PRASYARAT DAN IMPLIKASI PENGATURAN PEMBATASAN TRANSAKSI TUNAI DI INDONESIA Disusun oleh: Tim Peneliti dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Abstrak Prasyarat pengaturan pembatasan transaksi tunai di Indonesia dapat dianalisis dari beberapa aspek, yaitu: aspek ekonomi, pembatasan transaksi tunai akan memiliki dampak bagi perekonomian terutama pada perputaran uang (velocity of money) karena bergesernya penggunaan alat pembayaran tunai menjadi non tunai membuat transaksi lebih efisien dan cepat, aspek sosiologis, bagi masyarakat yang belum mengenal alat pembayaran non tunai perlu dilakukan pendekatan yang bersifat persuasif, kultural, dengan memberikan informasi secara berkesinambungan, aspek hukum dan infrastruktur, berkaitan dengan jenis aturan yang tepat (UU atau peraturan perundang-undangan di bawahnya) untuk mengatur hal tersebut dan aparat penegak hukum yang menjalankan peran law enforcement. Kesiapan infrastuktur lembaga keuangan, alat pembayaran non tunai, dan jaringan komunikasi juga perlu dipertimbangkan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, di mana akan dilakukan penelitian terhadap kesesuaian antara norma ideal yang akan dilaksanakan (das sollen) dengan fakta-fakta yang terdapat di masyarakat (das sein). Pengaturan pembatasan transaksi tunai memiliki dampak positif antara lain efisiensi dalam transaksi keuangan, penghematan anggaran pencetakan uang dan biaya pengamanannya, peningkatan kegiatan dan pembangunan ekonomi, memudahkan pengawasan terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan, dan penekanan tingkat inflasi. Namun, di sisi lain terdapat pula implikasi negatif yang perlu mendapat perhatian, antara lain infrastruktur keuangan belum tersedia secara memadai di wilayah Indonesia, budaya masyarakat yang belum terbiasa dengan perbankan dan alat pembayaran non tunai, kejahatan cybercrime atas transaksi non tunai.
A. Latar Belakang Kejahatan pencucian uang (money laundering) belakangan ini makin mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan, yang bukan saja dalam skala nasional, tetapi juga skala regional dan skala global melalui kerja sama antarnegara. Gerakan ini terpicu oleh kenyataan bahwa kini semakin marak terjadi kejahatan money laundering dari waktu ke waktu, sementara kebanyakan negara belum menetapkan sistem hukumnya untuk memerangi atau menetapkannya sebagai kejahatan yang harus diberantas.1
1
N.H.T Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan, Jakarta: Jala Pertama, 2008, hal 1 (Beberapa negara yang menjadi primadona dalam studi perbandingan tentang anti-pencucian uang adalah Singapura, Amerika, Inggris dan Swiss, negara-negara ini mengadopsi kententuan tersebut karena diyakini sebagai pusat-pusat peredaran uang (financial centres). Paradigma baru mulai berkembang semenjak revisi Finansial Action Task Force on Money Laundering ‘the Forty Recommendations of the Dinansial Action Task Force on Money Laundering yang drevisi pada 28 Juni 1996. Dibukanya daftar jenis tindak pidana yang menyertai tindak pidana pencucian uang, mulai dari suap perusahaan, penipuan pajak, korupsi, narkoba, hingga efek dari tragei 11 September akan bahayanya terorisme (hasil revisi dari FATF 40/2003). Lihat: Mark Pieth & Gemma Aiolfi, A Comparative Guide to Anti-Money Laundering, Northampton: Edward Elgar Publishing, 2004, hal 15-35.
31
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Pada mulanya kejahatan money laundering lebih erat
Adapun definisi dari Transaksi Keuangan Tunai
kaitannya dengan kejahatan-kejahatan perdagangan
adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan
obat bius/narkotika dan kejahatan besar lainnya, tetapi
menggunakan uang kertas dan/atau uang logam.
kini kejahatan pencucian uang sudah dihubungkan
(Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
dengan proses atas uang hasil perbuatan kriminal
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
secara umum dalam jumlah besar. Saat ini kejahatan
Pencucian Uang)4. Dari definisi tersebut, fungsi uang
money laundering melebar hingga 12 (dua belas)
sebagai alat pembayaran telah mengalami
tindak pidana, diantaranya korupsi, penyuapan,
perkembangan yang sangat pesat dan maju5.
narkotika, psikotropika, perbankan, terorisme,
Sebagaimana yang ditulis oleh RG Thomas dalam
prostitusi, kehutanan, lingkungan hidup, dan lain-
bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang
lain. Modus-modus pelaku pencucian uang dalam
adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum
melancarkan aksinya pun saat ini semakin berkembang,
diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
yang dahulu lebih banyak dilakukan melalui transaksi
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga
di lembaga perbankan, saat ini juga melibatkan
lainnya serta untuk pembayaran utang.
lembaga keuangan non-perbankan, bahkan meningkat dari transaksi tunai via bank menjadi melalui transaksi
Terlepas dari peran uang tunai dalam meningkatkan
tunai dari tangan ke tangan maupun mengalihkan
aktivitas perekonomian khususnya untuk kalangan
hak/mengubah bentuk harta kekayaan yang diketahui
masyarakat yang tidak terjangkau oleh bank, transaksi
atau patut diduga sebagai hasil pencucian uang
dengan uang tunai juga memungkinkan
dengan nama dari keluarga terdekat pelaku, seperti
pemanfaatannya untuk kegiatan ilegal, seperti
yang banyak terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.2
penghindaran pajak, pencucian uang dari kegiatan ilegal dan pendanaan terorisme. Meningkatnya
Peter Lilley mengemukakan bahwa sebagian besar
penggunaan transaksi tunai dari tahun ke tahun
tindak pidana di bidang ekonomi dilakukan untuk
menimbulkan dugaan bahwa pihak-pihak yang
memperoleh satu hal, yaitu
uang.3
Uang atau dana
melakukan transaksi mencurigakan menggunakan
yang diperoleh dari tindak pidana akan menjadi sia-
sarana transaksi tunai untuk menghindari terlacaknya
sia kecuali apabila uang hasil tindak pidana disamarkan
kegiatan yang dilakukan. Data mengenai peningkatan
dengan menggunakan penyedia jasa keuangan (bank
pelaporan kepada PPATK mengenai jumlah transaksi
atau non bank). Dalam konteks penegakan hukum, istilah money laundering bukanlah suatu konsep yang sederhana, melainkan sangat rumit karena masalahnya begitu kompleks sehingga sulit untuk menemukan delik-delik hukumnya secara objektif dan efektif.
2
Edi Nasution, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan, http://nasional.lintas.me/go/acch.kpk.go.id/memahami-praktik-pencucianuang-hasil-kejahatan
3
Peter Lilley, Dirty Dealing : The Untold Truth about Global Money Laundering, International Crime and Terrorism, edisi kedua, London and Sterling, VA: Kogan Page Limited, 2003, hal 1 dalam Edi Nasution, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan, http://nasional.lintas.me/go/acch.kpk.go.id/memahami-praktik-pencucianuang-hasil-kejahatan
32
4
Transaksi keuangan kemudian berkembang dari transaksi keuangan tunai (cash based) ke transaksi keuangan non-tunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper Based), misalnya, cek dan bilyet giro. Selain itu, dikenal juga alat pembayaran paperless, seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) antara lain ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar.
5
Thamrin Abdullah & Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta, Rajawali Pers, 2012, hal 44 (Untuk dapat mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan uang, kita harus memberikan pengertian atau definisi dari uang tersebut. Uang yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang bisa diterima oleh umum sebagai alat pembayaran dan sebagai alat tukar menukar. Beberapa sarjana ekonomi mengemukakan definisi-definisi mengenai uang. Pada awal mula alat pembayaran dikenal, sistem barter antar barang yang diperjualbelikan adalah kelaziman di era pra modern. Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal dengan uang. Hingga saat ini uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Uang kartal masih memainkan peran penting khususnya untuk transaksi bernilai kecil).
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
keuangan tunai yang melebihi jumlah tertentu maupun
Saat ini belum ada pengaturan yang secara spesifik
yang diindikasikan mencurigakan yang dilaporkan
mengatur mengenai pembatasan transaksi tunai di
Penyedia Jasa Keuangan, dapat dilihat sebagai berikut:
Indonesia, namun dalam Pasal 23 UU No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) diatur bahwa
Grafik 1. Jumlah komulatif Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) yang disampaikan Penyedia Jasa Keuangan Kepada PPATK
kepada PPATK yang diantaranya meliputi transaksi keuangan tunai dalam jumlah paling sedikit Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau
12000 10000 8631
8000
10214
10637
4000 782
0 2009
dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.
7170
6000
2000
penyedia jasa keuangan wajib menyampaikan laporan
Selain itu, penyedia barang dan/ atau jasa lain yang
1582 423
1402 2010
Kumulatif LTKT
meliputi perusahaan property/agen property; pedagang kendaraan bermotor; pedagang permata dan
2011
2012 LTKT
Sumber: PPATK
perhiasan/logam mulia; pedagang barang seni dan antik; atau balai lelang juga wajib menyampaikan laporan Transaksi yang dilakukan paling sedikit atau setara dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) kepada PPATK.
