POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA SEBAGAI STRATEGI MEMBANGUN KEDISIPLINAN (STUDI KASUS KELAS X IPS SMA NEGERI 7 SURAKARTA) Anton Dwi Irawan
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan konstruksi kedisiplinan dalam diri siswa serta untuk mengetahui pola interaksi guru dan siswa yang efektif sebagai upaya membangun kedisiplinan siswa di SMA N 7 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus yang dilaksanakan dalam beberapa tahap untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa foto lingkungan sekolah dan tata tertib di SMA N 7 Surakarta. Teknik pengambilan informan menggunakan purposive dan validitas diperoleh melalui trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Teknik analisis menggunakan model interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan dimaknai siswa sebagai suatu perilaku yang taat pada peraturan yang ada di sekolah dan perilaku yang sesuai dengan lingkungannya meskipun perilaku tersebut melangar peraturan sekolah. Seringkali pemaknaan disiplin siswa tidak sejalan dengan perilaku disiplin. Hal ini karena sebagian perilaku yang di kategorikan tidak disiplin dianggap wajar karena dilakukan banyak siswa dan tidak mendapat hukuman. Pola interaksi guru dan siswa sebagai Strategi yang digunakan untuk membangun kedisiplinan ada tiga hal. Dengan memberikan contoh kedisiplinan pada diri siswa, dengan menasehati siswa, serta menghukum siswa. Strategi tepat yang dapat digunakan oleh guru dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa dengan memberikan contoh, atau guru menjadi role model bagi siswa. Kesadaran akan kedisiplinan yang datang dari dalam diri itu merupakan kedisiplinan yang yang nyata dan dapat mempengaruhi siswa dalam kehidupannya. Kesadaran akan kedisiplinan yang datang dari dalam diri itu merupakan kedisiplinan yang yang nyata dan dapat mempengaruhi siswa dalam kehidupannya. Sikap disiplin yang berasal dari paksaan akan menjadi perilaku yang semu, yaitu berperilaku disiplin hanya pada saat dilihat guru atau dapat dikatakan sebagai kesadaran semu mengenai kedisiplinan. Mengenai strategi lebih diarahkan kepada pemaknaan kedisiplinan secara subyektif artinya dikembalikan pada proses self indication pada siswa. Siswa memilih sendiri cara mana yang mereka inginkan, dengan begitu mereka akan bisa memaknai kedisiplinan yang datang dari dalam diri mereka. Kata Kunci: Kedisiplinan, Strategi guru, self indication.
pendidikan yang ada di Indonesia. Salah
A. Latar Belakang Masalah Permasalahan
pendidikan
di
Indonesia pada saat ini semakin kompleks. Hal ini terlihat dari kualitas siswa yang rendah, pengajar yang kurang profesional, fasilitas kurang layak, biaya pendidikan yang mahal, bahkan UU pendidikan masih kurang
berjalan
permasalahan
guna
menghadapi
pendidikan
yang
ada.
Berbagai masalah pendidikan di Indonesia membuat
mutu
pendidikan
menjadi
rendah. Berdasarkan laporan Organisasi Pendidikan,
Ilmu
Pengetahuan,
dan
Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara. Tahun 2011, Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara” (kopertis12.or.id, edisi : Sabtu 20 Oktober 2012). Data lain dari Programme for International Study Assessment (PISA) 2012 menempatkan Indonesia sebagai salah
satu
terendah
negara dalam
dengan
peringkat
pencapaian
mutu
pendidikan. Pemeringkatan tersebut dapat dilihat dari skor yang dicapai pelajar usia 15 tahun dalam kemampuan membaca, matematika, dan sains (Tempo.co,id, edisi jumat, 06 Desember 2013) Dari data di atas terlihat kualitas pendidikan Indonesia yang masih rendah meskipun mengalami kenaikan peringkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu berasal
dari
kurang
baiknya
proses
satu permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia
dan
keterpurukan
turut
menyumbang
pendidikan
kita
adalah
tingkat kedisplinan siswa yang masih rendah. Seperti pada kasus tertangkapnya 10 siswa SMA di Surakarta pada bulan September 2014 oleh : satpol pp karena membolos sekolah (Pikiran rakyat.com, edisi : 3 september 2013). Dari kasus tersebut
masalah
mempengaruhi Indonesia
utama
yang
kualitas pendidikan di
terletak
pada
kurangnya
pembangunan kedisiplinan baik dalam diri siswa maupun pihak guru. Berdasarkan wawancara dengan guru BK SMA N 7 Surakarta, perilaku ketidakdisiplinan siswa disebabkan oleh beberapa faktor yakni dari internal dan eksternal. Faktor internal yakni lingkungan keluarga, perilaku disiplin anak seringkali tidak dimulai dari lingkungan keluarga nilai-nilai kedisiplinan belum diajarkan secara
penuh
oleh anggota
keluarga
lainnya, didalam keluarga terdapat aturanaturan secara tidak tertulis yang menuntun anak untuk mengikutinya. Hukuman dilakukan
oleh
non sekolah
verbal
yang
dimaksudkan
untuk mengontrol siswa agar taat terhadap aturan. Melalui hukuman pula, siswa menjadi
takut
untuk
mengulangi
perbuatannya yang melanggar peraturan. Hukuman
tersebut
tidak
semata-mata
untuk mengekang siswa, tapi dengan cara
pada siswa, menempati posisi sentral.
