PRINSIP BAGI HASIL SEBAGAI ALTERNATIF MENJAGA KEPERCAYAAN NASABAH DI BMI CAPEM MAGELANG
TUGAS AKHIR
Oleh : MUHAMAD FAOZAN NIM : 20109018
JURUSAN SYARIAH DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
PRINSIP BAGI HASIL SEBAGAI ALTERNATIF MENJAGA KEPERCAYAAN NASABAH DI BMI CAPEM MAGELANG TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah pada Program Studi Perbankan Syariah
Oleh : MUHAMAD FAOZAN NIM : 20109018
JURUSAN SYARIAH DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
MOTTO öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# āχÎ) Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. (Q. S. Ar-Rad: 11) Tuhan tidak mungkin menciptakan dua orang yang sama di dunia ini, untuk itu “Be Your Self” Self”
çµ÷Ρà$©! ÏΒ ÅV÷σãƒuρ $yγøÏè≈ŸÒムZπuΖ|¡ym à7s? βÎ)uρ ( ;六sŒ tΑ$s)÷WÏΒ ãΝÎ=ôàtƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ) $VϑŠÏàtã #ô_r& “Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (Q. S. An-Nisa’: 40)
$VϑŠÏm§‘ #Y‘θàxî ©!$# ωÉftƒ ©!$# ÌÏøótGó¡o„ ¢ΟèO …çµ|¡øtΡ öΝÎ=ôàtƒ ÷ρr& #¹þθß™ ö≅yϑ÷ètƒ tΒuρ “dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q. S. An-Nisa’: 110)
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada: Ayahanda H. Nahrowi dan Ibunda Hj. Roti’ah tercinta yang
telah
memberikan
segala cinta, baik materiil maupun spirituil, doa serta segala cucuran keringatnya tanpa pamrih, maaf anak mu
hanya
mampu
memberikan ini, yang jelas tak
sebanding
dengan
segala pengorbanan kalian Almamater STAIN Salatiga Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia.
dan
Rakyat
ABSTRAK
Muhamad Faozan. 20109018. Prinsip Bagi Hasil Sebagai Alternatif Menjaga Kepercayaan Nasabah Di BMI Capem Magelang. Jurusan Syariah DIII Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prinsip bagi hasil dalam akad mudharabah pada produk penyimpanan dana di BMI Capem Magelang yang digunakan sebagai alternatif menjaga kepercayaan nasabah, mengingat penentuan imbalan di BMI Capem Magelang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan penelitian pustaka. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengapa prinsip bagi hasil di BMI Capem Magelang dapat dijadikan alternatif menjaga kepercayaan nasabah dan bagaimana sistem perhitungan bagi hasil pada produk penyimpanan dana di BMI Capem Magelang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia baik kantor pusat maupun KCP Magelang didasarkan pada konsep keadilan, kenyamanan, kejujuran, transparasi, bisnis halal dan baik (halalan Thoyyiban) dan terjaga unsur-unsur kesyari’ahannya.BMI Capem Magelang memberikan keuntungan kepada nasabah menggunakan metode revenue sharing (pendapatan berbagi). Dalam metode ini jumlah keuntungan yang dibagikan adalah pendapatan yang diperoleh BMI Capem Magelang setiap bulannya, bukan jumlah keuntungannya (laba). Kata kunci : bagi hasil, kepercayaan, mudharabah.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, tidak lupa sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita semua kepada jalan terang. Hanya berkat rahmat dan izin Allah SWT sajalah akhirnya, penulis dapat menyelesaikan tugas dalam rangka penyusunan tugas akhir yang berjudul: “PRINSIP
BAGI
HASIL
SEBAGAI
ALTERNATIF
MENJAGA
KEPERCAYAAN NASABAH DI BMI CAPEM MAGELANG”. Penulisan tugas akhir ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah pada Program Studi Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan tugas akhir ini tentunya penulis banyak menemukan kesulitan baik karena literatur, wawasan dan pengalaman. Akan tetapi dengan usaha yang tidak pernah putus asa, akhirnya meskipun jauh dari kesempurnaan tersusun jualah karya tulis berupa tugas akhir ini, dan dengan harapan semoga apa yang terkandung di dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dalam kesempatan ini dengan tulus ikhlas penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Kampus tercinta ini. 2. Ketua jurusan syariah Drs. H. Mubasirun, M.Ag. 3. Bapak Abdul Aziz NP, M. M., selaku Kaprogdi Perbankan Syariah STAIN Salatiga. 4. Bapak Drs. H. Alfred L. M. Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, saran dan ilmu serta semangat yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Progdi DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmu serta mendidik penulis selama kuliah. 6. Kedua orang tuaku, yang telah memberikan segalanya untukku. 7. Teman-teman almamaterku angakatan 2009, teman-teman KSEI STAIN Salatiga, teman-teman kost (Bu Siti),yang telah memberikan semangat sampai selesainya tugas akhir ini, Sri Wahyuni, Lucky Armeliyanti dan Sri Murdianingsih, yang telah memberi warna bagi penulis selama kuliah. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang telah memberikan bantuan selama penulisan tugas akhir ini. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas akhir ini, namun mengingat segala keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta literatur yang diperoleh, maka segala kritik saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dengan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, semoga segala sumbangsih dan kebaikan hati para pihak yang telah membantu penulis menjadikan amal sholeh baginya dan dapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amin ya robbal alamin. Wassalamuallaikum. Wr. Wb. Salatiga, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................. v PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 3 D. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 4 E. Metode Penelitian ....................................................................................... 7 F. Penegasan Istilah ........................................................................................ 8 G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11 BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Bank ....................................................................................... 13 1. Bank Secara Umum ............................................................................ 13 2. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah ..................................................... 13 B. Bank Syariah ............................................................................................ 13 1. Sejarah Bank Syariah ......................................................................... 14 2. Produk-Produk Bank Syariah ............................................................. 16
3. Perbedaan Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional............ 23 C. Alasan Penggunaan Prinsip Bagi Hasil oleh Bank ................................... 25 1. Prinsip Bagi Hasil ............................................................................... 26 2. Bunga dan Riba .................................................................................. 27 3. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil ........................................... 28 BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum ..................................................................................... 30 1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Capem Magelang ..... 30 2. Visi dan Misi Bank Muamalat Capem Magelang .............................. 31 3. Struktur organisasi Bank Muamalat Capem Magelang ...................... 32 4. Produk-produk BMI Bank Muamalat Capem Magelang .................... 37 B. Data Deskriptif ......................................................................................... 47 BAB IV ANALISA A. Pembahasan .............................................................................................. 49 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 61 B. Saran-saran ............................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR WAWANCARA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional ....................... 25 Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ........................................................ 29 Tabel 2.3 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ........................................................ 29 Tabel 3.1 Pertumbuhan Jumlah Nasabah ............................................................. 48 Tabel 4.1 Informasi Nisbah Produk Bank Muamalat Indonesia ........................... 52
DAFTAR GAMBAR
