Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
POTENSI MAGGOT SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PROTEIN PAKAN IKAN MELTA RINI FAHMI', SAURIN HEM 2
dan
I WAYAN SUBAMIAI
Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok' Jalan Perikanan No . 13 Kampung Baru, Depok 16436 2 Institut de Recherche pour le Developpement (IRD), Perancis
ABSTRAK Penggunaan maggot sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan telah dikaji di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT) Depok . Maggot merupakan larva serangga Black soldier (Hermetia illusence) yang dapat mengkonversi material organik menjadi biomasanya . Sebagai pakan ikan maggot memiliki dua fungsi yaitu sebagai salah satu sumber protein yang dapat mensubtitusi tepung ikan dan sebagai pellet altematif yaitu maggot dapat langsung diubah menjadi pellet. Produksi maggot dapat dilakukan secara tertutup dan terbuka . Cara tertutup untuk daerah yang padat penduduk sedangkan cara terbuka dilakukan di daerah yang jarang penduduknya . Media yang digunakan untuk produksi maggot adalah Palm kernel meal (PKM) atau bungkil kelapa sawit . Perbandingan jumlah maggot yang diproduksi dengan jumlah PKM adalah 1 : 3 (1 kg maggot didapatkan dari 3 kg PKM) . Kata kunci : Ikan, sumber protein, maggot PENDAHULUAN Akuakultur terus mengalami perkembangan yang pesat, produksinya meningkat dari 13 hingga 36 juta ton selama 15 tahun terakhir (dari tahun 1984 hingga tahun 2000) (FAO) . Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, akuakultur juga memacu potensinya untuk eksis dan terus maju dalam upaya memenuhi kebutuhan protein masyarakat . Hal ini terlihat dari grafik pertumbuhan akuakultur yang di keluarkan oleh FAO (Gambar 1) . Selanjutnya dengan adanya tuntutan untuk peningkatan produksi secara otomatis akan meningkatkan kebutuhan akan pakan ikan . Tepung ikan sebagai salah satu sumber protein penting dalam formulasi pakan ikan, mulai mengalami fase stagnan yaitu kurang lebih 6,1 juta ton pertahun semenjak tahun 90-an (Gambar 1) . Kondisi ini tentu menjadi kendala yang cukup besar bagi pertumbuhan budidaya perikanan . Indonesia sebagai salah satu negara pengimport tepung dan minyak ikan juga terkena dampak dari kondisi global akuakultur ini, yaitu keterbatasan jumlah tepung ikan sehingga harganya terus melonjak . Hingga saat ini Indonesia menganggarkan kurang lebih US$ 200 juta pertahun untuk impor tepung dan minyak ikan . Hal ini menjadi perhatian yang cukup serius sehingga perlu dilakukan upayaupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut,
salah satunya adalah upaya mencari pengganti tepung ikan (fishmeal replacement) sebagai salah satu sumber protein penting dalam formulasi pakan ikan (IRD, 2004) . Penelitian tentang pengganti tepung ikan (fish meal replacement) pun mulai banyak dilakukan, seperti penggunaan tepung keong, bulu ayam, kedele, bungkil kelapa sawit (Palm kernel meal/PKM) dan lain-lain, namun masih menghadapi kendala yaitu ketersediaannya yang terbatas . PKM merupakan salah satu basil sampingan dalam industri minyak sawit . PKM diketahui mengandung 16-17,9% protein, 13-15% serat kasar dan anti nutrisi berupa non starch polysaccharides (NSPs) (AGUNDIADE et al., 1999 ; WING-KEONG NG, 2003) . Kandungan serat yang tinggi menyebakan nilai kecernaan PKM menjadi lebih rendah pada hewan monogastrik (SWICK, 1999) . Untuk ikan pemberian PKM, ZAHARI dan ALIMON (2005) merekomendasikan 10-20%, AFIFAH (2006) merekomendasikan 11 % . Salah satu cara untuk meningkatkan nilai PKM dalam akuakultur adalah melalui proses biokonversi . Konsep ini telah mulai di kembangan oleh peneliti IRD (Institut de Recherche pour le Developpment), Perancis dan LRBIHAT (Loka Riset Budidaya Man Hias Air Tawar) Depok . Agen biokonversi yang dilibatkan adalah larva Diptera, (famili : Stratiomydae) .
