POLA ASUH ORANTUA DENGAN TEMPER TANTRUM ANAK PADA WARGA RUMAH SUSUN BLOK 31-35 KELURAHAN 24 ILIR KOTA PALEMBANG Itryah Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Jln. Ahmad Yani No.12, Plaju, Palembang Email:
[email protected] Abstracts: Purpose of this study was to determine empirically the relations between parenting your parents with temper tantrum of a child at residents of flat blok 31-35 in sub 24 Ilir city Palembang. Hypothesis that there is a relationship between parenting your parents to temper tantrum of a child, where the bad parenting then the weight temper tantrum of a child, otherwise good parentingyour parents will also easy temper tantrumof a child. Population in this study are 100 parents, while the number of samples used 80 parents who obtained through purposive sampling techniques. Measure used in this study is the scale of temper tantrum and parenting. Analysis techniques using simple regression, with the program of SPSS 16.00 for windows. Based on the results of research data analysis, know r = 0.687 and p = 0.00 (p<0.01). It means ther is a very significantrelationship between parenting your parents with temper tantrum of a child at residents of flat blok 31-35 in sub 24 Ilir city Palembang. This means that the bad parenting your parents than the weight temper tantrum of a child. Keywords : parenting, temper tantrum Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris mengenai hubungan antara pola asuh orangtua dengan temper tantrum anak pada warga rumah susun blok 31-35 Kelurahan 24 Ilir Kota Palembang. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara pola asuh orantua dengan temper tantrum pada anak, dimana semakin buruk pola asuh orangtua maka semakin berat temper tantrum pada anak, sebaliknya semakin baik pola asuh orangtua maka semakin rendah pula temper tantrum pada anak. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 100 orangtua, sedangkan jumlah sample yang digunakan sebanyak 80 orangtua, yang didapat melalui teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala temper tantrum dan skala pola asuh. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana, dengan bantuan SPSS for windows 16.00. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui r=0.687 dan p=0.00 (p<0.01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara pol asuh orangtua dengan temper tantrum anak pada warga rumah susun blok 31-35 Kelurahan 24 Ilir Kota Palembang. Hal ini berarti semakin buruk pola asuh orangtua maka temper tantrum semkain berat. Kata kunci : Pola Asuh, Temper Tantrum
1.
serta
PENDAHULUAN Anak
adalah
aset
bangsa
dan
dasar-dasar
kepribadian
juga
dibentuk pada anak, sehingga setiap
penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya
kelainan
telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.
apapun, apabila tidak terdeteksi apalagi
Jika
tidak
selama
masa
pertumbuhan
dan
atau
tertangani
penyimpangan
dengan
sekecil
baik
akan
perkembangan anak dipelihara dengan
mengurangi kualitas sumber daya manusia
baik, maka anak akan tumbuh dan
kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 2001)
berkembang dengan baik pula sesuai
Bagi orang tua, masa awal kanak-
dengan keinginan dan harapan, begitupun
kanak merupakan usia yang sulit, karena
pula sebaliknya. Perkembangan moral
anak-anak
berada
dalam
proses
Pola asuh pada anak dengan Temper Tantrum … (Itryah)
19
pengembangan kepribadian. Proses ini
berlaku pada hampir seluruh periode awal
berlangsung dengan disertai perilaku-
kanak-kanak.
perilaku yang kurang menarik untuk orang
Hurlock
(2000)
mengungkapkan
tua, misalnya melawan orang tua, marah
bahwa salah satu karakteristik pada usia
tanpa alasan, takut yang tidak rasional dan
dini adalah sebagai masa bermain, dimana
sering juga merasa cemburu. Selain
hampir
dikatakan sebagai usia yang sulit, anak
prasekolah melibatkan unsur bermain.
usia dini oleh orang tua juga dianggap
Melalui kegiatan bermain anak belajar
sebagai usia bermain karena pada masa-
mengembangkan kemampuan emosi dan
masa ini anak-anak menghabiskan banyak
sosial, sehingga diharapkan muncul emosi
waktu untuk bermain dan puncaknya ada
dan perilaku yang tepat sesuai dengan
pada tahun-tahun tersebut (Mashar, 2011).