Struktur Organisaai BMI Capem Magelang ........................................................ 32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir, 2001: 11). Eksistensi lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam manjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi disektor riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan dalam konteks how to make money effective and efficient to increase economic value (bagaimana cara mencari uang yang efisien dan efektif untuk meningkatkan nilai ekonomi) (Muhammad, 2002: 1). Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank syariah adalah bank yang dalam ativitasnya baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan menggunakan imbalan atas dasar prinsip syari’ah yaitu jual beli dan bagi hasil. Bank berdasar prinsip syari’ah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak, seperti yang dijalankan oleh bank konvensional. Karena dalam hukum Islam bunga adalah riba dan diharamkan. Oleh karena itu, penentuan imbalan
1
terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam. Salah satu aktivitas perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat. Maksudnya, mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan dan deposito berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa dan sistem syariah yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak perbankan
harus memberikan rangsangan dan
kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk mananamkan dananya (Kasmir, 2008:26). BMI Capem Magelang merupakan salah satu lembaga keuangan yang beroperasi dengan prinsip syari’ah tanpa menggunakan unsur riba di dalamnya. Semua transaksi yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah dan aturan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Prinsip utama BMI Capem Magelang sebagai bank syariah salah satunya ada pada tata cara
atau ketentuan
pemberian imbalan yang dilakukan dengan menerapkan sistem bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima oleh nasabah akan berbeda-
2
beda setiap bulannya tergantung dari pendapatan hasil investasi yang dilakukan bank pada bulan yang bersangkutan. Berdasarkan dari uraian diatas, maka dalam penulisan tugas akhir ini penulis mengambil judul “Prinsip Bagi Hasil Sebagai Alternatif Menjaga Kepercayaan Nasabah Di BMI Capem Magelang”. Penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang prinsip-prinsip bagi hasil yang diterapkan di BMI Capem Magelang untuk dijadikan sebagai alternatif menjaga kepercayaan nasabah. B. Perumusan Masalah 1. Mengapa prinsip bagi hasil di BMI Capem Magelang dapat dijadikan alternatif menjaga kepercayaan nasabah? 2. Bagaimana sistem perhitungan bagi hasil pada produk penyimpanan dana di BMI Capem Magelang ? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Untuk mengetahui prinsip bagi hasil di BMI Capem Magelang untuk dijadikan alternatif menjaga kepercayaan nasabah. 2. Untuk mengetahui sistem perhitungan bagi hasil pada produk penyimpanan dana di BMI Capem Magelang. Selain memiliki tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas, penulis juga mempunyai kegunaan dalam penulisan tugas akhir ini baik bagi penulis, perguruan tinggi, maupun bagi BMI Capem Magelang. Kegunaannya antara lain sebagai berikut:
3
1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat di bangku kuliah. 2. Bagi STAIN Salatiga a. Memperkenalkan STAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya Program Studi Perbankan Syariah. b. Sebagai tambahan referensi bacaaan serta informasi khususnya bagi mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Perbankan Syariah. 3. Bagi BMI Capem Magelang Sebagai masukan dan pedoman yang dapat dijadikan pengetahuan untuk mengetahui alasan personality nasabah menjadi nasabah. D. Penelitian Terdahulu Peneliti telah berupaya melakukan penelusuran pustaka yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan yang hampir memiliki kesamaan pada penelitian ini. Hal tersebut dimaksudkan agar fokus penelitian tidak dan bukan merupakan pengulangan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti lebih mendalam dan lebih efektif. Selain itu penelusuran pustaka juga bermanfaat untuk membangun kerangka teoritik yang mendasari kerangka pemikiran penelitian ini. Penelitian yang telah peneliti temukan antara lain : Tesis karya Rastono, yang berjudul “Penerapan Prinsip Bagi Hasil Dalam Pembiayaan Terhadap Nasabah Bank Syariah”. Penelitian yang telah
4
dilakukan di Bank Syariah menemukan bahwa prinsip hasil terdiri dari prinsip mudharabah dan prinsip musyarakah. Penerapan pembiayaan berdasarkan bagi hasil terdiri dari pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Hambatan yuridis dan penyelesaian dalam menerapkan prinsip bagi hasil adalah, masalah sumber daya manusia insani dan standar fatwa. Skema pembiayaan bagi hasil juga memiliki kelemahan dalam penerapannya, terutama berkaitan dengan besarnya resiko yang meliput resiko pembiayaan, resiko pasar dan resiko operasional. Kendala penerapan pembiayaan ini terutama berkaitan dengan masalah keagenan yaitu asimetrie information, moral hajar dan adverse selection (seleksi yang merugikan). Dalam prakteknya kendalakendala ini dengan penerapan incentive-compatible constraint. Slamet Margono dalam tesisnya yang berjudul “Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil pada Bank Syariah (Tinjauan Umum pada BTN Syariah Cabang Semarang)”, Dari penelitian yang dilakukan pada BTN Syariah Cabang Semarang ditemukan fakta di lapangan dapat diuraikan dalam pembahasan yang dapat disimpulkan antara lain bahwa sistem bagi hasil terdiri dari almudharabah dan al-musyarokah. Hambatan dalam pelaksanaan sistem bagi hasil tersebut adalah bahwa sebagian umat Islam belum mempunyai persepsi dan komitmen sebagai calon nasabah yang benar dan kuat. Hal ini disebabkan karena baru adanya peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum bank syariah serta kurangnya sosialisasi tentang perbankan syariah. Oleh karena itu untuk memberikan jawaban atas permasalahan tersebut maka diperlukan adanya peningkatan kesadaran, pemahaman umat Islam, perlunya peraturan
5
perundang undangan sebagai dasar hukum bank syariah serta harus ditingkatkan sosialisasi, publikasi dan advertensi kepada masyarakat melalui berbagai media. Astri Dhiah Maharani dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepercayaan Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Bank Mega Semarang”, menyimpulkan bahwa, kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan. Objek dalam penelitian ini ialah nasabah Bank Mega Semarang. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan uji reliabilitas, uji validitas, uji asumsi klasik (yang terdiri dari uji multikoliniearitas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas), analisis regresi linier berganda, uji Goodness of Fit (yang terdiri dari koefisien determinasi, uji F dan uji t). Sedangkan analisis kualitatif diperoleh dari intepretasi para responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan memiliki pengaruh yang positif terhadap loyalitas pelanggan. Perbedaan mendasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya adalah, peneliti melakukan penelitian dibidang ekonomi Islam khususnya bidang perbankan syariah. Aspek lain yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis biasa di lihat disisi variabel yang diambil dalam penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Rastono, menitik beratkan pada variabel syariah dan penerapan prinsip bagi hasil pada produk mudharabah dan musyarakah. Adapun
6
penelitian yang dilakukan oleh Slamet Margono mengambil variabel persepsi dan komitmen sebagai calon nasabah yang benar dan kuat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astri Dhiah Maharani mengacu pada variabel kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berpusat pada prinsip bagi hasil yang dijadikan sebagai alternatif menjaga kepercayaan nasabah dan penetapan nisbah bagi hasil. Adapun penelitian yang dilakukan berlokasi di Bank Muamalat cabang pembantu Magelang. E. Metode Penelitian 1. Sumber data a. Wawancara: mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak manajer dan karyawan Bank Muamalat Capem Magelang, atau pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Observasi: pengumpulan data dengan cara mengadakan peninjauan dan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. c. Telaah pustaka: data-data yang dikumpulkan untuk memperkuat dan melengkapi data serta informasi yang diperoleh dengan mempelajari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data yang akan diteliti. 2. Data-data yang diperlukan Data-data yang diperlukan berupa data primer yaitu gambaran tentang aplikasi prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah yang terlihat pada akad-akad muamalat syariah yang diterapkan.
