SenunarNasional Peternakan dan Vetenner 1997
POTENSI KENDALA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN HIJAUAN PAKAN DI LAHAN KERING PODSOLIK MERAH KUNING SUMATERA HERMAN SUPmm, HANS ANWARHAN
dan
Ut;A KUSNADI
Proyek Crop Animal System Research, Balumarla RINGKASAN Produksi tanaman hijauan makanan ternak yang ditanam dilalian kering Podsolik Merah Kuning - relatif rendah, tetapi dengan penmpukan anorganik NPK dan pupuk kandang produksinya dapat ditingkatkan . Dalam pengembangan sistem usahatani tanaman tenak Model C (krdt 1 ha, tanaman pangan 0,75 ha, sapi I ekor, kambing 3 ekor, ayam 11 ekor) di lahan kering transmigrasi di tiga propinsi di sumatera (Sumalera Selatan, Lampung dan Bengkulu) ditemukan bahwa produksi rata-rata taluman pakan berkisar anlara 41,62 - 54,38 ton/keluarga . yang sebagian besar (76,1% - 85,4%) dari pakan tersebut berasal dari hijauan makanan ternak seperii rumput lokal, rumput Raja, Setaria, Flemingia, dan Gliricidia, sedangkan sisanya berasal dari sisa-sisa tanaman pangan seperti jagung, padi, dan kacang-kacangan . Penanaman hijauan pakan yang masih sempit dan tingkat pengelolaannya kurang baik menyebabkan, petani transmigran Batumarta Dua clan yang menerapkan sistim usahatani Model C tersebut belum mampu ? mencukupi kebutuhan pakan ternaknya. Khusus di Air Manganyau clan Tulang Ba%%ang Tengah 1, produksi pakan relatif mencukupi (karena program terassering dan sistem tanam lorong) serta ketersediaan sisa tanaman pertanian yang cukup besar sehingga mencukupi kebutuhan. Lahan kering podsolik merah kuning mempunyai polensi yang besar uniuk peningkatan produksi pakan, , dilihat dari luasnya pemilikan lahan, diversifikasi tanaman dan curah hujan yang mendukungnya . Kata kunci : Hijauan pakan, lahan kering, podsolik merah kuning PENDAHULUAN Lahan kering podsolik merah kuning tergolong lahan marginal yang produktivitasnya temias udc
rendah . Pemanfaatan lalkm kering tersebut untuk tanaman pangan telah lama dipraktekkan oleh petard
transmigran dengan luisil yang kurang memadai . Dengan perbaikan teknologi, di antaran)-a dengan konsen,asi dan pengembangan pola tanam, produksi lanaman pangan dapat ditingkatkan .
Pengusahaan tanaman pangan saja belwn memberikan pendapatan yang mencukupi tanpa ditunjang olch lalnlnlan pcrkebumn, tananum industri, - dan tenak. Dalam hal ini tenak ticlalc lkanya memberikan tamballan pendapatan tetapi juga membantu petard transmigran dalam memecaWn kesulitan tenaga kerja. Disamping im, lemiuc menlpakan tabungan yang sevaktu-%vaktu dapat dimanfhatkan oteh para petani ketika mercka memerit kan ikIng (SUPRIADI et al ., 1986).