yang baik dan bersifat mendidik. Demi
Melalui gurulah peraturan disosialisasikan
menjalankan kedisiplinan di kalangan
kepada anak didiknya maka segala sesuatu
siswa maka ditetapkanlah suatu tata tetib
banyak tergantung padanya. Keberadaan
yang di sekolah yang dimaksudkan untuk
tata tertib di sekolah jarang sekali memiliki
menjaga
konsep
dengan
koridornya.
sebagai
suatu
mencapai
kedisiplinan
sesuai
otoritas selain ditanamkan oleh seorang
Hukuman
bukan
guru. Guru menjadi instrumen penting dari
untuk
kedisiplinan yang diupayakan di sekolah.
sarana
perwujudan
utama
kedisiplinan,
Melalui
perantaranya
siswa
dapat
sehingga prinsip yang harus diandalkan
berkomunikasi dengan hakekat kesiplinan
dalam
di
yang sesungguhnya. Sebagai posisi sentral
sekolah yakni dengan cara menempatkan
di lingkungan pendidikan guru harus
kesalahan sebagai kesadaran akan hakekat
senantiasa
kedisiplinan tersebut.
anak
mengupayakan
kedisplinan
Dalam penegakan kedisiplinan di
memperhatikan
dalam
pembelajaran.
kedisiplinan
mengikuti Untuk
itu,
proses diperlukan
kelas guru juga seringkali melakukan
kerjasama antara guru dan siswa dalam
tindakan
rangka
yang
kurang
tepat
dengan
memberikan hukuman secara fisik seperti
menumbuhkan
atau
membina
kedisiplinan pada siswa.
pada kasus dimana tiga orang murid
Melatih siswa untuk mengikuti dan
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
menuruti aturan sekolah adalah salah satu
diolesi balsem di bagian matanya oleh
cara
guru bidang studi Pendidikan Pancasila
ketidakseimbangan ini. Maka dari itu,
dan Kewarganegaraan (PPKN) karena
perlu ditanamkan kedisiplinan dalam diri
mencontek
siswa.
saat
mengerjakan
ulangan
untuk
memecahkan
Meskipun
masalah
kebanyakan
(viva.co.id, edisi : Rabu 27 Maret 2013).
sekolah
Tindakan ini cenderung akan menjadikan
mensosialisasikan
murid trauma terhadap sekolah meskipun
termasuk sanksinya akan tetapi siswa
tujuan
untuk
masih melanggarnya. Sering kali, pola
mendisiplinkan siswanya. Dampak yang
hubungan antara guru dan murid terjalin
terjadi justru membuat siswa memiliki
tidak
kesadaran semu, artinya siswa hanya
ketidakpuasan murid terhadap gurunya.
dari
guru
tersebut
disiplin apabila guru mengawasinya. Terkait dengan strategi tersebut guru sebagai agen sosialisasi kedisiplinan
sebenarnya
pihak
efektif,
tata
yang
sudah tertib
berujung
siswa
pada
Pola interaksi guru dan siswa yang berjalan
tidak
sempurna
berimplikasi
negatif terhadap konsep kedisplinan siswa.
Untuk itu diperlukan stategi melalui pola
dengan
interaksi antara guru dan siswa yang di
Scharamm
bangun secara efektif. Mengingat ada
(1997:17), studi kasus sebagai strategi
tumpangtindih antara hukuman dan aturan
penelitian adalah mencoba menjelaskan
di lingkungan sekolah. Dengan demikian
keputusan-keputusan
perlu adanya mekanisme yang tepat agar
studi
perilaku disiplin dapat terinternalisasi
mengiplementasikan,
dalam diri siswa dengan cara membangun
Melalui strategi studi kasus yang perlu
Interaksi Guru dan Siswa disekolah secara
dilakukan
efektif
fenomena yang terjadi dalam masyarakat..
sekaligus
keberadaan
menyelaraskan
disiplin,
ketertiban,
pelanggaran, dan hukuman.
how
atau
dalam
tersebut
why”. Robert
K.
tentang dipilih,
Yin
mengapa bagaimana
dan
adalah
Menurut
hasilnya.
mendefinisikan
Data diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview), observasi
Dari penjelasan di atas penelitian
non
partisipan.
