LITERAT No. 31 Tahun 2010
ISSN: 1411–2566
Prawacana Bismillahirrohmanirrohiim, Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh, Pada bulan September tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK) Akademi Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para dosen, baik dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang dengan senang hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan kualitas keilmuan di bidang kebidanan di bumi pertiwi ini.
Mengawali JIKK edisi ke-6 ini, Diah Nurmayawati memaparkan tentang Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Menarche (Menstruasi Pertama) di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011. Tulisan Selanjutnya, Sundari yang memaparkan mengenai Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2011. Tak kalah menarik, Yuliati memaparkan tentang Pengetahuan Mahasiswa Tingkat II Tentang Kematian Janin Dalam Kandungan (Intra Uterine Fetal Death) Di Akademi Kebidanan ArRahmah. Tulisan selanjutnya, Esti Hitatami mengkaji tentang Pemahaman Wanita Pra Menopause Tentang Perubahan Fisiologi Menjelang Menopause di Desa Baros. Selanjutnya, Widyastuti memaparkan mengenai Pendapat Ibu Tentang Imunisasi di Bidan Praktek Swasta (BPS) Bidan HJ. Cicih K, Am.Keb Desa Galanggang Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat. Tulisan selanjutnya, Winarni menguraikan tentang Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelas XI IPA SMA Pahlawan Toha Bandung. Tulisan terakhir, JM Weking mengkaji tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Tentang Persiapan Menghadapi Persalinan di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur Tahun 2011. Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk edisi JIKK selanjutnya. Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca! Billahittaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.
Penyunting.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 1
jikk
ISSN: 2356-5454
jikk Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Nomor 06 Tahun 2014, ISSN: 2356-5454 Diterbitkan oleh,
Ar Rahmah Press Akademi Kebidanan Ar Rahmah – Bandung Penanggung Jawab Hj. Diah Nurmayawati Ketua Penyunting Yuliati Wakil Ketua Penyunting Andi Laksana B Anggota Esti Hitatami Sundari Desra Amelia Irma Rosliani Dewi Iis Wahyuni Widyastuti Nunung Kanianingsih Winarni Ajeng Windyastuti JM Weking Yuliustina Mitra Bestari (Penyunting Ahli) Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti) Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U) Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya) Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang) Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang) Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada) Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada) Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara) Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia) Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti) Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta) Setting Layout & Sirkulasi M. Andriana Gaffar Yadi Firmansyah Hamdan Hidayat Hamdani Fitriasukma Ekaputra
Hal | 2
Nomor 06 Tahun 2013
Daftar Isi GAMBARAN PENGETAHUAN SISWI TENTANG MENARCHE (MENSTRUASI PERTAMA) DI SMPN 2 CIKALONG WETAN KELAS I KEC. CIKALONG WETAN KAB. BANDUNG BARAT TAHUN 2011 oleh Diah Nurmayawati ... 3 PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN MENGENAI PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 oleh Sundari ... 11 PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT II TENTANG KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (INTRA UTERINE FETAL DEATH) DI AKADEMI KEBIDANAN ARRAHMAH oleh Yuliati ... 19 PEMAHAMAN WANITA PRA MENOPAUSE TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGI MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BAROS oleh Esti Hitatami ... 26 PENDAPAT IBU TENTANG IMUNISASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) BIDAN HJ. CICIH K, AM.KEB DESA GALANGGANG KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT oleh Widyastuti ... 31 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI KELAS XI IPA SMA PAHLAWAN TOHA BANDUNG oleh Winarni ... 37 PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN DI DESA PANGADEGAN KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 oleh JM Weking ... 47
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
GAMBARAN PENGETAHUAN SISWI TENTANG MENARCHE (MENSTRUASI PERTAMA) DI SMPN 2 CIKALONG WETAN KELAS I KEC. CIKALONG WETAN KAB. BANDUNG BARAT TAHUN 2011 Oleh Diah Nurmayawati ABSTRAK Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. Menarche adalah menstruasi yang baru pertama kali muncul pada remaja putri. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia terdapat 49,2% remaja perempuan yang ditandai dengan datangnya menstruasi untuk pertama kalinya (menarche). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi kelas I tentang menarche (menstruasi pertama) yang meliputi pengertian menarche, tanda-tanda menjelang menarche, usia awal menarche, dan perubahan fisik setelah menarche. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel pada penelitian ini sebanyak 58 responden, menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian dari 58 siswi kelas I tentang pengertian menarche sebanyak 27 siswi (46,6%) memiliki pengetahuan yang baik, 22 siswi (37,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 9 siswi (15,5%) memiliki pengetahuan yang kurang, tentang tanda-tanda menjelang menarche sebanyak 40 siswi (69,0%) memiliki pengetahuan yang baik, 12 siswi (20,7%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 6 siswi (10,3%) memiliki pengetahuan yang kurang, tentang usia awal menarche sebanyak 44 siswi (75,9%) memiliki pengetahuan yang baik, 7 siswi (12,1%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 7 siswi (12,1%) memiliki pengetahuan yang kurang, dan tentang perubahan fisik setelah menarche sebanyak 39 siswi (67,2%) memiliki pengetahuan yang baik, 15 siswi (25,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 4 siswi (6,9%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pada kesimpulan terlihat bahwa pengetahuan siswi kelas I tentang menarche (menstruasi pertama) sebagian besar berpengetahuan baik. Dengan demikian siswi kelas I dapat meningkatkan pengetahuannya dengan memperoleh informasi dari penyuluhan yang diberikan, dari bertanya kepada orang tua atau dari berbagai media informasi dan diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian selanjutnya. Kata Kunci : Deskriptif, Pengetahuan dan Menarche PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. Dalam bidang kesehatan sebuah Organisasi Kesehatan Sedunia atau WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Yang mana dibagi menjadi 2 batasan remaja yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-24 tahun). (Sarlito, 2007) Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2008, mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 1019 tahun adalah sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja perempuan. Pubertas pada perempuan dapat ditandai dengan datangnya
menstruasi untuk pertama kalinya (menarche). (Depkes, 2008). Estimasi jumlah remaja usia 10-24 tahun di jawa barat tahun 2008 sudah mencapai 11.662.000 orang. Jumlah remaja yang semakin meningkat diikuti oleh Permasalahan remaja yang semakin meluas. Selama tahun 2007 – 2008 hanya 0.72 % dari total remaja usia 10-24 tahun di Jawa Barat. Angka ini menggambarkan betapa kecilnya jumlah remaja yang terpapar informasi dan layanan yang terkait dengan KRR. (Mukaromah, 2009) Kabupaten Bandung Barat mempunyai penduduk sekitar 42,9% penduduk dari Kabupaten Bandung, berdasarkan pendataan sensus penduduk 2010 penduduk di Kabupaten Bandung Barat telah mencapai 95 % dengan jumlah penduduk 1.488.867 jiwa,
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 3
jikk
ISSN: 2356-5454
angka tersebut hasil dari penjumlahan penduduk laki-laki sebanyak 758.212 jiwa dan perempuan sebanyak 730.655 jiwa. Dan usia pubertas yaitu usia 10 - 19 tahun yang bagi sebagian remaja wanita akan mengalami menarche dimana 15-20% masih usia sekolah. 30 % remaja Indonesia usia 10-24 tahun dan SDKI 2007 dirancang untuk menghasilkan estimasi karakteristik penting dari wanita yang pernah menikah usia 15-49 tahun, pria menikah usia 15-24 tahun serta pria dan wanita belum menikah usia 15-24 tahun (KBB, 2010, SDKI, 2007) Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapat perhatian khusus karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Anak-anak berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. (Maju, 2010) Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja secara umum ditandai dengan adanya laju pertumbuhan dan perkembangan internal lebih menonjol daripada perkembangan eksternal, seperti tumbuh bulu-bulu di ketiak, haid. Pada wanita kejadian yang terpenting dalam pubertas adalah timbulnya menstruasi/haid, dimana terjadinya pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita secara periodik. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. (AlMighwar, 2006, Sarlito, 2007) Sedangkan menarche adalah menstruasi yang baru pertama kali muncul pada remaja putri dan hal ini merupakan hal yang wajar karena untuk menandakan bahwa seorang wanita telah memasuki masa pubertas yaitu
Hal | 4
Nomor 06 Tahun 2013
masa dimana seorang wanita mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja dan terjadi kematangan alat-alat seksual atau sistem reproduksi. (Fitria Ana, 2007) SMPN 2 Cikalong Wetan yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 yang berdiri tahun 1997 di Desa Tenjolaut Kecamatan Cikalong Wetan. SMPN 2 Cikalong Wetan memiliki guru sebanyak 30 orang dan murid sebanyak 720 orang, murid terbagi dalam 3 tingkatan kelas yaitu kelas 1 , 2, dan 3. Tiap tingkatan kelas memiliki jumlah murid yang berbeda, seperti kelas 1 dengan jumlah murid 280 orang terbagi dalam 7 kelas, kelas 2 dengan jumlah murid 240 orang terbagi dalam 6 kelas, dan kelas 3 dengan jumlah murid sebanyak 200 orang terbagi dalam 5 kelas. SMPN 2 Cikalong Wetan memiliki program ekskul (Ekstra kulikuler) seperti Drumband, PMR, Olah raga. (Profil SMPN 2 Cikalong Wetan, 2010) Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 3 Januari 2011 kepada 10 orang siswi kelas 1 di SMPN 2 Cikalong Wetan diperoleh bahwa 8 siswi belum mengalami menstruasi yaitu sekitar 80% siswi yang belum mengalami menstruasi dan 2 siswi atau sekitar 20 % telah mengalami menstruasi akan tetapi masih mengalami beberapa kesulitan dalam menghadapi menstruasi seperti rasa malu dan takut. Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil judul tentang “Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011”. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Bab ini akan menguraikan hasil penelitian Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011. Pada penelitian ini penulis mendapatkan 58 responden. Hasil penelitian
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
ini disajikan dalam bentuk analisis univariat, untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu pengetahuan dengan sub variabel pengertian menarche, tanda-tanda menjelang menarche, usia awal menarche, dan perubahan fisik setelah menarche.
Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Pengertian Menarche
Dengan menyebarkan kuesioner kepada 58 responden yang menjadi sampel penelitian berdasarkan pengetahuan tentang pengertian menarche. Hasil penelitian dipaparkan dalam tabel dan dapat dilihat di bawah ini : Tabel Distribusi Presentase Pengetahuan Siswi Tentang Pengertian Menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011
No
Pengetahuan tentang pengertian Menarche
f
%
1
Baik
27
46,6
2
Cukup
22
37,9
3
Kurang
9
15,5
58
100
Jumlah Tabel di atas menggambarkan pengetahuan siswi tentang pengertian menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011 tersebut dapat dilihat bahwa 27 siswi (46,6%) memiliki pengetahuan yang baik, 22 siswi (37,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 9 siswi (15,5%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya siswi kelas 1 memiliki pengetahuan yang baik tentang pengertian menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011.
Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Tanda-Tanda Menjelang Menarche Dengan menyebarkan kuesioner kepada 58 responden yang menjadi sampel penelitian berdasarkan pengetahuan tandatanda menjelang menarche. Hasil penelitian dipaparkan dalam tabel dan dapat dilihat di bawah ini : Tabel Distribusi Presentase Pengetahuan Siswi Tentang Tanda-Tanda Menjelang Menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011
No
Pengetahuan tentang Tanda-Tanda Menjelang Menarche
f
%
1
Baik
40
69,0
2
Cukup
12
20,7
3
Kurang
6
10,3
58
100
Jumlah
Tabel di atas menggambarkan pengetahuan Siswi tentang tanda-tanda menjelang menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011 tersebut dapat
dilihat bahwa 40 siswi (69,0%) memiliki pengetahuan yang baik, 12 siswi (20,7%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 6 siswi (10,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 5
jikk
ISSN: 2356-5454
setengahnya siswi kelas 1 memiliki pengetahuan yang baik tentang tanda-tanda menjelang menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011. Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Usia Awal Menarche Dengan menyebarkan kuesioner kepada 58 responden yang menjadi sampel No
penelitian berdasarkan pengetahuan usia awal menarche. Hasil penelitian dipaparkan dalam tabel dan dapat dilihat di bawah ini : Tabel Distribusi Presentase Pengetahuan Siswi Tentang Usia Awal Menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011
Pengetahuan tentang Usia Awal Menarche
f
%
1
Baik
44
75,9
2
Cukup
7
12,1
3
Kurang
7
12,1
58
100
Jumlah Tabel di atas menggambarkan pengetahuan Siswi tentang usia awal menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011 tersebut dapat dilihat bahwa 44 siswi (75,9%) memiliki pengetahuan yang baik, 7 siswi (12,1%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 7 siswi (12,1%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas 1 memiliki pengetahuan yang baik tentang usia awal menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011.
Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Perubahan Fisik Setelah Menarche Dengan menyebarkan kuesioner kepada 58 responden yang menjadi sampel penelitian berdasarkan pengetahuan perubahan fisik setelah menarche. Hasil penelitian dipaparkan dalam tabel dan dapat dilihat di bawah ini : Tabel Distribusi Presentase Pengetahuan Siswi Tentang Perubahan Fisik Setelah Menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011
No
Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Setelah Menarche
f
%
1
Baik
39
67,2
2
Cukup
15
25,9
3
Kurang
4
6,9
58
100
Jumlah
Tabel di atas menggambarkan pengetahuan Siswi tentang usia awal menarche di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec.Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat tahun 2011 tersebut dapat dilihat bahwa 39 siswi (67,2%) memiliki pengetahuan yang
Hal | 6
Nomor 06 Tahun 2013
baik, 15 siswi (25,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 4 siswi (6,9%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswi kelas 1 memiliki pengetahuan yang baik tentang usia awal menarche di SMPN 2
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
Cikalong Wetan Kec.Cikalong Wetan Bandung Barat tahun 2011.
ISSN: 2356-5454 Kab.
Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Pengertian Menarche Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa 27 siswi (46,6%) memiliki pengetahuan yang baik, 22 siswi (37,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 9 siswi (15,5%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 58 responden tentang pengertian menarche (menstruasi pertama) didapat bahwa 15,5% siswi memiliki pengetahuan yang kurang. Kurangnya pengetahuan siswi kelas I disebabkan karena siswi/remaja putri dari segi fisik dan psikologis belum matang serta kurang mendapatkan informasi tentang menarche (menstruasi pertama), baik dari sekolah maupun dari keluarga. Pengetahuan yang kurang tentang menarche (menstruasi pertama) bisa berakibat dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak yaitu pada waktu menjelang menarche akan mengalami perubahan psikologi dan ganguan fisik karena siswi akan merasa tidak nyaman dengan munculnya perubahan fisik yang sangat menyulitkan aktivitas. Siswi dapat mengira bahwa Menarche (menstruasi pertama) merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Siswi yang tidak diajari untuk menganggap Menarche (menstruasi pertama) sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat Menarche (menstruasi pertama) mereka. Menarche dianggap sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang. (Fitria Ana, 2007) Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Ini berarti pengetahuan siswi tentang Menarche (menstruasi pertama) sudah sesuai dengan teori bahwa siswi dapat menambah pengetahunya dengan bertanya kepada orang tua atau membaca dari buku-
buku tentang Menarche (menstruasi pertama). (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan yang kurang bisa ditambah dari pengalaman orang tua atau keluarga yang sudah mengalami Menarche (menstruasi pertama). Notoatmodjo (2005) menyatakan pengalaman adalah guru yang baik, dengan demikian pepatah tersebut mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. (Notoatmodjo, 2005) Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Tanda-Tanda Menjelang Menarche Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa 40 siswi (69,0%) memiliki pengetahuan yang baik, 12 siswi (20,7%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 6 siswi (10,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 58 responden tentang tanda-tanda menjelang menarche (menstruasi pertama) didapat bahwa 10,3% siswi memiliki pengetahuan yang kurang. Kurangnya pengetahuan siswi tentang tanda-tanda menjelang menarche disebabkan siswi baru mengalami menarche (menstruasi pertama), serta belum mendapatkan informasi-informasi tentang tanda-tanda menjelang menarche dari orang tua atau sekolah. Karena menarche masih dianggap belum pantas atau masih tabu untuk disampaikan pada anak perempuan dengan usia 10-16 tahun. Oleh sebab itu, orang tua tidak memberikan informasi atau tandatanda menjelang menarche, sehingga siswi mempunyai perasaan persepsi negatif tentang dirinya. Menurut Soetjiningsih (2007) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Sehingga kurangnya pengetahuan siswi tentang tandatanda menjelang menarche bisa berakibat pada perubahan fisik karena siswi akan mengalami sakit kepala, sakit punggung, sakit perut, serta mudah lelah, perasaan tertekan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 7
jikk
ISSN: 2356-5454
dan gampang marah, sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan saat aktivitas sehari-hari. Gangguan fisik dan psikologi itu akan hilang dengan sendirinya saat menjelang menarche (menstruasi pertama) datang setiap bulan. (Soetjiningsih, 2007) Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari “tahu”(know) dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia. Ini berarti pengetahuan siswi tentang tanda-tanda menarche (menstruasi pertama) sudah sesuai dengan teori dimana siswi dapat menambah pengetahuanya dari buku-buku tentang menarche (menstruasi pertama), dari media elektronik seperti televisi, internet, serta dari pengalaman orang tua. (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan merupakan salah satu dasar dari kehidupan manusia dalam memahami kehidupannya, sehingga setiap permasalahan dapat dicari segera jawaban dan penyelesaiannya. Kurangnya pengetahuan siswi bisa ditambah dengan memahami apa yang terjadi ketika mengalami tanda-tanda menjelang menarche (menstruasi pertama). (Suyanto, 2009) Gambaran Pengetahuan Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Usia Awal Menarche Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa 44 siswi (75,9%) memiliki pengetahuan yang baik, 7 siswi (12,1%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 7 siswi (12,1%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 58 responden tentang usia awal menarche (menstruasi pertama) didapat bahwa 12,1% siswi memiliki pengetahuan yang kurang. Kurangnya pengetahuan siswi tentang usia awal menarche (menstruasi pertama) disebabkan karena siswa tidak tahu akan terjadinya menarche (menstruasi pertama) sehingga siswa kurang mengerti dan kurang paham tentang datangnya menarche (menstruasi pertama) pada usia berapa. Menurut Soetjiningsih (2007) haid pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat bervariasi pada umur berapa masing-masing individu
Hal | 8
Nomor 06 Tahun 2013
mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-15,5 tahun. Siswi yang baru mengalami menarche (menstruasi pertama) akan mengalami kecemasan dan berfikiran negatif tentang perubahan yang terjadi pada awal menarche (menstruasi pertama). Kurangnya pengetahuan siswi ini akan berakibat pada keadaan psikologisnya karena siswi akan merasakan sebagai pengalaman yang negatif, artinya siswi mengira pada usia awal menarche (menstruasi pertama) ini merupakan sebuah penyakit. (Soetjiningsih, 2007) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu, tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan siswi tentang usia awal menarche ini dapat ditambah dengan menerima atau memahami pada usia awal terjadinya menarche sehingga siswi akan siap dengan perubahan-perubahan yang terjadi pda saat menarche. Ini berarti pengetahuan siswi tentang usia awal menarche sudah sesuai dengan teori dimana bisa diasumsikan bahwa siswi tahu saat menjelang usia awal menarche. (Notoatmodjo, 2003) Gambaran Pengetahuan Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Perubahan Fisik Setelah Menarche Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa 39 siswi (67,2%) memiliki pengetahuan yang baik, 15 siswi (25,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 4 siswi (6,9%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 58 responden tentang usia awal menarche (menstruasi pertama) didapat bahwa 6,9% siswi memiliki pengetahuan yang kurang mengenai perubahan fisik setelah menarche (menstruasi pertama). Kurangnya pengetahuan siswi disebabkan karena siswi baru mengalami menarche (menstruasi pertama), sehingga saat siswi mulai mengalami menarche (menstruasi pertama), siswi belum mengetahui perubahan yang akan terjadi pada fisiknya. Perubahan fisik yang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
terjadi setelah mengalami menarche (menstruasi pertama) diantaranya seperti payudara dan putting mulai berkembang menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di supra pubis (alat vital/kemaluan). Menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan termasuk salah satu tugas perkembangan masa puber. Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut breast bud yaitu terdiri dari penonjolan puting disertai pembesaran daerah aerola sekitar umur 8-12 tahun. (Soetjiningsih, 2007) Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari “tahu”(know) dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (indra penglihatan) dan telinga (indra pendengaran). Ini berarti pengetahuan siswi tentang perubahan fisik setelah menarche sudah sesuai dengan teori dimana dapat diasumsikan bahwa siswi sudah melihat perubahan yang terjadi setelah menarche. Siswi yang baru mendapatkan menarche bisa menambah pengetahuanya tentang perubahan fisik yang terjadi setelah menarche dapat mencari informasi dari media cetak seperti buku-buku kesehatan, majalah, atau dari media elektonik seperti televisi, internet dapat juga dengan bertanya pada orang tua. (Notoatmodjo, 2007) Pengalaman adalah guru terbaik, ini berarti pengetahuan dapat dicari dari pengalaman seseorang, sehingga siswi dapat bertanya pada saudara yang sudah mengalami menarche. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Perubahan fisik yang terjadi setelah menarche dikarenakan pengaruh dari hormon-hormon yang diproduksi didalam tubuh.
ISSN: 2356-5454 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai ” Pengetahuan Siswi Tentang Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kelas I Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011” maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Pengertian Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun yang berpengetahuan baik (46,6%), berpengetahuan cukup (37,9%), sedangkan berpengetahuan kurang (15,5%). b. Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Tanda-Tanda Menjelang Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011 yang berpengetahuan baik (69,0%), berpengetahuan cukup (20,7%), sedangkan berpengetahuan kurang (10,3%). c. Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Usia Awal Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011 yang berpengetahuan baik (75,9%), berpengetahuan cukup (12,1%), sedangkan berpengetahuan kurang (12,1%). d. Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Perubahan Fisik Setelah Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011 yang berpengetahuan baik (67,2%), berpengetahuan cukup (25,9%), sedangkan yang berpengetahuan kurang (6,9%). Dari kesimpulan keseluruhan mengenai Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas I Tentang Pengertian Menarche (Menstruasi Pertama) Di SMPN 2 Cikalong Wetan Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat Tahun 2011 lebih dari setengahnya (56,9%), siswi Kelas I memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 9
jikk
ISSN: 2356-5454
REFERENSI Ali, Baziad. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Edisi Ke Dua. Jakarta : FKUI Al Miqwar, Muhamad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Salemba Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Depkes (2008). Jurnal KTI Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Menarche. [online] tersedia:http://digilib.unimus.ac.id/file s/disk1/112/jtptunimus-gdlsusantigoe-5566-1 abi.pdf?PHPSESSID=79667c51d19ddc67 a835b83aa2400500 Fitria, Ana. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta Ganong, (2010), Jurnal KTI Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Menarche. [online] tersedia http://www.ktiskripsi.com/2010/05/kti-kebidanan-tentangmenarche.html Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metodologi Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta. Hurlock, Elizabeth B, (2006) Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta Manuaba, (2004), Jurnal KTI Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Menarche. [online] tersedia http://www.ktiskripsi.com/2010/05/kti-kebidanantentang-menarche.html Maju, (2009). Jurnal KTI Tentang Menarche. [online] tersedia: http://www.kti-
Hal | 10
Nomor 06 Tahun 2013
skripsi.com/2010/05/kti-kebidanantentang-menarche.html. Meliono, Irmayanti, dkk. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI meti-de0renTz, (2010) http://metide0rentz.blogspot.com/2010/12/tingka t-pengetahuan-anak-remaja.html Mukaromah, Yayu, S.Sos. (2009) Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja Jawa Barat.{online}Tersedia:http://mcrp kbi.wordpress.com/2009/01/31/situasi -kesehatan-reproduksi-remaja-di-jawabarat-2/. [31 januari 2009] Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Sarlito, 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : Salemba Soetjiningsih, Prof. dr. (2007). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta Suyanto, dkk. (2009). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Mitra Cendikia, Jogjakarta SDKI, (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. http ://www .datastatistik indonesia.com/sdki/ KBB,(2010). Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Barat. http://hileud.com/hileudnews?title=Ju mlah+Sementara+Penduduk+KBB+1.48 8.867+Jiwa&id=64386
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN MENGENAI PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 oleh Sundari ABSTRAK Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan para tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan berdasarkan pengertian, visi dan misi, tujuan, dan sasarannya di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling yaitu berjumlah 30 orang. Pengolahan dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan interpretasi data dan dimasukan ke dalam tiga kategori nilai yaitu baik, cukup dan kurang. Dari hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung berdasarkan pengertian dikategorikan baik yaitu 93,33 %, berdasarkan visi dan misi dikategorikan baik yaitu 90 %, berdasarkan tujuan dikategorikan baik yaitu 97,33 %, berdasarkan sasaran dikategorikan baik yaitu 78,66 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang promosi kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2011 adalah baik. Kata kunci : Pengetahuan Tenaga Kesehatan, Promosi Kesehatan PENDAHULUAN Latar Belakang Angka kesakitan di Indonesia masih tinggi. Di provinsi Jawa Barat, angka kesakitan atau morbiditas yang banyak terjadi antara tahun 2007 sampai tahun 2010 adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Hal ini banyak menyerang khususnya pada anakanak. Hampir 78 % penyebab kematian pada anak-anak adalah ISPA, khususnya penumonia terutama pada bayi dan balita. Ini menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Barat masih kurangnya penanganan, penatalaksanaan, serta penerapan hidup bersih dan sehat. (Dinkes Jawa Barat, 2010) Sedangkan di Kota Bandung sendiri, angka kesakitan atau morbiditas yang banyak terjadi antara kurun waktu 2003 sampai dengan 2007 adalah ISPA, Diare dan Febris sebanyak 49,43 %. (Profil Kesehatan Kota Bandung, 2007). Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelayanan kesehatan dimasyarakat perlu terus ditingkatkan baik yang bersifat kuratif maupun promotif dan preventif serta rehabilitatif. Hal ini sejalan dengan misi
Kementrian Kesehatan, yaitu membuat rakyat sehat dan strategi utamanya antara lain: 1) menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat; 2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan, kehadirannya ditengah masyarakat tidak ha nya berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi masyarakat. Disamping itu, keberadaan Puskesmas disuatu wilayah dimanfaatkan sebagai upayaupaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan “agen perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 11
jikk
ISSN: 2356-5454
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas memiliki 3 fungsi yaitu : 1) Sebagai Pusat penggerak pembangunan ber wawasan kesehatan; 2) Sebagai Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan strata pertama. Namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai masalah antara lain : 1) Kegiatan yang dilaksanakan di puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat tapi lebih berorientasi pada pelayanan kuratif bagi pasien yang datang ke Puskesmas; 2) Keterlibatan masyarakat yang meru pakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama belum dikembangkan secara optimal.Sampai saat ini puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat dalam pemecahan masalah dan rasa memiliki puskesmas serta belum mampu mendorong kontribusi sumberdaya dan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Disadari untuk mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah satu azas penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya puskesmas wajib menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Nomor 06 Tahun 2013
Berkenaan dengan pentingnya peran promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, telah ditetapkan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004. Kebijakan dimaksud juga didukung dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Untuk melaksanakan upaya kesehatan tersebut di Puskesmas diperlukan tenaga fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) untuk mengelola promosi kesehatan di Puskesmas secara profesional dan mampu untuk mengelola serta menyelenggarakan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif. (http://www.scribd.com/doc/49752296/7/A -Promosi-Kesehatan-Puskesmas). PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden tenaga kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung yaitu tentang pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan yang meliputi pengertian, visi dan misi, tujaun dan sasaran. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut : 5.1.1 Dimensi Pengetahuan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pengertian Promosi Kesehatan. Tabel Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengertian Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
No. pertanyaan
Jawaban Benar
%
Jawaban Salah
%
1
30
100 %
0
0%
2
30
100 %
0
0%
3
30
100 %
0
0%
4
30
100 %
0
0%
5
20
66,66 %
10
33,33 %
Hal | 12
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Sumber : Pengolahan Data 2011. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menjawab pertanyaan nomor 1 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 2 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 3 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab
salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 4 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 5 dengan benar adalah 20 orang (66,66 %) dan yang menjawab salah adalah 10 orang (33,33 %). Gambar Diagram pengetahuan tenaga kesehatan mengenai pengertian promosi kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
100,00% 80,00% 60,00%
KURANG 0%
40,00%
CUKUP 6,67% BAIK 93,33 %
20,00% 0,00% BAIK
CUKUP
KURANG
Dari gambar diatas dapat dijlaskan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik mengenai promosi kesehatan berdasarkan pengertian adalah 93,33 % (28 orang) dan yang memiliki
pengetahuan dengan kategori cukup yaitu 6,67 % (2 orang). Dimensi Pengetahuan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Visi da Misi Promosi Kesehatan Tabel Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Visi dan Misi Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
No. pertanyaan
Jawaban Benar
%
Jawaban Salah
%
6 7 8 9 10
17 30 30 30 28
56,66 % 100 % 100 % 100 % 93,33 %
13 0 0 0 2
43,33 % 0% 0% 0% 6,66 %
Sumber : Pengolahan Data 2011 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menjawab pertanyaan nomor 6 dengan benar adalah 17 orang (56,66 %) dan yang menjawab salah adalah 13 orang (43,33 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 7 dengan
benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 8 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 13
jikk
ISSN: 2356-5454
9 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor
Nomor 06 Tahun 2013
10 dengan benar adalah 28 orang (93,33 %) dan yang menjawab salah adalah 2 orang (6,66 %).
Gambar Diagram Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Visi dan Misi Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung 100,00% KURANG 0%
50,00%
CUKUP 10% 0,00%
BAIK 90% BAIK
CUKUP
Dari gambar diatas dapat dijlaskan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik mengenai promosi kesehatan berdasarkan visi dan misi adalah 90 % (27
KURANG
orang) dan yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup yaitu 10 % (3 orang). Dimensi Pengetahuan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tujuan Promosi Kesehatan.
Tabel Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tujuan Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung No. pertanyaan
Jawaban Benar
%
Jawaban Salah
%
11 12 13 14 15
30 30 26 30 30
100 % 100 % 86,66 % 100 % 100 %
0 0 4 0 0
0% 0% 13,33 % 0% 0 %
Sumber : Pengolahan Data 2011. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menjawab pertanyaan nomor 11 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 12 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 13 dengan benar
adalah 26 orang (86,66 %) dan yang menjawab salah adalah 4 orang (13,33 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 14 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 15 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %).
