POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG Nama Mahasiswa NRP Pembimbing
: Sriliani Surbakti : 3308.201.007 : Prof. Dr. Ir. Wahyono Hadi, MSc
ABSTRAK
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang memiliki penduduk cukup padat yaitu 160.128 jiwa. Kecamatan Kedungkandang juga sebagai salah satu kota yang tidak terlepas dari permasalahan sampah, yakni keterbatasan kemampuan sistem pengelolaan sampah sehingga belum terwujud pendekatan yang komprehensif dari hulu sejak sebelum dihasilkan suatu produk berpotensi menjadi sampah sampai ke hilir. Untuk itu dilakukan kajian potensi sumber sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat melalui 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Zero Waste adalah mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah” Hasil analisa data sekunder dan data primer yang diperoleh di Kecamatan Kedungkandang terdiri dari 12 Kelurahan yaitu 9 kelurahan yang terlayani dan 3 Kelurahan tidak terlayani oleh Dinas Kebersihan. Kelurahan yang belum terlayani oleh Dinas Kebersihan adalah Kelurahan Arjowinangun, Tlogowaru dan Wonokoyo. Hal ini dikarenakan masih status perdesaan, sementara ada beberapa Kelurahan yang terlayani oleh Dinas Kebersihan masih terdapatnya gabungan pembuangan sampah TPS yaitu Kelurahan Mergosono jumlah sampah yang dihasilkan rendah sehingga pembuangan sampah digabung ke TPS Gadangkompos di Kecamatan Sukun, Kelurahan Bumiayu pembuangan sampah ke TPS Buring di Kelurahan Buring, sedangkan Kelurahan yang terlayani oleh Dinas Kebersihan tahun 2009 adalah Kelurahan Kota lama dengan jumlah timbulan sampah adalah 12 m3/hari, Kelurahan Buring 8 m3/hari, Kedungkandang 15 m3/hari, Lesanpuro 13 m3/hari. Sawojajar 70 m3/hari, Madyopuro 23 m3/hari, dan Cemorokandang 5 m3/hari. Kelurahan Sawojajar sebagai percontohan untuk dilaksanakan pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat karena Kelurahan Sawojajar sangat berpotensi untuk dilakukan pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat dengan konsep 3 R. Komposisi sampah yang tidak bisa diolah (tidak dapat dimanfaatkan kembali) dengan konsep 3R akan menjadi Residu untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari hasil rata-rata sampah yang bisa diolah dengan konsep 3R, maka diperoleh residu ke TPA sebesar 0,01 untuk diimplementasikan di tingkat kelurahan Sawojajar. Hal ini dapat mengurangi jumlah timbulan sampah yang berarti mengurangi gas Methan (CH4) dan karbondioksida (CO2) di TPA Supiturang, Kota Malang. Kata Kunci : Sampah Menuju Zero Waste, Berbasis Masyarakat
1. PENDAHULUAN Pengelolaan persampahan sebagai salah satu utilitas yang dapat mempengaruhi perkembangan kota, sehingga membutuhkan penanganan yang benar karena keberadaan volume sampah yang semakin hari semakin bertambah besar seiring pertambahan jumlah penduduk, sedangkan sampah bersifat sebagai polutan yang mencemari tanah, air, udara dan estetika pandangan suatu kota serta dapat mengganggu kesehatan. Penanganan sampah yang bersifat komprehensif di Kecamatan Kedungkandang belum sepenuhnya terwujud, untuk itu diharapkan dapat mendorong kearah komprehensif sudah mulai muncul. Hal demikian diperlukan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaan kearah komprehensif sehingga pelaksanaan melalui konsep 3R diperlukan secara bertahap dikarenakan Kecamatan Kedungkandang memiliki cukup padat penduduknya, yaitu data luas terbangun sebesar 3989.44 Ha, dengan jumlah penduduk 172.663 jiwa, dan kepadatan penduduk sebesar 43.28 jiwa/Ha (Malang dalam angka, 2006). Kecamatan Kedungkandang terdiri dari dua belas Kelurahan, diantaranya sembilan kelurahan status perkotaan yang dilayani oleh Dinas Kebersihan dan tiga kelurahan lainnya adalah status perdesaan dimana masih terdapatnya TPSTPS liar yaitu di Kelurahan Cemorokandang, Kelurahan Wonokoyo, Kelurahan Arjowinangun, Kelurahan Tlogowaru, hal ini dikarenakan belum semuanya ditangani oleh Dinas Kebersihan karena status perdesaan dan disamping itu pengaruh dari kurangnya budaya kebersihan dan dilatarbelakangi tingkat pendidikan yang rendah. Untuk itu pada wilayah studi ini diarahkan kepada potensi pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat di mulai dari tingkat kelurahan. 2. DASAR TEORI Sampah sebagai limbah yang bersifat padat terdir dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19 – 2454 – 2002). a. Laju Timbulan Sampah Laju timbulan sampah baik untuk sekarang maupun dimasa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian potensi pengelolaan persampahan menuju Zero Waste. Apabila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut ( E. Damanhuri, 2004) : Satuan timbulan sampah kota besar = 2– 2,5 liter/orang.hari atau 0,4 – 0,5 kg/orang.hari Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5-2 liter/orang.hari atau 0,3-0,4 kg/orang.hari Berdasarkan kriteria pada SNI 19-3964-2002 untuk kota besar lebih dari 500.000 jiwa maka Kota Malang masuk kota besar. b. Densitas Densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3). Densitas sampah sangat penting dalam menentukan jumlah timbulan sampah. Penentuan densitas sampah ini dilakukan dengan cara menimbang sampah yang disampling dari sumber sampah (E. Pandebesie, 2005).