Teknik
pengambilan
ini bertujuan untuk : Untuk mengetahui
informan menggunakan teknik purposive
makna dan konstruksi kedisiplinan dalam
sampling. Teknik purposive merupakan
diri siswa di SMA N 7 Surakarta. Untuk
strategi menentukan kelompok peserta
mengetahui pola interaksi guru dan siswa
yang menjadi informan sesuai dengan
yang efektif sebagai upaya membangun
kriteria terpilih yang relevan dengan
kedisiplinan siswa di SMA N 7 Surakarta
masalah penelitian (Burhan Bungin, 2011:
METODE PENELITIAN
107).
Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 7 Surakarta dengan subyek
Kelompok informan yang dipilih
antara lain siswa kelas X IPS dah Guru informan kunci, kesiswaan, guru BK.
penelitian guru dan siswa kelas X IPS.
Dalam penelitian ini menggunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
triangulasi untuk menguji validitas data.
kualitatif dengan studi kasus. Penelitian
Peneliti menggunakan triangulasi sumber
kualitatif
dan
merupakan
penelitian
yang
triangulasi
metode.
Peneliti
bermaksud untuk memahami fenomena
membandingkan informasi yang diperoleh
tentang apa yang dialami oleh subjek
dari berbagai sumber serta menyilangkan
penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
hasil dari wawancara mendalam dan
motivasi, tindakan dan lain sebagainya
observasi.
(Moleong, 2010: 6). Menurut Robert K.
Teknik
analisis
data
yang
Yin (1997: 1) studi kasus merupakan
digunakan dalam penelitian ini adalah
“strategi
pokok
model interaktif. Analisis dimulai dengan
pertanyaan suatu penelitian berkenaan
pengumpulan data berikut reduksi data,
yang
cocok
bila
penyajian data serta penarikan kesimpulan
sekolah yang strategis. Meskipun telah ada
(verifikasi data).
tata tertib yang tertulis dan diletakkan di
HASIL
PENELITIAN
DAN
ditemukan
PEMBAHASAN A. Konstruksi Budaya
Simbolis Malu
Terlambat,
tempat-tempat yang strategis, tetapi masih
“Tumbuhkan
tidak
memahami peraturan yang ada di sekolah.
Tidak
yang ada di sekolah, dimana mereka hanya
karena Berbuat
memahami sebagian kecil peraturan yang
Salah”
ada seperti jam pelajaran dimulai pada
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti,
pemaknaan
kedisiplinan
kalangan siswa sangat
pukul 06.30. Padahal tata tertib sekolah
di
berisi banyak hal mengenai larangan
beragam. Di
maupun kewajiban siswa yang bertujuan
sekolah juga masih ada perilaku siswa
untuk
yang melanggar peraturan yang ada.
keteraturan di sekolah.
Bentuk ketidaksipilnan tersebut antara lain:
yang
Siswa kurang memahami peraturan
karena
Berprestasi, Malu
siswa
Datang
karena
Malu
pula
terlambat
ke
Disiplin
kedisiplinan
dimaknai
siswa
dan
sebagai
sekolah,
perilaku yang sesuai dengan peraturan
meninggalkan jam pelajran tanpa ijin,
yang telah ditetapkan oleh sekolah. Setiap
tidak
lengkap,
perilaku yang dialakukan siswa ketika itu
merokok di sekolah, maupun bermain HP
tidak bertentangan dengan tata tertib di
di kelas.
sekolah maka itu suatu hal yang dianggap
memakai
datang
mewujudkan
serangam
Larangan yang ada tidak terlalu
disiplin oleh siswa. Hal demikian seperti
diperhatikan oleh siswa, mereka masih saja
yang diungkapkan oleh salah seorang
colut ketika tidak menyukai pelajaran
informan, demikian pernyataanya Michele
tertentu. Mereka beranggapan pula apabila
yang merupakan siswa perempuan kelas X
terlambat datang ke sekolah memiliki
IPS.
