Artikel Penelitian
Prevalensi Hipertensi dan Hubungannya dengan Jenis Kelamin, Usia, serta Suku di Papua
Firman Tedjasukmana Puskesmas Bumiwonorejo Kabupaten Nabire, Papua
Abstrak Pendahuluan: Prevalensi hipertensi cenderung akan terus meningkat. Prevalensi hipertensi di Indonesia sendiri sudah mencapai 31,7%, sedangkan di Papua 22%. Belum ada data prevalensi hipertensi di Kabupaten Nabire. Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, di antaranya seperti jenis kelamin, usia, dan suku/ras. Berdasarkan data dan teori yang ada, faktor-faktor tersebut berperan dalam timbulnya hipertensi pada individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi dan hubungannya dengan faktor jenis kelamin, usia, dan suku di Puskesmas X Kabupaten Nabire, Papua. Metode: Desain penelitian adalah potong lintang, dilakukan pada 150 pasien poliklinik Puskesmas X Kabupaten Nabire dengan melakukan pengukuran tekanan darah. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Kriteria hipertensi menggunakan kriteria JNC VII. Hasil: Penelitian ini mendapatkan prevalensi hipertensi di Puskesmas X, Kabupaten Nabire, Papua sebesar 39,3%. Didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara hipertensi dengan usia dan suku.Tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara hipertensi dengan jenis kelamin. Kesimpulan: Prevalensi hipertensi di Puskesmas X Kabupaten Nabire lebih tinggi daripada prevalensi hipertensi di Papua maupun di Indonesia. Faktor usia dan suku memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan hipertensi. J Indon Med Assoc. 2013;63:143-7. Kata kunci: hipertensi, prevalensi, jenis kelamin, usia, suku, Kabupaten Nabire.
Korespondensi: Firman Tedjasukmana Email:
[email protected]
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 4, April 2013
143
Prevalensi Hipertensi dan Hubungannya dengan Jenis Kelamin, Usia, serta Suku di Papua
Hypertension Prevalence and Its Correlation with Sex, Age, and Race in Papua Firman Tedjasukmana Bumiwonorejo Community Health Center, Nabire District, Papua
Abstract Introduction: The prevalence of hypertension has a tendency to rise despite prevention and treatment measures. In Indonesia, the prevalence of hypertension is estimated as high as 31,7%, while in Papua 22%. However, prevalence data on hypertension in Nabire District, Papua is not yet available. There are several known risk factors of hypertension, such as sex, age, and race. According to data and known theory, those factors contribute in the development of hypertension. This study was conducted to know the prevalence of hypertension and identify its correlation with factors such as sex, age, and race at Puskesmas X, Nabire District, Papua. Method: This was a cross sectional study of 150 outpatients of a Community Health Service in Nabire District. Sampling was done consecutively and blood pressure was measured accordingly. Hypertension criteria used was based on JNC VII. Results: Study showed that the prevalence of hypertension at Puskesmas X, Nabire District was 39,3%. There was a statistically significant correlation between hypertension with age and race, while correlation between hypertension with sex was not found. Conclusion: The prevalence of hypertension at Puskesmas X, Nabire District was found higher than the prevalence in Papua, even than prevalence in all Indonesia. Age and race were factors that were found to have statistically significant correlation with hypertension. J Indon Med Assoc. 2013;63:143-7. Keywords: Hypertension, prevalence, sex, age, race, Nabire District
