PPJPI UNAIR Kenalkan Lembaga Pengindeks Internasional DOAJ dan Scopus UNAIR NEWS – Langkah UNAIR untuk menuju ranking 500 dunia tidak bisa dilepaskan dari dukungan publikasi internasional. Hal tersebut dinyatakan oleh Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., pada acara loka karya yang bertajuk “Internasionalisasi Jurnal Melalui Indexing ke Lembaga Pengindex DOAJ Dan Scopus”. Dihadapan seluruh pengelola jurnal dari tiap fakultas di lingkungan UNAIR, Yanti selaku ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) UNAIR, menjelaskan bahwa dengan mengenalkan Lembaga Pengindeks berbasis internasional seperti DOAJ ( Directory of Open Access Journals) dan Scopus kepada para pengelola jurnal, maka publikasi internasional dari sivitas akademika UNAIR akan semakin cepat. “Selama ini kita memang mencari jurnal-jurnal yang masuk kepada pengelola jurnal UNAIR, karena kita tahu bahwa publikasi jurnal di kancah internasional itu adalah performa universitas untuk menggenjot peringkat 500 dunia, maka tidak bisa terlepas dari dukungan publikasi internasional,” jelasnya. Dalam acara yang berlangsung di ruang Kahuripan 301 pada Selasa (26/4), Prof. Dr. Ir. Koeswanto, MS sebagai pembicara utama, menuturkan bahwa saat ini lembaga pengindex yang paling cocok di Indonesia adalah Scopus. “Scopus memang paling cocok di Indonesia, karena data jurnalnya bagus. Bukan sembarangan user bisa memasukkan jurnal ke Scopus,” ujar pria yang juga sebagai guru besar di bidang budidaya pertanian tersebut.
Koeswanto menyayangkan banyaknya pengelola jurnal yang belum mengetahui eksistensi lembaga pengindex Scopus, hal tersebut terbukti dari jumlah publikasi jurnal Indonesia yang masih lebih rendah dibanding negara lainnya. Padahal, dengan mempublikasikan jurnal penelitian ke Scopus akan menguntungkan bagi pengelola jurnal, selain gratis tanpa dipungut biaya, jurnal yang memang memiliki kualitas akan diberi dana untuk terus menulis artikel penelitian di masa selanjutnya. “Jumlah publikasi jurnal Indonesia yang terindeks Scopus masih lebih rendah dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand,” Ungkapnya. “Ayo bapak ibu hadirin, kerjakan jurnal kita lalu dimasukkan ke DOAJ dan Scopus. Kalo memang rezeki pasti akan mengalir deras,” imbuhnya sembari mengajak para peserta loka karya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
Kenali Risiko Kekerasan Seksual Terhadap Anak Sejak Dini UNAIR NEWS – Berdasarkan data dari Komisi Perindugan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 60-80 persen kekerasan seksual yang terjadi pada anak dilakukan oleh orang terdekat. Alasan ini didasarkan pada sikap anak-anak yang dianggap lebih mudah diperdaya dan dimanipulasi. Biasanya, kekerasan tersebut dilakukan dengan memberikan hadiah atau sesuatu yang disukai oleh anak. “Dari data tersebut dimaksudkan bahwa orang-orang terdekat
yang harusnya memberikan rasa aman pada anak kenyataannya tidak demikian. Ada pola relasi yang aneh,” kata Margaretha Rehulina, S.Psi., P.G, Dip.Psych., M.Sc, selaku pembicara pada seminar “Cegah Kekerasan pada Anak”, Sabtu (24/4). Pemahaman akan pentingnya mengenali risiko kekerasan pada anak perlu diberikan sejak dini, baik kepada anak maupun kepada orang tua. Hal ini perlu dilakukan agar orang tua, khususnya, agar lebih peka dan waspada terhadap relasi-relasi yang memungkinkan terjadinya kekerasan seksual pada anak. Apa saja yang peru kita kenali kekerasan seksual ada anak?