Gambar 5.1.3 Diagram Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Tujuan Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Hal | 14
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
KURANG 0% CUKUP 2,67% BAIK 97,33 % BAIK
CUKUP
KURANG
Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik mengenai promosi kesehatan berdasarkan tujuan adalah 97,33 % Tabel Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pasirkaliki Kota Bandung
(29 orang) dan yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup yaitu 2,67 % (1 orang). Dimensi Pengetahuan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Sasaran Promosi Kesehatan. Sasaran Promosi Kesehatan di Puskesmas
No. Pertanyaan
Jawaban Benar
%
Jawaban Salah
%
16 17 18 19 20
18 29 22 30 19
60 % 96,66 % 73,33 % 100 % 63,33 %
12 1 8 0 11
40 % 3,33 % 26,66 % 0% 36,66 %
Sumber : Pengolahan Data 2011. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menjawab pertanyaan nomor 16 dengan benar adalah 18 orang (60 %) dan yang menjawab salah adalah 12 orang (40 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 17 dengan benar adalah 29 orang (96,66 %) dan yang menjawab salah adalah 1 orang (3,33 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 18 dengan benar
adalah 22 orang (73,33 %) dan yang menjawab salah adalah 8 orang (26,66%), responden yang menjawab pertanyaan nomor 19 dengan benar adalah 30 orang (100 %) dan yang menjawab salah adalah 0 orang (0 %), responden yang menjawab pertanyaan nomor 20 dengan benar adalah 19 orang (63,33 %) dan yang menjawab salah adalah 11 orang (36,66 %).
Gambar Diagram Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Sasaran Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung 100,00% KURANG 0%
50,00%
CUKUP 21,34% 0,00%
BAIK 78,66% BAIK
CUKUP
Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa tenaga kesehatan di
KURANG Puskesmas Pasirkaliki yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik mengenai
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 15
jikk
ISSN: 2356-5454
promosi kesehatan berdasarkan sasaran adalah 78,66 % (24 orang) dan yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup yaitu 21.34 % (6 orang).
Nomor 06 Tahun 2013
Pengetahuan Tenaga Kesehatan Tentang Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung.
Tabel Distribusi frekuensi pengetahuan tenaga kesehatan tentang promosi kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Kategori
Jumlah
Persentase
Baik Cukup Kurang Jumlah
30 30
100 % % % 100 %
Sumber : Pengolahan Data 2011. Gambar Diagram Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung 100,00%
80,00% 60,00%
KURANG 0%
40,00%
CUKUP 10,17%
20,00%
BAIK 89,83%
0,00% BAIK
CUKUP
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan tenaga kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung mengenai promosi kesehatan yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik adalah 89,83 % (26 orang) dan yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup adalah 10,17 % (4 orang). Pengetahuan Tenaga kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan Berdasarkan Pengertian di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, berkenaan dengan hal pelajaran atau ilmu pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengetahuan tenaga kesehatan mengenai pengertian promosi kesehatan berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut : responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik adalah 93,33 % (28 orang) dan responden yang
Hal | 16
KURANG memiliki pengetahuan denga kategori cukup adalah 6,67 % (2 orang). Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan Berdasarkan Visi dan Misi di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengetahuan tenaga kesehatan mengenai visi dan misi promosi kesehatan berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut : responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik adalah 90 % (27 orang) dan responden yang memiliki pengetahuan denga kategori cukup adalah 10 % (3 orang). Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan Berdasarkan Tujuan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengetahuan tenaga kesehatan mengenai tujuan promosi kesehatan berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut : responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik adalah 97,33 % (29 orang) dan responden yang memiliki pengetahuan denga kategori cukup adalah 2,67 % (1 orang). Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan Berdasarkan Sasaran di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengetahuan tenaga kesehatan mengenai sasaran promosi kesehatan berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut : responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik adalah 78,66 % (24 orang) dan responden yang memiliki pengetahuan denga kategori cukup adalah 21,34 % (6 orang). Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Promosi Kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung mengenai promosi kesehatan yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik adalah 89,83 % (26 orang) dan yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup adalah 10,17 % (4 orang). PENUTUP Dari hasil kesimpulan, analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 1. Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan berdasarkan pengertian di Puskesmas pasirkaliki Kota Bandung pada kategori baik yaitu 93,33 %. 2. Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan
ISSN: 2356-5454
3.
4.
5.
berdasarkan visi dan misi di Puskesmas pasirkaliki Kota Bandung pada kategori baik yaitu 90 %. Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan berdasarkan tujuan di Puskesmas pasirkaliki Kota Bandung pada kategori baik yaitu 97,33 %. Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan berdasarkan sasaran di Puskesmas pasirkaliki Kota Bandung pada kategori baik yaitu 78,66 %. Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai promosi kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung berada pada kategori baik yaitu 100 %.
Saran Bagi Peneliti Diharapkan bias menambah pengetahuan dan wawasan tentang promosi kesehatan. Bagi Institusi Diharapkan bias menjadi contoh umtuk mahasiswa lainnya dalam melakukan penelitian. Bagi Lahan Penelitian Diharapkan bisa menjadi bahan ajaran dan menambah pengetahuan bagi para responden penelitian. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat membuat masyarakat lebih memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya serta meningkatkan derajat kesehatannya. REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2010. Fitriani, Shinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hariningsih, Wintari at. All. 2010. Bidan Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Balai Pustaka.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 17
jikk
ISSN: 2356-5454
Notoatmodjo, Sukidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Sukidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta Profil Kesehatan Kota Bandung, 2007. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Hal | 18
Nomor 06 Tahun 2013
_________http://www.scribd.com/doc/49752 296/7/A-Promosi-KesehatanPuskesmas). _________http://id.shvoong.com/humanities /philosophy/2131076-pengertianpengetahuan. ________ http://www.scribd.com/doc/28338655 /makalah-k3-rsc. ________http://wikipedia.com ________ http://bermenschool.wordpress.com/2 009/01/04/promosi-kesehatan/)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT II TENTANG KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (INTRA UTERINE FETAL DEATH) DI AKADEMI KEBIDANAN AR-RAHMAH oleh Yuliati ABSTRAK Komplikasi dalam kehamilan menjadi salah satu faktor penyebab kematian janin di dalam kandungan. Guna mengurangi angka kematian janin dalam kandungan perlu dilakukannya pemeriksaan kehamilan serta informasi mengenai kematian janin dalam kandungan. Tujuan umum adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi Tingkat II tentang kematian janin dalam kandungan di Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung. Tinjauan teori yang dibahas dalam studi kasus ini meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta pencegahan kematian janin dalam kandungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. tehnik Sampel yang digunakan Sampling jenuh, cara pengambilan sampel ini adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Pengumpulan data menggunakan data primer yang di dapatkan dari responden menggunakan kuesioner. Pengolahan dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram dan dimasukan kedalam tiga katagori yaitu baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 81 responden pengetahuan mahasiswi Tingkat II tentang kematian janin dalam kandungan (IUFD ) pada kategori cukup (72,2%) dan berdasarkan subvariabel yang mengetahui tentang pengertian kematian janin dalam kandungan dikategorikan cukup (62%), penyebab kematian janin dalam kandungan dikotegorikan kurang (59%), tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan dikategorikan baik (76%) dan pencegahan kematian janin dalam kandungan dikategorikan baik (92%), hal ini menunjukan mahasiswi Tingkat II belum sepenuhnya mengetahui tentang kematian janin dalam kandungan terutama pada penyebab kematian janin dalam kandungan (IUFD). Oleh karena itu diharapkan mahasiswi dapat lebih aktif dan giat lagi dalam meningkakan belajarnya sehingga dapat memperoleh informasi mengenai kematian janin dalm kandungan baik dari materi dikelas maupun media masa ataupun refrensi yang berhubungan dengan kehamilan sehingga dapat lebih paham tentang kematian janin dalam kandungan terutama pada penyebab IUFD. Kata Kunci : Kematian janin dalam kandungan PENDAHULUAN Komplikasi dalam kehamilan yang menjadi salah satu faktor penyebab Kematian Janin di Dalam Kandungan (KJDK) atau disebut juga dengan Intra Uterina Fetal Distress ( IUFD) . Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih. (http:// www.syahid-fisabilillah.blogspot.com) Menurut WHO batasan kematian janin adalah kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram, sedangkan menurut Prawiroharjo kematian janin dibagi dalam 4 golongan, kelompok I: kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu,
kelompok II: kematian janin pada umur kehamilan 20-28 minggu, kelompok III: kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 28 minggu, kelompok IV: kematian janin yang tidak termasuk tiga golongan diatas. (Joseph HK, Et all 2010). Menurut data yang diperoleh di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, di Indonesia kematian janin dalam kehamilan / kandungan diperkirakan 98 kematian dalam 3246 jumlah kelahiran yaitu sekitar 3,02 % pada tahun 1969 (Sarwono, 2010). Hasil riset Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 penyebab kematian neonatal terbanyak di Kota Bandung adalah hipoksia intrauterus dan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 19
jikk
ISSN: 2356-5454
asfiksia pada bayi baru lahir sekitar 20,09% kemudian diikuti oleh kematian bayi dalam kandungan / IUFD sekitar 19,4% dan selanjutnya BBLR sekitar 11,25%. Pada Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2007 didapatkan 2.575 kasus kematian bayi dari total persalinan 825.056. ( http:// www. scribd.com) Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian janin dalam rahim di RS Hasan Sadikin, kota Bandung, periode 2000-2002 mendapatkan 168 kasus kematian janin dalam rahim dari 2974 persalinan. Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan penyulit kehamilan ruptur uteri dan penyulit medis diabetes melitus. (http://www.majalahfarmacia.com) Kematian Janin Dalam Kandungan apabila tidak di keluarkan dapat berpengaruh Pada Ibu, Janin yang meninggal sebaiknya jangan dibiarkan di dalam rahim lebih dari 2 minggu, jika terlalu lama akan mempengaruhi faktorfaktor pembekuan darah ibu. Zat pembekuan darah atau fibrinogen bisa turun dan menyebabkan darah sulit membeku. Bila ini terjadi, akan berakibat fatal kala ibu melahirkan. Jika fibrinogen rendah, maka perdarahan yang terjadi pada proses persalinan akan sulit berhenti dan hal ini berakibat fatal bagi ibu. (http://www.hilalahmar.com) Guna mengurangi angka kematian bayi dalam kandungan perlu dilakukannya pemeriksaan kehamilan sekurang – kurangnya 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Bagi mahasiswi manfaat dari pengetahuan tentang IUFD adalah agar mengetahui tentang IUFD dan penyebab atau komplikasi kehamilan, guna mencegah dan mengurangi komplikasi tersebut maka dapat menyarankan ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, Untuk mengurangi kejadian IUFD. (Joseph HK, Et all 2010).
