Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM INSINERASI LIMBAH B3 DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Palupi Mutiara Perdana1) dan Yulinah Trihadiningrum2) 1) Manajemen Industri, MMT ITS, Indonesia, e-mail:
[email protected] 2) Manajemen Industri, MMT ITS, Indonesia ABSTRAK Kondisi insinerasi limbah medis B3 di RSUD Dr. Soetomo (RSDS) belum memenuhi peraturan yang ada. Persentase total pemusnahan dengan insinerasi setiap harinya masih sebesar 88,48%. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kinerja lingkungan serta merumuskan upaya peningkatan kinerja lingkungan oleh RSDS dalam proses insinerasi limbah medis B3. Metode AHP digunakan sebagai dasar dalam perencanaan dan penilaian kinerja lingkungan. Pengumpulan data mengenai penanganan insinerasi limbah medis B3 dilakukan dengan penyebaran kuesioner perbandingan berpasangan terhadap 3 orang responden. Hasil kuesioner yang mencerminkan relatif pentingnya elemen kinerja lingkungan (KEPI) diolah menggunakan perangkat lunak Expert Choice untuk menghitung bobot dan inconsistency ratio. Kemudian dilakukan survey terhadap rating hasil pencapaian dari setiap KEPI yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS menggunakan skala likert. Prioritas KEPI dianalisis dengan diagram pareto untuk mengurutkan klasifikasi KEPI mulai dari ranking tertinggi yang memerlukan tindakan perbaikan, sampai ranking terendah. Berdasarkan hasil penilaian nilai kinerja lingkungan, ahwa dengan menyelesaikan 19 jenis kinerja lingkungan dengan bobot tertinggi, dengan range antara 0,046 - 0,518, maka 80% masalah kinerja insinerasi limbah B3 dapat diatasi. Sehingga perlu dilakukan evaluasi dan upaya peningkatan kinerja dengan lebih intensif terhadap KEPI untuk meningkatkan performansi insinerasi limbah B3 RSDS secara keseluruhan. Kata kunci : KEPI, Insinerasi, RSDS
PENDAHULUAN Isu mengenai lingkungan hidup menjadi bahasan yang cukup berkembang dalam era globalisasi saat ini. Hal tersebut dikarenakan isu lingkungan hidup semakin lama membutuhkan solusi konkret, bukan hanya sekedar wacana. Adanya pandangan yang sama, baik dari pemerintah dan masyarakat, terhadap pengendalian limbah dan efisiensi penggunaan sumber daya, telah memberikan gambaran bagi perusahaan untuk memperhitungkan faktor manajemen lingkungan dalam peningkatan kinerja perusahaan. Rumah Sakit (RS) sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan harus di dukung oleh organisasi dan manajemen yang baik dengan cara mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungannya (Diniah, 2013). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah program yang dilakukan telah terhindar dari pencemaran yang berasal dari limbah berbahaya dan beracun (B3), termasuk diantaranya limbah medis, limbah farmasi, dan lain lain. ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
RSUD Dr. Soetomo (RSDS) yang menjadi obyek dalam penelitian ini merupakan salah satu RS terbaik dan merupakan pusat rujukan di Indonesia bagian timur. Dari penelitian Perdana (2011), didapatkan bahwa timbulan limbah medis padat B3 pada bulan April 2011 adalah 1.136,07 Kg/hari dengan volume 8.961,19 L/hari. Rinciannya terdiri atas limbah toksik bersifat tajam (11,61%); limbah toksik farmasi (21,17%); limbah toksik kimia (1,61%) dan limbah infeksius (65,61%). Timbulan tersebut terdiri atas potongan jaringan tubuh manusia, jarum, spuit, selang infus, limbah sitotoksik, dan bahan kimia. Persentase total insinerasi limbah medis B3 setiap harinya masih sebesar 88,48%. Sedangkan proses insinerasi belum mencapai suhu maksimal untuk dapat menghancurkan limbah medis B3 dan alat pembersih gas sudah tidak berfungsi lagi. Insinerasi limbah medis B3 sering kali menjadi masalah, terutama mengenai pencemaran emisi gas buang apabila pengendalian emisi yang baik pada cerobong tidak dilakukan dengan baik. Proses pengoperasian insinerator juga sangat berpengaruh pada efektivitas dari pemusnahan limbah medis B3, sehingga diperlukan standar pengoperasian serta penanganan yang baik terhadap residu abu (Saragih, 2013). Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk menentukan kinerja lingkungan RSDS dalam insinerasi limbah medis B3 berdasar kriteria teknis peraturan perundang-undangan serta merumuskan upaya peningkatan kinerja lingkungan oleh RSDS dalam insinerasi limbah medis B3. Pemerintah mendukung upaya penilaian kinerja lingkungan perusahaan dalam bentuk Proper yaitu program penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan limbah B3 (Sekretariat Kemen LH, Permen LH No. 6 tahun 2013). Menurut LIPI (2003), insinerator adalah alat pemusnah limbah padat dengan cara pembakaran terkendali sehingga emisi gas buangnya terkontrol dan abu hasil pembakaran tidak berbahaya (stabil). Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200°C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan infeksius, benda tajam, farmasi dan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Jenis limbah yang dianjurkan untuk dimusnahkan dengan insinerator adalah limbah B3 yang bersifat biologis; limbah yang tidak biodegradable, dan tetap ada di lingkungan; limbah cair yang mudah menguap dan mudah untuk menyebar, limbah cair memiliki titik nyala dibawah 400C dan limbah yang tidak bisa dibuang di secure landfil (Visvanathan, 1996). Kriteria penilaian kinerja dalam penelitian ini menggunakan kriteria teknis peraturan perundang-undangan yang terkait dengan insinerasi limbah B3 sebagai berikut: a. Permen LH RI No. 6 Tahun 2013 Tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup b. Kepmen LH RI No. 295 Tahun 2013 Tentang Izin Pengolahan Limbah B3 Menggunakan Insinerator Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo c. Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit d. PP RI No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 e. Kepbapedal No. 01 Tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah B3 f. Kepbapedal No. 03 Tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Konsep Key to Environment Performance Indicator (KEPI) berasal dari Key Performance Indicator (KPI), yaitu sebuah matrik (terukur dan dapat diukur) yang menyatakan efektifitas dan efisiensi dari sebuah pekerjaan. Metode AHP merupakan sebuah kerangka pengambilan keputusan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan memecahkan persoalan tersebut ke dalam variabel-variabel. Dengan menata variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Diagram pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Diagram pareto menunjukkan urutan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi, permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan hingga terendah. METODE Tahap Desain Sistem Penilaian Kinerja Lingkungan 1. Perancangan KEPI dilakukan berdasarkan kriteria teknis yang terdapat dalam peraturan yang telah disebutkan sebelumnya. 2. Data primer yang dibutuhkan terdiri atas pendapat stakeholder mengenai penanganan insinerasi limbah medis B3 RSDS yang dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner. Responden yang dipilih terdiri atas pengelola limbah medis B3 RSDS dan para praktisi yang mengetahui betul mengenai permasalahan proses insinerasi limbah medis B3, terdiri atas 3 orang yaitu petugas instalasi sanitasi lingkungan RSDS, praktisi Teknik Lingkungan ITS dan pegawai Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari Dokumen Implementasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup semester genap (Bulan Juli-Desember 2013) dan manifest insinerator RSDS. 3. Penilaian dan signifikansi dampak lingkungan yang berpengaruh terhadap insinerasi limbah medis B3 RSDS mengacu pada Kepbapedal (1997). Dinyatakan berpengaruh signifikan apabila total nilai yang diperoleh ≥ 6.750. 