perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN NON LINGKUNGAN DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) Non Environmental Road Maintenance Priorities in Surakarta with AHP Method (Analytical Hierarchy Process)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
DisusunOleh : R. RULAN OKTHARANDI I 0107125
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN NON LINGKUNGAN DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)
Non Environmental Road Maintenance Priorities in Surakarta with AHP Method (Analytical Hierarchy Process)
DisusunOleh : R. RULAN OKTHARANDI I 0107125 Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Persetujuan Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Adi Yusuf M, MT Widi Hartono, ST, MT NIP :195811271988031001 NIP. 19730729 199903 1 001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN NON LINGKUNGAN DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)
Non Environmental Road Maintenance Priorities in Surakarta with AHP Method (Analytical Hierarchy Process)
SKRIPSI DisusunOleh: R. RULAN OKTHARANDI. I 0107125
Telah dipertahankan dihadapan Tim Peguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari Senin, 04 Februari 2013
1. Widi Hartono, ST, MT NIP. 19730729 199903 1 001
( .............................. )
2. Ir. Adi Yusuf M, MT NIP. 19581127 198803 1 001
( .............................. )
3. Ir. Sugiyarto., MT NIP. 19551121 198702 1 002
( .............................. )
4. Ir. Delan Suharto, MT NIP. 19481210 198702 1 001
( .............................. )
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS
Ir. Bambang Santosa, MT commit to198601 user 1 001 NIP. 195908223
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
LATARKABUNNA TOBAQON AN TOBAQ Sungguh kalian akan menjalani (kehidupan) setahap demi setahap (Al-Insyiqaq : 25)
MAN JADDA WA JADA Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan (Annonim)
Jangan takut untuk mengambil langkah yang besar apabila memang itu diperlukan. Kita tidak akan bias melompati jurang dengan dua lompatan kecil. (David Lloyd George)
Tak ada kata terlambat namun yang ada hanya kata tertunda (penulis)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karyaku ini kupersembahkan kepada: Alloh SWT, Tuhan semesta alam, semua ini terjadi karena kehendakMu,semoga ilmu yang telah Engkau berikan menjadi bermanfaat, Amin. Muhammad SAW, Manusia yang paling mulia dan sempurna di dunia, atas perjuangan yang tak kenal lelah untuk umatnya, rahmat bagi seluruh alam. Kedua orang tuaku dan adikku, yang selalu memberi semangat dan doa agar cepat menyeleseikan kuliah. My lovely Esti yang selalu mendukung dan memberi semangat kepadaku. Teman-teman kost Mbah Kardi dan kost Bu Eni yang selalu menyemangatiku. Rekan-rekan tim skripsi (Sheiza danBahri). Semua sahabat yang pernahku kenal, yang tak bisa disebutkan satu persatu. Semoga jalinan silaturahmi ini selalu terjaga dengan baik. Semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan tugas akhir hingga selesai.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK R. Rulan Oktharandi, 2013. Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan Di Kota Surakarta Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Skripsi Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta merupakan kota yang terkurung daratan, tidak memiliki moda transportasi air sehingga mengandalkan moda tranportasi darat sebagai satusatunya sarana transportasi. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum kota Surakata, saat ini sekitar 52 ruas jalan di Kota Surakarta mengalami kerusakan yang cukup parah. Sedangkan anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan jalan dalam APBD tahun 2012 hanya Rp.3 miliar. Mengingat beberapa masalah diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk membuat sistem penilaian yang dapat membantu dalam menentukan prioritas penanganan pemeliharaan jalan di wilayah Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun urutan prioritas penanganan pemeliharaan jalan non-lingkungan di wilayah Kota Surakarta. Penelitian menggunakan Metode Deskriptif Evaluatif dan dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang telah dikembangkan oleh Saaty. Obyek dari penelitian yaitu 14 ruas jalan yang menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta. Data yang digunakan untuk penelitian meliputi survey langsung kelapangan berupa pengisian form penilaian kondisi jalan untuk menghitung besar persentase kerusakan komponen bangunan dan penyebaran kuisioner pembobotan komponen bangunan yang melibatkan, DPU Kota Surakarta, Dinas Bina Marga Kota Surakarta dan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta yang mempunyai kewenangan dalam hal penentu kebijakan pemeliharaan jalan. Dari hasil wawancara didapatkan beberapa kriteria yang menjadi dasar dalam penentuan kebijakan pemeliharaan jalan yaitu kriteria kerusakan jalan, LHR jalan, Klasifikasi fungsi jalan, Pemeliharaan jalan dan Tingkat pelayanan jalan. Dari hasil perhitungan didapat bobot masing-masing kriteria yaitu kriteria tingkat kerusakan (0,395), LHR jalan (0,310), Klasifikasi fungsi jalan (0,169), Pemeliharaan jalan (0,075) dan Tingkat pelayanan jalan (0,051). Adapun urutan prioritas penanganan perbaikan jalannya yaitu : Jalan L.U. Adi Sucipto (0,1834), Jalan Dr. Rajiman (0,1794), Jalan Brigjen. Slamet Riyadi (0,1777), Jalan Ir. Sutami (0,1721), Jalan Jend. A. Yani (0,1471), Jalan Tentara Pelajar (0,1448), Jalan Kapten Tendean (0,1219), Jalan Brigjen. Sudiarto (0,0984), Jalan Kol. Sugiyono (0,0975), Jalan Kapten Mulyadi (0,0952), Jalan K.H. Agus Salim (0,0912), Jalan Bhayangkara (0,0907), Jalan Veteran (0,0692), Jalan Ir. Juanda (0,0620).
Kata kunci : prioritas pemeliharaan, jalan non-lingkungan, ahp, kota commit to user Surakarta
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT R. Rulan Oktharandi, 2013. Non Environmental Road Maintenance Priorities in Surakarta with AHP Method (Analytical Hierarchy Process) Essay of Civil Engineering Sebelas Maret University Surakarta. Surakarta is a landlocked city, has no water transportation modes that rely on ground transportation as their only means of transportation. Based on data from the city Public Works Department of Surakata, currently around 52 roads in the city of Surakarta suffered significant damage. While the budget provided for road maintenance in the budget in 2012 only Rp 3 billion. Given some of the problems above, the research needs to establish a scoring system that can assist in determining the priority handling of road maintenance in the city of Surakarta. The purpose of this research is to develop a road maintenance management priorities of non-environment in the city of Surakarta. Evaluative research using descriptive method and analyzed by the method of Analytical Hierarchy Process (AHP) developed by Saaty.. The object of the study is 14 roads under the authority of the Department of Public Works City of Surakarta. The data used for the study included surveys of spaciousness in the form of direct charging for road condition assessment form to calculate the percentage of damage to building components and distribution of questionnaires weighting involves building components, DPU city of Surakarta, Surakarta City Department of Highways and Highways Technical Implementation Hall of Surakarta who have authority in terms of road maintenance policy makers. From interviews obtained some criteria on which to base policy in determining the criteria for road maintenance road damage, LHR roads, road function classification, road maintenance and road service levels. Calculation results obtained from the weight of each criterion is the extent of damage criterion (0.395), LHR road (.310), the classification function (0.169), road maintenance (0.075) and the level of service road (.051). The order of priority handling road improvements are: LU Adi Sucipto Road (0.1834), Dr. Rajiman Road (0.1794), Brig. Slamet Riyadi Road (0.1777), Ir. Sutami Road (0.1721), Jend. A. Yani Road (0.1471), Tentara Pelajar Road (0.1448), Captain Tendean Road (0.1219), Brigjen. Sudiarto Road (0.0984), Kol. Sugiyono Road (0.0975), Kaptain Mulyadi Road (0.0952), KH Agus Salim Road (0.0912), Bhayangkara Road (0.0907), Veteran Road (0.0692), Ir. Juanda Road (0.0620).
commit to user Keywords: maintenance priorities, the non-environmental, AHP, Surakarta
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridlo-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan
skripsi
dengan
judul
PRIORITAS
PEMELIHARAAN JALAN NON LINGKUNGAN DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process). Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat serta para penerus generasi estafet perjuangan beliau. Penyusunan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini sangat member pengalaman berharga bagi penulis, disamping itu semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kalangan Teknik Sipil umunya dan khususnya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh guna meraih gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidak dapat terealisasikan tanpa bantuan dari pihak-pihak yang ada disekitar penulis. Karena itu dalam kesempatan ini penulis harus menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan ridlo-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini. 2. Ir. Bambang Santosa, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Widi Hartono, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas arahan, bantuan, dan bimbingan beliau selama pembuatan skripsi dari awal hingga selesai. 4. Ir. Adi Yusuf M, MT, selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas semua bimbingan dan arahan selama pembuatan skripsi ini hingga selesai. 5. Dosen penguji yang telah meluangkan waktunya. 6. Endah Safitri, ST, MT selaku Pembimbing Akademik. Terima kasih atas arahan dan bimbingannya dari awal hingga terselesaikannya kuliah ini. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Segenap pimpinan dan staff Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2007 baik yang masih bertahan maupun yang telah mendahului. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii MOTTO .......................................................................................................... iv PERSEMBAHAN .......................................................................................... v ABSTRAK ......................................................................................................vi ABSTRACT ....................................................................................................vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3 1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ..................... 5 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Terdahulu ................................................................... 5 2.2 Landasan Teori ............................................................................. 8 2.2.1 Definisi, Fungsi dan Peranan Jalan ..................................... 9 2.2.2 Macam – Macam Kerusakan Jalan ...................................... 12 1. Retak (cracking)............................................................... 12 2. Distorsi (distortion) ........................................................ 13 commit to user 3. Cacat Permukaan (disintegration)................................... 13
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pengausan (Polished aggregate)....................................... 13 5. Kegemukan (Bleeding or Flushing)................................. 13 6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression) ...................................................................... 14 2.2.3 Penentuan Penilaian Kondisi Jalan Sekarang ..................... 14 2.2.4 Penentuan Kelas Lalu – lintas untuk Pekerjaan Pemeliharaan ....................................................................... 16 2.2.5 Penentuan
Urutan
Prioritas
Menurut
Tata
Cara
Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota ................ 17 2.2.6 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ....................... 18 2.2.6.1 Pembentukan Hirarki Struktural .............................. 18 2.2.6.2 Pembentukan Keputusan Perbandingan .................. 19 2.2.6.3 Perhitungan Bobot Elemen ...................................... 20 2.2.6.4 Pembobotan Kriteria ................................................21 2.2.6.5 Pembobotan masing-masing alternatif .................... 24 2.2.7 Beberapa Contoh Pemodelan Hirarki dari Penelitian Sebelumnya ........................................................ 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 28 3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 28 3.2 Data Penelitian 3.2.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 28 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 29 3.2.3 Teknik Pengolahan Data ..................................................... 29 3.3 Penentuan Kriteria Awal .............................................................. 30 3.4 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penanganan Pemeliharaan Jalan ....................................................................... 32 3.5 Perhitungan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Jalan ...... 32 3.6 Tahapan Penelitian ........................................................................ 33
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................... 36 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Batas Administrasi ............................................................... 36 4.1.2 Kondisi Umum Jalan Non Lingkungan ............................... 36 4.2 Penilaian Kondisi Jalan ................................................................. 37 4.3 Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Jalan ............................. 44 4.3.1 Penentuan Bobot Kriteria dan Subkriteria .......................... 47 4.3.2 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Jalan Non-lingkungan di Kota Surakarta ............................ 55 4.4 Estimasi Biaya Perbaikan Jalan di Kota Surakarta ....................... 63 4.5 Skenario Penanganan Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta ......................................................................... 77 4.6 Perbedaan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ……... 79
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 81 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 81 5.2 Saran ............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai Kondisi Jalan .......................................................................... 14 Tabel 2.2 Kelas dengan Lalu – lintas Harian Masing – Masing (LHR) .......... 16 Tabel 2.3 Skala Penilaian Antara Dua Elemen ............................................... 19 Tabel 2.4 Indeks Konsistensi Acak Rata-rata Berdasarkan pada Orde Matriks ............................................................................................ 22 Tabel 3.1
Kriteria Awal Dalam Penentuan Skala Prioritas.............................. 30
Tabel 4.1
Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta ..................................... .. 37
Tabel 4.2 Contoh Formulir Penilaian Kondisi Jalan Brigjen Sudiarto ........... 38 Tabel 4.3 Contoh Formulir Foto Kondisi Jalan Brigjen Sudiarto ................. .. 39 Tabel 4.4 Kelas LHR Jalan Non Lingkungan ................................................. 43 Tabel 4.5 Kondisi Eksisting Jalan Non Lingkungan ....................................... 43 Tabel 4.6 Syarat Minimal Kondisi Menurut Fungsi Jalan .............................. 45 Tabel 4.7 Data Responden Penentuan Bobot Kriteria dan Subkriteria........... 48 Tabel 4.8 Hasil Pembobotan Kriteria dan Subkriteria dengan Bantuan Expertchoice………………….......................................... 53 Tabel 4.9 Normalisasi Bobot Kriteria Tingkat Kerusakan ............................. 55 Tabel 4.10 Normalisasi Bobot Kriteria Lalu-lintas Harian Rata-rata................ 56 Tabel 4.11 Normalisasi Bobot Klasifikasi Fungsi dari masing-masing Jalan....57 Tabel 4.12 Normalisasi Bobot Kriteria Pemeliharaan dari Masing-masing Jalan ................................................................................................. 58 Tabel 4.13 Normalisasi Bobot Kriteria Tingkat Pelayanan dari Masing-masing Jalan ....................................................................... 58 Tabel 4.14 Estimasi Biaya Perbaikan Jalan per Meter Persegi ......................... 64 Tabel 4.15 Rekapitulasi Kerusakan Jalan Non lingkungan di Kota Surakarta …………………………..................................... 68 Tabel 4.16 Rekapitulasi Harga Perbaikan Jalan dari yang Terendah Hingga Tertinggi ……………………………………………......... 76 Tabel 4.17 Daftar Nama Jalan yang Mendapat Penanganan Perbaikan Berdasarkan Skenario Pertama ........................................................77 commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18 Daftar Nama Jalan yang Mendapat Prioritas Penanganan Pada Skenario Kedua ………………....................................................... 78 Tabel 4.19 Urutan Prioritas Jalan Non lingkungan dengan Metode Analitical Hirarki Process (AHP)……............................................................ 79 Tabel 4.20 Hasil Prioritas Pemeliharaan Jalan Mengacu Pada Bina Marga...... 80
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Batas – Batas Wilayah Kota Surakarta ........................................ 1 Gambar 2.1 Cakupan Model AHP ................................................................... 18 Gambar 2.2 Sebuah Hirarki dengan Tiga Level .............................................. 19 Gambar 2.3 Matriks Perbandingan Preferensi ................................................. 20 Gambar 2.4 Struktur Hirarki (Kardi Teknomo, dkk, 1999) ............................. 25 Gambar 2.5 Struktur Hirarki (Agus Apriyanto, 2008) .................................... 25 Gambar 2.6 Struktur Hirarki (Imam Firmansyah, 2011) ................................. 26 Gambar 2.7 Struktur Hirarki (Rahmat Hidayatullah, 2011) ............................ 26 Gambar 3.1 Model Hirarki Penentuan Urutan Prioritas Pemeliharaan Jalan di Kota Surakarta.......................................................................... 31 Gambar 3.2 Bagan Perbandingan Kriteria dan Subkriteria ............................. 32 Gambar 3.3 Bagan Alir Tahap-Tahap Metode Penelitian ............................... 35 Gambar 4.1 Struktur Hirarki Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan…………………………………………………….. 46 Gambar 4.2 Data Input Kriteria Utama (Expertchoice) ...................................49 Gambar 4.3 Data Input Subkriteria klasifikasi Fungsi Jalan (Expertchoice)... 51 Gambar 4.4 Data Input Subkriteria Pemeliharaan Jalan (Expertchoice) ......... 52 Gambar 4.5 Data Input Subkriteria Tingkat Pelayanan Jalan (Expertchoice).. 53 Gambar 4.6 Struktur Hirarki Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan dan Hasil Pembobotannya............................................................. 54 Gambar 4.7 Normalisasi Kriteria Tingkat Kerusakan ..................................... 56 Gambar 4.8 Normalisasi Kriteria LHR Jalan .................................................. 57 Gambar 4.9 Normalisasi Kriteria Klasifikasi Fungsi Jalan ............................. 59 Gambar 4.10 Normalisasi Kriteria Pemeliharaan Jalan ................................... 59 Gambar 4.11 Normalisasi Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan ........................... 60 Gambar 4.12 Menentukan Nilai Prioritas ........................................................ 61 Gambar 4.13 Hasil Pembobotan dari Masing-masing Alternatif .................... 61 Gambar 4.14 Hasil Analisis Dynamic Sensitivity ........................................... 62 commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Penilaian Kondisi Jalan Non-Lingkungan Di Kota Surakarta.............................A-1 Kuisioner Pembobotan Kriteria Dan Subkriteria.................................................A-2 Contoh Perhitungan Bobot Kriteria Dan Subkriteria dengan Bantuan Expertchoice........................................................................................................A-3
commit to user
xvi
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Surakarta merupakan salah satu kota yang terletak di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang pertumbuhannya sangat cepat. Kota yang terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Sehingga banyak dilewati kendaraan besar maupun kecil dari barat pulau Jawa menuju ke timur pulau Jawa atau sebaliknya. Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”110º45’35”BTdan7º36’00”- 7º56’00”LSdengan luas wilayah 44,04 Km²dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas Timur
: Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
user Kota Surakarta Gambar 1.1 Batascommit – BatastoWilayah 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dilihat dari batas – batas wilayahnya, Surakarta merupakan kota yang terkurung daratan,tidak memiliki moda transportasi air sehingga mengandalkan moda tranportasi darat sebagai satu-satunya sarana transportasi. Untuk menunjang sarana transportasi yang begitu penting maka prasarana yang berupa jalan penghubung antara satu daerah ke daerah lain pun dirasa cukup penting. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakata, saat ini sekitar 52 ruas jalan di Kota Surakarta mengalami kerusakan yang cukup parah. Namun DPU belum bisa berbuat banyak, karena anggaran yang disediakan dari APBD dirasa belum mencukupi untuk melakukan perbaikan jalan tersebut. Kerusakan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : kontruksi jalan, drainase jalan yang kurang baik, faktor muatan jalan yang melebihi kapasitas dan faktor pembiayaan pembuatan jalan. Menurut Kepala DPU Kota Surakarta, Agus Djoko Wittiarso mengatakan, anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan jalan dalam APBD tahun 2012 hanya Rp 3 miliar. Sementara dalam Pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2013, pihaknya mengajukan anggaran perbaikan jalan lingkungan sebesar Rp 5 miliar. Meski mengalami kenaikan jumlah anggaran hingga Rp 2 miliar namun tetap tidak cukup untuk memperbaiki seluruh kerusakan jalan.Pemeliharaan jalan merupakan prioritas tertinggi dalam penanganan jalan dibanding pembangunan jalan baru maupun
peningkatan
jalan
lama.