Melalui bantlkan pcmcrintah, petani transmigran memperoleh gadul>an sapi yang nanti hanls dikembalikan dalam bemuk anak sapi . Untuk petaid transmigran Batumarta, Proyek CASR (Crop-Animal Systems Research) telah mencoba menerapkan sistem kredit kambing clan ayam melalui smitu Dana Bergillir (Revolving Fund) sejak taluln 1988 sampiii 1995 (SLIPRIADi et al., 1995).. 146
Seminar Nazional Peternakan don Veleriner 1997
Pengenlbalian kredit cukup lancar, selingga sejak tahun 1991 sistem tersebut diperluas lagi ke daerah lain yakni Battnrnarta Dua (Sumatera Selatan), Tulang Bawang Tengah (l.ampung), dan Air Manganyau (Bengkulu) . Beberapa 11
a I belum dianggap sebagai faktor utanna. Melalui proyek CASR, petani koperator diberikan bimbingan dan petunjuk tentang bagainlana caranya nlenananl, nlenlelihara, dan mengelola tanaman pakan dengan lebih baik. Untuk ini petani koperator diberikan latillan kllusus selana beberapa hari. Dilkarapkan dengan mengetahui potensi dan kendala pengembangan hijauan pakan tersebut dapat dinunuskan alternatif pengembangamlya yang seslliai dengan kondisi biofnsik dan social ekonorni setenlpat . PERMASALAHAN Penggln>an tidak tumbull sanna sekali karena viabilitas benih telah habis. Alasan lain adalah bah-ma HMT (hijauan inAanan ternak) akan menjadi sarang tiklns atau mengurangi areal tanam untuk pangan . Sebetulnya pillak proyek penelitial telah nnengembangkan berbagai inacain HMT unggul di lallan petani, dan senlpat tunlbuh baik dinnlsim tunjan. Akan tetapi keadaan ini bertallan hanya 147
Seminar Na .sionalPeternakon don Veteriner 1997
beberapa musim, kemudian pertunibulian HMT merana clan mati. Hal ini karena petani ticlak lagi mengelola secara baik, tidak dipuptik setuju dipangkas tents secara berkala. Keengganan petani untuk tidak memupuk selain karena harga pupuk maltal juga kurang pengetalttian akan konservasi bahan. Dilain pil>
POTENSIPAKAN Penelitian produktivitas tanaman pakan Petani tradisional pada unwinnya mentanfaatkan nimput alam (native grass) sebagai pakan pokok ternaknya . Disamping ifu jerami, lintbalt tanaman pangan, datin nangka clan rumput lainnya yang mudalt didapat juga dijadikan pakan tambahan . Tetapi dengan bantt an pan, peneliti dan penyuluh lapang beberapa hijauan makanan ternak yang lebih baik seperti Selaria, Gliricidia, Flemingia, rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan lain-lain telah banyak ditaikarn petatu . St41tU penclitian mengenai Flemingia dilaksanakan di lahan petani dengan menaburkan berult tanankan tersebut dengan jarak 50 X 50 cm. Pupuk Urea (50 kg/ha) dan TSP (3(K) kg/ha), diberikan pada -.Naktu tanam . Pemotongan daun uniuk pcnama kalinya dilakukan pada wakht tanaman benimur 9 bulan dengan ketinggian potong 1,5 in dari tanah . Aunlah biornas yang diltasilkan dilutttng dari 3 baah petak contolt benikuran 1,5 X 1,5 m. Total biornas yang terdiri dari datm dan batang adalah 21,3 ton/ha (Tabel 1). Perbandingan berat (Latin dan balang adalah 40 % : 60 % sehingga berat daun segar adalah 12,8 ton/lta atau setara 3,5 ton/ha baltan kering (27 % kadar baltan kering). Unwk daeralt transnugrasi Bathunarta, juntlah tersebut cukup tinggi untttk menjamin pakan ternak jika semua atau paling Gdak sebagian besar petani trutsmigran menanant Flemingia seperti di atas. Penelitian untuk inengetaltui potensi HMT pada sistern tanam lorong menggtmakan Flemingia dan Gliricidia telah dilkwkan di Batumarta selama periode 1989 sampai 1991. Flemingia clan Gliricidia ditanam dengan sistem baris ganda (double row) dengaa jarak 6 meter antar barisan cian 50 cm dalam barisan. Prodtiksi hijauan selama setalum dengan interval pentotongan setiap dua bulan mencapai 35 ton/ha/th pada Gliricidia (kin 75 ton/ha/tlt pada Flemingia. Pemanfaatan hijauan dari Flemingia dan Gliricidia untuk pupuk hijau nyata meningkatkan hasil padi gogo dan kacang- kacangan yang ditanam di antam barisan legume pohon tersebut. Dari analisa bahan kering mentmjukkan balnva Gliricidia meinpunyai ktkalitas lebilt tinggi sebagai pakan dari pada Flemingia (Tabel 2).
Seminar Nasional Peternakan dan Yetenwr 1997
Tabel 1.
Produksi biomas dari Flemingia congesta pada pernotongan pertama setelah 9 bulan, Batumarta, 1990
Hasil (kg/petak)
1
2
3
5,1
6,4
3,0
4,8
24,9
31,2
26,7
29,1 .
