POLA KOMUNIKASI INTERNAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT DELORE SELARAS ABADI (PIAR CONSULTING) Beby Juliane Riazis; Ferane Aristrivani, S.I.Kom., M.I.Kom Universitas Bina Nusantara Jl. K H. Syahdan No. 9, Kemanggisan – Palmerah, Jakarta Barat (021)534 5830 / (021) 530 0244
[email protected]
Abstract Good internal communication pattern will improve employee productivity. Obstacle in internal communication could turn into a problem, that’s why solutions are needed to improve employee’s productivity. The research method analysis that used is in case study. This research is done intensively, detailed, and in-depth toward an institution organization or specific symptoms. The results that achieved are to know internal communication pattern, the barriers that occur in the internal communication, and solutions to improve employee’s productivity. The conclusions are organizational communication in Piar Consulting formed organizational communication climate. Organizational communication climate in Piar Consulting was good but there’re still some obstacles that may impact to internal communication pattern, but with the solutions, the obstacles can be resolved, and the internal communication pattern in Piar Consulting can increase employee’s productivity. Advice, next research can be focus on one internal communication pattern. (BJ) Keywords: organizational communication, internal communication pattern, employee’s productivity, productivity.
Abstrak Pola komunikasi internal yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam komunikasi internal hambatan yang muncul bisa menjadi masalah, oleh karna itu dibutuhkan solusi penyelesaian agar dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus, di mana penelitian dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu. Hasil yang diperoleh adalah mengetahui pola komunikasi internal, hambatan-hambatandan solusi dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Simpulan yang diperoleh adalah komunikasi organisasi yang berjalan pada Piar Consulting membentuk iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi pada Piar Consulting sudah bagus tetapi belum sempurna masih ditemukan hambatan yang dapat berdampak pada pola komunikasi internal, namun dengan solusi, hambatan dapat diselesaikan, dan pola komunikasi internal yang berlangsung pada Piar Consulting dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Saran, penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada satu pola dalam komunikasi internal. (BJ) Kata Kunci: komunikasi organisasi, pola komunikasi internal, produktivitas kerja karyawan, produktivitas.
PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (West & Turner, 2008, hal. 125-126). Melalui komunikasi individu-individu bertukar pesan bermakna untuk dapat saling berkomunikasi atau menyampaikan informasi. Pada era globalisasi ini pentingnya komunikasi sudah tidak dapat dipungkiri. Setiap hari, setiap saat, dan di mana saja manusia berkomunikasi, begitu juga di organisasi. Peran komunikasi di dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting. Menurut Robbins (2010) komunikasi di dalam organisasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku karyawan. Komunikasi internal di dalam organisasi terjadi pada lingkup dalam perusahaan, baik komunikasi ke atas, ke bawah, dan lateral. Komunikasi internal yang berlangsung dalam suatu perusahaan pada dasarnya digunakan untuk menjalin hubungan yang baik dengan publik internal. Hal ini menjadi sangat penting karena seorang dapat saling berhubungan dan bertukar pikiran yang menambah wawasan dalam pekerjaan, sehingga memungkinkan tercapainya kesinergian kerja dan hasil kerja yang lebih maksimal. Melihat tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia semakin hari semakin ketat, perusahaan-perusahaan terus berkembang dan bertahan dalam dunia usaha untuk dapat mencapai tujuannya masing-masing. Diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk mempertahankan organisasinya. Dalam mempertahankan organisasinya, perusahaan terkadang melupakan pentingnya komunikasi yang efektif untuk mencapai target dan hasil yang maksimal. Padahal tanpa komunikasi yang baik dapat timbul masalah seperti perbedaan pendapat, kesalah pahaman, kurang keterbukaan antar karyawan, adanya rasanya tertekan, sifat egois dan sebagainya, yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif yang dapat menimbulkan implikasi yang kurang baik kepada motivasi kerja, gairah kerja, konsentrasi kerja, yang berujung pada produktivitas kerja sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. Berdasarkan pengamatan awal, ditemukannya masalah terkait dengan pola komunikasi internal. Masalah ini adalah masalah yang berhubungan dengan kurang efektifnya pola komunikasi internal pada PT Delore Selaras Abadi atau yang lebih dikenal sebagai Piar Consulting. Jika masalah di atas tidak diselesaikan maka dapat berdampak pada produktivitas kerja karyawan.
Kajian Pusataka Berikut adalah tabel dari penelitian terdahulu beserta penelitian penulis:
Tabel 1 Penelitian Sebelumnya No.
Keterangan
1
Judul Penelitian
2
Metode yang digunakan
Nama Peneliti Terdahulu Didier Neonisa
Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Sebuah Organisasi: Studi Kasus PT. XYZ (2011) Kuantitatif / Komunikasi Organisasi, Komunikasi Internal, Kepuasan Kerja.
Nama Peneliti Terdahulu Anwar Aminudin Chandra Komunikasi Organisasi Internal untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja (2013)
Kualitatif / Komunikasi, Komunikasi Organisasi – Internal, Komunikasi Interpersonal,
Nama Peneliti Beby Juliane
Pola Komunikasi Internal dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan PT. Delore Selaras Abadi (Piar Consulting) (2014)
Kualitatif - Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi Organsiasi, Konsultan Public Relations, Komunikasi yang efektif, Produktivitas kerja.
3
Subjek penelitian
138 karyawan PT. XYZ
4
Hasil Penelitian
Setiap responden merasa setuju bahwa komunikasi internal telah berjalan dengan baik di PT XYZ dan memberikan kontribusi sekitar 40% dari informasi yang dibutuhkan untuk dapat memprediksi variasi dari kepuasan kerja.
5
Perbedaan masing-masing penelitian.
