SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
PRESERVASI PENGETAHUAN NUKLIR Karsono Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, BATAN, Kawasan Puspiptek Gd. 71, Serpong, Kode Pos: 132/JKSMG
Abstrak PRESERVASI PENGETAHUAN NUKLIR. Pemanfaatan iptek nuklir bertumpu pada akumulasi pengetahuan dan technical excellence. Akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari kegiatan litbang iptek nuklir di Indonesia selama lebih kurang 45 tahun, termasuk pengoperasian 3 buah reaktor riset dan fasilitas nuklir lainnya, pengembangan infrastruktur dasar dalam rangka persiapan introduksi PLTN pertama, dan peranserta dalam pembangunan fasilitas nuklir di Serpong pada dekade 80an dan 90-an tentulah cukup signifikan. Cukup banyak pakar nuklir yang terlibat dalam kegiatan tersebut telah dan akan purna bakti dalam waktu 10 tahun mendatang, membawa serta banyak pengetahuan dan memori organisasi. Sebab itu, preservasi pengetahuan nuklir, baik pengetahuan eksplisit maupun pengetahuan tacit, perlu lebih diintensifkan untuk meminimalkan loss of accumulated knowledge. Karena pengetahuan tacit lebih sulit dikelola dibandingkan pengetahuan eksplisit maka tantangan utama dalam preservasi pengetahuan adalah menemukan cara-cara untuk melakukan preservasi, atau paling tidak mengalihkan, pengetahuan tacit. Preservasi pengetahuan melibatkan dua kegiatan pokok, yaitu menangkap pengetahuan tacit dan menyimpan atau mengalihkan pengetahuan tacit yang telah tertangkap ke dalam memori organisasi. Metodologi preservasi mengenal dua pendekatan dalam penangkapan pengetahuan tacit, yaitu Kodifikasi dan Personalisasi. Kodifikasi merupakan pendekatan untuk mengalihkan pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit dalam wujud dokumen, sedang Personalisasi untuk mengalihkan pengetahuan tacit ke tacit. Pengetahuan eksplisit dapat disimpan di dalam tandon pengetahuan konvensional maupun tandon berbasis teknologi informasi, sedang pengetahuan tacit disimpan di dalam tandon berbasis manusia (anggota organisasi). Katakunci: pengelolaan pengetahuan, preservasi pengetahuan, knowledge capturing.
Abstract PRESERVATION OF NUCLEAR KNOWLEDGE. Utilization of nuclear science and technology relies on the accumulation of knowledge and technical excellence. Significant knowledge and experience has been accumulated by Indonesian as a result of nuclear R & D activities for approximately 45 years, including running 3 research reactors and other nuclear facilities, basic infrastructure development to support the preparation for the introduction of the first nuclear power plant, participation in the establihment of the Serpong Nuclear Facility in the 80's and 90's. Many experts that were involved in those activities were retired or are retiring in 10 years to come, taking with them a great deal of knowledge and corporate memory. Preservation of nuclear knowledge, explicit as well as implicit knowledge, is therefore needs to be intensified in order to minimize attrition-related loss of knowledge. Since tacit knowledge is more difficult to manage than explicit knowledge, the primary challenge of preserving knowledge is to find ways in which tacit knowledge might be captured or at least be transferred to successors. Knowledge preservation involves two main activities, i.e. capturing tacit knowledge and storing or transferring the captured knowledge into the organizational memory. There are two approaches for capturing tacit knowlegde, i.e. Codification and Personalization. Codification converts tacit knowledge into explicit knowledge in the form of document, whereas Personalization transfers tacit knowledge of a person to another person. While explicit Karsono
155
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 knowledge may be stored into a conventional or IT-based knowledge repository, tacit knowledge is stored in people-based repository. Keywords: knowledge management, knowledge preservation, knowledge capturing.