c. Komposisi Sampah Komposisi sampah yang dihasilkan dari Kecamatan Kedungkandang menunjukkan bahwa komposisi sampah yang terbesar adalah sampah organik (Anonim, 2007). Dari data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Malang bahwa Kecamatan Kedungkandang memiliki volume sampah pertahun seperti pada tabel berikut. Tabel : Volume Sampah M3 / Tahun di Kecamatan Kedungkandang VOLUME SAMPAH M3/TAHUN KECAMATAN 2003 2004 2005 2006 KEDUNGKANDANG 57.601 58.320 70.200 51.542 Sumber : Dinas Kebersihan 2009 d. Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste Dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan Zero Waste adalah mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah”, ( Urip Santoso, 2009). Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan skala individual dan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin. Konsep 3R adalah merupakan dasar dari berbagai usaha untuk mengurangi limbah sampah dan mengoptimalkan proses produksi sampah, (Ari Suryanto, dkk, 2005). pola operasional pengolahan sampah dengan konsep 3R Sumber Sampah
(Reduce dan Reuse)
Timbulan Sampah Pemilahan Pewadahan
Pengumpulan (Reuse)
(R1 (Reduce dan R2) dan Reuse)
Pewadahan
Pengangkutan
(Reuse)
(Reduce dan Reuse)
Pengolahan
(Reuse)
Pembuangan Akhir (Reduce dan Reuse)
e. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Pengelolaan sampah berbasis masyarakat (Community Based Solid Waste Management / CBSWM) adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol, dan di evaluasi bersama masyarakat, (
Environmental Services Program (ESP) DKI, 2006). Berbasis masyarakat karena produsen utama adalah masyarakat sehingga, masyarakat harus bertanggung jawab terhadap sampah yang masyarakat produksi. CBSWM ini tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan 3. METODOLOGI IDE AWAL
PENGAMBILAN DATA SEKUNDER : DATA ADMINISTRASI WILAYAH PETA WILAYAH PERENCANAAN DATA JUMLAH PENDUDUK
MENDAPATKAN ASPIRASI MASYARAKAT
MASYARAKAT
PERUMUSAN MASALAH : MASIH BANYAKNYA TUMPUKAN SAMPAH YANG MASUK KE TPS MELAKUKAN KAJIAN POTENSI SUMBER SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT MELALUI 3 R
PENGAMBILAN DATA PRIMER : JUMLAH TIMBULAN SAMPAH DATA PENGAMATAN LAPANGAN, INTERVIEW DAN KUISIONER KONDISI EKSISTING SAMPAH PADA DAERAH STUDI DOKUMENTASI
ANALISA DATA: JUMLAH TIMBULAN SAMPAH KOMPOSISI SAMPAH YANG DAPAT DIOLAH DENGAN KONSEP 3 R KOMPOSISI SAMPAH YANG TIDAK DAPAT DIOLAH DENGAN KONSEP 3R PENGELOLAAN KONSEP 3 R PENGELOLAN SAMPAH BERBASIS MSAYARAKAT BEAYA PENGELOLAAN
NILAI MANFAAT BAGI MASYARAKAT
KESIMPULAN DAN SARAN
METODE PENGOLAHAN DATA
4. HASIL DAN DISKUSI Berdasarkan hasil analisa penelitian bahwa jumlah timbulan sampah di Kelurahan Sawojajar yang paling besar adalah di RT 1 RW 4 sebesar 0,33 Kg/orang/hari. Hasil komposisi sampah rumah tangga yang dapat diolah dengan konsep 3R selama 7 hari dilakukan pengamatan ternyata diperoleh prosentase yang paling tinggi sampah basah (organik) adalah 0,83-0,89. Sementara prosentase komposisi anorganik sangat rendah yaitu 0,01 sampai 0,03, rata-rata potensi komposisi sampah yang dapat diolah dengan konsep 3R seperti pada diagram. 1%
1% 4% 7%
1% 3%
1%
3%
Sampah Basah Plastik Kertas HPS Kain Kaleng Duplek 79%
Aqua gelas Koran Residu
Dari sampel sampah yang diambil seberat 100 Kg di TPS maka komposisi sampah yang tidak bisa diolah (tidak dapat dimanfaatkan kembali) dengan konsep 3R akan menjadi Residu untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Rerata residu adalah sebesar 0,01. Berdasarkan hasil kuisioner dalam perencanaan ini adalah sebesar 94,8 % menyetujui dilakukan reduksi sampah dengan konsep 3R. Untuk perhitungan potensi reduksi sampah adalah sebagai berikut : Jumlah keluarga yang berpotensi melakukan reduksi 3R adalah : KK = 94,8 % x jumlah KK = 94,8 % x 10690 = 10134,12 ≈ 10.134 KK 5.