7
F. Penegasan Istilah 1. Prinsip Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari'ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari'ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Sistem bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari'ah terbagi menjadi dua sistem, yaitu; (a). Profit Sharing yaitu sistem bagi hasil yang didasarkan pada hasil bersih dari pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha, setelah dilakukan pengurangan-pengurangan atas beban biaya selama proses usaha tersebut. (b). Revenue Sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Di dalam perbankan syari'ah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem
8
revenue sharing. Bank syari'ah dapat berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika bank berperan sebagai pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika bank berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak nasabah pengelola dana. 2. Kepercayaan Kepercayaan merupakan hal yang penting karena membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. Kunci yang sangat penting dalam membangun kepercayaan yang tinggi dalam organisasi adalah pencapaian hasil, bertindak dengan integritas, dan pendemonstrasian perhatian. Definisi atau pengertian kepercayaan menurut pendapat para ahli atau pakar, antara lain : (1) Das dan Teng (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah ubah dan beresiko. (2) Rousseau et al, (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayaan sebagai bagian psikologis yang terdiri dari keadaan pasrah untuk menerima kekurangan berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku orang lain. (3) Mayer (1995) memberikan definisi kepercayaan dalam definisi yang lain dinyatakan sebagai keinginan suatu pihak untuk menjadi
pasrah/menerima
tindakan
9
dari
pihak
lain
berdasarkan
pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan sesuatu tindakan tertentu yang penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan memonitor atau mengendalikan pihak lain. (4) Doney et.al. (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayan sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama. Sumber:
http://id.shvoong.com/business-management/human-
resources/2184805-pengertian-kepercayaan-trust/#ixzz1yrHBXz3Q 3. Nasabah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008
tentang
Perbankan
Syariah,
nasabah
adalah
pihak
yang
menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah. Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2225846pengertian-dan-klasifikasi-nasabah/#ixzz25qbcKeXU
10
G. Sistematika Penulisan Supaya memudahkan dalam memperoleh dan mendapatkan suatu gambaran yang sederhana secara menyeluruh mengenai Prinsip Bagi Hasil Suatu Alternatif Menjaga Akuntabilitas Laporan Keuangan Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang, maka penulis terlebih dahulu
membuat
sistematika
penulisan
yang
dimaksudkan
untuk
mempermudah pembahasan sehingga hasil yang diinginkan tercapai dengan jelas. Adapun sistematika penulisan ini meliputi: Bab I
:
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka serta sistematika penulisan.
Bab II
:
LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang kerangka teoritik mengenai Prinsip Bagi Hasil Suatu Alternatif Menjaga Akuntabilitas Laporan Keuangan Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang.
Bab III :
LAPORAN OBYEK PENELITIAN Bab ini berisi tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi dan produk-produk yang terdapat pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang.
Bab IV :
PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang karakteristik BMI Capem Magelang, syaratsyarat transaksi yang sesuai syariah dan pembahasan.
11
BabV
:
PENUTUP Bab ini berisi tentng informasi tantang hasil penelitian yang mencakup kesimpulan dan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi lembaga keuangan pada umumnya dan Bank Muamalat Capem Magelang pada khususnya, termasuk pihak lain termasuk mahasiswa.
12
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank 1. Bank Secara Umum Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksuddengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”(Kasmir, 2008:25) 2. Bank Berdasarkan Prinsip Syari’ah Bank syariah adalah bank yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan jasa perbankan, dengan teknik perbankan yang dilakukan terjauh dari yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bank Syari’ah atau bank bagi hasil merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam. Di dalam operasinya bank syari’ah mengikuti aturan al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. Sesuai dengan perintah dan larangan syari’ah, maka praktik-praktik yang mengandung unsur riba dihindari (Muhammad, 2005: 13) B. Bank Syari’ah Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
13
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (Heri Sudarsono, 2003:17). Zainul Arifin (2003:35), dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah menyatakan bahwa bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. 1. Sejarah Bank Syari’ah Pembentukan bank konvensional yang pertama beroperasi di Venesia yaitu Banco della Pizza di Rialto (1587) dianggap sebagai titik awal berkembangnya perbankan modern, walaupun pada prakteknya telah dilaksanakan sejak 900 tahun sebelumnya, maka pendirian sebuah Local Saving Bank yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit Shamir di tepi Sungai Nil Mesir, pada tahun 1960-an oleh Dr. Abdul Hamid An Naggar telah menjadi tonggak berdirinya lembaga perbankan Islam modern pertama di dunia. Meski beberapa tahun kemudian ditutup karena masalah manajemen, bank lokal ini telah mengilhami diadakannya Konfrensi Ekonomi Islam pertama di Makkah pada tahun 1975. Sebagai tindak lanjut rekomendasi dari konfrensi tersebut, dua tahun kemudian lahirlah Islamic Development Bank (IDB) yang kemudian diikuti pembentukan lembagalembaga keuangan Islam di berbagai negara. Upaya insentif pendirian bank Islam di Indonesia sendiri dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan
14
Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia. Pada waktu itu, para ulama telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk, kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundangundangan yang ada, bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0% (nol persen). Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan Perbankan di Cisarva (Bogor) pada 19-22 Agustus 1990, yang kemudian diikuti dengan munculnya Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, dimana perbankan bagi hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat syari’ah (BPRS). Namun, karena lembaga ini masih dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Pada tahun 1998, muncul Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, maka secara tegas sistem perbankan syari’ah ditempatkan sebagai bagian dari Sistem Perbankan Nasional. Undang-Undang tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999. Hal yang sangat penting dari
15
peraturan baru itu adalah bahwa bank-bank umum dan bank-bank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan transaksi perbankan syari’ah melalui pembukaan kantor-kantor cabang syari’ah, atau mengkonversikan kantor cabang konvensional menjadi kantor cabang syari’ah. Perangkat hukum itu diharapkan telah memberi dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan perbankan syari’ah di Indonesia. 2. Produk-Produk Bank Syari’ah Untuk memenuhi kebutuhan permodalan dan memenuhi kebutuhan pembiayaan, bank syari’ah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Adapun piranti syari’ah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bank syari’ah dapat dibagi menjadi tiga produk, yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana dan produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya (Heri Sudarsono, 2003:47). 1. Penyaluran Dana Dalam penyaluran dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syari’ah terdiri dari : a. Prinsip jual beli Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar dalam 16
pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syari’ah, yaitu bai’ al-murabahah, bai’ as-salam dan bai’ istishna. Bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ almudharabah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli
dan
menentukan
suatu
tingkat
keuntungan
sebagai
tambahannya. Pihak bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan. Dalam pengertian yang sederhana, bai’ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Sedangkan bai’ istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang kemudian berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayarannya : apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001:113). b. Prinsip Sewa
17
1. Al-ijarah Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 2. Al-ijarah Al-muntahia Bit-tamlik (IMBT) Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dm sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa. c. Prinsip Bagi Hasil Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syari’ah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, almudharabah, al-muzara’ah dan al-musaqah. Namun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai dalam perbankan syari’ah adalah al-musyarakah dan mudharabah,
sedangkan
al-muzara’ah
dan
al-
al-musaqah
dipergunakan untuk pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam. Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi
18
dana
dengan
kesepakatan
bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola
(mudharib).
