6
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.1.1. Prinsip – prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an merupakan suatu metode dalam pemilihan alternatifalternatif dengan melakukan penilaian komparatif berpasangan sederhana yang digunakan
untuk
mengembangkan
prioritas-prioritas
secara
keseluruhan
berdasarkan ranking. AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas. Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990). Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperehensif. Ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, diantaranya adalah : decomposition, comparative
7
judgement, synthesis of priority dan logical consistency (Sri Mulyono, 2007 : 220).
2.1.1.1. Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirakri lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap.
2.1.1.2. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah : a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin) ?, dan b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin) ? Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan acuan seperti pada tabel berikut.
8
Tabel 2.1 Skala prioritas dalam AHP Tingkat Kepentingan (Preference)
Nilai Numerik 1
Sama pentingnya (Equal Importance)
2
Sama hingga Sedikit Lebih penting
3
Sedikit Lebih penting (Slightly more Importance)
4
Sedikit Lebih hingga Jelas lebih penting
5
Jelas lebih penting (Materially more Importance)
6
Jelas hingga Sangat jelas lebih penting
7
Sangat jelas lebih penting (Significantly more Importance)
8
Sangat jelas hingga Mutlak lebih penting
9
Mutlak lebih penting (Absolutely more Importance)
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting daripada j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama pentingnya.
2.1.1.3. Synthesis of Priority Dari setiap pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
2.1.1.4. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan :
9
CR =
CI RandomConsistencyIndex
Dimana CI
:
: Consistency Index (CI)
CI =
Z mak − n n −1
Suatu tingkat konsistensi yang tertentu memang diperlukan dalam penentuan prioritas untuk mendapatkan hasil yang sah. Nilai CR semestinya tak lebih dari 10% . Jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi. Tabel 2.2 Random Consistency Index (RI) n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
2.1. 2. Tahap-tahap pemecahan masalah dengan AHP Misalkan kita akan memilih lokasi pabrik baru dengan tiga alternatif pilihan A, B dan C maka terlebih dahulu kita harus menetapkan kriteria pengambilan keputusan terhadap alternatif – alternatif tersebut, misalkan harga, jarak dan tenaga kerja. Maka struktur hirarki lengkap dari masalah pemilihan lokasi pabrik yang disederhanakan ini ditunjukkan seperti pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Contoh Hirarki Lengkap Pilihan Lokasi Pabrik
Langkah-langkah penyelesaian masalah selanjutnya adalah : 1. Membuat matriks hubungan perbandingan berpasangan antara tiap alternatif untuk setiap kriteria keputusan. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan
10
dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan / preference level suatu alternatif dibandingkan alternatif lainnya.
Harga
Tenaga Kerja
Jarak
A
B
C
A
1
3
2
B
1/3
1
C
1/2
5
A
B
A
1
1/3
1
1/9
B
3
1
7
1
C
1
1/7
1
A
B
C
A
1
6
1/3
1/5
B
1/6
1
1
C
3
9
C
Gambar 2.2 Contoh Matriks Alternatif Vs Preferensi Untuk Tiap Kriteria
2. Untuk setiap matriks kriteria, dilakukan penjumlahan nilai tiap kolom. 3. Membagi setiap nilai alternatif berpasangan dengan hasil penjumlahan pada kolom terkait, hasil pembagian kemudian dijumlahkan searah kolom, hasilnya seharusnya sama dengan 1 untuk menunjukkan konsistensinya. 4. Merubah nilai ke bilangan desimal dan mencari nilai rata-rata pada tiap baris, sehingga dari seluruh kriteria akan didapat matriks baru sebagai berikut. Lokasi
Harga
Jarak
Tenaga Kerja
A
.5012
2819
B
.1185
.0598
.6850
C
.3803
.6583
.1360
.1790
Gambar 2.3 Contoh Matriks Nilai Alternatif Vs Kriteria
5. Membuat matriks nilai untuk kriteria, misalnya, Kriteria
Harga
Jarak
Harga
1
1/5
3
Jarak
5
1
9
1/3
1/9
1
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Gambar 2.4 Contoh Matriks Nilai Kriteria
11
6. Mengulangi langkah 2 sampai dengan 4 untuk matriks baru ini. Nilai akkhir yang didapat dari matriks baru ini merupakan eigen vector (vektor pengali) untuk matriks pada langkah 4. Lokasi
Harga
Jarak
Tenaga Kerja
A
.5012
.2819
.1790
B
.1185
.0598
.6850
C
.3803
.6583
.1360
Kriteria
X
Harga
.1993
Jarak
.6535
Tenaga Kerja
.0860
Gambar 2.5 Perkalian Matriks Akhir
7. Mengalikan kedua matriks pada Gambar 2.5 diatas. Alternatif dengan nilai terbesar merupakan alternatif yang harus dipilih.