Dari hasil analisis transaksi keuangan yang mencurigakan yang dilakukan PPATK, terindikasi
Pembatasan Transaksi Tunai adalah suatu
bahwa sumber dari transaksi mencurigakan itu
mekanisme untuk membatasi transaksi dengan uang
terutama dari transaksi korupsi. Selain merupakan
tunai, di mana semua transaksi di atas batas yang
porsi paling besar dari hasil analisis transaksi keuangan
ditentukan harus dilakukan melalui sistem perbankan.
yang mencurigakan, jumlahnya pun mengalami
Misalnya transaksi tunai dibatasi Rp.100.000.000,-
peningkatan dari tahun ke tahun. Dari 4.050 jumlah
(seratus juta rupiah) atau Rp.50.000.000,- (lima puluh
kumulatif kasus tindak, diantaranya diindikasikan
juta rupiah) dalam 1 (satu) hari, di mana transaksi
sebagai kasus korupsi. Jumlahnya pun meningkat
di atas batas tersebut, harus dilakukan melalui sistem
pesat, dari 144 kasus di 2008 menjadi 493 kasus di
perbankan. Dengan pembatasan transaksi tunai
tahun 2011.6
tersebut, secara tidak langsung telah menjadikan seluruh bank yang ada di Indonesia untuk ikut
Terungkapnya beberapa kasus korupsi dan kasus
berperan aktif dalam pencegahan korupsi dan money
terorisme yang ditengarai dibiayai dari pihak dalam
laundering, di samping menjalankan fungsi dan tugas
maupun luar negeri, menimbulkan kecurigaan bahwa
utamanya.
kasus-kasus tersebut dilakukan dengan transaksi tunai dan tidak melalui sistem keuangan yang ada sehingga
Dengan adanya Pembatasan Transaksi Tunai tugas
tidak terlacak. Hal tersebut merupakan salah satu
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak hanya
penyebab munculnya wacana pembatasan transaksi
terarah kepada penyelidikan, penyelidikan dan
tunai.
penuntutan semata, tetapi juga ada upaya preventif sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 6 huruf (d) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
6
Ibid, hal 2
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Begitu
33
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
juga kebijakan pembatasan transaksi tunai tersebut
dan tindak pidana narkotika, pembayaran dalam
akan dapat membantu lembaga penegakan hukum
transaksi property harus melalui transfer bank
lainnya, seperti Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
atau cek jika jumlah yang dibayar tidak melebihi
Keuangan (PPATK), Mahkamah Agung, Kejaksaan,
10 persen dari harga jual dan jumlah yang dibayar
Kepolisian Republik Indonesia, dan berbagai pihak
tersebut tidak lebih dari EUR 5.000. Perjanjian
terkait lainnya.
dan akta jual harus mencantumkan nomor rekening yang digunakan untuk pembayaran.
Di beberapa negara, pengaturan mengenai pembatasan transaksi tunai memiliki model yang berbeda, antara
lain:7
e. Armenia: Pembatasan transaksi tunai menjadi bagian dari strategi mendukung Program Anti Pencucian Uang. Pembatasan transaksi tunai
a. Italia: pembatasan transaksi tunai dalam rangka
diberlakukan hanya pada perusahaan dan
pencegahan dan pemberantasan penggelapan
dilakukan secara bertahap. Berdasarkan Law on
pajak (tax evasion), antara lain dilarang melakukan
Cash Transaction yang berlaku Januari 2009, sejak
transfer dana secara tunai atau melalui bearer
tahun 2009 semua transaksi perusahaan yang
instruments dengan alasan apapun untuk transaksi
melebihi AMD 3 juta harus melalui pembayaran
yang bernilai sama atau lebih besar dari EUR
bank (cashless). Sejak 2010 batas tersebut
1.000, baik dalam satu kali atau beberapa kali
diturunkan menjadi AMD 2 juta dan sejak 2011
transaksi yang berkaitan.
menjadi AMD 1 juta.
b. Mexico: Kementerian Keuangan mengeluarkan
f. Amerika Serikat: Tidak ada pelarangan transaksi
Kebijakan Anti Money Laundering yang membatasi
tunai namun terdapat kewajiban pelaporan untuk
jumlah uang tunai dalam bentuk USD yang dapat
transaksi tunai dan transaksi mencurigakan.
diterima/ditransaksikan dengan perbankan
Transaksi tunai lebih dari USD 10.000 harus
Meksiko. Ketentuan baru ini untuk mencegah
dilaporkan pada Currency Transaction Report
risiko pencucian uang yang berasal dari bisnis
(CTR), di laporan tersebut akan diidentifikasi
narkotika dan TOC.
individu yang melakukan transaksi dan sumber uang transaksi tersebut.
c. Perancis: Pembayaran lebih dari EUR 1.100 atau yang dibuat untuk melunasi bagian utang yang
g. Bulgaria: diatur dalam Limitation of Cash Payment
lebih besar yang berkaitan dengan sewa,
Act, setiap pembayaran dengan jumlah sama
transportasi, jasa, perlengkapan dan pekerjaan,
dengan atau lebih dari BGN 15.000 harus
atau akuisisi properti atau benda-benda bergerak,
dilakukan melalui transfer atau setoran ke rekening
atau yang berkaitan dengan pendapatan dari surat
pembayaran. Aturan tersebut juga berlaku untuk
berharga atau premi asuransi atau kontribusi,
transaksi dengan jumlah kurang dari BGN 15.000,
harus dilakukan dengan cek silang, transfer bank
tetapi merupakan bagian dari suatu pembayaran,
atau penggunaan kartu pembayaran.
di mana total nilai pembayaran adalah sama dengan atau lebih dari BGN 15.000. Batasan di
d. Belgia: dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
atas juga berlaku untuk pembayaran dalam valuta asing dengan jumlah sama dengan atau lebih dari BGN 15.000 sesuai dengan kurs Bank Nasional Bulgaria pada tanggal pembayaran.
7
Loc cit. hal 3
34
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
B. Tinjauan Hukum Terhadap Pembatasan Transaksi Tunai
hasil tindak pidana berupa harta kekayaan yang berjumlah Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) atau lebih, atau nilai yang setara yang akan dilakukan
Penyelesaian transaksi dalam masyarakat dapat
pencucian. Jadi, bisa disimpulkan bahwa tindak pidana
dilakukan melalui tunai maupun nontunai. Transaksi
money laundering merupakan tindak pidana
tunai tidak melalui sistem di mana informasi dan lalu
independen di mana perlu dilihat tindak pidana asalnya
lintas pembayaran dapat tercatat, sedangkan transaksi
yang dijadikan sebagai alasan untuk melakukan
nontunai dapat dilakukan melalui sistem pembayaran
kegiatan money laundering.
lain, seperti transfer melalui RTGS, APMK, e-money, dan electronic channel lainnya. Terlepas dari peran
Pada UU TPPU yang baru, predicate crime dalam
uang tunai dalam meningkatkan aktivitas
kegiatan money laundering telah mengalami perluasan
perekonomian, khususnya untuk kalangan masyarakat
kategori tindak pidana dari UU TPPU yang lama menjadi
yang tidak terjangkau oleh bank, transaksi dengan
26 (dua puluh enam) tindak pidana, diantaranya
uang tunai juga memungkinkan pemanfaatannya
korupsi, penyuapan, narkotika, psikotropika,
untuk kegiatan ilegal, seperti penghindaran pajak,
perbankan, terorisme, prostitusi, kehutanan,
pencucian uang (money laundering) dari kegiatan
lingkungan hidup dan lain-lain. Seperti yang telah
ilegal, antara lain pendanaan terorisme, hasil transaksi
dijelaskan di atas bahwa sumber terbesar dari transaksi
narkoba, dan masih banyak lagi. PPATK: Mendesak,
mencurigakan di Indonesia berasal dari transaksi
UU Pembatasan Maksimal Transaksi Tunai.8
korupsi yang digunakan untuk melakukan kejahatan money laundering. Selain itu, jumlahnya pun
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
(PPATK) terus mendorong agar pemerintah segera membuat undang-undang tentang pembatasan
Pada tahun 1990, Financial Action Task Force on
maksimal transaksi tunai. Kepala PPATK Muhammad
Money Laundering (FATF) untuk pertama kalinya
Yusuf mengatakan, undang-undang itu akan sangat
mengeluarkan 40 (empat puluh) rekomendasi sebagai
bermanfaat bagi Indonesia. Di antaranya akan lebih
suatu kerangka yang komprehensif untuk memerangi
menghemat bahan baku dan jumlah pencetakan uang.
kejahatan money laundering. Di mana rekomendasi
Selain itu undang-undang ini juga akan membuat
tersebut menetapkan prinsip-prinsip untuk penyusunan
proses pengamanan uang lebih efisien, baik dari segi
kebijakan implementasi oleh setiap negara.
tempat penyimpanan maupun biaya pengamanan. Namun demikian, FATF memberikan keleluasaan Terkait dengan kegiatan money laundering, kegiatan
kepada setiap negara dalam mengimplementasikan
ini di Indonesia dimasukkan ke dalam kategori tindak
rekomendasi dengan melihat kondisi dan sistem
pidana independen. Maksudnya, tindak pidana ini
hukum yang berlaku di setiap negara. Meskipun 40
terpisah dari tindak pidana asalnya (predicate crime)
(empat puluh) rekomendasi bukan merupakan produk
karena tindak pidana asal bisa terjadi di mana-mana.
hukum yang mengikat, namun rekomendasi ini dikenal
Predicate crime merupakan istilah yang digunakan
dan diakui secara luas oleh masyarakat dan organisasi
untuk merujuk ke tindak pidana asal, baik yang
internasional yang terkait sebagai suatu standar
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
internasional untuk memerangi kejahatan money
Tindak pidana asal ini digunakan untuk memperoleh
laundering dan pendanaan terorisme. FATF menegaskan bahwa rekomendasi bukan merupakan himbauan yang sifatnya optional bagi setiap negara, namun merupakan mandat atau kewajiban bagi setiap negara
8
, PPATK: Mendesak, UU Pembatasan Maksimal Transaksi Tunai, http://www.portalkbr.com
apabila ingin dipandang sebagai negara yang
35
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
memenuhi standar internasional oleh masyarakat
use cash for transactions in real estate, securities,
dunia.
aircraft, ships and cars, or transactions exceeding the limit set by the central bank. State Bank of
Adapun materi yang termuat dalam rekomendasi FATF
Vietnam is implementing a project on non-cash
meliputi:9
payment, which aims to have 150,000 Point of
a. Ruang lingkup tindak pidana pencucian uang;
Sales (POS) nationwide by 2015, over the current
b. Langkah-langkah pendahuluan dan penyitaan;
94,000 POS.
c. Peraturan identifikasi dan penyimpanan catatan nasabah;
2. Mexico11
d. Prinsip kehati-hatian oleh lembaga keuangan;
Mexican President Felipe Calderon proposed new
e. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang
measures on August 26th that would make it
dihadapi negara yang tidak memiliki langkah anti
illegal to make cash purchase of aircrafts, vehicles,
pencucian uang atau langkah-langkah anti
boats and real estate over US$7,700 or 100,000
pencucian uang yang tidak memadai;
pesos. The move is the government's latest effort
f. Langkah-langkah lain untuk menghindari pencucian uang; g. Implementasi dan peran otoritas dan instansi administratif lainnya;
to target the flow of illicit drug proceeds entering the country's financial system from Mexico's drug cartels. Also banned under the 100,000 peso cash limit is the acquisition of stocks shares, the purchase
h. Kerjasama administratif, tukar menukar informasi
of lottery tickets, cash wagers at casinos and horse
umum dan tukar menukar informasi transaksi
race tracks, as well as buying or partnering in a
keuangan mencurigakan;
business. Calderon mentioned in a statement that
i. Kerjasama penyitaan, mutual legal assistance dan ekstradisi; j. Bentuk-bentuk kerjasama lainnya.
drug trafficking organizations launder their bulk cash through the above mentioned endeavors and thus take advantage of Mexico's "lax" antimoney laundering (AML) regime.
