Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI DENGAN PT INDOFOOD FRYTO-LAY MAKMUR PADA USAHATANI KENTANG INDUSTRI VARIETAS ATLANTIK (Suatu Kasus di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut)
Kundang Harisman, Ir., M.Si.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani kentang industri varietas Atlantik yang dilakukan petani di Desa Cigedug pada pola kemitraan dan pendapatan petani dari usahatani kentang industri varietas Atlantik. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Objek penelitian adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian, yaitu usahatani keragaan kentang industri, bentuk kemitraan, biaya dan pendapatan. Unit analisanya yaitu petani kentang industri yang bermitra dengan PT Indofood FrytoLay Makmur. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usahatani kentang Atlantik pola kemitraan merupakan suatu kegiatan ekonomi. Petani kentang Atlantik yang melakukan kemitraan dengan PT Indofood Fryto-Lay Makmur, dalam satu tahun melaksanakan usahatani kentang sebanyak dua kali periode. Kerangka sistem usahataninya menyangkut subsistem penyediaan sarana produksi, proses produksi, dan pemasaran. Penyediaan sarana produksi meliputi penyediaan lahan, pupuk, obatobatan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya panen disediakan oleh petani, sedangkan perusahaan mitra membantu dalam penyediaan bibit import. Dalam hal pemasaran, setiap hasil produksi yang memenuhi spesifikasi produk dapat ditampung oleh perusahaan mitra. Pola kemitraan usahatani kentang Atlantik di Desa Cigedug antara petani dengan PT Indofood Fryto-Lay Makmur berbentuk pola kemitraan pasar yang saling menguntungkan, yaitu perusahaan mitra diuntungkan dengan adanya pasokan bahan baku yang pasti dan petani mendapatkan keuntungan dari penjualan produknya dengan ketersediaan pasar yang telah siap menampung produknya. Besarnya biaya produksi usahatani kentang Atlantik ditentukan dengan besarnya biaya tetap dan biaya variabel. Rata-rata total biaya produksi dengan luas lahan 2,28 ha mencapai Rp. 86.726.526,45, sedangkan produksi yang dapat dipasok petani dan dapat diterima oleh perusahaan adalah 33.804,95 kg dengan harga Rp. 9.750 per kg, hasil penjualan yang diterima petani dalam satu periode tanam mencapai rata-rata Rp. 126.708.562,5 sehingga pendapatan yang diperoleh petani pada pola kemitraan adalah Rp. 39.001.912,5 (≈Rp. 17.106.101,97) yang merupakan selisih dari harga yang diterima petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
102
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
tinggi karena dijadikan salah satu
Pendahuluan Tanaman
sayur-sayuran
andalan sumber nafkah para petani
ditumbuhkembangkan dan diarahkan
dalam
rangka
meningkatkan
menjadi komoditas yang komersial,
pendapatan dan taraf hidup. Produksi
dalam rangka memanfaatkan peluang
kentang di Kabupaten Garut terus
pasar. Peluang meningkatkan ekspor
meningkat dengan produktivitas yang
komoditas hortikultura cukup besar,
meningkat
apabila penanganan mulai di tingkat
21.370 ton/ha, sedangkan rata-rata
on farm, hingga pascapanen dilakukan
produktivitas nasional baru mencapai
dengan baik. Artinya apabila ekspor
15,3 ton/ha (Kementerian Pertanian,
dapat didorong secara optimal baik dri
2014). Khusus Kecamatan Cigedug,
segi kuantitas, kualitas serta distribusi,
produksi kentang pada tahun 2014
maka volume impor akan dapat
mencapai 934 ton (Badan Pusat
ditekan.
Statistik Kabupaten Garut, 2014).
pula,
yaitu
mencapai
Salah satu komoditas sayuran
Data ekspor kentang Indonesia pada
yang layak dikembangkan adalah
tahun 2014 mencapai 12.133,890 ton
kentang (Solanum tuberossum L.),
dengan nilai US$ 2.791.103 (Badan
karena kentang merupakan komoditas
Pusat Statistik, 2014).