4. Validasi pelaksanaan KEPI dilakukan dengan pengamatan kondisi RSDS pada bulan Januari-April 2014, untuk menentukan besarnya rating pencapaian yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS. 5. Penyusunan struktur hirarki sistem penilaian kinerja lingkungan didasarkan pada hasil validasi pelaksanaan KEPI terhadap proses insinerasi limbah B3 RSDS. Tahap Pembobotan Dan Penilaian Kinerja Lingkungan 1. Penentuan prioritas kepentingan AHP dilakukan dengan mengkuantifikasikan pendapat kualitatif responden menggunakan skala penilaian sehingga diperoleh angka kuantitatif yang diolah menggunakan perangkat lunak Expert Choice yang akan menghasilkan bobot. Rasio inkonsistensi dalam daerah toleransi tidak boleh lebih dari 10% (0,1), sehingga jawaban responden dapat dipertanggung jawabkan. 2. Bobot yang didapatkan selanjutnya dikalikan dengan besarnya rating pencapaian dari setiap KEPI yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS. Rating mengacu pada skala likert dengan skor 1-5, dengan bentuk jawaban sangat sesuai, sesuai, sedangsedang, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. 3. Setelah didapatkan besarnya nilai kinerja lingkungan, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil tersebut dengan diagram pareto. Fungsi dari penggunaan diagram pareto ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
adalah untuk mengetahui prioritas KEPI yang terpenting untuk segera diselesaikan pada ranking tertinggi, sampai dengan ranking terendah. 4. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah merumuskan upaya peningkatan kinerja lingkungan dalam insinerasi limbah medis B3 yang dapat dilakukan RSDS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengidentifikasian berdasarkan pada kriteria teknis yang terdapat dalam peraturan-peraturan yang telah disebutkan sebelumnya, menghasilkan rancangan KEPI yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Rancangan KEPI Kategori Ukuran Kuantitatif Kategori Ukuran Kuantitatif Kondisi Limbah B3
Timbulan limbah B3 Ceceran
2
Kondisi Insinerator
Ruang pembakaran Emisi gas
3
K3
Program K3
No. 1
Aspek Lingkungan
Prosedural
KEPI % timbulan limbah B3 yang dimusnahkan % ceceran limbah B3 yang dikelola % ceceran residu abu yang dikelola % ceceran lindi yang dikelola Kapasitas ruang pembakaran % kesesuaian baku mutu emisi (BME) % Destruction Removal Efficiency (DRE) Frekuensi pengujian per tahun Suhu pembakaran (°C) Jumlah kejadian kebakaran per bulan Jumlah kecelakaan kerja per bulan Jumlah karyawan izin sakit per bulan Jumlah karyawan tidak taat APD per bulan % prosedur tetap yang dijalankan % upaya mitigasi yang dijalankan
No. KEPI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 2 Rancangan KEPI Kategori Ukuran Kualitatif No. 1
Kategori Ukuran Kualitatif Persyaratan
Aspek Lingkungan
KEPI
Lokasi insinerator Daerah bebas banjir Jarak antar lokasi pengolahan dan fasilitas umum Sistem keamanan Sistem penjagaan fasilitas Pagar pengaman Sistem pengawas keluar masuk orang dan kendaraan Tanda peringatan keamanan Penerangan yang memadai Sistem Electrical Spark Grounding Sistem pencegahan Tanda peringatan bahaya kebakaran Peralatan pedeteksi bahaya kebakaran Sistem pemadam kebakaran Jarak atau lorong antara kontainer berisi limbah B3 Jarak antara bangunan sebagai akses mobil pemadam SOP pencegahan tumpahan limbah B3 Sistem pencegahan Identifikasi malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, tumpahan kebocoran atau tumpahan yang dapat menyebabkan terlepasnya limbah ke lingkungan
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-4
No. KEPI 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
No. 1
Kategori Ukuran Kualitatif Persyaratan
2
Pentaatan hukum
3
Program RS
Aspek Lingkungan Sistem pencegahan tumpahan Sistem penanggulangan keadaan darurat
KEPI Kesesuaian penggunaan bahan penyerap dengan karakteristik tumpahan limbah B3