konsekuensi yang lebih berat dari pada
Perilaku yang mentaati peraturan yang
tidak masuk sekolah, sehingga mereka
ada di sekolah seperti masuk sekolah,
memilih tidak masuk sekolah sekalian
mengerjakan tugas, memakai seragam
apabila terlambat datang ke sekolah.
dengan
Berdasarkan observasi sosialisasi serta
menggunakan
penegakan aturan yang ada di sekolah
merupakan suatu bentuk perilaku disiplin.
masih kurang, dimana sosialisasi hanya
Dhanang yang merupakan siswa kelas X
dilakukan
serta
IPS 5 beranggapan sikap disiplin itu
penempatan tata tertib di lingkungan
mengikuti temannya yang lain, sikap tertib
pada
saat
MOS
atribut HP
lengkap, saat
pelajaran
tidak ini
yang dilakukannya semata untuk mencari rasa aman saja
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kedisiplinan dimaknai
Sedangkan Jirmun siswa X IPS 2, ia
siswa sebagai suatu perilaku yang taat
memahami kedisiplinan berbeda dengan
pada peraturan yang ada di sekolah dan
pendapat temannya yang lain. Menurutnya
perilaku
ketika ia bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya meskipun perilaku tersebut
lingkungannya maka ia merasa berperilaku
melangar
benar, Pendapat diatas serupa dengan
berakibat pada konstruksi berpikir siswa
pendapat
informan
yang tercermin melalui perilaku disiplin di
memaknai
sikap
menjelaskan
lainnya
dalam
disiplin.
peraturan.
dengan
Pemaknaan
ini
sekolah. Seringkali pemaknaan disiplin siswa
dilakukannya juga dilakukan oleh teman-
tidak sejalan dengan perilaku disiplin. Hal
temannya di sekolah.
ini karena sebagian perilaku yang di tidak
kategorikan tidak disiplin dianggap wajar
dianggap
karena dilakukan banyak siswa dan tidak
membosankan ia memilih untuk colut ke
mendapat hukuman. Siswa menganggap
kantin karena juga ada temannya yang
perilaku yang sering dilakukan di sekolah
colut ke kantin. Hal demikian yang
meskipun melanggar peraturan seperti
dijadikan alasan siswa sehingga tetap
halnya colut, terlambat, membolos, tidur
melanggar peraturan meskipun mereka
maupun bermain HP di kelas sebagai hal
tahu kalau ini dilarang di sekolah.
yang biasa.
disukainya
saat
perilaku
sesuai
yang
Pada
bahwa
Thomas
yang
pelajaran
yang
ataupun
Perilaku
yang demikian
Siswa melihat disiplin sebagai sikap
mereka anggap disiplin karena dilakukan
yang taat terhadap peraturan, dalam artian
pula oleh teman-temannya yang lain serta
mengikuti apa yang ada di dalam tata
dipengaruhi pula oleh penegakan aturan di
tertib. Meskipun demikian dikarenakan
sekolah kurang berjalan dengan baik.
penegakan aturan yang cenderung longgar, siswa
menganggap
perilaku
seperti
terlambat datang ke sekolah maupun membolos sebagai hal yang biasa saja. Biasa yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu bukan sesuatu yang dianggap salah apabila dilakukan, melainkan sesuatu yang dianggap
wajar-wajar
saja
dilakukan oleh siswa di sekolah.
apabila
B. Strategi guru dalam menanamkan perilaku Disiplin pada diri siswa Guru memiliki peranan penting dalam membantu siswa mengembangkan potensi yang di miliki. Guru juga berperan dalam
penaman
kedisiplinan
melalui
interaksi yang dilakukan. Namun perilaku siswa dalam mengiternalisasi kedisiplinan cenderung
dipengaruhi
oleh
berbagai
faktor. Dalam hal ini, lingkungan di sekitar
kewibawaan karena sikap tersebut sangat
siswa
diperlukan dalam interaksi antara guru dan
bisa
mempengaruhi
proses
penanaman kedisplinan dalam dirinya.
siswa.
Untuk itu diperlukan strategi yang tepat
Melalui inovasi dalam pembelajaran
dalam menanmkan kedisiplinan dalam diri
siswa menjadi lebih tertarik terhadap guru.
siswa sehingga mereka dapat berperilaku
Saat siswa tertarik terhadap cara guru
disiplin di sekolah.
membawa pembelajarannya maka secara
1. Dengan
memberikan
contoh
tidak langsung mereka akan meneladani dan menjadikan guru tersebut sebagai
kedisiplinan pada diri siswa Sebagaimana telah dipapakarkan
panutan.