konteks yang dihadapi dan diterima oleh
Masa anak usia dini merupakan
norma sosial. Lazarus (Mashar 2011)
salah satu periode yang sangat penting,
membedakan kondisi emosi dalam dua
karena periode ini merupakan tahap
kategori, yaitu emosi negatif yang berasal
perkembangan kritis. Pada masa inilah
dari hubungan yang mengancam atau
kepribadian seseorang mulai dibentuk.
kondisi yang menyakitkan, serta emosi
Pengalaman-pengalaman
positif yang berasal dari suatu kondisi
masa
ini
yang
cenderung
mempengaruhi
sikap
terjadi
bertahan
yang
kegiatan
menguntungkan.
pada
Reaksi
usia
emosi
sepanjang
negatif terdiri dari marah, kecemasan, rasa
hidupnya. Pada masa ini anak senang
malu atau bersalah, kesedihan, cemburu
melakukan
seperti
dan jijik. Adapun reaksi emosi positif
sekitar,
terdiri dari kebahagiaan, rasa senang,
meraba.
bangga, cinta, pengharapan dan perasaan
banyak
terharu atau belas kasihan.
berbagai
memperhatikan meniru, Lingkungan
anak
dan
seluruh
aktivitas
lingkungan
mencium yang
dan kaya
dan
memberi rangsangan dapat meningkatkan
Walaupun
setiap
emosi
dapat
kemampuan belajar anak (Susanto, 2011).
“dipertinggi” dalam arti bahwa emosi itu
Selama awal masa kanak-kanak
sering timbul dan lebih kuat dari pada
emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat
biasanya pada individu tertentu, tetapi
ketidakseimbangan
anak-anak
emosi yang meninggi pada awal masa
“keluar dari fokus,” dalam arti bahwa anak
kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah
mudah
ledakan-ledakan
yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri
emosional sehingga sulit dibimbing dan
hati yang tidak masuk akal. Sebagian
diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada
emosi yang kuat pada periode ini dapat
anak-anak usia 2 sampai 3 dan 5 sampai 6
disebabkan
tahun. Meskipun pada umumnya hal ini
lamanya bermain, tidak mau tidur siang,
terbawa
karena
oleh
kelemahan
akibat
dan makan terlalu sedikit. Emosi yang
20
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.1, Juli 2014: 19-27
tinggi
kebanyakan
disebabkan
oleh
masih ditemui pada anak usia 5 atau 6
masalah psikologis dari pada masalah
tahun. Namun, setidakanya menurut yang
fisiologis.
hanya
diyakini banyak orang, jarang terjadi
melakukan
selepas usia tersebut dan akan hilang
beberapa hal, padahal anak merasa mampu
secara bertahap. Pada hakikatnya tantrum
melakukan lebih banyak lagi dan anak
tidak selamanya hanya merupakan hal
cenderung menolak larangan orag tua.
yang negatif untuk perkembangan anak,
Disamping itu, anak-anak menjadi marah
tapi sebenarnya juga memiliki beberapa
bila tidak dapat melakukan sesuatu yang
hal positif yang dapat dilihat dari perilaku
dianggap dapat dilakukan dengan mudah.
tantrum bahwa dengan tantrum anak ingin
Lebih
menunjukan
Orang
memperbolehkan
tua anak
penting lagi,
anak-anak
yang
independensinya,
diharapkan orang tuanya mencapai standar
mengekspresikan individualitasnya juga
yang
mengemukakan
tidak
masuk akal
akan
lebih
pendapatnya,
mengalami ketegangan emosional dari
mengeluarkan rasa marah, frustasi dan
pada anak-anak yang orang tuanya lebih
membuat orang dewasa atau orang tua
realistis dalam menumpukan harapannya.
