POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN
PENDAHULUAN Jawa Tengah memiliki beberapa buah unggulan
yang cukup layak untuk
dikembangkan antara lain manggis, durian, jeruk, mangga, salak, pisang, melon, rambutan, duku dan nenas. Dari beberapa jenis buah yang dikembangkan di Jawa Tengah tersebut dikelompokkan menjadi: 1) Buah Prioritas yang meliputi: mangga, manggis, durian, jambu air, jeruk, 2) Buah unggulan nasional: durian, pisang, jeruk, manggis, mangga dan 3) Buah unggulan Jawa Tengah: durian, jambu air, mangga dan melon. Beberapa kabupaten di Jawa Tengah telah melakukan identifikasi potensi sumber daya lahan melalui penyusunan Zona Agroekologi (ZAE), seperti Kabupaten Purbalingga, Tegal, Magelang, Batang, Brebes, Temanggung dan Blora. Hasil identifikasi ZAE dapat dimanfaatkan untuk menggali potensi kesesuaian komoditas pertanian khususnya buahbuahan. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan kawasan sentra produksi dengan berbasiskan komoditas prioritas, unggulan nasional dan unggulan lokal maka perlu dianalisa beberapa wilayah potensial, baik melalui perluasan (ekstensifikasi) lokasi-lokasi sentra eksisting maupun lokasi-lokasi potensial baru berdasarkan hasil evaluasi lahan dengan menggunakan informasi zona agroekologi. Penelitian ini bertujuan: 1) Menganalisis potensi dan kesesuaian bu h-buahan di Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal 2) Menyusun peta potensi dan kesesuaian lahan untuk untuk buah prioritas, unggulan nasional dan unggulan lokal di Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasi yang dilaksanakan selama 10 bulan dari bulan Pebruari sampai dengan Nopember 2008 di wilayah Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal. Lokasi penelitian dipilih secara purposive. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi : 1) Data primer, yaitu data yang diambil langsung dari sumbernya dengan menggunakan observasi lahan dan pengambilan sampel tanah. 2) Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan tidak langsung dari sumbernya. Sumber data
1
sekunder berupa dokumen dan laporan baik yang dipublikasikan maupun tidak, meliputi data produksi buah-buahan selama 10 tahun, data klimatologi, data karakteristik lahan dan data syarat tumbuh berbagai tanaman buah-buahan. Teknik pengumpulan data primer dengan cara: 1) Observasi lapangan dan wawancara petani dengan menggunakan daftar pertanyaan, 2) Pengujian sampel tanah di laboratorium. Analisis Potensi lahan dilakukan dengan menggunakan sistim delineasi wilayah berdasarkan data-data sumberdaya lahan yang meliputi karakteristik tanah, iklim (curah hujan, topografi, kemiringan, ketinggian tempat dan penggunaan lahan), sedangkan analisis potensi produksi dilakukan dengan menggunakan
Location
Quotient
(LQ)
(Hendarto,
2000)
sebagai
berikut:
LQ=(PSPK:PSPJ)/ (PTPK:PTPJ), Keterangan: PSPK :Produksi komoditas buah parsial tingkat kabupaten (ton), PSPJ:Produksi komoditas buah parsial tingkat Jawa Tengah (ton), PTPK :Produksi komoditas buah (total) tingkat kabupaten (ton), PTPJ: Produksi komoditas buah total tingkat Jawa Tengah (ton). Apabila nilai LQ > 1, maka produksi komoditas buah (parsial) di kecamatan lebih potensial dibandingkan dengan produksi di kabupaten. Apabila nilai LQ < 1, maka maka produksi komoditas buah (parsial) di kecamatan tidak potensial di kabupaten. Apabila nilai LQ = 1, maka potensi produksi buah di daerah kecamatan adalah seimbang dengan daerah kabupaten. Untuk penyusunan peta karakteristik lahan dan potensi kesesuaian lahan serta peta agroekosistem untuk tanaman buah prioritas/unggulan dilakukan dengan menggunakan sistem penjodohan (Matching) antara data persyaratan tumbuh masing-masing komoditas buah-buahan dengan karakteristik lahan pada masing-masing zona yang sudah di deliniasi. Selanjutnya hasil analisis kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk peta kesesuaian komoditas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kabupaten Purbalingga: Potensi Produksi Buah Unggulan komoditas manggis berada di Kecamatan Karangmoncol, Bobotsari, Kaligondang, Kertanegara dan Rembang. Pertanaman manggis di Kecamatan Karangmoncol dan Kaligondang umumnya berada di lahan-lahan pekarangan, secara umum belum dikelola secara intensif. Teknis budidaya masih perlu perbaikan dan peningkatan (intensifikasi) dalam beberapa aspek teknis (pembibitan, pemupukan, pengaturan kerapatan tanam) serta penambahan jumlah pertanaman yang ada (ekstensifikasi). Berdasarkan kondisi populasi pertanaman, di Kecamatan Karangmoncol belum optimal untuk sebuah kawasan produksi eksisting.
