Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
BAB 1 PENDAHULUAN Lokasi : Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Pasir Lembu-Gunung Geulis Puncak Bogor
1.1.
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menetapkan penyusunan rencana tata ruang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, yang disusun secara berjenjang mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Pulau, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Bentuk regulasi RTRWN dan RTRW Pulau adalah Perpres, RTRW Propinsi, Kabupaten dan Kota adalah Peraturan Daerah. Terdapat beberapa Kawasan Strategis yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP dan RTRW Kabupaten/ Kota. Salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang sekaligus merupakan kawasan strategis Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bogor adalah Kawasan Puncak yang termasuk
dalam
wilayah
kawasan
strategis
JABODETABEKPUNCJUR,
pertimbangan dari aspek ekonomi dan lingkungan.
1 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
dengan
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Secara ekonomi kawasan ini memiliki potensi kegiatan pariwisata skala nasional dan juga internasional, sedangkan secara lingkungan merupakan kawasan berfungsi lindung bagi daerah JABODETABEKPUNJUR.
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Sumber: Rustiadi, et. al., 2014. Kawasan perdesaan di kawasan puncak mengalami dampak pencucian sumber daya (backwash effect), serta mengalami kebijakan Urban Bias yang berlangsung dalam kurun waktu lama dan akhirnya memarginalkan masyarakat kawasan perdesaan yang ada. Beberapa permasalahan pokok social, ekonomi dan tata ruang kawasan ini antara lain: 1.
Masyarakat tidak memiliki lahan, khusus di kawasan perdesaan yang menjadi kawasan perencanaan (Kampung Pasir Lembu dan Kampung Cikeas) Penduduk seluruhnya termasuk dalam kategori miskin (menerima raskin) dan semuanya tidak memiliki lahan pertanian, sedangkan pekerjaannya adalah buruh tani atau petani penggarap serta penjaga villa. 2.
Terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, terutama pembangunan villa yang berarti juga sudah terjadi alih kepemilikan lahan, hal ini mengindikasikan terjadinya backwash effect.
3. 4.
Banyak kawasan konservasi dijadikan sebagai lahan bangunan villa, dengan status illegal tanpa ada IMB, namun tidak ditertibkan dalam waktu yang sudah lama,
2 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan sehingga banyak lahan kawasan lindung menjadi lahan kritis dan rawan bencana banjir dan longsor. 5.
Kelembagaan yang ada di desa menjadi berubah fungsi untuk mengejar rente jual beli lahan, dalam bentuk perubahan
izin
garap
tanah
(istilahnya
“DIKELUARKAN”). 6.
Ada kecenderungan terjadi migrasi ke wilayah puncak karena sulitnya masuk ke Jakarta, sehingga jumlah penduduk meningkat cepat. (Komunitas Peduli Ciliwung 2014) Dalam UU 26 tahun 2007, penataan ruang kawasan perdesaan secara ekplisit
sudah disebutkan, namun sampai sekarang implementasi penataan ruang kawasan perdesaan belum tegas dan nyata di laksanakan. Kebijakan nasional yang baru-baru ini lahir adalah Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Dalam salah konsiderannya menyebutkan saat ini desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis. Pada pasal 78 ayat (1) menyebutkan bahwa tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Arah pembangunan perdesaan sesuai RPJM adalah memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan & kemasyarakatan, meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi, dan meningkatkan daya tarik perdesaan
melalui
peningkatan
kesempatan
kerja,
kesempatan
berusaha
dan
pendapatan seiring dengan upaya peningkatan kualitas SDM dan lingkungan. Kawasan strategis puncak Bogor merupakan kawasan perdesaan yang memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional. Sebagian besar kegiatannya adalah pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, peruntukan konservasi dan kegiatan ekonomi berupa pariwisata. Alih fungsi lahan pertanian ke peruntukan pariwisata menjadi lebih dominan, karena besarnya potensi kunjungan wisatawan ke kawasan ini. Selain itu terdapat pemanfaatan lahan konservasi untuk kegiatan pertanian dan pariwisata
Kegiatan pertanian dilakukan oleh masyarakat desa setempat, namun
pemanfaatan untuk pariwisata berupa pembangunan villa banyak dilakukan oleh penduduk kota terutama Jakarta dan sekitarnya. Kelembagaan social masyarakat 3 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan berubah dan cenderung mengalami degradasi fungsi dan degradasi nilai-nilai ditengah masyarakat. Kehidupan masyarakat dalam kemiskinan menurunkan tingkat produktivitas (pekerjaan buruh petani dan petani penggarap menyebabkan budaya malas dan ada kecederungan aktivitas seperti culas dan mengambil hasil kebun orang lain dianggap sesuatu yang biasa). Berkenaan dengan permasalahan di atas perlu ada kebijakan pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan agar fungsi kawasan (konservasi dan ekonomi) yang diemban tetap terjaga, tanpa harus ada trade off antar keduanya. Sedangkan kehidupan sosial dan budaya serta kelembagaan di perdesaan semakin baik sesuai dengan kearifan lokal yang sudah lama ada.
