NILAI MANFAAT TAMAN NASIONAL BALURAN BAGI MASYARAKAT DESA SUMBERANYAR KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR
INA TURSINAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Manfaat Taman Nasional Baluran Bagi Masyarakat Desa Sumberanyar Kabupaten Situbondo Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Ina Tursinah NIM E34120037
ABSTRAK
INA TURSINAH. Nilai Manfaat Taman Nasional Baluran Bagi Masyarakat Desa Sumberanyar Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Dibimbing oleh TUTUT SUNARMINTO dan HARNIOS ARIEF. Pemanfaatan SDAH oleh masyarakat desa penyangga Sumberanyar merupakan pemanfaatan yang menghasilkan suatu nilai manfaat dari Taman Nasional Baluran. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai manfaat sumberdaya alam hayati dan tingkat ketergantungan terhadap SDAH dan menganalisisis legalitas pemanfaatan SDAH yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberanyar di kawasan Taman Nasional Baluran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 dengan menggunakan metode Focussed Group Discussion (FGD), wawancara dan observasi. Hasil penelitian terdapat lima Jenis SDAH yang banyak dimanfaatkan berupa rumput, kayu bakar, madu, kemiri dan kedawung. Nilai total pemanfaatan SDAH sebesar Rp. 549 983 400/Tahun. Masyarakat Desa Sumberanyar memiliki tingkat ketergantungan kategori tinggi terhadap SDAH. Masyarakat yang mengambil SDAH secara legal mempunyai nilai manfaat sebesar Rp 14 640 000/tahun dan nilai manfaat secara ilegal sebesar Rp 535 343 400/ tahun . Kata Kunci : desa Sumberanyar, nilai manfaat, pemanfaatan SDAH
ABSTRACT
INA TURSINAH. The Benefits Value of Baluran National Park for Sumberanyar Villagers, Situbondo District, East Java. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and HARNIOS ARIEF. Utilization of natural resources by the village community Sumberanyar buffer is the utilization of the results in a value of benefits from Baluran National Park. This study aims to calculate the value of the benefits of natural resources and the level of dependence Natural resources Sumberanyar against the legality of the use of natural resources performed by villagers in Sumberanyar in Baluran National Park. This study was conducted in March 2016 by using Focused Group Discussion (FGD), interviews and field observation. The results of research there are five widely used type of natural resources such as grass, firewood, honey, pecans and kedawung. Total value of natural resources utilization amounted to 549 983 400/year. Village community Sumberanyar have a high level of dependence on natural resources category. People who take natural resources legally have the benefit value of Rp 14 640 000 / year and the value of benefits illegally Rp 535 343 400 / year. Keywords: the benefits value, village Sumberanyar, utilization natural resources
NILAI MANFAAT TAMAN NASIONAL BALURAN BAGI MASYARAKAT DESA SUMBERANYAR KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR
INA TURSINAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016 ialah sosial ekonomi, dengan judul Nilai Manfaat Taman Nasional Baluran Bagi Masyarakat Desa Sumberanyar Kabupaten Situbondo Jawa Timur Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Bapak Dr Ir Harnios Arief, MScF selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan selama pengerjaan skripsi. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bang Joko Mijiarto, S.Hut M.Si yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf Taman Nasional Baluran yang telah menerima penulis dengan baik dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih secara khusus disampaikan pada keluarga (Mimi, Bapak, Teteh, Aa, Ica, Ama dan Dafa) yang senantiasa memberikan do’a dan kasih sayang yang tiada henti, sahabat-sahabat terdekat (Asep, Anisa, Dea, Eem dan Nindia), sahabat kosan Starback, kelompok PKLP TNB, teman seperjuangan dan teman-teman KSHE 49 atas doa dan motivasi yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Ina Tursinah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN Latar Belakang
1
Permasalahan Masalah
1
Tujuan
2
Manfaat
2
Kerangka Penelitian
2
METODE Lokasi dan Waktu
3
Alat, Subyek dan Obyek
4
Jenis Data
4
Metode Pengambilan Data
5
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian
8
Karakteristik Responden
10
Sumberdaya Alam Hayati yang Dimanfaatkan
13
Skema Penjualan Sumberdaya Alam Hayati
15
Nilai Manfaat Taman Nasional Baluran Bagi Masyarakat Desa Sumberanyar
15
Ketergantungan Masyarakat Terhadap Taman N asional Baluran
17
Pengambilan Sumberdaya Alam Hayati Taman Nasional Baluran Secara Legal dan Ilegal
18
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
19
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis data yang diambil Rekapitulasi nilai manfaat seluruh SDAH Kriteria tingkat ketergantungan berdasarkan Skala Likert Batas-batas desa disekitar Desa Sumberanyar Mata pencaharian penduduk Desa Sumberanyar Kondisi sarana masyarakat Desa Sumberanyar Kisaran umur masyarakat Desa Sumberanyar pemanfaat SDAH Jumlah anggota rumah tangga pemanfaat SDAH Tata waktu pemanfaatan SDAH dalam kawasan TNB oleh masyarakat Desa Sumberanyar 10 Proporsi nilai SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sumberanyar 11 Nilai Manfaat yang legal dan ilegal
5 7 7 8 9 10 10 11 13 16 18
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7
Kerangka pikir penelitian Lokasi penelitian Komoditas pertanian Desa Sumberanyar Persentase tingkat pendidikan pemanfaat SDAH TNB Persentase mata pencaharian pemanfaat SDAH TNB Presentase SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Peta interkasi masyarakat Desa Sumberanyar dengan Taman Nasional Baluran 8 Persentase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sumberanyar terhadap SDAH TNB 9 Peta lokasi pemanfaatan SDAH oleh masyarakat Desa Sumberanyar di TNB
3 4 8 12 12 13 16 17 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5
Nilai manfaat rumput Nilai manfat madu Nilai manfaat kayu bakar Nilai manfaat kemiri Nilai manfaat kedawung
22 22 23 23 23
6 7 8 9
Tingkat pendapatan total pemanfaat TNB Persentse manfaat legal dan ilegal Presentase nilai manfaat legal dan ilegal Proporsi nilai manfaat TNB oleh masyarakat Desa Sumberanyar
