Strategi soft diplomacy Korea Selatan dalam membangun citra melalui Hallyu (Korean Wave) di Indonesia (2005-2012)
Oleh : Rizka Sherlyta Adriani 209000200
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2015
111
ABSTRACT
International Relations Paramadina University 2015
Name/ID : Rizka Sherlyta Adriani (209000200) Title : South Korea Soft Diplomacy Strategy to Create Image with Hallyu (Korean Wave) in Indonesia year 2005-2012 Total Pages : 17 pages
This research specified to know more about how South Korea use soft diplomacy to build their new image by spreading Hallyu (Korean Wave) in Indonesia, and to show that country can do diplomacy in a different way. South Korea's strategy of soft diplomacy in building the image of culture by developing a culture of art created by the government of South Korea and Indonesia in cooperation in the field of culture with cultural performances are held every year. Develop an attitude of professionalism involving non-state actors cooperate in the Korean music industry sector in carrying out the policy. In this case also using information and communication technology in introducing and spreading Korean Wave and cultural interaction through the Korean Wave. South Korea's soft diplomacy in building the image through culture Korean Wave in Indonesia which is a multi-track diplomacy is able to increase more collaborations in Indonesia and attract a lot of interest and attention from Indonesian people. It can be concluded that the strategy is effective.
Keywords: K-pop, Korean Wave, Hallyu, Image, Popular Culture, Soft Diplomacy Bibliography: 8 books, 8 journal, 1 article, 6 website
2
ABSTRAK
Hubungan Internasional Universitas Paramadina 2015
Nama/ID : Rizka Sherlyta Adriani (209000200) Judul : Strategi Soft diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun Citra Melalui Hallyu (Korean Wave) di Indonesia tahun 2005-2012 Jumlah halaman : 17 halaman
Penelitian ini membahas untuk mengetahui bagaimana strategi Korea Selatan menggunakan soft diplomacy dalam membangun citra melalui Hallyu (Korean Wave) di Indonesia, memberi pandangan yang berbeda terhadap bentuk diplomasi yang dapat dilakukan oleh negara. Strategi soft diplomacy Korea Selatan dalam membangun citra budayanya yaitu, mengembangkan seni kebudayaan yang dibuat oleh pemerintah Korea Selatan dan Indonesia dalam menjalin kerjasama di bidang kebudayaan dengan pergelaran kebudayaan yang diadakan setiap tahun. Mengembangkan sikap profesionalisme yang melibatkan aktor nonnegara bekerjasama dalam sektor industri musik Korea dalam menjalankan kebijakan. Dalam hal ini juga memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam memperkenalkan dan juga menyebarluaskan Korean Wave serta melakukan interaksi kebudayaan melalui Korean Wave. Soft diplomacy Korea Selatan dalam membangun citra melalui budaya Korean Wave di Indonesia yang mana merupakan Multi-track diplomacy mampu menuai kerjasama-kerjasama di Indonesia dan menarik banyak minat serta perhatian masyarakat Indonesia. Maka dapat disimpulkan bahwa strategi tersebut efektif.
Kata Kunci: K-pop, Korean Wave, Hallyu, Citra, Budaya Populer, soft diplomacy Daftar Pustaka: 8 buku, 8 jurnal, 1 artikel, 6 situs internet
3
Pendahuluan
Korean Wave adalah sebuah bentuk budaya popular Korea Selatan yang terdiri dari genre serial-drama, film dan musik yang memang telah dirancang sedemikian rupa dengan penuh bakat dan kreatifitas agar diterima oleh masyarakat luas sehingga dapat memberikan dampak ataupun pengaruh yang signifikan di seluruh dunia dan menguntungkan bagi Korea Selatan. Korean Wave secara fundamental meningkatkan citra budaya bangsa yang memberi pengaruh terhadap pandangan orang menilai citra politik, ekonomi dan sosial Korea Selatan. Menurut Milton C. Cummings, seorang pengamat dari Institute for Cultural Diplomacy, “The exchange of ideas, information, values, systems, traditions, beliefs, and other aspects of culture, with the intention of fostering mutual understanding”.1 Korean Wave atau “Hallyu” dalam bahasa Korea merujuk pada fenomena gelombang budaya Korea Selatan yang dimulai pada tahun 1990-an di Asia Timur dan berkembang hingga ke Amerika, Eropa dan Timur Tengah yang kemudian berpengaruh terhadap promosi produk budaya lainnya seperti makanan tradisional, bahasa dan juga pada industri pariwisata di Korea Selatan. Istilah Korean Wave lebih sering digunakan untuk menjelaskan mengenai penyebaran budaya populer Korea di berbagai negara. Korean Wave merepresentasikan aliran produk budaya populer Korea ke berbagai negara melalui media seperti televisi, film, animasi, games, serta musik populer.2 Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Dalam hubungan internasional penggunaan soft power sebagai bagian dari power juga mempengaruhi pelaksanaan diplomasi. Dimana konsep soft diplomacy banyak digunakan saat ini karena pendekatannya bisa melalui berbagai kalangan, tidak hanya kalangan pemerintah namun juga kalangan non-pemerintah, seperti NGO, selebritis dan masyarakat umum lainnya sehingga memudahkan proses masuknya diplomasi ini tanpa ada unsur pemaksaan seperti hard power. Soft power menjadi semakin penting dan budaya telah meningkat sebagai unsur 1
“Cultural Diplomacy as the Means of Soft Power in an Information Age”, http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/casestudies/Hwajung_Kim_Cultural_Diplomacy_as_the_Means_of_Soft_Power_in_the_Information_Age.pdf diakses pada 7 Mei 2015, pukul 12:33 WIB. 2 Korean Culture and Information Service.(2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon (Korean Culture and Information Service, Ministry of Culture, Sports and Tourism) hlm 20.