pertanian
yang
memiliki
nilai
Pada saat ini di Kecamatan
ekonomis cukup tinggi. Karena itu
Cigedug
tidak mengherankan kalau komoditas
usahatani kentang industri. Kentang
kentang terus berkembang di sektor
industri merupakan kentang yang
pertanian
digunakan sebagai bahan baku untuk
dan
perdagangan
telah
banyak
dilakukan
internasional, di samping konsumsi
pengolahan
dalam negeri yang cukup besar,
Kusnawan Rekswi (2014) kebutuhan
kentang juga merupakan komoditi
bahan baku kentang industri hingga
ekspor yang penting. Melihat potensi
saat
pasar dalam negeri maupun luar
dibandingkan
negeri,
kentang
produksi lokal. Bahan baku untuk
mempunyai prospek yang cukup cerah
industri pengolahan kentang sebagian
untuk terus dikembangkan.
besar masih dipenuhi oleh produk
terlihat
bahwa
ini
kentang.
masih
sangat
dengan
Menurut
besar volume
Komoditas kentang memiliki
impor. Industri pengolahan makanan
nilai ekonomi dan sosial yang cukup
berbahan baku kentang di dalam 103
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
negeri pada saat ini memiliki potensi
ketimpangan antara kota dan desa dan
pasokan bahan baku 1.800 ton per
mutu
bulan atau 21.600 ton per tahun.
Peningkatan
Karena kekurangan bahan baku, saat
merupakan upaya dalam memperoleh
ini hanya berjalan antara 30% sampai
tingkat produksi yang lebih tinggi,
40% dari potensi tersebut dan 60%
karena
dari
sarana produksi yang lebih baik, akan
kapasitas
riil
masih
mengandalkan kentang impor.
produk
yang
dihasilkan.
biaya
produksi
peningkatan
penggunaan
sejalan dengan peningkatan produksi
Tujuan usahatani berbeda-beda
baik jumlah maupun kualitas kentang
ada yang bertujuan untuk keperluan
yang
keluarga (usahatani subsisten) dan ada
jumlah produksi dan kualitas yang
yang
dihasilkan
bertujuan
untuk
keuntungan
mencari
sebesar-besarnya
(usahatani
komersial).
Pembudidayaan memerlukan
kentang
investasi
yang
ini
Meningkatnya
akan
berpengaruh
terhadap penerimaan petani dan hasil penjualan produk tersebut.
industri
awal
dihasilkan.
Salah satu pola kemitraan antara pengusaha besar dengan petani
tinggi, sementara petani umumnya
adalah kemitraan
merniliki keterbatasan dalam modal,
antara
sehigga kemitraan merupakan suatu
Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut
alternatif.
dengan
Kemitraan merupakan suatu
petani
PT
yang dilakukan
di
Desa
Indofood
Cigedug
Fryto-Lay
Makmur untuk usahatani kentang
strategi bisnis yang dilakukan oleh
industri,
varietas
Atlantik.
dua pihak atau lebih dalam jangka
Berdasarkan survai pendahulu di Desa
waktu tertentu untuk meraih manfaat
Cigedug terdapat 290 orang petani
bersama atau keuntungan bersama.
kentang, sebanyak 40 orang adalah
Dikemukakan Thoby Mutis dalam
petani yang bermitra.
Mohammad Jafar Hafsah (2013), kemitraan diwujudkan dengan misi utamanya
adalah
Identifikasi Masalah
membantu
Berdasarkan
latar
belakang
memecahkan masalah ketimpangan
permasalahan yang diidentifikasikan
dalam
adalah:
kesempatan
ketimpangan ketimpangan
berusaha, pendapatan,
antar
wilayah
dan
1) Bagaimana
keragaan
usahatani
kentang industri varietas Atlantik 104
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
yang dilakukan petani di Desa
pelayanan, bimbingan kepada petani,
Cigedug?
kelompoktani dan kelompok mitra.
2) Bagaimana
pola
kemitraan
Menurut
Dillon
(1994),
pola
usahatani kentang industri varietas
kemitraan usaha antara perusahaan
Atlantik?
menengah atau besar sebagai inti dan
3) Berapa pendapatan petani dari
petani sebagai plasma dilandasi oleh
usahatani kentang industri varietas
falsafah inti-plasma, analog dengan
Atlantik?
kehidupan biologik sel, yaitu inti merupakan bagian kecil dari sel
Tinjauan Pustaka
menentukan
1) Pola Inti Plasma
seluruh
Pola
Inti
sel,
dan
sedangkan
aktivitas plasma
adalah
merupakan bagian terbesar dari sel
hubungan kemitraan antara kelompok
berfungsi melindungi, menyangga dan
mitra
memasok kebutuhan inti.