C. Pembatasan Transaksi Tunai di Beberapa Negara 3. Australia12 Pembatasan transaksi tunai sebagai upaya pencegahan
Aturan yang membatasi transaksi tunai di Australia
tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian
sudah cukup lama ada, yaitu diatur dalam Financial
uang serta pencegahan pendanaan terorisme,
Transaction Reports Act 1988. Di dalam aturan
pencegahan peredaran uang palsu dan kejahatan
itu dikatakan….. An Act to provide for the reporting
narkoba telah dilaksanakan di berbagai negara, antara
of certain transactions and transfers to the
lain:
Australian Transaction Reports and Analysis Centre (AUSTRAC) and to impose certain obligations in
1. Vietnam to limit use of cash for large transactions10
relation to accounts, and for related purposes.
For the first time, individuals will not be allowed to pay for securities, houses, land and large vehicles with cash. Organizations will not be allowed to
9
4. FTR Act tahun 1988 ini merupakan peraturan yang menjadi rujukan dari UU Anti Tindak Pidana
Ibid, hal 7
10 Fu Peng, Vietnam to limit use of cash for large transactions, , 2013
36
11 William Booth, Mexico targets money laundering with plan to limit cash transactions, Washington Post, , 2010 12 , ,
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Pencucian Uang dan Kontra Terorisme di Australia
Sisi kanan dari persamaan tersebut mencerminkan
tahun 2006 … Australia's anti-money laundering
transaksi yang terjadi di dalam suatu perekonomian,
and counter-terrorism financing program places
di mana P adalah harga dan T adalah jumlah
obligations on financial institutions and other
transaksi yang terjadi di dalam perekonomian
financial intermediaries. Those obligations are
selama periode tertentu. Sedangkan sisi kiri dari
contained in the Financial Transaction Reports Act
persamaan M mencerminkan jumlah uang yang
1988, as well as the Anti-Money Laundering and
digunakan untuk melakukan transaksi yang
Counter-Terrorism Financing Act 2006.
dilakukan di dalam suatu perekonomian selama periode tertentu.
D. Analisa Terkait Prasyarat Pengaturan Pembatasan Transaksi Tunai di Indonesia (Aspek Ekonomi,
Dari persamaan tersebut velocity of money dapat
Sosiologis, Hukum, dan Infrastruktur)
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
1. Aspek Ekonomi
V = PT / M
Secara praktis, pembatasan transaksi tunai akan
V atau velocity of money, digunakan untuk
membawa dampak bagi perekonomian yang
mengukur kecepatan (tingkat) sirkulasi satu unit
digerakkan oleh dunia usaha. Belakangan diketahui
uang yang digunakan untuk melakukan transaksi
bahwa dunia usaha semakin lekat dengan sistem
di dalam suatu perekonomian. Bank sentral dapat
pembayaran nontunai, yang secara tidak langsung
mengontrol harga (P) dengan menargetkan M.
mendorong praktik pembatasan transaksi tunai. Keamanan dan kemudahan dalam bertransaksi
Di sisi lain, apabila pembatasan transaksi tunai
menjadi salah satu faktor preferensi dunia usaha
dilakukan akan mendorong penggunaan transaksi
dalam menggunakan sistem transaksi nontunai.
nontunai. Penggunaan transaksi nontunai memberi
Meskipun demikian, di balik keuntungan yang
manfaat efisiensi berupa penurunan biaya transaksi
dirasakan dunia usaha, masih terdapat beberapa
bagi konsumen dan produsen serta meningkatnya
isu yang menjadi ganjalan dalam menggunakan
kepuasan masyarakat karena terpenuhinya
sistem transaksi nontunai.
kebutuhan akan alat pembayaran yang lebih praktis.
Pembatasan transaksi tunai akan memiliki dampak bagi perekonomian terutama pada perputaran
Menurut Dias13, peningkatan konsumsi dan
uang (velocity of money). Velocity of money
pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari
merupakan salah indikator penting yang perlu
penggunaan alat pembayaran nontunai tersebut
diperhatikan dalam target bank sentral. Velocity
pada gilirannya berpotensi mendorong kembali
of money harus dapat diprediksikan dan stabil.
permintaan masyarakat terhadap digital money
Secara teoritis, dasar perhitungan velocity of money
guna mempermudah dan mempercepat proses
dapat ditemukan dari Teori Kuantitas Uang.
transaksi yang dilakukan. Bagi bank atau lembaga
Menurut teori ini hubungan antara transaksi
penerbit pembayaran nontunai, hal ini kembali
ekonomi yang terjadi di dalam suatu perekonomian
berpotensi meningkatkan pendapatan dan
dengan jumlah uang yang dibutuhkan untuk
keuntungan. Hal ini disebut sebagai dual effect
membiayai transaksi dapat diekspresikan dalam persamaan sebagai berikut: MV = PT
13 Dias, J., M.J. Silva., and M.H.A. Dias, The Demand for Digital Money and Its Impact on the Economy, Brazilian Electronic Journal of Economics, Vol. 2. No.2, 1999
37
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
dari penggunaan alat pembayaran nontunai. Dual
lebih baik ini diungkapkan oleh Roscoe Pound.
effect dari penggunaan pembayaran nontunai
Dengan demikian, institusi ekonomi seperti Bank
kepada konsumen dan produsen tersebut pada
Sentral pun menginisiasi keselarasan kinerja
gilirannya dapat mendorong pertumbuhan
lembaga lain seperti bank, lembaga kliring, pasar
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
modal, penyedia jasa komunikasi, penerbit jasa
masyarakat secara keseluruhan.
kartu kredit, dan seterusnya untuk ikut serta dalam menggapai Indonesia yang bebas dari korupsi.
2. Aspek Sosiologis Beberapa negara membatasi transaksi tunainya Posisi uang tunai dalam perdagangan dan
seperti: Austria, Italia, Finlandia, Jerman, Inggris,
kehidupan sosial cukup fundamental. Sebuah
Perancis, Belgia, Meksiko, Ukraina. Misalnya, Italia
kebijakan untuk membatasi uang tunai hendaknya
membatasi transaksi tunai dengan nilai minimal
dikorespondensikan dengan kenyataan sosial,
EUR 1.000 dalam satu kali transaksi. Begitu juga
bagaimana urgensi kebijakan tersebut terhadap
dengan Meksiko yang membatasi uang tunai tak
kelangsungan kehidupan ekonomi masyarakat.
lebih dari MXN 100.000.15 Negara-negara ini melakukan kegiatan ini untuk melindungi (social
Melalui pembatasan transaksi tunai inilah, tujuan
defence) keamanan perekonomian dan stabilitas
sosial, yakni pencegahan dan pemberantasan
pemerintah-pembangunan negaranya. Memang
korupsi bisa dilaksanakan. Dengan demikian,
dalam konteks ini, perlindungan terhadap kinerja
hukum [baca: pembatasan transaksi tunai]
institusi negara dalam menjalankan tugas fungsinya
merupakan sarana rekayasa sosial bagi Bank Sentral
menjadi cukup penting dalam mewujudkan utopia
sebagai operator, regulator, dan supervisor
hidup sebagai negara hukum yang berdaulat.
berperan aktif dalam mewujudkan pemerintah
Kendati terpuruk dalam indeks negara hukum
yang bersih, akuntabel, dan transparan. Hukum
yang diakibatkan karena merajalelanya korupsi
sebagai sarana perubahan sosial (law as tool of
seperti yang dilansir oleh World Justice Program
social
engineering)14
menuju kondisi hukum yang
sebagai berikut:
Indonesia
Jakarta, Bandung, Surabaya
1. WJP Rule of Law Index
Income Lowwer Middle
Region East Asia & Pasific
Regional Ranking
Income Group Ranking
WJP Rule of Law Index Factors
Score
Global Ranking
Factor 1:
Limited Government Powers
0.64
29/97
7/14
1/23
Factor 2:
Absence of Corruption
0.30
86/97
14/14
18/23
Factor 3:
Order and Security
0.72
52/97
11/14
9/23
Factor 4:
Fundamental Rights
0.56
61/97
10/14
10/23
Factor 5:
Open Goverment
0,53
35/97
7/14
1/23
Population 249m (2012)
Factor 6:
Regulatory Enforcement
0.50
54/97
10/14
6/23
49% Urban
Factor 7:
Civil Justice
0.49
66/97
9/14
10/23
17% in three largest cities
Factor 8:
Criminal Justice
0.45
62/97
12/14
7/23
14 Roscoe Pound, Outlines of Lectures on Jurisprudence, Cambridge University Press, 1920, hal 7-24
38
15 Andri Gunawan, Erwin Natosmal, et al, Membatasi Transaksi Tunai Peluang dan Tantangan, Indonesian Legal Rountable, 2013
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Berikut adalah indeks Negara Hukum Indonesia:
penipuan, pelayanan buruk yang merepotkan
(World Justice Program: 2012)
lembaga keuangan. Dari sudut pandang inilah, hukum dan kebijakan publik hendaknya didasarkan atas pertimbangan yang matang, kematangan dan kelemahannya, seperti yang diungkap oleh
Accountable Government
Cotterrell, bahwa tiada hukum yang sempurna, meski berusaha untuk menuju ke arah sana perlu
2.4 Absence of corruption in the legislative branch
2.3 Absence of corruption by the police and the military
1.2 Government powers limited by legislature
1.0
0.5
dilakukan, yakni dengan memandang hukum dari 1.3 Governmnet powers limited by the judiciary 1.4 Independent auditing and review
berbagai sisi pandang.17 3. Aspek Hukum 1) Intervensi Administrasi Negara di Bidang Privat
0.0
Transaksi pada dasarnya adalah suatu kegiatan 2.2 Absence of corruption in the judicial branch 2.1 Absence of corruption in the executive branch
1.5 Government officials sanctioned for misconduct
1.7 Transition of power subject to the law
1.6 Government powers are subject to nongovernmental checks
privat yang diatur melalui hukum perdata, kegiatan transaksi baik tunai maupun nontunai adalah kegiatan yang dilandasi oleh hak-hak keperdataan seseorang menyangkut dengan benda (uang) yang merupakan hak milik (eigendom) dari orang yang menguasainya. Pengertian transaksi sendiri berdasarkan KBBI adalah “persetujuan jual beli dalam perdagangan antara pihak pembeli dan
Peran pemerintah dalam misi penyelamatan aset
penjual”, sehingga dapat disimpulkan bahwa
negara ini memang dibutuhkan. Kebijakan
transaksi didasari oleh adanya suatu perikatan,
regulasi16 yang disematkan oleh pemerintah melalui
baik melalui perjanjian maupun tidak.
