perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRIORITAS REHABILITASI PINTU AIR SALURAN DRAINASE DI KOTA SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)
SKRIPSI
Oleh : Asti Fajar Purwanti NIM. I1107518
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo memiliki luas sekitar 44 Km2. Kota Surakarta merupakan sebuah dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan laut, yang berarti lebih rendah atau hampir sama tingginya dengan permukaan Sungai Bengawan Solo. Selain Bengawan Solo, dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar, dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo.
Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo. Batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Sedangkan batas wilayah sebelah Selatan adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Sistem Drainase di wilayah Kota Surakarta pada mulanya dibangun untuk kepentingan Kraton dan selanjutnya dikembangkan sebagai sistem drainase kota. Jaringan drainase di Surakarta dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu drainase alam dan drainase kota. Drainase alam pada umumnya merupakan sungai-sungai yang melintas di tengah kota seperti Kali Sumber, Kali Pepe, dan Kali Anyar yang berfungsi sebagai
penampung pengaliran drainase kota dan air hujan yang
diteruskan ke laut melalui Sungai Bengawan Solo. Sedangkan drainase kota mengalirkan air permukaan baik berupa genangan akibat air hujan maupun air buangan dari rumah tangga. Panjang drainase adalah sebagai berikut : drainase primer 35,7 Km ; drainase sekunder 67,5 Km ; dan drainase tersier 455,3 Km. Drainase kota dilengkapi dengan pintu air di 30 lokasi dan pompa-pompa air pengendali banjir. Selain itu prasarana lainnya yaitu bangunan utama yang meliputi stasiun pompa di 6 lokasi, pintu air di 30 lokasi, tanggul sebanyak 5 unit, commit to user dan dam 2 unit.
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pintu Air di dalam sistem drainase mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk mengatur pemasukan air ke saluran induk sehingga dapat dihindarkan pemasukan air yang berlebih yaitu pada waktu banjir. Pintu Air agar dapat berfungsi secara optimal maka diperlukan adanya pengelolaan dan pemeliharaan yang baik. Usaha pemeliharaan tidak hanya sebatas merawat dan menjaga pintu air saja, tetapi termasuk juga melakukan rehabilitasi pintu air yang rusak. Kerusakan yang terjadi bisa mengakibatkan terjadinya pemasukan air yang berlebih dan akan mengakibatkan banjir. Rehabilitasi ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi pintu air ke keadaan semula yaitu sebelum ada kerusakan.
Keterbatasan
anggaran
yang dimiliki
oleh
Pemda Surakarta
menuntut
diadakannya penetapan prioritas rehabilitasi pintu air yang mengalami kerusakan. Selama ini, program rehabilitasi yang dilakukan tidak didahului dengan analisis penetapan prioritas, tetapi hanya didasarkan pada kondisi fisik pintu air semata. Oleh karena itu menarik untuk dikaji bagaimana menetapkan prioritas rehabilitasi yang dapat memasukkan aspek teknik maupun sosial. Aspek sosial yang ditinjau adalah tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pintu air dalam saluran drainase, termasuk juga tindak pencurian bagian-bagian dari struktur pintu air. Diharapkan hasil penetapan prioritas yang diperoleh merupakan hasil terbaik yang bersifat adil dan dapat diterima oleh semua pihak. Metode yang dapat digunakan untuk kajian tersebut adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana menetapkan suatu prioritas rehabilitasi pintu air dengan menganalisis berbagai kriteria yang terkait dengan kerusakan pintu air.
commit to user
2
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.3. Batasan Masalah
Pembahasan pada penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan diatas dengan batasan sebagai berikut : 1. Wilayah yang ditinjau adalah kerusakan pintu air pada sungai yang ada di daerah Surakarta. 2. Metode yang dipakai dalam analisis permasalahan tersebut adalah pendekatan dengan Analytical Hierarchy Process. 3. Kriteria yang digunakan adalah Tingkat Kerusakan, Luas Areal Layanan, Estimasi Dana untuk perbaikan, serta Partisipasi Masyarakat. 4. Pengumpulan data didapatkan dari pengisian 30 kuisioner yang antara lain dibagikan kepada 30 masyarakat terkait. 5. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program komputer Criterium Decision Plus versi 3.0 dan secara manual dengan bantuan program Microsoft Excell. 6. Program komputer Criterium Decision Plus versi 3.0 hanya bisa menyelesaikan 15 alternatif dengan 4 kriteria dan 1 goal. Oleh karena itu program CDP Versi 3.0 hanya bisa menghitung 15 pintu air. Maka dipilih 15 pintu air dari 42 pintu air yang ada di Surakarta yang membutuhkan rehabilitasi.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menetapkan suatu prioritas rehabilitasi pintu air dengan menggunakan berbagai kriteria, termasuk juga perilaku masyarakat.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan membantu para pengambil keputusan dalam menentukan prioritas rehabilitasi pintu air yang rusak serta memasukkan partisipasi masyarakat dalam kriteria penetapannya. commit to user
3
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Pintu air digunakan untuk membuka, mengatur dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun yang tertutup. Penggunaannya harus disesuaikan dengan debit air dan tinggi tekanan ( selisih tinggi air ) yang akan dilayaninya. Kebanyakan berbentuk empat persegi panjang, kecuali pintu cincin dan pintu silinder yang berbentuk lingkaran. Apabila saluran airnya berbentuk lingkaran atau trapesium, harus dibuat saluran peralihan yang berbentuk empat persegi panjang. Bagian yang penting dari pintu air adalah : daun pintu, rangka pengatur arah gerakan, angker dan hoist ( Soedibyo,2003 ).
Pintu air terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu pintu air pembilas dan pintu air pengambilan. Pintu Air Pembilas dimaksudkan untuk membersihkan endapan dimuka ambang pengambilan, sehingga air yang masuk saluran cukup bersih. Juga untuk membuat alur dalam sungai menuju pintu air pengambilan agar pada debit sungai terkecil semua air masih dapat masuk ke saluran induk. Pintu Air Pengambilan dimaksudkan untuk mengatur pemasukan air ke saluran induk. Sehingga dapat dihindarkan pemasukan air yang berlebih yaitu pada waktu banjir, sedapat mungkin pintu air dapat menolak masuknya endapan-endapan berat kedalam saluran induk ( BPK Bangunan Air,1996 ).
Metode
Analytical
Hierarchy
Process
merupakan
suatu
model
yang
diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1971. Metode bersifat fleksibel dalam pemanfaatannya dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan penelitian. AHP dapat digunakan untuk mengkuatifisir faktor-faktor yang selama ini sering diasumsikan sebagai faktor yang berada diluar model, padahal faktorfaktor tersebut yang menentukan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. commit to user Model AHP dapat mewakili kepentingan dari berbagai disiplin ilmu dalam 4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konteks penelitian yang ingin dilakukan. Jadi AHP merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif (Fatwan Tanjung, 2004). Menurut A. Syaukat (2004), metode AHP digunakan untuk mengklasifikasi suatu keputusan dengan cara mengeksplisitkan asumsi yang mendasari suatu keputusan. Metode ini dilakukan pembagian keputusan kedalam atribut yang diorganisir dalam suatu struktur yang disebut hierarki, metode AHP memiliki hierarki atribut dalam jumlah banyak, dengan demikian metode AHP dapat digunakan untuk analisis kebijaksanaan terhadap suatu masalah dengan memanfaatkan stakeholder dan tujuannya sebagai atribut.
Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagianbagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).
Analytical Hierarchy Process telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan suatu solusi masalah yang dievaluasi secara multikriteria. Berbagai penelitian yang menggunakan AHP diantaranya adalah pengendalian banjir di Jabotabek (Pratondo, 2003), perencanaan lahan terutama dalam pengalokasian penggunaan lahan (Sumbangan Baja, 2002), analisa kebijakan nuklir (A. Syaukat, 2004), evaluasi pemanfaatan rumah susun sewa dan sewa beli di DKI
Jakarta (Fatwan Tanjung, 2004), pengembangan objek
pariwisata (Septy Hendryana, 2005), produk industri yang potensial untuk dikembangkan di kota Medan, serta penilaian daya tarik investasi suatu daerah di Indonesia.
Analytical Hierarchy Process mempunyai banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh semuatopihak commit user yang terlibat dalam pengambilan
5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusan. AHP, proses keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan pengambilan keputusan dengan menggunakan AHP (Marimin, 2004) : A. Kesatuan Analytical Hierarchy Process memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur. B. Kompleksitas Analytical Hierarchy Process menggunakan pendekatan deduktif dan sistem dalam memecahkan masalah yang rumit. C. Saling ketergantungan Analytical Hierarchy Process dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. D. Penyusunan Hierarki Analytical Hierarchy Process mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. E. Pengukuran Analytical Hierarchy Process memberikan suatu skala untuk mengukur yang tidak terukur dan suatu metode untuk menetapkan prioritas. F. Konsistensi Analytical Hierarchy Process melacak konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas. G. Sintesis Analytical Hierarchy Process menuntun ke suatu taksiran yang menyeluruh tentang kebaikan setiap tingkat alternatif. H. Tawar-menawar Analytical Hierarchy Process mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik yang berdasarkan atas tujuan. commit to user
6
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Penilaian dan konsensus Analytical
Hierarchy
Process
tidak
memaksakan
konsensus
tetapi
mensistesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda. J. Pengulangan proses Analytical Hierarchy Process memungkinkan orang untuk merinci definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Pintu Air Kerusakan pintu air mempengaruhi pemasukan air yang berlebih terutama pada waktu banjir, karena pintu air tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Rehabilitasi pintu air diperlukan untuk mengembalikan fungsi pintu air seperti semula. Rehabilitasi tidak dapat dilakukan dengan mudah. Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah daerah merupakan penyebab perlu adanya suatu prioritas pintu air yang direhabilitasi. Dalam kasus ini kriteria yang menjadi dasar penentuan prioritas rehabilitasi pintu air adalah Tingkat Kerusakan, Luas Areal Layanan, Estimasi Dana untuk perbaikan, serta Partisipasi Masyarakat. Setiap kriteria dilakukan pembobotan dari setiap komponen yang mendukungnya. Pembobotan ini berguna sebagai bahan pembanding untuk langkah berikutnya.