1.2 Tujuan Tujuan Pengembangan Kawasan Kampung Pasir Lembu dan sekitarnya sebagai Kawasan Perdesaan Berkelanjutan adalah : 1. Menciptakan system produksi kawasan perdesaan untuk sumber income bagi ekonomi masyarakat desa dalam jangka pendek, menengah dan panjang sehingga meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan (melalui menggiatkan pertanian organic terintegrasi, ekowisata, agroforestry) 2. Merekonstruksi ekologi, (rehabilitasi lahan, pertanian organic terpadu, agroforestry, tata kelola air) 3. Merekonstruksi social dan kelembagaan kawasan sehingga tercipta lingkungan social yang lebih baik dan kelembagaan masyarakat yang efektif 1.3 Sasaran sesuai atribut P2KPB Sasaran Pengembangan Kawasan adalah : 1. Rehabilitasi lahan (land recognition); 2. Pengembangan pertanian organic terintegrasi (integrated organic farming); 3. Pengembangan pariwisata alam (ecotourism); 4. Pemberdayaan masyarakat (empowerment); 5. Pengembangan wahana tani (agroforestry); 6. Penataan kelembagaan desa
4 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan 1.3 Lokasi dan Waktu Lokasi perencanaan meliputi Kampung Cikeas Desa Bojong Kononeg Kecamatan Babakan Madang, Kampung Pasir Lembu Desa Gunung Geulis Kecamatan Sukaraja dan Kampung Sukagalih Desa Megamendung Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dimensi waktu perencanaan adalah 5 tahun.
Menjadikan kawasan Hutan Organik dan sekitarnya sebagai percontohan pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan bagi seluruh daerah di Indonesia. 1.4 Metodologi dan Pendekatan Perencanaan Metode dan pendekatan yang digunakan adalah rational comprehensive planning dan strategic planning.
5 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG Lokasi : Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Puncak Megamendung Jawa Barat
2.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Bogor dan Kawasan Perencanaan Kawasan Puncak secara nasional merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional
(KSN)
Jakarta,
Bogor,
Depok,
Tangerang,
Bekasi,
Puncak,
Cianjur
(Jabodetabekpunjur). Kawasan ini juga dijadikan sebagai Kawasan Strategis Propinsi Jawa Barat dan Kawasan Strategis Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam aspek ekonomi dan lingkungan. Dalam RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, rencana pengelolaan
kawasan
strategis
Puncak
diarahkan
untuk
terselenggaranya
keseimbangan ekologi sebagai kawasan resapan air dan pengendali banjir.
6 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Untuk skala regional kawasan ini merupakan kawasan lindung bagi kawasan di bawahnya. Secara umum pembangunan daerah Kabupaten Bogor ditekankan pada upaya untuk mempertahankan daya dukung lingkungan, sehingga tercapai keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Kabupaten Bogor dihadapkan pada tantangan bagaimana melakukan pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulan yang dapat memberi nilai tambah kepada masyarakat lokal yang masih bertumpu pada sumberdaya alam yaitu melalui pengembangan sektor pertanian dalam arti luas. Berkaitan dengan rencana struktur ruang Kabupaten Bogor khususnya di Kawasan Perencanaan antara lain diarahkan : a.
Kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya hutan, pertanian dan industri pengolahan yang meliputi perikanan dan pertambangan dan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian lingkungan kawasan hutan yang memiliki nilai-nilai konservasi.
b.
Pengembangan di wilayah bagian selatan Kabupaten Bogor (lereng Gn Salak dan Gede Pangrango dan sekitarnya/Kecamatan Tamansari, Ciawi, Megamendung, dan Cisarua) dikendalikan secara ketat karena terkait fungsinya sebagai kawasan perlindungan bagi wilayah bawahnya.
Beberapa fungsi kawasan yang diemban berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor adalah: Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bogor pada umumnya banyak dimanfaatkan untuk kegiatan kehutanan dan pariwisata. Kawasan Resapan Air Kawasan yang memiliki kemampuan tinggi untuk meresap air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan hulu sungai dan memiliki sumber air terbesar di Kabupaten Bogor, yaitu di Kecamatan Cisarua, Megamendung Kawasan Sempadan Mata Air dan Waduk/ Embung Sumber mata air yang tersebar di Kabupaten Bogor sangat prioritas dijaga kelestariannya, untuk itu kawasan sekitar mata air harus dilindungi. Disamping itu ada beberapa waduk /embung yang kawasan sempadannya perlu dilindungi dari kegiatan budidaya yang merusak kelestariannya. Kawasan Pelestarian Alam 7 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Kawasan pelestarian alam yang dapat ditetapkan di Kabupaten Bogor meliputi Kawasan Taman Wisata Alam dan merupakan kawasan yang memiliki daya tarik pemandangan alam dan sekaligus dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi/wisata tanpa mengganggu kawasan konservasi. Kawasan Pertanian Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis ( dalam hal ini yang dimaksud adalah sawah ). Kawasan Pertanian Lahan Basah Tadah Hujan Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya sepenuhnya tergantung pada hujan. Kawasan ini menempati areal dengan topografi datar, jenis tanah aluvial, dan status kesuburan tinggi. Kawasan ini menyebar secara spot-spot di berbagai wilayah Kecamatan.
Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan yang diperuntukkan bagi pertanian tanaman semusim dataran rendah. Kawasan ini menyebar spot-spot di berbagai wilayah Kecamatan, menempati areal dengan bentuk wilayah berombak (4-8%), jenis tanah koluvial (endapan kaki bukit), batuan permukaan sedikit. Pola penggunaan lahan eksisting adalah ladang dengan jenis tanaman adalah ubi kayu dan jagung. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan Kawasan perkebunan atau berupa kebun campuran yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan atau perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri. Permukiman di Perdesaan Program perbaikan lingkungan permukiman untuk meningkatkan kualitas fisik permukiman di perdesaan Program penataan ruang permukiman perdesaan, agar upaya pengembangan lahan untuk fungsi permukiman dengan pengembangan fungsi-fungsi lainnya dapat dilakukan secara proposional Program penyediaan prasarana dan sarana dasar untuk permukiman perdesaan. 8 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk didalamnya pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Pengembangan kawasan perdesaan dilakukan dengan dasar pertimbangan ekonomi keruangan dan lingkungan. Pertimbangan ekonomi keruangan dalam hal ini adalah menciptakan keseimbangan perkembangan kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan, dalam struktur perekonomian. Kawasan perdesaan akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi berbasis pada kegiatan pertanian. Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka arahan pengelolaan kawasan perdesaan adalah sbb: Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan perdesaan adalah kegiatan pertanian dalam pengertian luas Kegiatan budidaya lain yang berkaitan dengan pengembangan pertanian, seperti industri pengolahan hasil pertanian, dapat dilaksanakan pada kawasan ini Fungsi kegiatan pelayanan perkotaan dikembangkan pada pusat-pusat permukiman perdesaan potensial, sebgai daerah penyangga antara perdesaan dengan perkotaan Pola permukiman perdesaan dikembangkan dengan sedapat mungkin adanya satu pusat permukiman perdesaan untuk setiap kawasan tertentu, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial dan pemerintahan Dalam upaya pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor, aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1) Dari segi teknis empat unsur utama pengembangan parawisata dari aspek teknis yakni: unsur tourist attraction (objek wisata) dalam arti luas, unsur fasilitas wisata (hotel-hotel, losmen, toko, kantor pos, dan kemudahan-kemudahan lainnya), unsur aksesibilitas yang menghubungkan tempat tinggal wisatawan menuju objek wisata dan fasilitas wisata tersebut, unsur pengorganisasian. 2) Dari segi non teknis; aspek non teknis mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan wisata, karena melibatkan berbagai instansi dan masyarakat diluar jajaran parawisata, oleh kerena itu pengembangan parawisata tidak hanya tergantung pada aspek teknis tetapi juga tergantung pada aspek non teknis Pengembangan jaringan jalan kabupaten (lokal), meliputi ruas : 1. Babakanmadang – Megamendung.
Rencana Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air. 9 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Pengembangan Air Bersih. Masalah Air Minum di Kabupaten Bogor antara lain : -
Keterbatasan Sumber air baku di wilayah Kab. Bogor untuk pengembangan - Kuantitas air tanah pada musim kemarau cenderung berkurang. Sebagai langkah preventif perlu dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor mulai saat ini untuk melindungi keberlangsungan keberadaan sumber air tanah dan air permukaan yang ada. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah rawan kekeringan yang tidak memiliki potensi mata air, dikembangkan pemanfaatan air hujan. Pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan membangun Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) di kawasan perkotaan, dan Sistem Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (SABSAH) di kawasan pedesaan. Jika dikembangkan Sistem PAH dan Sistem ABSAH, maka diperlukan beberapa bangunan sebagai kolam penampung. Rencana pengembangan sistem Penampungan Air Hujan (PAH) di kawasan perkotaan, dan sistem Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH) dikembangkan pada lokasi-lokasi sebagai berikut: Tabel 1.2 Lokasi Rencana Pengembangan sistem PAH dan SABSAH
No
1
Kecamatan
Babakan Madang :
Rencana Pengembangan Sistem Lokasi / Desa
Sistem
1.Desa Karang tengah 2.Desa Bojongkoneng 3.Desa Cijayanti
1.SAB 2.SAB 3.SAB
Air Baku Pembangunan prasarana sumber daya air melalui upaya penyediaan air baku (kebutuhan air domestik, industri dan air pertanian) melalui pemanfaatan dan pengembangan sumber air permukaan (sungai, waduk,embung) maupun sumber air bawah permukaan. Rencana pengembangan prasarana sumber air permukaan untuk air baku, dikembangkan di lokasi Sungai Ciliwung di ( Kecamatan Megamendung, Cisarua.) dan Sungai Cidurian di Kecamatan Nanggung serta Sungai Cijurai di Kecamatan Sukamakmur. Pengembangan prasarana sumber air tanah untuk air baku dengan melakukan penurapan mata air dan membangun sumur bor, pencegahan pencemaran pada 10 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Cekungan Air Tanah (CAT). Pengembangan waduk, dam dan embung meliputi : Waduk Cijurei, Waduk Cidurian dan Waduk Gadog.