Pendahuluan Hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik >90 mmHg. Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko utama dari berbagai penyakit lainnya seperti stroke iskemik maupun hemoragik, infark miokard akut, gagal jantung, penyakit ginjal kronik, penyakit arteri perifer, dan retinopati.1-4 Prevalensi hipertensi di seluruh dunia adalah sekitar 26,4%, yang berarti kurang lebih 972 juta orang sudah mengalami hipertensi.1 Prevalensi ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan diproyeksikan bahwa pada tahun 2025 angka pasien hipertensi di seluruh dunia dapat mencapai 1,56 miliar orang.5 Data di Indonesia juga menunjukkan hal yang serupa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7%. Angka ini sudah jauh lebih tinggi dari data sebelumnya berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 yang mendapatkan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 8,7%.6,7 Belum ada data prevalensi hipertensi di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Prevalensi hipertensi di Provinsi Papua adalah 22%.6 Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial. Beberapa faktor yang dikatakan berpengaruh dalam terjadinya 144
hipertensi adalah faktor suku/ras, usia, dan jenis kelamin. Beberapa data menunjukkan adanya perbedaan prevalensi antara suku/ras tertentu. Di Amerika didapatkan bahwa prevalensi hipertensi pada ras kulit hitam non-Hispanik sebesar 33,5%, ras kulit putih non-Hispanik 28,9%, dan pada ras Meksiko-Amerika 20,7%.2,8 Data penelitian di Malaysia mendapatkan prevalensi hipertensi pada ras Melayu sebesar 33,5%, Cina 33,1%, dan India 30,8%.9 Demikian pula halnya dengan faktor usia dan jenis kelamin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya usia maka prevalensi hipertensi juga akan meningkat. Berdasarkan jenis kelamin, dikatakan bahwa laki-laki lebih cenderung untuk mengalami hipertensi dibandingkan perempuan. 10,11 Berdasarkan data-data tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah faktor-faktor risiko di atas juga berpengaruh pada populasi penelitiannya. Metode Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari 2012 di poliklinik umum Puskesmas Bumiwonorejo, Kabupaten Nabire, Papua. Data tekanan darah diambil dengan cara mengukur tekanan darah pasien J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 4, April 2013
Prevalensi Hipertensi dan Hubungannya dengan Jenis Kelamin, Usia, serta Suku di Papua di lengan pasien. Sebelum pengukuran tekanan darah yang pertama, subjek diinstruksikan untuk duduk beristirahat selama 5 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali dalam jangka waktu 15 menit. Nilai yang diambil adalah rata-rata kedua hasil pengukuran. Kriteria hipertensi yang digunakan adalah kriteria berdasarkan The Seventh Report of the Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). Berdasarkan kriteria JNC 7, hipertensi digolongkan menjadi empat kategori (normal, prehipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II)12, tetapi dalam analisis statistik akan disederhanakan menjadi dua kategori saja. Kategori normal dan prehipertensi digabung menjadi satu kategori, demikian pula halnya dengan kategori hipertensi derajat I dan hipertensi derajat II. Kategori suku dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok suku Papua dan non-Papua. Pada kelompok suku Papua tidak dibedakan antara suku Papua yang satu dengan yang lainnya. Kelompok suku non-Papua merupakan gabungan dari berbagai suku selain Papua seperti Jawa, Bugis, Toraja, Batak, Timor, Ambon, dan Sunda. Kriteria inklusi untuk subjek penelitian adalah setiap pasien Puskesmas Bumiwonorejo yang berusia 30 tahun ke atas yang bersedia untuk mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan riwayat serangan jantung sebelumnya, riwayat penyakit stroke (baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik), pasien dengan gagal jantung, pasien dengan demam (suhu >37,5°C). Kriteria drop out adalah apabila subjek penelitian tidak tuntas mengikuti dua kali pengukuran tekanan darah seperti yang telah dijelaskan. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi akan diukur tekanan darahnya dua kali dalam rentang waktu 15 menit. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.5. Pengujian data selanjutnya untuk menentukan hubu-ngan antar faktor menggunakan uji non-parametrik Chi Square. Tabel 2.