4
inti daya saing antarbangsa dan sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah sehingga diplomasi budaya telah menjadi salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan oleh pemerintah Korea Selatan. Langkah awal yang diambil oleh pemerintah dengan mengembangkan seni kebudayaan dalam pelaksanaan diplomasinya menjadi penting untuk pelaksanaan diplomasi kedepannya. Hal tersebut terkait bagaimana budaya sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk membangun persahabatan dengan negara-negara lain karena kebudayaan menjadi ciri khas setiap bangsa.3 Ketenaran Korean Wave di Asia Tenggara terkhusus di Indonesia menjadikan Korea Selatan semakin meningkatkan intensitas jalan soft diplomacy dengan mengedepankan unsur kebudayaannya. Indonesia merupakan negara yang terbuka dengan segala jenis budaya sehingga budaya Korea masuk dengan mudah dan tersebar dengan sangat cepat. Dengan banyaknya penggemar Korean Wave di Indonesia, maka terbentuklah basis penggemar Korea yang dikenal dengan sebutan Korea Lovers. Mereka secara rutin saling bertemu dan berkomunikasi, saling tukar menukar informasi. Bahkan mengganti nama-nama panggilan mereka dengan nama-nama Korea. Cara bicara juga unik, yaitu dengan menyelipkan istilahistilah dalam Bahasa Korea. Tidak sampai disitu saja, mereka juga terobsesi untuk mempelajari bahasa Korea. Tak ketinggalan pula, segala atribut yang berlabel Korea menarik minat mereka, mulai dari produk elektronik, alat make up, fashion, restoran makanan khas Korea, festival budaya Korea menjadi incaran fandom. Mereka berusaha untuk menunjukan identitas mereka lewat produk-produk yang mereka gunakan.4
Kerangka Pemikiran
1. Konsep Soft Diplomacy
Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional maupun internasional. Diplomasi diartikan sebagai seni atau praktek-praktek negoisasi untuk kepentingan suatu kelompok-kelompok tertentu atau kepentingan negara untuk berbagai hal, misalnya membangun citra yang baik tentang suatu negara dengan pendeketan yang lebih lembut, tanpa 3
Reza Lukmanda Yudhantara. (2011). Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan. INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. hlm. 183. 4 “Di antara Pusaran Gelombang Korea (Menyimak Fenomena K-pop di Indonesia), http://library.umn.ac.id/jurnal/public/uploads/papers/pdf/aba784ef12d90ffb51d5804aefe2f104.pdf diakses pada 19 Juli 2015, pukul 22:47 WIB
5
kekerasan, tidak melalui jalur senjata atau perang.5 Kebudayaan secara makro atau dalam pengertian umum berarti segala hasil dan upaya budi daya manusia terhadap lingkungan. Jadi dengan demikian diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara dalam upaya memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan bidang-bidang ideologi, teknologi, politik, ekonomi, militer, sosial, kesenian dan lain-lain dalam percaturan masyarakat internasional.6 Munculnya soft power selain dari hard power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini yang disebut soft diplomacy. Soft power lebih atraktif untuk dijalankan karena dilatarbelakangi oleh sesuatu yang khas yang dimiliki oleh sebuah negara atau bangsa. Soft power ini akan lebih mudah diterima oleh negara-negara lain karena dapat menjadi ajang untuk berteman antar diplomat yang menjadi aktor utama dalam berdiplomasi. Sumber dari soft power ialah budaya, nilai dan kebijakan. Kedua sumber pertama merupakan soft power yang menjadi tujuan soft diplomacy. Melalui soft diplomacy ini negara berusaha untuk mencapai kepentingan nasionalnya dengan cara memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. 7
2. Konsep Pencitraan
Citra menentukan cara seseorang memandang dunia dan citra tersebut digunakan untuk mengorientasikan pengambil keputusan sehingga citra memainkan peran yang menentukan dalam upaya untuk membentuk perilaku para pengambil keputusan politik luar negeri.8 Citra yang berhasil dibangun oleh suatu negara terasa sangat penting dan bermanfaat dalam melaksanakan politik luar negerinya karena akan dimudahkan dalam menarik perhatian negara lain dalam memandang dan menilai negara tersebut. Pencitraan yang terbentuk merupakan modal awal suatu negara untuk menjalin hubungan bilateral dalam mencapai kepentingan nasional.
5
Roy, SL. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press. hlm 3. Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, (2007). Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia, Yogyakarta: Ombak. hlm 4. 7 Aria Thanon Dewangga. (2012). Diplomasi melalui soft power dalam sekretariat cabinet Republik Indonesia http://www.setkab.go.id/artikel-6305-diplomasi-melalui-soft-power.html diakses pada 1 May 2014 pukul 01.09 WIB 8 William D Coplin. (1992). Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. hlm 91. 6
6
Pembangunan citra suatu bangsa di luar negeri termasuk dalam penanganan berbagai isu politik, ekonomi, sosial budaya yang didasarkan pada norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat dalam negeri tanpa mengabaikan norma pergaulan internasional. Upaya pembentukan citra ini didukung oleh pelaksanaan dalam diplomasi publik (track two diplomacy). Pembangunan citra ini bukan hanya menjadi agenda nasional dan dilakukan oleh departemen luar negeri semata melainkan dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat dan tentunya dibantu oleh peran media dalam membentuk opini publik dan mendefinisikan citra.9 Dengan demikian, Korean Wave adalah sebagai sikap dan tindakan nyata pemerintah dan rakyat Korea Selatan untuk membangun citra bangsa dalam memperkenalkan identitas politik, ekonomi, dan budayanya sekaligus mencapai kepentingan nasional dalam berbagai bidang kerjasama dengan Indonesia.10
3. Konsep Multi-Track Diplomacy
Multi-track diplomacy telah menjadikan diplomasi bukan hanya tugas diplomat professional ataupun pemerintah dalam pengertian umum, namun merupakan sebuah upaya untuk merangkul dan melibatkan masyarakat dari berbagai negara dalam suatu hubungan yang harmonis guna mewujudkan persahabatan bangsa-bangsa menuju perdamaian dunia. Selain itu di era globalisasi kini semakin mudah menjalin hubungan antar negara dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi transportasi dan komunikasi. Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan internasional juga disadari oleh pemerintah Korea Selatan, sehingga dalam platform pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan, aktor negara dan aktor non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Korea di dunia melalui pengembangan budaya populer Korean Wave untuk meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya.