bank sentral memang perlu diketengahkan dalam sebuah diskursus sosial. Dengan demikian, pro-
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
kontra pembatasan transaksi uang tunai akan
dipahami bahwa kegiatan transaksi tunduk
memiliki khasanah diskursif yang menyehatkan
kepada pengaturan mengenai perikatan yang
bagi perumusan kebijakan yang komprehensif.
diatur dalam buku 3 KUHPER, khususnya
Meskipun pembatasan uang tunai jelas memiliki
mengenai syarat sah perjanjian Pasal 1320
tantangannya sendiri, diantaranya seperti:
KUHPER yang menyatakan bahwa syarat sah
keterbatasan dana [cek/BG kosong], keterlambatan
perjanjian meliputi:
approval/lama transaksi, kerusakan jaringan,
a. Adanya Kesepakatan
transaksi tidak akurat, pemalsuan/pembobolan/
b. Kecakapan Para Pihak c. Obyek Tertentu d. Sebab yang Halal
16 Beberapa norma hukum yang berkembang dalam isu pembatasan transaksi tunai adalah UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, UU No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana, Peraturan Bank Indonesia No. 12/5/PBI/2010 Sistem Kliring Nasional, Peraturan Bank Indonesia No. 11/ 12/PBI/2008 tentang Uang Elektronik.
17 Roger Cotterrell, Law, Culture and Society, Legal Ideas in the Mirror of Social Theory, Ashgate, p. 98-104
39
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Kegiatan transaksi sebagai pemenuhan prestasi
dilakukan oleh masyarakat masuk ke dalam
suatu perjanjian tentunya harus memenuhi
ranah hukum perdata, namun seiring dengan
keempat syarat tersebut dalam pemenuhan
maraknya praktek TPPU dan penyalahgunaan
legalitasnya, keempat syarat tersebut terbagi
transaksi tunai diperlukan suatu aturan hukum
dalam syarat subjektif dan syarat objektif. Poin
yang bersifat mengikat umum dan memiliki
a dan b adalah syarat subjektif dimana apabila
kemampuan untuk mengatur dan memberikan
kedua syarat tersebut tidak terpenuhi maka
sanksi (to regulate and the power to impose
perjanjian mengenai transaksi tersebut berakibat
sanction) terhadap transaksi yang dilakukan
dapat dibatalkan (vernietigbaar), yakni selama
dengan niat untuk mencuci uang, yang mana
perjanjian tersebut tidak dimintakan
tidak dimiliki oleh instrumen-instrumen hukum
pembatalannya kepada hakim pengadilan
perdata.
negeri/niaga oleh salah satu pihak, maka perjanjian tersebut tetap berlaku. Sedangkan
Hukum administrasi negara menurut P. De
poin c dan d adalah syarat objektif sahnya
Haan19 dalam bukunya “Bestuursrecht in de
suatu perjanjian dimana apabila objek perjanjian
Sosiale Rechtsstaat” didefinisikan memiliki tiga
tersebut tidak memenuhi rumusan Pasal 1320
fungsi: norma, instrumen dan jaminan (Het
KUHPER maka perjanjian tersebut batal demi
bestuurect vervult dus een diredelige functie:
hukum (nietig), yang artinya meskipun tidak
norm, instrument, en waarborg). Sedangkan
ada permohonan pembatalan dari para pihak,
menurut Van Vollenhoven20 hukum administrasi
apabila objeknya melanggar peraturan
dipandang sebagai keseluruhan ketentuan yang
perundang-undangan yang berlaku maka
mengikat alat-alat perlengkapan negara, baik
perjanjian tersebut dianggap batal demi hukum.
tinggi maupun rendah, setelah alat-alat itu akan menggunakan kewenangan-kewenangan
Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan
ketatanegaraan.
suatu tindakan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang/dana harta
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
kekayaan melalui berbagai transaksi keuangan
maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa
agar uang/harta tersebut tampak seolah-olah
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat
berasal dari kekayaan yang sah/legal18. Sehingga
norma yang bertujuan untuk mengatur
dapat disimpulkan bahwa transaksi keuangan
kewenangan pemerintah dan bagaimana
baik tunai maupun nontunai dengan tujuan
seharusnya kewenangan itu dijalankan beserta
pencucian uang melanggar sebab yang halal,
dengan risiko yang mungkin terjadi atas
dan tidak memenuhi asas itikad baik dalam
pemenuhan kewenangan pemerintah tersebut.
pembuatan perjanjian.
Kaidah atau norma berperan sebagai landasan yuridis pemerintah dalam melaksanakan
2) Peran Hukum Administrasi Negara dalam
kewenangannya, norma inilah yang kemudian
Mengatur Tindakan dan Perilaku
dijadikan acuan dalam membentuk suatu
Masyarakat
instrumen pelaksana, dimana nantinya
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa
diharapkan dengan dipenuhinya pelaksanaan
sesungguhnya kegiatan transaksi yang
19 Lihat: Sadjijono, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi, Yogyakarta: LaksBang PressIndo, hal 16 18 Lihat Pasal 3,4,5 Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
40
20 Ibid
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
kewenangan oleh instrumen pemerintah sesuai
warga negara dan merupakan peraturan
dengan norma dan kaidah yang berlaku maka
perundang-undangan yang memiliki posisi
akan timbul jaminan perlindungan hukum baik
hierarki tinggi dibawah konstitusi mengingat
secara keadilan, kepastian, dan manfaatnya
hak asasi manusia dijamin dalam UUD 1945,
terhadap masyarakat dari kesewenang-
sehingga akan lebih tepat apabila pembatasan
wenangan pemerintah sebagai penguasa.
transaksi tunai diatur dalam bentuk UndangUndang.22
4. Aspek Infrastruktur 2) Penegak Hukum Sebagaimana telah kita sadari bahwa pengaturan
Peraturan hukum tanpa penegakan hanyalah
pembatasan transaksi tunai adalah suatu
selembar kertas. Aparatur penegak hukum
pengaturan administrasi yang akan dibentuk oleh
mencakup pengertian mengenai institusi
pemerintah guna menjamin bahwa setiap transaksi
penegak hukum dan aparat (orangnya)
yang dilakukan oleh warga negara merupakan
penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur
transaksi yang beritikad baik dan dengan sebab
penegak hukum yang terlibat dalam proses
yang halal. Pengaturan ini hendaknya tidak
tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,
mengurangi hak privat seorang warga negara
penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas
dalam menggunakan uangnya, sehingga
sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan
diperlukan beberapa instrumen yang tepat dalam
aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak
mengatur, melaksanakan dan menegakkan
yang bersangkutan dengan tugas atau
peraturan pembatasan transaksi tunai ini.
perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,
1) Instrumen di Bidang Hukum
penyidikan, penuntutan, pembuktian,
Mengatur dan menegakkan suatu peraturan
penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta
hukum tidak mudah, yang pertama kali perlu
upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi)
dipahami adalah, suatu peraturan apapun
terpidana.
bentuknya pasti akan menimbulkan akibat hukum bagi objek yang diatur. Sehingga
Dari paparan di atas dapat diberikan pemahaman
diperlukan suatu dasar hukum yang jelas
bahwa infrastruktur di bidang hukum sekiranya
sebagai landasan pemerintah dalam mengatur
yang utama harus dipersiapkan terlebih dahulu,
warga negaranya, khususnya apabila dalam
di samping infrastruktur pendukung transaksi
peraturan tersebut berusaha untuk mengatur
nontunai dari perbankan, seperti penyediaan
pelaksanaan hak asasi manusia warga negara
hardware (misal: mesin atm, komputer, card reader)
yang dijamin oleh konstitusi negara. Hal ini
dan software (misal: sistem e-banking, sms
sesuai dengan fungsi norma dalam hukum
banking) yang merata di daerah-daerah,
administrasi negara yang telah dikemukakan
penyederhanaan sistem transaksi nontunai
sebelumnya.21
sehingga memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Dasar hukum yang dimaksud adalah suatu
Namun, penyusunan norma juga harus
peraturan perundang-undangan yang memiliki
mempertimbangkan sisi ekonomi dan sosial.
area pengaturan yang luas, mengikat seluruh
21 Lihat Hukum Administrasi Negara menurut P. De Haan, fungsi administrasi: norma, instrumen, jaminan
22 Lihat Pasal 10 UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
41
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
E. Analisa Terkait Implikasi Pembatasan dan Mitigasinya (Pengawasan dan Law Enforcement)
satu jam uang sudah masuk dalam rekening si penerima. Bahkan transfer uang melalui sms/e banking, hanya memerlukan waktu
Pembatasan transaksi tunai yang akan mendorong
beberapa menit. Murah berarti bahwa
penggunaan transaksi nontunai dapat menimbulkan
masyarakat tidak mengeluarkan biaya
beberapa implikasi, baik itu implikasi yang positif
administrasi yang besar untuk melakukan
maupun implikasi negatif dalam hal tertentu, yaitu:
transaksi keuangan nontunai, bahkan bebas biaya administrasi dalam hal tertentu (misalnya
1. Implikasi Positif Pembatasan Transaksi Tunai
transaksi antar bank yang sama) dan tidak perlu mengeluarkan biaya pengamanan transaksi
Pembatasan transaksi tunai akan mendorong
uang tunai.
