POTENSI JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PAKAN MERAK HIJAU JAWA (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) DI TAMAN NASIONAL BALURAN, JAWA TIMUR
KUNCUP AYU SEPTANIA
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Potensi Jenis Tumbuhan sebagai Pakan Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Baluran adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Mei 2009
Kuncup Ayu Septania NRP G351040161
KUNCUP AYU SEPTANIA. The potential plants as food for javan green peafowl (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) in Baluran National Park, East Java. Supervised by Dede Setiadi and Jarwadi Budi Hernowo.
ABSTRACT Javan green peafowl (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) is one of the globally threatened bird in Indonesia because of the pressure in their population and habitats. Food is one of the most important component in javan green peafowl’s habitat. The potential plants analysis as food is using the concentration method in evergreeen, moonsoon forest, beach forest, and savanna, while the species as javan green peafowls’s food is using transect of vegetation analysis. There are 30 species of plants eaten by peafowl in evergreen forest, moonsoon forest, beach forest, and savanna of Baluran National Park, consist of tree (13.79%), pool (7.41%), seedling (13.51%), and undergrowths (35.29%). Most of them are undergrowths and leaves are most of eaten parts. Jarong (Achyrantes aspera L.) has the second rank of undergrowths (14.657%) and has the highest palatability as peafowl’s food (34.568%). It becomes important plant as food for green peafowl during the dry season. The analysis of peafowl’s feeding ground from four vegetation types show that savanna is important as feeding ground. Potentially, plants as food for javan green peafowl in Baluran National Park is adequate.
Keywords: green peafowl, potential plants, baluran
RINGKASAN KUNCUP AYU SEPTANIA. Potensi jenis tumbuhan sebagai pakan merak hijau jawa (Pavo muticus muticus Linneaus, 1766) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Dibimbing oleh Dede Setiadi dan Jarwadi Budi Hernowo. Merak hijau jawa (Pavo muticus muticus Linneaus, 1766) termasuk jenis burung yang mendapat tekanan cukup besar baik populasi maupun habitatnya, sehingga menjadi satwa yang terancam secara global. Pakan merupakan komponen yang sangat penting pada habitat merak hijau jawa. Perubahan musim dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi jenis pakan merak hijau dan akan mempengaruhi musim kawin dan waktu reproduksi merak. Perubahan habitat akan mempersempit ruang gerak dan kesempatan merak dalam memperoleh pakan. Pengetahuan akan jenis pakan merak diharapkan dapat membantu perlindungan dan pelestarian merak hijau terutama untuk kesediaan pakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pakan merak hijau jawa pada musim kemarau dan makanan kesukaannya, serta menganalisis struktur dan komposisi vegetasi habitat merak hijau jawa di Taman Nasional Baluran (TNB). Penelitian dilakukan di Resort Bekol, TNB, pada bulan Juli sampai dengan September 2006. Analisis potensi tumbuhan sebagai pakan dilakukan dengan metode terkonsentrasi di evergreen, hutan musim, hutan pantai, dan savana; sedangkan jenis tumbuhan sebagai pakan merak dilakukan pendekatan dengan analisis vegetasi secara transek. Total jenis tumbuhan yang dimakan merak hijau di Taman Nasional Baluran ada 30 jenis pada tipe vegetasi evergreen, hutan musim, hutan pantai, dan savana yaitu jarong (Achyrantes aspera L.), othok-othok (Flemingia lineata Roxb.), labu hutan (Passiflora sp), mengkuduan (Morinda tinctoria), sangkep (Acalypha indica), tarum (Indigofera sumatrana), sidaguri (Sida acuta Burm. F), gebang (Corypha utan), widuri (Calotropis gigantea), bukol (Zyzyphus rotundifolia), berduri banyak (Barleria prionitis L.), rayutan daun kupu2 (Bauhinia angulata Roxb.), pathikan kebo (Euphorbia hirta), kacang beneh (Tephrosia pumila Persl.), 003 (Achyranthes sp), jerukan (Capparis separia L.), aseman (Cassia mimosoides Bl.), serut (Streblus asper), sokdoy (Azima sarmentosa), rayutan bulu (Ipomoea obscura), meniran (Phyllanthus sp), melati hutan (Plumbago zeylanica), rayutan kacang (Clitoria ternatea), rayutan kangkung (Wisadula acidula), santiet (Passiflora foetida), mirip mengkuduan (Morinda tomentosa), Capsicum sp, Eleusine indica, Cassia obstusifolia, dan Amaranthus sp. Berdasarkan habitusnya, pakan terbagi atas pohon (13.79%), tihang (7.41%), anakan (13.51%), dan tumbuhan bawah (35.29%). Sebagian besar merupakan tumbuhan bawah dan bagian yang dimakan berupa daun-daunan. Jarong (Achyrantes aspera L.) merupakan tumbuhan bawah peringkat kedua (14.657%) dan merupakan jenis pakan merak dengan tingkat kesukaan tertinggi (34.568%). Hasil analisis terhadap tipe vegetasi yang menjadi tempat mencari pakan merak hijau jawa menunjukkan bahwa savana merupakan tempat penting sebagai habitat pakan merak. Jika dilihat dari nilai penting, jenis tumbuhan sebagai pakan merak di TNB tidak mengalami masalah terutama pada jarong. Pada tipe vegetasi evergreen jarong menduduki peringkat tiga dengan INP 22.884%, di hutan musim sebesar 11.085% (peringkat 5), di hutan pantai 9.507% (peringkat 7), dan di savana 42.745% (peringkat 1). Secara potensial, tumbuhan pakan merak di TNB mencukupi, ditambah sifat merak yang oportunis maka pakan merak di TNB tidak merisaukan.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
POTENSI JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PAKAN MERAK HIJAU JAWA (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) DI TAMAN NASIONAL BALURAN, JAWA TIMUR
KUNCUP AYU SEPTANIA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Biologi
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul tesis
:
Potensi Jenis Tumbuhan Sebagai Pakan Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur
Nama
:
Kuncup Ayu Septania
NIM
:
G351040161
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. DR. Ir. Dede Setiadi, MS
Ir. Jarwadi B. Hernowo, MSc
Ketua
Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Biologi
Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB
DR. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA MS.
Prof. DR. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,
Tanggal Ujian: 7 Mei 2009
Tanggal Lulus:
PRAKATA Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, MS dan Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc. F. atas bimbingan dan arahannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Balai Taman Nasional Baluran yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Kepala Balai TNB; Ir. Syamsuhari, MSi dan kepala Seksi Bekol Ir. Pratono atas kemurahan hatinya memberikan fasilitas tempat tinggal, serta kepada Pak Sis, Mas Nanang, Mas Yusuf, Mas Taufik, Pak Agus, Mas Sis, Pak Trihari, Mas Wid, dan pegawai TNB yang lain baik di kantor maupun di lapang atas bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. Segala cinta dan kasih sayang untuk suamiku Surya Iskandar juga kepada anakku Syifa Yumna yang cantik dan selalu memberikan segala bentuk dukungan. Terima kasih juga kepada orangtuaku; Mama dan Papa, Pakdhe dan Budhe atas dukungan moral, material, dan spiritual, serta cinta kasih dari saudari-saudariku Mbak Pipit, Retno, dan Wulan. Tak lupa ucapan khusus kepada kakak Yanie Prihatin yang juga selalu memberikan dukungan dalam bentuk apapun. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat walaupun hanya sedikit tehadap ilmu pengetahuan. Bogor, Mei 2009
Kuncup Ayu Septania
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 3 September 1980 dari ayah Ma’ali, BE dan ibu Rilawati. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudari. Penulis memperoleh pendidikan sekolah menengah pertamanya di SMP Negeri 2 Gombong dan lulus pada tahun 1996. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Batik 1 Surakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Pasca Sarjana dan mengambil program studi Biologi. Selama menjalani pendidikan, penulis menjadi tim pengajar mata kuliah Ekologi, Ilmu Lingkungan, serta Toksikologi Lingkungan pada program Diploma IPB, di bawah koordinator Prof. DR. Ir. Dede Setiadi, MS. dan DR. Ucu Rahayu, MSi. Penulis telah menerbitkan artikel berjudul Dominansi Tumbuhan Bawah Liar yang Berperan Sebagai Tumbuhan Obat di Daerah Gunung Andam Taman Nasional Gunung Halimun pada Jurnal Analisis Lingkungan tahun 2004.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………………..
vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... C. Manfaat Penelitian ......................................................................................
1 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyebaran di Pulau Jawa............................................................................ B. Taksonomi.................... ................................................................................ C. Morfologi....................................................................................................... D. Habitat........................................................................................................... E. Populasi........................................................................................................ F. Perilaku Makan.............................................................................................. G. Jenis Pakan................................................................................................... H. Nilai Gizi Pakan………………………………………………………………….
3 4 5 6 7 8 9 11
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik 1. Sejarah Penetapan............................................................................... 2. Letak Kawasan..................................................................................... 3. Wilayah Kerja........................................................................................ 4. Iklim...................................................................................................... 5. Topografi dan Tanah............................................................................ 6. Geologi................................................................................................. 7. Tanah.................................................................................................... 8. Hidrologi................................................................................................ B. Potensi Biologi 1. Tipe Vegetasi........................................................................................ 2. Flora...................................................................................................... 3. Fauna.................................................................................................... C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat………………………………………….
13 13 14 15 16 16 16 17 17 18 19 20
IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... B. Alat dan Bahan............................................................................................ C. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka........................................................................................ 2. Pengamatan Pendahuluan.................................................................... 3. Pengamatan terhadap Pakan Merak..................................................... 4. Analisis Vegetasi....................................................................................
25 25 25 25 25 25 26
V. HASIL A. Potensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran 1. Potensi Pakan………………………………………………………………...... 2. Struktur dan Komposisi……………………………………………………......
32 34
ix
B. Distribusi Pakan Merak Hijau………………………………………………........ C. Palatabilitas Pakan Merak Hijau……………………………………………........ D. Analisis Proksimat Pakan Merak Hijau……………………………………....... E. Aktivitas Makan…………………………………………………………………..... F. Strategi Mencari Pakan (Foraging Strategy)……………………………………
37 39 42 43 46
VI. PEMBAHASAN A. Potensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran…………………….... B. Distribusi Pakan Merak Hijau……………………………………………………... C. Palatabilitas dan Analisis Proksimat Pakan Merak Hijau…………………….... D. Aktivitas Makan…………………………………………………………………...... E. Strategi Mencari Pakan (Foraging Strategy)…………………………………….
50 52 53 59 60
VII.
SIMPULAN........................................................................................................
64
VIII. SARAN.............................................................................................................
65
VII.
66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
VIII. LAMPIRAN ………………………………………………………………………….
69
x
DAFTAR TABEL Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tingkat vegetasi sebagai jenis pakan merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo (Supratman 1998)............................................................................. Beberapa Gunung yang terdapat dalam Kawasan Taman Nasional Baluran............................................................................................................ Jenis-jenis Tumbuhan Dominan pada Masing-masing Tipe Vegetasi di Taman Nasional Baluran................................................................................ Desa dan Jumlah Penduduk di Sekitar TN Baluran....................................... Jumlah Kepala Keluarga (KK) Pra-Sejahtera, Sejahtera 1, dan Sejahtera 2..................................................................................................... Mata Pencaharian Masyarakat Desa di Sekitar TN Baluran.......................... Tingkat Pendidikan Masyarakat di Sekitar TN Baluran.................................. Agama yang Dipercayai Masyarakat Sekitar Kawasan TN Baluran............... Sumberdaya Kawasan TN Baluran yang dimanfaatkan Masyarakat............ Bentuk Interaksi Masyarakat terhadap Kawasan........................................... Lokasi plot contoh....................................................................................... Jenis pakan merak di Taman Nasional Baluran............................................. Indeks Nilai Penting tertinggi di Taman Nasional Baluran.............................. Persentase jumlah jenis pakan merak dari jumlah jenis tumbuhan ............. Frekuensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran............................ Palatabilitas Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran......................... Habitus tumbuhan dan jumlah dimakan oleh merak hijau.............................. Bagian tumbuhan yang dimakan merak dan jumlahnya................................. Hasil analisis proksimat pakan merak hijau.................................................... Hasil analisis proksimat kotoran merak hijau.................................................. Lokasi ditemui merak sedang makan dan jumlahnya..................................... Jumlah jenis tumbuhan bawah pada tiap tipe ekosistem...............................
9 16 19 20 21 21 22 23 23 24 26 32 33 36 37 39 40 40 41 42 44 51
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Penyebaran merak hijau di Pulau Jawa ................................................................. Bagian-bagian tubuh merak hijau jantan................................................................ Anatomi pencernaan makanan pada ayam............................................................ Penggolongan bahan makanan berdasar sifat kimiawi.......................................... Letak Taman Nasional Baluran di Pulau Jawa....................................................... Pembagian Wilayah Kerja Taman Nasional Baluran.............................................. Bentuk Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TN Baluran.................................. Titik pengamatan di hutan pantai............................................................................ Titik pengamatan di savana................................................................................... Lokasi Penelitian dan Titik Peletakan Petak Contoh ........................................... Desain Metode Garis Petak................................................................................ Jumlah jenis pakan merak pada setiap tipe vegetasi............................................. Jarong (Achyranthes aspera L.).............................................................................. Daun dan bunga othok-othok (Flemingia lineata Roxb.)......................................... Merak sedang makan buah gebang di pagi hari..................................................... Merak sedang makan buah gebang di sore hari................................................. ... Kelompok merak sedang makan sambil berjalan............................................... ... Sekumpulan merak di kubangan bekol............................................................... ... Merak sedang makan di sekitar kubangan Bama................................................... Merak sedang mencari makan di pinggir jalan di hutan musim bersikap waspada Daun labu hutan (Passiflora sp.)............................................................................. Daun mengkuduan (Morinda tinctoria).................................................................... Merak hijau sedang makan sambil display di hutan musim.................................... Merak di atas pohon serut (Streblus asper) di Hutan Pantai.................................. Ajag (Cuon alpinus) sebagai predator merak hijau................................................. Merak berteduh di bawah pohon mimba (Azadirachta indica)................................ Merak minum di kubangan Bama........................................................................... Pohon Bukol sebagai titik pengamatan di tengah savana......................................
3 5 10 12 14 15 24 26 26 28 29 33 39 39 44 44 47 47 48 49 53 54 57 58 58 60 61 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis pakan merak pada tiap tipe ekosistem................................................ Bagian yang dimakan dan lokasi ditemukan dari jenis tumbuhan sebagai pakan merak di Taman Nasional Baluran……………………………………… Daftar Nama Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Baluran........................... Daftar Jenis Tumbuhan di Empat Tipe Ekosistem di Taman Nasional Baluran........................................................................................................... Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Evergreen.............................. Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Hutan Musim......................... Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Hutan Pantai.......................... Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Savana.................................. Indeks Nilai Penting Tumbuhan di Taman Nasional Baluran........................
70 72 74 77 82 85 88 91 93
xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merak hijau jawa (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) termasuk jenis burung yang mendapat tekanan cukup besar baik populasi maupun habitatnya, sehingga menjadi satwa dilindungi di Indonesia, dengan status dilindungi ditetapkan berdasarkan SK. Mentan Nomor 66/Kpts/Um/2/1973; SK Mentan No.301/Kppts-II/1991; UU RI No.5 tahun 1990; dan PP RI No.7 tahun 1999. CITES menetapkan bahwa merak hijau termasuk dalam appendix II (Sözer, Saaroni, Nurwatha 1999; Departemen Kehutanan dan Perkebunan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 2000). IUCN menyebutkan dalam Red Data Book (2005) bahwa Pavo muticus (green peafowl) sudah berstatus vulnerable yaitu spesies yang dalam keadaan genting pada waktu dekat karena populasinya menurun dan sebarannya menyusut (Primack 1998). Sedangkan untuk jenis merak hijau di Pulau Jawa (P. muticus muticus) sudah memiliki status endangered (Anonim 1995). Merak hijau di pulau Jawa masih terdapat di beberapa taman nasional pada habitat daerah dataran rendah, terutama di daerah Jawa bagian tengah dan timur (Balen van, Prawiradilaga, Indrawan 1995). Salah satu daerah habitat merak hijau adalah Taman Nasional Baluran. Ancaman penurunan populasi merak hijau yang utama adalah karena perusakan habitat dan perburuan yang terus-menerus. Hutan di Jawa sebagian besar sudah terfragmentasi sehingga mengakibatkan populasi merak hijau terisolasi. Salah satu komponen penting dalam habitat merak hijau adalah pakan. Untuk itu pengaruh perubahan habitat merak oleh manusia terhadap ketersediaan pakan merak hijau jawa penting untuk dikaji. Pakan sangat penting sebagai sumber energi untuk mempertahankan diri dan untuk membantu reproduksi. Merak sangat bergantung pada tumbuhan sebagai sumber makananannya. Namun merak hijau jawa termasuk omnivora sehingga tidak hanya mengkonsumsi tumbuhan saja (bijibijian, buah, dan daun-daunan) sebagai sumber pakan utama, tetapi juga serangga untuk memenuhi kebutuhan protein tubuhnya. Perubahan musim akan mempengaruhi jumlah dan komposisi jenis pakan merak. Pakan akan melimpah pada saat musim hujan dan sebaliknya
pada musim kemarau. Hal ini akan mempengaruhi musim kawin dan waktu reproduksi merak, yaitu biasanya dilakukan di penghujung musim kemarau. Perubahan habitat akan mempersempit ruang gerak dan kesempatan merak hijau dalam memperoleh pakan. Pengetahuan akan jenis pakan merak hijau jawa diharapkan dapat membantu perlindungan dan pelestarian terhadap merak hijau, terutama dalam ketersediaan pakannya. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pakan merak hijau jawa pada musim kemarau dan makanan kesukaannya, serta menganalisis struktur dan komposisi vegetasi habitat pakan merak hijau jawa di Taman Nasional Baluran.
C. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis pakan merak hijau jawa (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766) di kawasan Taman Nasional Baluran serta makanan kesukaan merak hijau jawa. 2. Memberikan informasi tentang struktur dan komposisi vegetasi sebagai habitat merak hijau di kawasan hutan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. 3. Memberikan informasi tentang pakan merak dalam rangka mengelola konservasi merak hijau jawa baik in-situ maupun ex-situ.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyebaran di Pulau Jawa Penyebaran merak hijau di Indonesia hanya ada di Pulau Jawa, yaitu di beberapa taman nasional di daerah hutan dataran rendah, terutama di daerah Jawa bagian tengah dan timur (Balen van, Prawiradilaga, Indrawan 1995). Daerah penyebaran merak hijau di pulau Jawa terutama di daerah hutan alam dataran rendah seperti di daerah Ciogong (Jawa Barat); hutan jati Alas Roban dan Baluran, dan Ujung Kulon.
Gambar 1. Penyebaran merak hijau di Pulau Jawa (Sumber : www.rdb.or.id)
Keterangan : ● : penyebaran saat ini ○ : penyebaran historis
Keterangan lokasi penyebaran merak saat ini : 231
:
Ujung Kulon NP
261
:
Clering
282
:
233
:
Cikepuh
262
:
Pati
283
:
Ranu Dunungan Hyang Plateu
236
:
Sampora
266
:
Randublatung
284
:
Gunung Ringgit
240
:
Ciogong
267
:
Mantingan
285
:
Meru Betiri NP
244
:
Cikelet
269
:
Alas Sengok
286
:
Gunung Raung
245
:
Leuweung Sancang WR
272
:
Padangan
287
:
Krepekan
246
:
Buahdua
277
:
Tuban
288
:
Lijen
247
:
Cikawung
279
:
Wonosalem
289
:
Baluran NP
250
:
Nusa Kambangan
281
:
Lebakharjo
290
:
Alas Purwo NP
254
:
Alas Roban
B. Taksonomi Merak Hijau memiliki taksonomi sebagai berikut (Grzimek 1975, IUCN 2004): Phyum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
Class
: Aves
Ordo
: Galliformes
Famili
: Phasianidae
Sub famili
: Phasianinae
Genus
: Pavo Linnaeus, 1758
Spesies
: Pavo muticus Linnaeus, 1766
Jenis Pavo muticus memiliki 3 sub spesies, yaitu Pavo muticus imperator, Pavo muticus muticus, dan Pavo muticus spicifer (Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam 2000). Merak hijau jawa adalah Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766. Anggota dari famili Phasianidae memiliki bulu indah dan pejalan yang kuat. Sub family Phasianinae secara umum dibedakan berdasarkan perbedaan warna bulu yang dimiliki dan cara merontokkan bulu ekornya, yaitu dari susunan atau baris yang mana bulu ekornya pertama kali rontok. Meskipun banyak buku menyatakan bahwa ayam dan kalkun merupakan granivora,
tetapi
ayam
dan
kalkun
merupakan
omnivora.
Anatomi
pencernaan dan strategi pencarian pakan tidak mencerminkan sebagai granivora, serta tidak dimilikinya preferensi hanya terhadap biji-bijian (Klasing 2005).
B. Morfologi Merak merupakan salah satu burung darat yang berukuran besar dan memiliki kaki panjang. Morfologinya berbeda-beda menurut umur dan jenis kelaminnya. Bulu ekor merak jantan yang panjang memiliki tangkai yang kuat dan warna yang menakjubkan (Grzimek 1975). Sharma (1972) menyatakan bahwa bulu merak di India akan lebih cepat tumbuh jika merak diberi pakan biji-bijian, sehingga biji-bijian menjadi pakan yang penting bagi merak. Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak hijau jawa dikatakan dewasa jika mencapai umur kurang lebih 2 tahun. Secara umum warna merak
dewasa
adalah
hijau-biru
keemasan
dan
mengkilat.
Jambul
mengumpul berwarna hijau dan taji berwarna hitam keabuan. Muka berwarna biru laut bagian samping atas dan kuning pada samping bawah. Paruh, tungkai, dan taji berwarna hitam keabuan. Leher, dada, punggung, dan penutup ekor berwarna hijau biru keemasan metalik. Bulu-bulu ekor berwarna hitam kecoklatan. Bulu sayap berwarna hitam kecoklatan, beberapa bulu primer berwarna coklat muda serta penutup sayap berwarna biru tua metalik. Merak jantan dewasa memiliki bulu hias mulai di tubuh bagian atas namun merak hijau betina tidak memiliki bulu hias. Bulu hias merak hijau jantan menutupi bulu ekor dan tumbuh secara perlahan serta rontok pada saat musim kawin selesai.
