POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT
A. Pendahuluan Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan dan memiliki lebih dari 17.000 Iebih pulau. Dari luas wilayah tersebut, Indonesia mempunyai panjang pantai sekitar 81.000 Km. Indonesia memiliki potensi budidaya laut yang cukup besar. Berdasar perhitungan sekitar 5 Km dan garis pantai ke arah laut, potensi budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta Ha. Potensi tersebut terbentang dari ujung barat bagian Indonesia sampai ke ujung timur Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya hayati taut di Indonesia sebagian besar masih dititik beratkan kepada usaha penangkapan ikan dan biota laut Iainnya. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi penangkapan ikan yang ada, maka dirasakan usaha ini semakin meningkat dan intensif. Keadaan tersebut disatu sisi dapat meningkatkan produksi, tetapi di sisi lain akan memberikan tekanan yang lebih berat bahkan akan mengancam kelestarian sumberdaya hayati yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, selain diperlukan suatu usaha-usaha ke arah budidayanya. Usaha ini selain untuk memberikan altematif jalan keluar masalah tersebut, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi penduduk, perluasan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan, dan sekaligus untuk meningkatkan devisa. Sampai saat ini teknologi yang digunakan dalam budidaya laut, masih terbatas pada jaring apaung atau akaramba apung (cage net), sistem rakit dan rakit dasar. Dengan banyaknya teluk-teluk dan daerah laut laut yang bersifat semi tertutup serta pulau-pulau kecil yang dikelilingi oleh mangrove dan terumbu karang, maka teknologi sea ranching dan sea farming perlu segera di introduksir. Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengembangan budidaya laut adalah sebagai salah satu cabang usaha baru adalah masih terbatasnya pengetahuan teknis dan ketrampilan nelayan, peraturan yang belum menjamin kelangsungan usaha, dan masih terbatasnya tenaga terampil. Beberapa jenis biota laut yang memungkinkan untuk dibudidayakan antara lain ikan kakap, kerapu, tiram, kerang-kerangan, teripang, abalone serta rumput laut. Potensi Pengembangan Budidaya laut di Indoensia seperti tercantum pada tabel I.1.
Universitas Gadjah Mada
1
Tabel I.1. Potensi Pengembangan Budidaya laut di Indonesia. No.
Proponsi
Potensi Areal (Ha) 203.35
Komoditas
1.
NAD
Kerapu, rumput laut, kaekerangan
2.
Sumatera Utara
Kakap, Tiram, teripang, Rumput laut
734
3.
Sumatera Barat
Kerapu bebek, Kerapu macan, Rumput
128
laut, titram mutiara 4.
Bengkulu
Kakap, Tiram, Rumput laut
203
5.
Sumatera Selatan
Kakap, Tiram
6.
Riau
Kakap putih, Rumput laut
7.
Jambi
Kakap Putih
8.
Lampung
Kakap, Tiram
9.
DKI Jakarta
Rumput laut, Kerang Hijau, Kerapu,
2.785.300 1.595 30 596.8 26.4
Kakap, Beronang, Tiram Mutiara 10.
Jawa Barat
Kakap, kerapu, Teripang, Rumput Laut
743.7
11.
Jawa Tengah
Kakap, kerapu, Teripang, Rumput Laut
677.700
12.
D.I. Yogyakarta
Kakap, kerapu, Teripang
13.
Jawa Timur
Kakap, kerapu, Teripang, Rumput Laut,
18.8 640.5
Tiram Mutiara 14.
Bali
Kakap,
Kerapu,
Teripamg,
Rumput
39.2
Laut,
152.8
Kakap, kerapu, Tiram, Rumput laut,
37.5
Laut, tiram Mutiara 15.
Nusa Tenggara Barat
Kerapu,
Teripang,
Rumput
Mutiara 16.
Nusa Tenggara Timur
Mutiara 17.
Sulawesi Utara
Kakap, kerapu, Teripang, Rumput Laut,
143.4
Tiram, Mutiara 18.
Sulawesi Selatan
Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput Laut,
600.5
Tiram, Mutiara 19.
Sulawesi Tengah
Rumput Laut, Kerang Hijau, Kerang
18.4
Mutiara, Teripang 20.
Sulawesi Tenggara
Kakap,
kerapu,
Tiram,
Teripang,
230
Rumput Laut, Mutiara 21.
Kalimantan Barat
Kerapu, Kakap Putih, Lobster, Teripang
15.52
22.
Kalimantan Timur
Kerapu, kakap, Rumput Laut, teripang,
6.35
Universitas Gadjah Mada
2
lobster 23.
Kalimantan Tengah
Kakap, Tiram
24.
Kalimantan Selatan
Kakap,
3.708.500
Kerapu,
Tiram,
kerang,
1.92.505
Teripamg,
1.044.100
Terpang,
9.938.100
teripamg, Abalon, Rumput Laut. 25.