A.
Tingkat Kerusakan.
Tingkat kerusakan menunjukkan gambaran secara utuh tentang kondisi fisik pintu air yaitu mengenai bagian-bagian pintu air yang antara lain : daun pintu, rangka pengatur arah gerakan, angker dan hoist. Setiap komponen dari pintu air dibagi menjadi beberapa komponen yang lebih kecil, yang masing-masing dinilai kondisinya. Setiap komponen memberikan kontribusi terhadap kondisi fisik pintu air secara keseluruhan. commit to user
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Luas Areal Layanan Luas areal layanan merupakan areal yang akan ditinjau saluran drainasenya untuk mengetahui kondisi pintu air dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah dengan peran serta masyarakat.
3). Estimasi Dana. Estimasi dana adalah perkiraan jumlah biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi pintu air. Keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak pemerintah menyebabkan rehabilitasi pintu air tidak dapat dilakukan secara serempak. Rehabilitasi yang dilakukan secara bertahap berdasarkan penetapan prioritas yang dilakukan. Estimasi dana merupakan dasar penetapan prioritas yang sama pentingnya dengan tingkat kerusakan dalam rehabilitasi suatu jaringan. Estimasi kebutuhan dana diperkirakan berdasarkan kondisi komponen pintu air.
4). Partisipasi Masyarakat. Pembangunan pintu air merupakan bagian dari pembangunan sistem drainase yang pelaksanaannya harus sesuai permintaan masyarakat dengan memperhatikan aspek teknis, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan setempat. Keberlanjutan sistem drainase secara utuh merupakan keterkaitan keberlanjutan aspek fisik, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Ketidak berlanjutan salah satu aspek akan mempengaruhi aspek lain dan pada akhirnya akan mengancam keberlanjutan sistem drainase. Masyarakat ikut menjaga keberlanjutan dari fungsi drainase dan pintu air dalam kegiatan pembangunan, rehabilitasi, ataupun peningkatan sistem drainase dan pintu air yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan secara partisipatif, dengan menempatkan penjaga pintu air dan drainase sebagai pengambil keputusan sejak tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaannya.
commit to user
8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.2. Metode Analytical Hierarchy Process ( AHP ) Analytical Hierarchy Process
(AHP) merupakan suatu metode untuk
pengambilan keputusan. Metode ini didesain dan dilakukan secara rasional dengan membuat penyeleksian yang terbaik terhadap beberapa alternaif dan dievaluasi dengan multi kriteria.
Analytical Hierarchy Process
(AHP) memungkinkan pengguna untuk
memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk secara intuitif, yaitu dengan
melakukan
perbandingan
berpasangan.
Mengubah
perbandingan
berpasangan tersebut menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif dengan cara yang konsisten (Marimin,2004).
A.
Prinsip Analytical Hierarchy Process ( AHP )
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dan dipahami, yaitu ( Sri Mulyono, 1996 ):
1.
Decompotion. Decompotion yaitu suatu proses memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi.
2.
Comperative Judgement. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupaka ini dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan lebih baik bila dalam bentuk matrik yang dinamakan matriks pairwise comparison. commit to user
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Synthesis of Priority. Setiap matrik pairwise comparison kemudian dicari eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matrik pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority.
Prosedur melakukan sintesa
berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relative melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
4.
Logical Consistency. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperhatikan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
B.
Penyusunan Hierarki
Penetapan prioritas rehabilitasi pintu air dengan AHP dilakukan dengan menyusun hierarki, yang diawali dengan tujuan yaitu penetapan prioritas rehabilitasi pintu air untuk level 1, dilanjutkan dengan kriteria pada level 2, dan alternatif pada level 3. Kriteria-kriteria yang dikembangkan dalam penetapan prioritas rehabilitasi pintu air adalah Tingkat Kerusakan, Luas Areal Layanan, Estimasi Dana untuk perbaikan, serta Partisipasi Masyarakat.
Secara geografis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram hierarki, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. Persoalan penetapan prioritas rehabilitasi pintu air dengan AHP dapat digambarkan seperti hierarki berikut :
commit to user
10
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan/Goal ( level 1 ) : Prioritas Rehabilitasi Pintu Air
Kriteria ( level 2 ) :
Tingkat Kerusakan
Luas Areal Layanan
Estimasi Dana
Partisipasi Masyarakat
Alternatif ( level 3 ) :
Pintu Air 1
Pintu Air 2
Pintu Air 3
Pintu Air 4
Gambar 2.2 Skema Hierarki Untuk Memecahkan Masalah
C.
Pembobotan
Sumbangan Baja (2002) menjelaskan bahwa prosedur AHP mengandalkan teknik pembobotan untuk menghasilkan faktor bobot. Faktor bobot ini menggambarkan ukuran relatif tentang pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya. Saaty (1990) telah membuat standar pembobotan dengan skala berkisar dari 1 ( dua aktivitas sama pentingnya ) hingga 9 ( satu aktivitas sangat jauh lebih penting dari yang lain ) untuk digunakan dalam matriks dengan perbandingan berpasangan ( pairwise comparison matrix ). Skala pembobotan tersebut telah di uji validasinya, diantaranya oleh Erkut dan Moran (1991), Klungboonkrong dan Taylor (1998), dan Landes dan Pesticelli (1993). Suatu contoh evaluasi yang terdiri dari n elemen, matriks dengan perbandingan berpasangan ditulis sebagai berikut : é w1 / w1 êw / w ê 2 1 ê ... ê ë wn / w1
w1 / w2 w2 / w2 ... wn / w2
... w1 / wn ù ... w2 / wn úú ... ... ú ú ... wn / wn û
commit to user
11
Pintu Air 5
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan agar konsisten maka nilai kebalikan dari dua elemen yang dibandingkan diletakkan pada posisi yang sesuai pada arah yang berlawanan. Contoh, jika satu elemen diberi bobot atau derajat kepentingan 3 ( atau 3 kali lebih penting ) terhadap elemen lain, w1/w2, maka pada baris pertama dan kolom kedua dari matrik tersebut diberi skor 3, dengan demikian angka 1/3 ditempatkan pada posisi w2/w1. Jika dua elemen memiliki derajat kepentingan yang sama, maka diberi nilai perbandingan 1, ini berlaku untuk diagonal utama, karena disini setiap elemen dibandingkan dengan elemen yang bersangkutan.
D.
Penentuan Prioritas Alternatif
Sumbangan Baja (2002), penentuan prioritas pilihan dalam AHP dilakukan dengan menghitung eigenvector dan eigenvalue melalui operasi matrik. Eigenvector menetukan ranking dari alternatif yang dipilih, sedangkan eigenvalue memberikan ukuran konsistensi dari proses perbandingan. Ranking pada dasarnya diwakili oleh vektor prioritas, sebagai hasil normalisasi eigenvector utama (principal eigenvector), ini didapat dari perhitungan vektor kolom (Vj) dengan persamaan berikut : Vj = Kij x wi ....................................................................................................(1)
dimana Kij adalah matrik dengan bentuk sebagai berikut : é w11 êw ê 21 ê ... ê ëê wn1
w12 w22 ... wn 2
... w1 p ù ... w2 p úú ... ... ú ú ... wnp ûú
dengan tujuan (objective) i = (1,2,3, ... , n), alternatif j = (1,2,3, ... , p), dan w11 adalah bobot alternatif 1 untuk tujuan 1, p mewakili jumlah alternatif, dan n adalah jumlah tujuan. Vektor kolom, Vj menyatakan ranking akhir dari sekian alternatif yang diuji dalam analisis. commit to user
12
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E.
Konsistensi
Pengukuran konsistensi dari suatu matrik didasarkan atas suatu eigenvalue maksimum (λmaks). Makin dekat λmaks dengan n, makin konsisten hasil yang dicapai. CI adalah ukuran simpangan atau deviasi yang dinyatakan sebagai berikut :
CI =
(lmaks - n ) ..................................................................................................(2) (n - 1)
dengan : CI
= indeks konsistensi,
λmaks
= eigenvalue maksimum,
n
= banyaknya elemen yang digunakan,
Eigenvalue maksimum suatu matrik tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI yang negatif.
