POLA KOMUNIKASI INTERNAL PT. SWARA TANJUNGLOKA (ENGLISH FIRST TANJUNG DUREN) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN* Novia Cenvensius, Ferane Aristrivani Jalan Dukuh II No 11 RT 01/ RW 007 Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat, 08999906326,
[email protected]
Abstract Internal communication patterns that exist in the English First Tanjung Duren. Existing forms of internal communication: upward communication, downward communication and horizontal communication. The purpose of this study is to find out what are the barriers that exist in the internal communication, internal communication patterns and how to improve employee performance. The method used is descriptive qualitative. The analysis was performed with data collection obtained from informants, some journals and theories related to organizational communication and internal communication, after it made the reduction and presentation of data before making conclusions. The results showed that the intensity of the lack of communication, the gap between the employees and the work shift differences become obstacles in internal communication. The conclusions in this study is the presence of good communication among fellow employees, it will produce good work. (NC) Keywords : communication, organizational communication, internal communication, employee performance
Abstrak Pola komunikasi internal yang ada di dalam English First Tanjung Duren. Bentuk komunikasi internal yang ada: komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan komunikasi horizontal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada dalam komunikasi internal, dan bagaimana pola komunikasi internal dalam meningkatkan kinerja karyawan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Analisis dilakukan dengan pengumpulan data yang didapatkan dari informan, beberapa jurnal dan teori yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dan komunikasi internal, setelah itu dibuat reduksi dan penyajian data sebelum membuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas komunikasi yang kurang, adanya gap diantara karyawan dan perbedaan shift kerja menjadai hambatan dalam komunikasi internal. Simpulan dalam penelitian ini adalah
*
Working Paper
dengan adanya komunikasi yang baik diantara sesama karyawan, maka akan menghasilkan pekerjaan yang baik juga. (NC) Kata Kunci : komunikasi, komunikasi organisasi, komunikasi internal, kinerja karyawan
PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk sosial dimana tidak dapat hidup sendiri serta memiliki rasa ingin tahu dan ingin berkembang. Salah satu caranya adalah dengan melakukan komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan. Di dalam suatu perusahaan tentunya juga membutuhkan komunikasi yang baik yang biasa kita sebut dengan komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi merupakan komunikasi dasar yang ada di dalam suatu perusahaan yang digunakan sebagai alat untuk menyatukan ide, pemikiran, ataupun pendapat yang berbeda dari tiap individu yang terlibat didalamnya dengan tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Baik atau buruknya komunikasi yang ada didalam perusahaan tentunya akan mempengaruhi perkembangan perusahaan tersebut. Komunikasi organisasi terbagi ke dalam dua macam, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang terjadi diluar perusahaan atau komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat luar. Sedangkan komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan yang terjadi antara karyawan satu dengan karyawan lainnya. Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara atasan dan karyawan dalam suatu perusahaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan perusahaan, melaksanakan strategi yang sudah direncanakan, serta mengadakan program-program kerja, semuanya itu membutuhkan hubungan dan kerjasama yang baik diantara individu yang berada di dalam perusahaan tersebut. Dengan kata lain, komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalamnya untuk bisa menjalankan strategi serta tujuan yang hendak dicapai dalam perusahaan. Komunikasi internal yang baik tentunya akan meningkatkan kinerja pegawai di suatu organisasi atau perusahaan, karena komunikasi yang efektif akan menimbulkan rasa saling pengertian, dan akan membawa pada suasana kerja menjadi nyaman, tidak akan ada konflik serta mendorong kerjasama antara para pegawai. Dengan demikian tugas-tugas mereka akan selesai tanpa beban dan pastinya akan meningkatkan kinerja pegawai itu sendiri. Menurut Pace & Faules (2010, h.183) Komunikasi internal terbagi menjadi 3 macam, yaitu diantaranya adalah : Komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi horizontal (horizontal communication). Dengan adanya komunikasi internal yang baik diantara karyawannya, tentu akan tercipta kinerja yang baik pula didalam perusahaan. Karena kinerja perusahaan sangat bergantung kepada kemampuan dan loyalitas yang diberikan karyawan terhadap perusahaan. EF (English First) merupakan salah satu perusahaan swasta berada dibawah naungan PT Swara Tanjungloka, yang bergerak dibidang pelatihan bahasa Inggris. EF berkembang pesat dan telah tersebar hampir diseluruh dunia. Menurut artikel “EF Ditunjuk” (2014, diakses dari www.ef.co.id, pada Senin, 18 Agustus 2014, pukul 09.28) menyebutkan bahwa English First ditunjuk sebagai mitra resmi Pelatihan Bahasa untuk Olimpiade pada tahun 2016 di Rio de Jaineiro, Brazil. Sebagai perusahaan pendidikan internasional, EF mengajarkan bagaimana cara berinteraksi dengan dunia luar melalui bahasa Inggris. Tentunya sebelum mengajarkan cara berinteraksi dengan dunia luar, pola komunikasi internal yang tercipta di EF harus berjalan dengan baik karena peran komunikasi internal sangat penting bagi suatu perusahaan sendiri untuk bisa mencapai tujuannya dan bisa mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik sehingga tercipta lingkungan kerja yang nyaman bagi semua karyawan yang berada di dalamnya.