0,8
1,4
Bahan kering Kadar (0/6)
2,0 ,
1,5
Hasil (kg/petak)
Kc
Rata-rata (ton/ha)
Ulangan
Produksi
ersi
21,3 ,
6,2
Swnber : CASR.1991 . Final Relxwt 1988-1991 BatumvIa
Tabel 2.
Analisis bahan kering dari Flemingia dan Gliricidia ;pada sistem tanam ;iorong, Batumarla 1990 bahan kering Kandungan air
Protein Kasar
Lemak
Abu
Ca
Q,75 5,09 , Flemingia sp. 6,56 19,40 . _ Glirisidia sp.
10,20
21,59
5,1-..
6,37
1,19
P
NDF
~O,24 "
65,39
*,35
50,09
ADF
32,64
Sumber : CASR 1991, Final Report 1988-1991, Batunwa
Pada penelitian lainnya, Napier grass (Penniseturn purpureum) ditanam pada petak .percobaan berukuran 3 X 6 m2 denga jarak tanam 25 X 125 cm. Rumput tersebut dipotong setiap 45 hari dan pemotongan pertama dilakukan pada umur 60 horri. Seperti terlihat pada Tabel 3, rumput Purpureunt menghasilkan 7,8 ton/ha/th apabila tidak dipupuk sama sekali, pada tanah podsolik merah kuning yang miskin akan unsur hara. Hasil tersebut meningkat menjadi kurang lebih 10,5 ton/ha/th apabila diberikan pupuk anorganik (Urea 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dorn KCL 100 kg/ha) atau pupuk kandang (7,5 ton/ha) . Hasii tertinggi (13,8 ton/ha/th) dicapai ketika pupuk anorganik dan pupuk kandang digunakan bersa na-sama . Naman demikian hasil yang diperoleh pada percobaan ini masih relatip rendah karena rumput Purpureum ditanam -pada tanah yang miskin clan jarak tanamnya terlalu besar. Padajarak tanam yang normal dan tanah yang subur hasilnya mencapai 30 - 50 ton/ha/th.
14 9
Seminar Nasional Peternakandan Veteriner 1997
Berat segar produksi nunput Napier (P. purpureum) pada beberapa tingkat pemupukan
Tabel 3.
Urea 0 150 _
Perlalcuaii (kg/ha) TSP KCL 0 0 100 100 _ _ _ 100 100 I(K)
_ 150 150 150
Manure 0 7.500 15.000 22.500 7.500 15.000 22.500
100 100 100
Sumber : CASR, Annual RetxiM 1991
(ton/hahahun) 7,8 10,6 10,5 10,8 12,6 10,8 12,1 13,8
Potensi pakan di bawah pohon karet
Pemanfaatan tanaman penutup yang tumbuh di bawah pohon karet sebelum disadap (umur karet < 6 tahun) telah diteliti di Batumarta sejA tahun 1988/1989 sampai 1991. Tanaman karet berumur 3 tahun dibagi dalam dlla blok seluas 0,25 ha diberi pagar dan sebanyak 12 ekor kambing dibiarkan memakan hijauan penutup tanall yang tumbuh dibawah potion karet tersebut. Pada blok I disebarkan biji hijauan makanan ternak untuk meningkatkan kualitas pakan. Produktivitas hijauan diamati dari petak contoh seluas 1 m2 (dipagar) dengan interval pemotongan 35 hari. Petakan yang hijauannya dimakan kambing juga diambil contohnya pada waktu yang bersamaan . Komposisi botani dari hijauan contoh menunjukkan bawwa pertumbullan alang-alang sangat pesat pada pengamatan kedua, sedang hijauan lainnya menunm kecuali Bahia. Pada lahan karet rakyat kooperator walaupun didominasi oleh rumput alam dan alang-alang tetepi tunlt berkembang juga jenis Pueraria, Mekaria dan lain-lainnya, lain halnya dengan lahan karet perkebunan, yang didominasi oleh alang-alang, golongan nimput lainnya tidak begitu berkelnbang karena penyiangan rutin dilakukan pada lahan ini . Tabel 4.
