Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice
PROCEEDINGS
Bandung, 20 Juli 2017
ISSN- 2252-3936
Mencapai Good Corporate Governance di Bank Perkreditan Rakyat: Kontribusi Kualitas Sistem Informasi Akuntansi, Efektivitas Pengendalian Internal dan Kompetensi Pengguna Sistem Informasi (Studi Literatur) Ilham Hidayah Napitupulu Anggiat Situngkir Amran Harun Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk menambah perbendaharaan bahan kajian di bidang akuntansi, khususnya pada bidang sistem informasi akuntansi manajemen. Artikel ini hasil dari telaah literatur yang diperoleh memalalui sumber bacaan di bidang sistem informasi akuntansi manajemen dan peraturan yang mengikat tentang tata kelola perusahaan yang baik berkaitan dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Hasil literatur yang dikumpulkan dapat diuji kembali kebenarannya melalui penelitian empiris, sehingga dapat membuktikan bahwa untuk mewujudkan aturan OJK terhadap BPR tentang penerapan tata kelola yang baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran diperlukan sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas. Variabel lain yang menjadi pendorong kualitas sistem informasi akuntansi manajemen untuk mewujudkan tata kelola yang baik, diperlukan kefektifan dari pengendalian internal perusahaan dan kompetensi pengguna sistem informasi. Kata Kunci: Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen, Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen, Efektivitas Pengendalian Internasl, Kompetensi Pengguna Sistem Informasi, Good Corporate Governance dan Bank Perkreditan Rakyat.
1.PENDAHULUAN Secara umum Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus orngisasi, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau sistem yang mengendalikan organisasi (FCGI, 2002). Secara khusus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pengertian tentang Good Corporate Governance di BPR adalah suatu tata kelola bank perkreditan yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness). Untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari agar tidak menyimpang dan dapat mewujudkan prinsipprinsip tata kelola kelola yang baik, sistem informasi menjadi pedoman teknis untuk melaksanakan itu semua (Effendi, 2009:6). Sistem informasi yanmg dimaksud adalah sistem informasi akuntansi manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan bagian dari sistem informasi akuntansi di sebuah organisasi (Hansen & Mowen, 2007). Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) adalah spesifikasi yang dapat dijadikan sebagai kerangka kerja yang terintegrasi dalam perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya untuk meyediakan informasi yang relevan kepada manajer dan karyawan dalam sebuah organisasi, baik informasi finansial maupun informasi non finansial, untuk pengambilan keputusan dalam menggapai tujuan secara khusus dalam organisasi (Napitupulu, 2015). Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) sama dengan sistem informasi pada umumnya, menyediakan informasi untuk mendukung tujuan dari organisasi (Kaplan, 1984). Tujuan dari SIAM adalah menyediakan informasi untuk kegiatan operasional, untuk perencanaan, pengendalian, evaluasi dan perbaikan secara terus menerus dan untuk pengambilan keputusan(Wilkinsion, 1989:5; Hall, 2011:14; Hansen & Mowen, 2007:4). Dengan demikian, SIAM memiliki ruang lingkup yang luas sehingga memungkinkan manajer untuk memperoleh informasi dalam pengambilan keputusan ekonomi yang sukses dalam jangka panjang (Hoque, 2003:6). Informasi yang diharapkan adalah informasi yang berkualitas. Kriteria informasi berkualitas menurut Mc Leod (2007:43) dan Hall (2011:14) apabila relevan, tepat waktu, akurat, lengkap dan ringkas.
