Isfa Sastrawati
POLA TATA HIJAU DI KOTA KENDARI Isfa Sastrawati1 ABSTRACT While the urban population grew rapidly, land need is increased as result in urban growth. This will be made the urban green open space more and more decrease. Existence of urban green open space has ecological, social, cultural, economic and esthetic functions. This research aims to know condition and problems of the urban green open space in Kendari city. The method analysis of this research is descriptive and explorative by using qualitative and quantitative approach. This study finding that not only size of urban green open space has been decreased, but also its quality. The spreading and access radius assessed less adequate, facility of urban green open space still less quantity, tree shading on parks and greenways less calm, and dense canopy still lushness. By the end of solution, concept development and management system of urban green open space is made to become input materials for stakeholders of Kendari city. Keyword: Open Space, park, greenway, tree shading, dense canopy
PENDAHULUAN Ruang terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan merupakan bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi 1
Isfa Sastrawati, ST, MT, adalah dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Pendidikan sarjana di tempuh di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin, Makassar, lulus 1999, dan pendidikan pasca sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota di Institut Teknologi Bandung, lulus 2003. Pengalaman penelitian, antara lain : Identifikasi Potensi Wisata Kota Makassar, tahun 2010; Pengembangan Rumah Panggung Swadaya melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Pesisir Sulawesi Selatan, 2009; Karakteristik Rumah Swadaya yang mendukung Usaha Bertumpu pada Rumah Tangga, 2009; Karakteristik Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada Perumahan yang Dibangun Pengembang di Kota Makassar, 2008, dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Rumah pada Perumahan yang Dibangun Pengembang di Kota Makassar. Publikasi ilmiah, antara lain: Ketersediaan Ruang Publik dalam Permukiman Masyarakat Mandar di Pesisir Pantai (ISBN: 978-979-19446-0-1), tahun 2008; Perubahan Koefisien dasar Bangunan (KDB) rumah pada perumahan di Kota Makassar (ISBN: 978-979-127255-0-6), 2007. Untuk kepentingan akademis, dapat dihubungi melalui email:
[email protected] .
1
TERAS/X/1/Juli 2010
dan estetika. Manfaat yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat adalah terciptanya kenyamanan, kesehatan dan keamanan untuk beraktivitas di kota. Pada dasarnya, RTH didominasi oleh vegetasi yang memiliki fungsi utama dalam peningkatan kualitas udara kota. Secara alami, tumbuhan melakukan proses assimilasi dan evapotranspirasi sehingga terjadi penurunan suhu, kelembaban yang cukup dan kadar oksigen bertambah. Zat karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor atau industri dapat pula direduksi dengan adanya RTH. Polusi suara yang disebabkan oleh kendaraan atau aktivitas di kota pun dapat dikurangi. Fungsi ekologis RTH lainnya adalah dapat menyerap air hujan sehingga dapat menanggulangi masalah banjir dan memelihara ekosistem tertentu. RTH dapat pula berfungsi sosial, budaya dan ekonomi. Dengan adanya RTH, masyarakat kota mempunyai wadah untuk saling berinteraksi, berekreasi ataupun berolahraga. Dengan penataan yang baik, RTH dapat menciptakan daya tarik kota. Penataan dapat melibatkan pihak swasta/investor dan masyarakat untuk pengembangan kawasan perkotaan yang berkelanjutan. Upaya ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan kota. Selain itu, upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam