor ototnya, perasaan terhadap waktu yang masih tersedia pada roda itu, waktu vang dilakukan dalam perlombaan ataupun penggalan waktunya. Semua bentuk rasa dan rasa akan kelelahan memberikan petunjuk untuk atlet mengenai organismenya, ini berarti membantunya dalam penyesuaian diri dengan rangsangan yang diterima dari latihan atau perlombaan dan dari lingkungan luar lainnya. Selama berlatih si atlet dipaksa untuk merasakan berbagai tingkatan intensitas, organisme menyesuaikan dirinya terhadap tingkatan intensitas dengan cara meningkatkan fungsi fisiologisnya untuk memenuhi tuntutan latihan. Berdasarkan atas perubahan fisiologis ini khususnya den yut jantung (HR), pelatih harus mendeteksi serta memantau intensitas program latihannya. Sebagai klasifikasi akhir dari intensitas berdasarkan atas denyut jantung sebagai berikut
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Empat Daerah Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut Jantung terhadap Beban Latihan (Fox, EL, Bower, RW & Foss, M.L, 1988 : 11) Daerah Jenis Intensitas
Denyut Jantung per Menit
1
Rendah
120-150
2
Menengah
150-170
3
Tinggi
170-185
4
Maksimal
Lebih 185
Untuk
mengembangkan
kemampuan
biomotorik
i n t e n s i t a s rangs angan harus m encapai at au m el ebi hi ambang rangs angannya (threshold) di mana pengaruh latihan secara nyata berada di antaranya. (Fox & Mathews 1981 : 280) menyatakan bahwa intensitas di bawah 30 persen dari kemampuan maksimal tidak akan memberikan pengaruhnya, dalam hal yang s am a dim ana daya t ahan m enj adi faktor yang ut am a (s ki lint as alam, lari, dayung, renang dan sebagainya), melampaui ambang rangsang denyut jantung akan
memberikan
pengaruh
latihan
terhadap
sistem
cardio
respiratori, yaitu dimulai pada denyut 130 bpm (Dietrich H, 1981 : 2). Ambang rangsang ini bervariasi dari situ atlet ke atlet lainnya, sesuai dengan perbedaan individu, cara yang harus ditentukan yaitu, melalui jumlah denyut jantung istirahat ditambah 60% dari perbedaan antara denyut jantung maksimal dengan denyut jantung istirahat. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HR Threshold = HR istirahat 60 (HRMakas - Hr istirahat)
Jadi treshold tergantung dari denyut jantung istirahat dan denyut jantung maksimal seseorang, setiap atlet harus dirangsang sampai 60% atau melebihi 60% dari kapasitas maksimumnya untuk memperoleh adanya pengaruh latihan. Latihan pada tingkatan rangsang yang rendah, akan mengarah kepada pengembangan yang lambat tetapi menjamin penyesuaian organisme yang mencukupi, artinya ada konsistensi penampilannya. Di samping itu, rangsangan intensitas yang tinggi akan memberikan kemajuan yang cepat tetapi juga mengarah kepada tidak stabilnya penyesuaian organisme dan selanjutnya derajat konsistensinya lebih rendah. Bukti ini hendaknya dapat mengarahkan seseorang kepada sebuah kesimpulan, bahwa penggunaan rangsangan yang sangat intensif bukan merupakan jalan yang paling efektif untuk berlatih. Variasi pertukaran antara volume intensitas harus dilakukan di dalam latihan. Tingginya volume latihan disertai dengan intensitas yang relatif rendah selama tahap persiapan, akan memberikan suatu dasar yang baik untuk intensitas latihan yang tinggi dan dapat meningkatkan konsistensi penampilan yang baik.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di dalam bidang teori latihan, kita harus membedakan dua macam intensitas yaitu : pertama intensitas mutlak adalah ukuran prosentase dari kemampuan maksimal seseorang untuk melakukan latihan, kedua intensitas yang mengukur satuan latihan atau siklus makro dapat menunjukkan intensitas mutlak dan jumlah keseluruhan kerja yang dilakukan dalam waktu tertentu. Lebih tinggi intensitas mutlak semakin rendah pula volume kerja pada satuan latihannya. Dengan kata lain rangsangan intensitas mutlak yang tinggi (lebih dari 85% dari kemampuan maksimal), hendaknya tidak diulang kembali secara intensitas di setiap satuan latihan. Dalam hal yang sama, satuan latihan j u ga t i d a k b o l e h m e l e b i h i 4 0 % s e t i a p m i k r o s i k l u s n ya u n t u k mempertahankan intensitas mutlak yang lebih rendah. (2). Volume latihan Ngurah Nala, (1998 : 45 – 46) mengatakan
Volume latihan
merupakan komponen takaran yang paling penting dalam setiap. pelatihan. Unsur volume ini merupakan takaran kuantitatif, bukan kualitatif seperti intensitas, yakni satu kesatuan yang dapat diukur banyaknya, berupa lama, banyak, jauh, tinggi atau jumlah suatu aktivitas ini. Volume latihan merupakan jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan selama latihan. Sering secara tidak tepat, volume latihan ini disamakan dengan durasi atau lama latihan. Pada hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
durasi ini merupakan bagian dari volume latihan. Pada umumnya volume latihan ini terdiri atas: (a) Durasi atau lama waktu pelatihan (dalam detik, menit, jam, hari, minggu atau bulan) (b) Jarak tempuh (meter), berat beban (kilogram) atau jumlah angkatan dalam satuan waktu (berapa kilogram dapat diangkat dalam waktu satu menit) (c) Jumlah repetisi, set atau penampilan unsur teknik dalam satu kesatuan waktu (berapa kali ulangan dapat dilakukan dalam waktu semenit). Penggunaan repetisi dan set ini amat penting dalam meningkatkan kemampuan komponen biomotorik. Repetitia mater studiorum est. Repetisi merupakan induk studi dalam pengembangan kemampuan biomotorik, kata orang Romawi yang pada zaman dahulu banyak mempergunakan prinsip latihan dengan repetisi, sehingga melahirkan para gladiator kenamaan. Volume ini juga menunjukkan jumlah kerja atau aktivitas yang dapat dilakukan selama phase latihan. (3). Densitas dan Frekuensi Latihan. (a) Densitas latihan Densitas latihan menunjukkan kepadatan (densitas) atau kekerapan (frekuensi) dari suatu seri rangsangan per satuan waktu yang terjadi pada atlet ketika sedang berlatih. Densitas ini bersifat kuantitatif, sama seperti unsur volume, menujukkan hubungan antara phase commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktifitas
yang
dilakukan
dengan
waktu
istirahat atau phase
pemulihan. Suatu latihan yang densitasnya sesuai tidak akan menyebabkan kelelahan yang berlebihan. Densitas suatu latihan disebut baik apabila
antara
aktivitas
dan
istirahat
berjalan
seimbang.
Keseimbangan densitas pelatihan ditujukan untuk mencapai rasio yang optimal antara rangsangan dan pemulihan yang terjadi di dalam tubuh. Menurut Dietrich, 1971 dalam Nala, (1998 : 46) untuk membangun komponen biomotorik daya tahan otot misalnya, densitas pelatihan yang optimal antara waktu kerja dan waktu istirahat perbandingannya berkisar antara 1 : 1/2 sampai 1 : 1. Bila setiap melakukan gerakan (repetisi) otot dengan densitas optimal selama 1 menit, sebaiknya diikuti istirahat (repetisi) selama 1/2 menit atau 1 menit. Untuk rangsangan yang intensif, perbandingannya menjadi 1 : 3 sampai 1 : 6. Jadi waktu istirahatnya dapat 3 sampai 6 kali waktu aktivitasnya. Jika aktivitasnya, misalnya: melakukan aktivitas menyemes bola terusmenerus, untuk meningkatkan daya tahan otot lengan dan bahu bagi pemain bulutangkis, bolavoli, tenis atau pingpong selama 2 menit, maka waktu yang dibutuhkan untuk istirahat sebelum melakukan aktivitas menyemes yang berikutnya adalah 6 - 12 menit (selama 3 x 2 menit = 6 menit sampai 6 x 2 menit = 12 menit). Setelah itu baru dilanjutkan dengan gerakan menyemes selama 2 menit lagi. Sedangkan untuk meningkatkan komponen biomotorik kekuatan otot,. waktu istirahatnya cukup selama 2 5 menit, bukan 1/2 - 1 menit atau 12 - 24 menit. Lama istirahat untuk commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan kekuatan ini tergantung pada berat ringannya beban, jumlah repetisi, banyak set dan kecepatan irama angkatannya. Bila bebannya ringan, maka lama istirahatnya mungkin cukup selama 2 menit. Kalau beban berat, waktu istirahatnya dapat sampai 5 menit. Densitas ini menyangkut pula frekuensi. (b) Frekuensi latihan Frekuensi adalah kekerapan atau kerapnya latihan per-minggu. Menetapkan frekuensi latihan amat tergantung pada tipe olahraganya dan jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan.Frekuensi pelatihan untuk mengembangkan komponen kekuatan otot, jika dilakukan sebanyak 7 kali dalam seminggu dianggap densitasnya terlalu tinggi. Bila dilakukan sekali seminggu dianggap densitasnya terlalu rendah. Frekuensi latihan misalnya: (1). Untuk meningkatkan kekuatan otot dianggap cukup baik bila dilakukan sebanyak 2 - 3 kali seminggu. (2). Sebaliknya
untuk
meningkatkan
komponen
daya
tahan
kardiovaskular atau kesegaran jasmani (physical fitness), maka frekuensi latihannya sebanyak 4 - 5 kali seminggu, dengan selingan istirahat maksimal selama 48 jam atau tidak lebih dari dua hari berturutan.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3). Sedangkan untuk daya tahan perenang dan pelari Jarak Jauh frekuensi pelat i hann ya l ebi h kerap, t i dak cukup s eban yak 3-4 kal i s em i nggu, t et api sebanyak 6 - 7 kali seminggu. (4). Frekuensi latihan bagi atlet non-daya tahan aerobik (nonendurance) atau anaerobik, cukup sebanyak 3 kali per minggu, dengan durasi latihan selama 8 - 10 minggu (Bompa, 2009: 203) Sehingga besar kecilnya frekuensi pelatihan amat ditentukan oleh jenis atau tipe olahraganya dan komponen biomotorik yang akan dikembangkan. Tidak dapat disamaratakan antara olahraga aerobik dan non-aerobik, endurance dan nonendurance, dengan cara diberikan frekuensi pelatihan yang sama.
2)
Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training Method)
Latihan
sirkuit
(circuit
training)
merupakan
salah
satu
metode
pengkondisian yang pada mulanya dipelopori oleh Morgan dan Admson pada tahun 1953 University of Leeds di Inggris (wilmore:1977 dalam Harsono, 1988 : 227). Latihan sirkuit (circuit training) adalah program dengan berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi istirahat pada pergantian jenis beban kerja tersebut. Program latihan ini sangat baik, karena dapat membentuk berbagai kondisi fisik secara serempak. Latihan sirkuit merupakan bentuk latihan yang efisien dan menantang dari pengkondisian. Latihan sirkuit berfungsi dengancommit baik untuk to usermengembangkan kekuatan, daya
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahan (baik aerobik dan anaerobik), fleksibilitas dan koordinasi.
Tetapi ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain (Hazeldine, 1985 : 18) adalah;
a)
Antara delapan (8) sampai lima belas (15) pos yang berbeda yang paling umum. Masing-masing latihan perlu memilih untuk potensinya di dalam mengembangkan; kualitas, apakah itu untuk kebugaran secara umum dan yang berhubungan dengan kekuatan.
b)
Pengorganisasian urutan latihan dan jarak pos untuk menekankan pada otot, paru-paru dan peredaran sistem yang akan dilatih.
c)
Banyaknya pos dalam latihan yang akan digunakan berhubungan dengan alat dan fasilitasnya, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
d)
Latihan yang diberikan harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga mampu untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin dengan kira-kira interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan kelelahan yang cukup berarti.
e)
Dalam pemilihan organisasi waktu istirahat (interval) sangat penting guna proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses sistem energi sepanjang latihan.
f)
Sangat memungkinkan menghitung banyaknya pengulangan yang dilakukan dalam waktu tertentu dengan batasan waktu yang dilakukan dalam setiap penyelesaian antar set dan repetisi di semua pos, sehingga membantu monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk latihan sirkuit (circuit training) memiliki tiga karakteristik yaitu; a)
Meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot.
b)
Menerapkan prinsip tahanan progresif.
c)
Memungkinkan banyak individu berlatih dalam waktu yang sama, didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh latihan maksimal dalam waktu pendek.