ditetapkan
Dalam kebencaan, Tipologi kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Bogor termasuk dalam tipologi kawasan rawan bencana zona A,B dan C. untuk tingkat Kerawanan Sedang meliputi Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Babakanmadang.
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKA11N PENATAAN RUANG Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis (pertanian organik)Berkelanjutan LokasiPertanian : Kawasan Perdesaan
Puncak Megamendung Jawa Barat
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
2.1 Profil Singkat Kawasan DESA GUNUNG GEULIS GAMBARAN UMUM DESA: a. Luas wilayah Desa dan batas wilayah Luas wilayah Desa : 465,50 ha. Tanah sawah : 3 ha, Tanah darat : 462,50 ha, Batas Wilayah:
Sebelah Barat : Desa Nagrak
, Sebelah selatan : Desa
Cipayung ( Kec. Megamendung ), Sebelah Timur : Desa Bojongkoneng ( Kec. Babakan Madang ), Sebelah Utara : Desa Cijayanti ( Kec.Babakan Madang ). b. Tofografi (dataran rendah,tinggi,pantai) c. Jarak dari Ibukota Negara : 200 km, Jarak dari Ibukota Provinsi : 112 km. Jarak dari Ibu kota Kabupaten : 35 km. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 30 km. d. Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 1625 KK. Jumlah total : 6401 jiwa.
Perempuan :
3026 jiwa. Laki-laki : 3375 jiwa. e. Mata Pencaharian Penduduk : 1. PNS : 20 orang. 2. TNI/ Polri : 5 orang. 3. Pegawai swasta : 495 orang. 4. Wiraswasta/ pedagang : 225 orang. 5. Petani : 38 orang. 6. Pertukangan : 68 orang. 7. Buruh tani : 699 orang. 8. Pensiunan : 14 orang. 9. Nelayan : - orang. 10. Pemulung : - orang. 11. J a s a : 2 orang f.
Tingkat Pendidikan : 1. SD/ Sederajat : 1849 orang. 2. SLTP/ Sederajat : 455 orang. 3. SLTA/ Sederajat : 290 orang. 4. Perguruan tinggi : 29 orang
g. Jarak ke ibukota kecamatan 16 km
Gambaran Kondisi Wilayah
12 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
DESA CIJAYANTI GAMBARAN UMUM DESA: Potensi di wilayah desa Cijayanti sangat besar, selain punya pemandangan yang indah adanya gunung fulis di sebelah kidul sama gunung pancar sebelah kaler juga wilayahnya mendukung karena punya lahan yang masih luas. Desa Cijayanti adalah salah satu desa yang tersohor menghasilkan singkong ajang penggilingan aci yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. selain itu masyarakatnya juga banyak bisa nya seperti membuat bilik atau anyaman dari awi, dan membuat genteng (lio). Dibidang pertanian, sebagian lahan yang ada di desa ini banyaknya ditanami singkong dan kembang hias. Sedangkan lahan yang berwujud rawa di Tanami padi, dibikin kolam atau balong untuk ternak ikan. Masayarakat diDesa Cijayanti juga banyak memelihara domba
13 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Kebun di Desa Cijayanti kebanyakan ditanami pohon karet, mahoni, afrika dan pinus, dan juga terdapat pohon buah seperti rambutan, manggu, bunga, durian, dukuh, kecapi, dangka dan sejenis pohon buah lainnya. Jumlah penduduk: 15.457 Jumlah RT:43 RW:8 Kepadatan 606 jiwa/km2 Luas wilayah: 25,51 km2 Luas tanah menurut penggunaan: sawah: 33,3 Ha, pekarangan 276,3 Ha, perumahan 1.074 Ha, Ladang: 40,4 Ha, Empang: 2 Ha, kuburan: 4,5 Ha, Lainnya :1.153 Ha Jarak ke ibukota kecamatan 6 km
Gambaran Kondisi Wilayah
14 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
DESA CIPAYUNG GIRANG GAMBARAN UMUM DESA: Jumlah penduduk: 9137 Jumla RW:4 RT:24 Kepadatan 3.888 jiwa/km2 Luas wilayah: 2,36 km2 Luas
tanah
menurut
penggunaan:
sawah:
pekarangan&perumahan:135 Ha, Ladang: 5 Ha,
46
Ha,
Empang: 1,5 Ha,
kuburan: 1,6 Ha, Lainnya :45,9 Ha Jarak ke ibukota kecamatan 1 km Gambaran Kondisi Wilayah
DESA MEGAMENDUNG 15 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan GAMBARAN UMUM DESA: Jumlah penduduk : 6240 Jumlah RT: 18, RW:5 Jumlah KK 1.840 Luas wilayah : 12 km2 Kepadatan: 520 jiwa/km2 Luas