Pemeliharaan
jalan
diperlukan
guna
memantapkan daya dukung kapasitas jalan, hal ini sesuai amanah PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan, maupun UU No. 22 tahun 2009 tentang LLAJ. Mengingat beberapa masalah diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk membuat sistem penilaian yang dapat membantu dalam menentukan prioritas penanganan pemeliharaan jalan di wilayah Kota Surakarta. Dalam penelitian ini digunakan metode AHP dalam pembobotan kriteria dasar penentu kebijakan. AHP ( Analytical Hierarchy Process ) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki ( Saaty, 2000). Kemudian setelah didapat kriteria-kriteria dasar dalam penentu kebijakan, lalu dilakukan pembobotan pada masing-masing jalan di wilayah Kota Surakarta. Sehingga kita dapat commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menentukan prioritas jalan mana yang lebih dahulu mendapat penanganan dalam pemeliharaannya. Dalam penelitian ini dikhususkan membahas jalan nonlingkungan yang berada di wilayah Kota Surakarta. Jalan non - lingkungan adalah jalan penghubung antar propinsi yang berfungsi melayani angkutan nonlingkungan dengan ciri perjalanan jarak jauh, dan kecepatan rata-rata tinggi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di awal, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah : 1. Kriteria-kriteria apa saja yang menjadi dasar dalam penentuan kebijakan penanganan pemeliharaan jalan non-lingkungan di wilayah Kota Surakarta ? 2. Bagaimana urutan prioritas penanganan pemeliharaan jalan non-lingkungan di wilayah Kota Surakarta ?
1.3 Batasan Masalah Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian terdapat di wilayah Surakarta khususnya pada jalan nonlingkungan. 2. Pembobotan kriteria-kriteria dasar dalam penentuan kebijakan penanganan pemeliharaan jalan non-lingkungan dilakukan berdasarkan penilaian peniliti dengan diskusi bersama orang yang ahli dan terlibat dalam hal ini yaitu
dinas-dinas
yang
terlibat
dalam
pengambilan
kebijakan
pemeliharaan jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta, Bina Marga Kota Surakarta dan Balai Pelaksana Teknis Jalan Kota Surakarta yang kemudian hasilnya dianalisis dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Proces). 3. Penilaian kondisi jalan dilakukan dengan metode survey dan mengacu pada data sekunder yaitu data konstruksi jalan pada awal pembangunan. 4. Penilaian dalam analisis ini hanya dikondisikan pada kondisi existing commit to user jalan saat ini.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Mengetahui kriteria-kriteria dasar dalam penentuan kebijakan penanganan pemeliharaan jalan non-lingkungan di wilayah Kota Surakarta 2. Dapat menyusun urutan prioritas penanganan pemeliharaan jalan nonlingkungan di wilayah Kota Surakarta.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi bagi perkembang ilmu teknik sipil khususnya dalam hal manajemen pemeliharaan jalan. b. Menambah pengetahuan tentang kriteria-kreiteria apa saja yang menjadi dasar dalam penentu kebijakan bagaimana memanajemen pemeliharaan jalan.
1.5.2
Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan acuan bagi dinas yang bersangkutan khususnya Dinas Bina Marga Kota Surakarta dalam pengambilan kebijakan pemeliharaan jalan non-lingkungan di wilayah Surakarta.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Terdahulu Penggunaan metode AHP atau Analytical Hierarchy Process telah banyak digunakan dalam beberapa studi, terlebih pada bidang manajemen dan pemasaran. Namun AHP juga dapat diterapkan pada bidang teknik sipil. Berikut beberapa contoh studi yang menggunakan penerapan AHP ( Analytical Hierarchy Process ) dalam menganalis suatu masalah. Kardi Teknomo, dkk (1999) melakukan penelitian pengunaan metode analytic hierarchy process dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda ke kampus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda bagi mahasiswa yang berangkat ke dan pulang dari kampus. Data karakteristik perjalanan dilakukan dengan wawancara kepada mahasiswa Universitas Kristen Petra yang mempunyai kemungkinan untuk melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif moda yang ada. Hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu : menunjukkan bahwa faktor utama
yang
mempengaruhi pemilihan moda untuk berangkat kuliah adalah faktor keamanan (49,3%), dan faktor waktu (27,3%). Ditinjau dari berbagi faktor, alternatif jalan kaki dari pondokan merupakan alternatif yang terbaik (33,2%), sedangkan carpool (16%), sedikit lebih rendah daripada penggunaan mobil pribadi (18%). Angkutan kampus (antar jemput) justru lebih rendah daripada carpool (12,4%). Agus Apriyanto (2008) melalukan penelitian tentang perbandingan kelayakan jalan beton dan aspal dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) (studi kasus jalan raya Demak – Godong). Maksud studi ini adalah mengkaji penerapan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menilai commit tojalan useraspal untuk kasus jalan antar kota kelayakan konstruksi jalan beton dibanding 5
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Demak - Godong. Sedangkan tujuan secara spesifik adalah menilai sacara kualitatif kelayakan jalan konstruksi beton berdasarkan faktor-faktor teknis dan non teknis, menilai secara kualitatif kelayakan jalan konstruksi aspal berdasarkan faktor-faktor teknis dan non teknis, membandingkan secara kualitatif kelayakan jalan antara konstruksi beton dan konstruksi aspal berdasarkan faktorfaktor teknis. Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, adalah sebagai berikut: 1. Bahwa berdasarkan analisis AHP, diketahui faktor teknisyang mempunyai bobot tertinggi adalah faktor daya tahan terhadap cuaca (0,491). Ini mengindikasikan bahwa faktor daya tahan terhadap cuaca dianggap faktor teknis yang paling penting untuk menilai kelayakan suatujalan berdasarkan penilaian responden. 2. Bahwa berdasarkan analisis AHP, diketahui faktor nonteknis yang mempunyai bobot tertinggi adalah faktor ketersediaan sumber daya (0,667). Ini mengindikasikan bahwa faktor ketersediaan sumber daya dianggap faktor non teknis yang paling dipertimbangkan dalam pemilihan kelayakan jalan berdasarkan penilaian responden. 3. Dari 8 faktor penilai, konstruksi beton unggul dalam 4 faktor yaitu daya tahan terhadap cuaca, daya tahan terhadap pergerakan tanah, daya tahan terhadap lalu lintas, dan jangka waktu perawatan dengan tingkat keunggulan rata-rata 6 kali dibanding konstruksi aspal. Sedangkan konstruksi aspal unggul pada faktor-faktor kenyamanan permukaan jalan, kemudahan pelaksanaan pembangunan, ketersediaan sumber daya dan teknologi, dan biaya dengan tingkat keunggulan rata-rata 4 kali dibanding konstruksi beton. 4. Dari analisis perbandingan yang melibatkan seluruh faktor yangditinjau diketahui bahwa jalan beton rata-rata lebih unggul dibanding dengan jalan aspal. Hal ini ditunjukkan dari hasil pembobotan untuk konstruksi beton mencapai 0,580, sementara bobot untuk konstruksi aspal hanya 0,420. Imam Firmansyah (2011) melakukan penelitian tentang penyebab kerusakan jalan Lingkar Selatan kota Cilegon dengan metode analytic hierarchy process commituntuk to user (AHP).Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mengenai faktor yang
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebabkan kerusakan jalan pada jalan lingkar selatan Cilegon, dengan menggunakan metode AHP. Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, adalah : 1. Dari analisis dengan tidak memperhitungkan nilai rasio konsistensi (CR) ataudengan melibatkan seluruh responden, didapatkan hasil bahwa faktor yang paling menyebabkan terjadinya kerusakan pada jalan lingkar selatan Cilegon adalah faktor daya dukung tanah dasar dengan bobot 0,237, disusul kemudian faktor sistem drainase (0,205), sifat material penyusun perkerasan (0,183), karakteristik lalu lintas (0,164), teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi (0,161), dan pengruh lingkungan (0,050). 2. Dari analisis yang memperhitungkan nilai rasio konsistensi (CR) atau dengan hanya memperhitungkan responden dengan nilai rasio konsistensi memenuhi syarat (CR ≤ 0,1), didapatkan hasil bahwa faktor daya dukung tanah merupakan faktor utama yang paling menyebabkan terjadinya kerusakan pada jalan lingkar selatan Cilegon dengan bobot cukup dominan yaitu 0,305. Faktor karakteristik lalu lintas berada di urutan kedua dengan bobot 0,231, selanjutnya secara berturut-turut faktor sistem drainase (0,179), sifat material penyusun perkerasan (0,152), teknis
pelaksanaan
pekerjaan
konstruksi
(0,088), dan pengaruh lingkungan (0,044). 3. Pada penilaian tiap kelompok responden, Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten yang diwakili oleh 5 responden menilai bahwa penyebab utama kerusakan jalan lingkar selatan Cilegon adalah sistem drainase. Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon (8 responden), kontraktor (9 responden), dan konsultan (3 responden) menilai faktor daya dukung tanah dasar sebagai penyebab utama kerusakan jalan lingkar selatan Cilegon. Sementara akademisi, menyebutkan faktor teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagai penyebab utama kerusakan jalan tersebut. Saut P. Munthe (2010) melakukan penelitian dengan judul penentuan prioritas penanganan jalan nasional di Kabupaten Manokrawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urutan prioritas dalam penganggaran biaya penanganan jalan nasional di Kabupaten Manokrawi dengan metode AHP. Dari hasil penelitian diperoleh bobot dan urutan prioritas berdasarkan kriteria yang digunakan adalah berdasarkan commit to user kondisi jalan (0,35), kebijakan pemerintah (0,15), tingkat pelayanan (0,14), tingkat
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerusakan (0,11), lalu lintas harian (0,11), manfaat ekonomi (0,07) dan beban kemampuan anggaran (0,06). Sedangkan penentuan bobot level pada prioritas penanganan jalan, diperoleh ruas jalan yang merupakan prioritas utama dalam penanganannya dan bobotnya adalah Ruas Jalan Manokrawi – Rendani (0,26), Ransiki-Mameh (0,20), Prafi-Kebar (0,19), Kota Manokrawi-Rendani (0,11), Maruni-Oransbari (0,09), Oransbari-Ransiki (0,09), dan Maruni-Prafi (0,05). Rahmad Hidayatullah (2011) melakukan penelitian dengan judul analisa penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima dengan menggunakan berbagai kriteria dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Hasilnya didapatkan bobot tertinggi sampai terendah adalah ruas jalan Bandeng dengan bobot sebesar 0,0779 merupakan prioritas pertama sedangkan prioritas selanjutnya adalah ruas jalan Komplek Terminal Dara dengan bobot 0,0605, ruas jalan Terminal Dara – Pasar Raya dengan bobot 0,0566, ruas Jalan Mujair dengan bobot 0,0447, ruas Jalan Rite – Ntobo dengan bobot 0,0407, dan urutan terakhir adalah ruas Jalan Uswatun Hasanah dengan bobot 0,0025.
2.2 Landasan Teori Menurut tata cara penyusunan program pemeliharaan jalan kota milik Dinas Bina Marga, pemeliharaan jalan dibagi menjadi 3 macam yaitu pemeliharaan jalan rutin, pemeliharaan jalan berkala dan peningkatan jalan. Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan (PP 26 tahun 1985 tentang jalan). Pemeliharaan jalan rutin mempunyai pengertian yaitu penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendara (riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun. Sedangkan pemeliharaan berkala yaitu pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu – waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.1 Definisi, fungsi dan peranan jalan Jalan, dalam konteks jaringan, dapat diartikan sebagai suatu ruas yang menghubungkan antara simpul yang satu dengan simpul yang lain. Dalam konteks sistem transportasi, jalan adalah prasarana yang difungsikan sebagai wadah dimana lalu lintas orang, barang atau kendaraan dapat bergerak dari titik asal menuju titik tujuan ( Agus Apriyanto, 2008 ). Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan, dalam konteks jaringan, dapat diartikan sebagai suatu ruas yang menghubungkan antara simpul yang satu dengan simpul yang lain. Dalam konteks sistem transportasi, jalan adalah prasarana yang difungsikan sebagai wadah dimana lalu lintas orang, barang atau kendaraan dapat bergerak dari titik asal menuju titik tujuan. Fungsi jalan menurut Undang - Undang no. 38 tahun 2004 tentang Jalan Pasal 8 Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan menjadi: jalan arteri, jalankolektor, jalan lokal, jalan lingkungan. a. Jalan arteri, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama, Dengan ciri:perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. b. Jalan kolektor, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi,dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatasi. c. Jalan lokal, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat, Dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalan masuk dibatasi. d. Jalan lingkungan, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan, dengan ciri perjalanan jarak dekat. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut peran pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari: 1.