dapat tercapai. Dari segi estetika, kota akan menjadi menarik secara visual bila RTH seperti taman menjadi bagian dalam penataan lansekap kota atau kawasan. Selain taman kota, bangunan di kota seharusnya memasukkan taman sebagai bagian dari fasilitas yang disediakan, seperti bangunan komersial, bangunan fasilitas umum dan sosial, perkantoran, dsb. Taman jenis ini kemudian disebut dengan taman privat. Taman ini ditata sebagai penunjang aktivitas utama yang berlangsung. Perlengkapan jalan (streetfurniture) juga dirancang menyatu dengan vegetasi sehingga dapat meningkatkan kualitas visual kota. Bahkan menciptakan image kawasan atau bahkan kota yang indah. Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan di kota Kendari menyebabkan kawasan resapan air makin berkurang di perkotaan, seperti konversi lahan tambak dan pertanian, demikian juga dengan daerah sempadan sungai dan sempadan pantai yang seharusnya difungsikan sebagai jalur/area hijau telah berubah menjadi kawasan permukiman yang tidak tertata dan cenderung kumuh. Permasalahan tersebut merupakan faktor penyebab degradasi lingkungan hidup perkotaan, yaitu bencana banjir dan genangan, serta polusi udara, air dan tanah. Jelaslah bahwa RTH tidak hanya mempunyai fungsi ekologis dan visual saja tetapi juga mengakomodasi kebutuhan masyarakat untuk saling bersosialisasi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduknya. Melalui pengkajian pola penghijauan Kota Kendari
2
Isfa Sastrawati
diharapkan dapat diketahui kondisi dan permasalahan RTH sehingga dapat meningkatkan kesadaran semua pihak akan pentingnya RTH, yang dimulai dari lingkungan sekitarnya sehingga kota tempat tinggalnya menjadi asri, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun, perlu diingat bahwa penataan RTH seharusnya dilakukan dengan pendekatan yang holistik dalam satu sistem kehidupan perkotaan.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di wiliayah perkotaan Kota Kendari yaitu pusat kota baru (Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Baruga) dan pusat kota lama. Titik-titik lokasi dan jenis RTH ditentukan berdasarkan teknik purposive, yaitu dapat mewakili jenis-jenis RTH yang bersifat publik di wilayah perkotaan. Secara keseluruhan, pembahasan ini bersifat deskriptif dan eksploratif dengan pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif dan eksploratif dilakukan dengan menggambarkan dan menguraikan kondisi kawasan studi sebagai hasil pengumpulan informasi (survei) di lokasi. Data kualitatif berupa kondisi RTH diperkuat dengan data kuantitatif berupa tingkat keteduhan pohon dan kerimbunan daun. Dari hasil identifikasi RTH di Kota Kendari, dibuat suatu konsep pengembangan RTH. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dalam memecahkan masalah kebijakan penanganan dan pengelolaan RTH.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Penyebaran dan Radius Pencapaian RTH Luas ruang terbuka hijau berkisar 50% dari luas wilayah Kota Kendari. Jenis RTH ini meliputi: taman, lapangan olahraga, hutan kota, hutan lindung, budidaya pertanian, sempadan pantai dan sungai, jalur hijau sisi jalan, dan lahan kosong. Lahan kosong atau lahan yang belum terbangun sering kali dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk bermain atau berolahraga. Pemanfaatan lahan kosong mengindikasikan kebutuhan masyarakat akan ruang publik untuk bersosialisasi, bermain, berolahraga masih kurang. Selain berfungsi sebagai ruang publik, lahan kosong juga berfungsi sebagai area resapan air. Namun fungsi lahan kosong menjadi ruang publik hanya bersifat sementara, sebab lahan tersebut dapat berubah fungsi bila telah dibangun oleh pemiliknya.