125
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkm Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
so,*
0 produksi o kebutuhan pakan - ketersediaan tepung ikan untuk kebutuhan global
C3 ketersediaan tepung ikan untuk akuakultur p perkiraan kebutuhan tep . ikan (fishmeal replacement)
Gambar 1 . Perkembangan akuakultur secara global
BIOKONVERSI Biokonversi didefinisikan sebagai perombakan sampah organik menjadi sumber energi metan melalui proses fermentasi yang melibatkan organisme hidup . Proses ini biasanya dikenal sebagai penguraian secara anaerob . Umumnya organisme yang berperan dalam proses biokonversi ini adalah bakteri, jamur dan larva serangga (family : Chaliforidae, Mucidae, Stratiomydae) . Dalam kehidupan sehari-hari, proses ini sering ditemukan, seperti pada proses pembuatan tempe yang memanfaatkan jamur (ragi) sebagai organisme perombak, proses pembusukan sampah organik (pembuatan pupuk kompos) yang melibatkan bakteri sebagai organisme perombak . Sedangkan pada limbah hewani agen perombak yang sering di temukan adalah larva serangga Diptera. Larva serangga dari famili : Stratiomydae, Genus : Hermetia, spesies : Hermetia illucens, banyak di temukan pada limbah kelapa sawit . Larva Hermetia
1 26
illucens atau Black soldier (BS) Fly ini, lebih dikenal dengan istilah maggot . BIOLOGI MAGGOT Istilah "maggot" mulai dikenal pada pertengahan tahun 2005, yang diperkenalkan oleh tim Biokonversi IRD-Perancis dan Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT), Depok . Maggot merupakan larva serangga (Diptera : Stratiomydae, Genus Hermetia) yang hidup di bungkil kelapa sawit (Palm kernel meal/PKM) . PKM sebagai media tempat hidupnya akan dimakan dan dicerna oleh maggot dan disimpan dalam organ penyimpanan yang disebut trophocytes . Sekitar 33% dari berat tubuh serangga adalah trophocyters (NAYAR et al., 1981) . Siklus hidup Black soldier (BS) sama dengan serangga Diptera lainnya yaitu mulai dari telur menetas menjadi larva yang mengalami proses metamorposa menjadi pupa dan serangga dewasa (Gambar 2) .
Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaXXG71 Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakal
Pupa Maggot
Telur
Dewasa Gambar 2 . Siklus hidup Black soldier (Hermetia illucens) Telur BS berwarna kekuningan berbentuk elips dengan panjang sekitar 1 mm . Warnanya akan berubah menjadi kecoklatan/gelap menjelang menetas dan setelah 24 jam pada suhu 30°C telur BS akan menetas . Larva BS (maggot) berbentuk elips warna kekuningan dan hitam di bagian kepala. Setelah 20 hari panjangnya mencapai 2 cm, pada fase ini maggot telah dapat di berikan pada ikan sebagai pakan . Ukuran maksimum maggot mencapai 2,5 cm dan setelah mencapai ukuran tersebut maggot akan menyimpan makanan dalam tubuhnya sebagai cadangan untuk persiapan proses metamorfosa menjadi pupa. Mendekati fase pupa, maggot akan bergerak menuju tempat yang agak kering . Pupa ini mulai terbentuk pada maggot umur 1 bulan, dan kurang lebih I minggu kemudian pupa
akan menetas menjadi lalat . Lalat dewasa ini hanya memakan madu atau sari bunga sehingga lebih dikenal dengan serangga bunga . Setelah kawin lalat BS akan menyimpan telurnya di serpihan-serpihan dekat sumber makanan larva muda (Gambar 3) . Hasil penelitian terhadap pertumbuhan maggot dapat dilihat pada grafik Gambar 4 . Serangga Hermetia illusence (Black soldier fly) dapat ditemukan dimana saja, penyebarannya hampir diseluruh wilayah . Namun tidak ditemukan pada habitat dan makanan manusia, sehingga maggot lebih higienis jika dibandingkan dengan lalat rumah (Musca sp) atau lalat hijau (Challipora sp) . Hingga saat ini maggot tidak terdeteksi sebagai penyebab penyakit (NEWTON et al., 2005) .