Timbulnya jarak (gap) pada pola komunikasi horizontal di antara guru dan staff EF menyebabkan komunikasi di antara mereka satu sama lain menjadi terhambat dan tercipta lingkungan yang kurang nyaman. Menurut West & Turner (2009, h. 339) menyatakan bahwa lingkungan informasi ini diciptakan oleh anggota organisasi sendiri. Dengan lingkungan yang kurang nyaman, tentunya akan menghambat komunikasi di antara mereka dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, komunikasi merupakan hal yang paling utama. Tanpa adanya komunikasi, anggota organisasi tidak akan bisa mendiskusikan pekerjaan, khususnya di dalam suatu tim kerja, untuk menghasilkan pekerjaan yang solid. Oleh karena itu, dibutuhkan pola komunikasi yang baik di antara anggotanya. Disamping EF merupakan perusahaan yang bergerak dibidang bahasa, lokasinya yang juga cukup strategis, yaitu dikelilingi oleh beberapa universitas sehingga memudahkan orang-orang untuk menjangkau EF Tanjung Duren. Fokus dalam penelitian ini adalah “Pola Komunikasi Internal PT. Swara Tanjungloka (English First Tanjung Duren) dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Karyawan “. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan dari bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014. Dengan demikian, tujuan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat, yaitu : untuk mengetahui pola komunikasi ke atas (upward communication), untuk mengetahui pola komunikasi ke bawah (downward communication), untuk mengetahui pola komunikasi horizontal (horizontal communication).
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kriyantono (2012, h. 56), penelitian atau riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya mengenai pengumpulan data sedalam-dalamnya dan yang paling ditekankan dalam riset ini adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. Denzin & Lincoln dalam Moleong (2013, h. 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural) serta karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif ini, diharapkan bisa mengetahui lebih dalam mengenai pola komunikasi internal yang ada di dalam English First (selanjutnya EF) Tanjung Duren, serta dampaknya bagi kinerja karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan secara mendalam mengenai pola komunikasi internal PT. Swara Tanjungloka (English First Tanjung Duren) dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan. Dan penelitian ini juga menggunakan metode penelitian studi kasus yang digunakan untuk meneliti dan menjelaskan Pola Komunikasi Internal PT. Swara Tanjungloka (English First Tanjung Duren) dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan. Pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut : 1.Wawancara Semistruktur (Semistructured Interview) Menurut Kriyantono (2012, h. 101) pada wawancara semistruktur ini, pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas kepada informan, yang terkait dengan permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih dahulu. Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang benarbenar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Berikut merupakan informan yang diwawancarai pada penelitian ini :
a. Yenny Mariati selaku Asisten Central Manager yang terlibat langsung dalam pengelolaan English First Tanjung Duren. b. Nico Ferari, Marketing Coordinator English First Tanjung Duren. c. Andhika Anggara, Marketing Internal English First Tanjung Duren. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposeful. Menurut Neuman (2006, h. 222), purposeful digunakan untuk mengidentifikasi jenis kasus tertentu dalam penyelidikan yang mendalam dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Penelitian ini bisa dikatakan purposeful karena kekayaan informasi yang diperoleh dari informan akan sangat penting untuk mencapai tujuan penelitian. 2.Observasi Menurut Kriyantono (2012, h.110), observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Yang diobservasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diriset. Sehingga keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk : interaksi dan percakapan (conversation). Artinya selain perilaku nonverbal juga mencakup perilaku verbal dari orang-orang yang diamati. Patton dalam Poerwandari (2005, h.135) menjelaskan bahwa tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang dialami tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai catatan panjang lebar yang tidak relevan. Observasi pada penelitian ini dilakukan secara langsung dengan kerja praktek di English First Tanjung Duren selama tiga bulan pada Maret 2014 sampai dengan Juni 2014. 