2.2. Aspek Pasar Dimasa lalu jumlah perusahaan belum begitu banyak, dan karenanya persaingan untuk memperebutkan konsumen dari perusahaan yang menghasilkan produk sejenis, demikian pula persaingan antar perusahaan untuk memperebutkan konsumen pada umumnya belum begitu tajam. Pada keadaan demikian, aspek pasar belum mendapatkan perhatian utama dari investor, dan pada umumnya ditetapkan selling concept dalam memasarkan produknya. Dewasa ini, banyak perusahaan bermunculan dan karenanya persaingan antar mereka juga semakin tajam. Pada keadaan yang demikian, aspek pasar menempati kedudukan utama dalam dalam pertimbangan investor dalam memperebutkan konsumen mendasarkan diri pada integrated marketing concept. Pada keadaan yang disebut terakhir nampak juga adanya kebebasan pembeli potensial untuk melakukan pilihan terhadap produk yang diperlukan. Pada situasi demikian, peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian. Untuk itu perlu dipahami karakteristik polok aspaek pasar dinegara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia yang dalam batas-batas tertentu berbeda dengan hukum pasar yang telah mapan, diantaranya:
12
1. Seringakali permintaan nasional untuk produk atau jasa tertentu tidak terlalu besar, dengan kata lain pembangunan 4 atau 5 proyek telah menyebabkan terjadinya kejenuhan pasar. Keadaan ini sering diabaikan oleh para investor. 2. Adanya garis pemisah yang cukup jelas dari segmen pasar yang ada, baik segmen pasar atas dasar geografis, status sosial atau dasar yang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap strategi pemasaran yang telah dijalankan. 3. Kebanyakan produk yang dibuat merupakan produk pengganti produk impor, karenanya dalam batas tertentu data impor dapat digunakan sebagai pedoman dalam estimasi potensi pasar untuk produk tersebut. 4. Untuk jenis produk tertentu, seringkali terjadi terlalu besarnya peranan pemerintah untuk ikut campur tangan dalam mempengaruhi mekanisme pasar. Dengan adanya data primer dan sekunder yang tersedia akan dapat menjawab beberapa pertanyaan utama, terutama dalam kaitanya dengan pengukuran dan peramalan pasar potensial dan penentuan market share.
2.2.1. Peramalan Menurut
Sofjan
Assauri,
”
Peramalan
adalah
kegiatan
untuk
memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang ” (Sofjan
Assauri, 1984:1). Sedangkan menurut Hendra Kusuma, ”Peramalan adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama bebrapa periode mendatang” (Hendra Kusuma, 1999:13). Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif ini dapat dibedakan atas: 1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu, atau ”time series”.
13
2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel yang lain yang mempengaruhinya, yang bukan waktu, yang disebut metode korelasi atau sebab akibat ” causal methods” (Sofjan Assauri,1984:9). Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut: 1.
Adanya informasi tentang keadaan yang lain.
2.
Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.
3.
Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
Ada empat jenis pola data, antara lain: 1.
Pola horizontal atau stationary, bila nilai-nilai dari data observasi berfluktuasi disekitar nilai konstan rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan pola ini sebagai stationary pada rata-rata hitungnya (means).
2.
Pola seasonal atau musiman, bila suatu deret waktu dipengaruhi oleh faktor musim (seperti kuartalan, bulanan , mingguan dan harian).
3.
Pola cyclical atau siklus bila data observasi dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang yang berkaitan atau bergabung dengan siklus usaha (business cycle).
4.
Pola trend bila ada pertambahan atau kenaikan atau penurunan dari data obserfasi untuk jangka panjang. Pola ini terliahat pada penjualan produk dari banyak perusahaan. Pendapatan Domestik Nasional Bruto (GDP/GNP) dan indikator ekonomi.
14
2.2.1.1. Model Peramalan Moving Averages
Metode moving averages diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu, setiap kali menghilangkan nilai terlama dan menambah nilai baru.
Y + Yt −1 + Yt − 2 + Yt − n +1 Yˆt +1 = t n Keterangan: Yˆt +1
= Nilai peramalan pada periode berikutnya
Yˆt
= Nilai aktual perintaan periode sebelumnya
n
= Periode dalam rata-rata bergerak
Dengan tambahan bahwa satu nilai Y diganti setiap periode. Perhitungan ratarata dilakukan dengan bergerak ke depan untuk memperkirakan periode yang akan datang dan dicatat dalam posisi terpusat pada rata-ratanya. Moving Averages secara efektif meratakan dan menghaluskan fluktuasi pola data yang ada. Tentu saja semakin panjang periodenya, semakin rata kurvanya. Kebaikan lainnya adalah bahwa metode Moving Averages dapat diterapkan pada data apapun juga, apakah data sesuai dengan kurva matematik atau pun tidak. Kelemahan metode ini adalah tidak mempunya persamaan untuk peramalan. Sebagai gantinya digunakan rata-rata bergerak terahir sebagai ramalan periode berikutnya.