40
Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun|
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Sementara menurut Hans Kartika Hadi et al (2012:49) karakteristik informasi akuntansi adalah dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), keandalan (reliability) dan dapat dibandingkan (comparability). Untuk informasi akuntansi manajemen memiliki dimensi scope, timeliness, levels of aggregation dan integration (Chenhall & Morris 1986). Penelitian tentang kualitas system informasi akuntansi berpengaruh terhadap kualitas informasi dan berdampak pada tata kelola universitas yang baik, dilakukan oleh Susanto (2015). Dengan demikian pengujian yang dilakukan pada univesitas akan diuji pada Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan amanat peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Merujuk pada aturan OJK nomor 04/POJK.03/2015, mengharuskan bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik, artinya bahwa selama ini BPR tidak memiliki keharusan untuk melaksanakan tata kelola yang baik lazimnya pada perusahaan sektor perbankan umum. Aturan ini berkembang dikarenakan semakin meluasnya pelayanan disertai peningkatan volume usaha BPR, sehingga semakin meningkat pula risiko BPR yang mendorong kebutuhan terhadap penerapan tata kelola oleh BPR. Penerapan tata kelola yang baik dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja BPR, melindungi pemangku kepentingan (stakeholders) dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada Perbankan. Untuk mewujudkan tata kelola yang baik dan kualitas SIAM, diperlukan kontribusi Efektivitas Pengendalian Internal dan kompetensi pengelola BPR. Pengendalian internal sangat diperlukan untuk menjamin bahwa sistem informasi akuntansi (baik sistem informasi akuntansi keuangan maupun sistem informasi akuntansi manajemen) bekerja sesuai dengan yang seharusnya sehingga resiko terhadap penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan akan dapat dihindari (Susanto, 2008:117). Kerangka kerja pengendalian internal COSO menekankan pentingnya menjaga informasi dan sistem pendukung yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan secara keseluruhan (Moeller, 2011:168). Pengendalian internal COSO juga menekankan pentingnya mengintegrasikan sistem informasi secara otomatis dengan operasi lain. Dengan demikian, struktur pengendalian internal yang dikemukakan oleh COSO, terutama dalam lingkungan pengendalian adalah pengendalian sistem informasi (Moeller, 2005:96). Sejak tahun 2014, OJK mengharuskan seluruh dewan direksi BPR memiliki sertifikasi khusus dalam menjalankan BPR. Ketua umum Perbarindo mengatakan, bukan kompetisi yang menjadi ancaman terbesar BPR, namun karena mismanagement dan fraud yang dilakukan pengurusnya (Suyanto, 2016). Dengan demikian, mulai tahun 2016, OJK mengharuskan BPR memiliki dewan direksi dan komisaris memiliki sertifikasi kompetensi. Selain dewan komisaris, personal/sumber daya manusia (SDM) lainnya juga sangat dibutuhkan yang mumpuni untuk mendukung perkembangan bisnis BPR. Namun kondisi ini masih belum terpenuhi semua, terutama pada BPR yang ada di Sumatera Utara, yaitu permasalahan SDM yang masih belum mumpuni, rekruitmen SDM masih belum sesuai standar, sehingga berdampak pada kegiatan operasi BPR.
2. KAJIAN LITERATUR 1. Teori Kontinjensi dan Teori Technology Acceptance Model (TAM) Setiap organisasi menyesuaikan sistem informasi akuntansi yang dibutuhkan pengguna, karena sistem informasi akuntansi sangat bervariasi dari satu bisnis yang lain (Kieso et al, 2011:88). Hal ini sesuai dengan teori kontinjensi yang mengatakan bahwa tidak ada model atau sistem yang universal diterima oleh organisasi, karena desain organisasi tergantung pada faktor-faktor kontinjen yang relevan dengan situasi (Hoque, 2003:12). Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1989. TAM dibuat khusus untuk pemodelan adopsi pengguna sistem informasi. TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor yang secara dominan mempengaruhi integrasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi. Sedangkan faktor kedua adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi (ease of use). Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemauan untuk memanfaatkan teknologi (usefulness). Selanjutnya kemauan untuk memanfaatkan teknologi akan mempengaruhi penggunanan teknologi yang sesungguhnya.
2. Operasional Theory 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) merupakan bagian integral dari sebuah struktur organisasi dan untuk proses pengawasan, memotivasi, memberikan pengukuran kinerja, seperti pendelegasian wewenang, mengkomunikasikan tujuan, partisipasi dan umpan balik informasi (Jones, 1985). Belkaoui (2002:9) mendefinisikan sistem informasi akuntansi manajemen sebagai “…. the set of human and capital | Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun
41
PROCEEDINGS
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
ISSN- 2252-3936
resources within an organization that is responsible for the production and dissemination of information deemed relevant for internal decision making”. Hal ini sesuai dengan tujuan SIAM yang dikemukakan Hansen & Mowen (2007:4), yaitu menyediakan informasi biaya jasa, produk, dan objek lain yang menarik bagi manajemen; Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, evaluasi dan perbaikan secara terus menerus; dan Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Dengan demikian, sistem informasi akuntansi manajemen memiliki ruang lingkup yang luas yang memungkinkan manajer untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang sukses dalam jangka panjang (Hoque, 2003:6). Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah sistem harus melayani setidaknya satu tujuan, tetapi dapat juga melayani beberapa tujuan sekaligus, melayani tujuan adalah pembenaran fundamentalnya, ketika sistem berhenti untuk melayani tujuan, maka harus diganti (Hall, 2011:5). Sistem informasi akuntansi manajemen diperlukan sebagai pedoman untuk menjalankan fungsi akuntansi manajemen, dimana akuntansi manajemen secara umum merupakan subsistem dari sistem informasi akuntansi, sebagaimana yang dikatakan Belkaoui (2002:9), yaitu : “Management accounting systems is generally a subsystem of the accounting information system……”. Hubungan akuntansi manajemen dengan sistem informasi akuntansi manajemen dipertegas dalam gambar berikut : MA Information Systems
Formal Tools and Techniques
Roles
MANAGEMENT ACCOUNTING
Information for decision making
Routines, norms, shared Informal Sumber : Burns et al (2013:7) experiences
Gambar.
