EVALUASI PRIORITAS STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL JAKARTA-TANGERANG MELALUI PEMBOBOTAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Steven Roseily, Amelia Makmur Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Bina Nusantara University Jl. K H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 11480. Tlp: (021) 5350660
[email protected]
ABSTRACT Assessment of people a toll road users especially in Jakarta-Tangerang can generate priorities of SPM (minimum standard) toll road fulfillment by BUJT (Highway Enterprises). Review and field observations which are supported by secondary data may be evaluation material and assessment of SPM fulfillment as an attempt to overcome the problems on the highway. SPM scoring is done by collecting the questionnaire data and analyzed using Analytical Hierarchy Process (AHP)method with the help of a computer program Expert Choice. Analysis focused on the content of the service and the criterias in SPM. From the analysis of the data, the order of priority substances based on assessment of highway users is the traffic safety (26,88%); road conditions (21,0%); help unit, rescue, and services assistance (16,9%); mobility (16,0%), accessibility (10,7%), and average travel speed (8,5%). Based on the evaluation of recapitulation data of BPJT (Toll Road Regulator) and the review on the field found that most of the criteria in the substance of the service is 100% fulfill the SPM except street lighting (PJU), road fences, and road conditions that still need improvements because they are still not 100% fulfill the SPM yet. (SR) Keywords : priorities, SPM, highway, Analytical Hierarchy Process.
ABSTRAK Penilaian masyarakat selaku pengguna jalan tol khususnya di ruas Jakarta-Tangerang dapat menghasilkan prioritas pemenuhan SPM (standar pelayanan minimal) jalan tol yang dilakukan oleh BUJT (Badan Usaha Jalan Tol). Peninjauan dan pengamatan di lapangan didukung dengan data-data sekunder dapat menjadi bahan evaluasi dan penilaian kesesuaian pemenuhan SPM sebagai upaya mengatasi permasalahan di jalan tol. Pembobotan SPM dilakukan dengan pengambilan data kuesioner dan dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan program komputer Expert Choice. Analisis difokuskan pada setiap substansi pelayanan dan kriteria-kriterianya yang ada di dalam SPM. Dari hasil analisis data, urutan prioritas substansi pelayanan berdasarkan penilaian pengguna jalan tol adalah keselamatan lalu lintas (26,88%); kondisi jalan tol (21,0%); unit pertolongan, penyelamatan, dan bantuan pelayanan (16,9%); mobilitas (16,0%); aksesibilitas (10,7%); dan kecepatan tempuh rata-rata (8,5%). Berdasarkan hasil evaluasi dari data rekapitulasi BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) dan peninjauan di lapangan dan ditemukan bahwa sebagian besar kriteria dalam substansi pelayanan sudah 100% memenuhi SPM kecuali penerangan jalan umum (PJU), pagar rumija, dan kondisi jalan yang masih memerlukan perbaikan karena belum 100% memenuhi SPM. (SR) Kata Kunci : prioritas, SPM, jalan tol, Analytical Hierarchy Process.
