POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN PELATIHAN BUDIDAYA AYAM ARAB DI BPPLSP REGIONAL III JAWA TENGAH
SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I Untuk menempuh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama
: SUCI ROHANIYAH
Nim
: 1201401017
Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005 i
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, pada : Hari
: Jumat
Tanggal
: 28 Oktober 2005
Panitia Ujian
Ketua
Penguji I
Drs. H. Siswanto, M.M
Drs. Utsman, M.Pd
NIP. 130515769
NIP.
Sekretaris
Penguji II
Drs. Achmad Rifai R.C M.Pd
Drs. K. Nurhalim, M.Pd
NIP. 131413302
NIP. 130870431
Penguji III
Drs. Sawa Suryana NIP. 131431203 ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Dibalik kesukaran pasti ada kemudahan, maka bila usai suatu pekerjaan, berusahalah menyelesaikan pekerjaan lainnya dan kepada Tuhanmulah engkau berserah diri (Q.S. Al- Insyirah : 6-8)
Hidup adalah sebuah perjalanan panjang, yang selalu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan (Penulis)
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk : 1. Bapak dan ibu tercinta atas segala doa, kasih sayang serta pengorbanannya 2. Adik-adikku tersayang Dian, Andi, dan Akbar, kalianlah sumber semangat dan inspirasi yang tiada pernah berhenti 3. Sutrisno ST, seseorang yang selalu menyemangati dan menyertaiku 4. Teman-teman seperjuangan PLS FIP UNNES 2001, serta rekan-rekan kerja JEMEMA ISLAMIC SCHOOL 5. Almamaterku tercinta.
iii
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata I bidang Pendidikan Luar Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Skripsi dengan judul “Pola Pemberdayaan Pemuda Dengan Pelatihan Budidaya Ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pihak-pihak yang ingin mengkaji lebih dalam tentang permasalahan pemberdayaan pemuda yang diteliti oleh penulis. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa sebagai karya ilmiah penyusunan skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang dengan kerelaan hati bersedia memberikan saran dan kritik membangun yang sangat diharapkan penulis. Tanpa melupakan jasa kebaikan dukungan moril dan spirituil dari banyak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dari hati yang tulus penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Drs. H. Siswanto, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Drs. Achmad Rifai RC, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengesahan dan persetujuan terhadap judul skripsi yang penulis ajukan.
iv
3. Drs. Khomsun Nurhalim, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah dengan kesabaran dan tanggung jawab telah memberi banyak pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Drs. Sawa Suryana, Dosen Pembimbing II yang telah dengan kesabaran dan tanggung jawab juga telah memberi banyak pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Drs. Wartanto, MM, sebagai kepala Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Regional III Jawa Tengah yang telah memberikan ijin penelitian. 6. Drs. Kastum, M.Pd, sebagai kepala seksi program BPPLSP Regional III Jawa Tengah yang telah memberikan bantuan dalam melengkapi data yang penulis perlukan. 7. Para responden : Pihak penyelenggara, Tutor/nara sumber teknis dan peseta/ warga belajar pelatihan budidaya ayam Arab di Sekunir Gunungpati dan Beji Para’an Ungaran yang dengan keterbukaan hati bersedia diwawancarai dan melengkapi data yang penulis perlukan. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi banyak dukungan, motivasi dan bantuan yang penulis butuhkan selama proses penyusunan skripsi ini. Semarang, Juli 2005 Penulis
Suci Rohaniyah 1201401017 v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iii
PRAKATA.......................................................................................................
iv
DAFTAR ISI....................................................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. B. C. D. E.
Latar Belakang ........................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................... Tujuan Penelitian ....................................................................................... Manfaat Penelitian ..................................................................................... Penegasan Istilah........................................................................................
1 4 4 5 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... A. Pola Pemberdayaan .................................................................................... B. Pendidikan Kecakapan Hidup .................................................................... C. Pelatihan Budidaya ayam Arab..................................................................
8 8 16 20
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ B. Penentuan Lokasi ....................................................................................... C. Fokus Penelitian ......................................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... E. Keabsahan Data.......................................................................................... F. Analisis Data ..............................................................................................
34 34 35 35 36 40 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ A. Hasil Penelitian .......................................................................................... B. Pembahasan................................................................................................ C. Faktor pendukung dan penghambat ...........................................................
45 45 63 71
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... A. Simpulan .................................................................................................... B. Saran...........................................................................................................
72 72 74
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
76
vi
ABSTRAK Suci Rohaniyah, 2005. “Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Semarang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan bagaimanakah pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam pengumpulan data digunakan juga sumber-sumber non manusia berupa laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dan dokumen lainnya. Pengamatan diskriptif dilakukan untuk melihat kondisi umum Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Regional III Jawa Tengah, setelah itu dilakukan pengamatan yang terfokus pada objek yang akan diteliti. Proses selanjutnya dilakukan secara selektif untuk melihat sejauh mana sarana dan prasarana serta aspek pendampingan yang dapat mendukung proses pembinaan. Bersamaan dengan proses pengamatan tersebut dilakukan pula wawancara deskriptif dengan Kepala Seksi Program BPPLSP Ungaran untuk memperoleh gambaran secara umum tentang sejarah singkat, struktur organisasi, jumlah peserta/warga belajar, jumlah tutor dan fasilitator, serta gambaran situasi umum desa binaan Sekunir Gunung Pati dan Beji Para’an Ungaran. Selanjutnya untuk meyakinkan kebenaran dari informasi yang diperoleh dilakukan pengamatan dan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang digunakan pertama kali dalam proses wawancara terencana yang terfokus adalah pertanyaan dijukan secara tidak berstruktur tertentu akan tetapi selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan yang akan diteliti dan kedua, menggunakan wawancara terstruktur. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu pola pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup/life skills di BPPLSP ungaran dibagi menjadi empat tahapan, meliputi : a) Penetapan tujuan pemberdayaan, b) Proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, c) Hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, d) Evaluasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan. Faktor pendukung pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi : lingkungan sosial masyarakat, sumber-sumber belajar yang meliputi sumber material maupun non material, serta nara sumber teknis/tutor yang berkompeten dibidangnya masing-masing. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi : belum adanya nara sumber teknis dari pihak BPPLSP yang berkompeten dibidang peternakan dan budidaya ayam Arab sehingga masih bekerjasama dengan instansi lain, aspek pendampingan dalam kelompok binaan vii
yang tidak berlanjut secara kontinyu, serta sikap dan mental dari sebagian warga belajar yang tidak mau bekerja keras dan hanya menginginkan hasil yang cepat. Dalam rangka peningkatan kegiatan pemberdayaan pemuda disarankan : diadakannya aspek pendampingan teknis secara rutin kepada anggota kelompok binaan agar desa binaan dapat berkembang secara maksimal, peningkatan jalinan hubungan mitra kerja dengan berbagai lembaga terkait untuk memperluas daerah pemasaran serta peningkatan kegiatan-kegiatan pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup/life skills lainnya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat agar dapat hidup mandiri.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 210 juta orang, dari jumlah tersebut kelompok yang dikategorikan generasi muda atau yang berusia diantara 15 sampai 35 tahun diperkirakan berjumlah sekitar 78 juta jiwa atau 37% dari jumlah penduduk seluruhnya sebagaian besar dari kelompok usia ini adalah tenaga kerja produktif yang akan mengisi berbagai bidang kehidupan. Pemuda akan menempati posisi penting dan strategis, sebagai pelaku-pelaku pembangunan maupun sebagai generasi muda yang berkiprah dimasa depan. Karena itu pemuda harus dipersiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan serta tantangan dan persaingan diera globalisasi. Pembangunan dibidang kepemudaan merupakan mata rantai tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang untuk keberhasilan diberbagai sektor pembangunan lainnya. Oleh karena pemuda sebagai bagian dari warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1). Namun kenyataannya hanya sebagian penduduk saja yang dapat menggunakan kesempatan tersebut. Oleh sebab itu sebagai implikasinya maka lahirlah UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dimana jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal sebagai pengganti berarti pendidikan nonformal dapat menggantikan peran pendidikan formal dalam memberikan layanan pendidikan kepada warga negara. Sebagai penambah pendidikan nonformal berfungsi memberikan materi tambahan bagi pendidikan formal, sedangkan pendidikan nonformal sebagai pelengkap pendidikan formal dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam rangka pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal diantaranya adalah pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup tiap warga negara. Pengertian kecakapan hidup disini adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa rasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya, dan memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri. BPPLSP (Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda) Regional III Jawa Tengah merupakan lembaga yang berkewajiban melakukan pengembangan dan pengkajian dibidang pendidikan luar sekolah dan pemuda. Sebagai bentuk pengembangan dan pengkajian dibidang pendidikan luar sekolah dan pemuda, BPPLSP menyelenggarakan program-program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap warga belajar dibidang pekerjaan atau usaha tertentu sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan jiwanya, serta potensi lingkungannya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari berbagai macam program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh BPPLSP Regional III Jawa Tengah ini salah satunya adalah pelatihan dan budidaya ayam Arab, dimana ayam Arab sangat potensial untuk dijadikan perimadona baru dalam dunia peternakan ayam petelur. Pemeliharaan yang mudah, efektivitas telur yang tinggi , serta karakter telurnya yang menyerupai telur bukan ras (Buras;kampung), merupakan daya pikat tersendiri bagi masyarakat. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut keuntungan yang diperoleh peternak ayam arab juga cukup tinggi oleh karena itu, wajar bila dalam waktu relatif singkat, populasi ayam Arab telah berkembang dengan pesat di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan daerah-daerah lain. Penyelenggaraan program kecakapan hidup (life skills) melalui pelatihan budidaya ayam Arab ini diarahkan pada upaya pengentasan kemiskinan dan upaya memecahkan masalah pengangguran yang semakin memprihatinkan. Walaupun sasaran dari setiap lembaga penyelenggaraan program-program pelatihan secara umum hampir sama, namun setiap lembaga yang menjadi penyelenggara program pelatihan, memiliki persyaratan, mekanisme pengusulan dan penetapan, serta karakteristik program yang berbeda-beda. Disamping itu juga masih berjalannya dua desa binaan yang berada di desa Sekunir Gunungpati dan desa Para’an Beji Ungaran. Situasi ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang bermaksud mengidentifikasi dan mendiskripsikan pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah
ix
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah ? 2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Dapat menambah wacana pengetahuan tentang pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab pada khususnya, dan pengembangan pendidikan luar sekolah pada umumnya.
x
2. Manfaat praktis Temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan pihak BPPLSP untuk mengevaluasi program-program yang dilaksanakan, Bagi pemuda agar mereka mempunyai kemampuan untuk dapat diberdayakan, Bagi Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat untuk mengambil kebijakan dimasa datang, serta pihak-pihak yang berkompeten lainnya.
E. Penegasan Istilah Sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan penulis, untuk memperjelas judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut : 1. Pola Pemberdayaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Pola berarti model tau bentuk yang tetap. Adapun mengenai istilah pemberdayaan pemuda merupakan suatu upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh pemuda itu sendiri. Pemberdayaan pemuda ini diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan hidup mereka (Moelyanto, 1999 dalam Ari Wahyono 2001 : 9) 2. Pemuda
xi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pemuda mencakup anakanak manusia dari umur 15 sampai dengan 24 tahun. Menurut Organisasi Pemuda, Pemuda dapat saja menjangkau semua orang muda yang menurut anggaran dasarnya dapat menjadi anggota, biasanya termasuk didalamnya semua muda-mudi yang berumur 15 sampai 40 tahun. Di dunia politik, budaya, ekonomi, dan keagamaan, kaum muda adalah mereka yang relatif belum lama bergerak atau berperan penting dalam bidang-bidang itu (Mangunharjana, 1996 : 11). Tangdilintin (1994 : 5) merumuskan pemuda sebagai berikut : kaum muda harus dilihat sebagai “pribadi” yang sedang berada pada taraf tertentu dalam perkembangan hidup seorang manusia, dengan kualitas dan ciri tertentu yang khas, dengan hak dan peranan serta kewajiban tertentu dengan potensi dan kebutuhan tertentu pula. 3. Kecakapan Hidup (Life Skills) Menurut Broling (1989) Life Skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat mandiri. WHO (1997) memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. 4. Pelatihan Pelatihan adalah suatu tindakan sadar untuk mengembangkan bakat, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang guna xii
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan dan budidaya ayam Arab yang diberikan kepada pemuda putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta belum mempunyai pekerjaan tetap.
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pola Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Dalam kajian teori ini akan disajikan beberapa pengertian Pemberdayaan atau sering disebut empowering, menurut Suzanne Kindervatter dalam bukunya yang berjudul Nonformal Education As an Empowering Process, menyatakan bahwa Empowering was defined as : People gaining an Understanding of and control over social, economic, and/ or political forces in order of improve their standing in society (Kindevatter, 1979 : 150). Berdasarkan pengertian ini dapat dikemukakan bahwa proses pemberian kekuatan atau daya adalah setiap upaya pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan atau politik sehingga akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Dalam Pembelajaran (Sudjana, 1993 : 63) proses pemberian kekuatan tersebut mempunyai delapan pokok yaitu : (a) belajar dilakukan dalam kelompokkelompok kecil, (b) pemberian tanggung jawab yang lebih besar kepada warga belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (c) kepemimpinan kelompok diperankan oleh warga belajar, (d) sumber belajar bertindak selaku fasilitator, (e) proses kegiatan belajar mengajar berlangsung secara demokratis, (f) adanya
xiv 8
kesatuan pandangan dan langkah dalam mencapai tujuan, (g) menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa percaya diri pada warga belajar, dan (h) bertujuan akhir untuk meningkatkan status sosial, ekonomi, dan atau politik warga belajar dalam masyarakat. Akhirnya Suzanne Kindervatter (1979 : 157) menyimpulkan bahwa : Generally, NFE for empowering is an educational approach which enable leaners to gain greater undersanding and of control over social, economic, and/ or political forces trough : (1) Exercising a high degree of control over all aspect of the learning proces; (2) Learning both “content” and : process” skill responsive to their needs and problems ; and (3) working collaborativery to solve mutual problems. Kesimpulan diatas mengungkapkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah sebagai proses empowering adalah suatu pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengertian dan pengendalian warga belajar mampu untuk meningkatkan pengertian dan pengendalian warga belajar terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga warga belajar mampu untuk meningkatkan taraf hidupnya dalam masyarakat, untuk itu proses yang perlu ditempuh warga belajar adalah (1) melatih tingkat kepekaan yang tinggi terhadap berbagai aspek perkembangan sosial, ekonomi dan politik selama proses pembelajaran (2) mempelajari berbagai macam keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama (Sudjana, 1993 : 63). Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kata “ empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan pemuda dalam pembinaan xv
kecakapan hidup/life skills adalah penekanan pada pentingnya pemberdayaan pemuda yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pemuda yang dapat mengikuti Pelatihan dan budi daya ayam Arab di BBPLSP adalah pemuda yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan tetap, belum memiliki ketrampilan atau kecakapan hidup yang dibutuhkan untuk bisa berusaha atau bekerja, berpendidikan SMA tetapi tidak melanjutkan sampai ke Perguruan Tinggi, berusia antara 16 sampai 44 tahun dengan prioritas 19 sampai 35 tahun dan memiliki kemauan untuk belajar dan bekerja. Pola pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup (life skills) diselenggarakan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan peserta pelatihan, menetapkan tujuan, merancang kegiatan, menentukan nara sumber, menentukan peserta, menentukan pelaksanaan, persipan pelatihan, penerapan atau pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan dan dokumentasi pelatihan. Pendekatan pemberdayaan pemuda yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan hidup mereka (Moelyanto, 1999 dalam Ary Wahyono, 2001: 9).
2. Strategi Pemberdayaan Strategi dasar dalam pemberdayaan (pendekatan pelayanan masyarakat/ community Service Approach) pada umumnya dilandasi pada upaya mengoptimalkan fungsi manajemen Penddidikan Luar Sekolah. Adapun Fungsi Manajemen Luar Sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
xvi
2.1 Perencanaan Program Skidmore (1990 : 42-43) menyatakan bahwa suatu perencanaan diperlukan oleh lembaga atas dasar beberapa alasan, yaitu : a. Efisiensi (efficiency). Tujuan dasar dari suatu efisiensi adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan biaya dan upaya yang minimum tetapi mendapatkan hasil yang sama baiknya. Skidmore menyakini bahwa hal ini baru bisa terjadi bila dilakukan perencanaan secara seksama dan, juga merupakan suatu proses antisipasi (anticipatory process) terhadap berbagai masalah yang akan muncul. b. Keefektifan (effectiveness). Lewiss (1985 :10) melihat bahwa keefektifan diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria (criterion variables) yang diciptakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan. Berdasarkan kriteria-kriteria ini petugas dapat menilai apakah program yang telah mereka jalankan dapat dikategorikan sebagai berhasil ataukah tidak. Akan tetapi, hasil yang diinginkan mungkin tidak dapat dicapai bila tidak dilakukan perencanaan terlebih dahulu. c. Akuntabilitas (accountability). Skidmore (1990 : 82-84), ada dua akuntabilitas yang perlu diperhatikan yaitu akuntabilitas lembaga dan akuntabilitas individu. Dimanapun akuntabilitas itu mengarah, suatu perencanaan yang seksama dapat mengarahkan para tenaga profesional untuk mengoperasionalisasikan pekerjaan mereka. d. Morale (morale). Skidmore(1990:43) percaya bahwa perencanaan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan moral xvii
lembaga. Para staf organisasi membutuhkan penyaluran kreatifitas, perasaan dapat mencapai sesuatu (being of achievement), dan kepuasan dalam upaya meningkatkan kinerja mereka. 2.2 Pelaksanaan Program Kegiatan pelaksanaan program merupakan suatu proses yang dimulai dari implementasi awal atau pre-implementasi, implementasi dan implementasi akhir. Implementasi awal mencakup kegiatan-kegiatan persiapan sebelum program kegiatan dilakukan. Implementasi kegiatan merupakan semua aspek kegiatan teknis yang dilakukan pada sesi kegiatan termasuk koordinasi administratif, dokumentasi, dan dukungan finansial sedangkan implementasi akhir (postimplementation) mencakup kegiatan-kegiatan administratif dan finansial yang diperlukan sesudah program dilaksanakan, termasuk kegiatan pelaporan, proses, dan hasil program kegiatan.