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh merak hijau jantan (Sumber : www.peafowl.org.htm)
C. Habitat Merak dapat ditemukan hampir di semua tipe vegetasi. Secara historis, merak hijau dapat hidup pada habitat yang luas, termasuk hutan primer maupun sekunder, daerah tropis dan subtropis, hutan evergreen, konifer, rawa, tepi hutan, daerah terbuka, hutan bambu, padang rumput, dari tepi pantai sampai kurang lebih ketinggian 2100 m dpl (Birdlife 2004). Vegetasi berperan sebagai sumber makanan, tempat berlindung, dan tempat bernaung bagi merak hijau. Struktur dan komposisi vegetasi berhubungan dengan pemilihan habitat dan kelimpahan merak hijau (Hernowo 1995). Merak hijau memanfaatkan pohon untuk tidur, pohon untuk bertengger, dan pohon lindungnya sebagai penyedia makanan yaitu dengan memakan buahnya (Rini 2005). Supratman (1998) melaporkan bahwa habitat yang disukai merak di Taman Nasional Alas Purwo adalah areal terbuka dengan rerumputan dan semak serta tidak jauh dari pepohonan untuk berteduh. Wasono (2005) juga melakukan penelitian di Taman Nasional Alas Purwo, menyatakan bahwa merak hijau lebih menyukai padang penggembalaan Sadengan sebagai habitatnya, meskipun sumber makanan juga banyak terdapat di areal tumpang sari. Sedangkan di Taman Nasional Baluran, merak hijau memilih banyak habitat yaitu hutan musim, hutan pantai, hutan jati, savana, dan hutan evergreen (Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995). Merak hijau melakukan pemilihan tempat mencari makan (feeding site) antara lain dilihat dari tingkat gangguan baik oleh manusia maupun satwa lain, ketersediaan air, kualitas pakan, dan jangkauan dari tempat merak hijau tidur (Wasono 2005). Biasanya tempat mencari pakan ini di tempat-tempat terbuka berupa rerumputan dan semak belukar. Hernawan (2003) dan Rini (2005) melaporkan bahwa merak hijau juga pergi ke daerah tumpang
sari
milik
masyarakat
untuk
mencari
makan
meskipun
gangguannya cukup besar. Yuniar (2007) menyatakan bahwa merak hijau mencari pakan di daerah terbuka dengan keanekaragaman rumput dan tumbuhan bawah yang tinggi. Merak hijau melakukan pemillihan terhadap jenis vegetasi yang akan dijadikan tempat tengger (roosting site). Hernowo (1995) menyatakan bahwa karakter tempat tengger merak hijau jawa biasanya berupa pohon yang tingginya lebih dari 7 m, daun-daunnya agak jarang, berada di dekat tempat
terbuka, percabangan mendatar (tegak lurus), dan di sekitarnya juga ada pohon lain yang lebih rendah. Mulyana (1988) dan Hernowo (1995) menyebutkan bahwa di Taman Nasional Baluran, merak memilih Pilang (Acacia leucophloea) dan klampis (Acacia tomentosa) sebagai pohon untuk tidur. Selain itu juga masih ada beberapa pohon lain yang digunakan untuk tidur seperti gebang (Corypha utan), kepuh (Sterculia foetida), asam (Tamarindus indica), dan sebagainya. Sedangkan di Taman Nasional Alas Purwo, merak hijau memilih apak (Ficus infectoria), bendo (Artocarpus elastica), mahoni (Swietenia macrophylla) dan beberapa pohon lain sebagai pohon tengger (Supratman 1998, Wasono 2005). Jika hari sangat panas, merak hijau akan berlindung di bawah pohon yang banyak daunnya (tidak bertengger) atau hinggap sampai ketinggian 5 m. Tempat berlindung ini tidak jauh dari tempat merak hijau mencari makan. Mulyana (1988), Winarto (1993), dan Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak memanfaatkan pohon bukol (bekol), asam, kendal, talok, kesambi, klampis, pilang, mimbo, dan gebang sebagai tempat berlindung atau berteduh. Sedangkan di Taman Nasional Alas Purwo, merak memilih beringin, bungur, kesambi, jambu hutan, bendo, apak, mahoni, jati, dan beberapa pohon lain sebagai tempat berlindung atau berteduh. Pohonpohon ini ada di dekat pohon tengger. Merak hijau mandi debu untuk membersihkan diri dari parasit (Hernowo 1995). Tempat yang dipilih adalah tanah dengan debu-debu yang halus. Aktivitas ini dilakukan pada pagi, siang, atau sore hari di dekat tempat makan atau pada jalur pencarian pakan. Merak melakukan pemilihan terhadap lokasi untuk membuat sarang. Hernowo (1995) menyatakan bahwa daerah yang dipilih adalah di atas tanah, di antara semak-semak dan rumput atau langsung di tanah terbuka dengan sedikit pohon (atau berbatasan dengan area terbuka). D. Populasi Penelitian terprogram mengenai populasi merak di berbagai habitat di Pulau Jawa sangat sedikit. Kelangkaan data ini menyebabkan sulitnya usaha dalam melestarikan merak hijau jawa. Secara umum, populasi merak hijau jawa dengan populasi agak banyak terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon, hutan jati Cepu, dan di Taman Nasional Baluran (van Balen 1990 dalam
Hernowo 1995). Populasi merak hijau di Taman Nasional Baluran sebanyak 120 ekor di Resort Bekol, seperti dilaporkan oleh Hernowo (1995), sedangkan di Taman Nasional Alas Purwo sebanyak 54 ekor dilaporkan oleh Supratman (1998). Yuniar (2007) menyatakan bahwa populasi merak hijau jawa di Taman Nasional Baluran adalah sebanyak 69,1 ekor. Data terbaru dari Risnawati (2008) menyatakan bahwa populasi merak hijau di Taman Nasional Baluran sebanyak 61,8 ekor atau menurun sebanyak 11,59% dari tahun 2007. Penurunan jumlah populasi merak hijau jawa disebabkan oleh fragmentasi dan konversi habitat, serta gangguan manusia. Perubahan habitat akibat adanya invasi akasia (Acacia nilotica) di Taman Nasional Baluran menyebabkan penurunan sumber daya pakan merak (Yuniar 2007). E. Perilaku Makan Perilaku satwa merupakan respon terhadap semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar tubuh merak. Respon satwa terhadap semua rangsangan terekspresi dalam bentuk tingkah laku, dan berasal dari suatu dorongan dasar dalam diri satwa untuk bertahan hidup (Alikodra 2002). Perilaku makan burung merak hijau jawa diamati oleh Hernowo (1995) di Resort Bekol Taman Nasional Baluran, Jawa timur. Pada saat turun dari pohon tenggernya, merak hijau berjalan dan mencari makanan, melompat atau berlari di sekitarnya, bahkan terbang ke atas pohon dan berpindah dari cabang pohon satu ke cabang yang lain, tergantung pada makanan apa yang mereka cari. Cara makannya adalah dengan mematuk melalui paruhnya, jarang dengan kaisan. Dalam mencari makan, merak hijau bisa berada dalam kelompok kecil atau soliter. Di Taman Nasional Baluran, ketika bertemu dengan kelompok lain di tempat mencari pakan, masing-masing merak hijau jantan akan menjaga jarak ± 7 m (Hernowo 1995). Merak sering ditemukan makan bersama satwa lain tanpa merasa terganggu. Waktu berlangsungnya aktivitas makan tergantung pada kondisi cuaca, jarak sampai ke tempat makan, dan sinar matahari di daerah tersebut. Pada pagi hari, merak hijau melakukan aktivitas makan pada sekitar pukul 5.30 sampai 10.00 WIB dan pada sore hari sekitar pukul
14.30 sampai pukul 17.30 WIB (Hernowo 1995). Rini (2005) juga menyatakan bahwa merak hijau bisa melakukan aktivitas makan lebih siang lagi jika cuaca tidak panas dan tidak turun hujan. Untuk minum, merak hijau melakukannya kapan saja, tergantung kebutuhan air oleh merak. F. Jenis Pakan MacKinnon (1990) menyatakan bahwa merak hijau jawa memakan biji-biji rumput, padi, daun-daunan, rayap, belalang, dan serangga kecil. Hernowo (1995) menjelaskan bahwa buah mimbo (Azadirachta indica), weringin (Ficus microcarpa), dan krasak (Ficus superba) merupakan buah yang sering dipetik merak di Taman Nasional Baluran. Tabel 1. Tipe vegetasi sebagai jenis pakan merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo (Supratman 1998) Tipe Vegetasi
Savana
Semak belukar
Hutan
Jenis Pakan Heteropogon contortus Dichantium coricosum Cyperus rotundus Apluda mutica Zingiber amaricans Panicum repens Glinus lotoides Commelina paleata Porana volubilis Setara palmifolia Dactyloctenum aegyptium Zingiber zerumbet Murayya paniculata Piper betle Pagostemon sp. Cassia sp. Sida retusa Cordifolia sp. Arcangelisia flava Ficus infectoria Artocarpus elastica Cordia oblliqua Streblus asper Aglaia odoratissima Himalanthus populnea Vaccinium varingifolium
Keterangan : + ++ +++
: tidak disukai : kurang disukai : disukai : sangat disukai
Bagian yang dimakan Daun, bunga Daun, bunga Bunga Daun, bunga Daun Daun Daun Daun Daun Daun, bunga Daun Daun, bunga Daun Daun Daun Daun Daun Daun Daun Buah Buah Buah Daun Daun Daun Daun
Tingkat Kesukaan +++ +++ ++ +++ + + + + + + + + +++ +++ ++ + + + +
Merak hijau juga makan tumbuhan hasil budidaya masyarakat seperti kacang tanah, kacang panjang, kacang kedelai, kacang hijau, cesin/sawi, dan cabe rawit. Merak biasanya mendatangi areal tumpang sari dan makan secara langsung atau bisa juga dari sisa-sisa hasil panen (Rini 2005). Sedangkan jenis serangga yang dimakan merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo adalah belalang jati, belalang daun, genjor, lalat hijau, ulat daun, semut, rayap, lalat buah, dan jangkrik (Supratman 1998, Rini 2005).
Gambar 3. Anatomi pencernaan makanan pada ayam (Sumber: http://numbat.murdoch.edu.au/Anatomy/avian/fig4.1.GIF)
Sistem
pencernaan
burung
lebih
efisien
dan
lebih
cepat
dibandingkan kelompok vertebrata lainnya karena energi yang dibutuhkan oleh burung lebih besar dan harus lebih cepat tersedia terutama pada burung penerbang. Selain sistem pencernaan yang teradaptasi, jenis makanan yang dikonsumsi burung juga mengandung energi yang tinggi. Anatomi pencernaan makanan merak hijau mirip dengan anatomi pencernaan ayam. Secara umum pencernaan ayam dimulai pada mulut yang berbentuk paruh. Bentuk, ukuran, panjang, dan fungsi paruh burung bervariasi tergantung pada jenis pakan yang dikonsumsi. Ayam dan merak
termasuk omnivora, pakan tidak hanya berupa tumbuhan tetapi juga serangga untuk memenuhi kebutuhan proteinnya (Klasing 2005). Setelah melewati mulut, makanan melewati esophagus untuk bisa masuk ke perut (proventrikulus). Ayam, termasuk merak, memiliki daerah perluasan esophagus yang disebut tembolok (crop). Tembolok berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara, dan dapat membantu melembutkan makanan sebelum masuk proventrikulus. Proventrikulus memiliki bagian yang disebut dengan ampela (gizzard). Proventrikulus mensekresi asam hidroklorit, lendir, serta enzim pencernaan seperti pepsin, dan mulai memecah makanan. Setelah itu, makanan akan masuk ke ampela yang akan menggiling makanan untuk membantu kerja enzim. Di dalam ampela terdapat pasir atau batu kecil untuk membantu proses penggilingan. Usus
kecil
merupakan
bagian
pencernaan
dimana
terjadi
pencernaan dan penyerapan zat makanan. Enzim yang diproduksi di pankreas memecah protein dan lemak di dalam usus kecil. Zat gizi kemudian diserap melalui membran. Usus besar tereduksi menjadi pendek, dan hanya berfungsi sebagai penghubung dari usus kecil ke kloaka. Kloaka merupakan daerah terakhir saluran makanan, yaitu tempat membuang sisa produk digesti.
F. Nilai Gizi Pakan Bahan makanan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan (Tillman 1989). Bahan makanan mengandung komponen yang disebut sebagai zat makanan dengan kandungan zat gizi. Zat makanan tersebut terdiri dari senyawa-senyawa kimia dan dapat digolongkan menurut struktur kimia, sifat-sifat, dan fungsi dari senyawa kimia tersebut yang digolongkan sebagai berikut:
Air Bahan Makanan
Karbohidrat Bahan Organik
Lipida Protein Vitamin
Bahan Kering
Bahan Anorganik
Mineral
Gambar 4. Penggolongan bahan makanan berdasar sifat kimiawi Zat gizi dalam komponen zat makanan diperlukan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi, dan aktivitas kehidupan lainnya. Metode analisis untuk menggolongkan komponen pada makanan disebut analisis proksimat yang dikembangkan oleh Weende, sehingga biasa disebut analisis proksimat Weende.
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik 1. Sejarah Penetapan Menurut Buku Informasi (2001), Taman Nasional Baluran ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan pengumuman Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980 bertepatan dengan pelaksanaan kongres Taman Nasional se-dunia di Bali. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor : 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 luas Taman Nasional Baluran adalah 25.000 Ha, sedangkan berdasarkan SK. Dirjen PKA Nomor : 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999, zonasi Taman Nasional Baluran terdiri dari : •
Zona inti seluas ± 12.000 Ha
•
Zona rimba seluas 5.637 Ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha)
•
Zona pemanfaatan intensif seluas 800 Ha
•
Zona pemanfaatan khusus seluas 5.780 Ha
•
Zona rehabilitasi seluas 783 Ha
2. Letak Kawasan Kawasan Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di kecamatan Banyuputih kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Dari bagian Selatan sampai ke Barat berturut-turut dibatasi oleh Dusun Pandean Desa Wonorejo, Sungai Bajulmati, Sungai Klokoran, Dusun Karangtekok dan Desa Sumberanyar. Secara geografis terletak pada 7º29’10’ - 7º55’5’ LS dan 114º29’10’ 114º39’10’ BT.
TN. Baluran
Gambar 5. Letak Taman Nasional Baluran di Pulau Jawa (Sumber : www.googleearth.com)
3. Wilayah Kerja Untuk mempermudah pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan Taman Nasional Baluran maka kawasan ini dibagi ke dalam tiga wilayah kerja yaitu : •
Sub seksi wilayah konservasi Pandean, meliputi resort Bitakol dan Perengan
•
Sub seksi wilayah konservasi Bekol, meliputi resort Bama dan Lempuyang
•
Sub seksi wilayah konservasi Karangtekok, meliputi resort Pondok Jaran dan Labuhan Merak
Bilik Labuhan Merak
Karang Tekok
Bama G. Baluran
Batangan
Bekol
Pandean
Gambar 6. Pembagian Wilayah Kerja Taman Nasional Baluran
4. Iklim Kawasan Taman Nasional Baluran termasuk daerah yang beriklim kering dengan tipe curah hujan F (Schmidt dan Ferguson). Temperatur di daerah ini berkisar antara 27.2ºC – 30.9ºC, kelembaban udara 77%, kecepatan angin 7 Knots sedangkan arah angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan jatuh pada bulan Nopember-April sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan April-Oktober dengan curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Desember-Januari.
5. Topografi dan Tanah Taman Nasional Baluran mempunyai bentuk topografi yang bervariasi, dari datar sampai bergunung-gunung dan mempunyai ketinggian berkisar antara 0-1247 m dpl. Kawasan ini relatif didominasi oleh bentuk topografi datar sampai berombak. Dataran rendah di kawasan ini terletak di sepanjang pantai yang merupakan batas kawasan sebelah Timur dan Utara. Daerah sebelah
Selatan
dan
Barat
mempunyai
bentuk
lapangan
relatif
bergelombang. Daerah tertinggi terletak di tengah-tengah kawasan, di antaranya terdapat Gunung Baluran (1.247 m dpl). Daerah ini topografinya berbukit sampai bergunung. Beberapa gunung yang terdapat di dalam kawasan dengan ketinggiannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Beberapa Gunung yang terdapat dalam Kawasan Taman Nasional Baluran No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Gunung Baluran Gunung Klosot Gunung Priuk Gunung Glengseran Gunung Kakapa Gunung Motor
Tinggi (m dpl) 1.247 940 211 124 114 64
6. Geologi Kawasan Taman Nasional Baluran didominasi oleh batuan vulkanik tua dan batuan alluvium. Batuan vulkanik tua hampir mendominir seluruh kawasan, sedangkan batuan alluvium terletak di sepanjang pantai meliputi daerah Pandean, Tanjung Sedano, Tanjung Sumber Batok, dan Tanjung Lumut. 7. Tanah Jenis tanah yang ada dalam kawasan ini antara lain Andosol (5.52%), Latosol (20.23%), Mediteran merah kuning dan Grumusol (51.25%), serta Alluvium (23%). Tanah-tanah ini merupakan tanah yang kaya akan mineral tapi miskin bahan organik. Demikian juga tanah yang mempunyai kesuburan kimiawi yang tinggi, tetapi kesuburan fisiknya rendah karena sebagian besar berpori-pori dan tidak bisa menyimpan air dengan baik (tidak baik
untuk areal persawahan). Tanah warna hitam yang menyelimuti setengah daerah dataran rendah (antara lain Bekol), ditumbuhi rumput yang sangat subur sehingga disenangi oleh satwa-satwa pemakan rumput. Sebaliknya bila musim kemarau, permukaan tanah akan pecah-pecah dengan patahan bisa sedalam 80 cm dan lebar 10 cm. 8. Hidrologi Kawasan Taman Nasional Baluran memiliki dua buah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Bajulmati dan Sungai Klokoran yang membentuk batas Taman Nasional di sebelah Selatan dan Barat dan bermuara di pantai Utara dan Timur Pulau Jawa. Mata air yang berasal dari resapan air masuk kedalam tanah, kemudian membentuk aliran bawah tanah dan akhirnya muncul di permukaan tanah yang lebih rendah di daerah Kelor, Popongan, Bama, dan Mesigit dimana semuanya adalah daerah pantai, kemudian juga di daerah Talpat (kaki bukit), Teluk Air Tawar (ujung pantai), dan Tanjung Sedano (daerah laut). B. Potensi Biologi 1. Tipe Vegetasi (Ekosistem) Kawasan Taman Nasional Baluran memiliki beberapa tipe ekosistem yang tersebar mulai ketinggian 0 - 1.247 m dpl. Tipe ekosistem tersebut meliputi hutan pantai, hutan bakau/mangrove, hutan savana (padang rumput alami), hutan selalu hijau (evergreen), hutan musim dataran rendah, dan hutan musim pegunungan. Masing-masing tipe tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: •
Hutan bakau/mangrove Tipe hutan ini terdapat di daerah pantai Utara dan Timur kawasan Taman Nasional Baluran seperti di Bilik, Lempuyang, Mesigit, Tanjung Sedano, dan Kelor. Daerah hutan bakau yang masih baik ada di Tanjung Bilik dan Kelor. Sedangkan daerah yang hutannya sudah rusak, pada musim hujan akan menjadi daerah lumpur yang dalam dan berubah menjadi keras dan kering waktu musim kemarau dengan lapisan garam di atasnya.
•
Hutan Payau Hutan payau di taman nasional ini merupakan daerah ekoton atau perbatasan dengan savana. Penyebaran hutan ini sebagian besar terdapat di Kali Kepuh bagian Tenggara dan juga di Popongan, Kelor, bagian Timur Bama serta Barat Laut Gatel dengan luasan lebih kecil.
•
Savana (padang rumput alami) Tipe vegetasi ini merupakan klimaks kebakaran yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, dan dapat dibedakan menjadi dua sub tipe, yaitu flat savanna (padang rumput alami datar) dan undulating savanna (padang rumput alami bergelombang). Flat savanna tumbuh pada tanah aluvial berbatu-batu dan terdapat di bagian Tenggara kawasan, yaitu daerah sekitar Plalangan dan Bekol, dengan luasan sekitar 1.500 ha sampai 2.000 ha. Sebagian besar populasi banteng, rusa, maupun kerbau liar menggunakan areal ini untuk merumput. Khusus daerah Bekol, saat ini telah ditumbuhi Acacia nilotica yang semula hanya ditanam sebagai penyekat kebakaran. Undulating savanna tumbuh pada tanah hitam berbatu-batu dan penyebarannya membujur dari sebelah Utara hingga Timur Laut dengan luas kurang lebih 8.000 ha. Daerah ini kurang disukai satwa untuk merumput.
•
Hutan Monsoon (Hutan Musim) Hutan musim di Taman Nasional ini dibedakan menjadi hutan musim dataran rendah dan hutan musim dataran tinggi. Daerah transisi kedua hutan ini terletak pada ketinggian 250 – 400 m dpl.
2. Flora Taman Nasional Baluran memiliki jenis-jenis flora yang tidak jauh berbeda dengan jenis yang ada di Jawa dan Sumatera. Jenis flora yang tersebar dalam kawasan kurang lebih 422 dari 87 famili. Penyebaran jenis yang dominan pada setiap tipe vegetasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis-jenis Tumbuhan Dominan pada Masing-masing Tipe Vegetasi di Taman Nasional Baluran
No.
Jenis Tumbuhan
Hutan Mangrove
Hutan Pantai
Flat Undulating Savana Savana
Hutan Musim Dataran Rendah
Hutan Musim Dataran Tinggi
1
Avicenia spp.
√
2
Sonneratia spp.
√
3
Rhizopora spp.
√
4
Ceriops tagal
√
5
Dichantum nitidus
6
Lumnitzera racemosa
7
Excoecaria agallocha
√
8
Syzygium polyanthum
√
9
Buchacania arborescens
√
10
Acacia leucophloea
√
√
11
Schleichera oleosa
√
√
12
Schleichera punctata
13
Sorghum nitidus
14
Zizyphus rotundifolia
15
Emblica officinalis
√
16
Tamarindus indica
√
17
Schoutenia ovata
18
Azidarachta indica
19
Acacia tomentosa
√
20
Grewia eriocarpa
√
21
Aleurites moluccana
√
22
Homalium foetidum
√
23
Vitex pubescens
√
24
Dryopetes ovalis
√
25
Cassia fistula
26
Heteropogon contortus
√ √
Hutan Jati
√
√
√
√
√ √
√ √
√
√ √
√
√
√ √
3. Fauna Taman Nasional Baluran memiliki tipe fauna yang beraneka ragam. Diketahui dari kelas Mamalia sebanyak 28 jenis. Mamalia besar yang penting terutama dari golongan hewan berkuku, antara lain Banteng (Bos javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Rusa (Cervus timorensis), Kijang (Muntiacus muntjak), dan babi hutan (Sus scrofa dan Sus verrucossus), Macan tutul (Panthera pardus), serta Ajag (Cuon alpinus). Jenis primata yang ada adalah Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Budeng (Presbytis cristata). Sedangkan untuk jenis burung diperkirakan ada sebanyak 155 jenis dengan jenis endemik Jawa yaitu Megalaima javensis, endemik Jawa-Bali yaitu Jalak Abu (Sturnus
melanophterus) dan Raja Udang (Halcyon cyanoventris). Di daerah ini juga terdapat Ayam hutan (Gallus spp.) dan Merak hijau (Pavo muticus). Tipe keragaman terumbu karang yang ada di sepanjang pantai taman nasional ini adalah karang tepi yang memiliki lebar beragam dan berada pada kisaran kedalaman 0.5 - 40 m. Keberadaan terumbu karang menunjang keragaman jenis-jenis ikan yang ada di Taman Nasional Baluran. Jenis ikan karang seperti kerapu bernilai jual tinggi dan juga beraneka jenis ikan hias yang sangat indah. Salah satu jenis yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi adalah Bandeng (Chanos chanos). Sedangkan jenis reptil yang penting di daerah sekitar pantai adalah Biawak (Varanus salvator). Dari jenis-jenis yang diketahui tersebut, 47 jenis merupakan satwa yang dilindungi undang-undang, yaitu setidaknya 5 jenis insektivora, 5 jenis karnivora, 4 jenis herbivora, 32 jenis burung, dan reptilia hanya 1 jenis.