PENDAHULUAN Sebagai jalur perhubungan utama antara Jakarta dengan Tangerang dan sekitarnya, jalan tol JakartaTangerang merupakan salah satu jalan tol tersibuk di samping jalan tol Jabodetabek lainnya. Dengan
1
lintas harian rata-rata (LHR) yang tinggi yaitu 294.745 kendaraan/hari, (berdasarkan data rekapitulasi BPJT, 2012), kemacetan kerap terjadi pada jam-jam sibuk di hari-hari kerja. Kondisi lalu lintas ini perlu diantisipasi oleh operator jalan tol sebagai pihak pengelola dengan memenuhi segala persyaratan aspek dan prasarana yang berkaitan dengan jalan tol agar dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan terjadinya ketidaknyamanan seperti kemacetan atau bahkan hal-hal fatal seperti kecelakaan lalu lintas. Hal ini sudah diatur di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol. Dengan demikian, pihak operator sebagai pengelola jalan tol memiliki parameter yang jelas yang harus dicapai untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol meliputi substansi pelayanan berikut : a) Kondisi Jalan Tol; b) Kecepatan Tempuh Rata-rata; c) Aksesibilitas; d) Mobilitas; e) Keselamatan Lalu Lintas; dan f) Unit Pertolongan, Penyelamatan dan Bantuan Pelayanan. Tabel 1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol NO
SUBSTANSI PELAYANAN
1
Kondisi Jalan Tol
2
Kecepatan Tempuh Rata-rata
INDIKATOR
STANDAR PELAYANAN MINIMAL CAKUPAN / LINGKUP Seluruh Ruas Jalan Tol
> 0,33 µm
Ketidakrataan
Seluruh Ruas Jalan Tol
IRI ≤ 4 m/km
Tidak ada Lubang Kecepatan Tempuh Rata-rata
Seluruh Ruas Jalan Tol Jalan Tol Dalam Kota
100% ≥1,6 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol ≥1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol ≤ 8 detik setiap kendaraan
Jalan Tol Luar Kota
3
Aksesibilitas
Kecepatan Transaksi Rata-rata
Jumlah Gardu Tol
Gerbang Tol sistem Terbuka Gerbang Tol sistem Tertutup : - Gardu masuk
≤ 11 detik setiap kendaraan
Kapasitas Sistem Terbuka
≤ 450 kendaraan per jam per Gardu
- Gardu Keluar Mobilitas
Kecepatan Penanganan Hambatan Lalu Lintas
≤ 7 detik setiap kendaraan
- Gardu Keluar
Kapasitas Sistem Tertutup : - Gardu Masuk
4
TOLOK UKUR
Kekesatan
Wilayah Pengamatan/ observasi Patroli
≤ 500 kendaraan per jam ≤ 300 kendaraan per jam 30 menit per siklus pengamatan
Mulai Informasi diterima sampai ke tempat kejadian :
≤ 30 menit
Penanganan Akibat Kendaraan Mogok
Melakukan penderekan ke Pintu Gerbang Tol terdekat/ Bengkel terdekat dengan menggunakan derek resmi (gratis)
Patroli Kendaraan Derek
30 menit per siklus pengamatan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005
2
Tabel 2 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol (lanjutan) NO 5
6
SUBSTANSI PELAYANAN Keselamatan
Unit Pertolongan/ Penyelamatan dan Bantuan Pelayanan
INDIKATOR
STANDAR PELAYANAN MINIMAL CAKUPAN / LINGKUP TOLOK UKUR
Sarana Pengaturan Lalin : · Perambuan
Kelengkapan dan Kejelasan Perintah dan Larangan serta Petunjuk
100%
· Marka Jalan
Fungsi dan Manfaat
Jumlah 100 % dan Reflektifitas ≥ 80 %
· Guide Post/ Reflektor
Fungsi dan Manfaat
Jumlah 100 % dan Reflektifitas ≥ 80 %
· Patok Kilometer
Fungsi dan Manfaat
100%
Penerangan Jalan Umum (PJU) Wilayah Perkotaan
Fungsi dan Manfaat
Lampu Menyala 100%
Pagar Rumija Penanganan Kecelakaan
Fungsi dan Manfaat Korban Kecelakaan
100% Dievakuasi gratis ke rumah sakit rujukan
Kendaraan Kecelakaan
Melakukan penderekan gratis sampai ke pool derek (masih di dalam jalan tol)
Pengamanan dan Penegakan Hukum
Ruas Jalan Tol
Ambulans
Ruas Jalan Tol
Keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam 1 Unit per 25 km atau minimum 1 unit (dilengkapi standar P3K dan Paramedis)
Kendaraan Derek
Ruas Jalan Tol : - LHR > 100.000 kend/hari - LHR < 100.000 kend/hari