mengerti kalau mereka bingung, lelah atau
Banyak faktor yang mempengaruhi kuat
sakit. Walau demikian bukan berarti
emosi dalam kanak-kanak. Emosi sangat
bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji dan
kuat pada usia tertentu dan berkurang pada
disemangati. Jika orang tua membiarkan
usia yang lain. Emosi yang umum yang
tantrum
timbul pada masa kanak-kanak yaitu
memperbolehkan anak mendapatkan yang
amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri
diinginkan setelah tantrum atau bereaksi
hati, gembira, sedih dan kasih sayang
dengan hukuman-hukuman yang keras dan
(Hurlock, 2000). Dalam medis perilaku
paksaan-paksaan, berarti orang tua sudah
anak seperti itu disebut temper tantrum.
menyemangati dan memberi contoh pada
Tantrum merupakan luapan emosi yang
anak untuk tidak bertindak kasar dan
meledak-ledak dan tidak terkontrol.
agresif. Dengan bertindak keliru dalam
Octopus
(2006)
menjelaskan
menyikapi
berkuasa
tantrum,
orang
dengan
tua
juga
tentang Temper tantrum adalah luapan
kehilangan satu kesempatan baik untuk
kemarahan atau kekesalan, dan ini bisa
mengajarkan anak tentang bagaimana
jadi terjadi pada setiap orang. Namun, saat
caranya bereaksi terhadap emosi-emosi
orang-orang membicarakan tantrum, orang
yang normal (marah, frustasi, takut,
tua biasanya membicarakan mengenai satu
jengkel) secara wajar dan bagaimana
hal
yang
tindakan dengan cara yang tepat sehingga
dilakukan anak kecil. Tingkah laku ini
tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain
biasanya mencapai titik terburuk sekitar
ketika sedang merasakan emosi tersebut
usia 18 bulan hingga 3 tahun, dan kadang
(Primayanti, 2008).
spesifik,
yaitu
kemarahan
Pola asuh pada anak dengan Temper Tantrum … (Itryah)
21
Temper
tantrum
adalah
suatu
Taraf aktivitas ialah taraf perilaku yang
ledakan kemarahan yang diekspresikan
berhubungan erat dengan kualitas aktivitas
secara sangat dramatis dengan agitasi
seorang anak.
motorik hebat seperti menjerit-jerit sambil berguling-guling
dilantai,
b.
menendang,
Keteraturan (Rhytmicity/regularity) ialah suatu aktivitas yang didasarkan pada pola
menggigit, membenturkan kepala kelantai
keteraturan,
atau
memberi manfaat bagi diri sendiri.
tembok,
menghentakkan
kaki,
memukuli diri sendiri atau orang lain,
c.
rutinitas(makan,tidur)
dan
Mendekat atau melarikan diri (menjauh)
menangis, memaki. Biasanya terjadi pada
ialah suatu ketepatan respon terhadap
anak dengan frekuensi tertinggi masa
suatu stimulus
balita,
(Markum,
dihadapkan pada suatu stimulus dari
1991). Baumrind (1990) mengatakan ada
lingkungan sosial. Oleh karena itu, anak-
beberapa faktor yang menyebabkan anak
anak memiliki respon yang berbeda-beda.
kemudian
menurun
temper tantrum. Salah satunya adalah pola
anak
(kemampuan
untuk
asuh orang tua. Pola asuh orang tua dapat
menyesuaikan
diri)
suatu
diartikan sebagai suatu cara perlakuan
kemampuan bagi seorang anak untuk
orang tua yang diterapkan anak. Santrock
dapat
(1998)
terhadap lingkungan yang baru maupun
pola
asuh
yang
d.
tertentu. Setiap
Adaptabilitas
dikelompokkan dalam 3 tipe,
telah yaitu:
otoriter, permisif, dan demokratif. Wacana
melakukan
ialah
penyesuaian
diri
tidak. e.