23 24 25 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang Sistem kawasan konservasi di Indonesia mencakup Taman Nasional dan jenis-jenis kawasan konservasi lainnya. Taman nasional sebagai salah satu kawasan konservasi memberikan manfaat yang tidak ternilai dan sangat penting (Merrill dan Elfian 2003). Beberapa manfaat tersebut dikategorikan oleh Dixon dan Sherman (1990) antara lain: manfaat rekreasi, perlindungan daerah aliran, proses-proses ekologis, keragaman hayati, pendidikan, penelitian, manfaatmanfaat konsumtif, manfaat-manfaat non-konsumtif serta nilai-nilai masa depan. Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi yang di dalamnya memiliki berbagai macam flora dan fauna serta ekosistem yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Selama ini pemanfaatan Taman Nasional oleh masyarakat sudah dilakukan secara turun-temurun. Manallung (1999) menyatakan bahwa pemanfaatan yang dilakukan di Taman Nasional menghasilkan nilai manfaat langsung terhadap masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan Taman Nasional pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akibat dari adanya pemanfaatan tersebut dapat mendorong terjadinya ketergantungan sehingga diperlukan kebijakan pengelolaan yang mengatur pengalokasian sumberdaya alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan SDAH di kawasan Taman Nasional Baluran (TNB) masih dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo. Pemanfaatan SDAH yang dilakukan masyarakat merupakan dampak dari berbagai faktor seperti kepentingan dalan mata pencaharian, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah memaksa masyarakat masih tetap melakukan kegiatan pemanfaatan SDAH di dalam kawasan Taman Nasional (Arshanti 2001). Pemanfaatan SDAH yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberanyar sebagian besar bersifat komersil sehingga nilai pemanfaatan SDAH tersebut dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan harga pasar dan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan masyarakat terhadap TNB. Data mengenai nilai pemanfaatan SDAH oleh masyarakat masih terbatas, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi pemanfaatan SDAH di kawasan TNB. Perumusan Masalah Jumlah anggota keluarga dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat disertai dengan kondisi ekonomi yang kurang, membuat masyarakat di sekitar TNB semakin bergantung pada SDAH di Taman Nasional. Kondisi SDAH yang potensial dan memberikan manfaat, mendorong masyarakat Desa Sumberanyar memanfaatkan SDAH tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat Desa Sumberanyar tidak hanya pemanfaatan SDAH di zona tradisional melainkan di zona pemanfaatan dan zona rimba. Pemanfaatan Jenis SDAH yang dimanfaatkan antara lain rumput, madu, kayu bakar, kemiri, dan kedawung. Nilai manfaat yang diukur, digunakan untuk melihat tingkat
2 ketergantungan masyarakat Desa Sumberanyar dalam memanfaatkan SDAH di kawasan TNB. Adanya interaksi antara masyarakat dengan kawasan Taman Nasional ini tidak jarang menimbulkan kerusakan baik bagi ekosistem maupun SDAH yang ada di dalam kawasan Taman Nasional. Kerusakan-kerusakan ini timbul akibat pergerakan masyarakat saat memasuki kawasan serta pengambilan SDAH yang berlebihan. Pemahaman akan pentingnya kawasan Taman Nasional beserta SDAHnya ini akan terbentuk bila masyarakat mengetahui nilai manfaatnya. Maka dari itu diperlukan pengukuran nilai manfaat Taman Nasional Baluran bagi masyarakat di desa penyangga, terutama Desa Sumberanyar. Dengan begitu masyarakat akan menyadari pentingnya kawasan Taman Nasional dan melakukan pengambilan SDAH secara berkelanjutan serta membantu dalam tindakan perlindungan kawasan Taman Nasional Baluran. Tujuan Penelitian ini bertujuan : 1. Menghitung nilai manfaat sumberdaya alam hayati dan tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sumberanyar terhadap sumberdaya alam hayati . 2. Menganalisis legalitas pemanfaatan SDAH yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberanyar di Taman Nasional Baluran. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah tersedianya data mengenai nilai pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan informasi mengenai tingkat ketergantungan masyarakat terhadap SDAH di Taman Nasional Baluran. Penelitian ini juga dapat membantu pengelola Taman Nasional Baluran dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan pengelolaan. Kerangka Pikir Taman Nasional Baluran (TNB) berada dekat dengan Desa Sumberanyar yang merupakan desa penyangga dari kawasan Taman Nasional. Dekatnya kawasan Taman Nasional Baluran dengan masyarakat di desa penyangga menyebabkan terjadinya interaksi. Interaksi tersebut merupakan kegiatan pemanfaatan SDAH yang terdapat di dalam kawasan TNB. Potensi SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut perlu diketahui jenis, intensitas dan volume pemanfaatannya sehingga dapat diketahui nilai manfaat Taman Nasional Baluran serta tingkat ketergantungan masyarakat terhadap SDAH di kawasan Taman Nasional Baluran. Lokasi pemanfaatan SDAH perlu diketahui untuk mengetahui legalitas pemanfaatan SDAH di kawasan TNB. Secara skematik, kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Taman Nasional Baluran
Kawasan
Masyarakat
Interaksi
Potensi
Pemanfaatan
SDAH Intensita Sssss
Volume Jenis
Legal
Lokasi
Ilegal
Nilai Manfaat
Tingkat Ketergantungan
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di desa penyangga Taman Nasional Baluran yaitu Desa Sumberanyar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Gambar 2). Desa Sumberanyar dipilih karena memiliki potensi masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya alam hayati di Taman Nasional Baluran. Penelitian dilakukan pada tanggal 1-18 Maret 2016 dan 22-28 Agustus 2016 .
4
Gambar 2 Lokasi penelitian
Alat, Subjek dan Objek Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain perekam audio, software GIS (Geographic Information System), kamera, GPS (Global Positioning System), dan alat tulis. Instrument penelitian yang digunakan adalah panduan wawancara dan panduan pelaksanaan Focus Discussion Group (FGD). Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sumberanyar, kepala desa dan pengelola Taman Nasional Baluran. Objek dalam penelitian ini yaitu lokasi pemanfaatan SDAH di Taman Nasional Baluran. Jenis Data Jenis data yang diambil terdiri atas data utama dan data penunjang. Data utama diperoleh melalui wawancara, FGD dan observasi lapang. Data penunjang diperoleh dari dokumen Taman Nasional Baluran dan dokumen administrasi desa. Jenis data yang diambil dapat dilihat pada Tabel 1.