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Taman Nasional Baluran dikelilingi 5 desa yaitu; Desa Wonorejo, Sumberwaru, Sumberanyar, Watukebo, dan Bajulmati. Rincian jumlah penduduk pada masing-masing desa tertera pada tabel di bawah. Tabel 4. Desa dan Jumlah Penduduk di Sekitar TN Baluran No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Desa
Laki – Laki
Perempuan
Wonorejo Sumberwaru Sumberanyar Watukebo Bajulmati Jumlah
3.106 4.046 6.470 3.436 3.888 20.946
3.179 4.085 6.577 3.585 3.625 21.052
Jumlah Total 6.285 8.131 13.047 7.021 7.513 41.997
Jumlah KK 1.809 2.711 3.944 2.115 3.200 13.779
Sumber: Monografi Desa tahun 2004 (Sumberwaru, Sumberanyar, Watukebo dan Bajulmati) – 2005 (Wonorejo).
Tabel 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Pra-Sejahtera, Sejahtera 1, dan Sejahtera 2 No
Nama Desa
Pra-Sejahtera
1.
Wonorejo
529 orang 2 2.726 orang
763 orang
Sejatera 2
Jumlah KK
-
4.018 orang
2.
Sumberwaru
1.797
461
212
2.470
3.
Sumberanyar
312
218
1.109
1.639
4.
Watukebo
864
243
400
1.507
5.
Bajulmati
285
267
309
861
+ 3.258 – 6.513
+ 1.189 – 1.952
+ 2.030
+ 6.477 – 10.495
1
Jumlah
Sejahtera 1 3
4
Sumber: Monografi Desa tahun 2004 (Sumberwaru, Sumberanyar, Watukebo dan Bajulmati) – 2005 (Wonorejo). 1,2, 3 dan 4 :
Dalam monografi yang diberikan tidak ada data dalam KK, namun disebutkan jumlah fakir miskin (1), buruh tani (2) dan petani (3) sebanyak angka yang tertera di tabel 127.
Dalam monografi desa tidak ditemukan penjelasan tentang kondisi keluarga kelompok sejahtera 1 dan sejahtera 2. Akan tetapi dua status ini masih bisa melakukan interaksi dengan kawasan TN Baluran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian masyarakat desa di sekitar Taman Nasional Baluran sudah sangat beragam. Pada tabel di bawah dapat dilihat bahwa masyarakat sebenarnya sudah tidak bergantung kepada hasil hutan, seperti kayu. Namun beberapa mata pencaharian sangat mempengaruhi kondisi hutan di areal taman nasional yaitu pengrajin, tukang kayu, dan peternak. Tabel 6. Mata Pencaharian Masyarakat Desa di Sekitar TN Baluran Nama Desa No.
Mata Pencaharian
Wonorejo
Sumberwaru
Sumbernyar
W.Kebo
Bajulmati
(Orang)
(Orang)
(Orang)
(Orang)
(Orang)
1.
Buruh tani
2.
Petani
763
926
856
2.015
3.920
3.
Wiraswasta
192
131
342
104
75
4.
Pengarajin
-
57
125
31
82
5.
PNS
-
53
108
48
76
6.
Penjahit
20
25
-
-
7.
Montir
-
4
21
3
6
8.
Supir
-
78
109
-
-
9.
Karyawan
-
76
209
419
71
10.
Tukang Kayu
51
49
235
-
-
11.
Tukang Batu
-
8
420
-
-
12.
Guru Swasta
-
10
56
-
-
13
Kontraktor
-
2
4
-
-
14.
TNI/ POLRI
331
27
18
-
-
15.
Nelayan
1.134
358
3.639
-
151
16.
Peternak
-
-
304
402
4
17.
Dokter/Bidan
-
1
1
2
2
18.
Jasa
276
-
-
-
-
19.
Pensiunan
142
-
-
-
-
20.
Lainnya
153
2
-
-
-
Sumber: Monografi Desa tahun 2004 (Sumberwaru, Sumberanyar, Watukebo dan Bajulmati) – 2005 (Wonorejo). Ket. : Tanda (-) tidak ada masyarakat yang bermata pencaharian tersebut diatas.
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar juga mempengaruhi kelangsungan hidup taman nasional. Tingkat pendidikan yang rendah akan memberikan pengertian yang sangat kurang mengenai konservasi, dan sebaliknya. Tabel 7. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Sekitar TN Baluran No.
Tingkat Pendidikan
Nama Desa Wonorejo
Sumberwaru
Sumbernyar
W.Kebo
Bajulmati
(Orang)
(Orang)
(Orang)
(Orang)
(Orang)
1.
TK
2.
SD/ MI
2.406
3.018
4.204
1.544
1.410
3.
SLTP/ MTS
1.862
870
2.157
560
756
4.
SLTA/ MA
1.325
259
1.271
284
590
5.
AKADEMI/ D1 -
66
433
55
159
D3/S1 - S3 6.
Pesantren
63
250*
180*
-
-
7.
Madrasah
128
-
-
-
-
8.
Pend.
22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
-
-
-
-
Keagamaan 9.
Sekolah Luar Biasa
10.
Kursus/ Keterampilan
11.
Belum Sekolah
-
580
-
-
-
12.
Buta Hurup
-
236
3.432
793
725
Tidak Tamat
-
308
2.308
1.621
1.630
13
SD/ Sederajat
Sumber: Monografi Desa tahun 2004 (Sumberwaru, Sumberanyar, Watukebo dan Bajulmati) – 2005 (Wonorejo). * : Jumlah murid yang ada saat ini. : Tidak ada masyarakat yang termasuk kategori tersebut diatas.
Penduduk sekitar TN Baluran mayoritas beragama Islam, agama lain yang dianut adalah Kristen, Hindu dan Budha. Mereka menghargai adat istiadat yang ada dalam masyarakat. Tabel 8. Agama yang Dipercayai Masyarakat Sekitar Kawasan TN Baluran No
Nama Desa
Agama Islam
Kristen
Hindu
Budha
Katholik
1.
Wonorejo
5.200
1.065
2
4
14
2.
Sumberwaru
8.019
112
-
-
-
3.
Sumberanyar
11.716
1.325
5
-
35
4.
Watukebo
7.014
-
4
-
-
5.
Bajulmati
7.534
64
2
21
6
Sumber: Monografi Desa tahun 2004 (Sumberwaru, Sumberanyar, Watukebo dan Bajulmati) – 2005 (Wonorejo). Ket. : Tanda (-) tidak ada pemeluknya di desa yang bersangkutan.
Interaksi masyarakat dengan kawasan berupa pengambilan atau pemanfaatan sumberdaya kawasan, pengembalaan liar, penggunaan lahan untuk perkebunan dan pertanian. Adapun beberapa sumberdaya alam yang dimanfaatkan (diambil dari dalam kawasan) baik secara kontinyu ataupun musiman oleh masyarakat sekitar kawasan konservasi bisa dilihat pada Tabel. Tabel 9. Sumberdaya Kawasan TN Baluran yang dimanfaatkan Masyarakat No. 1. 2. 3.
Nama Spesies
Bagian yang Digunakan
Kegunaan
Asam (Tamarindus indica)
Buah
Bumbu, minuman, dijual
Gadung (Dioscorea hispida)
Umbi
Pangan
Daun
Pakan ternak
Gajah – gajahan (Scleranchne punctata)
4.
Akasia (Acacia nilotica)
5.
Kemiri (Aleurites moluccana)
6.
Jati (Tectona grandis)
Ranting
Kayu bakar, dijual
7.
Gmelina (Gmelina arborea)
Ranting
Kayu bakar, dijual
8.
Ules(Helicteres isora)
Buah
Obat, buah
Gebang (Corypha utan)
Daun
Minuman, kerajinan
9. 10.
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Batang, Biji
Arang, dijual
Buah
Bumbu, dijual
-
Dipelihara, dijual
11.
Rumput
-
Pakan satwa, dijual
12.
Ular Cobra
-
Dijual, dipelihara
13.
Ikan
-
Dionsumsi, dijual
14.
Nener (Chanos chanos)
-
Dikonsumsi, dijual
15.
Burung
-
Dipelihara, dijual
16.
Alet – aletan
-
Bahan jamu, dijual
Batang
Kayu bakar, dijual
-
Dikonsumsi, dijual
17.
Walikukun
18.
Madu
Sumber: Pengamatan langsung,; Wawancara; Balai TN (1997); Laporan kejadian SKW I & III Tahun 2005.
Masih ada sumberdaya alam lainnya yang dimanfaatkan, namun tidak dicantumkan dalam tabel. Selain pengambilan sumberdaya untuk dipergunakan dalam kehidupannya. Masih ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan kawasan untuk kegiatan lainnya. Kegiatan lainnya dapat dilihat pada Tabel dan gambar.
Tabel 10. Bentuk Interaksi Masyarakat terhadap Kawasan No 1 2 3 4
Jenis Gangguan Penyerobotan lahan/ Perladangan liar Translok AD Tumpang tindih penggunaan lahan Pengembalaan liar (ternak sapi)
Lokasi
Luas (Ha) 2000
2001
2002
2003
2004
Tanah Gentong
22,33
22,3
22,3
22,3
22,3
Pandean
57
57
57
57
57
HGU. PT. Gn. Gumitir
363
363
363
363
363
Karangtekok
3.450
3.450
3.450
3.450
3.450
Sumber: Buku Statistik Balai TN Baluran ( 2005)
(d) (a)
(b)
(c)
(e)
Gambar 7. Bentuk Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TN Baluran; (a) mengambil rumput, (b) memancing, (c) mengambil kayu bakar, (d) mencari madu/bahan jamu, (e) nelayan
IV.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam area Taman Nasional Baluran Jawa Timur, tepatnya di sekitar Resort Bekol. Waktu yang diperlukan untuk memperoleh data di lapangan adalah sekitar tiga bulan yaitu pada musim kemarau di bulan Juli sampai dengan bulan September 2006. B. Alat dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan adalah peta lokasi wilayah penelitian, tambang plastik diameter 0,5 cm, meteran, golok, kompas, alat untuk membuat herbarium (koran, alkohol dan plastik), kamera, pengukur waktu, label, teropong, dan alat tulis lainnya. C. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan terlebih dahulu untuk mempermudah dalam pengumpulan data mengenai bioekologi merak hijau serta kondisi umum Taman Nasional Baluran. 2. Pengamatan Pendahuluan Pengamatan pendahuluan dilakukan untuk memperoleh data pendukung terhadap pengamatan selanjutnya. Pengamatan ini juga memiliki tujuan untuk membuktikan data dari studi pustaka terhadap kenyataan di alam. Pengamatan pendahuluan dilakukan dengan mengamati aktifitas harian merak di empat tipe vegetasi (evergreen, hutan musim, hutan pantai, savana) yaitu dari pagi sebelum merak turun dari tempat tidurnya, sampai sore hingga merak naik lagi ke tempat tidurnya. Hal ini dilakukan terutama untuk mengetahui daerah tempat merak makan dan perilaku makan merak. Setelah itu, dari uji coba beberapa metode pengamatan yang efektif untuk mengetahui jenis pakan merak diperoleh metode titik pengamatan. Pada setiap tipe vegetasi diletakkan beberapa titik pengamatan berdasarkan sering terlihatnya merak makan di tempat tersebut.
3. Pengamatan terhadap pakan merak Pengamatan terhadap pakan merak dilakukan dengan metode titik pengamatan. Pengamatan pada titik pengamatan (nyanggong: bahasa lokal) dilakukan bergantian kurang lebih selama satu minggu pada masing-masing tipe vegetasi, secara berulang dalam tiga bulan. Hal ini dilakukan hampir setiap hari dimana waktunya disesuaikan dengan pola makan merak (pola makan primer dan sekunder). Selanjutnya, setiap kali terlihat merak makan, dicatat jenis dan bagian tumbuhan yang dimakan serta
jumlahnya.
Jumlah
dimakan
adalah
berdasarkan
insiden/kejadian dimakan.
Gambar 8. Titik pengamatan di Hutan Pantai (Doc.: Septania 2006)
Gambar 9. Titik pengamatan di savana (Doc.: Septania 2006)
jumlah
4. Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui dominasi tumbuhan pakan merak terhadap jenis tumbuhan lain. Peletakan plot dilakukan secara purposive, yaitu lokasi di mana terlihat merak sedang makan maka akan dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadrat (Mueller 1974). Data yang dikumpulkan untuk tingkat pertumbuhan pohon dan tiang dengan ukuran petak contoh 20 m x 20 m dan 10 m x 10 m adalah diameter setinggi dada (pada 130 cm dari permukaan tanah), tinggi bebas cabang dan tinggi total. Untuk tingkat pertumbuhan pancang dan semai dengan ukuran petak contoh masing-masing 5 m x 5 m dan 2 m x 2 m, untuk tumbuhan bawah dengan petak contoh 2 m x 2 m. Data yang dikumpulkan adalah jenis pohon dan jumlah individu setiap jenis. Parameter yang diukur adalah tinggi total, diameter pohon setinggi dada (khusus untuk pohon dan tiang), jumlah individu setiap spesies dan jumlah plot terisi suatu spesies. Masing-masing jalur/garis akan terdiri dari 5 atau 10 petak contoh. Karena
tujuan
utama
dari
analisis
vegetasi
ini
adalah
untuk
mengidentifikasi pakan merak maka panjang dan arah jalur disesuaikan dengan kondisi habitat tempat makan merak hijau jawa. Tabel 11. Lokasi plot contoh No
Tipe Ekosistem
Banyak Titik
Keterangan
1
Evergreen
4
HM 92, HM 93, HM 96, HM 97
2
Hutan Musim
4
HM 82, HM 83, HM 108, HM 109
3
Hutan Pantai
3
Sekitar kubangan bama sampai sumber air manting
4
Savana
5
Sekitar bukit bekol, HM 117, HM 120, HM 18
Savana
Bekol Savana Bama
Hutan Musim Hutan Pantai
Evergreen
Gambar 10. Lokasi Penelitian dan Titik Peletakan Petak Contoh
Data yang diperoleh dicatat dan dihitung untuk mendapatkan nilai penting dengan rumus sebagai berikut (Mueller 1974, Setiadi 1989): • Kerapatan Mutlak jenis i atau KM(i) jumlah individu jenis i
KM(i) =
jumlah total luas area yang digunakan untuk penarikan contoh
• Kerapatan Relatif jenis i atau KR(i) kerapatan mutlak jenis i
KR(i) =
kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh yang digunakan
× 100%
• Frekuensi Mutlak jenis i atau FM(i) jumlah satuan petak contoh yang diduduki jenis i
FM(i) =
jumlah banyaknya petak contoh yang dibuat dalam analisis vegetasi
• Frekuensi Relatif jenis i atau FR(i) frekuensi mutlak jenis i
FR(i) = •
frekuensi total seluruh jenis Dominasi Mutlak jenis i atau DM(i)
DM(i) = •
jumlah penutupan tajuk jenis i
Dominasi Relatif jenis i atau DR(i)
DR(i) = •
× 100%
jumlah dominasi jenis i jumlah dominasi seluruh seluruh jenis
× 100%
Indeks Nilai Penting (INP) = KR(i) + FR(i) + DR(i) Jenis tumbuhan yang memiliki INP tertinggi merupakan jenis yang dominan dari vegetasi yang dianalisis.
2m 20 m
5m 10 m
20 m Gambar 11. Desain Metode Garis Petak
Identifikasi jenis-jenis tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense Bogor dengan membawa material yang telah didapat dari lapangan. Setelah diketahui komposisi jenis dan struktur vegetasi pada tiap tipe vegetasi, dilakukan analisis tingkat pemanfaatan jenis tumbuhan pakan oleh merak hijau jawa berdasarkan pengamatan makan merak pada pagi dan sore hari, serta dari bagian atau sisasisa pakan yang ditinggalkan di tempat makannya, dan juga berdasarkan
informasi
dari
penduduk
lokal.
Analisis
tingkat
pemanfaatan jenis tumbuhan pakan oleh merak hijau jawa dapat dikuantifikasikan sebagai berikut: •
Frekuensi pakan merak hijau jawa jenis i :
=
Jumlah petak contoh yang diduduki pakan merak hijau jenis i Jumlah total petak contoh
Studi terhadap kotoran merak hijau secara makroskopis dilakukan untuk mengetahui secara kasar jenis tumbuhan yang dimakan melalui biji-bijian maupun daun yang belum hancur oleh proses pencernaan. Dari hasil tersebut juga diperoleh indikasi bahwa tingkat palatabilitas yaitu tingkat kesukaan suatu satwa liar terhadap jenis tumbuhan tertentu dapat dilihat dari seringnya tumbuhan tersebut dimakan (McIlroy 1976). Rumus yang digunakan adalah:
P =
x y
× 100%
, dimana:
P = tingkat palatabilitas suatu jenis x = insiden suatu jenis dimakan y = jumlah insiden seluruh jenis yang ditemui dimakan
Tinggi rendahnya konsumsi pakan oleh satwa liar dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa eksternal atau internal. Palatabilitas merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhinya. Palatabilitas merupakan sifat yang dimiliki oleh bahan pakan sebagai wujud
keadaan
fisik
organoleptiknya
dan
seperti
kimiawi
yang
kenampakan,
dicerminkan bau,
dan
oleh rasa
(www.warintek.go.id). Palatabilitas bisa diartikan sebagai tingkat kesukaan satwa tertentu terhadap bahan pakan. Setelah diketahui jenis-jenis pakan merak, diambil beberapa contoh pakan dengan nilai palatabilitas tinggi untuk dilakukan analisis proksimat. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB. Untuk mengetahui tingkat kesukaan jenis pakan pada tingkat habitus dan jenis pakan yang disukai, dilakukan uji-t (T test), dimana: Hipotesis:
Ho = merak menyukai habitus tertentu H1 ≠ merak tidak menyukai habitus tertentu
thitung =
x - µo Sx
Kriteria uji : Jika thitung > t tabel maka tolak Ho Jika thitung < t tabel maka terima Ho
V. HASIL A. Potensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran 1.
Potensi pakan Pengamatan terhadap tumbuhan sebagai pakan merak hijau yang dilakukan pada empat tipe vegetasi di Taman Nasional Baluran diperoleh hasil seperti pada tabel 12. Pada hutan evergreen tercatat 59 jenis tumbuhan tetapi yang dimakan hanya 12 jenis yaitu Barleria prionitis, Achyranthes aspera, Achyranthes sp. Capparis separia, Acalypha indica, Bauhinia angulata, Sida acuta, Streblus asper, Corypha utan, Passiflora foetida, Passiflora sp., dan Azima sarmentosa. Pada hutan musim tercatat 60 jenis tumbuhan, yang dimakan 15 jenis yaitu B. prionitis, A. aspera, Achyranthes sp, C. separia, A. indica, B. angulata, Cassia mimosoides, Clitoria ternatea, Indigofera sumatrana, S. acuta, Wisadula acidula, S. asper, Plumbago zeylanica, Zyzyphus rotundifolia, dan Morinda tomentosa. Hutan pantai hanya 5 jenis tumbuhan yang dimakan dari 37 jenis tercatat yaitu A. aspera, Calotropis gigantea, C. separia, S. asper, dan C. utan. Sedangkan di savana tercatat 36 jenis tumbuhan dan terlihat dimakan sebanyak 22 jenis yaitu A. aspera, Amaranthus sp, C. gigantea, Ipomoea obscura, A. indica, Euphorbia hirta, Phyllanthus sp, Cassia obstusifolia L., C. ternatea L., Flemingia lineata, I. Sumatrana, Tephrosia pumila, S. acuta, W. acidula, C. utan, Passiflora sp, Plumbago zeylanica,
Eleusine
indica,
Z.
rotundifolia,
Morinda
tinctoria,
A.
sarmentosa, dan Capsicum sp. Empat jenis dari sembilan belas jenis yang tercatat di savana tidak masuk ke dalam analisis vegetasi yaitu Capsicum sp, Eleusine indica, C. obstusifolia dan Amaranthus sp. Total jenis tumbuhan yang dimakan oleh merak hijau di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran adalah 30 jenis berupa pohon (4 jenis), tihang (2 jenis), anakan (5 jenis), dan tumbuhan bawah (24 jenis). Sebagian besar merupakan tumbuhan bawah dan bagian yang dimakan berupa daun-daunan (lampiran 2).
Tabel 12. Jenis pakan merak di Taman Nasional Baluran Tipe Vegetasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jenis Tumbuhan
Evergreen Hutan Musim Hutan Pantai Savana
Barleria prionitis L. Achirantes aspera L. Achyranthes sp. Amaranthus sp Calotropis gigantea R. Br. Capparis separia L. Ipomoea obscura (L.) Kor Acalypha indica L. Euphorbia hirta . Phyllanthus sp. Bauhinia angulata Roxb. Cassia mimosoides Bl. Cassia obtusifolia L. Clitoria ternatea L. Flemingia lineata Roxb. Indigofera sumatrana Linn. Tephrosia pumila Persl. Sida acuta Burm. F. Wisadula acidula Streblus asper Lour. Corypha utan Lam. Passiflora foetida L. Passiflora sp. Plumbago zeylanica L. Eleusine indica Zyzyphus rotundifolia Lam. Morinda tinctoria Roth. Morinda tomentosa Roth Azima sarmentosa(Bl.) B. & H. Capsicum sp. Jumlah jenis pakan
√ √ √
√ √ √
√
√
√
√
√
√ √
√
√ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
√
√
√ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ 12
15
5
√ √ 22
Habitus yang ditemui dimakan herba herba herba herba semak anakan liana herba herba herba liana herba herba liana herba herba herba herba liana pohon, tihang, anakan pohon liana liana semak herba pohon, tihang, anakan pohon, anakan anakan semak semak
Berdasarkan grafik batang pada gambar 10, terlihat bahwa savana merupakan tipe vegetasi yang memiliki jumlah jenis pakan merak paling banyak (22 jenis tumbuhan). Sedangkan hutan musim mempunyai jenis vegetasi dengan jumlah jenis pakan kedua terbesar (15 jenis). Hutan pantai adalah tipe vegetasi dengan jumlah jenis pakan paling sedikit (5 jenis). 25 20 15 jumlah jenis pakan merak 10 5 0 evergreen
hutan musim
hutan pantai
savana
tipe ve ge tas i
Gambar 12. Jumlah jenis pakan merak pada setiap tipe vegetasi
Potensi tumbuhan pakan merak hijau akan terkait dengan sebaran, pergerakan, serta kelimpahan populasi merak di suatu wilayah. 2.
Struktur dan Komposisi Analisis vegetasi dilakukan pada habitat pakan merak hijau, yang merupakan tempat terbuka (open area) di hutan evergreen, hutan musim, hutan pantai, dan savana. Analisis vegetasi yang dilakukan di empat tipe vegetasi tersebut menghasilkan daftar tumbuhan sebanyak 122 jenis dari kurang lebih 50 suku (lampiran 3). Total jenis pohon yang ditemukan adalah 29 jenis, tingkat tihang 27 jenis, tingkat sapihan 28 jenis, tingkat anakan 37 jenis, dan tumbuhan bawah sebanyak 68 jenis (lampiran 9). Tabel 13. Indeks Nilai Penting tertinggi di Taman Nasional Baluran
Pohon
Tihang
Sapihan
Anakan
Tumbuhan bawah
Evergreeen
Hutan Musim
Hutan Pantai
Savana
Total TNB
Nama
Streblus asper
Schoutenia ovata Korth.
Corypha utan
Morinda tinctoria Roth.
Streblus asper
INP
126.26%
114.40%
84.31%
Nama
Streblus asper
Grewia eriocarpa
Streblus asper
INP
88.57% Capparis micracantha DC.