Prodllksi hijauan basah (g/m2) dan komposisi alami hijauan pakan di bawah pohon karet muca, Batumarta 1989-1991 Blok I
Rumput alam Bahia Imperata C Poeraria Mekaria Lain-lain Total Bobot basah (gr/I112 ) _____ __ 150
Blok II
Kooperator
Perkebunan
Ag 89
Jill 90
Ag 89
Jim 90
Sep 90
Juli 91
139(36) 117(38) 20(16) 276
165(34) 280(46) _ 29(20) 474
52(18) 126(54) _ 210(28) 198
_ 44(13) 351(59)
88(24) _ 85(23) 48(13) 74(20) 74(20) 368
38(20) 72(38) 17(g) 36(19) 27(14) 190
61(28) 456
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997
Berdasarkan potensi yang ada diperkirakan jumlah hijauan, akan tersedia untuk 20 ekor karnbing/ha apabila Bahia tetap merupakan spesies dominan diikuti oleh Pueraria. Potensi pakan dalam sistem usahatani Dalam pralcteknya petani transmigran menanam pakan tersebut kurang dari 1 hektar karena lahannya yang tersedia dipakai juga untuk karet, tanaman pangan, tanaman pekarangan, ternak, clan lain-lain . SUPRIADI et al. (1986) melaporkan bahwa dalam suatu sistem usahatani tanaman-ternak Model D (karet I ha, pangan 0,75 ha, sapi 2 ekor, kambing 5 ekor, ayam 23 ekor) pakan yang diltasilkan hanyalah 7,63 ton/tghun yang terdiri dari 5,44 ton Setaria, 1,31 ton daun nangka, dan 0,88 ton Gliricidia. Sistem usahatani tanaman-ternak Model C (karet 1 ha, pangan 0,5 - 0,75 ha, sapi 1 ekor, kambing 3 ekor, dan ayant 1I ekor) setelah melalui pengujian adaptasi di Batumarta, kemudian diuji kembangkan di tiga propinsi yaitu Batumarta Dua (Sumsel), Air Manganyan (Bengkulu) clan Tulang Bawang Tengah (Lantpung) sejak tahun 1992 sampai 1995. Produksi hijauan clan limbah pakan dari model usahatani tanaman-ternak dalam periode 3 tahun tersebut adalah berkisar 41,6 54,4 ton per talum (Tabel 5). Dengan pemilikan sapi berkisar antara 1,5 - 2,6 ekor/keluarga dan kambing antara 418 - 6,5 maka daya dukung produksi pakan mencapai 96,3 - 113,7 %. Produksi pakan di Air Manganyan relatif lebih rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya, yang mana ini sesuai dengan juntlah pemilikan ternak yang lebilt sedikit . Secara untum dapat dikatakan bahwa nimput alam sebagai sumber hijauan pakan yang terbanyak (34,2 - 44,0%) hijauan pakan diintroduksi yang berkembang dan penggunannya cukup besar (22,2 - 29,5%) di tiga lokasi yaitu jenis nunput Raja (King Grass) . Secara spesifik nimput BD berkembang di Batumarta Dua (13,3%) Mapter Grass di Tulang Bawang Tengah clan Air Manganyan (5,6 clan 5,2%) clan Setaria di Air Manganyan (10,6%) sebagai penguat teras . Peranan limbah produksi tanaman pangan seperti jerami padi, batang clan daun jagung setelah panen, biomas kacang kacangan (kacang tunggak, kacang tanah dan kacang hijau) clan daun ubi kayu cukup besar kontribusinya terhadap ketersediaan pakan,-yaitu berkisar 14,6 - 23,9% limbah dari jagung dan padi terliliat dominasi kontribusinya dalam penyediaan pakan . Sisa-sisa tanaman pangan mempunyai potensi yang besar untuk pakan ternak : Berdasarkan laporan CASR (1989), junfah produksi sisa-sisa padi gogo, jagung, clan -kacang tanah yang diusahakan sekitar 18,8 ton per hektar. Pada kenyataannya, petani yang menerapkan sistem usahatani introduksi (Model B, Model C, atau Model D) tidak mempunyai kemampuan untuk menanami semua lahannya dengan tanaman pangan . Dalam hal ini, SUPRIAm et al. (1986) melaporkan bahwa pada Model B petani lianya mampu menggarap rata-rata 0,7 ha dengan produksi sisa-sisa tanaman 14,77 ton yang terdiri dari sisa jagung, padi gogo, ubikayu, kedelai, kacang tunggak dan padi sawah. Pada model lain, yakni Model D, yang terdiri dari jagung, padi gogo, ubikayu, kacang tanalt, kacang tunggak, clan padi sawah, produksi sisa-sisa tanaman adalah 24,49 ton yang diperoleli dari Was garapan scbesar 0,85 ha. Dengan pemilikan ternak yang ada di petani, keperluan pakan total adalah 56,397 ton di Batumarta Dua, 36,60 ton di Air Manganyau, dan 51,30 ton di Tulang Bawang Tengah . Hal ini berarti bahwa Air Manganyau clan Tulang Bawang yangg mempunyai kecukupan pakan sedangkan Batumarta masilt kekurangan 3,7%.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