sebelumnya profesor pada Massachusetts Institute of Technology dan kini Chairperson pada Society for Organizational Learning, mendefinisikan pengetahuan adalah “capacity for effective action”. Definisi ini mengintegrasikan konsep tindakan ke dalam konsep pengetahuan. Dari sudut pandang ini, memiliki pengetahuan berarti memiliki kapasitas untuk mencapai hasil tertentu yang dikehendaki. Kapasitas semacam ini diperoleh melalui proses integrasi kepakaran teknis, pengetahuan metodologis dan kompetensi sosial secara ekstensif [1] . Dari perspektif manajemen perbedaan utama antara informasi dan pengetahuan adalah bahwa informasi jauh lebih mudah untuk diidentifikasi, diorganisasikan, dan didistribusikan. Sedangkan pengetahuan tidak benar-benar dapat dikelola karena berada di benak manusia, bersifat intangible, dinamik, dan sulit diukur. Pada dasarnya, alih pengetahuan tidak dapat dilakukan secara paksa; alih pengetahuan berlangsung secara sukarela. Dengan kata lain, kita perlu memahami tingkat-tingkat pengetahuan sebagai berikut [2]:
PENDAHULUAN Pemanfaatan iptek nuklir bertumpu pada akumulasi pengetahuan selama kurun waktu yang panjang dan technical excellence. Upaya untuk menguasai dan memanfaatkan iptek nuklir di Indonesia telah berlangsung cukup lama. Litbang (penelitian dan pengembangan) nuklir telah dilakukan selama lebih dari 45 tahun. Pada kurun waktu itu, telah dioperasikan 3 reaktor riset dan berbagai fasilitas nuklir yang lain dalam rangka litbang dan pemanfaatan iptek nuklir. Selain itu, dilakukan pula kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan nuklir di bidang energi serta pengelolaan pembangunan fasilitas, antara lain, pengembangan infrastruktur dasar dalam rangka mendukung persiapan introduksi PLTN pertama di Indonesia, dan peranserta dalam pembangunan fasilitas nuklir di Serpong pada dekade 80-an dan 90-an. Akumulasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dihasilkan oleh kegiatan nuklir di Indonesia cukup signifikan, dan menjadi modal berharga dalam upaya untuk meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek nuklir di masa depan. Melalui kegiatan preservasi yang telah dilakukan selama ini sebagian pengetahuan yang terakumulasi telah tersimpan di dalam memori organisasi berupa tandon pengetahuan, sebagian yang lain masih merupakan pengetahuan tacit yang belum diubah menjadi pengetahuan eksplisit atau dialihkan ke anggota organisasi yang lain. Namun, disadari pula bahwa cukup banyak pakar nuklir atau pelaku kegiatan-kegiatan tersebut telah atau akan purna bakti dalam masa 10 tahun mendatang. Mereka membawa serta pengetahuan tacit dan pengalaman yang belum dipindahkan ke dalam tandon pengetahuan organisasi. Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir telah direkrut ratusan pegawai baru dalam rangka regenerasi SDM. Dengan demikian, preservasi pengetahuan nuklir untuk mempertahankan pengetahuan yang telah terakumulasi, mendukung alih pengetahuan ke generasi penerus, dan mendukung upaya peningkatan kapasitas untuk melakukan inovasi perlu lebih diintensifkan.