Membahas mengenai kepuasan kerja
6
Persamaan masing-masing Penelitian
Membahas mengenai Komunikasi Organisasi Internal
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2014
Public Relations, Komunikasi yang efektif, Produktivitas Kerja. General Manager, Section Head of Partner Relations Management, Kepala Divisi Creative, Kepala Divisi Business and Development, Kepala Divisi Promotion and Social Media.PT. Kliktoday. Alur komunikasi horizontal dan vertikal terjadi di PT. Kliktoday Indonesia. Email dan rapat dianggap sebagai media komunikasi paling efektif untuk menghubungkan komunikasi vertical dan horizontal. Hambatan terjadi akibat perbedaan latar belakang usia, pendidikan, status yang menyebabkan ketidakcocokan dalam proses penerimaan informasi yang terjadi antar sesama karyawan. Menggunakan fungsi Public Relations untuk meningkatkan produktivitas. Membahas mengenai Komunikasi Organisasi Internal
Public Relations Director, karyawan Piar Consulting: staff Media Relation Officer, Media Monitoring, dan Account Executive.
Komunikasi organisasi yang berjalan pada Piar Consulting membentuk iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi pada Piar Consulting sudah bagus tetapi belum sempurna masih ditemukan hambatan mengarah pada komunikasi yang tidak efektif yang dapat berdampak pada pola komunikasi internal. Pola internal pada Piar Consulting meliputi komunikasi ke atas, ke bawah, dan lateral dengan menggunakan media email, group chat, handphone, telepon, dan rapat internal. Dengan solusi yaitu berkomunikasi dengan efektif dan jujur, hambatan dapat diselesaikan, dan pola komunikasi internal yang berlangsung pada Piar Consulting dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Membahas mengenai iklim komunikasi organisasi.
Membahas mengenai Komunikasi Organisasi Internal
Komunikasi Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti ‘sama’. Communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama (make to common) (Mulyana, 2009, hal. 46). Dapat dikatakan komunikasi terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya. Selain itu komunikasi juga di pahami sebagai proses pertukaran pesan bermakna. Komponen dari komunikasi pada dasarnya melibatkan pengirim pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri yang dikirim melalui media, dan gangguan. Namun pada model terbaru komunikasi, khususnya dalam dunia bisnis, komponen dari proses komunikasi bisnis dan profesional pada saat ini, meliputi: pengirim, penerima, pesan, saluran, gangguan, respon balik, dan konteks dalam model komunikasi.(Goodall, Jr., Goodall, & Schiefelbein, 2010, hal. 22-23). Dalam model ini pesan dan respon balik disampaikan menggunakan pesan verbal, email, voice mail, fax, dan lainnya. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok (Mulyana, 2009, hal. 83). Komunikasi Internal Komunikasi organisasi internal atau komunikasi internal dapat dipahami sebagai segala kegiatan komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, melibatkan personel dalam organisasi yang tersusun dalam struktur organisasi. Dalam komunikasi internal terdapat arus komunikasi, dapat dilihat secara vertikal, yaitu ke atas dan ke bawah, serta komunikasi lateral yang menyamping. 1. Komunikasi ke atas Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya, dari pelaksana ke manajernya. 2. Komunikasi ke bawah Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Sebagai contoh, pesan yang dikirim oleh manajer kepada karyawannya adalah komunikasi kebawah. 3. Komunikasi lateral Komunikasi Lateral adalah pesan antara sesama, yakni dari manajer ke manajer, karyawan ke karyawan. Pesan semacam ini bisa bergerak di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian (Wiryanto, 2004, hal. 62-66). Iklim Komunikasi Organisasi Frase “iklim komunikasi organisasi” menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Sama seperti cuaca membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang bereaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi dipihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi –suatu evaluasi makro (program)- mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. (Pace & Faules, 2010, hal. 147). Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organsiasi Berikut adalah enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace & Faules, 2010, hal. 159-160): 1. Kepercayaan – Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. 2. Pembuatan keputusan bersama – Para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. 3. Kejujuran – Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalm organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “ apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.
4.
5.
6.
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah – Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin, dan rencana-rencana. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas – Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi – Personel di semua tingkat dalam organsiasi harus menunjukan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah-demikian pula menunjukan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.
Definisi Komunikasi yang Efektif Menurut Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator atau sender, kemudian komunikan atau receiver memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan (Nurjaman & Umam, 2012, hal. 45). Konsultian Public Relations Sebuah konsultan Public Relations adalah suatu perusahaan yang bekerja bagi sejumlah klien yang sering kali menjadi sektor-sektor yang berbeda. Konsultan Public Relations tidah hanya akan melakukan kampanye-kampanye, mereka juga akan membantu merancang dan mengukur keberhasilan mereka. Mereka sangat beragam dalam ukuran mulai dari kantor para praktisi multinasional hingga praktisi-praktisi individual yang mungkin berkerja di rumah. (Butterick, 2012, hal. 125-126). Produktivitas Dalam mengukur produktivitas kerja karyawan diperlukan sesuatu yang khusus. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat produktivitas berdasarkan hasil kerja dan/atau efisiensi sumber daya yang digunakan. Produktivitas pada lembaga niralaba, diukur atas dasar kemampuan melakukan kegiatan dalam jangka waktu tertentu, kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan. Dalam hal ini, ukuran produktivitas kerja yang difokuskan pada kemampuan pegawai untuk memberikan kontribusi positif dalam menciptakan lingkungan kerja ergonomis, sehingga bisa menampilkan diri sebagai individu produktif dalam mewujudkan tujuan organisasi secara efektif dan efisien (Yuniarsih & Suwatno, 2008, hal. 158-159). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Menururt Muchdarsyah (1992) secara umum produktivitas suatu organisasi dipengaruhi oleh manusia, modal, metode (proses), produksi, umpan balik, lingkunganinternal organisasi, dan lingkungan eksternal (baik lokal, regional, nasional maupun internasional). Dari sana dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi produktivitas dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan eksternal (Yuniarsih & Suwatno, 2008, hal. 159-161). Berikut adalah faktor internal yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, antara lain: • komitment kuat terhadap visi dan misi institusional; • struktur dan desain pekerjaan; • motivasi, disiplin, dan etos kerja yang bisa digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas; • kebijakan perusahaan yang bisa merangsang (trigger) kreativitas dan inovasi; • perlakuan menyenangkan yang bisa diberikan pimpinan dan/atau rekan kerja; • praktik manajemen yang diterapkan oleh pimpinan; • lingkungan kerja yang ergonomis; • kesesuaian antara tugas yang dibebankan dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, minat, keahlian, dan keterampilan yang dikuasai; • komunikasi inter dan antar individu dalam membangun kerja sama.