Polisi Patroli Jalan Raya (PJR)
Ruas Jalan Tol : - LHR > 100.000 kend/hari
1 Unit per 5 km atau minimum 1 unit 1 Unit per 10 km atau minimum 1 unit 1 Unit per 15 km atau minimum 1 unit
- LHR < 100.000 kend/hari
1 Unit per 20 km atau minimum 1 unit
Patroli Jalan Tol (Operator)
Ruas Jalan Tol
1 Unit per 15 km atau minimum 2 unit
Kendaraan Rescue
Ruas Jalan Tol
1 Unit per ruas Jalan Tol (dilengkapi dengan peralatan penyelamatan)
Sistem Informasi
Informasi dan Komunikasi Kondisi Lalu Lintas
Setiap Gerbang masuk
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005
3
Masalah-masalah yang menjadi pendorong dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : a) peningkatan volume kendaraan khususnya pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari secara rutin mengakibatkan antrean panjang di gerbang-gerbang tol sepanjang ruas tol Jakarta-Tangerang; b) penumpukan kendaraan juga sering terjadi menjelang area peristirahatan di sepanjang ruas tol JakartaTangerang, khususnya pada jam-jam sibuk di hari kerja; c) banyaknya kendaraan bermuatan barang dengan ukuran besar yang melintasi jalan tol Jakarta-Tangerang mengakibatkan kondisi perkerasan jalan mengalami banyak kerusakan di beberapa segmen tertentu dan membahayakan pengemudi kendaraan penumpang; d) peningkatan volume kendaraan yang terjadi setiap tahun juga diiringi dengan peningkatan frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas di ruas tol Jakarta-Tangerang yang mengakibatkan kerugian mulai dari materi hingga korban jiwa; e) kondisi permukaan jalan di beberapa titik di sepanjang ruas tol tidak rata dan berlubang, prasarana keselamatan lalu lintas seperti penerangan jalan dan pagar rumija belum tersedia di beberapa segmen jalan, dan waktu transaksi di gerbang tertentu menyebabkan antrean kendaraan panjang yang menjadi dasar pertimbangan untuk mengevaluasi pemenuhan SPM oleh pihak operator/BUJT di ruas tol Jakarta-Tangerang. Penentuan urutan prioritas substansi pelayanan dilakukan dengan menganalisis data penilaian pengguna jalan tol menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode AHP ini dikembangkan oleh seorang ahli matematika, Thomas L. Saaty sejak tahun 1970. Dengan metode ini, pengambilan keputusan atas permasalahan yang kompleks akan disederhanakan dengan memecah-mecahkan masalah ke dalam bagian-bagiannya, lalu disusun menurut tingkatannya (hierarki), kemudian dinilai atau diberi bobot secara numerik (berskala) mengenai tingkat kepentingan (importance) dari setiap kriteria, sehingga diperoleh hasil berupa kriteria yang menjadi prioritas tertinggi dan memiliki pengaruh lebih besar pada kondisi tersebut. Dengan demikian, suatu keputusan (khususnya yang bersifat multikriteria dan perlu dinilai oleh banyak pihak) akan menjadi lebih efektif dengan didasari metode ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prioritas pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal) di ruas jalan tol Jakarta-Tangerang berdasarkan penilaian masyarakat selaku pengguna jalan tol yang bersangkutan dan mengevaluasi pemenuhan substansi pelayanan di lapangan (jalan tol) dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal) sebagai upaya mengatasi berbagai masalah yang terjadi di ruas tol Jakarta-Tangerang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat bagi operator dan regulator yaitu sebagai bahan evaluasi dalam memenuhi SPM jalan tol. Di sisi lain, bagi para pengguna jalan tol juga akan memberikan manfaat selain sebagai sosialisasi mengenai SPM jalan tol, juga dapat menilai dan memberikan masukan kepada pihak operator (dalam hal ini PT Jasa Marga) dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada ruas jalan tol Jakarta-Tangerang.