Pemilihan jenis beban latihan tiap pos tergantung pada aspek yang menjadi tujuan atau sasaran utama yang ingin dicapai. Petunjuk umum latihan sirkuit sebagai berikut; 1) frekuensi latihan sebaiknya tiga kali perminggu, 2) biasanya sirkuit dilakukan 2-3 kali tiap session, 3) berisi 6–15 pos, 4) beban tiap latihan antara 40% - 50% dari maksimum ulangan tunggal, 5) jumlah ulangan pada tiap pos 75%-100% dari jumlah maksimum yang dapat dicapai dari periode kerja, dan 6) periode kerja selama 15–30 detik dan periode istirahat antara 15-60 detik (M. Furqon,1996 : 23). Ada beberapa metode latihan sirkuit, dimana dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah metode latihan sirkuit berlanjut dan metode latihan sirkuit sepakbola. Adapun penjelasan dari ke dua metode latihan sirkuit tersebut adalah sebagai berikut; a.
Latihan Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit Training) Latihan sirkuit berlanjut ( continuous circuit training ) adalah merupakan
salah satu jenis metode latihan sirkuit yang mempunyai beberapa beban kerja yang harus dilakukan secara keseluruhan atau berlanjut dalam proses latihan. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam proses latihan sirkuit berlanjut setiap atlet harus melakukan atau melewati semua beban kerja yang telah ditentukan dengan waktu yang secepat-cepatnya. Latihan sirkuit berlanjut mempunyai 10 beban kerja yang harus dilewati atlet dalam satu repetisinya. Setelah melewati semua beban kerja maka atlet diperkenankan untuk istirahat sesuai dengan rasio kerja-istirahat yang ditentukan sebelumnya. Adapun beban kerja dalam latihan sirkuit berlanjut yang dapat dikatakan sebagai pos, dimana 10 pos tersebut dapat dijabarkan yaitu; 1) Vault Over The Buck, 2) Double-Footed Jumps Over A Bench, Working Forward, 3) Two Forward Rolls On Mats, Working Forwards, 4) Steeplechase Jump, 5) Sprint Ten Metres Between Two Skittles, 6) Continuous Run Up Three Box, 7) Throught Voult Over The Horse, 8) Crab Walk Ten Matres Between Two Skittles, 9) Jump To Touchfootball Net Or Backboard, 10) Double Footed Jumps Over Three Hurdles Of Suitable Height One Metre Apart (Hazeldine, 1985 : 25),
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan mengetahui jumlah beban kerja yang harus dilakukan dan dilewati secara keseluruhan maka dapat dikatakan bahwa metode latihan sirkuit berlanjut ini memerlukan waktu yang tidak dapat kita prediksi sebelumnya, akan tetapi atlet sudah dibatasi bahwa waktu latihan atau kerja berkisar antara 15 – 30 detik . Kita tidak dapat menetapkan waktu kerja dan istirahatnya sebelum kita melakukan atau berlatih. Tetapi jika kita melihat dari jumlah beban kerja yang akan dilakukan atau dilewati secara keseluruhan maka kita akan dapat mengatakan bahwa metode latihan ini akan memerlukan waktu kerja yang lebih banyak daripada metode latihan yang mungkin berpatokan pada repetisi tiap pos atau pada stasiun masingmasing sebagaimana yang dapat kita lihat dalam metode latihan sirkuit sepakbola. Setiap metode latihan akan selalu mempunyai kelemahan
dan
kelebihannya, begitu juga dengan metode latihan sirkuit berlanjut ini. Secara teoritis dapat dikatakan metode latihan sirkuit mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu; a. Kelebihan metode latihan sirkuit berlanjut 1). Dapat melatih otot secara bersamaan atau secara serempak 2). Dapat mengurangi kejenuhan atlet dalam latihan karena adanya variasi gerakan dalam latihan 3). Lebih mudah dalam mengawasi karena dilakukan oleh satu-persatu atlet
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kelemahan metode latihan sirkuit berlanjut 1). Memerlukan waktu latihan yang lebih lama dan tidak dapat diprediksi atau direncanakan karena melakukan sekaligus beban kerja yang telah ditetapkan 2). Secara keseluruhan waktu yang digunakan akan lama karena hanya satupersatu atlet yang melakukan dalam tiap repetisinya 3). Tidak dapat melatih kekuatan otot secara spesifik. Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode latihan ini maka kita akan dapat menyesuaikan kondisi latihan baik perencanaan waktu ataupun pelaksanaan latihannya.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 8. Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit) (Hazeldine, 1985: 26)
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penjelasan pelaksanaan gerakan sirkuit berlanjut adalah sebagai berikut; 1. Vault over the buck; Testi berlari melompati kuda-kuda pelana dengan ketinggian yang telah ditentukan.
2. Double-footed jumps over a bench; Testi meloncati bangku dengan kedua tungkai ke kanan dan kekiri.
3. Two forward rolls on mats, working forwards; Testi berlari melingkar mengelilingi dua (2) kerucut, sehingga menyerupai angka delapan (8)
4. Steeplechase jump; Testi lari meloncati rintangan yang ada.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Sprint
ten
metres
between
two
skittles; Testi lari cepat dengan jarak 10 meter dengan
melewati
dua
(2)
buah
kerucut
6. Continuous run up three box; Testi berlari dengan melangkahi tiga (3) buah kotak dengan ketinggian yang telah ditentukan.
7. Throught voult over the horse Testi berlari melompati kuda-kuda pelana dengan ketinggian yang telah ditentukan.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Crab walk ten matres between two skittles; Testi berjalan jongkok dengan jarak sepuluh (10) meter antara 2 kerucut.
9. Jump to touchfootball net or backboard; Testi berlari dan melompat dengan menyentuh net atau papan ring bola basket.
10. Double footed jumps over three hurdles of suitable height one metre apart; Testi melompati tiga (3) buah ringtangan dengan jarak masingmasing rintangan 1 meter.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Latihan sirkuit sepakbola (football circuit training) Latihan sirkuit sepakbola adalah salah satu metode latihan sirkuit dimana
atlet harus melakukan kerja dengan waktu atau jumlah ulangan kerja yang telah ditentukan dalam tiap pos atau stasiun kerja. Latihan sirkuit sepakbola merupakan salah satu latihan sirkuit spesifik cabang olahraga. Latihan ini mempunyai karakter yang sama seperti latihan sirkuit yang lain. Seperti yang dikatakan diawal, bahwa latihan sirkuit mempunyai fungsi untuk meningkatkan kebugaran baik kardiovaskuler maupun otot secara serempak. Hanya pada pelaksanaan latihan sirkuit sepakbola ini menekankan pada jumlah kerja yang dilakukan dalam setiap beban kerja yang dimana telah ditentukan waktu kerjanya. Ini berarti sebelum melaksanakan latihan kita sudah dapat memprediksi atau merencanakan waktu kerja latihan dan waktu istirahatnya. Latihan sirkuit sepakbola dapat dilakukan oleh semua atlet dengan pos atau stasiun kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Ini berarti akan dapat mengurangi penggunaan waktu secara keseluruhan dari latihan. Dalam latihan sirkuit sepakbola atlet harus malakukan beban kerja yang berjumlah 12 pos yang sesuai dengan karakter dari cabang olahraga yang bersangkutan. 12 pos beban kerja tersebut adalah; 1) Sprint And Head, 2) Throw In, 3) Dribbling, 4) Wallbar Knee Raise,
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Dribbling And Return, 6) Astride Jumps, 7) Abdominal Curl, 8) Shutlle Run, 9) Back Extention 10)Hurdle Jump, 11) Straight Arm Overthrow, 12) Leg Curl. (Hazeldine, 1985 : 27-29) Sama seperti halnya dalam latihan sirkuit berlanjut, metode latihan sirkuit sepakbola ini juga mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan. Dimana dapat dipaparkan kelebihan dan kelemahan dari metode latihan sirkuit sepabola ini adalah sebagai berikut; a.
Kelebihan metode latihan sirkuit sepakbola 1). Memberikan latihan pada otot secara spesifik dalam satu repetisi sehingga terjadi adaptasi yang bertahap dari otot yang dilatih 2). Memerlukan waktu yang sudah dapat diprediksi atau direncanakan dalam latihan 3). Memerlukan waktu latihan yang relatif lebih pendek secara keseluruhan karena dapat dilakukan oleh semua atlet secara bersamaan dengan beban kerja yang sesuai dengancommit pos beban kerja masing-masing to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Kelemahan metode latihan sirkuit sepakbola 1). Tidak dapat melatih otot secara serempak pada satu atlet dalam satu repetisi 2). Kesulitan dalam pengawasan latihan karena dilakukan oleh semua atlet secara bersama dalam tiap repetisi dengan pos yang berbeda-beda. 3). Atlet akan merasa jenuh dengan beban kerja yang dilakukan secara berulang-ulang dalam tiap pos artinya jenuh dengan gerakan yang monoton.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3
1
2
4
12
5
11
6
10
7 9
8
Gambar 9. Sirkuit Sepakbola ( Football Circuit) (Hazeldine, 1985: 27-29) commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penjelasan pelaksanaan gerakan sirkuit sepakbola adalah sebagai berikut;
1. Sprint and Head; Testi berlari 10 meter dan kemudian melompat menyundul bola yang digantung pada ring basket.
2. Throw in; Testi melakukan lemparan seperti pada lemparan ke dalam dalam permainan sepak bola dengan menggunakan ball medicine
3. Dribbling; Testi melakukan dribble sepakbola dengan melewati rintangan yang telah disiapkan
4. Wallbar Knee Raise; Testi dalam posisi menggantung dengan mengangkat lutut dan kembali turun
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Dribbling and Return; Testi menggiring bola sepakbola 10 meter, mendorong bola pada bangku yang dipasang sisinya dan memberikan bola kembali pada garis start.
6. Astride Jumps; Testi berdiri dengan posisi kangkang kemudian melompat pada bangku dengan masing-masing membawa sebuah baal medicine dibawah lengan.
7. Abdominal Curl; Testi dalam posisi tidur dengan kedua tangan disamping kepala dan lutut diangkat, kemudian melakukan curl up dengan menyentuh lutut kiri dengan siku kanan dan sebaliknya
8. Shutlle Run; Testi melakukan Shutlle run dengan jarak 15 meter
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Back extention; Testi menaikkan batang tubuhnya dengan tangan lurus membawa ball medicine di atas kotak dan kemudian menurunkan secara hati-hati dengan bantuan teman untuk memegang kakinya
10. Hurdle Jumps; Buat dan atur empat rintangan untuk dilompati dengan tinggi 50-70 cm, berjarak 1 meter tiap 1 rintangan, testi melompati keempat rintangan tersebut dengan tumpuan dua kaki secara bersamaan.
11. Straight Arm overthrow; Pasangan berada pada lantai dengan jarak pantas dan terpisah, dari posisi berbaring dengan bola berada pada tangan di lantai, melemparkan bola pada pasangan yang tidur di atas lantai, kemudian duduk untuk menerima bola 12. leg curl; Berada dalam posisi telungkup di lantai dengan menjepit ball medicine diantara kedua kaki, kemudian naikan ball medicine dengan gerakan pleksi pada lutut dan turunkan kembali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
75 digilib.uns.ac.id
Latihan Interval (Interval Training) Sistem latihan interval mencakup selang-seling periode kerja dan istirahat.
Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami pelatihan interval tanpa mengalami keletihan yang berlebihan. Latihan interval merupakan media utama untuk mewujudkan efek-efek pelatihan yang spesifik. Pelatihan interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang lebih besar dari suatu intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet berlatih lebih keras daripada yang dilakukannya dalam latihan yang berkesinambungan. Variabel yang dapat dimanipulasi dalam latihan interval adalah di seputar periode-periode kerja maupun pemulihan yaitu; a)
Durasi kerja.
b) Intensitas kerja. c)
Durasi periode pulihan.
d) Jenis aktivitas yang dilakukan selama periode pemulihan, dan e)
Banyaknya pengulangan selang-seling kerja/pemulihan yang dilaukan dalam satu setnya. Latihan interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode
pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat (Fox E.L, 1984:184, Smith, J, 1983: 184) atau merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya dilakukan pada periode istirahat ini (Fox, Bower and Foss, 1993:205, Fox dan Mathews, 1981:263). Untuk memahami mengapa latihan ini sedemikian bagusnya, maka akan diuraikan mengenai latihan selama latihan fisik. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ada beberapa istilah khusus dalam latihan yang harus dipahami dengan sebaik-baiknya. a)
Interval kerja (work interval). Bagian dari program latihan interval yang terdiri atas kegiatan dengan intensitas tinggi.
b) Interval pemulihan (relief interval). Waktu antar interval kerja serta antara set. Interval pemulihan dapat terdiri atas: (1). Kegiatan ringan (pemulihan dengan istirahat atau rest relief). (2). Latihan fisik ringan sampai sedang (pemulihan dengan kegiatan atau work relief). (3). Gabungan (pemulihan dengan istirahat atau rest relief dengan pemulihan dengan kegiatan atau work relief). Adapun beberapa jenis Interval pemulihan dinyatakan dalam hubungan dengan rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan sebagai berikut; (1). 1:½ = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan setengah waktu interval kerja. (2). 1:1 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan waktu interval kerja. (3). 1:2 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan dua kali waktu interval kerja. (4). 1:3 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan tiga kali waktu interval kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Dengan interval kerja yang lebih lama, suatu rasio kerja pemulihan 1:½ atau 1:1 biasanya yang disarankan; pada interval dengan jangka waktu menengah/sedang, rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang memakan waktu pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi (Fox. Bower & Foss 1993:302). c)
Set adalah serangkaian interval kerja dan pemulihan.
d) Pengulangan (Repetition) Banyaknya interval kerja dalam satu setnya. e) Waktu latihan (training time) Kecepatan pelaksanaan kegiatan selama interval kerja. f)
Jarak latihan (training dintance) Jarak interval kerja.
g) Frekuensi Banyaknya waktu per minggu untuk melakukan latihan. h) Resep latihan interval. Berisi informasi terkait mengenai suatu pelaksanaan latihan interval yang biasanya meliputi banyaknya set, pengulangan, waktu pelaksanaan atau jarak interval kegiatan, waktu latihan dan waktu interval pemulihan. Cara latihan interval untuk atlet dalam melakukan interval kerja disesuaikan dengan cabang olahraganya, misalnya sepakbola dengan kegiatan sepakbola. Tipe kegiatan yang dipilih untuk latihan fisik umum berdasarkan atas pilihannya. Sebagai ringkasan sistem latihan interval dapat diketengahkan sebagai berikut (Fox, Bower and Foss, 1993:280); commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Tentukan terlebih dahulu sistem energi mana yang perlu dikembangkan. Tabel 7. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Waktu” Latihan (Fox, Bower, Foss, 1993:306) Major energi system ATP-PC
Training time (min:sec) 0:10 0:15 0:20 0:25
Repetition per workout
Set per workout
Repetition per set
Work relief ratio
Types of interval
50 45 40 32
5 5 4 4
10 9 10 8
1:3
Rest-relief (d.g., walking, flexing)
ATPPC-LA
0:30 0:40 – 0:50 1:0 – 1:10 1:20
25 20 15 10
5 4 3 2
5 5 5 5
LA-02
1:30 – 2:30 2:10 – 2:40 2:50 – 3:00
8 6 4
2 1 1
4 6 4
1:2 1:1
3:00 – 4:00 4:00 – 5:00
4 3
1 1
4 3
1:1 1: ½
02
1:3 1:2
Work-relief (d.g., light to mind exercise, jogging) Work-relief Host-relief
Rest-relief
2) Pilih bentuk aktivitas (exercise) yang digunakan selama interval kerja (sepakbola). 3) Tentukan latihan sesuai dengan keterangan yang ada dalam daftar dari sistem energi utama yang ingin dikembangkan. Jumlah ulangan dan set, rasio kerja istirahat, dan tipe dari interval istirahat, seluruhnya ada dalam tabel 1 dan 2. Untuk setiap aktivitas yang dipilih, waktu latihannya ada dalam kolom 2 tabel 1. 4) Berikan peningkatan intensitas (progresive overload) selama program latihan. Walaupun program latihan interval merupakan sistem yang sangat baik untuk atlet/non atlet yang tertarik pada “general fitness”, namun metode ini bukan satu-satunya metode latihan yang ada. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Jarak” Latihan (Fox, Bower, Foss, 1993:307) Training distamce yards Run:swim 55:15 110:25 220:55 440:110
Major energi system ATPPC ATPPC-LA
660:165 880:220 1100:275 1320:330
LA-02 02
Repetition per workout
Set per workout
Repetition per set
50 24 16 8
5 3 4 2
10 8 4 4
5 4 3 3
1 2 1 1
5 2 3 3
Work relief ratio
Types of relief interval
1:3
Rest-relief (d.g., walking, flexing)
1:3 1:2
Work-relief (d.g., light to mind exercise, jogging)
1:2 1:1 1: ½ 1: ½
Work-relief Host-relief Rest-relief
Kemajuan prestasi atlet merupakan akibat langsung dari jumlah dan kualitas kerja yang dicapai dalam latihan. Beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap atlet. Organisme akan memberikan reaksi berupa perubahan morfologis dan psikologis sebagai pemenuhan kebutuhan adanya peningkatan beban latihan. Peningkatan intensitas latihan melalui cara sebagai berikut; a)
Meningkatkan kecepatan dalam jarak tertentu atau meningkatkan berat beban.
b) Meningkatkan rasio antara intensitas relatif dan absolut, sehingga intensitas absolut boleh dilakukan. c)
Mempersingkat istirahat interval di antara masing-masing pengulangan atau set.
d) Meningkatkan densitas latihan, dan e)
Meningkatkan jumlah pertandingan/perlombaan (Bompa, 1990:85) Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting
untuk dikaitkan dengan kualitas kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang commit tosangat user tergantung dari; ritme latihan, ditentukan. Kualitas kekuatan ransangan
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beban kecepatan gerakan, variasi interval istirahat atau pullih asal diantara tiap ulangan (Bompa, 1992:58). Prinsip latihan anaerobik adalah dengan memberikan beban maksimal yang dikerjakan untuk waktu yang singkat dan diulang. Menurut Janssen (1987:155) waktu latihan maksimal selama latihan sprint, sistem kreatin fosfat ditekankan, laktat yang tinggi tidak dikehendaki dalam latihan sprint. Pada waktu latihan pemulihan yang lebih lama atau dengan menurunkan intensitas sprint kenaikan kandungan laktat akan lebih rendah. Frekuensi adalah ulangan beberapa kali seseorang mengerjakan setiap setnya. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerakan yang harus dikerjakan setiap setnya adalah banyak. Frekuensi rendah artinya ulangan gerakan yang harus dikerjakan setnya sedikit ( Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984:197) “frekuensi untuk latihan anaerobik adalah 3 kali setiap minggunya.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Berbagai Cabang Olahraga, Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi yang Utama (Fox & Mathews, 1981:263) Sport or sport activity 1. Tennis 2. Track and field a. 100, 200 m b. Field event c. 400 m d. 800 m e. 1.500 (mile) f. 3.000 m (2 mile) g. 5.000 m (3 mile) h. 10.000 m (6 mile) 1. Volleyball 1. Walking 2. Wrestling 3. Aerobik dance 4. Baseball 5. Basketball 6. Fencing 7. Field hockey 8. Football 9. Golf 10. Gymnasties 11. Ice hockey a. Forward defense b. Goalic 12. Ice speed skating a. 500 m b. 1.000 m c. 1.500 m d. 5.000 m e. 10.000 m 13. In 0line skating > 10 km 14. Lacrose a. Goalic, defense, attacker b. Midfielders, man-down 15. Rowing 16. Skiing a. Slalom, jumping b. Downhill c.Cross-country d. Recreational 17. Soccer a. Goalic, wings, striers b. Hallbacks or sweeper 18. Stepping machine 19. Swmming and diving a. Diving b. 50 m c. 100 m d. 200 m e. 400 m f. 1.500 m, 1.650 yrd
ATP-PC and anaerobic glycolysis
Anaerobic glycolysis and aerobic
aerobic
70
20
10
95-98 95-98 80 30 20-30 10 10 Negligible 80 Negligible 90 5 80 60 90 50 90 95 80
2-5 2-5 15 65 20-30 20 20 05 05 05 5 15-20 15 20 10 20 10 5 15
negligible negligible 05 05 40-60 70 70 95 15 95 5 75-80 05 20 negligible 30 negligible negligible 5
60 90
20 5
20 5
80 35 20-30 10 5 5
10 55 30 25 15 25
10 10 40-50 65 80 70
50 20 20
20 30 30
30 50 50
80 50 5 20
15 30 10 40
5 20 85 40
60 60 5
30 20 25
10 20 70
98 90 80 30 20 10
2 5 15 65 40 20
negligible 5 5 5 40 70
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Program untuk mengembangkan sistem energi yang utama dalam kegiatan olahraga harus disesuaikan dengan metode latihan. Latihan interval dapat bervariasi dan dapat diatur untuk meningkatkan sistem anaerobik atau aerob. Latihan interval anaerob merupakan salah satu sistem latihan yang telah diselidiki secara sistematis dan ilmiah, seri latihan berat yang diulang-ulang diselingi oleh waktu istirahat dan diselingi latihan ringan. Pengukuran laktat sudah menjadi elemen penting dalam latihan olahraga. Penentuan laktat, metode dan intensitas latihan dapat ditentukan dengan akurat. Tabel 10. Berbagai Metode Latihan dan Pengembangan Sistem Energi Utama (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L Foss, 1993:313) Training method Acceleration sprint Countinuous fast-running Countinuous slowt-running Hollow sprint Interval sprinting Interval training Jogging Repetition running Speed play (fartlek) Sprint training
Percent Development ATP-PC and LA LA and 02 90 5 2 8 2 5 85 10 20 10 10-80 10-80 10 10 50 20 40 90 6
02 5 90 93 5 70 10-80 90 40 40 4
Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi semula apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontiyu. Penurunan yang bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan latihannya. Oleh karena itu keteraturan dan kontinyuitas perlu diperhatikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Sebelum menjelaskan pulih asal (recovery), terlebih dahulu dijelaskan tentang kelelahan (fatigue). Proses yang terjadi selama pemulihan dari latihan fisik sama pentingnya dengan yang terjadi selama latihan fisik. Kemajuan seorang atlet tergantung kepada pemulihan yang cukup sehingga efek-efek latihan dapat dimaksimalkan. Berlatih tanpa pemulihan yang akurat setelah suatu kegiatan yang meletihkan tidak akan membawa manfaat bagi atlet, karena mereka semata-mata hanya belajar menanggulangi keletihan dan bukannya memajukan aspek-aspek spesifik dari performance (Brents Rushall 1990:60). Prosedur-prosedur pemulihan harus merupakan bagian yang integral dari suatu latihan. Brents Rushall (1990:60) menyatakan bahwa; “kalau latihan aktif digabung dengan pemulihan pasif maka kecepatan pemulihannya lebih baik dari pada pemulihan aktif saja”. Jika intensitas pemulihan itu melampaui (> 60% VO2max ) maka besar kemungkinan lebih banyak asam laktat akan diproduksi dan pemulihan terlambat. Prinsip pemulihan harus dianggap sama pentingnya dengan prinsip overload. Brents Rushall (1990:215) menyatakan bahwa pemulihan (recovery) sama pentingya dengan latihan. Kelelahan yang terjadi di dalam berolahraga terdiri dari: b) Kelelahan neoromuscularjuction; Kelelahan ini terjadi pada otot cepat (fast twitchfiber) yang disebabkan impuls sebagai penghantar kimia menjadi berkurang. c) Kelelahan dari mekanisme otot; 1) Berkurangnya cadangan ATP dan PC. ATP merupakan sumber energi yang langsung untuk kontraksi otot dan PC lansung digunakan sebagai penggantinya. ATP dapat diresistensi selama 30 detik. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
------
: Istirahat (relief ) ATP naik, waktu 30 detik
Gambar 10. Proses Interval Kerja dan Interval Istirahat (Foss, 1998:281)
2) Penumpukan asam laktat. Pembentukan asam laktat akan meningkat konsentrasi ion-ion, sehingga mangganggu kontraksi otot dan juga menghambat enzim yang diperlukan untuk metabolisme. 3) Berkurangnya cadangan glycogen. Olahraga lama – glycogen habis. Hal ini akan menyebabkan “Bonking” glycogen yang ada dalam salah satu otot tidak dapat dipindahkan ke otot lain, oleh karena itu otot yang paling banyak kontraksi glycogen menjadi habis. Program latihan anaerobik atau sprint perbandingan antara kerja dan istirahat adalah 1:5 – 1:12, (Bompa, 1999:94). Selama pulih asal dari latihan tuntutan energi sangat berkurang. Tetapi konsumsi oksigen pada periode waktu tertentu tetap pada tingkat yang relatif tinggi dan lamanya tergantung pada intensitas latihan yang dilakukan. Oleh karena itu interval istirahat harus memudahkan pulih asal yang optimal selama LA berkurang dan 02 – debt yang hampir seratus prosen tersimpan. Pulih asal pada latihan anaerobik atau sprint menurut (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:297) minimal commit to3 user memerlukan waktu 2 menit dan maksimal menit.
