PORTOFOLIO PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT Diajukan sebagai tugas mata kuliah Farmasi Simulasi
Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Arvalendini Arsirianti 2. Benny Budiman Al-Haq 3. Diana Sari 4. Dwi Apipa 5. Farida Budiarti 6. Gemi Oktami 7. Ika Yuliana
Kelas
: III Reguler A
Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt. , M.Kes
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN FARMASI 2014/2015 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006). Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya, karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004). Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logisrasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya (Darmansjah, 1994). Oleh karena itu, pasien usia lanjut memerlukan pelayanan farmasi yang berbeda dari pasien usia muda. Dan di portopolio ini akan membahas tentang penggunaan obat pada usia lanjut, berdasarkan resep tertentu.
2
B. Tujuan 1. Untuk latihan praktik di lapangan kerja sebagai Asisten Apoteker. 2. Untuk latihan menjadi tenaga farmasis yang sesuai dengan kriteria C. Manfaat 1. Menjadi tenaga kerja sebagai Asisten Apoteker yang profesional. 2. Menjadi tenaga farmasis yang ideal.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Notoatmojo, 2007). Sedangkan dalam bukunya Hardywinoto (2005) mengatakan yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Batasan lanjut usia menurut dokumen perkembangan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan hari lanjut usia nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur lanjut usia adalah 60 tahun atau lebih (Setiabudi, 1999 dalam Setiadi 2005). Ada beberapa pembagian lansia, antara lain : menurut Depkes RI, WHO, dan menurut pasal 1 Undang – undang No. 4 tahun 1965. a.
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut : kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) sebagai senium.
b.
Organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c.
Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1965 : “Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain” (Mubarak, 2009 ).
B. Konsep Dasar Pemakaian Obat Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau peresepan obat, yaitu: a. Diagnosis dan patofisiologi penyakit b. Kondisi organ tubuh 4
c. Farmakologi klinik obat Setelah dokter mendiagnosis penyakit pasien, maka sebelum penentuan obat yang akan diberikan perlu dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta farmakologi dari obat yang akan diresepkan. Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut : 1. Berikan obat yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya. 2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya. 3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa diberikan pada orang dewasa yang masih muda. 4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat umumnya lebih rendah. 5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien. 6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004) C. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien geriatri akan berbeda dari pasien muda karena beberapa hal, yakni terutama akibat perubahan komposisi tubuh, perubahan faal hati terkait metabolisme obat, perubahan faal ginjal terkait ekskresi obat serta kondisi multipatologi. Selain itu, perubahan status mental dan faal kognitif juga turut berperan dalam pencapaian hasil pengobatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek psikososial juga akan mempengaruhi penerimaan pasien dalam terapi medikamentosa. (Depkes, 2006) Perubahan Farmakokinetika Oral bioavailability Sejak 60 tahun yang lalu Vanzant dkk (1932) telah melaporkan terjadinya aklorhidria (berkurangnya produksi asam lambung) dengan bertambahnya usia seseorang. Aklorhidria terdapat pada 20-25% dari mereka yang berusia 80 tahun 5
dibandingkan dengan 5% pada mereka yang berusia 30 tahun-an. Maka obatobat yang absorbsinya di lambung dipengaruhi oleh keasaman lambung akan terpengaruh seperti: ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin dan siprofloksasin. (Depkes, 2006) Akhir-akhir ini dibicarakan pengaruh enzim gut-associated cytochrom P450. Aktivitas enzim ini dapat mempengaruhi bioavailability obat yang masuk per oral. Beberapa obat mengalami destruksi saat penyerapan dan metabolisme awal di hepar (first-pass metabolism di hepar); obat-obat ini lebih sensitif terhadap perubahan bioavailability akibat proses menua. Sebagai contoh, sebuah obat yang akibat aktivitas enzim tersebut mengalami destruksi sebanyak 95 % pada first-pass metabolism, sehingga yang masuk ke sirkulasi tinggal 5 %; jika karena proses menua destruksi obat mengalami penurunan (hanya 90 %) maka yang tersisa menjadi 10% dan sejumlah tersebut yang masuk ke sirkulasi. Jadi akibat penurunan aktivitas enzim tersebut maka destruksi obat berkurang dan dosis yang masuk ke sirkulasi meningkat dua kali lipat. Obat dengan farmakokinetik seperti kondisi tersebut di atas disebut sebagai obat dengan high first-pass effect; contohnya nifedipin dan verapamil. (Depkes, 2006)