untuk
mengidentifikasi
Menurut Margaretha, biasanya, beberapa tanda akan muncul jika anak mengalami kekerasan seksual. Pertama, sikap anak akan berubah, mulanya anak mulai menutup diri atau lebih sering berbicara tentang joke-joke seksual. Kedua, anak juga terlalu memperhatikan diri secara seksual yang tidak lumrah seperti anak seusianya, hal lain yang merupakan tanda-tanda yang mesti dicurigai adalah saat anak mengeluh sakit pada bagian genetalia (bagian-bagian tubuh seksual eksternal, –red). Terakhir, anak yang mengalami kekerasan seksual cenderung menarik diri dari lingkungan atau menjadi pemurung. Hal-hal tersebut perlu dikritisi sebagai tanda-tanda adanya kekerasan seksual pada anak. Apa yang harus dilakukan sebagai upaya intervensi supaya kekerasan seksual itu tidak terjadi pada anak? Mengenai intervensi ini, Retha mengatakan bahwa orang tua harus mengawasi siapa teman dan pihak-pihak yang dekat dengan anak. Orang tua juga harus mengajarkan pada anak bagaimana mempertahankan diri dari cobaan perlakuan kekerasan seksual. “Kita ajarkan bahwa orang lain tidak boleh menyentuh anak dengan sembarangan. Anak harus diberi pengetahuan mengenai sentuhan yang baik, sentuhan membingungkan, dan sentuhan buruk. Sentuhan baik bertujuan menunjukkan kasih sayang.
Misalnya sentuhan ayng dilakukan di pundak atau kepala. Sentuhan membingungkan kalau sudah menyentuh bagian tubuh atau lutut, dan niatnya bukan hanya menunjukkan kasih sayang saja,” imbuhnya. Sentuhan buruk, maksud Retha, ialah bagian-bagian yang biasa ditutup ketika menggunakan pakaian renang. Jika orang lain bermaksud menyentuh, maka orang tua harus menegaskan pada anak untuk melakukan penolakan. “Karena kita tidak mungkin bilang ke anak “Jangan berteman dengan siapapun!”. Tapi ketika ia mengalami suatu risiko kekerasan, dia harus memilah mana yang harus dikritisi mana yang harus ia tolak dan segera minta bantuan orang tua atau orang dewasa terdekat yang bisa dipercaya,” tambah dosen ahli psikologi forensik pada Fakultas Psikologi UNAIR ini. Jika sudah terjadi kekerasan, maka dampak yang terjadi akan sangat buruk terhadap tumbuh kembang anak. Yakni bukan hanya menyangkut kesehatan fisik, namun kondisi psikis dan sosial anak akan sangat buruk. Menurut Retha, pada anak yang telah mengalami persoalan seksual akan timbul perasaan rendah harga diri, merasa bersalah, dan memiliki persoalan derpresif lainnya. Anak juga akan memiliki persoalan dengan relasi intimnya kelak ketika ia dewasa. “Artinya, lebih penting tindakan preventif, yakni melakukan pencegahan sebelum kekerasan tersebut benar-benar terjadi,” kata lulusan Master Riset (Perkembangan Psikopatologi) Universiteit Utrect, Belanda ini. Sebaliknya, apa yang harus dilakukan jika kekerasan seksual terlanjur dialami oleh anak? Jika kekerasan seksual telah terjadi pada anak, maka orang tua harus mengajarkan pada anak tentang cara melaporkan tindakan yang telah/akan dialaminya. Yakni dengan pergi ke kepolisian, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) khusus penanganan anak, atau lembaga yang berada di bawah Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak. “Dan yang harus dicari adalah advokasi hukum, advokasi psikologis, dan medis ketika dibutuhkan. Terutama jika terdapat luka fisik,” pungkas Retha. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
[Podcast] Kabinet SUPER BEM Dukung UNAIR Jadi Perguruan Tinggi Kelas Dunia RADIO UNAIR – Mewadahi aspirasi mahasiswa dan mendukung pergerakan Universitas Airlangga menuju perguruan tinggi kelas dunia merupakan visi sekaligus misi Kabinet SUPER Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UNAIR periode 2016 – 2017. Sejak dilantik pada tanggal 16 Maret 2016 lalu, Ketua dan Wakil Ketua BEM UNAIR sudah menyiapkan berbagai program dan struktur organisasi terbaru. Muhammad Rizky Fadhillah (FIB/2012) dan Ikhwanun Mudhofir Hariri (FH/2013), masing-masing adalah Ketua dan Wakil Ketua BEM UNAIR. Keduanya dilantik oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, bersamaan dengan pelantikan pengurus organisasi mahasiswa di tingkat universitas maupun fakultas. Ketika diwawancarai oleh kru Radio UNAIR, Rizky menuturkan bahwa dirinya ingin mengajak mahasiswa UNAIR berpikir lebih kritis dan lebih aktif untuk mengikuti beragam kegiatan di UNAIR. Senada dengan Rizky, Hariri sang Wakil Ketua BEM UNAIR juga menginginkan sivitas akademika UNAIR berkontribusi lebih