tanah
menurut
penggunaan:
sawah:
pekarangan&perumahan:346 Ha, Ladang:239,8 Ha,
2
Ha,
Empang:0,1 Ha,
kuburan:0,5 Ha, Lainnya :611,6 Ha Jarak ke ibukota kecamatan 0.5 km Gambaran Kondisi Wilayah
DESA BOJONG KONENG GAMBARAN UMUM DESA: 16 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Kondisi geografis: Ketinggian 507 dpl Luas wilayah 24,41 km2 Kepadatan 505 jiwa/km2 Jumlah RT: 3.537. RW :15 Jumlah Penduduk: 12325 Tingkat pendidikan: tamat SD 2.568, tamat SMP 293, tamat SMA 56, Akademi 6, Universitas 90, tidak tamat SD 6.209, Belum Sekolah 3.102 Jarak ke ibukota kecamatan 5 km Gambaran Kondisi Wilayah
Dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan penataan ruang Kabupaten Bogor yakni terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan 17 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan lingkungan, meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasan lindung sebagai kawasan konservasi air dan tanah, tercapainya pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan wilayah, maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan kawasan perdesaan berkelanjutan. 1.10 Tujuan Tujuan
pengembangan
kawasan
perdesaan
berkelanjutan
adalah
tercapainya
peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional. Sedangkan tujuan pembangunan kawasan perdesaan berkelanjutan jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya
alam.
Secara
spasial
tujuan
pembangunan
kawasan
perdesaaan
berkelanjutan adalah terciptanya kawasan perdesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi dan bersinergi dengan kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera.
18 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
BAB 2
PERANCANGAN PUSAT KAWASAN Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
19 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
BAB 3
KONSEP PENGEMBANGAN Program Pembangunan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
3.1.1 Konsep pengembangan kawasan Dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep pengembangan kawasan perdesaan, yang berisi: 1)
rumusan tentang tujuan penataan ruang kawasan perdesaan; dan
2)
konsep pengembangan kawasan perdesaan.
Tujuan Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Hutan Organik adalah mewujudkan Kawasan sebagai Percontohan Nasional Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan menuju Industri Perdesaan Mandiri.
20 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Konsepsi Pengembangan Kawasan adalah mengembangkan kawasan berbasis sumber daya local yang membangun daya saing kawasan sebagai sebuah system produksi kawasan industry perdesaan mandiri. Strateginya mengembangkan system produksi kawasan secara terencana, terarah dan terpadu serta bertahap sebagai pusat bahan baku industry perdesaan mandiri dan berdaya saing. Strategi kedua menjadikan kawasan sebagai Pusat Pembelajaran Pengembangan Kawasan Konservasi dan Pertanian Organik Terintegrasi (integrated organic farming). Pengembangan Kawasan Konservasi meliputi konservasi kawasan hutan dan konservasi sumber daya air. Integrated organic farming meliputi Pertanian organic, Pusat pengembangan pupuk dan pestisida organic, perikanan darat, peternakan 3.2 Konsep Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar perumusan rencana tata ruang kawasan perdesaan. Hasil kegiatan perumusan konsepsi rencana tata ruang kawasan perdesaan terdiri atas: 1)
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan perdesaan Dirumuskan berdasarkan karakteristik tata ruang kawasan perdesaan terkait pengembangan kawasan perdesaan menuju desa mandiri pangan berorientasi agrobisnis, agroindustri, desa pariwisata dan pusat konservasi buatan.