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Berbagai Metode Latihan dan Penggunaan Sistem Energi Utama untuk Kegiatan Berbagai Olahraga (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:314)
Baseball Basketball Fencing Field hockey Football Golf Gymnastics ice hockey* Forwards, defense Goalie
Ö Ö Ö
Sprint training
Speed play (fartlek)
Repetition running
Jogging
Interval sprinting Interval training
Hollow sprint
Contonuous slow-running
Contonuous fast-running
Sport or sport activity
Acceleration Sprint
Suggested Methods
Ö Ö
Ö
Ö Ö Ö Ö Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö Ö
Ö
Ö
Ö
Lacrose Goalie, defense, attacker Midfielders, man-down
Ö Ö
Recreation sport
Ö
Ö Ö Ö Ö Ö
Ö Ö Ö Ö
Rowing*
Ö
Skiing* Slalon, jumping downhill Cross-country
Ö
Ö
Ö Ö Ö
Ö Ö Ö
Ö
Ö Ö Ö Ö
Soccer Goaline, wings, strikers Halfback, link men Softball Swimming and diving* 50-m freestyle, diving 100-m, 100-yd (all strokes) 200-m, 220-yd (all strokes) 400-m, 440-yd freestyle 1500-m, 1650-yd freestyle Tennis
Ö
Ö
commit to user
Ö
Ö
Ö
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ö Ö
Ö Ö Ö Ö
Ö Ö
Ö Ö Ö
Ö Ö
Ö
Ö Ö
Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
Ö
Ö Ö Ö Ö
Ö
Ö
Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui suatu jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Menurut Clenaghan, Pate R. Rotella (1984: 237) mengtatakan kontraksi otot menyebabkan perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem energi dapat menyediakan energi bagi kerja otot. Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh atau dari persenyawaan yang disebut ATP (adenosine triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang to user langsung dipergunakan otot untukcommit melakukan kontraksi.
Sprint training
Jogging
Speed play (fartlek)
Ö
Repetition running
400-m, 440-yd 800-m, 880-yd 1500-m, 1 mile Track and field 100-m, 100-yd 200-m, 220-yd Field events 2 miles 3 miles, 5000-m 6 miles, 10.000-m Marathon Volyball Wresting
Interval sprinting Interval training
Accelerati on Sprint
Sport or Sport Activity
Contonuou s fastrunning Contonuou s slowrunning Hollow sprint
Suggested Methods
Ö Ö
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Didalam tubuh terdapat suatu zat kimia
yang membuat otot dapat
berkontraksi atau berelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi adenosine difosfat atau ADP sambil menghasilkan anergi siap pakai untuk otot (Janssen, 1987:12). Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut; ATP
ADP + energi.
ATP terdiri dari komponen yang kompleks yaitu suatu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam otot skelet dan dalam jumlah yang sangat terbatas, karenanya ATP ini lekas habis. Agar supaya kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini harus diisi kembali melalui penguraian zat-zat lain yang juga tersimpan di dalam otot. Menurut Janssen (1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimum, dan jumlah kreatin fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik. Otot yang aktif, energi yang dihasilkan dari gilkogen ini memproduksi asam laktat (LA). LA mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik.
Tabel 12. Prediksi Pulih Asal dan Diet (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:235) Waktu Pulih Asal Jenis Diet Proses Pulih Minimum Maksimum ATP-PC 1:2 (work 1: relief 2) Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit 5 jam (cab. Or intermiten) 24 jam karbohidrat Cadangan glycogen otot 10 jam (cab. Or. Kontinyu) 48 jam karbohidrat Cadangan glycogen hati tidak diketahui 24 jam Pengangkutan asam 30 menit (rest aktif) 1 jam Laktat 1 jam (rest pasif) 2 jam commit Cadangan 02 10 – 15 detik to user -
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a). Rasio Kerja-Istirahat 1:2 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan rasio-kerja istirahat 1: 2 adalah
mengisyaratkan bahwa waktu interval
pemulihannya sama dengan dua kali waktu interval kerja. Pada interval dengan jangka waktu menengah/sedang, rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang istirahatnya diimbangi oleh dua kali waktu kerja, (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. Foss. 1993:302). Dalam penelitian ini rasio kerja-istirahat 1: 2 akan ditreatmentkan pada kedua jenis metode latihan baik metode latihan sirkuit berlanjut maupun sepakbola yang dimana telah direncanakan dan dibuatkan program pelatihan yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
b). Rasio kerja-istirahat 1:3 Rasio
kerja-istirahat
1:3
Mengisyaratkan
bahwa
waktu
interval
pemulihannya sama dengan tiga kali waktu interval kerja. Rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi. Ini mempunyai pengertian bahwa dalam penentuan kerja dan istirahatnya suatu
program latihan dapat ditentukan bahwa waktu
isturahat tiga kali dari waktu kerja. Semakin banyak waktu pulih asal maka akan dapat berpengaruh terhadap penyediaan oksigen dan pemulihan terhadap kondisi latihan. Semakin efektif tubuh dalam menyediakan oksigen maka akan semakin siap tubuh untuk melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi kembali dalam latihan. Kerja yang memakan waktu pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:302). commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang ada hubungannya dengan proposal penelitian ini adalah; hasil penelitian dari Moh. Nasution (2008), meneliti tentang pengaruh latihan interval dan kontinyu terhadap perubahan VO2 maximal dan denyut nadi istirahat. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa; ada pengaruh antara bentuk latihan interval dan latihan kontinyu terhadap perubahan denyut nadi istirahat dimana latihan kontinyu lebih baik dibanding latihan interval. Penelitian dari Sardianto (2002), meneliti tentang pengaruh metode latihan dan intensitas interval istirahat dalam keterampilan bermain bolavoli. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa; latihan sistem lorong intensitas interval istirahat aktif ternyata memberikan hasil latihan yang lebih baik dibanding dengan latihan stasion intensitas interval istirahat pasif. Penelitian dari Kiyatno (2001), meneliti tentang Volume Oksigen Maksimal, studi korelasi antara volume tidal kadar hemogolobin, dan denyut jantung dengan Volume Oksigen Maksimal olahraga di Surakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif secara bermakna antara volume tidal, kadar hemoglobin, dan denyut jantung dengan O2 max.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut: 1.
Perbedaan pengaruh latihan sirkuit ( circuit training )
continuous
circuit dan football circuit terhadap volume oksigen maksimal ((vO2 max)) pada pemain sepakbola. Berolahraga adalah perwujudan dari respon-respon muscular dan diekpresikan dalam gerak tubuh secara teratur. Yang di gerakkan adalah pola-pola gerak ketrampilan tertentu misalnya gerakan-gerakan berlari, melompat, memukul, melempar dan menangkap. Gerakan fisiologis seperti itu hampir ada pada setiap jenis kegiatan olahraga. Peningkatan kualitas fisiologis dari setiap gerakan dasar yang ada harus disesuaikan dengan spesifikasi cabang olahraga yang akan dilakukan. Seperti yang disebutkan dalam prinsip-prinsip dasar berlatih yaitu prinsip beban berlebih (overload principle) harus diterapkan kalau menginginkan efek yang positif terhadap
latihan yang dilakukan, tanpa
mengabaikan intensitas, volume, frekuensi, berat takaran latihannya. Perbedaan pengaruh yang akan ditimbulkan oleh metode latihan baik metode latihan sirkuit berlanjut maupun metode latihan sirkuit sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal akan dapat kita amati dari kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode latihan tersebut. Metode latihan sirkuit berlanjut sangat efektif untuk melatih kebugaran commit towaktu user yang relatif lebih lama karena otot secara serempak, serta memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
dalam satu repetisi diharuskan untuk melewati atau melakukan semua beban kerja yang telah ditentukan. Kebugaran otot akan berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk menggunakan oksigen, namun metode latihan sirkuit berlanjut tidak efektif untuk melatih ketahanan otot secara spesifik karena tidak berlatih dengan beban yang sama dalam waktu yang telah ditentukan. Pada metode latihan sirkuit sepakbola sangat efektif untuk melatih ketahanan otot dan akan berdampak pada kekuatan otot yang dilatih karena dalam berlatih sudah ditentukan waktu untuk melakukan beban kerja yang sama. Dari penjelasan di atas maka dapat kita perkirakan bahwa kedua metode latihan sirkuit tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan volume oksigen maksimal.
2.
Perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (vO2 max) antara rasio kerja-istirahat 1:2 dengan 1:3 pada pemain sepakbola
Latihan interval istirahat adalah suatu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan kualitas kerja dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan, kualitas kekuatan rangsangan sangat tergantung dari irama latihan, beban kecepatan gerakan, variabel isterval intirahat atau pulih asal di antara tiaptiap ulangan. Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam penyusunan interval training yaitiu: a. Lamanya latihan. b. Beban (intensitas) latihan. c. Ulangan (repetition) dalam melakukan latihan. commit to user d. Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetition latihan.
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
Waktu istirahat atau rasio kerja - istirahat 1:2 berarti memerlukan waktu istirahat dua kali dari waktu kerja. Sedangkan rasio kerja – istirahat 1:3 artinya kita dapat beristirahat tiga kali dari waktu kerja. Dengan melihat perbedaan tersebut maka dapat diperkirakan penerapan rasio kerja-istirahat dapat memberikan hasil peningkatan volume oksigen yang berbeda. 3. Pengaruh interaksi antara latihan sirkuit ( circuit training) dengan rasio kerja-istirahat terhadap volume oksigen maksimal (vO2 max) pada pemain sepakbola
Untuk meningkatkan daya tahan, termasuk daya tahan otot diperlukan berbagai bentuk latihan dengan parameter-parameter tertentu. Bentuk latihan yang umumnya dipergunakan untuk meningkatkan daya tahan ialah latihan interval (interval training) dengan intensitas dan pembebanan yang optimal. Latihan interval terdiri dari aktivitas yang berlangsung secara bergantian antara interval kerja dengan interval istirahat. Prinsip ini bisa berlaku baik dalam melatih aspekaspek fisik, teknik, taktik, maupun mental. Dalam olahraga, agar prestasi dapat meningkat, atlet harus selalu senantiasa berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang ada di atas ambang rangsang kepekaannya (threshold of sesitivity). Metode latihan sirkuit berlanjut adalah metode latihan dengan beban kerja yang harus dilakukan secara simultan dan menyeluruh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam metode latihan ini kita tidak dapat memprediksi jumlah waktu yang akan dibutuhkan oleh atlet dalam satu kali repetisi. Jika kita melihat karakter dari metode latihan sirkuit berlanjut
maka sudah dapat
commit toyang userlebih lama karena harus melewati diperkirakan memerlukan waktu istirahat
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan melakukan semua beban kerja dalam tiap pos secara simultan dalam tiap repetisinya. Berbeda dengan metode latihan sirkuit sepakbola yang dimana dalam tiap pos sudah ditetapkan terlebih dahulu jumlah beban kerja yang dilakukan atau melakukan beban kerja dalam waktu yang sudah ditentukan dimana dalam metode latihan ini waktu kerjanya sampai 30 detik. Artinya bahwa metode latihan sirkuit sepakbola dalam tiap pos beban kerja akan diselingi waktu istirahat.