9
May T Rudy. (2004). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama. hlm 139. 10 Mohammad Shoelhi. (2011). Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hlm 159-160.
7
Gambar 1 Sembilan multi-track diplomasi
Sumber: “Nine Tracks of Multi-Track Diplomacy” http://www.beyondintractability.org/cic_images/aha/Multitrack-diagram1.gif diakses pada kamis, 27 Agustus 2015 pukul 22:41 WIB.
Sesuai dengan gambar di atas, diantara sembilan jalur multi-track diplomacy, track one, track two, track three, track four dan track nine adalah aktor yang ikut terlibat dalam pelaksanaan soft diplomacy ini, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan oleh aktor negara yakni pemerintah (government-to-government) dan merupakan elemen penting dalam diplomasi. Track one diplomacy dilakukan dengan mempertimbangkan aspek formal dalam proses pemerintahan karena dilakukan oleh kepala negara ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang telah diberi instruksi oleh negara yang berdaulat.11 Track ini merepresentasikan kerjasama bilateral yang terjadi antara Pemerintah Korea dan Pemerintah Indonesia. 2. Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang dilakukan oleh aktor-aktor nonnegara dalam situasi informal untuk dapat menangani konflik-konflik antar kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling pengertian untuk menciptakan perdamaian dunia.12
11
Sukawarsini Djelantik. (2008). Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm 20. Louise Diamond & John McDonald. (1996) Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres. Hlm 38. 12
8
3. Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam diplomasi yang disebut citizen diplomacy. Bisa melalui kegiatan pertukaran, organisasi sukarela dan organisasi non-Pemerintah lainnya, special-interest groups hingga para selebritis.13 4. Track nine diplomacy adalah bentuk diplomasi bagaimana opini publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai elemen media, melalui televisi ataupun jaringan internet.14 Dari sembilan track pada diplomasi multi-track, hanya empat track yang digunakan pada penelitian ini karena tidak ada unsur bisnis, aktivis, penelitian dan pendidikan, agama, ataupun pendanaan dalam hubungan diplomasi Korea Selatan ke Indonesia. Strategi soft diplomacy Korea pada penelitian ini hanya berfokus pada hubungan Pemerintah antara Pemerintah Korea dan Indonesia, peran aktor non negara yang disini merupakan artis-artis Kpop ataupun K-drama dalam menarik perhatian para Korean Lover, serta peran media komunikasi dan informasi dalam penyebaran Korean Wave di Indonesia. Pemerintah Korea Selatan melalui Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) menetapkan tahun 2010 sebagai starting point dalam mempromosikan diplomasi Publik dan mendirikan Korean Diplomacy Public Forum serta bekerjasama dengan Korean Foundation.
PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI INDONESIA
Perkembangan Korean Wave di Indonesia diawali saat masuknya tayangan serial drama Korea dan menjadi langkah awal dalam memperkenalkan bentuk Korean Wave lainnya, yakni musik pop Korea. Sejak tahun 2008 soft diplomacy Korea Selatan melalui pendekatan kebudayaan semakin intens dilaksanakan dan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia. Sejak tahun 2010, penggemar K-Pop di Indonesia mulai terlihat aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan sesama penggemar K-Pop, baik forum media online banyak bermunculan forum atau komunitas fans grup Indonesia dan juga para penggemar musik KPop di Indonesia sering melakukan berbagai gathering hingga melakukan demonstrasi (flashmob) untuk meminta konser K-Pop diadakan di kota-kota mereka, terutama Jakarta. Gathering yang diadakan diantara para penggemar K-Pop menandakan perkembangan musik K-Pop yang sangat pesat di Indonesia, hampir setiap bulan diadakan gathering di Jakarta, dan
13
C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). 14 Louise Diamond & John McDonald. (1996) Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres. hlm 15.