3.Dokumentasi Prastowo (2011, h. 226-227) mengatakan bahwa dokumentasi merupakan catatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian. Kegunaan dari teknik dokumentasi adalah : a. Sebagai pelengkap dari penggunaan metode pengamatan dan wawancara. b. Menjadikan hasil penelitian dari pengamatan atau wawancara lebih kredibel (dapat dipercaya) dengan dukungan sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. c. Dokumen dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini disebabkan dalam banyak hal dokumen sebagai data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Pada penelitian ini, instrumen dokumentasi yang digunakan adalah profil prusahaan, foto-foto kegiatan EF dan website EF. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman. Bogdan & Biklen dalam Moleong (2013, h. 248) memaparkan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman dalam Idrus (2009, h. 151) mengajukan model analisis data yang disebut dengan model interaktif yang terdiri dari tiga hal utama, yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. a.Tahap Pengumpulan Data Dalam proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah proses pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal, yaitu wawancara semiterstruktur, observasi dan dokumentasi. Proses pengumpulan data harus melibatkan informan, aktivitas, latar dan konteks terjadinya peristiwa sebagai “alat pengumpul data” (konsep human instrument), peneliti harus bisa mengelola waktu yang dimiliki, menampilkan diri, dan bergaul di tengah-tengah masyarakat yang dijadikan subjek penelitiannya.
Data dalam penelitian kualitatif merupakan data yang dilihat, didengar, dan diamati. Dengan demikian, data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil pengamatan, deskripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto, pengalaman pribadi, jurnal, cerita, sejarah, riwayat hidup, dll. Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara mendalam, hasil observasi yang didapat, foto-foto dokumentasi di EF, jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. b.
Tahap Reduksi Data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi data ini tidak harus menunggu hingga data terkumpul banyak – konsep ini berbeda dengan model kuantitatif yang mengharuskan peneliti menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melakukan analisis – namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan pekerjaan peneliti, juga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan, data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat peneliti. Hendaknya disadari bahwa data yang diperoleh peneliti merupakan data kasar yang siap dilakukan direduksi dan bukan merupakan data akhir yang siap untuk dianalisis. Proses reduksi data harus diselesaikan hingga laporan akhir penelitian lengkap dapat tersusun. Inilah salah satu hal yang membedakan dengan proses penelitian kuantitatif. Setelah data-data dikumpulkan, kemudian data tersebut dipilih, disortir dan dikelompokkan ke dalam bagiannya masing-masing untuk dibedakan data apa saja yang akan digunakan dan data mana saja yang harus dibuang. c. Display data Langkah berikutnya adalah penyajian data yang dimaknai oleh Miles dan Huberman sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya, apakah peneliti harus meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam penemuan tersebut. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait secara langsung dengan proses analisis data model interaktif. Dengan begitu, kedua proses ini pun berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun sehingga jangan terburu-buru untuk menghentikan kegiatan display data ini sebelum yakin bahwa semua yang seharusnya diteliti telah dipaparkan atau disajikan. Data hasil wawancara yang telah selesai direduksi, kemudian disajikan melalui proses pengkodingan agar pembaca bisa lebih mudah dalam memahami data-data tersebut. d.
Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi data penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokkan, dna pencarian kasus-kasus negatif. Dari pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin ada, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan bisa saja berlangsung saat proses pengumpulan data, baru kemudian melakukan reduksi dan penyajian data. Hanya saja perlu disadari bahwa kesimpulan yang dibuat itu bukan merupakan kesimpulan yang final. Data hasil pengkodingan itulah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan untuk membuat kesimpulan awal yang akan digunakan pada pembahasan. Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan keabsahaan data triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Kriyantono (2012, h. 73) menjelaskan bahwa analisis triangulasi adalah menganalisis jawaban subjek dengan
meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lain) yang tersedia. Di sini jawaban subjek diperiksa dengan dokumen yang ada. Menurut Denzin dalam Prastowo (2011, h. 269), teknik triangulasi sumber adalah suatu teknik pengecekkan data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data triangulasi sumber. Patton dalam Moleong (2013, h. 330) menjelaskan bahwa triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Di dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Kriyantono (2012, h. 72) menjelaskan upaya membandingkan ini juga bisa dengan membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi. Penelitian ini menggunakan sumber hasil wawancara mendalam dan dokumentasi. Pengecekkan data triangulasi akan dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber, yakni Asisten Center Manager, Marketing Coordinator, dan Marketing Internal.
HASIL DAN BAHASAN a.
Komunikasi Internal
Komunikasi internal sangat penting di dalam suatu organisasi ataupun perusahaan karena dengan adanya komunikasi, semua maksud dan tujuan bisa disampaikan dengan baik. Komunikasi internal biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut, misalnya diantara karyawan dan atasan. Seperti yang diterapkan di EF, bahwa komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk menyebar secara merata ke seluruh divisi karyawan agar bisa mempunyai kesamaan visi, misi, tujuan, serta bisa menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab dengan tepat waktu. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi organisasi yang disampaikan oleh Sendjaja dalam Bungin (2011, h. 278), bahwa fungsi informatif komunikasi organisasi adalah seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti . Selain itu, hal ini juga sesuai dengan teori informasi organisasi yang dikemukakan oleh West & Turner (2009, h.339-340), bahwa organisasi bergantung pada informasi agar dapat berfungsi dengan efektif dan mencapai tujuan mereka. Apabila komunikasi internal yang ada di dalam suatu organisasi bisa berjalan dengan baik, maka akan memudahkan mereka dalam mencapai tujuan perusahaan secara bersama melalui proses komunikasi. Dengan meratanya informasi yang di dapat oleh seluruh karyawan, maka bisa dengan mudah menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan job desk mereka masing-masing. Begitupula yang ada di EF bahwa komunikasi internal diantara karyawan sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman yang terjadi diantara staff satu sama lain. Jadi, pada dasarnya komunikasi internal dalam suatu perusahaan itu memang penting untuk menunjang pekerjaan para karyawan yang ada di dalam suatu organisasi maupun perusahaan untuk bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik dan untuk menghindari kesalahpahaman yang timbul dari kurangnya komunikasi antar satu dengan yang lainnya. b.
Pola Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Komunikasi ke bawah merupakan suatu pola komunikasi yang dilakukan antara orang yang memiliki otoritas lebih rendah ke orang yang memiliki otoritas lebih tinggi, seperti komunikasi yang terjadi antara bawahan kepada atasan. Pola komunikasi ke atas yang ada di EF pada umumnya bersifat terbuka, maksudnya adalah dimana semua karyawan yang ada di dalam EF diberi kebebasan dalam menyampaikan semua ide-ide, saran, maupun kritik mereka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas kerja, selama ide dan saran mereka bisa membantu untuk memajukan dan menambah produktivitas kerja yang ada di EF, tidak menutup kemungkinan bahwa ide tersebut bisa diterapkan demi perbaikan kualitas pelayanan dan efektivitas kerja di EF. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Pace & Faules (2010, h.189), bahwa sebagai seorang karyawan, diperbolehkan memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan. Biasanya komunikasi ke atas (upward communication) di EF dilakukan dengan berbagai macam cara selain menggunakan telepon, diantaranya adalah : e-mail, briefing, meeting one on one, dan bisa juga melalui whatsapp.
c.