2
Kecamatan Kaligondang mempunyai produksi yang tinggi, tetapi nilai LQ kurang dari 1. Sebaliknya Kecamatan Karangreja, Karangjambu dan Karanganyar yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi mempunyai keunggulan dari LQnya. Komoditas Durian berada di Kecamatan Kejobong, Pengadegan, Rembang, Karangmoncol, Bojongsari, Bukateja, Kemangkon. Di Kecamatan Pengadegan terdapat dua jenis durian, yaitu jenis lokal yang sudah berproduksi dan jenis unggul (varietas Montong) yang masih dalam masa pertumbuhan. Durian ditanam di lahan-lahan pekarangan dan kebun kosong atau kebun campur, dengan populasi tanaman masih tergolong rendah dan belum optimal untuk sebuah kawasan sentra produksi. Kecamatan Kemangkon, Bukateja, Bojongsari dan Karangmoncol mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Kecamatan Kaligondang, Bobotsari dan Kutasari yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi apabila dilihat dari produksi eksisting mempunyai keunggulan dari LQnya. Komoditas Jeruk Siem tersebar di Kecamatan Bukateja, Kejobong, Kaligondang, Purbalingga, Bobotsari dan Kemangkon. Pertanaman jeruk siem di lokasi sentra produksi umumnya berada di lahan-lahan persawahan, pertanaman belum banyak dikelola secara intensif. Kecamatan Kaligondang dan Bobotsari mempunyai produksi yang tinggi tetapi nilai LQnya kurang dari 1. hal. Kecamatan Karanganyar dan Kalimanah yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi mempunyai keunggulan dari LQnya, sehingga perlu dipertimbangkan sebagai kawasan alternatif untuk pengembangan komoditas unggul. Buah duku sentra produksi utama tersebar di Kecamatan Kaligondang, Bojongsari, Karangmoncol, Bukateja, Kejobong, Bobotsari dan Pengadegan. Pertanaman duku umumnya masih terpusat di lahan-lahan pekarangan. Berdasarkan kondisi potensi lahan perluasan (ekstensifikasi) dan umur tanaman duku eksisting yang sudah tua, maka komoditas unggulan duku di Kabupaten Purbalingga sebaiknya harus segera dikembangkan kawasan sentra produksinya, baik di dalam maupun di luar lahan. Kecamatan Bukateja, Kemangkon dan Bobotsari mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Kecamatan Kertanegara, Mrebet dan Padamara yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi justru mempunyai keunggulan dari Lqnya. Komoditas nanas daerah produksi eksistingnya berada di Kecamatan Bobotsari, Karangreja, Purbalingga dan Bukateja. Pertanaman nanas di daerah produksi eksisting di
3
Kecamatan Bobotsari umumnya dikembangkan di kebun atau lahan-lahan pekarangan. Secara umum pertanaman yang ada sudah dikelola cukup intensif. Kecamatan Bukateja mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Kecamatan Karangjambu, Mrebet dan Kertanegara belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi mempunyai keunggulan dari LQnya. Hasil Kabupaten Grobogan: Pertanaman mangga di lokasi daerah produksi eksisting di Kecamatan Geyer, sebagian besar tanaman mangga sudah berusia puluhan tahun, bahkan menjelang habis masa produktifnya. Tanaman mangga pada umumnya ditanam secara merata di seluruh hamparan lahan, baik di pekarangan, kebun maupun tegalan. Kecamatan Geyer dan Wirosari nilai LQ kurang 1.