SOP penanggulangan keadaan darurat Jaringan komunikasi Prosedur evakuasi bagi seluruh pekerja fasilitas pengolahan limbah B3 Peralatan dan baju pelindung bagi seluruh staf penanggulangan keadaan darurat di lokasi Pelatihan dalam penanggulangan keadaan darurat Sistem pengujian Pengujian semua alat pengukur, peralatan operasi peralatan pengolahan dan perlengkapan pendukung operasi Pelatihan dasar Pengenalan limbah B3 karyawan Peralatan pelindung: menyangkut kegunaan dan penggunaannya Prosedur inspeksi Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah B3 Pelatihan khusus Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan karyawan penunjangnya Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya Ketentuan SOP pelaksanaan insinerasi pengolahan limbah Pemantauan sekeliling lingkungan insinerator B3 Upaya housekeeping yang baik Perizinan Perizinan insinerator Masa berlaku Kontrak kerjasama dengan pihak ke 3 Sistem pelaporan RKL RPL Program pelatihan Jumlah program pelatihan lingkungan di dalam dan di lingkungan RS luar RS Peran serta karyawan dalam pelatihan lingkungan RS Program pelatihan Jumlah program pelatihan K3 K3 Peran serta karyawan dalam pelatihan K3
No. KEPI 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Selanjutnya dilakukan analisis kondisi dan kesesuaian insinerasi limbah medis berkategori B3 yang dihasilkan setiap harinya. Hal-hal yang berhubungan dengan kondisi kegiatan insinerasi yang belum memenuhi peraturan yaitu: 1. Kapasitas insinerasi turun, kapasitas insinerator Hoval sebesar 76,5 Kg/jam turun sebesar 35% menjadi 26,67 Kg/jam. Sedangkan kapasitas insinerator CMC yang seharusnya 90 Kg/jam turun sebesar 52% menjadi 46,67 Kg/jam. 2. Suhu aman untuk pengolahan limbah medis minimal sebesar 1200ºC, tetapi insinerator RSDS bekerja pada suhu ± 800 - 900ºC. 3. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum sesuai ketentuan AMDAL. 4. Uji emisi belum sesuai dengan Kepmen LH No. 295 (2013), tidak dilakukan pengukuran efisiensi penghancuran penghilangan (DRE) dan efisiensi pembakaran. 5. Tidak dilakukan pemantauan kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi yang meliputi arah dan kecepatan angin, kelembaban, temperatur, curah hujan.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
6.
Tidak dilakukan pengukuran konsentrasi kelebihan oksigen di cerobong; kecepatan gas saat keluar dari ruang bakar dan waktu tinggal gas di ruang bakar. 7. Penutup sementara kemasan/ tong residu abu menggunakan kantung plastik yang tidak memadai serta terdapat kesalahan pelabelan kemasan residu abu, seharusnya termasuk kategori toksik. 8. Petugas operator insinerator seringkali lalai menggunakan APD yang telah disediakan. 9. Peringatan bahaya bangunan insinerator tidak dapat terlihat dari jarak 10 m dan penerangan kurang memadai. 10. Peralatan pembersih gas dan pencegah pencemaran dalam cerobong insinerator belum difungsikan kembali dan elum tersedia alat pendeteksi bahaya kebakaran. Dari hasil penilaian dan signifkansi dampak lingkungan, didapatkan dampak lingkungan signifikan yang masih terjadi dalam insinerasi limbah B3 RSDS adalah sebagai berikut: 1. Tercampurnya limbah medis dengan sampah non B3 2. Terjadinya emisi gas beracun akibat suhu yang tidak memadai 3. Tidak mampu mencapai DRE 99,99% 4. Terjadinya kebakaran akibat lalai dalam melaksanakan SOP 5. Potensial terjadi ceceran, tumpahan dan emisi akibat penutupan yang tidak dilakukan dengan baik dan benar 6. Potensial terjadi kesalahan dalam melakukan pengelolaan lanjut akibat pemberian simbol dan label yang tidak sesuai 7. Potensial terjadi gangguan kesehatan masyarakat akibat tidak adanya peralatan pengendali pencemaran gas buang insinerator 8. Potensial terjadi gangguan kesehatan pekerja dan kecelakaan kerja akibat APD Struktur hirarki sistem penilaian kinerja lingkungan yang menunjukkan tingkatan kinerja lingkungan RSDS disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur Hirarki Kinerja Lingkungan RSDS
Selanjutnya dilakukan pembobotan terhadap indikator-indikator kinerja lingkungan dengan menggunakan metode AHP yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Expert ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Choice. Kemudian bobot yang telah didapatkan tersebut dikalikan dengan rating hasil pencapaian
dari setiap KEPI yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS. Rangking bobot tertinggi hingga terendah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rangking Bobot KEPI No.