Ada
kecenderungan
siswa
pada bagian sebelumnya, seorang guru
menyukai cara pembelajaran seorang guru
harus bisa menempatkan dirinya sebagai
yang
seorang yang mempunyai kewibawaan
mampu
dan otoritas tinggi.
semacam ini ternyata dapat menjadikan
Guru harus berperan aktif maupun pasif
bagi
perkembangan
siswanya.
Memberikan contoh perilaku disiplin yang dapat dilihat siswanya. Dengan melihat perilaku
guru
yang
disiplin
dengan
menyisipkan
siswa
nasehat
mencairkan
lebih
pentingnya
tertib
sekaligus
suasana.
dan
kedisiplinan
Cara
menyadari dalam
diri
mereka. 2. Dengan menasehati siswa Berdasarkan
sendirinya siswa akan menghargai guru
hasil
wawancara
yang bersangkutan tanpa meminta secara
strategi penanaman kedisiplinan kepada
lisan. Tindakan guru yang baik dan
siswa yang dilakukan oleh guru dengan
disiplin dapat menjadi teladan bagi siswa-
memberikan pengarahan serta pemberian
siswanya selain itu juga bisa menjadi
motivasi.
sarana dalam membangun kedisiplinan
pengarahan
bagi siswa.
memiliki sikap kedisiplinan dalam dirinya.
Pemberian diharapkan
motivasi
serta
siswa
dapat
menamkan
Kesadaran siswa mengenai pentingnya
perilaku yang baik melalui contoh nyata
kedisiplinan dalam diri dapat ditanamkan
lebih diperhatikan oleh murid. Perilaku
dengan
guru yang sesuai dengan peraturan seperti
dengan guru. Maka peran guru dalam
datang tepat waktu, mengajar dengan baik,
memberi semangat dan dorongan kepada
serta berperilaku baik dalam kesehariannya
siswanya dapat mengupayakan kesadaran
di sekolah. Guru harus menjadi teladan
akan pentingnya mentaati peraturan yang
bagi siswa dengan menunjukkan sikap
ada disekolah.
Strategi
guru
dalam
komunikasi
secara
langsung
Pengarahan yang dilakukan oleh
sekolah. Strategi yang digunakan yakni
guru kepada siswa secara langsung dapat
dengan menasehati siswa secara langsung
membuat siswa mengetahui apa yang
baik melalui nasehat secara langsung
diperbolehkan dan dilarang di sekolah.
maupun disisipkan dalam setiap proses
Melalui interaksi yang terjalin antara guru
pembelajaran di kelas. Lewat strategi
dan
mensosialisasikan
semacam ini diharapkan tujuan sekolah
keberadaan peraturan yang ada di sekolah.
yang tercantum dalam peraturan dapat
Selain itu sosialisai mengenai peraturan di
terwujud dan dipahami siswa.
sekolah diperlukan siswa agar mereka
siswa
dapat
dapat
memahami
peraturan
tujuannya,
karena
3. Dengan menghukum siswa Hukuman dijadikan sebagai salah
patokan
dalam
satu cara untuk membentuk kedisiplinan
dijadikan
pada anak. Terkadang dalam pelaksanaan
menegakkan kedisplinan sekolah. sosialisasi
disiplin di sekolah hukuman dijadikan
mengenai peraturan di sekolah kepada
sebagai sarana jitu dalam membangun
siswa hendaknya guru memiliki cara yang
kedisiplinan
dapat diterima oleh siswa. Cara yang
Peraturan dijadikan sebagai patokan serta
dilakukan oleh guru dengan memberikan
pedoman perilaku dan hukuman dijadikan
cerita keteladanan, sikap tanggung jawab,
sebagai
dan menghargai waktu. Melalui ketiga cara
peraturan yang ada. Seperti penuturan guru
itu
yang melakukan hukuman untuk dapat
Dalam
memberikan
guru dapat menanamkan
sikap
tanggung jawab dalam diri siswa. Dengan
pada
kensekuensi
siswa.
dari
Mengingat
pelanggaran
membentuk perilaku yang disiplin.
demikian mereka akan mengerjakan apa
Dalam menghadapi masalah siswa
yang menjadi kewajibannya di sekolah.
yang melanggar peraturan yang dilakukan
Sebagai penghubung dari pihak sekolah
siswa
guru sering berinteraksi dengan siswa.
Hukuman yang dilakukan tidak hanya
guru
menggunakan
hukuman.
Dengan demikian peran guru tidak
secara lisan tetapi juga ada yang secara
pernah lepas pada proses interaksi yang
fisik seperti lari keliling lapangan saat
terjalin didalam maupun di luar kelas.
upacara.