Ini dapat
dikatakan bahwa kita akan dapat memperkirakan waktu istirahat yang diperlukan oleh atlet dalam tiap pos beban kerja. Dengan mengamati selingan istirahat dalam tiap pos tersebut pada metode latihan sirkuit sepakbola maka dapat diperkirakan waktu istirahatnya atau rasio waktu kerja-istirahatnya akan lebih kecil dibandingkan dengan metode latihan sirkuit berlanjut yang dimana atlet harus malakukan atau melewati semua pos beban kerja yang telah ditentukan.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis
Pemberian argumentasi ilmiah secara tertulis sudah disampaikan dalam kajian teori bahwasannya, penelitian ini layak untuk diteliti karena didukung oleh kajian teori serta kerangka berpikir yang sistematis, maka dari itu dapat diberikan hipotesis penelitian sebagai berikut; 1.
Ada perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola.
2.
Ada perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max ) pada pemain sepakbola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja – istirahat 1:2 dan 1:3.
3.
Ada pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio kerja – istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian Kota Singaraja Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, tepatnya pada Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan GANESHA Singaraja, Bali. 2. Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan selama delapan (8) minggu dan frekwensi pertemuan tiga(3) kali dalam seminggu. Penentuan pertemuan latihan tiga (3) kali dalam seminggu, sesuai dengan pendapat Bompa, (2009: 203) Maksudnya adalah dengan melaksanakan latihan tiga (3) kali dalam seminggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan yang diterimanya. B. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental lapangan. Metode ini dipilih untuk mengetahui gejala perlakuan yang dikenakan terhadap sampel. Sebagaimana
Sudjana (2005 : 278) mengatakan: banyaknya data hasil
pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik atau atribut dengan tiap faktor atau atribut terdiri dari beberapa kalsifikasi, kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan commit to user terdapat fenomena demikian akan diteliti mengenai asosiasi atau hubungan
95
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau kaitan antar faktor. Dengan kata lain akan diteliti apakah terdapat atau tidak suatu kaitan diantara faktor-faktor tersebut. 1. Desain Penelitian Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Ini berdasarkan jumlah variabel yang ada, yaitu: (1) Variabel Independent yaitu: metode pelatihan sirkuit, rasio kerja-istirahat dan (2) Varibel Dependent yaitu: kemampuan volume oksigen maksimal (VO2 mak). Rancangan penelitian faktorial 2 X 2 dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini, sebagai berikut: Tabel 13. Rancangan penelitian faktorial 2 X 2 Metode Pelatihan Sirkuit (A) Rasio kerja-istirahat
Continouse Circuit
Football Circuit
(B)
a1
a2
Rasio kerja-istirahat 1:2 b1
a1 b1
a2 b1
Rasio kerja-istirahat 1:3
a1 b2
a2 b2
b2
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari: 1.
Variabel independent terdiri dari dua yaitu: a) Metode latihan sirkuit berlanjut (Continouse circuit) b) Metode latihan sirkuit sepakbola ( Football circuit) c) Rasio kerja-istirahat 1:2 d) Rasio kerja-istirahat 1:3
2.
Variabel dependent yaitu: kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Tujuan definisi operasional penelitian adalah untuk menjelaskan masingmasing variabel dalam penelitian agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Maka perlu dijelaskan definisi variabel-variabel penelitian yang ada dalam penelitian ini yaitu: 1. Metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit training). Latihan sirkuit (circuit training) adalah program latihan sirkuit dengan berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara simultan dengan menyelesaikan masing-masing pos yang telah ada. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan latihan sirkuit berlanjut
(continuous circuit) adalah
program latihan sirkuit dengan 10 jenis beban kerja/pos yang dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
secara simultan dan terus menerus dengan tanpa diselingi istirahat pada pergantian di 10 jenis beban kerja dari pos yang ada. 2. Metode latihan sirkuit sepakbola (football circuit training). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) adalah program latihan sirkuit dengan 12 jenis beban kerja/pos yang dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi istirahat setiap jenis beban kerja/pos tersebut. 3. Rasio kerja-istirahat 1:2. Mengisyarakatkan waktu kerjanya 1 menit maka waktu intervalnya selama 2 menit. Maka dalam penelitian ini setiap testi yang dapat melakukan latihan dalam 1 sirkuit selama 30 detik maka waktu intervalnya adalah 60 detik. 4. Rasio kerja-istirahat 1:3. Mengisyarakatkan waktu kerjanya 1 menit maka waktu intervalnya selama 3 menit. Maka dalam penelitian ini setiap testi yang dapat melakukan latihan dalam 1 sirkuit selama 30 detik maka waktu intervalnya adalah 90 detik. 5. Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max): Banyaknya oksigen yang dihirup, diedarkan dan digunakan persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum. Penggunaan oksigen maksimal merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan daya tahan, yaitu pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot. Pada titik dimana pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka volume commit to user beban diperberat, ini disebut oksigen tidak meningkat lagi, walaupun
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggunaan oksigen maksimal atau O2 max. Dalam penelitian ini tolak pengukuran O2 max menggunakan tes lari multi tahap (MFT). E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah; wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2008 : 61). Populasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa putra Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja Bali Tahun Pelajaran 20102011 yang mengambil pembinaan prestasi sepakbola, yang berjumlah 120 orang.
2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila popuasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2008 : 62).
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) yang mengambil pembinaan prestasi sepakbola Undiksha tahun 2010 sebanyak 40 orang. Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan random sample yaitu suatu teknik pengambilan sampel secara acak/random dengan memberikan kesempatan yang sama dari populasi sebagai sampel, yang jumlahnya disesuiakan dengan jumlah anggota subyek yang ada dalam masingmasing kelompok (Suharsimi Arikunto, 2003: 126 – 128). Dalam penelitian ini, sebagai kelompok adalah masing-masing semester I sampai semester VII yang mengambil pembinan prestasi sepakbola pada Fakultas Olahraga dan Kesehatan – Undiksha. Suharsimi Arikunto, (2003: 125) mengatakan; bahwa untuk penelitian yang sifatnya eksperimental, jumlah sampel lebih dari 30 merupakan sampel yang besar. Hal ini berarti dengan banyaknya sampel 40 orang sudah cukup mewakili (representatif) banyaknya populasi dalam penelitian ini. Besar sampel 40 orang dari populasi yang berjumlah 120 orang dengan cara undian. Dari 40 orang sampel tersebut selanjutnya dilakukan pengukuran kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max). Berdasarkan skor dari hasil pengukuran ( O2 max). Selanjutnya untuk menentukan sampel untuk masing-masing perlakuan menggunakan cara ordinal pairing (pola ABBA) dengan bagan sebagai berikut;
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1
2
4
3
5
6
8
7
9
10
dstnya
Cara tersebut untuk membentuk dua kelompok yang memiliki kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) relatif sama. Dari dua kelompok yang sudah terbentuk akan diberikan metode latihan continuous circuit dan metode latihan football circuit. Dari dua kelompok metode latihan continuous circuit dan metode latihan football circuit circuit, akan dibagi lagi masing-masing menjadi 2 kelompok lagi dengan cara yang sama yaitu dengan cara ordinal pairing (pola ABBA) untuk diberikan treatment; waktu kerja-istirahat 1:2, dan waktu kerjaistirahat 1:3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 11 dalam kerangka proposal penelitian.
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Kerangka Operasional Penelitian Populasi Penelitian (120 orang)
Random Sampling (40 or)
Pre-Test VO2max
Metode Pelatihan Sirkuit Continouse circuit
Rasio kerjaistirahat 1:2
Football circuit
Rasio kerjaistirahat 1:3
Rasio kerjaistirahat 1:2
Rasio kerjaistirahat 1:3
Post-TestVO2max
Gambar 11. Kerangka Operasional Penelitian
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan teknik Tes dan Pengukuran. Sedangkan intrument yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan Multi Stage Fitness Test (MFT). Tes kebugaran jasmani ini mempunyai tingkat reliabelitas 0,98 dan nilai Validitas 0,77 (Muchin Doewes, M.Furgon 1999; 1). 1. Alat: a. Lintasan lari sepanjang minimal 20 meter pada permukaan yang datar, dan tidak licin b. Mesin pemutar CD (VCD player). c. Krucut pembatan antara garis 1 dengan garis ke-2 . d. Formulir/blangko.
20 meter 1
finish
2 3 4 5
Gambar 12. Teknik Pelaksanaan Multiple Fitness Test
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut norma penilaian ( O2 max) antara laki-laki dan perempuan berdasarkan umur: 1. Perempuan (values in ml/kg/min) Table 14. Reference: The Physical Fitness Specialist Certification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, revised 1997 printed in Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward, 1998.p48 Age
Very Poor
Poor
Fair
Good
Excellent Superior
13-19
<25.0
25.0 - 30.9
31.0 - 34.9 35.0 - 38.9 39.0 - 41.9
>41.9
20-29
<23.6
23.6 - 28.9
29.0 - 32.9 33.0 - 36.9 37.0 - 41.0
>41.0
30-39
<22.8
22.8 - 26.9
27.0 - 31.4 31.5 - 35.6 35.7 - 40.0
>40.0
40-49
<21.0
21.0 - 24.4
24.5 - 28.9 29.0 - 32.8 32.9 - 36.9
>36.9
50-59
<20.2
20.2 - 22.7
22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.7
>35.7
60+
<17.5
17.5 - 20.1
20.2 - 24.4 24.5 - 30.2 30.3 - 31.4
>31.4
2. Laki-lakai (values in ml/kg/min)
Age
Very Poor
13-19
<35.0
20-29
Poor
Fair
Good
Excellent
Superior
35.0 - 38.3 38.4 – 45.1 45.2 - 50.9
51.0 - 55.9
>55.9
<33.0
33.0 - 36.4 36.5 – 42.4 42.5 - 46.4
46.5 - 52.4
>52.4
30-39
<31.5
31.5 - 35.4 35.5 – 40.9 41.0 - 44.9
45.0 - 49.4
>49.4
40-49
<30.2
30.2 - 33.5 33.6 – 38.9 39.0 - 43.7
43.8 - 48.0
>48.0
50-59
<26.1
26.1 - 30.9 31.0 – 35.7 35.8 - 40.9
41.0 - 45.3
>45.3
60+
<20.5
20.5 - 26.0 26.1 – 32.2 32.3 - 36.4 commit to user
36.5 - 44.2
>44.2
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data tentang latihan sirkuit (continuous circuit dan football circuit) dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap terhadap volume oksigen maksimal (VO2 max) pada pemain sepakbola adalah menggunakan uji Analysis Variance (ANAVA) dua jalur pada α = 0,05 (Sudjana, 2005 : 278 - 279). Untuk memenuhi asumsi dalam teknik ANAVA, maka dilakukan uji Normalitas (dengan uji Chi Kuadrat (c2) (Sugiyono, 2008 : 61), dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlet) (Sudjana, 2005 : 261). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas . Uji normalitas data dalam penelitian ini mengggunakan metode uji Chi Kuadrat (c2) (Sugiyono, 2008 : 61), Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menentukan jumlah kelas interval. 2) Menentukan panjang kelas interval (dengan rumus): Data terbesar – data terkecil Panjang Kelas = Jumlah kelas interval
3) Menyusun tabel ke dalam distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk mennghitung harga Chi Kuadrat commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Interval
fo
fh
fo – fh
(fo - fh)2
(fo - fh)2 fh
---
---
---
---
---
---
Keterangan: fo
= frekuensi / jumlah data hasil observasi.
fh
= jumlah / frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan n.
fo – fh
= selisih data fo dengan fh
4) Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan). 5) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo - fh)2 dan (fo - fh)2 Harga
fh
(fo - fh)2 fh
adalah merupakan harga Chi Kuadrat (c2)
hitung. 4) Membandingkan harga Chi Kuadrat (c2) hitung dengan Chi Kuadrat (c2) tabel. Bila harga Chi Kuadrat (c2) hitung lebih kecil dari pada Chi Kuadrat (c2) tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak nomal.