penggunaan alat-alat pembayaran nontunai. Alatalat pembayaran nontunai berevolusi mulai dari
Bagi masyarakat, Alat Pembayaran dengan
bentuk-bentuk kertas (paper based) seperti cek,
Menggunakan Kartu (APMK) merupakan
wesel, bilyet giro sampai dengan bentuk elektronik
fasilitas yang dapat mempermudah proses
bahkan sampai bentuk digital (digital cash) dan
transaksi seperti penarikan tunai, transfer, dan
masih mungkin terdapat bentuk-bentuk
lainnya.23
pembayaran tagihan. APMK memberi manfaat efisiensi berupa penurunan biaya transaksi bagi
Implikasi positif dari pembatasan transaksi tunai
konsumen dan produsen serta meningkatnya
antara lain:
kepuasan masyarakat karena terpenuhinya
a) Efisiensi dalam transaksi keuangan
kebutuhan akan alat pembayaran yang lebih
Pembatasan transaksi tunai mendorong
praktis. Keberadaan atau penggunaan APMK
penggunaan transaksi keuangan nontunai
dapat mengurangi opportunity cost masyarakat
menjadikan transaksi keuangan menjadi lebih
untuk memegang uang baik untuk keperluan
sederhana, cepat, dan murah. Sederhana berarti
transaksi maupun berjaga-jaga. Opportunity
bahwa masyarakat tidak perlu membawa uang
cost tersebut berupa biaya transaksi dan biaya
tunai dalam jumlah banyak untuk melaksanakan
menunggu.24
transaksi keuangan, bahkan kreditur dan debitur tidak perlu bertemu secara langsung. misalnya: nasabah cukup memiliki rekening
Peningkatan penerimaan pajak karena akan
dan mengisi formulir (cek dan bilyet giro) yang
memudahkan penarik pajak atau fiskus pajak
diperlukan dan transaksi melalui mesin ATM,
meng-cross check data kebenaran pajak
Kartu Kredit, Kartu Debet, Internet Banking
seorang wajib pajak. Sistem pemungutan pajak
dan SMS Banking. Cepat berarti bahwa proses
kita dengan mempersilahkan wajib pajak
penyelesaian transaksi keuangan dapat
menghitung sendiri pajaknya (self assessment)
dilakukan dalam waktu relatif singkat, apalagi
membuat petugas pajak kesulitan dalam
didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi
memverifikasi jumlah utang pajak yang
dalam penyelesaian sengketa. Misalnya; transfer
sebenarnya karena minimnya ketersediaan
uang melalui bank hanya memerlukan waktu
data finansial dari wajib pajak kalau apabila
beberapa menit dan dalam waktu maksimal
transaksi keuangan dilakukan secara tunai.
23 Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Pengantar Sistem Pembayaran, 2011, hal 14
42
b) Peningkatan Penerimaan Pajak
24 Dias, The Demand for Digital Money and its Impacts on Economy, 1999 dalam Bambang Pramono, dkk, Dampak Pembayaran Non-tunai Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Moneter, Jakarta: Bank Indonesia, 2006, hal 29
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
c) Penghematan Anggaran Pencetakan Uang
Dari sisi bank atau lembaga penerbit, alat
dan Biaya Pengamanannya
pembayaran nontunai merupakan sumber
Biaya pengadaan uang terdiri atas biaya bahan,
pendapatan berbasis biaya (fee income based)
biaya cetak, dan biaya distribusi tanpa
karena nasabah penggguna pembayaran
memperhitungkan biaya handling di Bank
nontunai akan dikenakan biaya administrasi
Indonesia. Biaya pengadaan uang selama tahun
setiap bulannya. Selain itu pendapatan berbasis
2000 - 2005 baik untuk uang kertas maupun
biaya juga diperoleh dari biaya yang dikenakan
uang logam mengalami peningkatan. Dengan
untuk transaksi tertentu misalnya transfer atau
rata-rata kenaikan pesanan cetak setiap tahun
pembayaran tagihan. Khusus untuk alat
sebesar 710 juta bilyet/keping (20,2%), maka
pembayaran nontunai berbentuk prepaid cards
biaya pengadaan rata-rata mengalami kenaikan
atau e-money, penerbit memperoleh
sebesar Rp 133 miliar per tahunnya (22,7%).
pendapatan tidak hanya dari pendapatan
Pada tahun 2000 total biaya yang dikeluarkan
berbasis biaya namun juga dalam bentuk
untuk pengadaan uang ialah 400 miliar rupiah,
pembiayaan tanpa bunga (interest-free debt
sedangkan pada tahun 2005 biaya tersebut
financing) sebesar saldo e-money yang ada
naik menjadi 1,1 triliun rupiah.25
pada penerbit.26
Pembatasan transaksi tunai yang memberi
e) Peningkatan Kegiatan dan Pembangunan
alternatif penggunaan uang nontunai juga
Ekonomi
mengakibatkan jumlah uang yang dicetak
Kehadiran alat pembayaran nontunai berpotensi
dapat dikurangi sehingga terjadi penghematan
mendorong kenaikan tingkat konsumsi.
biaya yang harus dikeluarkan dalam pencetakan
Kemudahan berbelanja, diskon, bahkan bonus
uang. Selain itu, Bank Indonesia dan bank-bank
bagi nasabah pemegang kartu nontunai
lainnya harus mengeluarkan biaya pengamanan
misalnya kartu debit atau kredit dapat
yang besar untuk mengamankan pengiriman
mendorong gairah masyarakat untuk
uang tunai dan transaksinya. Dengan kehadiran
meningkatkan konsumsi. Sedangkan bagi
alat pembayaran nontunai tersebut, biaya
produsen, efisiensi dan kemudahan transaksi
pengamanan yang dikeluarkan untuk
nontunai dapat mendorong peningkatan
mengamankan uang tunai dapat dikurangi.
transaksi keuangan sekaligus mendatangkan profit/keuntungan bagi produsen. Hal tersebut
d) Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan
tersebut mendorong produsen untuk
Bank
meningkatkan aktivitas atau ekspansi bisnis
Penggunaan pembayaran nontunai selain
yang berujung pada peningkatan produksi,
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
sehingga berimplikasi pada peningkatan
penurunan biaya transaksi dan penghematan
pertumbuhan ekonomi.27
waktu juga meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan bunga yang
f) Memudahkan Pengawasan Terhadap
diperoleh dari dana kas yang seharusnya
Transaksi Keuangan yang Mencurigakan
dibawa dalam setiap kali bertransaksi namun
Banyak pelaku kejahatan cenderung
ditempatkan di bank dalam bentuk tabungan.
menggunakan transaksi tunai untuk melakukan
25 Bambang Pramono, dkk, Dampak Pembayaran Non-tunai Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Moneter, Jakarta: Bank Indonesia, 2006, hal 18
26 Ibid, hal 31 27 Ibid
43
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
kejahatan tertentu seperti; pencucian uang,
perbankan juga dibatasi). Untuk daerah-daerah
pendanaan terorisme, dan penghindaran pajak.
tertentu, kantor pelayanan bank hanya terdapat
Hal tersebut dilakukan karena transaksi tunai
di ibu kota kecamatan/kabupaten yang jaraknya
sulit diawasi karena tidak dapat dipantau secara
sangat jauh dari desa dan medannya berat.
langsung oleh lembaga yang berwenang. Dalam keadaan tertentu, gangguan terhadap Transaksi keuangan melalui penyedia jasa
sistem informasi teknologi tersebut berpotensi
keuangan (bank/non bank) mudah diawasi
terjadi baik gangguan teknis operasional
karena sistem informasi antara penyedia jasa
maupun gangguan nonteknis, sehingga dapat
keuangan (bank/non bank) dan lembaga
mengganggu transfer/kliring antarbank atau
penegak hukum terintegrasi, apalagi ada
antarkantor cabang, termasuk mengganggu
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh
penggunaan alat pembayaran nontunai.
penyedia jasa keuangan, misalnya kewajiban melapor transaksi keuangan mencurigakan.
2) Budaya Masyarakat Tertentu yang Belum
Dengan demikian memudahkan aparat
Akrab dengan Perbankan dan Alat
penegak hukum untuk menelusuri asal usul
Pembayaran NonTunai
dan identitas suatu transaksi keuangan yang
Perbankan dan alat pembayaran nontunai
mencurigakan, sehingga pengawasan dan
telah dikenal oleh masyarakat perkotaan
penegakan hukum dapat dilakukan secara
dengan baik, sedangkan pada masyarakat
maksimal.
tertentu, misalnya pedesaan belum akrab dengan perbankan dan alat pembayaran
2. Implikasi Negatif Pembatasan Transaksi Tunai
nontunai, bahkan ada yang tidak memiliki rekening di bank, apalagi memahami cara
Secara umum pembatasan transaksi tunai tidak
menggunakan alat pembayaran nontunai.
menimbulkan implikasi negatif yang besar karena transaksi tunai tidak dilarang, tetapi hanya dibatasi
3) Bahaya Kejahatan Cybercrime Terhadap
jumlahnya saja. Masyarakat tetap dapat melakukan
Transaksi NonTunai
transaksi tunai dalam batas tertentu. Selain itu,
Transaksi keuangan nontunai selain
tersedia sarana beranekaragam alat transaksi
mendatangkan kemudahan/efisiensi dalam
nontunai yang telah dikenal masyarakat dewasa
bertransaksi, juga berakibat pada meningkatnya
ini. Namun demikian, implikasi negatif pembatasan
angka kejahatan yang dilakukan terhadap
transaksi tunai dapat terjadi dalam hal:
transaksi keuangan nontunai. Dewasa ini marak terjadi kejahatan terhadap transaksi keuangan
1) Kurang Memadainya Ketersediaan
melalui jasa transaksi nontunai, misalnya SMS
Infrastruktur Keuangan
Banking, E-Banking, Kartu Debit, dan Kartu
Sehubungan dengan pembatasan transaksi
Kredit. Para pelaku kejahatan ini memiliki
tunai, maka masyarakat yang ingin melakukan
keahlian untuk membobol sistem keamanan
transaksi keuangan dalam nominal yang besar
IT suatu bank dan kerahasiaan data nasabah
salah satu cara yang dapat digunakan adalah
di dalamnya. Dengan keahlian tersebut, uang
jasa transfer melalui perbankan. Namun tidak
dalam jumlah jutaan bahkan miliaran dapat
setiap desa/daerah terpencil memiliki kantor
dicuri hanya dalam hitungan menit.