Nama
42.73% Grewia eriocarpa
INP
50.04%
43.75%
Nama
Streblus asper
Randia sp1.
INP
24.73%
Nama
Bauhinia angulata Roxb.
INP
24.93%
47.22% Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
101.82% Acacia nilotica (L.) Willd. Ex Del. 122.73% Azadirachta indica
51.66% Streblus asper 43.97% Capparis micracantha DC.
129.74% Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
55.05% Jathropa gossypyfolia L.
29.46% Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
56.92% Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv.
77.78% Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv.
71.43%
31.91% Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv.
79.28%
83.90%
Achyranthes aspera L. 42.75%
47.67%
Hasil rangkuman analisis vegetasi di areal tersebut (tabel 13) menunjukkan bahwa dari keempat tipe vegetasi yang ada (total), serut (Streblus asper) memiliki nilai penting tertinggi (51.655%) pada vegetasi tingkat pohon dan tingkat tihang (43.966%). Pada tingkat sapihan, sanek (Capparis micracantha DC.) yang mendominasi dengan nilai 29.464%. Sedangkan nilai penting tertinggi pada tingkat anakan dimiliki oleh manting (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dengan nilai penting 31.906%. Pada tingkat tumbuhan bawah rumput 006 (Oplismenus
burmannii (Retz.) Beauv) memiliki INP tertinggi yaitu 47.670% dan setelahnya adalah jarong (14.657%). Masing-masing jenis tumbuhan tersebut mendominasi dengan kerapatan yang tinggi, kecuali pada sanek yang memiliki nilai tertinggi pada frekuensi. Evergreen. Tipe vegetasi evergreen didominasi oleh serut (S. asper) pada tingkat pohon, tihang, maupun anakan yaitu sebesar 126.263%, 88.571%, dan 24.727%. Pada tingkat sapihan didominasi oleh sanek (C. micracantha DC.) dengan nilai penting 50.038%, dan tumbuhan bawah didominasi oleh jenis liana berdaun kupu-kupu (Bauhinia angulata Roxb.) dengan nilai penting 24.934%. Habitus pohon, tihang, dan sapihan memiliki nilai kerapatan yang tinggi dibandingkan nilai frekuensi. Namun sebaliknya pada anakan dan tumbuhan bawah. Jumlah jenis pohon yang tercatat pada analisis vegetasi di habitat pakan evergreen adalah 12 jenis, tihang sebanyak 10 jenis, sapihan 12 jenis, anakan 21 jenis, dan tumbuhan bawah 30 jenis (lampiran 5). Hutan musim. Berdasarkan analisis vegetasi di hutan musim diperoleh bahwa walikukun (Schoutenia ovata Korth.) memiliki nilai penting tertinggi pada tingkat pohon (114.400%). Pada tingkat tihang dan sapihan didominasi oleh talok (Grewia eriocarpa) dengan nilai penting 42.727% dan 43.745%. Dlimoan (Randia sp1.) mendominasi tingkat anakan sebanyak 56.920% dan rumput 006 (O. burmanii) mendominasi tingkat tumbuhan bawah sebanyak 79.284%. Kelima jenis tumbuhan tersebut memiliki nilai kerapatan yang tinggi dibandingkan nilai frekuensi, terutama pada dlimoan dan jenis rumput O. burmanii. Jumlah pohon yang tercatat dalam analisis vegetasi di hutan musim Taman Nasional Baluran adalah sebanyak 14 jenis, tihang sebanyak 11 jenis, sapihan 13 jenis, anakan 14 jenis, dan tumbuhan bawah sebanyak 31 jenis (lampiran 6). Hutan pantai. Gebang (Corypha utan) mendominasi pepohonan di daerah pantai dengan nilai penting 84.314%. Sedangkan di tingkat tihang, serut menduduki nilai penting tertinggi sebesar 47.222%, dan di tingkat sapihan dan anakan didominasi oleh manting (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dengan nilai penting berturut-turut sebesar 129.739% dan 77.782%. Tumbuhan bawah masih didominasi oleh rumput 006 (O. burmanii) dengan INP sebesar 83.896%. Semua jenis yang mendominasi
tersebut memiliki nilai kerapatan paling tinggi dibandingkan nilai frekuensi ataupun dominasi. Jumlah jenis tumbuhan bawah di hutan pantai paling sedikit dibandingkan tipe ekosistem lainnya yaitu hanya 15 jenis. Jumlah pohon di hutan pantai sebanyak 12 jenis, tingkat tihang sebanyak 7 jenis, sapihan 5 jenis, dan anakan 13 jenis (lampiran 7). Savana. Habitat makan merak di savana didominasi oleh mengkuduan (M. tinctoria) pada tingkat pohon dengan INP sebesar 101.816%. Untuk tingkat tihang didominasi oleh akasia ( Acacia nilotica (L.) Willd. Ex Del) sebanyak 122.727%, dan tingkat sapihan oleh mimbo (Azadirachta indica) sebanyak 55.051%, serta tingkat anakan oleh jarak (Jathropa
gossypifolia
L.)
sebanyak
71.429%.
Sedangkan
tingkat
tumbuhan bawah didominasi oleh jarong (A. aspera L.) sebesar 42.745%. Masing-masing nilai penyusun INP jenis tumbuhan tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan, namun nilai kerapatan masih yang tertinggi. Savana memiliki jumlah jenis pohon paling sedikit yaitu 7 jenis, tihang sebanyak 4 jenis, sapihan dan anakan sebanyak 5 jenis, serta tumbuhan bawah 28 jenis (lampiran 8). Tabel 14. Persentase jumlah jenis tumbuhan pakan merak dari jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan No. 1 2 3 4 5
Tingkat Pertumbuhan Pohon Tihang Sapihan Anakan Tumbuhan Bawah
Jumlah Jenis 29 27 28 37 68
Jumlah Jenis Dimakan Merak 4 2 0 5 24
Persentase 13.79% 7.41% 0 13.51% 35.29%
Jumlah jenis pakan merak dari tumbuhan berbentuk pohon adalah 4 jenis dari 29 jenis atau 13,79%. Jumlah jenis tihang sebagai pakan merak 7,41% dari total tihang yang ditemukan. Jumlah sapihan adalah 0 (nol), jumlah jenis anakan sebanyak 13,51% dari total jenis anakan, dan 35,29% jenis tumbuhan bawah sebagai pakan merak hijau jawa dari total jenis tumbuhan bawah. Tipe vegetasi savanna dan hutan musim lebih disukai merak sebagai habitat makan karena memiliki komposisi jenis tumbuhan bawah yang lebih banyak dan dibandingkan tipe vegetasi lain. Selain itu areal tipe vegetasi tersebut lebih terbuka.
B. Distribusi Pakan Merak Hijau Distribusi pakan merak dapat terlihat dari penyebaran masing-masing jenis pakan pada petak contoh. Tabel 15. menunjukkan bahwa jarong (A. aspera L.) dengan frekuensi 0.425% menduduki tempat kedua setelah serut (Streblus asper) dengan frekuensi 0.563%. Kemudian urutan setelahnya adalah jerukan dari suku Capparidaceae (Capparis separia L.) dengan nilai frekuensi 0.263%. Tabel 15. Frekuensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran No
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
Jumlah petak Frekuensi yang diduduki Pakan (%)
1
Streblus asper
Moraceae
Serut
45
0.563
2
Achyrantes aspera
Amaranthaceae
jarong/purutan
34
0.425
3
Capparis separia L.
Capparidaceae
Jerukan
21
0.263
4
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
rayutan daun kupu2
20
0.250
5
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
15
0.188
6
Corypha utan
Palmae
gebang
14
0.175
7
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
Tarum
14
0.175
8
Zizyphus rotundifolia
Rhamnaceae
bukol
13
0.163
9
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
13
0.163
10
Morinda tinctoria Roth.
Rubiaceae
mengkuduan
7
0.083
11
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
6
0.075
12
Acalypha indica L.
Euphorbiaceae
sangkep
5
0.063
13
Phyllanthus niruri L.
Euphorbiaceae
meniran
3
0.033
14
Euphorbia hirta
Euphorbiaceae
pathikan kebo
2
0.025
15
Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
2
0.025
16
Calotropis gigantea
Asclepiadaceae
widuri
2
0.025
17
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
2
0.025
18
Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
2
0.025
19
Flemingia lineata
Fabaceae
othok-othok
1
0.013
20
Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
1
0.013
21
Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
1
0.013
22
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
1
0.013
23
Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
melati hutan
1
0.013
24
Wissadula acidula
Malvaceae
rayutan kangkung
1
0.013
25
Passiflora foetida
Passifloraceae
santiet
1
0.013
26
Morinda tomentosa Roth
Rubiaceae
Mirip mengkuduan
1
0.013 2.850
Jenis tumbuhan pakan merak hijau yang ditemukan di lokasi pengamatan tercatat 30 jenis, yang masuk pada petak contoh ada 26 jenis sedangkan 4
jenis tercatat di luar petak contoh. Empat jenis pakan yang dimaksud adalah Capsicum sp., Amaranthus sp., Eleusine indica, dan Cassia obtusifolia L. Keempat jenis tumbuhan tersebut ditemukan di selokan di antara bangunan kantor taman nasional seksi wilayah Bekol. C. Palatabilitas Pakan Merak Hijau Merak hijau memiliki tingkat kesukaan terhadap bahan pakan tertentu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jarong (Achirantes aspera L.) dari suku Amaranthaceae merupakan tumbuhan yang paling sering dimakan oleh merak (Pavo muticus muticus Linn.) dengan nilai palatabilitas paling tinggi yaitu 34.568%. Kemudian othok-othok (Flemingia lineata Roxb.) dengan nilai 13.580% tingkat kesukaan kedua dan rayutan labu hutan (Passiflora sp.) dengan nilai 11.523% tingkat kesukaan ketiga. Ketiga jenis ini paling banyak ditemukan di savana.
Gambar 13. Jarong (Achyranthes aspera L.) (Doc.: Septania 2006)
Gambar 14. Daun dan bunga othok-othok (Flemingia lineata Roxb.) (Doc.: Septania 2006) Tabel 16. Palatabilitas Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran No
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
Insiden dimakan
Palatabilitas (%)
1 Achyrantes aspera L.
Amaranthaceae
jarong/purutan
84
34.568
2 Flemingia lineata Roxb.
Fabaceae
othok-othok
33
13.580
3 Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
28
11.523
4 Morinda tinctoria
Rubiaceae
mengkuduan
10
4.115
5 Acalypha indica
Euphorbiaceae
sangkep
10
4.115
6 Indigofera sumatrana
Fabaceae
tarum
10
4.115
7 Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
9
3.704
8 Corypha utan
Palmae
gebang
7
2.881
9 Calotropis gigantea
Asclepiadaceae
widuri
5
2.058
10 Zyzyphus rotundifolia
Rhamnaceae
bukol
5
2.058
11 Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
5
2.058
12 Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
rayutan daun kupu2
5
2.058
13 Euphorbia hirta
Euphorbiaceae
pathikan kebo
3
1.235
14 Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
3
1.235
15 Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
3
1.235
16 Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
3
1.235
17 Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
3
1.235
18 Streblus asper
Moraceae
serut
3
1.235
19 Azima sarmentosa
Salvadoraceae
sokdoy
3
1.235
20 Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
2
0.823
21 Phyllanthus sp.
Euphorbiaceae
meniran
2
0.823
22 Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
melati hutan
2
0.823
23 Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
2
0.823
24 Wisadula acidula
Malvaceae
rayutan kangkung
1
0.412
25 Passiflora foetida
Passifloraceae
santiet
1
0.412
26 Morinda tomentosa Roth
Rubiaceae
mirip mengkuduan
1
0.412
243
100
Merak hijau di TNB lebih menyukai tumbuhan bawah dan liana sebagai pakan (85%). Hal ini berdasarkan pengamatan yang dituliskan pada tabel 17. mengenai habitus tumbuhan dan jumlah yang terlihat dimakan oleh merak. Tabel 17. Habitus tumbuhan dan jumlah dimakan oleh merak hijau No
Habitus
Insiden Dimakan
1.
Pohon
16
2.
Tihang
2
3.
Sapihan
0
4.
Anakan
11
5.
Tumbuhan bawah dan liana
222
Uji t-student terhadap habitus tumbuhan dan jumlah yang dimakan oleh merak hijau, diperoleh hasil sebagai berikut : Variable C1
N 5
Mean 50.2000
StDev 96.2611
SE Mean 43.0493
95% CI (-69.3239, 169.7239)
T 0.00
P 1.000
Hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan bawah pada tingkat kepercayaan 95% lebih disukai daripada tingkat habitus lain. Hal ini berarti merak lebih menyukai tumbuhan bawah sebagai pakan dibandingkan habitus lainnya (pohon, tihang, sapihan, dan anakan) dan juga mendukung pernyataan bahwa merak makan sambil berjalan oleh Hernowo (1996). Tabel 18. Bagian tumbuhan yang dimakan oleh merak hijau dan jumlahnya No 1 2 3
Bagian daun buah bunga
jumlah 30 7 1 38
% 78.947 18.421 2.632 100
Tabel 18. menunjukkan frekuensi bagian tumbuhan yang paling sering dimakan adalah bagian daun (78.947%).
Uji-t terhadap bagian tumbuhan yang dimakan oleh merak dan jumlahnya adalah sebagai berikut:
Variable C1
N 3
Mean 12.6667
StDev 15.3080
SE Mean 8.8380
95% CI (-25.3604, 50.6937)
T -0.00
P 1.000
Hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa bagian daun pada tingkat kepercayaan 95% lebih disukai merak dari pada bagian buah atau bunga. D. Analisis Proksimat Pakan Merak Hijau Analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Analisis ini tidak dilakukan pada semua jenis pakan merak yang ditemukan, tetapi hanya pada beberapa jenis yang masuk kategori sangat disukai oleh merak hijau, antara lain adalah jarong, othok-othok, rayutan labu hutan, dan mengkuduan. Bagian tumbuhan yang dianalisis adalah bagian tumbuhan yang dimakan oleh merak. Analisis dilakukan untuk mengetahui nilai gizi pakan merak hijau. Tabel 19. Hasil analisis proksimat beberapa pakan merak hijau No
Kode
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
1
Jarong
82,08
6,44
12,14
29,69
0,10
33,71
2.
Othok-othok
84,25
5,11
17,55
28,26
0,02
33,31
3.
Labu Hutan
82,20
13,64
23,39
20,89
0,11
24,17
4.
Mengkuduan
83,18
9,61
18,22
23,93
0,07
31,35
Keterangan : BK : Bahan Kering PK : Protein Kasar SK : Serat Kasar LK : Lemak Kasar Beta-N : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan serat kasar pada empat jenis pakan yang dianalisis tidak jauh berbeda. Nilai serat kasar paling tinggi terdapat pada jarong (29.69). Nilai protein kasar pada empat jenis pakan merak berbeda-beda. Nilai paling tinggi terdapat pada labu hutan (23.39) dan terendah pada jarong (12.14).
Analisis proksimat juga dilakukan pada feses merak, namun hanya terbatas pada kandungan protein kasar dan serat kasar. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Hasil analisis proksimat pada kotoran merak hijau No
Kode
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
1.
1
-
-
18,05
27,30
-
-
2.
2
-
-
17,11
14,77
-
-
3.
3
-
-
20,65
27,50
-
-
Rata-rata
-
-
18,60
23,19
-
-
analisis
proksimat
Nilai
rata-rata
hasil
pada
kotoran
merak
menunjukkan kisaran yang tidak berbeda jauh dengan nilai analisis proksimat pada empat jenis pakan merak (tabel 20.). E. Aktivitas makan Aktivitas makan merak hijau di Taman Nasional Baluran secara umum dimulai pada pukul 05.30-09.30 dan dilanjutkan lagi pada pukul 14.00-17.30. Jika terjadi mendung atau gerimis, maka merak akan turun dari pohon tidur lebih siang atau naik ke pohon tidur lebih awal, sehingga waktu makan mengalami perubahan. Di sela-sela waktu makan, merak berteduh dari sengatan sinar matahari. Sangat sulit untuk mengamati merak makan sambil berteduh di Taman Nasional Baluran, karena pada umumnya merak berteduh di bawah semak-semak.
Gambar 15. Merak sedang makan buah gebang di pagi hari (Doc.: Septania 2006)
Gambar 16. Merak jantan sedang makan buah gebang di sore hari (Doc.: Septania 2006)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa merak melakukan pemilihan terhadap tipe vegetasi sebagai tempat mencari pakan. Pada tabel 21. dapat terlihat bahwa merak paling sering terlihat makan di tipe ekosistem savana dengan jumlah 215 kali. Sedangkan hutan pantai paling sedikit dengan jumlah ditemui merak makan hanya 5 kali.
Tabel 21. Lokasi ditemui merak sedang makan dan jumlahnya No. 1 2 3 4 Variable C1
N 4
Tipe Vegetasi Evergreen Hutan Musim Hutan Pantai Savana Mean 63.0000
Insiden ditemui merak sedang makan 14 18 5 215
StDev SE Mean 101.4791 50.7395
95% CI (-98.476, 224.476)
T P 0.00 1.000
Uji-t terhadap tipe vegetasi tempat merak mencari pakan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap lokasi ditemui merak sedang makan menunjukkan bahwa merak menyukai savana sebagai tempat makan dibandingkan tipe vegetasi yang lain. Hal ini mendukung pernyataan Maryanti (2007) bahwa merak menyukai tempat makan yang terbuka. Cara makan merak tergantung pada jenis pakan yang dikonsumsi. Secara umum, merak melakukan gerakan memotong dan menarik (menyobek) untuk jenis pakan berbentuk daun. Sedangkan untuk jenis pakan berbentuk buah atau biji, biasanya merak mematuk dengan paruh. Jika pakan yang diinginkan berada di atas kepala, merak akan meloncat untuk mendapatkannya, seperti yang dilakukan pada buah widuri (C. gigantea). Jenis buah tertentu seperti jarong, memberikan cara makan yang unik bagi merak, yaitu dengan menarik biji yang menempel pada tangkai buah, dengan paruhnya hingga ke ujung tangkai. Merak merupakan hewan omnivora, selain tumbuhan merak juga makan
serangga
untuk
melengkapi
kebutuhan
protein
hewaninya.
Serangga yang terlihat dimakan oleh merak adalah semut dan rayap. Untuk memakan serangga, merak biasanya mengais-ais tanah sedikit untuk membuka rumah serangga, kemudian mematuk dengan paruhnya. Cara mematuk juga dilakukan merak untuk mengambil batu kecil (kerikil) yang digunakan untuk membantu proses pencernaan di dalam tembolok. F.
Strategi Mencari Pakan (Foraging Strategy) Merak menyukai tempat-tempat yang terbuka (open area) pada saat berjalan. Jalan hewan besar seperti banteng dan kerbau menjadi pilihan utama jalur merak mencapai sumber air. Begitu juga jalan beraspal. Sambil berjalan, merak makan tumbuhan yang berada di kanan atau kirinya.
Strategi ini yang dipakai merak dalam mendapatkan pakan. Makan sambil berjalan merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan makan merak yang cukup banyak karena tubuhnya yang besar. Selain makan tumbuhan, merak juga makan serangga untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Pada saat berjalan sambil makan, merak biasanya berkelompok. Namun merak jantan dewasa (bulu hias panjang) biasa melakukannya soliter. Saat mematuk atau mengais tanah, merak tetap melakukan gerakan waspada. Kewaspadaan ini biasanya ditandai dengan ditegakkannya leher ke atas dengan kepala diam seakan sedang mengamati dan mendengarkan kondisi di sekitarnya. Penggunaan waktu merak dalam mencari makan terbagi menjadi dua, yaitu pagi dan sore hari. Setelah turun dari tempat tidurnya di pagi hari, merak makan di sepanjang jalan menuju tempat minum atau tempat berteduh. Kemudian di sore hari, merak keluar dari tempat berteduhnya, dan akan makan di sepanjang jalan menuju tempat minum dan tempat tidurnya. Kadang, merak melakukan aktivitas makan pada saat berteduh atau berlindung. Hal ini teramati pada saat merak sedang berteduh di bawah pohon mengkuduan (M. tinctoria) di savana dan pada saat merak berlindung di atas pohon serut di hutan pantai. Kebutuhan merak akan air dipenuhi dengan mencari sumber-sumber air tawar di habitatnya. Jika tidak menemukan air tawar, merak akan minum di sumber air payau. Sumber air tawar di areal penelitian terdapat di sekitar Bukit Bekol, savana tengah, dan sumber air manting di hutan pantai. Sedangkan sumber air payau untuk minum merak terdapat di Kelor, Kalitopo, dan kubangan Bama.
Gambar 17. Kelompok merak sedang makan sambil berjalan (Doc.: Puroso 2006)
Gambar 18. Sekumpulan merak di kubangan Bekol (Doc.: Septania 2006)
Gambar 19. Merak sedang makan di sekitar kubangan Bama (Doc.: Septania 2006)
Merak
adalah
hewan
yang
sangat
waspada
dan
tajam
penglihatannya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa merak merupakan satwa pertama yang mengetahui kehadiran makhluk lain yang dianggap mencurigakan dan membahayakan dibandingkan hewan lain seperti rusa. Kewaspadaan merak juga bisa teramati pada saat pengamat melakukan nyanggong. Pengamat harus melakukan adaptasi terhadap merak untuk melakukan pengamatan pada saat naik pohon. Karena ketika terlihat kejanggalan seperti terlihatnya pengamat atau peralatan penelitian (tangga
atau tali), merak tidak akan mau mendekat lokasi tersebut. Hal ini berarti bahwa merak merekam kondisi lokasi pada hari sebelumnya. Ketinggian pohon sebagai titik pengamatan bervariasi, dari 3 meter sampai 7 meter dari permukaan tanah.
Gambar 20. Merak sedang mencari makan di pinggir jalan di hutan musim bersikap waspada (Doc.: Septania 2006)
Melakukan pengamatan tumbuhan sebagai pakan merak juga tidak mudah. Merak termasuk hewan yang sangat awas dan waspada. Sebagian besar merak waspada (kepala tegak dan berbunyi tak..tak..tak..) pada jarak 20 meter. Sedikit sekali merak yang bisa teramati sampai jarak 7 meter jika dia tidak menyadari kejanggalan dan kehadiran pengamat. Namun jika pengamat melakukan gerakan sedikit saja, merak akan terbang menjauh.