9
juga kota-kota besar lainnya di Indonesia. Gathering K-Pop dijadikan sebagai bounding session diantara penikmat musik K-Pop untuk saling bertukar dan berbagi informasi. Pada bulan Februari 2012, O Channel sebagai TV lokal pertama di Jakarta mempersembahkan event/off air Top K-Pop Extra 2012, yang merupakan gathering dari komunitas/pecinta KPop di Jakarta. Event ini diselenggarakan dalam rangka mempertemukan beberapa komunitas K-popers di Jakarta dan mengenal lebih dalam hal yang berhubungan dengan Korea serta meningkatkan program awarenes terhadap program Top K-Pop di O Channel yang merupakan program K-Pop pertama dan original di dunia televisi Indonesia. Acara gathering ini akan memberikan suasana yang berbeda bagi para penggemar K-Pop di Jakarta serta adanya sharing session dengan perwakilan Korean Cultural Center & Korea Tourism Organization.15 Dalam kurun waktu dari tahun 2008-2012, Indonesia menggelar konser K-Pop hampir setiap tahunnya, bahkan memasuki tahun 2012 hampir setiap bulan digelar konser K-Pop. Konser K-Pop semakin intens diadakan di Indonesia sejak tahun 2011 yang diawali dengan diselenggarakannya festival musik yang bernama 'KIMCHI K-POP’ (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia) pada bulan Juni 2011 di Jakarta yang menampilkan bintang KPop dari Korea seperti Super Junior dan Park Jung Min. Perkembangan K-Pop juga mempengaruhi industri musik Indonesia secara langsung. Pada tahun 2012 dapat kita saksikan secara nyata perkembangan K-Pop pada musik Indonesia yang ditandai dengan semakin banyaknya kelompok musik musik terbentuk layaknya group musik K-Pop. Salah satunya ialah Cherrybelle. Sedangkan pada boyband yang sangat terkenal adalah Smash. Kedua boyband dan girlband yang sangat berkiblat ke musik, gaya fashion meniru Korea tersebut menjadi artis papan atas dengan bayaran termahal di Indonesia. Adapun mereka belajar bahasa Korea, bahkan belajar menari langsung di Korea. Adapun salah satu media online terbesar di Indonesia yakni detik.com juga memiliki rubrik khusus K-Pop. Perkembangan Korean Wave di Indonesia disertai dengan begitu banyaknya produk-produk industri budaya Korea Selatan yang masuk ke Indonesia dan mengambil tempat tersendiri dihati rakyat Indonesia.16
15
Korean Culture and Information Service.(2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon (Korean Culture and Information Service, Ministry of Culture, Sports and Tourism). hlm 38. 16 Suray Agung Nugroho.(2010), Korea: Dulu sampai sekarang, Pusat Studi Korea UGM 2010
10
STRATEGI SOFT DIPLOMACY KOREA SELATAN DI INDONESIA
Pemerintah Korea Selatan berupaya memperkuat sumber daya manusia dengan tujuan mengangkat kemampuan diplomatik guna memastikan bahwa Korea Selatan telah sepenuhnya mencerminkan kapasitas nasional dan internasional dalam rangka mewujudkan visi Global Korea yang menjadi tujuan utama dalam Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak. Visi Global Korea tersebut dimaksudkan agar tercipta sebuah citra bangsa Korea yang tidak hanya bekerja sama secara aktif tetapi juga dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat internasional. Dalam rangka membangun citra Global Korea sebagai tujuan nasional di masa Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak memiliki fokus utama pada strategi soft diplomacy Korea Selatan adalah :
1. Kebijakan Korea Selatan dalam Diplomasi Budaya
Seperti yang dijelaskan dalam Principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy pada tahun 2007, terdapat dua hal sasaran utama dari kebijakan diplomasi ini yaitu: 17 1. Mendorong kerjasama dengan negara-negara lain melalui pertukaran budaya a. Mendukung berbagai program pertukaran budaya yang dilaksanakan baik oleh pemerintah dan non-pemerintah yang akan membuat pondasi yang kuat dalam kerjasama Korea Selatan dengan negara-negara lainnya. b. Dalam era globalisasi ini, program pertukaran budaya tidak akan hanya membantu Korea Selatan dalam meningkatkan identitas kebudayaan nasionalnya saja, tetapi juga akan membantu meningkatkan kesadaran ataupun pengetahuan dan apresiasi masyarakat dari budaya yang berbeda diseluruh dunia. 2. Memperkuat daya saing nasional melalui peningkatan citra nasional Keberadaan budaya yang telah menjadi salah satu kunci utama dalam abad ke 21, efek ekonomi dari industri budaya dengan nilai tambah yang diberikan dalam bisnis sekarang ini mulai dievaluasi kembali.
17
Ministry of Foreign Affairs and Trade. Diplomacy White Paper 2006. hlm 147.
11
Melalui dua sasaran utama diplomasi budaya diatas pemerintah Korea Selatan akan melaksanakannya melalui beberapa strategi pelaksanaan yaitu: melaksanakan aktivitas promosi dan budaya secara komprehensif dan sistemastis, mendirikan dan mengembangkan strategi promosi dan budaya khusus disesuaikan dengan negara ataupun daerahnya, memperkuat kemitraan dengan organisasi lokal serta perusahaan Korea di luar negeri, memperluas program budaya berorientasi masa depan, dan berparitisipasi aktif dalam organisasi internasional.18
1.1 Korean Wave dalam Diplomasi Budaya
Korea Selatan semakin gencar menarik wisatawan asing ke Korea dengan menjadikan dampak K-Pop sebagai alasan utama mengapa para wisatawan tertarik mengunjungi Korea. K-Pop pun menjadi ujung tombak pariwisata oleh karena itu KTO (Korean Tourism Organization) dan MCST (Ministry of Culture, Sports and Tourism) adalah organisasi pemerintah yang berperan penting dalam memperkenalkan Korean Wave baik itu ke masyarakat domestik dan juga masyarakarat Internasional. MCST merupakan agen pemerintah Korea yang bertanggung jawab dalam area pariwisata, kebudayaan dan juga olahraga. Keberadaan kementerian ini juga berperan dalam mendorong memperkenalkan Korean Wave dan aspek budaya serta olahraga Korea melalui program-program yang diadakannya. Kedua organisasi ini sebagai salah salah satu cara untuk mencapai tujuan diplomasi kebudayaan.19 Sebagai bentuk penerapan strategi dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan, sejak tahun 2009 pemerintah Korea Selatan menggelar kegiatan kebudayaan setiap tahun di Indonesia yakni, pergelaran kebudayaan Korea yang bertema Korea-Indonesia Week dengan menampilkan beragam budaya Korea dari musik tradisionalnya, pameran kerajinan tradisional Korea hingga pementasan konser K-Pop yang menjadi daya tarik utama bagi peserta pameran tersebut. Dengan adanya kegiatan tersebut dapat menarik hati masyarakat Indonesia secara tidak langsung untuk mengenal Korea secara keseluruhan dan membangun citra bangsa Korea di Indonesia. Diawali dengan acara pertama yang Indonesia-Korea week pada 2010, dan 18
“Principal goals and directions of Korean cultural diplomacy and related politicies”, http://www.mofa.go.kr/webmodule/htsboard/template/read/engreadboard.jsp?typeID=12&boardid=313&seq no=298757 diakses pada 12 Oktober 2014, pukul 08:37 WIB. 19 “KTO offers virtual dates with K-Pop stars”, http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2014/10/201_101202.html diakses pada 10 Juni 2014, pukul 14:06 WIB.