KEPI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5 6 1 16 11 48 8 9 47 14 15 2 46 4
Bobot No. 0,518 0,256 0,231 0,137 0,136 0,114 0,113 0,111 0,110 0,105 0,105 0,102 0,083 0,067
KEPI Bobot
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
50 37 44 55 45 53 27 41 33 49 38 7 17 51
0,060 0,058 0,056 0,056 0,046 0,045 0,038 0,036 0,035 0,034 0,033 0,032 0,029 0,028
No.
KEPI
Bobot
No.
KEPI
Bobot
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
29 26 54 34 52 39 3 12 32 35 13 19 10 36
0,024 0,022 0,022 0,021 0,021 0,019 0,018 0,016 0,016 0,015 0,014 0,014 0,013 0,013
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
24 43 21 28 30 23 40 18 22 42 20 25 31
0,011 0,011 0,010 0,010 0,010 0,006 0,006 0,005 0,005 0,003 0,002 0,002 0,001
Diagram pareto kinerja lingkungan dalam insinerasi limbah B3 disajikan pada Gambar 2.
Diagram Pareto Kinerja Lingkungan Dalam Insinerasi Limbah B3 100%
20.000%
C 80% u m 60% u 40%l % a 20%t i 0% v e
Defects Amount
15.000% 10.000% 5.000%
58.962% 55.570% 52.027% 48.463% 44.816% 41.133% 36.763% 32.357% 24.925%
0.000% Bobot
Kumulatif
Gambar 2 Diagram Pareto Kinerja Lingkungan Dalam Insinerasi Limbah B3
Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa 80% masalah kinerja lingkungan berada di sisi kiri garis. Sehingga 19 jenis kinerja lingkungan tersebut memerlukan pengawasan, pengevaluasian kinerja dengan lebih intensif dan upaya perbaikan. Rangking KEPI yang memerlukan pengawasan dan upaya perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Tabel 4 Rangking Tingkat Kepentingan KEPI Rangking KEPI 1 2 3 4 5
No. KEPI 5 6 1 16 11
KEPI Kapasitas ruang pembakaran Kesesuaian baku mutu emisi (BME) Timbulan limbah B3 yang dimusnahkan Lokasi insinerator mengenai daerah bebas banjir Program K3 mengenai jumlah kecelakaan kerja per bulan
RSDS memerlukan suatu upaya peningkatan kinerja dalam insinerasi limbah B3 agar memenuhi berbagai persyaratan dari peraturan yang berlaku meliputi housekeeping dengan baik, menjaga kebersihan bangunan insinerator dan TPS limbah B3 untuk mencegah terjadinya ceceran abu, cairan yang mengandung limbah B3 dan tumpahan solar serta mengganti penutup kemasan/ tong residu abu dengan penutup yang kuat dan tidak mudah terbuka. Selain itu membersihkan kerak residu abu secara berkala untuk memaksimalkan kapasitas ruang pembakaran insinerator. Yang tidak kalah penting adalah pemantauan kualitas udara sekeliling dan kondisi arah, kecepatan angin, kelembaban, temperatur dan curah hujan setiap 1 bulan sekali serta terhadap semua parameter dalam Bapedal No. 3 (1995), serta uji emisi cerobong insinerator setiap 6 bulan sekali. RSDS juga harus memperbaiki sistem keamanan bangunan pengolahannya dengan mengganti pagar pengaman dengan bahan besi yang lebih kokoh, mengunci pagar pada waktu insinerator tidak beroperasi, menambah jumlah penerangan serta melengkapi bangunan insinerator dengan alat pendeteksi bahaya kebakaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian kinerja lingkungan menghasilkan: a. Terdapat 10 dampak lingkungan yang masih signifikan terjadi dalam insinerasi limbah B3 RSDS. b. Berdasarkan pembobotan dengan metode AHP dan prioritas dengan diagram pareto, didapatkan bahwa dengan menyelesaikan 19 jenis kinerja lingkungan dengan bobot tertinggi, dengan range antara 0,046 - 0,518, maka 80% masalah kinerja lingkungan dalam insinerasi limbah B3 dapat diatasi. 