banyak kepada masyarakat. Untuk menjalankan program yang sesuai dengan visi dan misi, Rizky dan Hariri menamakan kepengurusannya dengan Kabinet SUPER. “Huruf S berarti Satukan cita, cinta, dan rasa untuk keluarga mahasiswa UNAIR. Huruf U berarti Unggulkan sumber daya mahasiswa agar lebih progresif di tengah masyarakat. Huruf P berarti Prakarsa atas terwujudnya aspirasi keluarga mahasiswa UNAIR. Huruf E berarti Eratkan gerakan mahasiswa yang kreatif dan inovatif. Terakhir, huruf R berarti Revitalisasi penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tutur Rizky. Kabinet SUPER terdiri dari empat kementerian koordinator, yaitu Kementerian Keilmuan, Kementerian Harmonisasi, Kementerian Pergerakan Progresif, dan Kementerian Inovasi Pembaruan. Setiap kementerian memiliki tugas dan program kerja yang sesuai dengan visi dan misi pimpinan BEM UNAIR. Ketua
dan
Wakil
Ketua
BEM
UNAIR
berharap
dalam
masa
kepengurusannya setahun ke depan dapat memperbanyak kajian dan aksi positif terhadap isu-isu yang terjadi di kampus dan masyarakat. Selain itu, keduanya ingin mensinergikan semua elemen sivitas akademika untuk mendukung UNAIR menjadi perguruan tinggi kelas dunia. Simak wawancara selengkapnya Ketua dan Wakil Ketua BEM UNAIR dengan kru Radio UNAIR! (*) Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S
Tiga Cita dan Asa Menuju Satu Tujuan, Airlangga UNAIR NEWS – Universitas Airlangga melalui Pusat Informasi dan Humas (PIH) kembali menyambut rombongan kunjungan siswa SMA. Senin (25/4), sebanyak 3 SMA dari berbagai daerah dan provinsi yang berbeda diterima di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR. Dari Provinsi Jawa Timur ada SMAN 8 Kediri, lalu SMAN 2 Wonogiri dari Provinsi Jawa Tengah, dan SMAN 1 Cibinong dari Jawa Barat. Pada kunjungan serempak tersebut sontak membuat aula yang terletak di lantai 5 Gedung Rektorat UNAIR penuh dengan ratusan siswa SMA yang memiliki asa untuk bisa menikmati suasana belajar menjadi mahasiswa tahun depan. Sambutan pertama disampaikan oleh Darimin, S.Pd., M.Pd. Mewakili SMAN 2 Wonogiri, ia menyampaikan bahwa dengan kunjungan ini harapannya agar anak didik yang melanjutkan ke UNAIR jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Bersama 18 siswa didiknya dari kelas akselerasi, Darimin ingin memberikan bekal kepada peserta didiknya yang berada dalam kelas unggulan tersebut untuk mengenal kampus yang unggulan pula. “Kunjungan ini ibarat membuka pintu untuk anak didik kami, anak-anak akselerasi ini sengaja saya ajak berkunjung dan mengenali kampus yang pas, salah satunya ya UNAIR ini,” terangnya. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Miran, S.Pd. Perwakilan dari SMAN 8 Kediri tersebut menuturkan bahwa program tahunan (kunjungan,-red) yang digelar oleh sekolahnya tersebut diharapkan bisa menjadi pemacu bagi anak didiknya untuk mau melanjutkan ke Perguran Tinggi Negeri yang berkualitas, salah satunya adalah UNAIR. “Kami sengaja mengajak 146 siswa kelas XI ini ke UNAIR, semoga dengan agenda tahunan ini ke depan anak-anak lebih berani
untuk melanjutkan ke UNAIR,” jelasnya. Sedangkan sambutan dari SMAN 1 Cibinong yang terdiri dari 323 siswa dan 25 guru diwakili oleh Agustiawan, S.Pd., M.Pd. Ia mengungkapkan bahwa kunjungannya ke UNAIR dan berbagai kampus lainnya merupakan salah satu bentuk pembelajaran di luar kelas. Selain mengenali kampus lebih dekat, ketua rombongan tersebut juga menuturkan bahwa kegiatan ini diharapkan bisa menjadi bagian dari pengenalan tentang seni, ekonomi, dan beragam budaya pada sebuah daerah yang di kunjungi kepada seluruh peserta didiknya. “UNAIR ini adalah tujuan pertama kami sebelum melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah. Saya berharap dengan kunjungan sekolah kami ke UNAIR ini bisa menjadi salah satu langkah awal menerima segala informasi yang berguna bagi anak didik kami,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila