Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan
Hasil Monitoring Pergerakan Dan Penyebaran Banteng Di Resort Bitakol Taman Nasional Baluran
Oleh : Nama
: Tim Pengendali Ekosistem Hutan
BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\banteng\HasilMonitoringPergerakanDanPenyebaranBantengDiResortBitakol‐Baluran‐04‐ FIX.doc
1
HASIL MONITORING PERGERAKAN DAN PENYEBARAN BANTENG DI RESORT BITAKOL, TAMAN NASIONAL BALURAN TAHUN 2004
Tujuan Kegiatan monitoring satwa ini bertujuan antara lain untuk : • Mengamati perkembangan/perubahan yang terjadi terhadap populasi mamalia besar beserta kondisi habitatnya. • Mengumpulkan bahan analisa lapangan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan/perubahan yang terjadi. • Mengetahui pola pergerakan dan penyebaran banteng di Taman Nasional Baluran. Alat dan Bahan Guna menunjang kelancaran kegiatan monitoring satwa ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut : Peta ke rja, skala 1 : 50.000, Tally sheet, Alat tulis, Binoculer, Kompas. Metode Pelaksanaan Penentuan metode pelaksanaan kegiatan monitoring satwa di Taman Nasional Baluran disesuaikan serta berdasarkan pada kondisi populasi satwa dan habitatnya. Informasi yang dapat diperoleh tentang pola pergerakan serta penyebaran satwa mamalia besar di Taman Nasional Baluran adalah sebagai berikut : • Lokasi Taman Nasional Baluran yang masih ditemukan banteng adalah wilayah Seksi Konservasi Wilayah Bekol (bama, bekol, kramat, balanan, kendal dan beberapa lokasi lain) dan Seksi Konservasi Wilayah Pandean (wil. Resort bitakol, Popongan, Candibang, Siruntuh, Semiang dan beberapa lokasi lain) • Pada musim kemarau, banteng dan kerbau liar terkonsentrasi di lokasi sumber air minum yang masih tersedia, yang berada di pesisir bagian timur kawasan (kajang, bama, kelor, sumber batu, manting, popongan). Juga kecenderungan satwa liar yang mencari sumber air di Sungai Bajulmati (bentang alam-batas taman nasional bagian selatan) dan lokasi sumber air minum satwa lain yang belum terdata oleh petugas. • Berdasarkan informasi, adanya peningkatan populasi ajag (Cuon alpinus) yang merupakan salah satu predator bagi mamalia besar di kawasan Taman Nasional Baluran. Hal ini nampak dari meningkatnya intensitas perjumpaan ajag oleh petugas, juga dari suara ajag ketika berburu mangsa secara berkelompok. Dengan meningkatnya populasi ajag terutama di sekitar bekol mempengaruhi keberadaan satwa mamalia besar, yang sebelumnya mereka sering dijumpai di sekitar bekol, sebagai respon untuk menghindari predator. • Kegiatan manusia/masyarakat di dalam kawasan guna mengambil hasil hutan (biji akasia, bekicot, daun gebang, kayu, asam dll) mempengaruhi pola perilaku dan pergerakan satwa. Dimana mamalia besar cenderung menghindari perjumpaan dengan manusia. Memperhatikan hal-hal tersebut, metode pelaksanaan kegiatan monitoring satwa pada kesempatan ini dilakukan dengan metode pengamatan jalur dengan titik tujuan tertentu (suatu lokasi yang berada di sekitar bekol yang juga diketahui sebagai jalur edar/pergerakan satwa). Monitoring satwa dilakukan dengan mengamati sepanjang jalur yang dilalui, apakah daerah tersebut ada tanda-tanda identifikasi satwa (suara lenguhan, bekas jejak kaki satwa) maupun perjumpaan langsung dengan satwa target di lokasi survey. Berdasarkan informasi di lapangan ditentukan beberapa titik tujuan sebagai arah jalur. Pada tahap pertama ini kelompok pengamat diarahkan untuk memonitor wilayah Resort Bitakol, Seksi Kons. Wil. Pandean. Wilayah pengamatan ini sebagian besar adalah E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\banteng\HasilMonitoringPergerakanDanPenyebaranBantengDiResortBitakol‐Baluran‐04‐ FIX.doc
2
areal hutan jati dan terdapat jalan raya propinsi yang membelah wilayah ini. Jalur dan lokasi yang diamati pada tahap pertama ini yaitu : 1. Blok Babadan – Lokasi DAM Bajulmati. 2. Blok Tanah merah. 