Batas respon yang wajar ialah sebagai
tentang pengasuhan yang baik bukan lagi
taraf kewajaran seorang anak dalam
menjadi hal baru dalam kancah pendidikan
memberikan respon terhadap suatu situasi,
dewasa ini. Pola asuh merupakan salah
tempat maupun orang lain.
satu elemen sakral yang tidak bisa
f.
Intensitas reaksi (reaction intensity) ialah
dipandang dengan sebelah mata. Sebab
suatu kemampuan seorang individu untuk
seorang anak akan berhasil atau gagal
memberikan reaksi terhadap tindakan
dalam proses pembentukan kepribadian
orang lain.
dan potensi kelak, tidak pernah terlepas
g.
Kualitas
mood
(kedalaman
dari peran serta orang tua sebagai guru
perasaan/suasana hati) ialah suatu kondisi
sekaligus pendidik pertama dan utama
suasana hati yang terekspresi dalam diri
pada masa awal perkembangan anak.
setiap
karena
awal
stimulus eksternal. Kualitas suasana hati
hampir
pada seorang anak akan terlihat nyata
kegiatan
perkembangan,
anak
pada
seluruhnya
anak
ketika
menghadapisuatu
melibatkan orangtua.
dengan penampilan reaksi emosi seperti
Menurut Thomas & Hess (Dariyo, 2007)
rasa senang, sedih, gembira, cemas, kuatir,
ada 9 aspek temper tantrum :
22
a.
takut, marah.
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.1, Juli 2014: 19-27
h.
i.
Distractibility ialah suatu taraf respon
dilaksanakan pada warga rumah susun
anak terhadap suatu masalah tertentu.
blok
Kuat-lemahnya
Palembang
sejauhmana
perhatian
individu
ialah
mampu
untuk
31-35
kelurahan
24
Ilir
kota
Menurtut Timomor (Iswantini, 2002) pola
melakukan konsentrasi terhadap suatu
asuh dapat ditunjukkan melalui aspek-aspek :
aktivitas. Perhatian anak bisa bertahan
a.
dalam jangka waktu yang lama, maka ia akan
menjadi
anak
yang
mudah
dipatuhi dalam kegiatan sehari-hari b.
melakukan suatu pekerjaan tertentu. Sebaliknyabila sebentar,
perhatian
kemungkinan
ia
anaknya
c.
Hadiah : pemberian hadiah terhadap kegiatan yang dilakukan anak.
d.
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana
Hukuman : pemberian sanksi terhadap ketentuan atau aturan yang dilangagar.
memiliki
perhatian yang kurang kuat.
Peraturan : penerapan aturan yang harus
Perhatian : tingkat kepedulian orangtua terhadap aktivitas dan kehendak anak.
e.
Tanggapan : cara orangtua menanggapi
cara sikap atau perilaku orang tua saat
sesuatu dalam kaitannya dengan aktivitas
berinteraksi dengan anak, termasuk cara
dan keinginan anak.
penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan
2.
METODOLOGI PENELITIAN
bagi anaknya (Theresia,2009).
2.1
Subjek Penelitian
Orangtua membiarkan saja kalau
Populasi penelitian ini adalah ibu warga
anak mau bermain kemana saja dan tidak
rumah susun blok 31-35 kelurahan 24 Ilir
peduli apa yang sedang dilakukan oleh
Palembang
anak.Cara orangtua mengasuh anak juga
menggunakan tehnik purposive sampling yaitu
berperan untuk menyebabkan tantrum.
tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan
Anak yang terlalu dimanjakan,
tertentu dimana pertimbangan disini adalah
bisa
tantrum ketika suatu kali permintaannya
dan
didominasi
oleh
100
orang,
dan
pertimbangan karakteristik itu sendiri.
ditolak. Juga bagi anak yang terlalu dilindungi
sebanyak
Adapun
karakteristik
sampel
dalam
penelitian ini adalah :
orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi
1.
Ibu mempunyai anak Usia 2-6 tahun.
bereaksi menentang dominasi orangtua
2.
Ibu yang mempunyai anak dengan kriteria
dengan perilaku tantrum.
temper tantrum.
Dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui
3.
Anak-anak yang tinggal di rumah susun blok 31-35 Kelurahan 24 Ilir Palembang.
pola asuh orangtua dengan perilaku
Berdasarkan karakteristik diatas maka
temper tantrum pada anak. penelitian akan
dengan menggunakan pedoman pada tabel
Pola asuh pada anak dengan Temper Tantrum … (Itryah)
23
Krecjie and Morgan (Sugiyono, 2005) dari 100
signifikan antara pola asuh orangtua dengan
orang populasi maka jumlah sampel yang
temper tantrum pada warga rumah susun blok
diambil sebanyak 80 orangtua yang merupakan
31-35 kelurahan 24 Ilir kota Palembang.
memiliki anak dengan kriteria temper tantrum,
Semakin buruk pola asuh maka temper
sedangkan 20 orangtua menjadi TO penelitian
tantrum juga semakin berat sebaliknya semakin
2.2
Variabel Penelitian
baik pola asuh maka semakin temper tantrum
Variabel-variabel dalam penelitian ini
anak juga semakin ringan. Terlihat dari aspek
yaitu:
pola asuh yaitu peraturan dan hukuman yang
1. Varibel bebas
: Pola asuh orangtua
mempengaruhi terjadinya temper tantrum pada
2. Variabel terikat : Temper tantrum
anak yang juga terlihat dari aspek intesitas
Alat Ukur
reaksi, kuat lemahnya perhatian, keteraturan.
Skala pola asuh dan skala temper tantrum
Terlihat dari aitem skala yang telah dibuat
dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.
berdasarkan aspek-aspek temper tantrum. Dari
Skala likert dalam penelitian ini menggunkan
pernyataan yang dibuat oleh peneliti seperti
empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju
sedikitpun tidak protes apa yang dilakukan ibu
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju(ST), Sangat Tidak
terhadap
Setuju
aitem
dimarahi oleh ibu, membenturkan kepala ke
berkisardari 4 sampai 1, siberikan untuk aitem
dinding ketika ibu memaksa melakukan sesuatu
yang bersifat favourable, sedangkan untuk aitem
yang tidak disukai anak itu menunjukan temper
yang unfavourable bergerak dari 1 sampai 4.
tantrum terjadi pada anak karena pola asuh
2.3
(STS).
Skor
dalam
setiap
Analisis data yang digunakan dalam
anaknya,
tertunduk
diam
ketika
orangtua yang ditunjukan pada pernyataan pada
penelitian ini adalah analisis statistik. Alasan
skala
yang mendasarinya adalah bahwa statistik dapat
mengerjakan sesuatu dengan lebih mandiri dan
mewujudkan
(generalisasi)
memuji anak jika berhasil dalam melakukan
panelitian dengan memperhitungkan kesahihan.
suatu hal yang positif, peraturan yang telah
Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan uji
dibuat tidak konsisten diberikan kepada anak.
asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji
Hubungan antara kedua variabel ini menunjukan
linieritas
bahwa bentuk pola asuh dapat digunakan untuk
3.
PEMBAHASAN
memprediksi temper tantrum anak pada warga
Setelah melalui analisis pengolahan data
rumah susun blok 31-35 kelurahan 24 Ilir kota
diperoleh hasil yang mendukung hipotesis
Palembang. Dengan kata lain hubungan pola
tesebut. Menunjukan bahwa hipotesis tersebut
asuh secara proposional akan diikuti oleh
terbukti melalui nilai koefisien korelasi diperoleh
tingginya temper tantrum atau pola asuh
r=0.687 dengan nilai p=0.000. Nilai signifikansi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
sebesar 0.000 menunjukan signifikansi pada taraf
temper tantrum dengan ditunjukan dari hasil
1%
ini
analisis pada tabel model summary dimana
sangat
sumbangan efektif pola asuh dan temper tantrum
(p=0.01).
menunjukan
24
kesimpulan
artinya
adanya
p<0,01.