Tabel 2.1. Nilai Indeks Random Ukuran Matrik
Indek Random ( inkonsistensi )
1,2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59
Sumber : Kadarsyah Suryadi M. Ali Ramdhani commitdan to user
13
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RI merupakan nilai rata-rata indeks yang dihasilkan secara random yang diperoleh dari percobaan yang menggunakan sampel dengan jumlah besar untuk matrik dengan orde 1 sampai 15 (Tabel 2.1) (Saaty,1990). Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matrik didefinisikan sebagai rasio konsisten ( CR )
CR =
CI RI
....................................................................................................(3)
dengan : CR
= rasio konsistensi,
CI
= indeks konsistensi,
RI
= indeks random.
Menurut Saaty (Marimin,2004), matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi < 0,1. Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matrik sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat konsistensinya sebesar 10%
kebawah adalah tingkat
inkonsistensi yang masih bisa diterima. Lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.
2.2.3. Metode Pengumpulan Data Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, yaitu kuisioner. Kuisioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membagikan daftar pertanyaan sesuai dengan yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998), kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk informasi dari responden yang berbentuk laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuisioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis : 1. Dipandang dari cara menjawab a. Kuisioner terbuka yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang memberikan kesempatan pada responden untuk menjawab dalam kalimatnya sendiri. b. Kuisioner tertutup, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih 2. Dipandang dari jawaban yangcommit diberikan to user
14
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kuisioner langsung yaitu jika daftar pertanyaan disertakan pada responden agar menjawab tentang dirinya. b. Kuisioner tak langsung yaitu daftar pertanyaan diserahkan kepada responden agar menjawab tentang orang lain. 3. Dipandang dari bentuknya a. Kuisioner pilihan ganda yaitu sama dengan kuisioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. b. Kuisioner isian yaitu sama dengan kuisioner terbuka, responden diberi kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. c. Check List yaitu sebuah daftar pertanyaan dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek (X) pada kolom yang sesuai. d. Rating Scale yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya mulai sangat baik sampai sangat kurang baik.
Terdapat empat komponen inti dari sebuah kuisioner, yaitu: 1.
Adanya subyek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan riset.
2.
Adanya ajakan, yaitu permohonan dari periset kepada responden untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan atau pernyataan yang tersedia.
3.
Adanya petunjuk pengisian kuisioner, dan petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.
4.
Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat jawaban, baik secara tertutup ataupun terbuka.
Kuisioner dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat dalam memelihara pintu air. Pengukurannya dilakukan dengan skala likert dimana responden diberi pilihan (option) yang kemudian tinggal memilih derajat ya/tidaknya atas pertanyaan yang diajukan. Format skala likert dirancang untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir pertanyaan. Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikapcommit seseorang terhadap sesuatu, misalnya setujuto user
15
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak setuju, senang-tidak senang, cukup-tidak cukup dan lain-lain. Responden diminta mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu.
Untuk membuat skala Likert, lakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas (positif atau tidak positif).
2.
Berikan pernyataan-pernyataan diatas kepada sekelompok responden untuk diisi dengan benar.
3.
Responden dari tiap pernyataan dengan cara menjumlahkan angka-angka dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama. Misalnya bernilai 3 untuk yang sangat positif dan bernilai 1 untuk yang sangat negatif. Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total, baik untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden.
4.
Mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian , patokannya adalah: a.
Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.
b.
Pernyataan yang secara total responden tidak menunjukkan yang subtansial dengan nilai totalnya.
5.
Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuesioner baru untuk pengumpulan data berikutnya.
Kuisioner dalam penelitian ini, apabila butir kuisioner bernilai positif maka ketentuannya adalah : a. Jawaban Ya diberi bobot 3 b. Jawaban Ragu-ragu diberi bobot 2 c. Jawaban Tidak diberi bobot 1 Sedangkan apabila butir kuisionercommit bernilaitonegatif user maka ketentuannya adalah :
16
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Jawaban Ya diberi bobot 1 b. Jawaban Ragu-ragu diberi bobot 2 c. Jawaban Tidak diberi bobot 3
Di dalam membuat suatu kuisioner, perlu diketahui bahwa kuisioner disamping bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu kertas kerja yang harus disusun secara baik.
commit to user
17
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Umum
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analitis dan pengisian kuisioner dari masyarakat. Analitis berupa perhitungan dari data yang telah ada baik data primer maupun data sekunder. Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner tersebut kepada penjaga pintu air dan masyarakat terkait.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang menjadi studi pada penulisan ini adalah Pintu-Pintu Air yang berada di Surakarta. S al . P ala J l. Clolo
ng
0.6
1.2
1.8
Km 2. 4
an Tam tam
ga l I ggal II
ng
J l.
J l.
y sa J l.
Pok
2 D2
an
gk sa
!O4 2!O!O 3
ng mpa Sa
ra ng Se Ny
i Ag
en g
6
ong J l. Por
nga wa
g RS J k an
21
!O
i K op ng e du
to n
li K
ringin Jl. Wa
19
18
!O
Ka
Be
ai Pa lu I I
!O
Legenda
Bangunan_pelengkap
11
Tanggul
9
Jalan Arteri Jalan Kolektor
Mo
jo
7
!O
Gambar 3.1. Peta Lokasi Pintu–Pintu Air di Surakarta
18
J l. KH Mask
ur
ga
Me
ng Sa w it Pu ca
ong
!O
!O
commit to user
RS J
Jalan Lok al
J l.
5
l. Ky ai
ur
Jl.
J l. Su ng
oto
!O
i- J
sk
S al
J l. Co k Jl. P or
a . Ju and Jl. Ir
20
!O man gg
Ma
Sal. Kawa s an Ke ntingan
!O
Kp. Se
Be la
Jl. KH .
S a l.
S a l. S al.
ogenen
an
S al .
ro
san
n S olo
An n/ Mipi da J l.
J l. Kabut to
ores
. Jl.
Peto ra n
Pe tir
ino to roa m
Sal .
nes Yo ha
J l. Sor
J l. Got
ong Roy ong
J l.
Sal . Ng ore
Ng J l.
K. Be
M oj oson Jl.
Sa l. Jl. Sury a - Kali Anyar
al Jl. Ip
go
Sut k m pla ge .N Jl
so Sal. Debe gan Sal. U ntor olo y o
Jl. Pr acan da I Jl. Pro f. W Z.
un
u
M an
M an
Jl. Mo jos ong o D1 Jl. Tan gkuban Per ahu
im ur rT a la ba M J l.
la n Jl. Jaga dek an J l. Gan
an
ray u J l. Se
emp ak a
S al.
!O
r Muz akir
n
n wa De
at i
J l.
Jl. Ka pten
Jl. C
J l.
1
!O
so Jl. Ka tam
atam so
t N ya k D ien J l. Cu
!O !O
un tu ng
Jl. Ka hay a
r aja
ya di M ul
an su n an
Ka
Jl. en. S ud ia rto
Sal .
J l. Ka tam
- Ka li Sal. AU B
S al. Jl.K
Jl. A rifin
J l. Ir ian
ng -B jo
lh ar . Te ga
!O
8
Bri gj
ab
Kali Wi ng ko
im
H Ki
!O
iB
0.3
id Has y
arto Sut
Jl. Sur ya
K. Pep Jl. 17 e Hil Sa ir ( J m l. G and ba eka n s ) Jl. S. M us i Jl . Btg. Ta ra
as
K al
0
Jl . Wah
Jl. Reb
Jl .
Jl. Mar todin
ti J l. 13 Un S a. Kp tu . Gaja ng han Su B aturo r op no
Jl. K yai Mo jo
Jenes Ka li
Sa l.
S al. Jl. Re bab
J l. Kr ajan
J l. Kebangkit an J l. Nusukan J17
r bab u
Any ar
Jl. Me
Jl. KH Ash a ri
Sal. Teg a lkon
J l. Kaha
o ro
Jl .
Sa l. Kp.
Ba ta m po . La Jl t me
Suto yo Jl. Le t jen
l
J l.
u ng Ma n
S al
Kali To klo
rtini Ka Jl .
m ur o Ti S ud ar s
Yo s )Sa l. ng an l il a ra o ( Ka
Jl. Rek s oni ten
Sud a rs Yo s S al .
G. Sla
Bar at
ga
Slamet
in
Jl. Ab du l Mu is J l. Kem asa n
Ko sp i tar S ek S al .
l . Ga jah S al J
J l.
J l. G.
Sal. Jl. Ke lu d
in a
t Pe rtam
J l. DI Panjait an
Sa l.Deka Mada j ah
Jl. D r.
a Jl. Ga Ma d
pom o Mu s eum
won gso ong go Sa l. H
Jl. So rog en i
br ot o tot Su Ga Jl . te n . Sra Kp S al.
sS
Sart ika
Jl. Yo
Su na ryo
Surant o S al. Jl. Jl. Sa Un tu s on ng Sur omuly apa o
J l. Gaj aha n
udar so
Sal . Jl.
Jl. Jam s are n Sal Sal. Kp. . Ho n ggo Kra to w ong Jl. n an Ar ju so na
a lo
H9
J l. Bro mo - Bo VI no lo yo Un is ri ang Ge b Sa l.