(petani,
Plasma
hidup
kelompoktani,
gabungan kelompoktani, koperasi dan
2) Pola Sub Kontrak
usaha kecil) dengan perusahaan mitra
Pola
Sub
Kontrak
adalah
dalam hal ini peruhsaan menengah
hubungan kemitraan antara kelompok
dan
mitra dengan perusahaan mitra yang
perusahaan
besar,
dimana
perusahaan mitra bertindak sebagai
di
dalamnya
inti dan kelompok mitra sebagai
memproduksi
plasma.
diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian
Plas ma
Plas ma
dari
kelompok
mitra
komponen
yang
produksinya.
Bagan
skematis pola kemitraan sub kontrak disajikan pada Gambar 2.
Inti Plas ma
Plas ma
Gambar 1 Pola Kemitraan Inti Plasma Sumber: Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1997 Perusahaan mitra yang bertindak sebagai perusahaan inti berperan
menampung,
memberi
Gambar 2. Pola Kemitraan Sub Kontrak Sumber: Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1997. 105
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
Menurut
ISSN 1979-8911
Muhammad
Jafar
merupakan hubungan dagang biasa
Hafsah (2000), dalam rangka efisiensi
antara produsen (industri kecil/petani)
kinerja perusahaan, bentuk kemitraan
dan
ini telah banyak diterapkan dalam
karena
kemitraan yang dilaksanakan antara
memerlukan struktur pendanaan yang
pengusaha kecil dengan pengusaha
kuat dari pihak yang bermitra, baik
menengah dan besar. Ciri khas dari
mitra usaha besar maupun perusahaan
bentuk kernitraan ini adalah membuat
mitra usaha kecil, membiayai sendiri
kontrak bersama yang mencantumkan
dan kegiatan usahanya, karena sifat
volume, harga dan waktu.
dari kemitraan ini pada dasarnya
3) Pola Dagang Umum
adalah
Pola Dagang Umum adalah
pemasar itu
(perusahaan). kemitraan
hubungan
menjual
terhadap
hubungan kemitraan antara kelompok
dimitrakan.
mitra dengan perusahaan mitra, yang
4) Pola Keagenan
di
dalamnya
perusahaan
mitra
Pola
Oleh
pola
ini
membeli
dan
produk
yang
Keagenan
adalah
memasarkan hasil produksi kelompok
hubungan kemitraan antara kelompok
mitra atau kelompok mitra memasok
mitra dengan perpisahan mitra yang di
kebutuhan
dalamnya kelompok mitra diberi hak
yang
diperlukan
perusahaan mitra (Gambar 3).
khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra. Di samping itu pola waralaba
Memasok
dapat membuka kesempatan kerja Kelompok Mitra
Perusahaan Mitra
yang
sangat
luas,
sedangkan
kelemahannya apabila salah satu mitra Memasarkan Produk Mitra
Gambar 3. Pola Kemitraan Dagang Umum Sumber: Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1997.
ingkar dalam menepati kesepakatan yang telah ditetapkan akan terjadi perselisihan.
Pemilik Waralaba
Faisal Pranadji kemitraan
Kasryno
(1994), pola
dan
Tri
Hak Lisensi Merek Dagang Bantuan Managemen Sakurab Distribusi
Penerima Waralaba
mengemukakan dagang
umum
Gambar 4. Pola Kemitraan Waralaba
106
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Sumber: Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1997.
keseluruhan
produk
yang
berhasil dijual dikalikan dengan harga produk
5) Pola Kerjasama Operasional
jumlah
itu,
dengan
kata
lain
penerimaan merupakan keseluruhan
Agribisnis
hasil dari jumlah barang atau produk
Pola Kerjasama Operasional
yang berhasil dijual dikalikan dengan
Agribisnis adalah hubungan kemitraan
harga barang yang berlaku pada saat
antara
itu, sedangkan keuntungan merupakan
kelompok
mitra
dengan
pemisahaan mitra usaha yang di
penerimaan
dalamnya
kelompok
setelah dikurangi seluruh biaya-biaya
menyediakan
lahan,
mitra
sarana
dan
yang
yang
dikeluarkan
diterima
selama
petani
proses
tenaga, sedangkan perusahaan mitra
produksi (biaya tetap dan biaya
menyediakan biaya atau modal usaha
variabel).
dengan sarana untuk mengusahakan atau
membudidayakan
suatu
komoditas pertanian (Gambar 5.)
Biaya industri
yaitu
usahatani nilai
kentang
dari
semua
korbanan (input) yang digunakan dalam usahatani dinyatakan dalam
Perusahaan Mitra
Kelompok Mitra
rupiah per satuan luas per musim (Rp./hal/musim
Lahan Sarana Tenaga
tanam).