Distribusi obat (pengaruh perubahan komposisi tubuh & faal organ akibat penuaan) Sesuai pertambahan usia maka akan terjadi perubahan komposisi tubuh. Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada komposisi cairan tubuh dan lemak tubuh. Pada usia bayi, komposisi cairan tubuh tentu masih sangat dominan; ketika beranjak besar maka cairan tubuh mulai berkurang dan digantikan dengan massa otot yang sebenarnya sebagian besar juga berisi cairan. Saat seseorang beranjak dari dewasa ke usia lebih tua maka jumlah cairan tubuh akan berkurang akibat berkurangnya pula massa otot. (Depkes, 2006) Sebaliknya, pada usia lanjut akan terjadi peningkatan komposisi lemak tubuh. Persentase lemak pada usia dewasa muda sekitar 8-20% (laki-laki) dan 33% pada perempuan; di usia lanjut meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan 40-50% pada perempuan. Keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi distribusi obat di dalam plasma. Distribusi obat larut lemak (lipofilik) akan meningkat dan distribusi obat larut air (hidrofilik) akan menurun. Konsentrasi obat hidrofilik di plasma akan meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun. Dosis 6
obat hidrofilik mungkin harus diturunkan sedangkan interval waktu pemberian obat lipofilik mungkin harus dijarangkan. (Depkes, 2006) Kadar albumin dan a1-acid glycoprotein juga dapat mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh. Hipoalbuminemia sesungguhnya tidak semata-mata disebabkan oleh proses menjadi tua namun juga dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita. Tinggi rendahnya kadar albumin terutama berpengaruh pada obatobat yang afinitasnya terhadap albumin memang cukup kuat seperti naproxen. Kadar naproxen bebas dalam plasma sangat dipengaruhi oleh afinitasnya pada albumin. Pada kadar albumin normal maka kadar obat bebas juga normal; pada kadar albumin yang rendah maka kadar obat bebas akan sangat meningkat sehingga bahaya efek samping lebih besar. (Depkes, 2006)
Metabolic Clearance Faal hepar Massa hepar berkurang setelah seseorang berumur 50 tahun; aliran darah ke hepar juga berkurang. Secara umum metabolisme obat di hepar (biotransformasi) terjadi di retikulum endoplasmik hepatosit, yaitu dengan bantuan enzim mikrosom. Biotransformasi biasanya mengakibatkan molekul obat menjadi lebih polar sehingga kurang larut dalam lemak dan mudah dikeluarkan melalui ginjal. Reaksi kimia yang terjadi dibagi dua yaitu reaksi oksidatif (fase 1) dan reaksi konyugasi (fase 2). Reaksi fase satu dapat berupa oksidasi, reduksi maupun hidrolisis; obat menjadi kurang aktif atau menjadi tidak aktif sama sekali. Reaksi fase 1 (melalui sistem sitokhrom P- 450, tidak memerlukan energi) biasanya terganggu dengan bertambahnya umur seseorang. Reaksi fase dua berupa konyugasi molekul obat dengan gugus glukuronid, asetil atau sulfat; memerlukan energi dari ATP; metabolit menjadi inaktif. Reaksi fase 2 ini tidak mengalami perubahan dengan bertambahnya usia. (Depkes, 2006) Reaksi oksidatif dipengaruhi pula oleh beberapa hal seperti: merokok, indeks ADL's (= Activities of Daily Living) Barthel serta berat ringannya penyakit yang diderita pasien geriatri. Keadaan-keadaan tersebut dapat mengakibatkan kecepatan biotransformasi obat berkurang dengan kemungkinan terjadinya peningkatan efek toksik obat. (Depkes, 2006)
7
Faal ginjal Fungsi ginjal akan mengalami penurunan sejalan dengan pertambahan umur. Kalkulasi fungsi ginjal dengan menggunakan kadar kreatinin plasma tidak tepat sehingga sebaiknya menggunakan rumus Cockroft-Gault,
CCT = (140-umur) x BB (kg) (dalam ml/menit) 72 x [kreatinin]plasma dikali 0,85 untuk pasien perempuan. GFR dapat diperhitungkan dengan mengukur kreatinin urin 24 jam; dibandingkan dengan kreatinin plasma. Dengan menurunnya GFR pada usia lanjut maka diperlukan penyesuaian dosis obat; sama dengan pada usia dewasa muda yang dengan gangguan faal ginjal. (Depkes, 2006) Penyesuaian dosis tersebut memang tak ada patokannya yang sesuai dengan usia tertentu; namun pada beberapa penelitian dipengaruhi antara lain oleh skor ADL’s Barthel. Pemberian obat pada pasien geriatri tanpa memperhitungkan faal ginjal sebagai organ yang akan mengekskresikan sisa obat akan berdampak pada kemungkinan terjadinya akumulasi obat yang pada gilirannya bisa menimbulkan efek toksik. Patokan penyesuaian dosis juga dapat diperoleh dari informasi tentang waktu paruh obat. (Depkes, 2006)
T 1/2 = 0,693 x volume distribusi clearance contoh: antipyrine, distribusi plasma menurun, clearance juga menurun sehingga hasil akhir T 1/2 tidak berubah. Sebaliknya pada obat flurazepam, terdapat sedikit peningkatan volume distribusi dan sedikit penurunan clearance maka hasil akhirnya adalah meningkatnya waktu paruh yang cukup besar. (Depkes, 2006) Perubahan Farmakodinamika Sensitivitas jaringan terhadap obat juga mengalami perubahan sesuai pertambahan umur seseorang. Mempelajari perubahan farmakodinamik usia lanjut lebih kompleks dibanding farmakokinetiknya karena efek obat pada seseorang pasien sulit di kuantifikasi; di samping itu bukti bahwa perubahan farmakodinamik itu memang harus ada dalam keadaan bebas pengaruh efek perubahan
farmakokinetik.
