Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
HIJAUAN PAKAN DAN KEGUNAAN LAINNYA DI LAHAN KERING SUPRIADI dan AHMAD MUSOFIE Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jl. Rajawali No. 28, Demangan Baru Yogyakarta
ABSTRAK Beberapa peternak Yogyakarta tidak membudidayakan tanaman hijauan pakan pada lahan-lahan khusus tetapi ditanam pada lahan-lahan sisa yang tidak mungkin ditanami tanaman pangan. Di daerah lahan kering yang berlereng penanaman tanaman hijauan pakan dilakukan pada bibir dan tampingan teras yang maksudnya selain dapat menghasilkan hijauan pakan juga dapat mencegah erosi. Beberapa hasil penelitian daya adaptasi rumput pakan ternak di lahan kering umumnya rendah dan banyak yang mati disaat musim kemarau, pada saat yang demikian hijauan pakan ditumpakan pada limbah pertanian. Alternatif pemecahan permasalahan adalah dengan penanaman atau budidaya jenis sorgum, baik sorgum manis atau sorgum penghasil malai seperti rumput hermada. Tanaman ini tahan panas dan kekeringan, berproduksi baik pada saat musim kemarau, dapat menghasilkan hijauan pakan, menghasilkan biji sebagai bahan baku pati atau beer, menghasilkan nira untuk bahan baku pemanis, untuk tanaman rumput hermada dapat menghasilkan malai bahan baku sapu salju, dan bila tanamam jenis sorgum ini di tanam di bibir dan tampingan teras diharapkan dapat mencegah erosi dan juga sebagai stabilisasi teras. Kata Kunci: Tanaman sorgum, lahan kering, pakan ternak.
PENDAHULUAN Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan pakan ternak rumansia. Secara umum bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya (TILLMAN et al., 1983). Menurut HARIS et al., dan MC DOWELL et al., dalam UTOMO (1999) mengemukakan bahwa pakan ternak berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia, serta penggunaannya secara internasional dibagi menjadi delapan kelas yaitu: 1) pasture, tanaman padangan, atau tanaman pakan ternak yang sengaja ditanam untuk diberikan pada ternak dalam keadaan segar, 2) hijauan kering dan jerami, 3) silase hijauan , 4) bahan pakan sumber energi dari biji-bijian atau hasil samping penggilingan, 5) sumber protein yang berasal dari hewan, bijibijian, bungkil, 6) sumber mineral, 7) sumber vitamin dan 8) aditif. Hijauan pakan atau pasture pada perusahaan ternak bersekala menengah keatas dengan jumlah ternak diatas 100 ekor, diperoleh dari hasil tanam sendiri yang ditanam pada areal khusus untuk budidaya tanaman pakan, seperti rumput–rumputan atau leguminosa. Tetapi pada peternakan rakyat
yang hanya memelihara sapi antara 1–5 ekor setiap peternak, sebagian besar hijauan pakan diperoleh dari hasil mencari di tempat-tempat umum atau dari limbah pertanian. Budidaya rumput atau legum di peternakan rakyat hanya dilakukan pada lahan-lahan sisa atau pematang–pematang yang tidak mungkin dapat ditanami tanaman pangan. Di lahan persawahan Kabupaten Bantul penanaman rumput pakan ternak di tanam di pematangpematang sawah dan di “piyaman” yaitu sudutsudut sawah atau kebun yang tidak ditanami dengan tanaman pangan (SUPRIADI et al., 2001). Peternak di lahan kering umumnya melakukan budidaya tanaman pakan hanya sebagai tanaman penguat teras atau hanya ditanam di pematang. Pada kondisi lahan kering yang umumnya berlereng dan rawan erosi, penanaman hijauan pakan bukan sematamata untuk menghasilkan hijauan, tetapi juga dimaksudkan untuk mengstabilkan teras dan mencegah erosi. Beberapa hasil penelitian di daerah aliran sungai menunjukkan bahwa usaha pemenuhan hijauan pakan dengan penanaman rumput di bibir teras sebagai upaya pemeliharaan teras ternyata berdampak positif terhadap sistem produksi pakan ternak (SUBIHARTA et al., 1989) selain dapat menekan erosi hingga 86,7% (SEMBIRING et al., 1990),