2.3 Evaluasi Program Evaluasi menunjukkan suatu usaha untuk memperoleh informasi atau keterangan dari hasil suatu program dan menentukan nilai (value) dipandang dari sudut informasi tersebut. Evaluasi terhadap setiap kegiatan adalah penting, karena dalam evaluasi orang berusaha menentukan nilai atau manfaat dari pada kegiatan, dengan menggunakan informasi yang tersedia. Setiap penyelenggaraan suatu program pelatihan biasanya diperlukan biaya yang cukup besar, agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia dan pelatihan
xviii
yang diselenggarakan itu dapat mencapai sasarannya, maka pelatihan perlu dinilai atau dievaluasi. Menurut Kirkpatrick rencana keseluruhan evaluasi pelatihan memberikan suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada tiap tingkat evaluasi, yakni perubahan pada tingkat belajar, tingkat perilaku dan tingkat hasil dengan menggunakan kriteria yang tepat. 2.4 Pengembangan Pengembangan program pendidikan luar sekolah bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan program serta memperluas jangkauan pelayanan program kepada masyarakaat sesuai dengan kebutuhan belajar yang diinginkan. Agar pengembangan program pendidikan luar sekolah dapat tercapai perlu adanya kontroling/ monitoring yang berfungsi sebagai berikut : a. Menghentikan kesalahan, penyimpangan, pemborosan, hambatan yang mengakibatkan ketidakefektifan program. b. Mencegah terulangnya kembali kesalahan-kesalahan yang menghambat program. c. Mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk tujuan pencapaian program.
3. Teknik Pemberdayaan Pengembangan masyarakat yang dilaakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat yang satu dengan yang lain memang tampak ada beberapa xix
perbedaan dan kesamaan. Tetapi pada dasarnya tahapan yang dilakukan mencakup beberapa tahapan dibawah ini : 3.1 Tahap Persiapan. Tahap persiapan ini didalamnya terdapat tahap penyiapan petugas untuk menyampaikan persepsi antar anggota tim agen perubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Dan penyiapan lapangan, petugas (community worker) pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. 3.2 Tahap Assesment Proses assessment yang dilakukan disini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki klien. Dalam proses penilian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan (streangth), kelemahan (Weaknesses), kesempatan (opportunities) dan ancaman (threatment). Dalam proses assessment masyarakat dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benarbenar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. 3.3 Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan. Pada tahap ini petugas (community worker) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada,
xx
masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. 3.4 Tahap Pemformulasian Rencana Aksi Pada tahap ini agen perubahan (community worker) membantu masingmasing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. 3.5 Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. 3.6 Tahap Evaluasi Evaluasi sebagai sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan berbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.
xxi
3.7 Tahap Terminasi Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap ‘mandiri’, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan. Meskipun demikian, tidak jarang community worker tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin. Apalagi bila petugas (community worker) merasa bahwa tugasnya belum diselesaikan dengan baik.
B. Pendidikan kecakapan hidup/life skills 1. Pengertian Pendidikan kecakapan hidup Menurut Broling (1989) life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. Broling mengelompokkan life skills ke dalam tiga kelompok kecakapan yaitu : kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan hidup pribadi/sosial (personal/social skill) dan kecakapan hidup bekerja (occupational skill). WHO (1997) memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan
xxii
kecakapan hidup kedalam lima kelompok yaitu : (1) kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill), (2) kecakapan sosial (social skill), (3) kecakapan berpikir (thinking skill), (4) kecakapan akademik (academic skill) dan (5) kecakapan kejuruan (vocational skill). Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal adalah merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas prinsip empat Pilar Pendidikan, yaitu : “learning to know” (belajar untuk memperoleh pengetahuan yang diikuti oleh “learning to learn” yaitu belajar untuk tahu cara belajar), “learnig to do” (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan),”learning to be” (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai dengan bakat, minat, dan potensi diri) dan “learning to live together” (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain). Pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup setiap warga negara. Pengertian kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya. 2. Jenis-jenis Kecakapan Hidup/Life Skills Secara operasional, program kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal dipilah menjadi empat jenis yaitu : (1) Kecakapan pribadi (personal
xxiii
skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness), dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill). (2) Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial. (3) Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara alamiah, melakukan penelitian, dan percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah. (4) Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Seperti di bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu (peternakan, pertanian, perkebunan). Kecakapan kesadaran diri itu pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berfikir rasional mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skills), serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill). Skema tentang Kecakapan Hidup dapat diuraikan sebagai berikut :
Kecakapan Personal (PS)
Kecakapan Hidup Generik (GLS)
xxiv
Kecakapan Sosial (SS) Kecakapan Hidup (LS)
kecakapan Akedemik (AS) Kecakapan Hidup Spesifik (SLS) Kecakapan Vokational (VS)
Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (interpersonal skills) mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi di sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis.kecakapan bekerjasama sangat diperlukan karena sebagai mahluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia lain. Kerjasama bukan sekedar “kerja bersama” tetapi kerja yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu. Dua kecakapan hidup yang diuraikan diatas (kecakapan personal dan kecakapan sosial) biasanya disebut sebagai kecakapan hidup yang bersifat umum atau kecakapan hidup generic (general life skill/GLS). Kecakapan hidup tersebut diperlukan oleh siapapun, baik mereka yang bekerja dan mereka yang sedang menempuh pendidikan. Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (specific life skill/SLS) deperlukanseseorang untuk menghadapi probelema “mobil yang mogok” tentu diperlukan kecakapan khusus tentang mesin mobil. Untuk memecahkan masalah
xxv
dagangan yang tidak laku, tentu diperlukan kecakapan pemasaran. Untuk mampu melakukan pengembangan biologi molekuler tentunya diperlukan keahlian di bidang bio-teknologi. Kecakapan hidup yang bersifat khusus biasanya disebut juga sebagai kompetensi teknis (technical competencies) yang terkait dengan materi mata pelajaran atau materi diklat tertentu dan pendekatan pembelajarannya. Spesific Life Skill (SLS) mencakup kecakapan pengembangan akademik (academik skill) dan kecakapan vocasional yang terkait dengan pekerjaan tertentu. Kecakapan akademik (academic skill/AS) yang seringkali juga disebut kemampuan berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional pada GLS. Jika kecakapan berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungan pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing relationship among them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing hypotheses), serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research). Kecakapan vocasional (vocational skill/VS) seringkali disebut pula dengan “kecakapan kejuruan”, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang tertentu yang terdapat di masyarakat. Dalam kehidupan nyata, antara general life skill (GLS) dan specific life skill (SLS) yaitu antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik serta kecakapan vocational tidak berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang
xxvi
terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu sebagai sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual. Keempat jenis kecakapan hidup diatas, dilandasi oleh kecakapan spiritual, yakni : keimanam, ketaqwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur sebagai salah satu pengamalan dari sila pertama pancasila. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, mandiri serta memiliki produktivitas dan etos kerja yang tinggi.
C. Pelatihan Budi Daya Ayam Arab 1. Pengertian Pelatihan Pelatihan adalah pembelajaran untuk merubah kinerja (Performance) dari seseorang dalam kaitannya dengan tugasnya (Jobs). Dalam hal ini ada empat hal penting untuk diperhatikan yaitu : 1)
Pembelajaran
(Learning) merupakan
upaya
untuk
merubah atau
meningkatkan kinerja seseorang dalam hubungannya dengan tugastugasnya dalam suatu organisasi. Pembelajaran biasanya mengacu kepada perubahan sesuatu kepada si beajar (Learners) dan perubahan itu biasanya mencakup psychomotoric, cognitive, affective, connative. 2)
Kinerja (Performance) biasanya terkait dengan pekerjaan atau tugas- tugas (Jobs), artinya bagaimana kemampuan seseorang dalam menjalankan tugas yang terkait dengan pekerjaan.
xxvii
3)
Sasaran (People) yang dimaksud dalam kegiatan training biasanya adalah terkait dengan orang dewasa (Adults) yang professional. Dengan demikian berarti dalam proses pelatihan kita harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa yang telah memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu dalam menghadapi pekerjaannya. Menurut Ernesto (1991)
dalam
pelatihan
terhadap
orang
dewasa
tidak
hanya
memperhatikan tehadap tujuan dalam melakukan pelatihan, namun juga keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki oleh orang dewasa selama proses pelatihan perlu diperhatikan. Perspektif, pengalaman, kebutuhan, dan orientasi perlu mendapat perhatian dalam pelatihan. 4)
Pekerjaan atau Tugas (Jobs) yang dimaksud adalah tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh sasaran sehari-hari. Dalam kaitannya dengan menjalankan tugas-tugas tersebut sasaran (Learners) perlu mendapat peningkatan melalui pelatihan. Pada umumnya pelatihan dilakukan terhadap sasaan (Learners) karena sering kali kita jumpai di sekitar kita, bahwa institusi institusi atau organisasi melakukan pelatihan kepada karyawan atau pegawai tidak didasarkan pada rasionalitas yang dapat dipertanggung jawabkan, namun lebih didasarkan pada kepentingan “proyek’’, sehingga tidak sedikit biaya, waktu, tenaga yang terbuang tanpa ada kemanfaatan yang berarti. Dalam program pelatihan menurut Taylor and Lippit (1984), bahwa program pelatihan pada sasaran (Learners) hendaknya didasarkan pada alasan-alasan tertentu diantaranya adalah tidak semua orang percaya bahwa pelatihan akan mendatangkan efektivitas dan
xxviii
efisiensi. Banyak orang justru bersikap skeptis terhadap program-program pelatihan. Kenyataan ini terjadi karena menurut para ahli, diantarannya menurut (Jhon and Jeff, 1977) adalah karena: 1) Pelatihan tidak menyentuh substansi yang sebenarnya (no real subtance). 2) Pelatih bukan orang yang memiliki spesifikasi bidang pelatihan yang dilakukan, dan akibatnya pelatih cenderung bersifat akademik (tend to be academic). 3) Banyak pimpinan yang tidak meyakini tentang kegunaan pelatihan, karena
dianggap
hanya
bersifat
akademik,
terlalu
teoritis,
menghabiskan biaya, dan tidak memberikan dampak yang berarti. 4) Umumnya pelatihan dilakukan dalam waktu yang pendek dan akibatnya sering tidak membawa perubahan yang berarti bagi sasaran (learners). 5) Pelatihan hanya dianggap penting bagi pegawai menengah dan bawah dan tidak penting bagi pimpinan (thinking it good only middle or low middle managers and not to senior) 6) Pelatihan terlalu akademik dan para manager tidak memiliki kesempatan untuk mengikutinya. 7) Pelatih sendiri cenderung tidak efektif menjalankan kegiatannya, dan akibatnya seringkali problem tidak dipecahkan melalui kegiatan pelatihan. Namun lebih banyak ditentukan oleh perubahan kebijakan,
xxix
prioritas-prioritas, sistem, produser, tanggung jawab, dan dukungan finansial (financing). 8) Pelatih sering menggunakan metode yang tradisional (traditional methods) akibatnya peserta menjadi bosan, padahal sasaran ingin memperoleh pengalaman yang banyak. 9) Pelatih memiliki keterbatasan dalam penggunaan audio-visual dan teknologi komunikasi modern. 10) Pelatih cenderung menggunakan pendekatan Paedagogy dan kurang memahami pendekatan Andragogy. 11) Pelatih hanya memiliki latar belakang bidang keahlian karena hanyalah seorang manager. Pelatihan tidak selamanya berjalan secara lancar pada setiap kesempatan. Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, dan faktor-faktor itu adalah : 1) Teori dengan praktek tidak sejalan, artinya teorinya teori yang diberikan tidak bisa dipraktekkan pada saat menjalankan tugas-tugas yang dilakukan. 2) Kondisi lingkungan tidak kondusif untuk dimanfaatkan dalam pelatihan dan tidak bisa menunjang kinerja behaviors yang diperlukan dalam pelatihan. 3) Perubahan perilaku tidak bisa diukur (unmeasurable) secara pasti karena materi yang diberikan tidak memenuhi standard.
xxx
4) Sasaran (learners) tidak memiliki motivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan serta tidak mempunyai kemampuan untuk mengikuti materi pelatihan yang diberikan. 5) Pengembangan organisasi dianggap bisa dilakukan melalui kegiatan non-pelatihan, misalnya perubahan kebijakan dan pengembangan proyek-proyek tertentu. 6) Sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan pelatihan tidak memadai, baik sumber finansial, manusia, fisik dan teknologi. Pelatihan (training) lebih menekankan pengajaran, disiplin atau driil. Pelatihan besifat jangka pendek, lebih spesifik, dan hal-hal penting. Pengetahuan, keterampilan, orientasi, pengalaman, dan perspektif yang diberikan lebih terkait dengan pekerjaan sehari-hari, tugas-tugas khusus, proyek, atau kebutuhankebutuhan organisasi. Dalam pelatihan Ernesto (1991) lebih menekankan pada perception, experiences, attitudes, knowledge, and skills (PEAKS). Pelatihan dan budidaya ayam arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah ini dilaksanakan salah satunya adalah dikarenakan keunggulan ayam Arab itu sendiri sebagai ayam petelur telah memikat hati banyak peternak ayam, sebagai primadona baru ayam buras, kehadiran ayam arab ini mampu memberikan gairah baru bagi peternak. Dalam waktu singkat, telah muncul ratusan peternak ayam baru yang menguntungkan pada jenis ayam Arab ini. Dalam pengelolaan peternakan ayam arab ini diperlukan teknik budidaya ayam Arab, yang biasa didapat dengan cara magang pada peternak ayam yang telah berpengalaman, bisa juga melalui kursus atau pelatihan, maupun referensi bacaan. Berbekal pengetahuan ini akan sangat
xxxi
bermanfaat bagi peternak pemula yang menginginkan keberhasilan usaha peternakannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan produktivitas telur ayam Arab antara lain : pemilihan bibit, kandang yang sehat, pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian penyakit. 1. Pemilihan bibit Pemilihan bibit akan mempengaruhi produktivitas ayam Arab dalam menghasilkan telur. Bibit yang baik biasanya juga menghasilkan anakan yang baik dan memiliki sifat yang mirip dengan induknya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui sebagai indikator bibit yang baik. (a) Tanda DOC yang berkualitas baik; sehat, lincah, mata bulat, tidak mengantuk, tidak cacat kaki, sayap lengka, bentuk paruh normal, bulu tubuh kering. (b) Tanda ayam dara (pullet) yang siap bertelur; sehat, tidak cacat, kuku pendek, bobot minimal 1,2 kg pada umur 5 bulan. (c) Tanda calon induk petelur yang baik; sehat, tidak cacat, kuku relatif pendek, mata bulat cerah, bulu mengkilap, bentuk badan bulat letter U. 2. Kandang yang sehat Setelah mendapatkan bibit baik yang terseleksi, hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kandang. Ayam akan tetap sehat apabila ditempatkan pada kandang yang nyaman, yang memenuhi syarat sebagai berikut : (a) Longgar, tidak terlalu sempit (b) Cukup memperoleh sinar matahari pagi (c) Tanah padat dan berpasir, kering, bersih (d) Dapat melindungi ayam dari terik sinar matahari, hujan, kencangnya angin malam (e) Jauh dari keramaian. 3. Pakan xxxii
Kualitas dan kuantitas pakan juga sangat menentukan produktivitas telur ayam Arab serta perkembanagan tubuh ayam itu sendiri. Sebaiknya pakan dibuat sendiri dengan pertimbangan utama adalah dapat diusahakan secara ekonomis. Beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam pembutan pakan ini antara lain : (a) Mudah didapat, selalu tersedia, murah (b) Tidak bersaing dengan kebutuhan manusia (c) Disukai oleh ayam (d) Tidak mengganngu kesehatan ayam. Disamping itu perlu diberikan pula ramuan tradisional untuk mengoptimalkan produksi telur ayam Arab ini. 4. Pengendalian penyakit Dalam usaha peternakan ayam Arab, penyakit merupakan salah satu resiko yang kadang-kadang harus dihadapi. Oleh karena itu mengenai gejala masingmasing penyakit, mengetahui sumber penyebabnya dan dapat melakukan pencegahan penyakit merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh peternak ayam Arab untuk suksesnya usaha ternak ayam Arab petelur ini. Ayam Arab relatif lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Namun perlu diketahui bahwa penyakit yang mungkin mengenai ayam Arab ini sama seperti ayam ras lainnya, dan dapat juga menular. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pencegahannya, karena pada ayam yang telah berproduksi, secara langsung akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Pada prinsipnya ada dua faktor penyebab penyakit ini yaitu : internal dan eksternal. Secara umum ada beberapa hal yang dapat menyebabkan berjangkitnya penyakit ini, antara lain : (a) Cuaca seperti ; suhu, kelembaban, hujan terus menerus, musim kering yang panjang, berpengaruh terhadap kondisi ayam, misalnya gangguan pernafasan. (b) Kandang
xxxiii
dan peralatan ; harus senantiasa terjaga kenyamanan dan kebersihannya (c) Lingkungan sekitar kandang ; lingkunagan yang kotor dan tanaman yang terlalu rimbun mudah untuk berkembangnya suatu penyakit (d) Pakan dan air minum ; apabila kurang bergizi akan menurunkan kondisi tubuh ayam sehingga ayam menjadi lemah dan mudah terserang penyakit (e) Kondisi individual ayam (f) Bibit yang tercemar penyakit.