II o l ol .C
Sal. Clolo - Unisr i - Sugiono
S al. Ge J l. Senapa n J l. bang - Bon Sehapa J l. Kaw ol oy o n - Uni sr J l. N usu i i kan
Jl ur
Jl. N ayu
re go J l. Ta
mo po Su
J l. Supar man
J l. Kadip ir o 004
Jl.
o
Jl. N Jl. Na yu ayu B ar at
Tim
Sin go J l. sa ri Sin II S al. go sar Jl . S i III ing o sa ri Timu Sa l. J l . r Jl. De mak Bint aro Sin Dem go sari ak Tim Bint ur or o II
J l.
ryo n
.M T. H a
S al . Dr. Su Sa l. Jl
o
ara Sa l. Bhay angk
Jl. W
Sal. D r. C ip to M angunk usuma
J l. Dr . Sutom
Sal. Jl. Dr Sutomo a angkar J l. Bhay J l. Rojo meng golo
J l. Sut owijoyo
J l.
on Kec il Sal. Wa hi din
Kus um a
Sa lim Jl. Ag us
Jl. Bar
ijaya
r 02 2 Ja ja Jl .
alan Jl. Siw
t ih Pu
Lat ar Jl .
J l. Sid omukt iI J l. Sido mukt i II
Jl. Gri yan kir o Ti ng J ok
J l. B. Ut ara I II Jl. T. N eg ar a II I
J l. Pa kel l J l. Pa ke
Jl. Sl am et Ri ya di ( M. Jl. Pa Kert F ar o kel en ka ) 022 Sal . - Jl. Jl. Pak A. Yan i el Jl. Jl. MH P aj Th a ja am Jl. ra n rin J l. M Pa anah IV ja ja r an an 01 8 Sa l. Tim II Jl. Ku ur SM t ai U 4 - Jl. Sa l VIA S am Rat . Jl. J l. Jl ula ngi .S Ku ta Paja Sa l. um i I II Jl. Me ja r Jl. KS be lati an Tu bun r0 I 18 Sa l. J l. L Jl. etj Ka e nd h. Sltn . Su p ra Ra p to ya J l. S u S al . mb M uw er ar di 00 8
2
001
r 00
J aj ar
aja
Jl.
Jl. J
o
bu
Jl. Dr
Jl. J am
. S uh ars
Jl. Sa wo
Jl. Jaj ar 005
030
Jl. K ar an Jl. Mo gase jo m
sem 003 J l. Kar anga
Jl.
Hili r
ul
d an Sa l. Mipi
G ed e
n gk
Jl. Sabrang Lor Sal . Sekitar J l. Tentara Pelajar
ryo
)
Jl. Gaj ah
Jl. V eteran
Jl. D ewi
o n BI K. Pe pe
Jl. M ayor
li B
Tu
i tam
n
J l. Su
ng
) P etir n in a
n ga
Ka
du
g as
. Ka lil ara
Si mp
Ke
Rinj an i
(Jl.
S al
. Ya min
o
Sa l.
J l.
pN
!O
Mo ch
ar sit
Sr w i eda ri
IV
n an
Jl .P K al a tt i Ta im n gg ur a ul 10
Sa l.
go w
S al.
- S ta dio n
Jl. Pas ar
g
ar A ny
. Yam in
i ( BC A
Jl.Te ntar a Pelajar
J l. Sang ihe
Suta n Sy ahrir
J l. Ring Road U tar a bo Ka li Ke ro in do Jl. S
bin
Jl. Tentar a Geni Pe laj ar
J l. Mo ngin sidi
Jl. Sa har jo SH
um
a li
J l. H. P anular J l. Muh
t Ri yad
Ro ng
nI J8
S
Jl. Ag mb J l. un g Moj II len os g on go D 25
Su Ir.
ajim an
la me
lo Jl.
g Ju
l. K
Jl. Dr .R
J l. S
Tok
po
song o D14 J l.
du n
gi
XI
J l.
nan
Kal i
am
li K e
suka n
Pe lan
.R W
Sa
J l. Kebo
S al.
J l. Nu
Ka
Jl. N us ukan J 7
Sa l.Sekita r
J l.
ip at i
Ng
S al
Ng asi
12
!O
tu na
Jl .
J l.
Kp
tos ari
Na
Su
d j en L et
Jod
a Ut ar ela a J l. Sib R ay ela Jl. Sib
S al.
o
u di
Jl.
ang
n
K itam
a nh
id
la ta
ya
. Su
ri-Jl. S am
!O ! O
2 42 5
r a Se
S al
wo sa
Sa
Jl.
ija
Sa l. Kp. Sewu
m
Kp. P ur
Jl. Tir
Kali Anya r
J l. Ar if in
su
Sa l.
Jl. Kal itan
o - Per in tis
iabudi
Ka li Kaw ong
al
ku
J l. Br ig jen d Sl amet Riya di ( S alim Klec
- H. Ag us
Jl. D r. Set
l.
J l. TG. Pe la jar )
iz lR
agad
ng
di
RM
su
ra
Sa l.
no ko
hu
anudin
J l.
am
Pa Jl.
m an
angan
T.
no
.S
Jl. Seka rJ
ro jo
Sa
J l. Has
.M
- Sam ben g Jl . an ah Co cak an 04 4 II
aryo
Sa
Sal. N ay u ( M eli ntas
Jl
iB
Jl. P o n co
. Jl .
S al
H
Tam ba
J ay aW
Jl. Mojo
Jl . yo to
o
Ka l
J l. Ken
a
gi
o
J l. Lampo Bat J l.
J l.
J l. Mr. Sar tono
on
ront o
Ra tulan Jl. S am
Jl. M p en
I
d
iy
Sal .
S al ub
ri S u
K. Pepe Hili r 35
De p ok
lu
ug
s ito
M ad
te
!O
e .K
.S
nir
Jl.
Me n
h
Sal .
!Po pd a O !O!O3 6
Batan g
Jl
( Tran toran
Brt P S PG - Blk g
Sa l.
t ulangi
33
n ta ru
Jl. Ku
n Sal. Gelo
Jl .
J l. Law u
J l. Samra
!O
Se
ir
S uc
Pu ti
jah
Jl
Sa l. Nayu
-
un
di
K. Ga
30
39
J l.
2 J l. Kawi I I I
lo
Jl. K
A Jl.
32
!O !O!O 31 !O
!O
38 3 7!O
U tar a
g Jo
23
!O!O22
l. Sa
Jl. Ker ten 030 Jl. Ker ten 029
Jl. Ke r te Jl. Bas n 02 uku Jl. B Rahm 7 limbin S al. Jl. J aja at g Klec r o (Se 043 pa nja i ng an Jl. S .Y la m e .A t Riy adi -Kp Jl .P ur wo sa Sal .
J l. Kedi ri
ampo
umpa J l. G Sla h Pe me mu da t
A
el III
II
g
Jl. L
PK
Jl. Ap
el
34
!O
26
ipto
gu n
!O
n 00 2
o
yu a
J l. J eng golo U tara Jl J l. J eng II .K J l. golo ah K ah Ut ara I II ur ur Kal ip an i ip a n Pep U ta Ti e H ra m Ra ur u lu ya
n Ten dea apten
Ja jar
Jl. Ap
di Su cip t
Jl. K alingga V I
Ba n Kp. Sal.
oro
l.
03 4
J l. A
n sa rk
J l. S
Sa
01 7
Ma ngu
1
Jl. K
P LN
r 011 Jl. B anyu .A an ya di r 01 S um 3 a rm o
J l. Kali ngga U tar a
a ng ah Ab
o
Jl. Ja jar
Jajar
n Selata
em s/d L
Uta ra
ang
lo ng Jog
Jl. Sr ikoy
J l. S al.
Pal a
m
yua nya
J l. Ka dipiro 01 1 Jl. K erinci
ono
- Kleco
u ng m Wul
n Jl. Ga ya
Atmi Sal. Se kitar
K. P ele
asem 00 4
bu ta
Sal .
wet
Jl. Kara ng
Ra m
00 2
Jl. Ke r te
l. S ugi
Jl .
gas em
00 6
Jl
Jl. S al .
ya
!O 4 1 !O2 4
Jl. Jaj ar 052
J l. Jaj ar
Jl. Ban
R aya
Ra
g
Jl. Ka ran
J l. Du
J l. Ka ra ng Jl. Ka as em rang ung 03 as em 9 04 1
ta i
B aw
ang Jl. Tul
Ut ara
ang
Jl. Pamugar an
Uta ma
leret
Baw
i
J l. Ta nj
n ejo - Baya Sal. Wonor
Pa sa
Jl. P
a ng
dra
Jl. Ple ret
Jl. Tul
E4
Sal. J
Jl. Ban yua nya r 001
dipiro
an h Ab ema
Ra ya
h Ra ya
II
J l. Kad ip iro 00 6
mu Jl. Sa
Ka li Gat ak
Jl. Me lon
Jl. Ka
Sal. RT 05 Jl. T. RW 0 4 N eg ara Jl. Ba Ut am ny ua a nyar 002
Jl. Ku
Jl. Ble wa
J l. AMD . Bayan
g Bawa ng J l. Tulan J l. Ban yu anyar 00 3
·
dL lo s/ ng Jog
PETA LOKASI PINTU A IR DI KOTA SURAKARTA
Drainase Surakarta Kota SKA
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3. Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data primer a
Data primer didapatkan dari pengisian kuisioner oleh responden.
b Responden dipilih secara random untuk masyarakat yang berada di sepanjang saluran drainase, sedangkan responden yang ditentukan adalah penjaga pintu air yang merupakan perwakilan dari Subdinas Pengairan Kota Surakarta. 2. Pengumpulan data sekunder a
Data kerusakan Pintu Air
b Data Luas Areal Layanan c
Data Estimasi kebutuhan dana rehabilitasi
3.4. Langkah Penelitian Data terkait yang telah dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan langkah penelitian sebagai sebagai berikut : 1.