5 Jenis data
Utama
Tabel 1 Jenis data yang diambil Komponen data Sumber data
Karakteristik responden
Responden
SDAH yang dimanfaatkan Legalitas masyarakat memasuki TNB Perubahan pada SDAH
Penunjang Peta TNB
Metode pengumpulan data Wawancara
Responden & Pengelola TNB
Wawancara, observasi lapang & FGD
Responden & Pengelola TNB
Wawancara, observasi lapang & FGD
Responden & Pengelola TNB
Wawancara, observasi lapang & FGD
Telusur dokumen Pengelola TNB, kepala desa, masyarakat dan telusur dokumen
Studi pustaka
Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Pengelola TNB, kepala desa,masyarakat dan telusur dokumen
Wawancara dan studi pustaka
Laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian
Telusur dokumen pengelola TNB
Studi pustaka
Kondisi umum lokasi penelitian
Wawancara dan studi pustaka
Metode Pengumpulan Data Studi pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang halhal yang telah dipelajari oleh peneliti sebelumnya. Beberapa literatur yang digunakan dalam studi pustaka merupakan hasil-hasil penelitian, laporan kegiatan yang berada di perpustakaan Taman Nasional Baluran dan informasi yang diperoleh dari situs internet. Observasi lapang Observasi lapang dilakukan untuk memastikan bahwa data-data yang diperoleh dari wawancara merupakan informasi yang benar. Observasi lapang
6 merupakan metode penelitian yang diharuskan mengamati langsung objek yang diteliti (Kriyantono 2009). Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dan responden ditentukan menggunakan metode Snowball. Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang memanfaatkan SDAH di Taman Nasional Baluran. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang nilai manfaat Taman Nasional Baluran bagi masyarakat Desa Sumberanyar. Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengumpulkan data kualitatif melalui diskusi yang dilakukan sekelompok orang mengenai suatu fokus masalah atau topik dan dipandu oleh seorang fasilitator atau moderator. FGD dapat dilaksanakan dengan syarat terdapat 7-10 peserta, tetapi dapat dimungkinkan paling sedikit 4 peserta dan paling banyak 12 peserta (Patilima 2011). Waktu yang ideal untuk melakukan FGD adalah selama 1-2 jam (Irwanto 2006). FGD di Desa Sumberanyar mengundang kelompok masyarakat yang memanfaatkan SDAH dan mendapatkan manfaat lainnya dari kawasan Taman Nasional Baluran. FGD dilaksanakan selama 90 menit dan dipandu oleh seorang moderator dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada topik diskusi. Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk menghitung nilai manfaat SDAH menggunakan pendekatan harga pasar untuk SDAH yang telah diketahui nilai pasarnya. SDAH yang belum diketahui nilai pasarnya tetapi dapat dipertukarkan atau dibandingkan dengan barang atau jasa yang telah ada nilai pasarnya, penilaian digunakan dengan menggunakan nilai relatif. Persamaan-persamaan yang digunakan antara lain : 1. Nilai manfaat SDAH yang dimanfaatkan setiap jenis dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: A=BxCxFxa Keterangan : A = Nilai manfaat SDAH yang dimanfaatkan/diambil B = Rata-rata harga pasar C = Volume rata-rata SDAH per satu kali pengambilan F = Intensitas pengambilan SDAH dalam satu tahun a = Jumlah pemanfaat/pengambil SDAH 2. Proporsi pemanfaatan tiap jenis SDAH dihitung dengan menggukan rumus sebagai berikut : P = (A/Atotal) x 100% Keterangan : P = Proporsi nilai pemanfaatan suatu SDAH terhadap SDAH lainnya A = Nilai pemanfaatan suatu SDAH per tahun Atotal = Nilai pemanfaatan seluruh SDAH per tahun
7 Berdasarkan nilai manfaat tiap jenis SDAH tersebut, kemudian dilakukan rekapitulasi nilai manfaat seluruh jenis SDAH dalam bentuk Rupiah/tahun seperti tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi nilai manfaat seluruh SDAH No Jenis SDAH Nilai manfaat (Rp/tahun) A 1 1 B 2 2 C 3 3 total nilai Manfaat
(1+2+3+...dst)
3.
Persentase manfaat legal atau ilegal dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: PL = (JL/Jtotal) x 100% atau PTL = (JTL/Jtotal) x 100% Keterangan : PL = Persentase manfaat legal PTL= Persentase manfaat tidak legal JL = Jumlah jenis manfaat yang legal JTL = Jumlah jenis manfaat yang tidak legal Jtotal = Jumlah seluruh jenis manfaat (manfaat legal + manfaat tidak legal) 4. Penghitungan tingkat ketergantungan menggunakan rumus sebagai berikut : Kr = (Ph/∑P) x 100% Keterangan : Kr = Tingkat ketergantungan relatif (%) Ph = Pendapatan dari manfaat TNB (Rp/tahun) ∑P = Pendapatan total (Rp/tahun) (pendapatan dari manfaat TNB + pendapatan dari luar manfaat TNB)
Tinggi rendahnya tingkat ketergantungan berdasarkan kriteria tingkat ketergantungan (Kr) dengan menggunakan modifikasi Skala Likert. Kriteria tingkat ketergantungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kriteria tingkat ketergantungan berdasarkan Skala Likert No Tingkat Ketergantungan Kriteria Kr (%) 1 Sangat rendah 0-20 2 Rendah 21-40 3 Sedang 41-60 4 Tinggi 61-80 5 Sangat tinggi 81-100
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan luas Desa Sumberanyar merupakan salah satu desa penyangga Taman Nasional Baluran. Desa Sumberanyar terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo Jawa Timur dengan batas-batas wilayah seperti yang tersaji pada Tabel 4. Luas Desa Sumberanyar sebesar 97.71 km². Desa Sumberanyar terdiri atas enam dusun yaitu Sekar putih, Curah temu, Bindung, Nyamplung, Ranurejo dan Mimbo. Desa Sumberanyar terbagi menjadi 16 RW dan 43 RT. Tabel 4 Batas- batas desa di sekitar Desa Sumberanyar Batas sebelah Desa/Kelurahan Bentuk fisik Utara Selat Madura Selatan Pegunungan Kawah Ijen Pegunungan Timur Sumberwaru Sungai Barat Sumberejo Sungai Kondisi tanah di Desa Sumberanyar yaitu datar dengan sifat tanah regosol (BPS Kabupaten Situbondo 2015). Luas lahan di Desa Sumberanyar sebesar 97. 71km². Jenis tanaman di Desa Sumberanyar yaitu padi, jagung, tebu dan kacangkacangan (Gambar 3).