2. Model Pelatihan Beberapa unsur yang terintegrasi dalam model siklus pelatihan adalah: a. Analisis yang meliputi
identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan,
pengembangan kinerja yang standar, identifikasi sasaran (learners), pengembangan kriteria pelatihan, pekiraan biaya, dan perkiraan keuntungan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. b. Pengembangan, pada tahap ini merupakan esensi dari rancangan pelatihan, karena pada tahap ini akan bisa memantapkan kita untuk bisa atau tidak melakukan pelatihan. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan, antara lain : masukan, urutan kegiatan, logistik, sumber-sumber, finansial yang diperlukan, dan kriteria keberhasilan. c. Penerapan, bagaimana pun baiknya rancangan pelatihan dibuat, peluang ketidak berhasilan tetap ada jika tidak diimplementasikan dan dikoordinir secara baik. Oleh karena itu peran kegiatan administratif dalam tahap ini sangat penting bagi terlaksananya kegiatan pelatihan. Kegiatan-kegiatan
xxxiv
administratif yang perlu diperhatikan terutama adalah kegiatan koordinasi dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya. d. Evaluasi, pada tahap ini harus ditetapkan perilaku apa yang hendak dicapai dari pelatihan, baik selama proses pelatihan, sesudah pelatihan, maupun tindak lanjut dari pelatihan. Untuk maksud ini perlu dirumuskan kriteria yang jelas dan terukur sehingga dapat diketahui bahwa perubahan perilaku tersebut akibat dari pelatihan. e. Penelitian, dalam siklus pelatihan, penelitian merupakan gagasan yang baru, metodologi yang baru, dan teknologi yang baru. Dengan adanya penelitian akan bisa dijadikan masukan tentang kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pelatihan yang telah berjalan, dengan demikian akan menjadi bahan penyempurnaan kegiatan serupa di masa mendatang. Adapun model pelatihan yang biasa digunakan adalah model pelatihan dari Treadway Pakker yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan model Ricahard Miller. Model sistem pelatihan dari Treadway Pakker dan model sistem pelatihan dari Ricahard Miller dapat digambarkan sebagai berikut :
xxxv
Model Sistem Pelatihan dari Treadway Pakker (Ernesto, 1991)
Conduct Training Need Analysis
Develop Tarining Objective
Measure
Design Training
Training Results
Curriculum
Implement
Design/ Select
Training Program
Training Methods
Design Training Evaluation Approach
xxxvi
Model Sistem Pelatihan dari Ricahard Miller (Ernesto, 1991)
Analysis of overal system
NEEDS ASSESMENT
Analysis of task of JOB
Specification
Definition
of KSO
Target client
Development Of measures of job proficiency
Training needs
Analysis of objectife in
OBJECTIVE
behavioral form
SETTING
Validation Course countruction
xxxvii
Definition of syllabus Content Teaching strategy
DESIGN
Mean of presentation
PROCESS
Writing of lesson
Field testing & evaluation
Revition
Implementation of system
IMPLEMENT ATION PROCESS
EVALUATION PROCESS 3. Evaluasi Pelatihan Setiap penyelenggaraan suatu program pelatihan biasanya diperlukan biaya yang cukup besar, agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia dan pelatihan yang diselenggarakan itu dapat mencapai sasarannya, maka pelatihan perlu dinilai atau dievaluasi. Menurut Kirkpatrick rencana keseluruhan evaluasi pelatihan memberikan suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada tiap tingkat evaluasi, yakni perubahan pada tingkat belajar, tingkat perilaku dan tingkat hasil dengan menggunakan kriteria yang tepat.
xxxviii
Kriteria untuk menilai pelatihan adalah tujuan program pelatihan yang dinyatakan secara khusus dan dalam bentuk yang dapat diukur. Untuk mengukur hasil suatu pelatihan secara ilmiah, cermat, dan tepat, maka kegiatan-kegiatan berikut perlu dilakukan : a. Memilih suatu rencana evaluasi b. Memilih teknik pengumpulan data yang tepat c. Memilih metode-metode statistik yang cocok untuk mengoalah data dan mengambil kesimpulan-kesimpulan. Maka dari pada itu harus ada : a. Evaluasi terhadap peserta yang dilakukan sebelum pelatihan. Gunanya adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan, ketrampilan, prestasi, dan sikap yang telah dimiliki oleh para peserta. b. Evaluasi terhadap para peserta yang dilakukan sesudah pelatihan. Gunanya adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan, ketrampilan, prestasi dan sikapnya yang baru. Dengan demikian rencana evaluasi yang pokok dan ilmiah itu memerlukan pemeriksaan sebelum dan sesudah pelatihan; juga penggunaan kelompok pengawasan. Rencana evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengukuran Sebelum
Pengukuran Pelatihan
setelah
pelatihan
pelatihan
xxxix
Pengukuran perubahan
Rencana evaluasi yang baru dikemukakan tersebut merupakan evaluasi dasar. Ada beberapa variasi rencana evaluasi sebagai berikut : 1. Pengukuran setelah pelatihan dari para peserta tanpa menggunakan kelompok pengawasan. 2. Pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan dari para peserta tanpa menggunakan kelompok pengawasan. 3. Pengukuran sebelum pelatihan dari para peserta dengan menggunakan kelompok pengawasan. 4. Pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan dari para peserta dengan menggunakan kelompok pengawasan. 5. Suatu rencana evaluasi tiga kelompok yang menggunakan satu kelompok percobaan dan dua kelompok pengawasan. Pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan dari para peserta dengan kelompok pengawasan pertama dan kelompok pengawasan kedua dipergunakan hanya untuk pengukuran setelah pelatihan. Rencana evaluasi tanpa menggunakan kelompok pengawasan mempunyai kelemahan, karena tidak mempunyai dasar pelaksanaan pekerjaan sebelum pelatihan. Lain daripada itu faktor-faktor diluar pelatihan juga dapat xl
mempengaruhi perilaku yang diukur setelah pelatihan. Rencana evaluasi yang kompleks pada angka 5 merupakan suatu rencana yang baik ditinjau dari sudut pengukuran, tetapi kesulitan administrasinya biasanya akan menghapuskan keuntungan-keuntungan dalam organisasi pelaksanaan. Dipandang dari sudut bermacam-macam pembatasan rencana yang kompleks, maka dua kelompok pengukuran sebelumnya dan sesudah pelatihan dari para peserta dengan menggunakan kelompok pengawasan pada angka 4 dianjurkan, karena sifatnya yang praktis dan dapat dilaksanakan.
xli
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah suatu alat atau cara untuk melaksanakan pemeriksaan yang diteliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan data, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif guna memecahkan persoalan praktis (Pringgodigdo, 1994 : 1028).
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang memandang objek kajian sebagai sistem (Arikunto, 1993 : 209). Menurut Bogdan dan Biklen dalam Meleong penelitian dengan pendekatan kualitatif memiliki 5 ciri yaitu : (1) dilakukan pada latar yang alami, karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang asli dan perisetnya, (2) bersikap diskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau gambargambar dari pada angka, (3) lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk semata, (4) data menganalisis data cenderung induktif dan (5) lebih mementingkan makna (esensial). Dalam studi kasus ini, sumber data yang akurat adalah peserta, penyelenggara, dan nara sumber teknis dalam pelatihan dan budidaya ayam Arab. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
xlii 34
pemahaman secara mendalam mengenai pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. B. Penentuan Lokasi Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di BPPLSP (Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda) Regional III Jawa Tengah. Dipilihnya BBPLSP Ungaran sebagai lokasi penelitian dikarenakan tempat ini merupakan salah satu lembaga yang menyelenggarakan program-program pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup khususnya pelatihan budidaya ayam Arab. Setelah diadakan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab, dibentuk dua desa binaan yang berada di Beji Para’an Ungaran dan Sekunir Gunungpati, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian disini untuk memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari : (1) Pengelola atau penyelenggara pelatihan budidaya ayam Arab (2) Fasilitator atau nara sumber teknis pelatihan budidaya ayam Arab (3) Warga belajar pelatihan budidaya ayam Arab.
C. Fokus Penelitian Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah yang bersumber pada pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui keputusan ilmiah maupun keputusan lainnya (Moleong, 2001 ; 65). Rumusan
xliii
masalah atau fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan fokus atau masalah tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada dilatar penelitian. Penelitian ini memfokuskan pada : 1. Bagaimanakah
Pola
pemberdayaan
pemuda
dengan
pelatihan
budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, dan 2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu data utama dan data pendukung. Menurut Meleong (1995 :95) menyebutkan karakteristik dari data utama adalah dalam bentuk kata-kata atau ucapan dari perilaku orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Dalam penelitian ini data utama diperoleh dari informan utama yang terdiri dari 4 orang warga belajar, 3 orang nara sumber teknis serta 3 orang fasilitator atau penyelenggara pelatihan ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Sedangkan karakteristik data pendukung atau tambahan adalah dalam bentuk non manusia, sehingga dalam kaitannya dengan penelitian ini, data tambahan bisa berupa surat-surat, dokumentasi tentang pelatihan budidaya ayam Arab. 2. Metode Pengumpulan Data
xliv
Dalam proses pengumpulan data peneliti merupakan instrumen penelitian yang utama (Moleong, 1991 : 121). Beberapa alat perlengkapan penelitian yang akan diperlukan seperti alat tulis, catatan kancah, dan kamera foto. Alat tersebut digunakan untuk memperlancar proses penelitian dan tidak mengganggu kewajaran pengamat (Bogdan dan Biklen, 1982 : 27) Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. a. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadi komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara. Menurut Moleong (2001;135), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban pertanyaan itu. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam karena peneliti ingin mengetahui secara menyeluruh bagaimana pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BBPLSP Regional III Jawa Tengah, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda tersebut. Teknik wawancara dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke objek penelitian, mengadakan pendekatan dan berwawancara dengan pihak yang berkompeten di BPPLSP Regional III Jawa Tengah tentang data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Adapun responden atau informan yang akan diwawancarai adalah warga belajar yang berjumlah 4 orang, pengelola xlv
atau penyelenggara yang berjumlah 3 orang, serta 3 orang nara sumber teknis. Sedangkan hal-hal yang akan diwawancarai meliputi gambaran umum sasaran, kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab, pola pemberdayaan pemuda pelatihan budidaya ayam Arab, serta upaya-upaya BPPLSP terhadap pemberdayaan. Peneliti menggunakan metode wawancara karena dengan menggunakan metode wawancara peneliti dapat menggali informasi langsung secara mendalam dari informan penelitian tentang bagaimanakah pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah serta faktor pendukung dan penghambat pola pemberdayaan tersebut. b. Observasi Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam metode observasi ini juga tidak mengabaikan kemungkinan menggunakan sumber-sumber non manusia seperti dokumen dan catatan-catatan. Di dalam penelitian kualitatif, jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat pengumpulan data ialah : (1) Observasi partisipan, (2) Observasi sistematik, (3) Observasi eksperimental. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku manusia sebagaimana perilaku itu terjadi dalam kenyataan sebenarnya dan sosial yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, objek yang akan di observasi oleh peneliti yaitu pola
xlvi
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini ditulis orang yang langsung mengalami suatu peristiwa; dan dokumen sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang lain. Otobiografi adalah contoh dokumen primer dan biografi adalah contoh dokumen sekunder (Irawan Soeharto, 1995:70-71). Penelitian ini akan menggunakan baik data primer maupun data sekunder untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data peserta, tutor atau nara sumber teknis, penyelenggara dan kurikulum atau garis-garis besar program pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi yaitu untuk memperkuat data-data yang sudah ada yang di dapatkan peneliti dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penggunaan metode penelitian ini, yaitu pertama, peneliti melakukan survei mengenai lokasi penelitian dan ijin untuk melakukan penelitian pada hari Rabu, 30 Maret 2005. Setelah xlvii
penelitian dikeluarkan oleh BPPLSP Regional III Jawa Tengah, peneliti mulai melakukan penelitian. Adapun metode yang pertama kali adalah metode observasi dan dokumentasi yang dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2005. data yang diperoleh yaitu: mengetahui pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab yang meliputi proses persiapan kegiatan, input, proses pelaksanaan, out put, out comes sampai dengan tahap evaluasi. Selanjutnya pada bulan Juni 2005 dilakukan wawancara dengan para responden yang dapat menghasilkan data berupa: Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab serta faktor pendukung dan faktor penghambat dari pelaksanaan pola penberdayaan pemuda tersebut.
E.
Keabsahan Data Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2000 : 173) menjelaskan ada
empat kriteria yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk keabsahan data, yaitu : (1) Derajat Kepercayaan, (2) Keteralihan, (3) Kebergantungan dan (4) Kepastian. Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan temuan hasil dilapangan dengan kenyataan yang diteliti dilapangan. Teknik-teknik yang digunakan untuk melacak atau membuktikan kebenaran atau taraf kepercayaan data tersebut bisa melalui ketekunan pengamatan dilapangan (persistent observation), triangulasi (triangulation), pengecekan dengan teman sejawat (peer debriefing), analisa terhadap kasus-kasus negatif (negatif case analysis), reverensi yang memadai (reverencial adequacy), dan pengecekan anggota (member chek).
xlviii
Dari berbagai teknik ini, maka peneliti menggunakan teknik pengamatan lapangan dan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan/ sebagai pembanding terhadap data itu, Denzin (dalam Lexy Meleong, 1995 : 178) membedakan empat triangulasi, yaitu : (1) Triangulasi Sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang diketahuinya. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada atau pemerintah. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (2) Triangulasi Metode, menurut Patton dalam Moleong (2001; 178) terdapat dua strategi, yaitu : a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan.
xlix
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. (3) Triangulasi Peneliti ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya adalah dapat membantu mengurangi “kemencengan data”. (4) Triangulasi Teori adalah membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan dengan teori-teori yang telah ditemukan oleh para pakar ilmu sosial sebagai mana yang telah diuraikan dalam bab landasan teori yang telah ditemukan. Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini hanya digunakan triangulasi sumber. Keabsahan data dilakukan peneliti dengan cara mengecek jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada peserta/ warga belajar, nara sumber teknis/tutor, dilanjutkan kepada penyelenggara/fasilitator pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
F. Analisis Data Bersamaan dengan proses pengumpulan data, dilakukan analisis data. Alur analisis mengikuti pendapat Spradley dalam Sanapiah (1990 ; 91-108) yakni analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial. (1) Analisis Domain, analisis ini dilakukan bersamaan dengan mereduksi banyaknya data yang diperoleh, untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan relatif menyeluruh dari suatu fokus permasalahan yang diteliti.
l
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dalam proses pengamatan dan wawancara deskriptif. (2) Analisis
Taksonomi,
analisis
ini
berusaha
merinci
lebih
lanjut,
mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang sama dalam suatu domain yang dianggap penting dalam suatu proses penelitian. Analisis taksonomi dilakukan bersamaan dengan pengamatan terfokus dan wawancara struktural. Hal yang dapat diamati dalam tahap ini adalah terkait dengan fokus penelitian yang meliputi : Bagaimana Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. (3) Analisis Komponensial, dalam analisis ini mengorganisasikan antar elemen dalam domain yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara terseleksi dan kemudian dilanjutkan dengan analisis tema, untuk mendeskripsikan secara menyeluruh dan menampilkan makna dari yang menjadi fokus penelitian. Penggambaran yang meluas dari tema-tema yang ditemukan, akhirnya digunakan dalam menyusun laporan lebih lanjut dengan memperhatikan interaksi dari perspektif emiketik atau sebaliknya antara etik dan emik, dengan bahan-bahan referensi yang teoritis berkaitan dengan tema-tema yang disusun. Skema proses kegiatan observasi dan wawancara diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
li
OBSERVAS
DESKRIPTIF TERFOKUS SELEKTIF
STRUKTURAL WAWANCARA
KONTRAS
DESKRIPTIF
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa selama proses penelitian berlangsung, mula-mula peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas yang terjadi pada saat peneliti berada dilapangan, kemudian melakukan wawancara terhadap sejumlah anggota kelompok pemuda dan pengurus desa binaan ayam Arab. Kegiatan yang dilakukan masih bersifat umum dan dalam rangka proses sosialisasi. Dari data yang diperoleh kemudian dipilah-pilah sebagai bahan untuk melakukan observasi dan wawancara berikutnya. Kegiatan ini terus berlangsung bergerak dari hal-hal yang bersifat umum menuju fokus-fokus dalam penelitian ini. Untuk mendukung atau melengkapi dari berbagai data yang diperoleh, kemudian dilakukan studi dokumentasi. Melalui studi dokumentasi ini dapat diperoleh berbagai kejadian-kejadian penting yang dapat memperjelas dari setiap kegiatan. Kegiatan ini terus berulang kali hingga semua data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terpenuhi.