Komponen Formal dan Informal Akuntansi Manajemen
Berdasarkan gambar, dapat dijelaskan bahwa akuntansi manajemen dalam organisasi merupakan kombinasi dari berbagai komponen, sehingga dapat membuat akuntansi manajemen menyediakan informasi untuk mengambil keputusan dalam organisasi. Secara formal, akuntansi manajemen itu terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu sistem informasi akuntansi manajemen; perangkat keras dan perangkat lunak yang memfasilitasi pengumpulan data dan pengolahan informasi. Teknik akuntansi manajemen; sebuah metode kalkulatif yang memungkinkan organisasi untuk membuat struktur permasalahan mereka dan memberikan alternatif tindakan. Peran akuntan manajemen; cara di mana akuntan terlibat dalam membantu pengambilan keputusan organisasi. Sistem informasi akuntansi manajemen yang mampu mendukung pengambilan keputusan sesuai dengan keinginan dan tujuan entitas diperlukan SIAM yang berkualitas. Kaplan & Atkinson (1998:1) mengukur kualitas SIAM dengan timely, efficient, dan effective. Ong et al (2009) dan Wixom & Todd (2005) menggunakan dimensi Reliability, Flexibility, Integration, Accessibility, Timeliness. Chang et al (2012) menggunakan dimensi Security, Ease of use dan Efficiency. Secara spesifik Heidmann et al (2008) mengukur kualitas SIAM menggunakan dimensi Integration, Flexibility, Accessibility, Formalization dan Media richness. Pengukuran kualitas SIAM dalam penelitian ini menggunakan integration, flexible, reliability, efficient.
2.2 Kualitas Informasi Akuntansi Informasi adalah data yang telah dibentuk menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi manusia (Laudon & Laudon, 2012:15). Sejalan dengan definisi yang disampaikan Stair & Reynolds (2012:5) dimana informasi adalah kumpulan fakta yang terorganisir sehingga memiliki nilai tambah. Sedangkan Romney & Steinbart (2012:24) mengatakan Informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti dan meningkatkan proses pengambilan keputusan (Romney & Steinbart, 2012:24). Untuk menghasilkan informasi atau laporan akuntansi yang berkualitas, harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai (Hans kartikahadi, 2012:49). Informasi akuntansi yang berkualitas adalah informasi akuntansi yang memiliki karakteristik kualitas yang diperlukan oleh pemakainya dalam pengambilan keputusan yang berharga mencapai tujuan organisasi (O’Brein &
42
Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun|
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Marakas, 2010). Informasi yang berkualitas dapat bermanfaat kepada pengguna untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan pengambilan keputusan, dan meningkatkan kemampuan untuk merencanakan dan menjadwalkan kegiatan (Romney & Steinbart, 2012:24). Karakteristik informasi dapat dilihat dari Relevant, Reliable, Timely, Understandable, Verifiable, Accessible (Romney & Steinbart, 2012:24). McLeod & Schell (2007:35) mengemukakan dimensi informasi adalah relevancy, accuracy, timeliness dan completeness. Sementara menurut Hans Kartika Hadi et al (2012:49) karakteristik informasi akuntansi adalah dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), keandalan (reliability) dan dapat dibandingkan (comparability). Sedangkan Stair dan Reynolds (2012:7) adalah accessible, accurate, complete, economical, flexible, relevant, reliable, secure, Simple, Timely, dan Verifiable. Untuk informasi akuntansi manajemen memiliki dimensi scope, timeliness, levels of aggregation dan integration (Chenhall & Morris 1986).