12
pemerintah Korea mendatangkan group boyband global yang bernama “Shinee” menjadi bintang tamu utama dan beberapa artis korea pendukung lainnya. Gambar 2 Korea-Indonesia Week Flyer 2010
Sumber: “Indonesia Korean Week”, https://twitter.com/koreanupdates/status/27030297534 diakses pada 18 Mei 2010, pukul 21:37 WIB.
Acara Korea Indonesia Week ini mendapat perhatian masyarakat dan media secara baik, karena rangkaian acara yang diadakan dalam kurun waktu satu minggu ini meliputi berbagai acara seperti festival makanan, lomba dance cover yang menghadirkan bintang tamu crew dancer dari Korea langsung hingga adanya travel fair yang mengenalkan tempat-tempat wisata di Korea lengkap dengan paket turnya. Karena antusias masyarakat Indonesia sangat tinggi terhadap acara ini, kemudian pemerintah Korea dan Indonesia menjadikan Korea – Indonesia week menjadi acara rutin setiap tahun, dengan menghadirkan berbagai bintang tamu K-pop lainnya serta rangkaian acara yang lebih beragam.
13
Gambar 3 Korea - Indonesia Week Flyer 2011 & 2012
Sumber: “All About Korea Indonesia Week 2011” http://koreanindo.net/2011/09/20/all-about-korea-indonesiaweek-2011/ dan http://www.cosmogirl.co.id/mobile/article/922/Korea-Indonesia-Week-2012 diakses pada 18 Mei 2015, pukul 20:58 WIB.
Tidak hanya menghadirkan acara Korea-Indonesia Week, namun khusus di Indonesia sebagai langkah konkret dari hasil perjanjian Joint Cultural Commision Korea – Indonesia dimana Korea Selatan memiliki tujuan untuk memperkenalkan budayanya ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia maka dibangun pusat informasi tentang negara dan budaya Korea pada tanggal 18 Juli 2011 yakni Korean Culture Centre di Jakarta.20 Pusat Kebudayaan Korea tersebut bertujuan menyediakan Informasi tentang Negara dan budaya Korea serta informasi pertukaran budaya masing-masing Negara. Korean Culture Centre yang telah dididirikan di Indonesia tidak hanya menyajikan, memperkenalkan dan mengajarkan mengenai budaya tradisional Korea tetapi juga memperkenalkan, menyebarkan serta mengikutsertakan unsur budaya popular didalamnya, seperti dibukanya kelas K-pop dance, screening film Korea dan menyelenggarakan berbagai kontes dan event terkait K-pop. Di Korean Culture Centre masyarakat Indonesia juga dapat mengikuti kelas pembelajaran bahasa Korea. Karena Korea Selatan terkenal memiliki banyak festival unik seperti contohnya perayaan Chuseok Day atau yang biasa disebut dengan Thanksgiving day. Tradisi hari spesial ini memiliki banyak keunikan, tidak hanya diberbagai sudut kota dihiasi oleh berbagai pernak-pernik hingga makanannya. Perayaan seperti ini dihadirkan oleh KCC agar membuat para pecinta K-pop ini makin penasaran lebih jauh mengenai korea. Adapula KTO menyediakan hari khusus 20
“Budaya Populer Korea di Indonesia”, http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99budaya-populer-korea-di-indonesia diakses pada 5 Mei 2014, pukul 18:33 WIB.
14
untuk bisa berfoto mengenakan hanbok yaitu baju tradisional korea dan tanpa dipungut biaya apapun.21
2. Mengembangkan Sikap Profesionalime Dalam Penyebaran Korean Wave
Dalam pelaksanaan strategi ke dua ini dilakukan melalui bentuk track two diplomacy, track three diplomacy dan track four diplomacy. Saat ini diplomasi yang tidak hanya menjadi tugas diplomat professional semata, namun keterlibatan para pelaku bisnis (track three) bersama dengan masyarakat (citizen diplomacy) juga memainkan peran penting, dalam hal ini dilakukan oleh para bintang K-Pop bersama dengan pelaku bisnis industri musik K-Pop menjadi duta Korea Selatan dalam menjalankan soft diplomacy yang akan lebih membantu mengembangkan budaya Korea ke negara-negara dunia ke tiga melalui hubungan bisnis sehingga dapat membantu meningkatkan citra ataupun nation branding Korea Selatan. Peran para selebritis tentunya dianggap akan lebih menarik karena mereka sudah dikenal oleh masyarakat sehingga berkontribusi untuk meningkatkan hubungan luar negeri Korea Selatan. Oleh karena itu, pelaksanaan strategi dengan mengembangkan sikap profesionalisme melalui keterlibatan para aktor non-negara dalam pelaksanaan soft diplomacy juga akan sangat membantu meningkatkan sektor pariwisata yang secara otomatis pengaruhnya dapat meningkatkan sektor perekonomian Korea Selatan.22 Dalam bidang pariwisata kebijakan pemerintah dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasinya juga dijelaskan juga dimana pada tahun 2005, “Expansion of Korean Wave Fever, Diversification of Korean Wave, and Boosting Visitation of Korea through promotion of Korean Wave Product” menjadi salah satu kebijakan Korea dalam bidang pariwisata. Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa peningkatan pariwisata Korea ini dilakukan melalui beberapa hal, seperti membuat nama merek untuk pariwisata Korea dan juga menggunakan “Dynamic Korean Wave Campaign” sebagai cara marketing untuk meningkatkan wisatawan yang datang ke dengan menggunakan aspek-aspek Korean Wave
21
Korean Culture and Information Service.(2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon (Korean Culture and Information Service, Ministry of Culture, Sports and Tourism). hlm 34. 22 “Global Craze for K-Pop: A New Economic Engine” http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692 diakses pada 5 Juni 2014, pukul 21:48 WIB.