lii
liii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN 1. Gambaran umum BPPLSP 1.1 Sejarah berdirinya BPPLSP Pada tahun 1980 proyek pendidikan non formal membangun “Balai Dikmas” di Jalan Diponegoro No. 250 Ungaran Semarang. Balai Pendidikan Masyarakat (Balai Dikmas) adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang bernaung dibawah Ditjen Diklusepora, namun pengelolaan sehari-hari diserahkan pada bidang Dikmas Kanwil Depdikbud Propinsi Jateng. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0136/O/1991 tertanggal 21 Maret 1991 tentang struktur organisasi dan tata kerja BPKB, maka balai Dikmas Ungaran resmi menjadi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Tengah sebagai unit pelaksana Teknis Diklesepora. Sesuai dengan era otonomi daerah maka berdasarkan surat edaran Sekjen Depdiknas No. 88936/A.A5/HK2001, tanggal 18 Oktober 2001 tentang kedudukan dan tanggung jawab UPT dibawah Depdiknas, maka status BPKB Jateng merupakan UPT Pusat yang dibina dan bertanggung jawab kepada Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Namun sesuai SK Menteri Pendidikan Nasional Nomor 115/O/2003 BPKB diubah nama menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda yang selanjutnya disebut BP-PLSP adalah unit pelaksana teknis di
45liv
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dibidang Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 1.2 Fungsi dan tujuan BPPLSP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan program dan fasilitasi pengembangan sumber daya pendidikan luar sekolah dan pemuda di daerah berdasarkan kebijakan nasional. BPPLSP berfungsi dan bertujuan untuk menyelenggarakan : a. Pengkajian pelaksanaan pendidikan luar sekolah dan pemuda di daerah; b. Pengembangan program pendidikan luar sekolah dan pemuda; c. Fasilitasi pengembangan sumber daya pendidikan luar sekolah dan pemuda; d. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi pendidikan luar sekolah; e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan luar sekolah dan pemuda; f. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Balai. Visi BPPLSP adalah mewujudkan berbagai model pengembangan PLS, perangkat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat serta pengembangan kualitas mutu tenaga kependidikan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat sebagai upaya terwujudnya masyarakat yang gemar belajar, berusaha dan bekerja, berakhlak mulia, mandiri serta mampu beradaptasi dengan perubahan lokal dan global. Misi BPPLSP adalah : 1) Mewujudkan pengembangan berbagai model PLSP yang berbasis pada kebutuhan masyarakat dan pasar beserta perangkat pembelajarannya; 2) Melaksanakan pelayanan bantuan teknis bagi UPT PLSP baik milik pemerintah, swasta maupun perorangan; 3) Membentuk laboratorium sosial program PLSP sebagai kancah pengembangan, pengkajian, penelitian sekaligus sebagai pelayanan pemberdayaan bagi masyarakat luas secara mudah, lv
murah dan berkualitas; 4) Mewujudkan model-model bahan belajar dan perangkat pembelajaran bagi masyarakat sebagai upaya adaptasi dengan perubahan lokal dan global; 5) mewujudkan pola pengembangan pelatihan tenaga kependidikan PLSP bagi pelaksana, fasilitator dan pembina program di masyarakat; 6) Mewujudkan proses
pemahaman
dan
peningkatan
peran
serta
masyarakat
dalam
penyelenggaraan program PLSP. 1.3 Sasaran garapan Program-program PLSP di Jateng telah diselenggarakan dengan cukup baik, namun angka-angka sasaran PLSP setiap tahun tidak menunjukkan hasil kerja yang memuaskan, bahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan PLSP terus menerus muncul selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah. Secara umum ada beberapa masalah yang menjadi dasar pijakan pengelolaan program PLSP di Jateng, khususnya dalam pengembangan dan melakukan inovasi PLSP diantaranya (data Th. 2003) Jumlah penduduk usia 0-6 tahun sebanyak 3.634.847 anak yang mampu dilayani TK/RA/Kelompok bermain sebanyak 1.428.131 anak, sehingga teradapat 206.716 anak usia 0-6 tahun belum terlayani. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 3.737.705 orang, belum pernah sekolah sebanyak 47.842 orang, dan putus sekolah SD/MI sebanyak 32.276 orang. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebanyak 1.992.881 belum pernah sekolah. Jumlah penduduk usia 16-29 tahun sebanyak 7.553.090 dengan angka putus SLTA sebanyak 56.213 orang. Buta huruf sebanyak 426 oarng, putus SD sebanyak 462.425 orang, putus SLTP sebanyak 136.046 orang, dan putus SLTA sebanyak 56.213 orang. Angka buta huruf usia 10-44 tahun masih tersisa 792.418 orang. Angka pengangguran 637.900 orang dan semi pengangguran sejumlah 7.258.530 orang. Angka lvi
kemiskinan di desa mendekati angka 3,9 juta dan di perkotaan mendekati 7,2 juta orang. 1.4 Struktur organisasi Bagan Organisasi Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
KEPALA
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PROGRAM
SEKSI FASILITASI SUMBER DAYA
SEKSI INFORMASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
2. Deskriptif infoman penelitian Hasil penelitian mengenai pola pemberdayaan pemuda melalui budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah dapat dipahami melalui pembahasan dari 10 (sepuluh) orang informan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Informan pertama
lvii
Rochman, berusia 39 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal didesa Sekunir Rt.02/Rw.05 Gunungpati Semarang, bersama istri dan dua orang anaknya. Pekerjaan utamanya adalah berternak sapi perah. Disamping itu, ia mempunyai pekerjaan sampingan yakni membantu istri berjualan kebutuhan bahan pokok dirumah. Tujuannya mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab adalah ingin menjadi peternak ayam Arab yang berhasil. Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan teori dan praktek beternak ayam Arab sekaligus studi banding peternakan ayam Arab di KPSM Sido Makmur Klaten. Dalam kegiatan pelatihan ada lima orang tutor atau nara sumber teknis, yang terdiri dari Bp. Kastum, Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Sigit dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan materi dengan cara memberi pelajaran berupa teori dan praktek lapangan mengenai budidaya ayam Arab. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan diadakan test tetulis dan praktek langsung pembuatan kandang dan mesin tetas. Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti pelatihan adalah semakin bertambahnya pengetahuan tentang pemilihan bibit/induk ayam Arab, pembuatan ransum dan pembuatan pakan ayam, pembuatan kandang dan mesin tetas serta pencegahan dan pengendalian penyakit. 2. Informan kedua Amin Rahardjo, berusia 33 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal didesa Sekunir Rt.02/Rw.05 Gunungpati Semarang, bersama istri dan satu orang anaknya. Pekerjaan utamanya adalah buruh bangunan. Walaupun penghasilan untuk setiap bulannya tidak menentu, tetapi cukup untuk
lviii
memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan merintis usaha ayam Arab. Tujuannya mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab adalah ingin menjadi peternak yang berhasil. Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan teori dan praktek budidaya ayam Arab mulai dari penetasan sampai produksi, termasuk proses pembuatan kandang, mesin tetas, dan ransum makanan. Dalam kegiatan pelatihan ada lima orang tutor atau fasilitator, yang terdiri dari Bp. Margono, Bp. Kastum, Bp. Gunawan, Bp. Sigit dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan materi dengan cara memberi pelajaran berupa teori sekaligus praktek lapangan mengenai budidaya ayam Arab. Disamping dibagi lembar kuisioner yang harus diisi oleh peserta untuk mengevaluasi tutor dan penyelenggara pelatihan, peserta juga mengikuti test tertulis dan praktek pembuatan kandang, ransum makanan dan mesin tetas. Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti pelatihan adalah mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab, dari cara pemilihan bibit ayam, pembuatan kandang, mesin tetas, serta pencegahan wabah penyakit ayam Arab. 3. Informan ketiga Sugiarto, berusia 36 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa beji Para’an Rt.02/Rw.10 Ungaran, bersama istri dan dua orang anaknya. Pekerjaan utamanaya adalah menjadi ekspedisi biro jasa angkutan, disamping itu, ia juga mempunyai pekerjaan sampingan beternak sapi perah dan bebek (menthok). Tujuannya mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab adalah ingin menjadi peternak ayam Arab yang berhasil.
lix
Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan teori dan praktek budidya ayam Arab yang meliputi pengetahuan dan keterampilan pemilihan bibit yang baik, pembuatan kandang ayam, pembuatan mesin tetas, pembuatan pakan ayam, penetasan dan pembesaran serta pengendalian penyakit ayam. Dalam kegiatan pelatihan ada lima orang tutor, yang terdiri dari Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Kastum, Bp. Sigit dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan pelajaran teori dengan ceramah dan praktek pembuatan kandang maupun mesin tetas. Dalam pelatihan budidaya ayam Arab diadakan test tertulis (teori) dan test praktek yang dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Pada akhir pelatihan, peserta dibagi lembar kuisioner yang harus diisi oleh peserta untuk mengevaluasi kinerja tutor dan penyelenggara. Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti pelatihan adalah dapat menambah pengetahuan tentang ayam Arab, penanggulangan/pencegahan penyakitnya, serta meningkatkan keterampilan pemilihan bibit/induk ayam Arab, pembuatan kandang dan mesin tetas. 4. Informan keempat Khamdan, berusia 27 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa Beji Para’an Rt.o2/Rw.10 Ungaran, bersama kedua orang tuanya dan tiga orang adiknya. Pekerjaan utamana adalah buruh pabrik plastik, dengan penghasilan Rp. 400.000,- setiap bulannya. Penghasilan yang diprolehnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya serta untuk membentu biaya sekolah adiknya. Tujuannya mengikuti pelatihan
lx
budidaya ayam Arab adalah ingin mencari pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab. Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan teori berternak ayam Arab, praktek pembuatan kandang, pembuatan pakan ayam, dan pembuatan mesin tetas, serta kunjungan lapangan. Dalam kegiatan pelatihan ada lima orang tutor, yang terdiri dari Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Basirom, Bp. Kastum dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan materi dengan cara memberikan pelajaran berupa teori dengan metode ceramah sekaligus praktek langsung atau demonstrasi pembuatan kandang, mesin tetas, dan pakan ayam. Di dalam pelatihan budidaya ayam Arab ada dua jenis test yang harus diikuti oleh peserta, yakni test berbentuk tulis dan praktek langsung. Disamping itu peserta juga harus mengisi lembar kuisioner yang dibagi oleh panitia untuk mengevaluasi kinerja tutor dan penyelenggara selama kegiatan pelatihan. Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti kegiatan pelatihan adalah memperoleh pengetahuan yang tidak didapatkan sebelumnya, tentang pemilihan bibit/induk ayam Arab yang baik, pembuatan kandang, pembuatan pakan serta pencegahan penyakit ayam Arab. 5. Informan kelima Drs. Kastum, M.Pd, berusia 41 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di jalan Kertajaya Rt.02/Rw.01 Langensari Ungaran Semarang. Pekerjaan utamanya adalah PNS BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Tujuan dari pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar mereka dapat memiliki keterampilan tertentu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mandiri. Cara mengidentifikasi kebutuhan dengan menggunakan dengan cara : a. Metode PRA/Partisipatory Rural Apraisal (pendekatan pemahaman masyarakat pedesaan), dimana team survai datang langsung ke masyarakat melihat sejumlah potensi/sumber daya manusia kemudian dibuat pemetaan skala prioritas kebutuhan masyarakat. b. Metode konvensional yaitu datang langsung ke masyarakat kemudian masyarakat dikumpulkan dan diadakan diskusi skala prioritas kebutuhan. c. Analisis SWOT yaitu melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari masyarakat sekitar. Setelah teridentifikasi dan melihat masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat, maka ditetapkan tujuan pelatihan. Kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dirancang selama satu minggu oleh fasilitator dengan melibatkan warga belajar. Materi-materi yang diberikan juga bersifat proses yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas. Untuk menentukan nara sumber teknis, dicari orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan budidaya ayam Arab, karena BPPLSP belum
lxi
mempunyai tenaga khusus, maka nara sumber teknis diambil dari KPSM Sido Makmur/peternak ayam Arab/pedagang ayam Arab yaitu Bp. Moh. Basirom, Bp. Gunawan, Bp. Margono sedangkan dari pihak BPPLSP dipilih Bp. Sigit dan Bp. Jumadi. Jumlah nara sumber teknis pelatihan dan budidaya ayam Arab ada 4 orang NST. Dari hasil identifikasi sasaran diperoleh 14 orang warga belajar yang terdiri dari 4 orang kelompok binaan Sekunir Gunungpati dan 10 orang anggota kelompok binaan Beji Ungaran yang tergabung dalam Organisasi Pemuda Muhamadiyah dan 16 Pamong Belajar SKB seluruh jawa tengah. Jumlah peserta pelatihan budidaya ayam Arab kurang lebih 30 orang termasuk pamong belajar SKB seluruh Jawa Tengah. Program pelatihan budidaya ayam Arab adalah program kerja BPPLSP, maka peserta pelatihan tidak dipungut biaya sepeserpun bahkan mereka diberi uang saku sedangkan untuk anggota kelompok binaan diberi modal usaha. Karena ada kaitannya dengan struktur anggaran dana maka pelatihan budidaya ayam Arab disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak BBPLSP. Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah membentuk panitia, pembagian tugas, rapat koordinasi (temu teknis untuk menentukan kurikulum materi, siapa yang menyusun, menyiapkan, dan menyampaikan materi), menyiapkan bahan dan alat pelatihan, menentukan peserta dan nara sumber teknis. Pada tahap pelaksanaan memasuki hari pertama pemberian teori tentang teknik budidaya ayam Arab, hari kedua praktek lapangan (kunjungan di KPSM Sido Makmur Klaten), hari ketiga praktek pembuatan kandang dan mesin tetas. Pada tahap akhir kegiatan adalah menyusun laporan dan evaluasi dampak pelatihan. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan adalah semakin bertambahnya pengetahuan warga belajar tentang budidaya ayam Arab yang meliputi pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan dan pembesaran ayam, cara penetasan, cara penyegahan penyakit cara penanganan pasca panen/pemasaran dan pengetahuan membuat mesin tetas. Hasil yang dicapai dalam bidang sikap adalah perubahan sikap warga belajar menjadi wiraswasta yang baik. Hasil yang dicapai dalam bidang keterampilan adalah semakin bertambah keterampilan warga belajar tentang budidaya ayam Arab yang meliputi keterampilan mengenal ayam Arab, mengenal alat dan bahan yang digunakan, pemeliharaan dan pembesaran ayam Arab, keterampilan menetaskan ayam Arab, pencegahan penyakit, penaganan pasca produksi/panen serta keterampilan membuat mesin tetas. Sedangkan hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis adalah peningkatan penghasilan walaupun belum maksimal. Halhal yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan adalah persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. Pada saat kegiatan pelatihan, yang dievaluasi adalah jalannya pelaksanaan pelatihan. Sedangkan pada akhir kegiatan pelatihan, yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan dan mendokumentasikan kegiatan yang telah berjalan.
6. Informan keenam Drs. Sigit, berusia 36 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa Sekunir Rt.02/Rw.10 kelurahan Plalangan kecamatan Gunungpati Semarang. Pekerjaan utamanaya adalah pamong belajar BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
Tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dengan
pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar pemuda dapat mandiri dalam beternak ayam Arab yang meliputi usaha penetasan, pembesaran atau usaha petelor ayam Arab. Cara mengidentifikasi kebutuhan warga belajar menggunakan metode turun langsung kedalam masyarakat dengan mewawancarai ketua Rt/Rw dan juga warga belajar sendiri. Setelah diidentifikasi dan dikaji lalu dianalisis dengan cara menentukan keunggulan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada pada desa tersebut. Kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dirancang dengan cara membuat desain dari pelatihan yang akan dikembangkan baik mulai dari lxii
tahap persiapan, pelaksanaan dan juga evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Materi-materi yang diberikan yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
Cara
menentukan
nara
sumber
teknis
adalah
dengan
mengidentifikasi tempat-tempat yang menjadi tempat-tempat usaha (peternakan khususnya ayam Arab), lalu dicari orang yang mengelola tadi untuk dijadikan nara sumber teknis yang diseleksi terlebih dahulu kemampuannya. Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran. Menentukan peserta yang dapat mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab adalah dengan cara terjun langsung ke lapangan agar dapat mengetahui secara pasti bakat dan minat peserta pelatihan. Jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan berjumlah 30 orang. Hasil
yang dicapai dalam
bidang pengetahuan
adalah
semakin
meningkatnya pengetahuan warga belajar tentang seluk beluk (sejarah) ayam Arab, proses pemeliharaan (dari penetasan hingga hasil pemasaran). Hasil yang dicapai dalam bidang keterampilan adalah Semakin bertambahnya keterampilan warga belajar dalam hal penetasan telor ayam Arab, pemeliharaan/pembesaran, pemberian pakan, pengendalian penyakit, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas hingga hasil pemasaran. Hasil yang diperoleh dalam bidang sikap adalah dimilikinya sikap mandiri dan
lxiii
juga sikap berusaha. Sedangkan hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis adalah dapat menambah penghasilan keluarga walaupun belum seberapa. Hal-hal yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan adalah persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. Pada saat kegiatan pelatihan, yang perlu dievaluasi adalah kendala-kendala yang dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan. Sedangkan pada akhir kegiatan pelatihan, yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan. 7. Informan ketujuh Drs. Djumadi, berusia 30 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di Perum Ungaran Baru B 30 Semarang. Pekerjaaan utamanya adalah PNS BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar pemuda mempunyai keterampilan, khususnya dalam bidang kecakapan hidup sehingga mereka dapat bekerja dan hidup mandiri. Cara mengidentifikasi kebutuhan warga belajar adalah
dengan
melakukan
melakukan
survai
atau
studi
pendahuluan masyarakat setempat, setelah itu diadakan pertemuan dengan pihak-pihak terkait untuk bermusyawarah menentukan skala prioritas kebutuhan yang harus segera ditangani. Dari hasil identifikasi kebutuhan tersebut ternyata didesa Sekunir Gunungpati dan desa Beji Para’an terdapat para pemuda yang masih mengganggur dan belum mempunyai pekerjaan tetap sehingga dibuatlah program-program pemberdayaan pemuda salah satunya adalah pelatihan Budidaya ayam Arab. Tujuan pelaksanaan pemberdayaan ditetapkan dengan cara melihat hasil
lxiv
identifikasi kebutuhan dan masalah yang terjadi didesa tersebut. Setelah teridentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat lalu dianalisis dan ditetapkan tujuan pemberdayaan yakni memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan budidaya ayam Arab. Kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dirancang dengan membuat desain pelatihan yang juga melibatkan anggota warga masyarakat. Desain pelatihan ini dibuat dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan. Materi-materi yang diberikan pada pelatihan meliputi pengenalan tentang jenis ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas. Nara sumber teknis ditentukan dengan cara megidentifikasi dan menyeleki orang-orang yang berkompeten dibidang budidaya ayam Arab. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah mencari orang yang ahli secara teori, praktisi/orang yang terjun langsung didunia peternakan, orang yang ahli dalam bidang pemasaran, serta orang yang ahli dalam bidang manajemen/pengelolaan secara umum. Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran. Menentukan peserta yang dapat mengikuti pelatihan adalah dengan cara terjun langsung ke lapangan agar dapat mengetahui secara pasti bakat dan minat peserta pelatihan. Jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan berjumlah 30 orang. Hal-hal yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan adalah kurikulum materi pembelajaran, metode pembelajaran, menentukan warga
lxv
belajar, menentukan nara sumber teknis, mempersiapkan sarana prasarana, persiapan studi banding atau kunjungan lapangan serta menentukan alatalat evaluasi. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan adalah meningkatnya pengetahuan warga belajar tentang jenis ayam Arab, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, pencegahan dan pengobatan penyakit, pengelolaan usaha budidaya ayam Arab dan pengalaman dari kunjungan lapangan. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap adalah sikap berwirausaha. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan adalah semakin meningkatnya keterampilan warga belajar, dalam hal memilih jenis ayam Arab yang baik, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, mencegah dan mengobati penyakit ayam Arab, serta keterampilan mengelola usaha budidaya ayam Arab. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis adalah dapat menambah penghasilan walaupun belum maksimal. Hal-hal yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan adalah persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. Pada saat kegiatan pelatihan, yang dievaluasi adalah kendala-kendala yang dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan. Sedangkan pada akhir kegiatan pelatihan, yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan. 8. Informan kedelapan
lxvi
Moh. Basirom, berusia 45 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal dirumah dinas unit taman ternak maron Temanggung. Pekerjaan utamanya adalah PNS di unit taman ternak maron Temanggung. Tujuan diadakannya pelatihan budidaya ayam Arab adalah memberikan bekal kecakapan hidup dalam beternak ayam Arab dari pemilihan bibit ayam Arab, penetasan, pembesaran, pembuatan kandang, mesin tetas, ransum makanan sampai pencegahan dan pengobatan penyakit. Waktu tiga hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan dirasakan cukup untuk pemberian teori dan praktek. Materi pembelajaran, disampaikan dengan cara ceramah dan praktek. Jumlah warga belajar yang mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 30 peserta, dimana peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan 4 NST/ tutor. Hasil yang dicapai warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan adalah semakin meningkatnya pengetahuan tentang sejarah atau seluk beluk ayam Arab dari penetasan sampai ke produksi. Dalam bidang sikap terjadi perubahan sikap dalam bidang ternak ayam Arab. Dalam bidang keterampilan adalah semakin bertambahnya keterampilan beternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai produksi, sedangkan dalam bidang ekonomis warga belajar mendapatkan tambahan penghasilan. Cara mengevaluasi warga belajar menggunakan test tertulis. Disamping test tertulis, juga diadakan test praktek pembuatan kandang ayam, mesin tetas, dan ransum makanan. 9. Informan kesembilan
lxvii
Gunawan, berusia 38 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di Cawas, Klaten. Pekerjaan utamanya adalah PNS KPSM (kelompok pemberdayaan swadaya masyarakat) Jatinom Klaten. Tujuan diadakannya pelatihan budidaya ayam Arab adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga belajar tentang beternak dan mengelola usaha ayam Arab. Waktu tiga hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan dirasakan cukup untuk pemberian teori dan praktek. Materi pembelajaran, disampaikan dengan cara ceramah, diskusi dan praktek. Jumlah warga belajar yang mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 30 peserta, dengan 4 orang tutor/NST. Hasil yang dicapai warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan dibidang pengetahuan adalah semakin bertambahnya pengetahuan tentang berternak ayam Arab dari penetasan, pembesaran, pencegahan penyakit dan
pemasaran.