a
b
c Gambar 3 Komoditas pertanian masyarakat Desa Sumberanyar : (a) tebu, (b) jagung dan (c) kacang-kacangan
9 Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat Jumlah penduduk Desa Sumberanyar pada tahun 2015 sebanyak 15 338 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 7617 jiwa dan perempuan sebanyak 7721 jiwa. Mata pencaharian penduduk Desa Sumberanyar yang utama adalah buruh tani pada semua dusun. Mata pencaharian lainnya yaitu petani, pegawai negeri sipil, montir, peternak, nelayan dan lain-lain (Tabel 5). Masyarakat Desa Sumberanyar 95.08% beragama Islam. Selain agama Islam terdapat beberapa agama lain seperti Kristen, Katholik dan Budha. Tabel 5 Mata pencaharian penduduk Desa Sumberanyar Mata pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Laki-laki perempuan Laki-laki Perempuan Buruh tani 1728 47 41.0 2.3 Petani 479 142 11.3 86.20 PNS 46 34 1.07 2.5 Pedagang 9 19 0.21 1.5 Peternak 12 0.28 Nelayan 1728 40.4 Montir 24 0.56 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 31 7 0.72 0.2 TNI 11 0.26 POLRI 7 0.16 Pengusaha kecil dan 71 78 1.65 4.0 menengah Karyawan perusahaan swasta 103 41 2.40 2.7 Karyawan perusahaan 2 1 0.05 0.6 pemerintah Sumber : Badan Pusat Statistika Situbondo (2015)
Mata pencaharian sebagai buruh tani memiliki persentasi paling tinggi pada kelompok laki-laki. Pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani sebesar Rp 40 000 – Rp 50 000/hari. Pendapatan sebagai buruh tani cenderung tidak menentu dan hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Minat masyarakat untuk menjadi buruh tani yang masih tinggi karena masyarakat tidak mempunyai keterampilan untuk mencari pekerjaan lain. Rendahnya tingkat keterampilan disebakan tingkat pendidikan yang masih rendah. Rata-rata masyarakat Desa Sumberanyar hanya lulusan SD. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengahasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Tersedianya sarana pendidikan merupakan salah satu penunjang untuk peningkatan sumberdaya manusia disuatu daerah. Desa Sumberanyar menyediakan beberapa sarana untuk menunjang proses pendidikan. Jumlah sarana pendidikan di Desa Sumberanyar pada tahun 2015 adalah 23 unit (Tabel 6). Senua dusun di Desa Sumberanyar memilki fasilitas sekolah dasar. Ketersediaan fasilitas pendidikan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menempuh pendidikan pada level yang tersedia.
10 Tabel 6 Kondisi sarana pendidikan masyarakat Desa Sumberanyar Tingkat Jumlah Rasio jumlah tenaga pendidikan pengajar dan murid Sekolah Guru Murid (unit) (jiwa) (jiwa) Play group 6 11 116 1:11 TK 2 10 96 1:10 SD/sederajat 8 104 1449 1:14 SMP/sederajat 4 72 703 1:10 SMA/sederajat 3 29 119 1:4 PTN PTS SLB Sumber : Kecamatan Banyuputih dalam Angka (2015)
Karakteristik Responden Karakteristik responden akan mempengaruhi pemanfaatan SDAH di Taman Nasional Baluran. Karakteristik tersebut terdiri atas umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan dan mata pencaharian. 1. Umur Masyarakat Desa Sumberanyar yang memanfaatkan SDAH Taman Nasional Baluran didominasi oleh umur 40-44 tahun yang termasuk kategori kelompok umur produktif matang (Tabel 7). Umur merupakan salah satu identitas yang dapat mempengaruhi kemapuan kerja dan pola pikir (Adhawati 1997). Tabel 7 Kisaran umur masyarakat Desa Sumberanyar yang memanfaatkan Pemanfaat SDAH Umur 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
Jumlah (Jiwa) 2 7 8 2 5 3 6 1
Persentase (% ) 5.88 20.59 23.53 5.88 14.70 8.82 17.65 2.94
Kategori* Produktif matang Produktif matang Produktif matang Produktif matang-produktif akhir Produktif akhir Produktif akhir Tidak produktif Tidak produktif
* Sumber : Sunarminto T 16 Agustus 2016 , komunikasi pribadi Tingginya jumlah pemanfaat SDAH yang termasuk ke dalam usia produktif matang merupakan indikasi adanya keterbatasan lapangan pekerjaan yang mampu memberikan pendapatan memadai bagi masyarakat sehingga SDAH di TN Baluran menjadi satu alternatif yang mampu memberikan tambahan pendapatan.
11 2. Jumlah anggota rumah tangga Anggota rumah tangga adalah semua orang yang tinggal dalam satu rumah ataupun berada di luar rumah dan menjadi tanggungan kepala keluarga. Jumlah anggota rumah tangga pemanfaat SDAH berkisar 2-7 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaat SDAH sebanyak 47.06% memiliki jumlah anggota rumah tangga sebanyak tiga orang dan 29.41 % memiliki jumlah anggota rumah tangga sebanyak empat orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat jumlah anggota rumah tangga setiap pemanfaat SDAH dapat dilihat pada Tabel 8.
No 1 2 3 4 5
Tabel 8 Jumlah anggota rumah tangga pemanfaat SDAH Jumlah anggota rumah tangga (jiwa) Jumlah Persentase(%) 2 1 2.94 3 16 47.06 4 10 29.41 5 6 17.65 7 1 2.94 Jumlah 34 100.00
Berdasarkan data tersebut jumlah anggota rumah tangga merupakan beban bagi kepala keluarga untuk membiayai segala macam kebutuhannya. Semakin banyak anggota rumah tangga akan semakin besar pula biaya hidup yang harus dikeluarkan. Data pengeluaran kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Situbondo pada tahun 2014 sebesar 54.35% dan pengeluaran kebutuhan nonmakan sebesar 45.65% (BPS Kabupaten Situbondo 2014). Berdasarkan wawancara, dalam upaya pemenuhan kebutuhan makan dan non-makan masyarakat Desa Sumberanyar mencari sumber pengahasilan tambahan dengan cara memanfaatkan SDAH yang ada di Taman Nasional Baluran.
3. Tingkat pendidikan Jumlah pemanfaat SDAH yang ada di Desa Sumberanyar sebanyak 34 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sumberanyar yang memanfaatkan SDAH masih tergolong rendah (56% berpendidikan SD). Adapun tingkat pendidikan pemanfaat SDAH yang lainnya yaitu tidak lulus SD, lulusan SMP, dan lulusan SMA (Gambar 4). Peluang pekerjaan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan sulitnya dalam mencari lapangan pekerjaan. Tingkat pendidikan rendah menyebabkan kurangnya keterampilan dari masyarakat (Nugroho et al. 2008).
12
Gambar 4 Persentase tingkat pendidikan pemanfaat SDAH Taman Nasional Baluran di Desa Sumberanyar Masyarakat desa sekitar hutan pada umumnya digambarkan sebagai masyarakat dengan pendidikan yang rendah (Rositah 2005). Peluang pekerjaan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan dapat memengaruhi cara berpikir seseorang, terutama dalam menganilisis suatu permasalahan. Seseorang yang berpendidikan baik akan mudah mengadopsi teknologi baru, mengembangkan keterampilan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi (Mosher 1983). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut akan semakin responsif terhadap perubahan-perubahan. 4.
Mata pencaharian Mata pencaharian pemanfaat SDAH dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu petani, buruh tani dan wiraswasta (Gambar 5). Petani adalah orang yang memiliki dan mengelola lahan baik itu lahan sendiri, lahan milik maupun lahan garapan. Buruh tani merupakan kelompok yang tidak memiliki lahan, tidak menyewa lahan dan juga tidak menggarap lahan orang lain. Kelompok wiraswasta meliputi pedagang dan tukang yang tidak memiliki lahan.