Hasil Selama bulan Februari 2012, terdapat 396 pasien yang datang berobat di tempat penelitian, 150 di antaranya memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Tidak ada subjek yang drop out selama penelitian. Sebaran menurut jenis kelamin subjek hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Sebaran usia dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, hampir separuh (46,7%) subjek berada dalam kategori usia 30-40 tahun, dan separuhnya lagi terbagi seimbang dalam kedua kelompok umur lainnya. Lebih banyak subjek (60,7%) merupakan suku asli Papua. Selanjutnya didapatkan bahwa lebih banyak laki-laki termasuk dalam kategori usia 30-40 tahun (43,8%), 21,9% dalam kategori usia 41-50 tahun, dan 34,4% dalam kategori usia >50 tahun. Hampir separuh subjek perempuan termasuk dalam kategori usia 3040 tahun (48,8%), dan sisanya terbagi hampir seimbang pada kategori usia 41-50 tahun (29,1%) dan >50 tahun (22,1%). Lebih dari sepertiga subjek (39,3%) menderita hipertensi (hipertensi derajat I dan derajat II). Lebih dari setengah subjek (56%) memiliki tekanan darah yang normal dan ada sebagian Tabel 1. Distribusi Subjek Variabel Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 30-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun Suku Papua Bukan Papua Tekanan darah Normal Prahipertensi Hipertensi Hipertensi derajat I Hipertensi derajat II
n
%
64 86
42,7 57,3
70 39 41
46,3 26,0 27,3
91 59
60,7 39,3
84 7 59 29 30
56,0 4,7 39,3 19,3 20,0
Hubungan Antara Jenis Kelamin, Usia, dan Suku Subjek Penelitian terhadap Tekanan Darah
Faktor-Faktor Normal*
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 30-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun Suku Papua Bukan Papua *dalam uji statistik digabungkan
Tekanan Darah n (%) Prehipertensi* Hipertensi derajat I**
p Hipertensi derajat II**
36 (56) 48 (56)
3 (5) 4 (5)
11 (17) 18 (21)
14 (22) 16 (19)
Chi-Square 0,953
47 (67) 23 (59) 14 (34)
3 (4) 1 (3) 3 (7)
12 (17) 8 (21) 9 (22)
8 (11) 7 (18) 15 (37)
Chi-Square 0,008
59 (65) 25 (42)
2 (2) 5 (9)
19 (21) 10 (17)
11 (12) 19 (32)
Chi-Square 0,047
**dalam uji statistik digabungkan
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 4, April 2013
145
Prevalensi Hipertensi dan Hubungannya dengan Jenis Kelamin, Usia, serta Suku di Papua kecil subjek memiliki tekanan darah dalam kategori prehipertensi. (Tabel 1) Pada tabel 2 dapat dilihat hubungan antara beberapa faktor yang diteliti dengan tekanan darah pasien. Setelah uji statistik dilakukan, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia dan suku terhadap tekanan darah (p<0,05). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan tekanan darah. Diskusi Prevalensi hipertensi pada populasi penelitian ini adalah sebesar 39,3%. Prevalensi hipertensi yang didapatkan pada penelitian ini sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan data Riskesdas 2007 yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7%. Namun demikian, prevalensi hipertensi yang didapat dari penelitian ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi hipertensi di Provinsi Papua (22,3%).6 Hal itu menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti hipertensi memiliki tendensi untuk meningkat di Kabupaten Nabire. Selama ini, fokus perhatian tenaga kesehatan di Papua masih tertuju untuk mengatasi penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan atas dan malaria. Dengan data ini diharapkan para petugas kesehatan juga mulai memperhatikan pola penyakit tidak menular dan melakukan upaya preventif yang tepat di masyarakat. Secara statistik tidak ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin dan status tekanan darah. Angka kejadian hipertensi baik pada laki-laki maupun pada perempuan cenderung sama. Hal yang serupa juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rasmaliah, et al.13 Hal yang berbeda didapatkan dari penelitian Rampal, et al.10 di Malaysia yang mendapatkan bahwa prevalensi subjek laki-laki dalam rentang usia 15-39 tahun lebih tinggi secara signifikan dibandingkan perempuan. Selanjutnya dikatakan bahwa pada usia lebih dari 40 tahun tidak ditemukan perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan dalam prevalensi hipertensi.10 Menurut teori dikatakan bahwa secara umum prevalensi hipertensi pada laki-laki memang lebih besar daripada perempuan yang kemudian cenderung menjadi sama seiring dengan peningkatan usia. Efek proteksi terhadap hipertensi pada perempuan ini diduga diakibatan oleh pengaruh hormonal. Pengaruh hormonal tersebut akan berkurang seiring dengan masuknya perempuan dalam usia menopause sehingga efek proteksi terhadap hipertensi pun berkurang. 2 Ketidaksesuaian dengan teori ini dapat diakibatkan oleh tidak meratanya jumlah subjek antara yang laki-laki dan perempuan. Uji statistik mendapatkan hubungan yang bermakna antara usia dengan status tekanan darah. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Rahajeng, et al.7 menyatakan bahwa faktor risiko hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 7 Data-data epidemiologi lain juga 146