2.3
Pengendalian Internal
Komponen pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) terdiri dari lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and communication), dan pemantauan (monitoring). Secara umum tujuan pengendalian internal adalah mengefisiensikan dan mengefektifkan operasional sebuah entitas, menjamin kehandalan proses pelaporan keuangan dan menjamin tingkat kepatuhan atas penerapan sebuah peraturan (Moeller, 2011:157). Pengendalian internal internal menggambarkan kebijakan, rencana, dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen dari suatu organisasi untuk melindungi aset-asetnya (Bagranoff et al, 2008:349). Artinya bahwa pengendalian internal merupakan usaha perlindungan terhadap asset dengan menentang pengambil alihan, penggunaan, atau disposisi asset secara tidak sah dan termasuk pengendalian yang berkaitan dengan pelaporan keuangan dan tujuan operasi (Messier et al, 2008:192). Kegiatan kunci dalam kerangka kerja pengendalian internal yang dikemukakan COSO terutama dalam komponen lingkungan pengendalian (Moeller, 2005:96) dan aktivitas pengendalian (Wilkinson et al, 2000:268) adalah pengendalian sistem informasi. Pengendalian sistem informasi adalah metode dan perangkat yang mencoba untuk memastikan keakuratan, validitas, dan kepatutan dari kegiatan sistem informasi (O’Brien & Marakas, 2011:569). Dengan demikian, pengendalian harus dimasukkan ke dalam setiap sistem dan aplikasi untuk mengurangi halhal yang mungkin timbul seperti catatan yang kurang baik, akuntansi yang tidak tepat, gangguan bisnis, pengambilan keputusan yang buruk, penipuan dan penggelapan, pelanggaran atas ketentuan hukum atau aturan, peningkatan biaya, hilangnya aktiva, serta hilangnya posisi kompetitif pasar (Sawyer et al, 2006:113). Sementara itu, pengendalian dalam sistem informasi akuntansi manajemen merujuk pada serangkaian prosedur, alat, pengukuran kinerja, dan sistem yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan petunjuk dan memotivasi seluruh karyawan agar mencapai tujuan perusahaan (Atkinson et al, 2012:342).
2.4 Kompetensi Pengguna Pengguna sistem informasi perusahaan adalah sumber daya yang dapat memberikan satu kontribusi nyata dalam mencapai sasaran strategis dan meraih keunggulan kompetitif, hal ini berlaku ketika pengguna dapat secara aktif ikut berpartisipasi dalam pengembangan dan mempraktikkan komputasi pengguna akhir (McLeod & Schell, 2007:101). Pada perusahaan, karyawan dan manajer merupakan sumber daya dan sebagai pengguna akhir sebuah sistem (Warren et al, 2009:496; McLeod & Schell, 2007:17). Sebagaimana menurut Bantley & Whitten (2007:9) bahwa pengguna sistem meliputi pengguna eksternal (customers, suppliers, partners, dan employees) dan pengguna internal (clerical and service works, technical and professional and staff, supervisors, middle managers and executive managers). Agar berjalan dengan baik sebuah sistem informasi dalam sebuah organisasi, maka diperlukan kompetensi, dimana kompetensi sumber daya manusia, berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan yang diinginkan (Stewart & Brown, 2011:22). Pengetahuan pengguna yang dimaksudkan adalah pengetahuan mengenai SIAM dan pemahaman atas tugas dari pekerjaanya sebagai pengguna SIAM. Kemampuan sebagai pengguna SIAM diharapkan mampu untuk menjalankan SIAM yang tersedia sampai mampu menterjemahkan informasi yang dihasilkan menjadi informasi yang berguna sebagai pengambilan keputusan, pengguna SIAM juga mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan dan lebih efektif. Keahlian yang diharapkan sebagai pengguna SIAM adalah keahlian dalam penyelesaian pekerjaannya dan keahlian dalam mengekspresikan kebutuhan-kebutuhannya dalam pekerjaan. | Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun
43
PROCEEDINGS
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
ISSN- 2252-3936
2.5 Tata Kelola Yang Baik (Good Corporate Governance) Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus orngisasi, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau sistem yang mengendalikan organisasi (FCGI, 2002). Adapun tujuan dari good corporate governance (Ruin, 2003:19), yaitu : 1) Mengurangi kesenjangan antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu organisasi; 2) Meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam melakukan investasi; 3) Mengurangi biaya modal; 4) Meyakinkan semua pihak atas komitmen legal dalam pengelolaan organisasi; dan 5) Penciptaan nilai organisasi termasuk hubungan antara stakeholders, bondholders, dan shareholders. Adapun prinsip good corporate governance yang dipakai BPR adalah prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh OJK, yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).