Keuntungan
usaha
secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001:95). 2. Penghimpunan Dana Penghimpunan dana dalam perbankan berarti pihak bank mengumpulkan dana dari pihak ketiga yang dalam hal ini masyarakat untuk di salurkan kepada masyarakat kembali yang berupa sebuah pinjaman. Berikut adalah beberapa sistem dalam perbankan yang diterapkan oleh bank untuk menghimpun dana dari masyarakat. a. Al-Wadi’ah Al-wadi’ah adalah titipan murni dari pihak satu kepada pihk lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kepada si penitip kapan saja si penitip menghendaki. 1. Wadi’ah Yad Amanah
19
Jenis akad penitipan dimana pihak yang menerima titipan tdk diperkenankan menggunakan barang titipan (tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan dan kehilangan barang) 2. Wadi’ah Yad Dhamanah Akad penitipan dimana pihak yang menerima titipan dapat memanfaatkan
barang yang dititipkan dengan ijin
pemiliknya. Karena dimanfaatkan, titipan tersebut tentu dapat menghasilkan
manfaat.
Sekalipun
demikian,
tidak
ada
keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip. Produk perbankan syari’ah yang sesuai dengan akad ini yaitu : a. Giro Wadiah Adalah simpanan atau titipan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank. b. Tabungan Wadiah Adalah simpanan atau titipan pihak ketiga pada bank
yang
penarikannya
hanya
dapat
dilakukan
berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara bank dan nasabah (Sunarto Zulkifli, 2003:101). b. Mudharabah Al-mudharabah adalah akad kerja sama antara du belah pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal,
20
sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang telah dituangkan dikontrak. Kerugian ditanggung oleh pemodal selama kerugian bukan akibat kelalaian penglola. Secara garis besar mudharabah dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut : a. Mudharabah Muthlaqah Penerapan
mudharabah
muthlaqah
dapat
berupa
tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. b. Mudharabah Muqayyadah Jenis ini merupakan simpanan khusus yang terikat , dimana pemilik dana memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. 3. Pelayanan Jasa a. Kafalah
Kafalah
merupakan
jaminan
yang
diberikan
oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga
21
berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. b. Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para Ulama’, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih (orang yang berkewaliban membayar hutang). c. Wakalah Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Dalam hal ini dapat dipahami sebagai attafwidh. Contoh kalimat “aku serahkan urusanku kepada Allah” mewakili pengertian istilah terebut. Atau juga akad pemberian kuasa dari satu orang kepada orang lain untuk bertindak melakukan suatu urusan untuk dan atas nama pemberi kuasa. d. Rahn Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang telah diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan atau gadai.
22
e. Qardh Qardh adalah peamberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial(Muhammad Syafi’i Antonio, 2001). 3. Perbedaan Antara Bank Syari’ah Dengan Bank Konvensional Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga (riba). Bank Islam atau bisa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang beroperasi dan produknya dikembangkan berdasarkan pada al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad: 2002:13). Warkum Sumitro (2004:62), berpendapat bahwa bank Islam dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif pengganti dari penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil menghindarkan dampak negatif dari penerapan bunga, seperti : a. Pembebanan pada nasabah berlebih-lebihan dengan beban bunga berbunga (compound interest) bagi nasabah yang tidak mampu membayar pada saat jatuh temponya.
23
b. Timbulnya pemerasan (eksploitasi) yang kuat terhadap yang lemah c. Terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan kelompok elit, para bankir dan pemilik modal. d. Kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah/bawah untuk mengembangkan potensi usahanya. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga. Perbedaan utama antara bank berdasarkan prinsip syari’ah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa dari dana yang diberikannya. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank berdasarkan prinsip syari’ah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau yang dititipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam. Tabel 2.1 Perbedaan antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional Bank Syari’ah 1. 2. 3. 4.
5.
Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi yang halal saja. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Profit dan falah oriented. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa
24
1.
Investasi yang halal dan haram.
2.
Memakai perangkat bunga.
3. 4.
Profid oriented. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitorkreditor.
5.
Tidak terdapat dewan sejenis
Dewan Pengawas Syari’ah. Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio, 2001
C. Alasan Penggunaan Prinsip Bagi Hasil oleh Bank Syari’ah Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Mengenai hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya,
..... ≅ È Ü Ï ≈6t 9ø $$ /Î Μ6 à Ψo ÷ /t Ν3 ä 9s ≡θu Βø &r #( θþ =è 2 à 'ù ?s ω Ÿ #( θΨã Βt #u š % Ï !© #$ $γ y ƒ• 'r ≈‾ ƒt
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.....”(an-Nisa’ : 29) Alasan pokok mengapa Al-Qur’an menyampaikan penilaian keras terhadap bunga yaitu di dalamnya semua bentuk eksploitasi dibatasi, dan khususnya ketidakadilan yang terjadi dalam bentuk penyandang dana yang dijamin memperoleh keuntungan tanpa melakukan sesuatu atau ikut menanggung risiko, sementara pengusaha, meski sudah bekerja keras, tidak mempunyai jaminan serupa (Iwan Triyuwono dan Moh. As’udi, 2001:76). Dalam menjalankan operasionalnya, bank berdasarkan prinsip syari’ah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana
25
yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam. 1. Prinsip Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi dirtikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba para pegawai dari suatu perusahaan. Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar opersional bank syari’ah secara keseluruhan. Selain itu, prinsip bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Dalam mekanisme bagi hasil dihitung dulu nisbah bagi hasilnya, besarnya nisbah tidak sama setiap bulannya selama masa pembiayaan (Muhammad, 2002:105). Syari’ah mensyaratkan bahwa kemitraan dan nisbah bagi hasil harus sharing the risk and profit secara bersama-sama. Hal ini merupakan realisasi penghargaan Islam terhadap waktu, yang diwujudkan dengan sistem bagi hasil, mengingat faktor ketidakpastian usaha di masa yang akan datang. Dasar dari prisip bagi hasil berasal dari akad bersyariat. Bentuk dari akad bersyariat adalah mudharabah dan musyarakah. Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak untuk melakukan usaha, dimana
26
pihak pertama menyediakan modal (shahibul maal) sementara pihak kedua mengelola usaha (mudharib). Akad mudharabah adalah akad pembiayaan kerja sama antara pemilik dana dengan pihak yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola usaha yang produktif dan halal, dimana pembagian hasil keuntungan dari usaha yang dilakukan sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama. Sedangkan akad musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua orang atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan , atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama (Karnaen Pewataatmaja, 2002:19). 2. Bunga dan Riba Dalam sistem perbankan konvensional, bunga merupakan sistem yang sudah baku, yang keberadaannya sangat mutlak, praktik bunga merupakan kegiatan utama bagi bank. Dimana hal ini merupakan sebuah sistem yang harus dijalani guna mendapatkan keuntungan yang sebaikbaiknya dan sekaligus untuk mengembangkan dirinya. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai
27
harta yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2001:121). Sedangkan definisi riba menurut para ulama fikih adalah kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya. Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang timbul akibat transaksi utang piutang yang harus diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang jatuh tempo. (Muhammad, 2002:40). Unsur utama yang diharamkan dalam Islam ialah bunga yakni riba. Islam menganggap riba sebagai salah satu unsur buruk yang merusak masyarakat secara ekonomi, sosial maupun moral. Oleh karena itu, alQur’an melarang umat Islam memberi atau memakan riba. 3. Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islam dengan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembayaran keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau sebaliknya lembga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasi. Perbedaan bunga dengan bagi hasil : Tabel 2.2 Bunga
Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. b. Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan c. Pembayaran bunga tetap seperti yang
28
a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengn berpedoman pada kemungkinan untung rugi. b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”. e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam Sumber : Muhammad, 2002
c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. d. Jumlah pembayaran laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Tabel 2.3 Bunga Bank
Bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu pembukaan rekening dengan ketentuan harus selalu untung. 2. Didasarkan pada jumlah uang (pokok) dana. 3. Jumlah pembayaran bunga selalu tetap sekalipun jumlah keuntungan berlipat.