Biaya
tersebut meliputi biaya tetap dan tidak Biaya Modal Teknologi
tetap. Dikemukakan Kartika Widjaja (1999), biaya tetap (fixed cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan
Pembagian Hasil Sesuai Kesepakatan
dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan
Gambar 5. Pola Kemitraan Kerjasama
tertentu, sedangkan biaya variabel
Operasional Agribisnis
(variable cost) adalah biaya yang
Sumber: Badan Agribisnis
jumlah
totalnya
berubah-ubah
Departemen Pertanian Republik
sebanding dengan perubahan volume
Indonesia, 1997.
kegiatan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Soekartawi, Sochardo,
Menurut (1993),
Tjakrawiralaksana
penerimaan
adalah
Dillon
dan
penggolongan
Hardaker biaya
(1986), dilakukan 107
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
berdasarkan sifatnya, yaitu biaya tetap
penyelidikan yang dimaksudkan untuk
yang merupakan biaya yang tidak ada
memperoleh data dari gejala-gejala
kaitannya dengan jumlah barang yang
yang ada dan mencari keterangan-
diproduksi.
keterangan suatu kelompok (Moh.
Pendapatan atau keuntungan
Nazir, 1985). Objek penelitian adalah
petani sebagai pengelola usahatani
variabel-variabel yang berhubungan
kentang industri diperoleh dari hasil
dengan penelitian, yaitu usahatani
pengurangan penerimaan dengan total
keragaan kentang industri, bentuk
biaya produksi. Penerimaan adalah
kemitraan, biaya dan pendapatan. Unit
pendapatan
analisanya
kotor
(Gross
Farm
yaitu
petani
kentang
Income), yaitu seluruh pendapatan
industri yang bermitra dengan PT
yang diperoleh dari semua cabang dan
Indofood.
sumber di dalam usaha selama satu
Definisi
kali proses produksi, yang dapat
Variabel
diperhitungkan dari basil penjualan
dan
Berdasarkan
dan pertukaran (Mubyarto, 1979).
yang
Dikemukakan Suhardjo dan Dahian
pendekatan
Patong (1973), bahwa pendapatan
ditetapkan
usaha merupakan balas jasa dari hasil
mempermudah
kombinasi faktor-faktor produksi yang
menganalisa
ditentukan
berikut:
sebagai
nilai
selisih
Operasionalisasi
telah
konsep-konsep
dikemukakan masalah
dalam
maka
variabel
dapat untuk
penelitian data,
yaitu
dan sebagai
penerimaan dengan biaya produksi.
1) Kentang industri adalah kentang
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa
yang digunakan sebagai bahan
pendapatan merupakan hasil balas jasa
baku
dari hasil kerjasama faktor produksi,
Varietas
dimana
adalah varietas Atlantik.
petani
pengelola,
berperan
pekerja
dan
sebagai sebagai
penanam modal pada usahanya.
untuk
industri
kentang
2) Keragaan
olahan.
industri
usahatani
ini
kentang
varietas Atlantik adalah: (a) Penyediaan sarana produksi, yaitu
Metode Penelitian Teknik
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian adalah
penyediaan
sarana-
sarana yang diperlukan dalam usahatani
kentang
yang
metode survei. Metode survey adalah 108
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
meliputi
ISSN 1979-8911
penyediaan
bibit,
pupuk dan pestisida. (b) Proses
mitra
(petani,
kelompoktani,
produksi/usahatani
adalah
kelompok
rangkaian
gabungan
kelompoktani, koperasi dan
kegiatan
usaha
meliputi
perusahaan
mitra,
penanaman, pemeliharaan dan
perusahaan
mitra
panen.
sebagai inti dan kelompok
usahatani
yang
(c) Pascapanen
adalah
kecil)
dengan dimana bertindak
mitra sebagai plasma. Inti
penanganan produk setelah
berperan
menampung,
tanaman
dipanen
yang
memberi
pelayanan,
meliputi
pengepakan
dan
pengangkutan. (d) Pemasaran, ekonomi
bimbingan
kepada
petani,
kelompok tani dan kelompok
yaitu
kegiatan
yang
berfungsi
membawa
mitra. (b) Pola
sub
kontrak
adalah
atau
hubungan
kemitraan
antara
dan
kelompok
mitra
dengan
produsen ke konsumen, dalam
perusahaan
mitra
hal ini adalah petani menjual
dalamnya
produk
usahataninya
memproduksi komponen yang
(kentang) ke mitra usahanya
diperlukan perusahaan mitra
(PT
sebagai
menyampaikan
barang
Indofood
Fryto-Lay
Makmur).
kelompok
di
mitra
bagian
produksinya.