69
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
sehingga tanaman pakan ini diharapkan dapat dwifungsi, atau dapat memberikan tambahan lain selain hijauan pakan. Beberapa hasil penelitian pada tanaman jenis sorgum melaporkan bahwa tanaman sorgum dapat tahan hidup dan berproduksi baik pada daerah yang beriklim relatif panas dan kering, pada sorgum manis dapat menghasilkan nira dan berpotensi sebagai sumber hijauan segar dari daun klentekannya. Disamping sorgum manis ada sejenis sorgum lain yaitu rumput hermada, rumput ini dapat menghasilkan hijauan pakan dari batang dan daunnya, dan juga dapat menghasilkan malai untuk kerajinan sapu serta menghasilkan biji untuk pakan ternak atau dapat dibuat kue atau bahan baku beer. ADAPTASI TANAMAN PAKAN TERNAK Tanaman sebagai mana mahluk hidup lainnya, untuk berkembang pada suatu daerah memerlukan adaptasi terlebih dahulu, baik terhadap jenis tanah, iklim mikro/makro ataupun terhadap kegiatan manusia pada tanaman tersebut. HUMPHREYS dalam ANONIMUS (1990) menyatakan bahwa akhirakhir ini telah banyak berbagai varitas hijauan pakan masuk dalam usahatani di daerah tropis dan karena terlalu banyaknya varitas, akibatnya mempersulit untuk menentukan varitas mana yang sesuai dengan suatu kondisi daerah tertentu. Adaptasi tanaman menyangkut beberapa sapek. Pertama, berkaitan dengan kemampuan bereproduksi pada kondisi tertentu. Kedua, diukur dari densiti yaitu jumlah tanaman persatuan tempat. Ketiga, hasil bahan kering dan kandungan nutrien atau komposisi kimianya. Keempat, kemampuan tanaman berkembang diantara tanaman yang lainnya dalam sistem usahatani tumpangsari (ANONIMUS, 1990). Disamping aspek teknis, perkembangan tanaman diukur pula dari aspek ekonomisnya bahwa tanaman tersebut harus memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam suatu sistem usahatani antara komponen produksi yang satu harus saling berkaitan dengan komponen produksi yang lain, ditandai dengan adanya aliran sarana produksi dari komponen satu ke komponen lainnya, atau dapat memberikan produk samping selain dari
70
produk utamanya. Adaptasi dalam arti luas, diartikan bahwa tanaman tersebut selain dapat hidup dan berkembang dalam suatu kondisi lingkungan tertentu, juga dapat menguntungkan atau dapat saling berkaitan dengan komponen produksi lain agar dapat dibudidayakan dalam suatu sisten usahatani. Hasil penelitian HAFIF et al.,(1995) di DAS Kali Oyo Kabupaten Bantul pada uji adaptasi dan potensi beberapa jenis rumput penguat teras memperlihatkan bahwa rumput gajah, rumput raja dan rumput benggala dalam menghasilkan hijauan pakan ternak cukup berpotensi. Dalam hal pengujian daya adaptasi rumput vetiver juga dapat tumbuh dengan baik namun hijauannya tidak disukai ternak karena adanya aroma khas dari rumput vetiver. Selanjutnya HAFIF et al., (1995) melaporkan hasil penelitian uji adaptasi di wilayah DAS Kali Oyo Daerah Istimewa Yogyakarta pada jenis rumput guatemala, rumput gajah, rumput raja, rumput benggala dan setaria kebanyakan mati pada saat musim kemarau. Lain hal dengan tanaman sorgum, tanaman ini mampu tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis, bahkan lebih tahan terhadap iklim yang relatif panas dan kering dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya (EFFENDI et al., 1996; MUJISIHONO dan DAMARDJATI dalam MUSOFIE dan WARDANI, 1996), begitu pula pada tanaman rumput hermada dapat tumbuh di lahan kritis tidak produktif (SUSANTI et al., 2002). TANAMAN PAKAN TERNAK DI YOGYAKARTA Beberapa peternak