Komoditas Melon tersebar di Kecamatan Toroh dan Penawangan, pengembangan melon dapat dilakukan di dalam kawasan daerah produksi eksisting dan keluar kawasan daerah produksi eksisting produksi. Kecamatan Brati dan Geyer yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi justru mempunyai keunggulan nilai LQ, sehingga perlu dipertimbangkan sebagai kawasan alternatif untuk pengembangan komoditas unggul. Komoditas pisang tersebar di Kecamatan Penawangan, Godong, Purwodadi, Pulokulon Toroh, Grobogan dan Klambu. Sementara di lokasi daerah produksi eksisting Kecamatan Grobogan dan Klambu sudah terdapat kebun percobaan penyakit layu yang dilakukan oleh kelompok tani dengan dibimbing oleh Petugas PHT. Budidaya yang dilakukan oleh petani pelaku SL PHT dilakukan secara intensif tetapi petani diluar anggota dilakukan secara tradisional. Komoditas semangka tersebar di Kecamatan Penawangan, Toroh, Ngaringan, Tawangharjo, dan Klambu, penanaman dilakukan dilahan sawah dengan budidaya intensif. Kecamatan Toroh mempunyai potensi produksi yang tinggi tetapi nilai LQ kurang dari 1. Sementara Kecamatan Wirosari yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi justru mempunyai keunggulan dari LQnya. Untuk Kabupaten Tegal: Sentra durian tersebar di Kecamatan Jatinegara, Balapulang, Lebaksiu dan Bumijawa. Pertanaman durian di lokasi yang dikategorikan eksisting sentra produksi di Kecamatan Jatinegara masih sangat jarang, bahkan terkesan belum mencerminkan sebagai kawasan sentra. Durian ditanam di pekarangan, kebun kosong, kebun campur maupun di tegalan. Tanaman durian yang ada terdiri dari varietas 4
lokal dan unggul baru (Varietas Montong), dengan kondisi sebagian besar masih dalam masa pertumbuhan menjelang produksi. Kecamatan Pangkah mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai nilai LQ kurang dari 1 Mangga berada di Kecamatan Warureja, umumnya berada di lahan tegalan dan pekarangan.
Dilihat dari kondisi pertanaman mangga yang dijumpai di Kecamatan
Warureja, secara umum pertanaman dikelola secara intensif bahkan petani sudah menerapkan teknologi of seasion. Pengembangan kawasan daerah produksi eksisting dalam jangka pendek dapat difokuskan diluar lokasi eksisting yang sudah ada pertanaman mangga, baik melalui penambahan populasi pertanaman maupun perluasan (ekstensifikasi) areal pertanaman. Jeruk berada di Kecamatan Bumijawa, pertanaman jeruk umumnya berada di sekitar lahan-lahan persawahan, tegalan dan pekarangan. Secara umum pertanaman sudah dikelola secara intensif terutama dalam hal penataan tanaman, pengaturan kanopi maupun sanitasi lingkungan. Pengembangan kawasan sentra jeruk dalam jangka pendek masih perlu difokuskan di lokasi eksisting yang sudah ada pertanaman jeruk, baik melalui penambahan populasi pertanaman maupun perluasan (ekstensifikasi) areal pertanaman. Melon tidak dikembangkan terus menerus tetapi hanya musiman dan masih jauh dari optimal untuk sebuah kawasan sentra produksi. Oleh karena itu, pengembangan kawasan sentra melon dalam jangka pendek masih perlu difokuskan di lokasi eksisting yang sudah ada pertanaman melon, baik melalui penambahan populasi pertanaman maupun perluasan (ekstensifikasi) areal pertanaman. Duku tersebar di lokasi daerah produksi eksisting di Kecamatan Lebaksiu umumnya berada di pekarangan, yang merupakan tanaman warisan orangtua yang umurnya sudah lebih dari 30 tahun dan merupakan jenis lokal. Berdasarkan kondisi populasi pertanaman maupun jumlah keluarga petani yang menaman duku, di Kecamatan Lebaksiu kondisinya masih jauh dari optimal untuk sebuah kawasan sentra produksi. Karakterisasi lahan komoditas buah unggulan Kabupaten Purbalingga komoditas Manggis di Desa Tamansari Kecamatan Karangmoncol adalah sebagai berikut: memiliki tekstur sedang dalam kategori lempung (loam), pH tanah antara 5,0-6,0 sangat sesuai untuk persyaratan tumbuh manggis, tinggi tempat pada ketinggian tempat <300 m dpl, Kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, Bahan organik tanah cukup (>1,2%)
5