Sistem jaringan jalan Primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.
2.
Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan yang menghubungkan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam Kota.
Pengelompokan jalan berdasarkan peranannya dapat digolongkan menjadi: 1. Jalan Arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan Kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutanpengumpulan dan pembagian dengan ciri-ciri merupakan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan Lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-ratanya rendah dengan jumlah jalan masuk dibatasi. Sedangkan klasifikasi jalan berdasarkan peranannya terbagi atas: A. Sistem Jaringan Jalan Primer: 1.
Jalan arteri primer yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan
yang menghubungkan kota jenjang kedua yang berada dibawah
pengaruhnya 2.
Jalan kolektor primer ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua yang lain atau ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga yang ada dibawah pengaruhnya
3.
Jalan lokal primer ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil serta ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang yang ada di bawah pengaruhnya sampai persil.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Sistem Jaringan Jalan Sekunder: 1.
Jalan arteri sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu degan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua
2. Jalan kolektor sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasankawasan sekunder menghubungkan
kedua,
yang
satu
dengan
lainnya,
atau
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
ketiga. 3.
Jalan lokal sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Klasifikasi Jalan berdasarkan peranannya ini, kewenangan pengelolaannya terbagi ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah.Pemerintah pusat memiliki kewenangan dalam pengelolaan sistim jaringan jalan perimer berupa jalan nasional dan jalan propinsi, sedangkan pemerintah daerah memiliki kewenangan pengelolaan sistim jaringan jalan sekunder berupa jalan kabupaten/kota. Wewenang pengelolaan jaringan jalan dapat dikelompokkan menurut: 1.
Jalan Nasional adalah Menteri Pekerjaan Umum (dulu Menteri Kimpraswil) atau pejabat yang ditunjuk
2.
Jalan Propinsi adalah Pemerintah Daerah atau instansi yang ditunjuk
3.
Jalan Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten atau instansi yangditunjuk
4.
Jalan Kota adalah Pemerintah Daerah Kota atau instansi yang ditunjuk
5.
Jalan Desa adalah Pemerintah Desa/Kelurahan
6.
Jalan Khusus adalah pejabat atau orang yang ditunjuk.
Selain kriteria tersebut terdapat sejumlah jalan Kabupaten/kota yang berada di dalam wilayah Desa atau permukiman yang pada kenyataannya jalan to user tersebut umumnya lebih banyakcommit digunakan oleh lalulintas lokal. Hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
digunakan untuk melakukan pembagian beban pendanaan jalan dengan desa/pemukiman yang lebih banyak menggunakan ruas jalan tersebut Jalan dalam konteks pembangunan wilayah memiliki peranan cukup penting sebagai prasarana perhubungan antar wilayah atau daerah. Jika diibaratkan system komunikasi, jalan adalah kabel yang memungkinkan stasiun satu dapat berkomunikasi dengan stasiun yang lain. Jalan juga dapat mengkomunikasikan wilayah yang satu dengan wilayah yang lain melalui keterhubungan pergerakan antar wilayah tersebut. Dengan demikian, jalan adalah kabel dalam sistem wilayah yang peranannya cukup vital. 2.2.2 Macam – macam kerusakan jalan
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No. 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas : 1. Retak (cracking) 2. Distrosi 3. Cacat permukaan (disintegration) 4. Pengausan (polished aggregate) 5. Kegemukan (bleeding of flushing) 6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas.
1.
Retak (Cracking)
Retak dapat terjadi dalam berbagi bentuk. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara teoritis, retak dapat terjadi bila tegangan tarik yang terjadi pada lapisan aspal melampaui tegangan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan tersebut.Retak pada perkerasan lentur dapat dibedakan menurut bentuknya. a. Retak halus (hair cracks) b. Retak kulit buaya (alligator cracks) c. Retak pinggir ( edge cracks ) d. Retak sambungan bahu dan perkerasan ( edge joint cracks ) commit to user e. Retak sambungan jalan ( lane joint cracks )
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
f. Retak sambungan pelebaran jalan ( widening cracks ) g. Retak refleksi ( reflection cracks ) h. Retak susut ( shrinkage cracks ) i. Retak selip ( slippage cracks )
2. Distorsi ( distortion ) Distorsi atau perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang cepat. Macam – macam distorsi dapat dibedakan atas : a. Alur ( ruts ) b. Keriting ( corrugation ) c. Sungkur ( shoving ) d. Amblas ( grade depressions ) e. Jembul ( upheaval )
3. Cacat permukaan ( disintegration ) Yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah : lubang ( potholes ), pelepasan butir ( ravelling ), pengelupasan lapisan permukaan ( stripping ).
4. Pengausan ( polished aggregate ) Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk cubical sehingga permukaan menjadi licin dan membahayakan kendaraan. Pengausan dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras dan latasbun.
5. Kegemukan ( Bleeding or flushing ) Kegemukan ( bleeding ) dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
coatatau tack coat. Pada temperatur tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda, permukaan licin dan berbahaya bagi kendaraan. Dapat diatasi dengan menaburkan agragat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas ( utility cut depression ) Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Biasanya terjadi disepanjang bekas penanaman utilitas. Dapat diperbaiki dengan membongkar kembali dan diganti dengan lapisan sesuai.
2.2.3 Penentuan Penilaian Kondisi Jalan Sekarang
Penilaian kondisi sekarang pada jalan meggunakan metode penilaian yang mengacu pada buku yang dibuat Direktorat Jendral Bina Marga dalam hal ini Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Survey kondisi permukaan jalan dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang jalan. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survey adalah sebagai berikut : 1.
Kekasaran Permukaan (SurfaceTexture)
2.
Lubang – lubang (Potholes)
3.
Tambalan (Patching)
4.
Retak – retak (Cracking)
5.
Alur (Ruting)
6.
Amblas (Depression)
Penentuan angka dan nilai untuk masing – masing keadan dapat dilihat pada Tabel 2.1dibawah ini. Tabel 2.1 Nilai kondisi jalan Penilaian kondisi
Nilai
Angka 26 – 29
9
22 – 25
8
19 – 21
commit to 7user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
16 – 18
6
13 – 15
5
10 – 12
4
7–9
3
4–6
2
0–3
1
Retak – retak Tipe
Angka
E. Buaya
5
D. Acak
4
C. Melintang
3
B. Memanjang
2
A. tidak ada
1
Lebar
Angka
D. > 2 mm
3
C. 1 – 2 mm
2
B. < 1 mm
1
A. Tidak ada
0
Jumlah kerusakan Luas
Angka
D. > 30 %
3
C. 10 – 30 %
2
B. < 10 %
1
A. 0
0
Alur Kedalaman
Angka
E. < 20 mm
7
D. 11 – 20 mm
5
C. 6 – 10 mm
3
B. 0 – 5 mm
1
A. tidak ada
0
Tambalan dan lubang Luas D. > 30 %
Angka
commit to 3user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. 20 – 30 %
2
B. 10 – 20 %
1
A. < 10 %
0
Kekasaran permukaan
Angka
E. Desintegrasi
4
D. pelepasan butir
3
C. Rough (hungry)
2
B. Fatty
1
A. Close texture
0
Amblas
Angka
D. > 5/100 m
4
C. 2 – 5/100 m
2
B. 0 – 2/100 m
1
A. tidak ada
0
Sumber : Buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota (Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990) Dengan menjumlahkan nilai – nilai keseluruhan keadaan maka didapatkan nilai kondisi jalan. sehingga untuk menentukan penilaian kondisi jalan didapat dengan cara menjumlahkan seluruh nilai kerusakan perkerasan yang terjadi, dapat diketahui bahwa semakin besar angka kerusakan kumulatif maka akan semakin besar
pula
nilai
kondisi
jalan,
yang
berarti
bahwa
jalan
tersebutmemiliki kondisi yang buruk sehingga membutuhkan pemeliharaan yang lebih baik.
2.2.4 Penentuan Kelas lalu-lintas untuk pekerjaan pemeliharaan Dalam penentuan kelas lalu-lintas masih mengacu pada buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota. Pada tabel 2.2 terdapat beberapa kelas dengan lalu-lintas harian masing – masing (LHR). Pada Tabel 2.2 Kelas dengan Lalu-lintas Harian Masing – masing (LHR). Kelas Lalu - lintas
LHR
0 1
< 20
commit to user
20 – 50
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2
50 – 200
3
200 – 500
4
500 – 2000
5
2000 – 5000
6
5000 – 20000
7
20000 - 50000
8
>50000
Sumber : Buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota (Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990)
2.2.5 Penentuan Urutan Prioritas Menurut Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota Mengacu pada Buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota. Urutan prioritas dilihat pada kondisi jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Urutan prioritas
= 17 – (kelas LHR + nilai kondisi jalan)
Kelas LHR
= Kelas lalu-lintas untuk pekerjaan pemeliharaan (tabel 2.2)
Nilai kondisi jalan
= Nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan (tabel 2.1)
Urutan prioritas 0 – 3 Jalan – jalan yang terletak pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program peningkatan. Urutan prioritas 4 – 6 Jalan – jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program pemeliharaan berkala. Urutan prioritas 7 Jalan – jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program pemeliharaan rutin.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.6 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Proses hirarki analitis atau disingkat AHP (Saaty, 2000) adalah suatu pendekatan pengambilan keputusan yang dirancang untuk membantu pencarian solusi dari berbagai permasalahan multi kriteria yang kompleks dalam sejumlah ranah aplikasi. Metode ini telah didapati sebagai pendekatan yang praktis dan efektif yang dapat mempertimbangkan keputusan yang tidak tersusun dan rumit. Hasil akhir AHP adalah suatu ranking atau pembobotan prioritas dari tiap alternatif keputusan atau disebut elemen. Secara mendasar, ada tiga langkah dalam pengambilan keputusan dengan AHP, yaitu: membangun hirarki, penilaian, dan sintesis prioritas.
Analytic Hierarchy Process
Pembentukan Hirarki
Penilaian kriteria
Sintesis prioritas
Gambar 2.1 Cakupan Model AHP 2.2.6.1 Pembentukan Hirarki Struktural Langkah ini bertujuan memecah suatu masalah yang kompleks disusun menjadi suatu bentuk hirarki. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen elemen yang dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan (level). Dimulai dari suatu sasaran pada tingkatan puncak, selanjutnya dibangun tingkatan yang lebih rendah yang mencakup kriteria, subkriteria dan seterusnya sampai pada tingkatan yang paling rendah. Sasaran atau keseluruhan tujuan keputusan merupakan puncak dari tingkat hirarki. Kriteria dan subkriteria yang menunjang sasaran berada di tingkatan tengah. Dan alternatif atau pilihan yang hendak dipilih berada pada level paling bawah dari struktur hirarki yang ada. Menurut Saaty (2000), suatu struktur hirarki dapat dibentuk dengan menggunakan kombinasi antara ide, pengalaman, dan pandangan orang lain. Karenanya, tidak ada kumpulan suatu prosedur commit to user baku yang berlaku secara umum
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan absolut untuk pembentukan hirarki. Menurut Zahedi (1986), struktur hirarki tergantung pada kondisi dan kompeksitas permasalahan yang dihadapi serta detail penyelesaian yang dikehendaki. Karenanya struktur hirarki kemungkinan berbeda antara satu kasus dengan kasus yang lainnya.
Gambar 2.2 Sebuah Hirarki dengan Tiga Level ( saaty, 2000 ) 2.2.6.2 Pembentukan Keputusan Perbandingan Apabila hirarki telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan penilaian prioritas elemen-elemen pada tiap level. Untuk itu dibutuhkan suatu matriks perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan dalam bentuk kuantitatif berupa angka-angka yang menunjukkan skala penilaian (1 - 9). Tiap angka skala mempunyai arti tersendiri seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.1. Penentuan nilai bagi tiap elemen dengan menggunakan angka skala bisa sangat subyektif, tergantung pada pengambil keputusan. Kerena itu, penilaian tiap elemen hendaknya dilakukan oleh para ahli atau orang yang berpengalaman terhadap masalah yang ditinjau sehingga mengurangi tingkat subyektifitasnya dan meningkatkan unsur obyektifitasnya. Tabel 2.3 Skala penilaian antara dua elemen Bobot / tingkat
Pengertian
Penjelasan
signifikan
(2)
(3)
(1) 1 3
Sama penting
Dua faktor memiliki pengaruh yang sama terhadap sasaran Sedikit lebih penting Salah satu faktor sedikit lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lebih penting
Salah satu faktor lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
Sangat lebih penting
Salah satu faktor sangat lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
Jauh lebih penting
Salah satu faktor jauh lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
5
7 9
Antara nilai yang di
2, 4, 6, 8
Diantara kondisi di atas
atas Nilai kebalikan dari kondisi di atas untuk pasangan dua faktor yang sama
kebalikan Sumber : Saaty, T. L., 2000
2.2.6.3 Perhitungan Bobot Elemen
Perhitungan bobot element pada metode AHP menggunakan matriks perbandingan berpasangan, Perbandingan berpasangan dilakukan dari hirarki yang paling tinggi, dimana kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Misalkan, dalam suatu tujuan utama terdapat kriteria A1, A2, ..............., An, maka hasil perbandingan secara berpasangan akan membentuk matriks seperti dibawah ini :
A1
A2.........................
A1a11
a12
A2 . .
An
An
.....................................
a21 . .
an1
a22
a1n
.................................... a2n .
.
.
.
.
.
an2
......................................
ann
Gambar 2.3 Matriks Perbandingan Preferensi commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks Anx n merupakan matriks respirokal, dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu W1, W2 ,................Wn yang akan dinilai secara perbandingan.nilai perbandingan secara berpasangan antara (W1,W2) dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut. = a (i,j) ; i.j = 1,2, ............. n.
(2.11)
Unsur-unsur matriks tersebut diperolah dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hirarki yang sama. Sehingga bisa didapat a11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan A1 sendiri, sedangkan a12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan A2 sendiri, sedangkan a21 adalah 1/a12, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2 terdahap elemen operasi A1.
2.2.6.4 Pembobotan Kriteria Untuk mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen (eigenvector). Cara untuk mendapatkan bobot adalah dengan langkah berikut : 1.
Melakukan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n seperti dalam persamaan dibawah ini : Wi = √
2.
(2.12)
Menghitung vektor prioritas atau vektor eigen Xi = ∑
(2.13)
Hasil yang didapat berupa vektor eigen sebagai bobot elemen 3.