Rumusan Masalah Berikut ini merupakan rumusan dari masalah-masalah yang akan dibahas dalam rangka penelitian ini: 1. Bagaimana pola komunikasi internal dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting? 2. Bagaimana hambatan-hambatan komunikasi internal yang terjadi dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting? 3. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan komunikasi internal dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting?
Tujuan penelitian Ada beberapa tujuan dari penelitian yang dilakukan: 1. Untuk mengetahui pola komunikasi internal dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan komunikasi internal yang terjadi dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting. 3. Untuk mengetahui solusi dari hambatan komunikasi internal dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian berjudul “Pola Komunikasi Internal Dalam Meningkatkan Produktivitas Karyawan PT Delore Selaras Abadi (Piar Consulting)” adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya (Mulyana & Solatun, 2007, hal. 5). Penelitian kualitaif digunakan dengan maksud agar dapat memahami objek yang diteliti secara mendalam. Penelitian ini memusatkan perhatian pada pola komunikasi internal dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan PT Delore Selaras Abadi, hambatan-hambatan yang terjadi hingga solusi yang dapat mengatasi hambatan tersebut.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitaif-deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian kualitaif deskriptif tidak hanya mengemukakan berbagai tindakan yang tampak oleh kasat mata saja, sebagaimana dikatakan Bailey 1982, penelitian kualitaitf deskriptif selain mendiskusikan berbagai kasus yang sifatnya umum tentang berbagai fenomena sosial yang ditemuka, juga harus mendeskripsikan hal-hal yang bersifat spesifik yang dicermati dari sudut kemengapaan dan kebagaimanaan, terhadap suatu realitas yang terjadi baik perilaku yang ditemukan dipermukaan lapisan sosial, juga yang tersembunyi dibalik sebuah perilaku yang ditunjukan (Mukhtar, 2013, hal. 10-11). Dengan jenis penelitian kualitatif-deskriptif informasi dan keadaaan objek penelitian dapat ditemukan dan dideskripsikan sehingga dapat menjawab rumusan masalah dari penelitian ini.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjekyang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto, 2010, hal. 185). Di dalam studi kasus, objek diteliti secara mendalam dan untuk
mendapatkan data yang memadai. Data diperoleh melalui berbagai sumber data, seperti hasil wawancara, dokumentasi, foto, buku, dan hasil pengamatan selama berada di lapangan. Setelah itu hasil temuan di lapangan dapat diolah sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data Data adalah sekumpulan informasi. Ada berbagai macam jenis data. Dari sisi pengumpulan data, data dipisahkan berdasarkan sumber data dari mana data tersebut diperoleh. Dari sumber data primer diperoleh data primer, sedangkan dari sumber data sekunder diperoleh data sekunder. Data Primer Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini harus dicari melalui narasumber atau disebut juga responden yaitu orang yang dijadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sumber informasi (Sarwono, 2006, hal. 129). Ada beberapa teknik pengumpulan data primer, antara lain: 1. Partisipasi Teknik pengumpulan dapat partisipasi adalah salah satu pencarian data utama dalam penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan keterlibatan langsung dengan obyek penelitian. Peneliti harus secara langsung mengamati, menjadi bagian dari yang diteliti dan berbaur, serta merasakan sama seperti obyek tersebut dengan itu didapatkan pengertian mendalam. Teknik ini memerlukan waktu yang tidak sebentar kerena pembauran harus dilakukan secara intens dan timely agar mendapatkan hasil yang lebih akurat (Sarwono, 2006, hal. 223-224). 2. Teknik Observasi Kegiatan observasi yaitu dengan melakukan pencatatan secara langsung dan sistematik terhadap kejadian-kejadian, perilaku dan obyek-obyek yang dilihat guna mendukung penelitian yang sedang berlangsung. Di tahap ini peneliti mengumpulkan sebanyak mungkin informasi secara umum lalu kemudian observasi terfokus yaitu dengan memperkecil fokus data atau informasi (Sarwono, 2006, hal. 223). Alasan secara metodologis bagi pengguna pengamatan (observasi) ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya (Moleong, 2013, hal. 175). 3. Teknik Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sabil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan isi penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interviewguide (panduan wawancara) (Nazir, 2005, hal. 193-194). Wawancara akan dilakukan pada sumber-sumber yang dianggap sebagai key infrormant di perusahaan, dengan jumlah minimal 3 orang, maksimal 10 orang. 4. Kajian Dokumen Kajian dokumen membantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi menggunakan bantuan alat-alat instrumen untuk pengambilan data. Hal ini dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen. Dokumen mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Data dokumen dapat berupa foto, gambar, peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan dan lain-lain (Mukhtar, 2013, hal. 101). Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder ini dapat dicari melalui sumber data sekunder (Kuncoro, 2009, hal. 148). Sumber data sekunder adalah orang atau lembaga yang telah mengumpulkan data, baik dari sumber data primer maupun dari sumber data sekunder yang lain (Kuncoro, 2009, hal. 145). Data sekunder ini bisa didapat melalui membaca bukubuku atau catatan-catatan, wawancara dengan sumber sekunder, dan sebaginya.
Analisis Data Bogdan & Biklen (2007) menyatakan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memiungkinkan menyajikan apa yang telah ditemukan. Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying). Berikut di bawah gambar dari tiga tahapan tersebut.
Gambar 1 Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman, 1992 Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2007). Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang tersembunyi dibalik pola dan data yang tampak. Data yang sudah direduksi maka langkah selanjutnya adalah memaparkan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles & Huberman, 1992) dalam buku Imam Gunawan (Gunawan, 2013, hal. 210-211).
Teknik keabsahan Data Teknik keabsahan data adalah di mana hasil penelitian perlu diuji kepercayaan datanya sehingga keabsahan datanya akurat. Pada penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dimana cara yang ditempuh untuk melakukan varifikasi sepanjang penelitian dilakukan hingga data dianalisis dan laporan ditulis. Triangulasi dengan kata lain adalah proses melakukan pengujian kebenaran data serta penemuan makna (Mukhtar, 2013, hal. 137). Teknik keabsahan data adalah di mana hasil penelitian perlu diuji kepercayaan datanya sehingga keabsahan datanya akurat. Pada penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dimana cara yang ditempuh untuk melakukan varifikasi sepanjang penelitian dilakukan hingga data dianalisis dan laporan ditulis. Triangulasi dengan kata lain adalah proses melakukan pengujian kebenaran data serta penemuan makna (Mukhtar, 2013, hal. 137).