untuk lapisan olah tanah atas (0-30 cm) namun kurang cukup untuk lapisan yang lebih dalam, tingkat kesuburan tanah N dan P dalam kondisi cukup tinggi, keberadaan unsur hara K masih sangat kurang, Daerah sentra manggis ada di Desa Tamansari Kecamatan Karangmoncol. Daerah potensi pengembangan ada di Kecamatan Karanganyar dan Bobotsari. Komoditas Durian, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Pengadegan Kecamatan Pengadegan, bisa tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan cukup baik pada ketinggian < 300 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus (liat kearah lempung berliat), kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase sedang sampai baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar pada lapisan tanah >15%, dengan ketersediaan curah hujan antara 2000-3000 mm/ tahun, dan tidak boleh terkena genangan air maupun banjir. Kondisi lahan di lokasi sentra produksi durian di Kecamatan Pengadegan, diduga belum merupakan lokasi yang paling ideal pada kelas I (S1 = sangat sesuai) untuk pengembangan buah durian. Salah satu penyebabnya diduga karena kondisi pengikatan unsur hara dari dalam tanah yang kurang ideal oleh sebab faktor kemasaman tanah. Potensi pengembangan berdasarkan kondisi agroekologinya di Kecamatan Bukateja, Kemangkon, Kaligondang, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang, dan Bukateja Komoditas Jeruk, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di lokasi sentra utama jeruk siem di Kecamatan Bukateja, dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan cukup baik pada ketinggian tempat <100 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus (liat, liat berdebu, liat berpasir), kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah sedang, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan sekitar 2.000 mm/tahun, dan tidak terkena genangan air maupun banjir. Pada kondisi lahan mendekati karakteristik tersebut di atas, tanaman duku memiliki peluang untuk dikembangkan dan berproduksi lebih baik pada kelas I (S1). Potensi pengembangan sesuai karakteristik yang sama dengan daerah sentra di Kecamatan Kemangkon. Potensi pengembangan berdasarkan kondisi agroekologinya di Kecamatan Kalimanah,
Purbalingga,
Padamara,
Bojongsari,
Kutasari,
Mrebet,
Bobotsari,
Karanganyar, Karangmoncol, Rembang, Pangadegan, Kejobong, Kaligondang dan sebagian Karangreja.
6
Komoditas Duku, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Kalikajar Kecamatan Kaligondang, akan tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan sangat baik (S1 = sesuai kelas I) pada ketinggian tempat < 300 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus sampai agak halus (liat, liat berdebu, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat), kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah > 15%, pada kondisi curah hujan sekitar 2.500 mm/ tahun, dan tidak terkena genangan air maupun banjir. Pada kondisi lahan kurang atau mendekati karakteristik tersebut di atas, tanaman duku masih dapat dikembangkan dan berproduksi dengan cukup baik pada kelas II (S2). Daerah yang memiliki potensi pengembangan berdasarkan kondisi agroekologinya meliputi:
Kecamatan
Karangreja,
Karangmoncol,
Kutasari,
Mrebet,
Bobotsari,
Karanganyar, Rembang, Kutasari, Pengadegan, Kejobong dan Bukateja. Komoditas Nanas, Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Karangduren Kecamatan Bobotsari dan sekitarnya, akan tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan sangat baik (S1 = sesuai kelas I) pada ketinggian tempat 800-1000 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus, agak halus sampai sedang (liat, liat berdebu, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat), kedalaman efektif tanah >60 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan sekitar 800-2000 mm/tahun, dan tidak terkena genangan air maupun banjir. Pada kondisi lahan kurang atau mendekati karakteristik tersebut di atas, tanaman nanas masih dapat dikembangkan dan berproduksi dengan cukup baik pada kelas S2. Karakteristik lahan yang ada di daerah ini didominasi oleh bentuk lahan ‘dataran volkan’ berombak yang merupakan bentukan dari formasi volkan Gunung Slamet, dengan jenis tanah Typic Dystrudepts berbahan induk andesit, dengan tekstur tanah lempung, drainase tanah baik. Karakteristik Lahan Di Lokasi Sentra Kabupaten Grobogan, Komoditas Durian. Berdasarkan pengamatan dan hasil analisa tanah di Kecamatan Brati
memiliki
karakteristik: Tekstur tanah dalam kategori lempung berpasir (sandy loam), untuk mengantisipasi kekurang halusan tekstur tanah ini, disarankan untuk diperkaya dengan pemupukan organik dan pengolahan tanah cemplongan. pH tanah antara 5,8-5,9 tergolong agak masam dan termasuk sangat sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh durian; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, kondisi kimia tanah yang lain seperti 7
bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 60 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan
K<10 mg/100gr. Dengan demikian pemberian pupuk
organik, Urea dan KCl (pupuk kandang, abu, jerami, kompos, sampah dedaunan) sangat diperlukan untuk peningkatan produktivitas tanaman, baik karena pengaruhnya dalam hal penyediaan unsur hara, juga menjaga tingkat kemasaman tanah. Penambahan pupuk N sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan daun yang sangat berperan dalam proses fotosintesis. Sedangkan pemberian pupuk K sangat penting dilakukan untuk tanaman durian mengingat unsur ini sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan buah jadi dan kualitas rasa buahnya. Daerah sentra durian ada di Kecamatan Brati. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Tawangharjo, Wirosari dan Klambu. Komoditas mangga, berdasarkan hasil analisis tanah dan
pengamatan terhadap
kondisi tanah di Kecamatan Geyer, dan Kecamatan Toroh memiliki karakteristik: tekstur tanah tergolong halus dalam kategori liat (clay); pH tanah yang ada rata-rata >8,0 tergolong basa dan kurang optimal untuk persyaratan tumbuh mangga. Kedalaman efektif tanah >100 cm dan drainase agak terhambat. Bentuk lahan adalah dataran Tektonik berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan 3-15%, jenis tanah dalam kelompok Vertisol berbahan induk napal bersisipan; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 60 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K <10 mg/100 gr. Potensi pengembangan mangga yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Karangrayung, Tanggungharjo, Kedungjati, Klambu, Brati, Tawangharjo, Ngaringan, Gabus, Kradenan dan Pulokulon. Komoditas Pisang, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah memiliki karakteristik sebagai berikut tekstur tanahnya tergolong sedang sampai halus dalam kategori lempung (loam) dan liat (heavy clay); pH tanah antara 8,2-8,5 tergolong basa dan kurang sesuai (S3) untuk persyaratan tumbuh pisang; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi; bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 30 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K <10 mg/100gr; potensi
8
pengembangan pisang daerah sentra pisang ada di Kecamatan Klambu. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Brati, Tawangharjo dan Wirosari. Komoditas Melon dan Semangka, berdasarkan pengamatan dan analisis tanah terhadap kondisi tanah di Kecamatan Toroh dan Penawangan memiliki karakteristik: tekstur tanah halus dalam kategori liat (heavy clay ) tergolong sangat sesuai untuk syarat tumbuh tanaman semangka/ melon; pH tanah antara 7,8-8,2 tergolong agak basa dan tergolong agak sampai kurang sesuai (S2-S3) untuk persyaratan tumbuh semangka/ melon; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 30 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K <10 mg/100gr; potensi pengembangan daerah sentra melon dan semangka ada di Kecamatan Klambu, daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama yaitu Kecamatan Brati, Tawangharjo dan Wirosari. Karakteristik lahan di lokasi sentra Kabupaten Tegal untuk komoditas durian berdasarkan pengamatan dan hasil analisis: tekstur tanah tergolong sedang dalam kategori liat (clay) sampai lempung berliat (clay loam); pH tanah antara 4,9-5,5 tergolong agak masam dan hanya masuk dalam kategori kurang sampai agak sesuai (S2-S3) untuk persyaratan tumbuh durian, kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah sedang, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan sekitar 2.500-3000 mm/ tahun, bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 60 cm tergolong belum cukup (<1,2%); tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, keberadaan unsur hara N dan K masih sangat kurang; lokasi sentra produksi tanaman durian berada pada bentuk-bentuk lahan dataran volkan dan perbukitan struktural dengan jenis tanah Mollisol berbahan induk breksi dan tanah Inceptisol berbahan induk napal, pada relief lahan berombak (kemiringan 3-8%), sampai bergelombang (kemiringan 8-15%); daerah sentra durian ada di Kecamatan Jatinegara, potensi pengembangan atau yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra di Kecamatan Bumijawa, Bojong. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 di Kecamatan Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Adiwerna, Slawi dan Kedungbanteng.