1. Penetapan besarnya nisbah (ratio) bagi hasil dibuat pada waktu akad pembukaan rekening dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. 2. Didasarkan pada rasio bagi hasil dari pendapatan/keuntungan yang diperoleh . 3. Jumlah pembagian nilai bagi hasil berubah-ubah tergantung kinerja usaha. Sumber : Buku Pedoman Bank Muamalat Indonesia.
29
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang Berkembangnya bank Islam di berbagai negara Islam berpengaruh pula di Indonesia. Pada awal dekade 1980-an dikusi mengenai perbankan Islam mulai banyak dilakukan, akan tetapi prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru dilakukan pada tahun 1991, yakni dengan ditandatanganinya Akte Pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Hingga saat ini Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih dari 200 kantor cabang dan unit pelayanan, mulai dari cabang pembantu, kantor kas yang tersebar hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Salah satu cabang Bank Muamalat Indonesia yaitu cabang Semarang yang membuka cabang pembantu (capem) di Magelang seiring dengan perluasan jaringan kantor pelayanan Bank Muamalat yang memudahkan nasabah dalam memanfaatkan layanan perbankan syari’ah. Tepat pada tanggal 21 Maret 2005 dengan modal awal sebesar Rp 300.000.000,-, Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang resmi dibuka dan diresmikan oleh Bapak Walikota Magelang yaitu Bapak Effendi Hasan, yang bertempat di Jl. Daha No: 5 (Tengkon) Magelang.
30
Dalam peresmian tersebut dihadiri oleh tokoh ulama, pengusaha dan juga para aktivis dari kota Magelang dan sekitarnya. Namun setelah kurang lebih empat (4) tahun beroperasi, karena habis masa kontrak dan lokasi yang kurang strategis, akhirnya BMI Capem Magelang memutuskan untuk pindah lokasi ke Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 2A Magelang pada bulan Agustus 2009. Saat ini BMI Capem Magelang terletak di tengah kota yang lebih strategis karena selain mudah dijangkau, juga berada di pusat pertokoan dan dikelola oleh dua belas (12) orang karyawan (Slamet Hartoyo, wawancara: 16 Mei 2012) 2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang Suatu lembaga atau perusahaan pastilah mempunyai visi dan misi yang diterapkan dalam pelaksanaan operasional sehari-hari untuk mencapai sasaran, termasuk BMI Capem Magelang. BMI Capem Magelang mempunyai visi dan misi yang sama dengan Bank Muamalat Indonesia Pusat (Jakarta), yaitu : a. Visi :
Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional.
b. Misi : Menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
31
3. Struktur Organisasi BMI Capem Magelang Gambar Struktur Organisasi BMI Capem Magelang
Pimpinan Kantor Cabang Pembantu Dini Embun Sari
Marketing
AM & Back Office
1. Ayu Dhestya Sari 2. Adhy Ahmad Diandaru
1. Muhtadin 2. Muhammad Bachtiar Rifai
Sales force executive 1. Ahmad Khoirul Basori 2. Nurul Hidayanto
Teller
Customer Service
Angga Anantya Ungky Widodo
Endang Ekowati
Security
Driver
Office Boy
Muchamad Faqih
Rismiyanto
Slamet Hartoyo
32
Pimpinan Kantor Cabang Pembantu : Dini Embun Sari Marketing
: 1. Ayu Dhestya Sari 2. Adhy Ahmad Diandaru
AM
: Muhtadin
Back Office
: Muhammad Bachtiar Rifai
Teller
: Angga Anantya Ungky Widodo
Customer Service
: Endang Ekowati
Sales force executive
: 1. Ahmad Khoirul Basori 2. Nurul Hidayanto
Satpam
: Muchamad Faqih
Driver
: Rismiyanto
Office Boy
: Slamet Hartoyo
Diskripsi Tugas Jabatan tertinggi pada BMI Capem Magelang adalah pimpinan cabang pembantu yang bertanggung jawab pada pimpinan cabang Semarang.
Pimpinan
cabang
pembantu
bertugas
memimpin
dan
menjalankan pengurusan serta pengelolaan atas kegiatan perencanaan, pengembangan dan pengawasan. Tugas-tugas pengelola BMI Capem Magelang, yaitu: 1. Marketing Marketing merupakan ujung tombak di dalam menawarkan produk-produk
yang
ada
33
kepada
konsumen
dengan
tidak
mengesampingkan aturan main dan strategi yang ada. Bagian marketing juga harus menyusun strategi-planning dan berperan sebagai solitasi nasabah baik dalam rangka menghimpun sumber dana maupun alokasi pemberian pembiayaan secara efektif dan terarah. Selain itu, marketing juga bertugas melakukan monitoring, evaluasi, review terhadap kualitas portofolio pembiayaan yang telah diberikan dalam rangka pengamanan atas pembiayaan yang telah diberikan. 2. AM (Accounting Manager) a. Mencari nasabah funding maupun leading. b. Membina hubungan saling menguntungkan antara bank dengan nasabah seperti : 1. Mengidentifikasi kebutuhan nasabah. 2. Melakukan
komunikasi
yang
bintensif
dan
membantu
memberikan solusi bagi nasabah yang berhubungan dengan produk dan jasa. c. Bertindak sebagai komite pembiayaan dalam upaya pengambilan keputusan pembiayaan. d. Melakukan
minitoring,
evaluasi,
review
terhadap
kualitas
portofolio pembiayaan yang telah diberikan dalam rangka pengamanan atas setiap pembiayaan yang telah diberikan. e. Melayani, menerima tamu calon nasabah atau nasabah secara aktif yang memerlukan pelayanan jasa perbankan.