ALTERNATIF PENGEMBANGAN Kalau dilihat kenyataan balnva ketersediaan hijauan pakan sebagian besar dari rumput lokal, terutama pada musim kemarau. Ini berarti bahwa petani harus meluangkan waktu dan tenaga untuk mencari rumput liar yang tumbuh di dekat sungai atau dekat air tergenang untuk mencukupi kebutuhan . Pengembangan . MIT dan kualitasnya perlu dikembangkan dipekarangan atau lahan usaha untuk mencukupi kebutuhan tanpa curahan tenaga banyak . Hal ini bisa diatasi dengan beberapa cara misalnya dengan menggarap lahan lebih luas lagi untuk tanaman pakan, memberikan pemupukan NPK (anorganik) dan organik (pupuk kandang) secara rutin, tepat, waktu interval pemangkasan yang sesuai (sekitar 40-50), varietas unggul, konservasi lahan. Disesuaikan dengan keadaan lahannya penanaman Flemingia dan Gfricidia bisa secara monokultur atau dalam bentuk tanam lorong (alley cropping) . Di air Manganyau yang topografinya bergelombang sampai berbukit maka pelaksanaan tanam lorong lebih baik karena adanya tujuan lain yakni konservasi lahan. Situasi Batumarta Dua dan Tulang Bawang Tengah yang agak datar bisa dilakukan penanaman secara monokultur. Tergantung dari daeralinya, proporsi komponen pakan sangat bervariasi . Tulang Bawang Tengah yang menanam padi sawah cukup Was maka sisa-sisa padi (dedak) sangat menonjol untuk makanan ternak sedangkan di Batumarta Dua, disamping padi gogo yang menonjol, komponen jagung juga lebih dominan dibandingkan dengan lokasi lainnya di Air Manganyau karena lahan yang bergelombang, maka penggunaan ternak sebagai tenaga kerja kurang efektif Akan tetapi penyediaan pakan yang baik memungkinkan ternak kambing berkembang lebih baik di daerah ini . Berdasarkan situasi dan kondisi ketersediaan pakan dilahan pemukiman transmigrasi tersebut, maka langkah strategis yang perlu diambil untuk pengembangan hijauan pakan dan kontinyuitas penyediaannya adalah ,__I. _Pemberdayaan kelompok tani yang bisa ditempuli dengan pelatihan untuk meningkatkan penguasaan teknologi usaliatani pakan (budidaya, pengolahan, kualitas penyimpanan dan penyediaannya), subsidi modal dan kelembagaan . 2. Penyediaan benih dan bibit unggid HMT dilengkapi petunjuk praktis budidayanya dan ditindak lanjuti kegiatan penyululian . 3. Pengembangan diversifikasi tanaman dan pola tanam yang berorientasi pada produksi pangan sekaligus pakan, seperti sistem tanam lorong (alley cropping), tanaman campuran (mix cropping), tanaman sela (inter planting) dan tanaman HMT dibawah tanaman perkebunan . 4. Mencari alternatif komposisi pakan yang memenuhi gizi dan tersedia di lokasi. 5 . Penanaman HMT sedekat mungkin dengan kandang ternak agar eftsien dalain panen, penyediaan pakan, serta pengembalian bahan organik termasuk pupuk kandang ke tanaman HMT. Ini juga akan mengurangi penggumaan pupuk anorganik yang semakin tidak terjangkau oleh daya beli petani . 6 . Memanfaatkan lalian-lalian tidur atau terbengkalai untuk padang penggembalaan umum disamping rumput lokal yang tumbuh di sekitar sungai, parit atau genangan air .