2.6 Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kualitas Informasi Akuntansi dan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik. Sesuai dengan teori kontinjensi, bahwa tidak ada model sistem informasi yang general, maksudnya tidak semua sistem informasi sama digunakan oleh setiap organisasi, karena setiap system informasi tergantung pada kondisi organisasi tersebut. Begitu juga dengan sistem informasi yang digunakan oleh BPR akan berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Namun pada umumnya sistem informasi dibangun bertujuan untuk membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, begitu juga halnya dengan sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi bertujuan untuk menyajikan laporan keuangan yang dirancang untuk pengguna eksternal dan pengguna internal. Susanto (2009:6) mengatakan sistem informasi akuntansi dibangun dengan tujuan utama untuk mengolah data akuntansi yang berasal dari berbagai sumber menjadi informasi akuntansi yang diperlukan oleh berbagai macam pemakai untuk mengurangi risiko saat pengambilan keputusan. Sistem informasi akuntansi juga dapat memperbaiki kualitas laporan keuangan dan mempercepat proses transaksi perusahaan (Sajadyet et al, 2008). Hal ini dimaksudkan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas akan mampu menghasilkan laporan keuangan yang baik pula. Penelitian yang dilakukan Nicolaou (2011) menemukan persepsi pengguna terhadap efektifitas sistem informasi akuntansi, yang diukur berdasarkan persepsi kepuasan pengambil keputusan dalam bentuk akurasi dan efektifitas monitoring dari output informasi yang dihasilkan. Begitu juga halnya dengan hasil studi yang dilakukan Xu et al (2003) mengemukakan isu-isu terkait sistem informasi akuntansi dipandang sebagai isu paling kritis terhadap kualitas informasi. Kualitas informasi dan kualitas SIAM akan mampu mewujudkan tata kelola perusahaan menjadi berjalan dengan lancar (Effendi, 2009:6). Pengukuran Good Corporate Governance di BPR menggunakan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh OJK, yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness). Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang relevan bagi BPR, pedoman akuntansi bagi BPR dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kualitas SIAM yang digunakan BPR untuk pengingkatan transparansi dapat dilihat dari sistem yang digunakan dalam organisasi terintegrasi dengan baik, yaitu menyatunya sistem antar bagian dalam kantor, antar kantor, maupun antar cabang BPR jika ada. Menyatu yang dimaksud adalah baik secara fisik maupun prosedur yang digunakan pada BPR. Ketika SIAM mampu digunakan untuk mengomunikasikan hasil pekerjaan dengan pihak terkait, baik pimpinan maupun rekan kerja sehingga dapat memunculkan nilai kompetitif pada perusahaan, maka sistem dapat dikatakan berkualitas. Sistem yang berbasis komputer dapat mempermudah pekerjaan, namun apabila terjadi perubahan dalam sebuah lingkungan bisni, sistem tidak mampu cepat disesuaikan, maka sistem belum dapat dikatakan berkualitas. Sistem yang berbasik komputer harus mampu menyajikan pilihan input dan pilihan output sesuai dengan kebutuhan kerja, sehingga pengguna merasa yakin bahwa SIAM yang tersedia dipakai mampu memenuhi kebutuhan sesuai wewenang dan tanggungjawab dan SIAM yang berbasis komputer diharapkan tidak lambat merespon sehingga pekerjaan yang sudah ditetapkan dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Sistem informasi yang berkualitas juga
44
Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun|
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
mampu penyimpanan data dengan tidak banyak memakan memori juga dalam penggandaan (backup data) lebih sederhana.