Menghitung nilai eigen maksimum (λmaks), dengan cara mengalikan matriks resiprokal dengan bobot yang didapat, hasil dari penjumlahan operasi matriks adalah nilai eigen maksimum (λmaks). λmaks = ∑aij * Xi Dengan : λmaks = eigenvalue maksimum aij Xi
= nilai matriks perbandingan berpasangan commit to user = vektor eigen (bobot)
(2.14)
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Perhitungan Indeks konsistensi Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan cardinal dan ordinal, sebagai berikut : Hubungan kardinal : aij * ajk = aik Hubungan Ordinal : Ai>Ajdan Aj>Ak , maka Ai > Ak Rumusan untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah sebagai berikut : CI =
(2.15)
Dengan : λmaks = eigenvalue maksimum n
= ukuran matriks
untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang cukup baik, yaitu apabila CR < 0,1 dimana CR =
(2.16)
berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika penilaian numerik dilakukan secara acak dari skala 1/9, 1/8, ...... 1,2 ....9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda, sebagaimana pada tabel dibawah ini. Tabel 2.4 Indeks Konsistensi Acak Rata – Rata Berdasarkan Pada Orde Matriks Ukuran Matriks
Indeks Konsistensi Acak (RI)
1
0
2
0
3
0.52
4
0.89
5
1.11
6
1.25
7
1.35
8
1.40
9
1.45
10
1.49
Sumber : Saaty, T. L., 2000
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai rentang CR yang dapat diterima tergantung pada ukuran matriksnya, sebagai contoh, untuk ukuran matriks 3 x 3, nilai CR = 0,03 ; matriks 4 x 4, CR = 0,08 dan untuk matriks ukuran besar, nilai CR ≤ 0,1 (Saaty, 2000). Jika nilai CR lebih rendah atau sama dengan nilai tersebut, maka dapat dikatakan penilaian dalam matriks cukup dapat diterima atau matriks memiliki konsistensi yang baik. Sebaliknya jika CR lebih besar dari nilai yang dapat diterima, maka dikatakan evaluasi dalam matriks kurang konsisten dan karenanya proses AHP perlu diulang kembali.
Beberapa kelebihan dari penggunaan metode AHP yaitu : a.
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah presepsi manusia.
b.
AHP memberikan suatu skala pengukuran dan memberikan metode untuk menetapkan prioritas.
c.
Hasil yang didapat lebih rinci, karena dapat dilihat pembobotan untuk tiap alternatif.
d.
AHP
memberikan
penilaian
terhadap
konsistensi
logis
dari
pertimbangan – pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. e.
Dapat melihat perbandingan tiap kriteria untuk masing – masing alternatif.
f.
Memperhitungkan
validitas
sampai
dengan
batas
toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. g.
Digunakan pada pembobotan global.
Selain memiliki kelebihan, metode AHP juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu : a. Orang yang dilibatkan adalah orang – orang yang memiliki pengetahuan ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dipilih dengan menggunakan metode AHP. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pengisian
kuesioner
sulit,
karena
responden
diminta
untuk
membandingkan satu per satu tiap kriteria dengan range penilaian yang sangat luas dan memerlukan ketelitian dalam pengisian kuesioner. c. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik dan teknis sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. d. Bila kriteria atau alternatif yang dibandingkan jumlahnya banyak, sebaiknya tidak menggunakan metode ini karena akan membutuhkan waktu yang sangat lama serta tingkat kekonsistenan yang tinggi dalam proses pengolahan. e. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal. 2.2.6.5 Pembobotan masing-masing alternatif Perhitungan yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing ruas jalan mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Engkus K (2011), yaitu :
BT = nK1 + nK2 + nK3 + ........................................... nn* Kn
( 3.1 )
Atau dapat dituliskan : BT = ∑
( 3.2 )
Dengan :
BT = Bobot Total masing-masing jalan, nKn= Bobot Kriteria ke n, n
= Banyaknya Kriteria.
Setelah didapat bobot masing-masing ruas jalan dilakukan pengurutan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil. Ruas jalan yang mempunyai nilai terbesarlah yang mendapat prioritas terlebih dahulu.
2.2.7 Beberapa Contoh Pemodelan Hirarki dari Penelitian Sebelumnya a. Kardi Teknomo, dkk (1999) melakukan penelitian pengunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda ke to kampus. commit user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan
Aman
Mobil pribadi
Nyaman
Biaya
Angkutan kampus
Carpool
Waktu
Sepeda motor
Angkutan umum
Jalan dari pondokan
Gambar 2.4 Struktur Hirarki ( Kardi Teknomo, dkk., 1999 )
b. Agus Apriyanto (2008) Perbandingan kelayakan jalan beton dan aspal dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) (studi kasus jalan raya Demak – Godong).
Pemilihan konstruksi jalan yang layak
Daya tahan terhadap cuaca
Kenyamanan permukaan
Daya tahan terhadap pergerakan tanah
Jangka waktu perawatan
Daya tahan terhadap perubahan lalu lintas
Kemudahan pelaksanaan
Ketersediaan sumber daya
Biaya pembangunan dan perawatan
Jalan aspal
Jalan beton
Gambar 2.5 Struktur Hirarki (Agus Apriyanto, 2008 ) commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Imam Firmansyah (2011) analisis penyebab kerusakan jalan Lingkar Selatan kota Cilegon dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Faktor penyebab kerusakan jalan Lingkar Sealatan kota Cilegon Banten
Kegagalan Struktural
Teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Daya dukung tanah dasar
Kegagalan fungsional
Sifat material penyusun perkerasan
Pengaruh lingkungan
Karakteristik lalu lintas
Sistem drainase
Gambar 2.6 Struktur Hirarki ( Imam Firmansyah, 2011 )
d. Rahmat Hidayatullah ( 2011) analisis penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima. PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN
Kecamatan 1
Kecamatan 2
Kecamatan 3
A
1
2
Kecamatan 4
B
3
4
5
6
7
Kecamatan 5
C
8
9
10
URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN JALAN 1, JALAN 2, DST
user Hidayat, 2011 ) Gambar 2.7Strukturcommit Hirarkito( Rahmat
11
12
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : Kecamatan 1 = Kecamatan Rasanae Barat
1 = Kondisi jalan
Kecamatan 2 = Kecamatan Asakota
2 = Hirarki Jalan
Kecamatan 3 = kecamatan Mpunda
3 = Tingkat Pelayanan
Kecamatan 4 = kecamatan Raba
4 = Jenis Pemeliharaan
Kecamatan 5 = Kecamatan Rasanae Timur
5 = Produk Unggulan
A = Kriteria Teknis Jalan
6 = Trayek Unggulan
B = Kriteria Sosial
7 = Luas Wilayah
C = Kriteria Pelayanan Jaringan
8 = Jumlah penduduk 9 = Fasilitas Umum 10 = aksesbilitas 11 = mobilitas 12 = tingkat kecelakaan
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif evaluatif dan dianalisis dengan metode AHP (Analitical Hirarki Prosses). Metode deskriptif evaluatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi suatu objek yang ada. Adapun objek dari penelitian ini yaitu jalan non-lingkungan di Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendapatkan urutan prioritas pemeliharaan jaringan jalan non-lingkungan di Kota Surakarta. Langkah – langkah metodologi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Surakarata terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Pemilihan lokasi di Kota Surakarta karena Surakarta memiliki jaringan jalan yang besar dan cukup padat sehingga membutuhkan sistem penanganan pemeliharaan jalan yang lebih cepat dan terpadu. Obyek penelitian yang dikaji adalah jalan non lingkungan dengan kategori jalan dibawah wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini yaitu Bina Marga Kota Surakarta.
3.2 Data Penelitian 3.2.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang diperlukan terdiri dari dua macam yaitu : a. Data primer Data primer yang dikumpulkan yaitu berupa data kondisi jalan, baik itu lokasi, jenis dan tingkat kerusakan, photo eksisting jalan yang ada, kondisi to user lingkungan disekitar jalancommit tersebut dan lain-lain. Data primer yang lain 28
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
yaitu data tentang penentuan jenis kriteria dan penilaian pembobotan antar kriteria yang akan digunakan untuk penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan jalan. Sumber data yang dipakai yaitu responden yang memahami dibidang ini, yaitu para pejabat yang mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dengan pembangunan dan perencanaan jalan dalam hal ini Dinas Bina Marga Kota Surakarta, Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta dan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta. b. Data sekunder Data sekunder yang diperlukan mencakup data jalan terdiri dari tahun pembuatan jalan, umur rencana perkerasan, tahun terakhir perbaikan dan lain-lain. Adapun sumber data yaitu dari Dinas Bina Marga Kota Surakarta yang bersangkutan. 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu : a. Observasi di lapangan Observasi langsung di lapangan untuk mendapatkan data tentang kondisi eksisting jalan yang ada. Alat bantu yang digunakan meteran/alat ukur dan kamera. b. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan kriteria yang digunakan dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan jalan di wilayah Kota Solo. Wawancara dilakukan dengan pejabat Dinas Bina Marga dalam hal ini direktorat pembinaan jalan kota. c. Kuisioner Kuisioner dilakukan untuk mendapatkan pembobotan kriteria dan sub kriteria yang digunakan dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan jalan di Kota Surakarta. Wawancara dilakukan dengan pejabat Dinas Bina Marga direktorat pembinaan jalan kota. 3.2.3 Teknik Pengolahan Data Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu menggunakan metode user Analytical Hierarchy Process commit (AHP).to Pengolahan data dengan AHP ini
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimaksudkan untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria. Adapun pembobotan untuk kriteria tingkat kerusakan jalan menggunakan metode penilaian yang mengacu pada buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota.
3.3 Penentuan Kriteria Awal Dalam penyusunan skala prioritas penanganan rehabilitasi bangunan jalan kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempunyai pengaruh langsung terhadap sistem penentuan skala prioritas. Penentuan faktor-faktor tersebut berdasarkan peraturan-peraturan yang ada, studi literatur dari penelitian sebelumnya dan wawancara dengan pemangku kepentingan dalam hal pemeliharaan bangunan jalan. Berdasarkan hasil kajian, ditentukan kriteria-kriteria awal tersebut adalah sebagaimana dalam Tabel 3.1 Tabel 3.1 Kriteria Awal yang Digunakan Untuk Penentuan Skala Prioritas Nomor Kriteria Subkriteria Dasar 1 Tingkat kerusakan Tata Cara Penyusunan jalan Program Pemeliharaan Jalan Kota 2
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
3
Klasifikasi Fungsi Jalan
Saud P. Munthe 2010 Arteri - primer - sekunder
Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota
Kolektor - primer - sekunder
4
Pemeliharaan Jalan
5
Tingkat pelayanan jalan
Jalan yang mengalami pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, mengalami peningkatan - Jalan dengan tingkat pelayanan mantap - jalan dengan tingkat pelayanan tidak mantap
commit to user
Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota Rahmat Hidayatullah, 2011 Rahmat Hidayatullah, 2011
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tingkat kerusakan jalan : penilaian bobot untuk kriteria kerusakan jalanmengacu pada metode yang telah dibuat oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Lalu Lintas Harian Rata-rata : kriteria LHR mengacu pada studi literatur penelitian sebelumnya. Dimana kriteria ini berhubungan sangat erat dengan beban lalu lintas yang lewat pada jalan. klasifikasi fungsi jalan : mengacu pada landasan teori yang membagi jalan menjadi 2 menurut fungsinya, jalan primer dan jalan sekunder adapun klasifikasi dari kedua jenis jalan tersebut yaitu jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Pemeliharaan jalan : kriteria pemeliharaan ini dicantumkan karena setelah mendapat nilai kondisi kerusakan jalan didapatkan nilai prioritas pemeliharaan jalan. Dalam kriteria ini dibagi menjadi 3 subkriteria yaitu, Jalan yang mengalami pemeliharaan rutin, jalan pemeliharaan berkala, jalan mengalami peningkatan Tingkat pelayanan : kriterian tingkat pelayanan mengacu pada studi literatur penelitian sebelumnya. Dimana dalam penentuan pelayanan mantap dan tidak mantap dapat dilihat dari kerusakan yang terjadi pada jalan tersebut. PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN NON LINGKUNGAN DI KOTA SURAKARTA
Goal / Tujuan
Kriteria
A
B
C
1
Subkriteria
Alternatif
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2
D
3
4
5
E
6
Jl. Bhayangkara Jl. Brigjen. Sudiarto
8. Jl. K.H. Agus Salim 9. Jl. Kapt. Mulyadi
Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman
10. Jl. Kapt. Tendean 11. Jl. Kol. Sugiyono
Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami
12. Jl. L.U. Adi Sucipto 13. Jl. Tentara Pelajar
Jl. Jend. A. Yani
14. Jl. Veteran
7
commit to userPrioritas Pemeliharaan Jalan Gambar 3.1 Model Hirarki Penentuan Urutan di Kota Surakarta
8
9
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : 3 = Jalan Kolektor Primer A = Tingkat kerusakan Jalan
4 = Jalan Kolektor Sekunder
B = LHR
5 = Pemeliharaan Rutin
C = Klasifikasi Fungsi Jalan
6 = Pemeliharaan Berkala
D = Pemeliharaan Jalan
7 = Mengalami Peningkatan
E = Tingkat Pelayanan Jalan
8 = Pelayanan Mantap
1 = Jalan Arteri Primer
9 = Pelayanan Tidak Mantap
2 = Jalan Arteri Sekunder
3.4
Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penanganan Pemeliharaan Jalan Penentuan bobot kriteria menggunakan AHP, untuk menentukan bobot akan
dilakukan penyebaran kuisioner kepada pihak yang mempunyai kepentingan dan memahami masalah ini. Dari kuisioner yang didapat penilaian mereka tentang tingkat kepentingan masing-masing kriteria dari masing-masing responden. Kemudian dilakukan perhitungan sehingga didapat bobot masing-masing kriteria dari masing-masing responden. Adapun rencana responden yang akan disurvey yaitu dari : Dinas Bina Marga Kota Surakarta, Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta dan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta.
3.5 Perhitungan skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Jalan Perhitungan skala prioritas didapat dengan mencari bobot total masingmasing ruas jalan setelah dihitung dengan persamaan dibawah ini : Goal / Tujuan
BOBOT GLOBAL Kriteria 2 (Bobot = n2)
Kriteria 1 (Bobot = n1)
Subkriteria 1 (Bobot = n11)
Subkriteria 2 (Bobot = n12)
Subkriteria 3 (Bobot = n13)
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Kriteria 3 (Bobot = n3)
Kriteria
Subkriteria Alternatif 4
Alternatif 5
commit to user Gambar 3.2 Bagan Perbandingan Kriteria dan Subkriteria
Alternatif n
Alternatif
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing ruas jalan mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Engkus K (2011), yaitu :
BT = nK1 + nK2 + nK3 + ........................................... nn* Kn
( 3.1 )
Atau dapat dituliskan : BT = ∑
( 3.2 )
Dengan :
BT = Bobot Total masing-masing jalan, nKn= Bobot Kriteria ke n, n
= Banyaknya Kriteria.
Setelah didapat bobot masing-masing ruas jalan dilakukan pengurutan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil. Ruas jalan yang mempunyai nilai terbesarlah yang mendapat prioritas terlebih dahulu.