HASIL DAN BAHASAN Hasil Tabel 2 Kesimpulan Hasil Penelitian Komunikasi Upward Komunikasi Upward Pola Komunikasi dilakukan menggunakan email, group chat pada telepon genggam, telepon, komunikasi tatap muka, dan rapat besar mingguan. Hambatan Dalam pekerjaannya staff dituntut untuk bekerja mengikuti instruksi atasannya, namun pada lapangan suasana hati atasan yang mudah berubah-ubah membuat staf enggan bertanya. Hambatan yang terjadi bila tidak segera ditanggapai dapat menjadi masalah yang menggangu produktivitas kerja. Solusi Mengerjakan tugas sebaik mungkin, tepat waktu, dan sesuai yang diinginkan oleh atasan. Solusi yang dilakukan dapat menciptakan iklim komunikasi yang mendukung produktivitas kerja. Sumber: Diolah oleh Penulis, 2014
Tabel 3 Kesimpulan Hasil Penelitian Komunikasi Downward Komunikasi Downward Pola Komunikasi dilakukan menggunakan email, group chat pada telepon genggam, telepon, komunikasi tatap muka, dan rapat besar mingguan. Menyesuaikan cara berkomunikasi dengan karakteristik staff agar komunikasi lebih efektif. Hambatan Espektasi atasan atas suatu instruksi pekerjaan yang seharusnya dapat di mengerti oleh karyawannya, namun seringkali ternyata staff tidak dapat memenuhi espektasi atasan. Hambatan yang terjadi bila tidak segera ditanggapai dapat menjadi masalah. Solusi Segera memberikan teguran atau saling diskusi untuk menyelesaikan hambatan maupun masalah yang terjadi. Pendekatan diri dengan karyawan pada saat outing dilakukan agar atasan dapat memahami karyawannya. Solusi yang dilakukan dapat mendukung produktivitas kerja. Sumber: Diolah oleh Penulis, 2014
Tabel 4 Kesimpulan Hasil Penelitian Komunikasi Lateral Komunikasi Lateral Pola Komunikasi dilakukan menggunakan email, group chat pada telepon genggam, telepon, komunikasi tatap muka, dan rapat besar mingguan. Kedekatan ruangan membuat komunikasi tatap muka yang paling sering dilakukan. Hambatan Rekan kerja yang tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan pembagian tugas dan dateline yang telah ditentukan, cenderung terkadang kurang menghiraukan instruksi dari rekan satu divisi. Hambatan yang terjadi bila tidak segera ditanggapai dapat menjadi masalah. Solusi Teguran agar pekerjaan segera diselesaikan, menjelaskan dengan detail mengenai tugas, dan menegaskan dateline batas pekerjaan. Sumber: Diolah oleh Penulis, 2014
Bahasan Piar Consulting adalah perusahaan yang bergerak dalam jasa Public Relations Consultant, menurut Butterick, konsultan Public Relations adalah perusahaan yang bekerja bagi sejumlah klien yang sering kali menjadi sektor-sektor yang berbeda. Konsultan Public Relations tidak hanya akan melakukan kampanye-kampanye, mereka juga akan membantu merancang dan mengukur keberhasilan mereka (Butterick, 2012, hal. 125-126). Pada prakteknya Piar Consulting menjalankan tugas Public Relations dengan menangani proyek klien sesuai dengan yang telah disepakati. Tidak hanya melakukan kampanye melalui event, dan press conference, tim Piar Consulting juga membantu merancang dan mengukur keberhasilan melalui seberapa banyak pemberitaan yang muncul di media. Menurut observasi dilapangan report dari suatu proyek dibuat pada periode tertentu, misalnya satu bulan sekali, atau per-proyek. Dalam eksistensinya, Piar Consulting memperoleh klien melalui proses pitching dan melalui rekomendasi dari kolega klien. Lingkup layanan yang di berikan oleh Piar Consulting antara lain: hubungan media, manajemen krisis dan isu, manajemen acara, perencanaan dan nasihat komunikasi strategis.Hubungan media (istilah singkat untuk memperoleh liputan dalam media) adalah peran tradisional dari konsultansi dan masih secara signifikan berada di puncak daftar, mengatur kegiatankegiatan utama bagi mayoritas konsultasi Public Relations konvensional, meskipun saluran-saluran komunikasi telah berubah. (Butterick, 2012, hal. 132). Hal demikian terjadi di Piar Consulting, hubungan media yang kuat merupakan salah satu faktor yang ditonjolkan untuk dapat bersaing dengan agensi public relations lainnya dan membuat Piar Consulting dapat terus berkembang hingga saat ini. Pola komunikasi internal Piar Consulting Komunikasi merupakan hal yang penting dan memiliki peran dalam kelangsungan perusahaan, terutama di perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa Public Relations seperti Piar Consulting. Proses komunikasi yang berjalan baik dapat mendukung segala kegiatan kerja yang berlangsung di dalam suatu perusahaan. Di bawah ini adalah salah satu model komunikasi bisnis yang umumnya terjadi di dalam perusahaan.