3
TERAS/X/1/Juli 2010
Lahan perkotaan makin padat akan bangunan, sehingga ruangruang terbuka semakin terdesak. Pusat kota lama Kendari (Kecamatan Kendari) memiliki ruang terbuka hijau lebih sedikit dibandingkan pusat kota baru (Kecamatan Mandonga dan Baruga). Namun patut diwaspadai sebab pembangunan di pusat kota baru sangat cepat. Jalur hijau hanya di beberapa ruas jalan saja, tetapi kualitasnya rendah sebab tidak ada pohon yang teduh dan kurang terawat. Bantaran sungai dan sempadan pantai patut pula diperhatikan. Banyak aliran sungai dan pesisir pantai tidak memiliki sempadan sebagai pengaman sungai dan pantai. Padahal sempadan sungai dan pantai harus tetap dilestarikan keberadaannya, mengingat fungsi sempadan sebagai pengaman dari segala aktivitas manusia yang memungkinkan menimbulkan gangguan aliran, dan dampak lingkungan lainnya. Pelestarian aliran dan sempadan sungai dan pantai sangat penting, sebab sungai dan laut memiliki potensi yang tinggi seperti sarana transportasi air dan keindahan alam. Demikian pula halnya dengan tumbuhan khas tepi air seperti nipah, enau, mangrove, bakau. Selain memiliki fungsi penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya, tumbuhan tepi air tersebut dapat melindungi daerah aliran sungai dan pesisir pantai dari berbagai kemungkinan bencana seperti erosi dan abrasi. Pada umumnya, bangunan kantor pemerintahan dan bangunan umum memiliki taman atau pekarangan yang luas. Bangunan pemerintahan akan lebih terlihat prestisius dan bersifat agung bila bangunannya dibuat menonjol atau monumental. Untuk membuat kesan monumental, menonjol, prestisius, maka bangunan dibuat tinggi (berlantai) dan taman atau ruang terbuka hijaunya dibuat luas. Bangunan kantor Walikota Kendari juga dibuat memilki taman yang luas dan teduh. Sehingga dapat berfungsi ekologis bagi lingkungan sekitarnya. Demikian pula dengan Menara Islamic Center (MIC) yang berada di depan Kantor Walikota Kendari. MIC berada pada lahan kompleks bangunan MTQ yang dibuat menyatu lansekapnya. Taman dan plazanya sangat luas dan membentuk garis axial utara–selatan Jl. Saosao dan Jl. Saranani. Selain kegiatan beribadah, Kompleks bangunan MTQ dan pesantren di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai bersosialisasi, bersantai/rekreasi, bermain, dan berolahraga. Radius pencapaian RTH merupakan jarak antara RTH dan daerah layanannya. Dari identifikasi dan pola penyebaran beberapa jenis RTH di Kota Kendari, dibuat radius pencapaian RTH. Pada dasarnya, RTH jenis lapangan dan taman yang ada di wilayah kota Kendari belum tersebar secara merata sehingga jarak untuk mencapai RTH tersebut berbedabeda. Dengan tidak terlayaninya RTH terutama taman atau lapangan
4
Isfa Sastrawati
skala lingkungan, masyarakat terkadang memanfaatkan lahan kosong yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Fasilitas dalam RTH Pengadaan dan penataan fasilitas dalam RTH bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat penggunanya. Fasilitas RTH meliputi elemen RTH dan bangunan penunjang RTH. Elemen taman seperti: vegetasi (pohon, tanaman perdu, tanaman hias, rumput), bak sampah, lampu taman, kursi taman, bollard, patung pembentuk estetika taman, pondok/gasibo, kolam, jembatan, jalur atau setapak untuk pengguna RTH, material yang digunakan dsb. Elemen jalur hijau berupa vegetasi, lampu jalan, reklame, rambu lalu lintas, bak sampah, dan elemen yang mengakomodasi pengguna jalan. Sedangkan bangunan penunjang RTH dapat berupa gardu pos jaga, toilet/WC umum, mushallah, dsb. Namun pada umumnya, RTH jenis taman, lapangan, jalur hijau sisi jalan, jalur hijau sempadan sungai di Kota Kendari belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai bagi kenyamanan penggunanya.
Tingkat Keteduhan Pohon dan Kerimbunan Daun Keteduhan atau kerapatan pohon merupakan prosentase luas area RTH yang tertutup oleh pohon. Taman di wilayah perkotaan Kendari umumnya memiliki tingkat keteduhan yang rendah, yaitu berkisar 30% ke bawah saja, kecuali taman Kantor Walikota Kendari mempunyai tingkat keteduhan 80%. Hutan kota memiliki tingkat keteduhan 40% hingga 90%. Jalur hijau sempadan pantai memiliki tingkat keteduhan sangat rendah sehingga tidak memberikan keteduhan atau kenyamanan bagi pejalan. Kerimbunan daun adalah prosentase penutupan daun terhadap ruangan yang membentuk kanopi. Dari tabel identifikasi RTH, beberapa sampel jenis RTH di Kota Kendari memiliki tingkat kerimbunan daun yang bervariasi. Kerimbunan daun pada RTH jenis taman berkisar 5070%, Hutan Kota 60-100%, Jalur hijau 30-80%, lapangan 50%, halaman kantor dan bangunan umum 80-90%, dan lahan kosong yang difungsikan masyarakat berkisar 30-40%. Perawatan pohon-pohon pada RTH perlu ditingkatkan agar pertumbuhan kerimbunan daun dapat maksimal, terutama pada taman kota, hutan kota dan jalur hijau sebab memiliki fungsi ekologis dan dapat membawa kenyamanan bagi warga kota. Lahan kosong memiliki tingkat kerimbunan daun yang rendah sebab kondisi tidak terawat dan umumnya hanya difungsikan sebagai tempat bermain bola. Fasilitas RTH, tingkat keteduhan pohon dan kerimbunan daun dapat dilihat pada tabel berikut.