15
2.2.1.2. Model Peramalan Exponential Smoothing
Exponential Smoothing adalah suatu tipe teknik peramalan rata-rata bergerak yang melakukan penimbangan terhadap data masa lalu dengan cara eksponensial sehingga data paling akhir mempunyai bobot atau timbangan lebih besar dalam rata-rata bergerak. Dengan exponential smoothing sederhana, peramalan dilakukan dengan cara ramalan periode terahir ditambah dengan porsi perbedaan (disebut α) antara permintaan nyata periode terahir dan ramalan periode terahir. Persamaan exponential smoothing adalah : Yˆt = Yˆt −1 + α (Yt −1 − Yˆt −1 )
α = 1−
2 ( N + 1)
Keterangan : Ŷt
= Peramalan Pada Periode t
Ŷt-1
= Peramalan Pada Periode t-1
α
= Konstanta Pemulusan
Yt-1
= Data Permintaan Aktual pada Periode t-1
N
= Banyaknya Periode Data Permintaan Aktual
Exponential smoothing sederhana tidak memperhitungkan trend , sehingga tidak ada nilai α yang sepenuhnya menggantikan trend dalam data. Nilai-nilai α rendah akan menyebabkan jarak yang lebih lebar dengan trend karena hal itu akan memberikan bobot yang lebih kecil pada permintaan yang sekarang. Nilai α yang rendah terutama cocok bila permintaan produk relatif stabil (yang berat, tanpa trend atau variasi siklikal) tetapi variasi acak adalah tinggi.
16
Nilai-nilai α lebih tinggi adalah lebih berguna dimana perubahan - perubahan yang sesungguhnya cenderung terjadi karena lebih responsif terhadap fluktuasi permintaan. Sebagai contoh nilai α tidak mungkin cocok bagi industri barangbarang mode yang cepat dan dramatik. Pengenalan-pengenalan produk baru, kampanye promosional, dan bahkan antisipasi terhadap resesi juga memerlukan penggunaan nilai-nilai α yang lebih tinggi. Nilai α yang tepat pada umumnya dapat ditentukan dengan pengujian ”trial – and – eror” (coba-coba) terhadap α yang berbeda-beda untuk menemukan satu nilai α yang menghasilkan kesalahan terkecil bila digunakan pada data masa lalu. Dengan cara analogi yang dipakai waktu berangkat dari rata-rata bergerak tunggal ke pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal, kita juga dapat berangkat dari rata-rata bergerak ganda ke pemulusan eksponensial ganda. Perpindahan seperti itu mungkin menarik karena salah satu keterbatasan dari ratarata bergerak tunggal yaitu perlunya menyimpan N nilai terakhir masih terdapat pada rata-rata bergerak linear, kecuali bahwa jumlah nilai data yang diperlukan sekarang adalah 2N-1. Pemulusan eksponensial linear dapat dihitung hanya dengan tiga nilai data dan satu nilai untuk α. Pendekatan ini juga memberikan bobot yang semakin menurun pada observasi masa lalu. Perbedaan nilai pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal dan disesuaikan untuk trend. Adapun persamaannya sebagai berikut: Yˆt +1 = αY1 + (1 − α )Yˆt
α t = Yˆt + (Yˆt − Yˆt −1 )
17
bt =
α ˆ ˆ (Yt − Yt ) 1−α
Yt + m = at + bt m
2.2.1.3. Model Peramalan Linear Regretion
Model analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai peramalan apabila pola hitoris data actual permintaan menunjukan adanya suatu kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Model analisis garis kecenderungan yang paling sederhana adalah menggunakan persamaan garis lurus (straight line
equation), sebagai berikut: 1. Perhitungan slope
2. Perhitungan intercept
Nilai ramalan ramalan permintaan periode t Yˆt = a + bt
Keterangan: Yˆt
= Nilai ramalan pada periode t
a
= intersep
b
= Slope dari garis kecenderunga (trend line), merupakan tingkat
18
perubahan dalam permintaan t
= Indeks waktu
n
= Banyaknya periode
t-bar = nilai rata-rata dari t
Yt
= Variable permintaan (data aktual)
Yt − bar = Nilai rata-rata permintaan per periode waktu
2.2.2. Analisis Kesalahan Peramalan
Beberapa alternatif analisis kesalahan peramalan yang digunakan adalah: 1. Mean Squared Eror (MSE) : Nilai Tengah Kesalahan n
MSE =
∑ (Y
t
t =1
− Yˆt )
n
1. Mean Absolute Percentage Error (MAPE): Nilai Tengah Kesalahan Persentase Absolut | Yt − Yˆt | ∑ Y t MAPE = t =1 n n
Dua ukuran tersebut, merupakan alat evaluasi teknik-teknik peramalan untuk berbagai macam parameter. Semakin rendah nilai MAPE dan MSE, peramalan semakin baik (mendekati data masa lalu). Tetapi nilai terrendah (kecuali nol) tidak memberikan indikasi seberapa baik metode peramalan yang digunakan dibandingkan dengan metode lainnya (Hendra Kusuma, 199:38).