3.6 Tahapan Penelitian Langkah–langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan
tema/topik
penelitian,
perumusan
dan
tujuan
penelitian. Dalam hal ini tema yang diangkat adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Surakarta, yaitu penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan jalan. 2. Melakukan studi literatur dan kajian pustaka yang berkaitan dengan tema yang diteliti. 3. Menentukan kriteria dan sub kriteria berdasarkan studi literatur, kajian pustaka dan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan. 4. Melakukan penyebaran kuisioner untuk pembobotan masingmasing kriteria dan sub kriteria dengan responden dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Bina Marga dan Kontraktor yang bersangkutan. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Melakukan perhitungan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria
dengan
metode
AHP
dengan
bantuan
software
Expertchoice dengan nilai rasio konsistensinya < 0,1. 6. Untuk kriteria kondisi jalan, nilai bobot akan dikalikan dengan penilaian kondisi jalan yang mengacu kepada metode yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota 7. Melakukan pengumpulan data primer/survey lapangan dan data sekunder dari tiap-tiap sampel jalan yang diambil perkecamatan di wilayah Kota Solo. 8. Melakukan perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan jalan yang diambil tiap-tiap kecamatan di lingkungan Kota Solo. 9. Membuat urutan prioritas jalan yang terlebih dahulu mendapat penanganan pemeliharaan jalan.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mulai
TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN KOTA MILIK DINAS BINA MARGA
TAHAP I
STUDI LITERATUR : METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DATA SEKUNDER JALAN
PEMILIHAN METODE YANG DIGUNAKAN
SURVEY KONDISI JALAN DAN DATA TEKNIS JALAN
STUDI LITERATUR & WAWANCARA UNTUK PENENTUAN KRITERIA
TAHAP II
PENENTUAN KRITERIA DAN SUBKRITERIA
PEMBOBOTAN KONDISI JALAN DAN LHR JALAN
PENYEBARAN KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN
TAHAP III
OLAH DATA PEMBOBOTAN DENGAN EXPERTCHOICE DAN EXCEL
TAHAP IV
PENYUSUNAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN
KESIMPULAN DAN SARAN
SELESAI commit to user Gambar 3.3 Bagan Alir TahapTahap Metode Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Batas Administrasi Batas administrasi Kota Surakarta sebagai daerah penelitian adalah sebagai berikut :
Batas Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas Timur
: Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dengan luas keseluruhan sebesar 44,04 km2, jumlah penduduk sesuai sensus tahun 2000 sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Banjarsari (14,81km2) sedangkan Kecamatan Serengan merupakan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil. Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km 2) dan terendah terdapat pada Kecamatan Laweyan (10.127 jiwa/km2). Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian ±92 dari permukaan air laut. 4.1.2 Kondisi Umum Jalan Non Lingkungan Total panjang jalan non lingkungan yang ada di Kota Surakarta berdasarkan data BPT Bina Marga Kota Surakarta sebesar ± 33,19 km yang kewenangan pengelolaannya terbagi menjadi 2, yaitu 14,11 km jalan nasional dan 19,08 km jalan propinsi. commit to user 36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian ini menggunakan 14 ruas jalan non lingkungan sebagai sasaran penelitian yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Jalan Jl. Bhayangkara Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
Kecamatan Laweyan-Serengan Serengan-Psr. Kliwon Laweyan-Banjarsari Laweyan Jebres Jebres Banjarsari Laweyan Jebres-Psr. Kliwon Banjarsari Banjarsari Laweyan Jebres-Banjarsari Serengan-Psr. Kliwon
Fungsi Jalan Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Arteri Primer Arteri Sekunder Kolektor Sekunder Arteri Primer Arteri Primer Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Arteri Primer Arteri Primer Kolektor Sekunder
Kewenangan Propinsi Propinsi Nasional Propinsi Propinsi Nasional Nasional Propinsi Propinsi Propinsi Propinsi Nasional Nasional Propinsi
4.2 Penilaian Kondisi Jalan Pemeriksaan kondisi jalan non lingkungan dilakukan berdasarkan petunjuk Tata Cara Survei Kondisi Jalan Kota No. 05/T/BNKT/1991dan Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota NO. 018/T/BNKT/1990 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Pemeriksaan/penilaian kondisi jalan dilakukan dengan cara mengamati secara visual sehingga didapatkan data secara tepat. Hasil dari pemeriksaan tersebut dimasukkan kedalam 2 formulir, yaitu formulir survei kondisi jalan non lingkungan dan formulir foto kondisi jalan yang berisi foto dokumentasi kerusakan. Formulir survei kondisi jalan non lingkungan digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan penilaian dari tiap ruas jalan yang jumlah halamannya terdiri atas 14 halaman. Sedangkan formulir foto kondisi jalan digunakan sebagai dokumentasi kerusakan jalan tersebut dan jumlah halamannya sebanyak 42 halaman. Sebagai contoh penilaian, diambil salah satu ruas jalan non lingkungan yang disurvei yaitu Jl. Brigjen Sudiarto. commit to user
38
Tabel 4.2 Contoh Formulir Penilaian Kondisi Jl. Brigjen Sudiarto FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN NON LINGKUNGAN KOTA SURAKARTA
Nama Jalan Tanggal Pemeriksa
: Jl. Brigjen Sudiarto : 15 Juni 2012 :
STA.
Kekasaran
1.500 1.350
PB PB
1.200
PB
1.050
PB
1.900 1.750
PB PB
0.600 0.450
PB PB
0.300 0.150
PB G
Lubang Jumlah Luas 1
1
Panjang Jalan Lebar Jalan
Tambalan Jumlah Luas
: 1362.78 m : 11 m
PERMUKAAN PERKERASAN Retak Alur Tipe Panjang Lebar Panjang Dalam
0.071 m2
0.126m2
P 2
0.283 m2
1
0.385 m2
1
3m
0.0025m
0.98 m2 P
3m
0.0015m
Amblas Jumlah Dalam
89m 78m
0.05m 0.04m
1
0.04m
63m
0.05m
1
0.08m
72m
0.03m
58m 47m
0.04m 0.04m
1
0.05m
56m 92m
0.04m 0.05m
83m 34m
0.06m 0.08m
1
0.04m
0.00
Kekasaran Permukaan : - Kegemukan (G) - Kekurusan (K) - Pengelupasan (P) - Pelepasan butiran (PB) - Permukaan rapat (PR)
Lubang : - Jumlah :5 - Luas : 0.865 m2
Tambalan : - Jumlah : 1 - Luas : 0.98 m2
Retak : - Buaya - Melintang - Memanjang - Acak
(B) (L) (P) 2 (A)
Panjang :6 m Lebar :0.002
m
Alur : - Panjang :672m - Dalam : 0.048 m
Amblas : - Jumlah : 4 - Dalam : 0,21 m - Rata2 : 0.05m
38
39
Tabel 4.3 Contoh Formulir Foto Kondisi Jl. Brigjen Sudiarto FOTO KONDISI EKSISTING DAN KERUSAKAN JALAN NON LINGKUNGAN KOTA SURAKARTA Nama Jalan
STA.
1.500
1.350
1.200
: Jl. Brigjen Sudiarto
Foto Kondisi
Keterangan Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - 1 Lubang dengan luas 0.071 m2 - Alur panjang 89m ; dalam 0.05 m
Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - Alur panjang 78m ; dalam 0.04 m - 1 Amblas ; dalam 0.04m
Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - Alur panjang 63m ; dalam 0.05 m - 1 Amblas ; dalam 0.08m
39
40
STA.
1.050
1.900
1.750
0.600
Foto Kondisi
Keterangan Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - 1 Lubang dengan luas 0.126 m2 - Alur panjang 72m ; dalam 0.03 m
Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - Alur panjang 58m ; dalam 0.04 m
Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - Alur panjang 47m ; dalam 0.04 m - 1 Amblas ; dalam 0.05m
Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - Retak memanjang 56 m; lebar 2.5 mm - Alur panjang 8m ; dalam 0.04 m
40
41
STA.
0.450
0.300
0.150
Foto Kondisi
Keterangan Kondisi jalan : - Pelepasan butiran dan kekurusan - 2 Lubang dengan luas 0.283 m2 - Alur panjang 92m ; dalam 0.05 m
Kondisi jalan : - Pelepasan butiran - 1 Lubang dengan luas 0.385 m2 - 1 Tambalan dengan luas 0.98 m2 - Alur panjang 83m ; dalam 0.06 m - 1 Amblas ; dalam 0.04m Kondisi jalan : - Kegemukan - Alur panjang 34m ; dalam 0.08 m
0.00
41
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penilaian pada formulir penilaian kondisi jalan non lingkungan dilakukan berdasarkan 6 tipe penilaian (tabel 2.1), yaitu: a.
Penilaian keretakan : - Tipe
2
: Memanjang
2
- Lebar : 2 mm (1-2mm) b.
Penilaian jumlah kerusakan jalan : x 100% = 4.516 % (< 10%) 1
c.
Penilaian alur jalan : - Kedalaman : 48 mm (>20mm)
d.
Penilaian tambalan dan lubang jalan : 0
- Luas 0.024% (< 10%) e.
Penilaian kekasaran permukaan jalan : - Kekasaran : Pelepasan butir
f.
7
3
Penilaian amblas jalan : 1
- 0 – 2 / 100m Total angka kerusakan jalan = 16
Setelah didapatkan nilai angka kerusakan jalan, selanjutnya dimasukkan kedalam Tabel 2.1 Hasil nilai kerusakan jalan tersebut adalah 6 kemudian dihitung dengan memakai rumussebagai berikut : Urutan Prioritas
= 17 - (Kelas LHR + NilaiKondisi Jalan) = 17 - ( 5 + 6) = 17 – 11 =6
Prioritas pemeliharaan jalan yang termasuk kategori ini adalah pemeliharaan berkala. Data kelas LHR untuk tiap ruas jalan non lingkungan di Kota Surakarta diperoleh berdasarkan hasil data sekunder dari Dinas PU, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.4 dibawah ini: commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Kelas LHR Jalan Non Lingkungan (berdasarkan Tabel 2.2) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Jalan Jl. Bhayangkara Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Brigjen. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
LHR 2010 3606 3873 6411 4190 4033 3972 5321 3023 3890 3956 4135 6104 3520 4120
Kelas 5 5 6 5 5 5 6 5 5 5 5 6 5 5
Hasil pengamatan survei secara visual didapatkan kondisi kerusakan untuk tiap ruas jalan non lingkungan di Kota Surakarta sebagai berikut: Tabel 4.5 Kondisi Eksisting Jalan Non Lingkungan No.
Nama Jalan
Nilai Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jl. Bhayangkara Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
10 6 7 6 6 9 5 7 7 6 5 6 6 6
Prioritas Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala
Detail data dari hasil survei tiap ruas jalan non lingkungan di Kota Surakarta dapat dilihat pada halaman lampiran. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3 Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Jalan Penentuan prioritas pemeliharaan tidak dapat hanya memperhatikan kriteria kerusakan yang terjadi saja. Penentuan kriteria yang mempengaruhi dalam penentuan prioritas penanganan pemeliharaan jalan mengacu pada kriteria-kriteria pada literatur studi terdahulu dan diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam hal pemeliharaan jalan di wilayah Kota Surakarta. Berdasarkan hasil kajian dan diskusi dalam penelitian ini digunakan lima buah kriteria. Kelima buah kriteria tersebut yaitu : A.
Tingkat Kerusakan Kriteria tingkat kerusakan, menyatakan kondisi existing jalan sekarang. Perhitungan tingkat kerusakan jalan ini mengacu pada buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota milik Direktorat Jenderal Bina Marga pada tabel 2.1. Seperti jalan mengalami kerusakan crack, jalan mengalami keausan, mengalami pelepasan butir dan lain-lain.
B.
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) Suatu jalan dibangun dengan menghitung umur rencana dan masa layannya. Umur rencana ini berhubungan dengan beban kendaraan yang melintas. Dalam perhitungan lalu lintas, biasa dipakai lalu lintas harian rata-rata. Dengan mengetahui lalu lintas harian rata-rata kita dapat mengetahui beban kendaraan yang melintas dan menjadi faktor penentu dalam kerusakan jalan. Sehingga lalu lintas harian rata-rata dijadikan kriteria selain kriteria-kriteria yang telah disebutkan diatas.
C.
Klasifikasi fungsi jalan Kriteria klasifikasi fungsi jalan menjadi salah satu kriteria dalam penentuan prioritas penanganan jalan. Dalam buku Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota milik Direktorat Jendral Bina Marga disebutkan bahwa jalan nasional atau jalan propinsi dibagi kedalam empat jenis jalan yaitu jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Dimana 4 jenis jalan tersebut memiliki hubungan sangat penting dengan penanggung jawab pembinaan dan pendanaan. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.
Pemeliharaan jalan Dalam kriteria pemeliharaan jalan ini masih mengacu pada buku yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota. Nilai pemeliharaan ini didapat dari nilai kondisi jalan yang dikurangi kelas LHR jalan tersebut yang kemudian nilai pemeliharaan ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu : program peningkatan jalan, pemeliharaan jalan dan pemeliharaan rutin.
E.
Tingkat pelayanan jalan Kriteria tingkat pelayanan jalan ini berhubungan erat dengan masa layan suatu jalan. Jika suatu jalan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan dibawah ini maka jalan tersebut termasuk jalan dengan tingkat pelayanan mantap dan jika tidak maka jalan tersebut termasuk jalan yang tidak mantap. Adapun syarat-syarat dalam penentuan tingkat pelayanan jalan tersaji pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Syarat Minimal Kondisi Jalan Menurut Fungsi Jalan Fungsi jalan
Lebar minimal (PP No. 34/2006 Jalan) 11 m
Minimal Volume Lalulintas Jam Puncak (MKJI 1997) smp/jam Diatas 450
LHR (MKJI 1997) smp/hari
Syarat Minimal IRI & RCI Jalan (Kepmenkimpraswil No. 543/KPTS/M/2001)
9m
300-350
2750-3250
IRI<8,0 dan RCI>5,5
7,5 m
200-250
1750-2250
IRI<8,0 dan RCI>5,5
11 m
Diatas 500
9m
300-350
3250-4000
IRI<8,0 dan RCI>5,5
7,5 m
150-200
1500-2250
IRI<8,0 dan RCI>5,5
Diatas 4100 IRI<8,0 dan RCI>5,5
Arteri Primer Kolektor Primer Lokal Primer Diatas 5500 IRI<8,0 dan RCI>5,5
Arteri Sekunder Kolektor Sekunder Lokal Sekunder
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GOAL
KRITERIA
SUBKRITERIA
ALTERNATIF
Tingkat kerusakan
LHR Jalan
Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta
Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Klasifikasi Fungsi Jalan Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan Berkala
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Jl. Bhayangkara Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
Peningkatan Jalan
Mantap Tingkat Pelayanan Jalan Tidak Mantap
Gambar 4.1 Struktur Hirarki Prioritas Pemeliharaan Jalan Non lingkungan commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.1 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub kriteria Metode pembobotan yang digunakan yaitu metode AHP. Untuk memudahkan perhitungan pembobotan kriteria menggunakan software khusus AHP yaitu expertchoice. Metode Analitical Hirarki Proses ini banyak digunakan untuk peentuan prioritas dengan kriteria banyak (multi kriteria). Proses penilaian dilakukan untuk masing-masing responden. Setelah dilakukan perhitungan dan didapat nilai bobot kriteria dari masing-masing responden kemudian dicari nilai rata-rata dari keseluruhan responden. Nilai ratarata inilah yang digunakan sebagai bobot masing-masing kriteria/subkriteria yang digunakan untuk penilaian dan penentuan prioritas masing-masing jalan. Penentuan penilaian bobot kriteria dan sub kriteria dengan melibatkan beberapa pihak yang berkepentingan seperti yang tersaji pada tabel 4.7 dibawah ini. Dalam penelitian ini, pihak yang terlibat dalam penilaian yaitu : A. Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga Kota Surakarta 2 Orang B. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta 3 Orang
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Data Responden Penentuan Bobot Kriteria dan Subkriteria No. 1
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Dinas/Instansi
Jabatan di Pekerjaan
Pendidikan
Pengalaman kerja
Agung Suranto, ST (DPU Kota Surakarta)
35 tahun
Lakilaki
Bina Marga DPU Kota Surakarta
Sie. DPU Bidang Bina Marga
S1 Taknik Sipil
Kontraktor DPU Kota Surakarta
2
Supriadi (DPU Kota Surakarta)
43 tahun
Lakilaki
DPU Kota Surakarta
Sie. DPU Bidang Bina Marga
STM
Kontraktor Jalan DPU Kota Surakarta
3
Purwanto, ST,MT (BPT Bina Marga Kota Surakarta)
43 tahun
Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta
Lakilaki
Kasie Jalan
S2 Teknik Sipil
Konsultan kontraktor BPT Bina Marga
4
Mugimin, ST (BPT Bina Marga Kota Surakarta)
38 Tahun
Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta
Lakilaki
Kordinator Perencanaan Program Jalan
S1 Taknik Sipil
Konsultan BPT Bina Marga
5
Nurdiyanto, ST (BPT Bina Marga Kota Surakarta)
35 Tahun
Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kota Surakarta
Lakilaki
Kordinator Program Survey Jalan
S1 Taknik Sipil
BPT Bina Marga Kontraktor
Sebagai contoh penilaian yang dilakukan oleh responden dari Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga Kota Surakarta dengan menggunakan software expertchaoice sebagai berikut : 1. Penilaian Kriteria Utama Kriteria utama dalam penentuan skala prioritas pemeliharaan jalan non lingkungan ditentukan sebanyak lima buah kriteria yaitu : a. Tingkat Kerusakan (TK) b. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) c. Klasifikasi fungsi jalan (KFJ) d. Pemeliharaan jalan (PJ) e. Tingkat pelayanan jalan (TLJ) commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penilaian tingkat kepentingan antara kelima kriteria utama berdasarkan penilaian responden dari Dinas Pekerjaan Umum bidang Bina Marga disajikan dalam matriks dibawah ini : -
Perbandingan kriteria antara Tingkat Kerusakan (TK) dengan Lalu lintas Harian (LHR) TK : LHR = 3 : 1 artinya kriteria tingkat kerusakansedikit lebih penting dalam penentuan kebijakan pemeliharaan jalan daripada kriteria Lalu Lintas Harian.