Pola Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah merupakan suatu pola komunikasi yang dilakukan antara bawahan ke atasan atau komunikasi yang terjalin dari orang yang memiliki otoritas lebih tinggi ke orang yang memiliki otoritas lebih rendah. Komunikasi ini biasanya berlangsung diantara atasan ke bawahan untuk mengkomunikasikan tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para bawahan. Pola komunikasi ke bawah juga bisa dilakukan dalam bentuk briefing, untuk mengingatkan kembali apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita, untuk mengevaluasi hasil kerja kita, untuk melihat dan merencanakan target yang akan dilakukan dan serta apa saja yang masih harus kita kerjakan dari semua job desk yang kita dapat. Tidak hanya briefing secara langsung saja, tapi juga ada buku briefing yang digunakan untuk mencatat hasil briefing yang telah dilakukan, gunanya adalah untuk mengingatkan kembali kepada para staff tentang apa yang dibahas di briefing dan apa yang menjadi tugas mereka masing-masing. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan salah satu jenis informasi yang disampaikan oleh atasan ke bawahan menurut Katz & Kahn dalam Pace & Faules (2010, h.185), yaitu untuk menginformasikan bagaimana melakukan pekerjaan dan bagaimana kinerja pegawai selama beberapa hari terakhir. d.
Pola Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang terjalin diantara sesama karyawan yang berada di dalam satu organisasi atau perusahaan, baik di divisi yang sama, ataupun divisi yang berbeda.Sejauh ini hubungan yang ada diantara staff di EF terbilang cukup baik dalam pekerjaan, maupun diluar pekerjaan. Karna hubungan yang baik itu sangat penting untuk menyelesaikan pekerjaan, dan supaya semua karyawan bisa merasa nyaman dan menikmati setiap prosesnya yang ada selama menjalankan pekerjaan, dan juga tentunya untuk meningkatkan solidaritas yang ada diantara karyawan supaya bisa bekerja sama dengan tim dengan baik sehingga bisa menghasilkan pekerjaan yang baik juga. Dan juga mereka diberikan informasi standar mengenai program yang dilaksanaakan di EF, tidak hanya ke staff yang berkaitan saja, tetapi juga kepada seluruh staff yang gunanya untuk mempunyai pemahaman yang sama mengenai EF Tanjung Duren dan bisa menyampaikan informasinya dengan baik kepada customer sesuai dengan informasi yang telah mereka terima. Hal ini sangat berkaitan dengan tujuan yang disampaikan oleh Pace dan Faules (2010, h.195), yaitu untuk memperoleh pemahaman bersama dan untuk menambah dukungan personal. Pemahaman disini yang dimaksud adalah informasi seputar EF Tanjung Duren supaya mereka bisa bekerja sama dengan baik dan saling mendukung satu sama lain. e.
Hambatan dalam Komunikasi Organisasi Setiap kegiatan yang mempunyai tujuan selalu menghadapi berbagai macam hambatan. Demikian pula proses komunikasi, yang kadang-kadang tidak mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk bisa mencapai sasaran yang diharapkan, komunikasi tentunya harus tersampaikan dengan baik. EF merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa, terutama pelatihan dalam berbahasa inggris, tentunya mengedepankan dan mengutamakan karyawannya bisa memiliki komunikasi yang baik, tidak hanya dalam melayani customer saja, tapi juga dengan sesama karyawan yang berada di lingkungan EF itu sendiri. Semua karyawan diharapkan untuk bisa memiliki hubungan yang baik antar sesama karyawan supaya bisa bekerja sama dalam menyelesaikan dengan baik. Komunikasi internal yang tercipta didalam EF pada umumnya sudah cukup baik dan efektif. Namun tentunya juga memiliki beberapa hambatan yang dirasakan oleh seluruh karyawan yang berada di dalamnya. Salah satu yang menjadi hambatan dalam komunikasi internal antara staff di EF adalah intensitas komunikasi yang kurang diantara sesama karyawan yang disebabkan oleh perbedaan waktu dalam shift kerja. Hal ini sesuai dengan hambatan dalam berkomunikasi di dalam organisasi seperti yang telah dikemukakan oleh Munandar (2006, h.171), bahwa salah satu hambatan dalam berkomunikasi di dalam organisasi adalah kondisi fisik dalam konteks waktu atau situasi yang tidak memungkinkan.