VI. PEMBAHASAN A. Potensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran Total jenis tumbuhan yang terinventarisasi pada petak contoh 122 jenis, namun hanya 30 jenis yang menjadi pakan merak. Dari 30 jenis pakan, 24 jenis merupakan tumbuhan bawah dan liana (tabel 12), berarti merak hijau lebih memilih tumbuhan bawah sebagai pakan. Hal ini disebabkan merak merupakan unggas pejalan yang kuat sehingga lebih mudah untuk makan tumbuhan bawah daripada harus hinggap di atas pohon. Menurut Yuniar (2007), karakteristik habitat pakan merak adalah tempat terbuka (open area) dengan keanekaragaman rumput dan tumbuhan bawah yang tinggi. Di Taman Nasional Baluran Seksi Bekol, habitat pakan merak berada di hampir semua tipe vegetasi yaitu savana Bekol, hutan musim, dan tepi jalan evergreen. Jarong (Achirantes aspera L.) terdapat di semua tipe vegetasi. Namun terlihat dimakan oleh merak hanya pada tipe vegetasi savana dan evergreen. Jerukan (Capparis separia L.) juga terdapat di semua tipe vegetasi kecuali savana, namun terlihat dimakan oleh merak hanya pada tipe vegetasi hutan musim saja. Pada lampiran 5, 6, dan 7 terlihat bahwa jerukan memiliki nilai INP paling tinggi di hutan musim (52,244%), sedangkan di evergreen 26,493% dan di hutan pantai hanya 8,061%. Semakin banyak suatu jenis ada di suatu tipe vegetasi, maka kecenderungan jenis tersebut dimakan oleh merak semakin tinggi. Oleh karena itu, jerukan terlihat lebih banyak dimakan merak di hutan musim dibandingkan tipe vegetasi yang lain. Tipe vegetasi yang menjadi wilayah jelajah merak sangat beragam, namun tidak semua tipe vegetasi menjadi penyedia makanan utama merak hijau. Tipe vegetasi yang disukai merak hijau biasanya terbuka dan kaya akan jenis tumbuhan bawah, terutama untuk habitat pakan. Tipe vegetasi yang tidak terlalu terbuka biasanya digunakan untuk tidur, berlindung, berteduh, dan bertengger. Hasil analisis vegetasi menyatakan bahwa semua tipe vegetasi di daerah pengamatan memiliki jumlah jenis tumbuhan bawah sebagai pakan merak yang lebih besar dibandingkan jenis pohon. Merak makan sambil berjalan ke arah sumber air, menuju pohon tidur, sambil berteduh atau beristirahat, sehingga kecenderungan tumbuhan bawah dan anakan sebagai pakan merak
menjadi lebih besar. Artinya, jenis-jenis tumbuhan bawah dan anakan memiliki potensi cukup tinggi sebagai pakan merak. Tabel 22. Jumlah jenis tumbuhan bawah pada tiap tipe ekosistem No. 1 2 3 4
Tipe Ekosistem Evergreen Hutan Musim Hutan Pantai Savana
Jumlah jenis 30 31 15 28
Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak terkonsentrasi di savana Taman Nasional Baluran. Maryanti (2007) juga menyatakan bahwa tempat makan merak hijau di Taman Nasional Baluran merata di savana, dan hanya beberapa titik di evergreen, hutan musim, dan hutan pantai. Savana memiliki karakteristik yang terbuka dengan jenis tumbuhan bawah dan rumput yang tinggi. Hal ini mendukung hasil bahwa jumlah jenis pakan merak paling banyak terdapat di savana (Tabel 12.), meskipun musim kemarau membatasi jumlah jenis rumput yang ada, yaitu hampir semua jenis rumput sudah mengering. Selain itu, sejak adanya invasi akasia, peranan rumput sebagai vegetasi dominan savana tergantikan oleh jenis semak dan herba pionir yang mampu bertahan dari akasia (Djufri 2006). Pergantian rumput sebagai vegetasi dominan oleh semak dan herba tidak menyulitkan merak untuk mencari pakan. Pada tabel 22 terlihat bahwa savana bukan tipe vegetasi dengan keanekaragaman tumbuhan bawah tertinggi, namun merak tetap lebih banyak makan di savana karena savana merupakan areal terbuka (open area). Jika penelitian dilakukan pada musim hujan, diduga akan lebih banyak lagi jenis pakan merak yang tercatat karena jumlah jenis vegetasi terutama tumbuhan bawah akan lebih bervariasi dengan adanya hujan. Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak akan hinggap di atas pohon untuk mendapatkan buah dari jenis pohon seperti tumbuhan dari marga Ficus. Hal ini kurang terlihat pada bulan kemarau karena pada umumnya pohon tidak berbuah, kecuali pada pohon Gebang (Corypha utan). Gebang memiliki nilai INP 36,272% di TNB, menduduki peringkat kedua setelah serut, dan merupakan tumbuhan dominan di hutan pantai (84,314%). Artinya, gebang memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai pakan merak pada bulan kemarau.
Tidak hanya merak yang hinggap dan makan buah gebang (klanthing:lokal), tapi kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) juga memakannya. Merak terlihat paling sering makan di vegetasi savana (tabel 21.) yaitu sebanyak 215 kali. Hutan pantai merupakan vegetasi dimana terlihat merak makan paling sedikit yaitu hanya 5 kali. Hasil analisis vegetasi di TNB menyatakan bahwa manting (S. polyanthum) merupakan anakan paling dominan yang terdapat di hutan pantai. Manting tidak pernah terlihat dimakan oleh merak hijau. Tumbuhan bawah yang terdapat di hutan pantai kebanyakan merupakan jenis kurang disukai oleh merak. Jika ada jenis yang disukai, biasanya daunnya sudah habis oleh mamalia besar yang sering berkubang di daerah hutan pantai. Tabel
17.
menunjukkan
proporsi
dimakannya
suatu
jenis
tumbuhan dilihat dari habitusnya. Persentase paling tinggi adalah tumbuhan bawah (35,29%). Hal ini memperkuat dugaan bahwa merak lebih sering makan sambil berjalan. B. Distribusi Pakan Merak Hijau Frekuensi pakan dihitung untuk mengetahui tingkat penyebaran jenis tumbuhan sebagai pakan merak hijau di TNB. Serut (Streblus asper) merupakan jenis tumbuhan pakan merak hijau yang memiliki nilai frekuensi tertinggi (0.563%). Sedangkan jarong (A. aspera L.) dengan frekuensi 0.425% menduduki tempat kedua. Kemudian urutan setelahnya adalah jerukan dari suku Capparidaceae (Capparis separia L.) dengan nilai frekuensi 0.263%. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran serut lebih luas dibandingkan jarong, sehingga potensi serut untuk menjadi pakan merak menjadi lebih tinggi. Namun pada kenyataannya, merak lebih memilih jarong sebagai pakan. Ini disebabkan serut secara umum memiliki bentuk pohon, sedangkan jarong adalah tumbuhan bawah. Merak hijau lebih memilih tumbuhan bawah sebagai pakan dibandingkan pohon karena merak makan sambil berjalan. Nilai frekuensi terkecil dimiliki oleh mengkuduan (M. tinctoria) yaitu sebesar 0.013%. Pohon mengkuduan hanya berada di tipe vegetasi savana saja, baik savana Bekol maupun savana Bama. Oleh karena itu nilai frekuensinya kecil.
C. Palatabilitas dan Analisis Proksimat Pakan Merak Hijau Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jarong (A. aspera L.) merupakan tumbuhan yang paling sering dimakan oleh merak dengan nilai palatabilitas 34.568%. Kemudian diikuti oleh othok-othok (Flemingia lineata Roxb.) dengan nilai 13.580% dan rayutan labu hutan (Passiflora sp.) dengan nilai 11.523% (tabel 16). Ketiga jenis ini banyak ditemukan di savana, dan juga ditemukan di tipe ekosistem lain yang diamati. Jarong memiliki nilai frekuensi yang cukup tinggi, namun othok-othok dan labu hutan memiliki nilai frekuensi kecil. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun penyebarannya tidak meluas di semua tipe vegetasi, namun kedua jenis ini tetap merupakan pilihan pakan merak yang utama. Jarong, othok-othok, dan daun labu hutan yang memiliki palatabilitas tinggi ini banyak ditemui di savana, terutama savana Bekol. Pernyataan ini mendukung pernyataan bahwa merak hijau lebih memilih makan di areal savana.
Gambar 21. Daun labu hutan (Passiflora sp.) (Doc.: Septania 2006)
Gambar 22. Daun mengkuduan (Morinda tinctoria) (Doc.: Septania 2006)
Selain jenis tumbuhan di atas, merak juga makan mengkuduan (M. tinctoria), sangkep (A. indica), tarum (I. sumatrana), sidaguri (S. acuta Burm. F)., gebang (C. utan), widuri (C. gigantea), bukol (Z. rotundifolia), B. prionitis L., liana daun kupu-kupu (B. angulata Roxb), pathikan kebo (E. hirta), kacang beneh (T. pumila Persl), Achyranthes sp, jerukan (C. separia L.), aseman (C. mimosoides Bl.), serut (S. asper), sokdoy (A. sarmentosa), rayutan bulu (I. obscura (L.) Kor), meniran (Phyllanthus sp.), melati hutan (P. zeylanica L.), rayutan kacang (C. ternatea L.), rayutan kangkung (W. acidula), santiet (P. foetida), dan M. tomentosa Roth. Dalam pengamatan di lingkungan sekitar bangunan penginapan, terlihat merak juga makan cabai rawit (Capsicum sp)., jenis rumput lulangan (E. indica), bayem ri (Amaranthus sp), dan jenis legum C. obtusifolia L. Jarong merupakan tumbuhan bawah bukan rumput yang dominan dari empat tipe vegetasi yang diamati. Nilai penting paling tinggi terdapat di vegetasi savana, namun sebenarnya tumbuhan ini bukan asli savana. Sejak adanya invasi akasia di savana Baluran, jarong menjadi tumbuhan pionir yang dapat bertahan hidup bersama dengan beberapa jenis tumbuhan lain. Jarong menjadi pilihan utama makanan merak karena jarong memiliki kandungan gizi yang cukup baik serta memiliki penyebaran yang luas sesuai dengan daya jelajah merak, dan dapat hidup sepanjang musim. Selain itu, jarong memiliki buah dengan bentuk seperti padi yang mudah dimakan
merak sebagai granivor. Pada pengamatan, jika buah jarong sudah tidak ada maka daun jarong menjadi pilihan berikutnya. Selain jarong, othok-othok juga merupakan tumbuhan pionir di savana yang mampu bertahan hidup. Meskipun populasinya tidak sebanyak jarong, namun ternyata tumbuhan ini merupakan pilihan makanan merak juga. Tekstur daun yang kasar dan agak tebal tidak mengurangi kelebihannya sebagai pakan merak. Dari beberapa pengamatan yang dilakukan, tidak pernah terlihat merak makan bunga othok-othok, yang dimakan hanya bagian daunnya saja. Selain di savana, tumbuhan ini juga terdapat di vegetasi hutan pantai. Populasinya mengelompok berpencar, tidak merata seperti jarong. Labu hutan merupakan liana yang juga banyak ditemui di beberapa tipe vegetasi yang diamati, terutama savana. Bagian yang terlihat dimakan oleh merak hanya daun saja. Penyebaran labu hutan terutama dibantu oleh mamalia besar seperti kerbau dan banteng yang memakan buahnya kemudian menyebarkan bijinya. Pemilihan tumbuhan sebagai pakan merak kurang bisa diperkirakan jika tanpa pengamatan. Pada saat pengamatan, dilihat jenis tumbuhan tertentu yang kira-kira dapat menjadi pakan merak. Namun ternyata tidak pernah terlihat merak makan tumbuhan tersebut, dan sebaliknya. Widuri (Calotropis gigantea) yang ditemukan berada di savana dan hutan pantai, memiliki daun yang tebal dan berdaging, serta memiliki getah berwarna putih. Merak memakan daun dan buahnya. Tumbuhan berduri banyak (Barleria prionitis L.) juga tidak menyulitkan merak untuk memakan daun yang terdapat di sela-sela duri. Tumbuhan bawah dan liana menduduki peringkat paling tinggi sebagai pakan merak. Seperti yang terlihat pada tabel 17, hampir 80% tumbuhan bawah dan liana menjadi pilihan pakan bagi merak hijau. Hal ini mendukung teori bahwa merak makan sambil berjalan (Hernowo 1996). Merak lebih memilih tumbuhan bawah karena merak melakukan strategi makan sambil berjalan. Tumbuhan bawah lebih mudah diperoleh sebagai pakan pada saat merak berjalan. Merak makan daun atau buah pada pohon atau tihang hanya pada saat istirahat atau akan naik ke pohon tidur. Tetapi ada juga yang dengan sengaja naik ke pohon untuk memakan daun dan buah, seperti pada pohon mengkuduan (Morinda tinctoria) dan gebang.
Diduga, kesengajaan ini dilakukan untuk memperoleh nilai gizi atau nutrisi lain yang tidak ada pada tumbuhan bawah. Bahan makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan dipecah menjadi senyawa-senyawa kecil untuk dapat diserap melalui dinding saluran pencernaan. Proses utama pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik, maupun mikrobial. Merak masih satu suku dengan ayam yaitu Phasianidae (Faaborg 1988), oleh karena itu sistem pencernaannya bisa melalui pendekatan sistem pencernaan ayam. Merak sama seperti ayam, sering terlihat mematuk kerikil. Kerikil ini akan digunakan untuk membantu dalam pencernaan mekaniknya. Seperti yang terlihat pada tabel hasil analisis proksimat (tabel 19), nilai gizi dari empat jenis pakan merak ternyata tidak jauh berbeda. Jarong memiliki palatabilias tertinggi, namun ternyata kandungan gizinya, terutama protein masih berada di bawah jenis pakan lainnya. Merak merupakan hewan pejalan yang kuat, oleh karena itu diperlukan asupan makanan dengan kandungan energi yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, merak makan serangga di sekitar habitat pakannya. Protein merupakan zat penyusun struktur jaringan lunak sedangkan lemak adalah cadangan energi. Daun biasanya memiliki banyak kandungan lemak, dan biji paling banyak mengandung lemak. Oleh karena itu merak banyak makan jarong untuk memenuhi konsumsi biji bagi tubuhnya. Nilai kandungan serat kasar tertinggi terdapat pada jarong (29,69%). Semakin tinggi kandungan serat kasar, maka pencernaan enzimatis akan semakin sulit. Biji-bijian juga merupakan sumber serat kasar, sebagai bagian dari karbohidrat, yang tinggi. Namun merak tetap memilih jarong sebagai sumber pakan utamanya. Jika dilihat dari empat bahan yang sudah dilakukan analisis, sebenarnya kandungan serat kasarnya tidak terlalu jauh berbeda. Bahan kering dari empat bahan pakan merak memiliki nilai hampir sama, artinya kandungan air yang terdapat dalam empat bahan tersebut juga hampir sama. Air merupakan zat makanan yang penting karena menyusun kira-kira 75% jaringan bebas lemak dalam tubuh. Oleh karena itu kebutuhan air sebagai zat makanan adalah tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan air, merak minum dari sumber-sumber air yang ada, seperti sumber air bekol, kubangan bama, dan sumber air manting.
Analisis proksimat terhadap feses merak diperoleh hasil protein kasar rata-rata 18,60 dan serat kasar rata-rata 23,19. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil analisis proksimat terhadap masing-masing bahan pakan merak. Analisis proksimat dilakukan hanya pada protein dan lemak karena kedua zat ini paling penting dalam menghasilkan energi. Dari kisaran hasil analisis proksimat jenis pakan merak dan feses, terlihat merak lebih memanfaatkan protein dibandingkan serat kasar. Merak memiliki tembolok dan ampela yang membantu proses pencernaan agar semakin baik, dapat dilihat dari feses merak yang halus hampir tidak terlihat seratnya. Penyerapan zat makanan pada saluran pencernaan merak harus efisien, karena sebagai burung besar, merak harus memiliki energi cukup banyak untuk dapat terbang pada saat menghindari musuh atau saat naik/turun pohon tidur, bahkan saat mencoba memetik buah yang diinginkan sebagai pakan. Pemanfaatan energi yang paling utama pada waktu pengamatan adalah untuk melakukan tarian pemikat bagi merak jantan terhadap merak betina (display).
Gambar 23. Merak hijau sedang display di hutan musim (Doc.: Septania 2006)
Daun serut diketahui dimakan merak hijau pada saat menghindar dari predator dengan hinggap di atas pohon ini. Pada saat ajag (Cuon alpinus) mengejar, merak terbang dan hinggap di atas pohon serut untuk kemudian naik ke pohon asam, lalu setelah ajag pergi, merak makan daun serut. Daun serut kasar dan tebal, hampir seperti othok-othok namun memiliki pertulangan daun dan warna yang berbeda. Daun jerukan (Capparis separia
L.) lebih halus dan lunak. Merak tidak pernah terlihat makan daun jerukan dengan hinggap di atas pohon, yang dipilih hanya anakannya.
Gambar 24. Merak di atas pohon serut (Streblus asper) di Hutan Pantai (Doc.: Septania 2006)
Gambar 25. Ajag (Cuon alpinus) sebagai predator merak hijau (Doc.: Septania 2006)
D. Aktivitas makan Pengamatan
yang
dilakukan
pada
cara
makan
merak
hijau
memberikan hasil yang bervariasi. Untuk pakan yang ada di atas kepalanya, merak bisa meloncat-loncat untuk mendapatkannya, setelah mendapatkan biasanya daun disobek atau buah dipatuk. Sedangkan untuk jenis tumbuhan seperti widuri, merak mematuk-matuk daun yang ada di bawah, dan demi mendapatkan buah maka merak meloncat-loncat untuk memotong tangkai
buah hingga buah jatuh. Setelah terjatuh maka dengan mudah merak membuka kulit buah dengan paruh, lalu mematuk biji-biji di dalam buah. Untuk jenis tumbuhan seperti jarong, merak makan sambil berjalan, biasanya pada saat menuju ke arah sumber air. Cara memakan daunnya seperti biasa yaitu dipatuk. Namun memakan buahnya dengan cara yang agak lain, karena buahnya menempel pada satu tangkai panjang, maka merak
menjepitkan
paruhnya
pada
ujung
paling
bawah
kemudian
menariknya hingga ujung atas (Jawa:diplurut). Sedangkan untuk tumbuhan tingkat tihang atau pohon, merak biasanya hinggap di atas dahan, baik disengaja maupun tidak disengaja, dan memakan daun dengan memotong dan menariknya. Hal ini terlihat pada saat merak hijau sedang makan daun mengkuduan dengan hinggap di atas dahan. Selain mengkuduan, pohon yang dengan sengaja dihinggapi merak adalah gebang Untuk memperoleh buah gebang, merak akan terbang hinggap di atas pohon gebang di pagi hari. Bisa juga pada saat merak akan tidur di sore hari, dimana merak akan langsung tidur di pohon tersebut. Merak memakan isi dalam buah gebang yang berbentuk seperti agar-agar. Jika terlalu matang, isi gebang akan keras dan tidak mudah dimakan. Jika hal ini terjadi, biasanya merak memakan kulit luar buah yang manis. Kemanisan kulit buah ini juga tergantung dari umur buah. Maryanti (2007) menyatakan bahwa merak hijau di TNB melakukan aktifitas makan antara pukul 05.12 WIB – 09.13 WIB dan antara 13.55 WIB – 17.18 WIB. Aktifitas makan ini disebut aktifitas makan primer. Sedangkan aktifitas makan sekunder dilakukan pada saat berteduh di siang hari maupun pada saat berlindung. Aktifitas makan sekunder dilakukan karena kebutuhan makan merak waktu pagi belum cukup. Merak jarang melakukan kaisan kaki, namun untuk makan serangga, merak melakukannya. Merak melakukan sedikit kaisan agar rayap dan semut di tanah dapat terlihat, kemudian merak mematuk dengan paruhnya. Telah dibahas sebelumnya bahwa merak lebih menyukai savana sebagai tempat makan dibandingkan tipe ekosistem yang lain. Maryanti (2007) juga menyatakan bahwa durasi merak untuk makan di savana lebih lama dibandingkan yang lain.
E. Strategi Mencari Pakan (Foraging Strategy) Merak hijau makan sambil berjalan menuju tempat minum, berteduh, tidur, dan aktivitas lainnya. Merak berjalan secara berkelompok yaitu 2-6 individu tiap kelompoknya, tapi merak jantan dewasa biasanya berjalan sendiri.
Gambar 26.Merak berteduh di pohon mimba (Azadirachta indica) (Doc.: Septania 2006)
Merak akan langsung makan setelah turun dari pohon tidurnya. Kemudian merak akan berjalan menuju sumber air sambil tetap melakukan aktivitas makan. Setelah berteduh di siang hari, merak akan menuju pohon tidurnya sambil makan juga. Pada saat berteduh, sulit dilakukan pengamatan terhadap aktivitas makan sekunder karena tempat berteduh biasanya berada di semak-semak. Merak hijau melakukan aktivitas makan sambil memperhatikan keadaan lingkungannya, yaitu dengan menegakkan kepalanya. Sikap waspada ini juga dilakukan saat merak sedang minum. Sumber air minum merak bisa berupa sumber air tawar maupun air payau.
Gambar 27. Merak minum di kubangan Bama (Doc.: Septania 2006)
Sumber air payau terbentuk secara alami. Air yang payau disebabkan lokasinya yang sangat dekat dengan pantai sehingga sumber air tawar bercampur dengan infiltrasi air laut. Bahkan di sumber air Kalitopo, air laut ikut menggenangi sumber air jika terjadi pasang air laut. Sumber air tawar di savana Bekol dibuat oleh petugas Taman Nasional Baluran. Tempat air dibuat dari semen dan batu bata yang berbentuk bak penampung air, pengisian air dilakukan melalui pemompaan air tanah dari sumur bor secara rutin. Dalam penelitian ini telah teramati 25 ekor merak hijau yang melakukan aktivitas minum secara bersamaan di bak penampung air bekol. Melakukan pengamatan tumbuhan sebagai pakan merak tidak mudah karena merak termasuk hewan yang sangat awas dan waspada. Sebagian besar merak waspada (kepala tegak dan berbunyi tak..tak..tak..) pada jarak 20 meter. Namun beberapa merak bisa teramati sampai jarak 7 meter jika tidak menyadari kejanggalan atau kehadiran pengamat. Jika pengamat melakukan gerakan sedikit saja, merak akan terbang menjauh. Ketinggian pohon sebagai titik pengamatan bervariasi, dari 3 meter sampai 7 meter dari permukaan tanah.
Gambar 28. Pohon Bukol sebagai titik pengamatan di tengah savana (Doc.: Septania 2006)
Taman Nasional Baluran Seksi Bekol, sebagian besar merupakan zona pemanfaatan. Pantai Bama yang merupakan bagian dari seksi Bekol juga merupakan tempat pariwisata. Gangguan sering terjadi pada saat pengamatan dilakukan, dan menyebabkan menyingkirnya merak dari jarak pandang. Merak takut terhadap benda asing, jika melihat manusia baik berjalan atau menggunakan kendaraan bermotor, merak akan berusaha bersembunyi dengan terbang maupun berlari ke balik semak-semak. Gangguan terhadap pengamatan merak semakin meningkat di bulan terakhir penelitian yaitu bulan September. Pemeliharaan habitat savana dengan pembakaran dilakukan oleh petugas setempat. Tidak hanya cukup dengan pembakaran, pembabatan terhadap akasia dan pemeliharaan jalan setapak pun dilakukan. Kegiatan ini membutuhkan banyak tenaga manusia. Semakin banyak manusia di lokasi pengamatan, maka merak semakin sulit untuk diamati. Selain gangguan tersebut, banyak terjadi eksploitasi terhadap hasil hutan, baik yang berupa kayu maupun bukan kayu. Gangguan ini juga menyebabkan berpindahnya lokasi aktivitas merak, baik pohon tidur, pohon berlindung, bahkan tempat makan. Selain perpindahan lokasi, pola konsumsi makan merak juga diduga dapat berubah. Dari hasil penelitian yang sudah pernah ada, jarong tidak pernah tercatat sebagai pakan merak di TNB, hingga kini menjadi pilihan utama pakan oleh merak. Hal ini berarti
merak menggunakan strategi foraging oportunis, dimana jika terjadi perubahan vegetasi pakan maka merak dapat melakukan penyesuaian secara cepat. Catatan pertama mengenai populasi merak hijau jawa di TNB oleh Hernowo (1995) sebanyak 120 ekor di resort Bekol, ternyata sudah mengalami penurunan menjadi 61,8 ekor (Risnawati 2008). Gangguan yang terjadi diduga menjadi salah satu penyebab turunnya populasi satwa tertentu terutama merak hijau di TNB. Gangguan tersebut berupa eksploitasi hasil hutan terutama satwa tertentu seperti merak.