Perubahan 8
farmakodinamik
dipengaruhi
oleh
degenerasi reseptor obat di jaringan yang mengakibatkan kualitas reseptor berubah atau jumlah reseptornya berkurang. (Depkes, 2006) Berikut ini disampaikan beberapa contoh obat yang sering digunakan pada usia lanjut dengan beberapa pertimbangan sesuai respons yang bisa berbeda: - Warfarin: perubahan farmakokinetik tak ada, maka perubahan respon yang ada adalah akibat perubahan farmakodinamik. Sensitivitas yang meningkat adalah akibat berkurangnya sintesis faktor-faktor pembekuan pada usia lanjut. - Nitrazepam: perubahan respons juga terjadi tanpa perubahan farmakokinetik yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut sensitivitas terhadap nitrazepam memang meningkat. Lebih lanjut data menunjukkan bahwa pemberian diazepam intravena pada pasien usia lanjut memerlukan dosis yang lebih kecil dibandingkan pasien dewasa muda, selain itu efek sedasi yang diperoleh memang lebih kuat dibandingkan pada usia dewasa muda. - Triazolam: pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapat mengakibatkan postural sway-nya bertambah besar secara signifikan dibandingkan dewasa muda. (Depkes, 2006) Sensitivitas obat yang berkurang pada usia lanjut juga terlihat pada pemakaian obat propranolol. Penurunan frekuensi denyut nadi setelah pemberian
propranolol
pada
usia
50-65
tahun
ternyata
lebih
rendah
dibandingkan mereka yang berusia 25-30 tahun. Efek tersebut adalah pada reseptor b1; efek pada reseptor b2 yakni penglepasan insulin dan vasodilatasi akibat pemberian isoprenalin tidak terlihat. (Depkes, 2006) Perubahan sensitivitas menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pascareseptor intraselular.(Depkes, 2006)
D. Penyakit yang Sering Terjadi pada Lansia Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). 9
Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu: a. Osteo Artritis (OA) OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas. b.
Osteoporosis Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa
atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D. c.
Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal. d.
Diabetes Mellitus Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula
darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh. e.
Dimensia Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi 10
aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah. f.
Penyakit jantung koroner Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju
jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan. g.
Kanker Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
11
BAB III TINJAUAN RESEP A.
RESEP 1 Dr. Maulana Spd SIP: 153/2011 Alamat: Kertapati 75 Palembang Palembang, 31 Oktober 2014
R/ Vaclo 75 mg No XXX S1ddI
R/ Canderin 8 mg No XXX S1ddI
R/ Ascardia 80 mg No. XXX S 1 d d I pc
R/ ISDN 5 mg No XXX Sublingual
R/ Atorsan 20 mg No XXX S1ddI
Pro: Husni K ( 60 th ) Kertapati 99 Kelinci 25
12
1. Salinan Resep Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012 Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671 Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt Palembang, 31 Oktober 2014 Salinan Resep Nomor Dari Dokter Ditulis tanggal Pro Alamat Dibuat tanggal
: 03 : Dr. Maulana Spd : 06-11-14 : Husni K : Kertapati 99 Kelinci 25 : 06-11-14
R/ Vaclo 75 mg No XXX S1ddI
R/ Canderin 8 mg No XXX S1ddI
R/ Ascardia 80 mg No. XXX S 1 d d I pc
R/ ISDN 5 mg No XXX Sublingual
R/ Atorsan 20 mg No XXX S1ddI
-----------------------------------------------detur p.c.c
Cap Apotek
Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm 13
2. Preformulasi a. Vaclo 75 mg (http://www.dexa-medica.com/) Tablet salut selaput. Komposisi Tiap tablet film caoted berisi: clopidogrel bisulfat setara dengan clopidogrel 75 mg Farmakologi Clopidogrel adalah penghambat agregasi platelet. Berbagai obat yang menghambat fungsi trombosit telah terbukti menurunkan kejadian mengerikan pada orang dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang dibuktikan dengan stroke atau serangan iskemik transien, infark miokard, atau butuh untuk memotong atau angioplasti. Hal ini menunjukkan bahwa trombosit berpartisipasi dalam inisiasi dan/atau evolusi
peristiwa
ini
dan
bahwa
menghambat
mereka
dapat
mengurangi tingkat kejadian. Farmakodinamik Metabolit aktif, turunan thiol, dibentuk oleh oksidasi clopidogrel hingga 2-okso-clopidogrel dan hidrolisis berikutnya. Clopidogrel selektif menghambat pengikatan adenosin difosfat (ADP) ke reseptor platelet dan aktivasi ADP-dimediasi berikutnya dari glikoprotein GPIIb / IIIa kompleks, sehingga menghambat agregasi platelet. Biotransformasi clopidogrel diperlukan untuk menghasilkan penghambatan
agregasi
platelet,
tetapi
metabolit
aktif
yang
bertanggung jawab untuk kegiatan obat belum diisolasi. Clopidogrel juga menghambat agregasi platelet yang disebabkan oleh agonis selain ADP dengan menghalangi amplifikasi aktivasi platelet oleh dirilis ADP. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas fosfodiesterase. Clopidogrel bertindak dengan ireversibel memodifikasi reseptor ADP platelet. Akibatnya, trombosit terkena clopidogrel terpengaruh untuk sisa jangka hidup mereka. Dosis penghambatan tergantung agregasi platelet dapat dilihat 2 jam setelah dosis oral tunggal Clopidogrel. Dosis berulang 75 mg Clopidogrel per hari menghambat agregasi platelet yang diinduksi ADP 14