Sebagai
sekolah
dilakukan guru tidak bersifat mengikat
dengan siswa guru harus bisa memberikan
karena dalam tata tertib sekolah tidak
komunikasi yang baik dengan siswa.
disebutkan mengenai hukuman fisik.
penghubung
antara
Meskipun
hukuman
yang
Dalam perannya sebagai penghubung dari
Meskipun hal-hal yang bersifat
sekolah guru harus menyiapkan strategi
pemaksaan pun kadang digunakan demi
yang disesuaikan dengan karakter siswa di
mencapai suatu tujuan yang di inginkan.
Misalkan siswa yang sering terlambat
dapat menjadi panutan dan juga di contoh
dihukum dengan memanggil orang tua nya
oleh siswa. Siswa akan memperhatikan
ke sekolah. Selain itu siswa disuruh
guru yang menurut mereka berwibawa di
mebuat surat pernyataan yang isinya
sekolah dengan begitu apa guru katakan
komitmen mereka agar tidak mengulangi
akan dilaksaakan oleh siswa.
perbuatannya di kemudia hari. Penggunaan
Perhatian dari siswa terhadap guru
hukuman
sebagai
akan menjadikannya memiliki kesadaran
alternatif terahkir untuk membuat siswa
yang datang dalam dirinya sehingga
disiplin
mereka mengikuti perilaku disiplin yang di
memiliki
tujuan
yang
baik.
Melalui hukuman yang diberikan siswa
contohkan
akan menyadari kesalahannya. Siswa akan
dilakukan oleh guru di sekolah. Selain itu
mengetahui tata tertib yang ada di sekolah
dengan penegakan aturan yang ada di
setelah
hukuman.
sekolah dan disertai dengan hukuman.
Strategi semacam itu diharapkan siswa
Hukuman yang dapat membuat siswa
menyadari
memahami
mereka
mendapat
kesalahannya
dan
tidak
mengulangi di kemudian hari.
lewat
tingkah
laku
kedisiplinan
yang
bukanlah
hukuman fisik akan tetapi hukuman yang
Dengan demikian dapat ditarik
dapat menyadarkan mereka mengenai
kesimpulan strategi yang digunakan oleh
kedisiplinan.
guru dalam menanamkan kedisiplinan
dilakukan
kepada siswa di sekolah ada tiga, Dengan
dijalankan dengan baik maka akan tercipta
memberikan contoh kedisiplinan pada diri
suatu ketertiban pada disi siswa
siswa, dengan menasehati siswa, serta
C. Pemaknaan
menghukum
siswa.
strategi
yang
digunakan oleh guru yang beragam tidak
Perilaku
guru
didalam
sekolah
juga
mempengaruhi penilaian siswa mengenai kedisiplinan
di
sekolah.
berperilaku
sesuai
Guru
dengan
yang
peraturan
sekolah seperti datang ke sekolah tepat waktu akan menjadikan siswa dapat menginternalisasi
kedisiplinan
dalam
dirinya. Selain itu perilaku guru di sekolah
oleh
guru
strategi
yang
tersebut
bila
dan
Strategi
Kedisiplinan siswa Melalui Proses Self-Indication pada Siswa
semua berjalan efektif tanpa adanya penyelarasan dengan karakteristik siswa.
Berbagai
Menurut Blumer interaksi manusia dijembatani
oleh penggunaan simbol-
simbol, oleh penafsiran, oleh kepastian makna dari tindakan-tindakan orang lain (Poloma, 2013: 263). Peraturan sebagai simbol kedisiplinan yang ada di sekolah, dalam
peraturan
sekolah
diterangkan
melalui tata tertib yang mengatur tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah. Selain
itu tata tertib juga memuat hukuman yang
dibiarkan saja. Hal tersebut menjadikan
akan diberikan apabila siswa melanggar
mereka mengkonstruksikan kedisiplinan
peraturan yang ada di sekolah. Bagi
secara salah karena melanggar peraturan
Blumer aktor akan memilih, memeriksa,
yang ada di sekolah.
berpikir,
mengelompokkan
mentransformasikan
dan
makna
dalam
kaitannya dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya (Soeprapto, 2002: 121). Dalam hal ini, jelas bahwa siswa
bertindak
terhadap
peraturan
berdasarkan makna-makna yang ada pada peraturan itu bagi mereka.