Tahap Perumusan Masalah
2.
Tahap studi literatur dan pengumpulan data
3.
Tahap model analisis hierarki
4.
Tahap penilaian dan pembobotan
5.
-
Pembobotan terhadap tiap kriteria
-
Penilaian tiap alternatif terhadap tiap kriteria
Tahap perhitungan AHP
Perhitungan AHP dilakukan dengan menggunakan program komputer Criterium Decision Plus versi 3.0. Program ini merupakan program khusus pelajar yang dapat diperoleh secara gratis dengan men-download ke www.InfoHarvest.com. Program ini hanya menyediakan 20 block struktur hierarki saja sehingga untuk struktur hierarki yang lebih dari 20 block maka program ini tidak dapat dijalankan.
commit to user
19
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Langkah-langkah penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :
Mulai
Pengumpulan Data
Data Sekunder : - Data kerusakan pintu air - Data luas areal layanan - Data estimasi kebutuhan dana
Data Primer : - Pengisian Kuesioner
Penyusunan hierarki
Pembobotan terhadap kriteria dan alternatif Analisis dengan AHP
CI < 0,1
Tidak
Ya
Prioritas rehabilitasi
Selesai
Gambar 3.2. Bagan Alir Metode Penelitian
commit to user
20
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data
4.1.1.
Penilaian Kriteria
Kriteria dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty dalam Marimin (2004), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Skala Penilaian Untuk Kriteria dan Alternatif Nilai
Keterangan
1
Kriteria / alternatif A sama penting dengan kriteria / alternatif B
3
Kriteria / alternatif A sedikit lebih penting dari kriteria / alternatif B
5
Kriteria / alternatif A jelas lebih penting dari kriteria / alternatif B
7
Kriteria / alternatif A sangat jelas lebih penting dari kriteria / alternatif B
9
Kriteria / alternatif A mutlak lebih penting dari kriteria / alternatif B
2,4,6,8
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sumber : Marimin, 2004.
Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 ( satu ) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A ( Saaty, 1983, dalam Marimin, 2004 ).
commit to user
21
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.1.2.
Perbandingan Kriteria
Perbandingan kriteria diberi pembobotan berdasarkan persepsi dan tingkat kepentingannya, bahwa tingkat kerusakan merupakan kriteria yang paling penting disamping kriteria-kriteria yang lain.
Untuk memenuhi asas obyektifitas dalam memberikan pembobotan kriteria seharusnya diputuskan bersama dengan stake holder, yaitu aparat kelurahan, pengurus RT-RW dilingkungan lokasi studi dan pejabat pada instansi terkait yang membawahi pengelolaan pintu air. Karena keterbatasan waktu dan dana, maka pembobotan ini dilakukan berdasarkan persepsi peneliti. Kriteria yang akan dibandingkan meliputi tingkat kerusakan, luas areal layanan, estimasi dana untuk perbaikan, serta partisipasi masyarakat.
Tingkat kerusakan dianggap sama penting dengan Estimasi dana, karena kerusakan dan estimasi dana mempunyai peranan yang sama penting dalam rehabilitasi pintu air. Tingkat kerusakan sedikit lebih penting dibandingkan dengan luas areal layanan. Luas areal layanan berhubungan dengan seberapa jauh jarak dari satu pintu air dengan pintu air yang lainnya. Jika salah satu pintu air tidak berfungsi, maka akan mempengaruhi pelayanan aliran di pintu air yang lainnya. Tingkat kerusakan dibandingkan dengan partisipasi masyarakat adalah sama atau sedikit lebih penting, karena partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap rehabilitasi pintu air. Partisipasi masyarakat turut menentukan lancar atau tidaknya suatu proyek.
Estimasi dana sama penting dengan tingkat kerusakan. Maka estimasi dana jelas lebih penting daripada luas areal layanan, dan juga sama atau sedikit lebih penting terhadap partisipasi masyarakat.
Luas areal layanan terhadap partisipasi masyarakat sama atau sedikit lebih penting, karena luas areal layanan berhubungan commit to user dengan seberapa jauh jarak dari
22
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pintu air yang satu dengan yang lain. Sedangkan partisipasi masyarakat hanya berpengaruh terhadap rehabilitasi.
Dari uraian di atas maka perbandingan antar kriteria adalah sebagai berikut : 1. Kriteria tingkat kerusakan dibandingkan dengan kriteria yang lain adalah sebagai berikut : Kriteria estimasi dana
=1
Kriteria luas areal layanan
=3
Kriteria partisipasi masyarakat
=2
2. Kriteria estimasi dana dibandingkan dengan kriteria yang lain adalah sebagai berikut : Kriteria tingkat kerusakan
=1
Kriteria luas areal layanan
=3
Kriteria partisipasi masyarakat
=2
3. Kriteria luas areal layanan dibandingkan dengan kriteria yang lain adalah sebagai berikut : Kriteria tingkat kerusakan
= 1/3
Kriteria estimasi dana
= 1/3
Kriteria partisipasi masyarakat
=2
4. Kriteria partisipasi masyarakat dibandingkan dengan kriteria yang lain adalah sebagai berikut : Kriteria tingkat kerusakan
= 1/2
Kriteria estimasi dana
= 1/2
Kriteria luas areal layanan
= 1/2
commit to user
23
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.1.3.
Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif dilakukan dengan cara memberikan nilai bobot masing-masing daerah yang ditinjau untuk setiap kriterianya. Skala yang digunakan adalah nilai 1 sampai 10. Data alternatif yang diperoleh untuk tiap kriteria dimasukkan kedalam beberapa interval nilai. Setiap interval nilai yang digunakan diberikan bobot nilai dari 1 sampai 10, berdasarkan pada tingkat kepentingannya dari yang terburuk sampai yang terbaik.
1. Tingkat Kerusakan
Tingkat kerusakan dari yang terendah sampai yang tertinggi dikelompok diberikan bobot nilai 1 – 10. Perhitungan untuk Tingkat Kerusakan dapat dilihat pada Lampiran A. Kerusakan yang tertinggi mendapatkan bobot yang besar, sehingga kemungkinan dilakukan rehabilitasi juga besar. Pembobotan yang dilakukan berdasar tabel pembobotan tingkat kerusakan sebagai berikut :
Tabel 4.2. Pembobotan menurut Tingkat Kerusakan Hasil kuisioner
Bobot
< 10 %
1
> 10 % - 20 %
2
> 20 % – 30 %
3
> 30 % – 40 %
4
> 40 % – 50 %
5
> 50 % – 60 %
6
> 60 % – 70 %
7
> 70 % – 80 %
8
> 80 % – 90 %
9
> 90%
10
Berdasarkan tabel di atas maka dilakukan pembobotan tingkat kerusakan pintu air sebagai berikut :
commit to user
24
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3. Hasil Pembobotan Tingkat Kerusakan Daerah
Tingkat Kerusakan
Bobot
(%) Pintu Air 2
13,33 %
2
Pintu Air 6
13,33%
2
Pintu Air 8
35,83 %
4
Pintu Air 12
5,0 %
1
Pintu Air 16
13,33 %
2
Pintu Air 18
5,0 %
1
Pintu Air 23
5,0 %
1
Pintu Air 27
100 %
10
Pintu Air 28
13,33 %
2
Pintu Air 29
13,33 %
2
Pintu Air 34
13,33 %
2
Pintu Air 37
13,33 %
2
Pintu Air 38
13,33 %
2
Pintu Air 40
71,65 %
8
Pintu Air 42
74,99 %
8
2. Estimasi Dana
Berbeda dengan tingkat kerusakan pintu air, estimasi dana dilakukan pembobotan dengan memberikan bobot nilai secara terbalik. Estimasi dana yang rendah diberikan nilai yang besar sedangkan estimasi dana yang besar diberikan nilai sebaliknya yaitu nilai kecil. Estimasi dana yang kecil maka mempunyai kesempatan lebih besar dilakukan rehabilitasi karena terbatasnya dana rehabilitasi sehingga perlu mendahulukan rehabilitasi daerah yang memiliki estimasi dana kecil, yang dapat terjangkau oleh anggaran yang telah direncanakan.Perhitungan untuk Estimasi Dana dapat dilihat pada lampiran A. Dasar pembobotan adalah sebagai berikut : commit to user
25
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4. Pembobotan menurut Estimasi Dana Estimasi Dana( Juta Rupiah )
Bobot
<2
10
>2–6
9
> 6 – 10
8
> 10 – 14
7
> 14 – 18
6
> 18 – 22
5
> 22 – 26
4
> 26 – 30
3
> 30 – 34
2
> 34
1
Setelah dilakukan pembobotan menurut Estimasi Dana, selanjutnya dilakukan penilaian pada masing-masing pintu air, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5. Hasil Pembobotan Estimasi Dana Daerah
Estimasi Dana ( Rp )
Bobot
Pintu Air 2
2.031.574,60
9
Pintu Air 6
2.125.432,80
9
Pintu Air 8
8.131.574,60
8
Pintu Air 12
375.432,80
10
Pintu Air 16
2.031.574,60
9
Pintu Air 18
375.432,80
10
