Evaluasi Reef Check Yang Dilakukan Unit Selam Universitas Gadjah Mada 2002-2003
BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
1
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Keanekaragaman tipe ekosistem yang ada dalam kawasan Taman Nasional Baluran cukup beragam mulai dari ekosistem hutan musim dataran tinggi, hutan musim dataran rendah, savana, hutan payau, mangrove, hutan pantai maupun terumbu karang. Diantara tipe – tipe tersebut, ekosistem terumbu karang termasuk tipe yang cukup menarik bagi wisatawan, namun karena sarana dan prasarana yang masih kurang memadai maka ekosistem tersebut terasa masih kurang tereksplorasi. Setiap kawasan ditunjuk sebagai taman nasional selain karena potensinya yang penting untuk pengembangan wisata serta kepentingan ekologi / lingkungan (konservasi) juga karena fungsinya sebagai sarana penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan. Unit Selam Universitas Gadjah Mada merupakan unit selam yang cukup rutin melakukan inventarisasi terumbu karang di kawasan Taman Nasional Baluran. Kegiatan Reef Check yang dilakukan setiap tahun dapat menjadi hubungan simbiosis mutualisme dengan pihak Balai Taman Nasional Baluran. Pihak Unit Selam Universitas Gadjah Mada mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan salah satu program kerjanya sekaligus meningkatkan ‘jam selam’, melatih ketrampilan selam individu serta menambah pengetahuan tentang terumbu karang bagi anggotanya. Sementara pihak Taman Nasional Baluran akan mendapatkan data series yang akan berguna dalam monitoring kondisi terumbu karang dan mengetahui tingkat kerusakannya dari tahun ke tahun. Kerja sama ini perlu untuk terus dikembangkan. Namun dari kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini perlu adanya evaluasi – evaluasi untuk perbaikan di kemudian hari, kerja sama yang saling menguntungkan ini akan semakin baik serta sama – sama memenuhi kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak.
b. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Reef Check Taman Nasional Baluran tahun 2002 dan 2003 oleh Unit Selam Universitas Gadjah Mada.
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Baluran dapat dijumpai di perairan pantai Bama, Lempuyang, Bilik, Air Karang, Kajang, Balanan dan Kalitopo. Terumbu karang yang ada di Taman Nasional Baluran adalah jenis karang tepi yang memiliki lebar beragam dan berada pada kisaran kedalaman 0,5 meter – 40 meter. Bentuk – bentuk karang yang hidup pada lokasi tersebut meliputi Acropora Branching, Acropora Encrusting, Acropora Tubulate dan Mushroom Coral. Terumbu karang merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting bagi keberlangsungan serta pelestarian berbagai biota laut. Secara ekologis ekosistem terumbu karang bersama dengan hutan mangrove, padang lamun serta rumput laut merupakan tempat pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground) serta tempat perlindungan bagi anakan bermacam jenis udang, ikan, kepiting, dan jenis biota laut lain termasuk juga jenis biota konsumsi yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Disamping itu terumbu karang juga memiliki fungsi perlindungan bagi wilayah pesisir sekitarnya, karena terumbu karang memiliki jenis material dasar yang padat / masif sehingga dapat melindungi pantai di belakangnya dari hempasan gelombang yang sifatnya merusak. Pecahan karang yang terbawa ke pantai merupakan suplai material yang membantu menjaga keseimbangan dan kestabilan garis pantai. Dengan memperhatikan hal – hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu kegiatan dalam upaya melestarikan potensi terumbu karang yang ada di Taman Nasional Baluran. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan dilaksanakannya kegiatan Reef Check yang rutin sehingga dapat memberikan data yang berkelanjutan. Hasil Reef Check Taman Nasional Baluran tahun 2002 oleh Unit Selam Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi terumbu karang di Taman Nasional Baluran berada dalam kondisi buruk. Namun masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi tersebut mengingat masih ada titik lokasi yang memiliki kondisi terumbu karang yang baik dan terdapat kemunculan karang – karang yang baru. Kondisi terumbu karang yang paling baik terdapat di daerah Lempuyang pada kedalaman 3 meter (percent cover : 62, 50%). Keberadaan ikan karang pada daerah Lempuyang lebih tinggi nilainya baik jumlah maupun keragamannya jika dibandingkan dengan daerah lain. Jumlah benthos tertinggi E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