pada hari pertama, dan penghambatan mencapai kondisi mapan antara Hari 3 dan Day 7. Pada steady state, tingkat penghambatan rata diamati dengan dosis 75 mg Clopidogrel per hari adalah antara 40% dan 60%. Agregasi platelet dan waktu perdarahan secara bertahap kembali ke nilai-nilai dasar setelah pengobatan dihentikan, umumnya sekitar 5 hari. Farmakokinetik Pengaruh makanan Administrasi clopidogrel dengan makanan tidak secara signifikan mengubah
bioavailabilitas
clopidogrel sebagaimana dinilai oleh
farmakokinetik metabolit yang beredar utama. Penyerapan dan distribusi Clopidogrel cepat diserap setelah pemberian oral dosis diulang 75 mg clopidogrel (base), dengan tingkat puncak plasma (@ 3 mg / L) dari metabolit yang beredar utama terjadi sekitar 1 jam setelah pemberian dosis. Farmakokinetik metabolit yang beredar utama adalah linear (konsentrasi plasma meningkat sebanding dengan dosis) dalam kisaran dosis 50 sampai 150 mg clopidogrel. Penyerapan setidaknya 50% berdasarkan ekskresi metabolit-clopidogrel terkait. Clopidogrel dan metabolit yang beredar utama mengikat secara reversibel in vitro protein plasma manusia (98% dan 94%, masingmasing). Mengikat adalah nonsaturable in vitro hingga konsentrasi 100 mg / mL. Metabolisme Dan Eliminasi In vitro dan in vivo, clopidogrel mengalami hidrolisis yang cepat menjadi turunan asam karboksilat nya. Dalam plasma dan urin, glukuronida dari turunan asam karboksilat juga diamati. Indikasi Clopidogrel diindikasikan untuk pengurangan kejadian aterosklerotik (infark miokard, stroke dan kematian vaskular) pada pasien dengan aterosklerosis terdokumentasi oleh stroke yang baru-baru ini, infark miokard, atau penyakit arteri perifer didirikan. Kontraindikasi Penggunaan Clopidogrel merupakan kontraindikasi pada kondisi berikut: Hipersensitivitas terhadap zat obat atau komponen produk 15
Perdarahan patologis aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial Dosis dan Administrasi Dosis yang dianjurkan dari Clopidogrel adalah 75 mg sekali sehari dengan atau tanpa makanan. Tidak ada penyesuaian dosis diperlukan untuk pasien usia lanjut atau pasien dengan penyakit ginjal. Efek Samping 1. Otonom sistem saraf gangguan: Sinkop, palpitasi. Tubuh secara keseluruhan jenderal gangguan: Arthenia, hernia. Jarang dilaporkan (<1%): Reaksi alergi, nekrosis iskemik. 2. Gangguan kardiovaskular: kegagalan jantung, edema umum jarang dilaporkan (<1%). 3. Saraf
pusat
dan
perifer
gangguan
sistem:
kaki
Kram,
hypoaesthesia, neuralgia, parestesia, vertigo. 4. Gangguan sistem pencernaan: Sembelit, muntah. Jarang dilaporkan (<1%): ulkus lambung berlubang, gastritis hemoragik, atas GI ulkus hemoragik. 5. Denyut jantung dan gangguan irama: Fibrilasi atrium. 6. Hati dan sistem bilier gangguan: enzim hepatik meningkat. Jarang dilaporkan (<1%): Billirubinemia, hepatitis menular, lemak hati. 7. Gangguan metabolisme dan nutrisi: Gout, hiperurisemia, nitrogen non-protein (NPN) meningkat. 8. Gangguan otot-tulang sistem: Arthritis, arthrosis. 9. Trombosit, perdarahan dan gangguan pembekuan: GI perdarahan, hematoma, trombosit menurun. Jarang dilaporkan (<1%): 10. Hemarthrosis, hematuria, hemoptisis, perdarahan dari luka operasi, perdarahan okular, perdarahan paru, purpura alergi, trombositopenia. 11. Gangguan kejiwaan: Kecemasan, insomnia. 12. Kelainan sel darah merah: anemia. Jarang dilaporkan (<1%): 13. Anemia aplastik, anemia hipokromik. 14. Gangguan sistem pernafasan: Pneumonia, sinusitis. Jarang dilaporkan (<1%): hemothorax.
16
15. Kulit dan embel-embel gangguan: eksim, ulserasi kulit. Jarang dilaporkan
(<1%):
letusan
bulosa,
eritematosa
ruam-ruam
makulopapular, urtikaria. 16. Gangguan sistem kemih: sistitis. 17. Gangguan penglihatan: Katarak, konjungtivitis. 18. Efek samping yang berpotensi serius lain yang mungkin menarik klinis tetapi jarang dilaporkan (<1%): 19. Gangguan reproduksi, perempuan: Menorrhagia 20. Sel
darah
putih
dan
sistem
retikuloendotelial
gangguan:
agranulositosis, granulositopenia, leukemia, leukopenia, neutrofil menurun. b. Canderin 8 mg (http://www.dexa-medica.com) Tablet Kemasan Canderin 8 mg: kotak, 3 blister 10 tablet. Komposisi Canderin 8 mg Tiap tablet CANDERIN 8 mg mengandung: Candesartan cilexetil 8 mg Indikasi Hipertensi. Pengobatan pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF =40%) ketika obat penghambat ACE tidak ditoleransi. Dosis dan Cara Penggunaan Dosis pada hipertensi Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari dan dapat ditingkatkan hingga 16 mg satu kali sehari. Efek antihipertensi maksimal akan dicapai dalam waktu 4 minggu setelah pengobatan. Dosis pada gagal jantung Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari. Candesartan hanya digunakan satu kali sehari dengan atau tanpa makanan. 17
Kontraindikasi - Pasien yang hipersensitif terhadap candesartan atau komponen yang terkandung dalam formulasinya. - Wanita hamil dan menyusui. - Gangguan hati yang berat dan/ ketoasidosis. Peringatan dan Perhatian Jika candesartan digunakan pada pasien hipertensi dengan gangguan ginjal, disarankan dilakukan pemantauan secara berkala kadar kalium dan kadar kreatinin dalam serum. Stenosis arteri renalis, intravascular volume depletion, kehamilan dan menyusui. Efek Samping Infeksi saluran pernafasan bagian atas, nyeri punggung, dan pusing. c. Ascardia 80 mg (http://www.apotikantar.com/)
Kemasan Tablet 80 mg x 10 x 10
Komposisi Acetylsalicylic acid 80 mg