korelasi
Hal
yang
seperti
menginginkan
anaknya
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.1, Juli 2014: 19-27
dapat dilihat dari koefisien determinan (R
kelurahan
square)
memperlakukan anak dengan efektif dan efisien.
yaitu
sebesar
0.471
pola
asuh
24
Ilir
kota
Palembang
untuk
memberikan sumbangan efektif sebesar 47.1%
Berdasarkan pengolahan data dari hasil skala,
terhadap temper tentrum, sementara sisanya
kemudian dilakukan pengkategorisasian. Dari 80
52.9% variabel lain yang juga berpengaruh
orangtua yang memiliki anak temper tantrum
terhadap temper tantrum namun tidak diteliti
yang dijadikan subjek penelitian, ada 38
oleh peneliti.sumbangan dari aspek pola asuh
orangtua (47.5%) yang memiliki anak temper
yang
tantrum
tantrum ringan dan 42 orangtua (52.5%) yang
terlihat dari aspek peraturan, hukuman, dan
memiliki anak temper tantrum berat. Sehingga
perhatian Misalnya: : keinginan anak yang tidak
dapat
terpenuhi,
penelitian
mempengaruhi
ketidak
anak
temper
mampuan
anak
untuk
disimpulkan
bahwa
memiliki
rata-rata
temper
subjek
tantrum
berat.
mengungkapkan perasaan, kebutuhan yang tidak
Temper tantrum berat pada anak warga rumah
terpebuhi, perasaan lelah, lapar, atau sakit,
susun blok 31-35 kelurahan 24 Ilir kota
keadaan stress dan rasa tidak aman pada diri
Palembang terlihat dari pernyatan seperti : marah
anak.
ketika dilarang bermain, pada saat lapar anak Hubungan antara pola asuh orangtua
suka sekali menangis, jika permintaanya tidak
dengan temper tantrum ini juga sesuai dengan
dituruti maka akan menangis, tidak mau bermain
yang dikemukakan (Gunarsa, 2000) pola asuh
dengan anak lain (menyendiri dan menjadi
orang tua merupakan pola interaksi antara anak
agresif).
dengan orang tua yang meliputi bukan hanya
Hasil
pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga
diperoleh 25 orangtua (31.25%) yang memiliki
norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar
pola asuh baik. Pola asuh yang baik menurut
dapat
lingkungan.
Sobur (2010) Suasana hati anak setiap waktu
Kenyataan yang terjadi pada orangtua warga
selalu berubah sehingga sangat diperlukan
rumah susun blok 31-35 kelurahan 24 Ilir kota
kepandaian orang tua untuk mengkombinasikan
Palembang, orangtua
memberikan pola asuh
pola asuh agar tujuan pengasuhan anak, yaitu
berdasarkan faktor pendidikan orangtua, kelas
untuk menyejahterakan anak baik psikis maupun
sosial,
orangtua,
fisik dapat tercapai. Pola asuh type kombinasi
kepribadian orangtua, kepribadian anak, usia
adalah orang tua yang menerapkan pola asuh
anak, melainkan masih ada faktor pola asuh atau
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Pada
pendorong yang lainnya. Banyak bukti yang
pola asuh ini orang tua tidak selamanya
menunjukkan bahwa bukan berdasarkan faktor
memberikan alternatif seperti halnya pola asuh
yang ada diatas saja. Melainkan ada pola asuh
demokratis, akan tetapi juga tida selamanya
dalam melakukan pendidikan kepada anak. Pola
melarang
asuh bisa berhubungan
menerapkan ototriter dan juga tida secara terus
hidup
konsep
selaras
dengan
tentang
peran
dengan dorongan
orangtua warga rumah susun blok 31-35
dari
menerus
pengkategorisasian
seperti
halnya
membiarkan
pola
orang
anak
tua
seperti
asuh
yang
pada
penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh Pola asuh pada anak dengan Temper Tantrum … (Itryah)
25
kombinasi orang tua akan memberikan larangan
melarang
jika
menghukum, anak terlalu dimanjakan
tindakan
anak
menurut
orang
tua
anaknya
melakukan
membahayakan, membiarkan saja jika tindakan
anaknya terlalu dilindungi
anak masih dalam batas wajar dan memberikan
4.