SeminarNasional Peternakan dam Veteriner 1997
Tabel 5.
Rata-rata tahunan (1992 -1995) produksi hijauan dam limbah tanarnan di tiga lokasi
Jenis Hijauan
Rata-rata produksi HMT clan Limbah Tanaman Batumarta
Tulang Bawang
Air Manganyau
HMT (kg) Rumput alam Brorchiaria decumbens
King grass
20.033 (36,9)
18,613 (34,2) .
18.321 (44,0)
7.233 (13,3)
-
357 (0,9)
14.851 (27,3)
16.039 (29,5)
92.18 (22,2)
Napier grass
1 .098 (2,0)
Setaria
1 .098 (2,0)
3.032(5,56) , 2.378 (4,4) "
Flemingia
635(1,2)
620 (l,l)
538(1,3)
Gliricidia
517 (0,9)
322 (0,6)
513 (1,2)
-
381(0,7)
-
45.454 (83,7)
41 .385 (76,1)
35.527 (85,4)
2.708 (5,0)
3 .426 (6,3)
1.893 (4,5)
6.047 (11,1)
7.456 (13,7)
4.203 (10,1)
Stylosanthes
Total HMT
4.397 (10,6)
Limbah tanarnan (kg) Jagung Padi KacangTunggak
37(0,2)
Kacang Tanah
38(0,2)
-
-
Kacang Hijau
25 (0,2)
220(0,4)
-
1.307(2;4)
-
8.855 (16,3)
12.999 (23,9)
' 6.096 (14,6)
54.309 (100,0)
54.384 (100,0)
41.623 (100,0)
Rata-rata pemilikan ternak (ekor) Sapi
2,6
2,2
1,5
kambing
4,8
6,5
5,7
56.397
51,300
36.600
96,3
106,0
113,7
Ubi kayu Total limbah Total 1+2
Kebutulkin pakan (kg/ keluarga) Daya dukung (%) Sumber : CASK 1995 Final Report Keteranzan : Angkadalatn kunuW berarti per%"n
590(1,1) -
-
Seminar Nasionat Peternakan dan a!etenner199?
.=KESIMPULAN 1.
Lahan kering podsolik --merah kuning daerah,ttransmigrasi- Batumarta waiaupun mempunyai produktivitas yang rendah masih-ada-peluang peningkatan produksi dan kualitas pakan baik dari HMT sisa produksi tanaman dan limbah industri makanan .
2.
Penggunaan pupuk kandang :saja sebanyak 7,5 ton/ha dapat menggantikan peran pupuk anorganik (Urea, TSP dan KCI) dimanapada tingkat pemberian 150kg Urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCI sama-sama menghasilkan peningkatan produksi - rumput Napier sebesar + 35% dibanding tanpa pupuk. Pentupukan anorganik (150 kg/ha Urea + 100 .kg/ha TSP + 100 kg/ha KCI) dan pupuk kandang (7,5 .ton/ha) masing-masing meningkatkan produksi rumput Napier (Pennisetum purpureum) sebesar 35%.
3.
Dalam sistem usahatani tanaman-ternak Model C (aset awal adalah karet 1 ha, pangan 0,75 lta, sapi 1 ekor, karnbing 3 ekor, ayam I 1 ekor) yang diterapkan oleh petani transmigran pada lahan kering podsolik merah kuning, produksi total hijauan pakan sesuai dengan kebutuhan ternak per keluarga yang berkisar 1,5 - 2,6 ekor sapi dan 4,8 - 6,5 ekor kambing .
4.
Sebagian besar produksi pakan ternak dalam sistem usahatani Model C diiiasilkan olch tanaman pakan (hijauan makanan ternak 76;1-85,4%) sedangkan sisanya disuplai olelt sisasisa tanaman seperti padi dan jagtmg terutama pada musim hujan dari produksi total IwIT ternyata sebagian besar (34,2-44%) didapat dari ntmput liar.
5.
Jumlah produksi pakan di Air Manganyau dan Tulang Bawang Tengah dapat mencukupi kebutuhan (106-113,7%) disebabkan program konservasi dengan terassering dan sistem tanam lorong tnenggunakan hijauan makanan ternak yang dilaksanakan di Air Manganyau sedang yang terjadi di Tulang Bawang Tengah tanaman padi dan jagung di daerah tersebut kontribusinya cukup besar .