19
2.2.3. Verifikasi dan Pengendalian Peramalan
Langkah
penting
setelah
peramalan
adalah
verifikasi
peramalan
sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan data masa lalu dan sistem sebabakibat yang mendasari permintaan itu. Jika proses verifikasi ditemukan keraguan atas validitas peramalan maka harus dicari metode yang lebih cocok. Validitas harus ditentukan dengan uji statistika yang sesuai. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan permintaan aktual secara teratur. Pada suatu saat harus diambil tindakan revisi terhadap peramalan tersebut apabila ditemukan bukti yang meyakinkan adanya perubahan pola permintaan. Selain itu penyebab perubahan pola permintaan pun harus diketahui. Penyesuaian metode peramalan dilakukan segera perubahan pola permintaan diketahui (Hendra Kusuma, 1999:40). Terdapat banyak perkakas yang digunakan untuk memverivikasi peramalan dan mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatar belakangi perubahan pola permintaan. Tetapi bentuk yang paling sederhana adalah peta kendali peramalan, mirip peta kendali kualitas.
Tracking signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan memperkirakan nilai-nilai aktual. Tracking signal dihitung sebagai running sum
of the forcast errors (RSFE) dibagi dengan mean absolute deviation (MAD), sebagai berikut: Tracking ⋅ Signal = =
RSFE MAD
∑ ( actual ⋅ demand ⋅ in ⋅ period ⋅ i − forecast ⋅ demand ⋅ in ⋅ period ⋅ i ) ⋅ MAD
MAD =
∑ ( absolut ⋅ dari ⋅ forecast ⋅ eror ) ⋅ MAD
20
Tracking signal yang positif yang menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan lebih besar dari peramalan, sedangkan tracking signal yang negatif berarti nilai aktual permintaan lebih kecil dari pada ramalan. Suatu tracking signal disebut baik apabila memiliki RSFE yang rendah, dan mempunyai positive eror yang sama banyak atau seimbang dengan negative eror, sehingga pusat dari
tracking signal mendekati nol. Apabila tracking signal telah dihitung kita dapat membangun peta kontrol signal sebagaimana halnya dengan peta-peta kontrol dalam pengendalian proses statistical (statistical proses control = SPC) yang memiliki batas kontrol atas (upper control limit) dan batas control bawah (lower
control limit). Beberapa ahli dalam sistem peramalan seperti menyarankan untuk menggunakan tracking signal maksimum ± 4, sebagai batas-batas pengendalian untuk tracking signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada diluar batas-batas pengendalian, model peramalan perlu ditinjau kembali, karena akurasi peramalan tidak dapat diterima (Vincent Gaspersz, 2002:81).
2.3. Aspek Teknis
Bilamana berdasar evaluasi aspek pasar, suatu proyek memiliki kesempatan pemasaran yangmemadai untuk suatu jangkauan waktu yang relatif panjang, maka tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah analisa aspek teknis dari proyek tersebut. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkeanaan dengan proses pembangunan proek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek itu dibangun. Berdasarkan analisa inipula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.
21
Aspek teknis merupakan kajian untuk menganalisa kelayakan proyek dari segi teknis engineering. Beberapa hal yang menjadi landasan teori dari kajian teknis proyek ini, yakni:
2.3.1. ED Coating
Proses Painting ED coating adalah proses pelapisan benda kerja atau part dengan bahan kimia berpigmen yang disdepositkan secara elektrik pada permukaan part yang membentuk laposan film yang seragam dan tidak larut air, dengan tujuan estetika maupun memberikan daya tahan pada benda kerja yang telah dicat tersebut. Secara umum system pengecatan dapat dibagi dalam 3 proses yaitu; -
Pretreatment
-
ED coating
-
Baking oven Berdasarkan susunan kata, maka pretreatment dapat diartikan sebagai, pre
: sebelum, dan treatment : proses atau perlakuan. Pengertian umum pretreatment adalah suatu proses yang dijalankan sebelum melakukan proses inti. Pengertian khusus pretreatment painting adalah proses pendahuluan terhadap bahan sebelum dilakukan pengecatan. Tujuan pretreatment painting ialah : a.
Menambah daya rekat antara cat dengan bahan dasar (part)
b. Menghilangkan kotoran berupa minyak, debu, silicon yang menempel pada part. Setelah melewati proses pretreatment .kemudian part tersebut di rendam secara bergerak menggunakan conveyor ke dalam cat ED, dimana diberikan tegangan DC sebesar 160V. Proses ini memastikan part sudah terlapisi cat dengan ketebalan tertentu. Setelah dicat, part dikeringkan pada oven dengan temperature mencapai 90-110o C selama 30 menit untuk pre-oven dan 30 menit untuk bake
oven dengan suhu 150-170o C agar cat benar-benar kering.
Setelah itu part
tersebut dilakukan pengecekan secara kualitas di final inspection sebelum masuk pada proses selanjutnya.