METODE PENELITIAN Untuk menentukan prioritas dalam pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal) jalan tol, diperlukan adanya penilaian atau pembobotan dari setiap substansi pelayanan oleh masyarakat selaku pengguna jalan tol. Hal ini dilakukan untuk memperkuat suatu penilaian berdasarkan pilihan masyarakat dengan perolehan skala tertinggi dari masing-masing aspek yang dinilai. Untuk itu, dilakukan penyebaran kuesioner kepada pengguna jalan tol, khususnya ruas tol Jakarta-Tangerang, yang berisi mengenai penilaian kriteria-kriteria dalam SPM. Responden akan menilai kriteria mana yang paling penting di setiap substansi pelayanan melalui perbandingan berpasangan (Parwise Comparison) dari setiap kriteria di dalamnya. Dari sinilah penulis akan memperoleh pembobotan SPM tertinggi berdasarkan penilaian masyarakat setelah pengolahan data secara komputerisasi menggunakan program Expert Choice yang berbasis Analytic Hierarchy Process (AHP) yaitu suatu metode pengambilan keputusan secara matematis. Setelah didapatkan hasil berupa prioritas pemenuhan SPM, maka selanjutnya dilakukan evaluasi pemenuhan SPM berdasarkan data rekapitulasi periode 2010-2012 dari BPJT dan survei ke lapangan (di ruas tol Jakarta-Tangerang) untuk meninjau secara langsung pemenuhan kriteria SPM tersebut, yakni apakah sudah sesuai dengan standar atau belum. Apabila belum, maka perlu dicarikan solusi atau saran yang tepat untuk memenuhi kriteria SPM tersebut.
HASIL DAN BAHASAN Dari hasil pengumpulan data melalui pembagian kuesioner kepada responden yakni pengguna jalan tol Jakarta-Tangerang, diperoleh 136 data yang dihimpun secara acak. Masing-masing responden mengisi kuesioner mengenai pembobotan SPM (Standar Pelayanan Minimal) jalan tol di waktu dan tempat yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan dalam menentukan responden adalah simple random sampling, yaitu menentukan responden secara acak sehingga setiap orang (populasi) memiliki peluang yang sama untuk dapat dipilih menjadi responden. Untuk menentukan kecukupan data dan tingkat kepercayaan
4
sampel, dapat menggunakan rumus Slovin berikut dengan mengacu kepada LHR tol Jakarta-Tangerang tahun 2012 yaitu 294.745 kendaraan/hari sebagai jumlah populasi :
dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan e adalah toleransi kesalahan, sehingga didapat toleransi kesalahan sebagai berikut :
e = 0,085 atau 8,5% Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, toleransi kesalahan dari jumlah sampel adalah 8,5%. Dengan demikian, tingkat kepercayaan sampel terhadap populasi (100% - e) adalah 91,5%. Hasil analisis data dan perhitungan penilaian responden mengenai SPM (standar pelayanan minimal) jalan tol Jakarta-Tangerang secara komputerisasi menggunakan program berbasis AHP Expert Choice, adalah sebagai berikut : a. Untuk penilaian substansi pelayanan yang ada di dalam SPM Jalan Tol, khususnya ruas tol JakartaTangerang, Keselamatan Lalu Lintas dinilai sebagai prioritas tertinggi yang harus dipenuhi dengan nilai 26,8%; prioritas kedua adalah Kondisi Jalan Tol dengan nilai 21,0%; prioritas ketiga adalah Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan dengan nilai 16,9%; prioritas berikutnya adalah Mobilitas dengan 16,0%; Aksesibilitas dengan 10,7%; dan yang terakhir adalah Kecepatan Tempuh Rata-rata dengan nilai 8,5%. Seluruh penilaian memiliki tingkat inkonsistensi sebesar 0,00613 atau 0,613% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty). Dengan demikian, hasil penilaian tersebut dikatakan valid dan dapat diterima. Hasil perhitungan disajikan dalam diagram pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Diagram Prioritas Substansi Pelayanan SPM (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) b. Pada substansi pelayanan Kondisi Jalan Tol, kriteria dengan prioritas tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah Tidak Ada Lubang dengan nilai 59,4%; prioritas kedua adalah Kekesatan dengan nilai 21,0%; dan yang terakhir adalah Ketidakrataan dengan nilai 19,7%.Tingkat inkonsistensi dari penilaian pada kriteria ini adalah 0,00376 atau 0,376% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty) sehingga dikatakan valid dan dapat diterima. Penyajian hasil perhitungan di atas terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Diagram Prioritas Kriteria Kondisi Jalan Tol (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) c. Kriteria pada substansi pelayanan Kecepatan Tempuh Rata-rata yang memiliki prioritas tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah Kecepatan Tempuh Luar Kota dengan nilai 65,2% sedangkan Kecepatan Tempuh Dalam Kota dengan nilai 34,8%. Tingkat inkonsistensi dari penilaian ini adalah 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Hasil perhitungan di atas disajikan pada Gambar 3.