Faktanya
siswa
tidak
bisa
menjalankan sikap disiplin yang di inginan sekolah yakni dengan taat terhadap peraturan seperti yang di ungkapkan
Suharsimi
(1990:114)
“Disiplin
sesuatu
yang
Arikunto merupakan
berkenaan
dengan
pengendalian diri seseorang terhadap
Pada dasarnya siswa memaknai
aturan”.
bentuk-bentuk
kedisiplinan dengan melihat perilaku yang
semacam
dilakukan teman sekolah yang lain. Hal
bahwa proses internalisasi kedisiplinan
tersebut
ungkapkan
dalam diri siswa terjadi berdasarkan
Soekanto (2006: 55) pola interaksi sosial
aturan yang ada di sekolah. Bagi
merupakan gambaran hubungan-hubungan
Vygotsky
sosial yang dinamis yang menyangkut
tranformasi tindakan eksternal menjadi
hubungan orang-orang perorangan, selain
representasi internal dan internalisasi
itu dengan kelopok bermain mereka.
representasi kolektif dan kode-kode
seperti
yang
di
Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2006:308) menjelaskan bahwa proses sosial akan terjadi akibat adanya interaksi sosial menjadi dua macam yaitu proses asosiatif dan proses disasosiatif. Proses asosiatif di sekolah ketika siswa diajak
inilah
yang
Temuan menunjukan
internalisasi
adalah
simbolik (Scott 2012:108). Penanaman nilai dan norma pada individu melalui serangkaian
tahapan
perkembangan
pemikiran konseptual secara bertahap sebagai sebuah kapasitas siswa yang otonom.
untuk belajar bersama, mentaati peraturan,
Kedisiplinan yang di inginkan
melakukan tindakan yang positif. Proses
oleh
sekolah
yakni
siswa
dapat
sosial disasosiatif yang terjadi di sekolah
menjalankan peraturan dengan sebaik-
yakni siswa masih banyak yang melakukan
baiknya. Akan tetapi sebagian siswa
pelanggaran karena mereka melihat teman
memaknai kedisiplinan sebagai suatu
sekolah juga melakkan hal melanggar dan
perilaku yang taat pada peraturan yang
ada di sekolah dan perilaku yang
yakni keberadaannya dibangun oleh
sesuai
individu
dengan
lingkungannya
melalui
catatan
dan
dimana
dia
meskipun perilaku tersebut melanggar
penafsiran
peraturan. Maka diperlukan konsep
bertindak. Sehingga kelompok atau
tindakan bersama (joint action) yang
tindakan kolektif itu terdiri dari
artinya aksi kolektif yang lahir dari
beberapa susunan tindakan beberapa
tindakan
individu
siswa
perbuatan
kemudian
masing-masing
dicocokkan
dan
situasi
yang
disebabakan
oleh
penafsiran individu terhadap setiap
disesuaikan satu sama lain (Blumer
tindakan
lainnya.
Berdasarkan
dalam Umiarso Elbadiansyah, 2014:
perspektif yang penulis gunakan role
974). Penyelarasan dan peleburan dari
model merupakan strategi yang sesuai.
makna kedisiplinan dari siswa dan
Kesesuaian ini dilihat dari padangan
juga dari sekolah agar peraturan
interaksionisme
sekolah dapat menjadi pedoman dalam
menolak
berperilaku siswa.
bersifat psikologis pada siswa.
simbolik
yang
tekanan-tekanan
yang
Menururt Blumer manusia itu
Kesadaran akan kedisiplinan
memiliki “kedirian” (self). Ia dapat
yang datang dari dalam diri itu
membuat dirinya sebagai objek dari
merupakan kedisiplinan yang yang
tindakannya sendiri atau ia bertindak
nyata dan dapat mempengaruhi siswa
menuju
dalam kehidupannya. Sikap disiplin
pada
sebagaimana
ia
dirinya dapat
sendiri bertindak
yang
berasal
dari
paksaan
akan
menuju pada tindakan orang lain
menjadi perilaku yang semu, yaitu
(Zeitlin, 1995: 332). Hal tersebut
berperilaku disiplin hanya pada saat
mendorong individu untuk membuat
dilihat guru atau dapat dikatakan
indikasi
sebagai kesadaran semu mengenai
terhadap
dirinya
sendiri,
adapun indikasi kedirian itu disebut
kedisiplinan.
dengan keseluruhan kesadaran. Maka
diungkapkan Blumer, interkasionisme
manusia cenderung membangun dan
simbolik menolak faktor-faktor dan
memperbaharui
tekanan-tekanan
tindakan
dan
Seperti
yang
yang
dunianya. Masyarakat itu terdiri dari
psikologis:
individu-individu
memiliki
digambarkan
melalui
pengenalan
kedirian mereka sendiri. Tindakan
istilah-istilah
seperti
dorongan,
individu itu merupakan konstruksi dan
motivasi,
bukan sesuatu yang lepas begitu saja,
perasaan, faktor-faktor sosial yang
yang
”kedirian”
bersifat
sikap-sikap,
itu
tidak
perasaan-
terinternalisir
atau
komponen-
komponen psikologi (Zeitlin: 1995: 332).