6.
Dengan pengelolaan yang lebih baik lahan kering podsolik merah kuning mempunym potensi yang besar untuk pengembangan dan pelestarian ketersediaan pakan ternak, ntisalnya dengan pengembalian kotoran ternak untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan, pemanfaatan sisa produksi tanaman, sistem tanaman (tanaman lorong, terassering, tumpang sari dan lain lain) dan pentanfaatan limbah industri makanan .
7.
Penanaman HMT sedekat mungkin dengan kandang mentpakan cara yang efisien dalam penyedinan hijauan pakan dan pelestariannya .
8.
Perlu dicari altematif penanaman HMT jenis pohon, semak atau kekeringan pada musitn kemarau.
merambat yang toleran
DAFTAR PUSTAKA CASK .
1989. Crop Animal systems Research 1988/89.Ajunial Report Batumarta bidonesia Agricultural and Development & International Development Centre .
Agency for
CASK .
1990 . Crop Animal systems Research 1988/89.Armual Report Batumarta Indonesia Agricultural and Development & International Development Centre .
Agency for
CASK
Crop - Animal systems Research Phase 11. (1988/89-1990/91). Final Report Batumarta Indonesia Agency for Agricultural and Development & International Develomnent Research Centre .
CASR
Crop - Animal systems Research Final Report Batumarta phase M. (1992/93-1994/95) . Batumarta Dua, Tulang Bawang Tengah, Air Manganyau AARD dan IDRC .
154
SeminarNasionatPeternakan
don Vetenner 1997
$YAM. M.A ., WmroNo, HERmANTO, I. G IsMAu. H. ANwARHAN, M. SABR". 1996 . Usahatani Tanaman Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan .Badan Penelitian dan Penegmbangan Tanaman'Pangan . SuPRIADi,H ., U. KUSNADI and 1. G. IsmAm. 1986 . Potentia l for Food and forage Production in smalholder crop-livestock systems Research Workshop. July 7-11, 1986 . Khon Kaen Thailand . Supmm H. H. ANwARHAN dan A. MALiK. 1995 . Pengelolaan modal -bcrgulir dalam peumgssnlxngan teknologi usaha tani tanaman ternak di daerah transmigrasi . Dalam ZZaini, Hesmanto,A . Djaubaro, M.O . Adnyana, dan Dj pasaribu (eds). Sistem usaha tani berbasis Tanaman NOW: Keunggulan komperatif dan Kompetitif Risalah Seminar Hasil Penelitian Sistem Usahatani dan Sosial Ekonomi Bogor 4-5 Oktober 1994 Puslitbang Tanaman Pangan-Bogor .
DISKUSI Barnbang Risdiono (Tanggapan Urnurn) Judul sepakat, tapi data perlu dilengkapi dalam hal sitasi karena ada yang befentangan. Permasalahan : neraca hijauan pakan pada musim kemarau/hujan di suatu ternpat biasanya polanya tetap. Antar daerah bervariasi mengenai iklim, tanah, dan lain-lain. Oleh karenanya harus punya data dasar penelitian sebelumnya . Data hijauan, produksi rumput lokal, sisa hasil pertanian, dan hasil ikutan pertanian sebaiknya per bulan. Untuk mengantisipasi kekurangan nutrisi perlu data kandungan protein, serat kasar, dan lain-lain. Apakah cukup dengan data-data tersebut ? Bagaimana mertaksir kebutuhan (berdasarkan kebutuhan balian kering/TDN) . Setuju dengan tingkat lapangan cukup dengan bahan segar, berapa Was harus punya lahan bila memelihara 1 ekor sapi ?. Perlu dicantumkan berapa potensinya, bagaimana kelayakan (daya dukung lahan, bagaimana produktivitasnya, jenisjenis hijauan apa yang cocok dengan lahan podsolik merah kuning, penelitian dasar mengenai pakan tetap diperlukan supaya dapat diterapkan di lapangan, faktorfaktor kendala lain seperti sumberdaya manusia dapat ditingkatkan dengan training, apresiasi peternak terhadap hijauan, faktor penyululi memegang peranan penting.