5
Gambar 3 Diagram Prioritas Kriteria Kecepatan Tempuh Rata-rata (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) d. Pada substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas, kriteria Penanganan Kecelakaan dinilai memiliki prioritas tertinggi dengan nilai 28,9%; prioritas kedua adalah Penerangan Jalan Umum dengan nilai 21,5%; prioritas ketiga adalah Sarana Pengaturan Lalu Lintas dengan nilai 19,5%; Pagar Rumija serta Pengamanan dan Penegakan Hukum di peringkat terakhir dengan nilai masing-masing 15,3% dan 14,8%. Hasil penilaian ini memiliki tingkat inkonsistensi sebesar 0,00193 atau 0,193% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty). Dengan demikian, hasil penilaian tersebut dikatakan valid dan dapat diterima. Penyajiannya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram Prioritas Kriteria Keselamatan Lalu Lintas (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) e. Penilaian sub kriteria dari kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas pada substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas, Marka Jalan dinilai memiliki prioritas tertinggi dengan nilai 30,9%; Perambuan dinilai sebagai prioritas kedua dengan nilai 28,4%; Patok km sebagai prioritas ketiga dengan nilai 21,6%; dan terakhir Guide Post/Reflektor dengan nilai 19,0%. Inkonsistensi dalam penilaian ini sebesar 0,00184 atau 0,184% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty), sehingga perhitungan dikatakan valid dan dapat diterima. Hasil perhitungan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Diagram Prioritas Sub Kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) f. Untuk sub kriteria dari kriteria Penanganan Kecelakaan, prioritas tertinggi menurut penilaian responden adalah Korban Kecelakaan dengan nilai 80,9% sedangkan Kendaraan Kecelakaan dengan nilai 19,1 %. Penilaian sub kriteria ini memiliki tingkat inkonsistensi 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Penyajian hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Diagram Prioritas Sub Kriteria Penanganan Kecelakaan (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice)
6
g. Pada substansi pelayanan Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan, prioritas tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah Sistem Informasi Kondisi Lalu Lintas dengan nilai 22,7%; prioritas kedua adalah Ambulans dengan nilai 19,7%; prioritas ketiga adalah Kendaraan Derek dengan nilai 18,4 %; prioritas keempat adalah Kendaraan Rescue dengan nilai 17,2%; prioritas berikutnya adalah Patroli Jalan Raya dengan nilai 12,1%; dan terakhir Patroli Jalan Tol dengan nilai 9,9%. Tingkat inkonsistensi dari penilaian ini adalah 0,00439 atau 0,439% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty). Dengan demikian, penilaian tersebut dikatakan valid dan dapat diterima. Hasil penilaian disajikan dalam diagram pada Gambar 7.
Gambar 7 Diagram Prioritas Kriteria Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) h. Penilaian sub kriteria dari kriteria Kendaraan Derek pada substansi pelayanan Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan, LHR<100.000 kendaraan/hari memiliki prioritas tertinggi dengan nilai 55,9% sedangkan LHR>100.000 kendaraan/hari dengan nilai 44,1%. Tingkat inkonsistensi dalam penilaian ini sebesar 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Hasilnya disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Diagram Prioritas Sub Kriteria Kendaraan Derek (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) i. Untuk sub kriteria dari kriteria Patroli Jalan Raya, responden menilai LHR<100.000 kendaraan/hari sebagai prioritas tertinggi dengan nilai 52,4% sedangkan LHR>100.000 kendaraan/hari dengan nilai 47,6%. Inkonsistensi dalam penilaian ini sebesar 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Penyajian hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Diagram Prioritas Sub Kriteria Patroli Jalan Raya (Sumber : Hasil Keluaran Program Expert Choice) Di dalam substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas terdapat 5 (lima) kriteria yaitu Sarana Pengaturan Lalu Lintas, Penerangan Jalan Umum Wilayah Perkotaan, Pagar Rumija, Penanganan Kecelakaan, serta Pengamanan dan Penegakan Hukum. Hasil evaluasi dan peninjauan terhadap masing-masing kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a. Pada kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas, terdapat 4 (empat) unsur penting yang menjadi acuan untuk dinilai atau dievaluasi, yaitu Perambuan, Marka Jalan, Guide Post/Reflektor, dan Patok km. Berdasarkan hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT, seluruh elemen dalam kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas ini sudah 100% memenuhi SPM seperti ditampilkan pada Tabel 3 berikut.