SIMPULAN Merak hijau jawa (Pavo muticus muticus Linn.) di Taman Nasional Baluran
lebih
menyukai
savana
sebagai
tempat
mencari
pakan
dibandingkan evergreen, hutan musim, dan hutan pantai. Jumlah jenis tumbuhan yang dimakan oleh merak adalah 30 jenis. Jenis tumbuhan yang paling disukai adalah jarong (Achyranthes aspera L.) yang memiliki nilai INP di TNB 14.657%, othok-othok (Flemingia lineata Roxb.) dengan INP 0.798%, dan rayutan labu hutan (Passiflora sp.) dengan INP 0.329%. Ketiganya banyak terdapat di savana. Selain jenis tumbuhan di atas, merak juga makan mengkuduan (M. tinctoria), sangkep (A. indica), tarum (I. sumatrana), sidaguri (S. acuta Burm. F)., gebang (C. utan), widuri (C. gigantea), bukol (Z. rotundifolia), B. prionitis L., liana daun kupu-kupu (B. angulata Roxb), pathikan kebo (E. hirta), kacang beneh (T. pumila Persl), Achyranthes sp, jerukan (C. separia L.), aseman (C. mimosoides Bl.), serut (S. asper), sokdoy (A. sarmentosa), rayutan bulu (I. obscura (L.) Kor), meniran (Phyllanthus sp.), melati hutan (P. zeylanica L.), rayutan kacang (C. ternatea L.), rayutan kangkung (W. acidula), santiet (P. foetida), dan M. tomentosa Roth. Dalam pengamatan di lingkungan sekitar bangunan penginapan, terlihat merak juga makan cabai rawit (Capsicum sp)., jenis rumput lulangan (E. indica), bayem ri (Amaranthus sp), dan jenis legum C. obtusifolia L. Potensi pakan merak di TNB mencukupi, ditambah sifat merak yang polifage dan oportunis maka pakan merak di TNB tidak merisaukan. Jika dilihat dari nilai penting, jenis tumbuhan sebagai pakan merak hijau jawa di Taman Nasional Baluran tidak mengalami masalah terutama pada jarong. Pada tipe vegetasi evergreen, jarong menduduki tingkat tiga dengan INP 22.884%, di hutan musim sebesar 11.083% (peringkat 5), di hutan pantai 9.507% (peringkat 7), dan di savana 42.745% (peringkat 1). Potensi savana sebagai habitat pakan merak hijau jawa di TNB cukup mendukung kehidupan merak dari segi pakan. Potensi tumbuhan bawah dan anakan sebagai pakan sangat tinggi dalam mendukung pakan merak. Penurunan populasi merak di TNB bukan disebabkan oleh menurunnya jenis pakan merak.
SARAN Diharapkan pengelolaan Taman Nasional Baluran dapat dilakukan untuk mendukung keutuhan salah satu habitat merak hijau di pulau Jawa yang dapat
mendukung
populasi
merak
hijau,
misalnya
mempertahankan
keberadaan tumbuhan bawah agar dapat mendukung pakan merak yaitu dengan memberantas akasia, dan juga meminimalisir gangguan manusia terhadap merak dengan meningkatkan sistem keamanan hutan. Tipe-tipe vegetasi dengan pakan merak yang tidak dominan, perlu diupayakan penanaman dan pengayaan jenis pakan merak sebagai usaha konservasi merak hijau. Perlu adanya monitoring terhadap populasi merak dengan metode penandaan (tagging) agar dapat selalu diketahui perubahan populasi merak hijau di TNB. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai potensi pakan merak hijau pada musim hujan agar dapat dibandingkan dengan hasil yang sudah ada.
VII. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid ke-1. Soerianegara I, penelaah. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Anonim. 1995. Pheasant Action Plan. Dalam: Tragopan Newsletter of the WPA/BirdLife/Species Survival Commission Pheasant Specialist Group. (2:11) Balen van S, Prawiradilaga DM, Indrawan M. 1995. The distribution and status of green peafowl Pavo muticus in Java [abstrak]. http://www.science direct.com/science.htm. (8 Maret 2006). BirdLife International. 2004. Pavo muticus. Dalam: IUCN 2004. IUCN Red List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org/ (8 Maret 2006) Brooks TM, Mittermeier RA, Mittermeier CG, Fonseca GAB de, Rylands AB, Konstant WR, Flick P, Pilgrim J, Oldfield S, Magin G, dan Taylor CH. 2002. Habitat loss and extinction in the hotspots of biodiversity. Cons Biol 16 (4): 909-923. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2000. Buku Saku Pengenalan Jenis Satwa Liar yang Dilindungi (Aves) . Jakarta. Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2001. Buku Informasi Taman Nasional Baluran. Banyuwangi. Djufri. 2006. Studi Autekologi dan Pengaruh Invasi Akasia (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex. Del. Terhadap Eksistensi Savana dan Strategi Penanganannya di Taman Nasional Baluran Jawa Timur [disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Grzimek B. 1975. Animal Life Encyclopedia (Volume 8: Birds). New York: Van Nostrand Reinhold Company.
Hernawan E. 2003. Studi Populasi dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus 1766) di Hutan Jati Ciawitali, BKPH Buah Dua dan BKPH Songgom, KPH Sumedang [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hernowo JB. 1995. Ecology and Behaviour of the Green Peafowl (Pavo muticus Linneaus 1766) in the Baluran National Park, East Java Indonesia [Thesis]. Faculty of Forestry Science. Georg August University Göttingen. Germany. Klasing KC. 2005. Poultry Nutrition: A Comparative Approach. J. Appl. Poult. Res. 14:426-436 MacKinnon J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. McIlroy RJ. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Jakarta: Pradnya Paramita. Mueller D, Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York: John Wiley and Sons, Inc. Mulyana. 1988. Studi Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus) di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Primack RB.. 1998. Biologi Konservasi. Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P, penerjemah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: A Primer of Conservation Biology. Red Data Book. 2005. Threatened Birds of Asia: Pavo muticus (Green Peafowl). http://www.rdb.or.id/detailbird.php.htm. (6 Maret 2006).
Rini IS. 2005. Studi Ekologi Pakan dan Perilaku Makan Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus 1766) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [Skripsi].
Departemen
Konservasi
Sumberdaya
Hutan.
Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Risnawati R. 2008. Analisis Populasi dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Baluran Jawa Timur [Skripsi].
Departemen
Konservasi
Sumberdaya
Hutan.
Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Setiadi D, Muhadiono I, Yusron A. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Sözer R, Saaroni Y, Nurwatha PF. 1999. Jenis-jenis Burung Dilindungi yang Sering Diperdagangkan. YPAL. Bandung. Supratman A. 1998. Kajian Pola Penyebaran dan Karakteristik Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus 1766) Pada Musim Tidak Berbiak di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tillman AH, Haritadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wasono WT. 2005. Populasi dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus 1766) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Winarto R. 1993. Beberapa Apek Ekologi Merak Hijau (Pavo muticus Linneaus) Pada Musim Berbiak di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur [Skripsi].
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan.
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Fakultas
70 Lampiran 1. Jenis pakan merak pada tiap tipe ekosistem Evergreen No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
1
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
2
Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
3
Acalypha indica L.
Euphorbiaceae
sangkep
4
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
5
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
6
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
7
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana daun kupu2
8
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
9
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
10
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
11
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
12
Passiflora foetida L.
Passifloraceae
santiet
Hutan Musim No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
1
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
2
Acalypha indica L.
Euphorbiaceae
sangkep
3
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
tarum
4
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
5
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
6
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
7
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana kupu2
8
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
9
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
10
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
11
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
12
Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
13
Morinda tomentosa Roth.
Rubiaceae
mirip mengkudu
71 Hutan Pantai No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
1
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
2
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
3
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
4
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
5
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
Savana No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
1
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
2
Flemingia lineata Roxb.
Fabaceae
othok-othok
3
Morinda tinctoria Roth.
Rubiaceae
mengkuduan
4
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
tarum
5
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
6
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
7
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
8
Euphorbia hirta L.
Euphorbiaceae
pathikan
9
Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
10
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
11
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
12
Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
13
Ipomoea sp.
Convolvulaceae
kangkungan
14
Phyllanthus niruri L.
Euphorbiaceae
meniran
15
Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
melati hutan
Lampiran 2. Bagian yang dimakan dan lokasi ditemukan dari jenis tumbuhan sebagai pakan merak di Taman Nasional Baluran
Achirantes aspera L.
Amaranthaceae
jarong/purutan
Bagian dimakan daun, buah
2
Flemingia lineata Roxb.
Fabaceae
othok-othok
daun
Savana
herba
3
Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
daun
Savana, evergreen
liana
4
Morinda tinctoria Roth.
Rubiaceae
mengkuduan
daun
savana
pohon, anakan
5
Acalypha indica L.
Euphorbiaceae
sangkep
daun, bunga
Savana, evergreen, hutan musim
herba
6
Indigofera sumatrana Linn.
Fabaceae
tarum
daun
Savana, hutan musim
herba
7
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
daun
Savana, evergreen, hutan musim
herba
8
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
buah
savana, hutan pantai, evergreen
pohon
9
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
daun, buah
Savana, hutan pantai
semak
10
Zyzyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
daun
Savana, hutan musim
pohon, tihang, anakan
11
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
daun
hutan musim, evergreen
herba
12
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
rayutan daun kupu2
daun
hutan musim, evergreen
liana
13
Euphorbia hirta L.
Euphorbiaceae
pathikan kebo
daun
Savana
herba
14
Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
daun
Savana
herba
15
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
daun
Evergreen, hutan musim
herba
16
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
daun
hutan musim, evergreen, hutan pantai
anakan
17
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
daun, buah
hutan musim
herba
18
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
daun
hutan pantai, evergreen, hutan musim
pohon, tihang, anakan
19
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
daun, buah
Savana, evergreen
semak
20
Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
daun
Savana
liana
21
Phyllanthus sp.
Euphorbiaceae
meniran
daun, buah
Savana
herba
22
Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
melati hutan
daun
savana, hutan musim
semak
No 1
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
Lokasi ditemui savana, evergreen, hutan musim, pantai
Habitus herba
72
23
Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
daun
Savana, hutan musim
liana
24
Wisadula acidula
Malvaceae
rayutan kangkung
daun
savana, hutan musim
liana
25
Passiflora foetida L.
Passifloraceae
santiet
daun
Evergreen
liana
26
Morinda tomentosa Roth
Rubiaceae
mirip mengkuduan
daun
hutan musim
anakan
27
Amaranthus sp
Amaranthaceae
bayem ri
daun
tidak masuk dalam anveg, savana
herba
28
Cassia obtusifolia L.
Fabaceae
kacang bunga kuning
daun
tidak masuk dalam anveg, savana
herba
29
Eleusine indica
Poaceae
lulangan
daun, buah
tidak masuk dalam anveg, savana
herba
30
Capsicum sp.
Solanaceae
cabai rawit
daun, buah
tidak masuk dalam anveg, savana
semak
73
74 Lampiran 3. Daftar Nama Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Baluran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Ilmiah Barleria prionitis L. Dicliptera canescens Nees Thunbergia fragrans Roxb. Achyranthes sp. Deeringia sp. Deeringia amaranthoides (Lmk) Merr. Buchanania arborescens (Bl.) Bl. Orophea eneandra Bl. Uvaria littoralis (Bl.) Bl. Desmos dasymachala (Bl.) Saff. Calotropis gigantea R. Br. Vernonia cinerea (L.) Less. Chromolaena odorata (L.) King & H. E. Robins
Suku Acanthaceae Acanthaceae Acanthaceae Amaranthaceae Amaranthaceae Amaranthaceae Anacardiaceae Annonaceae Annonaceae Annonaceae Asclepiadaceae Asteraceae Asteraceae
Nama Lokal berduri banyak X 016 003 bulu karpet bayeman popohan 011 kalak mantang kenanga alas widuri nyawon kirinyuh
14 15 16 17 18 19 20 21 22
Sigesbeckia orientalis L. Salmalia valetonii (Hochr.) Corner Cordia obliqua Willd. Cordia suaveolens Willd. Capparis micracantha DC. Capparis separia L. Salacca chinensis L. Cleome rutisisperma Terminalia catappa L.
Asteraceae Bombacaceae Boraginaceae Boraginaceae Capparidaceae Capparidaceae Celastraceae Cleomaceae Combretaceae
wedhusan randu alas kendal kendal kapur sanek jerukan liana 020 salip ketapang
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Porana volubilis Burm. Lepistemon flavescens Bl. Ipomoea obscura (L.) Kor Ipomoea sp. Cyperus sp. Diospyros montana Roxb. Bridelia ovata Deenc Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy Shaw Mallotus philippinensis M.A. Excoecaria agallocha (Genwa) Mallotus sp. Jathropha gossypifolia L. Acalypha indica L. Phyllanthus niruri L. Euphorbia hirta L. Adenanthera microsperma T & B. Acacia leucophloea (Roxb.) Willd. Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del. Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit
Convolvulaceae Convolvulaceae Convolvulaceae Convolvulaceae Cyperaceae Ebenaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae
013 kapasan rambat rayutan bulu kangkungan rumput x2 mustam bridelia kendhung 014 kayu buta 012 jarak Acalypha/sangkep meniran pathikan segawe pilang akasia lamtoro
42 43 44 45 46
Bauhinia angulata Roxb. Indigofera sumatrana Linn. Tephrosia pumila Persl. Centrosema pubescens Benth. Desmodium gangeticum (L.) DC.
Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae
liana daun kupu2 tarum kacang beneh kepokean pulutan
75 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Flemingia lineata Roxb. Clitoria ternatea L. Cassia mimosoides Bl. Cajanus cajan (L.) Millsp Centrosema flumieri Benth Cassia obtusifolia L. Crotalaria sp. Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi Miliusa sp.
Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Flacourtiaceae Labiatae
othok-othok rayutan kacang aseman cayanus cayan kacang 019 kacang bunga kuning eceng-eceng rukem klenthengan
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Occimum gratissimum L. Tamarindus indica L. Strychnos lucida R. Br. Sida acuta Burm. F. Abutilon indicum (L.) Sweet Abutilon sp. Sida sp. Abutilon sp. Wisadula acidula Achyranthes aspera L. Azadirachta indica Adr. Juss. Mimosa invisa Mart. Streblus asper Lour. Ficus microcarpa L.
Labiatae Leguminosae Loganiaceae Malvaceae Malvaceae Malvaceae Malvaceae Malvaceae Malvaceae Maranthaceae Meliaceae Mimosaceae Moraceae Moraceae
kemangian asem kayu pait sidaguri cemplak kapasan sida sp kapasan putih rayutan kangkung jarong mimbo mimosa invisa serut apak
70 71 72 73
Ficus superba Miq Ficus septica Burm. F. Fatoua pilosa Gaud. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Moraceae Moraceae Moraceae Myrtaceae
krasak awar2 klabet manting
74 75 76 77 78 79 80 81
Boerhavia repens L. Jasminum didymum Forsk. Corypha utan Lam. Aeschynomene indica L. Passiflora foetida L. Passiflora sp. Piper sp. Piper sp.
Nyctaginaceae Oleaceae Palmae Papilionoideae Passifloraceae Passifloraceae Piperaceae Piperaceae
rumput lengket rayutan hijau gebang gedean santiet labu hutan suruh alas 021
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
Plumbago zeylanica L. Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv Heteropogon contortus (L.) Beauv. Oplismenus sp. Setaria longifolia Heteropogon insignis Thwaites Dactyloctenium aegyptium Brachiaria reptans Cyrtococcum patens (L.) A. Camus Setaria verticillata (L.) Beauv. Digitaria sp. Setaria laxa Merr Eleusine indica Trianthemum portulacastrum L.
Plumbaginaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Portulacaceae
melati hutan rumput 006 lamuran merah rumput gunung rumput kebo branjangan rumput x rayapan empritan 004 digitaria 001 lulangan krokot
76 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
Zizyphus rotundifolia Lam. Morinda tinctoria Roth. Randia sp. Randia sp. Morinda tomentosa Roth Plectronia horrida Murraya paniculata Azima sarmentosa (Bl.) B. & H. Schleichera oleosa (Lour) Oken Lygodium flexuosum Horrisonia sp. Smilax sp. Solanum verbascifolium L. Capsicum sp. Kleinhovia hospita Sterculia foetida Symplocos javanica
Rhamnaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rutaceae Salvadoraceae Sapindaceae Schizaeaceae Simaroubaceae Smilacaceae Solanaceae Solanaceae Sterculiaceae Sterculiaceae Symplocacaeae
bukol mengkuduan dlimoan kukur mirip mengkudu landepan kemuning sokdoy kesambi liana 015 trenggulun smilak teter cabai rawit timongo kepuh sasa
113
Tacca leontopetaloides
Taccaceae
iles-iles
114 115 116 117 118 119 120 121 122
Schoutenia ovata Korth Grewia eriocarpa Microcos tomentosa J.E. Smith Celtis phippinensis Blanco Premna oblongata Vitex pubescens Lantana camara
Tiliaceae Tiliaceae Tiliaceae Ulmaceae Verbenaceae Verbenaceae Verbenaceae
walikukun talok dluwak cinamomum iners jebau laban lantana garung raung
77 Lampiran 4. Daftar Jenis Tumbuhan di Empat Tipe Ekosistem di Taman Nasional Baluran Evergreen No
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
1
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
2
Thunbergia fragrans Roxb.
Acanthaceae
16
3
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
3
4
Deeringia sp.
Amaranthaceae
bulu karpet
5
Deeringia amaranthoides (Lmk) Merr.
Amaranthaceae
bayeman
6
Orophea eneandra Bl.
Annonaceae
11
7
Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
kalak mantang
8
Chromolaena odorata (L.) King & H. E. Robins
Asteraceae
kirinyuh
9
Sigesbeckia orientalis L.
Asteraceae
wedhusan
10
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
11
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
12
Porana volubilis Burm.
Convolvulaceae
13
13
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam/k.budeng
14
Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
kendhung
15
Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
14
16
Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
12
17
Bridelia ovata Deenc.
Euphorbiaceae
bridelia
18
Acalypha indica L.
Euphorbiaceae
sangkep
19
Adenanthera microsperma T & B.
Fabaceae
segawe
20
Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit
Fabaceae
lamtoro
21
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana daun kupu2
22
Centrosema pubescens Benth.
Fabaceae
kepokean
23
Desmodium gangeticum (L.) DC.
Fabaceae
pulutan
24
Centrosema flumieri Benth.
Fabaceae
kacang 019
25
Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi
Flacourtiaceae
rukem
26
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
27
Strychnos lucidaR. Br.
Loganiaceae
kayu pait
28
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
29
Abutilon indicum (L.) Sweet
Malvaceae
cemplak
30
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
31
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
32
Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
33
Boerhavia repens L.
Nyctaginaceae
rumput lengket
34
Jasminum didymum Forsk.
Oleaceae
rayutan hijau
35
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
36
Passiflora foetidaL.
Passifloraceae
santiet
37
Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
38
Oplismenus sp.
Poaceae
rumput gunung
78 39
Setaria longifolia
Poaceae
rumput kebo
40
Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
Poaceae
rumput 006
41
Randia sp.
Rubiaceae
kukur
42
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
43
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
44
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
45
Lygodium flexuosum
Schizaeaceae
liana 015
46
Solanum verbascifolium L.
Solanaceae
teter
47
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
48
Tacca leontopetaloides
Taccaceae
iles-iles
49
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
50
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
51
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
deluwak
52
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
53
Celtis phippinensis Blanco
Ulmaceae
Cinnamommum ines
54
Premna oblongata
Verbenaceae
jebau
55
Vitex pubescens
Verbenaceae
laban
56
Lantana camara
Verbenaceae
telekan
57
Plectronia horrida
Rubiaceae
landepan
58
Symplocos javanica
Symplocacaeae
sasa
59
-
-
garung
Hutan Musim No
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
1
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
2
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
3
3
Deeringia sp.
Amaranthaceae
herba bulu karpet
4
Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
kalakmantang
5
Vernonia cinerea (L.) Less.
Asteraceae
nyawon
6
Salmalia valetonii(Hochr.) Corner
Bombacaceae
randu alas
7
Cordia obliqua Willd.
Boraginaceae
kendal
8
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
9
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
10
Porana volubilis Burm.
Convolvulaceae
5
11
Lepistemon flavescens Bl.
Convolvulaceae
kapasan rambat
12
Cyperus sp.
Cyperaceae
rumput x2
13
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam
14
Bridelia ovata Deenc
Euphorbiaceae
bridelia
15
Acalypha indica L.
Euphorbiaceae
sangkep
16
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Fabaceae
pilang
79 17
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
18
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd
Fabaceae
pilang
19
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana kupu2
20
Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
21
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
22
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
tarum
23
Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
24
Occimum gratissimum L.
Labiatae
kemangian
25
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
26
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
27
Abutilon indicum (L.) Sweet
Malvaceae
cemplak
28
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
29
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan putih
30
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan
31
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
32
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
33
Mimosa invisa Mart.
Mimosaceae
mimosa invisa
34
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
35
Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
36
Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
Poaceae
6
37
Dactyloctenium aegyptium
Poaceae
rumput x
38
Heteropogon insignis Thwaites.
Poaceae
branjangan
39
Cyrtococcum patens (L.) A. Camus
Poaceae
empritan
40
Setaria verticillata (L.) Beauv.
Poaceae
4
41
Digitaria sp.
Poaceae
digitaria
42
Setaria laxa Merr
Poaceae
1
43
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
44
Randia sp1.
Rubiaceae
dlimoan
45
Morinda tomentosa Roth.
Rubiaceae
mirip mengkudu
46
Murraya paniculata
Rutaceae
kemuning
47
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
48
Smilax sp.
Smilacaceae
smilak
49
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
50
Sterculia foetida
Sterculiaceae
kepuh
51
Tacca leontopetaloides
Taccaceae
iles-iles
52
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
53
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
54
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
dluwak
55
Vitex pubescens
Verbenaceae
laban
56
Premna oblongata
Verbenaceae
jibau
57
Lantana camara
Verbenaceae
lantana
58
Plectronia horrida
Rubiaceae
landepan
59
Symplocos javanica
Symplocacaeae
sasa
80 60
-
-
garung
Hutan Pantai No
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
1
Dicliptera canescens Nees
Acanthaceae
x
2
Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
3
Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
kalak mantang
4
Desmos dasymachala (Bl.) Saff.
Annonaceae
kenanga alas
5
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
6
Sigesbeckia orientalis L.
Asteraceae
wedhusan
7
Cordia obliqua Willd.
Boraginaceae
kendal
8
Cordia suaveolens Willd.
Boraginaceae
kendal kapur
9
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
10
Salacca chinensis L..
Celastraceae
liana 020
11
Terminalia catappa L.
Combretaceae
ketapang
12
Excoecaria agallocha (Genwa)
Euphorbiaceae
kayu buta
13
Bridelia ovata Deenc.
Euphorbiaceae
bridelia
14
Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
15
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
16
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
17
Sida sp.
Malvaceae
sida
18
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
19
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
20
Ficus superba Miq.
Moraceae
krasak
21
Ficus microcarpa L.
Moraceae
apak
22
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
23
Ficus septica Burm. F.
Moraceae
awar2
24
Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
25
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Myrtaceae
manting
26
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
27
Piper sp.