simbol-simbol (+ syntax) data (+ makna) informasi (+ konteks, pengalaman) pengetahuan (+ diterapkan) know-how (+ kemauan bertindak) tindakan (+ implementasi, konteks) kompetensi (+ kombinasi unik) daya saing Mengingat pengetahuan diperlukan oleh organisasi agar mampu bertahan hidup, salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan pengetahuan (knowledge management) adalah menciptakan situasi kondusif bagi anggota-anggota organisasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan serta menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Pengetahuan dapat dipilah menjadi dua jenis, pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit (sering dinamakan pula pengetahuan implisit). Pada dasarnya, pengetahuan eksplisit terkandung di dalam dokumen, sedang pengetahuan tacit bersemayam di benak manusia. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah atau dapat diartikulasikan, sehingga mudah dikomunikasikan secara independen ke
PENGETAHUAN Banyak definisi tentang pengetahuan. Peter Senge,
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
156
Karsono
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 orang lain. Artikulasi jenis pengetahuan ini biasa berupa dokumen, berbentuk hard copy maupun bentuk elektronik, misalnya diktat, juklak, juknis, dokumen rancangan, laporan penelitian, jurnal ilmiah, proceeding. Pengetahuan tacit melengkapi kompetensi inti suatu organisasi. Pengetahuan tacit sesorang tidak mudah diakses orang lain, dipreservasi, maupun dialihkan ke generasi penerus. Karena tidak mudah didokumentasikan, alih pengetahuan tacit dilakukan melalui diskusi, ceritera, dan interaksi personal. Pengetahuan jenis ini lebih sulit dikelola dibandingkan pengetahuan eksplisit, mengingat orang sering tidak sadar pengetahuan yang dimilikinya maupun bagaimana pengetahuan tersebut berguna bagi orang lain. Selain itu, orang tahu lebih banyak daripada yang dapat ia katakan, dan mengatakan lebih banyak katimbang yang dapat ia tulis. Sebab itu, jika alih pengetahuan tacit belum menjadi bagian dari proses pembelajaran tidak mustahil akan terjadi organizational memory loss manakala anggota-inti organisasi ke luar karena purna bakti, pindah kerja, dll.
saat pengetahuan tersebut diproduksi, tidak menunggu setelah 'pemilik' mendekati purna bakti. Sebagian kalangan berpendapat bawa, selain pengetahuan, sedapat mungkin diupayakan pula untuk menangkap pola sikap (attitude) anggota organisasi yang terbukti telah menunjukkan kinerja yang baik. Kegiatan menangkap pengetahuan dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Kodifikasi (codification) dan Personalisasi (personalization). Kodifikasi Kodifikasi bertumpu pada strategi menangkap pengetahuan dengan tujuan untuk mengalihkan pengetahuan tacit ke dalam bentuk dokumen, baik berupa hardcopy maupun dokumen elektronik, sehingga mudah diakses dan didistribusikan kepada orang lain. Jika perlu, untuk mendokumentasikan “sesuatu yang tidak mudah atau tidak mungkin diungkapkan” dapat igunakan perekam audio maupun video. Ada tiga cara yang dapat dipilih, yaitu pendokumentasian, de-briefing, dan exitinterview. Pendokumentasian
PRESERVASI PENGETAHUAN Pada dasarnya, preservasi pengetahuan adalah upaya agar pengetahuan yang telah terakumulasi tetap berada di dalam organisasi, tidak hilang karena anggota organisasi meninggalkan organisasi. Melalui preservasi diharapkan tidak terjadi organizational memory loss, sehingga paling tidak organisasi mampu mempertahankan kapasitasnya untuk melakukan tindakan efektif. Pada dasarnya, preservasi pengetahuan mencakup dua kegiatan utama, yakni menangkap (capture) pengetahuan dan menyimpan pengetahuan ke tandon pengetahuan (knowledge repository) sehingga tetap merupakan bagian dari memori organisasi. Penangkapan pengetahuan bisa berupa alih pengetahuan tacit menjadi eksplisit atau pengetahuan tacit ke tacit. Manfaat pendekatan pertama adalah dari proses tersebut dihasilkan tangible outcome. Pengetahuan berwujud dokumen dapat dengan mudah disimpan, diduplikasi dan didistribusikan untuk kemudian dimanfaatkan oleh mereka yang masih aktif bekerja maupun oleh generasi penerus yang akan menduduki jabatan tersebut di kemudian hari [3]. Knowledge capturing Penangkapan pengetahuan tacit anggota organisasi, terutama mereka yang sudah berpengalaman dan mendekati purna bakti, seyogyanya dilakukan. Menangkap pengetahuan lebih baik dilakukan pada