7
Tabel 3 Rekapitulasi Pemenuhan SPM Kriteria Sarana Pengaturan Lalin Keselamatan Lalu Lintas Sarana Pengaturan Lalin Tahun Semester Marka Guide Post/ Perambuan Patok km Jalan Reflektor (%) (%) (%) (%) 1 100 100 100 100 2010 2 100 100 100 100 1 100 100 100 100 2011 2 100 100 100 100 1 100 100 100 100 2012 2 100 100 100 100 Sumber : Data Rekapitulasi BPJT Kriteria lainnya yang ada di dalam substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas yakni Penerangan Jalan Umum, Pagar Rumija, Penanganan Kecelakaan, serta Pengamanan dan Penegakan Hukum. Hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT menilai keseluruhan kriteria ini sudah 100% memenuhi SPM dalam 3 tahun terakhir, kecuali Pagar Rumija yang di semester pertama tahun 2010 masih belum 100% memenuhi. Data tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Rekapitulasi Pemenuhan SPM Substansi Keselamatan Lalu Lintas Keselamatan Lalu Lintas
Tahun
Semester
PJU (%)
Pagar Rumija (%)
Korban Kecelakaan (%)
Kendaraan Kecelakaan (%)
Pengamanan dan Penegakan Hukum (%)
Penanganan Kecelakaan
1 2
100 100
80 100
100 100
100 100
100 100
1
100
100
100
100
100
2
100
100
100
100
100
1
100
100
100
100
100
2 100 Sumber : Data Rekapitulasi BPJT
100
100
100
100
2010 2011 2012
b. Di dalam substansi pelayanan Kondisi Jalan Tol terdapat 3 (tiga) kriteria yaitu Kekesatan, Ketidakrataan, dan Tidak Ada Lubang. Berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM di jalan tol Jakarta-Tangerang dari BPJT, didapat hasil yaitu Kekesatan jalan dari tahun 2010-2012 sudah berada pada tingkat yang sesuai dengan yang disyaratkan di dalam SPM yaitu di atas 0,33 µm. Pencapaian Kekesatan jalan dari periode 2010 hingga 2012 dapat dilihat di grafik pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10 Grafik Pencapaian Kekesatan Jalan Periode 2010-2012 (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT)
8
Pencapaian Ketidakrataan jalan dari periode 2010 hingga 2012 sudah sesuai dengan yang disyaratkan SPM yaitu memiliki nilai IRI < 4 m/km. Hasil rekapitulasi data pemenuhan Ketidakrataan jalan tersebut disajikan dalam grafik pada Gambar 11 berikut.
Gambar 11 Grafik Pencapaian Ketidakrataan Jalan Periode 2010-2012 (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT) Ketidakadaan lubang di sepanjang ruas tol Jakarta-Tangerang mengalami progress dari periode 2010 hingga 2012 dan dinilai sudah mencapai 100% sesuai SPM. Hasil rekapitulasi data pemenuhan Ketidakadaan lubang tersebut disajikan dalam grafik pada Gambar 12 berikut.
Gambar 12 Grafik Pencapaian Tidak Ada Lubang Periode 2010-2012 (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT) c. Pemenuhan SPM dalam kriteria Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan di jalan tol Jakarta-Tangerang dengan panjang jalan 33 km dan LHR > 100.000 kendaraan/hari berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT dapat dilihat pada grafik pada Gambar 13 berikut.