Gambar 5 Persentase mata pencaharian pemanfaat SDAH Taman Nasional Baluran di Desa Sumberanyar
13 Berdasarkan Gambar 5, sebanyak 79% pemanfaat SDAH memiliki mata pencaharian utama sebagai petani Rendahnya pendidikan mempengaruhi mata pencaharian. Tidak terpenuhinya syarat kompetensi yang tinggi dalam lapangan pekerjaan menyebabkan masyarakat mencari alternatif mata pencaharian sebagai pemanfaat SDAH. Sumberdaya Alam Hayati yang Dimanfaatkan Jenis SDAH yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sumberanyar dari Taman Nasional Baluran terdiri dari rumput, madu, kayu bakar, kemiri dan kedawung (Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 5). Persentase SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sumberanyar disajikan pada Gambar 6. Pemanfaatan rumput paling banyak dilakukan pada saat musim hujan sehingga nilai manfaat rumput dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang berdampak terhadap interkasi masyarakat Desa Sumberanyar dengan Taman Nasioanl Baluran.
Gambar 6 Persentase SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sumberanyar Berdasarkan hasil wawancara terdapat masyarakat yang memanfaatkan lebih dari satu jenis SDAH. Pemanfaatan SDAH oleh masyarakat Desa Sumberanyar sebagian besar dilakukan secara musiman. Tata waktu pemanfaatan SDAH dalam Kawasan TN Baluran oleh masyarakat Desa Sumberanyar disajikan pada Tabel 9.
No 1 2 3 4 5
Tabel 9 Tata waktu pemanfaatan SDAH dalam kawasan TN Baluran oleh masyarakat Desa Sumberanyar Jenis SDAH Musim pemanfaatan Rumput Januari-April Madu Mei-Desember Kayu bakar Sepanjang tahun Kemiri Juli-Desember Kedawung Juli-Desember
14 Pemanfataan rumput yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberanyar dilakukan pada musim kemarau sekitar bulan Januari-April. Intensitas pengambilan rumput dalam satu hari mencapai 1-3 ikat. Satu ikat rumput yang diperoleh biasanya berukuran 7-8 kg. Lokasi pemanfaatan rumput berada di zona tradisional, zona rehabilitasi, zona rimba dan zona inti. Masyarakat Desa Sumberanyar paling banyak mengambil rumput di zona rimba yaitu di daerah dekat Pos Bitakol. Madu merupakan SDAH yang dimanfaatkan pada bulan Mei – Desember. Masyarakat biasanya mengambil madu sekitar 1-3 kali (dalam satu minggu). Hal ini dikarenakan pengambilan madu tidak bisa secara langsung namun harus ditunggu selama 1-2 malam. Lokasi pengambilan madu berada di zona rimba sekitar hutan Pos Bitakol. Kayu bakar merupakan SDAH yang bisa dimanfaatkan sepanjang tahun. Kayu bakar yang diambil rata-rata untuk dijual. Lokasi pengambilan kayu bakar oleh masyarakat Desa Sumberanyar yaitu di sekitar zona rimba yang berada di sekitar Pos Bitakol dan zona tradisional. Intensitas pengambilan kayu bakar dalam sehari mencapai 1-3 ikat. Satu ikat kayu bakar yang diperoleh biasanya berukuran 20kg. Pemanfaat kemiri dan kedawung biasanya berasal dari Dusun Sekar putih. Pengambilan kemiri dan kedawung berada di lokasi yang sama yaitu di hutan belakang Pos Bitakol, pohon kemiri sengaja dipelihara oleh masyarakat sehingga pemanfaatan dapat dilakukan setiap tahun. Cara pengambilan SDAH yang dilakukan masyarakat Desa Sumberanyar masih menggunakan alat-alat tradisional. Alat yang digunakan seperti golok untuk mengambil kayu bakar dan arit untuk mengambil rumput. Alat yang digunakan untuk mengambil kemiri dan kedawung yaitu galah dan tidak menggunakan alat bila hanya memungut buah yang sudah jatuh. Pengambilan madu menggunakan ember yang digantung pada pohon-pohon yang ditinggal beberapa hari. Sistem pengangkutan SDAH yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberanyar mengalami perubahan. Perubahan sistem pengangkutan terjadi pada transportasi yang digunakan. Saat ini sebagian besar masyarakat menggunakan sepeda motor walaupun masih ada yang menggunkan sepeda. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh teknologi transportasi yang semakin maju. Dampak positif atas perubahan sistem transportasi tersebut berkaitan dengan waktu dan jumlah SDAH yang dapat diambil oleh masyarakat. Dampak negatif dari perubahan sistem transportasi yaitu biaya akomodasi menjadi lebih mahal. Madu dan kemiri merupakan SDAH yang melalui proses pengolahan. Proses pengolahan ini dilakukan sebelum dijual ke pasar. Madu yang sudah terkumpul disaring terlebih dahulu sebelum dikemas ke dalam botol berukuran 600ml. Madu yang sudah dikemas dijual dengan harga sekitar Rp 55 000 – Rp 60 000. Kualitas madu yang dijual merupakan kualitas rendah sehingga harga penjualan madu di Desa Sumberanyar lebih rendah dibandingkam desa peyangga lainnya. Kemiri yang diambil dari dalam kawasan taman nasional diolah terlebih dahulu sebelum dijual. Kemiri yang masih memiliki cangkang dikupas sampai bersih kemudian dijemur sekitar 2-3 hari sampai kering. Kemiri yang sudah kering siap untuk dijual dengan harga Rp 20 000. Kemiri yang dijual ini merupakan kemiri dengan kualitas A yaitu kulaitas baik.
15 Skema Penjualan Sumberdaya Alam Hayati Hasil yang diambil dari kawasan Taman Nasional Baluran dimanfaatkan untuk konsumsi dan komersil. Sumberdaya alam hayati tersebut dijual ke tengkulak-tengkulak yang ada di Desa Sumberanyar maupun di luar daerah seperti Jember, Banyuwangi, Surabaya, Madura dan Lumajang. Para tengkulak biasanya mengambil SDAH yang sudah dikumpulkan oleh masyarakat. Harga yang dijual ke tengkulak sesuai dengan harga yang ditetapkan di Pasar. Semakin tinggi permintaan pasar maka harga juga semakin tinggi. Masyarakat Desa Sumberanyar menggunakan SDAH sebagai input untuk proses produksi dan atau konsumsi. Nilai produksi yaitu nilai yang diberikan terhadap SDAH yang diproduksi untuk kepentingan komersial dan diperjual belikan di pasar, sementara nilai konsumsi yaitu berupa kayu bakar, umbi-umbian, buah-buahan, getah-getahan, tumbuhan serta satwaliar yang dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak diperjual belikan di pasar. Hasil dari penjualan SDAH ke tengkulak dan pasar merupakan penghasilan yang diperoleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penghasilan yang diperoleh setiap penjualan tidak tetap sesuai dengan hasil yang diperoleh. Pada saat musim kemarau biasanya masyarakat mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan musim hujan. Meningkatnya pendapatan pada musim kemarau disebabkan akses menuju lokasi lebih mudah sehingga SDAH dapat diambil lebih banyak.