Gambar 3 . Black soldier (BS) Fly (a) BS fly sedang kawin (b) tempat hidup BS fly umumnya di atas daun/bunga
127
Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaXXL7I Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
Btongbtc r .Iadonslbp belween length and 41p of eorty Hermlra dA 4+ens Irvao (In mm) couesponrngto tho age of larvae (rn days) at the tsmprattna of 30 c
Gambar 4. Grafik pertumbuhan maggot pada suhu 30°C
Larva black soldier (BS) memiliki beberapa karakter diantaranya : (1) bersifat dewatering (menyerap air), dan berpotensi dalam pengelolaan sampah organik, (2) dapat membuat Hang untuk aerasi sampah, (3) toleran terhadap pH dan temperatur, (4) melakukan migrasi mendekati fase
pupa, (5) higienis, sebagai kontrol lalat rumah, (6) kandungan protein tinggi mencapai 45% . Semua karakter tersebut menunjukkan potensi maggot sebagai agen biokonversi dan sumber protein alternatif pakan ikan .
Tabel 1 . Kandungan nutrisi maggot Proksimat (%) Kadar air Protein Lemak
12 8
2,38 44,26 29,65
Asam amino (%) Serin 6,35 Glisin 3,80 Histidin 3,37 Arginin 12,95
Asam lemak (%) Linoleat Linolenat Saturated Monomer
0,70 2,24 20,00 mg/g 8,71
Mineral (%) Mn Zn Fe Cu
0,05 mg/g 0,09 0,68 0,01
Treonin Alanin Prolin
3,16 25,68 16,94
P Ca Mg
0,13 55,65 3,50
Tirosin Valin Sistin Iso leusin
4,15 3,87 2,05 5,42
Na K
13,71 10,00
Leusin Lisin Taurin
4,76 10,65 17,53
Sistein NH3 Orn
2,05 4,33 0,51
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XVVII Dukungan Tekuologi UlntukMeningkatkan Prnduk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
Kandungan nutrisi maggot SHEPPARD et al. (2005) mengatakan bahwa kandungan nutrisi maggot sangat potensial dij adikan sebagai sumber protein alternatif pakan ikan . Nilai nutrisi maggot dapat dilihat pada Tabel 1 .
Maggot sebagai pakan ikan Maggot sebagai pakan ikan memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pengganti tepung ikan (fishmeal replacement) dan sebagai pakan alternatif. Fungsi maggot ini pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk pengolahannya. Sebagai pengganti tepung ikan, maggot diolah dalam
l
bentuk tepung . Tepung maggot ini selanjutnya dimasukkan dalam formulasi pakan sebagai salah satu sumber protein menggantikan tepung ikan . Sebagai pakan alternatif, maggot dapat diberikan dalam bentuk fresh (segar) pada ikan, dapat juga diberikan dalam bentuk pelet . Untuk pengolahan menjadi pelet maggot terlebih dahulu dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 25%, setelah itu langsung dimasukkan ke dalam mesin pelet untuk dicetak . Dari penelitian yang dilakukan, ikan-ikan carnivora, seperti ikan Arwana, Betutu, Lele dan Gabus sangat menyukai maggot fresh sebagai pakannya . Sedangkan ikan-ikan yang berukuran kecil lebih menyukai pelet magot .