Rencana struktur ruang kawasan perdesaan Disusun berdasarkan hasil analisis sistem pusat-pusat permukiman atau kegiatan kawasan dan sistem jaringan prasarana yang berangkat dari tujuan penataan ruang kawasan perdesaan dengan memperhatikan kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah kabupaten. 2)
Rencana pola ruang kawasan perdesaan Disusun berdasarkan analisis optimasi pemanfaatan ruang yang berangkat dari
tujuan penataan ruang kawasan perdesaan dengan memperhatikan kebijakan dan strategi pola ruang kabupaten. 3)
Ketentuan arahan pemanfaatan ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan: 21 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (a) Rencana struktur ruang dan pola ruang; (b) Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan; (c) Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; (d) Masukan dan kesepakatan dengan pihak swasta; dan (e) Pentahapan
rencana
pelaksanaan
program
sesuai
dengan
rencana
pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) daerah, serta rencana terpadu dan program investasi infrastruktur jangka menengah (RPI2JM) 4)
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Ketentuan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
kawasan
perdesaan
disusun
berdasarkan: (a) rencana struktur ruang dan pola ruang; (b) masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki kawasan perdesaan; (c) kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan (d) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
3.2 Konsep Pengembangan Kawasan 3.2.1Delineasi Kawasan Perdesaan (Kawasan Perencanaan) Salah satu persoalan krusial dalam perencanaan kawasan perdesaan sesuai dengan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah deliniasi kawasan. Berdasarkan UU ini, kawasan perdesaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan wilayah merupakan ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Kawasan perdesaan berkelanjutan yang menjadi wilayah perencanaan merupakan kawasan fungsional meliputi fungsi lindung, budidaya pertanian, perlindungan mata air/sumber air baku, permukiman dan pariwisata. Kawasan ini merupakan satu kesatuan system wilayah ekologis, ekonomi dan social budaya. Pusat kawasan secara ekologis berada di Kampung Pasir Lembu Desa Gunung Geulis Kecamatan Sukaraja. Pusat 22 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Pariwisata berada di desa Bojong Koneng Kecamatan Babakan Madang. Pusat Permukiman berada di desa Gunung Geulis, Cipayung Girang dan Megamendung.
3.2.2
Delineasi Pusat Pelayanan Kawasan
Pusat pelayanan kawasan perdesaan berkelanjutan dalam kegiatan ini ditetapkan secara fungsional, sehingga diperoleh 3 (tiga) pusat pelayanan kawasan perencanaan yakni : 1. Kampung Pasir Lembu sebagai pusat pelayanan kawasan perdesaan untuk pengelolaan dan perlindungan ekologi serta pengembangan pertanian organik 2. Desa Cijayanti sebagai pusat pelayanan kawasan perdesaan untuk pariwisata alam dan pengunungan 3. Desa Gunung Geulis dan Megamendung sebagai pusat pelayanan kawasan perdesaan untuk permukiman Perancangan pusat pelayanan dalam kegiatan ini hanya dibuat pada desa Pasir Lembu
sebagai
pusat
pelayanan
kawasan
perdesaan
untuk
pengelolaan
dan
perlindungan ekologi serta pengembangan pertanian organik
3.3. Konsep Pengembangan Desa Pasir Lembu 3.3.1 Pusat Perlindungan Sumber Daya Air Baku Penutupan hutan (forest cover) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perybahan iklim dan air. Hutan mengintersepsi butir hujan dan salju, mengurangi limpasan permukaan, meningkatkan kelembaban nisbi dan menghambat salju yang meleleh, erosi tanah, serta pengeringan permukaan. Dari pengaruh hutan tersebut, yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap pasokan air ke sungai-sungai dan keteraturan lainnya (Lee 1988 diacu dalam Darussalam 2002). Peran kawasan hutan sebagai pengatur tata air adalah melalui fungsi hidrologis sebagai penyerap, penyimpan, penghasil dan pendistribusi air. Kebutuhan air irigasi pertanian dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
pangan
terus
meningkat
sejalan
dengan
pertambahan penduduk. Kerusakan fungsi hidrologis hutan oleh berbagai sebab membuat cadangan air tanah yang mendukung sistem irigasi semakin berkurang. Kerusakan hutan saat ini telah menyebabkan berbagai bencana seperti banjir dan kekeringan yang mengancam keberlanjutan pertanian pangan. Salah satu contoh peran 23 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan kawasan hutan dalam mendukung ketahanan pangan dan ketersediaan air adalah kawasan hutan organik megamendung. Pengaruh Hutan terhadap Hidrologi Keberadaan hutan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas air. Pertama, intersepsi tajuk hutan dapat mengurangi jumlah presipitasi yang mencapai tanah mineral. Kemudian, air yang berada di dalam tanah (soil moisture) dilepaskan ke udara melalui sistem parakaran – batang – daun dalam proses transpirasi. Pada akhirnya, sistem perakaran, bahan organik, dan serasah meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menyimpan air tanah (Ground water). Kombinasi dari ketiga proses ini dapat mengurangi limpasan permukaan, memperlambat waktu limpasan permukaan, dan memperlambat waktu kenaikan debit sungai pada DAS yang berhutan daripada DAS yang tidak berhutan (Chang 2003). Peranan hidrologi penutupan tajuk hutan diperbesar oleh bahan-bahan organik pada lantai hutan dan zone perakaran. Suatu tegakan hutan biasanya menghasilkan 1 hingga 10
metrik
ton/ha/tahun
serasah
organik,
dan
akumilasi
bersih
serasah
yang
terdekomposisi ada suatu tegakan dewasa secara khas adalah sebesar 1 – 3 gram (bahan kering)/cm2 permukaan; bahan ini melindungi tanah dari dampak tetesan hujan, memperbaiki strukturnya, menghambat pembekuan, meningkatkan kapasitas infiltrasi, menyerap fraksi hujan dan salju yang melebur, serta benar-benar mengeliminir aliran permukaan (overland flow) dan erosi permukaan dalam hujan yang paling lebat (Lee 1988). Berdasarkan teori diatas, maka kegiatan rehabilitasi lahan kritis di hutan organic megamendung sangat berperan besar didalam mengatur tata guna air. Hal ini dibuktikan dengan munculnya beberapa mata air baru setelah dilakukannya rehabilitasi lahan, dimana pada awal pada tahun 2002/2003 hanya terdapat satu mata air.