3
dijumpai di lokasi Lempuyang pada kedalaman 3 meter, yaitu sebanyak 17 individu. Kerusakan yang terjadi umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan bom dan potassium dan jangkar kapal. Hasil Reef Check Taman Nasional Baluran tahun 2003 oleh Unit Selam Universitas Gadjah Mada menyebutkan bahwa penutupan Hard Coral antara 6,875 – 90 % dengan nilai terendah terdapat di Air Karang kedalaman 10 meter dan tertinggi di Lempuyang kedalaman 3 meter. Kondisi terumbu karang di Taman Nasional Baluran adalah cukup, dengan rata – rata penutupan karang kerasnya (Hard Coral) sebesar 33,542 %. Kerusakan karang yang terjadi diperkirakan karena penggunaan bom dalam menangkap ikan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya persentase Rubble yang ditemukan. Kisaran Rubble antara 6,25 – 81,25 % dengan nilai terendah terdapat di Lempuyang kedalaman 3 meter dan tertinggi di Lempuyang kedalaman 10 meter. Ikan indikator yang ditemukan adalah Butterfly fish, Snapper, Sweetlips, Baramundi cod, Grouper > 30 cm, Bumphead parrotfish, Parrotfish > 20 cm, dan Morray eel. Jenis ikan yang mendominasi adalah Butterfly fish sebanyak 144 ekor. Benthos yang ditemukan adalah Urchin, Pencil urchin, Sea cucumber, Giant clam dan Lobster. Jenis benthos yang banyak ditemukan adalah Sea cucumber, yatu sebanyak 12 ekor.
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
4
BAB III HASIL EVALUASI
Secara umum hasil pelaksanaan Reef Check oleh Unit Selam UGM tahun 2002 dan 2003 sudah cukup memuaskan. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan ataupun evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan berikutnya. Hal – hal tersebut antara lain : 1. Latar Belakang Personil Reef Check Taman Nasional Baluran dilaksanakan oleh Unit Selam UGM yang merupakan suatu unit kegiatan ekstra kurikuler. Unit ekstra kurikuler tersebut dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa dari berbagai latar belakang bidang studi. Secara umum kemampuan selam personil Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tersebut tidak perlu diragukan. Akan tetapi untuk melakukan suatu Reef Check yang akurat, kemampuan selam saja masih kurang mencukupi. Diperlukan latar belakang ilmu biologi laut ataupun “jam selam” yang tinggi di bidang Reef Check. Dilihat dari komposisi personil, sebagian besar berasal dari program studi / jurusan yang kurang / tidak berhubungan dengan biota laut. Hal ini akan mempengaruhi keakuratan, mengingat kegiatan Reef Check yang cukup rumit dan memerlukan keahlian untuk mengidentifikasi biota pada kedalaman laut. Oleh karena hasil Reef Check Taman Nasional Baluran ini bernilai penting, baik secara ilmiah maupun institusional, maka diharapkan kepada seluruh personil untuk lebih memahami dan menguasai tentang karakteristik laut dan biota – biotanya. Sehingga meskipun bidang studi yang dipelajari di bangku kuliah jauh berbeda, tetapi kemampuan dalam melakukan Reef Check dapat lebih meningkat dan hasilnya lebih dapat dipertanggungjawabkan. 2. Pemilihan Metode Dapat dipahami bahwa keterbatasan waktu, sarana prasarana dan biaya akan menjadi faktor pembatas bagi suatu kegiatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat akurasi dan lengkap tidaknya suatu pengamatan / penelitian. Reef Check yang dilakukan dalam waktu 3 hari dengan 6 lokasi pengamatan (12 titik) tanpa survei pendahuluan yang memadai, dikhawatirkan bahwa data yang didapatkan kurang / tidak dapat menggambarkan kondisi lokasi yang sebenarnya. Penggunaan metode Reef Check yang mengacu pada Manual Reef Check Indonesia memang lebih efektif dan efisien untuk E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
5
dilaksanakan.