pelayanan bank dan perbankan tidak
44
memberikan pelayanan transaksi keuangan
Implikasi negatif dari pembatasan transaksi
pada hari Sabtu dan Minggu (waktu pelayanan
tersebut dapat dicegah dengan mendorong
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
tercapainya pembatasan transaksi tunai dan
di atas 500 juta rupiah, Dirjen Bea dan Cukai
penggunaan alat pembayaran nontunai.
dalam hal tidak ada pemberitahuan bahwa
Beberapa upaya tersebut antara lain:
seseorang membawa uang tunai 100 juta dan
pembangunan infrastruktur transaksi keuangan
ke atas ke dalam dan ke luar daerah pabeanan
(bank) yang baik berikut sarana dan
Indonesia, dan Kepolisian bekerjasama dengan
prasarananya disetiap wilayah, sosialisasi dan
Dirjen Bea dan Cukai dalam hal uang tunai dibawa
penggalangan masyarakat untuk menggunakan
oleh orang yang tercantum dalam daftar terduga
transaksi keuangan melalui jasa perbankan
teroris dan organisasi teroris. Adapun sanksinya
dan alat pembayaran nontunai, pembangunan
adalah sanksi administrasi berupa denda atau
sistem pengaturan dan pengawasan yang baik
perampasan uang tunai untuk negara.
untuk menjaga keamanan transaksi keuangan nontunai.
Di samping itu, pengawasan oleh BI terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran, yang pada
3. Penegakan Hukum Terhadap Ketentuan Pembatasan Transaksi Tunai
prinsipnya dimaksudkan untuk menjaga efisiensi, kecepatan, keamanan dan kehandalan fungsi sistem pembayaran, yang dilakukan secara
Penegakan hukum berarti usaha-usaha yang
independen, profesional, dan objektif. Mekanisme
dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku
pengawasan sistem pembayaran terdiri dari tiga
agar ketentuan pembatasan transaksi tunai ditaati
tahap yaitu: 1) monitoring, 2) penilaian/assessment,
dan berjalan sebagaimana mestinya. Penegakan
3) mendorong terjadinya perubahan.28
hukum secara sempit berbicara mengenai siapa (lembaga) apa yang berwenang menegakkan
Ruang lingkup pengawasan sistem pembayaran
hukum tersebut dan sejauh mana kewenangan
antara lain: pengawasan terhadap sistem dan
yang dimilikinya.
instrumen pembayaran, pengendalian risiko sistemik, kelancaran sistem pembayaran, analisa
Indonesia saat ini belum memiliki
atas desain dan pengaturan operasional, dan
regulasi/pengaturan secara komprehensif tentang
pelaksanaan sistem pembayaran.
pembatasan transaksi tunai, sehingga belum dapat dilakukan pengawasan dan penegakan hukum
1) Pendekatan Hukum Administrasi
terhadap kegiatan transaksi tunai yang melebihi
Ketentuan yang berkaitan dengan pembatasan
batas yang ditentukan. Namun ada beberapa
transaksi tunai dalam beberapa undang-
regulasi/pengaturan yang berkaitan dengan
undang tersebut di atas (UU PPTPPU dan UU
pembatasan transaksi tunai karena beberapa
PPTPPT) berada di wilayah lapangan hukum
pengaturannya mengarah kepada pembatasan
administrasi dan sanksi yang dapat dikenakan
transaksi tunai dengan membebankan kewajiban
juga sanksi administratif, maka seyogianya
tertentu pada transaksi tunai. Dalam hal tertentu
ketentuan pembatasan transaksi tunai juga
apabila seseorang tidak melaksanakan ketentuan
berada dalam lapangan hukum administrasi
tersebut dapat dikenakan sanksi administratif,
dan sanksi yang dapat dijatuhkan berupa
bahkan pidana.
denda administratif.
Penegakan hukum regulasi/pengaturan yang berkaitan dengan pembatasan transaksi tunai sebagaimana diatur dalam UU PPTPPU dilakukan oleh: PPATK dalam hal transaksi keuangan tunai
28 Ibid, hal 3
45
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Pertimbangannya adalah bahwa penegakan
tertentu. Ketentuan tersebut tidak berlaku
melalui hukum dan sanksi administrasi lebih
bagi pembawaan uang milik negara dengan
efektif dibandingkan dengan sanksi hukum
izin menteri yang bersangkutan dan pegawai
lainnya (perdata atau pidana). Sanksi
yang ditunjuk.
administratif tidak akan mengganggu atau menghambat transaksi bisnis dalam masyarakat
Sanksi bagi orang-orang yang melanggar
karena pelaku usaha tidak perlu khawatir akan
ketentuan dalam UU PU merupakan sanksi
ancaman dipidana.
pidana, yaitu dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya satu tahun dan
Sanksi/denda administratif dapat menjadi sarana
uang yang terdapat melebihi batas-batas
pencegahan dan penanggulangan terhadap
jumlah tersebut dirampas untuk negara, juga
pelanggaran pembatasan transaksi tunai,
kalau uang itu bukan kepunyaan terhukum.
sehingga pelaku usaha lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi tunai dan menghindari
Selain itu Pemerintah juga mengeluarkan
transaksi tunai melebihi jumlah yang ditentukan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1948
daripada menderita kerugian akibat harus
tentang Peredaran Uang dengan Perantaraan
membayar denda. Pelaku usaha juga akan jera
Bank (UU PUPB).
melanggar ketentuan pembatasan transaksi tunai karena harus membayar denda yang
UU PUPB mengatur bahwa tiap pembayaran
jumlahnya cukup signifikan. Meskipun ada
uang yang melebihi jumlah tertentu harus
peluang untuk menjatuhkan sanksi/denda
dilakukan dengan perantaraan bank yang
administratif, terdapat pula tantangan bagi
ditunjuk oleh Menteri Keuangan, menurut
penegak hukum dalam menerapkan
peraturan-peraturan yang berlaku bagi bank-
pembatasan transaksi tunai ke depan.
bank tersebut.
Tantangan yang terbesar adalah sejauh mana penegak hukum dapat mendeteksi pelanggaran
Adapun sanksinya adalah hukuman denda
hukum jika ada pihak yang tidak menaati jika
sebesar-besarnya Rp 1.000.000,- atau hukuman
terdapat transaksi antara satu pihak dengan
penjara, selama-lamanya 1 tahun. Perbuatan
pihak lainnya tanpa melewati proses bank.
melanggar ketentuan tersebut dianggap
Penegak hukum yang diberikan kewenangan
sebagai kejahatan. Uang yang digunakan untuk
untuk menindak pelanggaran ini sangat sulit
melakukan kejahatan tersebut ditetapkan
untuk mencari bukti. Padahal pola transaksi
menjadi milik negara.
korupsi, pencucian uang, penggelapan pajak, dan kejahatan lainnya banyak dilakukan dengan
Pengunaan sanksi pidana dalam UU PU dan
modus ini.
UU PUPB dapat dipahami karena pada saat itu, kondisi keamanan nasional belum
2) Pendekatan Hukum Pidana
sepenuhnya stabil, sehingga diperlukan sanksi
Penggunaan hukum pidana untuk mengatur
hukum yang cukup keras agar aturan tersebut
pembatasan transaksi tunai sudah pernah
ditaati dengan baik.
dilakukan melalui Undang-Undang No. 10
46
Tahun 1946 tentang Pembawaan Uang dari
Dewasa ini, negara sudah memiliki sistem
Satu ke Lain Daerah (UU PU). UU PU melarang
ekonomi, keuangan, dan perbankan yang baik,
orang-orang yang bepergian dalam daerah
sehingga segala kegiatan perekonomian,
tertentu membawa uang dalam jumlah
keuangan, dan perbankan relatif dapat
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
terkendali. Kegiatan bisnis dewasa ini sudah
diberikan, sehingga dapat ditentukan apakah
semakin maju, luas, dan beragam, apalagi
transaksi keuangannya harus dilakukan secara
dengan didukung oleh perkembangan
tunai atau nontunai.
teknologi dan kebijakan liberalisasi ekonomi. Dengan demikian, pengaturan di bidang
5) Kajian Perbandingan Pembatasan
ekonomi, keuangan, dan perbankan perlu
Transaksi Tunai di Berbagai Negara
dilakukan dengan lebih berhati-hati supaya
Berikut ini merupakan beberapa negara yang
tidak mengganggu kegiatan ekonomi yang
telah melakukan pembatasan transaksi tunai.
sedang berkembang dengan pesatnya. a) BULGARIA 3) Pendekatan Hukum Perdata Hukum Perdata merupakan lapangan hukum
Undang-Undang Pembatasan Pembayaran Tunai Bulgaria (Berlaku 26 Februari 2011).
privat yang mengatur hubungan privat antar individu-individu dalam masyarakat, sedangkan
Pembatasan yang ditetapkan dalam
pembatasan transaksi tunai merupakan
undang-undang ini adalah Pembayaran
pelaksanaan kewenangan negara dalam
wajib dilakukan melalui transfer bank
mengatur dan menegakkan hukum yang
dengan persyaratan:
berada di dalam lapangan hukum publik, yaitu
1. Jumlahnya sama dengan atau melebihi
mengatur hubungan hukum antara negara dengan warga negaranya atau sebaliknya.