24 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
kondisi tahun 2002/2003 hanya terdapat satu mata air
Proses rehabilitasi lahan kritis
Munculnya mata air baru di kawasan hutan
3.3.2
Pusat
EDUWISATA
Terbentuknya hutan organik
Pembangunan
Kawasan
Perdesaan
Indonesia
Berkelanjutan (Hutan Organik 2) Eduwisata Agrowisata, Ekowisata, Agroforestry, Greenliving Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal
25 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005). Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsip yang sama. Prinsifprinsif tersebut, menurut Wood, 2000 (dalam Pitana, 2002) adalah sebagai berikut: a) Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata. b) Memberikan
pembelajaran
kepada
wisatawan
mengenai
pentingnya
suatu
pelestarian. c) Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian. d) Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi. e) Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut. f)
Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.
g) Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi. h) Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batasbatas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal. i)
Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya.
26 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
3.3.3 Pusat Konservasi Kawasan Hutan Organik 1 Hutan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup dimuka bumi. Hutan merupakan jantung kehidupan, karena selain sebagai tempat tinggal berbagai flora dan fauna, hutan juga sangat bermanfaat untuk keperluan kebutuhan manusia. Kerusakan hutan Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Hasil penelitian oleh Matthew C,Hansen dari University of Maryland menyebutkan bahwa laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Aksi pengundulan hutan yang massif terjadi sepanjang tahun 2011 hingga 2012. Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia memberikan akibat yang nyata bagi kehidupan manusia. Sekarang banyak pihak yang merasakan betapa pentingnya menjaga dan memelihara hutan karena begitu banyak bencana yang terjadi akibat terjadinya kerusakan hutan. Menjaga dan memelihara hutan tidak saja memberikan dampak untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan. Adapun akibat dan dampak dari kerusakan hutan adalah sbb: 27 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Terganggunya sistem hidrologis Hilangnya biodiversitas Kemiskinan dan kerugian secara ekonomis Perubahan iklim dan pemanasan global Kerusakan ekosistem darat dan laut Hilangnya budaya masyarakat
Berdasarkan kondisi diatas serta munculnya keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan dan bertambah luasnya lahan kritis, maka melahirkan ide untuk membuat kebun percobaan rehabilitasi ekosisstem dan lahan kritis yang berlokasi di blok S, Kp.Sirnagalih, Megamendung (Cipendawa) Bogor. Data dari Pusat Perpetaan Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan Mei 2002 disebutkan bahwa Total Indikasi Kawasan Hutan dan Lahan yang Perlu Dilakukan Rehabilitasi diseluruh Indonesia telah mencapai 96,30 juta hektar atau l.k. 50% dari luasan daratan Indonesia. Sementara di Kabupaten Bogor tercatat :Total luasan yg perlu dilakukan rehabilitasi di kab. Bogor 251.700 hektar, Jika total luas Kabupaten Bogor seluas 344.071 hektar, atau seluas 73% dari luas seluruh kabupaten. Diawali dari keprihatinan thd kerusakan lingkungan dan lahan kritis di lahan kami dgn kontur yg ekstrim dari 15o s/d 80o seperti mangkuk, situasi tahun 2002 / 2003, ada 1 bh mata air yg sudah mati, 70% area alang2, vegetasi sangat sedikit, kondisi PH 2 ½ - 4, tidak ditemukan cacing.