2.7 Kontribusi Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kualitas SIAM Pengendalian juga diperlukan untuk memastikan bahwa semua peristiwa ekonomi yang relevan ditangkap oleh sistem informasi akuntansi, dan proses mengubah serta meringkas informasi keuangan tidak menunjukkan kesalahan (Hayes et al, 2005:250). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Danescu et al (2012) yang menyatakan bahwa untuk menjamin fungsi sebuah sistem informasi, ditentukan oleh adanya pengendalian internal yang memadai, baik itu pada tingkat entitas bisnis maupun pada tingkat masing-masing kegiatan, operasi atau proses yang dilakukan, serta dalam penerimaan manfaat dari informasi agar dapat dirasakan benar sesuai dengan realitas ekonomi yang disajikan. Kerangka kerja pengendalian internal COSO menekankan pentingnya menjaga informasi dan sistem pendukung yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan secara keseluruhan, sehingga pengendalian internal mampu mengintegrasikan sistem informasi secara otomatis dengan operasi lain. (Moeller, 2011:168). Dengan demikian, struktur pengendalian internal yang dikemukakan oleh COSO, terutama dalam lingkungan pengendalian adalah pengendalian sistem informasi (Moeller, 2005:96). Penelitian Mohanad & Audeh (2013) menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan untuk risiko komunikasi antara pengendalian internal dan departemen komputer terhadap efisiensi sistem informasi akuntansi pada bank-bank komersial. Korvin et al (2004) mengembangkan sebuah model untuk penilaian risiko pengendalian internal yang membantu manajer membuat keputusan proaktif tentang memperkenalkan langkah-langkah pengendalian internal yang efektif, sehingga memastikan integrasi dan keamananan dari sistem informasi akuntansi. Jadi, pengimplementasian keamanan dan pengendalian yang efektif, organisasi dapat meningkatkan kualitas dan keandalan sistem informasi (Laudon & Laudon 2012:320).
2.8 Kontribusi Kompetensi Pengguna terhadap Kualitas SIAM Hasil penelitian yang dilakukan Thong (1999) telah membuktikan pengetahuan karyawan tentang sistem informasi menjadi faktor penentu meningkatnya kualitas sistem informasi dalam suatu perusahaan. Sedera et al (2010) juga mengatakan pengetahuan memiliki hubungan yang positif dengan kesuksesan sistem informasi perencanaan bisnis. Dengan demikian, pengetahuan, keterampilan dan kecerdikan dari staf secara individual yang terlibat akan sangat penting (Ward & Peppard, 2002:529), karena personal yang kompeten sama pentingnya dengan sistem informasi yang tepat guna bagi perusahaan (Xu, 2009). Menggabungkan pengetahuan pengguna dan keahlian pengguna mengarah ke solusi yang lebih baik (Laudon & Laudon, 2012:541). Sehingga sistem informasi dapat menguntungkan organisasi jika karyawan menyumbangkan pengetahuannya (O’Brien & Marakas, 2010:68). Manajer yang mengetahui bagaimana bekerja dengan situasi sebuah sistem informasi organisasi akan lebih berhasil dari pada manajer yang kurang terampil dalam menerapkan sistem informasi (Laudon & Laudon, 2012:84). Selain pengetahuan bisnis secara umum, manajer sistem informasi harus memiliki lebih mendalam pengetahuan tentang teknologi untuk mengelola sistem informasi dan bermitra dengan general manager yang menggunakan informasi (Pearlson & Saunders, 2010:9). Secara umum, untuk dapat terlibat dalam sebuah sistem bisnis, kompetensi sumber daya manusia sangat diperlukan, dimana kompetensi sumber daya manusia itu terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan (Yukl, 2010:419; Moeller, 2011:161; Stewart & Brown, 2011:22). Kompetensi akan mendrive munculnya tingkat partisipasi, kepuasan terhadap sistem informasi, mengurangi kepastian yang dihadapi dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pengguna sistem informasi (Kustono, 2011). Pengalaman pengguna sistem informasi di BPR dalam bekerja di bidang yang sama dan pengalaman penggunaan sistem dalam penyelesaian pekerjaandapat meningkatkan kualitas sistem informasi. Begitu juga pengetahuan yang baik atas sebuah sistem informasi akan mampu meningkatkan kualitas sistem informasi, dimana pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun melalui pelatihan khusus. Kompetensi pengguna di BPR dapat meningkatkan kualitas sistem apabila pengguna sistem informasi mengetahui tujuan perusahaan yang dituangkan dalam visi dan misi organisasi. Sistem informasi juga berkualitas apabila pengguna sistem mampu mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada pihak yang membutuhkan.
| Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun
45
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice
PROCEEDINGS
Bandung, 20 Juli 2017
ISSN- 2252-3936
3. KESIMPULAN Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan aturan tentang tata kelola yang baik (Corporate Governance) dengan prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness). Untuk mewujudkan tata kelola yang baik dibutuhkan sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas, dimana untuk membentuk sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas ada beberapa variabel pendahulu sebagai pendukungnya, diantaranya adalah efektivitas pengendalian internal dan kompetensi pengguna sistem informasi. Pengendalian internal yang efektif dapat membantu sistem informasi mencapai tujuan utama sistem informasi yang ada di entitas. Untuk pengguna sistem informasi yang kompeten sangat dibutuhkan, manajer yang mengetahui bagaimana bekerja dengan situasi sebuah sistem informasi organisasi akan lebih berhasil dari pada manajer yang kurang terampil dalam menerapkan sistem informasi. Selain itu, aturan tentang kompetensi di BPR juga telah diatur OJK.
46
Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun|
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
4. DAFTAR PUSTAKA [1]. Atkinson, Anthony A., Kaplan, Robert S., Matsumura, Ella Mae & Young, S. Mark. 2012. Management Accounting (Information for Decision-Making and Strategy Execution). 6th Edition. Perason Prentice Hall [2]. Belkoui, Ahmed Riahi. 2002. Behavioural Management Accounting. London: Quorum Books\ [3]. Bentley, Lonnie D. and Whitten, Jeffrey L. 2007. Systems Analysis and Design for the Global Enterprise. McGraw-Hill. New York. [4]. Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. The Impact of Structure, Environment, and Interdependence on the Perceived Usefulness of Management Accounting Systems. The Accounting Review. Volume 61. No 1. pp. 16-35. [5]. Danescu, Tatiana. Prozan, Mihael & Danescu, Andreea Cristina. 2012. The role of the risk management and of the activities of internal control in supplying useful information through the accounting and fiscal reports. Procedia Economics and Finance. Volume 3. Pp. 1099 – 1106 [6]. Effendi. Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance :Teori dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta. [7]. Hall, James A. 2011. Accounting Information Systems. 7th Edition, Mason-USA: South-Western Cengage Learning [8]. Hansen, Don R. & Mowen, Maryanne M. 2007. Managerial Accounting. 8th Edition, USA: Thomson [9]. Hans Kartikahadi. Rosita Uli Sinaga. Merliyana Syamsul. dan Sylvia Veronica Siregar. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK berbasis IFRS. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. [10]. Hayes, Rick. Dassen, Roger. Schilder, Arnold & Wallage, Philip. 2005. Principle of Auditing – An Introduction to International On Auditing. 2nd Edition. Prentice Hall Pearson Education Limited. [11]. Heidmann, Marcus. Schäffer, Utz & Strahringer, Susanne. 2008. Exploring the Role of Management Accounting Systems in Strategic Sensemaking. Information Systems Management. Volume 25. Pp. 244–257 [12]. Hoque, Zahirul. 2002. Strategic Management Accounting. USA: Spiro Press [13]. Jones, C.S. 1985. An Empirical Study Of The Role Of Management Accounting Systems Following Takeover Or Merger. Accounting Organizations and Society. Volume 10, No. 2, pp. 177-200 [14]. Kaplan, Robert S. & Atkinson, Anthony A. 1998. Advanced Management Accounting. 3rd Edition. Prentice Hall International [15]. Kaplan, Robert S. 1984. The Evolution of Management Accounting. The Accounting Review. Volume 59, No. 3 (Jul.), pp. 390-418 [16]. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J. & Warfield, Terry D. 2011. Intermediate Accounting. 14th Edition. John Wiley & Sons, Inc., [17]. Korvin, Andre de. Shipley, Margaret F. & Omer, Khursheed. 2004. Assesing Risks Due to Treaths to Internal Control in a Computer-Based Accounting Information System : A Pragmatic Approach Based on Fuzzy set Theory. Intelligent Systems in Accounting, Finance and Management. Volume 12 Apr-Jun. No 2. Pp. 139-152. [18]. McLeod, Raymon & Schell, George P. 2007. Management Information Systems. 10th Edition. Pearson Prentice Hall USA [19]. Moeller, Robert R. 2005. Brink’s Modern Internal Auditing. 