15
seperti drama, film, musik, dan juga selebriti Korea dalam berbagai program pariwisata Korea untuk meningkatkan wisatawan asing yang datang ke Korea.23 Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan menjalin kerjasama dengan industri musik terbesar di Korea seperti SM Entertainment, JYP Entertainment dan YG Entertainment untuk memaksimalkan efek sinergis yang mengkhususkan diri dalam penyebaran Korean Wave sebagai upaya memperkenalkan, menyebarluaskan serta mempromosikan budaya dan pariwisata Korea Selatan di dunia internasional. Pada tahun 2011, KTO bekerja sama dengan SM Entertainment dalam mempromosikan pariwisata Korea melalui pertunjukan Konser KPop di berbagai negara. Konser tersebut mendapat bantuan dana dari Pemerintah senilai Rp3,3 miliar.24 Disamping itu pula, JYP Entertainment, ditunjuk secara resmi oleh KTO sebagai Duta Pariwisata 2012. KTO telah mencanangkan berbagai program peningkatan kunjungan wisata ke Korea. Touch Korea adalah sebuah program inisiatif dari KTO yang telah dicanangkan sejak tahun 2010 sebagai kampanye interaktif yang berusaha untuk mensimulasikan Korea secara virtual kepada para wisatawan.25 Di Indonesia sendiri, artis Sandra Dewi ditunjuk oleh Korean Tourism Organization Jakarta untuk menjadi duta pariwisata Seoul untuk Indonesia sejak tahun 2011. Upaya tersebut bertujuan tidak hanya memperkenalkan budaya dan pariwisata Korea di Indonesia melainkan pula dapat menjadi perekat hubungan diplomasi antara Korea-Indonesia dimana kedua negara akan saling bertukar informasi mengenai kebudayaan dan sektor pariwisata mereka masing-masing.26 Peran para selebritis tidak hanya untuk membangun citra Korea dalam menarik kunjungan wisatawan ke Korea melainkan pula sudah mulai dilibatkan dalam peningkatan hubungan di bidang politik dan militer Korea Selatan, contohnya pada kunjungan kenegaraan dari pihak militer Korea ke Indonesia bersama dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Young-san, pada bulan Oktober 2011 mengikutsertakan aktor Korea yang sedang menjalani wajib militer yakni Hyun Bin, yang ditunjuk menjadi duta militer Korea Selatan. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama Untung Suropati, kedatangan Hyun Bin merupakan bentuk soft diplomacy oleh pemerintah Korea Selatan untuk 23
Gunjoo Jang & Won K.Paik. (2012 September). Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy. (2012). Scientific Research. 24 Mutya Hanifah. (2012). K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/K-Pop-ujung-tombak-pariwisata-korea diakses pada 26 Desember 2014, pukul 16:14 WIB. 25 “KTO offers virtual dates with K-Pop star” http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2014/10/201_101202.html diakses pada 10 Juni 2014, pukul 14:06 WIB. 26 “Kunjungan Berkesan Sandra Dewi Ke Korea”, http://www.kompasiana.com/dianeaninditya/kunjunganberkesan-sandra-dewi-ke-korea_550e0aea813311b72cbc6100 diakses pada 19 juli 2015, pukul 20:55 WIB.
16
memperkuat hubungan dengan Indonesia. Strategi tersebut bertujuan membentuk kesan ataupun citra Korea Selatan sebagai negara yang bersahabat dan kooperatif. Dari hasil kunjungan militer tersebut, pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara, seperti dalam produksi dan transfer teknologi untuk peralatan militer. Terkait kerja sama industri pertahanan, kedua negara sepakat untuk diadakan produksi bersama disertai alih teknologi seperti dalam pembuatan kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) dan kapal selam antara PT PAL dan perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding. 27
3. Pemanfaatan Teknologi Media Komunikasi dan Informasi
Pelaksanaan strategi ini sangat terkait dengan track nine diplomacy. Penempatan teknologi media komunikasi berada pada awal dan akhir proses diplomasi yang mana menjadikan media sebagai satu rangkaian yang tidak terputus dalam proses diplomasi. Hal tersebut dikarenakan diplomasi termasuk proses pengolahan dan pemanfaatan data informasi dalam memperjuangkan kepentingan nasional yang berakhir pada hasil akhir mencapai tujuan nasional. Penggunaan teknologi media komunikasi dan informasi menjadi salah satu strategi penting yang diambil oleh pemerintah Korea Selatan karena menjadi bagian terintegrasi dari pelaksanaan soft diplomacy tersebut.Teknologi media informasi mendorong penyebaran budaya Korea bersama dengan K-Pop semakin luas dan cepat dari berbagai mainstrem media. Hal tersebut akan mudah terlaksana mengingat Korea Selatan adalah salah satu negara yang sangat maju dalam perkembangan teknologi informasi, digitalisasi dan memiliki jaringan internet tercepat di dunia.28 Perkembangan teknologi media massa memungkinkan akses informasi dengan mudah dan biaya rendah dengan memanfaatkan internet tanpa halangan birokratis dan dapat memberikan pengaruh yang lebih cepat dan luas ke seluruh lapisan masyarakat di dunia. Pemerintah dan media massa perlu selalu bersinergi, karena media sangat penting sebagai sarana paling strategis untuk pemberian informasi dan menerima feedback dari publik. MOFAT telah berusaha untuk mempromosikan diplomasi publik melalui media visual dengan 27
“Soft Diplomacy ala Korea Selatan” http://idsps.org/en/idsps-news-indonesia/berita-media/soft-diplomacy-ala-korea-selatan/ diakses pada 24 Mei 2014, pukul 18:41 WIB 28 “Cultural Diplomacy as the Means of Soft Power in an Information Age”, http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/casestudies/Hwajung_Kim_Cultural_Diplomacy_as_the_Means_of_Soft_Power_in_the_Information_Age.pdf diakses pada 7 Mei 2015, pukul 12:33 WIB.