3) Pola kemitraan, adalah bentuk
yang
dari
Indikator
dari
pola kemitraan ini adanya
kerja sama antara petani dengan
kontrak
perusahaan
pola
mencantumkan volume, harga
saling
dan waktu antara perusahaan
dengan
pembinaan
atas
dasar
membutuhkan, saling menguatkan, saling
menguntungkan
dengan
bersama
yang
mitra dan kelompok mitra. (c) Pola
dagang umum,
yaitu
tujuan mendorong keikutsertaan
hubungan
kemitraan
antara
petani. Jenis-jenis pola kemitraan
kelompok
mitra
dengan
adalah:
perusahaan
mitra
(a) Pola
inti
hubungan
plasma,
yaitu
kemitraan
antara
dalamnya
yang
perusahaan
memasarkan
hasil
di
mitra
produksi 109
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
kelompok
ISSN 1979-8911
mitra
atau
kelompok
mitra
memasok
kebutuhan
yang
diperlukan
perusahaan
mitra.
kemitraan
ini
Pola
mitra dengan perusahaan mitra usaha
yang
di
dalamnya
kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana
dan
tenaga,
memerlukan
sedangkan perusahaan mitra
pendanaan yang besar pada
menyediakan biaya atau modal
dasarnya pola kemitraan ini
usaha dengan sarana untuk
adalah hubungan membeli dan
mengusahakan
menjual
membudidayakan
produk
yang
dimitrakan.
atau suatu
komoditas
(d) Pola keagenan, yaitu hubungan kemitraan
antara
kelompok
mitra dengan perusahaan mitra
pertanian.
Pembagian hasil disesuaikan dengan kesepakatan. 4) Pendapatan petani adalah selisih
yang di dalamnya kelompok
dari
mitra diberi hak khusus untuk
pengeluaran
memasarkan barang dan jasa
selama satu periode usahatani.
usaha
(a) Penerimaan
perusahaan
mitra,
penerimaan
dengan
(biaya
yaitu
produksi)
perkalian
sedangkan perusahaan mitra
antara total produksi yang
bertanggung jawab terhadap
dihasilkan
produk yang dihasilkan.
produksi yang berlaku pada
(e) Pola waralaba, yaitu hubungan kemitraan
antara
kelompok
dengan
saat dilakukan pemasaran atau nilai kontrak. Diukur dalam
mitra dengan perusahaan mitra
satuan
usaha yang memberikan hak
(Rp./ha/musim tanam).
lisensi,
-
merk
saluran
distribusi
kelompok
mitra
penerima disertai
dagang
waralaba dengan
dan
rupiah
Hasil
per
produksi
periode
yaitu
kepada
jumlah produk fisik dari
sebagai
usahatani kentang Atlantik
yang
dengan satuan kilogram
bantuan
per satuan luas per periode
manajemen. (f) Pola
harga
penanaman (kg/ha/musim
kerjasama
operasional
agribisnis,
yaitu
hubungan
kemitraan
antara
kelompok
tanam). -
Harga yaitu harga produk kentang
Atlantik
yang 110
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
diterima
oleh
petani.
yang
Diukur
dalam
satuan
penggunaan sarana produksi pada
rupiah
per
periode
petani kentang Atlantik pada pola
(Rp./kg/musim tanam)
cukup
tinggi.
kemitraan di Desa Cigedug terdapat
(b) Biaya usahatani yaitu nilai dari
pada Lampiran 4. Penggunaan sarana
semua korbanan (input) yang
produksi
tersebut
digunakan
produksi
tanam
dalam
Rata-rata
usahatani
yaitu yang
sarana meliputi
dinyatakan dalam rupiah per
penyediaan lahan dan pupuk, sarana
satuan
produksi
luas
per
musim
pemeliharaan
meliputi
(Rp./ha/musim tanam) Biaya
penyediaan pestisida dan penyediaan
tersbut meliputi:
tenaga kerja.