Indikasi Mengurangi kematian dan atau serangan infark miokard pada penderita dengan riwayat infark atau TIA yang berulang atau pada pasien dengan riwayat stroke dan risiko iskemia otak sementara dimana
terjadi
hiperaktifitas
dari
trombosit
atau
aktivitasinya
merupakan faktor penentu terbentuknya trombo-emboli. Dosis 80-160 mg/hari. Untuk infark miokard : sampai dengan 300 mg/hari. Untuk TIA : sampai dengan 1000 mg/hari. Pemberian Obat Telan utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan. Kontra Indikasi Tukak peptik aktif. Gangguan perdarahan, hipersensitivitas. Perhatian Gangguan fungsi hati, hamil dan laktasi. Efek samping Iritasi saluran cerna, hipoprotrombinemia dan reaksi hipersensitivitas. 18
Interaksi Obat Dengan Warfarin meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna dan intra serebral. d. ISDN Sediaan: - Tablet Sublingual : 2,5 mg, 5 mg, 10 mg - Tablet Kunyah : 5 mg, 10 mg -
Tablet : 5 mg, 10 mg, 20 mg, 30 mg, 40 mg
-
Injeksi 1 mg/ml
Cara Kerja Obat: Isosorbide dinitrate adalah jenis vasodilator. Obat ini mengendurkan pembuluh darah, meningkatkan persediaan darah dan oksigen ke jantung. Obat ini digunakan untuk mencegah sakit di dada yang disebabkan oleh angina. Indikasi : - Untuk mencegah sakit di dada yang disebabkan oleh angina - Gagal jantung kiri Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia, kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstriktif, stenosis mitral, anemia berat, trauma kepala, perdarahan otak, glaukoma sudut sempit. Dosis: - Sublingual : 5-10 mg - Oral : sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg, dosis maksimum 240 mg/hr - Infus Intravena : 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin diperlukan Peringatan dan Perhatian: Gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiroidisme, malnutrisi, atau hipotermia; infark miokard yang masih baru; sistem transdermal yang mengandung logam harus diambil sebelum kardioversi atau diatermi. Senyawa nitrat kerja panjang atau transdermal dapat mengakibatkan toleransi (efek terapi berkurang). Jika toleransi diperkirakan setelah 19
penggunaan sediaan transdermal, sediaan tersebut harus dilepas selama beberapa jam berurutan dalam setiap kurun waktu 24 jam. Efek Samping: Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksikal). Efek samping yang khas setelah injeksi meliputi hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot, palpitasi, nyeri perut, sinkop, pemberian jangka panjang disertai dengan methemoglobinemia.
e. Atorsan 20 mg (http://www.apotikantar.com/) Kemasan Tablet salut selaput 20 mg x 3 x 10 Komposisi Atorvastatin Ca Indikasi Terapi tambahan untuk menurunkan kadar LDL total, apolipoprotein B, dan
trigliserida
yang
meningkat
pada
pasien
dengan
hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi atau campuran, hiperkolesterolemia familial heterozigot dan homozigot dimana respon terhadap diet dan terapi non farmakologi lain tidak adekuat. Dosis Awal 10 mg 1 kali/hari. Kisaran dosis anjuran : 10-80 mg/hari 1 kali/hari. Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan. Kontra Indikasi Hamil dan laktasi. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang persisten dan tidak diketahui penyebabnya. Perhatian Lakukan tes fungsi hati sebelum terapi atau sebelum peningkatan dosis. Pasien alkoholik berat. Hentikan terapi jika kadar transaminase serum meningkat lebih dari 3 kali batas normal. Penggunaan bersama fibrat, niasin, siklosporin atau eritromisin dapat meningkatkan risiko miopati. Anak, usia lanjut. Efek Samping 20
Sakit kepala, mual, diare, insomnia, nyeri perut, dispepsia, konstipasi, kembung, mialgia, astenia. Interaksi Obat Antasid oral yang mengandung Mg dan Al hidroksida, digoksin, eritromisin, kontrasepsi oral, siklosporin, derivat asam fibrat, niasin, antijamur azol, klaritromisin.
3. Perhitungan Bahan dan Aturan Pakai a. Vaclo
= 30 tablet Satu kali sehari satu tablet
b. Canderin
= 30 tablet Satu kali sehari satu tablet
c. Ascardia
= 30 tablet Satu kali sehari satu tablet, sesudah makan
d. ISDN
= 30 tablet Satu kali sehari satu tablet, di bawah lidah
e. Atorsan
= 30 tablet Satu kali sehari satu tablet
4. Perhitungan Harga a. Vaclo (isi 30)
= Rp. 300.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 150.000 + 1500 + 500 = Rp. 152.000,b. Canderin (isi 30 tablet)
= Rp. 180.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 90.000 + 1500 + 500 = Rp. 92.000,c. Ascardia (isi 100 tablet)
= Rp. 116.900,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 17.535 + 1500 + 500 = Rp. 19.535,d. ISDN (isi 100 tablet)
= Rp. 10.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 5.000 + 1500 + 500 = Rp. 7.000,e. Atorsan (isi 30 tablet)
= Rp. 300.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 150.000 + 1500 + 500 = Rp. 152.000,21
5. Etiket Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012 Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671 Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt Palembang, 06 November 2014 Nomor
: 01 Vaclo Satu kali sehari satu tablet Canderin Satu kali sehari satu tablet Ascardia Satu kali sehari satu tablet, sesudah makan ISDN Letakkan di bawah lidah Satu kali sehari satu tablet Atorsan Satu kali sehari satu tablet
Pro
: Husni ( 60 th )
B. Resep 2 Dr. Muslim SIP : 142/2009 Alamat: Poli RS Telkom Palembang Palembang, 31 Oktober 2014 R/ Diazepam 2 mg X S1ddI
R/ Meloxicam 15 mg VI S2ddI
Pro: Ahad (52 th) Kompleks Telkom Km 12, Palembang 22
1.