-
Perbandingan kriteria antara tingkat kerusakan (TK) dengan Klasifikasi Fungsi Jalan (KFJ) KJ : KFJ = 7 : 1 artinya kriteria tingkat kerusakansangat lebih penting dalam penentuan kebijakan pemeliharaan jalan daripada kriteria Klasifikasi Fungsi Jalan dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya perhitungan dilakukan dengan bantuan expert choice sebagaimana berikut :
Gambar 4.2 Data Input Kriteria Utama (Expertchoice) Check : Nilai Rasio Konsistensi (CR) = 0,07< 0,1
... OK!
Dari hasil input data diatas didapat: a. Bobot kriteria tingkat kerusakan
= 0,553
b. Bobot kriteria LHR Jalan commit to user= 0,209
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Bobot kriteria Klasifikasi fungsi jalan
= 0,118
d. Bobot kriteria Pemeliharaan jalan
= 0,075
e. Bobot kriteria tingkat kerusakan
= 0,045
2. Penilaian subkriteria Penentuan bobot nilai subkriteria sendiri menggunakan expertchoice. Namun untuk memudahkan perhitungan antara kriteria utama dan subkriteria dipisahkan dalam perhitungan pada expertchoice. 2.1 Subkriteria klasifikasi fungsi jalan Untuk kriteria klasifikasi fungsi jalan dibagi menjadi empat buah sub kriteria yaitu : a. Jalan arteri primer (AP) b. Jalan Kolektor Primer (KP) c. Jalan arteri sekunder (AS) d. Jalan kolektor sekunder (KS) Adapun penilaian tingkat kepentingan antara keempat sub kriteria berdasarkan penilaian responden dari Dinas Pekerjaan Umum bidang Bina Marga disajikan dalam matriks dibawah ini : -
Perbandingan antara sub kriteria jalan arteri primer dengan jalan kolektor primer AP : KP = 3 : 1 artinya subkriteria jalan arteri primer sedikit lebih penting dari pada subkriteria jalan kolektor primer.
-
Perbandingan antara sub kriteria jalan arteri primer dengan jalan arteri sekunder AP : AS = 5 : 1 artinya subkriteria jalan arteri primer lebih penting dari pada subkriteria jalan arteri sekunder.
-
Dan seterusnya sampai semua subkriteria terisi.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk lebih jelasnya perhitungan dilakukan dengan bantuan expertchoice sebagaimana berikut :
Gambar 4.3 Data Input Subkriteria Klasifikasi Fungsi Jalan (Expertchoice) Check : Nilai Rasio Konsistensi (CR) = 0,04< 0,1
... OK!
Dari hasil input data diatas didapat: a. Jalan Arteri Primer
= 0,565
b. Jalan Kolektor Prime
= 0,262
c. Jalan Arteri Sekunder
= 0,117
d. Jalan Kolektor sekunder
= 0,055
2.2 Subkriteria Pemeliharaan jalan Untuk kriteria pemeliharaan jalan dibagi menjadi tiga buah sub kriteria yang mengacu pada Buku Pedoman Pemeliharaan Jalan dari Dirjen Bina Marga. Ketiga sub kriteria tersebut yaitu : a. Jalan mengalami pemeliharaan rutin (PR) b. Jalan mengalami pemeliharaan berkala (PB) c. Jalan mengalami peningkatan (PN) Perbandingan antar subkriteria pemeliharaan jalan adalah sebagai berikut : -
Perbandingan subkriteria pemeliharaan rutin dengan pemeliharaan berkala PR : PB = 7 : 1 artinya subkriteria pemeliharaan rutin sangat lebih penting daripada subkriteria pemeliharaan berkala.
-
Perbandingan subkriteria pemeliharaan rutin dengan peningkatan PR : Pn = 9 : 1 artinya subkriteria pemeliharaan rutin jauh lebih penting commit to user daripada subkriteria peningkatan.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Dan seterusnya sampai semua subkriteria terisi.
Berikut gambar perhitungan perbandingan dengan menggunakan bantuan expertchoice
Gambar 4.4 Data Input Subkriteria Pemeliharaan Jalan (Expertchoice) Check : Nilai Rasio Konsistensi (CR) = 0,04< 0,1
... OK!
Dari hasil input data diatas didapat: a. Bobot subkriteria pemeliharaan rutin
= 0,785
b. Bobot subkriteria pemeliharaan berkala
= 0,148
c. Bobot subkriteria peningkatan
= 0,066
2.3 Subkriteria Tingkat Pelayanan Jalan Untuk kriteria Tingkat Pelayanan Jalan dibagi menjadi dua buah sub kriteria yang mengacu syarat minimal kondisi jalan menurut fungsi jalan. Kedua sub kriteria tersebut yaitu : a. Tingkat Pelayanan Mantap (M) b. Tingkat Pelayanan tidak Mantap (TM) Perbandingan antar subkriteria tingkat pelayanan jalan adalah sebagai berikut : -
Perbandingan subkriteria pelayanan mantap dengan pelayanan tidak mantap M : TM = 7 : 1 artinya subkriteria pemeliharaan rutin sangat lebih penting daripada subkriteria pemeliharaan berkala.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut gambar perhitungan perbandingan dengan menggunakan bantuan expertchoice
Gambar 4.5 Data Input Subkriteria Tingkat Pelayanan Jalan (Expertchoice) Check : Nilai Rasio Konsistensi (CR) = 0,00< 0,1
... OK!
Dari hasil input data diatas didapat: a. Bobot subkriteria pelayanan mantap
= 0,040
b. Bobot subkriteria pelayanan tidak mantap = 0,006 Dari hasil pembobotan menggunakan bantuan software expertchoice yang telah dicombine seluruh responden didapat masing-masing bobot kriteria dan subkriteria. Tabel 4.8 Hasil Pembobotan Kriteria dan Subkriteri dengan Bantuan Expertchoice Kriteria
X
Uraian
sub kriteria Bobot
Uraian
Bobot lokal
Bobot global
X1
Tingkat kerusakan
0,397
0,397
X2
LHR
0,310
0,310
X3
Klasifikasi Fungsi Jalan
X4
Pemeliharaan Jalan
X5
Tingkat Pelayanan Jalan
0,169
0,075
0,051
Jalan Arteri Primer
0,568
0,096
Jalan Kolektor Primer
0,208
0,035
Jalan Arteri Sekunder
0,137
0,023
Jalan Kolektor sekunder
0,087
0,015
Jalan mengalami pemeliharaan rutin jalan mengalami pemeliharaan berkala
0,615
0,046
0,238
0,018
jalan mengalami peningkatan
0,147
0,011
Mantap
0,851
0,044
commit to user
0,149
0,008
Tidak mantap
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun bentuk hirarki dengan bobot masing-masing kriteria dan subkriteria tersaji pada gambar 4.6 dibawah ini :
GOAL
KRITERIA
SUBKRITERIA
ALTERNATIF
Tingkat kerusakan (0,397)
LHR Jalan (0,310)
1. Jl. Kol. Sugiyono (0,1053)
Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta
Jalan Arteri Primer (0,096) Jalan Kolektor Primer (0,035) Klasifikasi Fungsi Jalan (0,169)
Jalan Arteri Sekunder (0,023)
2. Jl. Kapt. Tendean (0,0934) 3. Jl. L.U. Adi Sucipto (0,0836) 4. Jl. Brigjen. Slamet Riyadi (0,0813) 5. Jl. Jend. A. Yani (0,0774) 6. Jl. Dr. Rajiman (0,0768)
Jalan Kolektor Sekunder (0,015)
7. Jl. Tentara Pelajar (0,0733) 8. Jl. Ir. Sutami (0,0721) 9. Jl. Veteran (0,0624)
Pemeliharaan Rutin (0,046)
10. Jl. Kapt. Mulyadi (0,0592) 11. Jl. Brigjen Sudiarto (0,0577)
Pemeliharaan Jalan (0,075)
Pemeliharaan Berkala (0,018)
12. Jl. K.H. Agus Salim (0,0532)
Peningkatan Jalan (0,011)
13.Jl. Bhayangkara (0,0525) 14.Jl. Ir. Juanda (0,0514)
Mantap (0,044) Tingkat Pelayanan Jalan (0,051)
Tidak Mantap (0,008)
Gambar 4.6 Struktur Hirarki Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan dan Hasil Pembobotannya commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.2 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Jalan Nonlingkungan di Kota Surakarta Setelah didapat nilai masing-masing bobot kriteria dan subkriteria, langkah selanjutnya yaitu menentukan urutan prioritas penanganan pemeliharaan jalan. Pada proses ini jalan non lingkungan dijadikan sebagai alternatif pada pembobotan alternatif di expertchoice. Berikut langkah-langkah dalam penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan dengan bantuan software Expertchoice. 1. Masukkan semua alternatif jalan pada Expertchoice. Kemudian lakukan normalisasi kriteria tingkat kerusakan dan kriteria LHR Jalan. Caranya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.9 dan 4.10 dibawah ini. Tabel 4.9 Normalisasi Bobot Kriteria Tingkat Kerusakan No.
Nama Jalan
Luas Jalan (m2)
Tingkat Kerusakan
Normalisasi Tingkat Kerusakan
0,128
9133,52
1,40143E-05
6,94944E-05
Kerusakan (m2)
1
Jl. Bhayangkara
2 3 4 5 6 7 8 9
Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi
33,97 97,3763 33,009 44,8961 7,812 15,596 8,9826 296,936
14990,58 26684,84 22778,8 29551,32 33367,46 44462,7 7153,47 26221,86
0,00226609 0,003649124 0,001449111 0,001519259 0,00023412 0,000350766 0,001255698 0,011323987
0,011237123 0,018095338 0,007185873 0,007533725 0,00116096 0,001739384 0,006226777 0,056153572
10 11 12 13 14
Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
795,702 2080,449 41,6178 107,656 601,9184
12857,4 22738,87 41386,4 20075,31 30321,98
0,061886696 0,091493069 0,001005591 0,005362607 0,019850894
0,306884761 0,45369733 0,004986542 0,026592184 0,098436937
total
0,201661026
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10 Normalisasi Bobot Kriteria Lalu-lintas Harian Rata-Rata Jalan (LHR) No.
Nama Jalan
LHR Jalan
Kelas Lalu lintas
Normalisasi LHR Jalan
1
Jl. Bhayangkara
3606
5
0,068493151
2
Jl. Brigjen. Sudiarto
3873
5
0,068493151
3
Jl. Slamet Riyadi
6411
6
0,082191781
4
Jl. Dr. Rajiman
4190
5
0,068493151
5
Jl. Ir. Juanda
4033
5
0,068493151
6
Jl. Ir. Sutami
3972
5
0,068493151
7
Jl. Jend. A. Yani
5321
6
0,082191781
8
Jl. K.H. Agus Salim
3023
5
0,068493151
9
Jl. Kapten Mulyadi
3890
5
0,068493151
10 11 12
Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto
3956 4135 6104
5 5 6
0,068493151 0,068493151 0,082191781
13 14
Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
3520 4120
5 5
0,068493151 0,068493151
total
73
2. Setelah normalisasi dilakukan, kemudian kita masukkan nilai normalisasi kriteria Tingkat Kerusakan dan LHR Jalan pada perhitungan Expertchoice. Caranya dengan memilih kriteria Tingkat Kerusakan kemudian pada menu utama pilih assessment kemudian pilah direct, lalu masukkan nilai normalisasi masing-masing kriteria seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7 dan 4.8 dibawah ini.
Gambar 4.7 Normalisasi Kriteria commit to user Tingkat Kerusakan
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.8 Normalisasi Kriteria LHR Jalan 3. Lakukan langkah yang sama untuk kriteria Klasifikasi Fungsi Jalan, Pemeliharaan Jalan dan Tingkat Pelayanan Jalan. Nilai klasifikasi jalan, pemeliharaan jalan dan tingkat pelayanan jalan hasil normalisasi tersaji pada Tabel 4.11, 4.12 dan 4.13 dibawah ini : Tabel 4.11 Normalisasi Bobot Klasifikasi Fungsi dari Masing-Masing Jalan Nama Jalan
Klasifikasi Fungsi Jalan
Bobot Klasifikasi fungsi Jalan
Normalisasi Bobot Klasifikasi Fungsi Jalan
1
Jl. Bhayangkara
Kolektor Sekunder
0,014703
0,021189537
2 3 4
Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman
Kolektor Sekunder Arteri Primer Arteri Sekunder
0,014703 0,0960427 0,0960427
0,021189537 0,138413951 0,138413951
5 6
Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami
Kolektor Sekunder Arteri Primer
0,014703 0,0960427
0,021189537 0,138413951
7 8 9 10 11 12 13
Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar
Arteri Primer Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Arteri Primer Arteri Primer
0,0960427 0,014703 0,014703 0,014703 0,014703 0,0960427 0,0960427
0,138413951 0,021189537 0,021189537 0,021189537 0,021189537 0,138413951 0,138413951
14
Jl. Veteran
Kolektor Sekunder
0,014703
0,021189537
No.
Total
commit to user
0,6938802
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12 Normalisasi Bobot Kriteria Pemeliharaan dari Masing-Masing Jalan Prioritas pemeliharaan
Nilai pemeliharaan jalan
Normalisasi Nilai Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan Rutin
0,01104
0,051226727
Jl. Brigjen. Sudiarto
Pemeliharaan Berkala
0,0178125
0,082651818
Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean
Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala
0,01104 0,0178125 0,0178125 0,01104 0,0178125 0,01104 0,01104 0,0178125
0,051226727 0,082651818 0,082651818 0,051226727 0,082651818 0,051226727 0,051226727 0,082651818
11 12 13
Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar
Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Berkala
0,0178125 0,0178125 0,0178125
0,082651818 0,082651818 0,082651818
14
Jl. Veteran
Pemeliharaan Berkala
0,0178125
0,082651818
No.