Kondisi waktu yang berbeda bisa menyebabkan informasi tidak tersampaikan dengan baik dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kesalahpahaman diantara karyawan karena kurangnya kejelasan atas informasi tersebut. Karena EF merupakan tempat pelatihan bahasa dibidang bahasa, yang mempunyai waktu kerja cukup panjang, maka shift kerja para staff dibagi menajadi 3, yaitu : shift pagi (09.00 – 16.00), shift middle ( 12.00-18.00), shift malam (14.00-21.00). Setiap harinya, mereka diberikan jadwal shift yang berbeda-beda untuk menciptakan jam kerja yang efektif. Karena jam kerja yang berbeda, terkadang membuat staff sulit untuk bertatap muka dalam berkomunikasi secara langsung.
Kendala bahasa yang dialami oleh beberapa staff yang memiliki kemampuan yang kurang dalam berbahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan native teachers sehingga terkadang terjadi kesalahpahaman dan perbedaan persepsi antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang dimaksud. Hal ini tidak sesuai dengan asumsi ketiga dari teori informasi organisasi yang dikemukakan oleh West & Turner (2009, h. 340), bahwa di dalam suatu organisasi, manusia terlibat di dalam pemrosesan informasi untuk mengurangi ketidakjelasan informasi. f.
Kinerja Karyawan Komunikasi internal didefinisikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kinerja karyawan, karena dengan adanya komunikasi yang baik tersebut suasana kerja menjadi nyaman dan akhirnya karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, jika hasil kerja sesuai dengan harapan atau bahkan melebihi suatu harapan.
Mangkunegara dalam Supriyadi (2013, h.307), mengatakan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Melalui penilaian, seorang karyawan bisa dinilai baik atau buruk mengenai hasil kerjanya. Komunikasi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menyelesaikan pekerjaan. Karena komunikasi yang baik, tentunya akan menghasilkan pekerjaan yang baik pula.. Komunikasi sangat berdampak terhadap efisiensi kerja, dengan adanya komunikasi yang baik bisa menghilangkan rasa canggung satu sama lain dan bisa membangun hubungan yang semakin akrab. Dengan berkomunikasi, kita bisa menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi yang kita pikirkan dengan yang orang lain harapkan melalui adanya komunikasi tersebut. Melalui komunikasi yang baik, para karyawan akan merasa nyaman dalam berkomunikasi dan mengerjakan tugasnya dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN a.
Simpulan
Dari penelitian mengenai Pola Komunikasi Internal PT Swara Tanjungloka (English First Tanjung Duren) dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Karyawan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
Pola komunikasi upward yang terjadi di dalam EF pada umumnya bersifat terbuka, dimana setiap karyawan diberikan kebebasan dalam mengeluarkan pendapatnya yang berupa : ide-ide, saran, kritik atau apapun yang lainnya kepada atasan, selama apa yang mereka sampaikan itu bisa membantu dalam kinerja perusahaan dan menambah keefektifan dalam pekerjaan, semua akan dipertimbangkan oleh atasan dan tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang mereka sampaikan itu bisa diterapkan di dalam perusahaan. Pola komunikasi downward di EF berjalan lancar, baik di dalam pekerjaan, maupun di luar pekerjaan. Semuanya itu bisa terjadi karena komunikasi antar staff terjalin cukup akrab dan dekat satu sama lain. Komunikasi yang baik tentunya akan menghasilkan suatu pekerjaan yang baik, disamping itu karyawan juga bisa menikmati proses dalam menjalankan pekerjaannya tersebut sehingga tidak merasa terbebani dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hubungan yang baik tidak hanya penting untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga untuk membangun dan meningkatkan hubungan solidaritas yang baik satu sama lain. Pola komunikasi horizontal yang terjadi di EF sudah cukup efektif dan sesuai pada porsinya masing-masing, hanya saja masih ada beberapa hal yang tentunya harus lebih ditingkatkan lagi. Biasanya komunikasi horizontal dilakukan tidak hanya melalui telepon, tapi juga bisa melalui e-mail, whatsapp, meeting one on one, bahkan dalam briefing sekalipun. Hampir setiap harinya diadakan briefing ataupun meeting one on one dengan seluruh staff, namun itu semua juga dilihat dari situasi dan kondisi untuk mengadakan briefing ataupun meeting one on one. Hambatan komunikasi yang dirasakan para karyawan di EF Tanjung Duren adalah adanya kendala dalam berbahasa Inggris, terutama untuk berbicara dengan native teachers, dikarenakan native teachers merupakan guru asing dan tidak terlalu fasih dalam berbahasa Indonesia. Selain itu, hambatan lain yang dirasakan adalah timbulnya gap diantara karyawan dan guru, dimana native teachers mempunyai anggapan bahwa derajat mereka lebih tinggi dibandingkan dengan para staff. Perbedaan shift kerja juga
merupakan satu dari ketiga hambatan yang ada di EF. Perbedaan shift kerja yang diterapkan di EF membuat beberapa informasi tidak tersampaikan secara merata keseluruh staff.