alternatif jika anak paham tentang alternative
sesuatu, dan
SIMPULAN Dari hasil penelitian di atas, dapat
yang ditawarkan
disimpulkan Berdasarkan hasil yang diperoleh
55 orangtua (68.75%) yang memiliki pola asuh
dari analisis data, penulis menyimpulkan bahwa,
buruk. Menurut Sobur (2010) berbagai faktor
ada hubungan yang sangat signifikan antara pola
pada orang tua yang bisa menambah seringnya
asuh orangtua dengan temper tantrum anak pada
anak marah-marah antara lain sikap orangtua
warga rumah susun blok 31-35 Kelurahan 24 Ilir
yang terlalu banyak mengkritik tingkah laku
Kota Palembang
anak. karena anak dalam masa latihan dan belajar, kesalahan-kesalahan merupakan suatu hal yang umum. Namun bagi orangtua yang suka bersifat mengkritik, setiap tingkah laku menjadi objek kritikan. Hal ini tentunya menimbulkan perasaan kesal pada anak yang disalurkan melalui kemarahan atau tantrum. Begitu juga sikap orangtua yang terlalu cemas dan khawatir mengenai anaknya. Anak selalu dilindungi dan diawasi secara ketat, hal yang tidak bisa diterima oleh anak. Anak merasa terhambat
dalam
keinginannya,
pelaksaan
yang
keinginan-
mengakibatkan
lagi
kemarahan. Sama pula halnya dengan sikap orangtua ynag terlalu teliti, yang belum dapat diikuti oleh anak. Sikap yang terlalu teliti, lebihlebih
dalam
hal
mencari
kesalahan
dan
kekurangan anak, sering menimbulkan perasaan putus asa pada anak yang mengandung sifat-sifat dendam yang tersalur melalui kemarahan atau tantrum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki pola asuh yang buruk.. Pola asuh buruk pada orangtua warga rumah susun blok 31-35 kelurahan 24 Ilir kota Palembang terlihat dari tingkah laku sebagian
26
menuruti
keinginan
orangtuanya, Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.1, Juli 2014: 19-27
DAFTAR RUJUKAN
Baumrind, D. 1990. Current patterns of parental authority development psycologi monographs. Newt york : harcourt brace jovanich, inc. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung : PT. Refika Aditama, 2007 Gunarsa, S. D. 2000. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulya. Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan” Edisi Ke Lima. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan Anak. Edisi 6. Alih Bahasa: dr.Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hasan, Maimun. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Diva Press Hayes, Eileen. 2003. Tantrum. Jakarta: Erlangga Ismail, Hibshah. 2000. Studi Korelasi Antara Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dengan Agresifitas Remaja. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Airlangga. Surabaya (tidak diterbitkan).
Octopus, Hamlyn. (2006) Kamus Perkembangan Bayi dan Balita/Practical Parenting. Jakarta. Erlangga Group. Primayanti. (2008). Help... My Child Get Me Crazy. Tanggerang : CV. Mutiara Benua. Susanto. 2011. Karakteristik Pada Usia Dini. diakses http://id.scribd.com/doc/106244721/ Hubungan-Pola-Asuh-Orang-Tua. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup).Jilid 1: Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Santrock, J. W. (1998). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup).Jilid II: Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Sobur,A. 2010. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. Theresia. 2009. Gaya pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Wahyuning. 2003. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: Elex Media Komputido
Iswantini.H. 2002. Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Locus of Control.Skripsi(tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Mashar. 2011. Orang Tua. Diakses http://id.scribd.com/doc/106244721/ Hubungan-Pola-Asuh-Orang-Tua. Markum, A.H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta. FKUI Pola asuh pada anak dengan Temper Tantrum … (Itryah)
27