Gambar 2 Updated Model of Business Communication Sumber: Goodall, Jr., Goodall, & Schiefelbein, 2010
Dari gambar diatas dapat dilihat model komunikasi yang dahulu digunakan, tetapi dapat juga di lihat model terbaru dari komunikasi bisnis. Komponen dari proses komunikasi bisnis dan profesional pada saat ini, meliputi: pengirim, penerima, pesan, saluran, gangguan, respon balik, dan konteks dalam model komunikasi. (Goodall, Jr., Goodall, & Schiefelbein, 2010, hal. 22-23). Jika dilihat modelnya terdahulu hampir sama dengan model yang sekarang namun pada prakteknya pesan dan respon balik antara pimpinan dan staff kini dapat dikirim tidak hanya secara verbal langsung tetapi juga bisa melalui email, voice mail, fax, dan lainnya. Dengan kemajuan teknologi, komunikasi menjadi lebih mudah, cepat, dan efisien tentunya hal ini sangat mendukung pekerjaan. Perkembangan teknologi seperti komputer tablet, smartphone, juga sangat berpengaruh. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi Piar Consulting menggunakan media seperti komputer, email, group chat pada telepon genggam, dan telepon agar memungkinkan karyawan dan direktur dapat saling berkomunikasi, baik secara formal maupun informal, berdiskusi dan memberikan update mengenai pekerjaan. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2004, hal. 54-55). Formal dan informal, formal dalam arti komunikasi yang berorientasi untuk kepentingan organisasi. Contohnya rapat internal, rapat kelompok sebelum event, dan lainnya. Sedangkan informal lebih berorientasi pada hubungan sosial suatu organisasi. Contohnya candaan, ngobrol dengan rekan kerja mengenai aktivitas di luar kantor, dan lainnya. Komunikasi terjadi dalam 2 konteks yaitu internal dan eksternal. Yang akan dibahas pada penelitian ini adalah komunikasi internal. Komunikasi internal adalah segala kegiatan komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, melibatkan seluruh anggota organisasi, dalam komunikasi internal terdapat arus atau pola komunikasi yaitu komunikasi ke atas, ke bawah, dan lateral. “Message directed at organizational superiors are called upward communication” – Pesan yang disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi disebut sebagai komunikasi ke atas. Pada Piar Consulting, komunikasi ini terjadi antara Account Executive dengan Public Relations Director, dilakukan melalui tatap muka langsung, email, group chat pada telepon genggam, telepon, dan rapat internal. Komunikasi tatap muka langsung terjadi ketika Account Executive diminta Public Relations Director untuk datang keruangannya dan mendiskusikan suatu project yang sedang ditanggani. Penggunaan email di gunakan untuk memberikan informasi terbaru mengenai proyek yang sedang dijalankan, dan laporan-laporan dalam bentuk data elektronik. Menurut wawancara dengan direktur,
direktur mewajibkan karyawannya untuk men-cc setiap email yang keluar. “..yang pasti semua email yang dilakukan, baik itu ke klien itu semuanya harus men-carbon copy semua orang yang terlibat di dalam project tersebut, itu namanya komunikasi gitu, jadi kayak gw pribadi, karna ini perusahaan kecil, iya kan, jadi gw gak mungkin membiarkan semua org untuk meng-email, tanpa men-carbon copy gw, jadi semua email yang keluar ini masih dalam carbon copy gw..”, hal ini diberlakukan dengan maksud agar direktur dapat mengawas aktivitas kerja karyawannya, oleh karna itu semua email yang dikirimkan oleh Account Executive pasti akan men-cc email direktur. Group chat digunakan untuk berdiskusi kelompok, baik secara formal, maupun informal, mengenai pekerjaan atau diluar pekerjaan, namun Account Executive juga menggunakan group chat untuk menyampaikan pesan atau laporan singkat kepada direktur. Telepon baik menggunakan telepon kantor atau telepon genggam digunakan, bila saling terbatas oleh jarak. Nurtejo Account Executive staff menyatakan,“Kalau meeting kantor, sebenernya kita ada Weekly Individual Progress, jadi kita ada satu meeting yang kita hanya jelasin apa aja sih progresnya dalam minggu itu, dan apa saja updatenya.” Rapat internal atau yang lebih dikenal oleh karyawan Piar Consulting sebagai WIP (Work in Progress), melibatkan semua karyawan, dan pimpinan yang ada. Rapat internal ini dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali setiap hari senin, atau 1 (satu) hari sebelum event. Rapat ini juga merupakan sarana untuk Account Executive melaporkan informasi terbaru dari sebuah project yang sedang dijalankan. “Messages directed at organizational subordinates are called downward communication” – Pesan yang disampaikan ke bawahan pada organisasi disebut sebagai komunikasi ke bawah. Pola komunikasi ini terjadi di Piar Consulting antara direktur dengan seluruh staff-nya. Direktur Piar Consulting menyatakan bahwa, “Komunikasi? Penting sekali, that’s why kita punya Work In Progress setiap senin ya kan, kalo gw di kantor itu mah harus, work in progres namanya WIP meeting, udah gitu kita ada group chat, terus udah gitu, yang pasti semua email yang dilakukan, baik itu ke klien itu semuanya harus men-carbon copy semua orang yang terlibat di dalam project tersebut,.” Dari kutipan wawancara dan observasi di atas dapat dipahami bahwa direktur berkomunikasi dengan bawahannya menggunakan telepon, email, group chat pada telepon genggam, tatap muka langsung dalam rapat internal. Komunikasi menggunakan telepon baik telepon kantor atau ponsel, dilakukan bila saling terbatas oleh jarak, dan sebagai Public Relations Director yang cukup sering berada diluar kantor, komunikasi menggunakan telepon sering dilakukan. Email, digunakan untuk menyampaikan semua informasi baik internal dan ke eksternal. Setiap pengiriman email yang dilakukan, direktur akan mencc setiap orang yang terlibat. Group chat pada ponsel digunakan untuk berdiskusi dengan seluruh karyawan baik secara formal, maupun informal, mengenai pekerjaan atau di luar pekerjaan. Tatap muka langsung dilakukan pada saat direktur memberikan tugas kepada staff, dan pada saat rapat internal atau WIP (Work In Progress) merupakan rapat yang dihadiri oleh direktur dan karyawan, melalui rapat ini, direktur menanyakan kepada staff, informasi-informasi terbaru