Hal | 20
Nomor 06 Tahun 2013
Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung merupakan institusi pendidikan kebidanan yang terletak di jalan Pasteur No. 21 A Bandung dengan jenjang Diploma III berada dibawa naungan Yayasan Karimur Rahmah. Dengan jumlah mahasiswa sebanyak 211 orang, dimana 51 orang Tingkat I, 81 orang mahasiswa Tingkat II, dan 79 orang Mahsiswa Tingkat III. Akbid Ar-Rahmah Bandung berdiri pada tanggal 30 Mei 2006, dengan tugas pokok untuk menghasilkan tenaga Ahli Madya Profesi Kebidanan melalui Peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Selama perjalanannya Akademi Kebidanan arRahmah telah melalui proses Akreditasi oleh Badan akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung mempunyai daftar Dosen tetap sesuai keahliannya dan staf dosen sesuai keahliannya yang mendukung terciptanya proses belajar dan mengajar yang baik dan sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku. (Profil Akademi Kebidanan ArRahmah). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan memfokuskan pembahasan masalah dengan judul “Pengetahuan Mahasiswi Tingkat II Tentang Kematian Janin Dalam Kandungan (Intra Uterine Fetal Death) di Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung ”. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswi Tingkat II sebanyak 81 sampel melalui kuesioner yang diberikan dan diperoleh data-data dalam bentuk tabel seperti berikut. Pengetahuan Responden Tentang Kematian Janin Dalam Kandun(IUFD). Pengetahuan responden tentang kematian janin dalam kandungan (IUFD) dapat dilihat pada diagram berikut:
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Pengetahuan Responden Tentang IUFD 45 40 35 30 25
43%
20 15
Persentase
41%
16 %
10
5 0 Baik
Cukup
Kurang
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Kematian Janin Dalam Kandungan (IUFD) Pengetahuan mahasiswi Tingkat F % II tentang kematian janin dalam kandungan Baik 35 43 Cukup 33 41 Kurang 13 16 Berdasarkan gambar 5.1.1 dapat diketahui tingkat pengetahuan responden tentang kematian janin dalam kandungan dari 81 responden menunjukan bahwa yang memperoleh kategori pengetahuan baik sebanyak 35 orang (43 %), kategori
pengetahuan cukup 33 orang (41 %) dan kategori pengetahuan kurang 13 orang (16 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang tentang kematian janin dalam kandungan IUFD yaitu berada pada kategori cukup 72,2 %
Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Kematian Janin Dalam Kandungan Diagram Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Kematian Janin Dalam Kandungan
Pengertian IUFD 50 40 30 20 10 0
Persentase
40.7 % Baik
32.1 % Cukup
27.2% Kurang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 21
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 06 Tahun 2013
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Kematian Janin Dalam Kandungan Pengetahuan mahasiswi Tingkat F % II tentang Pengertian kematian janin dalam kandungan Baik 33 40,7 Cukup 26 32,1 Kurang 22 27,2 Total 81 100 Berdasarkan gambar 5.1.2 dapat diketahui tingkat pengetahuan responden tentang pengertian kematian janin dalam kandungan dari 81 responden menunjukan bahwa yang memperoleh kategori pengetahuan baik sebanyak 33 orang (40,7 %), kategori
pengetahuan cukup 26 orang (32,1 %) dan kategori pengetahuan kurang 22 orang (27,2 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang pengertian IUFD yaitu berada pada kategori cukup 62 %
Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Kematian Janin Dalam Kandungan Diagram Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Kematia Janin Dalam Kandungan
Penyebab IUFD 40 30 20 10
28.4%
34.6%
37.0%
Persentase
0 Baik
Cukup
Kurang
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Kematian Janin Dalam Kandungan Pengetahuan mahasiswi Tingkat F % II tentang Penyebab kematian janin dalam kandungan Baik 23 28,4 Cukup 28 34,6 Kurang 30 37,0 Total 81 100 Berdasarkan gambar 5.1.2 dapat diketahui tingkat pengetahuan responden tentang penyebab kematian janin dalam kandungan dari 81 responden menunjukan bahwa yang memperoleh kategori pengetahuan baik sebanyak 23 orang (28,4 %), kategori
Hal | 22
pengetahuan cukup 28 orang (34,6 %) dan kategori pengetahuan kurang 30 orang (37,0 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang penyebab IUFD yaitu berada pada kategori kurang 59 %
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Kematian Janin Dalam Kandungan Diagram Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Kematian Janin Dalam Kandungan
Tanda dan Gejala IUFD 80 60 40
67.9%
20
Persentase
27.2%
0 Baik
Cukup
4.9% Kurang
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Kematian Janin Dalam Kandungan Pengetahuan mahasiswi Tingkat F % II tentang Tanda dan gajala kematian janin dalam kandungan Baik 55 67,9 Cukup 22 27,2 Kurang 4 4,9 Total 81 100 Berdasarkan gambar 5.1.3 dapat diketahui tingkat pengetahuan responden tentang tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan dari 81 responden menunjukan bahwa yang memperoleh kategori pengetahuan baik sebanyak 55 orang (67,9 %), kategori
pengetahuan cukup 22 orang (27,2 %) dan kategori pengetahuan kurang 4 orang (4,9 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang gejala IUFD yaitu berada pada kategori baik 76 %
Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Kematian Janin Dalam Kandungan Diagram Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Kematian Janin Dalam Kandungan
Pencegahan IUFD
100 50
93.9%
Persentase
1.2% 4.9%
0 Baik
Cukup
Kurang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 23
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 06 Tahun 2013
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Kematian Janin Dalam Kandungan Pengetahuan mahasisiwi F % Tingkat II tentang Pencegahan kematian janin dalam kandungan Baik 76 93,9 Cukup 4 4,9 Kurang 1 1,2 Total 81 100 Berdasarkan gambar 5.1.4 dapat diketahui tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan kematian janin dalam kandungan dari 81 responden menunjukan bahwa yang memperoleh kategori pengetahuan baik sebanyak 76 orang (93,9 %), kategori pengetahuan cukup 4 orang (4,9 %) dan kategori pengetahuan kurang 1 orang (1,2 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang pencegahan IUFD yaitu berada pada kategori baik 92 % Pembahasan Hasil Penelitian Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kematian Janin Dalam Kandungan (IUFD). Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan mahasiswi Tingkat II Tentang Kematian Janin Dalam Kandungan (Intra Uterin Fetal Death) di Akademi Kebidanan Ar-Rahmag Bandung yaitu baik 35 orang (43%), cukup 33 orang (41%) dan kurang 13 orang (16%), secara umum pengetahuan mahasiswi adalah cukup (72,2%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswi mengetahui tentang kematian janin dalam kandungan (IUFD) yang informasinya di peroleh dari materi yang didapat dikelas dan juga didapat dari lahan praktek maupun media lainnya, menurut Notoatmodjo (2010;1) berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan juga diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengertian Kematian Janin Dalam Kandungan
Hal | 24
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengertian kematian janin dalam kandungan menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang pengertian kematian janin dalam kandungan (IUFD) kategori baik sebanyak 33 orang (40,7 %), pengetahuan resonden dalam kategori cukup sebanyak 26 orang (32,1 %), dan pengetahuan responden dalam ketegori kurang sebanyak 22 orang (27,2 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang pengertian kematian janin dalam kandungan (IUFD) yaitu berada pada kategori cukup( 62 %) Dari hasil yang didapat pengetahuan responden tentang pengertian kematian janin dalam kandungan (IUFD) dapat dikategorikan cukup 62%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswi mengetahui pengertian kematian janin dalam kandungan yang informasinya di peroleh dari materi yang didapat dikelas dan juga didapat dari lahan praktek maupun media lainnya, menurut Notoatmodjo (2010;1) berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan juga diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. mengenai pengertian kematian janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan (IUFD) adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
Penyebab Kematian Janin Dalam Kandungan Berdasarkan hasil penelitian tentang penyebab kematian janin dalam kandungan (IUFD) yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 23 orang (28,4 %), kategori cukup sebanyak 28 orang (34,6 %), dan dalam ketegori kurang sebanyak 30 orang (37,0 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang penyebab kematian janin dalam kandungan (IUFD) yaitu berada pada kategori kurang 59 % Dari hasil yang didapat secara keseluruhan pengetahuan responden tentang penyebab kematian janin dalam kandungan (IUFD) yaitu berada pada kategori kurang 59 %, mungkin saja responden belum begitu paham tentang penyebab kematian janin walaupun sudah mendapatkan materi dikelas tetapi pengalaman dalam praktek belum ada karna mahasisiwi Tingkat II baru prkatek PBL, sedangkan menurut Notoatmodjo (2010;1) pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang dan pendidikan dapat mendapat wawasan atau pengetahuan seseorang, yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Secara umum, penyebab dapat digolongkan dalam fetal, plasenta dan maternal. Tanda Dan Gejala Kematian Janin Dalam Kandungan Berdasarkan hasil penelitian mengenai tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan, sebagian besar responden dikategorikan baik yakni sebanyak 55 orang (67,9 %), kategori cukup sebanyak 22 orang (27,2 %) dan kategori kurang 4 orang (4,9 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan (IUFD) yaitu berada pada kategori baik 76% Dari hasil yang didapat dari 81 responden tentang tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan dapat dikategorikan baik yaitu 76%, Hal ini menunjukan bahwa sebagian
ISSN: 2356-5454 besar mahasiswi mengetahui tentang tanda gejala dari kematian janin dalam kandungan yang informasinya di peroleh dari matari yang didapat dikelas dan juga didapat dari lahan praktek maupun media lainnya, menurut Notoatmodjo (2010;1) berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan juga diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Dengan itu mahasiswi dapat mengetahui tentang tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan Bunyi jantung tidak terdengar lagi. Rahim tidak membesar, fundus uteri malahan turun . Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa. Palpasi anak menjadi tidak jelas. Reaksi biologis menjadi negative setelah anak mati ± 10 hari. (Obstetri patologis. UNPAD. 1984). Pencegahan Kematian Janin Dalam Kandungan Berdasarkan hasil penelitian mengenai tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan, sebagian besar responden diketegorikan baik yakni sebanyak 76 orang (93,9 %), kategori cukup sebanyak 4 orang (4,9 %) dan kategori kurang 1 orang (1,2 %). Secara keseluruhan pengetahuan responden tentang tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan (IUFD) yaitu berada pada kategori baik 92% Dari hasil yang didapat dari 81 responden mengenai penyebab kematian janin dalam kandungan dapat dikategorikan baik yaitu 92 %, yang informasinya di peroleh dari matari yang didapat dikelas dan juga didapat dari lahan praktek maupun media lainnya, menurut Notoatmodjo (2010;1) berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan juga diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Dengan itu mahasiswi dapat
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 25
jikk
ISSN: 2356-5454
mengetahui tentang pencegahan kematian janin dalam kandungan diantaranya: Periksa kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.keadaan yang merupakan tanda bahaya dan perlu segera dilaporkan oleh ibu hamil : Perdarahan lewat jalan lahir Pembengkakan muka, kaki, atau jari kaki Peglihatan kabur Keluar cairan banyak lewat jalan lahir Tidak merasaka gerak janin. Makanan dengan nilai gizi yang baik. Kekurangan nuttrisi dapat mengakibatkan anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, partus prematurus, inersia uteri, pendarahan paska persalinan, sepsis dll. Pemeriksaan serologic (Pemeriksaan darah) Pemeriksaan TORCH Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kemungkinan penyakit Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus atau CMV, dan Herpes simpleks. Keempat jenis penyakit infeksi yang disingkat TORCH ini sangat berdampak terhadap perkembangan janin, yaitu kematian, atau cacat. Pemeriksaan TORCH dilakukan dengan memeriksa atau menganalisa kadar imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) dalam serum darah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Mahasiswi Tingkat II Kebidanan Tentang Kematian Janin Dalam Kandungan (IUFD) di Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung berada pada kategori cukup yaitu 72,2%, hasil tersebut didapat berdasarkan dari hasil sub variabel dibawah ini : 1. Pengetahuan mahasiswi Tingka II tentang pengertian kematian janin dalam kandungan (IUFD) dapat dikategorikan cukup (62%) 2. Pengetahuan mahasiswi Tingkat II tentang penyebab kematian janin
Hal | 26
3.
4.
Nomor 06 Tahun 2013
dalam kandungan (IUFD) ada pada kategori kurang (59%) Pengetahuan mhasiswi Tingkat II tentang tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan (IUFD) berada pada kategori baik (76%) Pengetahun mahasiswi Tingkat II tentang pencegahan berada pada kategori baik 92%
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tentang Pengetahuan Mahasisiwi Tingkat II Kebidanan di Akademi Kebidan Ar-Rahmah bandung, maka peneliti menyarankan Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam rangka pengembangan bahan ajar ilmu kebidanan, khususnya dalam asuhan kehamilan, dan dapat menambah buku-buku sumber yang Bagi Peneliti Dengan melakukan penelitian ini maka peneliti dapat lebih menguasai pengetahuan tentang kematian janin dalam kandungan sehingga dapat membantu dalam memberikan konseling ataupun penyuluhan kepada masyarakat khususnya kepada ibu hamil tentang kematian janin dalam kandungan. Bagi Responden Diharapkan mahasiswi dapat lebih aktif dan giat lagi dalam meningkat belajarnya sehingga dapat memperoleh informasi mengenai kematian janin dalm kandungan baik dari materi dikelas maupun media masa ataupun refrensi yang berhubungan dengan kehamilan sehingga dapat lebih paham tntang kematian janin dalam kandungan terutama pada penyebab IUFD. REFERENSI Al-barry, M Dahlan, Kamus Induk Istilah Ilmiah. 2003. Surabaya : Target Press Surabaya. Evi Kusumahati. 2010. Buku saku Ilmu Kebidanan. Bandung
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
HK, Joseph, M Nugroho S, 2010. Ginekologi & Obstetri (0bsgyn). Yogyakarta : Nuha Medika. Hidayat, A, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan & Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. JNPK- KR, 2008. Buku Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Edisi 3. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
ISSN: 2356-5454 Sulistiawati, Ari, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Cetakan I. Jakarta : Salemba Medika Soepardan Suryani, Dipl.M, MM Hj. Dra. 2005. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Universitas Padjajaran. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset. Wiknjosasrto Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. http:// www.syahid-fisabilillah.blogspot.com http:// www. scribd.com http :// www. askepasbid.blogspot.com http://tiasabrina.blogspot.com http://ictjogja.net/kesehatan/B1_4.htm
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 27
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 06 Tahun 2013
PEMAHAMAN WANITA PRA MENOPAUSE TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGI MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BAROS Oleh Esti Hitatami ABSTRAK Menurut national institutes of health, Amerika Serikat, menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks perempuan, yakni estrogen dan progesteron dari indung telur. Beberapa wanita mengalami menopause sebagai transisi yang mulus dengan sedikit ketidak nyamanan fisik, dimana beberapa wanita yang lain mengalami banyak gejala-gejala yang tidak nyaman seperti rasa panas, keringat tengah malam, pendarahan berat tidak teratur, pengeroposan tulang dan pengeringan vagina. Menopause merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya berbeda-beda maka alangkah baiknya apabila perubahan-perubahan menopause diketahui secara jelas oleh setiap wanita sebelum mereka memasuki masa menopause. Dengan memahami gejala-gejala tersebut diharapkan wanita tersebut dapat mengerti apa yang sedang terjadi didalam diri mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahaman wanita pra menopause tentang perubahan fisiologis menjelang menopause yang meliputi : perubahan organ reproduksi, perubahan fisik dan perubahan emosi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi yang digunakan adalah wanita pra menopause yang berasal di Desa Baros sebanyak 515 orang. Teknik sampling menggunakan random sampling sehingga jumlah sampel menjadi 84 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tentang perubahan organ reproduksi menjelang menopause berada pada kategori sangat paham dengan persentase 77,68 %, pemahaman tentang perubahan fisik menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 68.85 %, pemahaman tentang perubahan emosi menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 57.69 %. Secara keseluruhan pemahaman wanita pra menopause tentang perubahan fisiologis menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 66.15 %. Kata Kunci
: Menopause, Fisiologis
PENDAHULUAN Latar belakang Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah tingginya angka harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan perkembangannya yang cukup baik, makin tinggi usia harapan hidup pada waktu lahir orang Indonesia akan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020 (FKUI, 2009). Berdasarkan data World Health Organization (WHO), usia harapan hidup di Indonesia meningkat dari usia 60 tahun pada tahun 1990 menjadi usia 68 tahun pada 2006. Usia harapan hidup laki-laki Indonesia pada tahun 2006 meningkat sebesar 11,8% dari usia 59 tahun padatahun 1990 menjadi usia 66 tahun pada 2006. Pada perempuan meningkat
Hal | 28
sebesar 11,3% dari usia 61 tahun pada tahun 1990 menjadi usia 69 tahun di tahun 2006. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan reproduksi fungsi serta prosesnya (WHO, 1992). Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau kemandulan tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan perempuan yang salah satunya adalah menopause (Dinkes RI, 2009). Menurut national institutes of health, Amerika Serikat, menopause merupakan tahap akhir proses biologiyang dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks perempuan, yakni estrogen dan progesteron dari indung telur. Sering diterjemahkan secara bebas sebagai berhentinya menstruasi terakhir
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
dalam hidup seorang wanita. Beberapa wanita mengalami menopause sebagai transisi yang mulus dengan sedikit ketidak nyamanan fisik, dimana beberapa wanita yang lain mengalami banyak gejala-gejala yang tidak nyaman seperti rasa panas, keringat tengah malam, pendarahan berat tidak teratur, pengeroposan tulang dan pengeringan vagina (Saturned, 2004). Saat ini Indonesia mempunyai 14 juta perempuan menopause. Namun, menurut proyeksi penduduk Indonesia tahun 1995-2005 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang. Bahkan, pada tahun 2025 diperkirakan ada 60 juta perempuan menopause. Hal ini didukung dengan Usia Harapan Hidup wanita yang semakin tinggi dan mereka justru lebih aktif setelah masa menopause (FKUI, 2009). Sebanyak 80% wanita mengalami menopause dengan reaksi negatif. Wanita mengalami gejala yang lebih buruk lagi bila mereka tengah berada dibawah stress yang sangat kuat atau mempunyai kebiasaan tertentu yang melibatkankafein dalam jumlah besar, gula atau konsumsi alcohol, kira-kira 40% wanita tersebut gejalanya menjadi sangat besarsehingga mereka mencari pertolongan medis (Saturned, 2004). Wanita cenderung memikirkan akan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik, menyadari bahwa dirinya akan tua yang berarti kecantikannya akan memudar disertai dengan menurunnya organ fungsi tubuh lainnya. Sejak masa remaja penampilan seorang wanita memegang peranan penting terutama dalam penilaian sosial, sambutan sosial dan kepemimpinan, dengan adanya perubahan fisik dan fisiologis tersebut dapat menimbulkan ketakutan bahwa akan menghambat kemamouan untuk mempertahankan pasangan mereka/suami ataupun berpengaruh kepada kehidupan sosialnya dengan lingkungan dan masyarakat (Hurlock, 2008). Menopause merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya berbedabeda maka alangkah baiknya apabila perubahan-perubahan menopause diketahui secara jelas oleh setiap wanita sebelum mereka memasuki masa menopause. Dengan memahami gejala-gejala tersebut diharapkan wanita tersebut dapat mengerti apa yang
ISSN: 2356-5454 sedang terjadi didalam diri mereka (Kuntjoro, 2002). Jumlah penduduk Kota Cimahi provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 sebanyak 541.139 jiwa, yang terdiri dari 273.900 jiwa laki-laki dan 267.239 jiwa perempuan yang dimana wanita pra menopause usia 45-50 tahun di KotaCimahi terdiri dari 7.237 jiwa. Kota Cimahi memiliki 3 kecamatan dan 18 desa. Kecamatan Cimahi Tengah yangterdiri dari 6 desa merupakan salahsatu kecamatan yang beradadi Kota Cimahi dengan jumlah penduduk 163.127 jiwa pada tahun 2010 (www.cimahikota.go.id.).