Karsono
Kendala yang umum dihadapi adalah keluhan bahwa pakar pemilik pengetahuan tidak memiliki cukup waktu untuk menulis dokumen. Seringkali keterbatasan waktu hanyalah alasan untuk menutupi ketakminatan membuat dokumen. Cara ini bisa jadi merupakan cara yang baik untuk preservasi pengetahun eksplisit, tetapi tidak berhasil jika diterapkan untuk preservasi pengetahuan tacit. Masalah yang mungkin muncul adalah dokumen yang dihasilkan tidak selalu jelas, dan alih pengetahuan juga diwarnai oleh interpretasi pengguna dokumen. De-briefing De-briefing bertujuan untuk mengubah pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit. Cara ini dapat dilakukan dengan modus lisan atau modus video, dengan waktu pelaksanaan bisa beberapa hari bergantung pada pakar. Perlu persiapan beberapa hari, dan biaya bisa mahal. Exit-interview Kegiatan wawancara bisa dilakukan dalam suasana santai; pegawai yang akan meninggalkan organisasi bisa menjelaskan apa yang penting dari pekerjaannya, alasan meninggalkan organisasi, halhal yang perlu diperbaiki. Ia juga bisa menjelaskan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan pekerjaannya, di mana dokumen-dokumen tersebut tersimpan, masalah-masalah yang mungkin dihadapi
157
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Yang penting diingat adalah bahwa lazimnya manusia hanya ingat 20% dari yang dia ketahui, dan aktifitas mengingat terkait dengan konteks. Personalisasi Hakekat strategi ini adalah membangun tandon pengetahuan berbasis orang (people-based knowledge repository) dengan sifat keterhubungan antar-manusia (connectivity) sebagai tumpuan. Personalisasi diterapkan melalui beberapa cara, antara lain, melalui mentoring, pembentukan Tim KPS (Knowledge Preservation System), dan Komunitas Praktisi (Communities of Practice, CoP). Melalui pendekatan ini pengetahuan tacit seseorang dapat dialihkan kepada anggota organisasi yang lain. Mentoring Mentoring merupakan hubungan antara seorang anggota organisasi yang lebih berpengalaman dengan seorang anggota yang kurang berpengalaman. Cara ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman mentee, dan kemampuan untuk mempraktekkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki mentor selama kurun waktu panjang. Peran mentor lebih untuk mendorong kemampuan berpikir kritis, kepercayaan-diri, dan kematangan peran sang mentee. Cara ini dapat memampatkan learning curve dari mentee, dan potensial memungkinkan penularan pola sikap mentor ke mentee. Tim KPS Tugas tim KPS adalah menerima alih pengetahuan dari anggota organisasi yang akan meninggalkan organisasi, dan kemudian mengalihkan pengetahuan tersebut ke anggota organisasi yang lain. Penerapan cara ini membutuhkan ketersediaan anggota tim yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan luas. Sebagian pengetahuan yang dialihkan bisa tercecer akibat keharusan melakukan dua kali alih pengetahuan, ke dan dari tim KPS.
Komunitas Praktisi CoP adalah jejaring orang-orang yang bekerja pada bidang serupa atau memiliki disiplin ilmu yang serumpun. Komunitas ini bisa bersifat formal atau pun tidak formal (komunitas peminat), kegiatan berbagi informasi dan pengetahuan dapat dilakukan melalu berbagai cara, misalnya, diskusi tatap muka, diskusi melalui milis. CoP bisa dibangun dengan melibatkan orang-orang pada tataran organisasi, STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
158