Nama Jalan
1
Jl. Bhayangkara
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total
0,2155125
Tabel 4.13 Normalisasi Bobot Kriteria Tingkat Pelayanan Masing-Masing Jalan Nama Jalan
Klasifikasi Fungsi Jalan
Lebar Jalan
LHR Jalan
Tingkat Pelayanan Jalan
Nilai Tingkat Pelayanan Jalan
Normalisasi Nilai Tingkat Pelayanan Jalan
1
Jl. Bhayangkara
Kolektor Sekunder
11
3606
Mantap
0,04375168
0,101275462
2
Jl. Brigjen. Sudiarto
Kolektor Sekunder
11
3873
Mantap
0,04375168
0,101275462
3
Jl. Slamet Riyadi
Arteri Primer
14
6411
Mantap
0,04375168
0,101275462
4
Jl. Dr. Rajiman
Arteri Sekunder
11
4190
Mantap
0,04375168
0,101275462
5
Jl. Ir. Juanda
Kolektor Sekunder
9
4033
Tidak Mantap
0,00764832
0,017704169
6
Jl. Ir. Sutami
Arteri Primer
14
3972
Mantap
0,04375168
0,101275462
7 8
Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim
Arteri Primer Kolektor Sekunder
9 9
5321 3023
Tidak Mantap Mantap
0,00764832 0,04375168
0,017704169 0,101275462
9 10
Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean
Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder
9 10
3890 3956
Mantap Mantap
0,04375168 0,04375168
0,101275462 0,101275462
11 12 13 14
Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
Kolektor Sekunder Arteri Primer Arteri Primer Kolektor Sekunder Total
7 16 9 13
4135 6104 3520 4120
Tidak Mantap Mantap Tidak Mantap Tidak Mantap
0,00764832 0,04375168 0,00764832 0,00764832 0,43200672
0,017704169 0,101275462 0,017704169 0,017704169
No.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.9 Normalisasi Kriteria Klasifikasi Fungsi Jalan
Gambar 4.10 Normalisasi Kriteria Pemeliharaan Jalan
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.11 Normalisasi Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan 4. Setelah semua nilai normalisasi dimasukkan kemudian untuk mengetahui nilai bobot masing-masing alternatif jalan dari semua kriteria yang ada caranya dengan : klik pada goal maka akan terlihat bobot masing-masing alternatif jalan. Untuk mengetahui urutan prioritas pemeliharaan jalan dari alternatif jalan yang tersedia dengan memilih synthesize pada menu utama kemudian pilih with respect to goal lalu pilih Sort by Priority maka akan muncul urutan prioritasnya. Seperti gambar 4.12 dan 4.13 dibawah ini.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.12 Menentukan Nilai Prioritas
Gambar 4.13 Hasil Pembobotan dari Masing-masing Alternatif
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.14 Hasil Analisis Dynamic Sensitivity Dari hasil analisis dengan menggunakan bantuan software Expertchoice dengan index consistensi 0,02 < 0,1 terlihat urutan prioritas dengan nilai bobot terbesar pada alternatif Jalan Kol. Sugiono dengan bobot 0,1053 kemudian Jalan Kapt. Tendean dengan bobot 0,0934 dan seterusnya hingga pada alternatif yang memiliki bobot terendah alternatif Jalan Juanda dengan bobot 0,0514.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4 Estimasi biaya perbaikan jalan di Kota Surakarta Kondisi kerusakan yang terjadi pada jalan non-lingkungan di Kota Surakarta cukup beragam. Namun dalam melakukan estimasi harga perbaikan jalan biasanya dianggap satu cara pengerjaan pekerjaan. Sehingga didapat harga rata-rata biaya perbaikan jalan. Mengacu kepada sistem yang digunakan di Kementrian Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga, perhitungan kebutuhan anggaran perbaikan jalan mengacu kepada harga perbaikan per m 2. Adapun biaya total didapat dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan. Perhitungan harga per m2 didapat dengan memperhitungkan beberapa faktor yaitu kebutuhan bahan material, upah tenaga kerja, alat bantu/alat berat, keutungan pemborong dan lain-lain. Dalam perhitungan biaya perbaikan ini didapat dari survey ke beberapa toko material dan kontraktor yang pernah menangani proyek perbaikan jalan. Adapun estimasi biaya pekerjaan perbaikan jalan per meter kubiknya tersaji dalam tabel 4.14 di bawah ini
commit to user
64
Tabel 4.14 Estimasi Biaya Perbaikan Jalan per Meter Persegi No.
ket.
1 An. EI-6.3.(5a) upah
uraian pekerjaan uraian 1 m3 Pekerjaan Laston Lapis Aus (AC-WC) pekerja mandor
satuan
org org
harga
Rp32.000 Rp40.000
volume
0,2008 0,0201
total harga
total biaya
Rp6.426 Rp804 Rp7.230
bahan dan peralatan batu pecah mesin 1/2 batu pecah mesin 1/2 aspal curah P. C wheel loader Asphalt Mixing Plant Generator Set ( Genset ) dump truck 3,5 ton tandem roller tire roller 8-10 asphalt finisher Jumlah harga upah dan bahan
m3 m3 kg kg jam jam jam jam jam jam jam
Rp165.000 Rp170.000 Rp7.650 Rp1.125 Rp132.000 Rp4.200.000 Rp190.000 Rp85.000 Rp150.000 Rp175.000 Rp185.000
0,3305 0,321 64,89 19,95 0,0096 0,0201 0,0201 0,5938 0,0135 0,0058 0,0137
Rp54.533 Rp54.570 Rp496.409 Rp22.444 Rp1.267 Rp84.420 Rp3.819 Rp50.473 Rp2.025 Rp1.015 Rp2.535 Rp773.508 Rp780.738
64
65
No.
ket.
2 An. EI.6.1(1a) upah
uraian pekerjaan uraian 1 liter Lapis resap pengikat (prime coat) pekerja mandor
satuan
org org
harga
Rp32.000,00 Rp40.000,00
volume
0,0021 0,0004
total harga
total biaya
Rp67,20 Rp16,00 Rp83,20
bahan dan peralatan aspal curah kerosin asphalt distributor compressor Jumlah harga upah dan bahan
kg liter jam jam
Rp7.650,00 Rp9.500,00 Rp65.000,00 Rp45.000,00
0,679 0,0371 0,0002 0,0002
Rp5.194,35 Rp352,45 Rp13,00 Rp9,00 Rp5.568,80 Rp5.652,00
65
66
uraian pekerjaan uraian ket. 1 liter Lapis Perekat (tack 3 An. EI-6.1(2a) coat) upah pekerja mandor
No .
satuan
org org
harga
Rp32.000,00 Rp40.000,00
volume
0,0021 0,0004
total harga
total biaya
Rp67,20 Rp16,00 Rp83,20
bahan dan peralatan aspal curah kerosin asphalt distributor compressor
kg liter jam jam
Rp7.650,00 Rp9.500,00 Rp65.000,00 Rp45.000,00
0,8487 0,206 0,0002 0,0002
Rp6.492,56 Rp1.957,00 Rp13,00 Rp9,00 Rp8.471,56
Jumlah harga upah dan bahan Total Biaya
Rp8.554,76 Rp794.944,81
66
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Dalam tabel hasil estimasi harga perbaikan diatas terlihat harga perbaikan per meter persegi yaitu sebesar Rp794.944,81. Kemudian untuk mendapatkan harga perbaikan tiap-tiap jalan dengan mengalikan harga perbaikan per meter persegi dengan volume kerusakan yang terjadi dari tiap-tiap jalan. Sebagai contoh Jalan Brigjen Slamet Riyadi dibawah ini. Nama jalan : Brigjen Slamet Riyadi Jenis kerusakan : a. Lubang -
Jumlah : 2 dengan Luas masing-masing : 0,045 m2 = 0,09 m2
b. Tambalan -
Jumlah 3 dengan luas 23 m2
= 69 m2
-
Jumlah 2 dengan luas 14 m2
= 28 m2
c. Retak -
Panjang 4.7 m dengan lebar 0,002 m
= 0,0094 m2
-
Panjang 12 m dengan lebar 0,003 m
= 0,036 m2
-
Panjang 4 m dengan lebar 0,002 m
= 0,008 m2
d. Alur -
Panjang 7 m dengan kedalaman 0,003 m
= 0,021 m2
-
Panjang 14.3 m dengan kedalaman 0,003 m
= 0,0429 m2
-
Panjang 23 m dengan kedalaman 0,003 m
= 0,069 m2
e. Amblas -
Jumlah 2 dengan kedalaman masing-masing 0,05 m = 0,1 m2
Total kerusakan
+
= 97,376 m2
Sehingga estimasi biaya perbaikan Jalan Slamet Riyadi adalah dengan mengalikan volume kerusakan dengan harga perbaikan hasil estimasi yaitu :
97,376 m2 x Rp794.944,81= Rp77.408.783,82
Adapun rekapitulasi dari masing-masing kerusakan jalan dan harga perbaikan jalan tersaji dalam tabel 4.15 dan Tabel 4.16 dibawah ini. commit to user
68
Tabel 4.15 Rekapitulasi Kerusakan Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
1
Jln. Brigjen Slamet Riyadi
2
Lubang luas total (m2) 0,045
jumlah kerusakan 2 Jln. Ir. Juanda
jumlah kerusakan
0,09
Jlh 3 2
Tambalan luas total (m2) 23 14
0,09 1 1
0,166 7,29
0,166 7,29
7,456
69 28
panjang (m) 4,7 12 4
retak lebar (m) 0,002 0,003 0,002
97 1 1
8,75 21,85
8,75 21,85
30,6
total 0,0094 0,036 0,008
panjang (m)
alur dalam (m)
7 14,3 23
0,003 0,003 0,003
0,0534 19 7,3 3 26 9
0,002 0,002 0,0025 0,002 0,002
0,038 0,0146 0,0075 0,052 0,018
0,1301
total 0,021 0,0429 0,069
jlh 1 1
amblas dalam total (m) 0,05 0,05
0,1329 29 23 9 27 12 18 14 47 24
0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03
1,16 0,69 0,27 0,81 0,36 0,54 0,56 1,41 0,72 6,52
Total seluruh kerusakan (m2)
0,05 0,05
0,1 1 1 1 1
0,05 0,05 0,05 0,04
97,3763
0,05 0,05 0,05 0,04
0,19
44,8961
68
69
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
3 Jln. Ir. Sutami
2
Lubang luas total (m2) 0,07 0,14
Tambalan luas Jlh total (m2) 1 3,75 3,75 1 3,375 3,375
0,14
7,125
jumlah kerusakan Jln. Jend. A. 4 Yani
jumlah kerusakan
1 2
0,283 0,985
0,283 1,97
2,253
1
0,64
0,64
0,64
retak panjang lebar (m) (m) 4 0,002 2,5 0,002
total 0,008 0,005
panjang (m) 6,3 3,7 7,2 4,7 3,3
alur dalam (m) 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
0,013
13 37 147 52
0,002 0,002 0,002 0,002
0,026 0,074 0,294 0,104
0,498
total 0,126 0,074 0,144 0,094 0,066
jlh 1
amblas dalam total (m) 0,03 0,03
0,504
135 97 79 53 47 63 17
0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,03
2,7 1,94 1,58 1,59 1,88 1,89 0,51 12,09
0,03
1 1 1
0,04 0,035 0,04
Total seluruh kerusakan (m2)
7,812
0,04 0,035 0,04
0,115
69
15,596
70
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
Jln. Kapt. 5 Mulyadi
jumlah kerusakan
3 2 2 2
Lubang luas total (m2) 1,91 1,47 1,699 1,97
5,73 2,94 3,398 3,94
16,008
Tambalan luas Jlh total (m2) 3
87,4
262,2
262,2
panjang (m) 92 73 48 26
retak lebar (m) 0,002 0,002 0,002 0,002
total 0,184 0,146 0,096 0,052
0,478
panjang (m)
alur dalam (m)
115 135 13 71 79 14 63 52 39
0,02 0,04 0,05 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03
total 2,3 5,4 0,65 2,13 2,37 0,56 1,89 1,56 1,17 18,03
jlh 4 1 1 1
amblas dalam total (m) 0,03 0,03 0,04 0,03
Total seluruh kerusakan (m2)
0,12 0,03 0,04 0,03
0,22
296,936
70
71
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
Jln. Kapt. 6 Tendean
jumlah kerusakan
2 1 2 4
Lubang luas total (m2) 1,131 0,636 2,545 16,8
2,262 0,636 5,09 67,2
75,188
Jlh 2 3 2 3 4 5
Tambalan luas total (m2) 21,6 53,55 57 56,95 36 13,8
43,2 160,65 114 170,85 144 69
701,7
panjang (m) 17
retak lebar (m) 0,002
total 0,034
0,034
panjang (m) 64 52 63 76 68 76 68 48 29 73 67
alur dalam (m) 0,03 0,02 0,02 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,03
total 1,92 1,04 1,26 2,28 1,36 2,28 2,04 0,96 0,87 2,19 2,01 18,21
jlh 2 3 5 3 4 3 2
Total seluruh kerusakan (m2)
amblas dalam total (m) 0,02 0,025 0,03 0,025 0,02 0,03 0,03
0,04 0,075 0,15 0,075 0,08 0,09 0,06
0,57
71
795,702
72
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
Lubang luas total (m2)
Jln. KH. Agus 7 Salim
Tambalan luas Jlh total (m2) 1
6,8
jumlah kerusakan Jln. Kol. 8 Sugiyono
jumlah kerusakan
6,8
panjang (m) 20 9 7,3
retak lebar (m) 0,002 0,002 0,002
6,8
5 3 3 8 12
22,62 113,1 32,17 96,51 24,12 72,36 64,32 514,56 96,48 1157,8
1954,3
3
23,8
71,4
71,4
total 0,04 0,018 0,0146
panjang (m) 8 6 18 12 8
alur dalam (m) 0,05 0,02 0,04 0,03 0,035
0,0726
65 92 57 63 49 97 61 89 93 87
0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003
0,195 0,276 0,171 0,189 0,147 0,291 0,183 0,267 0,279 0,261 2,259
total
jlh
0,4 0,12 0,72 0,36 0,28
2 1 1 1
amblas dalam total (m) 0,06 0,04 0,03 0,04
1,88
89 134 147 132 128 116 145 138
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
4,45 6,7 7,35 6,6 6,4 5,8 7,25 6,9
51,45
Total seluruh kerusakan (m2)
0,12 0,04 0,03 0,04
0,23
6 4 5 5
0,05 0,05 0,06 0,05
8,9826
0,3 0,2 0,3 0,25
1,05
2080,449
72
73
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
9 Jln. L.U. Adi Sucipto
1 1
Lubang luas total (m2) 0,232 0,232 0,35 0,35
jumlah kerusakan 10 Jln. Tentara Pelajar
jumlah kerusakan
Jlh 2 1 1 1
0,582 1
1,76
1,76
1,76
2 2
Tambalan luas panjang total (m2) (m) 12,5 25 3 4,2 4,2 4 7,3 7,3 5,5 3,4 3,4 6,3 5,7 7,4 6,7 9,3 39,9 15,87 13,35
31,74 26,7
58,44
retak lebar (m) 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
panjang total (m) 0,006 32 0,008 9 0,011 0,013 0,011 0,015 0,013 0,019 0,096
alur dalam (m) 0,025 0,02
total 0,8 0,18
jlh 2
amblas dalam total (m) 0,03 0,06
0,98
145 173 93 137 85 97 135 119 143
0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003 0,002 0,002 0,002
0,29 0,346 0,186 0,274 0,17 0,291 0,27 0,238 0,286
134 126 183 86 118 94 123 138 125
0,04 0,04 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03
5,36 5,04 5,49 2,58 4,72 3,76 4,92 4,14 3,75
165
0,003
0,495 2,846
133
0,03
3,99 43,75
Total seluruh kerusakan (m2)
0,06 6 4 1 3 3 5
0,03 0,04 0,05 0,05 0,04 0,04
41,6178
0,18 0,16 0,05 0,15 0,12 0,2
0,86
107,656
73
74
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
11 Jln. Veteran
jumlah kerusakan 12 Jln. Bhayangkara jumlah kerusakan
1 3
Lubang luas total (m2) 0,091 0,091 0,212 0,636
0,727
Tambalan luas panjang Jlh total (m2) (m) 2 74 148 73 4 108 432 101 117 93
retak lebar (m) 0,0025 0,0025 0,0024 0,0022
580
total 0,1825 0,2525 0,2808 0,2046
0,9204 4
0,002
0,008 0,008
panjang (m) 68 113 123 103 107 98 112
alur dalam total jlh (m) 0,05 3,4 1 0,02 2,26 1 0,03 3,69 2 0,03 3,09 0,03 3,21 0,023 2,254 0,02 2,24 20,14 1
amblas dalam (m) 0,035 0,028 0,032
0,12
total
Total seluruh kerusakan (m2)
0,035 0,028 0,064
0,127
601,9184
0,12 0,12
0,128
74
75
Kerusakan yang terjadi no.