Yogyakarta terutama di lahan kering seperti di Gunungkidul, Kulon Progo, Bantul dan Sleman menanan pakan ternak di bibir dan tampingan teras sebagai penahan erosi dengan produksi yang rendah sekali sehingga tidak dapat dijadikan penopang kebutuhan pakan ternak sehari-hari terutama pada musim kemarau. Beberapa jenis tanaman pakan yang dibudidayakan peternak Daerah Istimewa Yogyakarta dalam jumlah terbatas diantaranya: rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput guatemala, rumput brachiaria brinzantha dan brachiaria decumbens. SUHARJO et al., (1990) melaporkan bahwa di daerah Kulon Progo jenis tanaman pakan
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
ternak yang ditanam secara terbatas di pematang dan tampingan teras kebanyakan adalah rumput gajah dan rumput raja, disamping rumput brachiaria dan setaria karena merupakan rekomendasi dari Disnak Kulon Progo (DISNAK KULON PROGO, 1983). Peternak di Yogyakarta dalam upayanya memenuhi kebutuhan pakan ternak terutama pada saat musim kemarau yaitu pada bulan Juni – Agustus berupaya menanam leguminosa penutup tanah seperti sentrosema atau pueraria, para ahli konservasi tanah sangat menganjurkan untuk menanam leguminosa penutup tanah karena sangat berpengaruh dalam memperbaiki kesuburan tanah (SIREGAR, 1980; EFFENDI,1984), namun pada kenyataanya pemberian hijauan pakan pada musim kemarau masih didominasi oleh hijauan kering, dengan demikian menunjukkan bahwa tanaman leguminosa yang ditanam pada musim kemarau belum dapat mencukupi kebutuhan hijauan pakan. Beberapa jenis leguminosa yang ditanam diantaranya: glirisidia, lamtoro, kaliandra, tayuman (Bauhiria purpure. L), Puero (Pueraria javanica) dan kalopo (Calopogonium mucunoides). JENIS BOTANI HIJAUAN PAKAN YANG DIBERIKAN PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU Hijauan dibedakan menjadi dua bentuk yaitu hijauan kering dan hijauan segar, ketersediaan dan pemberiannya tergantung musim tanam dan sifat dari hijauannya. Berdasarkan bentuknya: 1.
Hijauan segar terdiri dari : rumput gajah, rumput alam, daun jagung, rumput setaria,
2.
glirisidia, daun ubikayu, daun turi, rambanan dari pekarangan (daun nangka, tayuman, mahoni, sono, sengon, munggur, bambu, pepaya, pisang), tebon/jerami jagung, jerami kacang tanah, kulit luar ubikayu, kulit luar batang ubikayu, Hijauan kering terdiri dari: Jerami padi, jerami kacang tanah (rendeng), jerami kedelai, jerami rumput hermada.
Berdasarkan ketersediaan. Ketersediaan hijauan sangat tergantung pada musim dan pola tanam yang dilakukan oleh petani. Hal ini sebetulnya umum terjadi pada peternak rakyat khususnya di lahan kering, hampir seluruh kebutuhan hijauan tergantung dari limbah tanaman pangan yang ditanam, kualitas hijauan yang akan diberikan pada ternak hampir tidak pernah diperhatikan oleh petani, yang petani perhatikan adalah ketersediaannya apalagi musim kemarau. Sebagai ilustrasi, jenis hijauan pakan yang diberikan pada ternak di dua desa yang berada di lahan kering Kabupaten Gunungkidul, diperlihatkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Pada musim hujan umumnya petanipeternak memberikan hijauan dalam keadaan segar dengan cara dicacah terlebih dahulu dan biasanya tidak ada campuran hijauan kering. Sedangkan pada musim kemarau hijauan yang diberikan didominasi oleh hijauan kering seperti jerami padi, jerami kacang tanah dan lain sebagainya diberikan secara ad libitum dengan ditambah sedikit hijauan segar berupa rambanan atau tebon, pada musim kemarau pemberian pakan dititik beratkan pada pemberian konsentrat dengan komboran yang meningkat dua kali lipat dibandingkan pada musim hujan.