Pintu Air 23
375.432,80
10
Pintu Air 27
11.714.074,60
7
Pintu Air 28
1.631.574,60
10
Pintu Air 29
731.574,60
10
Pintu Air 34
731.574,60
10
Pintu Air 37
731.574,60
10
Pintu Air 38
731.574,60
10
Pintu Air 40
33.816.574,60
2
Pintu Air 42
commit to user 22.144.074,60
4
26
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat didasarkan atas hasil survei dengan menggunakan kuisioner. Hasil kuisioner yang telah diperoleh kemudian dilakukan pembobotan dengan memberikan nilai dari yang terkecil hingga yang yang terbesar.Penilaian pembobotan dapat dilihat pada Lampiran B. Didapatkan interval pembobotan sebagai berikut :
Tabel 4.6. Pembobotan Hasil Kuisioner Partisipasi Masyarakat Hasil kuisioner
Bobot
< 15
1
> 15 - 17
2
> 17 – 19
3
> 19 – 21
4
> 21 – 23
5
> 23 – 25
6
> 25 – 27
7
> 27 – 29
8
> 29 – 31
9
> 31
10
Setelah dilakukan pembobotan hasil kuisioner, selanjutnya dilakukan penilaian partisipasi masyarakat pada masing-masing pintu air, dengan hasil sebagai berikut:
commit to user
27
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7. Hasil Pembobotan Partisipasi Masyarakat Daerah
Hasil Kuisioner
Bobot
Pintu Air 2
29
8
Pintu Air 6
17,5
3
Pintu Air 8
21,5
5
Pintu Air 12
25,5
7
Pintu Air 16
24
6
Pintu Air 18
26
7
Pintu Air 23
31
9
Pintu Air 27
19
3
Pintu Air 28
21,5
5
Pintu Air 29
26,5
7
Pintu Air 34
27
7
Pintu Air 37
23,5
6
Pintu Air 38
26,5
7
Pintu Air 40
20
4
Pintu Air 42
27
7
4. Luas Areal Layanan
Pembobotan luas areal layanan mulai dari yang kecil sampai yang besar. Semakin jauh jarak dari pintu air yang satu dengan yang lain maka mendapatkan bobot yang paling tinggi karena semakain luas daerah layanannya. Pembobotan dilakukan sesuai tabel berikut ini.
commit to user
28
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Pembobotan Luas Areal Layanan (Jarak satu pintu ke pintu berikutnya) Luas Areal Layanan ( m )
Bobot
< 100
1
> 100 - 300
2
> 300 – 600
3
> 600 – 900
4
> 900 – 1200
5
> 1200 – 1500
6
> 1500 – 1800
7
Pi1800 – 2100
8
> 2100 – 2400
9
> 2400
10
Setelah dilakukan pembobotan menurut luas areal layanan, selanjutnya dilakukan penilaian pada masing-masing pintu air, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hasil Pembobotan Luas Areal Layanan Daerah
Luas Areal Layanan ( m )
Bobot
Pintu Air 2
100
2
Pintu Air 6
1000
5
Pintu Air 8
1300
6
Pintu Air 12
700
4
Pintu Air 16
200
2
Pintu Air 18
880
4
Pintu Air 23
2850
10
Pintu Air 27
170
2
Pintu Air 28
290
2
Pintu Air 29
170
2
Pintu Air 34
300
2
Pintu Air 37
200
2
Pintu Air 38
190
2
Pintu Air 40
1200
5
Pintu Air 42
800commit to user
4
29
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2. Perhitungan AHP Hasil akhir dari pembobotan kriteria dan alternatif tersebut dapat diketahui dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan AHP. Perhitungan AHP dilakukan dengan menggunakan program komputer Criterium Decision Plus ( CDP ) versi 3.0 dan secara manual dengan bantuan program Microsoft Excell.
4.2.1. Perhitungan dengan Criterium Decision Plus ( CDP ) versi 3.0
Program ini hanya menyediakan 20 block struktur hierarki, artinya dapat membantu analisis penentuan pilihan/penentuan prioritas sampai dengan 20 alternatif. Penelitian ini struktur hierarki yang digunakan sebanyak lebih dari 20 block, karena jumlah pintu air sebanyak 42. Program CDP versi 3.0 agar dapat dijalankan maka harus mengurangi 27 block, yaitu dengan tidak memasukkan 27 pintu air dalam perhitungan. Hal ini dilakukan karena pintu air tidak terdapat kerusakan atau tidak adanya data kerusakan, sehingga 27 pintu air pada perhitungan ini dianggap tidak ada.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan dengan Criterium Decision Plus versi 3.0 adalah sebagai berikut : 1. Menjalankan program CDP versi 3.0. Buat File Brainstorming dengan perintah File/New lalu buat struktur permasalahan ganti goal sesuai permasalahan, perintah Edit/Newblock/Name/ketik jenis kriteria, sesuai kriteria yang dipilih. Ketik pada alternatif sesuai alternatif yang dipilih. Seperti pada Gambar 4.1.
commit to user
30
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.1. Brainstorming
2. Membuat file baru, dengan perintah File/New dan kemudian disimpan dengan perintah File/Save As. 3. Membuat struktur hierarki dengan perintah View/Generate Hierarchy,( klik To CDP ) seperti terlihat pada gambar 4.2. 4. Menentukan model AHP dengan perintah Model/Tecnique/AHP.
commit to user
31
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.2. Diagram Struktur Hierarki
Diagram pada Gambar 4.2. diatas mempresentasikan keputusan untuk memilih prioritas rehabilitasi pintu air, adapun kriteria untuk membuat keputusan tersebut adalah tingkat kerusakan, estimasi dana, partisipasi masyarakat, dan luas areal layanan. Alternatif yang tersedia dalam pembuat keputusan tersebut adalah pintupintu air.
5. Melakukan penilaian terhadap kriteria dengan cara : a.
Klik kanan pada kotak Rehabilitasi Pintu Air
b.
Lakukan perintah : Blok/rate subcriteria
c.
Penilaian kriteria dengan cara, lakukan perintah : Methode/Full Pairwise, kemudian mengisi nilai perbandingan antar kriteria, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.
commit to user
32
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.3. Hasil Pengisian Nilai antar Kriteria Berdasarkan hasil penilaian antar kriteria tersebut diatas yaitu antara tingkat kerusakan dengan estimasi dana nilai 1 adalah equal ( sama penting ), antara tingkat kerusakan dengan partisipasi masyarakat nilai 2 adalah barely better (sama/sedikit lebih penting), tingkat kerusakan dengan luas areal layanan nilai 3 adalah weakly better ( sedikit lebih penting ) dan seterusnya. Sedangkan hasil Consistensi Ratio = 0,057 < 0,1 (Marimin,2004) menunjukkan bahwa pembobotan yang dilakukan pada tingkat kriteria telah konsisten, artinya dalam memberikan bobot dan melakukan perbandingan antar kriteria dapat diterima.
6. Melakukan penilaian terhadap alternatif dengan cara yang sama seperti pada kriteria, tetapi pada alternatif harus diubah metode pengisiannya dengan perintah Method/Direct, kemudian memasukkan secara langsung data alternatif pada tiap kriteria. Hasilnya akan terlihat seperti Gambar 4.4.
commit to user
33
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.4. Hasil Pengisian Nilai Alternatif
Hasil yang ditunjukkan Gambar 4.4. adalah kriteria tingkat kerusakan mempunyai nilai 2 pada Pintu Air 2 adalah Unimportant ( tidak terlalu penting ), pada Pintu Air 6 nilai 2 adalah Unimportant ( tidak terlalu penting ), pada Pintu Air 8 nilai 4 adalah Important ( Penting ), demikian juga pada Pintu Air 12 nilai 1 adalah trivial ( tidak penting ). Selanjutnya didapat juga hasil penilaian alternatif untuk kriteria estimasi dana, partisipasi masyarakat dan luas areal layanan.
7. Melihat hasil akhir, gunakan perintah Result/Decision Scores, hasilnya terlihat seperti pada Gambar 4.5. 8. Melihat hasil akhir dalam bentuk tabel gunakan perintah View/Result Data, hasilnya terlihat seperti pada Gambar 4.6.
commit to user
34
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengolahan Akhir AHP
Hasil penentuan skala prioritas dengan metode AHP menunjukkan bahwa nilai tertinggi decision score adalah 10,1% pada Pintu Air 27, artinya prioritas pertama rehabilitasi Pintu Air Saluran Drainase di Kota Surakarta dilakukan pada Pintu Air 27, prioritas kedua di Pintu Air 42 dengan skor 9,1 %, prioritas ketiga di Pintu Air 40 dengan skor 8,4%, prioritas keempat di Pintu Air 23 dengan skor 7,8%, prioritas kelima di Pintu Air 8 dengan skor 7,6%, begitu seterusnya.
commit to user
35
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.6. Tabel Hasil Pengolahan Akhir AHP
Gambar 4.6. menunjukkan decision scors ( hasil akhir ) pada Pintu Air 2 = 0,057, pada Pintu Air 6 = 0,058, pada Pintu Air 8 = 0,076, dan seterusnya. Prioritas rehabilitasi ini sangat ditentukan oleh tingkat kerusakan pada masing-masing pintu air yang merupakan basis dalam upaya peningkatan kinerja pintu air di lokasi studi.