Salinan Resep Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012 Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671 Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt Palembang, 31 November 2014 Salinan Resep Nomor Dari Dokter Ditulis tanggal Pro Alamat Dibuat tanggal
: 03 : Dr. Muslim : 06-11-14 : Bapak Ahad (52 th) : Kompleks Telkom Km 12, Plbng : 06-11-14
R/ Diazepam 2 mg X S1ddI
R/ Meloxicam 15 mg VI S2ddI
-----------------------------------------------detur 1/2
p.c.c
Cap Apotek
Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm
23
2.
Preformulasi a. Diazepam 2 mg (http://bukusakudokter.org/) Komposisi Tiap tablet mengandung : Diazepam 2 mg Cara Kerja Obat Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. Indikasi Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; Digunakan juga untuk meringankan gejalagejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi. Kontra Indikasi - Penderia hipersensitif - Bayi dibawah 6 bulan - Wanita hamil dan menyusui - Depress pernapasan - Glaucoma sudut sempit - Gangguan pulmoner akut - Keadaan Phobia Cara Penggunaan Dewasa - Ansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari - Terapi tambahan pada spasme otot rangka : 2 -10 mg. 3-4 kali sehari dalam dosis bagi - Penghentian alkohol akut 10 mg. 3-4 kali sehari selama 24 jam pertama, kemudian dikurangi menjadi 5 mg. 3 – 4 kali sehari. - Premidikasi: dewasa: 10 mg: anak-anak diatas 2 tahun: 0,25 mg/kg. 24
- Usia lanjut dan pasien yang lemah : 2 – 2,5 mg, 1 – 2 kali sehari dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan. - Pada penderita dengan gangguan pulmoner kronik, penderita hati dan ginjal kronik. - Anak-anak 0.12 – 0.8 mg/kg sehari dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Efek Samping Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence. Peringatan Dan Perhatian - Jangan mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin selama minum obat ini. - Ansietas atau ketegangan karena stress kehidupan sehari-hari biasanya tidak memerlukan pengobatan dengan ansiolitik. - Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan) belum diuji secara klinis sistematik. - Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan ketergantungan pada obat - Pada penderita lemah dan lanjut usia dianjurkan dengan dosis efektif terkecil. - Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan pulmoner kronik, penderita fungsi hati dan ginjal kronik. - Hentikan pengobatan jika terjadi reaksi-reaksi paradoksikal seperti keadaan hiper eksitasi akut. ansietas. halusinasi dan gangguan tidur. INTERAKSI OBAT Penggunaan bersama obat-obat depresan Susunan Syaraf Pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Cimetidin dan Omeprazol mengurangi bersihan benzo-diazepin. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiazepin.
25
b. Meloxicam 15 mg (http://www.dexa-medica.com/) TABLET Komposisi Meloxicam 15 mg Tiap tablet mengandung: Meloxicam 15 mg. Farmakologi Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID) derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambat cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses inflamasi dapat dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal dan gastro intestinal yang merupakan ciri khas pada penggunaan obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid selama ini. Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID) derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambat cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses inflamasi dapat dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal dan gastro intestinal yang merupakan ciri khas pada penggunaan obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid selama ini. Indikasi Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis. Dosis Pemberian oral: Pada osteoarthritis: 7,5 mg satu kali sehari, jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan hingga 15 mg satu kali sehari. Pada rheumatoid arthritis: 15 mg satu kali sehari, dapat dikurangi sampai 7,5 mg/hari tergantung respon klinis. Untuk pasien dengan resiko tinggi diberikan dosis awal 7,5 mg satu kali sehari. Untuk pasien penderita gagal ginjal dosis tidak lebih dari 7,5 mg satu kali sehari.
Peringatan dan perhatian -
Iritasi saluran cerna, tukak lambung, pendarahan dan perforasi dapat terjadi pada penggunaan obat-obat NSAID. 26
- Hati-hati jika diberikan kepada pasien dengan riwayat penyakit gastrointestinal (pendarahan dan tukak), penurunan fungsi ginjal, kegagalan fungsi hati, penyakit hepatik, dehidrasi, hipertensi ataupun asma. - Hati-hati jika diberikan pada orang tua. - Hati-hati jika digunakan bersamaan dengan antikoagulan. - Keamanan penggunaan pada anak belum diketahui dengan pasti. - Keamanan penggunaan untuk ibu menyusui belum diketahui dengan pasti maka tergantung dari pentingnya pengobatan bagi si ibu disarankan untuk menghntikan penggunaan obat atau berhenti menyusui. - Penderita sebaiknya diberitahu tentang tanda-tanda atau gejalagejala toksisitas gangguan pencernaan yang serius dan langkahlangkah yang harus diambil jika terjadi. - Pengobatan harus dihentikan pada kasus tukak lambung atau perdarahan gangguan saluran pencernaan
Efek Samping Efek Samping jarang terjadi, seperti: - Gangguan pencernaan: sakit perut, konstipasi, diare, dispepsia, flatulence, mual dan muntah. Seluruh tubuh: edema, pain. - Sistem saraf pusat dan periferal: pusing, sakit kepala. - Hematologi: anemia. - Musculo-skeletal: artralgia, back pain. - Psikiatri: insomnia. - Sistem pernafasan: batuk, sistem pernafasan bagian atas, infeksi saluran pernafasan. - Kulit: pruritus, rash. - Saluran kemih: micturition frequency, infeksi saluran kemih.