Tabel 1. Komposisi botani hijauan pakan yang diberikan pada ternak berdasarkan musim dan pola tanam di Dusun Menggoran, Bleberan Playen Gunungkidul Musim Pola tanam
1 2
Jenis pakan/ limbah pertanian
Musim Hujan 1 (November–Januari/Februari) Jagung + kc. Tanah + Ubikayu Jagung + ubikayu Jerami padi Jerami jagung (tebon) Rumput Tayuman Jerami kacang tanah Komak Daun kac. hijau
Musim Hujan 2 (Februari-April/Mei) Jagung + Kc. tanah Kacang + jagung Rumput hermada - Jerami kedelai - Jerami jagung - Rumput. - Tayuman. - rumput hermada
Musim Kemarau (Juni–Oktober) Bero * Bero * - Kulit ubikayu. - Daun ubikayu - Batang muda telo. - Tayuman. - Ramban - Hermada - komak
71
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Tabel 2.Komposisi botani hijauan pakan yang diberikan pada ternak berdasarkan musim di Desa Plembutan, Playen Gunungkidul. Musim hujan (MH) Rumput kolonjono Daun jagung / tebon Rumput alam Tayuman
Musim kemarau (MK) Daun turi Tayuman Lamtoro Jerami padi Daun jagung Kulit ubikayu Daun ubikayu Jermai kacang tanah Jerami kedelai Rambanan Komboran
Jenis tanaman yang sengaja ditanam khusus untuk pakan tarnak seperti: rumput gajah, rumput raja, setaria, turi dan tayuman di kedua desa contoh, sedikit sekali ada dalam ransum, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, hal ini dikarenakan keterbatasan lahan untuk membudidayakan rumput tersebut, karena hampir semua lahan digunakan untuk penanaman tanaman pangan. Limbah pertanian yang umum disimpan untuk digunakan sebagai pakan di musim kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami kedelai yang dikeringkan. Pengeringan rata–rata 3-4 hari jemur matahari langsung, kemudian disimpan di para-para kandang atau dibuatkan khusus kandang pakan sebagai lumbung pakan. PRODUKSI HIJUAN PAKAN DI BEBERAPA WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Budidaya pakan ternak banyak dilakukan di lahan kering, produktivitas tanaman di lahan kering sangat ditentukan oleh musim, produksi antara musim hujan dan musim kemarau sangat berbeda. Hasil penelitian Tim Peneliti Peternakan UGM (ANONIMUS, 1990) pada kemampuan adaptasi rumput dan legume di wilayah lahan kering DAS Jratunseluna Jawa Tengah Khususnya di Grobogan menunjukkan adanya penurunan produksi pada tanaman rumput king grass, cynodon dan setaria di saat musim kemarau, tetapi tidak pada rumput andropogon, karena rumput ini lebih tahan
72
terhadap kekeringan. Produksi rumput pakan ternak yang ditanam di bibir/tampingan teras sangat berbeda antara musim hujan dan musim kemarau, pada musim kemarau produksinya hanya sepertiga dari produksi musim hujan (SUHARJO et al., 1995). Akhir-akhir ini untuk mengantisipasi kekurangan pakan di musim kemarau, beberapa petani mencoba menanam rumput hermada di daerah lahan kering seperti di Kabupaten Gunungkidul. Rumput hermada adalah jenis sorgum namun memiliki malai buah yang lebih panjang dibandingkan dengan sorgum biasa. Rumput hermada dapat tumbuh dan berproduksi baik di musim kemarau maupun di musim hujan. Hasil pengkajian di Dusun Karangsari, Depok Sleman pada tanah Inceptisol, dengan perlakuan pemupukan (P I) = 0 kg urea + 3000 kg pupuk organik, (P II) = 100 kg urea + 2500 kg pupuk organik, (P III) = 150 kg urea + 2000 kg pupuk organik, (P IV) = 200 kg urea + 1500 kg pupuk organik, (P V) = 250 kg urea + 1000 kg pupuk organik dan (P VI) = 300 kg urea + 0 kg pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 3. Penanaman dilakukan pada saat musim kemarau yaitu pada bulan Juni. Pada Tabel 3 terlihat penanaman rumput hermada di musim kemarau masih dapat menghasilkan hijauan segar sebanyak 12.642,7 kg, sedangkan penanaman dimusim hujan pada tanah Vertisol di Dusun Menggoran II, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul terlihat pada Tabel 4, yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat malai, berat biji, panjang malai dan berat hijauan. Pada dasarnya pertumbuhan rumput hermada dari ketiga perlakuan pola tanam adalah sama, dilihat dari rata-rata tinggi tanam yang berkisar antara 2,73–2,86 meter, MAHELDASWARA (2003) melaporkan tanaman hermada memiliki ketinggian sekitar 1,5–2,5 m (rumput hermada Jepang) dan 3–4 m (rumput hermada Amerika) dengan jumlah daun antara 14–18 lembar. Kualitas malai pada pola tanam monokultur dan tumpangsari1 didominasi oleh kualitas A/B yaitu munculnya serabut malai dari satu titik atau dari dua titik tumbuh, sedangkan kualitas C munculnya serabut malai dari tiga atau lebih titik tumbuh malai, sehingga terlihat ada batang tengah diantara serabut malai dan ini banyak diproduksi pada penanaman tumpangsari.
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Tanaman sorgum manis juga berpotensi menghasilkan hijauan pakan ternak dari daun hasil klentekan, yaitu daun yang diambil pada saat tanaman berumur 8 dan 12 minggu. Hasil daun dari beberapa varitas sorgum per hektar dalam satu musim tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
Produksi jerami segar pada penanaman dapat monokultur dan tumpasangsari1 mencapai 8,280 ton dan 8,214 ton, produksi sebanyak ini secara hitungan kasar dapat mecukupi kebutuhan pakan ternak sebanyak 276 ekor sapi selama satu hari, atau sapi sebanyak 5-6 ekor selam 50 hari masa panen berikutnya (SUPRIADI dan SOEHARSONO, 2005).