Nilai Manfaat Taman Nasional Baluran Bagi Masyarakat Desa Sumberanyar Nilai adalah persepsi manusia yang merupakan harga sesuatu yang dimulai oleh setiap individu dan tergantung pada waktu dan tempat (Davis dan Johnson 1987). Manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Sumberanyar dari TN Baluran adalah nilai manfaat langsung. Manfaat langsung merupakan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam hayati berbentuk material yang dipungut dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Manfaat langsung yang diperoleh masyarakat Desa Sumberanyar dari kawasan TN Baluran adalah dengan pengambilan SDAH. Harga dari setiap SDAH dinilai berdasarkan harga pasar atau transaksi di sekitar Desa Sumberanyar. SDAH yang diperoleh dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sumberanyar dari TN Baluran memiliki harga yang cukup tinggi dan mampu memberikan pendapatan yang cukup besar bagi masyarakat yang memanfaatkan SDAH dari TN Baluran. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa harga dari madu merupakan harga yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 57 500/ botol. Rumput merupakan SDAH yang memiliki harga yang paling rendah yaitu sebesar Rp 4 950/ ikat. Pemanfaatan rumput paling banyak dilakukan pada saat musim hujan sehingga nilai manfaat rumput dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang berdampak terhadap interkasi masyarakat Desa Sumberanyar dengan Taman Nasioanl Baluran (Gambar 7). Harga rata-rata dari setiap SDAH itu dapat digunakan untuk mengetahui nilai manfaat dari setiap SDAH. Nilai manfaat setiap SDAH yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sumberanyar dalam satu tahun berbeda-beda. Nilai manfaat
16 SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sumberanyar disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Proporsi nilai SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat No Jenis SDAH Nilai manfaat (Rp/tahun) Proporsi (%) 1 Rumput 20 903 400 3.80 2 Madu 111 780 000 20.32 3 Kayu bakar 412 500 000 75.00 4 Kemiri 3 840 000 0.70 5 Kedawung 9 600 000 1.75 Nilai manfaat total 549 983 400 100.00 (Rp/tahun) Nilai total manfaat SDAH yang diperoleh masyarakat Desa Sumberanyar dalam satu tahun sebesar Rp549 983 000/tahun. Nilai manfaat SDAH yang paling besar yaitu kayu bakar sebesar Rp412 500 000/ tahun. Kayu bakar memiliki nilai manfaat yang paling tinggi karena frekuensi pemanfaatannya dilakukan sepanjang tahun (Gambar 7) . Nilai manfaat SDAH yang paling kecil yaitu kemiri sebesar Rp3 840 000/tahun karena sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan kemiri. Proporsi pemanfaatan setiap jenis SDAH berbeda-beda. Proporsi pemanfaatan kayu bakar merupakan proporsi pemanfaatan yang paling besar yaitu sebesar 75% karena pemanfaatan kayu bakar dilakukan setiap tahun. Proporsi pemanfaatan kemiri merupakan yang paling rendah yaitu sebesar 0.70% karena pemanfaatan kemiri hanya dilakukan secara musiman (Tabel 9).
Gambar 7 Peta Interaksi masyarakat Desa Sumberanyar dengan Taman Nasional Baluran
17 Ketergantungan Masyarakat terhadap Taman Nasional Baluran Salah satu sumber penghasilan masyarakat Desa Sumberanyar berasal dari pemanfaatan SDAH Taman Nasional Baluran (Lampiran 6). Masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam hayati di dalam kawasan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat memiliki ketergantungan terhadap SDAH. Berdasarkan pendapatan dari SDAH akan mempengaruhi tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sumberanyar yang memanfaatkan kawasan TN Baluran. Tingkat ketergantungan ini ditentukan berdasarkan nilai kontribusi SDAH terhadap pendapatan total masyarakat Desa Sumberanyar yang memanfaatkan SDAH. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap SDAH ditentukan dengan modifikasi skala likert sebagai berikut, (1) Sangat Rendah (Kr 0-20%), (2) Rendah (Kr 21-40%), (3) Sedang (Kr 41-60%) dan (4) Tinggi (Kr 6180%) (5) Sangat Tinggi (Kr 81-100%). Tingginya nilai dan manfaat hutan bagi masyarakat berimplikasi pada ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam hayati. Pemanfaat SDAH di Desa Sumberanyar yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi merupakan kelempok terbesar sebanyak 11 (Gambar 8). Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Sumberanyar sangat tergantung pada potensi sumberdaya alam hayati dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesadaran masyarakat yang rendah mengenai fungsi dari keberadaan hutan menjadi faktor lain selain faktor ekonomi penyebab masih terjadinya kegiatan pemanfaatan terhadap kawasan taman nasional.