Piperaceae
suruh alas
28
Piper sp.
Piperaceae
21
29
Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
Poaceae
6
30
Setaria longifolia
Poaceae
rumput kebo
31
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
32
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
33
Horrisonia sp.
Simaroubaceae
trenggulun
34
Sterculia foetida
Sterculiaceae
kepuh
35
Cleome rutisisperma
Cleomaceae
salip
36
-
-
garung
81 37
-
-
raung
Savana No
Marga/Jenis
Suku
Nama Lokal
1
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
2
Vernonia cinerea (L.) Less.
Asteraceae
nyawon
3
Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
4
Ipomoea sp.
Convolvulaceae
kangkungan
5
Phyllanthus niruri L.
Euphorbiaceae
meniran
6
Euphorbia hirta L..
Euphorbiaceae
pathikan
7
Acacia leucophloea
Fabaceae
pilang
8
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
9
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
tarum
10
Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
11
Flemingia lineata Roxb.
Fabaceae
othok-othok
12
Cajanus cajan (L) Millsp.
Fabaceae
cayanus cayan
13
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
14
Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
15
Occimum gratissimum L.
Labiatae
kemangian
16
Strychnos lucida R. Br
Loganiaceae
kayu pait
17
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan
18
Abutilon indicum (L.) Sweet
Malvaceae
cemplak
19
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
20
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan putih
21
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
22
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
23
Mimosa invisa Mart.
Mimosaceae
mimosa invisa
24
Aeschynomene indica L.
Papilionoideae
gedean
25
Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
melati hutan
26
Heteropogon contortus (L) Beauv.
Poaceae
lamuran merah
27
Heteropogon insignis Thwaites
Poaceae
branjangan
28
Brachiaria reptans
Poaceae
rayapan
29
Trianthemum portulacastrum L.
Portulacaceae
krokot
30
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
31
Morinda tinctoria Roth
Rubiaceae
mengkuduan
32
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
33
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
Talok
34
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
Walikukun
35
Lantana camara
Verbenaceae
Telekan
36
Crotalaria sp.
Fabaceae
eceng-eceng
82 Lampiran 5. Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Evergreen
Tingkat Pohon No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
F
FR
D
DR
INP
1
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0103 53.595
K
KR
3
34.091
7.831
38.678
126.363
2
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.0053 27.451
2.4
27.273
6.055
29.908
84.631
3
Corypha utan Lam
Palmae
gebang
0.0013
6.536
0.6
6.818
3.289
16.244
29.599
4
Premna oblongata
Verbenaceae
jebau
0.0005
2.614
0.8
9.091
0.603
2.977
14.683
5
Adenanthera microsperma T & B.
Fabaceae
segawe
0.0006
3.268
0.6
6.818
0.497
2.457
12.543
6
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.0004
1.961
0.3
3.409
0.742
3.667
9.037
7
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0003
1.307
0.4
4.545
0.128
0.632
6.484
8
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
0.0001
0.654
0.1
1.136
0.593
2.928
4.718
9
Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
kendhung
0.0001
0.654
0.2
2.273
0.322
1.590
4.516
10
Vitex pubescens
Verbenaceae
laban
0.0001
0.654
0.2
2.273
0.056
0.277
3.204
11
Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
014
0.0001
0.654
0.1
1.136
0.088
0.433
2.223
12
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.0001
0.654
0.1
1.136
0.042
0.209
1.999
0.0191
100
8.8
100
20.247
100
300
Tingkat Tihang No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0021
48.571
1.4
40
88.571
2
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
deluwak
0.0004
8.571
0.6
17.143
25.714
3
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.0003
5.714
0.4
11.429
17.143
4
-
-
garung
0.0005
11.429
0.2
5.714
17.143
5
Orophea eneandra Bl.
Annonaceae
011
0.0005
11.429
0.2
5.714
17.143
6
Adenanthera microsperma T & B,
Fabaceae
segawe
0.0001
2.857
0.2
5.714
8.571
7
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0001
2.857
0.2
5.714
8.571
8
Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
kendhung
0.0001
2.857
0.1
2.857
5.714
9
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
0.0001
2.857
0.1
2.857
5.714
10
Celtis phippinensis Blanco
Ulmaceae
walikukun Cinnamommum ines
0.0001
2.857
0.1
2.857
5.714
0.0044
100
3.5
100
200
83 Tingkat Sapihan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
0.0038
34.483
0.7
15.556
50.038
2
Orophea eneandra Bl.
Annonaceae
011
0.0016
14.943
1.4
31.111
46.054
garung
0.0005
4.598
0.1
2.222
6.820
3 4
Plectronia horrida
Rubiaceae
landepan
0.0024
21.839
0.2
4.444
26.284
5
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0003
2.299
0.2
4.444
6.743
6
Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
012
0.0008
6.897
0.6
13.333
20.230
7
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0009
8.046
0.3
6.667
14.713
8
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
deluwak
0.0001
1.149
0.2
4.444
5.594
9
Celtis phippinensis Blanco
Ulmaceae
cinamomum
0.0001
1.149
0.2
4.444
5.594
10
Randia sp.
Rubiaceae
kukur
0.0001
1.149
0.2
4.444
5.594
11
Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit
Fabaceae
lamtoro
0.0003
2.299
0.2
4.444
6.743
12
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.0001
1.149
0.2
4.444
5.594
0.0109
100.000
4.5
100
200
K
KR
F
FR
INP
Tingkat Anakan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
1
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0018
10.294
1.4
14.433
24.727
2
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
0.0023
13.235
0.9
9.278
22.514
3
Orophea eneandra Bl.
Annonaceae
011
0.0028
16.176
0.5
5.155
21.331
4
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
0.0019
11.029
1.5
15.464
26.493
5
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
0.0018
10.294
0.6
6.186
16.480
6
Premna oblongata
Verbenaceae
jibau
0.0014
8.088
0.8
8.247
16.336
7
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.0013
7.353
0.5
5.155
12.508
8
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam/k.budeng
0.0008
4.412
0.5
5.155
9.566
9
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.0008
4.412
0.4
4.124
8.535
10
Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit
Fabaceae
lamtoro
0.0004
2.206
0.6
6.186
8.391
11
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0005
2.941
0.5
5.155
8.096
12
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.0005
2.941
0.4
4.124
7.065
13
Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
kendhung
0.0003
1.471
0.2
2.062
3.532
14
Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi
Flacourtiaceae
rukem
0.0001
0.735
0.2
2.062
2.797
15
Bridelia ovata Deenc.
Euphorbiaceae
bridelia
0.0001
0.735
0.2
2.062
2.797
16
Adenanthera microsperma T & B,
Fabaceae
segawe
0.0001
0.735
0.1
1.031
1.766
17
Plectronia horrida
Rubiaceae
landepan
0.0001
0.735
0.1
1.031
1.766
18
Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
014
0.0001
0.735
0.1
1.031
1.766
19
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.0001
0.735
0.1
1.031
1.766
84 20
Randia sp.
Rubiaceae
kukur
0.0001
0.735
0.1
1.031
1.766
21
Symplocos javanica
Symplocaceae
sasa
0.0001
0.735
0.1
1.031
1.766
0.017
100
9.7
100
200
Tumbuhan Bawah No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana daun kupu2
0.0091
9.656
2.2
15.278
24.934
2
Oplismenus sp.
Poaceae
rumput gunung
0.0156
16.534
1
6.944
23.479
3
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
0.0111
11.772
1.6
11.111
22.884
4
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
0.0114
12.037
1.2
8.333
20.370
5
Setaria longifolia
Poaceae
rumput kebo
0.0124
13.095
0.4
2.778
15.873
6
Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
Poaceae
rumput 006
0.0086
9.127
0.7
4.861
13.988
7
Porana volubilis Burm.
Convolvulaceae
013
0.0060
6.349
0.8
5.556
11.905
8
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
0.0065
6.878
0.5
3.472
10.351
9
Deeringia sp.
Amaranthaceae
bulu karpet
0.0025
2.646
0.6
4.167
6.812
10
Centrosema pubescens Benth.
Fabaceae
kepokean
0.0029
3.042
0.4
2.778
5.820
11
Euphorbiaceae
sangkep
0.0011
1.190
0.6
4.167
5.357
12
Acalypha indica L. Chromolaena odorata (L.) King & H. E. Robins
Asteraceae
kirinyuh
0.0008
0.794
0.5
3.472
4.266
13
Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
kalak mantang
0.0006
0.661
0.5
3.472
4.134
14
Lantana camara
Verbenaceae
telekan
0.0004
0.397
0.5
3.472
3.869
15
Deeringia amaranthoides (Lmk) Merr.
Amaranthaceae
bayeman
0.0008
0.794
0.4
2.778
3.571
16
Desmodium gangeticum (L.) DC.
Fabaceae
pulutan
0.0009
0.926
0.3
2.083
3.009
17
Boerhavia repens L.
Nyctaginaceae
rumput lengket
0.0009
0.926
0.2
1.389
2.315
18
Solanum verbascifolium L.
Solanaceae
teter
0.0008
0.794
0.2
1.389
2.183
19
Lygodium flexuosum
Schizaeaceae
liana 015
0.0006
0.661
0.2
1.389
2.050
20
Abutilon indicum (L.) Sweet
Malvaceae
cemplak
0.0003
0.265
0.2
1.389
1.653
21
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
0.0001
0.132
0.2
1.389
1.521
22
Passiflora foetida L.
Passifloraceae
santiet
0.0001
0.132
0.2
1.389
1.521
23
Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
0.0001
0.132
0.2
1.389
1.521
24
Jasminum didymum Forsk.
Oleaceae
rayutan hijau
0.0001
0.132
0.2
1.389
1.521
25
Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
0.0003
0.265
0.1
0.694
0.959
26
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
0.0001
0.132
0.1
0.694
0.827
27
Sigesbeckia orientalis L.
Asteraceae
wedhusan
0.0001
0.132
0.1
0.694
0.827
28
Tacca leontopetaloides
Taccaceae
iles-iles
0.0001
0.132
0.1
0.694
0.827
29
Thunbergia fragrans Roxb.
Acanthaceae
016
0.0001
0.132
0.1
0.694
0.827
30
Centrosema flumieri Benth
Fabaceae
kacang 019
0.0001
0.132
0.1
0.694
0.827
0.0945
100
14.4
100
200
85 Lampiran 6. Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Hutan Musim Tingkat Pohon No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
D
DR
INP
1
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.0043 44.737
0.75
34.091
2.738
35.572
114.400
2
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0021 22.368
0.5
22.727
1.352
7.570
62.666
3
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.0006
6.579
0.1
4.545
0.733
9.519
20.644
4
Vitex pubescens
Verbenaceae
laban
0.0004
3.947
0.15
6.818
0.587
7.624
18.390
5
Salmalia valetonii (Hochr.) Corner
Bombacaceae
randu alas
0.0001
1.316
0.05
2.273
0.974
12.660
16.249
6
Premna oblongata
Verbenaceae
jibau
0.0005
5.263
0.15
6.818
0.197
2.562
14.643
7
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
0.0003
2.632
0.1
4.545
0.501
6.509
13.686
8
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.0003
2.632
0.05
2.273
0.200
2.593
7.497
9
Bridelia ovata Deenc
Euphorbiaceae
bridelia
0.0003
2.632
0.1
4.545
0.017
0.219
7.396
10
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Fabaceae
pilang
0.0001
1.316
0.05
2.273
0.244
3.165
6.754
11
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.0003
2.632
0.05
2.273
0.066
0.860
5.765
12
Sterculia foetida
Sterculiaceae
kepuh
0.0001
1.316
0.05
2.273
0.035
0.450
4.039
13
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
dluwak
0.0001
1.316
0.05
2.273
0.034
0.437
4.025
14
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam
0.0001
1.316
0.05
2.273
0.020
0.258
3.847
0.0095
100
2.2
100
7.69671
100
300
Tingkat Tihang No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0006
22.727
0.2
20
42.727
2
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.0005
18.182
0.2
20
38.182
3
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam
0.0003
9.091
0.1
10
19.091
4
Premna oblongata
Verbenaceae
jibau
0.0003
9.091
0.1
10
19.091
5
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
0.0003
9.091
0.1
10
19.091
6
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.0003
9.091
0.05
5
14.091
7
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.0001
4.545
0.05
5
9.545
8
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.0001
4.545
0.05
5
9.545
9
Cordia obliqua Willd.
Boraginaceae
kendal
0.0001
4.545
0.05
5
9.545
10
Strychnos lucida R. Br
Loganiaceae
kayu pait
0.0001
4.545
0.05
5
9.545
11
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
0.0001
4.545
0.05
5
9.545
0.0028
100
1
100
200
86 Tingkat Sapihan No
Nama Ilmiah
1
Grewia eriocarpa
2 3
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
0.0013
24.390
0.3
19.355
43.745
Tiliaceae
talok
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
0.0011
21.951
0.3
19.355
41.306
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.0009
17.073
0.3
19.355
36.428
4
Strychnos lucida R. Br
Loganiaceae
kayu pait
0.0004
7.317
0.1
6.452
13.769
5
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
budeng/mustam
0.0003
4.878
0.1
6.452
11.330
6
-
-
garung
0.0003
4.878
0.1
6.452
11.330
7
Symplocos javanica
Symplocaceae
sasa
0.0003
4.878
0.05
3.226
8.104
8
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
0.0001
2.439
0.05
3.226
5.665
9
Murraya paniculata
Rutaceae
kemuning
0.0001
2.439
0.05
3.226
5.665
10
Plectronia horrida
Rubiaceae
landepan
0.0001
2.439
0.05
3.226
5.665
11
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
0.0001
2.439
0.05
3.226
5.665
12
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.0001
2.439
0.05
3.226
5.665
13
Acacia leucophloea (Roxb..) Willd.
Fabaceae
pilang
0.0001
2.439
0.05
3.226
5.665
0.0051
100
1.55
100
200
Tingkat Anakan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.0043
46.575
0.15
10.345
56.920
2
Capparis separia L..
Capparidaceae
jerukan
0.0023
24.658
0.4
27.586
52.244
3
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0006
6.849
0.2
13.793
20.642
4
Smilax sp.
Smilacaceae
smilak
0.0004
4.110
0.15
10.345
14.454
5
Premna oblongata
Verbenaceae
jebau
0.0004
4.110
0.1
6.897
11.006
6
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
dluwak
0.0003
2.740
0.05
3.448
6.188
7
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
8
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
9
Murraya paniculata
Rutaceae
kemuning
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
10
Bridelia ovata Deenc
Euphorbiaceae
bridelia
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
11
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
12
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
13
Morinda tomentosa Roth
Rubiaceae
kayu pait mirip mengkudu
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
14
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabacee
akasia
0.0001
1.370
0.05
3.448
4.818
0.0091
100
1.45
100
200
87 Tumbuhan Bawah
No
Nama Ilmiah
Suku
1
Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
2
Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
0.0123
7.313
0.25
5.155
12.468
3
Abutilon indicum (L.) Sweet
Malvaceae
cemplak
0.0038
2.239
0.45
9.278
11.517
4
Achyranthes sp.
Amaranthaceae
003
0.0048
2.836
0.4
8.247
11.083
5
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
0.0048
2.836
0.4
8.247
11.083
6
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
0.0054
3.209
0.35
7.216
10.425
7
Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
0.0029
1.716
0.3
6.186
7.902
8
Dactyloctenium aegyptium
Poaceae
rumput x
0.0088
5.224
0.05
1.031
6.255
9
Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
0.0033
1.940
0.2
4.124
6.064
10
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana kupu2
0.0015
0.896
0.25
5.155
6.050
11
Porana volubilis Burm.
Convolvulaceae
005
0.0024
1.418
0.3
6.186
7.603
12
Heteropogon insignis Thwaites.
Poaceae
branjangan
0.0006
0.373
0.1
2.062
2.435
13
Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
0.0006
0.373
0.1
2.062
2.435
14
Lantana camara
Verbenaceae
lantana
0.0004
0.224
0.1
2.062
2.286
15
Tacca leontopetaloides
Taccaceae
iles-iles
0.0003
0.149
0.1
2.062
2.211
16
Cyrtococcum patens (L.) A. Camus
Poaceae
empritan
0.0013
0.746
0.05
1.031
1.777
17
Setaria verticillata (L.) Beauv.
Poaceae
004
0.0010
0.597
0.05
1.031
1.628
18
Occimum gratissimum L.
Labiatae
0.0008
0.448
0.05
1.031
1.479
19
Deeringia sp.
Amaranthaceae
kemangian herba bulu karpet
0.0008
0.448
0.05
1.031
1.479
20
Acalypha indica L..
Euphorbiaceae
sangkep
0.0006
0.373
0.05
1.031
1.404
21
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan putih
0.0004
0.224
0.05
1.031
1.255
22
Digitaria sp.
Poaceae
digitaria
0.0004
0.224
0.05
1.031
1.255
23
Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
kalakmantang
0.0003
0.149
0.05
1.031
1.180
24
Setaria laxa Merr
Poaceae
001
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
25
Lepistemon flavescens Bl.
Convolvulaceae
kapasan rambat
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
26
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
27
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
0.0011
0.672
0.05
1.031
1.703
28
Vernonia cinerea (L.) Less.
Asteraceae
nyawon
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
29
Mimosa invisa Mart.
Mimosaceae
mimosa invisa
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
30
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
tarum
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
31
Cyperus sp.
Cyperaceae
rumput x2
0.0001
0.075
0.05
1.031
1.106
0.1675
100
4.85
100
200
Poaceae
Nama Lokal 006
K
KR
F
FR
INP
0.1086
64.851
0.7
14.433
79.284
88 Lampiran 7. Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Hutan Pantai
Tingkat Pohon No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
D
DR
1
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
0.0052 39.241
0.533
19.512
5.896
25.562 84.314
2
Horrisonia sp.
Simaroubaceae
trenggulun
0.0020 15.190
0.400
14.634
4.691
20.335 50.159
3
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Myrtaceae
manting
0.0015 11.392
0.467
17.073
3.269
14.174 42.639
4
Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
0.0017 12.658
0.267
9.756
0.560
2.427
24.842
5
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.0010
7.595
0.333
12.195
0.677
2.934
22.724
6
Ficus superba Miq.
Moraceae
krasak
0.0005
3.797
0.200
7.317
2.474
10.725 21.839
7
Ficus microcarpa L.
Moraceae
apak
0.0002
1.266
0.067
2.439
3.550
15.388 19.093
8
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
0.0003
2.532
0.133
4.878
0.818
3.545
10.955
9
Terminalia catappa L.
Combretaceae
ketapang
0.0003
2.532
0.133
4.878
0.250
1.083
8.492
10
Sterculia foetida
Sterculiaceae
kepuh
0.0002
1.266
0.067
2.439
0.651
2.821
6.526
11
Cordia obliqua Willd.
Boraginaceae
kendal
0.0002
1.266
0.067
2.439
0.191
0.828
4.533
12
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0002
1.266
0.067
2.439
0.041
0.179
3.884
0.0132
100
2.733
100
23.067
100
300
Tingkat Tihang No
INP
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.00050
25
0.133
22.222
47.222
2
Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
0.00033
16.667
0.133
22.222
38.889
3
Cordia suaveolens Willd.
Boraginaceae
popohan kendal kapur
0.00050
25
0.067
11.111
36.111
4
Excoecaria agallocha Genwa
Euphorbiaceae
kayu buta
0.00017
8.3333
0.067
11.111
19.444
5
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Myrtaceae
manting
0.00017
8.3333
0.067
11.111
19.444
6
Terminalia catappa L..
Combretaceae
ketapang
0.00017
8.3333
0.067
11.111
19.444
7
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.00017
8.3333
0.067
11.111
19.444
0.002
100
0.6
100
200
89 Tingkat Sapihan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Myrtaceae
manting
0.005
85.294
0.267
44.444
129.739
2
-
-
raung
0.000
5.882
0.133
22.222
28.105
3
Ficus septica Burm. F.
Moraceae
awar2
0.000
2.941
0.067
11.111
14.052
4
Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
0.000
2.941
0.067
11.111
14.052
5
Cordia suaveolens Willd.
Boraginaceae
popohan kendal kapur
0.000
2.941
0.067
11.111
14.052
0.0057
100
0.6
100
200
Tingkat Anakan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Myrtaceae
manting
0.0248
59.6
0.400
18.182
77.782
2
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.0108
26
0.267
12.121
38.121
3
Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
0.0017
4
0.333
15.152
19.152
4
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.0012
2.8
0.267
12.121
14.921
5
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.0008
2
0.200
9.091
11.091
6
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
0.0008
2
0.133
6.061
8.061
7
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.0003
0.8
0.133
6.061
6.861
8
Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
0.0003
0.8
0.133
6.061
6.861
9
garung
0.0002
0.4
0.067
3.030
3.430
10
raung
0.0002
0.4
0.067
3.030
3.430
11
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.0002
0.4
0.067
3.030
3.430
12
Bridelia ovata Deenc
Euphorbiaceae
bridelia
0.0002
0.4
0.067
3.030
3.430
13
Horrisonia sp.
Simaroubaceae
trenggulun
0.0002
0.4
0.067
3.030
3.430
0.0417
100
2.200
100
200
KR
F
FR
Tumbuhan Bawah No 1
Nama Ilmiah Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
Suku
Nama Lokal
K
INP
Poaceae
006
0.0880
72.131
0.267
11.765
83.896
2
Piper sp.
Piperaceae
0.0228
18.716
0.133
5.882
24.598
3
Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
suruh alas kalak mantang
0.0027
2.186
0.333
14.706
16.892
4
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sida
0.0020
1.639
0.267
11.765
13.404
5
Salacca chinensis L.
Celastraceae
liana 020
0.0012
0.956
0.200
8.824
9.780
90
6
Dicliptera canescens Nees.
Acanthaceae
x
0.0010
0.820
0.200
8.824
9.643
7
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
0.0008
0.683
0.200
8.824
9.507
8
Setaria longifolia
Poaceae
rumput kebo
0.0015
1.230
0.133
5.882
7.112
9
Sigesbeckia orientalis L.
Asteraceae
wedhusan
0.0003
0.273
0.133
5.882
6.156
10
Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
0.0005
0.410
0.067
2.941
3.351
11
Cleome rutisisperma
Cleomaceae
0.0005
0.410
0.067
2.941
3.351
12
Desmos dasymachala (Bl.) Saff.
Annonaceae
salip kenanga alas
0.0002
0.137
0.067
2.941
3.078
13
Piper sp.
Piperaceae
021
0.0002
0.137
0.067
2.941
3.078
14
Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
0.0002
0.137
0.067
2.941
3.078
15
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
0.0002
0.137
0.067
2.941
3.078
0.122
100
2.2667
100
200
91 Lampiran 8. Indeks Nilai Penting Tumbuhan pada Habitat Savana Tingkat Pohon No
F
FR
D
1
Morinda tinctoria Roth
Nama Ilmiah
Rubiaceae
Suku
mengkuduan 0.0014 35.897
Nama Lokal
K
KR
0.2
22.727
1.428
43.192 101.816
2
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.24
27.273
0.841
25.449
3
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.0005 12.821
0.16
18.182
0.333
10.076
41.078
4
Azadirachta indica Adr. Juss. Meliaceae
mimbo
0.0005 12.821
0.12
13.636
0.405
12.251
38.708
5
Tiliaceae
walikukun
0.0002
5.128
0.08
9.091
0.113
3.427
17.646
6
Schoutenia ovata Korth Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Fabaceae
pilang
0.0001
2.564
0.04
4.545
0.154
4.650
11.759
7
Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.0001
2.564
0.04
4.545
0.032
0.955
8.065
0.0039
100
0.88
100
3.3052
100
300
0.0011 28.205
DR
INP
80.927
Tingkat Tihang No 1
Nama Ilmiah Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Suku Fabaceae
Nama Lokal akasia
K
KR
F
FR
INP
0.0008
72.727
0.12
50
122.727
2
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Fabaceae
pilang
0.0001
9.091
0.04
16.667
25.758
3
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.0001
9.091
0.04
16.667
25.758
4
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.0001
9.091
0.04
16.667
25.758
0.0011
100
0.24
100
200
Tingkat Sapihan No
K
KR
F
FR
INP
1
Azadirachta indica Adr. Juss.