Dalam
bidang
sikap
terdapat
perubahan
sikap
berwiraswasta ternak ayam Arab. Dalam bidang keterampilan, semakin bertambahnya keterampilan beternak ayam Arab dari penetasan, pembesaran, pencegahan penyakit dan pemasaran, sedangkan dalam bidang ekonomis, warga belajar mendapatkan tambahan penghasilan. Cara mengevaluasi warga belajar adalah menggunakan test tertulis dan praktek langsung pembuatan ransum makanan, kandang ayam, dan mesin tetas. Test praktek ini dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah ditetapkan bersama. 10. Informan kesepuluh
lxviii
Margono, 36 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa Jatinom Klaten. Pekerjaan utamanya adalah pengusaha ternak ayam Arab. Tujuan diadakannya pelatihan budidaya ayam Arab adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada warga belajar tentang beternak ayam Arab. Waktu tiga hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan dirasakan cukup untuk pemberian teori dan praktek. Materi pembelajaran, disampaikan dengan cara ceramah dan praktek. Jumlah warga belajar yang mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 30 peserta, dimana peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan jumlah orang tutor sebanyak 4 orang. Hasil yang dicapai warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan dalam bidang pengetahuan adalah semakin bertambahnya pengetahuan tentang pemilihan bibit ayam yang baik, penetasan dan pembesaran ayam, pembuatan kandang ayam dan mesin tetas, pembuatan ransum makanan yang berkualitas, serta pengetahuan tentang pemasaran yang efektif. Dalam bidang sikap, dapat beternak ayam Arab yang lebih baik dan professional.
Dalam
bidang
keterampilan,
semakin
bertambahnya
keterampilan warga belajar dalam hal pemilihan bibit ayam yang baik, penetasan dan pembesaran ayam, pembuatan kandang ayam dan mesin tetas, pembuatan ransum makanan yang berkualitas, serta pengetahuan tentang pemasaran yang efektif. sedangkan dalam bidang ekonomis, warga belajar dapat menambah dan meningkatkan penghasilan keluarga. Cara yang digunakan untuk mengevaluasi warga belajar adalah menggunakan test tertulis untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang lxix
diperoleh peserta selama kegiatan pelatihan. Disamping test tertulis juga ada test praktek pembuatan kandang, mesin tetas dan ransum makanan.
B. PEMBAHASAN
1. Tujuan Pemberdayaan Berdasarkan informan penyelenggara pemberdayaan, tujuan dari penyelenggaran pemberdayaan ini adalah untuk memberdayakan pemuda dengan kecakapan vocasional tertentu dalam bentuk kelompok-kelompok binaan, sehingga mereka dapat mandiri atau berkarya melalui usaha budidaya ayam Arab. Hal ini sudah sesuai dengan Teori pemberdayaan Suzanne Kindervater, dimana proses belajar atau pemberiaan kekuatan terdiri dari delapan pokok tahapan, yaitu: (a) belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, (b) pemberian tanggung jawab yang lebih besar kepada warga belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (c) kepemimpinan kelompok diperankan oleh warga belajar (d) sumber belajar bertindak selaku fasilitator (e) proses kegiatan belajar mengajar berlangsung secara demokratis (f) adanya kesatuan pandangan dan langkah dalam mencapai tujuan (g) menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa percaya diri pada warga belajar, dan (h) bertujuan akhir untuk meningkatkan status sosial, ekonomi, dan atau politik warga belajar dalam masyarakat.
Proses Pemberdayaan Sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab, diadakan identifikasi kebutuhan masyarakat terlebih dahulu. Untuk desa Beji Para’an Ungaran dari pihak BPPLSP menunjuk bapak Djumadi sebagai ketua pelaksana, sedangkan bapak Sigit untuk mengidentifikasi wilayah desa Sekunir Gunungpati Semarang. Identifikasi kebutuhan masyarakat ini menggunakan beberapa metode, yakni : (a) Metode PRA (Partisipatory Rural Appraisal), pendekatan pemahaman masyarakat pedesaan dimana team survai langsung datang ke masyarakat melihat sejumlah potensi baik meliputi sumber daya alam maupun sumber daya manusia, setelah itu dibuat pemetaan skala prioritas kebutuhan masyarakat, (b) Metode Konvensional yaitu datang langsung ke masyarakat kemudian masyarakat dikumpulkan dan diadakan diskusi skala prioritas kebutuhan. (c) Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatness) yaitu melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan teori Smith&Dahalaya (1987) yang menyatakan bahwa dalam pelatihan ada tiga tahap prosedur yang biasa digunakan dalam assessment kebutuhan pelatihan, yaitu pertama, survey yang dilakukan dengan mereview data vital secara berkala dalam suatu masyarakat. Kedua, investigasi, dimana dikumpulkan data secara detail dan spesifik dilingkungan masyarakat. Ketiga, analisis yakni menguraikan data dengan cara mengeliminasi informasi-informasi yang tidak valid, kemudian mengkelompokkan, meresum, dan mengambil kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Setelah teridentifikasi kebutuhan masyarakat, maka dari pihak BPPLSP segera merancang kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab. Hal-hal yang dilakukan dalam merancang kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab adalah sebagai berikut :
lxx
(1) Menetapkan tujuan, tujuan umum diadakannya pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya ayam Arab kepada warga masyarakat kurang mampu. Sedangkan tujuan khususnya adalah agar peserta pelatihan dapat menjelaskan tentang jenis ayam Arab, dapat mempraktekkan cara pembuatan kandang, dapat mempraktekkan cara pembuatan mesin tetas, dapat
mempraktekkan
cara
pembuatan
ransum
makanan,
dapat
menjelaskan penetasan dan pembesaran ayam Arab, dapat menjelaskan pencegahan dan pengobatan penyakit, dapat menjelaskan tentang pengelolaan usaha budidaya ayam Arab, serta mendapatkan pengalaman dari kunjungan lapangan. Penyelenggara pelatihan budidaya ayam Arab pada prakteknya telah mampu memberikan kecakapan atau keahlian yang dapat dilakukan oleh peserta setelah selesai mengikuti kegiatan pelatihan. (2) Menentukan sasaran, dalam pelaksanaan pelatihan budidaya ayam Arab, peserta yang lebih diutamakan adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan berikut ini : warga masyarakat kurang mampu, memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti pelatihan, sudah teridentifikasi kebutuhan belajar sasaran, warga masyarakat yang putus sekolah/tidak melanjutkan, berusia 16-44 tahun (usia produktif). Adapun jumlah peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan berjumlah kurang lebih 30 oarang, yang terdiri dari 4 warga belajar dari desa Sekunir Gunungpati Semarang, 10 warga belajar dari desa Beji Para’an Ungaran serta 16 pamong belajar SKB di Jawa Tengah.
lxxi
(3) Menentukan nara sumber teknis/tutor, didalam pelatihan budidaya ayam Arab ini dikarenakan BPPLSP belum mempunyai tenaga ahli dibidang peternakan, maka nara sumber teknisnya adalah bapak Moh. Basirom diambil dari Dinas Pertanian dan Peternakan, disamping itu juga nara sumber teknisnya diambil dari Pengusaha atau peternak ayam Arab KPSM (Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat) Jatinom Klaten yaitu bapak Margono dan bapak Gunawan. (4) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan yang meliputi gedung, asrama penginapan,modul pelatihan, alatalat tulis dan alat-alat praktek pembuatan kandang dan mesin tetas. (5) Mempersiapkan materi pembelajaran, yang meliputi pembelajaran materi umum (sejarah dan manajemen/pengelolaan usaha ayam Arab), materi khusus (penetasan, pembesaran, dan pencegahan penyakit ayam) dan praktek pembuatan kandang serta mesin tetas. (6) Mempersiapkan dan mengatur dana/biaya pelatihan yang berasal dari DBK Life Skills BPPLSP Jawa Tengah. (7) Menentukan alat-alat evaluasi pelatihan, evaluasi yang digunakan dalam pelatihan ini terdiri dari : a) Evaluasi Persiapan (awal), evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh persiapan yang telah dilakukan oleh panitia. Dengan melalui evaluasi persiapan ini akan dapat diputuskan apakah pelatihan siap untuk dilaksanakan atau tidak. b) Evaluasi Pelaksanaan (proses) hal-hal yang dievaluasi pada tahap pelaksanaan pelatihan meliputi: evaluasi peserta, evaluasi fasilitator, serta evaluasi penyelenggara. lxxii
(8) Dokumentasi kegiatan, pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya yam Arab didokumentasikan dengan kamera foto dan kamera vidio, hal ini dilakukan sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan seluruh kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
Hasil Pemberdayaan Hasil pemberdayaan yang dapat diperoleh warga belajar pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Ungaran dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Rochman, dapat menambah pengetahuan dan keterampilan : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang baik, yaitu sehat, lincah, mata bulat, tidak mengantuk, tidak cacat, bentuk paruh normal, bulu tubuh kering. (b). Penetasan/pembesaran ayam, sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas telur harus diseleksi terlebih dahulu, suhu mesin tetas harus dalam keadaan stabil. (c) Pembuatan kandang, harus sesuai dengan kebutuhan dan usia ayam Arab. Pada saat berumur 7 hari anak ayam dimasukkan kedalam kandang DOC berbentuk segi empat sederhana dengan sumber pemanas listrik. Setelah berumur lebih kurang 3 bulan, anak ayam dilepaskan dari kandang indukannya dan pada umur 5 bulan, ayam dimasukkan kedalam kandang baterai dengan ukuran 40 cm x 20 cm dengan tinggi 45 cm. (d) Pembuatan mesin tetas, menggunakan listrik lampu pijar, pipa seng pemanas, termometer, tempat tatakan telur dan bak air sebagai pelembab ruangan. (e). Pembuatan pakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan atau usia ayam Arab (f). Pengendalian penyakit, lxxiii
kandang harus selalu dalam keadaan bersih, kebutuhan pakan ayam harus cukup dan pemberian faksin secara rutin dua bulan sekali. Disamping itu juga dengan beternak ayam Arab, Rochman dapat meningkatkan produksi telur ayam Arab sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. 2. Amin Rahardjo, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab, yang meliputi : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang baik, yaitu induk harus masih asli (b). Penetasan/pembesaran ayam Arab, penetasan ayam Arab menggunakan mesin tetas, dimana suhu atau panas serta pemutaran dan pendinginan elur selama penetasan harus selalu mendapatkan perhatian. (c) Pembuatan kandang, harus sesuai dengan kebutuhan dan usia ayam Arab, kandang harus dalam keadaan longgar/tidak terlalu sempit, cukup memperoleh sinar matahari untuk sirkulasi udara, (d) Pembuatan pakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan atau usia ayam Arab, ayam diberi pakan 2 kali sehari (f). Pengendalian penyakit, mengontrol kesehatan ayam setiap hari dan pemberian faksin secara rutin dua bulan sekali. Disamping itu juga dengan beternak ayam Arab, Amin Rahardjo dapat memperoleh tambahan penghasilan walaupun belum seberapa. 3. Sugiarto, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab, yang meliputi : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang baik, yaitu berjengger besar, berdada lebar dan lincah (b). Penetasan/pembesaran ayam, menggunakan mesin tetas, dimana sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas telur harus diseleksi terlebih dahulu. (c) Pembuatan kandang,
lxxiv
harus sesuai dengan kebutuhan dan usia ayam Arab. Kandang baterai yang biasa digunakan berukuran 40cmx20cm dengan tinggi 45cm. (d) Pembuatan mesin tetas, menggunakan listrik lampu pijar, pipa seng pemanas, termometer, tempat tatakan telur dan bak air sebagai pelembab ruangan. (e). Pembuatan pakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan atau usia ayam Arab dengan perbandingan 4: 3 : 3 (4 kg katul : 3 kg jagung : 3 kg sentrat) (f). Pengendalian penyakit, dengan cara pemberian pakan yang cukup, menjaga kebersihan kandang dan pemberian vaksin secara rutin 2 bulan sekali Disamping itu juga dengan beternak ayam Arab, Sugiarto dapat meningkatkan produksi telur ayam Arab sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. 4. Khamdan, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab, yang meliputi : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang baik, yaitu berjengger merah, sehat (tidak cacat atau sakit) dan lincah (b). Penetasan/pembesaran ayam, menggunakan mein tetas, telur yang akan ditetaskan,sebelumnya harus diteropong atau diseleksi terlebih dahulu, suhu mesin tetas harus dalam keadaan stabil. (c) Pembuatan kandang, longgar/tidak terlalu sempit, bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup, terdapat sirkulasi udara, dapat melindungi ayam dari udara malam serta penempatan kandang ditempat yang tenang, bebas dari gangguan suara keramaian, kandangdibuat dari bambu yang ukurannya disesuaiakan dengan kebutuhan ayam Arab. (d) Pembuatan pakan, disesuaikan dengan kebutuhan atau usia ayam Arab dengan menggunakan perbandingan 4: 3 : 3 (4 kg katul : 3 kg jagung : 3 kg sentrat) (f). Pengendalian penyakit,
lxxv
dengan cara mengontrol keadaan ayam setiap hari, kandang selalu dalam keadaan bersih, pemberian ransum atau pakan ayam yang cukup, ayam yang sakit dipisahkan dengan ayam yang sehat sehingga tidak menular penyakitnya serta pemberian vaksin secara rutin 2 bulan sekali. Disamping itu juga dengan beternak ayam Arab, Khamdan dapat menambah penghasilan keluarga walaupun belum maksimal. Dari hasil yang diperoleh tersebut diatas sudah sesuai dengan pendapat Broling (1989), dimana hakikat pendidikan kecakapan hidup/life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan keterampilan yang sangat penting dimiliki seseorang asehingga dapat hidup mandiri.
4. Teknik Evaluasi Teknik evaluasi dalam kegiatan pemberdayaan pemuda ini meliputi evaluasi dampak dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan. Evaluasi dampak meliputi meningkatnya pengetahuandan keterampilan peserta pelatihan dan terlatihnya warga masyarakat dalam bidang budidaya ayam Arab. Sedangkan evaluasi pelaksanaan program kegiatan meliputi evaluasi peserta (penguasaan materi, kedisiplinan, ketertiban, dan sikap), evaluasi fasilitator (penguasaan materi, kesesuaian materi dengan topik bahasan yang disampaikan, ketepatan metode yang digunakan, kesesuaian media yang digunakan, penampilan, bahasa yang digunakan), dan evaluasi penyelenggara (kebersihan ruang pelatihan, akomodasi dan konsumsi, pelayanan panitia). Hal ini sudah sesuai dengan teori Kirkpatrick, dimana rencana keseluruhan evaluasi pelatihan harus memberikan suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada tiap tuingkat
lxxvi
evalusi, yakni perubahan dalam tingkat belajar, tingkat perilaku dan tingkat hasil dengan menggunakan kriteria yang tepat. C. Faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanaan
Pola
Pemberdayaan Pemuda Dengan Pelatihan Budidaya Ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah 1. Faktor pendukung Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda adalah : (1) Lingkungan sosial masyarakat yang mendukung, hal ini dapat terlihat dari respon atau tanggapan masyarakat Sekunir Gunungpati dan Beji Para’an Ungaran yang begitu antusias terhadap diadakannya desa binaan, (2) Sumbersumber pembelajaran yang memadai dalam pelatihan budidaya ayam Arab. Adapun sumber-sumber pembelajaran tersebut meliputi gedung yang dilengkapi dengan asrama, sarana dan prasarana yang memadai, tutor atau nara sumber teknis yang berkompeten dibidang peternakan, pemasaran dan manajemen atau pengelolaaan secara umum, (3) Diadakannya suatu rencana evaluasi pada awal kegiatan pelatihan, pada saat pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pada akhir kegiatan pelatihan. 2. Faktor penghambat Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda adalah : (1) Dari pihak BPPLSP sendiri belum mempunyai tenaga ahli yang berkompeten dibidang peternakan sehingga tutor atau nara sumber teknis diambil dari KPSM (Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat) yang berada di Jatinom Klaten, sehingga untuk mendatangkannara sumber teknis yang berkompeten dibidangnya dibutuhkan biaya yang cukup besar. Disamping itu,
lxxvii
sebagian dari anggota kelompok binaan yang belum mempunyai sikap wirausaha yang professional, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kinerja dan kekompakan dari masing-masing anggota kelompok binaan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan temuan data sebagaimana tersebut pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola Pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah melalui beberap tahap, yakni : a. Tujuan Pemberdayaan Tujuan pemberdayaan adalah untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat, untuk melatih masyarakat agar dapat hidup mandiri, serta pada akhirnya dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. b. Proses Pemberdayaan Proses pemberdayaan terdiri dari : (1) Identifikasi kebutuhan masyarakat, (2) Menetapkan tujuan, (3) Merancang kegiatan, (4) Menentukan narasumber teknis/tutor, (5) Menentukan peserta, (6) Menentukan pelaksanaan
kegiatan,
(7)
Persiapan
pelaksanaan
kegiatan,
(8)
Penerapan/pelaksanaan kegiatan, (9) Evaluasi kegiatan, (10) Dokumentasi kegiatan.
lxxviii
c. Hasil Pemberdayaan Hasil yang diperoleh dari pelatihan budidaya ayam Arab adalah terlatihnya 30 warga belajar sehingga dapat terbentuk dua kelompok binaan di desa Sekunir Gunungpati Semarang serta kelompok binaan di 72 desa Beji Para’an Ungaran. Dari peserta yang sudah dibentuk menjadi anggota kelompok binaan tersebut dapat memperoleh dan menambah pengetahuan dan keterampilan tentang pemilihan jenis ayam Arab yang baik, teknik pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, pencegahan dan pengobatan penyakit serta pengelolaan usaha berternak ayam Arab. Disamping itu juga anggota kelompok binaan dapat lebih mandiri dalam beternak ayam Arab, sehingga dapat mereka meningkatkan produktivitas ayam Arab serta peningkatan penghasilan. d. Teknik Evaluasi Teknik evaluasi meliputi evaluasi dampak dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan. Evaluasi dampak meliputi meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan dan terlatihnya warga masyarakat dalam bidang budidaya ayam Arab. Sedangkan evaluasi pelaksanaan program kegiatan meliputi evaluasi peserta, evaluasi fasilitator, dan evaluasi penyelenggara. 2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola Pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah adalah :
lxxix
a. Faktor pendukung pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi : lingkungan sosial masyarakat yang mendukung, sumber-sumber belajar yang mendukung baik meliputi sumber material maupun non material, serta nara sumber teknis/tutor yang berkompeten dibidangnya masing-masing. b. Faktor penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi : belum adanya nara sumber teknis dari pihak BPPLSP yang berkompeten dibidang peternakan dan budidaya ayam Arab sehingga masih bekerjasama dengan instansi lain, aspek pendampingan dalam kelompok binaan yang tidak berlanjut secara kontinyu, serta sikap dan mental dari sebagian warga belajar yang tidak mau bekerja keras dan hanya menginginkan hasil yang cepat.