(b)
Gambar 5 . (a) Maggot segar (fresh) siap diberikan sebagai pakan ikan, (b) pelet maggot
(a)
(b)
Gambar 6 . (a) Produksi maggot secara tertutup menggunakan kandang (b) Produksi maggot secara terbuka menggunakan tong
1 29
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Heivani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
Tekhnologi produksi maggot Black soldier ditemukan hampir di seluruh wilayah, namun jumlah terbanyak ditemukan di daerah-daerah yang jumlah penduduknya sedikit . Di wilayah yang berpenduduk padat kehadiran maggot akan berkompetisi dengan lalat rumah (Mucidae) atau lalat hijau (Caliphoridae) . Kedua kondisi wilayah ini akhimya mempengaruhi teknik produksi maggot . Untuk wilayah yang berpenduduk padat produksi maggot dilakukan dengan sistem tertutup dengan menggunakan kandang . Sedangkan pada sistem terbuka wadah yang digunakan adalah tong-tong besi yang di tutup penutup tong diselangi dengan kawat, fiber dan bambu . Langkah/tahapan dalam produksi maggot adalah sebagai berikut :
dalam bak pembesaran . Setelah 2 mingggu di bak pembesaran maggot siap dipanen . Untuk mendapatkan 1 kg maggot segar dibutuhkan 3 kg PKM .
KESIMPULAN Maggot dapat diproduksi secara massal dan dapat mensubstitusi penggunaan tepung ikan dalam formulasi pakan . DAFTAR PUSTAKA
R . 2006. Pemanfaatan bungkil kelapa sawit dalam pakan juvenile ikan patin jambal (Pangsius jambal) . Him 19.
AFIFAH,
J . WISEMAN and D .J .A . COLE . 1999 . Energi and nutrient use of palm kenels, palm kernel meal and palm kernel oil in diets for growing pigs . Animal feeds Science and Technologi 80 : 165-
AGUNBIADE, J .A .,
Persiapan wadah, alat dan bahan 1 . Wadah : tong besi (diameter 56 cm dan tinggi 50 cm) dan bak beton berukuran 5 x 10 x 0,5 m. 2 . Alat : tiang untuk tong berbentuk segitiga dengan tinggi 60cm, kawat, fiber, bambu dan tutup tong . 3 . Bahan : bungkil kelapa sawit, air dan daun pisang 4 . Tong-tong yang akan digunakan ditempatkan di semak-semak atau tempat-tempat yang banyak potion
181 .
Prospective work result and plans for feature program of bioconversion processing by product from agro industries in Indonesia & their vabrication via aquaculture : Application with palm kernel meal . Annual report . Him 11 (Unpublished
IRD . SAURIN HEM . 2004 .
report) .
and DAVID, B .V. General and Applied enthomology . McGraw Pub. Co . Ltd . New Delhi : vii + 573 him .
NAYAR, K .K . ANANTHAKRISNAN, I .N ., 1981 .
L ., and R .
NEWTON,
Kultur r , !,
{)t
Kultur maggot dilakukan d cara se' ai berikut : 3 kg bungkil kelapa telah is 5 dicampurkan dengan 6 1i' ,udian e ;k secara merata, selanjui ~ . a campuran tei kit dimasukkan ke dalam t dan ditempatkan in pisang diatasnya . Tong telah berisi bungkil ditutup dengah penutup yang diselingi dengan kawat, bambu dan fiber elah 2 minggu akan didapatkan maggot yang iiiasih muda di dalam tong . Tahap pembesaran Tahap ini dimulai dari pemanenan semua maggot dari tong selanjutnya dipindahkan ke
130
C . SHEPPARD, D .W. WATSON, G. BURTLE DOVE . 2005 . Using the Black Soldier fly,
Hermetia illucens, as a value- added tool for the
management of swine manure . Report for The Animal and Poultry waste Management Center. 17 III : R .A. 1999 . Consid, lion in using protein meals for poultry and swine . ASA Technical Bulletin 21 : 1-11 .
SWICK,
The pontential use of palm kernel meal in aquaculture feeds . Aquaculture Asia 8(1) :
WING KEONG NG. 2003 . 38-39 .
M .W. and A.R . ALIMON . 2005 . Use of palm kernel cake and oil palm by products in compund feed . Palmas journal 26 (1) : 5-9 .
ZAHARI,