2. Upaya peningkatan kinerja insinerasi limbah B3 yang dapat dilakukan RSDS yaitu: a. Memperbesar kapasitas ruang pembakaran insinerator dengan membersihkan kerak residu abu secara berkala. b. Memodifikasi proses insinerator lama agar dapat bekerja pada suhu minimal 1100ºC dengan DRE minimal 99,99% serta memperbaiki peralatan pengendali pencemaran gas buang pada cerobong. c. Apabila memungkinkan mengganti bahan bakar insinerator dengan gas LNG atau LPG dengan fuel rasio yang sesuai untuk meningkatkan efisiensinya. d. Melengkapi bangunan pengolahan dengan alat pendeteksi bahaya kebakaran serta peringatan tanda bahaya yang dapat terlihat jelas. e. Memperbarui atau meng-update SOP pengoperasian dan pemeliharaan insinerator serta prosedur mitigasi secara periodik. f. Melakukan pelatihan bagi seluruh petugas yang menangani limbah medis B3 agar dapat secara konsisten menjalankan SOP yang disusun pihak RSDS.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Saran-saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Perlu adanya penelitian lebih lengkap dan berjangka panjang untuk mendapatkan indikator kinerja lingkungan atau KEPI yang lebih lengkap dan akurat. 2. Perlu adanya penelitian dan pengkajian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor biaya agar dapat diterapkan di RSDS. DAFTAR PUSTAKA Badiru, A. B dan Psimin Pulat, (1995), Comprehensif Project Manajement: Integrating Optimization Models. New Jersey: Manajement Principles And Computer Prentice Hall Coskun, A dan Bayyurt, N. (2008), Measurement Frequency of Performance Indicators and Satisfaction on Corporate Performance: A Survey on Manufacturing Companies, http://www.eurojournals.com/ejefas13 07.pdf Diniah, N. (2013), “Pengaruh Proper Terhadap Upaya Pengendalian Pencemara lingkungan Di Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Rivai, Kabupaten Berau”, Jurnal Beraja Niti, ISSN: 2337-4608, Vol 2, No. 9 Landrum, V. J., Barton, R. G., Neulicht, R., Turner, M., Wallace, D., dan Smith, S. (1991), Medical Waste Management and Disposal, Noyes Data Corporation, Park Ridge, New Jersey, USA McKone, T. E., dan Hammond, S. K. (2000), “Managing the Health Impacts of Waste Incineration. Lawrence Berkeley National Laboratory under the U.S. Department of Energy”, No. DE-AC03-76SF00098 with funding provided in part by the USEPA National Exposure Research Laboratory # DW89938190-01-0 Mitra, Amitava. (1993), “Fundamentals Of Quality Control And Improvement”, Second edition, New Jersey, EE. UU. 2. Mendenhall W. , Wackerly D. , Scheaffer Nasution, S. R. (2013), “Proses Hirarki Analitik Dengan Expert Choice 2000 Untuk Menentukan Fasilitas Pendidikan Yang Diinginkan Konsumen”, Jurnal Teknik FTUP, Vol 26, No. 2 Perdana, P. M. (2011), Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya, Tugas Akhir Teknik Lingkungan ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Rachmawati, S. (2010), Pengukuran Kinerja Lingkungan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) Di PT. Campina Ice Cream Industry, Tesis Manajemen Industri MMT - ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Radiana, F. (2005), Upaya Peningkatan Produktivitas dan Kinerja Lingkungan Pada Proses Retanning Dengan Metode Green Productivity, Tugas Akhir Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Saaty, T.L, (2000), Fundamental of Decision Making and Priority Theory With The Analitic Hierarchy Process. Pittsburg: RWS Publications
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Saragih, J. L. (2013), Evaluasi Fungsi Insinerator Dalam Memusnahkan :imbah B3 Di Rumah Sakit TNI Dr. Ramelan Surabaya, Tugas Akhir Teknik Lingkungan ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Visvanathan, C. (1996), “Hazardous Waste Disposal”, Resource, Conservation, and Recycling, Vol 16, Hal 201-212, Journal homepage: www.elsevier.com/locate/resourcesconservationandrecycling Yesilnacar, M. I., dan Cetin, H. (2005), “Site Selection for Hazardous Wastes: A Case Study from the GAP Area, Turkey”, Engineering Geology, Vol. 81, hal 371-388
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-15-10