17
menyediakan tayangan stasiun TV di luar negeri terkait untuk memperkenalkan budaya Korea pada masyarakat asing. MOFAT telah menjalin kerjasama dengan Korean Foundation dan Arirang TV. Di lain pihak, KBS (Korean Broadcasting System) dan MOFAT juga telah menandatangani MoU untuk bekerjasama dalam berbagai proyek demi globalisasi budaya Korea. Berdasarkan perjanjian tersebut kedua belah pihak akan menyelenggarakan berbagai kegiatan global untuk mempromosikan dan memanfaatkan konten KBS untuk tujuan umum dalam berbagi informasi budaya Korea dan rancangan program bersama terkait proyek tersebut.29 Peran media tidak hanya melalui tayangan media televisi namun digitalisasi media juga telah memberikan peluang bagi K-Pop dalam memimpin tren global. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Korea sangat intens dalam menggunakan akun jejaring sosial dalam mempromosikan Korea melalui serta perusahaan hiburan Korea telah menjadikan YouTube sebagai komponen kunci internasional dalam penyebaran budaya Korea. Penyebaran K-Pop melalui jejaring sosial Youtube, Twitter dan Facebook terbilang sukses memberikan hasil yang menguntungkan tidak hanya bagi pernyanyi K-Pop semakin dikenal karyanya tetapi juga semakin dikenalnya brand produk Korea Selatan bersama dengan budaya Korea itu sendiri di tingkat Internasional. Bahkan Youtube dan Facebook telah membuat saluran akses khusus K-Pop setelah melihat popularitas yang telah diraih budaya popular Korea Selatan tersebut, sehingga akan lebih memudahkan penyebarluasan produk budaya Korea Selatan.30 Dengan demikian, Korean wave merupakan media yang efektif sebagai pendukung dalam memperlancar pelaksanaan diplomasi Korea ke Indonesia dengan memanfaatkan teknologi media komunikasi dan informasi seperti melalui media televisi. Bentuk Korean wave di Indonesia diawali setelah Indonesia yang melakukan liberalisasi media pada tahun 1990-an dengan masuknya penayangan serial drama Korea di stasiun TV Indosiar pada tahun 2002 yakni drama Winter Sonata yang langsung digemari oleh masyarakat lalu diikuti oleh drama Endless Love. Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya.31 Antusias penonton drama Korea terus meningkat, sehingga pemerintah Korea dan Indonesia mengambil kesempatan untuk membuat sebuah serial drama yang bertajuk Korea 29
Ministry of Foreign Affairs and Trade. Diplomatic white paper. (2008). Supporting Overseas Screening Of Korean Films and TV Dramas 30 Shim, Doobo. (2006). Hybridity and the rise of Korean Popular culture in Asia. Media culture and Society. Vol 28 nomor 1 National University of Singapore. hlm 26. 31 Ibid., hlm.28.
18
namun akan dibintangi oleh artis dari Indonesia. Serial drama kerjasama Korea Selatan – Indonesia yang berjudul Saranghae, I Love you ini dibintangi oleh aktris Indonesia Revalina S. Temat dan penyanyi Korea, Tim Hwang. Dengan dua arah pertukaran pemain kali ini, sangat memungkinkan gelombang minat dalam segala hal mengenai Korea berlangsung sedikit lebih lama daripada tren sebelumnya. Strategi seperti ini tentunya akan dapat menjaga kontinuitas budaya Korean Wave di Indonesia dan semakin mengukuhkan pengaruh soft diplomacy Korea Selatan. Serial drama Korea-Indonesia yang mengambil tempat syuting di Bali dan Korea tentunya akan saling menguntungkan kedua negara karena saling bertukar nilai ataupun karakter budaya masing-masing serta mengeksplor berbagai tempat wisata ke dua negara secara luas. 32 Tidak hanya dengan menghadirkan drama Korea di televisi, bentuk lain dari strategi pembangunan citra melalui pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan agar mengalami keberlanjutan di Indonesia adalah dengan melalui program pencarian bakat penyanyi K-Pop “Galaxy Superstar” pada tahun 2012. Program tersebut dilaksanakan oleh salah satu perusahaan agensi musik di Korea yakni PT. YG Entertainment dan disponsori oleh salah satu perusahaan multinasional terbesar Korea, Samsung serta bekerjasama dengan stasiun TV Indosiar sebagai media-partner. Galaxy Superstar dapat dikatakan sebagai strategi khusus yang dilakukan di Indonesia, karena Indonesia adalah negara pertama yang menjadi pilihan tempat audisi untuk mencari bakat penyanyi. Para pemenang audisi tersebut dikirim ke Korea Selatan untuk mendapatkan pelatihan dan dipersiapkan untuk memulai debut karirnya di kawasan Asia. Para pemenang kompetisi Galaxy Superstar yang telah tinggal dan dilatih secara langsung di Korea tidak hanya saja mendapatkan ilmu dibidang seni musik dan tari tetapi saat kembali ke Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai budaya Korea yang telah mereka dapatkan secara langsung maupun tidak langsung dan menjadikannya sebagai ikon budaya baru di Indonesia.33
32
Nyoman Lia Susanthi. (2011). “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. http://www.isidps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia diakses pada 5 Mei 2014, pukul 18:33 WIB. 33 Kim Pil Soo. (2011). Global Craze for K-Pop: A New Economic Engine. http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692 diakses pada 5 Juni 2014, pukul 21:48 WIB.