4.2.2. Perhitungan secara manual dengan Microsoft Excell.
1.
Perhitungan bobot kriteria
Pada tingkat kriteria dilakukan perbandingan antar kriteria yang ada. Perbandingan berpasangan pada tingkat kriteria yang dilakukan disajikan dalam bentuk matrik perbandingan sebagai berikut : commit to user
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10. Matrik perbandingan tingkat kriteria TK
ED
PM
LA
TK
1
1
2
3
ED
1
1
2
3
PM
0,5
0,5
1
0,5
LA
0,33
0,33
2
1
Keterangan : TK
= Tingkat Kerusakan
ED
= Estimasi Dana
PM
= Partisipasi Masyarakat
LA
= Luas Areal Layanan
a. Pembobotan Kriteria Baris pertama dilakukan perkalian
:
1x1x 2x3=6 Hasil diakar pangkatkan 4 ( jumlah baris 4 ) =
Baris kedua dilakukan perkalian
4
6 = 1,565
4
6 = 1,565
4
0,125 = 0,594
4
0,217 = 0,682
:
1x1x 2x3=6 Hasil diakar pangkatkan 4 ( jumlah baris 4 ) =
Baris ketiga dilakukan perkalian
:
0,5 x 0,5 x 1 x 0,5 = 0,125 Hasil diakar pangkatkan 4 ( jumlah baris 4 ) =
Baris keempat dilakukan perkalian
:
0,33 x 0,33 x 2 x 1 = 0,217 Hasil diakar pangkatkan 4 ( jumlah baris 4 ) =
commit to user
37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jumlah total akar pangkat 4 adalah
= 1,565 + 1,565 + 0,594 + 0,682 = 4,406
Bobot tiap kriteria didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat 4 dibagi dengan total jumlah nilai akar pangkat 4 Baris pertama
=
1,565 = 0,355 4,406
Baris kedua
=
1,565 = 0,355 4,406
Baris ketiga
=
0,594 = 0,134 4,406
Baris keempat
=
0,682 = 0,154 4,406
b. Nilai eigen maksimum Eigenvalue maksimum suatu matrik tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Untuk mendapatkan nilai eigen maksimum, maka koefisien pada matrik respirokal dikalikan dengan bobot yang ada. Hasil dari operasi matrik tersebut di jumlahkan. 1 é 1 ê 1 1 ê ê 0,5 0,5 ê ë0,33 0,33
3 ù é0,355 ù é1,440 ù 2 3 úú êê0,355 úú êê1,440 úú x = 1 0,5ú ê0,134 ú ê0,566 ú ú ê ú ê ú 2 1 û ë0,154 û ë0, 656û 2
Eigenvalue maksimum ( λmaks ) didapat
= 1,440 + 1,440 + 0,566 + 0,656 = 4,102
commit to user
38
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Nilai indeks konsistensi ( CI )
CI =
lmaks - n n -1
, dengan n = 4
CI =
4,102 - 4 4 -1
= 0,034
d. Nilai rasio konsistensi ( CR )
CR =
CI RI
CR =
0,034 = 0,0377 0,90
Hasil perhitungan didapatkan nilai CR = 0,0377< CR yang disyaratkan yaitu 0,1 sehingga pembobotan pada tingkat kriteria telah konsisten.
2.
Perhitungan bobot alternatif
Perhitungan AHP secara manual pada tingkat alternatif dilakukan perbandingan antar alternatif yang ada. Perbandingan berpasangan pada tingkat alternatif yang dilakukan disajikan dalam bentuk matrik perbandingan sebagai berikut :
commit to user
39
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11. Hasil Pembobotan Tiap Alternatif Alternatif
TK
ED
PM
LA
Pintu Air 2
2
9
8
2
Pintu Air 6
2
9
3
5
Pintu Air 8
4
8
5
6
Pintu Air 12
1
10
7
4
Pintu Air 16
2
9
6
2
Pintu Air 18
1
10
7
4
Pintu Air 23
1
10
9
10
Pintu Air 27
10
7
3
2
Pintu Air 28
2
10
5
2
Pintu Air 29
2
10
7
2
Pintu Air 34
2
10
7
2
Pintu Air 37
2
10
6
2
Pintu Air 38
2
10
7
2
Pintu Air 40
8
2
4
5
Pintu Air 42
8
4
7
4
Hasil pembobotan tiap alternatif kemudian dikalikan dengan eigenvector kriteria maka diperoleh hasil akhir yaitu prioritas global. é PA.2 ù é 2 ê PA.6 ú ê 2 úê ê ê PA.8 ú ê 4 úê ê ê PA.12 ú ê 1 ê PA.16 ú ê 2 úê ê ê PA.18 ú ê 1 ê PA.23 ú ê 1 úê ê ê PA.27 ú ê10 ê PA.28 ú ê 2 úê ê ê PA.29 ú ê 2 úê ê ê PA.34 ú ê 2 ê PA.37 ú ê 2 úê ê ê PA.38 ú ê 2 ê PA.40 ú ê 8 úê ê êë PA.42 úû êë 8
9
8
9 8
3 5
10 7 9
6
10 7 10 9 7
3
10 5 10 7 10 7 10 6 10 7 2
4
4
7
2ù é5, 285 ù ú ê ú 5ú ê5,077 ú ê5,854 ú 6ú ú ê ú 4ú ê5,459 ú ê5,017 ú 2ú ú ê ú 4ú ê5,459 ú é0,355 ù ê 10ú ê 6,651 ú ú ú 0,355 ú ê ú = ê6,745 ú 2 úX ê ê 0,134 ú ê ú 2 úú ê ú ê5, 238 ú 0 , 154 û ê ë 2ú 5,506 ú ú ê ú 2ú ê5,506 ú ê5,372 ú 2ú ú ê ú 2ú ê5,506 ú ê4,856 ú 5ú ú user ê ú commit to êë5,814 úû 4 úû
40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil tersebut kemudian dinormalisasi dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12. Hasil Penilaian dan Pembobotan
3.
Pintu Air
Prioritas Rehabilitasi ( % )
Pintu Air 2
6,341 %
Pintu Air 6
6,091 %
Pintu Air 8
7,023 %
Pintu Air 12
6,549 %
Pintu Air 16
6,019 %
Pintu Air 18
6,549 %
Pintu Air 23
7,980 %
Pintu Air 27
8,092 %
Pintu Air 28
6,284 %
Pintu Air 29
6,606 %
Pintu Air 34
6,606 %
Pintu Air 37
6,445 %
Pintu Air 38
6,606 %
Pintu Air 40
5,826 %
Pintu Air 42
6,975 %
Contoh Perhitungan
Dari perhitungan diatas akan diperoleh hasil penilaian dan pembobotan dengan cara sebagai berikut :
Misal pada Pintu Air 27 Hasil pembobotan tiap alternatif dikalikan dengan eigenvector kriteria, yaitu = ( 10 x 0,355 ) + ( 7 x 0,355 ) + ( 3 x 0,134 ) + ( 2 x 0,154 ) = 6,745
Kemudian hasil akhir dari setiap pintu air dijumlahkan : ( 5,285 + 5,077 + 5,854 + 5,459 + 5,017 + 5,459 + 6,651 + 6,745 + 5,238 + 5,506 + 5,506 + 5,372 + 5,506 + 4,856 +commit 5,814 )to= user 83,345
41
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil dari perkalian antara bobot tiap alternatif dengan eigenvector kriteria, dinormalisasi dengan cara : Misal pada Pintu Air 27 =
4.3.