Kontraindikasi - Pasien yang hipersensitif terhadap Meloxicam, Aspirin atau obatobat Anti inflamasi Non Steroid lainnya. - Penderita dengan penyakit ginjal berat. - Wanita hamil dan menyusui. 27
- Anak-anak. - Tukak lambung aktif selama 6 bulan terakhir atau memiliki riwayat penyakit tukak lambung yang berulang. - Gagal ginjal non-dialisis berat. - Perdarahan gangguan saluran pencernaan, perdarahan cerebrosvaskular atau perdarahan penyakit lainnya. Interaksi obat - Risiko pendarahan dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan antikoagulan (walfarin, heparin), anti platelet (ticlopidine,clopidogrel, aspirin, abciximab, dipyridamole, eptifibatide, tirofiban). - NSAID dapat menurunkan efek antihipertensi dari ACE Inhibitor, hidralazine dan thiazide. - Penggunaan bersamaan dengan kortikosteroid dapat meningkatkan risiko tukak lambung. - Aspirin meningkatkan konsentrasi meloxicam dalam serum. - Cholestyramine (kemungkinan juga colestipol) meningkatkan meloxicam clearance. - NSAID dapat meningkatkan nefrotoksisitas cylosporine. - NSAID dapat meningkatkan kadar litium. - Konsumsi alkohol dapat meningkatkan iritasi mukosa lambung 3.
Perhitungan Bahan dan Aturan Pakai 1. Diazepam
= 10 tab Penggunaan 1 x sehari satu tab
2. Meloxicam
= 6 tab Penggunaan 2 x sehari satu tablet
4.
Perhitungan Harga 1. Diazepam ( Isi 100 tab)
= Rp.12.500,-
Dalam Resep diambil 5 tab
= Rp. 250 + 1500 + 500 = Rp. 2.250,-
2. Meloxicam ( isi 20 tablet)
= Rp. 40.000,-
Diambil setengah dari resep 3 tab
= Rp.6.000 + 1500 + 500 = Rp. 8.000,-
28
5.
Etiket Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012 Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671 Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt Palembang, 06 Oktober 2014 Nomor
: 03 Diazepam Satu kali sehari satu tablet Meloxicam Dua kali sehari satu tablet
Pro
: Ahad (52 th)
29
BAB IV SKENARIO Resep 1
AA
: Selamat pagi mbak
Mbak : Pagi juga AA
: Ada yang bisa saya bantu
Mbak : Ini mbak, saya mau nebus resep dokter AA
: Boleh dilihat dulu resepnya
Mbak : Iya ini resepnya.. AA
:Tunggu bentar ya mbak. Mau dicek dulu obatnya, ada semua atau tidak.
Mbak : Oh ya mbak. AA
: Ini Mbak, obat yang atorsan 20 mg gak ada, adanya yang 40 mg. Gimana kalau kami nelfon dokter dulu mb, jadi tunggu dulu ya mb, jika agak lama.
Mbak : tapi jangan terlalu lama ya mbak. Soal nya lagi buru-buru. AA
: Iya, tunggu sebentar ya mbak.
Mbak : iya. Lalu AA dalam menelfon Dokter yang bersangkutan. AA dlm : Selamat pagi dok,kami dari apotek simulasi farma, ada resep dari dokter atas nama bapak Husni. Dokter meresepkan atorsan 20mg, tapi apotek kami adanya yang 40mg dok. Jadi gimana dok? Mau diganti apa tidak? Oh baik dok.. Lalu AA dalam mengatakan pada AA luar. AA
: Mbak obat yang Atorsan tidak ada, jadi harga semuanya Rp. 624.000,tanpa Atorsan. Mau di tebus semuanya atau separuh dulu?
Mbak : separuh aja dulu deh mb. AA
: ini Obatnya mb.
Mbak : Aturan pakainya gimana Mb? 30
AA
: Semuanya diminum satu kali sehari satu tablet ya mbak. Tapi,khusus untuk obat ISDN minum nya jangan langsung ditelan,tapi diletakkan di bawah lidah.
Mbak : Loh,biasanya obat tu di telan kenapa ISDN diletakkan dibawah lidah mbak? AA
: Soalnya obat ini diserapnya bukan dilambung mbak,tapi lewat pembuluh darah yang ada di bawah lidah.
Mbak : apa nggak pahit mbak kalau diletakkan dibawah lidah, nanti kakek saya nggak mau gimana? AA
: gak Mb, gak pahit kok.
Mbak : ohh..gitu ya mbak. Terus ini kan semu nya diminum satu kali sehari,nah minumya sekaligus apa ada jeda waktunya tiap obat? AA
: Diminum sekaligus aja nggak apa-apa mbak.
AA
: Terus yang empat macam nya bisa diminum pagi hari nggak apa-apa.
Mbak :Oke mbak, jadi berapa harganya mbak? AA
: Totalnya jadi Rp. 270.535,-
Mbak : ini mbak uangnya. AA
: oh iya,ini uangnya pas ya mbak.
Mbak : Terima kasih mbak AA
: Sama-sama,semoga kakek nya cepat sembuh ya mbak.
31
Resep 2
Di suatu pagi yang cerah,
AA
: Selamat pagi !
Bapak Ahad
: selamat pagi. Ada perlu apa ya ?
AA
: Loh, harusnya saya yang tanya pak, ada perlu apa ?
Bapak Ahad
: Oaaallaah, iya salah dek, ini saya mau tanya, saya mau apa ya kemari ?