mengenai pekerjaan dan project-project yang sedang dijalankan, pada rapat ini juga direktur memberikan masukan kepada staff-nya, dan memberikan instruksi baru berhubungan dengan pekerjaan. “Message directed at organizational peers is referred to as lateral communication” – Pesan yang disampaikan kepada rekan-rekan organisasi disebut sebagai komunikasi lateral. Pola komunikasi ini dapat terjadi pada lintas divisi, misalnya komunikasi antara divisi Media Relations dengan Media Monitoring. Bentuk komunikasi yang terjadi, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui email¸ group chat, komunikasi langsung tatap muka, melalui telepon, dan melalui rapat. Feby Media Monitoring Officer menyatakan, “Komunikasi, paling cuma, ya cuma verbal doang, paling kalo kita meeting internal.” Melalui tatap muka langsung, email, staff dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan projek. Menurut observasi, dikarnakan berada di ruangan yang sama, komunikasi tatap muka langsung lebih sering dilakukan untuk mendiskusikan pekerjaan karena paling efektif dan cepat mendapatkan respon. Group chat pada ponsel, juga digunakan untuk berdiskusi baik secara formal, maupun informal, mengenai pekerjaan atau di luar pekerjaan. Maurina Media Relations Officer menyatakan, “..kita ada meeting Week In Progress itu setiap senin, kalau eventnya lagi padet satu minggu sekali, tapi kalo misalnya kita besok mau event, setiap event pasti kita ada meeting.” Menurut observasi melalui rapat internal WIP (Work In Progress) yang diadakan secara rutin setiap dua minggu sekali pada hari senin dan rapat tim yang diadakan 1 (satu) hari sebelum event, staff saling bertukar informasi mengenai proyek dan melalui rapat tersebut staff akan mengetahui pekerjaan apa yang selanjutnya harus dikerjakan. Komunikasi yang terjadi di dalam suatu perusahaan berdasarkan pola komunikasi yang ada akan membentuk suatu iklim fisik untuk suatu kawasan yang dalam hal ini adalah lingkungan Piar
Consulting. Iklim yang ada di sebut sebagai iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi (Redding, 1972) merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka; menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi; secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi; dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan (Pace & Faules, 2010, hal. 154). Untuk memahami lebih dalam, berikut adalah enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace & Faules, 2010, hal. 159-160): 1. Kepercayaan 2. Pembuatan keputusan bersama 3. Kejujuran 4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah 5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas. 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi Menyangkut dengan poin kepercayaan, dalam Piar Consulting, karyawan dan direktur sebagai satu tim saling berusaha untuk saling menjaga kepercayaan dengan bekerja sebaik mungkin. Kedua, sesuai dengan data observasi, direktur memberikan hak bagi karyawannya untuk menyatakan usul yang mendukung untuk perusahaan, selain itu pada suatu kali, direktur juga mengadakan pertemuan privat dengan karyawannya satu-satu, guna berdiskusi, membahas, dan mengevaluasi hal-hal yang terkait dengan pekerjaan. Ketiga, tentang poin kejujuran, karena karakter pimpinan yang galak, karyawan menjadi enggan atau berpikir dua kali jika ingin menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan. Apalagi bila pekerjaan tersebut belum selesai atau sempurna, walaupun pada akhirnya pekerjaan tersebut akan diselesaikan. Sebagai contoh, bila karyawan ditanya oleh atasan pada suatu kali, “Media yang sudah confirm berapa banyak?”, maka karyawan terkadang menjawab sesuai dengan harapan atasan, padahal pada kenyataannya belum mencapai angka harapan dari atasan. Keempat, berkaitan dengan mendengarkan dalam komunikasi kebawah, anggota organisasi relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian karyawan dapat membagi pekerjaan, agar pekerjaan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Kelima, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, karyawan pada tingkat Account Executive terbuka dalam memerima saran-saran dan laporan-laporan masalah, menerima kritik bila memang salah dari level bawah. Sama halnya dengan level direktur. Keenam, perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi, semua karyawan menunjukan komitmennya dalam bekerja agar dapat mencapai tujuan pekerjaan. Mereka bekerja sama dan rela bekerja melewati jam pulang kerja agar pekerjaan yang dikerjakan dapat maksimal. Melalui hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Piar Consulting memiliki pola komunikasi yang sudah baik, dan iklim komunikasi organisasi yang sudah cukup mendukung aktifitas pekerjaan di kantor. Namun dalam iklim komunikasi organisasi masih ada satu poin yang belum sempuna yaitu pada poin ketiga berkaitan dengan kejujuran. Hambatan tersebut selanjutnya akan dibahas pada subbab selanjutnya. Hambatan Berdasarkan hasil penelitian, didapati adanya beberapa hambatan dalam proses komunikasi yang terjadi pada Piar Consulting. Seperti yang telah di bahas di atas, iklim komunikasi organisasi pada Piar Consulting belum sempurna, untuk menciptakan suatu komunikasi yang efektif. Menurut Khaerul Umam komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator atau sender, kemudian komunikan atau receiver memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan (Nurjaman & Umam, 2012: 45). Jadi harus adanya kesepahaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan dalam suatu proses komunikasi. Pada lapangan, karyawan berusaha melakukan komunikasi secara efektif, namun dengan perbedaan karakter masing-masing orang dan gangguan komunikasi yang terjadi, terkadang pesan yang disampaikan menjadi tidak efektif seperti: 1. Karyawan tidak bekerja sesuai instruksi, hambatan ini terjadi tidak hanya pada komunikasi downward, tetapi juga pada komunikasi lateral. Karyawan kurang paham sehingga bisa tidak sesuai dengan instruksi dalam menyelesaikan pekerjaan atau lewat dari tengat waktu, dan tentunya hal ini akan berdampak pada produktivitas kerja dan mempengaruhi hasil pencapaian tujuan.
2.
3.
4.