22
2.3.2. Oven
Sistem pengeringan cat di painting steel menggunakan oven dengan mesin utama berupa burner yang memiliki bahan bakar solar. Didalam sistem oven terdapat 3 burner yang berfungsi sebagai pre-oven (pemanasan awal), bake oven (pemanasan utama), dan incinerator (berfungsi sebagai burner support) Berikut adalah diagram sistem oven di painting steel sunter: CED OVEN SYSTEM DIAGRAM ENTRANCE EXHAUST FAN
EXIT EXHAUST FAN
PRE
HEX1
HEX2 PREOVEN CIRC. FAN1,2
PREOVEN BURNER
BAKE OVEN BURNER
BAKEOVEN FLUEGAS FAN
HEAT RECOVERY FAN
HEX4
HEX3
INCINERATOR
INCINERATOR BURNER
INDOOR
OVENEXHAUST FAN
TANGKI SOLAR 2000L
Gambar 2.6 Sistem Oven Paintig Steel
OUTDOOR
TANGKI SOLAR PENAMPUNGAN 100L
BAKEOVEN CIRC. FAN1,2
PROCESS FAN
PREOVENFLUE GAS FAN
TO EVAPORATOR
OVEN
BAKE
OVEN
23
Adapun komponen-komponen dalam pengeringan oven adalah :
2.3.2.1. Burner
Mesin yang berfungsi sebagai penghasil utama panas yang bekerja dengan proses pengkabutan solar oleh nozzle dengan dinaikkan tekananya menggunakan
oil pump, selain itu juga mendapatkan tekanan udara dari blower untuk menghasilkan terjadinya pembakaran.
Gambar 2.7 Burner
2.3.2.2. HEX(Heat Exchanger)
Alat yang berfungsi sebagai perantara panas yang terdiri dari lapisan pelatpelat tipis. Tujuan HEX disini adalah sebagai perantara panas secara tidak langsung dari ruang bakar menuju ruang oven, hal ini bertujuan sebagai filter agar part bersih dari residu atau jelaga yang dihasilkan dari pembakaran solar.
Gambar 2.8. HEX
24
2.3.2.3. Filter CKR
Berfungsi sebagai penyaring panas dari ruang bakar menuju oven sehingga panas yang di transfer menjadi bersih.
2.3.2.4. Circulation Fan
Berfungsi sebagai pengatur/pengarah udara panas menuju ruang oven dengan volume dan tekanan udara tertentu.
2.3.2.5. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah media penghasil panas yang di rubah menjadi api didalam burner, berikut beberapa bahan bakar yang bias digunakan sebagai bahan bakar oven burner : 1. Solar Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih.Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM), yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel
Oil, High Speed Diesel Solar memiliki nilai panas atau kalor sebesar 11488,49 kkal/liter dan saat ini harga solar industri adalah Rp 9.314,00 per liternya 2. LPG LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. Kegunaanya adalah LPG butane dan LPG mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat umum untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG propane biasanya dipergunakan di industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat dan lainnya. Pada suhu kamar, LPG akan berbentuk
25
gas. Pengubahan bentuk LPG menjadi cair adalah untuk mempermudah pendistribusiannya. Berdasarkan cara pencairannya, LPG dibedakan menjadi dua, yaitu LPG Refrigerated dan LPG Pressurized. LPG Pressurized adalah LPG yang dicairkan dengan cara ditekan (4-5 kg/cm2). LPG jenis ini disimpan dalam tabung atau tanki khusus bertekanan. LPG jenis inilah yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi di rumah tangga dan industri, karena penyimpanan dan penggunaannya tidak memerlukan handling khusus seperti LPG Refrigerated. LPG Refrigerated adalah LPG yang dicairkan dengan cara didinginkan (titik cair Propane ± 42°C, dan titik cair Butane ± 0.5°C). LPG jenis ini umum digunakan untuk mengapalkan LPG dalam jumlah besar (misalnya, mengirim LPG dari negara Arab ke Indonesia). Dibutuhkan tanki penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tetap dapat berbentuk cair serta dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigerated menjadi LPG Pressurized LPG memiliki nilai panas atau kalor sebesar 22451,51 kkal/kg dan saat ini harga LPG industri adalah Rp 7.000,00 per kg 3. LNG Gas alam cair (Liquefied natural gas, LNG) adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -160° C. LNG ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang khusus dan ditaruh dalam tangki yang juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada suhu dan tekanan standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam dengan jalur pipa tidak memungkinkan atau tidak ekonomis, dia dapat ditransportasi oleh kendaraan LNG, di mana kebanyakan jenis tangki adalah membran atau moss. LNG menawarkan kepadatan energi yang sebanding dengan bahan bakar petrol dan diesel dan menghasilkan polusi yang lebih sedikit, tetapi biaya produksi yang relatif tinggi dan kebutuhan penyimpanannya yang
26
menggunakan tangki cryogenic yang mahal telah mencegah penggunaannya dalam aplikasi komersial Kondisi yang dibutuhkan untuk memadatkan gas alam bergantung dari komposisi dari gas itu sendiri, pasar yang akan menerima serta proses yang digunakan, namun umumnya menggunakan suhu sekitar 120 and -170 °C (methana murni menjadi cair pada suhu -161.6 °C) dengan tekanan antara 101 dan 6000 [kPa] (14.7 and 870 lbf/in²). Gas alam bertakanan tinggi yang telah didapat kemudian diturunkan tekanannya untuk penyimpanan dan pengiriman. LNG memiliki nilai panas atau kalor sebesar 11942,29 kkal/kg dan saat ini harga LNG industri adalah Rp 4.750,00 per kg 4. BCL BCL (Brown Coal Liquified) adalah batubara yang berbentuk cair yang sangat potensial dijadikan sumber energi pengganti bahan bakar minyak (BBM) pada masa mendatang, selain memiliki kualitas yang sama dengan BBM, sumber energi alternatif yang diolah dari batubara muda itu juga sangat efisien dan ramah lingkungan. Berdasarkan kajian yang dilakukan BPPT sumber energi ini akan dapat diterima oleh kalangan masyarakat karena terbukti dapat meningkatkan kinerja mesin dan mengurangi pengeluaran asap hitam secara signifikan. Nilai oktannya juga lebih tinggi dari BBM yang ada sekarang. Harga bahan bakar alternatif tersebut juga relatif lebih murah dibandingkan dengan harga BBM konvensional. Dalam perkembangannya, para peneliti telah melakukan berbagai terobosan teknologi untuk menghasilkan batubara cair yang berkualitas. Dengan demikian, pengembangan batu bara cair ini akan menjadi suatu industri yang prospektif bagi pelaku usaha untuk berinvestasi karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain : ¾ Harga produksi lebih murah, yaitu setiap barel batu bara cair
membutuhkan biaya produksi yang tidak lebih dari US$15 per barel. Bandingkan dengan biaya produksi rata-rata minyak bumi yang berlaku di dunia saat ini yang mencapai US$23 per barel.
27
¾ Jenis batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori
rendah (low rank coal), yakni kurang dari 5.100 kalori, yang selama ini kurang diminati pasaran. BCL memiliki nilai panas atau kalor sebesar 20540,75 kkal/kg dan saat ini harga industri adalah Rp 4.500,00 per kg.
2.4. Aspek Finansial
Studi mengenai aspek finansial merupakan aspek yang paling penting dari studi kelayakan. Hal tersebut disebabkan karena, meskipun studi mengenai aspekaspek selain aspek finansial menyatakan bahwa proyek tersebut layak, tetapi apabila studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat ekonomi.
2.4.1. Proyek, Investasi, dan Cost Reducing Project
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Baik biaya maupun hasilnya yang penting biasanya dapat diukur. Menurut Gitman (2000:332-334), investasi (jangka panjang) atau pengeluaran modal (capital expenditure) adalah komitmen untuk mengeluarkan dana sejumlah tertentu pada saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan menerima manfaat di waktu yang akan dating, dua tahun atau lebih. Lebih lanjut, Fitzgerald (1978:6) menyatakan bahwa investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal itu akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.
28
Dengan makna yang sama, van Horne (1981:106) dan J.J. Clark dkk. (1979:3) menyatakan bahwa investasi adalah kegiatan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada saat sekarang untuk mengadakan barang modal guna menghasilkan penerimaan yang lebih besar di masa yang akan datang untuk waktu dua tahun atau lebih. Menurut Murdifin Haming dan Salim Basalamah (2000:30), proyek penghematan biaya adalah proyek yang ditujukan untuk memperbaiki proses produksi atau proses bisnis dalam usaha menekan biaya usaha. Proyek ini merupakan bagian dari proyek perusahaan (business sector project, profit motive
project), yang dibangun dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum dengan tujuan untuk menghasilkan laba.
2.4.2. Dana Kebutuhan Investasi
Dihubungkan dengan jenis penggunaan dana, maka dana yang diperlukan dibedakan atas: 1. Dana investasi inisial (initial investment), yaitu dana investasi yang diperlukan untuk mengadakan barang modal. 2. Dana modal kerja (working capital), yaitu dana yang diperlukan untuk membiayai aktivitas operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial. Berdasarkan uraian diatas, maka sebuah proyek memerlukan dua macam pengeluaran, yakni: 1. Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran untuk investasi inisial. 2. Pengeluaran operasi untuk pendapatan (operating or revenue expenditure), yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk membiayai operasi sesudah memasuki fase komersial.