Mengenai
mendapat hukuman.
lebih
Strategi yang digunakan oleh
pemaknaan
guru dalam menanamkan kedisiplinan
kedisiplinan secara subyektif artinya
kepada siswa di sekolah ada tiga,
dikembalikan pada konsep kedirian
pertama dengan memberikan contoh
pada siswa. Siswa memilih sendiri
kedisiplinan pada diri siswa perilaku
cara mana yang mereka inginkan,
yang disertai tindakan nyata membuat
dengan begitu mereka akan bisa
siswa merasa guru tersebut layak di
memaknai kedisiplinan yang datang
jadikan role model atau teladan. Guru
dari dalam diri mereka. Penyadaran
yang berperan aktif maupun pasif
siswa
dalam
diarahkan
strategi
dilakukan banyak siswa dan tidak
kepada
sebagai
inti
dari
proses
perkembangan
siswanya.
pendidikan untuk pembebasan.
Memberikan contoh perilaku disiplin
PENUTUP
yang dapat dilihat siswanya. Dengan melihat perilaku guru yang disiplin
Dari
penelitian
yang
telah
dilakukan, mengenai pola interaksi guru
dan
siswa
sebagai
strategi
membangun kedisiplinan siswa di SMA N 7 Surakarta maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan dimaknai siswa sebagai suatu perilaku yang taat pada peraturan yang ada di sekolah dan perilaku yang sesuai dengan
lingkungannya
meskipun
perilaku tersebut melangar peraturan. Pemaknaan tersebut berakibat pada konstruksi
berpikir
siswa
yang
tercermin melalui perilaku disiplin di sekolah.
Seringkali
pemaknaan
disiplin siswa tidak sejalan dengan perilaku disiplin. Hal ini karena sebagian perilaku yang di kategorikan tidak disiplin dianggap wajar karena
dengan
sendirinya
siswa
akan
menghargai guru yang bersangkutan tanpa meminta secara lisan. Kedua dengan
menasehati
siswa
secara
langsung baik melalui nasehat secara langsung maupun disisipkan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Lewat
strategi
diharapkan tercantum
semacam
tujuan dalam
ini
sekolah
yang
peraturan
dapat
terwujud dan dipahami siswa. Ketiga dengan pemberian hukuman sebagai alternatif terahkir untuk membuat siswa disiplin, dengan strategi tersebut diharapkan
siswa
menyadari
kesalahannya, mengetahui tata tertib yang ada di sekolah dan pada akhirnya tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari
Polom
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. (2003). Data
Analisis
Penelitian
Kualitatif.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
M
(2013).
Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Puspitasari, Riski (2013,06 Desember 2013).
Elbadiansyah & Umiarso. (2014).
Margareth.
Mutu
Pendidikan
Indonesia Terendah di Dunia.
Interaksionisme Simbolik Dari
Tempo.co.id.
Era Klasik Hingga Modern.
maret
Jakarta : PT. Raja Grafindo
http://nasional.tempo.co/read/ne
Persada.
ws/2013/12/06/173535256/Mutu
Fitri,(2012,20
oktober).
Indeks
Pendidikan untuk Semua Masih Stagnan.
kopertis12.or.id.
Diperoleh 2015,
dari
-Pendidikan-IndonesiaTerendah-di-Dunia Soeprapto,
Riyadi.
(
2002).
diperoleh 20 Maret 2015, dari
Interaksionisme
http://www.kopertis12.or.id/201
Malang : Averroes Press.
2/10/20/berita-edukasi-20-
Kembali Sosiologi. Yogyakarta :
Irwanto. (2014, 6 September). Main kertas, murid SD di Palembang ditampar guru hingga memar.
Maret
Diperoleh 2015,
1 dari
http://www.merdeka.com/peristi wa/main-kertas-murid-sd-dipalembang-ditampar-guruhingga-memar.html Iskandar.
(2013).
Penelitian
Metodologi
Pendidikan
dan
Sosial. Jakarta: Referensi Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Revisi.
Kualitatif Bandung:
Rosdakarya.
Simbolik.
Zeitlin M. Irving. (1995). Memahami
oktober-2012.html
Merdeka.com.
23
Edisi Remaja
Gadjah Mada University Press.