6,745 x100 % = 8,092 % 83,345
Pembahasan
4.3.1. Hasil perhitungan Criterium Decision Plus versi 3.0
Perhitungan dengan menggunakan program Criterium Decision Plus versi 3.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.13.Hasil Akhir Perhitungan AHP dari Prioritas tertinggi Sampai Terendah Pintu Air Pintu Air 27 Pintu Air 42 Pintu Air 40 Pintu Air 23 Pintu Air 8 Pintu Air 6 Pintu Air 29 Pintu Air 34 Pintu Air 38 Pintu Air 2 Pintu Air 12 Pintu Air 18 Pintu Air 37 Pintu Air 28 Pintu Air 16
Bobot Akhir ( % ) 10,1 9,1 8,4 7,8 7,6 5,8 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,7 5,5 5,4
commit to user
42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut : Grafik Prioritas Rehabilitasi
10 8 6 4
Pintu Air 42
Pintu Air 40
Pintu Air 38
Pintu Air 37
Pintu Air 34
Pintu Air 29
Pintu Air 28
Pintu Air 27
Pintu Air 23
Pintu Air 18
Pintu Air 16
Pintu Air 12
Pintu Air 8
0
Pintu Air 6
2 Pintu Air 2
Prioritas Rehabilitasi (%)
12
Pintu Air
Gambar 4.7. Grafik Prioritas Rehabilitasi
Hasil perhitungan dengan CDP versi 3.0 menunjukkan bahwa pada tingkat kriteria diperoleh nilai rasio konsistensi (CR) sebesar 0,057 dibawah nilai CR yang disyaratkan yaitu sebesar 0,1. Jadi pembobotan yang dilakukan pada tingkat kriteria telah konsisten, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam memberikan bobot dan melakukan perbandingan antar kriteria tidak terlalu banyak penyimpangan yang terjadi, sehingga pembobotan dapat diterima dan tidak perlu adanya pembobotan ulang.
commit to user
43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000
LUAS AREAL LAYANAN ( Jarak ) PART ISIPASI MASYARAKAT ESTIMASI DANA
Pintu Air 2 Pintu Air 6 Pintu Air 8 Pintu Air 12 Pintu Air 16 Pintu Air 18 Pintu Air 23 Pintu Air 27 Pintu Air 28 Pintu Air 29 Pintu Air 34 Pintu Air 37 Pintu Air 38 Pintu Air 40 Pintu Air 42
T INGKAT KERUSAKAN
Gambar 4.8. Grafik Kontribusi Kriteria Terhadap Rehabilitasi Pintu Air Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa Pintu Air 27 mendapatkan bobot yang paling besar yaitu sebesar 10,1 %. Hal ini disebabkan oleh satu dari empat kriteria yaitu tingkat kerusakan mempunyai nilai unggul dibandingkan dengan pintu air yang lain. Pintu Air 27 menderita kerusakan yang jauh lebih parah dibandingkan dengan pintu air yang lainnya jadi sepantasnya mendapatkan prioritas rehabilitasi yang pertama. Bobot terbesar kedua adalah Pintu Air 42 sebesar 9,1 % yang salah satu kriterianya memiliki nilai yang unggul yaitu tingkat kerusakan. Peringkat ketiga adalah Pintu Air 40 sebesar 8,4 % dengan tingkat kerusakan yang cukup besar. Selanjutnya adalah Pintu Air 23 dan Pintu Air 8 yang memiliki bobot yang hampir sama yaitu 7,8 % dan 7,6 %, dengan memiliki nilai kriteria yang berbeda untuk keduanya. Pintu Air 6, Pintu Air 29, Pintu Air 34, Pintu Air 38, Pintu Air 2, Pintu Air 12, Pintu Air 18, Pintu Air 37, Pintu Air 28, dan Pintu Air 16 memiliki nilai yang tidak jauh berbeda yaitu berkisar pada 5%, karena semuanya memiliki nilai kriteria yang hampir sama.
commit to user
44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.2. Hasil Perhitungan Manual dengan Microsoft Excell
Hasil analisis dengan menggunakan program Microsoft Excell maka dapat kita ketahui nilai dari setiap alternatif seperti terlihat dibawah ini :
Tabel 4.14. Hasil Akhir Perhitungan Secara Manual Pintu Air
Prioritas Rehabilitasi (%)
Pintu Air 2
6,341 %
Pintu Air 6
6,091 %
Pintu Air 8
7,023 %
Pintu Air 12
6,549 %
Pintu Air 16
6,019 %
Pintu Air 18
6,549 %
Pintu Air 23
7,980 %
Pintu Air 27
8,092 %
Pintu Air 28
6,284 %
Pintu Air 29
6,606 %
Pintu Air 34
6,606 %
Pintu Air 37
6,445 %
Pintu Air 38
6,606 %
Pintu Air 40
5,826 %
Pintu Air 42
6,975 %
commit to user
45
46 digilib.uns.ac.id
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Pintu Air 2 Pintu Air 6 Pintu Air 8 Pintu Air 12 Pintu Air 16 Pintu Air 18 Pintu Air 23 Pintu Air 27 Pintu Air 28 Pintu Air 29 Pintu Air 34 Pintu Air 37 Pintu Air 38 Pintu Air 40 Pintu Air 42
Prioritas Rehabilitasi (%)
perpustakaan.uns.ac.id
Pintu Air
Gambar 4.9. Prioritas Rehabilitasi Pintu Air di Wilayah Surakarta Hasil analisis dengan menggunakan program Microsoft Excell maka dapat kita ketahui nilai dari setiap kriteria dan alternatif seperti terlihat dibawah ini :
Tabel
4.15. Prioritas Rehabilitasi dengan Perhitungan Secara Manual dari
Tertinggi Sampai Terendah Pintu Air Pintu Air 27 Pintu Air 23 Pintu Air 8 Pintu Air 42 Pintu Air 29 Pintu Air 34 Pintu Air 38 Pintu Air 12 Pintu Air 18 Pintu Air 37 Pintu Air 2 Pintu Air 28 Pintu Air 6 Pintu Air 16 Pintu Air 40
Prioritas Rehabilitasi (%) 8,092 7,980 7,023 6,975 6,606 6,606 6,606 6,549 6,549 6,445 6,341 6,284 6,091 6,019 5,826 commit to user
46
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.16. Prioritas Rehabilitasi dengan Perhitungan Menggunakan Program CDP Versi 3.0 dari Tertinggi Sampai Terendah Pintu Air Pintu Air 27 Pintu Air 42 Pintu Air 40 Pintu Air 23 Pintu Air 8 Pintu Air 6 Pintu Air 29 Pintu Air 34 Pintu Air 38 Pintu Air 2 Pintu Air 12 Pintu Air 18 Pintu Air 37 Pintu Air 28 Pintu Air 16
Prioritas Rehabilitasi (%) 10,1 9,1 8,4 7,8 7,6 5,8 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,7 5,5 5,4
Hasil perhitungan secara manual pada level kriteria diperoleh nilai CR sebesar 0,0377. Nilai besaran CR secara manual mendekati dengan nilai CR hasil perhitungan CDP 3.0 yaitu 0,057. Perbedaan angka yang terjadi dimungkinkan terjadi akibat pembulatan pada perhitungan CDP 3.0 yang hanya memunculkan 3 angka dibelakang koma. Hasil perhitungan AHP secara manual terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan perhitungan yang menggunakan program Criterium Decision Plus versi 3.0, perbedaan terjadi pada besaran nilai prioritas pada tiap-tiap pintu air. Perbedaan tersebut membuat ada pergeseran prioritas untuk beberapa pintu air, misalnya saja Pintu Air 23 yang semula mendapat prioritas ke-4 bergeser pada prioritas ke-2, tetapi ada juga yang mendapatkan prioritas yang sama walaupun prosentasenya berbeda. Hal ini dapat dimaklumi karena dimungkinan adanya perbedaan pembulatan angka, kekurang telitian penulis dalam menghitung, ataupun beda dalam menggunakan rumus untuk menghitung. commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis dengan menggunakan CDP 3.0 prioritas rehabilitasi didahulukan pada Pintu Air 27 dengan nilai prioritas rehabilitasi 10,1 %, sedangkan hasil analisis secara manual rehabilitasi juga didahulukan pada Pintu Air 27 tetapi dengan nilai prioritas rehabilitasi yang berbeda, yaitu 8,092 %. 2. Pergeseran Prioritas pintu air pada hasil perhitungan secara manual maupun menggunakan CDP 3.0 dikarenakan oleh adanya perbedaan pembulatan angka, kurang telitinya penulis dalam perhitungan, maupun perbedaan dalam penggunaan rumus. 3. Hasil perhitungan secara manual pada level kriteria diperoleh nilai Rasio Konsistensi (CR ) sebesar 0,0377. Nilai besaran CR secara manual mendekati dengan nilai CR hasil perhitungan CDP 3.0 yaitu 0,057. Perbedaan angka yang terjadi dimungkinkan terjadi akibat pembulatan pada perhitungan CDP 3.0 yang hanya memunculkan 3 angka dibelakang koma. 4. Dari perhitungan yang dapat kita lihat, dapat disimpulkan bahwa dibeberapa pintu air, tingkat kerusakan menjadi prioritas utama dalam rehabilitasi pintu air. Dilanjutkan dengan estimasi dana, luas areal layanan, serta partisipasi masyarakat.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
5.2.
Saran
Saran-saran yang dapat menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut : 1. Perlu diadakannya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pintu air dalam saluran drainase kota. Sehingga mampu mengurangi tingkat kerusakan dari setiap pintu air. 2. Pemerintah dalam menangani proyek rehabilitasi pintu air hendaknya memanfaatkan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) dan perhitungan menggunakan program komputer Criterium Decision Plus (CDP) Versi 3.0, karena : a. Memiliki banyak keunggulan dalam proses pengambilan keputusan dengan banyak alternatif pintu air. Tetapi program komputer Criterium Decision Plus (CDP) Versi 3.0 juga memiliki kekurangan, yaitu hanya bisa menyelesaikan maksimal 15 alternatif, dengan 4 kriteria dan 1 goal dalam studi kasus rehabilitasi Pintu Air ini. b. Berbagai keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi keputusankeputusan yang lebih kecil, dengan demikian nantinya dapat ditangani dengan mudah.
commit to user 49