Tabel 3. Potensi produksi malai kering, biji kering, hijauan segar dan hijauan kering dalam kilogram per hektar. Parameter
PI
P II
P III
P IV
PV
PVI
Rerata
B. malai kering
1.094,0
1.169,8
1.152,6
977.7
895,9
890,6
1.030,1
B. biji kering
2.211,7
2.250,9
1.481,9
1.792,5
2.212,8
2.111,1
2.010,5
B. hijauan segar
10.994,4
11.176,2
14.408,1
13.742,1
14.314,5
11.221,2
12.642,7
B. hijauan kering
3.0933,3
4.275,9
3.477,6
5.163,3
3.365,1
3.672,0
3.841,2
Sumber: SUPRIADI dan SOEHARSONo (2005) Tabel 4. Rataan pertumbuhan dan hasil rumput hermada dalam satuan hektar di dusun Menggoran II pada panen pertama. Perlakuan pola tanam
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun Berat malai Berat biji (helai) kering (kg) kering (kg)
Monokultur1 (N=4)
2,75
10
1011,6 4
2335,2
44
8.280
2,73
9
1017,6 4
2341,8
45
8.214
9
5
521,4
42
1.782
2
Tumpangsari (N=5) 3
Tumpangsari (N=7)
2,86
247,2
Panjang Berat malai (cm) hijauan (kg)
Keterangan : Superscipt 1: Monokultur dengan jarak tanam 20 cm x 40 cm. 2: Tumpangsari rumput hermada + ubikayu , ditanam di bidang olah; jarak tanam rumput hermada 20 cm x 40 cm, ubikayu 3 m x 70 cm. 3: Tumpangsari rumput hermada + jagung + ubikayu + kacang tanah, ditanam di pematang (tlisir); jarak tanam rumput hermada 40 cm dalam baris sepanjang tlisir, jagung 40 cm x 60 cm, ubikayu 2 m x 80 cm, kacang tanah 20 cm x 20 cm. 4: Kualitas malai A/B 70%, dan C 30%. 5: Kualitas malai A/B 40%, dan C 60%.
Tabel 5. Perkiraan produksi daun beberapa varitas sorgum manis Varitas Wray
Produksi daun (ton daun segar/ha) 8 minggu
12 minggu
16 minggu
Jumlah selama 4 bulan
8,24
6,12
3,82
18,18
Keller
8,08
8,25
3,70
20,03
Cowley
9,12
8,55
3,60
21,27
RGV 84.29
9,14
8,72
4,21
21,62
Rio
8,75
8,10
4,32
21,17
Sumber: MUSOFIE dan WARDHANI (1996).
73
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Produksi rata-rata limbah tanaman sorgum manis yang berupa daun klentekan maupun jerami daun sorgum selama satu musim tanam adalah sebanyak 20,45 ± 1,40 ton segar/ha, dalam satu tahun, bila perawatannya baik, dapat dua kali keprasan yang hasilnya diperkirakan sebanyak 60 ton hijauan segar (MUSOFIE dan WARDHANI, 1996). Ditinjau dari potensi produksi hijauan segar, kedua jenis sorgum tersebut sangat cocok untuk dikembangkan di lahan pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta.
9,72% protein dan 3,57% lemak. Hasil analisa kandungan bahan yang menyusun biji hermada terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan bahan utama dalam biji hermada. No 1 2 3 4 5 6
KOMPOSISI NUTRIEN TANAMAN SORGUM Pakan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi komposisi tubuh, faktor breeding dan kelamin juga merupakan faktor penentu (TILLMAN et al., 1983). Namun pakan yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkualitas tinggi merupakan salah satu faktor penentu yang kuat terutama dalam percepatan pertumbuhan. Ketersediaan dan kualitas hijauan di suatu tempat sangat bergantung kepada faktor-faktor edafik (tanah), klimatik (iklim) dan spesies atau jenis tanaman pakan tersebut (MUSOFIE, 1990). Di beberapa daerah di Indonesia pada umumnya potensi pakan ternak cukup besar, namun tersedia dalam bentuk limbah pertanian dan hijauan yang berada pada pinggir jalan, produksi dan kualitasnya relatif rendah (NITIS, 1979 dalam SUTEDI et al., 1995). Di dalam rumput hermada terdapat kandungan nutrisi di hampir seluruh bagian tanaman mulai dari biji batang dan daun. Biji hermada mengandung sekitar 28,15% amilosa,
Parameter Kadar air (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Protein (%) Gula total (%) Abu
Biji hermada Amerika 48.09 5,19 8,53 11,27 56,50 3,35
Biji hermada Jepang 39,11 4,16 8,26 9,38 63,37 3,79
Sumber: BPPT (1999) dalam MAHELDASWARA. (2003); SUSANTI et al., ( 2002).