2.4.3. Depresiasi Mesin
Menurut I Nyoman Pujawan (2003:186), depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau asset karena waktu dan pemakaian. Dampak dari konsep depresiasi adalah pengurangan jumlah penghasilan yang dikenakan
29
pajak dan penurunan kemampuan ataupun fungsi kerja dan asset tersebut. Komponen yang digunakan untuk melakukan perhitungan depresiasi ada 3 (tiga), yaitu: 1. Nilai sekarang (P) Nilai sekarang adalah harga dari peralatan pada waktu sekarang. Apabila perhitungan depresiasi dihitung sejak peralatan masih baru, maka nilai sekarang merupakan harga terpasang diperalatan tersebut. 2. Nilai sisa (S) Nilai dari peralatan pada akhir guna pemakaian, dalam hal ini penentuan harganya adalah dengan memperkirakan dengan kondisi yang ada. 3. Umur ekonomis (N) Umur produktif yang menunjukan lamanya asset tersebut ingin dioperasikan secara ekonomis. Salah satu metode depresiasi adalah metode penyusutan garis lurus atau
Straight Line Method. Metode ini memberikan kemungkinan untuk menyusutkan nilai suatu asset pada laju konstan selama periode penyusutan berlangsung. Persamaan dalam metode ini yaitu:
AD =
1 (P − S ) = N
dimana: AD = Arus depresiasi (Rp) P = Biaya awal (Rp) S = Nilai sisa (Rp) N = Usia ekonomis
2.4.4. Kriteria Perhitungan Kelayakan Proyek
Penentuan kelayakan suatu proyek dari aspek finansial dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode perhitungan. Beberapa metode tersebut adalah sebagai berikut:
30
2.4.4.1. Metode Nilai Sekarang (Present Value Method)
Metode nilai sekarang adalah metode penilaian kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai akan datang arus kas menjadi nilai sekarang dengan melalui pemotongan arus kas dengan memakai faktor pengurang (diskon) pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Nilai sekarang, apabila arus kas tidak seragam atau berbeda dari periode ke periode, dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini : PVt = At ( 1 + i)-t dimana: PVt
= nilai sekarang dari arus kas periode ke – t
At
= arus kas nominal pada periode ke – t
i
= tingkat bunga yang diperhitungkan
t
= periode 1,2,…,n
sedangkan nilai sekarang total adalah n TPV
=∑
At ( 1 + i)-t
i=1
dimana: TPV
= nilai sekarang total
At ( 1 + i)-t
= nilai sekarang arus kas A setipa periode ke – t
selanjutnya, nilai sekarang bersih ( net present value ) adalah: NPV = -Io + TPV NPV = net present value ( nilai sekarang bersih ) -Io
= nilai sekarang investasi inisial ( investasi periode awal )
TPV
= nilai sekarang total
Kriteria kelayakan dari metode ini adalah: 1. Proyek dinyatakan layak apabila NPV bertanda positif ( > 0 ) 2. Proyek dinyatakan tidak layak apabila NPV bertanda negatif ( < 0 )
31
2.4.4.2. Metode Periode Pengembalian (Payback Period )
Metode pemulihan investasi (payback method) adalah metode analisis kelayakan investasi yang berusaha untuk menilai persoalan kelayakan investasi menurut jangka waktu pemulihan modal yang diinvestasikan. Jangka waktu pemulihan modal (payback period) adalah jangka waktu yang diperlukan, biasanya dinyatakan dalam satuan tahun, untuk mengembalikan seluruh modal yang diinvestasikan. Menurut Murdifin Haming dan Salim Basalamah (2000:94,103), acuan untuk menghitung masa pemulihan modal adalah sebagai berikut: 1. Metode arus kumulatif. Metode ini dipakai sebagai alat penilai kelayakan apabila arus kas proyek tidak seragam, atau berbeda dari tahun ke tahun. 2. Metode arus rata-rata. Metode ini dipakai apabila arus kas proyek seragam, atau sama besarnya dari tahun ke tahun selama usia ekonomis proyek. Persamaan yang digunakan adalah:
dimana: T = periode pemulihan modal I o = investasi inisial A = Arus kas yang seragam Kriteria kelayakan dari metode ini adalah: 1.
Proyek dikatakan sebagai proyek yang layak jika masa pemulihan modal lebih pendek daripada usia ekonomis proyek.
2.
Proyek dikategorikan sebagai proyek yang tidak layak jika masa pemulihan modal lebih lama daripada usia ekonomis proyek yang bersangkutan.
2.4.4.3. Metode Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)
Metode tingkat pengembalian internal (IRR) adalah rasio laba dari penanaman modal dalam jumlah tertentu dan dalam waktu tertentu, dimana nilai sekarang arus kas masuk adalah sama dengan nilai sekarang pengeluaran investasi inisial.
32
NPV = 0, sehingga Io = TPV Io
= nilai sekarang investasi inisial (investasi periode awal)
TPV
= nilai sekarang total
Model interpolasi untuk mendapatkan IRR IRR
= p% + ∆1 / ∆2 ( q% - p% )
Dimana : p%
= persen tingkat bunga yang lebih kecil daripada perkiraan IRR
q%
= persen tingakat bunga yang lebih besar daripada perkiraan IRR
∆1
= factor diskon kumulatif untuk p% pada n yang sesuai dikurangi dengan masa pemulihan modal.
∆2
= factor diskon kumulatif untuk p% pada n yang sesuai dikurangi dengan factor diskon kumulatif untuk q% pada n yang sesuai. Kriteria kelayakan dari metode ini adalah membandingkan hasil i IRR
dengan MARR (tingkat pengembalian minimum yang diinginkan atau (Minimum
Attractive Rate of Return). Apabila i IRR lebih besar atau sama dengan MARR, maka alternatif proyek dapat diterima.