19
Kesimpulan
Korean Wave di kembangkan menjadi alat soft diplomacy Korea Selatan melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat dan dilakukan oleh pemerintah Korea. Melalui programprogram Korea yang melibatkan aktor negara maupun non negara. Korea Selatan memiliki dua kebijakan utama dalam pelaksanaan politik luar negeri nya yaitu, mengembangkan ekonomi nasional dan memperkuat pertahananya serta kepentingan untuk meningkatkan citra nasional melalui penyelesaian masalah diplomatik dan kerjasama internasional dengan meningkatkan infrastruktur diplomatik. Perwujudan citra Global Korea dapat menjadikan Korea sebagai aktor global yang memiliki cakrawala luas dengan terlibat secara proaktif dalam pergaulan internasional untuk menciptakan perdamaian dunia, dengan demikian pertumbuhan ekonomi suatu negara juga menjadi sangat didukung dari sektor kebudayaan dan hal tersebut berhasil dilakukan Korea Selatan. Strategi Soft Diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun Citra Global Korea di Indonesia Terdiri Atas 3 Langkah Strategi, yaitu: 1. Mengembangkan Seni Kebudayaan. 2. Mengembangkan Sikap Profesionalisme. 3. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dari kerjasama antara Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia ini tercipta kegiatan kebudayaan sejak tahun 2009 dimulai pertama kali dengan Korea-Indonesia Week, dan berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya. Pemerintah Korea Selatan tidak hanya mengadakan acara tahunan demi meningkatkan antusias pecinta Kpop di Indonesia, namun juga menghadirkan Korean Culture Centre (KCC) yang didirikan di Jakarta. Pusat kebudayaan Korea ini menyediakan berbagai fasilitas untuk memanjakan para Kpoppers melalui kelas bahasa, acara nonton bersama film K-drama, ataupun juga merayakan berbagai acara festival yang ada di Korea lengkap dengan makanannya. Dengan berbagai kegiatan serta fasilitas yang dihadirkan oleh Pemerintah Korea Selatan yang disambut baik dan sangat antusias dari berbagai kalangan terutama pecinta korea di Indonesia, terlihat bagaimana penerapan strategi soft diplomacy Korea Selatan terhadap Indonesia ini bisa dibilang berhasil. Diharapkan dari kerjasama ini baik Korea Selatan maupun Indonesia akan terus mampu meningkatkan hubungan bilateralnya yang mampu membawa pengaruh baik terhadap stabilitas ekonomi kedua negara.
20
Daftar Pustaka
Buku Coplin, William D. (1992). Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Diamond, Louise & John McDonald. (1996) Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres. Djelantik, Sukawarsini. (2008). Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Korean Culture and Information Service.(2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon (Korean Culture and Information Service, Ministry of Culture, Sports and Tourism) Roy, SL. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press Rudy, T. May. (2004). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama. Shoelhi, Mohammad. (2011). Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Warsito,Tulus & Kartikasari, Wahyuni, (2007). Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia, Yogyakarta: Ombak Jurnal, Artikel & Lainnya C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Dewangga,Thanon Aria. (2012). Diplomasi melalui soft power dalam secretariat cabinet Republik Indonesia http://www.setkab.go.id/artikel-6305-diplomasi-melalui-soft-power.html diakses pada 1 May 2014 pukul 01.09 WIB. Jang, Gunjoo & Won K.Paik. (2012 September). Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy. Scientific Research. Ministry of Foreign Affairs and Trade. Diplomatic white paper. (2008). Supporting Overseas
Screening Of Korean Films and TV Dramas -------- (2007,May 11.). Diplomacy White Paper 2008. Principal goals and directions of korean cultural diplomacy and related politicies. http://www.mofa.go.kr/webmodule/htsboard/template/read/engreadboard.jsp?typeID=12&boa rdid=313&seqno=298757 diakses pada 12 Oktober 2014 pukul 08:37 WIB Nugroho,Suray Agung.(2010). Korea: Dulu sampai sekarang, Pusat Studi Korea UGM Shim, Doobo. (2006). Hybridity and the rise of Korean Popular culture in Asia. Media culture and Society. Vol 28 nomor 1 National University of Singapore 21
Yudhantara, Reza Lukmanda. (2011). Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan. INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Website Beyond Intractability. Nine Tracks of Multi-Track Diplomacy. http://www.beyondintractability.org/cic_images/aha/Multitrack-diagram1.gif diakses pada Kamis, 27 Agustus 2015 pukul 22:41 WIB. Hanifah, Mutya. (2012). K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/K-Pop-ujung-tombak-pariwisatakorea diakses pada Jumat, 26 Desember 2014 pukul 16:14 WIB. Hwangjung, Kim. (2011 Desember). Cultural Diplomacy as the Means of Soft Power in an Information Age http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/casestudies/Hwajung_Kim_Cultural_Diplomacy_as_the_Means_of_Soft_Power_in_the_Informati on_Age.pdf diakses pada Kamis, 7 Mei 2015 pukul 12:33 WIB. Kim, Pil Soo. (2011). Global Craze for K-Pop: A New Economic Engine. http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692 diakses pada Kamis, 5 Juni 2014 pukul 21.48 WIB. Kompasiana. Kunjungan Berkesan Sandra Dewi Ke Korea. http://www.kompasiana.com/dianeaninditya/kunjungan-berkesan-sandra-dewi-kekorea_550e0aea813311b72cbc6100 diakses pada Minggu, 19 Juli 2015 pukul 20:55 WIB. Media Indonesia. (2011) Soft Diplomacy ala Korea Selatan. http://idsps.org/en/idsps-news-indonesia/berita-media/soft-diplomacy-ala-korea-selatan/ diakses pada Sabtu, 24 Mei 2014 pukul 18.41 WIB. Noh Hyung-gi. (2011). KTO offers virtual dates with K-Pop stars. http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2014/10/201_101202.html diakses pada Selasa, 10 Juni 2014 pukul 14:06 WIB. Susanthi, Nyoman Lia. (2011). “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. http://www.isidps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia diakses pada Selasa, 5 Mei 2014 pukul 18.33 WIB. Wuryanta, AG. Eka Wenats. (2011). Di antara Pusaran Gelombang Korea (Menyimak Fenomena K-pop di Indonesia, http://library.umn.ac.id/jurnal/public/uploads/papers/pdf/aba784ef12d90ffb51d5804aefe2f104 .pdf diakses pada Minggu, 19 Juli 2015 pukul 22:47 WIB.
22