B. Saran Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan kesimpulan yang ada, maka peneliti menyampaikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait dalam rangka pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab, yakni : 1. Diadakannya aspek pendampingan teknis secara rutin kepada anggota kelompok binaan agar desa binaan dapat berkembang secara maksimal. 2. Peningkatan jalinan hubungan mitra kerja dengan berbagai lembaga terkait untuk memperluas daerah pemasaran. 3. Peningkatan kegiatan-kegiatan pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup/life skills lainnya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat agar dapat hidup mandiri.
lxxx
lxxxi
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Model Pelatihan Pengembangan dan Budidaya ayam Arab. D. Sudjana. 1993. Stategi Pembelajaran dalam Pendidikian Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press. Djumadi. 2003. Meningkatkan Produksi Telur Ayam Arab. Dalam Harmoni no.2 Juli-Desember. Hal 11 Jusuf Irianto. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan. Jatim : Insan Cendekia Lexy J. Moleong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Loekman Soetrisno.1997. Kemiskinan, Yogjakarta : Kanisius
Perempuan,
dan
Pemberdayaan.
Napitulu. 1992. Pedoman Pendidikan Luar Sekolah. Nusantara Press. Bandung Rukminto Adi, Isbandi. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sarwoko, Bambang. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Semarang : IKIP Press Soebagio Atmodiwirjo. 2002. Manajemen Palatihan. Jakarta : PT. Ardadizya Jaya
75 lxxxii
Tim Broad Based Education Depdiknas. Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya : Intellectual Club (SIC) bekerja sama dengan lembaga pengabdian masyarakat Unesa Swa Bina Qualita Indonesia Jawa Timur Utsman. 2002. Paparan Perkuliahan Dasar- Dasar Pelatihan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang
lxxxiii
HASIL WAWANCARA Penyel enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Drs. Kastum, M.Pd
Tempat/ tanggal lahir
: Brebes, 5 Maret 1964
Usia
: 41 Tahun
Alamat
: Jln. Kertajaya Rt.02/I Langensari Ungaran
Semarang Pendidikan terakhir
: Magister Pendidikan/ S2
Pekerjaan
: PNS
Tempat
: BPPLSP Regional III Jawa Tengah
Hari/tanggal/pukul
: Rabu/ 22 Juni 2005/ 14.00 WIB
A.1. Kondisi dan situasi desa binaan 1. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan? Jawab : Hasil identifikasi kebutuhan masyarakat dimana banyak pemuda yang nganggur/tidak mempunyai pekerjaan tetap dipilihnya desa binaan Sekunir GP dan Beji Ungaran karena situasi daerah pedesaan dan kondisi daerahnya yang memungkinkan untuk diadakannya budidaya ayam Arab, disamping itu mendapatkan dukungan dari para tokoh masyarakat. 2. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan? Jawab : Fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan ayam Arab untuk mengaplikasikan atau mengembangkan teori yang didapatkan dari pelatihan bagaimana pemuda bisa mandiri, disamping itu ada tujuan lain yaitu untuk mempromosikan atau mengenalkan BPPLSP kepada masyarakat. lxxxiv
3. Bagaimanakah struktur organisasi desa binaan budidaya ayam Arab? Jawab : Ada struktur organisasi yang terdiri dari ketua, bendahara, sekertaris, seksi usaha, pemasaran dan anggota. 4. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab? Jawab : Situasi daerah pedesaan dan tempat diadakannya budidaya ayam Arab agak jauh dari penduduk/masyarakat. Kelompok masih eksis dan diharapkan dari kelompok itu dapat mengembangkan diri atau membentuk kelompokkelompok lain. 5. Bagaimanakah budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan budidaya ayam Arab? Jawab : Terlihat jelas perubahan dari mereka setelah mengikuti pelatihan menjadi kelompok binaan orientasi mereka adalah mendapatkan keuntungan (profit oriented), mereka berusaha mempertahankan organisasi
(komitmen
mereka),
dengan
berorganisasi
dapat
menambah cara berfikir, wawasan dan pengetahuan.
B.1. Tujuan pemberdayaan 1. Apakah fungsi diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Fungsi pemberdayaan pemuda adalah untuk memberdayakan pemuda dengan kecakapan vocasional tertentu.
2. Apakah tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Tujuan dari pemberdayaan pemuda adalah agar mereka dapat memiliki keterampilan tertentu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mandiri.
3. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini? Jawab : BPPLSP, Perangkat desa, Mitra Kerja KPSM (Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat) yang berada di Jatinom Klaten.
B.2 Proses pemberdayaan lxxxv
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan? Jawab : Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yaitu dengan cara : (a) Metode PRA (Partisipatory Rural Apraisal) pendekatan pemahaman masyarakat pedesaan dimana team surve datang langsung ke masyarakat melihat sejumlah potensi/SDM kemudian dibuat pemetaan skala prioritas kebutuhan masyarakat, disamping itu juga perlu dilihat alur sejarah masyarakat setempat. (b) Metode Konvensional yaitu datang langsung ke masyarakat kemudian masyarakat dikumpulkan dan diadakan diskusi/ shering skala prioritas kebutuhan. (c) Analisis SWOT yaitu melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari masyarakat sekitar. 2. Bagaimanakah cara menetapkan tujuan? Jawab : Cara menetapkan tujuan adalah dengan melihat masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat. Adapun tujuan dari lembaga adalah untuk mengembangkan program kerja sedangkan tujuan substansialnya adalah apa yang ingin dicapai dengan pelatihan itu.
3. Bagaimanakah cara merancang kegiatan? Jawab : Kegiatan dirancang selama satu minggu oleh fasilitator dengan melibatkan warga belajar.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Materi-materi yang diberikan bersifat proses yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
5. Bagaimanakah cara menentukan nara sumber teknis? Jawab : Cara menentukan nara sumber teknis adalah mencari orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan budidaya ayam Arab, karena BPPLSP belum mempunyai tenaga khusus maka nara sumber teknis diambil dari KPSM Sido Makmur/ peternak ayam Arab/pedagang ayam Arab yaitu (a) Bp. Gunawan (b) Bp. Margono sedangkan dari pihak BPPLSP dipilih Bp. Sigit dan Bp. Jumadi
6. Berapa jumlah nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Jumlah nara sumber teknis pelatihan dan budidaya ayam Arab ada 4 orang NST. 7. Bagaimanakah cara menentukan peserta yang ikut pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Dari hasil identifikasi sasaran diperoleh 14 orang warga belajar yang terdiri dari 4 orang kelompok binaan Sekunir GP dan 10 orang anggota kelompok binaan Beji Ungaran yang tergabung dalam Organisasi Pemuda Muhamadiyah dan 26 Pamong Belajar SKB seluruh jawa tengah.
8. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Jumlah peserta pelatihan budidaya ayam Arab kurang lebih 30 orang termasuk Pamong Belajar SKB seluruh Jawa Tengah. Karena program
lxxxvi
ini adalah program kerja BPPLSP maka peserta pelatihan tidak dipungut biaya sepeserpun bahkan mereka diberi uang saku sedangkan untuk anggota kelompok binaan diberi modal usaha. 9. Bagaimana cara menentukan pelaksanaan kegiatan? Jawab : Karena ada kaitannya dengan struktur anggaran dana maka pelatihan budidaya ayam Arab disesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak BBPLSP
10. Apa saja yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah membentuk panitia, pembagian tugas, rapat koordinasi (temu teknis untuk menentukan kurikulum materi, siapa yang menyusun, menyiapkan, dan menyampaikan materi), menyiapkan bahan dan alat pelatihan, menentukan peserta dan nara sumber teknis. Pada tahap pelaksanaan memasuki hari pertama pemberian teori tentang teknik budidaya ayam Arab, hari kedua praktek lapangan (kunjungan di KPSM Sido Makmur Klaten), hari ketiga praktek pembuatan kandang dan mesin tetas. Pada tahap akhir kegiatan adalah menyusun laporan dan evaluasi dampak pelatihan.
11. Bagaimanakah
cara
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
pelatihan
budidaya ayam Arab? Jawab : Evaluasi tutor dan fasilitator dilakukan oleh peserta pelatihan dengan cara mengisi kuisioner. Sedangkan untuk evaluasi peserta pelatihan dilakukan oleh pihak tutor dan fasilitator dengan cara test tertulis dan praktek.
12. Apa saja yang digunakan dalam mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Kamera foto dan kamera video.
B.3 Hasil pemberdayaan 1. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan? Jawab : Semakin bertambah pengetahuan tentang budidaya ayam Arab yang meliputi pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan dan pembesaran ayam, cara penetasan, cara penyegahan penyakit cara penanganan pasca panen/pemasaran dan pengetahuan membuat mesin tetas. lxxxvii
2. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap? Jawab : Untuk mengukur sikap yang dimiliki oleh warga besar merupakan hal yang tidak mudah namun setelah berada dilapangan ternyata ada perubahan sikap dari warga belajar. 3. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan? Jawab : Semakin bertambah keterampilan tentang budidaya ayam Arab yang meliputi keterampilan mengenal ayam Arab, mengenal alat dan bahan yang
digunakan, pemeliharaan
keterampilan
menetaskan
ayam
dan
pembesaran
Arab,
ayam
pencegahan
Arab,
penyakit,
penaganan pasca produksi/panen serta keterampilan membuat mesin tetas. 4. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis? Jawab : Dari usaha yang mereka lakukan dengan berternak ayam Arab bisa menghasilkan namun belum bisa terlihat secara jelas hal ini dikarenakan usaha mereka belum dapat berkembang.
B.4. Evaluasi Pemberdayaan 1. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan? Jawab : Persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. 2. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada saat kegiatan pelatihan? Jawab : Jalannya pelaksanaan pelatihan. 3. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada akhir kegiatan pelatihan? Jawab : Menyusun laporan kegiatan dan mendokumentasikan kegiatan yang telah berjalan.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan. 1. Bagaimanakah respon atau tanggapan masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Sangat mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan. 2. Pendekatan apa yang digunakan Tutor atau NST dalam penyampaian materi pelatihan? Jawab : Pendekatan Andragogi (pembelajaran yang menggunakan pendekatan orang dewasa)
lxxxviii
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Sumber belajar manusia yakni tutor atau nara sumber teknis yang berpengalaman, sumber belajar non manusia yakni modul pelatihan, peralatan praktek budidaya ayam Arab. 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Gedung, alat-alat tulis, laboratorium, alat-alat praktek, tikar, sound system., dll. 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Regioanal III Jawa Tengah 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Cukup memadai 7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki? Jawab : Bermacam-macam namun pada umumnya mereka mempunyai potensi untuk berwiraswasta 8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Motivasi yang dimiliki warga belajar untuk mengikuti kegiatan pelatihan sangat tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara mengukur perubahan perilaku warga belajar sebagai hasil dari pelatihan? Jawab : untuk mengukur perubahan perilaku warga belajar memang sangat susah namun hal ini dapat dilihat atau diketahui ketika mereka sudah berada di dalam masyarakat. 2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari yakni tanggal 21 sampai dengan tanggal 23 Oktober 2003 3. Peraturan-peraturan apa saja yang digunakan dalam kegiatan pelatihan?
lxxxix
Jawab : Selama mengikuti pelatihan peserta tidak boleh meninggalkan tempat tanpa seijin panitia, peserta wajib mengikuti seluruh kegiatan pelatihan. 4. Apa yang penyelenggara lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : : Memberikan peringatan atau sangsi, tetapi jika selama tiga hari berturut-turut
tidak
mengikuti
pelatihan
maka
akan
dikeluarkan/dikembalikan ke instansi yang bersangkutan.
HASIL WAWANCARA Penyel enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Drs. Sigit
Tempat/ tanggal lahir
: Semarang, 22 Januari 1968
Usia
: 36 Tahun
Alamat
: Sekunir Rt.2 Rw. 5 Kelurahan Plalangan kec. Gunung Pati Semarang
xc
Pendidikan terakhir
: Sarjana S1 Pend. Olah Raga
Pekerjaan
: Pamong Belajar BPPLSP Regional III Jawa
Tengah Tempat
: BPPLSP Regional III Jawa Tengah
Hari/tanggal/pukul
: Selasa/ 21 Juni 2005/ 13.00 WIB
A.1. Kondisi dan situasi desa binaan 1. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan? Jawab : Karena masih banyaknya pemuda usia produktif yang masih menganggur (belum mempunyai pekerjaan tetap). Selain itu antusias pemuda untuk memiliki keterampilan vocasional sebagai bekal untuk hidup. 2. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan? Jawab : Fungsinya adalah sebagai tempat uji coba budidaya ayam Arab, sedangkan tujuannya untuk mengurangi pengangguran didesa binaan dan sebagai wadah menyalurkan keterampilan pemuda. 3. Bagimanakah struktur organisasi desa binaan? Jawab : Strukturnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi-seksi.
4. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab ? Jawab : Kondisinya cukup baik yaitu sampai sekarang masih tetap berjalan dengan baik.
5. Bagaimanakah budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan budidaya ayam Arab? Jawab : Cukup baik dan antusias. Hanya masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki yaitu soal administrasi kelompok dan juga kekompakan dalam mengelola usaha.
B.1. Tujuan pemberdayaan 1. Apakah fungsi diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab? xci
Jawab : Fungsinya yaitu untuk meningkatkan kecakapan hidup pemuda melalui pelatihan budidaya ayam Arab.
2. Apakah tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Agar pemuda dapat mandiri atau berkarya melalui budidaya ayam Arab yang meliputi usaha penetasan, pembesaran atau usaha petelor ayam Arab. 3. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini? Jawab : Pamong belajar, nara sumber, tokoh masyarakat (RT/RW) dan juga warga belajar sendiri.
B.2 Proses pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan? Jawab : Cara mengidentifikasi langsung turun ke masyarakat dengan cara wawancara melalui RT, RW dan juga warga belajar sendiri. Setelah diidentifikasi dan dikaji lalu dianalisis dengan cara menentukan keunggulan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada pada desa tersebut, sehingga memungkinkan untuk diadakannya desa binaan tersebut.
2. Bagaimanakah cara menetapkan tujuan? Jawab : Cara menetapkan tujuan dengan melihat hasil identifikasi kebutuhan dan masalah yang terjadi didesa tersebut.
3. Bagaimanakah cara merancang kegiatan? Jawab : Cara merancang kegiatan yaitu setelah hasil yang diperoleh dilapangan dikaji lalu dirancang dengan cara membuat Desain dari pelatihan yang akan dikembangkan baik mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan juga evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. 4. Materi apa saja yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Materi-materi yang diberikan yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
5. Bagaimanakah cara menentukan nara sumber teknis?
xcii
Jawab : Dengan cara mengidentifikasi tempat-tempat yang menjadi tempattempat usaha (peternakan khususnya ayam Arab), lalu dicari orang yang mengelola tadi untuk dijadikan nara sumber teknis (tetapi diseleksi dahulu kemampuannya). 6. Berapa jumlah nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran.
7. Bagaimanakah cara menentukan peserta yang ikut pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Dengan cara terjun langsung kelapangan agar dapat mengetahui secara pasti bakat dan minat peserta pelatihan.
8. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Kurang lebih 30 peserta. 9. Bagaimana cara menentukan pelaksanaan kegiatan? Jawab : Setelah dilakukan tahap persiapan maka ditetapkan tahap pelaksanaan baik waktu maupun materi.
10. Apa saja yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Materi, akomodasi, konsumsi, ATK, peserta pelatihan dan nara sumber teknis 11. Bagaimanakah
cara
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
pelatihan
budidaya ayam Arab? Jawab : Melalui peserta dengan cara mengevaluasi proses pelaksanaan, yang menyangkut materi, fasilitator, dan juga akomodasi konsumsi.
12. Apa saja yang digunakan dalam mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Laporan tertulis, kamera foto, dan kamera video.