-
Biaya tetap (fixed cost)
Luas lahan yang diusahakan
adalah banyaknya biaya
petani kentang Atlantik di Desa
yang dikeluarkan dalam
Cigedug berkisar antara 1 ha sampai
kegiatan
yang
6,8 ha, dari 40 orang petani mitra
jumlah totalnya tetap pada
lahan yang diusahakan mencapai luas
volume kegiatan tertentu,
91.30 ha dengan rata-rata luas lahan
biaya
yang diusahakan adalah 2,28 ha setiap
produksi
peralatan,
biaya
penyusutan alat dan pajak.
petani. Lahan yang digarap petani sebagian berasal dari lahan hasil sewa,
Hasil Dan Pembahasan
dengan nilai sewa Rp. 70.000 per
1. Keragaan Usahatani Kentang
patok (1 ha = 25 patok), sedangkan bibit yang disediakan perusahaan
Atlantik Usahatani
Atlantik
mitra dibeli petani dengan harga Rp.
merupakan suatu kegiatan ekonomi,
20.000 per kg. Cara pembayaran
keragaannya
dari
untuk petani yang baru bermitra harus
yang
dilakukan kontan, tetapi apabila sudah
penyediaan
berjalan dua tiga kali periode tanam,
kerangka
dapat
sistem
menyangkut
kentang
ditinjau usahatani
subsistem
sarana produksi, proses produksi, dan
petani
pemasaran.
kentang
pembelian bibit dengan cara dibayar
Atlantik merupakan usaha yang padat
setelah panen. Rata-rata penggunaan
modal hal ini dapat dilihat dari
bibit untuk setiap hektarnya berkisar
Usahatani
diberi
kemudahan
untuk
besarnya penggunaan sarana produksi 111
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
antara 1.250 kg per ha sampai 1.500
mekanisme pola kemitraan usahatani
kg per ha.
kentang Atlantik antara petani kentang di Desa Cigedug dengan PT. Indofood
2. Pola
Kemitraan
Usahatani
Fryto-Lay Makmur adalah sebagai
Kentang Atlantik antara Petani
berikut.
dengan PT Indofood Fryto-Lay
PT. PT. Indofood Fryto-Lay Makmur 1. Menyediakan bibit import kentang Atlantik sengan sistem pembayaran kontan atau dibayar setelah panen 2. Membeli produksi sesuai dengan kontrak kerjasama
Makmur Pola kemitraan yang berlaku antara petani kentang Atlantik dan perusahaan mitra (PT Indofood FrytoLay Makmur) termasuk pada pola kemitraan
dagang
(pasar),
yaitu
perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra (petani), petani
memasok
kebutuhan
yang
diperlukan perusahaan mitra, namun dalam
pola
ini
terdapat
suatu
perjanjian (kontrak), dimana produk yang
dihasilkan
petani
yang
memenuhi spesifikasi yang ditentukan perusahaan dapat diterima seluruhnya dengan harga yang telah ditetapkan atau disepakati. Karena sifat dari kemitraan ini pada dasarnya adalah hubungan
membeli
dan
menjual
terhadap produk yang dimitrakan, dalam hal ini perusahaan mitra hanya menyediakan bibit dari persaratan spesitikasi penyediaan
produk, sarana
sedangkan produksi
dan
budidayanya dikerjakan oleh petani dan kerterlibatan perusahaan sebatas pada
pembinaan.
Lebih
Petani Kentang 1. Menyediakan lahan dan mengolahnya sesuai dengan paket teknologi anjuran
2. Menyediakan sarana produksi tanam, sarana produksi pemeliharaan, tenaga kerja dan panen 3. Menyerahkan 3. Membayar seluruh hasil hasil produksi yang sesuai sesuai dengan kesepakatan sepesifikasi 4. Menyediakan produksi tenaga 4. Menerima konsultasi uang hasil teknis mulai penjualan dari tanam produknya sampai panen. (hasil pembelian produk oleh perusahaan mitra) Berdasarkan mekanisme tersebut terdapat pembagian tanggung jawab dari masing-masing pihak yang bermitra dan saling menguntungkan, yaitu perusahaan mitra diuntungkan dengan adanya pasokan bahan baku
jelasnya, 112
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
yang pasti dan petani mendapatkan keuntungan dari penjualan produknya dengan ketersediaan pasar yang telah
Alat Sarana Produksi Tanam Sarana Produksi Pemelihara an Tenaga Kerja Panen
Biaya Variab el
siap menampung produknya. Petani tidak perlu mencari pembeli, petani tinggal mengirimkan produknya ke perusahaan mitra, dan perusahaan mitra berkewajiban membayar produk
Jumlah
yang dihasilkan petani.