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Uji Homogenitas. Uji homogenitas data dilakukan dengan uji Barlet. Langkahlangkah pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Membuat tabel perhitungan
yang terdiri dari kolom-kolom
kelompok sampel: dk (n – 1); 1/dk; SD12; dan (dk) log SD12. 2) Menghitung variansi gabungan dari semua sampel, rumusnya: (n – 1) SD2 SD2 = (n – 1)
B= 3)
Log SD1 (n- 1)2
Menghitung X2: Rumusnya: X2 = (Ln) B – (N – 1) Log SD1 Dengan (Ln 10) = 2,3026 Hasilnya (X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan X2 tabel. Pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk (n – 1)
commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima. Artinya; varians sampel bersifat homogen. Begitu juga sebaliknya apabila X2
hitung
2
>X
tabel,
maka Ho ditolak. Artinya varians sampel
bersifat tidak homogen/hiterogen.
3. Uji Hipotesis. Setelah dilakukan reliabelitas, uji normalitas dan uji homogenitas varians, maka pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data hasil tes terakhir yaitu volume oksigen maksimal ( O2 Max)) dinalisis dengan uji ANAVA dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikansi 5%. Adapun pengujian ANAVA dua jalur yang sesuai dengan disain faktorial 2 X 2 adalah sebagai berikut:
commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua faktor: Tabel 15. Ringkasan uji ANAVA dua jalur Sumber Variasi
Dk
JK
RJK
Rata-rata
1
Ry
R
Perlakuan
a -1
Ay
A
A/E
A
b–1
By
B
B/E
B
(a–1) (b-1)
Aby
AB
AB / E
AB
ab (n-1)
Ey
E
Kekeliruan Keterangan: A
= taraf faktorial A
B
= taraf faktorial B
N
= jumlah sampel
Prosedur langkah perhitungannya: a b
1.
∑Y2 = ∑ ∑Yij2 i=1 j=1
a
b
∑ ∑Yij2 2. Ry =
i=1 j=1 abn
a b
3.
Jab =
∑ ∑(Jij2) – Ry i=1 j=1
commit to user
F0
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a
4.
Ay = ∑ (A12/bn) – Ry i=1
a
5.
By = ∑ (B12/an) – Ry i=1
6. 7.
Aby = Jab – Ay – By Ey = Y2 – Ry – Ay – By = Aby
2). Kreteria pengujian hipotesis. Jika F ≥ F (1 – α) (V1 – V2), maka hipotesis nol ditolak. Jika F ≤ F (1 – α) (V1 – V2), maka hipotesis nol tidak ditolak. Dengan: dk pembilang V1 (k – 1) dan dk penyebut V2 – (n1 + ------nk – k), α taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis.
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
DESKRIPSI DATA
Dalam bab IV disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan hasil analisis statistika yang dilakukan pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) . Berikut disajikan mengenai deskripsi data uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Tabel 16. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Rasio Waktu Kerja-Istirahat. (Data Rinci Pada Lampiran 07) Perlakuan (Metode)
Rasio kerjaistirahat
1:2 sirkuit berlanjut (continuous circuit) 1:3
1:2 sirkuit sepakbola(football circuit) 1:3
Statistika
Hasil tes awal
Hasil tes akhir
Peningkatan
Jumlah
398,3
381,3
17
Rerata
39,83
38,13
1,7
SD
4,669
3,616
-1,314
Jumlah
376,9
406,3
29,4
Rerata
37,69
40,63
2,94
SD
4,1650
3,11
-1,054
Jumlah
378,3
395,6
17,3
Rerata
37,83
39,56
1,73
SD
4,353
4,080
-0,272
Jumlah
378,3
415,3
37
Rerata
37,83
41,53
3,7
SD to user 4,1185 commit
3,6712
-0,447
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa hal yang dapat dicermati dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel. 19 adalah sebagai berikut; 1. Jika antara kelompok sample yang mendapat latihan sirkuit berlanjut dengan sirkuit sepakbola dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) memiliki peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih tinggi sebesar 3,95 dari pada latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit ) (perhitungan pada tabel 19). 2. Jika antara sample yang mendapat latihan dengan rasio kerja-istirahat 1 : 2 dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 memiliki peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih tinggi sebesar 16,05 dari pada perlakuan dengan rasio kerja-istirahat 1 : 2 (perhitungan pada tabel 19). 3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
41.53
42 40.63
41 39.83
40 39
39.56
38.13 37.69
38
37.83
37.83
37 36 35 Berlanjut 1:2
Berlanjut 1:3
sepakbola 1:2
Tes awal sepakbola 1:3 Tes akhir
Gambar13. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhi Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Metode Latihan dan Rasio Kerja-Istirahat (perhitungan dari tabel 19).
4. Agar nilai rata-rata peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai hasil peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal ( O2 max) maka dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai yang dicapai tiap kelompok 37
40 35
29.4
30 25 20
17.3
17
15 10 5 0 a1 b1 (kp 1)
a1 b2 (kp 2)
a2 b1 (kp 3)
a2 b2 (kp 4)
Gambar 14. Histogram Nilai yang Dicapai Dalam Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) pada Tiap Kelompok Perlakuan(data pada tabel 19). Keterangan: kp1 = kelompok metode latihan sirkuit berlanjut dengan kerja-istirahat 1 : 2 kp2 = kelompok metode latihan sirkuit berlanjut dengan kerja-istirahat 1 : 3 kp3 = kelompok metode latihan sirkuit sepakbola dengan kerja-istirahat 1 : 2 kp3 = kelompok metode latihan sirkuit sepakbola dengan kerja-istirahat 1 : 3
commit to user
rasio waktu rasio waktu rasio waktu rasio waktu
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data dengan uji ANAVA dua jalur perlu dilakukan uji prasyarat antara lain diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode chi kuadrat. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut;
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kelompok perlakuan
N
kp1
10
Kp2
SD
Thitung
Ttabel 5%
Kesimpulan
1,7
1,31
0,47
7,815
Berdistribusi normal
10
2,94
2,56
0,46
7,815
Berdistribusi normal
Kp3
10
1,73
1,24
2,71
7,815
Berdistribusi normal
Kp4
10
3,70
2,47
3,67
7,815
Berdistribusi normal
(perhitungan lengkap pada lampiran: 08) Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 1 diperoleh nilai Thit= 0,47. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada (dk = 3) dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ttab 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada klp 1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 2 diperoleh nilai Thit= 0,46. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada (dk = 3) dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ttab; 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada klp 2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 3 commit to user diperoleh nilai Thit= 2,71. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penolakan pada (dk = 3) dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ttab; 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada klp 3 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 4 diperoleh nilai Thit= 3,67. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada (dk = 3) dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ttab; 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada klp 4 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan Uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut;
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data S Kelompok
N1
SD2gabung
X2o
X2tabel 5%
Kesimpulan
4
10
3,983
5,3559
7,81
Varians homogen
(perhitungan lengkap pada lampiran: 10) Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai X2o = 5,3559. Dengan K - 1 = 4 – 1 = 3, angka X2tabel 5% = 7,81 yang ternyata bahwa nilai X2o = 5,3559 lebih kecil dari X2tabel 5% = 7,81. Maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi uji ANAVA dua jalur. Berkenaan dengan hasil uji ANAVA dua jalur ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab III. Hasil analisis data yang diperlukan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) Berdasarkan Rasio Waktu Kerja-Istirahat Pada Metode Latihan Sirkuit Varabel
A1
A2
( O2 max)
B1
B2
B1
B2
Hasil test awal
38,13
37,69
37,83
37,83
Hasil tes akhir
39,83
40,63
39,56
41,53
Rerata Peningkatan
1,7
2,94
1,73
3,7
Rerata peningkatan A1 . A2
2,320
2,715
Rerata peningkatan B1 . B2
1,715
3,320
(perhitungan lengkap pada lampiran 06 dan 07) Keterangan: A1 A2 B1 B2
= metode latihan sirkuit berlanjut (countinous circuit training). = metode latihan sirkuit sepakbola(football circuit trining). = kelompok latihan dengan rasio waktu kerja istirahat 1 : 2. = kelompok latihan dengan rasio waktu kerja istirahat 1 : 3.
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 20. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Metode Latihan Sirkuit (A1 dan A2) Sumber Variasi
dk
JK
RJK
Fo
Ft
A
1
15,61
15,61
4,3603
4,11
Kekeliruan
36
143,402
3,58
(perhitungan lengkap pada lampiran 11)
Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Metode Latihan dengan Rasio Kerja-Istirahat (B1 dan B2) Sumber Variasi
dk
JK
RJK
Fo
Ft
B
1
25,76
25,76
7,1955
4,11
Kekeliruan
36
143,402
3,58
Fo
Ft
(perhitungan lengkap pada lampiran 11)
Tabel 22. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Jalur Sumber variasi
dk
Rata-rata perlakuan
1
274,05
274,05
A
1
15,61
15,61
4,3603
4,11
B
1
25,76
25,76
7,1955
(daftar I)
AB
1
1,3345
1,3345
0,3727
Kekeliruan
36
143,402
3,58
Total
39
186,107
JK
RJK
(perhitungan lengkap pada lampiran 11) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis data yang telah ada, dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut; 1. Pengujian Hipotesis I (Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit) dan Sirkuit sepakbola(Football Circuit) Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (vO2 Max))
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode latihan sirkuit berlanjut memiliki peningkatan yang berbeda dengan metode latihan sirkuit sepakbola. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung 4,3603 > Ftabel = 4,11 (pada tabel 20). Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa metode latihan sirkuit berlanjut memiliki peningkatan yang berbeda dengan metode latihan sirkuit sepakbola dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa metode latihan sirkuit berlanjut memiliki peningkatan 2,320 sedangkan metode latihan sirkuit sepakbola memiliki peningkatan 2,715 (data pada tabel 19). 2. Pengujian Hipotesis II (Perbedaan Hasil Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) antara Rasio Kerja – Istirahat 1:2 dan 1:3 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sample yang dikenakan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2 memiliki peningkatan yang berbeda dengan sample yang dikenakan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung 7,1955 > Ftabel = 4,11 (pada tabel 21). Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa sample yang dikenakan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2 memiliki peningkatan yang berbeda dengan commit sample to user yang dikenakan perlakuan rasio
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waktu kerja-istirahat 1 : 3 dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2 memiliki peningkatan 1,715 sedangkan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3 memiliki peningkatan 3,320 (data pada tabel 19). 3. Pengujian Hipotesis III (Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Sirkuit dan Rasio Waktu Kerja – Istirahat Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja-istirahat kurang bermakna. Ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis varians 2 faktor yaitu Fhitung
=
0,3727 < Ftabel = 4,11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima (data pada tabel 22 ).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis manghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu; (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b) tidak ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dan bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit) dan Sirkuit sepakbola(football Circuit) Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (vO2 Max) Pada Pemain Sepakbola. Berdasarkan pengujian hipotesis