BGN 15.000; 2. Pembayaran bawah BGN 15.000 jika
Oleh karena penggunaan pendekatan hukum
ini merupakan pembayaran sebagian
perdata dalam pembatasan transaksi tunai
dari pertimbangan yang sama atau
tidak dapat diterapkan karena keduanya berada dalam lapangan hukum yang berbeda.
melebihi BGN 15.000; 3. Pembayaran mata uang asing jika ekuivalen BGN mereka adalah sama
4) Struktur Hukum Penegakan Hukum
atau melebihi BGN 15.000.
Pembatasan Transaksi Tunai Sehubungan dengan luasnya aspek
Persyaratan untuk pembayaran akan
penggunaan transaksi tunai dalam kehidupan
dilakukan melalui transfer bank
masyarakat dan negara, maka diperlukan satu
diperkenalkan oleh UU dikecualikan
instansi/lembaga sebagai penegak hukum
terhadap transaksi sebagai berikut:
ketentuan pembatasan transaksi tunai,
1. Penarikan tunai dan deposito dari/di
sekaligus menjadi koordinator bekerjasama dengan instansi/lembaga lainnya. PPATK dapat menjadi lembaga penegak hukum tersebut sekaligus bekerja sama dengan lembaga
rekening bank swasta; 2. Transaksi valuta tunai mata uang asing yang dibuat oleh pekerjaan; 3. Pembayaran gaji.
lainnya seperti Dirjen Pajak, Dirjen Bea Cukai, Polri, Kementerian Perdagangan dan instansi
Badan Pendapatan Nasional Bulgaria
lain yang terkait termasuk pemerintah daerah.
berwenang untuk memberikan hukuman sanksi administrasi berupa denda kepada
Nilai suatu transaksi keuangan dapat diketahui
individu dan badan hukum jika persyaratan
dari jumlah pajak, bea, cukai atau retribusi
Undang-Undang tidak dipenuhi. Hukuman
yang harus dibayarkan, termasuk dari izin
dirangkum dalam tabel di bawah ini:
perdagangan atau ekspor-impor yang
47
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
c) ARMENIA Pelanggaran Pertama
Pelaku
Pelanggaran Kedua
Pasal 6 Undang-Undang Armenia Nomor 501N Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang 195 N 2004
Individual
25%
50%
tentang Operasi Kas Tunai menyatakan
Badan Hukum
50%
100%
bahwa pembatasan pembayaran tunai untuk transaksi bulat atau pembayaran sekaligus untuk beberapa pembelian
b) SLOVAKIA
(lumpsum) barang, jasa, atau pekerjaan
Pada tanggal 29 November 2012, Dewan
tidak boleh melebihi 300.000,- Dram
Nasional Republik Slovakia mengadopsi
Armenia. Pasal 6 Pembatasan Pembayaran
usulan pemerintah mengesahkan Undang-
Tunai untuk transaksi barang, jasa, atau
Undang Pembatasan Pembayaran Tunai.
pekerjaan dalam satu bulan tidak boleh
Undang-undang ini melarang pembayaran
melebihi 3.000.000 Dram Armenia.
tunai dilakukan melalui uang kertas dan koin, terlepas dari apakah dibuat dalam
Pembatasan transaksi tunai tersebut tidak
Euro atau dalam mata uang asing. Undang-
berlaku untuk beberapa transaksi antara
Undang ini membedakan antara dua
lain: pembayaran gaji, pembayaran untuk
kelompok entitas dalam pembatasan
pembelian produk pertanian, dan
pembayaran tunai antara "badan hukum"
pembayaran untuk barang kepentingan
dan "perorangan”. Untuk pembayaran
publik.
tunai yang dilakukan oleh badan hukum tidak boleh lebih dari 15.000, sedangkan
Sanksi atas pelanggaran ketentuan tersebut
untuk pembayaran tunai yang dilakukan
di atas adalah denda sebesar lima persen
oleh perorangan tidak boleh lebih dari
dari jumlah nilai transaksi, tetapi tidak
5.000.
kurang dari 50 kali lipat dari gaji minimum dan tidak lebih dari 1000 kali lipat dari gaji
Undang-Undang memberikan pengecualian
minimum.
terhadap pembatasan transaksi tunai. Misalnya, berkaitan dengan pembayaran
d) BELGIA
yang dilakukan ketika menyediakan jasa
Hukum Belgia dari 29 Maret 2012
pembayaran dan jasa pos, pembayaran
membatasi pembayaran tunai dari 15.000
yang dilakukan dalam kegiatan pertukaran
EUR menjadi 3.000 EUR. Ketentuan ini
uang, dalam administrasi pajak, dalam
berlaku tidak hanya untuk pembelian
pelaksanaan putusan pengadilan, dalam
barang, tetapi juga jasa, seperti jasa seorang
jaminan sosial, dan dalam proses penegakan
agen real estate, ICT-konsultan, dan lain-
hukum.
lain hanya 10% dari harga real estate dapat dibayar tunai, dengan maksimum 5.000
48
Sanksi dapat dikenakan pada saat yang
EUR. Dari Januari 2014, semua pembayaran
sama kepada kedua pihak yaitu pembayar
dalam bentuk tunai untuk pembelian real
dan penerima pembayaran. Untuk
estate akan dilarang. Notaris atau agen
perorangan berupa denda hingga 10.000
real estate dan beberapa kategori lain dari
dan untuk badan hukum dapat didenda
penjual memiliki kewajiban untuk
hingga 150,000.
menginformasikan kepada pihak berwenang
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
jika hukum tidak ditaati. Denda pada
dilakukan ke rekening pedagang dengan
pelanggar dari 250 EUR 225.000 EUR dapat
rata-rata yang memungkinkan identifikasi
dikenakan oleh otoritas Belgia.
penerima (transfer bank, bank debit, atau cek nominatif).
e) PERANCIS Articles D112-3 et D112-4 (code monétaire
g) SPANYOL
et financier) - Article 1840 J (code général
Sejak 19 November 2012, berdasarkan
des impôts). Pembatasan pembayaran tunai
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012
adalah 3000 bagi warga negara/penduduk
batas pembayaran tunai adalah 2500
tetap di Perancis (15 000 untuk penduduk
(bagi warga Spanyol) dan 15 000 (untuk
tidak tetap bertindak sebagai konsumen
non penduduk). Jika jumlah ini lebih tinggi
dan 3000 jika mereka bertindak sebagai
dari ini (dalam setiap kasus), pembayaran
pedagang). Selama konsumen berada di
harus dilakukan melalui transfer bank.
bawah batas yang disebutkan di atas,
Denda karena gagal untuk melaksanakan
pedagang harus menerima pembayaran
ajaran ini bisa sekitar 25% dari jumlah yang
dalam uang tunai, ini berarti koin dan uang
ditransfer keseluruhan.
kertas. h) UKRAINA Orang perorangan atau badan hukum yang
Sementara itu, Ukraina menjadi negara
melanggar ketentuan tersebut di atas dapat
yang tidak melarang transaksi tunai
dikenakan denda sebesar 5% dari
antarindividu, melainkan transaksi yang
keseluruhan jumlah transaksi.
terjadi antarbadan hukum dengan ketentuan bahwa jumlah total transaksi
Perancis juga mengatur jenis transaksi yang
tunai perhari tidak melebihi UAH 10.000
dikecualikan dari ketentuan tersebut, antara
(Rp. 12 juta). Selain itu, pemerintah Ukraina
lain: transaksi tunai untuk pembayaran
juga mengatur transaksi tunai oleh badan
langsung oleh individu (pribadi) yang bukan
hukum dan kepemilikan uang tunai oleh
pedagang kepada individu (pribadi) lain,
perusahaan. Adapun batas maksimum
makelar atau pedagang, pembelian ternak
uang tunai yang diizinkan untuk disimpan
atau daging mentah yang dilakukan oleh
di kantor kasir perusahaan itu per hari,
individu (pribadi) untuk konsumsi sendiri,
misalnya untuk distribusi kas kecil. Dalam
pembayaran belanja pemerintah, otoritas
hal tidak ada ketentuan batas seperti ini,
publik, atau lembaga publik juga tidak
semua uang dari kantor kasir perusahaan
dibatasi untuk dilakukan secara tunai.
itu harus disimpan di rekening bank.29
f) PORTUGIS
i) MEKSIKO
Pembayaran tunai barang dan jasa antara
Pembatasan transaksi valuta asing dalam
konsumen dan pedagang dibatasi oleh
bentuk tunai dilakukan oleh Meksiko.
hukum. Pasal 63-C dari Undang-Undang
Meksiko membatasi jumlah uang cash
no. 398/98 bulan Desember Tahun 2012
dalam bentuk USD yang akan
diubah dengan UU no. 20/2012, Mei 2014
diterima/ditransaksikan dengan perbankan
(UU Jenderal Pajak), mensyaratkan bahwa pembayaran tagihan atau dokumen sejenis pada jumlah lebih dari 1000, harus
29 Andri Gunawan, dkk, Op.cit, hal 59
49
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Meksiko, untuk transaksi pertukaran nilai
F. Kesimpulan
mata uang antara USD dan Peso (batas maksimal adalah USD 1500 atau Rp15 juta). Sementara Bulgaria membatasi transaksi
1. Prasyarat pengaturan pembatasan transaksi tunai di Indonesia, sebagai berikut:
tersebut dengan nominal sama dengan atau lebih dari BGN 15.000 (Rp97 juta)
Aspek Ekonomi:
sesuai kurs Bank Nasional Bulgaria pada
Secara praktis, pembatasan transaksi tunai akan
tanggal pembayaran.
membawa dampak bagi perekonomian yang digerakkan oleh dunia usaha. Penggunaan
Meksiko misalnya, hanya membolehkan
transaksi nontunai memberi manfaat efisiensi
pembayaran tunai untuk pembelian barang
berupa penurunan biaya transaksi bagi konsumen,
dan/atau jasa maksimal USD100 (Rp1 juta).
meningkatnya kepuasan masyarakat karena
Belakangan, pemerintah Meksiko tengah
terpenuhinya kebutuhan akan alat pembayaran
merancang peraturan yang akan melarang
yang lebih praktis. Dari sisi bank atau lembaga
pembelian real estate secara tunai dan
penerbit alat pembayaran nontunai, peningkatan
melarang seseorang menghabiskan uang
penggunaan pembayaran nontunai merupakan
tunai lebih dari MXN 100.000 (Rp80 juta)
sumber pendapatan berbasis biaya (fee base
untuk keperluan pembelian kendaraan,
income).