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamat an
Lakilaki
Perempu an
Cimahi Selatan Cimahi Tengah Cimahi Utara
116.4 19 82.70 4 74.77 7
114.122
Laki-laki + Perempu an 230.541
80.423
163.127
72.694
147.471
Cimahi
273.9 00
267.239
541.139
Desa Baros salah satu desa yang berada di Kecamatan Cimahi Tengah dengan jumlah penduduk 6.475, terdiri dari 10 RW. Wanita pra menopause yang berusia 45-50 tahun sebanyak 515 orang dimana wanita pra menopauseini harus mempersiapkan diri mengenali tandadan gejala dari menopause agar lebih tenang dan siap dalammenghadapi masa menopause (Profil Desa Baros, 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk memilih judul “Pemahaman Wanita Pra Menopause tentang Perubahan Fisiologis Menjelang Menopause di Desa Baros Kecamatan Cimahi Tengah”. PEMBAHASAN Pemahaman Wanita tentang Perubahan Organ Reproduksi Menjelang Menopause
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 29
jikk
ISSN: 2356-5454
Berdasarkan Diagram kategori jawaban responden mengenai perubahan organ reproduksi menjelang menopause sebanyak 43 orang (51,19%) berada pada kategori paham, kurang dari setengahnya sebanyak 38 orang (45,24%) sangat paham, sangat sedikit sebanyak 3 orang (3.57%) tidak paham, dan tidak seorang pun yang sangat tidak paham. Secara keseluruhan pemahaman tentang perubahan organ reproduksi menjelang menopause berada pada kategori sangat paham dengan persentase 77,68 %. Perubahan pada wanita dari kehidupan reproduktif ke pasca reproduktif merupakan proses bertahap yang memerlukan waktu beberapa tahun, perubahan fungsi menstruasi juga berubah secara bertahap. Akibat berhentinya haid berbagai reproduksi akan mengalami perubahan. Dapat diketahui bahwa pemahaman wanita pra menopause paham akan perubahan yang akan terjadi pada dirinya. Pemahaman Wanita Pra Menopause Tentang Perubahan Fisik Menjelang Menopause Berdasarkan Diagram kategori jawaban responden mengenai perubahan fisik menjelang menopause sebanyak 71 orang (84.52%) berada pada kategori paham, kurang dari setengahnya sebanyak 10 orang (11.90%) sangat paham, sangat sedikit sebanyak 3 orang (3.57%) tidak paham, dan tidak seorang pun yang sangat tidak paham. Secara keseluruhan pemahaman tentang perubahan fisik menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 68.85 %. Akibat perubahan reproduksi maupun hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh wanita, keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman mengenai perubahan fisik pada masa menopause dan dampaknya sangat penting bagi kesiapan wanita untuk menerima perubahan-perubahan tersebut. Dapat diketahui wanita pra menopause paham akan
Hal | 30
Nomor 06 Tahun 2013
perubahan fisik yang akan terjadi menjelang menopause. Upaya preventif untuk pemahaman lebih baik lagi dengan cara mengikuti seminar-seminar ataupun dengan mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan tenaga kesehatan. Selain itu para wanita bisa mendapatkan informasi dari media cetak maupun elektronik tentang perubahanperubahan fisik yang akan terjadi pada menopause. Pemahaman Wanita Pra Menopause Tentang Perubahan Emosi Menjelang Menopause Berdasarkan Diagram kategori jawaban responden mengenai perubahan emosi menjelang menopause sebanyak 65 orang (77.38%) berada pada kategori paham, kurang dari setengahnya sebanyak 19 orang (22.62%) tidak paham, dan tidak seorang pun (0%) yang sangat paham serta sangat tidak paham. Secara keseluruhan pemahaman tentang perubahan emosi menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 57.69 %. Perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang menopause. Upaya preventif yang dapat dilakukan untuk pemahaman tentang perubahan emosi khususnya gejala kejiwaan pada masa menopause adalah mendapatkan informasi yang akurat tentang perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa menopause, meningkatkan interaksi dengan orang lain maupun dengan keluarga, dan mencari informasi dari media cetak maupun elektronik. Pemahaman Wanita Pra Menopause Tentang Perubahan Fisiologis Menjelang Menopause. Berdasarkan Diagram kategori jawaban responden mengenai pemahaman wanita pra menopause tentang perubahan fisiologis menjelang menopause sebanyak 80 orang (95.24%) berada pada kategori paham, sangat sedikit sebanyak 4 orang (4.76%) sangat
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
paham, dan tidak seorang pun (0%) yang tidak paham serta sangat tidak paham. Secara keseluruhan Pemahaman wanita pra menopause tentang perubahan fisiologis menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 66.15 %. Pemahaman yang dimiliki oleh seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pengalaman sendiri atau orang lain yang berupa pengalaman baik atau buruk, keyakinan diri sendiri baik yang positiff maupun negatif, adanya fasilitas untuk sumber informasi dan kebiasaan dalam lingkungan setempat yang menguntungkan maupun merugikan (Notoatmodjo, 2003). Sesuai dengan teori untuk meningkatkan pengetahuan wanita tentang perubahan fisiologis menopause hal yang harus dilakukan yaitu dengan cara tenaga kesehatan memberikan pendidikan tentang perubahan-perubahan fisiologis menopause dengan penyuluhan-penyuluhan dan menganjurkan wanita pra menopause untuk mengikuti seminar-seminar agar pengetahuan wanita pra menopause meningkat dan dapat menerima perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa menopause. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Pemahaman Wanita Pra Menopause tentang Perubahan Fisiologis Menjelang Menopause di Desa Baros Kecamatan Cimahi Tengah, maka diperoleh kesimpulan: 1.
2.
3.
Secara keseluruhan pemahaman tentang perubahan organ reproduksi menjelang menopause berada pada kategori sangat paham dengan persentase 77,68 %. Secara keseluruhan pemahaman tentang perubahan fisik menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 68,85 %. Secara keseluruhan pemahaman tentang perubahan emosi menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 57,69 %.
ISSN: 2356-5454 Secara keseluruhan Pemahaman wanita pra menopause tentang perubahan fisiologis menjelang menopause berada pada kategori paham dengan persentase 66.15 %. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah: 1. Bagi Desa Baros Perlunya menjalin kerja sama dengan tenaga kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang perubahan fisiologis menopause pada saat kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya atau pada saat kunjungan ke desa-desa. 2. Bagi Wanita Pra Menopause Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk mengetahui mengenai perubahan fisiologis yang akan terjadi pada masa menopause dengan mengikuti penyuluhan-penyuluhan atau mencari informasi dari media cetak maupun elektronik. 3. Bagi Institusi Pendidikan Karya tulis ini dapat sijasikan data dasar bagi peneliti selanjutnya dan bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan fisiologis pada menopause. REFERENSI Arikunto,Suharsimi: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta PT.Rineka Cipta.2002 Arikunto,Suharsimi: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta PT.Rineka Cipta.2006 Arikunto,Suharsimi: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta PT.Rineka Cipta.2010 Biomed, Mitayani,SST.M.”Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanannya”. Baduose Media.2010
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 31
jikk
ISSN: 2356-5454
Departemen Kesehatan Republik Indonesia”Profil Kesehatan Jawa Barat”. Jakarta.2007 Departemen Kesehatan Republik Indonesia”Profil Kesehatan Jawa Barat”. Jakarta.2008 Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdikat SDM Kesehatan Departemen Kesehatan RI”Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas”.Jakarta.2008 Departemen Kesehatan Republik Indonesia ”Profil Kesehatan Jawa Barat”. Jakarta.2010 Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Profil Dinas Kesehatan Bandung Barat.2010 Direktorat Jenderal PPM & PL Departemen Kesehatan R.I”Pedoman Teknis Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin”.Jakarta.2008 Hidayat, A Aziz Alimul.”Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data”.Jakarta.Salemba Medika.2007 Hidayat,A.Aziz Alimul. ”Ilmu Kesehatan Anak”.Jakarta.Salemba Medika.2008
Hal | 32
Nomor 06 Tahun 2013
Hidayat,A.Aziz Alimul .”Ilmu Kesehatan Anak”.Jakarta.Salemba Medika.2010 Hadinegoro, Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga”.Jakarta Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2005 Hadinegoro, Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga”.Jakarta Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010 Markum, A.H. (1997). Imunisasi. Jakarta : Fakultas Kedokeran Universitas x Indonesia. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2006 Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2010 Ranuh, I.G.N. ”Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga”.Jakarta Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010 Sugiyono:” Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif:Bandung.Alfabeta.2007 Sudarti, M.Kes.“Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita: Nuha Medika, Yogyakarta, 2010
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
PENDAPAT IBU TENTANG IMUNISASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) BIDAN Hj. CICIH K, Am.Keb DESA GALANGGANG KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh Widyastuti ABSTRAK Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective dan telah diselenggarakan sejak tahun 1958. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga jika ia terpapar penyakit tersebut ia akan terhindar dari penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pendapat ibu tentang imunisasi di Bidan Praktek Swasta (BPS) Bidan. Hj. Cicih K, Am.Keb Desa Galanggang Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat periode April-Mei 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 0-12 bulan di desa Galanggang sebanyak 40 ibu dengan teknik total sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner sedangkan analisa menggunakan analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pendapat yang cukup tentang imunisasi (55%), pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan pengertian imunisasi dikategorikan cukup (55%), pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan manfaat imunisasi dikategorikan cukup (50%), pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan waktu pemberian imunisasi dikategorikan cukup (47,50%), pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan efek samping imunisasi dikategorikan cukup (55%), pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan kontra indikasi imunisasi dikategorikan cukup (47,50%).Saran bagi BPS diharapkan agar diadakan program penyuluhan mengenai imunisasi. Sedangkan bagi Ibu yang memiliki bayi diharapkan agar selalu membawa bayinya untuk di Imunisasi. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Dalam melaksanakan sistem kesehatan nasional (SKN). Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita (Hadinegoro, 2010). Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program imunisasi telah menunjukan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan upaya yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat. Imunisasi juga merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif yang berhasil meningkatkan angka harapan hidup (Hadinegoro, 2010). Program imunisasi di Indonesia semakin penting kedudukannya dalam upaya mencapai Indonesia sehat tahun 2015. Upaya,
imunisasi diselenggarakan sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Pada 1977, WHO memulai program imunisasi di Indonesia yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI), upaya imunisasi ini diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, campak, polio, serta hepatitis B, angka Kesakitan dan Kematian akibat PD3I sudah dapat ditekan. (Profil Dinkes, 2010) Penyelenggaraan program imunisasi telah memiliki landasan hukum, antara lain: 1. Undang undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. 2. Undang undang no. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular. 3. Undang undang no. 1 tahun 1962 tentang karantina laut. 4. Undang undang no. 2 tahun 1962 tentang karantina udara. 5. Kep. Menkes no. 1611/Menkes/SK/XI/2005
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 33
jikk
ISSN: 2356-5454
tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. 6. Kep. Menkes no. 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). (Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas, 2008) Dalam progam pemerintah mengenai imunnisasi di Indonesia mempunyai kebijakan tersendiri tentang imunisasi, kebijakan ini adalah: Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan pemerintah, swasta dan masyarakat dengan memperhatikan keterpaduan antara pihak terkait, mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah, mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu dan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu, perhatian khusus pemerintah diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit (KLB) dan daerah daerah sulit secara geografis. (Profil Dinkes, Jabar, 2010) Untuk melakukan kebijakan dari Pemerintah mengenai program Imunisasi di Indonesia pemerintah mengeluarkan strategi. Strategi yang dikeluarkan yaitu: Memberikan Akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta, membangun kemitraan dan jaringan kerja, menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat suntik, menerapkan system Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan, pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional/terlatih, pelaksanaan sesuai standar, memanfaatkan perkembangan metode dan teknologi yang lebih efektif, berkualitas dan efisien. Dalam keberhasilan kebijakan, strategi dan standar Pemerintah mengenai program imunisasi di Indonesia dapat tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
Hal | 34
Nomor 06 Tahun 2013
100% desa/kelurahan pada tahun 2015. (Profil Dinkes, Jabar, 2010) Dalam pemberian imunisasi yang wajib di Indonesia ada lima imunisasi yang harus diberikan pada bayi dan sering juga disebut LIL (Lima Imunisasi dasar Lengkap) yaitu imunisasi Hepatitis, imunisasi BCG, imunisi DPT, imunisasi Campak dan imunisasi Polio. (Profil Dinkes, Jabar, 2010) Perkiraan jumlah bayi di Jawa Barat tahun 2008 yang menjadi sasaran imunisasi tercatat sebanyak 933.619 bayi. Dengan rata-rata belum mencapai target 90 persen. Dengan cakupan yang masih di bawah 50 persen sampai dengan diatas 100 persen ( Profil Dinkes,2008 ). Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten pada tahun 2008 jumlah kasus PD3I yang diamati yaitu Difteri (30 ), Pertusis (102 ), Tetanus Neonatorum (44 ), Campak ( 3.274 ), dan Hepatitis B (437 ). Daerah yang termasuk rawan adalah Kabupaten Bandung, dengan temuan kasus terbesar pada 3 jenis PD3I yaitu Campak, Difteri dan Hepatitis B. (Profil Dinkes, 2008) Cakupan imunisasi BCG sebesar 87.65%, cakupan imunisasi DPT1 dan HB1 sebesar 92.38%, cakupan DPT3 dan HB3 sebesar 87.93%, cakupan imunisasi polio 4 sebesar 87.01%, cakupan imunisasi campak sebesar 88.01% sedangkan untuk cakupan Hepatitis 0-7 hari sebesar 64.15%. Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Indonesia sehat 2015 adalah Presentase Desa yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa/kelurahan yang cakupan imunisasi dasar ≥ 80 %. (Profil Dinkes, Jabar, 2008) Cakupan imunisasi DPT1 dan HB1 sebesar 95%, cakupan DPT2 dan HB2 sebesar 98.1%, cakupan DPT3 dan HB3 sebesar 93% dan cakupan HB0 sebesar 90%, di desa Galanggang cakupan imunisasi DPT1 dan HB1 sebesar 73%, cakupan DPT2 dan HB2 sebesar 80%, DPT3 dan HB3 sebesar 81%, cakupan imunisasi BCG sebesar 73.5%, cakupan imunisasi polio sebesar 77%, cakupan imunisasi campak sebesar 80% dan cakupan HB0 sebesar 60%, ini menyatakan bahwa cakupan imunisasi belum
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
mencapai target. (Profil Dinkes, Bandung Barat, 2010) Pada tahun 2008 Cakupan desa/kelurahan UCI adalah 66.99 %, apabila dibandingkan perkabupaten/kota, yang angka UCI tertinggi terdapat di Kota Cimahi sebesar 100 % sedangkan Kabupaten Bandung Barat sebesar 59.87 %, dan belum mencapai target. (Profil Dinkes, Jabar, 2008) Berdasarkan dari jumlah 114 (Januari, Pebruari, Maret) ibu yang membawa bayinya untuk imunisasi DPT dan HB ke Bidan Praktek Swasta Bdn. Hj. Cicih K, Am.Keb yang terletak di Kp. Dungus Purna Jl. Raya Batujajar No 384 B, dengan melakukan wawancara langsung pada beberapa ibu, didapatkan bahwa ibu mengatakan setelah mengimunisasikan anaknya menjadi sering demam, menangis dan rewel. Dari sebagian ibu ternyata tidak mengetahui tentang (apa itu imunisasi, manfaat imunisasi, waktu pemberian imunisasi dan efek samping dari imunisasi). Sebagian ibu berpendapat bahwa imunisasi kurang baik bagi anak seperti penurunan kesehatan setelah imunisasi, sehingga ibu membiarkan anaknya tidak diberikan imunisasi dan ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan pendapat ibu tentang imunisasi, walaupun dari Dinas Kesehatan (Puskesmas) dan Bidan telah memberikan informasi atau memberikan penyuluhan melalui pamplet, gambar dinding di puskesmas dan iklan PIN. Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pendapat Ibu Tentang Imunisasi di Bidan Praktek Swasta Bidan. Hj. Cicih K, Am.Keb Desa Galanggang Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat. PEMBAHASAN Pendapat Ibu Mengenai Imunisasi Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dideskripsikan bahwa; responden yang mempunyai pendapat Baik sebanyak 15 orang (37,50%), responden yang mempunyai pendapat Cukup sebanyak 22 orang (55,00%), dan sisanya 3 responden mempunyai pendapat kurang sebanyak 3 orang (7,50%), dengan demikian sebagian besar ibu
ISSN: 2356-5454 mempunyai pendapat Cukup mengenai imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Hepatitis B. Dari hasil diatas masih ada responden yang kurang mengerti mengenai imunisasi, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diterima oleh ibu tentang imunisasi, di desa Galanggang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan, sosial budaya, dan adat istiadat, salah satunya adalah faktor pendidikan dimana yang sebagian besar ibu hanya tamat SLTP bahkan ada yang hanya tamat SD, dan hanya mengurus rumah tangganya saja tanpa mencari tahu tentang imunisasi DPT dan HB (Combo). Padahal di Desa Galanggang sering diberikan pengetahuan imunisasi lewat penyuluhan maupun kadernya, mereka sama sekali tidak peduli. Hal tersebut diatas juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti: pekerjaan, ekonomi, dan penerimaan informasi.