3. Biaya Produksi Penerimaan dan
Biaya produksi meliputi biaya
86.726.526.4 50 Biaya tetap sewa lahan per
patoknya sebesar Rp.70.000 dengan masa
Pendapatan
71.690.000 42.243.062.5 00 26.378.825.5 00 11.295.137.5 00 2.743.436.45 0
sewa
satu
periode
tanam,
sedangkan biaya tetap lainnya adalah
tetap dan biaya variabel merupakan
biaya
korbanan
yang harus dikeluarkan
digunakan selama proses produksi,
untuk mendapatkan suatu hasil. Biaya
antara lain pompa air, selang dan
ini mempunyai peranan yang sangat
spryer dengan jangka usia ekonomi
penting, karena besarnya biaya yang
rata-rata 5 tahun. Biaya variabel
dikeluarkan akan menentukan produk
penyediaan sarana produksi tanam
yang
biaya
meliputi pembelian bibit import Rp.
produksi usahatani kentang Atlantik
20.000 per kg, pengolahan tanah Rp.
ditentukan dengan besarnya biaya
35.000 per patok, pupuk kandang
tetap dan biaya variabel. Untuk lebih
ayam Rp. 250 per kg, kapur Rp. 200
jelasnya biaya produksi usahatani
per kg, pupuk ZA Rp. 2.000 per kg,
kentang Atlantik pola kemitraan di
pupuk SP-36 Rp. 2.400 per kg, pupuk
Desa Cigedug dengan rata-rata luas
KCl Rp. 3.000 per kg. Sarana
lahan usahatani 2.28 ha dapat dilihat
produksi
pada Tabel 1.
penyediaannya
Tabel 1 Biaya Produksi Usahatani Kentang Atlantik Pola Kemitraan per Periode Tanam Jenis Uraian Jumlah (RP) Biaya Biaya Sewa Lahan 3.994.375.00 Tetap Penyusutan 0
yang cukup tinggi, yaitu mencapai Rp.
dihasilkan.
Besarnya
penyusutan
alat-alat
pemeliharaan
yang
dalam
memerlukan modal
26,378.825, yang meliputi pembelian pestisida dengan perincian harga per unitnya
(botol/kemasan)
adalah
insektisida Ponce Rp. 50.000 per 113
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
botol, Convidor fungisida Pilaram Rp.
diuntungkan tersedianya pasar yang
62.000 per kemasan, Curzate Rp.
menampung produknya, sedangkan
75.000 per kemasan, Daconil Rp.
perusahaan mendapat pasokan untuk
78.000 per kemasan, Perekat AFSA
kelangsungan industrinya.
Rp. 87.500 per botol dan ZPT Atonik Rp. 28.000 per botol. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita dengan upah Rp.
Kesimpulan
50.0000 per HKP dan Rp. 35.000
1. Usahatani kentang Atlantik pola
HKW. Dalam biaya panen, selain
kemitraan
upah yang dikeluarkan untuk panen
kegiatan ekonomi. Petani kentang
juga
Atlantik
ada
pengeluaran
untuk
merupakan
yang
suatu
melakukan
waring/karung kapasitas 40 kg dengan
kemitraan dengan PT Indofood
harga Rp. 600 per lembar. Rata-rata
Fryto-Lay Makmur, dalam satu
total biaya produksi dengan luas lahan
tahun
2,28 ha mencapai Rp. 87.766.650.
kentang
Rata-rata produksi dari setiap
melaksanakan
usahatani
sebanyak
periode.
dua
Kerangka
kali sistem
2,08 hektar yang dapat dipasok petani
usahataninya
dan dapat diterima oleh perusahaan
subsistem
adalah 33.804,95 kg dengan harga Rp.
produksi, proses produksi, dan
3.750 per kg, hasil penjualan yang
pemasaran.
diterima petani dalam satu periode
produksi
tanam
Rp.
lahan, pupuk, pestisida, tenaga
demikian
kerja, dan biaya panen disediakan
pendapatan yang diterima petani pada
oleh petani, sedangkan perusahaan
pola
mitra
mencapai
126.768.562,5.
rata-rata
Dengan
kemitraan
adalah
Rp.
menyangkut penyediaan
Penyediaan meliputi
sarana
sarana
penyediaan
membantu
dalam
39.001.912.5 (≈Rp. 17.106.101,97)
penyediaan bibit import. Dalam
yang merupakan selisih dari harga
hal
yang diterima petani dengan biaya
produksi
produksi yang dikeluarkan. Hal ini
spesifikasi
menunjukkan bahwa peran kemitraan
ditampung oleh perusahaan mitra.