kapal, pesawat, dan barang mewah. Dalam usulan tersebut terhadap pelanggarnya
Aspek Sosiologis:
bisa dikenakan pidana hingga 15 tahun
Aspek kemasyarakatan yang perlu mendapat
penjara.
perhatian yang seksama adalah kesiapan masyarakat untuk beralih pola pikir dari pola
Berdasarkan kajian perbandingan pembatasan
transaksi “konkret, terang, dan tunai” kepada
transaksi tunai di beberapa negara di atas dapat
pola pikir bertransaksi secara “tidak konkret.
dilihat beberapa kesamaan pengaturannya, antara
Tidak terang dan tidak tunai mengingat yang
lain: pembatasan transaksi tunai dikenakan
harus diubah itu masalah “mind set” maka
terhadap transaksi dengan nilai nominal tertentu,
tentunya perlu usaha yang sangat keras dan
dengan beberapa pengecualian bahwa transaksi
berkesinambungan dalam rangka mengamankan
tunai untuk tujuan tertentu dikecualikan dari
kebijakan pemerintah tentang pengaturan
ketentuan pembatasan transaksi tunai. Transaksi
transaksi tunai.
di atas jumlah yang dibatasi disarankan untuk dilakukan melalui transfer antar rekening bank
Aspek Hukum dan Infra Struktur:
atau alat pembayaran nontunai lainnya. Adapun
Perlu ditegaskan yang hendak disasar dengan
sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran
pengaturan transaksi tunai itu bukan transasksinya
tersebut secara umum adalah denda, baik
(kegiatan yang antara lain berkaitan dengan
ditentukan secara maksimum dalam jumlah
adanya pemindahan hak dari satu pihak ke pihak
tertentu atau dengan menentukan tingkat
lainnya) akan tetapi cara pembayaran terkait
persentase tertentu dari total nilai transaksi.
dengan transaksi tersebut yang akan diatur, jadi
Umumnya denda yang dikenakan terhadap suatu
bukan membatasi transaksinya.
korporasi lebih tinggi dari denda untuk perorangan.
50
Khusus untuk negara bagian Lousiana-US, selain
Terkait dengan aspek infra struktur hal ini
sanksi denda juga dapat dikenakan sanksi
membutuhkan kerja panjang dan cermat, biaya
kurungan minimal 15 hari maksimum 3 bulan.
yang tidak sedikit untuk menyiapkan berbagai
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
instrumen baik yang bersifat fisik seperti gedung,
transaksi yang dibatasi, jenis transaksi yang dibatasi
sarana transportasi.
(bertahap atau serta merta bagi semua transaksi).
2. Implikasi Pembatasan dan Mitigasinya (Pengawasan dan Law Enforcement), sebagai berikut:
3. Diperlukan sistem koordinasi dan pembagian kewenangan yang jelas antar lembaga penegak hukum di berbagai sektor yang berkaitan dengan
Implikasi Positif Pembatasan Transaksi Tunai:
pembatasan transaksi tunai, supaya tidak terjadi
Implikasi positif dari pembatasan transaksi tunai
tumpang tindih penegakan hukumnya.
antara lain: efisiensi dalam transaksi keuangan, penghematan anggaran pencetakan uang dan biaya pengamanannya, peningkatan kegiatan dan pembangunan ekonomi, memudahkan pengawasan terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan, dan penekanan tingkat inflasi. Implikasi Negatif Pembatasan Transaksi Tunai: a. Kurang memadainya ketersediaan infrastruktur keuangan. b. Budaya masyarakat tertentu yang belum akrab dengan perbankan dan alat pembayaran nontunai. c. Bahaya kejahatan cybercrime terhadap transaksi non-tunai. d. Kredit Macet/Wanprestasi penggunaan kartu kredit/kartu prabayar. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, beberapa rekomendasi terkait rencana pengaturan pembatasan transaksi tunai di Indonesia adalah sbb: 1. Rencana pembatasan transaksi tunai dapat diberlakukan apabila seluruh prasyarat pembatasannya sudah terpenuhi, baik prasyarat hukum, ekonomi, sosial, dan infrastruktur. Apabila prasyarat tidak terpenuhi, namun tetap dilaksanakan maka pembatasan tersebut akan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. 2. Bentuk pengaturan rencana pembatasan transaksi tunai sebaiknya adalah undang-undang tersendiri dengan sanksi administratif sebagai sarana penegakan undang-undangnya, perlu dilakukan kajian lebih spesifik perihal jumlah nominal
51
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004 Asian Development Bank, Manual on Countering Money Laundering and The Financing of Terrorism, 2003 Ahmad Zainuri, Akar Kultural Korupsi di Indonesia, Sawangan: CV. Cahaya Batu Sawangan, 2007 Andri Gunawan, Erwin Natosmal Oemar, dan Refki Saputra, Membatasi Transaksi Tunai Peluang dan Tantangan, Jakarta: Penerbit Indonsian Round Table, 2013 Bambang Pramono, Tri Yanuarti Pipih D. Purusitawati, Yosefin Tyas Emmy D.K., Dampak Pembayaran Non-tunai Terhadap Perekonomian Dan Kebijakan Moneter, Working Paper No. 11 Bank Indonesia, 2006 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana, 2007 BII, Modul BII: Aspek Hukum Perbankan, 2008 Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Pengantar Sistem Pembayaran, 2011 Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary (Sixth Edition), St. Paul Minn. West Publishing Co., 1990 Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, Ekonomi Makro Edisi 4, Yogyakarta: BPFE, 2005 Buku Saku Korupsi, Memahami Untuk Membasmi, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, 2003 Cheong-Ann Png, ADB’s Role in Anti Anti-Money Laundering and Combating the Financing of Terrorism, 2007 Dias, J., M.J. Silva., and M.H.A. Dias, The Demand for Digital Money and Its Impact on the Economy, Brazilian Electronic Journal of Economics, Vol. 2. No.2, 1999 Davis Glyn, A History of Money from Ancient times to the Present day, dalam Kerangka acuan Penelitian mengenai Pembatasan transaksi Tunai di Indonesia, 2002 Ernesto U Savona dkk, Use of Cash Payments for Money Loundering Purposes. European Commision and Transcrime, 2003 Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), Forty Recommendations, 1996
52
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Gilmore, William C, Dirty Money: The Evolution of Money Laundering Countermeasures, Belgium: Council of Europe Publishing, 1999 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006 McDonnell Rick, Regional Implementation, Regional Conference on Combating Money Laundering and Terrorist Financing, Regional Money Laundering Conference, 2002 Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan (Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan) Jilid 1, Yogyakarta: Kanisius, 2007 Mark Pieth & Gemma Aiolfi, A Comparative Guide to Anti-Money Laundering, Northampton: Edward Elgar Publishing, 2004 N.H.T Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan, Jakarta: Jala Pertama, 2008 Philips Darwin, Money Laundering: Cara Memahami Dengan Tepat dan Benar Soal Pencucian Uang, Sinar Ilmu Reference Guide to Anti-Money Laundering and Combating the Financing of Terrorism,The World Bank and International Monetary Fund, 2003. Syafril and Djasni Salim, Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Syed Hussein Alatas, (1986), Sosiologi Korupsi (Judul Asli The Sociology of Corruption), diterjemahkan oleh Al Ghoxzie Usman, LP3ES Jakarta. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Cet-1, Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010 Taufiq St. Makmur, Obat Anti Korupsi; Menyingkap Watak Korupsi dan Kiat-Kiat Menghindarinya, Penerbit Keokoesan, 2007 T. Gilarso, SJ, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta: Penerbit Kanisisus, 2004 Thamrin Abdullah & Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta, Rajawali Pers, 2012 Zulkarnaen dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Konstitusi, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
53
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/3/PBI/2012 Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001
WEBSITE Akbar, Patrialis, Wah Patrialis Sebut Singapura Minta Wilayah Indonesia Sebagai Syarat Perjanjian Ekstradisi, Bank Indonesia, Prinsip Mengenal Nasabah dan Anti Pencucian Uang, Bank Indonesia, Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank, Ibrahim Qamarius, Pembatasan Transaksi Tunai Solusi Pemberantasan Korupsi dan Pencucian Uang Lainnya, Edi Nasution, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan, Ferthi Srikandi S, Trik Baru’Cuci Uang Melalui Transaksi Tunai’, Fu Peng, Vietnam to limit use of cash for large transactions, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, http://www.kejaksaan.go.id
54
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, http://www.depkumham.go.id Kepolisian Negara Republik Indonesia, http://www.polri.go.id Komisi Hukum Nasional, http://www.komisihukum.go.id Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, http://www.kpk.go.id Mahkamah Agung Republik Indonesia, http://www.mahkamahagung.go.id Leo Wisnu S & Fajar Reyhan Apriansyah, Rentetan Hambatan Pembatasan Transaksi Tunai, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51bed3940700e/rentetan-hambatan-pembatasan-transaksi-tunai Nielsen, Kepercayaan Masyarakat Terhadap Perbankan Semakin Tinggi, <www.investor.co.id> Nur Alfiah, Begini Cara Jenderal Djoko Cuci Uang, Peter Lilley, Dirty Dealing: The Untold Truth about Global Money Laundering, International Crime and Terrorism, edisi kedua, London and Sterling, VA: Kogan Page Limited, 2003, hal 1 dalam Edi Nasution, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, The Asia/Pacific Group on Money Laundering, , Uang Empat Kardus Diserahkan untuk Anggota DPR, http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/142323/ , , , , http://ww.cec.consumo-inc.es/adjuntos/documentos , PPATK: Mendesak, UU Pembatasan Maksimal Transaksi Tunai, http://www.portalkbr.com , , , Hasil Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa internet indonesia (APJii), Tanpa Nama, Peran Bank Sentral sebagai Otoritas Moneter, , Ayo Menabung Bidik 80 juta Nasabah Baru,
55
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
United Nation, Yuliana, Salah Satu Peraturan Yang Dikeluarkan Bank Indonesia Tentang Perbankan, William Booth, Mexico targets money laundering with plan to limit cash transactions, Washington Post,
56