34
f. Menyusun strategi planing dan marketing/sosialisasi nasabah baik dalam rangka menghimpun sumber dana maupun alokasi pemberian secara efektif dan terarah. g. Berkewajiban untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap nasabah maupun calon nasabah. h. Berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk membantu kelancaran tugas sehari-hari. 3. Back Office (BO) a. Melakukan intruksi pencairan deposito. b. Memeriksa storan kliring. c. Membuat kredit nota atau intruksi yang diterima. d. Menginput transaksi harian. e. Pencadangan biaya-biaya. f. Mendebet rekening nasabah. 4. Teller Staf bank Muamalat yang bertanggung jawab untuk melayani transaksi nasabah berupa penyetoran baik tunai maupun non tunai, melayani transaksi penarikan tunai transfer tunai pendebetan rekening, dan hal-hal lain sesuai dengan job descriptionnya. 5. Customer Service (CS) Staf
Bank
Muamalat
yang
bertanggung
jawab
untuk
memproses pembukaan, pemeliharaan dan penutupan rekening nasabah, melaksanakan kegiatn service counter antara lain cetak buku
35
tabungan dan informasi saldo, informasi detail mengenai produk dan jasa bank , memasarkan produk dan jasa bank (cross selling), dan halhal lain sesuai dengan job descritionnya. 6. Security Staf bank muamalat yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan bank dan nasabhnya, menjaga kelancaran antrian nasabah selama jam pelayanan, memberikan informasi awal yang dibutuhkan oleh nasabah, dan hal-hal lain sesuai dengan job descriptionnya. 7. Driver a. Mengantar jemput para crew dalam melaksanakan tugas. b. Menjaga agar kondisi kendaraan perusahaan dinas kantor selalu dalam keadaan bersih dan siaga. 8. Office Boy a. Bertanggung jawab atas kebersihan kantor. b. Menyediakan makanan dan minuman bagi karyawan yang berada di kantor. c. Pembantu umum. d. Pemeliharaan kantor dan pemeliharaan inventarisasi kantor seerta perlengkapan/perbekalan kantor.
36
4. Produk-Produk
Bank Muamalat Indonesia
Cabang
Pembantu
Magelang a. Produk Penghimpunan Dana 1. Giro Wadi‘ah Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang
penarikannya
menggunakan
cek,
dapat bilyet,
dilakukan giro,
setiap dan
saat
dengan
pemindahbukuan.
Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai dengan 50 juta dan berbagai pembayaran). 2. Tabungan Muamalat Regular Adalah tabungan syari’ah yang sepenuhnya dikelola dengan akad mudharabah muthlaqah atau bagi hasil. Benefit : a. Ketenangan hati. Bebas riba, menenangkan hati. b. Akses yang luas. Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan di semua cabang Bank Muamalat secara online, dan ditambah tempat lain untuk melakukan penyetoran yaitu
37
Kantor Pos yang tergabung dalam SOPP (System Online Payment Point) di penjuru Indonesia. c. Kemudahan bertransaksi. Melalui layanan e-Banking : Kartu ATMuamalat, Muamalat Mobile, SMS Muamalat, Salamuamalat, PC Banking Muamalat. d. Menguntungkan. Adanya bagi hasil yang cukup tinggi dan bebas biaya administrasi untuk nasabah dengan Saldo RataRata (SRR) lebih besar atau sama dengan Rp 2juta. e. Berhak mengikuti Program Undian Berhadiah. 3. Shar-E Gold Merupakan varian dari Tabungan Muamalat dengan fasilitas kartu Shar-E Gold yang memiliki fitur, akses transaksi dan keamanan yang lebih tinggi dari kartu Shar-E regular. Benefit : a. Ketenangan hati. Bebas riba, menenangkan hati. b. Akses yang luas. Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan disemua cabang Bank Muamalat secara online. c. Kemudahan bertransaksi. Melalui kartu Shar-E Gold, akses transaksi dan keamanan lebih tinggi dan jaringan transaksi yang lebih luas melalui platform VISA. d. Menguntungkan. Adanya bagi hasil yang kompetitif per bulannya. e. Berhak mengikuti Program Undian Berhadiah.
38
4. TabunganKu Adalah tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Benefit : a. Mudah. Persyaratan buka rekening ringan. b. Bebas biaya administrasi. c. Berkesempatan mendapatkan Bonus. 5. Tabungan Haji Arafah Adalah jenis simpanan dana pihak ketiga pada Bank Muamalat bagi nasabah perorangan yang berniat untuk melakukan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang disepakati. Benefit : a. Terencana. Tahun keberangkatan dan besarnya setoran per bulan dapat disesuaikan dengan kemampuan nasabah. b. Fleksibel. Nasabah dapat mengubah jangka waktu dan jumlah setoran sesuai dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank. c. Menenangkan. Dana nasabah dikelola secara syari’ah, sehingga memberikan ketenangan batin dalam menjalankan ibadah haji ke tanah suci.
39
d. Terjamin. Dapat memberi kepastian bagi nasabah untuk mendapatkan kuota/porsi keberangkatan haji karena tersedia jaringan online dengan SISKOHAT Departemen Agama. e. Aman. Nassabah akan mendaptkan perlindungan Asuransi Jiwa sebesar Proyeksi Nilai BPIH yang ditetapkan oleh Bank Muamalat pada tahun itu dikurangi dengan saldo efektif nasabah, apabila saldo efektif nasabah minimal Rp 5juta. f. Menguntungkan. Untuk Tabungan Arafah Plus, nasabah akan mendapatkan bagi hasil dan asuransi jasa layanan medis. g. Bebas biaya administrasi dan penutupan rekening. 6. Tabungan Muamalat Umroh Adalah jenis simpanan dana pihak ketiga pada Bank Muamalat bagi nasabah perorangan yang berniat untuk melakukan umroh secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang disepakati. Benefit : a. Terencana. Nasabah dapat mengetahui kapan dan berapa lama harus menabung untuk mencapai target dana berangkat umroh setelah menyesuaikan dengan rencana kemampuan setoran rutinnya, dengan pilihan jangka waktu 1-5 tahun.
40
b. Fleksibel. Nasabah dapat mengubah jangka waktu dan jumlah
setoran
sesuai
dengan
kemampuan
dengan
pemberitahuan secara tertulis kepada Bank. c. Terjangkau. Syarat pembukaan rekening yang ringan dan nasabah juga digratiskan biaya pembukaan, administrasi bulanan, pemindah bukuan otomatis dari rekening induk dan biaya penutupan apabila dilakukan setelah mencapai target dana atau target waktu. d. Aman. Nasabah akan mendapatkan perlindungan Asuransi Jiwa gratis yang langsung didapatkan saat pembukaan dengan pertanggungan sebesar Rp 20juta. e. Menguntungkan. Adanya bagi hasil yang yinggi akan meningkatkan saldo dana yang mengendap secara optimal, diluar tambahan setoran rutin. f. Bebas biaya administrasi dan penutupan rekening. 7. Deposito Mudharabah Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan Badan Hukum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
41
8. Deposito Fulinves Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu enam dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp 2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang menarik tiap bulan. 9. Dana Pensiun Muamalat Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari Bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT UMMAT, dimana selama masa kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun. b. Produk Penyaluran Dana 1. Konsep Jual Beli a. Murabahah
42
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. b. Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan di muka/tunai. c. Istishna Adalah jual beli barang dimana Shani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya yaitu Istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. 2. Konsep Bagi Hasil a. Musyarakah Adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai kesepakatan. b. Mudharabah Adalah kerjasama antara bank dengan Mudharib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk
43
mengelola usaha. Dalam hal ini pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/pedagang (Mudharib) untuk dikelola. 3. Konsep Sewa a. Ijarah Adalah perjanjian antara bank (muajjir) dengan nasabah (mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya. b. Ijarah Muntahia Bittamlik Adalah perjanjian antara Bank (muajjir) dengan nasabah sebagai penyewa. Mustajir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa selama masa sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut. c.