2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan
Dari beberapa aspek kelayakan diatas aspek sosial dan lingkungan yang sangat berhubungan adalah masalah AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Di negara-negara yang sedang berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan pembangunan di segala bidang termasuk prasarana dan industri, seringkali masalah menjaga kelestarian lingkungan belum cukup mendapat perhatian. Keleatarian lingkungan dalam hal ini adalah yang bersifat dinamis dimana lingkungan tetap mampu mendukung taraf hidup yang lebih tinggi, berarti dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan masih dapat diserap dengan baik oleh daya dukung lingkungan disekitarnya. Dampak dalam
33
kalimat diatas adalah segala perubahan lingkungan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, yang didalam konteksnya berupa pembangunan proyek dan dan beroperasinya unit hasil proyek. Menyadari akan besarnya dampak kegiatan pembangunan yang dapat berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.4 Tahun 1982tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan, sedangkan pelaksanaannya diluangkan dalam PP No.29 TAhun 1986. Undang-undang beserta peraturan pelaksanaan tersebut dimaksudkan seebagai sarana untuk melaksanakan pencegahan terhadap suatu rencana kegiatan, misalnya proyek yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dari sifat-sifat atau kenampakan fisiknya, limbah/komponen polutan dapat dibagi menjadi limbah cair, gas, padat dan energi (kebisingan, panas). 1. Limbah Cair Limbah cair adalah buangan limbah yang mengandung kadar air cukup tinggi. Limbah jenis ini umumnya berasal dari industri yang dalam operasinya banyak berkaitan dengan air, baik yang semula diperlukan untuk proses produksi maupun terbawa oleh bahan baku yang perlu dikeluarkan atau daria air cucian tempat dimana proses produksi berlangsung. 2. Limbah Udara Limbah yang berasal dari industri yang berbentuk gas atau partikel adalah sumber utama pencemaran udara, partikel ini terdiri dari debu, kabut, jelaga, dan asap. Sedangkan yang berbentuk gas yang terkenal adalah senyawa-
34
senyawa kimia seperti belerang , karbon, nitrogen, hidrokarbon, dll. Adapun akibat dari bahan pencemaran tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
•
Terhadap material Kerusakan oleh polutan yang berbentuk partikel dan gas terhadap material berupa abrasi, deposisi, dan korosi. Abrasi terjadi bila partikel seperti debu atau
bahan
padat
halus
bergerak
dengan
kecepatan
tinggi
menggosok/menumbuk material lain secara secara terus menerus. Ini terjadi pada alat-alat pemisah benda benda padat dengan gas seperti
cyclone dan lain-lain. Deposisi disebabkan oleh pengendapan atau melekatnya partikel di permukaan pelatan atau struktur bangunan, misalnya jelaga atau abu yang melekat pada dindinga dan atap bangunan rumah disekitar pabrik.
•
Terhadap tumbuhan-tumbuhan Daun merupakan bagian tumbuh-tumnuhan yang mempunyai fungsi amat penting, yaitu sebagai pusat produksi makanan yang kemudian didisbrusikan keseluruh bagian tumbuhan. Disini diproses CO2 dari udara menjadi karbohidrat dengan bantuan sinar matahari, sehingga gangguan yang dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang jatuh kepermukaan daun akan berakibat mengganggu kelancaran proses diatas, misalnya debu pabrik semen yang terus menerus menutupi permukaan daun tanaman.
35
•
Terhadap kesehatan Pencemaran udara yang berpengaruh terhadap kesehatan terutama terbawa oleh system pernafasan. Beberapa yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Karbon Monoksida (CO) Gas tersebut tidak berbau dan mudah bersenyawa dengan butir darah merah. Kadar CO lebih daro 500ppm diudara bila terhirup akan berakibat fatal bagi manusia. 2. Timah Hitam (Pb) Disamping terbawa lewat system pernafasan juga bias melalui makanan atau minuman. Unsure ini beracun dan dalam tubuh bersifat kumulatif. Sebagian besar senyawa Pb yang ditambahkan ke bahan baker BBM dalam proses pembakaran akhirnya akan terbuang keudara. 3. Hidrokarbon Banyak senyawa hidrokarbon hasil pembakaran minyak, atau yang berbentuk aromatic hidrokarbon atau pestisida dengan kadar tertentuk menjadi bersifat racun. 4. Partikel Supsensi partikel di udara umumnya berasal dari kegiatan alami, proyek konstruksi, dan industri.
36
3. Limbah Padat Limbah padat buangan industri atau sampah domestic dapat berupa bubur, lumpur, atau betul-betul padat (sisa logam, plastic, dll). Limbah padat yang yang terdiri dari berbagai material dan senyawa tertumpuk, misalnya di pembuangan pengumpulan sampah terbuka, lambat laun senyawa organic komponen
limbah
dengan
bantuan
bakteri
akan
mengalami
reaksi
pembusukan dan mengeluarkan zat pencemaran terhadap udara dan dapat larut dalam air waktu hujan. Contoh lain adalah limbah merkuri (Hg) yang terdapat pada limbah penyerap karbon (activated carbon) pada limbah yang berasal dari kilang minyak.