5
TERAS/X/1/Juli 2010
Gambar 1. Pola Penyebaran RTH di Kota Kendari
Konsep Pengembangan RTH Di Kota Kendari Wilayah perkotaan Kendari dibatasi oleh perairan (laut) dan mempunyai hutan yang cukup luas. Namun belum cukup memadai dalam melayani kebutuhan masyarakatnya akan RTH, baik dari segi fasilitas RTH, jumlah luasan RTH, maupun jarak jangkauan yang nyaman. RTH yang ada di kota Kendari perlu mendapat perhatian sebab mempunyai fungsi penting bagi keberlanjutan kota dan kelangsungan hidup masyarakatnya. Beberapa konsep pengembangan RTH yang dapat diterapkan di Kota Kendari: 1. Lahan yang berkontur/berbukit yang menjadi limitasi bagi pengembangan fisik, difungsikan sebagai kawasan lindung seperti hutan (hutan lindung atau hutan kota). 2. Pada tepi sungai dan pantai dibuat green belt sebagai pengaman sungai dan pantai. Tepi Sungai Wanggu dapat dimanfaatkan sebagai RTH fungsi rekreasi, olahraga jogging, penyebrangan sungai ke pasar, area pemancingan ikan dengan konsep hijau. Fasilitas
6
Isfa Sastrawati
dermaga, dan pedagang informal dimungkinkan untuk perekonomian kerakyatan dengan ketentuan sarana perdagangan tidak permanen dan merusak visual kawasan. 3. Jalur hijau disediakan pada sisi jalan utama (arteri primer, kolektor primer), jalan yang mempunyai lebar yang cukup untuk pengembangan jalur hijau, dan jalan penghasil polusi cukup banyak. Jalur hijau yang perlu disediakan dan dirawat pada Kecamatan Mandonga dan Baruga seperti Jl. Edii Sabara, Jl. Supu Yusuf dan Jl. Sikala Pidani. 4. Vegetasi (pohon, perdu, penutup tanah) direncanakan sesuai dengan fungsi dan jenis RTH, seperti: pohon yang mampu mereduksi karbon dan kebisingan ditanam pada jalur hijau sisi jalan, pohon yang dapat mengurangi polusi bau ditanam pada pemakamaan, pohon yang melindungi kelangsungan biota atau makhluk dalam air dilestarikan/dibudidayakan pada tepi sungai dan pantai, seperti bakau dan nipah. 5. RTH dilengkapi dengan fasilitas untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya sesuai dengan fungsi dan jenis RTH. Seperti: pada taman bermain diberikan fasilitas area bermain yang menunjang kreativitas, menambah wawasan, dan bersifat aman seperti pemasangan papan informasi tentang rambu-rambu lalu lintas, jalan setapak yang bertekstur dsb. Konsep pengembangan RTH perlu didukung dengan pengelolaannya. Pengelolaan RTH di Kota Kendari dapat dilakukan dengan: 1. Pembuatan program. Berdasarkan perencanaan dan kajian yang dapat diterapkan, dibuat program penataan RTH dilengkapi dengan prioritas pembangunan, lama pembangunan dan biayanya. 2. Pelestarian. RTH yang telah ada dilestarikan dan dipelihara untuk menjaga keberadaannya agar tidak terjadi alihfungsi RTH kota menjadi kawasan budaya lainnya. Penambahan RTH seperti taman atau lapangan olahraga sebaiknya dipertimbangkan sebab saat ini banyak lahan kosong yang dijadikan sebagai ruang bermain anak. Selain itu, perlu pula dilakukan perbaikan atau pengadaan fasilitas yang sesuai dengan fungsi RTH. 3. Perlindungan. Kegiatan perlindungan dimaksudkan untuk menjaga RTH tetap berfungsi dengan mencegah terjadinya pengrusakan atau tindakan vandalisme oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab terhadap fasilitas RTH. Selain itu dilakukan pencegahan tindakan pengrusakan lahan, pencegahan terjadinya kebakaran.