Biji hermada mengandung pati yang terdiri atas amilosa yang memiliki rantai lurus dan amilopektin yang memiliki rantai bercabang. Hermada jenis pera memiliki tingkat amilosa hingga 21% - 28% (TILLMAN et al., 1983). Protein biji hermada berkisar antara 9,38– 11,27%, kadar terendah protein terdapat pada pusat endosperm. Kadar lemak biji hermada sekitar 4,16–5,19%, sekitar 80% lemak hermada terdapat dalam bentuk asam lemak tidak jenuh, terutama asam linoleat 49,0% dan asam oleat 31,0% dan sisanya asam lemak jenuh. Perbandingan nilai nutrisi bahan pakan ternak antara batang dan daun rumput hermada dengan bahan pakan hijauan yang lain tertera pada Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan kandungan bahan utama beberapa hijuan pakan dalam prosentase terhadap bahan kering (%) No
Parameter
Batang hermada 1
Daun hermada1
Rumput gajah 2
Jerami padi 3
Jermai kacang 3
Jerami Pucuk jagung 4 tebu 2
Jerami kedelai 2 15,2
1
Kadar air
61,04
57,35
78,3
60,2
70,7
61,1
67,5
2
Lemak
0,05
1,23
2,43
0,87
-
1,73
-
1,8
3
Serat kasar
11,64
10,51
38,0
28,1
24,7
24,4
23,5
42,2
4
Protein
1,35
3,76
10,1
5,5
13,9
7,6
8,5
7,7
5
Abu
5,61
7,11
9,46
23,8
18,4
10,6
9,3
8,6
1
2
3
4
Sumber: ANONIMUS (2000); SUTARTI et al., (1 976), REKSOHADIPRODJO et al., (1979), SUTARDI (1979) - Tidak tersedia data.
74
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Tabel 8. Komposisi zat-zat makanan daun sorgum manis Zat makanan
Komposisi zat makanan (% dasar bahan kering) Wray
Keller
Cowley
RGV
Rio
Bahan kering
29,33
27,97
30,69
29,25
30,09
Bahan organik
86,69
85,46
87,22
87,03
86,99
Mandau1
Umur tanaman 12 minggu
Protein kasar
8,96
9,83
5,37
7,16
6,25
Serat kasar
19,36
23,41
20,55
28,57
18,40
NDF
65,96
60,43
60,91
65,45
64,66
Bahan kering
42,31
58,40
42,28
38,64
44,89
40,91
Bahan organik
79,98
84,63
81,79
83,04
84,83
86,39
Protein kasar
7,19
7,21
6,37
7,27
6,28
3,09
Serat kasar
18,41
20,48
18,97
21,86
26,50
24 80
NDF
49,66
62,62
55,29
58,22
57,26
65,84
Umur tanaman 16 minggu
1)
Keterangan : Mandau = sorgum biji; NDF = neutral detergent fibre. Sumber: MUSOFIE dan WARDHANI (1996)
Batang dan daun rumput hermada dilihat dari kandungan zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya lebih rendah dari pada yang terdapat dalam bahan hijauan yang lainnya. Namun demikian hijauan rumput hermada atau jerami rumput hermada dapat dijadikan salah satu sumber hijauan pakan ternak. Lain hal dengan daun sorgum manis kandungan nilai nutrisinya memenuhi syarat untuk dijadikan pakan ternak, seperti terlihat pada Tabel 8. Kadar protein kasar sorgum manis tidak jauh berbeda dengan kadar serat kasar rumput gajah tua yang dipanen umur 75 hari dan lebih baik dibandingkan dengan pucuk tebu yang hanya 5,4% (MUSOFIE, 1984 dalam MUSOFIE dan WARDHANI 1996). Hasil penelitian lain mengemukakan bahwa jerami sorgum manis relatif sama komposisi zat nutrisinya dengan jerami padi. Protein jerami padi 4,8% demikian pula jerami sorgum. Kecernaan bahan kering jerami sorgum 53,5% sedangkan jerami padi 42,5% (GUNAWAN dan ZAINUDIN 1996). FUNGSI LAIN BEBERAPA TANAMAN PAKAN TERNAK Tanaman pakan ternak memiliki banyak fungsi selain dari hasil hijauannya, seperti halnya pada konservasi tanah pada lahan
miring, penanaman rumput pakan bertujuan untuk menghasilkan hijauan, tetapi juga ditujukan untuk mencegah erosi dan penguat teras, penanaman strip rumput pada bibir dan tampingan teras dapat mengurangi erosi tampingan hingga 50% (HAFIF et al., 1995), sedangkan tampingan teras yang tidak ditanami rumput terjadi erosi tanah hingga 40 – 50 ton/ha/musim tanam, tetapi bila tampingannya ditanami rumput pakan, erosi yang terjadi berkurang hingga 35–40% (SUHARJO et al., 1995). Tanaman sorgum, baik sorgum manis maupun rumput hermada tahan hidup dan tumbuh baik pada kondisi panas dan kering sehingga