Pengertian Imunisasi DPT dan HB Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat dideskripsikan bahwa; responden yang mempunyai pendapat Baik sebanyak 13 orang (32,50%), responden yang mempunyai pendapat Cukup sebanyak 22 orang (55,00%), dan responden yang mempunyai pendapat Kurang sebanyak 5 orang (12,50%), dengan demikian sebagian besar responden mempunyai pendapat cukup mengenai pengertian imunisasi DPT dan HB. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa masih ada ibu yang tidak mengerti mengenai pengertian imunisasi DPT dan HB karena ibu tidak mau tahu dan tidak mencari tahu tentang pengertian imunisasi DPT dan HB, padahal itu adalah hal yang sangat mendasar, ibu membawa anaknya untuk diberikan imunisasi DPT dan HB tetapi ibu sendiri tidak mengetahui apa itu DPT dan HB, sebaiknya untuk para tenaga kesehatan dan para kader yang ada di wilayah desa Galanggang untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi kepada masyarakat luas khususnya bagi ibu agar mengerti sehingga berpendapat baik mengenai pengertian imunisasi DPT dan HB.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 35
jikk
ISSN: 2356-5454
Manfaat Imunisasi DPT dan HB Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dideskripsikan bahwa; responden yang mempunyai pendapat Baik sebanyak 18 orang (45,00%), responden yang mempunyai pendapat Cukup sebanyak 20 orang (50,00%), dan responden yang mempunyai pendapat Kurang sebanyak 2 orang (5,00%), dengan demikian sebagian besar responden mempunyai pendapat cukup mengenai manfaat imunisasi DPT dan HB. Dari hasil penelitian diatas masih ada ibu yang kurang mengerti mengenai manfaat imunisasi DPT dan HB dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh ibu, pentingnya ibu mengetahui tentang manfaat salah satunya agar ibu paham dan mau membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi ke PUSKESMAS, POSYANDU atau BIDAN PRAKTEK SWASTA yang terdekat, karena manfaat imunisasi DPT dan HB adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B yang telah dilemahkan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau keempat penyakit tersebut ( Alimul Azis, 2010). Waktu Pemberian Imunisasi DPT dan HB Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dideskripsikan bahwa; responden yang mempunyai pendapat Baik sebanyak 18 orang (45,00%), responden yang mempunyai pendapat Cukup sebanyak 19 orang (47,50%), dan responden yang mempunyai pendapat Kurang sebanyak 3 orang (7,50%), dengan demikian sebagian besar responden mempunyai pendapat Cukup mengenai waktu pemberian imunisasi DPT dan HB. Dari hasil penelitian diatas bahwa ternyata masih ada yang kurang mengerti tentang waktu pemberian imunisasi DPT dan HB hal ini dikarenakan ibu sering lupa dengan jadwal yang telah ditentukan dan ada juga yang mengatakan ibu tidak tahu kapan imunisasi DPT dan HB diberikan, pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati.
Hal | 36
Nomor 06 Tahun 2013
Keadaan ini tidak menjadi hambatan untuk melanjutkan imunisasi karena vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respon imunologis perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena belum mendapat imunisasi lengkap, dengan demikian kita harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai sesuai dengan waktu pemberiannya. Efek Samping Imunisasi DPT dan HB Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dideskripsikan bahwa; responden yang mempunyai pendapat Baik sebanyak 11 orang (27,50%), responden yang mempunyai pendapat Cukup sebanyak 22 orang (55,00%), dan responden yang mempunyai pendapat Kurang sebanyak 7 orang (17,50%), dengan demikian sebagian besar responden mempunyai pendapat Cukup mengenai efek samping dari pemberian imunisasi. Dari hasil diatas masih ada ibu yang kurang mengenai efek samping yang timbul setelah pemberian imunisasi DPT dan HB karena ibu hanya tahu bahwa setelah anaknya di imunisasi DPT dan HB anak tersebut akan tambah sehat bukannya sakit, maka sebaiknya para tenaga kesehatan khususnya bidan harus menjelaskan kepada ibu bahwa efek samping yang akan timbul adalah demam, bengkak dan kemerahan pada tempat penyuntikan, atau adanya rasa nyeri pada tempat penyuntikan sehingga anak ibu akan rewel, akan tetapi ibu tidak usah khawatir karena efek samping tersebut bersifat sementara dan akan hilang setelah pemberian obat analgetik dan pengompresan dengan air hangat pada daerah tempat penyuntikan. Kontraindikasi Imunisasi DPT dan HB Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat dideskripsikan bahwa; responden yang mempunyai pendapat Baik sebanyak 14 orang (35,00%), responden yang mempunyai pendapat Cukup sebanyak 19 orang (47,50%), dan responden yang mempunyai pendapat Kurang sebanyak 7 orang (17,50%), dengan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
demikian sebagian besar responden mempunyai pendapat Cukup mengenai kontra indikasi dari imunisasi DPT dan HB. Dari hasil penelitian ini masih ada yang kurang mengenai kontra indikasi imunisasi DPT dan HB karena kurangnya informasi yang diterima oleh ibu, hal ini dikhawatirkan karena ibu akan membawa anaknya untuk diberikan imunisasi DPT dan HB padahal anak tersebut sedang sakit yang sangat parah misalnya kejang, sebaiknya untuk para tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di wilayah desa Galanggang untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi kepada masyarakat luas khususnya bagi ibu agar mengerti sehingga berpendapat baik mengenai kontra indikasi imunisasi DPT dan HB.
ISSN: 2356-5454
4.
5.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pendapat ibu tentang imunisasi di Bidan Praktek Swasta (BPS) Bdn. Hj. Cicih K, Am.Keb Desa Galanggang Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat periode AprilMei 2011, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Hasil penelitian tentang gambaran pendapat ibu mengenai imunisasi berdasarkan pengertiannya sebagian kecil responden (32,50%) dikategorikan baik, lebih dari separuhnya responden (55%) dikategorikan cukup dan sisanya sebagian kecil (12,50%) dikategorikan kurang. Adapun pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan manfaat imunisasi hampir separuhnya dari responden (45%) dikategorikan baik, separuhnya dari responden (50%) dikategorikan cukup, dan sisanya sebagian terkecil (5%) dikategorikan kurang. Mengenai pendapat ibu tentang imunisasi berdasarkan waktu pemberian imunisasi hampir
separuhnya (45%) dikategorikan baik, separuhnya dari responden (47,5%) dikategorikan Cukup, dan sangat sedikit dari responden (7,50%) dikategorikan kurang. Bila dilihat dari efek samping imunisasi menggambarkan bahwa sebagian kecil (27,50%) dikategorikan baik, hampir separuhnya (55%) dikategorikan cukup dan sebagian terkecil (17,50%) dikategorikan kurang. Adapun pendapat ibu tentang kontra indikasi imunisasi menunjukkan hal sebagai berikut: sebagian kecil dari responden (35%) dikategorikan baik, hampir separuhnya (47,50%) dikategorikan cukup dan sebagian terkecil (17,50%) dari responden dikategorikan kurang.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Bidan Praktek Swasta a. Dilihat dari hasil tabel di atas menunjukkan rata-rata sebagian dari ibu tentang imunisasi dikatakan cukup, dalam hal ini perlu ditingkatkan lagi dalam upaya adanya promosi kesehatan dengan cara penyebaran melalui leaflet, pamflet, poster dan lainlain yang dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya pencegahan difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B sehingga dapat lebih meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi. b. Peran bidan sebagai tenaga kesehatan perlu ditingkatkan dengan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) agar ibu-ibu mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga program imunisasi bisa tercapai.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 37
jikk
ISSN: 2356-5454
2.
Bagi Ibu a. Diharapkan agar berperan aktif melaksanakan imunisasi b. Ikut serta pada setiap pertemuan kegiatan imunisasi untuk menggali informasi tentang imunisasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu. c. Diharapkan ibu selalu membawa bayinya untuk di imunisasi baik ke puskesmas, posyandu atau ke bidan praktek swasta, sehingga bayi tetap sehat dan kuat.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Para peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan imunisasi serta peran serta masyarakat dalam meningkatkan dan memanfaatkan program imunisasi. REFERENSI Arikunto,Suharsimi: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta PT.Rineka Cipta.2002 Arikunto,Suharsimi: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta PT.Rineka Cipta.2006 Arikunto,Suharsimi: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta PT.Rineka Cipta.2010 Biomed, Mitayani,SST.M.”Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanannya”. Baduose Media.2010 Departemen Kesehatan Republik Indonesia”Profil Kesehatan Jawa Barat”. Jakarta.2007 Departemen Kesehatan Republik Indonesia”Profil Kesehatan Jawa Barat”. Jakarta.2008
Hal | 38
Nomor 06 Tahun 2013
Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdikat SDM Kesehatan Departemen Kesehatan RI”Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas”.Jakarta.2008 Departemen Kesehatan Republik Indonesia ”Profil Kesehatan Jawa Barat”. Jakarta.2010 Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Profil Dinas Kesehatan Bandung Barat.2010 Direktorat Jenderal PPM & PL Departemen Kesehatan R.I”Pedoman Teknis Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin”.Jakarta.2008 Hidayat, A Aziz Alimul.”Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data”.Jakarta.Salemba Medika.2007 Hidayat,A.Aziz Alimul. ”Ilmu Kesehatan Anak”.Jakarta.Salemba Medika.2008 Hidayat,A.Aziz Alimul .”Ilmu Kesehatan Anak”.Jakarta.Salemba Medika.2010 Hadinegoro, Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga”.Jakarta Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2005 Hadinegoro, Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga”.Jakarta Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010 Markum, A.H. (1997). Imunisasi. Jakarta : Fakultas Kedokeran Universitas x Indonesia. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2006 Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2010 Ranuh, I.G.N. ”Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi Ketiga”.Jakarta Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010 Sugiyono:” Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif:Bandung.Alfabeta.2007 Sudarti, M.Kes.“Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita: Nuha Medika, Yogyakarta, 2010
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
GAMBARAN PENGETAHUAN SISWI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI KELAS XI IPA SMA PAHLAWAN TOHA BANDUNG Oleh Winarni ABSTRAK Pentingnya (SADARI) bagi kesehatan wanita adalah untuk menekan angka kesakitan dan angka kematian baik pada wanita dewasa dan remaja. Kanker payudara merupakan penyakit pembunuh nomor dua setelah kanker rahim. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi kelas XI tentang pemeriksaan payudara sendiri di SMU Pahlawan Toha. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengidraan terhadap suatu objek tertentu. Remaja adalah suatu masa dimana induvidu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda tanda seksual sekunder, dengan remaja tahap akhir atau lanjut 16 – 19 tahun. Sadari adalah pemeriksaan untuk menemukan benjolan abnormal pada payudara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, populasi yang diambil adalah siswi kelas XI IPA SMA Pahlawan Toha Bandung. Pengambilan sampel diambil dari seluruh populasi dengan jumlah 35 responden dengan menggunakan kuisioner dengan 30 pertanyaan. Hasil penelitian diperoleh, pengertian tentang SADARI sebagian besar kategori baik 49%, tentang manfaat sebagian besar kategori kurang 37%, cara melakukan SADARI kategori baik 46%, tentang tanda dan gejala kategori baik sebesar 54%, pencegahan SADARI kategori baik 64%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswi SMA Pahlawan Toha, berkategori baik. Dengan hasil ini diharapkan tenaga kesehatan, guru dan orangtua selalu mengingatkan dan memberikan pengetahuan tentang menjaga kesehatan salah satunya tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kata Kunci : Pengetahuan,SADARI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kanker payudara paling sering dialami wanita di Indonesia, setelah kanker mulut rahim. Setiap tahunnya di Indonesia ada 126 wanita dari 100.000 penduduk yang terkena kanker payudara, 15 Desember 2010 (www.Bubidan.com?...detesi). Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2004 ada sekitar 1,2 juta wanita yang di diagnosis menderita kanker payudara (Djoerban, 2006). Pasien pengidap kanker payudara di Jabar mencapai 56 per 100 ribu dalam satu tahun atau sama dengan 0,5 persen. Rabu, 18/03/2009 13:06 WIB http://bandung.detik.com/. Di kota Bandung angka kejadian kanker payudara (4/Feb/2010) menurut Tjandra angka kejadian kanker payudara cenderung menurun mulai dari tahun 2006 kejadian kanker payudara sebayak 8327 kasus atau 19,64, (www.antaranews.com/.).