Gambar 8 Persentase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sumberanyar terhadap SDAH Taman Nasional Baluran
18 Pengambilan Sumberdaya Alam Hayati Taman Nasional Baluran secara Legal dan Ilegal Taman Nasional Baluran memiliki SDAH potensial yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Masyarakat di sekitar Taman Nasional diperbolehkan untuk memanfaatkan SDAH yang menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional yaitu di zona tradisional. Penetapan zona tradisional mempertimbangkan interaksi masyarakat dengan kawasan hutan Taman Nasional yang sudah terjadi sebelum kawasan tersebut ditetapkan menjadi Taman Nasional. Menurut Sriyanto (2005), lokasi yang digunakan untuk kegiatan pemanfaatan tradisional pada kawasan pelestarian alam adalah lokasi yang telah ditetapkan sebagai zona/blok tradisional. Pada kenyataannya, pemanfaatan SDAH TN Baluran tidak hanya dilakukan di zona tradisional tetapi juga dilakukan di zona rimba dan zona rehabilitasi bahkan pemanfaatan SDAH TN Baluran telah memasuki zona inti. Tentu saja pemanfaatan SDAH di zona inti dapat memungkinkan terjadinya gangguan pada kehidupan dan pertumbuhan satwa atau tumbuhan utama Taman Nasional Baluran. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun 2006, pemanfaatan SDAH selain di zona tradisional merupakan tindakan yang dilarang. Persebaran SDAH yang dimanfaatkan oleh masyarakat ini tidak dibatasi zonasi Taman Nasional. Oleh karena itu, masyarakat Sumberanyar mengambil SDAH yang berada di zona tradisional dan di zona lain (Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 9). SDAH yang terdapat di zona tradisional yaitu rumput dan kayu bakar. Pemanfaatan rumput dan kayu bakar yang dilakukan di zona tradisional merupakan pemanfaatan secara legal. Lokasi persebaran SDAH lainya yang dimanfaatkan terdapat pada zona-zona selain zona tradisional sehingga dilarang. Kemiri merupakan salah satu SDAH yang terdapat di zona inti dan rimba. Kemiri dan kedawung berdasarkan peta di bawah berada di zona inti. Pemanfaatan kemiri dan kedawung yang selama ini dilakukan oleh masyarakat merupakan pemanfaatan secara ilegal. Zona rimba merupakan lokasi persebaran SDAH yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sumberanyar. SDAH yang dimanfaatkan di zona rimba meliputi madu, rumput dan kayu bakar sehingga pemanfaatan jenisjenis SDAH tersebut tergolong ilegal. Selain di zona rimba, pengambilan SDAH berupa rumput juga terdapat di zona pemanfaatan. Nilai manfaat ilegal lebih besar dibandingkan dengan nilai manfaat yang legal (Tabel 11). Tabel 11 Nilai Manfaat SDAH legal dan ilegal No
Legalitas Pemanfaatan 1 Legal 2 Ilegal Total jumlah manfaat
Nilai manfaat (Rp/thn) 14 640 000 535 343 400 549 983 400
Adanya pemanfaatan SDAH secara langsung di zona rimba, zona rehabilitasi dan zona pemanfaatan tidak dapat dihindari (Gambar 9). Hasil wawancara dengan masyarakat menunjukan bahwa masyarakat mengetahui tentang zonasi di dalam Taman Nasional. Pengetahuan mengenai keberadaan
19 zonasi memang penting namun harus disertai dengan pemahaman akan fungsi zonasi tersebut. Upaya yang dilakukan pengelola Taman Nasional Baluran dalam menyikapi pemanfaatan SDAH secara ilegal yaitu melalui pengambilan SDAH. Pembatasan pengambilan ini dilakukan untuk mengurangi pengambilan SDAH secara berlebihan oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pengembangan pola pikir dan pola sikap yang mendorong timbulnya kesadaran anggota masyarakat agar memperbaiki kehidupannya dengan menggunakan potensi yang dimilki (Handayani 2015). Kegiatan pemberdayaan yang ada di Desa Sumberanyar yaitu dengan kegiatan menanam bibit kemiri di lahan yang disediakan oleh pihak Taman Nasional di dekat pemukiman warga. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi pemanfaatan kemiri di masa mendatang.
Gambar 9 Peta lokasi pemanfaatan SDAH oleh masyarakat Desa Sumberanyar di Taman Nasional Baluran
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sumberanyar terhadap SDAH di Taman Nasional Baluran termasuk kategori tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya keterampilan karena rendahnya tingkat pendidikan sehingga sulitnya dalam
20 mencari lapangan pekerjaan sehingga mencari alternatif lain dengan memanfaatkan SDAH dari kawasan Taman Nasional Baluran. Pemanfaatan SDAH yang dilakukan bersifat legal dan ilegal. Pemanfaatan bersifat legal jika pengambilan SDAH dilakukan di zona tradisional, sedangakan pemanfaatan secara ilegal jika pengambilan SDAH di luar zona tradisional. Pengambilan SDAH secara ilegal mempunyai nilai manfaat yang tinggi yaitu sebesar Rp 535 343 400/tahun sedangkan pengambilan SDAH secara legal memiliki nilai manfaat sebesar Rp 535 343 400/tahun. Saran Adanya kegiatan pengembangan usaha produktif masyarakat Desa Sumberanyar sehingga dapat menurunkan tingkat ktergantungan masyarakat Desa Sumberanyar terhadap SDAH dari Taman Nasional Baluran. Kegiatan usaha ini perlu pemanduan dan mudah dilaksanakan sehingga masyarakat memiliki dampak yang besar terhadap tingjkat pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Data Kebutuhan makan KecamatanBanyuputih. Situbondo (ID): BPS Kecamatan Banyuputih. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Banyuputih Dalam Angka. Situbondo (ID): BPS Kecamatan Banyuputih. Adhawati S. 1997. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Lahan Pertanian DataranTinggi di Desa Parigi (Hulu DAS Malino) Kabupaten Goa. [Thesis] . Makassar (ID): Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin. Arshanti. 2001. Persepsi Masyarakat terhadap Penggunaan dan Pengelolaan Lahan Daerah Penyangga (Buffer Zone) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Davis LS, Johnson. 1987. Forest Management. New York (USA) : Mc Graw-Hill Book Company. Dixon JA, Sherman. 1990. Fundamentals of Forestry Economic. New York (USA): A New Looak at Benefits and Cost.Wasington DC ( USA) : Island Press. Handayani OK. 2015. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kawasan Konservasi bagi Masyarakat Sekitar Resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [skripsi]. Bogor (ID) : IPB. Irwanto. 2006. Focused Group Discussion. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Kriyantono R. 2009. Teknis Praktis-Riset Komunikasi. Jakarta (ID) : Prenata Media Group. Manullang S. 1999. Kesepakatan Konservasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Jakarta (ID): Discussion Paper. The Natural Resources Manage-ment/EPIQ Program’s Protected Areas Management Office.
21 Merrill R, Elfian E. 2003. Memperkuat Pendekatan Partisipatif dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi di Era Transisi dan Otonomi Daerah. Jakarta (ID) : Resources Management Program. Mosher AT 1983. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Jakarta (ID) : CV Yasaguna. Nugroho BTA, Undaharta NKE, Mustaid S. 2008. Interaksi Masyarakat sekitar hutan terhadap pemanfaatan keanekaragaman hayati di kawasan ekosistem hutan alami Bedugul-Pancasari, Bali (ID). Jurnal Biodiversitas. Vol. 9(3):227-231. Patilima H. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta. Rositah.2005.Kemiskinan Masyarakat Desa sekitar Hutan dan Penanggulangannya. Bogor (ID): CIFOR. Sriyanto A.2005. Pemanfaatan Tradisional di Dalam Kawasan Konservasi.Dalam Materi Pelatihan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati untuk Kepala Seksi Konservasi Balai Taman Nasional dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam : VII Partisipasi Masyarakat. Bogor (ID): Balai Diklat Kehutanan BogorCTRC.