nama jalan jlh
13 Jl. Brigjen. Sudiarto
1 1 2 1
Lubang luas total (m2) 0,071 0,071 0,126 0,126 0,283 0,566 0,385 0,385
jumlah kerusakan
14 Jl. Dr. Rajiman
jumlah kerusakan
1,148
1
0,229
0,23
0,23
Tambalan retak luas panjang lebar Jlh total total (m2) (m) (m) 1 0,98 0,98 3 0,0025 0,0075 3 0,0015 0,0045
0,98
panjang (m) 89 78 63 72 58 47 56 92 83 34
alur dalam (m) 0,05 0,04 0,05 0,03 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06 0,08
0,012
23 37 75 43 47
0,002 0,002 0,002 0,02 0,02
0,046 0,074 0,15 0,86 0,94
2,07
36 32 27 42 78 83 143 132 127 53
0,02 0,03 0,03 0,04 0,03 0,05 0,04 0,05 0,04 0,05
total
jlh
4,45 3,12 3,15 2,16 2,32 1,88 2,24 4,6 4,98 2,72 31,62
1 1 1 1
amblas dalam (m) 0,04 0,08 0,05 0,04
total
Total seluruh kerusakan (m2)
0,04 0,08 0,05 0,04
0,21
33,97
0,72 0,96 0,81 1,68 2,34 4,15 5,72 6,6 5,08 2,65 30,7
33,009
75
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengetahui harga total perbaikan pada masing-masing jalan di Kota Surakarta diperoleh dengan cara mengalikan total kerusakan dari tiap jalan dengan harga standar perbaikan per meter persegi. Pada tabel 4.16 dibawah ini tersaji total seluruh kerusakan dari tiap-tiap jalan dengan biaya perbaikan jalan dari yang terendah sampai yang tertinggi. Tabel 4.16 Rekapitulasi Harga Perbaikan Jalan dari yang Terendah hingga Tertinggi No.
Nama Jalan
Total Seluruh Kerusakan (m2)
Standar Biaya Perbaikan per m2
Biaya Total Perbaikan
1
Jln. Bhayangkara
0,128
Rp794.944,81
Rp101.752,94
2
Jln. Ir. Sutami
7,812
Rp794.944,81
Rp6.210.108,82
3 4 5 6 7 8
Jln. KH. Agus Salim Jln. Jend. A. Yani Jln. Dr. Rajiman Jln. Brigjen Sudiarto Jln. L.U. Adi Sucipto Jln. Ir. Juanda
8,9826 15,596 33,009 33,97 41,6178 44,8961
Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81
Rp7.140.671,21 Rp12.397.959,18 Rp26.240.333,07 Rp27.004.275,03 Rp33.083.853,91 Rp35.689.921,46
9 10 11 12 13 14
Jln. Brigjen Slamet Riyadi Jln. Tentara Pelajar Jln. Kapt. Mulyadi Jln. Veteran Jln. Kapt. Tendean Jln. Kol. Sugiyono
97,3763 107,656 296,936 601,9184 795,702 2080,449
Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81 Rp794.944,81
Rp77.408.783,82 Rp85.580.577,93 Rp236.047.730,62 Rp478.491.905,11 Rp632.539.171,23 Rp1.653.842.124,62
Terlihat bahwa biaya total perbaikan tertinggi ada pada Jalan Kol. Sugiyono dengan biaya total mencapai Rp1.653.842.124,62 dan Jalan Bhayangkara memiliki biaya total terendah sebesar Rp101.752,94.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.5 Skenario Penanganan Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan di Kota Surakarta Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan urutan prioritas penanganan jalan menurut pembobotan nilai kriteria masing-masing jalan. Namun dalam pengambilan kebijakan pemeliharaan jalan non lingkungan di Kota Surakarta terhambat faktor biaya perbaikan jalan, dimana menurut Menurut Kepala DPU Kota Solo, Agus Djoko Wittiarso mengatakan, anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan jalan dalam APBD tahun 2012 hanya Rp 3 miliar. Sementara dalam Pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2013, pihaknya mengajukan anggaran perbaikan jalan lingkungan sebesar Rp 5 miliar. Maka dalam penanganan prioritas perbaikan jalan dibuat beberapa skenario dalam menentukan kebijakan. 5.
Skenario pertama Pada skenario pertama ini skala prioritas penanganan perbaikan berdasarkan
nilai total bobot kriteria dan harga komulatif biaya perbaikan. Mengingat anggaran APBD tahun 2012 hanya Rp. 3 Miliar saja maka didapat 9 jalan non lingkungan yang dapat diperbaiki berdasarkan anggaran yang tersedia. Adapun urutan prioritas penanganan perbaikannya tersaji pada tabel 4.17 dibawah ini. Tabel 4.17 Daftar Nama Jalan Yang Mendapat Penanganan Perbaikan Berdasarkan Skenario Pertama Nama Jalan
Nilai Prioritas Alternatif
1 2 3 4
Jl. Kol. Sugiyono Jl. Kapten Tendean Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Brigjen Slamet Riyadi
5 6 7 8 9
Jl. Jend. A. Yani Jl. Dr. Rajiman Jl. Tentara Pelajar Jl. Ir. Sutami Jl. Veteran
No.
0,10532 0,09344 0,08364
Tingkat Kerusakan 0,019850894 0,005362607 0,000350766
Biaya total perbaikan Rp1.653.842.124,62 Rp632.539.171,23 Rp33.083.853,91
Rp1.653.842.124,62 Rp2.286.381.295,85 Rp2.319.465.149,75
0,0813 0,07741 0,07682 0,07332 0,07217 0,06243
0,001519259 0,011323987 0,00226609 0,061886696 0,001449111 0,091493069
Rp26.240.333,07 Rp77.408.783,82 Rp6.210.108,82 Rp85.580.577,93 Rp12.397.959,18 Rp236.047.730,62
Rp2.345.705.482,82 Rp2.423.114.266,63 Rp2.429.324.375,45 Rp2.514.904.953,38 Rp2.527.302.912,56 Rp2.763.350.643,17
commit to user
Biaya Komulatif Perbaikan
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Skenario kedua Pada skenario kedua ini penentuan skala prioritas berdasarkan kepada pertimbangan tingkat kerusakan yang terjadi dan anggaran yang tersedia. Dengan anggaran yang tersedia diharapkan sebanyak mungkin jalan non lingkungan yang ada di Kota Surakarta dapat diperbaiki. Terdapat 13 jalan non lingkungan di wilayah Kota Surakarta yang dapat diperbaiki dengan anggaran yang tersedia.
Tabel 4.18 Daftar Nama Jalan Yang Mendapat Prioritas Penanganan Pada Skenario Kedua No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kerusakan (m2)
Luas Jalan (m2)
Tingkat Kerusakan
Jln. Bhayangkara
0,128
9133,52
1,40143E-05
Rp101.752,94
Rp101.752,94
Jln. Ir. Sutami Jl. K.H. Agus Salim Jl. Jend. A. Yani Jl. Dr. Rajiman
7,812 8,9826 15,596 33,009
33367,46 7153,47 44462,7 22778,8
0,00226609 0,003649124 0,001449111 0,001519259
Rp6.210.108,82 Rp7.140.671,21 Rp12.397.959,18 Rp26.240.333,07
Rp6.311.861,75 Rp13.452.532,96 Rp25.850.492,14 Rp52.090.825,20
Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Ir. Juanda Jl. Slamet Riyadi Jl. Tentara Pelajar Jl. Kapten Mulyadi Jl. Veteran Jl. Kapten Tendean
33,97 41,6178 44,8961 97,3763 107,656 296,936 601,9184 795,702
14990,58 41386,4 29551,32 26684,84 20075,31 26221,86 30321,98 12857,4
0,00023412 0,000350766 0,001255698 0,011323987 0,061886696 0,091493069 0,001005591 0,005362607
Rp27.004.275,03 Rp33.083.853,91 Rp35.689.921,46 Rp77.408.783,82 Rp85.580.577,93 Rp236.047.730,62 Rp478.491.905,11 Rp632.539.171,23
Rp79.095.100,23 Rp112.178.954,14 Rp147.868.875,60 Rp225.277.659,41 Rp310.858.237,34 Rp546.905.967,95 Rp1.025.397.873,07 Rp1.657.937.044,30
Nama Jalan
commit to user
Biaya Total Perbaikan
Biaya Komulatif Perbaikan
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.6 Perbedaan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Dari hasil analisis dengan menggunakan bantuan software Expertchoice dengan index consistensi 0,02 < 0,1 terlihat urutan prioritas dengan nilai bobot terbesar pada alternatif Jalan Kol. Sugiono dengan bobot 0,1053 kemudian Jalan Kapt. Tendean dengan bobot 0,0934 dan seterusnya hingga pada alternatif yang memiliki bobot terendah alternatif Jalan Juanda dengan bobot 0,0514. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel dibawah ini. Tabel 4.19 Urutan Prioritas Jalan Non-lingkungan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) hasil analisis Expertchoice No. 1
Nama Jalan Jl. Kol. Sugiyono
Nilai Prioritas Alternatif
2
Jl. Kapten Tendean
0,09344
3
Jl. L.U. Adi Sucipto
0,08364
4
Jl. Brigjen Slamet Riyadi
0,0813
5
Jl. Jend. A. Yani
0,07741
6
Jl. Dr. Rajiman
0,07682
7
Jl. Tentara Pelajar
0,07332
8
Jl. Ir. Sutami
0,07217
9
Jl. Veteran
0,06243
10
Jl. Kapt. Mulyadi
0,05924
11
Jl. Brigjen. Sudiarto
0,05774
12
Jl. K.H. Agus Salim
0,05321
13
Jl. Bhayangkara
0,05246
14
Jl. Ir. Juanda
0,05145
0,10532
Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh saudara Rizki Nur Bahri (2012) dimana pada penelitian ini hasil prioritas pemeliharaan jalan mengacu pada Buku Pedoman Bina Marga yang berjudul Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota No. 018/T/BNKT/1990 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga yang hasil akhirnya tertera pada tabel dibawah ini :
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.20 Hasil Prioritas Pemeliharaan Jalan Mengacu Pada Bina Marga No.
Nama Jalan
Nilai Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jl. Bhayangkara Jl. Brigjen. Sudiarto Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Rajiman Jl. Ir. Juanda Jl. Ir. Sutami Jl. Jend. A. Yani Jl. K.H. Agus Salim Jl. Kapten Mulyadi Jl. Kapten Tendean Jl. Kol. Sugiyono Jl. L.U. Adi Sucipto Jl. Tentara Pelajar Jl. Veteran
10 6 7 6 6 9 5 7 7 6 5 6 6 6
Prioritas Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala
Perbedaan hasil akhir dalam penelitian diatas hanya digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak pemegang kebijakan. Namun dalam menentukan jalan mana yang terlebih dahulu mendapat penanganan pemeliharaan jalan baiknya diserahkan kepada pihak pemegang kebijakan seperti Dinas Pekerjaan Umum bidang Bina Marga Kota Surakarta dan pihak-pihak lain yang terlibat atau memiliki kewenangan dalam penentuan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Surakarta.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1.
Penilaian prioritas pemeliharaan jalan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Kriteria yang digunakan dalam metode ini didapat dari hasil wawancara dengan para pihak pemegang kebijakan pemeliharaan jalan. Penilaian tingkat kepentingan antar kriteria melibatkan 5 responden. Dari hasil wawancara didapat beberapa kriteria yang menjadi dasar dalam penentuan kebijakan pemeliharaan jalan yaitu kriteria kerusakan jalan, LHR jalan, Klasifikasi fungsi jalan, Pemeliharaan jalan dan Tingkat pelayanan jalan. Dari hasil perhitungan didapat bobot masing-masing kriteria yaitu kriteria tingkat kerusakan (0,395), LHR jalan (0,310), Klasifikasi fungsi jalan (0,169), Pemeliharaan jalan (0,075) dan Tingkat pelayanan jalan (0,051) dengan syarat CR ≤ 0,1.
2.
Dengan Bantuan software Expertchoice didapat urutan prioritas penanganan perbaikan jalannya yaitu : Jalan Kol. Sugiyono (0,1053), Jalan Kapt. Tendean (0,0934), Jalan L.U. Adi Sucipto (0,0836), Jalan Brigjen. Slamet Riyadi (0,0813), Jalan Jend. A. Yani (0,0774), Jalan. Dr. Rajiman (0,0768), Jalan Tentara Pelajar (0,0733), Jalan Ir. Sutami (0,0722), Jalan Veteran (0,0624), Jalan Kapt. Mulyadi (0,0592), Jalan Brigjen. Sudiarto (0,0577), Jalan K.H. Agus Salim (0,0532), Jalan. Bhayangkara (0,0525), Jalan Ir. Juanda (0,0514). Berdasarkan anggaran yang tersedia dibuat 2 skenario penanganan. Pada skenario pertama urutan prioritas hasil pembobotan masing-masing jalan terdapat 9 ruas jalan yang mendapat penanganan, sedangkan pada skenario kedua berdasarkan aspek efisiensi biaya dan anggaran yang tersedia didapat 13 ruas jalan mendapat penanganan pemeliharaan. commit to user 81
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2 Saran Agar dalam penentuan pemeliharaan jalan non-lingkungan di Kota Surakarta lebih sempurna lagi, maka disarankan : 1.
Perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih mendalam tentang kriteriakriteria yang diterapkan dalam penentuan prioritas pemeliharaan jalan nonlingkungan di Kota Surakarta.
2.
Perlu dibuatkan sebuah sistem dalam penentuan prioritas pemeliharaan sehingga mempermudah pihak yang bersangkutan dalam pengambilan keputusan pemeliharaan jalan.
3.
Perlu dilakukan pembobotan ulang apabila penelitian ini diterapkan pada lokasi lain.
commit to user