BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Disatu sisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional juga harus di dukung oleh sektor moneter dan perbankan yang kuat. Teknologi yang semakin diperbaharui juga memberikan dampak terhadap perkembangan industri jasa perbankan. Pola pembayaran yang selama ini bersifat paper based payment lambat laun berkembang menjadi electronic payment system. Kemajuan teknologi yang pesat selama dekade terakhir memberikan perubahan bagi segala pola hidup dan perilaku masyarakat. Masyarakat saat ini selalu menginginkan kecepatan dan ketepatan dan efisiensi. Termasuk tuntutan terhadap sistem pembayaran secara langsung. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diyakini sebagai faktor penting bagi kemuajuan sebuah bangsa di era global saat ini (Kling, 2000), hal ini pada gilirannya mengharuskan transformasi sosial/budaya di dalam kehidupan masyarakat. Digitalisasi menjadi tidak terelakkan pada semua bidang, termasuk juga dalam ruang lingkup perbankan (Aladwani, 2001). Sistem pembayaran yang berkembang di Indonesia sekiranya selalu mengikuti perkembangan teknologi, tujuannya adalah mencapai efisiensi. Efisiensi yang dimaksud adalah kecepatan dan ketepatannya. Hal ini semakin dibutuhkan oleh masyarakat jika melihat perkembangan dimensi sosial ekonomi
dalam masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir. Dengan sistem yang semakin canggih (sophisticated) serta efisien maka segalam jenis transaksi dalam dunia usaha akan menjadi semakin mudah dan cepat. Sistem pembayaran elektronik menjadi bagian penting dalam sistem pembayaran nasional dengan memanfaatkan segala fasilitas teknologi penerapannya semakin dikembangkan dan dibutuhkan. Perkembangan tersebut kemudian memungkinkan keberadaan instrumen-instrumen pembayaran yang aman, efisien dan inovatif serta mudah digunakan oleh masyarakat. Sistem elektronik pada dasarnya dimotori oleh industri jasa perbankan, namun perusahaan-perusahaan non bank yang bergerak dibidang telekomunikasi juga ikut tumbuh dan signifikan pengaruhnya terhadap perkembangan sistem tersebut khususnya dalam hal transfer elektronik, sistem kliring melalui BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement). Sistem pembayaran elektronik (electronic payment system) kini telah menjadi pilihan penting dan mudah bagi transaksi yang terjadi di Indonesia, penggunaannya semakin meluas dan berdampak pada perekonomian nasional. Pembayaran Non-Tunai di berbagai negara juga semakin mengarah menuju less cash society, dan hal tersebut semakin mempengaruhi gaya hidup dan pola transaksi para pelaku ekonomi. Transaksi-transaksi yang kecil maupun dalam volume lebih besar telah dapat diakomodir oleh sistem elektronik. Transaksi menggunakan sistem elektronik sesungguhnya lebih menguntungkan, transaksi dapat menggunakan kartu seperti transaksi ATM (Automated Teller Machine), kartu kredit dan kartu debit. Selain itu alat elektronik juga dapat memanfaatkan jaringan internet sebagai perantara transaksi seperti sms-banking dan internet
banking. Perusahaan-perusahaan besar di negara-negara maju saat ini juga mengembangkan transaksi elektronik dalam sistem pembayaran melalui internet. Hal ini juga menjadi perkembangan dalam dunia usaha dan perdagangan bukan hanya di satu negara tetapi juga antar negara di seluruh dunia. Selain fungsinya yang begitu efektif ATM dewasa ini dapat pula menjadi mesin multifungsi ibarat sebuah toko. Toko yang dapat sekaligus dapat melakukan pembelian tiket, layanan pembayaran rekening listrik, air dan lain-lain. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 juga menjelaskan tugas Bank Indonesia (BI) dalam menyediakan instrumen pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Berdasarkan hal tersebut maka sudah selayaknya Bank Indonesia (BI) mengembangkan instrumen-instrumen non tunai di tanah air. Meskipun demikian efektifitas dari pengembangan sistem pembayaran non-tunai haruslah berdasarkan pada sosialisasi serta kesiapan dari berbagai pihak seperti masyarakat itu sendiri, dunia usaha dan industri perbankan sebagai pelaksana yang bertanggungjawab pada setiap transaksi sehari-hari dalam perekonomian. Menurut Bank Indonesia (2004), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) merupakan keseluruhan dari instrumen pembayaran yang berbasis sistem kartu antara lain : kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat sistem pembayaran misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu.
Global Insight (2003) mengungkapkan bahwa penerapan sistem pembayaran elektronik dapat berpengaruh positif dalam peningkatan penjualan barang-barang dan jasa. Hal ini dikarenakan dapat menurunkan penghalang langsung terhadap kredit dan likuiditas uang dan disisi lain menurunkan penghalang (barrier) geografis dalam menjalankan transaksi perekonomian. Penggunaan transaksi non-tunai lambat laun semakin menjadi bagian penting dalam perekonomian Indonesia, dengan tujuan mencapai less cash society, masyarakat secara umum menjadi objek dalam penerapannya. Pengusaha merupakan tujuan utama dalam penelitian ini, bagaimana penggunaan transaksi non-cash dalam aktifitas sehari-hari pengusaha dan bagaimana pula preferensi mereka dalam menggunakannya merupakan bagian dari tujuan penelitian ini. Pengusaha pada umumnya memiliki volume dan frekuensi transaksi yang lebih sering dibandingkan kelompok masyarakat lainnya. Maka dari itu secara sederhana asumsinya adalah bahwa pengusaha akan membutuhkan transaksi atau tipikal transaksi yang lebih efisien dan efektif serta aman. 1. 2. Perumusan Masalah 1.
Mengetahui pemahaman dan pengenalan pengusaha dalam keanggotaan HIPMI terhadap instrumen-instrumen pembayaran non-tunai.
2.
Mengetahui persepsi dan preferensi pengusaha HIPMI terhadap sistem pembayaran non-tunai di Medan.
3.
Mengetahui faktor-faktor pembentuk dan penentu preferensi pengusaha HIPMI terhadap terhadap instrumen Pembayaran non tunai.
1. 3. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana penggunaan instrumen pembayaran non-tunai di kalangan pengusaha untuk mewujudkan masyarakat non-tunai (less cash society). Secara rinci tujuan-tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pemahaman dan pengenalan pengusaha terhadap instrumen-instrumen pembayaran non-tunai. 2. Menjelaskan persepsi, preferensi dan perilaku pengusaha itu sendiri terhadap sistem pembayaran non-tunai beserta kendala-kendala yang dihadapi. 3. Menganalisis faktor-faktor pembentuk dan penentu preferensi pengusaha terhadap produk instrumen pembayaran non-tunai. 1. 4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca yang berkaitan dengan penggunaan transaksi non-tunai. 2. Sebagai bahan studi, bahan informasi dan tambahan literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi otoritas perbankan nasional agar dalam rangka mewujudkan Masyarakat Non-Tunai (Less Cash Society).