9
Komoditas Mangga berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Warureja Kecamatan Warureja
memiliki karakteristik sebagai berikut: tekstur tanah
tergolong sedang dan halus dalam kategori berpasir; pH tanah antara 7,5-8,7 tergolong basa dan masuk dalam kategori belum sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh mangga; Bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30 cm) sampai kedalaman > 60 cm belum memadai bagi syarat tumbuh mangga; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang cukup, sedangkan unsur N dalam tanah tergolong kurang, keberadaan unsur hara K sudah lebih dari cukup. Daerah sentra mangga di Kecamatan Warureja, daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Suradadi, Kramat, Dukuhturi, Talang, Tarub dan Adiwerna. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Margasari, Pagerbarang, Dukuh Waru, Slawi dan Kedungbanteng. Komoditas Jeruk Siem berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Bumijawa Kecamatan Bumijawa memiliki karakteristik: tekstur tanah tergolong sedang dan halus dalam kategori lempung (loam) dan liat berdebu (silty clay); pH tanah antara 6,5-6,8 tergolong netral dan masuk dalam kategori sangat sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh jeruk, Kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan > 3.500 mm/ tahun, Bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30 cm) sampai kedalaman >60 cm sudah cukup memadai bagi syarat tumbuh jeruk. tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, unsur N dalam tanah tergolong sedang, unsur hara K masih sangat kurang, Lokasi pada bentuk lahan dataran volkan dengan jenis tanah Andosol (Typic Hapludands) berbahan induk breksi, pada relief lahan bergelombang (kemiringan 8-15%).
Daerah sentra jeruk siem ada di Kecamatan
Bumijawa, potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Bumijawa, Bojong. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Lebaksiu, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Pangkah, Adiwerna,Slawi dan Kedungbanteng Melon, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Pagerbarang Kecamatan Pagerbarang memiliki karakteristik: tekstur tanahnya tergolong liat, halus dan berpasir; pH tanah antara 6,4 tergolong netral dan masuk dalam kategori sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh melon, bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30
10
cm) sampai lapisan sampai kedalaman >60 cm dalam kondisi kurang sehingga belum cukup memadai bagi syarat tumbuh melon, Tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang banyak, Sedangkan unsur N dalam tanah tergolong cukup, keberadaan unsur hara K kurang, daerah sentra melon ada di Kecamatan Pagerbarang. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Pagerbarang, Dukuhturi dan Pangkah. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Margasari, Balapulang, Lebaksiu,Jatinegara, Bojong, Kedungbanteng, Tarub, Tawang, Kramat dan Suradadi. Komoditas Duku, berdasarkan pengamatan dan
hasil analisis tanah di Desa
Lebaksiu Kecamatan Lebaksiu memiliki karakteristik: tekstur tanah tergolong sedang dan halus dalam kategori berpasir, pH tanah antara 5,7-6,8 tergolong asam kearah netral dan masuk dalam kategori belum sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh duku, bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30 cm) cukup memadai tetapi untuk lapisan sampai kedalaman >60 cm belum memadai bagi syarat tumbuh duku. tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang cukup , sedangkan unsur N dalam tanah tergolong cukup, keberadaan unsur hara K kurang, Daerah sentra duku ada di Kecamatan Lebaksiu. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Pangkah dan Balapulang. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Pangkah, Bumijawa, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Kedungbanteng, Jatinegara, Adiwerna, Bojong. Kesimpulan: 1)Dari hasil analisis diketahui bahwa komoditas buah prioritas, unggulan nasional, unggulan lokal di Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal yang mempunyai produksi tinggi, belum tentu
memiliki nilai LQ tinggi, 2)Kecamatan Karangreja,