22 Lampiran 1 Nilai manfaat rumput No No. Resp F (kali/thn) 1 1 64 2 2 64 3 3 64 4 4 64 5 5 64 6 6 64 7 10 64 8 12 64 9 13 64 10 14 32 11 15 32 12 16 112 13 17 112 14 18 112 15 21 112 16 23 112 17 24 112 18 25 112 Rata-rata 79 Nilai manfaat (Rp/thn) Lampiran 2 Nilai manfaat madu No No. Resp 1 8 2 9 3 16 4 26 5 27 6 28 7 29 8 30 9 31 10 32 11 33 12 34 Rata-rata Nilai manfaat (Rp/thn)
H(Rp/ikat) 5 000 5 000 5 000 4 000 4 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 4 900 20 903 400
F (kali/thn) 32 24 128 96 80 80 80 96 64 80 128 80 81
V (ikat) 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3
H(Rp/botol) V (botol) 60 000 2 80 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 55 000 2 57 500 2 111 780 000
23 Lampiran 3 Nilai manfaat kayu bakar No No.Resp F(kali/thn) 1 2 2 7 3 11 4 12 5 15 6 16 7 17 8 18 9 19 10 20 11 21 12 22 13 23 14 24 15 25 Rata-rata Nilai manfaat (Rp/thn) Lampiran 4 Nilai manfaat kemiri No. Resp 14 Rata-rata Nilai manfaat (Rp/thn)
144 240 96 96 192 336 336 336 336 336 336 336 336
H(Rp/ikat) 30 000 50 000 20 000 20 000 30 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
336 336 275
45 000 45 000 50 000
F (kali/thn) 96 96
Lampiran 5 Nilai manfaat kedawung No. Resp F (kali/thn) H(Rp/kg) 14 96 50 000 Rata-rata 96 50 000 Nilai manfaat (Rp/thn)
V(ikat) 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 412 500 000
H(Rp/kg) V (kg) 20 000 2 20 000 2 3 840 000 V (Kg) 2 2 9 600 000
Lampiran 6 Tingkat pendapatan total pemanfaat Taman Nasional Baluran Nilai Pendapatan No Resp manfaat diluar Pendapatan total Kr (%) total SDAH 1. 960 000 18 000 000 18 960 000 5.06 2. 9 920 000 10 800 000 20 720 000 47.88 3. 960 000 10 800 000 11 760 000 8.16 4. 1 024 000 12 000 000 13 024 000 7.86 5. 512 000 10 800 000 11 312 000 4.53 6. 40 000 10 800 000 10 840 000 0.37 7. 3 600 000 14 400 000 18 000 000 20.00 8. 3 840 000 12 000 000 15 840 000 24.24
24 Lampiran 6 Tingkat pendapatan total pemanfaat Taman Nasional Baluran (lanjutan) Nilai Pendapatan No Resp manfaat diluar SDA Pendapatan total total 9. 3 840 000 14 400 000 18 240 000 10. 1 280 000 10 800 000 12 080 000 11. 3 840 000 12 000 000 15 840 000 12. 4 480 000 12000000 16480000 13. 640000 10 800 000 11 440 000 14. 13 472 000 10 800 000 24 272 000 16
45 440 000
16 200 000
61 640 000
17 18 19 20 21 22 23 32 33 32 33 34
31 360 000 31 360 000 30 240 000 30 240 000 31 360 000 30 240 000 31 360 000 8 800 000 14 080 000 8 800 000 14 080 000 8 800 000
10 800 000 10 800 000 10 800 000 12 000 000 12 000 000 10 800 000 12 000 000 12 000 000 10 800 000 12 000 000 10 800 000 10 800 000
42 160 000 42 160 000 41 040 000 42 240 000 43 360 000 41 040 000 43 360 000 20 800 000 24 880 000 20 800 000 24 880 000 19 600 000
Lampiran 7 Presentasi manfaat legal dan illegal Jenis SDAH yang No Resp Lokasi pemanfaatan dimanfaatkan 1. Rumput zona rimba Rumput zona rehabilitasi 2. Kayu bakar zona rimba 3. Rumput zona rimba 4. Rumput zona tradisional 5. Rumput zona rimba 6. Rumput zona tradisional 7. Kayu bakar zona tradisional 8. Madu zona inti 9. Madu zona rimba 10. Rumput zona rimba 11. Kayu bakar zona rimba Rumput zona tradisional 12. Kayu bakar zona rimba 13. Rumput zona tradisional Lampiran 7 Presentasi manfaat legal dan illegal (lanjutan)
Kr (%) 21.05 10.60 24.24 27.18 5.60 55.50 73.72 74.38 74.38 73.68 71.60 72.32 73.68 72.32 42.31 56.59 42.31 56.59 44.90
Keterangan Illegal Illegal Illegal Illegal Legal Illegal Legal Legal Illegal Illegal Illegal Illegal Legal Illegal Legal
25 No Resp 14.
Jenis SDAH yang dimanfaatkan Kemiri Kedawung
Lokasi pengambilam zona rimba zona rimba zona tradisional
Illegal Illegal Legal
Kayu bakar Rumput Kayu bakar Rumput Madu Kayu bakar Rumput Kayu bakar Rumput Kayu bakar Kayu bakar Kayu bakar Rumput Kayu bakar Kayu bakar Rumput Kayu bakar
zona tradisional zona tradisional zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba
Legal Legal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal
Kayu bakar Rumput Madu Madu Madu Madu Madu Madu Madu Madu Madu
zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba zona rimba
Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal Illegal
Rumput
15. 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Keterangan
Lampiran 8 Legalitas nilai manfaat SDAH No Legalitas Pemanfaatan 1 Legal 2 Ilegal Total jumlah manfaat
Nilai manfaat (Rp/thn) 14 640 000 535 343 400 549 983 400
Lampiran 9 Proporsi nilai manfaat Taman Nasional Baluran oleh masyarakat
26 No
Desa Sumberanyar Jenis SDAH
1 Rumput 2 Madu 3 Kayu bakar 4 Kemiri 5 Kedawung Nilai total SDAH (Rp/thn)
Nilai manfaat (Rp/thn) 20 903 400 111 780 000 412 500 000 3 840 000 9 600 000 549 983 400
Proporsi (%) 3.80 20.32 75.00 0.70 1.75 100.00
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 20 Mei 1995 dari Bapak O.Sukari dan Ibu Aan Anirah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Karayunan (2000-2006), pendidikan menengah MTs Al-ihsan Babakan Manjeti (2006-2009) dan SMA Negeri 1 Sukahaji (2009-2012). Pada tahun 2012 penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Sancang Timur pada tahun 2014, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2015 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran pada tahun 2016. Penulis juga aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa di bidang penelitian dan didanai oleh DIKTI dengan judul Perlakuan Thermal dalam Penentuan Jenis Kelamin Kupu-kupu Graphium agamemnon L. Sebagai Upaya Pelestarian Kupu-Kupu Di Indonesia serta mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-28 di Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara pada tahun 2015. Penulis juga aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa di bidang penelitian dan didanai oleh DIKTI dengan judul Pengaruh Kerusakan Habitat Pancoran Mas Depok terhadap Kelangsungan Hidup Kupu-Kupu pada tahun 2016. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian skripsi dengan judul Nilai Manfaat Taman Nasional Baluran bagi Masyarakat Desa Sumberanyar Kabupaten Situbondo Jawa Timur di bawah bimbingan Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Dr Ir Harnios Arief, MScF.