3. Blok Panjaitan Hasil dan Pembahasan Sesuai dengan keterangan yang menyebutkan bahwa pergerakan satwa merupakan suatu strategi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan kondisi lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya secara normal, maka keberadaan pergerakan banteng di Taman Nasional Baluran juga berusaha menyesuaikan dengan perkembangan kondisi yang ada. Perubahan habitat banteng yang berlangsung di kawasan ini banyak mempengaruhi pergerakan satwa tersebut. Pergerakan banteng dipengaruhi juga oleh aktivitas manusia yang sengaja atau tidak sengaja bersama-sama menggunakan suatu kawasan yang merupakan habitat banteng, sehingga mengakibatkan terdesaknya satwa dari habitatnya tersebut. Kegiatan perburuan liar, peladangan liar, perusakan habitat dengan tujuan lain dan penggembalaan liar satwa domestik merupakan contoh kasus yang mengganggu keberadaan satwa liar. Contoh kasus tersebut mengakibatkan terdesaknya satwa banteng di daerah baluran bagian utara (SubSeksi Karangtekok) oleh kegiatan penggembalaan liar dan meningkatnya kegiatan manusia. Untuk keperluan hidupnya, satwa memerlukan tempat-tempat yang dapat dipergunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan berkembang biak. Tempat-tempat yang berfungsi semacam ini membentuk satu kesatuan yang yang disebut habitat. Dari hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa kondisi habitat satwa, khususnya banteng masih cukup baik yaitu dengan indikasi bahwa masih adanya ketersediaan komponen habitat yang dibutuhkan banteng, dimana daya dukung berupa pakan dan air dapat terpenuhi, serta memiliki komponen hutan sebagai tempat berlindung (cover), padang rumput/savana, dan dekat dengan pantai sebagai pemenuhan akan mineral (salt driver). Oleh karena itu kondisi habitat di Taman Nasional Baluran merupakan lingkungan yang ideal bagi banteng. Perkembangan yang terjadi, selain sumber-sumber air menyebar di wilayah bekol dan sekitarnya, keberadaan sungai Bajulmati yang sekaligus merupakan bentang alam – batas kawasan di sebelah timur, sangat potensial sebagai sumber air minum satwa saat musik kemarau. Sepanjang sungai mulai dari DAM Bajulmati hingga pemancar (+ Km 11 jalan Batangan-Karangtekok) pernah dilaporkan ditemukan banteng sedang menyeberang jalan raya dari arah U – S (menuju sungai) maupun S – U (kembali ke hutan). Berdasarkan hasil pengamatan dinamika mamalia besar tahun 2003, disebutkan : “ Hasil kegiatan penjelajahan tim kelompok IV, dijalur a) Blok Panjaitan – Petak 39 – ke arah Gunung Baluran, b) Pos I (persemaian) – Blok Babadan ke utara – Belakang Pos Batangan dan c) Blok Tanah Merah – ke arah Gunung Baluran – Blok Babatan ditemukan beberapa tanda identifikasi satwa mamalia besar diantaranya yaitu : 1.Banteng (jejak, kotoran), 2. Rusa (jejak, kotoran), 4. Ajag (kotoran), 5. Lutung (jumpa langsung, bangkai sisa perburuan). Dari pengamatan tersebut, tanda identifikasi satwa banteng banyak dijumpai di sekitar lokasi penjelajahan. Jejak dan kotoran banteng ada yang masih baru dan sebagian sudah lama. Lokasi penjelajahan yang sebagian besar merupakan hutan jati dan sebagian hutan musim. Lokasi penjelajahan mulai dari Blok Panjaitan-Amparan hingga Blok Tanah Merah, Babatan dan Camping Ground Batangan merupakan jalur satwa dari dalam kawasan (arah utara – Gunung Baluran) menuju sumber air minum berupa Sungai Bajulmati di sebelah selatan Jalan Raya Batangan – Karangteko. Dari jejak kaki yang ditemukan sebagian besar merupakan E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\banteng\HasilMonitoringPergerakanDanPenyebaranBantengDiResortBitakol‐Baluran‐04‐ FIX.doc
3
arah datang dan kembali dari sungai (arah U – S dan atau S – U) (lampiran 1). Penyebaran jejak dan kotoran banteng ditemukan cukup merata di sepanjang jalur penjelajahan. Akan tetapi, detemukan beberapa titik lokasi yang ditemukan jejak/kotoran banteng yang terkonsentrasi cukup banyak, lokasi tersebut berupa : • lokasi tempat turun satwa ke sungai, karena sebagian besar tepi sungai berbatasan langsung dengan tebing yang curam dan terjal, sehingga satwa mencari alternatif jalur yang bisa dilewati, yaitu daerah yang cukup landai menuju sungai. (ditemukan di Blok Tanah Merah) • Lokasi istirahat/tidur/berkumpulnya satwa. Hal ini ditandai dengan ilalang dan semak bekas rebahan satwa, serta jejak – kotoran yang terkonsentrasi di lokasi tersebut. (ditemukan di Blok Kedondong – utara Blok Babatan). (Balai TN Baluran, 2003) “ Dari informasi tersebut kemudian dilakukan tindak lanjut dengan pengamatan ulang ke lokasi dan atau jalur pada kegiatan tahun 2003 tersebut. Pada periode musim kemarau tahun 2004 dilakukan pengamatan ulang tahap pertama pada lokasi blok Tanah merah, Panjaitan dan Babadan ke arah sungai, dengan diskripsi sebagai berikut : 1. Blok Tanah Merah. Ditemukan tanda-tanda indikasi