Gambar 13 Grafik Pencapaian Jumlah Unit Pertolongan (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT)
9
d. Mobilitas atau kecepatan penanganan hambatan lalu lintas di jalan tol Jakarta-Tangerang memiliki 4 (empat) kriteria berdasarkan SPM, yaitu wilayah pengamatan/observasi patroli, waktu antara informasi mulai diterima sampai ke tempat kejadian, penanganan akibat kendaraan mogok, dan patroli kendaraan derek. Pemenuhan setiap kriteria di atas berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT dalam periode 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 14 Rekapitulasi Pemenuhan SPM Substansi Pelayanan Mobilitas Mobilitas
1
100
Mulai Informasi Diterima sampai TKP (%) 100
100
100
2
100
100
100
100
1
100
100
100
100
2
100
100
100
100
1 100 2012 2 100 Sumber : Data Rekapitulasi BPJT
100 100
100 100
100 100
Tahun
2010 2011
Semester
Wilayah Pengamatan (%)
Penanganan Kendaraan Mogok (%)
Patroli Derek (%)
e. Pada substansi pelayanan Aksesibilitas, ada 2 (dua) indikator yang dinilai yaitu kecepatan transaksi rata-rata di gerbang tol dan kapasitas kendaraan di setiap gardu tol. Dari data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM yang dilaporkan oleh BPJT, pemenuhan tingkat Aksesibilitas di jalan tol Jakarta Tangerang diuraikan dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 14 Grafik Pencapaian Kecepatan Transaksi Rata-rata (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT)
Gambar 15 Grafik Pencapaian Jumlah/Kapasitas Gardu (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT)
10
f. Berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM ruas tol Jakarta-Tangerang dari BPJT, kecepatan tempuh rata-rata sudah sesuai dengan SPM yang mensyaratkan kecepatan tempuh rata-rata untuk jalan tol luar kota harus lebih besar atau sama dengan 1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata jalan non tol. Pencapaian selama periode 2010-2012 dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 16 berikut.
Gambar 16 Grafik Pencapaian Kecepatan Tempuh Rata-rata (Sumber : Rekapitulasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari BPJT)
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai pembobotan SPM (standar pelayanan minimal) jalan tol di ruas tol Jakarta-Tangerang dan peninjauan di lapangan terkait pemenuhan SPM oleh BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) yakni PT Jasa Marga (Persero), didapatkan hasil dan kesimpulan sebagai berikut : a. Urutan prioritas pemenuhan substansi pelayanan SPM dari yang tertinggi sampai terendah menurut penilaian responden adalah : Keselamatan Lalu Lintas (26,88%); Kondisi Jalan Tol (21,0%); Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan (16,9%); Mobilitas (16,0%); Aksesibilitas (10,7%); dan Kecepatan Tempuh Rata-rata (8,5%). b. Sebagai prioritas pemenuhan SPM menurut penilaian pengguna jalan tol, pada substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas, kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas yang meliputi Perambuan, Marka Jalan, Guide Post/Reflektor, dan Patok km dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT periode 2010-2012. Namun, berdasarkan peninjauan di lapangan, kriteria Penerangan Jalan Umum (PJU) dinilai masih belum 100% memenuhi SPM karena ada beberapa segmen yang tidak memiliki PJU, seperti di kilometer 8 dan 14. Selain itu kriteria Pagar Rumija juga dinilai masih belum 100% memenuhi SPM karena di beberapa segmen masih belum tersedia. Kriteria lainnya yaitu Penanganan Kecelakaan, dan Pengamanan dan Penegakan Hukum dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT. Pada substansi pelayanan Kondisi Jalan Tol, kriteria Kekesatan, Ketidakrataan, dan Tidak Ada Lubang dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT periode 2010-2012. Meskipun demikian, dari hasil peninjauan di lapangan, ada beberapa titik tertentu di permukaan jalan sepanjang russ tol Jakarta-Tangerang yang masih terdapat lubang dan tidak rata. Substansi pelayanan lainnya sesuai urutan prioritas yaitu Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan, Mobilitas, Aksesibilitas, Kecepatan Tempuh Rata-rata dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT dan berdasarkan hasil peninjauan di lapangan. Dari uraian hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan BUJT atau operator ruas tol Jakarta-Tangerang (PT Jasa Marga) sudah memenuhi persyaratan dan menunjukkan progress dalam perbaikan dan pemeliharaan setiap substansi pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) jalan tol dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir yaitu 2010-2012. Pencapaian dari beberapa kriteria sudah dilakukan sesuai standar walaupun ada beberapa kriteria lainnya yang dinilai masih belum 100% memenuhi SPM, yaitu PJU, Pagar Rumija, Ketidakrataan, dan Tidak Ada Lubang. Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat pengguna jalan tol agar mereka dapat memahami setiap prosedur pelayanan dan mendukung pencapaian pemenuhan SPM yang dilakukan oleh BUJT melalui penilaian pengguna jalan tersebut. Selain itu, penilaian pengguna jalan tol dapat menjadi acuan evaluasi untuk pengembangan jalan tol di waktu mendatang.