Nama Ilmiah
Meliaceae
Suku
mimbo
Nama Lokal
0.0005
27.778
0.12
27.273
55.051
2
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
0.0004
22.222
0.12
27.273
49.495
3
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.0003
16.667
0.12
27.273
43.939
4
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Fabaceae
pilang
0.0003
16.667
0.04
9.091
25.758
5
Morinda tinctoria Roth
Rubiaceae
mengkuduan
0.0003
16.667
0.04
9.091
25.758
0.0018
100
0.44
100
200
Tingkat Anakan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Jathropha gossypifolia L.
Euphorbiaceae
jarak
0.0036
51.429
0.16
20
71.429
2
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
0.0014
20.000
0.28
35
55.000
3
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.0013
18.571
0.24
30
48.571
4
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.0003
4.286
0.08
10
14.286
5
Morinda tinctoria Roth.
Rubiaceae
mengkuduan
0.0004
5.714
0.04
5
10.714
0.007
100
0.8
100
200
92 Tumbuhan Bawah No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
jarong
0.0335
29.283
0.56
13.462
42.745
2
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
0.013
11.364
0.52
12.500
23.864
3
Heteropogon contortus (L.) Beauv.
Poaceae
tarum lamuran merah
0.0223
19.493
0.12
2.885
22.378
4
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan
0.0039
3.409
0.52
12.500
15.909
5
Vernonia cinerea (L.) Less.
Asteraceae
nyawon
0.0092
8.042
0.32
7.692
15.734
6
Heteropogon insignis Thwaites
Poaceae
branjangan
0.0059
5.157
0.2
4.808
9.965
7
Abutilon indicum (L.) Sweet
Malvaceae
cemplak
0.0027
2.360
0.28
6.731
9.091
8
Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
0.0028
2.448
0.24
5.769
8.217
9
Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
0.0051
4.458
0.08
1.923
6.381
10
Occimum gratissimum L.
Labiatae
kemangian
0.0014
1.224
0.2
4.808
6.031
11
Aeschynomene indica L.
Papilionoideae
gedean
0.0049
4.283
0.04
0.962
5.245
12
Phyllanthus niruri L..
Euphorbiaceae
meniran
0.0025
2.185
0.12
2.885
5.070
13
Trianthemum portulacastrum L.
Portulacaceae
krokot
0.0007
0.612
0.12
2.885
3.497
14
Brachiaria reptans
Poaceae
rayapan
0.0016
1.399
0.08
1.923
3.322
15
Euphorbia hirta L..
Euphorbiaceae
pathikan
0.0007
0.612
0.08
1.923
2.535
16
Flemingia lineata Roxb.
Fabaceae
othok-othok
0.0018
1.573
0.04
0.962
2.535
17
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
sidaguri
0.0004
0.350
0.08
1.923
2.273
18
Crotalaria sp.
Fabaceae
eceng-eceng
0.0002
0.175
0.08
1.923
2.098
19
Mimosa invisa Mart.
Mimosaceae
mimosa invisa
0.0002
0.175
0.08
1.923
2.098
20
Lantana camara
Verbenaceae
0.0002
0.175
0.08
1.923
2.098
21
Cajanus cajan (L.) Millsp.
Fabaceae
telekan cayanus cayan
0.0006
0.524
0.04
0.962
1.486
22
Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
0.0002
0.175
0.04
0.962
1.136
23
Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
0.0001
0.087
0.04
0.962
1.049
24
Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan putih
0.0001
0.087
0.04
0.962
1.049
25
Ipomoea sp.
Convolvulaceae
kangkungan
0.0001
0.087
0.04
0.962
1.049
26
Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
widuri
0.0001
0.087
0.04
0.962
1.049
27
Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
0.0001
0.087
0.04
0.962
1.049
28
Plumbago zeylanica L..
Plumbaginaceae
melati hutan
0.0001
0.087
0.04
0.962
1.049
0.1144
100
4.16
100
200
93 Lampiran 9. Indeks Nilai Penting Tumbuhan di Taman Nasional Baluran
Tingkat Pohon No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
D
DR
INP
1 Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.00259 24.198 0.263 12.963 7.872 14.493 51.655
2 Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
0.00128 11.953 0.150 7.407 9.185 16.911 36.272
3 Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.00138 12.828 0.200 9.877 6.122 11.270 33.975
4 Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.00116 10.787 0.225 11.111 2.894 5.327 27.226
5 Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.00075 6.997 0.200 9.877 1.813 3.338 20.212
6 Horrisonia sp.
Simaroubaceae trenggulun
0.00038 3.499 0.075 3.704 4.691 8.636 15.838
7 Schleichera oleosa (Lour) Oken Syzygium polyanthum (Wight.) 8 Walp.
Sapindaceae
kesambi
0.00044 4.082 0.113 5.556 2.152 3.962 13.599
Myrtaceae
manting
0.00028 2.624 0.088 4.321 3.269 6.019 12.964
9 Morinda tinctoria Roth.
Rubiaceae
mengkuduan 0.00044 4.082 0.063 3.086 1.428 2.628
9.796
10 Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.00034 3.207 0.075 3.704 0.841 1.549
8.459
11 Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
0.00016 1.458 0.063 3.086 1.912 3.519
8.064
12 Ficus microcarpa L.
Moraceae
apak
0.00003 0.292 0.013 0.617 3.550 6.535
7.444
13 Ficus superba Miq
Moraceae
krasak
0.00009 0.875 0.038 1.852 2.474 4.555
7.281
14 Premna oblongata
Verbenaceae
jebau
0.00013 1.166 0.088 4.321 0.800 1.473
6.960
15 Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
0.00031 2.915 0.050 2.469 0.560 1.031
6.415
16 Vitex pubescens
Verbenaceae
laban
0.00013 1.166 0.050 2.469 0.643 1.184
4.819
17 Adenanthera microsperma T & B. Fabaceae
segawe
0.00016 1.458 0.038 1.852 0.497 0.916
4.225
18 Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.00016 1.458 0.038 1.852 0.405 0.745
4.055
19 Sterculia foetida
Sterculiaceae
kepuh
0.00006 0.583 0.025 1.235 0.685 1.262
3.079
20 Salmalia valetonii (Hochr.) Corner Bombacaceae
randu alas
0.00003 0.292 0.013 0.617 0.974 1.794
2.703
21 Acacia leucophloea (Roxb.) Willd. Fabaceae
pilang
0.00006 0.583 0.025 1.235 0.397 0.731
2.549
22 Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.00009 0.875 0.025 1.235 0.231 0.426
2.535
23 Terminalia catappa L.
Combretaceae
ketapang
0.00006 0.583 0.025 1.235 0.250 0.460
2.277
24 Bridelia ovata Deenc Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy 25 Shaw
Euphorbiaceae
bridelia
0.00006 0.583 0.025 1.235 0.017 0.031
1.849
Euphorbiaceae
kendhung
0.00003 0.292 0.013 0.617 0.322 0.593
1.501
26 Cordia obliqua Willd.
Boraginaceae
kendal
0.00003 0.292 0.013 0.617 0.191 0.352
1.261
27 Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
014
0.00003 0.292 0.013 0.617 0.088 0.161
1.070
28 Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
dluwak
0.00003 0.292 0.013 0.617 0.034 0.062
0.971
29 Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam
0.00003 0.292 0.013 0.617 0.020 0.037
0.945
0.0107
100
2.025
100
54.32
100
300
94 Tingkat Tihang No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.00063
25.00
0.138
18.966 43.966
2
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.00019
7.50
0.063
8.621
16.121
3
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
0.00025
10.00
0.038
5.172
15.172
4
Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.00016
6.25
0.063
8.621
14.871
5
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.00009
3.75
0.038
5.172
8.922
6
Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
deluwak
0.00009
3.75
0.038
5.172
8.922
7
-
-
garung
0.00013
5.00
0.025
3.448
8.448
8
Orophea eneandra Bl.
Annonaceae
011
0.00013
5.00
0.025
3.448
8.448
9
Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.00009
3.75
0.025
3.448
7.198
10
Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam
0.00006
2.50
0.025
3.448
5.948
11
Premna oblongata
Verbenaceae
jibau
0.00006
2.50
0.025
3.448
5.948
12
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
0.00006
2.50
0.025
3.448
5.948
13
Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
0.00006
2.50
0.025
3.448
5.948
14
Boraginaceae
kendal kapur
0.00009
3.75
0.013
1.724
5.474
15
Cordia suaveolens Willd. Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy Shaw
Euphorbiaceae
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
16
Celtis phippinensis Blanco
Ulmaceae
kendhung Cinnamommum ines
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
17
Adenanthera microsperma T & B. Fabaceae
segawe
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
18
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
19
Cordia obliqua Willd.
Boraginaceae
kendal
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
20
Strychnos lucida R. Br
Loganiaceae
kayu pait
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
21
Tamarindus indica L.
Leguminosae
asem
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
22
Excoecaria agallocha (Genwa) Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Euphorbiaceae
kayu buta
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
Myrtaceae
manting
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
24
Terminalia catappa L.
Combretaceae
ketapang
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
25
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd. Fabaceae
pilang
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
26
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
27
Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.00003
1.25
0.013
1.724
2.974
0.0025
100
0.725
100
200
23
95
Tingkat Sapihan No
Nama Ilmiah
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
1
Capparis micracantha DC.
Capparidaceae sanek
0.00069 12.222
0.188
17.241 29.464
2
Orophea eneandra Bl. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Annonaceae
011
0.00094 16.667
0.125
11.494 28.161
Myrtaceae
manting
0.00091 16.111
0.050
4.598
20.709
3 4
-
-
garung
0.00066 11.667
0.050
4.598
16.264
5
Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.00038
6.667
0.100
9.195
15.862
6
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.00022
3.889
0.075
6.897
10.785
7
Plectronia horrida
Rubiaceae
landepan
0.00022
3.889
0.063
5.747
9.636
8
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
0.00016
2.778
0.050
4.598
7.375
9
Zizyphus rotundifolia Lam.
Rhamnaceae
bukol
0.00013
2.222
0.050
4.598
6.820
10 Azadirachta indica Adr. Juss.
Meliaceae
mimbo
0.00016
2.778
0.038
3.448
6.226
11 Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.00022
3.889
0.025
2.299
6.188
12 Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Fabaceae
pilang
0.00013
2.222
0.025
2.299
4.521
13 Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.00009
1.667
0.025
2.299
3.966
14 Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
budeng/mustam
0.00006
1.111
0.025
2.299
3.410
15 -
-
raung
0.00006
1.111
0.025
2.299
3.410
16 Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
012
0.00013
2.222
0.013
1.149
3.372
17 Celtis phippinensis Blanco
Ulmaceae
cinamomum
0.00003
0.556
0.025
2.299
2.854
18 Morinda tinctoria Roth
Rubiaceae
mengkuduan
0.00009
1.667
0.013
1.149
2.816
19 Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
deluwak
0.00006
1.111
0.013
1.149
2.261
20 Symplocos javanica
Symplocaceae
sasa
0.00006
1.111
0.013
1.149
2.261
21 Randia sp. Leucaena leucocephala (Lmk) De 22 Wit
Rubiaceae
kukur
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
Fabaceae
lamtoro
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
23 Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
timongo
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
24 Capparis separia L.
Capparidaceae jerukan
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
25 Murraya paniculata
Rutaceae
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
26 Ficus septica Burm. F.
Moraceae
awar2
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
27 Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
28 Cordia suaveolens Willd.
Boraginaceae
kendal kapur
0.00003
0.556
0.013
1.149
1.705
0.0056
100
1.088
100
200
kemuning
96
Tingkat Anakan No 1
Nama Ilmiah Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Suku
Nama Lokal
K
KR
F
FR
INP
Myrtaceae
manting
0.00466 28.060
0.075
3.846
31.906
2
Azadirachta indica Adr. Juss
Meliaceae
mimbo
0.00250 15.066
0.138
7.051
22.117
3
Capparis separia L.
Capparidaceae
jerukan
0.00119
7.156
0.250
12.821 19.977
4
Randia sp.
Rubiaceae
dlimoan
0.00144
8.663
0.125
6.410
15.073
5
Streblus asper Lour.
Moraceae
serut
0.00050
3.013
0.138
7.051
10.064
6
Jathropha gossypifolia L.
Euphorbiaceae
jarak
0.00113
6.780
0.050
2.564
9.344
7
Acacia nilotica (L.) Willd ex. Del.
Fabaceae
akasia
0.00047
2.825
0.100
5.128
7.953
8
Premna oblongata
Verbenaceae
jibau
0.00044
2.637
0.100
5.128
7.765
9
Orophea eneandra Bl.
Annonaceae
011
0.00069
4.143
0.063
3.205
7.348
10 Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
0.00056
3.390
0.075
3.846
7.236
11 Grewia eriocarpa
Tiliaceae
talok
0.00028
1.695
0.100
5.128
6.823
12 Strychnos lucida R. Br.
Loganiaceae
kayu pait
0.00038
2.260
0.088
4.487
6.747
13 Capparis micracantha DC.
Capparidaceae
sanek
0.00044
2.637
0.063
3.205
5.842
14 Buchanania arborescens (Bl.) Bl.
Anacardiaceae
popohan
0.00031
1.883
0.063
3.205
5.088
15 Schleichera oleosa (Lour) Oken
Sapindaceae
kesambi
0.00025
1.507
0.063
3.205
4.712
16 Diospyros montana Roxb.
Ebenaceae
mustam/k.budeng 0.00019
1.130
0.050
2.564
3.694
17 Kleinhovia hospita Leucaena leucocephala (Lmk) 18 De Wit
Sterculiaceae
timongo
0.00013
0.753
0.050
2.564
3.317
Fabaceae
lamtoro
0.00009
0.565
0.038
1.923
2.488
19 Bridelia ovata Deenc
Euphorbiaceae
bridelia
0.00009
0.565
0.038
1.923
2.488
20 Smilax sp.
Smilacaceae
smilak
0.00009
0.565
0.038
1.923
2.488
21 Zizyphus rotundifolia Lam. Drypetes ovalis ( J.J. Sm.) Airy 22 Shaw
Rhamnaceae
bukol
0.00009
0.565
0.025
1.282
1.847
Euphorbiaceae
kendhung
0.00006
0.377
0.025
1.282
1.659
23 Corypha utan Lam.
Palmae
gebang
0.00006
0.377
0.025
1.282
1.659
24 Morinda tinctoria Roth
Rubiaceae
mengkuduan
0.00013
0.753
0.013
0.641
1.394
25 Microcos tomentosa J.E. Smith
Tiliaceae
dluwak
0.00006
0.377
0.013
0.641
1.018
26 Adenanthera microsperma T & B.
Fabaceae
segawe
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
27 Plectronia horida
Rubiaceae
landepan
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
28 Mallotus philippinensis M.A.
Euphorbiaceae
014
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
29 Randia sp.
Rubiaceae
kukur
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
30 Symplocos javanica
Symplocaceae
sasa
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
31 Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi
Flacourtiaceae
rukem
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
32 Schoutenia ovata Korth
Tiliaceae
walikukun
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
33 Murraya paniculata
Rutaceae
kemuning
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
34 Morinda tomentosa Roth
Rubiaceae
mirip mengkudu
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
35 Horrisonia sp.
Simaroubaceae
trenggulun
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
36
-
-
garung
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
37
-
-
raung
0.00003
0.188
0.013
0.641
0.829
0.0166
100
1.95
100
200
97
Tumbuhan Bawah No 1
Nama Ilmiah Oplismenus burmannii (Retz.) Beauv
Suku
Nama Lokal
K
KR
Poaceae
2
Achyranthes aspera L.
Maranthaceae
3
Bauhinia angulata Roxb.
Fabaceae
liana daun kupu2
4
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
5
Indigofera tinctoria Linn.
Fabaceae
6
Heteropogon contortus (L.) Beauv.
Poaceae
7
Achyranthes sp.
8
Abutilon indicum (L.) Sweet
9
Abutilon sp.
F
FR
INP
rumput 006
0.04581
40.441
0.300
7.229
47.670
jarong
0.00534
4.717
0.413
9.940
14.657
0.00266
2.345
0.250
6.024
8.369
sidaguri
0.00425
3.752
0.188
4.518
8.270
tarum
0.00409
3.614
0.175
4.217
7.831
lamuran merah
0.00697
6.152
0.038
0.904
7.055
Amaranthaceae
003
0.00281
2.483
0.163
3.916
6.398
Malvaceae
cemplak
0.00103
0.910
0.225
5.422
6.332
Malvaceae
kapasan
0.00125
1.103
0.175
4.217
5.320
10 Vernonia cinerea (L.) Less.
Asteraceae
nyawon
0.00291
2.566
0.113
2.711
5.276
11 Oplismenus sp.
Poaceae
rumput gunung
0.00391
3.448
0.075
1.807
5.256
12 Porana volubilis Burm.
Convolvulaceae
013
0.00150
1.324
0.163
3.916
5.240
13 Miliusa sp.
Labiatae
klenthengan
0.00178
1.572
0.138
3.313
4.886
14 Setaria longifolia
Poaceae
rumput kebo
0.00338
2.979
0.075
1.807
4.787
15 Barleria prionitis L.
Acanthaceae
berduri banyak
0.00309
2.731
0.075
1.807
4.538
16 Piper sp.
Piperaceae
suruh alas
0.00428
3.779
0.025
0.602
4.382
17 Uvaria littoralis (Bl.) Bl.
Annonaceae
kalak mantang
0.00072
0.634
0.138
3.313
3.948
18 Heteropogon insignis Thwaites
Poaceae
branjangan
0.00200
1.766
0.088
2.108
3.874
19 Fatoua pilosa Gaud.
Moraceae
klabet
0.00078
0.690
0.088
2.108
2.798
20 Occimum gratissimum L.
Labiatae
kemangian
0.00063
0.552
0.075
1.807
2.359
21 Lantana camara
Verbenaceae
lantana
0.00025
0.221
0.088
2.108
2.329
22 Dactyloctenium aegyptium
Poaceae
rumput x
0.00219
1.931
0.013
0.301
2.232
23 Tephrosia pumila Persl.
Fabaceae
kacang beneh
0.00159
1.407
0.025
0.602
2.009
24 Deeringia sp.
Amaranthaceae
bulu karpet
0.00081
0.717
0.050
1.205
1.922
25 Acalypha indica L..
Euphorbiaceae
Acalypha/sangkep 0.00044
0.386
0.063
1.506
1.892
26 Aeschynomene indica L.
Papilionoideae
gedean
0.00153
1.352
0.013
0.301
1.653
27 Phyllanthus niruri L..
Euphorbiaceae
meniran
0.00078
0.690
0.038
0.904
1.593
28 Sida sp. Chromolaena odorata (L.) King & 29 H. E. Robins
Malvaceae
sida
0.00038
0.331
0.050
1.205
1.536
Asteraceae
kirinyuh
0.00009
0.083
0.050
1.205
1.288
30 Centrosema pubescens Benth.
Fabaceae
kepokean
0.00072
0.634
0.025
0.602
1.237
31 Salacca chinensis L..
Celastraceae
liana 020
0.00022
0.193
0.038
0.904
1.097
32 Trianthemum portulacastrum L.
Portulacaceae
krokot
0.00022
0.193
0.038
0.904
1.097
33 Dicliptera canescens Nees
Acanthaceae
x
0.00019
0.166
0.038
0.904
1.069
34 Brachiaria reptans
Poaceae
rayapan
0.00050
0.441
0.025
0.602
1.044
35 Sigesbeckia orientalis L.
Asteraceae
wedhusan
0.00009
0.083
0.038
0.904
0.986
36 Mimosa invisa Mart.
Mimosaceae
mimosa invisa
0.00009
0.083
0.038
0.904
0.986
37 Cassia mimosoides Bl.
Fabaceae
aseman
0.00034
0.303
0.025
0.602
0.906
38 Flemingia lineata Roxb.
Fabaceae
othok-othok
0.00056
0.497
0.013
0.301
0.798
39 Desmodium gangeticum (L.) DC.
Fabaceae
pulutan
0.00022
0.193
0.025
0.602
0.796
40 Euphorbia hirta L.
Euphorbiaceae
pathikan
0.00022
0.193
0.025
0.602
0.796
98 Deeringia amaranthoides (Lmk) 41 Merr.
Amaranthaceae
42 Solanum verbascifolium L.
Solanaceae
teter
0.00019
0.166
0.025
0.602
0.768
43 Lygodium flexuosum
Schizaeaceae
liana 015
0.00016
0.138
0.025
0.602
0.740
44 Clitoria ternatea L.
Fabaceae
rayutan kacang
0.00016
0.138
0.025
0.602
0.740
45 Abutilon sp.
Malvaceae
kapasan putih
0.00013
0.110
0.025
0.602
0.713
46 Tacca leontopetaloides
Taccaceae
iles-iles
0.00009
0.083
0.025
0.602
0.685
47 Azima sarmentosa (Bl.) B. & H.
Salvadoraceae
sokdoy
0.00006
0.055
0.025
0.602
0.658
eceng-eceng
0.00006
0.055
0.025
0.602
0.658
widuri
0.00006
0.055
0.025
0.602
0.658
48 49 Calotropis gigantea R. Br.
Asclepiadaceae
bayeman
0.00019
0.166
0.025
0.602
0.768
50 Cyrtococcum patens (L.) A. Camus Poaceae
empritan
0.00031
0.276
0.013
0.301
0.577
51 Setaria verticillata (L.) Beauv.
Poaceae
004
0.00025
0.221
0.013
0.301
0.522
52 Boerhavia repens L.
Nyctaginaceae
rumput lengket
0.00022
0.193
0.013
0.301
0.494
53 Cajanus cajan (L.) Millsp.
Fabaceae
cayanus cayan
0.00019
0.166
0.013
0.301
0.467
54 Digitaria sp.
Poaceae
digitaria
0.00009
0.083
0.013
0.301
0.384
55 Cleome sp.
Cleomaceae
salip
0.00009
0.083
0.013
0.301
0.384
56 Passiflora foetida L..
Passifloraceae
santiet
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
57 Passiflora sp.
Passifloraceae
labu hutan
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
58 Jasminum didymum Forsk.
Oleaceae
rayutan hijau
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
59 Thunbergia fragrans Roxb.
Acanthaceae
016
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
60 Centrosema flumieri Benth
Fabaceae
kacang 019
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
61 Setaria laxa Merr
Poaceae
001
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
62 Lepistemon flavescens Bl.
Convolvulaceae
kapasan rambat
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
63 Cyperus sp.
Cyperaceae
rumput x2
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
64 Desmos dasymachala (Bl.) Saff.
Annonaceae
kenanga alas
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
65 Piper sp.
Piperaceae
021
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
66 Ipomoea obscura (L.) Kor
Convolvulaceae
rayutan bulu
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
67 Ipomoe sp.
Convolvulaceae
kangkungan
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
68 Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
melati hutan
0.00003
0.028
0.013
0.301
0.329
0.1133
100
4.150
100
200