Wanita yang berumur diatas 20 tahun atau mereka yang beresiko tinggi, dianjurkan agar mengambil peran aktif dalam mendeteksi sejak dini ada atau tidak kanker payudara dengan cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin. Penelitian yang telah dilakukan ternyata 75 % hingga 85% kanker payudara ditemukan saat dilakukannya pemeriksaan payudara sendiri (Supit, 2003 dikutip Hawari, 2004). Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang pesat, walaupun demikian angka kematian (mortality rate) dan angka kejadian (incidence rate) kanker payudara masih tinggi, hal ini disebabkan penderita ditemukan pada usia lanjut, oleh karena itu, deteksi dini dan diagnosis dini kanker payudara memegang peranan penting untuk memperbaiki prognosa disamping faktor klinis lainnya.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 39
jikk
ISSN: 2356-5454
Kanker payudara apabila dapat terdeteksi secara dini dan mendapat penanganan secepatnya maka akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih baik (operable dan curable). Usaha untuk ini adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang merupakan cara efektif menemukan tumor secara dini (Hawari, 2004). Kesulitan mengingat kapan harus melakukan SADARI, takut jika menemukan benjolan, merasa tidak mampu mengenali benjolan, dan rasa malu merupakan hambatan dalam melakukan SADARI (Bobak, et al., 2004), untuk itu diperlukan adanya motivasi yang kuat untuk melakukan SADARI. Motivasi merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Pelaksanaan SADARI memerlukan suatu kemampuan dan motivasi yang kuat untuk melaksanakannnya, tidak hanya mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan SADARI seperti pengertian, manfaat, dan cara-cara pelaksanaanya, namun diperlukan pula motivasi untuk melaksanakannya sebagai upaya deteksi dini kanker payudara, sehingga apabila ditemukan adanya suatu kelainan, dapat ditanggulangi lebih dini dan mengurangi resiko berkembangnya penyakit menuju tahap selanjutnya. Pengetahuan tidak cukup untuk menghasilkan perilaku sehat, wanita harus diyakinkan bahwa ia memiliki kontrol terhadap hidupnya dan kebiasaan hidup sehat, termasuk pemeriksaan kesehatan periodik, sebagai suatu investasi. Wanita harus yakin pada kemauan untuk pencegahan, deteksi dini, dan terapi serta kemampuannya untuk melaksanakan praktik perawatan mandiri, seperti SADARI (Bobak, et al., 2004). Benjolan yang ada pada payudara itu pada akhirnya diketahui adalah tumor jinak dan harus segera di angkat (operasi) untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Menurut Hawari (2004), wanita yang pernah
Hal | 40
Nomor 06 Tahun 2013
mengalami operasi operasi tumor jinak payudara memiliki resiko untuk terkena kanker payudara. Dilihat dari banyaknya angka kejadian kanker payudara di Jawa Barat dan khususnya kota Bandung, membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada kalangan remaja putri yang berusia sekitar 12-20 tahun dan peneliti tertarik meneliti tingkat pengetahuan dikalangan SMU, salah satunya SMU Pahlawan Toha. SMU Pahlawan toha terletak di daerah Jl.Peta jumlah siswa tahun tahun 2011 menurut data tata usaha SMU Pahlawan Toha berjumlah 585 siswa yang terdiri dari kelas X, XI, XII. Dan penulis diijinkan dari pihak sekolah untuk meneliti kelax XI yang berjumlah siswa 195 yang terdiri dari 35 orang siswi.yang dapat ikut serta dalam mendukung penelitian ini berada di kelas XI IPA. Untuk mendukung penelitian ini maka dilakukan studi pendahuluan dilakukan melalui wawancara pada 10 orang siswi Pahlawan Toha pada tangal 3/Mei/2011. Dari hasil wawancara tersebut didapatkan 6 dari 10 siswi yang tidak mengetahui tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang berpengaruh besar terhadap kesehatan orang tersebut. Berdasarkan permasalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelas XI IPA SMA Pahlawan Toha Bandung. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan Siswi SMU Kelas XI Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) DI SMU PAHLAWAN TOHA BANDUNG. Pembahasan ini akan diuraikan melalui tabel berikut ini dengan responden 35 siswi.
Deskripsi Pengetahuan Aspek Pengertian
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Pengertian Tentang Sadari
N o 1 2 3
4 5
6
Benar
Subvariabel f
Pengetahuan Salah
%
f
Total
%
f
%
SADARI adalah singkatan 30 dari ? Pengertian dari SADARI 34 adalah? SADARI biasanya di lakukan 33 oleh?
86
5
14
35
100
97
1
3
35
100
94
2
6
35
100
Yang di sebut dengan kanker 30 payudara adalah? SADARI sudah harus di 21 ketahui oleh remaja sejak umur? Pemeriksaan payudara 29 sendiri maksudnya adalah?
94
5
14
35
100
60
14
40
35
100
83
6
17
35
100
Tabel .Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Pengertian Tentang Sadari
No 1 2 3
Kategori
Frekuensi 17 13 5 35
Baik Cukup Kurang Total
Persentase (%) 49 37 14 100
Diagra .Pengetahuan Siswi Tentang Pengertian SADARI di SMU PAHLAWAN TOHA
4 3 11% 9%
Baik
Cukup Kurang
28 80%
Diagram Pengertian Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sebagian dari responden memiliki pengetahuan baik sebesar 17 responden atau
80 % dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak 13 responden atau 9% dan sangat sedikit
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 41
jikk
ISSN: 2356-5454
responden memiliki pengetahuan kurang sebesar 5 responden atau 11%.
yang
Deskripsi SADARI
Nomor 06 Tahun 2013
Pengetahuan
Aspek
Manfaat
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Manfaat Tentang Sadari
N o 7 8 9 10
11
12
Subvariabel Benar f % Manfaat di lakukan SADARI 10 29 adalah? Manfaat SADARI ? 22 63 Siapa sajakah yang wajib 31 89 melakukan SADARI? Mendeteksi dini adanya 21 60 kelainan pada payudara merupakan? Manfaat SADARI adalah 28 80 untuk mengetahui? Manakah merupakan SADARI?
yang bukan 15 manfaat dari
43
Pengetahuan Salah Total f % f % 25 71 35 100 13 4
37 11
35 35
100 100
14
40
35
100
7
20
35
100
20
57
35
100
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Manfaat Tentang Sadari
No Kategori 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang Total
Frekuensi 10 12 13 35
Persentase (%) 29 34 37 100
Diagram Pengetahuan Tentang Manfaat SADARI
13 37%
10 29%
Baik Cukup
12 34%
Kurang
Diagram Manfaat SADARI
Hal | 42
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sebagian dari responden memiliki pengetahuan baik sebesar 10 responden atau 29 % dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak 12 Deskripsi Pengetahuan Aspek Cara SADARI
responden atau 34 % dan responden memiliki pengetahuan yang kurang sebesar 13 responden atau 37 %.
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Cara Tentang Sadari
N o 13 14 15
16
17 18
Subvariabel Benar f % untuk 22 63
Posisi yang benar melakukan SADARI? Apa yang dilakukan saat 16 melakukan SADARI? Menurut anda ada berapa 34 langkah dalam melakukan SADARI? Jika ada menemukan 33 benolan di payudara apa yang akan anda lakukan? Waktu yang tepat 30 melakukan SADARI? Tiga langkah penting 21 melakukan cara SADARI?
Pengetahuan Salah Total f % f % 13 37 35 100
46
19
54
35
100
97
1
3
35
100
94
2
6
35
100
86
5
14
35
100
60
14
40
35
100
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Cara SADARI
No Kategori 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang Total
Frekuensi 16 8 11 35
Persentase (%) 46 23 31 100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 43
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 06 Tahun 2013
Diagram Pengetahuan Tentang Cara SADARI
11 31%
Baik
16 46%
Cukup Kurang
8 23%
Diagram Cara Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sebagian dari responden memiliki pengetahuan baik sebesar 16 responden atau 46 % dan sebagian kecil mempunyai
pengetahuan yang cukup sebanyak 8 responden atau 23 % dan sangat sedikit responden memiliki pengetahuan yang kurang sebesar 11 responden atau 31 %.
Deskripsi Pengetahuan Aspek Tanda Dan Gejala Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tanda Dan Gejala Tentang Sadari
N o 19
20 21 22 23
24
Hal | 44
Subvariabel Benar f % Tanda-tanda yang harus di 23 66 waspadai saat melakukan SADAR? Hal yang harus kita perhatikan saat SADARI? Tanda-gejala dari kanker payudara? Tanda dari kanker payudara adalah? Waktu yang tepat melakukan test diagnosa kanker payudara oleh dokter? Keluarnya cairan seperti nanah yang keluar dari payudara merupakan tanda dari
Pengetahuan Salah Total f % f % 12 34 35 100
21
60
14
40
35
100
28
80
7
20
35
100
18
51
17
49
35
100
32
91
3
9
35
100
27
77
8
23
35
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tanda dan Gejala SADARI
N o 1 2 3
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
19 10 6 35
54 29 17 100
Baik Cukup Kurang Total
Diagram Pengetahuan Tentang Tanda dan Gejala
6 17%
Baik 19 54%
10 29%
Cukup Kurang
Diagram Tanda dan Gejala Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sebagian dari responden memiliki pengetahuan cukup sebesar 10 responden atau 29 % dan sebagian kecil mempunyai
pengetahuan yang baik sebanyak 19 responden atau 34% dan sangat sedikit responden memiliki pengetahuan yang kurang sebesar 16 responden atau 17 %.
Deskripsi Pengetahuan Aspek Pencegahan Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Pencegahan Tentang Sadari
N o
Subvariabel
25
Cara mencegah payudara? Makanan yang memper kecil resiko terjadinya kanker payudara? Menurut anda factor yang dapat memperkceil terjadinya kanker payudara? Dalam upaya mencegah kanker payudara yang harus anda perhatikan adalah hal di bawah ini? SADARI dilakukan untuk?
26
27
28
29
Benar f % kanker 28 80
Pengetahuan Salah Total f % f % 7 20 35 100
18
51
17
49
35
100
32
91
3
9
35
100
22
63
13
37
35
100
31
89
4
11
35
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 45
jikk
ISSN: 2356-5454
30
Mencari informasi yang tepat 20 mengenai SADARI merupakan salah satu upaya untuk?
57
15
Nomor 06 Tahun 2013
43
35
100
Tabel. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pencegahan Tentang SADARI
No Katagori 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang Total
Frekuensi 16 10 9 35
Persentase (%) 46 28 26 100
Diagram Pengetahuan Tentang Pencegahan
9 26%
Baik 16 46%
Cukup Kurang
10 28% Diagram Pengetahuan Pencegahan Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sebagian dari responden memiliki pengetahuan cukup sebesar 38 responden atau 43 % dan sebagian kecil mempunyai
PENUTUP
3.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah di kemukakan, maka hasil penelitian terhadap 35 responden mengenai pengetahuan siswi putri tentang pemeriksaan payudara sendiri adalah: 1.
2.
Pengetahuan siswi tentang pengertian SADARI berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 28 orang (80%) termasuk kedalam kategori baik. Pengetahuan siswi tentang manfaat SADARI berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa sebanyak 13 orang (37,1%) termasuk kedalam kategori kurang.
Hal | 46
pengetahuan yang baik sebanyak 34 responden atau 38% dan sangat sedikit responden memiliki pengetahuan yang kurang sebesar 16 responden atau 18 %.
4.
5.
Pengetahuan siswi tentang cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri berdasarkan tabel di atas sebanyak 16 orang (18,18%) termasuk kedalam kategori baik. Pengetahuan siswi tentang tandatanda kanker payudara berdasarkan tabel di atas sebanyak 19 orang (54,29%) termasuk ke dalam kategori baik. Pengetahuan siswi tentang pencegahan kanker payudara berdasarkan tabel di atas sebanyak 16 orang (45,71%) termasuk kedalam kategori cukup
Saran Bagi Institusi Pendidikan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
Diharapkan hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi kebidanan Ar-Rahmah tentang SADARI. Bagi Staf Pengajar Pahlawan Toha Diharapakan dapat bermanfaat dan menjadi bahan mata ajar untuk meningkatkan pengetahuan bagi sisiwi di SMA Pahlawan Toha Bandung dengan cara memberikan materi SADARI pada pelajaran Biologi. Bagi Siswi di SMA Pahlawan Toha Bandung Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi siswi SMA Pahlawan Toha agar dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudaranya. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti dan untuk mengetahui pengetahuan siswi putri tentang SADARI di SMA Pahlawan Toha bandung sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang di dapat selama pendidikan.
ISSN: 2356-5454 RemajaDepkes RI.,2006. MateriPelatihanBimbingandanPenyuluhan KesehatanReproduksiBagiPetugasKesehatan .Jakarta :Depkes RI Sarwono, P, 2002. BukuPanduanPraktisPelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta. YayasanBinaPustaka. Smeltzer, Suzanne C., 2005. Buku ajar KeperawatanMedikalBedah. Volume 2.Jakarta : EGC Soetjiningsih., 2004. TumbuhKembangRemajadanPermasalahan nya.Jakarta :AgungSeto Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta http://www.idi.com/info_seksio20%sesarea, 2007. http://www. Profi Kesehatan Dinkes Propinsi Jawa Barat 2010. http://www. Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2007. http://bandung.detik.com.. http://www.antaranews.com... http://Bubidan.deteksi.com...