7
TERAS/X/1/Juli 2010
4. Pemilihan jenis vegetasi. Vegetasi dipilih berdasarkan fungsi dan jenis RTH. Selain itu, kemudahan dalam perawatan, ketahanan hama penyakit, dan estetika juga dipertimbangkan.
KESIMPULAN 1. Lahan perkotaan makin padat akan bangunan, ruang-ruang terbuka semakin terdesak, sehingga perlu dilakukan inventarisasi dan pelestarian RTH. Selain RTH jenis taman; hutan kota; jalur hijau; dan lapangan olahraga, fungsi ekologis lingkungan juga didapatkan dari pekarangan kantor pemerintahan/bangunan umum/rumah dan lahan tak terbangun. 2. Beberapa jenis RTH seperti taman, lapangan olahraga belum tersebar secara merata sehingga dari segi jarak pencapaian, RTH di kota Kendari belum cukup memadai. Demikian pula dari segi kelengkapan fasilitas, RTH jenis taman, lapangan, jalur hijau sisi jalan, jalur hijau sempadan sungai di Kota Kendari belum dilengkapi dengan fasilitas untuk kenyamanan penggunanya. 3. Masih kurangnya RTH terutama taman atau lapangan skala lingkungan, masyarakat terkadang memanfaatkan lahan kosong yang dekat dengan tempat tinggalnya sebagai area bermain dan bersosialisasi. 4. Beberapa sampel jenis RTH di Kota Kendari memiliki tingkat kerimbunan daun yang bervariasi. Kerimbunan daun pada RTH jenis taman berkisar 50-70%, Hutan Kota 60-100%, Jalur hijau 30-80%, lapangan 50%, halaman kantor dan bangunan umum 80-90%, dan lahan kosong yang difungsikan masyarakat berkisar 30-40%. Diperlukan perawatan yang bersifat kontinyu agar pohon dapat tumbuh dengan baik sehingga fungsi ekologis dapat lebih maksimal. 5. Taman di wilayah perkotaan Kendari umumnya memiliki tingkat keteduhan yang rendah, yaitu berkisar hingga 30% saja, sehingga dapat dikatakan belum memberikan kenyamanan bagi warganya. Perlu dilakukan peningkatan keteduhan taman dengan menambah pohon dan perdu sehingga dapat berfungsi ekologis. 6. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam pengembangan RTH kota, baik dalam kegiatan pembangunan, pengelolaan, pembinaan maupun pengawasan. Pengetahuan tentang pentingnya RTH diberikan kepada masyarakat melalui berbagai pelatihan, penyuluhan, pendidikan tambahan, dan informasi bersifat publikasi seperti brosur, penayangan informasi pentingnya pelestarian RTH, dsb.
8
Isfa Sastrawati
DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto. 1999. Kota Berkelanjutan. Bandung. Penerbit Alumni. Carr, Stephen. 1992. Public Space. USA. Cambridge University Press Carmona, Matthew. et al. 2004. Public Places Urban Spaces. Oxford. Architectural Press Direktorat Jenderal Penatan Ruang Departemen PU. 2006. Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Hakim, Rustam dan Hardi Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip - Unsur dan Aplikasi Deisain. Jakarta. PT. Bumi Aksara Mertes, James D. and James R. Hall 1995. Park, Recreation, Open Space and Greenway Guidelines. National Recreation and Park Association. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Keputusan Dirjen Bina Marga No. 076/KPTS/Db/1999 tentang Pedoman Pemilihan Tanaman untuk mereduksi Polusi Udara
9