dapat memberikan keuntungan bagi kedua
belah
pihak,
yaitu
petani
pemasaran,
setiap
yang produk
hasil
memenuhi dapat
2. Pola kemitraan usahatani kentang Atlantik di Desa Cigedug antara 114
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
petani dengan PT. Indofood FrytoLay
Makmur
berbentuk
pola
kemitraan saling menguntungkan, yaitu
perusahaan
diuntungkan
mitra
dengan
adanya
pasokan bahan baku yang pasti dan
petani
keuntungan
mendapatkan dari
Daftar Pustaka
penjualan
produknya dengan ketersediaan pasar yang telah siap menampung
Badan
Gribisnis
Pertanian
Departemen
Republik
1997.
Indonesia,
Kebijaksanan
Penjelasan Usaha
Dan
Pola
Kemiitraan
Pertanian.
Departemen
Pertanian. Jakarta
produknya. Badan Pusat Statistik. 2004. Ekspor3. Besarnya biaya produksi usahatani kentang
Atlantik
ditentukan
dengan besarnya biaya tetap dan biaya variabel. Rata-rata total biaya produksi dengan luas lahan 2.28
ha
mencapai
Rp.
Produk Hortikultura. BPS. Jakarta Budi
Samadi.
1997.
Usahatani
Kentang. Kanisisus, Yogjakarta. Dillon,
H.S.
1994.
“Hubungan
Kelembagaan dalam Agribisnis”.
86.726.52645, sedangkan produksi
Kertas
pada Seminar Nasional
yang dapat dipasok petani dan
dalam
Rangka
dapat diterima oleh perusahaan
Pertanian. Perhiptan, Jakarta.
Hari
Krida
adalah 33.804,95 kg dengan harga Rp. 9.750 per kg, hasil penjualan yang diterima petani dalam satu periode tanam mencapai rata-rata Rp.
126.768.562,5
sehingga
pendapatan yang diperoleh petani pada pola kemitraan adalah Rp. 39.001.912,5
(≈
Rp.
Dudung
Abdul
Adjid.
Peningkatan Manusia
Sumberdaya
dalam
Pembangunan
Pertanian Agribisnis.
1994.
Berwawasan Badan
Agribisnis
Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.
17.106.101,97 ) yang merupakan
Faisal Kasryno dan Tri Panadji. 1994.
selisih dari harga yang diterima
Kemitraan Saat ini dan Dimasa
petani dengan biaya produksi yang
Depan
dikeluarkan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Sektor
Pertanian.
115
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
Kartika
Widjaja.
ISSN 1979-8911
1994.
Analisis
Soeharjo dan Dahlan Patong. 1973.
Pengambilan Keputusan. Pusat
Sendi-sendi
Inkubator
Usahatani.
Agribisnis
dan
Agroindustri Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pokok Fakultas
Ilmu Pertanian
Institut Pertaniain Bogor. Bogor.
Institut Soekartawi, A. Soehardjo, J.L Dillon,
Pertanian Bogor. Bogor
dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Kusnawan Rekswi. 2005. Budidaya
Usahatani dan Penelitian untuk
Kentang. Apkendo Cabang Garut.
Pengembangan Petani Kecil. UI-
Garut
Press. Jakarta
Mariotti, John L. 1996. The Power of
Sumeru Ashari. 1995. Hortikultura
Partnership. Blackwell Publisser.
dan Aspek Budidaya. UI-Press.
Massachusset
Jakarta.
Moh. Nazir. 1985. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Suwandi.
1994.
Aspek-aspek
Pengembangan Usaha Koperasi. Seri Manajemen 0.2. IKOPIN.
Mosher, AT. 1987. Menggerakkan dan
Membangun
Yasaguna. 1979.
Jakarta
mubyarto.
Tjakrawiralaksana,
Pengantar
Ekonomi
Usahatani.
Pertanian. LP3ES. Jakarta Muhammad
Jatinangor.
Pertanian.
Jafar
Hafsah
A.
1993.
Departemen
Ilmu
Sosial Pertanian Bogor. Bogor 2000.
Williams, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H
Kemitraan Usaha: Konsepsi dan
Peregrina.
1991.
Strategi. Pustaka Sinar Harapan.
Production
in
Jakarta
Longman Group UK Ltd., London
the
Vegetable Tropics.
116