REFERENSI Depkes RI. 2003. DirektoratJenderalBinakesehatanMasyrakatPelaya nanKesehatanReproduksiReja. Depkes RI. 2005. MateriPelayananKesehatanPeduliRemaja (PKPR). Jakarta :Depkes RI Mochtar Rustam, Prof. Dr, MPH. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kebidanan EGC. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori &Aplikasi. Jakarta, Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta Nurcahyo.,Jalu.,2010. BahayaKanker Rahim danKankerPayudara,Yokyakarata:Wahan aTotalita Publisher. Ramli. Ahmad Med Dr, 2005, KamusKebidanan Jakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 47
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 06 Tahun 2013
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN DI DESA PANGADEGAN KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 Oleh JM Weking ABSTRAK Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan negaranegara di ASEAN. Berdasarkan hasil survey BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2007 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu mencapai 248/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi mencapai 26,9/1000 kelahiran hidup. Cakupan persalinan di Jawa Barat tahun 2007 oleh tenaga kesehatan masih dibawah target yaitu 69,77 % dari target 80 %. Tujuan dari penelitian ini adalah, Mengetahui Pengetahuan dan sikap Ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur Tahun 2011. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah Pengetahuan dan sikap Ibu Primigravida tentang Persiapan menghadapi persalinan. Populasi dalam penelitian adalah 30 orang dan jumlah sampel 30 orang.. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling Dalam menganalisa data penulis menggunakan analisa secara Analisis Univariat. Diketahui bahwa dari setengahnya responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak( 15 )orang (50% ) tentang Persiapan menghadapi persalinan. Diketahui bahwa lebih dari setengahnya responden memiliki sikap Favourable terhadap Persiapan menghadapi persalinan sebanyak ( 15 ) orang (50% ) Diharapkan pemerintah di desa merevitalisasi dan memajukan kembali program desa siaga sebagai salah satu program menangani Persiapan menghadapi persalinan, serta peran bidan dalam melakukan penyuluhan kepada ibu hamil hususnya pada Ibu primigravida tentang Persiapan menghadapi persalinan. Kata Kunci: Pengetahuan, Persiapan menghadapi persalinan. PENDAHULUAN Latar Belakang Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian Bayi (AKB) di Indonesia tergolong tinggi yaitu,Menurut survai demografi dan kesehatan indonesia (SDKI ) pada tahun 2002-2003 angka kematian ibu 307/100.000 kelahiran hidup (KH )dan angka kematian Bayi 37/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2015 dapat menurunkan angka kematian ibu menurut WHO sebesar 125/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 15/1000 kelahiran hidup. (http/www.mediando.co.id ) Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Barat tahun 2007 dilihat dari profil
Hal | 48
Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat ternyata jauh lebih tinggi dari pada angka kematian nasional, yaitu 228 / 100.000 kelahiran hidup, sebagian besar terjadi karena perdarahan pada persalinan yang tidak dibantu oleh tenaga kesehatan, yakni sekitar 70% ibu meninggal karena perdarahan, baik perdarahan post partum maupun perdarahan antepartum. Penyebab lain dari kematian Ibu yaitu eklampsia, infeksi danlain-lain. Kematian ibu tersebut masih dapat dicegah jika mereka memperoleh pertolongan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter maupun perawat kesehatan yang terlatih. (Propil Depkes Jabar, 2008) Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten Cianjur pada tahun 2008
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
sebagian besar kematian ibu dialami pada saat Ibu hamil ,bersalin dan nifas.di dapat kan jumlah kematian Ibu sebesar 142 kasus dan jumlah kematian Bayi sebesar 52 orang berdasarkan penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan (28%) .Kematian ibu di tolong paraji ada penurunan sekitar 10,6% dan oleh bidan meningkat sekitar 15,33%, namun bila di kaji dari alur rujukan ternyata kasus resiko kematian ibu adalah pasien paraji yang dirujuk ke bidan dengan komplikasi dan keterlambatan merujuk, sehingga terjadi kematian di bidan. (Profil kesehatan cianjur 2008 ). Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi pada saat sekitar persalinan kira-kira 95% penyebab kematian itu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah mengupayakan agar : Setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan. .Pelayanan obstetri sedekat mungkin diberikan kepada semua ibu hamil (Saifuddin, 2002). Untuk itu, bidan sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya mempercepat penurunan AKI yaitu diperlukan suatu usaha yang salah satunya adalah pelayanan antenatal atau Antenatal Care (ANC). Pelayanan antenatal merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan. Ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya AKI. Bila saat persalinan ditemukan adanya komplikasi obstetri dan ibu tidak mengerti tentang persiapan yang dibutuhkan menjelang persalinan, maka ibu tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat waktu sehingga terjadi tiga keterlambatan dalam rujukan, yaitu: Keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk merujuk, karena ketidakmampuan ibu / keluarga untuk mengenali tanda bahaya, ketidaktahuan kemana mencari pertolongan, faktor budaya, keputusan tergantung pada
ISSN: 2356-5454 suami, ketakutan akan biaya yang perlu dibayar untuk transportasi dan perawatan di rumah sakit, serta ketidakpercayaan akan kualitas pelayanan kesehatan. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan, dipengaruhi oleh jarak, ketersediaan dan efisiensi sarana transportasi, serta biaya. Keterlambatan dalam memperoleh pertolongan di fasilitas kesehatan, dipengaruhi oleh jumlah dan keterampilan tenaga kesehatan, ketersediaan alat, obat, transfusi darah dan bahan habis pakai, manajemen serta kondisi fasilitas kesehatan. Dengan persiapan persalinan yang direncanakan bersama bidan,diharapkan dapat menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimna ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu (Depkes. RI, 2002 ) Kehamilan biasanya disambut dengan perasaan gembira, bukan tidak mungkin perasaan cemas juga akan dirasakan ibu, Oleh karena itu ibu hamil membutuhkan perhatian yang cukup serius dalam menghadapi berbagai keluhan-keluhan yang terjadi pada masa kehamilan dan untuk mengurangi kecemasan atau kekhawatiran. Mendapatkan penjelasan mengenai keluhan yang dirasakan ibu selama kehamilan sangat diperlukan oleh ibu. Tidak hanya pada kehamilan saja ibu mendapat perhatian tapi ibu juga harus dipersiapkan dalam menghadapi persalinan, perawatan diri selama post partum dan perawatan pada bayi baru lahir. Maka pelayanan kebidanan atau manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif sangat dibutuhkan oleh setiap ibu.(Asri Hidayat,M.Keb.) Pada ibu primigravida mereka belum mempunyai pengalaman tentang melahirkan kemungkinan rasa cemas bisa timbul karena perhatian tentang jalan lahir selama proses persalinan, rasa cemas tersebut kadang kadang sangat berlebihan, karena takut tehadap nyeri melahirkan atau pengguntingan perineum karena mereka tidak mengerti anatomi dan proses melahirkan. Ibu perlu di beri pendidikan bagaimana prilaku yang betul selama proses melahirkan, persiapan yang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 49
jikk
ISSN: 2356-5454
terbaik untuk melahirkan adalah menyadari kenyataan secara sehat tentang rasa nyeri, menyeimbangkan resiko dengan rasa senang,dan keinginan tentang hadiah ahir berupa bayi.. Persiapan persalinan yang perlu di perhitungkan juga adalah masalah transportasi, misalnya jarak tempuh dari rumah ke tujuan membutuhkan berapa lama, jenis alat transportasi, sulit atau mudahnya lokasi di tempuh, karena hal ini akan dapat mempengaruhi keterlambatan pertolongan. Untuk mengurangi tinggkat kecemasan dari sisi sosial ekonomi di sarankan keluarga sudah mengikuti kelas menjadi orang tua, mulai dari trimester I, II, dan III. Agar proses persalinan berjalan secara normal, pandangan yang memadai, perlu di rencanakan jauh sebelum masa persalinan tiba dengan cara menabung, dapat melalui arisan, tabungan ibu bersalina (Tabulin). (HJ, Salmah 2011 Desa pangadegan adalah desa yang terletak di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur dan merupakan Wilayah Kerja Puskesmas Pagelaran ,dengan keadaan rumah penduduk yang berjauhan antara rumah satu dan yang lain. Berdasarkan data yang di dapat dari bidan desa pangadegan pada bulan Maret 2011 jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke posyandu terdapat 30 orang primigravida, dari hasil surpay penulis di peroleh bahwa terdapat sebagian ibu primigravida memiliki pengetahuan yang kurang jelas tentang persiapan menghadapi persalinan,dan tidak terdapatnya data tabulin masyarakat desa Pangadegan khususnya ibu primigravida jarang dan malas untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, salah satu alasannya adalah keadaan jauh ke pelayanan kesehatan serta ekonomi lemah. .(Desa Pangadegan 2011) Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan mengambil judul “Pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur Tahun 2011. PEMBAHASAN
Hal | 50
Nomor 06 Tahun 2013
Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Persiapan Menghadapi Persalinan Di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur, dari responden yang berjumlah 30 orang yang berpengetahuan baik (16,67%) cukup (26,67%) kurang (56,67% ). Pengetahuan ibu primigravida yang sebagai besar kurang (56,67%) disebabkan tidak ada pengalaman bersalin dan kurangnya informasi tentang persiapan menjelang persalinan yang seharusnya mereka miliki agar lebih siap menghadapi persalinan hal ini sesuai dengan pernyataan (Notoatmodjo2002),” pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain seperti guru, teman dan orang tua”. Dalam hal ini tugas bidan untuk memberikan informasi kepada ibu hamil terutama ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan, karena dengan peningkatan pendidikan / pengetahuan ibu, akan mempertinggi kesadaran ibu dalam mengenali gejala / tanda komplikasi secara dini dan mencari pertolongan profesional (Depkes. RI, 2002). Pengetahuan yang kurang dapat diatasi dengan cara : Konseling Pengertian - Pertemuan tatap muka - Diselenggarakan dengan sengaja - Percakapan mengarah pada bantuan untuk klien. - Tujuannya adalah membantu agar klien memahami dirinya, posisinya, alternative yang ada, memilih yang sesuai. - Hasil ahirnya adalah pemahaman diri, pemahaman posisi, pengenalan lingkungan, kemampuan berinteraksi sehingga dapat memperbaiki diri,
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
posisi, komunikasi dengan lingkungan. - Konseling memerlukan kemampuan berdialog dalam komunikasi antara pribadi bersifat mendalam dan individual. - Sesudah mengikuti konseling di harapakan klien, yaitu pihak yang di bantu, maupun melihat dirinya dan situasinya, memahami kondisi dan kebutuhanya, mampu memilih dan mengambil sikap dengan pemahaman yang mendalam tentang segala konsekuensi dan resikonya sehingga lebih mantap dalam berprilaku. - Untuk dapat memberikan konseling, petugas harus mampu megenal klien secara individual, mampu meluaskan padangan/wawasan klien, mampu membimbing klien untuk dapat mempercayakan dirinya sehingga mampu memilih secara mandiri, memutuskan dan mantap ketika menjalani atau melaksankannya. (Perkumpulan Perinatologi Indonesia, 2003) Sikap ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur . Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sikap ibu primigravida dalam persiapaan menghadapi Persalinan Di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur, menjunjukan sikap positif mencapai ( 53,33% ) dan sikap negatif mencapai ( 46,67% ) Berdasarkan penelitian tersebut diketahui 53,33% ibu primigravida memiliki sikap positif meskipun banyak di antara mereka memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang persiapan menjelang persalinan. Hal ini dikarenakan ibu ibu primigravida mengatakan ingin yang terbaik bagi dirinya dan bayinya yaitu pada saat proses persalinan nantinya dapat berlangsung lancar sesuai harapan. Namun diketahui dari hasil penelitian ini masih banyak ibu primigravida yang memiliki sikap negatif ( 46,67 % ) tentang persiapan
ISSN: 2356-5454 menjelang persalinan, sikap ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh belum adanya pengalaman bersalin dan kurangnya pengetahuan mereka tentang persiapan menjelang persalinan Hal ini sesuai dengan pernyataan Widyatun (2002), “dimana sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”. PENUTUP Dari penelitian yang dilakukan ibu primigravida di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pengetahuan ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan di Desa pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur, yang memiliki pengetahuan kurang 50% Sikap ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur, yang memiliki sikap positif 73,33% Saran Instansi Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan masukan terhadap peningkatan pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya Antenatal Care (ANC) di Desa Pangadegan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur. Ibu Primigravida Diharapkan ibu primigravida dapat secara rutin memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan agar mendapatkan informasi tentang persiapan yang dibutuhkan dalam menghadapi persalinan Instansi Pendidikan Di harapkan penelitian ini dapat dijadikan Sebagai sumber bahan bacaan dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan Peneliti
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 51
jikk
ISSN: 2356-5454
Peneliti dapat mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menghadapi persalinan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama ini. Peneliti Lain Dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini serta dapat menganalisa lebih tinggi dan dapat menggunakan sampel lebih banyak pada penelitian selanjutnya. REFERENSI Arikunto, Suharsimi, 2002. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Azrul Azwar, 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Asri Hidayat 2010 Asuhan kebidanan Persalinan: Penerbit Muha medika Budiarto Eko., 2002, Biostatistik Untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Dinas Kesehatan, 2008, Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat. Bandung Dinas Kesehatan, 2010, Profil Kesehatan Kabupaten Cianjur Desa pangadegan 2011. Profil Desa Pangadegan kecamatan pagelaran kabupaten cianjur
Hal | 52
Nomor 06 Tahun 2013
Hj. Salmah, 2006. Asuhan kebidanan antenatal : Penerbit Buku Kedokteran EGC JNKPK-KR, 2008, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini : Buku Acuan Dan Panduan Manuaba, 2010. Kapita selekta Penatalaksanaan Ruti Obstetri dan Ginekologi . EGC.Jakarta Notoatmodjo. S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo. S., 2006, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo. S., 2007, Promosi Kesehatan dan Aplikasi .Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo. S , 2010, Promosi kesehatan dan aplikasi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Obstetri Fisiologi, 2010,Penerbit percetakan/ Penerbit Elemen, Bandung Saifudin, AB. 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Syafrudin 2009. Kebidanan Komunitas, Penerbit Buku Kedokteran EGC Sumarah 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin: yogyakarta penerbit fitramaya Standar pelayanan kesehatan 2002, departemen Kesehatan indonesia
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 06 Tahun 2013
Standar Prosedur Operasional Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas
ISSN: 2356-5454
JIKK Akademi Kebidanan Ar Rahman Ketentuan Umum 1. Topik dan tema karya tulis atau artikel (selanjutnya disebut naskah) memiliki keterkaitan dengan dunia kesehatan, khususnya bidang kebidanan; 2. Karya tulis ataupun artikel merupakan hasil penelitian lapangan (work-field study), penelitian pustaka (literature study) atau asah gagasan (proposition); 3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia maupun English yang baik dan benar serta mengikuti aturan tata bahasa yang baku; 4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki kepakaran di bidangnya, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar institusi AKBID Ar Rahmah; 5. Penyerahan naskah dikirim selambatlambatnya dua bulan sebelum penerbitan reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada redaksi JIKK; 6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah naskah akan diberitahukan secara tertulis, baik melalui surat ataupun email; 7. Naskah yang tidak dimuat dapat dikembalikan dengan sepengetahuan penulis naskah. Ketentuan Khusus 1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau 2007); 2. Naskah ditulis menggunakan font Times New Roman atau Arial dengan ukuran font 12 (tanpa page number ataupun keterangan header/footer); 3. Panjang naskah maksimal 10 halaman dengan ukuran kertas A4 serta ukuran margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah: 3). Sistematika Penulisan Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas), Nama penulis (tanpa gelar), Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata), Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang digunakan dalam artikel),
Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai topik yang dibahas, status topik saat ini, perubahan yang terjadi berkaitan dengan topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan, metode, manfaat pembahasan topik, dan harapan yang dapat diambil dari topik yang dibahas), Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan ataupun penjabaran yang berkaitan dengan hasil temuan penelitian atau asah gagasan untuk naskah non-penelitian; isi/ pembahasan dapat terdiri atas beberapa subbahasan, tergantung pada topik/masalah yang dibahas serta penjelasan yang mendalam dari topik/ tema yang dibahas), Simpulan dan Saran, Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan Riwayat penulis (ditulis secara singkat).
Sistematika Penulisan Resensi Buku Buku yang diresensi harus aktual (up to date); buku berbahasa Indonesia terbitan satu tahun terakhir sedangkan buku berbahasa asing terbitan tiga tahun terakhir, Isi (content) buku yang diresensi berkontribusi signifikan bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal buku, ringkasan (summary), evaluasi/ kritik/ komentar, dan simpulan. Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel ilmiah) Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui, Email; naskah tidak ditulis dalam kotak pesan (message box) melainkan disisipkan (attachment) dan dikirimkan ke
[email protected] atau
[email protected], Surat/ pos; naskah dimasukkan ke dalam amplop ukuran A4 dan pojok kanan atas ditulis JIKK AKBID Ar Rahmah, kemudian dikirimkan ke alamat Jalan Pasteur No. 21 A, Bandung– Jawa Barat.
Alamat Redaksi dan Tata Usaha JIKK Press – AKBID Ar Rahmah Jalan Pasteur no. 21, Bandung – Jawa Barat Telepon/ Faximile (022) 4214127 Email
[email protected] Website www.arrahmah.ac.id
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 53