Produk Jasa (Service Products) a. Wakalah Berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Secara teknis Perbankan, Wakalah
adalah
akad pemberian
wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang ( sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan
44
kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberikan kuasa. b. Kafalah Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. c. Hawalah Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang. d. Rahn Adalah menahan salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai.
45
e. Qardh Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis Perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank ke nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman
ditentukan
dalam
jangka
waktu
tertentu
(sesuai
kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. Jasa Layanan (Services) a. ATM Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nassabah melakukan penarikan dana tunai, pemindahbukuan antara rekening, pemeriksaan saldo, pembayaran Zakat, Infaq, Sedekah (hanya pada ATM Muamalat), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di 8.888 ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di 18.000 lebih Merchant Debit BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat dilakukan transfer antara Bank.
46
b. SalaMuamalat Merupakan layanan Phone Banking 24 jam dan call center yang memberikan kemudahan bagi nasabah, setiap saat dan di manapun nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, transfer antara rekening, serta mengubah PIN. c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Bank Muamalat, melalui Phone Banking dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat. d. Jasa-jasa lain Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa Perbankan lainnya kepada masyarakat luas, seperti transfer, collection, standing instruction, Bank draft, referensi Bank.
B. Data Deskriptif Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Magelang telah beroperasi sejak awal tahun 2005. Pada tahun-tahun pertama berdiri, nasabah Bank Muamalat Capem Magelang tidak terlalu banyak, di tahun awal berdirinya Bank Muamalat Capem Magelang memiliki nasabah kurang lebih sekitar 900 orang. Hingga kini nasabah Bank Muamalat Magelang telah
47
mencapai kurang lebih 5500 orang nasabah penabung (Angga Anantya Ungky Widodo, wawancara: 19 Juni 2012). Berikut adalah tabel data perkiraan pertumbuhan jumlah nasabah selama 5 tahun terakhir di Bank Muamalat Capem Magelang: Tabel 3.1 Pertumbuhan Jumlah Nasabah BMI Capem Magelang Tahun 2007-2011 NO
TAHUN
1.
2007
JUMLAH NASABAH TABUNGAN 1136
2.
2008
1573
705
2278
3.
2009
2164
962
3126
4.
2010
2570
1186
3756
5.
2011
3214
1279
4493
Sumber: BMI Capem Magelang
48
JUMLAH TABUNGAN TOTAL BERJANGKA 511 1647
BAB IV ANALISIS Bank syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah BMI Capem Magelang yang berlokasi di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 2A Magelang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan prinsip bagi hasil pada produk penyimpanan dana yang terdapat di BMI Capem Magelang yang digunakan untuk menjaga akuntabilitas laporan keuangan pada bank syari’ah tersebut. Sumber data diperoleh dari BMI Capem Magelang dan melalui wawancara dengan bagian marketing, bagian operasional, dan customer service. A. Pembahasan Prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia baik kantor pusat maupun KCP Magelang didasarkan pada 6 konsep, yaitu: 1. Mengandung konsep keadilan: Pembagian hak dan kewajiban nasabah disepakati diawal secara jelas dan adil. Hal ini dikarenakan setiap pemberian dan perhitungan bagi hasil bagi hasil yang diterapkan didasarkan pada al-Quran dan hadist. 2. Mengandung konsep kenyamanan : Untuk akad jual beli (murabahah), telah disepakati bersama harga beli dan harga jual yang tidak akan berubah selama jangka waktu akad sehingga nasabah memiliki kepastian dengan jelas jumlah yang harus dibayar setiap bulannya kepada bank. a. Untuk akad bagi hasil (mudharabah), telah disepakati bersama nisbah (ratio) bagi hasil yang tidak akan berubah tanpa persetujuan
49
kedua belah pihak sehingga tidak akan ada pihak yang dirugikan karena jumlah bagi hasil yang akan diterima akan sangat tergantung kepada hasil kinerja usaha yang dilaksanakan. b. Untuk akad titipan (wadiah), dengan keleluasaan untuk menarik dana yang disimpan pada bank sewaktu-waktu dan juga kesempatan bagi nasabah untuk mendapatkan bonus yang mekanisme pemberiannya tidak diperjanjikan diawal dan diatur sepenuhnya oleh bank. 3. Mengandung konsep kejujuran : Jika pendapatan yang diterima bank meningkat, maka bagi hasil atas pendapatan yang akan diterima oleh nasabah juga akan meningkat, dan sebaliknya jika bank memberikan pembiayaan kepada nasabah dengan menggunakan konsep bagi hasil, maka jika pendapatan yang diterima nasabah meningkat maka juga menerima peningkatan bagi hasil atas pendapatan yang diperoleh nasabah. 4. Mengandung konsep transparasi : Setiap bulan bank akan menyampaikan perolehan hasil usahanya yang terdiri dari dana yang dihimpun, dana disalurkan dan pendapatan yang diterima oleh bank, sehingga nasabah mengetahui secara dini kondisi bank tempat ia menempatkan dana. Hal ini berbeda dengan bank konvensional dengan sistem bunga dimana nasabah deposan tidak dapat mengetahui kinerja kauangan bank dari indikasi
50
bunga yang diperoleh karena setiap bulan memperoleh bunga yang nilainya tetap. 5. Mengandung konsep bisnis halal dan baik (halalan Thoyyiban) : Dalam memjalankan kegiatannya, bisnis usaha bank syariah harus pada bisnis yang halal saja yaitu bisnis yang mengandung manfaat dan kebaikan. Bank syari’ah dan nasabah tidak diperbolehkan melakukan bisnis yang dilarang (haram atau yang diperselisihkan kehalalannya) termasuk membiayai bisnis rokok, bisnis hotel yang tidak syari’ah, salon yang tidak syari’ah, bisnis bank konvensional, asuransi konvensional, dll. 6. Terjaga unsur-unsur kesyari’ahannya : Bank syari’ah dalam menjalankan kegiatannya terjaga unsurunsur kesyari’ahannya dengan diterapkannya Dewan Pengawa Syariah (DPS) pada bank syari’ah yang merupakan lembaga independen perwakilan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) yang bertugas mengawasi setiap aktivitas usaha dan produk-produk yang dikeluarkan oleh bank syari’ah agar tidak menyimpang dari nilai syari’ah yang telah ditentukan oleh syariat Islam yang ketentuannya telah dikeluarkan melalui fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia. BMI Capem Magelang pada akad mudharabah bertindak sebagai mudharib, yaitu pihak pengelola dana. Sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal, yaitu pihak yang menyimpan dananya kepada BMI Capem Magelang. Nasabah sebagai shahibul maal mempercayakan penuh dananya