b.
Saran Dari kesimpulan yang di atas, maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah : 1.Saran Akademis Pada penelitian selanjutnya bisa menggali informasi yang lebih dalam lagi mengenai pola komunikasi internal dalam meningkatkan kinerja karyawan yang ada di dalam suatu perusahaan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. 2.Saran Praktis Meskipun komunikasi di EF sudah berjalan dengan baik, namun masih dan beberapa hal yang harus ditingkatkan lagi untuk mengatasi hambatan yang terjadi di dalam EF Tanjung Duren, seperti mengadakan training english class yang lebih rutin kepada staffstaff yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang kurang agar mereka bisa lebih fasih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. 3.Saran Umum Untuk perusahaan lain khususnya yang bergerak di bidang komunikasi, bisa memperhatikan pola komunikasi internalnya, seperti : komunikasi atasan dengan bawahan, komunikasi bawahan dengan atasan, dan komunikasi yang terjadi antar sesama karyawan yang berada di dalamnya. Karena dengan komunikasi internal yang baik dalam suatu perusahaan, tentunya akan tercipta kinerja yang baik diantara karyawannya.
REFERENSI Adnjani, M. D., & Prianti, D. D. (2009). Internal Communication Towards Employee Engagement inside Sultan Agung Islamic University (Unissula). Jurnal Makna, 1, 1-14. Arumbayuardi. (2013). Komunikasi Internal Dengan Komitmen Karyawan Pmi (Studi Korelasi Mengenai Komunikasi Internal Dengan Komitmen Karyawan Dalam Menjalankan Tugas Organisasi Pada Pmi Kota Surakarta Tahun 2011) . Jurnal Komunikasi Massa. Bungin, B. (2011). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Danim, S. (2008). Kinerja staf dan organisasi : perspektif pendidikan, pelatihan, pengembangan, dan kewidyaiswaraan berbasis kinerja. Jakarta: Pustaka Setia. Idrus, D. M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga. Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munandar, A., Sjabadhyni, B., & Wutun, R. P. (2004). Peran Budaya Organisasi dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Neuman, W. L. (2006). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches (6th Ed). Boston: Pearson Education, Inc. Pace, R., & Faules, D. F. (2010). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, E. K. (2013). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prastowo, A. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: AR-RUZZ Media. Purnaningrum, H., Pradanawati, A., & Dewi, R. S. (2012). Pengaruh Komunikasi Internal, Kompensasi,Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Pada CV. Medinda Semarang. Jurnal ilmu Administrasi Bisnis, 1-11. Semegine, E. (2012). Organizational Internal Communication As A Means Of Improving Efficiency. European Scientific Journal, 86-96. Setiawan, R. (2013). Kepuasan Komunikasi dan Kinerja Karyawan (Studi Korelasi Antara Kepuasan Komunikasi dan Kinerja Karyawan Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya). Jurnal, 1-8. Supriadi, D. (2013). Studi Tentang Kinerja Pegawai Puskesmas. eJournal Pemerintahan Integratif, 304-318. West, R., & Turner, L. H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Pustaka Elektronik Kursus Bahasa Inggris EF di Jakarta. (2014). Diakses pada tanggal 15 Maret 2014, dari www.ef.co.id: http://www.ef.co.id/englishfirst/cities/jakarta.aspx?stag=xtd
RIWAYAT PENULIS Novia Cenvensius lahir di kota Jakarta pada 9 Juni 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Public Relations pada 2014.