akan tumbuh terus sampai musim hujan tiba dan siap menahan erosi tanah oleh aliran permukaan pada saat musim hujan. Dengan demikian sorgum memungkinkan digunakan sebagai tanaman pencegah erosi pada lahan-lahan kering yang berlereng. Tanaman sorgum manis disamping dapat mencegah erosi juga dapat digunakan sebagai penghasil nira untuk pemanis. Dengan kandungan TSAI rata-rata 60 ppm berpotensi dijadikan bahan baku pemanis (PURNOMO, 1996), atau bahan industri lain seperti sirup, pati dan beer (SUMARNO dan KARSONO, 1996). Rumput hermada juga dapat digunakan sebagai pencegah erosi bila ditanam di bibir
75
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
dan tampingan teras pada lahan kering yang berlereng sedangkan hasil malainya dapat digunakan untuk kerajinan sapu salju, hiasan dinding, tas tangan dan taplak meja semuanya dapat diekspor ke mancanegara (MAHELDASWARA, 2003; SUSANTI et al., 2002). KESIMPULAN Budidaya tanaman hijauan makanan ternak di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dibudidayakan secara khusus, penanaman hanya pada lahan-lahan sisa dari lahan tanaman pangan dengan produksi yang sangat rendah terutama pada saat musim kemarau. Rendahnya produksi dikarenakan tanaman rumput kurang tahan kekeringan. Sebagai alternatif pemenuhan hijauan makanan ternak dilahan kering terutama pada saat musim kemarau dan juga untuk mencegah erosi pada saat musim hujan, dengan penanaman jenis sorgum manis atau rumput hermada di bibir dan tampingan teras. Jenis sorgum manis disamping menghasilkan hijauan pakan juga menghasilkan nira sebagai bahan pemanis dan biji untuk bahan baku pati atau beer, sedangkan rumput hermada dapat menghasilkan malai sebagai bahan baku sapu, hiasan dinding atau tas tangan dan taplak meja untuk diekspor ke mancanegara. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUOS. 1990. Laporan Akhir. Peranan Rumput, Legum dan Limbah Pertanian untuk Konservasi tanah dan Sumber Pakan Di Daerah Aliran Sungai Jratunseluna. Kerjasama, Fakultas Peternakan UGM dengan Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan,Tanah dan Air (P3HTA). Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. ANONIMUS. 2000. Teknik Budidaya Sorghum Jepang dan Amerika. CV. Raditya Multi Jaya. An pablist. DINAS PETERNAKAN. 1983. Petunjuk Bertanam Rumput Unggul. Dinas Peternakan Kabupaten Dati II Kulon Progo. EFFENDI, H., NAWAWI, NUR BASUKI dan SANDRA DEWI, 1996. Tanggap tiga varitas sorgum manis terhadap pemupukan nitrogen pada tanah alluvial, Pasuruan. Risalah symposium,
76
Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan agro-industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbi-Umbian. EFFENDI, S. 1984. Penanaman tanaman pangan sebagai tanaman penutup tanah dan pengaruhnya terhadap konservasi tanah, Seminar satu hari tentang tanaman penutup tanah. BPP. Bogor. GUNAWAN dan D. ZAINUDIN, 1996. Komposisi zat nutrisi dan anti-nutrisi beberapa jenis sorgum sebagai faktor utama dalam penyusunan ransum ternak. Risalah symposium, Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan agroindustri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbi-Umbian. HAFIF, B., MASWAR, MULUD. S, SUPRIADI, ABDULLAH ABAS ID. 1995. Potensi dan efektivitas beberapa teknik stabilitas lahan pada kawasan perbukitan kritis Nawungan Yogyakarta. Proseding Lokakarya dan ekspose teknologi system usahatani konservasi dan alat mesin pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. MAHALDASWARA, D. 2003. Budidaya Rumput Hermada di Lahan Kering dan Kritis. Kanisius. Yogyakarta MUSOFIE, A. 1990. Optimasi Penggunaan Hijauan Pakan Dalam Ransum Sapi Perah Rakyat. Proc. Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah . Sub Balai Penelitian Ternak Grati. MUSOFIE, A. dan N, K, WARDHANI. 