51
kepada BMI Capem Magelang, bahwa dana yang disimpan akan dikelola dengan baik untuk usaha yang halal dan produktif. Keuntungan yang didapat BMI Capem Magelang tiap bulannya tidaklah sama, tergantung usaha yang dikelola. Hal tersebut mempengaruhi jumlah keuntungan yang dibagikan kepada nasabah. BMI Capem Magelang memberikan keuntungan kepada nasabah menggunakan metode revenue sharing (pendapatan berbagi). Dalam metode ini jumlah keuntungan yang dibagikan adalah pendapatan yang diperoleh BMI Capem Magelang setiap bulannya, bukan jumlah keuntungannya (laba). Nisbah (ratio) adalah porsi/bagian yang menjadi hak masingmasing pihak pada proses distribusi bagi hasil antara Nasabah dan Bank. Angka didepan misalnya angka 50 pada nisbah 50:50 merupakan porsi nasabah. Tabel : 4.1 Informasi Nisbah Produk Bank Muamalat Indonesia Bagi Hasil Bagi Hasil Nama Produk Nasabah Bank Tabungan 22 78 • Tabungan Syar-E Gold 12 88 • Tabungan Muamalat Reguler 10 90 • Tabungan Arafah 30 70 • Tabungan Muamalat Umroh Deposito 50 50 • Deposito 1 Bulan 51 49 • Deposito 3 bulan 53 47 • Deposito 6 Bulan 54 46 • Deposito 12 Bulan Sumber : Bank Muamalat Indonesia
52
Penetapan bagi hasil pada produk penyimpanan dana di Bank Muamalat dilakukan dengan terlebih dahulu mengitung HI-1000 (baca: Ha-i-seribu), yakni angka yang menunjukkan hasil investasi yang diperoleh dari penyaluran setiap Rp. 1.000 dana nasabah. Sebagai contoh: HI-1000 bulan Januari 2009 adalah 9,99. Hal tersebut berarti bahwa dari setiap Rp. 1.000,- dana nasabah yang dikelola Bank Muamalat akan menghasilkan Rp. 9,99 (HI-1000 sebelum bagi hasil). Apabila nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank untuk deposito 1 bulan adalah 50:50, maka dari Rp. 9,99 tersebut, untuk porsi nasabah dikalikan dahulu dengan 50% sehingga untuk setiap Rp. 1.000,- dana yang dimiliki, nasabah akan memperoleh bagi hasil sebesar Rp. 4,99 (berarti HI-1000 nasabah = 4,99 rupiah). Secara umum hal tersebut dirumuskan sebagai berikut : Rata-Rata Dana Nasabah Bagi Hasil Nasabah =
Nisbah Nasabah x HI-1000 x
1000
100
Contoh cara perhitungan bagi hasil penyimpanan mudharabah di BMI Capem Magelang : Seorang nasabah yang bernama Pak Slamet menyimpan deposito Mudharabah di Bank Muamalat pada bulan Juli senilai Rp. 10.000.000,dengan jangka waktu 1 bulan. Diketahui nisbah deposito Mudharabah 1 bulan 50:50 dan HI-1000 bulan Juli 2012 adalah 8,5. Maka untuk mengetahui nilai bagi hasil yang akan didapatkan Pak Slamet adalah :
53
10.000.000 Bagi Hasil Nasabah =
50 x 8,5 x
1000
100
Bagi Hasil Nasabah = Rp. 42.500,Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak (bank dan nasabah) pada produk penyimpanan dana yang didasarkan pada akad mudharabah ini telah ditentukan oleh pihak bank yang tercantum dalam formulir pembukaan rekening dan juga tecantum dalam papan informasi nisbah produk yang tertera di dalam Bank Muamalat Capem Magelang (Ayu Dhestya Sari, wawancara:15 Juni 2012).
54
BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan dan saran yang diuraikan sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia baik kantor pusat maupun KCP Magelang didasarkan pada 6 konsep, yaitu: a. Mengandung konsep keadilan. b. Mengandung konsep kenyamanan. c. Mengandung konsep kejujuran. d. Mengandung konsep transparasi. e. Mengandung konsep bisnis halal dan baik (halalan Thoyyiban). f. Terjaga unsur-unsur kesyari’ahannya. 2. BMI Capem Magelang memberikan keuntungan kepada nasabah menggunakan metode revenue sharing (pendapatan berbagi). Dalam metode ini jumlah keuntungan yang dibagikan adalah pendapatan yang diperoleh BMI Capem Magelang setiap bulannya, bukan jumlah keuntungannya (laba). Nisbah (ratio) adalah porsi/bagian yang menjadi hak masing-masing pihak pada proses distribusi bagi hasil antara nasabah dan bank. Angka didepan misalnya angka 50 pada nisbah 50:50 merupakan porsi nasabah.
55
B. Saran-saran 1. Hendaknya bagi hasil yang diberikan kepada nasabah, nisbahnya diperbesar sehingga menarik minat masyarakat untuk menjadi nasabah di BMI Capem Magelang. 2. Penulis mengharapkan penelitian selanjutnya untuk tidak hanya fokus pada prinsip bagi hasil, dikarenakan masih ada prinsip-prinsip syari’ah lain yang tentunya sangat penting, terutama dalam menjaga kepercayaan nasabah. 3. Bagi masyarakat yang telah mengetahui akibat dari riba, khususnya masyarakat kota Magelang, dianjurkan untuk bertransaksi dengan BMI Capem Magelang. Karena, selain jauh dari riba, BMI Capem Magelang juga memberikan bagi hasil yang kompetitif.
56
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah : Dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta. Arifin, Zainul. 2003. Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. Alvabet. Jakarta. Kasmir. 2001. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. . 2008. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Muhammad. 2002. Bank Syari’ah : Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Ekonesia. Yogyakarta. . 2005. Manajemen Bank Syari’ah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. . 2002. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Salemba Empat. Jakarta. Perwataadmadja, Karnaen A dan M. Syafi’i Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam. PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta. Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah : Deskripsi dan Ilustrasi. Kampus Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Sumitro, Warkum.2002. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Zulkifli, Sunarto. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah. Zikrum Hakim. Jakarta. http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2184805pengertian-kepercayaan-trust/#ixzz1yrHBXz3Q http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2225846-pengertian-danklasifikasi-nasabah/#ixzz25qbcKeXU
DAFTAR WAWANCARA
Tanggal
Jam
16 Mei 2012
12:45 WIB
Informan Slamet Hartoyo
Perihal Wawancara Sejarah BMI Capem Magelang
15 Juni 2012
15.00 WIB
Ayu Dhestya Sari
Cara perhitungan nisbah bagi hasil
19 Juni 2012
16.10 WIB
Angga Anantya Ungky Widodo
Data pertumbuhan nasabah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI Nama lengkap
: Muhamad Faozan
Tempat / tanggal lahir
: Kab. Semarang, 02 Februari 1991
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum kawin
Alamat Susukan,
: Dusun Durenan Rt 03/07, Desa Timpik, Kec.
Kab. Semarang 50777 Telepon
: 085 7414 7919 6
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL SD
: SD NEGERI TIMPIK 03, 1996-2002
SMP
: MTS NEGERI SUSUKAN, 2002-2005
SMA
: MA NU TBS KUDUS, 2005-2009
Perguruan Tinggi
: STAIN SALATIGA, 2009-2012
JUDUL TUGAS AKHIR “PRINSIP BAGI HASIL SEBAGAI ALTERNATIF KEPERCAYAAN NASABAH DI BMI CAPEM MAGELANG”
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
MENJAGA