6th Edition. John Wiley. USA [20]. Moeller, Robert R. 2011. COSO enterprise risk management : establishing effective governance, risk, and compliance processes. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. [21]. Mohanad Obeid Arhail ALShbiel & Audeh Ahmad Bani Ahmad. 2013. The risks of communication between department of internal control & computer and its impact on the efficiency of the accounting information systems in the commercial banks. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. Volume 4. No 11. Pp. 297-303. [22]. Napitupulu, Ilham Hidayah. 2015. Antecedence of user satisfaction in management accounting information systems quality: user involvement and user competency (survey of indonesia manufacture company managers). International Journal of Applied Business and Economic Research. Vol. 13 No 2. Page 561-577 [23]. Napitupulu, Ilham Hidayah. 2016. Peran Pengendalian Internal Dalam Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Studi Pada BUMN. Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke – 5 Makassar [24]. Nicolaou, Andreas I. 2011. Integrated Information systems and interorganizational performance: the role of management accounting systems design, Advances in Accounting Behavioral Research, Volume 14. pp. 117–141 | Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun
47
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017
[25]. O’Brien, James A. & Marakas, George M. 2010. Introduction to Information Systems. 15th Edition. McGrew-Hill Irwin [26]. Ong, Chorng-Shyong, Day, Min-Yuh, dan Hsu Wen-Lian. 2009. The measurement of user satisfaction with question answering systems, Information & Management. Volume 46. Pp. 397– 403 [27]. Pearlson, Keri E. & Saunders, Carol S. 2010. Managing and Using Information Systems - A Strategic Approach. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc. [28]. Ruin, Josef Eby. 2003. Audit Committee.: Going Forward Towards Corporate Governance. Malaysian Institute of Corporate Governance (MICG). [29]. Sawyer, Lawrence B. Dittenhofer, Mortimer A. & Scheiner, James H. 2006. Sawyer’s Internal Auditing. Alih Bahasa Desi Adhariani. Edisi 5. Buku 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. [30]. Sedera, Darshana. Gable, Guy dan Chan, Taizan. 2010. Knowledge Management Competence for Enterprise Success. The Journal of Strategic Information Systems. Volume 19. Issue No 4. Pp. 296-306 [31]. Stair, Ralph M. dan Reynolds, George W. 2010. Principles of Information Systems. 9th Edition. Boston-USA : Course Technology [32]. Stair, Ralph M. dan Reynolds, George W. 2012. Fundamentals of Information Systems. Sixth Edition. Course Technology, Cengage Learning. USA [33]. Stewart, Greg L. & Brown, Kenneth G. 2011. Human Resource Management - Linking Strategy to Practice. John Wiley & Sons, Inc. [34]. Susanto, Azhar. 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya [35]. Suyanto, Joko. 2016. Demi Tata Kelola BPR yang Lebih Baik. Info Bank. Vol.XXXVII, No.444. [36]. Thong, James Y. L. 1999. An Integrated Models on Information Systems Adoption in Small Business. Journal of Management Information Systems. Volume 15. No 4. Pp. 187-214 [37]. Ward, John & Peppard, Joe. 2002. Strategic Planning for Information Systems. 3rd Edition. John Wiley & Sons, Inc. [38]. Warren, Carl S., Reeve, James M. & Duchac, Jonathan E. 2009. Managerial Accounting. 10th Edition. Mason–USA : South-Western Cengage Learning [39]. Wilkinson, Joseph W. 1989. Accounting Information System : essential concepts and applications. John Wiley & Sons Inc. [40]. Wilkinson, Joseph W. Cerullo, Michael J. Raval, Vasant & Bernard, Wong-on-wing. 2000. Accounting Information Systems – Essential Concepts and Applications. 4th Edition. John Wiley. USA. [41]. Wixom, Barbara H. & Todd, Peter A. 2005. A Theoretical Integration of User Satisfaction and Technology Acceptance. Information Systems Research. Mar. Volume 16. No1. Pp. 85-102 [42]. Xu, Hongjiang. 2009. Data quality issues for accounting information systems’ implementation: Systems, stakeholders, and organizational factors Journal of Technology Research. Volume 1. April. Pp. 1-11 [43]. Yukl, Gary. 2010. Leadership in Organizations. New Jersey-USA: Pearson Prentice Hall [44]. Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: ALFABETA.
48
Ilham Hidayah Napitupulu, Anggiat Situngkir, Amran Harun|