28 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
Setelah 12 tahun dilakukan percobaan kondisi sekarang di hutan megamendung adalah:
29 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
Adapun prinsip dasar dalam rehabilitasi ekosistem ini adalah Belajar dari alam, sehingga Hutan Alam adalah model yang harus ditiru, dimana hutan alam terbentuk bukan karena pupuk kimia tetapi oleh bahan organik, sehingga seluruh kegiatan percobaan baik pertanian, peternakan, hanya menggunakan cara organik. Landasan
kerangka
percobaan
rehabilitasi
:
Diangkat
dari
Earth
Summit
Johannesburg 2002 ; World Summit on Sustainable Development (WSSD), dimana 5 elemen utama kehidupan yang wajib dipelihara dan dijaga meliputi : Water and Sanitation, Energy, Health and Environment, Agriculture, Biodiversity and ecosystem management (WEHAB) Skenario pelaksanaan : Proses yang berkesinambungan (sustainable process) adalah acuan utama dalam skenario rehabilitasi ini, dimana antara Pertanian Organik – Penghutanan Kembali – Peternakan Organik, terproses dalam lingkaran tertutup dan akan menjadi pusaran kuat dalam proses rehabilitasi yang alami. 30 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
Pohon keras yg ditanam otomatis terawat
Tanaman Tumpang sari, antara lain:sayuran, biji-bijian
Hanya menggunakan pupuk kandang
Animasi Proses Penghutanan Kembali 31 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
Tanaman keras Ketinggian 2 m
Hutan Produksi tanaman keras Tinggi 1m
Hutan Alam
3.3.4 Pusat Percontohan Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan 32 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
33 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
1. Analisis Perekonomian 1.1 Analisis Struktur Ekonomi Dilihat dari struktur ekonomi kawasan perencanaan, kegiatan ekonomi utama yang berkembang di kawasan perencanaan adalah pada sektor primer (pertanian). Pada umumnya masyarakat setempat mayoritas berprofesi sebagai petani. 1.2 Analisis komoditas Unggulan Kegiatan perekonomian utama yang berkembang di kawasan perencanaan meliputi pertanian tanaman pangan, buah-buahan, sayursayuran, dan peternakan. A. Analisis Location Quotient (LQ) Pertanian Tanaman Pangan Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), untuk komoditas tanaman pangan, komoditas unggulan dikawasan perencanaan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Nilai LQ Interpretasi No
Desa
Padi
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Padi
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar
1
Gunung Geulis
0,85
1,21
0,15
0,99
1,27
NB
B
NB
NB
B
34 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan 2
Cipayung Girang
0,96
1,23
1,13
1,06
0,83
NB
B
B
B
NB
3
Megamendung
0,88
1,38
1,10
1,18
1,06
NB
B
B
B
B
Sumber:Hasil Analisis 2014 Ket: LQ adalah suatu perbandingan antara besarnya peran suatu komoditas di suatu kawasan terhadap besarnya peran komoditas tersebut di tingkat yang lebih luas Interpretasi: B (komoditas Basis/Unggulan), NB (komoditas non basis)
Peternakan 35 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), untuk peternakan komoditas unggulan dikawasan perencanaan adalah : sapi, sapi perah, kerbau, itik, ayam pedaging, Nilai LQ Interpretasi No
Desa
Sapi perah
Sapi
Kerbau
Itik
1
Gunung Geulis
0
1,90
5,63
1,45
0
2
Cipayung Girang
0,58
0,03
0,11
2,53
3
Megamendung
0,07
0,52
0,09
4,92
Ayam Sapi pedaging perah
Sapi
Kerbau
Itik
Ayam pedaging
NB
B
B
B
NB
2,53
NB
NB
NB
B
B
2,43
NB
NB
NB
B
B
Sumber:Hasil Analisis 2014 Ket: LQ adalah suatu perbandingan antara besarnya peran suatu komoditas di suatu kawasan terhadap besarnya peran komoditas tersebut di tingkat yang lebih luas Interpretasi: B (komoditas Basis/Unggulan), NB (komoditas non basis)
Sayur-Sayuran 36 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), untuk sayur-sayuran komoditas unggulan dikawasan perencanaan adalah: cabai, sawi, kacang panjang, buncis, dan bawang daun. Nilai LQ Interpretasi No
Desa
Cabai
Sawi
Kacang Panjang
Buncis
Bawang Daun
Cabai
Sawi
Kacang Panjang
Buncis
Bawang Daun
1
Gunung Geulis
5,05
0
0,26
0
0
B
NB
NB
NB
NB
2
Cipayung Girang
2,04
1,19
1,46
1,18
0,65
B
B
B
B
NB
3
Megamendung
0,77
0,96
1,08
1,11
0,96
NB
NB
B
B
NB
Sumber:Hasil Analisis 2014 Ket: LQ adalah suatu perbandingan antara besarnya peran suatu komoditas di suatu kawasan terhadap besarnya peran komoditas tersebut di tingkat yang lebih luas Interpretasi: B (komoditas Basis/Unggulan), NB (komoditas non basis)
Buah-Buahan
37 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan Berdasarkan analisis Locationt Quotient (LQ), untuk buah-buahan komoditas unggulan di kawasan perencanaan adalah:nanas, papaya, durian, pisang, alpukat. Nilai LQ Interpretasi No Desa Nanas Papaya Durian Pisang alpukat Nanas Papaya Durian Pisang alpukat 1
Gunung Geulis
0
0
0
0
0
NB
NB
NB
NB
NB
2
Cipayung Girang
1,13
1,10
0,66
0,94
0,96
B
B
NB
NB
NB
3
Megamendung
0,97
0,92
1,33
1,11
0,90
NB
NB
B
B
NB
Sumber:Hasil Analisis 2014 Ket: LQ adalah suatu perbandingan antara besarnya peran suatu komoditas di suatu kawasan terhadap besarnya peran komoditas tersebut di tingkat yang lebih luas Interpretasi: B (komoditas Basis/Unggulan), NB (komoditas non basis)
38 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
39 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
40 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
41 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
42 Tema : Kawasan Perdesaan Berbasis Pertanian (pertanian organik)