satwa di lokasi tersebut, berupa jejak dan kotoran banteng. Jejak banteng diperkirakan baru karena pada areal jati yang telah terbakar menyisakan abu yang ketika dilewati satwa akan nampak jajak kaki banteng pada permukaan tanah tersebut. Disamping itu belum ada benda lain (serasah, ranting maupun yang lainnya) pada bekas jejak tersebut. Jumlah jejak banteng yang diketemukan cukup banyak dan menyebar di sekitar lokasi tersebut, sedikitnya ada 4 (empat) jalur satwa yang diperkirakan individu banteng yang berbeda. Beberapa jalur tersebut menuju (dan atau menjauh) ke (dan atau dari) satu lokasi yaitu sumber air minum di Sungai Bajulmati. Tanda keberadaan satwa yang lainnya berupa kotoran yang ditemukan cukup banyak menyebar sepanjang jalur satwa. Kondisi kotoran yang ditemukan beberapa diantaranya masih baru (basah) sebagian lainnya dalam kondisi kering (cukup lama). Seperti halnya pada pengamatan pada tahun 2003, di lokasi tanah merah diketahui ada jalur “pintu masuk” menuju sungai dan cukup tersembunyi, karena diantara “pintu masuk” tersebut berupa tebing curam yang tidak memungkinkan satwa melewatinya. Di sepanjang jalur menyusuri tebing menuju sungai juga ditemukan lokasi yang diidentifikasi sebagai lokasi istirahat satwa, yaitu berupa semak belukar yang rebah karena diduduki satwa mamalia besar (banteng). Ditemukan juga indikasi gangguan manusia berupa penutupan beberapa jalur turun satwa ke sungai dengan menebangi beberapa tanaman tingkat tiang (diameter < 10 cm), sehingga akan mengarahakan jalur turun satwa seperti yang dikehendaki Pelaku. Lokasi/jalur di Blok Tanah Merah ini disimpulkan sebagai lokasi turun satwa kesungai yang cukup banyak didatangi satwa banteng, sehingga perlu monitoring lebih lanjut guna pengamanan kawasan dari gangguan perburuan liar. 2. Blok Panjaitan Pengamatan pada jalur/lokasi panjaitan dimulai dari tepi jalan raya kemudian menuju ke arah barat sejauh + 500 m. Pada lokasi ini ditemukan 6 (enam) jalur satwa banteng dan tidak ditemukan jejak yang mengelompok, sehingga diperkirakan merupakan satwa soliter. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa jalur-jalur tersebut dari individu dari satu kelompok. Selain jejak juga ditemukan kotoran satwa dalam kondisi yang masih baru. Jalur satwa tersebut diperkirakan E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\banteng\HasilMonitoringPergerakanDanPenyebaranBantengDiResortBitakol‐Baluran‐04‐ FIX.doc
4
datang dari arah gunung kemudian menyeberang jalan melewati Blok Gemelinaan. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada pengamatan tahun 2003, lokasi ini juga ditemukan tanda – tanda indikasi satwa berupa jejak maupun kotoran, akan tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit. 3. Blok Babadan Jalur/lokasi ini juga pernah dilalui pada monitoring mamalia besar pada tahun 2003. Pada awal pengamatan tidak diketemukan jejak maupun tanda satwa lainnya. Pengamatan dilanjutkan dengan arah menuju curah/sungai. Pada lokasi + 2 km dari jembatan gantung ke arah atas di temukan jejak baru dan bekas sanggongan. Tempat tersebut juga ditemukan pada tahun 2003 dan telah dilakukan perusakan sanggongan dengan harapan tempat tersebut tidak lagi dimanfaatkan sebagai lokasi pengintaian-perburuan satwa. Jejak juga dijumpai + 200 m ke arah timur dari jejak pertama dan + 500 m dari arah barat gua macan. Hasil pengamatan dapat diindikasikan bahwa satwa cukup sering mendatangi lokasi tersebut.
Kesimpulan dan Saran •
Kegiatan monitoring mamalia besar di wilayah Resort Bitakol kali ini merupakan tindak lanjut pengamatan pada periode sebelumnya. • Beberapa lokasi habitat banteng di sepanjang jalur pengamatan berupa tempat istirahat (tanda bekas rebahan) dan lokasi turun satwa ke sungai saat minum. Diketahui pula jalur edar satwa dengan tanda kotoran dan jejak kaki satwa. • Pengamatan di fokuskan di 3 (tiga) lokasi, yaitu ; Blok Tanah Merah, Babadan dan Panjaitan. • Monitoring satwa di lokasi pengamatan wilayah Resort Bitakol perlu dilakukan secara rutin, karena kecenderungan satwa mencari minum ke sungai Bajulmati semakin meningkat. • Pengamanan daerah tersebut harus ditingkatkan, khususnya pada musim kemarau untuk mengantisipasi tindak perburuan liar.
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\banteng\HasilMonitoringPergerakanDanPenyebaranBantengDiResortBitakol‐Baluran‐04‐ FIX.doc
5