nasional, maupun regional atau internasional. Salah satu contoh komunitas ini adalah organisasiorganisasi profesi. Forum-forum diskusi formal maupun informal, jejaring kerjasama di kalangan saintis nuklir di dalam negeri, maupun jejaring kerjasama seperti regional halnya ANENT, ANSN, FNCA (Forum for Nuclear Cooperation in Asia) merupakan contoh-contoh bentuk CoP. Salah kunci keberhasilan komunitas ini adalah kesediaan anggota-anggota jejaring untuk berbagi pengetahuan dan informasi (budaya berbagi di komunitas). Tandon pengetahuan Preservasi pengetahuan eksplisit berwujud dokumen lazim dilakukan dengan membangun tandon pengetahuan, baik berupa perpustakaan konvensional maupun tandon berbasis teknologi informasi, di mana dokumen berwujud hardcopy atau dokumen elektronik disimpan dan diorganisasikan sedemikian sehingga mudah diakses oleh para pengguna dalam rangka diseminasi dan alih pengetahuan. Beberapa tahun terakhir kita menyaksikan menjamurnya basis data pengetahuan yang diapat diakses melalui internet. Tandon pengetahuan berbasis teknologi informasi di bidang iptek nuklir, pada tataran nasional, sudah ada sejak beberapa tahun lalu, misalnya e-journal, e-proceeding pada situs perpustakaan digital BATAN, hub ANSN (Asian Nuclear Safety Network) Indonesia untuk materimateri tentang keselamatan nuklir yang dikelola oleh Bapaten. Pada lingkup internasional atau pun regional telah tersedia pula tandon serupa yang dapat diakses melalui internet, misalnya, basis data INIS-IAEA (International Nuclear Information System, IAEA), dan ANENT (Asian Network of Education in Nuclear Technology) cyber platform dikelola oleh KAERI (Korean Atomic Energy Research Institute). Indonesia, melalui BATAN sebagai liaison office INIS untuk Indonesia, berperan aktif dalam memasok publikasi ilmiah nasional untuk disimpan di dalam basis data INIS. Pembangunan nuclear knowledge portal yang dapat diakses dengan mudah melalui intranet atau internet sebagai sarana untuk preservasi dan alih pengetahuan nuklir perlu mulai dipikirkan. Tidak semua pengetahuan tacit dapat dialihkan ke bentuk dokumen. Sebagian pengetahuan tacit seseorang hanya dapat dialihkan menjadi pengetahuan tacit orang lain. Dalam hal ini, orang berperan sebagai tandon pengetahuan (people-based knowledge repository), dan aspek keterhubungan antar-orang serta budaya untuk berbagi pengetahuan di dalam organisasi menjadi tumpuan keberhasilan membangun tandon Karsono
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 pengetahuan tacit. KESIMPULAN Keluarnya anggota organisasi dapat mengakibatkan organisasi kehilangan sebagian pengetahuan yang telah terakumulasi sehingga menurunkan kapasitas untuk melakukan tindakan efektif. Hal ini dapat mengganggu upaya organisasi untuk meningkatkan kinerja, melakukan inovasi, dan mempertahankan daya saing. Bagi operator PLTN atau fasilitas nuklir, kehilangan pengetahuan tentang operasi dan keselamatan fasilitas bisa mengancam kehandalan operasi fasilitas tersebut. Sebab itu, perlu dilakukan langkah antisipatif dengan melaksanakan program preservasi pengetahuan. Preservasi pengetahuan, terutama pengetahuan critical, perlu dilakukan baik untuk pengetahuan eksplisit maupun pengetahuan tacit melalui kodifikasi atau personalisasi. Kodikasi adalah suatu pendekatan untuk menangkap dan mengalihkan pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit dalam bentuk dokumen, sedang personalisasi mengalihkan pengetahuan tacit seseorang menjadi pengetahuan tacit orang lain bertumpu pada keterhubungan dan pemeranan manusia sebagai tandon pengetahuan tacit. Menangkap pengetahuan eksplisit dapat dilaksanakan melalui pendokumentasian, debriefing, exit-interview, sedangkan menangkap pengetahuan tacit dapat dilaksanakan melalui mentoring, dan pembentukan Tim KPS atau Komunitas Praktisi. DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
IAEA, Managing Nuclear Knowledge: Strategies and Human Resource Development (Summary of Conf. Saclay, 2004), STI/PUB/1235, IAEA, Vienna (2006). Mohsen Gerami, Knowledge Management, International Journal of Computer Science and Information Security (IJCSIS), Vol. 7, No. 2 (2010). R. Workman, Capturing Tacit Knowledge (Managing Nuclear Knowledge, Proc. Conf. Trieste, 2005), STI/PUB/1266, IAEA, Vienna (2006). Y. Yanev, Loss of Nuclear Expertise: Methodology for Knowledge Retention, 3-rd ANENT Coordination Meeting, Republic of Korea (2006).
Karsono
159
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
160
Karsono