Sebagai manusia kita memiliki pemikiran masing-masing, dalam proses komunikasi hal ini tidak dapat dihindari. Perbedaan cara berpikir antara komunikator dan komunikan dapat mempengaruhi respon balik dari sebuah pesan yang disampaikan. Seperti yang terjadi dalam divisi Media Monitoring dimana rekan kerja tidak mengerjakan pekerjaan sesuai dengan instruksi dan dateline yang telah ditentukan, gangguan psikologi dalam proses komunikasi ini mengganggu, dan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Sama halnya dalam komunikasi downward, menurut direktur Piar Consulting Ibu Lolo, “miskomunikasi? Pernah.. Contohnya sebenernya problem yang terjadi kalo gw bilang didalam komunikasi, struktur yang supervisi, dan dissupervisi, adalah espektasi, itu biasanya gitu kan, jadi ketika si supervisor, atau gw dalam hal ini, piar consulting punya espektasi tertentu kepada Account Executive atau Account Manager yang kalau pernah ada, adalah gw berharap mereka udah mengerti, dimana secara common sense adalah A-B-C, seringnya ketika gw menyangka mereka mengerti ternyata mereka gak tau atau lupa nih.” Adanya perbedaan cara berfikir antara pimpinan dan karyawan. Pimpinan mengharapkan karyawannya untuk dapat mengerti tanpa harus di dikte, sedangkan karyawannya belum paham benar, namun enggan untuk bertanya kembali. Hal ini dapat mengakibatkan miskomunikasi dan ketika tugas yang harus dikerjakan, ternyata pekerjaanya belum siap atau belum selesai. Tentunya hal ini dapat menghambat produktivitas kerja. Physical noice yang mungkin hadir dalam lingkungan seperti: suara yang terlalu keras dari ruang sebelah, suara pintu yang terbuka dan tertutup, atau pemberitahuan yang mendadak dan suara lain yang lebih besar dan mengganggu percakapan (Goodall, Jr., Goodall, & Schiefelbein, 2010: 24). Menurut observasi, gangguan seperti demikian terjadi ketika atasan datang secara tiba-tiba kemudian menyampaikan pesan secara cepat sedangkan di dalam ruangan sedang ramai. Karena tiba-tiba, Account Executive tidak dapat mencatat atau menyimak pesan dengan baik namun terkadang juga enggan untuk bertanya kembali. Berkaitan dengan kejujuran, karakter pimpinan yang galak menjadi penyebab karyawan terkadang enggan berkata jujur, misalnya menurut observasi, karyawan sedang diberikan arahan projek mereka mengaku sudah paham tetapi pada kernyataannya karyawan tersebut kurang paham dan enggan bertanya lagi atau bila ditanya oleh direktur “Sudah berapa banyak media yang konfirmasi?” karyawan menjawab tidak jujur, yaitu dengan melebih-lebihkan agar sesuai dengan harapan direktur, dan direktur tidak marah.
Hambatan-hambatan di atas memberi dampak dalam proses komunikasi antar personel dalam organisasi. Hambatan-hambatan tersebut bila dibiarkan begitu saja dapat menjadi masalah, oleh karna itu diperlukan solusi-solusi untuk menyelesaikannya agar tidak berdampak buruk pada produktivitas kerja karyawan. Solusi Menurut penelitian alur komunikasi sudah berjalan benar sesuai pola komunikasi internal menggunakan media dan peralatan yang di sediakan oleh kantor dan dengan menjaga hubungan komunikasi yang baik antar rekan kerja, memperhatikan konteks dan cara penyampaian pesan, dan tujuan dalam penyampaian pesan. Melalui pola komunikasi tersebut terbentuk iklim komunikasi organisasi yang bila berjalan dengan baik maka komunikasi pada organisasi dapat dikatakan efektif dan dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja. Namun pada lapangan ditemukannya hambatan-hambatan, oleh karna itu diperlukannya solusi untuk menghadapi hambatan tersebut agar tidak berubah menjadi masalah, dan melalui solusi ini diharapkan komunikasi menjadi efektif dan mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting. Hambatan pada subbab sebelumnya berkaitan dengan komunikasi yang efektif. Menurut Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator atau sender, kemudian komunikan atau receiver memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan (Nurjaman & Umam, 2012, hal. 45). Komunikasi yang efektif diperlukan agar tidak terjadi miskomunikasi atau salah penafsiran pesan, baik dengan rekan kerja maupun direktur. Dari hambatan-hambatan yang dijabarkan berikut solusi-solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut: 1. Karyawan tidak bekerja sesuai instruksi dan perbedaan cara berpikir, dalam menghadapi masalah ini, perlunya kesepahaman yang sama di sisi pengirim pesan dan penerima pesan. Misalnya Media Monitoring Office memberi tahu Media Relations Officer untuk memberikan list media setelah event agar dapat segera di monitoring namun Media Relations Officer tidak langsung memberikan list media tersebut. Kemudian ketika direktur memberikan pekerjaan kepada Account Executive, tetapi ternyata Account Executive belum menguasai pekerjaan tersebut namun
2.
3.
enggan untuk bertanya kepada atasan. Di sisi lain atasan menganggap bahwa Account Executive tersebut tidak bertanya karena sudah paham. Dalam menanggapi hal ini perlunya komunikasi yang efektif, dengan memastikan bahwa antara pengirim pesan dan penerima memiliki pemahaman yang sama, melalui komunikasi yang dilakukan, hasilnya dapat sesuai dengan harapan pesertanya. Jadi diperlukan komunikasi yang efektif agar dalam melaksanakan pekerjaanya karyawan bisa bekerja dengan maksimal sesuai instruksi. Instruksi dalam hal ini berkaitan dengan cara kerja, hasil kerja, dan dateline pekerjaan. Physical noice dalam proses komunikasi hampir tidak dapat di hindari, sama halnya di lingkungan kerja seperti suara telepon, suara karyawan yang sedang berdiskusi, suara lain yang lebih besar, dapat menggangu proses komunikasi yang sedang berlangsung antar karyawan atau dengan direktur. Solusinya adalah komunikasi yang efektif, dengan memastikan bahwa antara individu yang sedang berkomunikasi memiliki pemahaman yang sama atas pesan yang disampaikan, sehingga hasilnya bisa sesuai dengan harapan para pesertanya. Berkaitan dengan faktor kejujuran di iklim komunikasi organisasi, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mulai berkata jujur sesuai kenyataan. Dengan bertanya bila kurang paham dan melaporkan pekerjaan sesuai dengan yang telah dikerjakan, agar nantinya bila ada hambatan pekerjaan pimpinan juga akan memahami hambatan yang terjadi.