pertama, ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit berlanjut dengan kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. Pada kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit sepakbola mempunyai peningkatan hasil volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit berlanjut. Metode latihan sirkuit sepakbola mempunyai peningkatan hasil volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit berlanjut dapat dijelaskan dalam kajian troritis sebagai berikut (Hazeldine, 1985 : 25); semua atlet yang terlibat dalam olahraga memerlukan tingkat dasar kebugaran secara umum yang mencakup kemampuan sistem pernafasan jantung untuk merespon aktifitas olahraga, ketahanan otot, kelenturan, dan kekuatan. Akan tetapi untuk mempersiapkan tubuh memenuhi kebutuhan khusus dalam sebuah cabang olahraga, dibutuhkan tingkat kebugaran secara khusus juga sesuai dengan karakter kecabangan dari olahraga tertentu. Latihan sirkuit bisa membantu mempersiapkan diri dalam melakukan commit to user kegiatan olahraga dengan cara meningkatkan kebugaran dasar. Selain itu, latihan
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sirkuit juga digunakan secara khusus untuk membentuk ketahanan otot terutama di cabang olahraga yang memerlukan otot. Fungsi lain adalah memberikan efek positif
pada sistem kardiovaskuler. Dalam mempersiapkan sirkuit khusus
olahraga, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan: a) Keahlian yang dilibatkan dalam olahraga tersebut. Melalui analisa kerja otot yang terlibat, berbagai latihan dan tindakan akan terbentuk. b) Aspek pernafasan jantung (kardiorespiratori) yang diperlukan dalam olahraga tsb. Lamanya waktu untuk setiap olahraga dan lamanya periode pemulihan akan tergantung pada penilaian terhadap aspek ini serta kebugaran para atlit yang melakukan latihan sirkuit. c) Ketersediaan peralatan, sarana-prasarana dalam pelatihan terutama pada olahraga prestasi. Ciri, pola dan karakteristik gerak dalam sirkuit sepakbola (football circuit trining) dapat dianalisis akan lebih berdampak kepada peningkatan daya tahan kardioaskuler ( O2 Max) dalam permainan sepakbola yaitu; sesuai dengan sifat olahraga yang intermittent. Begitu juga dengan ciri, pola dan karakteristik gerak sirkuit sepakbola (football circuit trining); lari cepat, meloncat, melompat, jalan jongkok, yang dilakukan selama 1 putaran dengan diselingi waktu istirahat dan masih diulangi dalam beberapa repetisi dalam
set. Berbeda dengan metode
latihan sirkkuit berlanjut (Continuous Circuit)yang memiliki pola gerak yang berbeda dalan satu putaran yaitu gerak dengan kombinasi gerakan yang dilakukan secara serentak, yang cendrung mengarah persiapan kebugaran secara umum dan bersamaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
Kebenaran kajian teori di atas diperkuat dengan hasil analisis data dalam penelitian ini yaitu; metode latihan sirkuit berlanjut memiliki rata-rata peningkatan 2,32 sedangkan metode latihan sirkuit sepakbola memiliki rata-rata peningkatan 2,715 (data pada tabel 19). Dapat disimpulkan bahwa metode latihan sirkuit sepakbola. lebih baik jika dibandingkan dengan metode latihan sirkuit berlanjut pada pemain sepakbola. 2. Perbedaan Hasil Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (vO2 Max) antara Rasio Kerja – Istirahat 1 : 2 dan 1 : 3 Terhadap Pemain Sepakbola. Kebugaran dan prestasi seseorang sifatnya tidak statis, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya latihan olahraga. Latihan kondisi fisik diperlukan untuk mencapai kebugaran jasmani dan prestasi, yang disesuaikan dengan tuntutan masing-masing cabang olahraga yaitu dengan latihan yang direncanakan, sistematik, berjenjang, meningkat (progresif overload) dan berkelanjutan, untuk mencapai standar yang telah ditentukan (Bompa, 1999 : 45). Dalam penyusun program latihan fisik yang tepat dan mencapai sasaran dalam cabang olahraga tertentu (peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max), dalam penelitian ini berupa latihan interval anaerob, maka selingan periode isrirahat harus diperhatikan secara cermat sebab program latihan interval merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi oleh periode istirahat. Harus dicermati periode istirahat terkait dengan sistem energi utama mana yang diutamakan (predominan energy system). Periode kerja (work relief) diartikan sebagai bagian dari program latihan interval yang terdiri dari aktivitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
124 digilib.uns.ac.id
fisik dengan intensitas tinggi selama durasi yang telah ditentukan, sedangkan interval istirahat (relief interval) merupakan waktu istirahat diantara interval kerja. Pada interval istirahat akan terjadi proses pulih asal. Pulih asal keperluan energi sangat menurun, konsumsi oksigen tetap berlanjut pada kadar yang cukup tinggi selama beberapa waktu. Konsumsi oksigen selama pulih asal ini terutama digunakan untuk menyediakan energi guna memulihkan badan ke kondisi sebelum latihan, termasuk mengisi kembali simpanan energi yang telah dikosongkan. Interval istirahat dikaitkan dengan interval kerja, yang secara bersama-sama membentuk istilah “work relief ratio” Rasio tersebut dinyatakan dalam penelitian ini adalah 1 : 2 dan 1 : 3. Rasio 1 : 2 mempunyai arti waktu interval istirahat 2 kali dari waktu interval kerja, sedangkan rasio 1 : 3 mempunyai arti waktu interval istirahat 3 kali dari waktu interval kerja. Pada latihan yang dilakukan selama interval latihan adalah penting, oleh karena adanya hubungannya dengan sistem energi yang hendak dikembangkan. Adapun tipe kegiatan selama interval istirahat tersebut terdiri dari; a. Work relief: aktifitas ringan termasuk dalam penelitian ini adalah jogging. b. Rest relief: istirahat pasif seperti; duduk, berbaring, berdiri. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok sample yang mendapatkan latihan rasio waktu kerja – istirahat 1 : 2 dan mendapatkan latihan rasio waktu kerja – istirahat 1 : 3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola. Pada kelompok sample yang mendapat latihan rasio waktu kerja – istirahat 1 : 3 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
mempunyai peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok sample yang mendapat latihan rasio waktu kerja – istirahat 1 : 2 (data pada tabel 19). Pada latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 waktu recoverynya sesuai dengan tingkat kelelahan dan intensitas latihan yang relatif tinggi sehingga terjadi proses pulih asal dan memberikan kesempatan sample untuk melakukan recovery yang bagus dan dengan ketersediaan oksigen yang lebih banyak sehingga sample lebih siap melakukan aktivitas dengan intensitas yang telah ditentukan. Sesuai dengan petunjuk resep latihan dari Fox, Bower dan Foss (1993 : 306) Sistem energi yang digunakan ATP-PC maka rasio kerja istirahat (work relief ratio) yang digunakan sebaiknya adalah rasio kerja istirahat 1:3.
Kalau pulih asal, keperluan energi menurun, konsumsi oksigen tetap
berlanjut pada kadar yang cukup tinggi selama beberapa waktu. Konsumsi oksigen selama pulih asal ini terutama digunakan untuk menyediakan energi guna memulihkan badan ke kondisi sebelum latihan, termasuk mengisi kembali simpanan energi yang telah dikosongkan sehingga kualitas volume oksigen maksimal ( O2 max) tiap ulangannya dipertahankan secara sempurna. Unsur fisik yang dikembangkan yaitu daya tahan kardiovaskuler. Pada latihan interval anaerob dengan rasio 1 : 3, tiap ulangan latihan daya tahan dapat dipertahankan, sehingga peningkatan daya tahan lebih signifikan. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1 : 2 seperti yang kita amati akan
memberikan
kesempatan sample untuk melakukan recovery yang lebih singkat sehingga akan to user lebih cepat melakukan aktivitascommit intensitas tinggi. Dengan istirahat yang lebih
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendek dalam tiap repetition maupun setnya maka akan mempengaruhi tingkat kelelahan sampel yang akan dapat memicu kurangnya ketersediaan ATP karena waktu pulih asal yang lebih singkat serta dengan latihan yang secara anaerob akan selalu sistem anerginya ATP-PC dengan demikian maka akan dapat menghasilkan asam laktat yang akan dapat mempengaruhi keasaman darah. Karena ketersediaan oksigen yang cukup akan mempengaruhi kinerja otot selanjutnya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa perlakuan rasio waktu kerjaistirahat 1 : 2 memiliki rata-rata peningkatan kualitas volume oksigen maksimal ( O2 max) = 1,715 sedangkan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3 memiliki rata-rata peningkatan kualitas volume oksigen maksimal ( O2 max) sebesar 3,32 (data pada tabel 19). 3.
Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan Sirkuit dan Rasio Kerja– Istirahat Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (vO2 Max) Pada Pemain Sepakbola.
Dari tabel 22 ringkasan hasil analisis varians dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan tidak adanya interaksi. Untuk kepentingan pengujian, bentuk interaksi AB dibuatkan tabel 24 dibawah ini:
commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 24. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Hasil Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) A
Faktor B Rasio kerjaistirahat
Metode latihan sirkuit Taraf
a1
a2
Rerata
a1 – a2
b1
1,7
2,94
2,32
-1,24
b2
1,73
3,7
2,715
-1,73
Rerata
1,715
3,32
2,97
28,65
b1 – b2
-0,03
-0,76
-0,395
Peningkatan
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
3.7 2.94 1.73 1.7
sirkuit berlanjut sirkuit sepakbola
rasio 1:2
rasio 1:3
Peningkatan
Latihan sirkuit
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
3.7 2.94 1.73 1.7
rasio 1:2 rasio 1:3
sirkuit berlanjut
sirkuit sepakbola
Latihan rasio waktu kerja-istirahat
Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Volume to user Oksigen Maksimalcommit ( O2 max)
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Atas dasar tabel 22, bahwa Fo dibandingkan dengan Ft hasilnya tidak signifikan dalam artian Fo lebih kecil dibandingkan dengan Ft. Karena hasil analisis statistika mengatakan
Fo lebih kecil dibandingkan dengan Ft, maka
penggunaan metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja-istirahat; berarti tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan diantara keduanya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penerapan metode latihan sirkuit berlanjut (circuit continous), sirkuit sepakbola (football circuit) dengana rasio waktu kerja istirahat 1:2, 1:3, pada masing-masing metode latihan sama-sama memberikan pengaruh pada peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) dan tidak saling berinteraksi antara latihan sirkuit dan rasio waktu kerja-istirahat. Kalau dibandingkan dengan penelitian Sardianto (2009); bahwasannya penerapan metode
latihan dengan
memakai interval istirahat aktif (work relief) memungkinkan terjadinya peningkatan dalam hal keterampilan (skill). Dan penelitiannya Iwan (2009) perbedaan pengaruh metode latihan dengan interval istirahat. Diketahui hasil penelitian sebelumnya yang sejenis ternyata analisis tersebut masih benar adanya. Diketahui bahwa tidak ada interaksi yang bermakna dalam penelitiaanya dan benar adanya. Dengan demikian hasil analisis statistika data benar adanya serta didukung oleh penelitian yang relevan yaitu tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja–istirahat terhadap peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 max) pada pemain sepakbola.
commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut; 1.
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan sirkuit berlanjut dengan metode latihan sirkuit sepakbola dalam peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). Pengaruh metode latihan sirkuit sepakbola lebih baik dibandingkan dengan
metode latihan sirkuit berlanjut dalam
peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). Rata-rata peningkatan masing-masing adalah: untuk metode sirkuit berlanjut
adalah 2,320 dan
untuk metode sirkuit sepakbola adalah 2,715. 2. Ada perbedaan hasil peningkatan yang signifikan antara metode latihan dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2 dengan 1:3 dalam peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). Pengaruh latihan dengan rasio waktu kerjaistirahat 1:3 lebih baik dibandingkan dengan latihan dengan rasio waktu kerjaistirahat 1:2 dalam peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). Ratarata peningkatan masing-masing adalah untuk latihan dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2 adalah 1,715 dan untuk latihan dengan rasio waktu kerjaistirahat 1:3 adalah 3,320.
commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan sirkuit dengan latihan interval rasio waktu kerja-istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max). a. Sample dengan metode latihan sirkuit berlanjut memiliki peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih baik, jika mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3. b. Sample dengan metode latihan sirkuit sepakbola memiliki peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang lebih baik, jika mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas, jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan setelah penelitian diselesaikan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukan implikasi sebagai berikut: 1. Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode latihan sirkuit, merupakan variabel yang mempengaruhi peningkatan hasil volume oksigen maksimal ( O2 max). Penerapan beberapa metode latihan termasuk metode latihan sirkuit dalam pencapaian prestasi maksimal sangat penting, karena pelatih harus mamahami karakter dan kebutuhan dari masing-masing cabang olahraga. Oleh karena itu pelatih dituntut untuk memahami secara komprehensif tentang latihan commit berdasarkan kajian disiplin ilmu melatih seperti to user
perpustakaan.uns.ac.id
131 digilib.uns.ac.id
Fisiologi-Anatomi, Psikologi, Pedagogi, Biomekanika, Statistika, Nutrisi, dan lain sebagainya dalam melatih fisik. Latihan kondisi fisik khususnya daya tahan, apabila akan melatihnya maka harus mengetahui dan memahami tentang otot-otot dan fungsi gerak dari setiap anggota tubuh sehingga dapat memaksimalkan latihan. Dengan meningkatkan kemampuan daya tahan, melalui latihan daya tahan anaerob akan membantu meningkatkan semua unsur fisik yang lain dan berdampak positif pada kualitas gerakan. 2. Kelebihan metode latihan sirkuit ini direkomendasikan sebagai solusi dalam upaya peningkatan daya tahan kardiovaskuler yaitu; volume oksigen maksimal ( O2 max). Karena latihan sirkuit (circuit training) adalah program latihan dengan berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara bertahap maupun simultan dan terus menerus dengan sama-sama diselingi waktu istirahat pada pergantian jenis beban kerja tersebut. Salah satu contohnya seperti latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit training) mempunyai beberapa faktor keuntungan yang dapat dikategorikan dalam program latihan sirkuit berlanjut untuk meningkatkan volume oksigen maksimal ( O2 max) adalah; a) terdiri delapan (8) sampai lima belas (15) pos yang berbeda yang paling umum. b) Pengorganisasian urutan latihan dan jarak pos untuk menekankan pada otot, paru-paru dan peredaran sistem yang akan dilatih, c) banyaknya pos dalam latihan yang akan digunakan berhubungan dengan alat dan fasilitasnya, sesuai dengan hasil yang diharapkan, d) latihan yang diberikan sesuai struktur dan pola gerak untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin dengan kiracommit to user kira interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan kelelahan yang
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cukup berarti, e) dalam pemilihan organisasi waktu istirahat (interval) sangat penting guna proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses sistem energi sepanjang
latihan,
f)
sangat
memungkinkan
menghitung
banyaknya
pengulangan yang dilakukan dalam waktu tertentu dengan batasan waktu yang dilakukan dalam setiap penyelesaian antar set di semua pos, sehingga membantu monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan. Kesemuanya
ini
akan
berimplikasi
positif
terhadap
stamina
aerobik/kardiovaskuler. Dengan stamina aerobik/kardiovaskuler yang bagus, segala kegiatan sehari-hari akan dengan mudah dapat diselesaikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Stamina aerobik/cardiovaskuler/volume oksigen maksimal ( O2 max) yang bagus (kategori atlet) adalah berkisar 7080 ml oksigen/kgBB/menit itu sudah sangat fantastis. Pria yang berlatih keras angkat beban berkisar 50-55, dan wanita 45-50. Pemain catur profesional dan orang biasa kebanyakan yang tidak olahraga angkanya di bawah 30. Mereka yang hidup mewah, tidak suka berkeringat, apa-apa selalu menyuruh pembantunya dan dimanjakan oleh kemajuan teknologi, bertubuh kurus ala model, tidak pernah kerja dan mengandalkan warisan semata, angkanya di bawah 25 (may they rest in peace). Manusia mencapai puncak level fitness antara umur 15 s/d 30. Kemudian secara perlahan dan tanpa di sadari, mulai umur 30-35 level fitness dan stamina mulai menurun seiring pertambahan umur. Penomena seperti itu tidak ada obatnya, hanya bisa diperlambat prosesnya tersebut dengan rajin olahraga sejak usia dini sesuai dengan prosedur umum berolahraga , dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
133 digilib.uns.ac.id
berlatih lebih keras lagi ketimbang mereka yang masih muda. Bagi yang malas olahraga, level fitness akan lepas kendali di usia sekitar 60-65 tahun. Dengan mengetahui ( O2 max) secara psikologis akan terpacu untuk keluar dari zona kenyamanan olahraga, memudahkan kerja fisik lebih mudah. Jantung dan paru-paru menjadi lebih efisien dalam memakai oksigen yang ada, lebih efisien menyalurkan nutrisi ke seluruh tubuh. Ukuran otot jantung menjadi besar, karena tuntutan fisik dalam memompa sejumlah besar darah. Nafas lebih kuat dikala mengahapi situasi dan kondisi yang membutuhkan nafas yang kuat. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode latihan sirkuit dapat meningkatkan hasil volume oksigen maksimal ( O2 max), masih ada faktor lain yaitu rasio kerja-istirahat. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max) yang signifikan antara kelompok latihan dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dengan kelompok latihan dengan rasio kerja-istirahat 1:3. Hal ini mengisyaratkan upaya peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max), hendaknya memperhatikan faktor rasio kerja-istirahat sesuai dengan karakter kecabangan olahraga dan predominan energi sistem yang dipakai. Sistem latihan interval mencakup selang-seling waktu kerja dan istirahat. Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami latihan intensitas tanpa mengalami keletihan yang berlebihan. Latihan interval merupakan medium utama untuk mewujudkan efek-efek latihan yang spesifik. commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Latihan interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang lebih besar dari suatu intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet berlatih lebih keras daripada yang dilakukannya dalam latihan yang berkesinambungan. Intensitas ideal tidak bisa di samakan dengan atlet lain. Tiap atlet beda-beda level intensitas aerobic idealnya. Dalam sebuah kelas aerobic, sangat di anjurkan bagi tiap peserta untuk mendengarkan tubuhnya sendiri
lebih
dulu,
Olahraga
berdurasi
barulah
singkat
dan
mendengarkan intensitas
tinggi
kata
instruktur.
memakai
glukosa
(karbohidrat) dan glycogen sebagai sumber energi utama, bukan lemak. Olahraga berdurasi lama dengan intensitas rendah memakai lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, dan saat usai olahraga, tipe ini biasanya masih menyimpan karbohidrat didalam badannya, jadi lemaknya tidak terlalu banyak di bakar. Namun olahraga berdurasi sedang sampai dengan lama dengan intensitas ‘maksimal’ memakai lemak lebih banyak daripada yang memakai intensitas ‘rendah’, dan nyaris tidak menyisakan karbohidrat didalam badannya, karenanya lemak mendapat porsi terbesar dalam pembakaran. Kata maksimal disini adalah kuncinya. Maksimal tidak selalu di artikan tinggi, tapi tergantung stamina saat itu. Jika mampu, maka di naikkan, jika tidak, maka di turunkan, jadi tidak ada stamina nganggur. Dengan demikian penyusunan latihan interval akan mencapai hasil yang maksimal jika dibuatkan suatu tujuan yang jelas tentang sasaran yang hendak dicapai seperti; untuk daya tahan (otot atau kardiovaskuler), kekuatan, kecepatan dan kelincahan. commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan
kajian teori, pembahasan hipotesis, hasil penelitian dan
kesimpulan yang didapat
dari hasil analisis data di atas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Atlet; sebelum malaksanakan program latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat, intensitas ideal atlet tidak bisa disamakan dengan atlet lain. Tiap atlet berbeda-beda level intensitas aerobic idealnya. Dalam sebuah program latihan aerobic (circuit training), sangat dianjurkan bagi tiap atlet untuk mendengarkan tubuhnya sendiri lebih dulu baru dikonversikan dengan program latihan setiap individu. 2. Pelatih; a) Dalam upaya penerapan latihan dengan model latihan sirkuit, hendaknya mempergunakan latihan sirkuit yang sesuai dengan karakteristik dari cabang olahraga yang ditekuni
misalnya seperti dalam penelitian ini
menggunakan latihan sirkuit sepakbola untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskuler pemain sepakbola yang pada umumnya dapat diprediksi melalui volume oksigen maksimalnya. Untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskuler ( O2 max) serta perhatikan beban latihan tiap pos, jarak tiap pos dan karakteristik gerak yang dikembangkan selama latihan, karena akan berdampak kepada sistem energi yang digunakan serta efek yang ditimbulkan dari latihan tersebut.
commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Penentuan penggunaan latihan interval
dalam peningkatan volume
oksigen maksimal ( O2 max), perlu dicermati periode waktu kerja-istirahat terkait dengan karakteristik dari masing-masing cabang olahraga. 3. Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengkaji dan meneliti tentang pengaruh latihan sirkuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal ( O2 max), sebaiknya mengambil penelitian pada cabang olahraga yang lain, sehingga semakin banyak penelitian yang dilakukan tentang volume oksigen maksimal ( O2 max) pada cabang olahraga, akan semakin membuka peluang untuk mengetahui masing-masing kebutuhan volume oksigen maksimal ( O2 max) disetiap cabang olahraga.
commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Astrand, P Olof. dan K. Rodahl. 1986. Text book of work Physiology. New York: Mc Graw Hill Book Co. ______________. 1970. Text Book of Work Physiology 3th ed. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Bomba Tudor O, 1990. Theory and Methodology of Training, Kendal / Hunt : IOWA of University Bomba Tudor O, 1992. Theory and Methodology of Training, The Key of Atletic Performance, Dubugue, Kendal / Hunt : IOWA of University Bomba Tudor O, 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training, New York. Human Kinetics. Bomba Tudor O, 2009. Periodization: Theory and Methodology of Training, New York. Human Kinetics. Clenaghan, Pate R. Rotella. 1984 Guidelines For Exercise Testing And Prescription. Philadelphia: Lea & Febiger. Dietrich, Harre. 1981. Principle of Sport Training. Berlin: Sport Verlag. Foss, Marle L. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and sport. Illinois: McGraw –Hill Companies, Inc. Fox, Edward L. dan Mathew. 1981. ThePhysiological Basic of Physical Educations and Athletics, 4th Edition. Philadelphia: Sounder College Publishing. Fox, Edward L. 1984. Sport Physiology 2th Edition. Tokyo: Holt – Saunders. commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Atlhetics. Philadelphia: Wm. C. Brown Sounders Company.. Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. Foss. 1993. The Physiological Basic for Exercise and Sport 5th Ed. Philadelphia: Wm. C. Brown Communication, inc. Fox, Edward L. 1993. The Physiological Basis for Exercise and Sport. IOWA: WBC Brown & Benchmark. Gallahue,
David L. dan John C, Ozmun. 1998. Understanding Motor
Development; Infant, Chilndren, Adoloscents, Adults 4th edition . United States of Amarica: Mc. Graw Hill Companies. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching: Jakarta. P2LPTK. Haywood Kathleen M. 1986. Life Span Motor Development. Illinois: Human Kinetics Publisher. Hazeldine, Rex. 1985. Fitness For Sport. Portsmounth: The Crowood press. http://www.nanampek.nagari.org/b319.html [downloaded 5 november 2010] H. Freeman, William 1989. The Principles Of Traning Physiological Psychological
Pedagogical
Law
Of
Overload.
http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.%20PRINSIP%20PRINSI P%20LATIHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf [downloaded 12 Juni 2010] Iwan Swadesi .2009. Perbedaan Pengaruh Metode Istirahat. Tesis
commit to user
Latihan Dengan Interval
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Janssen, Peter G. 1987. Training LactatePulse
Rate. Oulu, Firlandia: Polar
Electro Oy. Kent, M. 1994. The Oxford Dictionary of Sport Science and Madicine. New York: Oxford University Press. Kiyatno. 2001. Volume Oksigem Maksimal Studi Korelasi Antara Denyut Jantung dengan Volume Oksigen Maksimal Olahragawan. Surakarta: Tesis M. Furqon. 1996. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan, Power, Daya Tahan, Kelenturan, Pembentukan Tubuh dan Kesegaran Jasmani: Surakarta. McArdle, William D. 1986. Exercise Physiology Energy Nutrition and Human Performance. Philadelphiaa: Lear Febiger. Muchsin Doewes. dan M. Furqon. 1999. Tes Kesegaran Jasmani Dengan Lari Multitahap. Surakarta: PUSLITBANG-OR. Nala Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana. Nasution Moh,. 2008. pengaruh latihan interval dan kontinyu terhadap perubahan VO2 maximal dan denyut nadi istirahat. Tesis Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani: PrinsipPrinsip dan Penerapan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen Olahraga. Ozalin. 1971. How To Improve Speed The Article Scientific Fondation of Choaching. Philadelphia: Publisher. Rushall, Brents. 1990. Training for Sport and Fitness. Canada: Sport Science Associates. commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rusli Lutan. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP. Sardianto. 2002. Pengaruh Metode Latihan dan Intensitas interval Istirahat Dalam Katerampilan Bermain Sepakbola. Surakarta: Tesis. Smith J. 1983. Sport Medicine. Illinois: America Academy of Pediatrics. Soekarman. 1992. Pemeriksaan Faal Dalam Olahraga (Makalah Pada Seminar Kepelatihan Perhimpunan Kesehatan Olahraga). Yogyakarta: (PPIKORI). Sudjana. 2005. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2005. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tarsito. Sudjarwo, Iwan dan Nurdin, Enur, 2005, Permainan Sepakbola, Diktat, Tasikmalaya, PJKR FKIP Universitas Siliwangi. Sugiyanto dan Sudjarwo. 1994. Perkembagan dan Belajar Gerak Buku II. Jakarta: Depdikbud. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian (revisi terbaru). Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. U.U No. 23 tahun 1992. Tahu Pada Empat Tujuan Olah Raga Untuk Kesehatan. Vivian H. Heyward, 1998. The Physical Fitness Specialist Certification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, revised 1997 printed in Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd Edition,.p48.
commit to user