KESIMPULAN
Pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat adalah adalah pengelolaan sampah yang di mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol, dan di evaluasi bersama masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui potensi konsep 3R yang dapat diimplementasikan di tingkat Kelurahan sehingga dapat mengurangi jumlah timbulan sampat di TPA dan melakukan pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat melalui konsep 3R (( Reuse, Reduce, Recycle). Berdasarkan dari hasil dan analisa maka diperoleh sebagai berikut : 1. Kecamatan Kedungkandang memiliki 12 Kelurahan yaitu 9 kelurahan yang terlayani oleh Dinas Kebersihan dan 3 Kelurahan tidak terlayani oleh Dinas Kebersihan yaitu Kelurahan Arjowinangun, Tlogowaru dan Wonokoyo karena masih status perdesaan dan tidak terdapatnya pengepul di Kelurahan tersebut,
sementara gabungan pembuangan sampah yang dilayani oleh Dinas Kebersihan yaitu Kelurahan Mergosono jumlah sampah yang dihasilkan rendah sehingga pembuangan sampah digabung ke TPS Gadangkompos di Kecamatan Sukun, Kelurahan Bumiayu pembuangan sampah ke TPS Buring di Kelurahan Buring, sedangkan Kelurahan yang terlayani oleh Dinas Kebersihan adalah Kelurahan Kota lama dengan jumlah timbulan sampah adalah 12 m3/hari, Kelurahan Buring 8 m3/hari, Kedungkandang 15 m3/hari, Lesanpuro 13 m3/hari. Sawojajar 70 m3/hari, Madyopuro 23 m3/hari, dan Cemorokandang 5 m3/hari. Dari jumlah timbulan sampah yang dihasilkan ternyata di Kelurahan Sawojajar yang cukup besar jumlah timbulan sampah dan terdapatnya 2 pengepul dan jumlah pemulung cukup besar yang masuk ke Kelurahan Sawojajar, hal ini disebabkan besarnya jumlah penduduk dan besarnya aktifitas masyarakat akibat faktor ekonomi yang cukup. Dengan potensi konsep 3 R yang yang dapat di implementasikan di tingkat kelurahan Sawojajar maka residu yang terangkut ke TPA adalah sebesar 1 %, hal ini membawa dampak positip yaitu dapat mengurangi jumlah timbulan sampah yang ada di TPA Supiturang Kota Malang yang berarti mengurangi gas Methan (CH4) dan karbondioksida (CO2) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan mengurangi pencemaran terhadap komponen udara, air, dan tanah.
2. Kelurahan Sawojajar sebagai percontohan untuk dilaksanakan pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat. Hal ini dikarenakan Kelurahan Sawojajar Kecamatan Kedungkandang sangat berpotensi untuk dilakukan pengelolaan sampah menuju Zero Waste yang berbasis masyarakat dengan konsep 3 R, dimana hasil kajian prosentase potensi komposisi sampah yang dapat diolah dengan konsep 3R adalah sebagai berikut : sampah basah (organik) dengan ratarata adalah : 79 %, Plastik (anorganik) dengan rata-rata : 7 %, Kertas HVS (anorganik) dengan rata-rata : 4 %, Kain (anorganik) dengan rata-rata 1 %, Kaleng (anorganik) dengan rata-rata 1 %, Duplek (anorganik) dengan rata-rata 3 %, Aqua gelas dengan rata-rata 1%, Koran (anorganik) dengan rata-rata 3%. Komposisi sampah yang tidak bisa diolah (tidak dapat dimanfaatkan kembali) dengan konsep 3R akan menjadi Residu untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Rerata residu ke TPA adalah sebesar 1 % 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Adhar Sigh,Ram, 2006, Penelitian Sampah Plastik untuk Kontruksi Jalan Raya, New Delhi. 2. Anonim, 2007, Penyusunan Master Plan Persampahan Kota Malang. 3. Anonim, 2006, Malang dalam Angka Kota Malang, 2006. 4. Arie S, 2008, Aspek Inovasi Dalam Implementasi 3 R Sampah : Kajian Dalam Perspektif Intitusional 5. Ari Suryanto,Dody dkk, 2005, Kajian Potensi Ekonomis Dengan Penerapan 3R pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Depok 6. Aryanti, dkk, 2000, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di lingkungan Perumahan, Vol 16 N0 2. Jurnal Puslitbangkim, Jakarta 7. Damanhuri, E dkk 1989, Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia, Pus lit. Bang. Pemukiman Dept PU-LPM ITB. 8. Enviromental servisec program (ESP) DKI, 2006, Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. 9. E.HSU, Cm. Kuo, 2004, Recycling Rates of Waste Home Appliances in Taiwan. 10. Ellina S. Pandebesie, 2005, Teknik Pengelolaan Sampah, Surabaya