AA
: Loh, mungkin bapak mau beli obat,
Bapak Ahad
: Oh iya ini resep saya.
AA
: biar saya lihat dulu ya pak.
AA
: bapak, meloxicam nya lagi kosong.
Bapak Ahad
: Jadi gimana dek ?
AA
: Ini pak kita punya gantinya, namanya camelox, guna obat nya sama kok pak, mau gak diganti ?
Bapak Ahad
: Aduh gimana ya dek . Saya ndak tau masalah kayak itu. Saya taunya Cuma ambil resep, tebus obat, trus makan.
AA
: Oh kalo begitu saya coba tanya ke dokter nya aja ya pak.
AA
: Halo, Selamat pagi, dengan dr. Muslim ?
Dokter
: Iya Selamat pagi, Ini siapa ya ?
AA
: Maaf mengganggu pak, saya Dwi Apipa, AA dari Apotek Simulasi Farma. Ini kan ada resep dokter atas nama Bapak Ahad.
Dokter
: Iya ada masalah apa ?
AA
: Ini dok, dalam resep dokter tertulis dua obat, Meloxicam dengan Diazepam. Apotik kami sedang tidak ada Meloxicam, adanya Camelox dok.
Dokter
: Branded ya ? Ya udah saya setuju saja, tapi coba tanya lagi sama pasiennya mau atau tidak.
AA
: Oh iya, terima kasih dok.
AA
: Nah pak, kalo kata dokternya gak apa apa diganti, bapak mau gak ?
32
Bapak Ahad
: Kira-kira berapa itu harga obat nya ? saya Cuma bawa uang sedikit ini.
AA
:Oh yasudah kita hitung dulu ya pak.
AA
: Ini pak, harganya Rp 14.500
Bapak Ahad
: Aduh kayak nya kurang ini uang nya.
AA
: boleh ditebus setengah kok pak.
Bapak Ahad
: Setengah Obatnya ya ? Ya udah ndak papa lah dek.
AA
: Ya sudah ditunggu dulu ya pak. Ini nomor antriannya. bapak nunggu nya sambil duduk disana ya.
Bapak Ahad
: Iya .
Setelah resepnya jadi.
AA
: Bapak Ahad.
Bapak Ahad
: Iya, ada apa ya ?
AA
: Ini resepnya sudah siap pak.
AA
: Bapak sudah biasa minum obat ini ?
Bapak Ahad
: Iya biasa dek, saya biasa minum pagi hari 3 tablet.
AA
: Aduh pak,bapak sudah lupa ya ? Ini Cuma ada dua obat pak. Diminumnya ada aturan pak. Kalo yang camelox diminum nya dua kali sehari satu tablet. Pagi hari satu tablet, malam hari satu tablet lagi pak.
Bapak
: Ooh, kalo yang ini ?
AA
: Obat yang ini diazepam pak, diminum satu kali sehari, minum nya malam hari pak satu tablet.
Bapak Ahad
: Loh kok malem ? Ndak pagi aja dek ?
AA
: Gak boleh pak, ini kan obatnya biar bapak bisa tidur , biar bisa istirahat. Kalo diminum pagi hari nanti bapak jadi mau tidur terus seharian.
Bapak Ahad
: Oh begitu. Jadi gimana tadi ?
AA
: Hhhh... Begini aja pak,bapak tinggal sama siapa dirumah ?
Bapak Ahad
: Sendirian dek. Anak saya lagi kerja kalo pagi begini.
AA
: Hhhh... Berarti ada orang di rumah ya pak. 33
Bapak Ahad
: Ada kalo sore, dia udah pulang kerja.
AA
: Hhhhh.. Begini aja pak, biar saya buatkan catatan kecil, nanti kalo anak bapak sudah pulang, catatan nya dikasih sama anak nya ya pak. Biar nanti anak nya yang ngingatin bapak kalo udah waktunya minum obat.
Bapak Ahad
: oh ya udah, boleh juga .
AA
: Ini pak obatnya, harganya Rp 7.500
Bapak Ahad
: Ya udah ini uangnya. bapak pulang ya.
AA
: Sebentar pak, uang bapak lebih.
Bapak Ahad
: Oh iya, udah terima kasih ya . Hati-hati di jalan ya.
AA
: Iya Pak sama-sama
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit. Depkes RI: Jakarta. Darmansjah, Iwan, Prof.1994. Jurnal Ilmiah : Polifarmasi pada Usia Lanjut. Diakses tanggal 31 Oktober 2014 Darmojo-Boedi, Martono Hadi (editor). 2006. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI: Jakarta Depkes. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk Pasien Geriatri. Depkes RI: Jakarta http://www.apotikantar.com/. Diakses pada 01 November 2014 http://bukusakudokter.org/. Diakses pada 01 November 2014 http://www.dexa-medica.com/. Diakses pada: 01 November 2014 Mansjoer, Arif. 2004. Kapita Selekta Kedokteran Ed 3. Media Aesculapius: Jakarta Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi. Salemba Medika: Jakarta Notoatmodjo, S.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta. Setiabudhi, T. & Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut
Usia. Gramedia: Jakarta Setiabudi, S. & Hardywinoto. (2005). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan ASKEP. Salemba Medika: Jakarta
35
Lampiran 2 Daftar Nama Pemain 1. Sutradara
: Ika Yuliana
2. Pasien 1
: Diana Sari
3. Pasien 2
: Benny Budiman Al-Haq
4. AA depan
: Gemi Oktami
5. AA depan
: Dwi Apipa
6. AA belakang
: Arvalendini Arsyrianti
7. AA belakang
: Farida Budiarti
36