11
Di masa mendatang, penelitian ini dapat dikembangkan dengan melakukan survei secara rutin atau berkala yaitu setiap bulan untuk memantau setiap aktivitas dari masing-masing substansi pelayanan yang ada di dalam SPM sehingga progress yang dilakukan dapat lebih terlihat. Selain itu, dengan survei berkala dapat mengetahui permasalahan-permasalahan di jalan tol secara lebih terperinci untuk mengetahui substansi pelayanan mana yang memiliki pengaruh besar terhadap permasalahan tersebut. Dengan demikian, solusi yang sesuai akan lebih mudah diputuskan dan tepat sasaran. Penelitian ini juga dapat dikembangkan lagi dengan mengadakan penilaian terhadap pemenuhan SPM di seluruh jalan tol di Indonesia. Penilaian ini akan lebih mewakilkan prioritas pemenuhan SPM secara global sehingga kinerja operator dari masing-masing jalan tol dapat lebih dikonsentrasikan pada substansi pelayanan yang memiliki bobot lebih tinggi. Dengan demikian, pencapaian untuk memenuhi SPM dapat lebih efektif dan efisien. Dari hasil penilaian masyarakat tersebut dapat dijadikan acuan dalam menyusun urutan peringkat jalan tol terbaik berdasarkan pemenuhan substansi pelayanan di dalam SPM. Ini bermanfaat bagi BPJT untuk menindak operator yang tidak memenuhi SPM dalam pelayanannya serta bagi para BUJT agar terus meningkatkan kualitas pelayanan mereka demi terciptanya kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas di jalan tol.
REFERENSI Haas, R. dan Meixner, O. (2004). An Illustrated Guide to the Analytic Hierarchy Process. Vienna : University of Natural Resources and Applied Life Sciences. Kastowo, B. (2008). Penentuan Bobot Pada Metode Seleksi Calon Perawat di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Jakarta : IT Telkom. Marimin (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Grasindo. Menteri Pekerjaan Umum. (2005). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 Tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol. Jakarta : Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol. Jakarta. PT Citra Murni Semesta. (2011). Laporan Akhir Monitoring Pengusahaan Jalan Tol Operasi. Jakarta : PT Citra Murni Semesta. Saaty, Thomas L. (1990). European Journal of Operational Research 48 : How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process. North Holland : Elsevier Science Publishers B.V., p9-26 Saaty, Thomas L., dan Luis G. Yargas. (1994). “Decision Making in Economic, Political, Social, Technological Environments”, The Analytical Hierarchy Process Vol. VII 1st Edition. Pittsburgh : RWS Publications, p.9. Saptadi, T. S. (2007). MEDIATEK, Jurnal Teknik Elektro, Informatika, Mesin dan Sipil Vol. 2, No. 1, Nov. 2007 : Expert Choice Sebagai Software Pendukung Pengambilan Keputusan. Makassar : Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar. p35-46. Stephanie, Ellen (2011). “Slovin’s Formula Sampling Techniques”. New York : Houghton-Mifflin.
RIWAYAT PENULIS Steven Roseily lahir di kota Jakarta pada 4 Januari 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada tahun 2013.
12