1996. Sorgum manis, manfaatnya sebagai bahan pakan dan pengembangan agro-industri lahan kering. Risalah symposium, Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan agro-industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang– Kacangan dan Umbi-Umbian. PURNOMO, E. 1996. Potensi sorgum manis sebagai alternatif pemanis non tebu. Risalah symposium, Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan agro-industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang–Kacangan dan Umbi-Umbian REKSOHADIPRODJO, S., S. LEBDOSUKOJO, S.P.S, BUDI dan R, UTOMO. 1979. Nilai makanan limbah pertanian untuk ruminansia. Proc. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor. SEMBIRING, H., M.THAMRIN dan A. SYAM. 1990. Peranan usahatani konservasi dalam pengendalian erosi di Desa Srimulyo. Malang. DAS Brantas. Risalah Pembahasan Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah. Tugu. Bogor. Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air. Badan Litbang Pertanian. SIREGAR, M. 1980. Peranan tanaman penutup terhadap konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap tanaman karet. Seminar satu hari tentang tanaman penutup tanah. BPP. Bogor. SUBIHARTA, D. LUBIS, U. KUSNADI, D. PRAMONO dan T. PRASETYO. 1989. Pengaruh introduksi rumput penguat teras terhedap pemeliharaan ruminansia kecil di DAS Jarunseluna. Risalah Diskusi Ilmiah Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi di Daerah Aliran Sungai. Batu. Malang. SUHARJO, M., MASWAR, SUPRIADI, ABDULLAH ABAS. ID, M. THAMRIN dan ELAM MASBULAN. 1995. Penerapan strip rumput dalam system usahatani konservasi di lahan perbukitan kritis Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Prosiding Lokakarya dan ekspose teknologi system usahatani konservasi dan alat mesin pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. SUPRIADI dan SOEHARSONO. 2005. Makalah diseminarkan di BPTP Jawa-Tengah dalam Seminar Nasional“ Memacu Pembangunan Pertanian di Era Pasar Global”. Serangkaian dengan kegiatan “ Soropadan Agro EXPO II 2005”. SUPRIADI, A. MUSOFIE, N. HIDAYAT dan B. PRASETYO. 2001. Optimasi penyediaan hijauan pakan di Kabupaten Bantul. Proc. Seminar Nasional Teknologi Pertanian Pendukung Agribisnis dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Wilayah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Kerjasama dengan BAPPEDA. D.I. Yogyakarta, Univ. Pembangunan Nasional “Veteran”Yogyakarta.
SUMARNO dan S. KARSONO. 1996. Perkembangan produksi sorgum di dunia dan pengembangannya. Risalah symposium, Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan agro-industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang–Kacangan dan Umbi-Umbian. SUSANTI, P, SINGGIL. P., dan RUMRAWI J. 2002. Agribisnis Hermada Menjanjikan. Kharisma Promosindo. Jakarta. SUTARDI, T. 1979. Ketahanan protein bahan terhadap degradasi oleh mikrobo rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Proc. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Peneltian Peternakan. Bogor. SUTARTI, H., A. JAYANEGARA, A. R., SIREGAR, dan T. MANURUNG. 1976. Hasil analisa bahan makanan ternak. Lembaga Penelitian Peternakan – Laporan Khusus No 3. Bogor. SUTEDI, E., SITI YUHAENI, PURWANTARI N. D., dan PUTU SURATMINI. 1995. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Leguminosa Codariocalyx gyroides di Bawah Naungan Kelapa Hibrida. Prosiding. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Bogor, 7-8 Nopember 1995. Jilid 2. TILLMAN, A. D., HARI H., SOEDOMO R., SOEHARTO P., dan SOEKANTO L. 1983. Ilmu Makan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Prees. Fakulas Peternakan UGM. UTOMO, R. 1999. Jerami Padi sebagai Pakan: Potensi, Kendala dan Prospek. Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala pada Fak. Peternakan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta.
77