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi memang meningkat dengan usia yang semakin tua. Anderson14 menyatakan bahwa peningkatan usia berkaitan erat dengan peningkatan prevalensi hipertensi terutama pada usia lebih dari 60 tahun. Meningkatnya angka hipertensi sejalan dengan usia diakibatkan oleh adanya perubahan struktur pada dinding pembuluh darah arteri. Seiring dengan bertambahnya usia, dinding pembuluh darah arteri mengalami pelebaran dan penegangan secara bertahap. Selain itu, proses arteriosklerosis juga terus berlanjut dengan bertambahnya usia. Berbagai proses tersebut menyebabkan dinding pembuluh darah arteri kaku sehingga kemudian dapat berakibat pada peningkatan tekanan darah.15 Hasil penelitian ini serupa dengan yang didapatkan oleh Hertz, et al.16 yaitu didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara suku dengan status tekanan darah. Hertz, et al.16 menyatakan bahwa suku/ras merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi. Selanjutnya, data yang diperoleh dari penelitian kami menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di antara suku Papua masih jauh lebih rendah (33%) dibandingkan di antara bukan suku Papua (49%). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa suku non-Papua memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam terjadinya peningkatan prevalensi hipertensi di Papua. Namun demikian, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk dapat mengkonfirmasi apakah suku Papua memang lebih terlindungi dari hipertensi dibandingkan dengan suku non-Papua. Kesimpulan Prevalensi hipertensi adalah 39,3%. Jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan hipertensi. Faktor usia dan suku memiliki hubungan yang bermakna secara statistik. Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi pada kelompok suku Papua sebesar 33%, sedangkan pada suku non-Papua 49%. Daftar Pustaka 1.
2.
3. 4.
5.
6.
Wolf M, Heuten G, De Swaef A, de Falleur M, Verpooten GA. The evolution of hypertension treatment in Belgium, a pharmacoepidemiological study. Acta Cardiol. 2012;67:147-52. Kotchen TA. Hypertensive vascular disease. In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braundwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al, editors. Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw Hill; 2008. p. 1549-62. Tedjasukmana P. Tatalaksana hipertensi. CDK. 2012;39: 251-5. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 599603. Dorobantu M, Darabont RO, Badila E, Ghiorghe S. Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in Romania: results of the SEPHAR study. Int J Hypertens. 2010;2010: 970694. doi: 10.4061/2010/970694 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset Kesehatan
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 4, April 2013
Prevalensi Hipertensi dan Hubungannya dengan Jenis Kelamin, Usia, serta Suku di Papua Dasar 2007. Indonesia: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. 7. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia. J Indon Med Assoc. 2009;59:580-7. 8. Hajjar I, Kotchen TA. Trends in prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in the United States, 19882000. JAMA. 2003;290:199-206. 9. Lim TO, Morad Z, Hypertension Study Group. Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in the Malaysian adult population: results from the National Health and Morbidity Survey 1996. Singapore Med J vol 45, no 1, 2004. h. 20-7. 10. Rampal L, Rampal S, Azhar MZ, Rahman AR. Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in Malaysia: a national study of 16,640 subjects. Public health. 2008;122:11-8. 11. Gu d, Reynolds K, Xigui W, Chen J, Duan X, Muntner P, et al. Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in china. Hypertension. 2002;40: 920-7. 12. Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC). The seventh re-
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 4, April 2013
port of the JNC (JNC-7). JAMA. 2003;289:2560-72. 13. Rasmaliah, Siregar FA, Jemadi. Gambaran epidemiologi penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara [Internet] [cited 2012 Aug 9]. Info Kes Masy. 2005;9:101-8. Available from:http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/18866/1/ikm-okt2005-9%20(4).pdf 14. Anderson GH. Effect of age on hypertension: analysis of over 4.800 referred hypertensive patients. Saudi J Kidney Dis Transpl. 1999;10:286-97. 15. McEniery CM, Wilkinson IB, Avolio AP. Age, hypertension, and arterial function. Clin Exp Pharmacol Physiol. 2007;34:66571. 16. Hertz RP, Unger AN, Cornell JA, Saunders A. Racial disparities in hypertension prevalence, awareness, and management. Arch Intern Med. 2005;165:2098-104.
147