Karangjambu, Karanganganyar, Kaligondang, Bobotsari, Kutasari, Mrebet, Kertanegara di Kabupaten Purbalingga dan Kecamatan Gubug, Tegowanu, Geyer dan Kedungjati di Kabupaten Grobogan mempunyai nilai LQ tinggi (lebih besar dari 2) namun belum ditetapkan sebagai daerah produksi komoditas prioritas, unggulan nasional dan unggulan lokal, 3)Potensi kesesuaian tanaman buah: a) Komoditas Buah Prioritas Manggis: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian sampai dengan kelas 1 dengan daerah pengembangan pada kelas 2, terdapat faktor pembatas antara lain keberadaan unsur hara K masih sangat kurang dan penyakit getah kuning, b) Komoditas Unggulan Nasional: 1.1) Durian: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: memiliki
11
potensi kesesuaian kelas 1 di daerah sentra, dengan daerah pengembangan pada kelas 2 dan 3, terdapat faktor pembatas antara lain: pH (masam), BO rendah, Kurang unsur N dan K: dan lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian sampai dengan kelas 1, memiliki faktor pembatas antara lain: Kurangnya kandungan BO, unsur N, K dan tekstur; dan di Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian sampai kelas 2 terdapat faktor pembatas antara lain : pH yang masam, Kurang kandungan BO, unsur N dan K. 1.2) Mangga: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, terdapat faktor pembatas pH basa, Kurangnya kandungan BO, unsur N dan K, dan tekstur tanah berat; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian kelas 2 pada daerah sentra, memiliki faktor pembatas pH basa, kurangnya kandungan bahan organik unsur N. 1.3) Jeruk: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 baik pada daerah sentra maupun daerah pengembangan, terdapat faktor pembatas antara lain: Kurangya kandungan BO , unsur K, serta tingkat resiko serangan CVPD tinggi; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: memiliki potensi keseusaian kelas 1 pada daerah sentra, dan dan daerah pengembangan pada kelas 1 dan 2, terdapat faktor pembatas antara lain kurangnya unsur K. 1.4)Komoditas Pisang: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian pada kelas 1, memiliki faktor pembatas pH basa, kurangnya kandungan BO, unsur N dan K. c). Komoditas Unggulan lokal Jawa Tengah:1.1) Komoditas Melon: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, dengan daerah
pengembangan pada kelas 2, 3, memiliki faktor pembatas berupa pH yang agak
basa dan kurangnya kandungan BO, dan unsur N dan K; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, memiliki faktor pembatas kurangnya kandungan BO, dan unsur K. d) Komoditas Unggulan lokal Kabupaten: 1.1) Komoditas Duku: Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 dengan daerah pengembangan pada kelas 2, terdapat faktor pembatas antara lain: kurangnya kandungan BO, unsur N dan K; Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 dengan daerah pengembangan pada kelas 1 dan kelas 2, terdapat faktor pembatas antara lain pH yang asam dan kurangnya unsur K; 1.2)Komoditas Nanas: Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 daerah sentra dan daerah pengembangan pada kelas 2 (curah hujan tinggi), terdapat faktor pembatas kurangnya unsur K. 1.3) Komoditas Semangka: Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, dengan daerah pengembangan
12
pada kelas 2, 3, memiliki faktor pembatas berupa pH yang agak basa, kurangnya kandungan BO, unsur N dan K. Rekomendasi: 1)Dinas Pertanian perlu melakukan kaji ulang penetapan daerah penghasil produksi tinggi sebagai daerah Kawasan, 2)Dinas Pertanian dalam melakukan pengembangan buah: a) Komoditas Buah Prioritas Manggis: Di Lokasi Penelitian Kabupaten Purbalingga: potensi pengembangan buah dapat dilakukan di Kecamatan Karangmoncol, Karanganyar, Bobotsari. b)Komoditas Buah Unggulan Nasional: 1.1)Durian: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Kaligondang, Kejobong, Bukateja, Kemangkon, Kaligondang, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang dan Bukateja; Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Brati, Tawangharjo, Wirosari dan Klambu; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Bojong, Bumijawa, Jatinegara, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh, Waru, Adiwerna, Slawi dan Kedungbanteng. 1.2)Komoditas
Mangga:
Lokasi
penelitian
di
Kabupaten
Grobogan:
potensi
pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Geyer, Karangarayung, Tanggungharjo, Kedungjati, Klambu, Brati, Tawangharjo, Ngaringan, Gabus, Kradenan dan Pulokulon; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Warureja, Suradadi, Kramat, Dukuhturi, Talang, Tarub,Adiwerna, Margasari, Pagerbarang, Dukuh Waru, Slawi dan Kedungbanteng.1.3) Jeruk: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Bukateja, Kalimanah, Purbalingga, Padamara, Bojongsari, Kutasari, Mrebet, Kaligondang dan Karangreja; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan di Bumijawa, Bojong, Lebaksiu, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Adiwerna, Slawi dan Kedungbanteng. 1.4) Komoditas Pisang:Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Klambu, Brati, Tawangharjo dan Wirosari. c) Komoditas Unggulan lokal Jawa Tengah: 1.1) Komoditas Melon: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Brati, Tawangharjo dan Wirosari; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Pagerbarang, Dukuhturi, Pangkah, Balapulang, Lebaksiu, Jatinegara, Bojong, Kedungbanteng, Tarub, Tawang, Kramat dan Suradadi. D) Komoditas Unggulan lokal Kabupaten:1.1) Komoditas
13
Duku: Kabupaten Purbalingga: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Kaligondang, Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Kejobong, Bukateja, Kemangkon, Purbalingga, Karangreja, Karangmoncol, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Rembang, Kutasari, Pengadegan, Kejobong dan Bukateja; Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Lebaksiu, Pangkah, Balapulang, Bumijawa, Margasari, Pagerbarang, Dukuh Waru, Kedungbanteng, Jatinegara, Adiwerna dan Bojong. 1.2) Komoditas Nanas: Kabupaten Purbalingga: Potensi Pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Bobotsari, Bojongsari, Mrebet, Kutasari, Padamara, Karangreja, Karangmoncol, Karanganyar, Rembang, Bukateja, Kaligondang dan Pengadegan. 1.3) Komoditas Semangka: Kabupaten Grobogan: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Brati dan Tawangharjo: Dinas Pertanian perlu melakukan perbaikan teknologi budidaya intensif (Penggunaan bibit unggul, jarak tanam, pemupukan yang tepat, Pengendalian OPT, penyiangan, pengairan), pasar dan kelembagaan untuk pemantapan pengembangan buah; Dinas Pertanian dapat menganjurkan kisaran dosis pupuk untuk memperbaiki kesuburan tanah sebagai berikut: a) Komoditas Buah Prioritas: Komoditas manggis:lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan pupuk KCl dengan kisaran dosis sebanyak 2,25 kg/pohon/tahun. b) Komoditas Buah Unggulan Nasional: 1) Komoditas durian: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga/Tegal: perlu melakukan penambahan bahan organik dengan kisaran dosis 60-100 kg/pohon/tahun, ZA sebanyak 500 gr/pohon/tahun dan KCl 200 gr/pohon/tahun; Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Penambahan bahan organik untuk 100 kg/pohon, ZA sebanyak 500 gr/pohon dan KCl 200 gr/pohon/tahun. 2) Komoditas Mangga: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 33 kg/pohon/tahun, Urea 650 gr/pohon/tahun dan KCl 950 gr/pohon/tahun; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 33 kg/pohon/tahun dan Urea 650 gr/pohon/tahun, 3) Komoditas Jeruk: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan BO dengan kisaran dosis 80-120 kg/pohon/tahun, KCl 600 gr/pohon/tahun dan peningkatan sanitasi lingkungan; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu diberikan pupuk KCl dengan kisaran dosis 600 gr/pohon/tahun. 4) Komoditas Pisang: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: perlu melakukan pemupukan bahan organik dengan kisaran dosis 30-40 kg/rumpun/tahun, Urea 500 gr/rumpun/tahun dan KCl 500 gr/rumpun/tahun. c)Komoditas Buah Unggulan Jawa
14
Tengah: 1) Komoditas Melon: lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 1 kg/lubang tanam sebagai pupuk dasar dan KCl 75 gr/ lubang tanam diberikan 5 kali; - Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 2 kg/lubang sebagai pupuk dasar, Urea 75 gr/lubang, KCl 75 gr/lubang tanam diberikan 5 kali. Untuk komoditas Semangka perlu dilakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 3-4 kg/lubang tanam, Urea 30 gr/lubang, KCl 87 gr/lubang tanam diberikan 2 kali. d) Komoditas Buah Unggulan Kabupaten: 1.1). Komoditas Duku: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan BO dengan kisaran dosis 100 kg/pohon/tahun, Urea 200 gr/pohon/tahun, KCl 60 gr/pohon/tahun; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu melakukan penambahan BO dengan kisaran dosis 100 kg/pohon/tahun dan KCl 60 gr/pohon/tahun. 1.2) Nanas:Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan pupuk KCl dengan kisaran dosis 300 kg/ha/tahun atau 12 gr/rumpun/tahun.
15