B.3 Hasil pemberdayaan 1. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan? Jawab : Pengetahuan seluk beluk (sejarah) ayam Arab, proses pemeliharaan (dari penetasan, pemeliharaan/pembesaran, pemberian pakan, pengendalian penyakit, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas hingga hasil pemasaran).
2. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap? Jawab : Sikap mandiri dan juga sikap semangat berusaha. 3. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan? xciii
Jawab : Keterampilan penetasan telor, pemeliharaan/pembesaran, pemberian pakan, pengendalian penyakit, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas hingga hasil pemasaran.
4. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis? Jawab : Dapat menambah penghasilan keluarga walaupun belum seberapa.
B.4. Evaluasi Pemberdayaan 1. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan? Jawab : Persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. 2. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada saat kegiatan pelatihan? Jawab : Kendala-kendala yang dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan.
3. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada akhir kegiatan pelatihan? Jawab : Menyusun laporan kegiatan.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan. 1. Bagaimanakah respon atau tanggapan masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Sangat mendukung terhadap kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab. 2. Pendekatan apa yang digunakan Tutor atau NST dalam penyampaian materi pelatihan? Jawab : Pendekatan Andragogi . 3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Tutor atau nara sumber teknis yang berkompeten dibidangnya, modul pelatihan, peralatan praktek budidaya ayam Arab. 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Gedung, alat-alat tulis, laboratorium, alat-alat praktek, tikar, sound system. 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Ungaran dan juga ada yang dari peserta sendiri. 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Cukup memadai xciv
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki? Jawab : Berternak dan berwiraswasta 8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Motivasi warga belajar untuk mengikuti kegiatan pelatihan sangat tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara mengukur perubahan perilaku warga belajar sebagai hasil dari pelatihan? Jawab : Ketika mereka sudah berada di dalam masyarakat. 2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai tanggal 23 Oktober 2003 3. Peraturan-peraturan apa saja yang digunakan dalam kegiatan pelatihan? Jawab : Peraturan kedisiplinan waktu dan kedisiplinan mengikuti jalannya pelatihan dengan absensi.
4. Apa yang penyelenggara lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Dengan mengadakan teguran secara lisan.
xcv
HASIL WAWANCARA Penyel enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Djumadi
Tempat/ tanggal lahir
: Wonosoba, 20 November 1975
Usia
: 30 Tahun
Alamat
: Perum Ungaran Baru B 30 Semarang
Pendidikan terakhir
: Sarjana
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Tempat
: BPPLSP Regional III Jawa Tengah
Hari/tanggal/pukul
: Senin/ 4 Juli 2005/ 14.30 WIB xcvi
A.1. Kondisi dan situasi desa binaan 1. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan? Jawab : Lingkungan masyarakat dan warga belajar yang mendukung, kemauan dan kesiapan warga belajar untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan. 2. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan? Jawab : Fungsinya adalah sebagai tempat percontohan budidaya ayam Arab yang akan dikembangkan ditempat lain, sedangkan tujuannya untuk membuka lapangan pekerjaan baru atau memberikan kesempatan kepada masyarakat yang masih menganggur. 3. Bagimanakah struktur organisasi desa binaan? Jawab : Strukturnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi usaha, dan seksi pemasaran.
4. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab ? Jawab : Kondisinya bisa dikatakan cukup baik namun pada kenyataannya karena kesibukan warga belajar dan pembagian tugas yang masih tumpang tindih maka pada saat ini desa binaan tidak dapat berjalan secara maksimal.
5. Bagaimanakah budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan budidaya ayam Arab? Jawab : Budaya dan perilaku warga binaan belum terbiasa dengan sikap wirausaha yang harus mau bersabar dan bekerja keras.
B.1. Tujuan pemberdayaan 1. Apakah fungsi diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Fungsinya yaitu untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.
2. Apakah tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
xcvii
Jawab : Agar pemuda mempunyai keterampilan khususnya dalam bidang kecakapan hidup sehingga mereka dapat bekerja dan mandiri. 3. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini? Jawab : BPPLSP, SKB Klaten, pihak peternakan dan pertanian provinsi melalui BIB (Balai Inseminasi Buatan), Unit taman ternak Maron, aparat desa dan karang taruna Sekunir Gunung Pati dan Beji Para’an Ungaran.
B.2 Proses pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan? Jawab : Melakukan survai atau studi pendahuluan masyarakat setempat, setelah itu diadakan pertemuan dengan pihak-pihak terkait untuk bermusyawarah menentukan skala prioritas kebutuhan yang harus segera ditangani. Dari hasil identifikasi kebutuhan tersebut ternyata didesa Sekunir Gunung Pati dan desa Beji Para’an terdapat para pemuda yang masih mengganggur dan belum mempunyai pekerjaan tetap sehingga dibuatlah program-program pemberdayaan pemuda salah satunya adalah pelatihan Budidaya ayam Arab. 2. Bagaimanakah cara menetapkan tujuan? Jawab : Dengan cara melihat hasil identifikasi kebutuhan dan masalah yang terjadi didesa tersebut. Setelah teridentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat lalu dianalisis dan ditetapkan tujuan pemberdayaan yakni memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan budidaya ayam Arab.
3. Bagaimanakah cara merancang kegiatan? Jawab : Dengan membuat desain pelatihan yang juga melibatkan anggota warga masyarakat. Desain pelatihan ini dibuat dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Materi-materi yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab yaitu pengenalan tentang jenis ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
5. Bagaimanakah cara menentukan nara sumber teknis? Jawab : Dengan cara megidentifikasi dan menyeleki orang-orang yang berkompeten dibidang budidaya ayam Arab. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah mencari orang yang ahli secara teori, praktisi/orang yang terjun langsung didunia peternakan, orang yang
xcviii
ahli dalam bidang pemasaran, serta orang yang ahli dalam bidang manajemen/ pengelolaan secara umum. 6. Berapa jumlah nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran.
7. Bagaimanakah cara menentukan peserta yang ikut pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Dengan cara terjun langsung kelapangan sehingga diketahui secara pasti bakat dan minat peserta pelatihan.
8. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 30 orang, yang terdiri dari anggota masyarakat yang bersedia dan berminat mengikuti pelatihan serta pamong belajar dari SKB seluruh Jawa tengah.
9. Bagaimana cara menentukan pelaksanaan kegiatan? Jawab : Waktu pelaksanaan pelatihan ini ditentukan pihak BPPLSP Ungaran dengan memperhatikan berbagai macam pertimbangan.
10. Apa saja yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Kurikulum materi pembelajaran, metode pembelajaran, menentukan warga belajar, menentukan nara sumber teknis, mempersiapkan sarana
prasarana,
studi
banding/kunjungan
lapangan
serta
menentukan alat-alat evaluasi 11. Bagaimanakah
cara
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
pelatihan
budidaya ayam Arab? Jawab : Evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan melalui angket yang disebarkan kepada peserta pelatihan.
12. Apa saja yang digunakan dalam mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Laporan tertulis, kamera foto, dan kamera video.
B.3 Hasil pemberdayaan 1. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan? Jawab : Pengetahuan tentang jenis ayam Arab, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, pencegahan dan pengobatan penyakit, pengelolaan usaha budidaya ayam Arab dan pengalaman dari kunjungan lapangan.
2. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap? Jawab : Sikap berwirausaha.. 3. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan? xcix
Jawab : Keterampilan memilih jenis ayam Arab yang baik, keterampilan pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, mencegah dan mengobati penyakit ayam Arab, serta keterampilan mengelola usaha budidaya ayam Arab. 4. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis?
Jawab : Dapat menambah penghasilan walaupun belum maksimal.
B.4. Evaluasi Pemberdayaan 1. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan? Jawab : Persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. 2. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada saat kegiatan pelatihan? Jawab : Kendala-kendala yang dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan. 3. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada akhir kegiatan pelatihan? Jawab : Menyusun laporan kegiatan.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan. 1. Bagaimanakah respon atau tanggapan masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Mendukung terhadap kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab. 2. Pendekatan apa yang digunakan Tutor atau NST dalam penyampaian materi pelatihan? Jawab : Pendekatan Andragogi . 3. Sumber-sumber belajar apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Tutor atau nara sumber teknis yang berkompeten dibidangnya, modul pelatihan, peralatan praktek budidaya ayam Arab. 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Gedung, alat-alat tulis, laboratorium, alat-alat praktek, tikar, sound system. 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Ungaran dan juga ada yang dari peserta sendiri. 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Cukup memadai 9. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki? c
Jawab : Berternak dan berwiraswasta 10. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Motivasi warga belajar untuk mengikuti kegiatan pelatihan cukup tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara mengukur perubahan perilaku warga belajar sebagai hasil dari pelatihan? Jawab : Mengukur perubahan tingkah laku memang sangat sulit untuk dilakukan, namun perubahan ini dapat dilihat ketika mereka sudah berada di dalam masyarakat. 2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai tanggal 23 Oktober 2003 3. Peraturan-peraturan apa saja yang digunakan dalam kegiatan pelatihan? Jawab : Peraturan sudah tertulis secara jelas dan salah satunya adalah tentang kedisiplinan waktu dan kedisiplinan mengikuti jalannya pelatihan.
4. Apa yang penyelenggara lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Dengan mengadakan teguran secara lisan.
ci
HASIL WAWANCARA Tutor/ NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Moh. Basirom
Tempat/ tanggal lahir
:
Usia
: 45 Tahun
Alamat
: Unit Taman Ternak Maron Temanggung
Pendidikan terakhir
: Sarjana
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Tempat
: Unit Taman Ternak Maron Temanggung
Hari/ tanggal/ pukul
:
B.2 Proses penberdayaan 14. Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang anda gunakan pada pelatihan budidaya
ayam Arab?
Jawab : Pendekatan Andragogi 15. Bagaimanakah cara anda menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Ceramah, praktek, dan diskusi
cii
16. Apakah warga belajar suka dengan materi yang diberikan atau yang diajarkan? Jawab : Suka 17. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga belajar? Jawab : Bermanfaat 18. Apa saja manfaat itu? Jawab : Berternak ayam Arab 19. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksaakan? Jawab : 3 hari 20. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan budidaya ayam Arab berlangsung? Jawab : Cukup 21. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Kurang lebih 40 peserta 22. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil 23. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 5 sumber belajar 24. Bagimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik? Jawab : Induk masih asli ,sehat, berbulu kering, mata bulat. 25. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Longgar, tidak sempit, cukup memperoleh sinar matahari dan disesuaiakan dengan kebutuhan dan usia ayam Arab. 26. Bagaimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan yang berkualitas? Jawab : Sesuai dengan usia ayam 27. Bagaimanakah penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas ciii
28. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Pemberian makanan yang bergizi dan pemberian vaksin secara rutin.
B.3. Hasil Pemberdayaan 1. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan? Jawab : Meningkatnya pengetahuan berternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai pemasaran 2. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap? Jawab : Mandiri dalam berwiraswasta ayam Arab 3. Apa hasil yang dicapai dalam bidang ketrampilan? Jawab : Trampilnya berternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai pemasaran 4. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis? Jawab : Bertambahnya penghasilan keluarga
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan. 1. Bagaimanakah respon atau tanggapan warga belajar terhadap pelatihan? Jawab : Cukup antusias 2. Pendekatan apa yang anda digunakan dalam penyampaian materi pelatihan? Jawab : Andragogi 3. Sumber-sumber belajar apa yang anda digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Modul atau materi berternak ayam arab 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Modul pelatihan dan alat-alat praktek pembuatan kandang dan mesin tetas 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Regional III Jawa Tengah 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Cukup memadai civ
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki? Jawab : Berternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai produksi dan pemasaran. 8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Cukup tinggi
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara anda mengevaluasi warga belajar? Jawab : Dengan test tertulis, dan praktek 2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari 3. Peraturan-peraturan apa saja yang anda terapkan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Datang ke tempat pelatihan tepat pada waktunya, wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah disepakati bersama. 4. Apa yang anda lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Saya peringatkan saja.
cv
HASIL WAWANCARA Tutor/ NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Gunawan
Tempat/ tanggal lahir
:
Usia
: 38 Tahun
Alamat
: Cawas, Klaten
Pendidikan terakhir
: Sarjana
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Tempat
: KPSM (kelompok pemberdayaan swadaya masyarakat) Jatinom Klaten
Hari/ tanggal/ pukul
: cvi
B.2 Proses penberdayaan 13. Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang anda gunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Ceramah, praktek dan diskusi 14. Bagaimanakah cara anda menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Ceramah dan praktek 15. Apakah warga belajar suka dengan materi yang diberikan atau yang diajarkan? Jawab : Suka 16. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga belajar? Jawab : Sangat bermanfaat 17. Apa saja manfaat itu? Jawab ; Berternak dan berwiraswasta ayam Arab 18. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksaakan? Jawab : 3 hari 19. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan budidaya ayam Arab berlangsung? Jawab : Saya kira cukup. 20. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Sekitar 40 peserta 21. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil 22. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 5 sumber belajar cvii
23. Bagimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik? Jawab : Induk masih asli, tidak sakit atau sehat. 24. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Cukup memperoleh sinar matahari, jauh dari keramaian, sesuai dengan usia ayam Arab sendiri. 25. Bagaimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan yang berkualitas? Jawab : Dengan komposisi 3 : 3: 4 (katul : jagung : sentrat) 26. Bagaimanakah penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas 27. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Pemberian makan yang bergizi dan pemberian vaksin secara rutin
B.3. Hasil Pemberdayaan 1. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan? Jawab : Meningkatnya pengetahuan beternak ayam Arab. 2. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap? Jawab : Sikap berwiraswasta yang profesioanal 3. Apa hasil yang dicapai dalam bidang ketrampilan? Jawab : Meningkatnya ketererampilan beternak ayam Arab. 4. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis? Jawab : Bertambahnya penghasilan keluarga.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan. 1. Bagaimanakah respon atau tanggapan warga belajar terhadap pelatihan? Jawab : Cukup antusias 2. Pendekatan apa yang anda digunakan dalam penyampaian materi pelatihan? Jawab : Pendekatan Andragogi 3. Sumber-sumber belajar apa yang anda digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? cviii
Jawab : Modul pelatihan 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Gedung, alat tulis, modul pelatihan dan alat-alat praktek. 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Regional III Jawa Tengah 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Memadai 7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki? Jawab : Berwiraswasta 8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Cukup tinggi
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara anda mengevaluasi warga belajar? Jawab : Dengan test tertulis dan praktek 2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari 3. Peraturan-peraturan apa saja yang anda terapkan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Datang ketempat pelatihan tepat pada waktunya, mengikuti semua kegiatan pelatihan, tidak meninggalkan tempat pelatihan tanpa seijin pihak panitia. 4. Apa yang anda lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Ditegur atau diingatkan
cix
HASIL WAWANCARA Tutor/ NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Margono
cx
Tempat/ tanggal lahir
:
Usia
: 36 Tahun
Alamat
: Jatinom Klaten
Pendidikan terakhir
: SMU
Pekerjaan
: Pengusaha
Tempat
: Jatinom Klaten
Hari/ tanggal/ pukul
:
B.2 Proses penberdayaan 14. Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang anda gunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Pembelajara Andragogi 15. Bagaimanakah cara anda menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Ceramah dan praktek 16. Apakah warga belajar suka dengan materi yang diberikan atau yang diajarkan? Jawab : Suka 17. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga belajar? Jawab : Bermanfaat 18. Apa saja manfaat itu? Jawab : Berternak ayam Arab yang baik. 19. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksanakan? Jawab : 3 hari 20. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan budidaya ayam Arab berlangsung? Jawab : Cukup 21. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? cxi
Jawab : 40 peserta 22. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. 23. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 sumber belajar. 24. Bagimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik? Jawab : Masih asli, sehat, mata bulat , bulu kering. 25. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Dengan menngunakan bamboo atau kayu, tidak sempit/longgar, cukup memperoleh sinar matahari. 26. Bagaimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan yang berkualitas? Jawab : Dengan memperhatikan komposisi makananan sesuai dengan kebutuhan dan usia ayam itu sendiri. 27. Bagaimanakah penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas 28. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Pemberian vaksin secara rutin dan
B.3. Hasil Pemberdayaan 1. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan? Jawab : Memperoleh pengetahuan dalam bererternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai produksi. 2. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap? Jawab : Sikap mandiri dalam berternak ayam Arab. 3. Apa hasil yang dicapai dalam bidang keterampilan? Jawab : Trampil dalam bererternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai produksi. 4. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis? Jawab : Peningkatan penghasilan. cxii
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan. 1. Bagaimanakah respon atau tanggapan warga belajar terhadap pelatihan? Jawab : Cukup antusias 2. Pendekatan apa yang anda digunakan dalam penyampaian materi pelatihan? Jawab : Andragogi 3. Sumber-sumber belajar apa yang anda digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Materi atau modul pelatihan 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Modul pelatihan, alat-alat dan bahan praktek. 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Regional III Jawa Tengah. 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Lumayan memadai 7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki? Jawab : Berternak dan berwiraswasta. 8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Cukup tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Bagaimanakah cara anda mengevaluasi warga belajar? Jawab : Dengan test tertulis dan test praktek. 2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari 3. Peraturan-peraturan apa saja yang anda terapkan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
cxiii
Jawab : Mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan, datang pada waktunya tepat waktu, tidak meninggalkan kegiatan pelatihan tanpa seijin pehak panitia. 4. Apa yang anda lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Saya tegur atau diperingatkan.
cxiv
HASIL WAWANCARA Warga Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Rochman
Tempat/ tanggal lahir
: Semarang 30 April 1966
Usia
: 39 Tahun
Alamat
: Sekunir Rt.02/ Rw. 05 Gunung Pati Semarang
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Tempat
: Sekunir Rt.02/ Rw. 05 Kel. Plalangan Kec. Gunung Pati Semarang
Hari/ tanggal/ pukul
: Sabtu/ 18 Juni 2005/ 15.15 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab. 1. Apakah pendidikan terakhir anda ? Jawab : SMA 2. Bagaimana pandangan anda mngenai pendidikan? Jawab : Pengalaman dan pendidikan sangat penting untuk mencapai keberhasilan suatu usaha seseorang. 3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab? Jawab : Karena saya ingin menjadi seorang peternak yang berhasil, untuk menambah penghasilan keluarga. 4. Apakah pekerjaan utama anda? Jawab : Peternak sapi perah, belajar peternak ayam Arab.
cxv
5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan? Jawab : Membantu jualan istri dirumah. 6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan? Jawab : Untuk penghasilan tidak menentu; kadang untung kadang juga rugi tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja? Jawab : Untuk mengembangkan usaha dan untuk kebutuhan keluarga. 8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan? Jawab : Beternak ayam Arab dan belajar berorganisasi. 9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan? Jawab : Membantu pekerjaan istri berjualan, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.