Dengan solusi-solusi yang dijabarkan diatas, hambatan yang terjadi dapat diatasi, komunikasi organisasi menjadi baik dan membentuk iklim komunikasi organisasi yang efektif. Iklim komunikasi organisasi yang baik, membentuk pola komunikasi internal dan suasana kerja yang kondusif dan juga mendukung peningkatan produktivitas kerja karyawan. Produktivitas kerja individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan individu, yaitu bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaan atau unjuk kerjanya (job performance) dalam mencapai hasil yang ditargetkan (Yuniarsih & Suwatno, 2008, hal. 157). Dengan iklim komunikasi yang efektif dan pola komunikasi yang baik, karyawan dapat bekerja dengan lebih baik, hasil pekerjaanya akan lebih maksimal, tentunya hal ini dapat mendukung meningkatkan produktivitas kerja karyawan agar perusahaan bisa mencapai target. Terlepas dari komunikasi, ada juga faktor-faktir yang mempengaruhi produktivitas kerja. Menurut Muchdarsyah (1992) beberapa faktor internal yang mempengaruhi produktivitas kerja (Yuniarsih & Suwatno, 2008, hal. 159-161) adalah struktur dan desain pekerjaan, perlakuan menyenangkan yang bisa diberikan pimpinan dan/atau rekan kerja, komunikasi interpersonal dan antar individu dalam membangun kerja sama, dan lingkungan kerja yang ergonomis (nyaman), dan lainnya. Hal ini dapat di temukan dalam Piar Consulting. Piar Consulting memiliki struktur organisasi yang jelas, yang memungkinkan anggotanya mengetahui tugas dan kewajibannya masing-masing dalam menduduki suatu jabatan. “Suasananya enak atau suasananya nyaman.” katakata tersebut terlontar dari staff dalam wawancara, selain itu direktur juga sering mengundang jalanjalan bersama untuk karaoke, atau makan siang bersama. Faktor lain seperti naik gaji juga menjadi salah satu faktor yang memotivasi karyawan. Hal-hal positif ini menjadi mendukung meningkatkan produktivitas kerja karyawan Piar Consulting. Jadi dapat di simpulkan komunikasi organisasi yang berjalan pada Piar Consulting membentuk iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi pada Piar Consulting sudah bagus tetapi belum sempurna masih ditemukan hambatan yang dapat berdampak pada pola komunikasi internal, namun dengan solusi yang dijabarkan diatas, hambatan dapat diselesaikan, dan pola komunikasi internal yang berlangsung pada Piar Consulting dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi internal, hambatan-hambatan, dan solusi untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan, maka dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pola komunikasi upward, downward, dan lateral terjadi di Piar Consulting. Komunikasi ke atas (upward) terjadi pada Piar Consulting dari karyawan ke pimpinan. Dalam pola komunikasi ini, komunikasi dilakukan untuk menginformasikan semua hal yang bersangkutan dengan proyek dan pekerjaan. Komunikasi ke bawah (downward) terjadi pada Piar Consulting dari pimpinan ke
2.
3.
karyawan. Dalam pola komunikasi ini, komunikasi dilakukan untuk memberikan arahan kepada karyawan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proyek atau pekerjaan. Komunikasi Lateral terjadi di Piar Consulting antara staff dan staff, dalam divisi yang sama ataupun berbeda, komunikasi dilakukan untuk dapat saling bertukar informasi dalam membantu menyelesaikan suatu proyek atau pekerjaan. Ke-tiga pola komunikasi di atas dilakukan menggunakan email, group chat, handphone, telepon, komunikasi tatap muka, dan rapat internal atau Work In Progress setiap dua minggu sekali pada hari Senin. Rapat dan email merupakan komunikasi yang paling efektif untuk menghubungkan komunikasi ke atas, ke bawah dan lateral di Piar Consulting. Pola komunikasi internal didukung iklim komunikasi organisasi yang terjadi pada Piar Consulting sudah cukup mendukung dalam meningkatkan produktivitas karyawan. Hambatan yang terjadi pada komunikasi ke atas, ke bawah, dan lateral adalah karyawan yang bekerja tidak sesuai instruksi, adanya perbedaan pendapat, hal ini mengarah pada komunikasi yang tidak efektif, selain itu adanya hambatan dalam poin kejujuran yang berdampak iklim komunikasi organisasi. Hal ini bila di biarkan dapat mengganggu pola komunikasi internal dan berdampak buruk pada produktivitas kerja. Solusi untuk mengatasi hambatan dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara efektif dan jujur. Melalui solusi-solusi tersebut hambatan dapat diatasi dan pola komunikasi dapat berjalan lancar dan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dapat dilakukan.
Saran 1. 2.
3.
Untuk penelitian selanjutnya, aspek penelitian sebaiknya dapat dikembangkan dari sisi yang berbeda, atau lebih fokus terhadap suatu masalah dalam pola komunikasi internal. Penambahan sumber daya manusia untuk menepati posisi tertentu agar dapat mengurangi porsi kerja berlebih, yang saat ini sering dilimpahkan kepada divisi yang seharusnya mengerjakan pekerjaan lain. Pemilihan sumber daya manusia yang tepat untuk menempati posisi manager pada divisi tertentu yang memiliki kuasa dan tanggung jawab atas timnya untuk meminimalisir terjadinya hambatan.
REFERENSI Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Butterick, K. (2012). Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Chandra, A. (2013). Komunikasi Organisasi Internal Untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja (Studi Pada PT Kliktoday Indonesia). Jakarta: Bina Nusantara University. Goodall, Jr., H., Goodall, S., & Schiefelbein, J. (2010). Business and Professional Communication in The Global Workplace. Boston: Wadsworth, Cengaage Learning. Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitaif: Teori dan Praktif. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kuncoro, M. (2009). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis? Jakarta: Penerbit Erlangga. Moleong, L. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi. Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya . Mulyana, D., & Solatun. (2007). Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-Contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Neonisa, D. (2011). Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Sebuah Organisasi: Studi Kasus PT XYZ. Humaniora, 779-789. Nurjaman, K., & Umam, K. (2012). Komunikasi & Public Relation. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Pace, R., & Faules, D. (2010). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. West, R., & Turner, L. (2008). Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: Mc Graw Hill. Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. Yuniarsih, T., & Suwatno. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.
RIWAYAT PENULIS Beby Juliane Riazis, lahir di Jakarta pada 14 Juli 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang komunikasi pemasaran dengan peminatan public relations pada tahun 2014. Saat ini bekerja sebagai marketing support di PT Inter-delta, Tbk.