Metode ini dipilih karena dapat dilakukan dengan cepat
mengingat titik yang diamati cukup banyak dalam waktu yang terbatas. Akan tetapi tingkat akurasi metode tersebut tidak seakurat metode Line Intercept Transect (LIT). Diharapkan di kemudian hari, waktu penyelaman dapat ditambah sehingga dapat dilaksanakan metode LIT untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. 3. Penempatan Transek Pada Reef Check tahun 2002 telah dipasang transek permanen sebagai acuan untuk Reef Check tahun – tahun berikutnya. Akan tetapi entah kenapa pada Reef Check tahun 2003 pengamatan tidak dilakukan pada titik yang sama dengan Reef Check 2002. Kemungkinan besar transek permanen tersebut telah hilang sehingga Reef Check 2003 dilaksanakan pada titik yang berbeda. Akan tetapi dengan penggunaan Global Positioning System (GPS), seharusnya hal tersebut dapat diantisipasi. Perbedaan titik pengamatan Reef Check dari tahun ke tahun akan menghasilkan data yang kurang berarti dalam analisa dinamika penutupan karang. Selain itu hal tersebut juga menyulitkan dalam pengambilan kesimpulan tentang kerusakan potensi terumbu karang. Disarankan agar sebelum pengamatan dilakukan survei pendahuluan yang memadai. Sehingga meskipun tidak ditemukan transek permanen yang telah dipasang pada tahun sebelumnya, dengan menggunakan GPS dapat dicari dengan tepat atau paling tidak mendekati lokasi transek permanen tersebut. Dengan adanya data yang kontinue akan lebih banyak kesimpulan yang dapat diambil, yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Baluran. 4. Pembahasan Laporan hasil Reef Check oleh Unit Selam UGM baik tahun 2002 maupun 2003 lebih banyak menampilkan data. Mungkin pembahasan bukan merupakan suatu keharusan untuk dicantumkan, akan tetapi alangkah lebih baik jika data tersebut lebih diulas secara mendalam. Dari data tersebut dapat lebih diungkapkan tentang kondisi lokasi pengamatan, tingkat kerusakan, sebab
–
sebab
kerusakan,
solusi
pencegahan
maupun
tindakan
penanggulangannya, kebijakan – kebijakan yang perlu diambil oleh institusi yang terkait dan lain sebagainya. Bila Unit Selam UGM juga melakukan Reef Check di lokasi atau Taman Nasional lain dapat pula diperbandingkan tentang kondisi lokasi, kebijakan pengelolaan yang telah dilakukan dan permasalahan E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
6
– permasalahan lain. Hal – hal tersebut akan menjadi masukan yang berarti bagi Taman Nasional Baluran. Perlu juga diadakan presentasi dan diskusi tentang hasil pengamatan supaya terjadi komunikasi dua arah antara pihak pengelola dengan pihak luar (Unit Selam UGM).
Selain untuk berbagi
informasi, kesempatan tersebut juga dapat digunakan sebagai sarana pembahasan pelaksanaan kegiatan, kendala – kendala pelaksanaan di lapangan serta evaluasi untuk kegiatan selanjutnya.
Demikian hasil analisa terhadap Kegiatan Reef Check Taman Nasional Baluran tahun 2002 dan 2003 oleh Unit Selam UGM. Diharapkan masukan ini dapat menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan berikutnya. Perlu juga melibatkan tenaga petugas (PEH / Teknisi atau Jagawana) dalam pelaksanaan kegiatan untuk dapat saling bertukar ilmu dan informasi demi peningkatan kualitas SDM di kemudian hari.
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Kegiatan Reef Check Taman Nasional Baluran tahun 2002 dan 2003 oleh Unit Selam Universitas Gadjah Mada secara keseluruhan sudah berjalan dengan lancar dan cukup memuaskan.
2. Hal – hal yang perlu dievaluasi antara lain : a. Latar belakang personil b. Pemilihan metode c. Penempatan transek d. Pembahasan
b. Saran
Kerja sama ini perlu terus dikembangkan dan terus diperbaiki dari waktu ke waktu sehingga hasilnya maksimal dan dapat saling menguntungkan. Sebaiknya komunikasi antara kedua belah pihak lebih diintensifkan dan pihak Unit Selam Universitas Gadjah Mada perlu lebih melibatkan personil Taman Nasional Baluran sehingga kerja sama yang terjalin akan lebih baik.
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\biota laut\EvaluasiReefCheckUGM-Baluran-02_03-FIX.doc
8