B.2 Proses pemberdayaan 1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Teori dan praktek budidaya ayam Arab sekaligus studi banding peternak ayam Arab di Temanggung. 2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda? Jawab : Suka karena dapat menmbah pengalaman bagaimana cara berternak ayam Arab. 3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda? Jawab : Sangat bermanfaat. 4. Apa saja manfaatnya? Jawab : Bisa beternak yam Arab dengan baik. 5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 5 (lima) 6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? cxvi
Jawab : Bp. Kastum, Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Sigit, dan Bp. Djumadi 7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Memberikan pelajaran teori dan praktek lapangan mengenai budidaya ayam Arab. 8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? Jawab : Kita diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada seluruh pengajar sesui dengan bidangnya masingmasing. 9.
Bagaimanakah kriteria pemilihan yam Arab yang baik?
Jawab : keturunan atau induk ayam Arab harus baik 10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Kontraksi kandang harus sesuai dengan kebutuhan dan usi ayam, misalnya kutuk sampai ayam mulai produksi. 11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas? Jawab : Pakan ayam harus diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam itu sendiri (ransum harus cukup) 12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Suhu mesin tetas harus stabil, seleksi telur, pemberian pakan ayam harus disesuaikan dengan fase umur ayam. 13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Kandang harus selalu dalam keadan yang bersih, kebutuhan pakan ayam harus cukup, pemberian faksin secara rutin.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan? Jawab : saya sangat senang denga pelatihan budidaya ayam Arab 2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan? Jawab : Dengan pemberian pelajaran teori, praktek pembuatan kandang dan mesin tetas serta kunjungan lapangan.
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Modul atau buku panduan dan Tutor atau para ahli 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Semua sarana atau kebutuhan pelatihan disediakan, contohnya buku panduan budidaya ayam Arab dan alat-alat praktek 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP ungaran 6. Apakah sarana itu cukup memadai?
cxvii
Jawab : Cukup lumayan memadai 7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki? Jawab : Beternak dan berdagang/jualan 9. Bagaimanakah motivasi yang anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Saya sangat senang sekali mengikuti semua kegiatan pelatihan.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1 Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Pelatihan diadakan selama 3 (tiga) hari berturut-turut 2 Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan? Jawab : Peserta harus disiplin dalam mengikuti kegiatan pelatihan, peserta pelatihan diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang penting. 3
Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Ditegur langsung oleh pembina, dan diberi arahan agar mau mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik.
PEDOMAN WAWANCARA Warga Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
cxviii
Nama
: Amin Rahardjo
Tempat/ tanggal lahir
: Semarang, 21 Maret 1972
Usia
: 33 Tahun
Alamat
: Sekunir Rt. 02/rw.05 Gunung Pati Semarang
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Tempat
: Kampung Sekunir Kelurahan Plalangan Kecamatan Gunung Pati Semarang
Hari/ tanggal/ pukul
: Minggu/ 19 Juni 2005/ 15.30 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab. 1. Apakah pendidikan terakhir anda ? Jawab : SMA 2. Bagaimana pandangan anda mengenai pendidikan? Jawab : Sangat penting 3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab? Jawab : Ingin menjadi peternak ayam Arab yang berhasil 4. Apakah pekerjaan utama anda? Jawab : Buruh 5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan? Jawab : Tidak.
6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan? Jawab : Penghasilan tidak menentu. 7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja? Jawab : menghidupi keluarga dan merintis usaha. 8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan? Jawab : Beternak ayam Arab untuk menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti kegiatan pelatihan. cxix
9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan? Jawab : Melayani masyarakat dibidang Agama.
B.2 Proses pemberdayaan 1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Teori dan praktek budidaya ayam Arab mulai dari penetasan sampai produksi, termasuk proses pembuatan kandang, mesin tetas dan ransum makanan. 2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda? Jawab : Sangat suka dan ingin menambah pengalaman/ ilmu lagi. 3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda? Jawab : Sangat bermanfaat. 4. Apa saja manfaatnya? Jawab : Bisa menjadi peternak yang baik. 5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 5 (lima) 6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Bp. Margono, Bp. Kastum, Bp. Gunawan, Bp. Sigit, dan Bp. Djumadi 7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Teori sekaligus praktek lapangan. 8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? Jawab : Dibimbing, diarahkan, dan diberi solusinya. 9. Bagaimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik? Jawab : Induk baik/ masih asli 10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Longgar (tidak terlau sempit) sesuai dengan kebutuhan ayam, cukup memperoleh sinar matahari untuk sirkulasi udara.
cxx
11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas? Jawab : Pembuatan pakan harus sesuai dengan ransum atau ukurannya, ayam diberi pakan 2 kali sehari (pagi dan sore hari) 12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Cara penetasan telur menggunakan mesin tetas, yang perlu diperhatikan disini adalah suhu atau panas serta pemutaran dan pendinginan telur selama penetasan. 13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Mengontrol kesehatan ayam setiap hari dan memberikan vaksinasi secara rutin.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan? Jawab : Saya sangat tertarik untuk mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab. 2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan? Jawab : Ceramah dalam memberikan teori dan praktek langsung. 3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Modul atau buku panduan, alat-alat praktek atau peraga. 4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Modul dan alat peraga. 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Ungaran.
6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Cukup Memadai 7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki? Jawab : Berwiraswasta 8. Bagaimanakah motivasi yang anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Saya sangat senang mengikuti kegiatan pelatihan.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 (tiga hari) 2. Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan?
cxxi
Jawab : Datang ke tempat pelatihan tepat pada waktunya, wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah disepakati bersama. 3. Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Ditegur atau diperingatkan secara langsung dan diberi arahan.
PEDOMAN WAWANCARA Warga Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Sugiarto
cxxii
Tempat/ tanggal lahir
: Semarang 27 Agustus 1967
Usia
: 36 Tahun
Alamat
: Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang Pendidikan terakhir
: PGA (Pendidikan Guru Agama)
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat
: Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang Hari/ tanggal/ pukul
: Minggu/ 3 Juli 2005/ 18.30 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab. 1. Apakah pendidikan terakhir anda ? Jawab : PGA (Pendidikan Guru Agama) 2. Bagaimana pandangan anda mngenai pendidikan? Jawab : Pendidikan melalui pengalaman mengikuti pelatihan sangat penting, karena bisa menambah pengetahuan dan keterampilan. 3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab? Jawab : Ingin menjadi peternak ayam Arab yang sukses. 4. Apakah pekerjaan utama anda? Jawab; Pekerjaan utama saya saat ini adalah Ekspedisi biro jasa angkutan. 5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan? Jawab : Berternak Ayam arab, sapi perah dan bebek (menthok).
6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan? Jawab : Penghasilan tidak menentu tetapi cukup untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. 7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja? Jawab : untuk makan, menyekolahkan 2 orang anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar, dan untuk kebutuhan hidup lainnya. 8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan? Jawab : Berternak dan berorganisasi. cxxiii
9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan? Jawab : Mengikuti kegiatan organisasi masyarakat Muhamadiyah dan karang taruna.
B.2 Proses Pemberdayaan 1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Teori dan praktek budidaya ayam Arab yang meliputi pengetahuan dan keterampilan pemilihan bibit yang baik, pembuatan kandang ayam, pembuatan mesin tetas, pembuatan pakan ayam, penetasan dan pembesaran serta pengendalian/ pencegahan penyakit ayam. 2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda? Jawab : Suka karena dapat menambah pengalaman ternak ayam Arab. 3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda? Jawab : Sangat bermanfaat. 4. Apa saja manfaatnya? Jawab : Bisa menambah pengetahuan dan pengalaman beternak ayam Arab dari nara sumber yang berkompeten dibidangnya masing-masing. 5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 5 (lima) 6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Bp. Kastum, Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Sigit, dan Bp. Djumadi 7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Memberikan pelajaran teori dengan ceramah dan praktek pembuatan kandang dan mesin tetas.
cxxiv
8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? Jawab : Membantu dengan cara menerangkan dan menjelaskan kembali segala sesuatu hal yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. 9. Bagaimanakah kriteria pemilihan yam Arab yang baik? Jawab : Berjengger besar, berdada lebar, dan lincah. 10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Kandang dibuat dari bambu yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan ayam, memperhatikan pergantian atau sirkulasi udara, melindungi ayam dari terik sinar matahari dan dinginnya angin malam. 11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas? Jawab : Pembutan pakan ayam yang baik adalah dengan perbandingan 4 : 4 : 3, artinya 4 kg katul, 4 kg jagung, 3 kg sentrat. 12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas. 13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Memberikan pakan yang cukup, kebersihan kandang selalu dijaga dan pemberian vaksin 3 bulan sekali.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan? Jawab : Saya sangat tertarik dengan pelatihan budidaya ayam Arab 2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan? Jawab : Menyampaikan materi dengan ceramah dan demonstrasi pada saat praktek pembuatan kandang, mesin tetas dan ransum makanan.
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : Modul pelatihan, nara sumber teknis yang berpengalaman dan alat-alat praktek atau peraga.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Gudung, modul pelatihan, alat peraga dll 5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Ungaran 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : cukup memadai 7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki? Jawab : Berternak 8. Bagaimanakah motivasi anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Saya sangat senang dan termotivasi mengikuti semua kegiatan pelatihan.
cxxv
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 3 hari secara berturut-turut 2. Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan? Jawab : Tidak boleh meninggalkan tempat pelatihan tanpa seijin panitia, datang ketempat pelatihan tepat pada waktunya. 3. Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Ditegur dan diingatkan.
PEDOMAN WAWANCARA Warga Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
: Khamdan
Tempat/ tanggal lahir
: Semarang 10 Februari 1978
Usia
: 27 Tahun
cxxvi
Alamat
: Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang Pendidikan terakhir
: SMEA
Pekerjaan
: Wiraswasta Pabrik Plastik Polyplas
Tempat
: Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang Hari/ tanggal/ pukul
: Sabtu/ 2 Juli 2005/ 18.30 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab. 1. Apakah pendidikan terakhir anda ? Jawab : SMEA 2. Bagaimana pandangan anda mngenai pendidikan? Jawab : Pendidikan buat saya sangat penting 3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab? Jawab : Ingin mencari pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab. 4. Apakah pekerjaan utama anda? Jawab : Buruh pabrik Plastik polyplas. 5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan? Jawab : Tidak 6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan? Jawab : Tidak menentu kurang lebih Rp. 400.000,-/ bulan 7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja? Jawab : Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk membantu biaya adik sekolah. 8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan? Jawab : Berternak ayam 9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan? Jawab : Mengikuti kegiatan karang taruna.
B.2 Proses pemberdayaan
cxxvii
1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Teori beternak ayam Arab, praktek pembuatan kandang, pembuatan pakan ayam, dan pembuatan mesin tetas, serta kunjungan lapangan. 2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda? Jawab : Suka karena dapat menambah pengalaman berternak ayam Arab. 3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda? Jawab : Bermanfaat. 4. Apa saja manfaatnya? Jawab : Saya menjadi lebih tahu tentang bagaimana beternak ayam Arab yang baik. 5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : 5 (lima) 6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab :Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Basirom, Bp. Kastum dan Bp. Djumadi 7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Memberikan teori budidaya ayam Arab dengan metode ceramah dan praktek langsung/ demonstrasi pembuatan kandang, mesin tetas, dan pakan ayam. 8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? Jawab : Menerangkan dan menjelaskan lagi materi yang belum kita mengerti. 9. Bagaimanakah kriteria pemilihan yam Arab yang baik? Jawab : Berjengger merah, sehat (tidak sakit) dan lincah 10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat? Jawab : Longgar/ tidak terlalu sempit, bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup, terdapat sirkulasi udara , dapat melindungi ayam dari udara malam yang dingin, serta penempatan kandang ditempat yang tenang, bebas dari gangguan suara keramaian. 11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas?
cxxviii
Jawab : Ayam diberi pakan 2 kali sehari dengan formulasi yang tepat yakni 4 : 4 : 3 ( 4 katul, 4 jagung, dan 3 sentrat). 12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik? Jawab : Cara penetasan ayam dengan menggunakan mesin tetas, telur yang akan ditetaskan diteropong/diseleksi terlebih dahulu, dan ayam dikelompokkan berdasarkan umur/usia. 13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif? Jawab : Ayam dikontrol setiap hari, kandang selalu dalam keadaan bersih, pemberian ransum pakan yang cukup, ayam yang sakit dipisahkan dengan ayam yang sehat sihingga tidak menular penyakitnya, serta pemberian vaksin secara rutin.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan? Jawab : Saya sangat tertarik untuk mengikuti kegiatan pelatihan ternak ayam Arab. 2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan? Jawab : dengan ceramah, diskusi, dan demonstrasi 3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan? Jawab : modul atau buku panduan dan alat-alat peraga/praktek.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab? Jawab : Gedung atau tempat pelatihan, asrama penginapan, buku panduan, alat praktek, makanan, snack dan sertifikat pelatihan.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh? Jawab : BPPLSP Ungaran 6. Apakah sarana itu cukup memadai? Jawab : Cukup memadai 7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki? Jawab : Berwirausaha 8. Bagaimanakah motivasi anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan? Jawab : Saya mengikuti semua kegiatan pelatihan yang telah dijadwalkan.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
cxxix
Jawab : 3 Hari 2. Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan? Jawab : Datang ketempat pelatihan tepat pada waktunya, memperhatikan materi yang disampaikan oleh tutor, mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan. 3. Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar peraturan yang telah ditetapkan? Jawab : Ditegur dan diperingatkan.
cxxx
PEDOMAN WAWANCARA Penyel enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
:
Tempat/ tanggal lahir
:
Usia
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
:
Hari/ tanggal/ pukul
:
4. Bagaimanakah
bentuk
pemberdayaan
pemuda
dalam
pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab yang dilakukan oleh BPPLSP Ungaran ? 5. Langkah-langkah apa yang digunakan dalam rangka perencanaan pemberdayaan? 6. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab? 7. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini? 8. Bagaimanakah sistem perekrutan peserta peserta pelatihan dan kelompok anggota binaan?
cxxxi
9. Bagaimanakah cara penyelenggara, memfasilitasi warga belajar selama mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 10. Usaha apa saja yang dilakukan oleh penyelenggara atau fasilitator apabila warga belajar menemukan kesulitan daam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 11. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan ? 12. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab ? 13. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? 14. Bagaimana kondisi kependudukan desa binaan ayam Arab ? 15. Bagaimana budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan ayam Arab ? 16. Apakah sasaran program yang diberikan pada pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 17. Bagaimanakah isi program yang terdapat pada materi pelatihan budidaya ayam Arab? 18. Pendekatan apa yang dilakukan oleh penyelenggara untuk memenuhi program pelatihan budidaya ayam Arab? 19. Siapa saja yang menjadi sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? 20. Apa pekerjaan utama penyelenggara pada pelatihan budidaya ayam Arab? 21. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? 22. Peraturan-peraturan apa saja yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 23. Apa yang dilakukan oleh penyelenggara apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditentukan pada pelatihan budidaya ayam Arab? 24. Sarana apa saja yang terdapat pada pelatihan budidaya ayam Arab? 25. Dari mana sarana itu diperoleh? 26. Apakah sarana itu cukup memadai? cxxxii
27. Bagaimanakah harapan penyelenggara kepada warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
PEDOMAN WAWANCARA Tutor/ NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
:
Tempat/ tanggal lahir
:
Usia
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
:
Hari/ tanggal/ pukul
:
1. Bagaimanakah bentuk pembelajaran dalam pelatihan budidaya ayam Arab yang dilakukan oleh BPPLSP Ungaran ?
cxxxiii
2. Usaha apa yang dilakukan oleh tutor atau nara sumber teknis apabila warga belajar menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 3. Bagaimanakah cara tutor/ nara sumber teknis menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 4. Apa saja yang diberikan atau diajarkan oleh tutor/nara sumber teknis kepada warga belajar dalam pelatihan budidaya ayam Arab? 5. Apakah warga belajar suka dengan apa yang diberikan atau yang diajarkan? 6. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga belajar? 7. Apa saja manfaat itu? 8. Kapan pelatihan budidaya ayam Arab dilaksanakan? 9. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksaakan? 10. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan budidaya ayam Arab berlangsung? 11. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? 12. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? 13. Siapa saja yang menjadi sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? 14. Apa pekerjaan utama tutor/ nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? 15. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam Arab? 16. Peraturan-peraturan apa saja yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 17. Apa yang dilakukan oleh tutor/ nara sumber teknis apabila ada diantara warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditentukan pada pelatihan budidaya ayam Arab? cxxxiv
18. Sarana apa saja yang terdapat pada pelatihan budidaya ayam Arab? 19. Dari mana sarana itu diperoleh? 20. Apakah sarana itu cukup memadai? 21. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan? 22. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap? 23. Apa hasil yang dicapai dalam bidang ketrampilan? 24. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis? 25. Bagaimanakah harapan tutor/ nara sumber teknis kepada warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
PEDOMAN WAWANCARA Warga Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS ( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama
:
Tempat/ tanggal lahir
:
Usia
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
: cxxxv
Pekerjaan
:
Hari/ tanggal/ pukul
:
7. Apa pendidikan terakhir anda? 8. Bagaimana pandangan anda terhadap pendidikan? 9. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab? 10. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 11. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda? 12. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda? 13. Apa saja manfaatnya? 14. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab/ 15. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? 16. Berapa jumlah peseta yang mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? 17. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab? 18. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab? 19. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 20. Apa yang dilakukan oleh tutor atau fasilitator apabila anda melanggar peraturan yang telah ditentukan pada pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab? 21. Sarana apa saja yang terdapat pada pelatihan budidaya ayam Arab? 22. Dari mana sarana itu diperoleh? 23. Apakah sarana itu cukup memadai? 24. Bagaimanakah harapan anda setelah mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
cxxxvi
cxxxvii
cxxxviii
cxxxix