Maluku
Kakap,
Kerapu,
Tiram,
Rumput Laut, Mutiara 26.
Irian jaya
Kakap,
Kerapu,
Tiram,
Rumput Lut, Mutiara
B. Lingkungan Hidup Pada dasarnya budidaya binatang dan tumbuhan air adalah suatu usaha untuk memelihara binatang dan tumbyhan air dalam lingkungan yang terabtas, dan dibuat sedemikian rupa sehingga tempat yang baru ini, menyerupai dengan habitat asalnya. Di alam masing-masing organisme memerlukan Iingkungan hidup (habitat) tertentu, dan secara garis besarnya dapat dijelaskan seperti pada tabel I.2. Tabel I.2. Habitat Beberapa Jenis Biota Air Laut No 1.
Jenis Biota Kerang
Habitat
hijau Umumnya terdapat apda perairan pantai yang jernih dengan kadar
(mytilus viridis)
garam yang relative tinggi. Hidup menempel pada benda lain (subtract)
dengan
bantuan
bissusnya.
Termasuk
binatang
pemakan plankton. 2.
Kerang
bulu, Bersifat kosmopolitan, terdapat diperairan tropis dan sub tropis.
kerang
darah Hidup pada perairan pantai dengan dasar lumpur atau lumpur
(Anadara Sp.)
berpasir halus dan biasanya masih dipengaruhi oleh sungai (eustuarine). Mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan kadar garam yang besar (5-35%)
3.
Tiram
Hidup pada perairan pantai yang jernih dan relative tenang dengan
(Crassostrea sp.)
dasar berpasir atau agak keras. Tiram bersifat euryhialin, tahan terhadap perubahan kadar garam tinggi (7-49).
4.
Beronang
Hidup di sekitar perairan karang yang bervegetasi dan relative
(Siganus sp)
dangkal. Sering juga terdapat di perairan hutan bakau (mangrove area) atau sekitar pelabuhan. Jenis ikan ini pemakan plankton.
5.
Kerapu
Hidup di perairan karang, dangkal, payau, dan perairan pantai
(Epinephelus sp)
yang dipengarui oleh pasang surut. Termasuk ikan buas,
Universitas Gadjah Mada
3
makanannya ikan kecil dan invertebrata dasar. 6.
Kakap (Lates sp)
Hidup diperairan pantai, muara sungai dan teluk-teluk. Sering tertangkap dalam tambak pemeliharan bandeng. Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan hewan air kecil lainnya.
7.
Rumput Laut
Hidup di perairan karang yang dangkal dan jernih dan cukup mendapatkan sinar matahari. Rumput laut sebagai thalophyta memerlukan subtract untuk menempel seperti : karang mati, batu karang, sisa rumah siput, dsb.
Seperti umumnya kegiatan budidaya ikan di air tawar dan payau, maka dalam menentukan kultivan ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Secara umum faktor-faktor tersebut adalah : 1. Karakter biologi Beberapa karakter atau sifat biologi dari kultivan penlu diperhatikan adalah : a. Laju pertumbuhan. Produksi budidaya salah satunya akan ditentukan oleh laju pertumbuhannya. Ikan-ikan atau tumbuhan air yang mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, maka akan mempunyai produksi yang Iebih tinggi, pada masa pemeliharaan yang sama. Laju pertumbuhan kultivan akan berpengaruh terhadap lama pemeliharaan. Kultivan dengan laju pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan mempunyai masa pemeliharaan yang cepat, untuk mencapai ukuran panen. b. Dapat berkembangbiak secara masal. Dapat tidaknya kultivan dikembangbiakan secara buatan akan berpengaruh terhadap penyediaan benih. Tersedianya benih yang tepat waktu maupun jumlah yang dibutuhkan, mutlak diperlukan dalam budidaya ikan secara intensif. Beberapa kultivan telah dapat dikembangbiakan secara buatan, namun ada beberapa diantaranya terpaksa masih tetap mengandalkan benih dari alam. c. Tahan terhadap penyakit. Kultivan yang peka terhadap penyakit akan menyebabkan teknik budidayanya menjadi Iebih sulit, dan biaya yang dikeluarkan menjadi Iebih mahal. Ketrampilan petani untuk dapat mendeteksi adanya penyakit pada kultivan secara dini masih sangat kurang, disamping itu tanda-tanda adanya serangan penyakit biasanya sulit untuk diketahui. OIeh karena itu, memilih jenis-jenis kultivan yang tahan terhadap penyakit atau memproduksi benih yang tahan terhadap serangan penyakit merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kematian akibat adanya serangan penyakit. d. Jenis dan kebiasaan makan dapat diketahui. Universitas Gadjah Mada
4
Pakan merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi dan menentukan produksi. OIeh karena itu, jenis pakan dan cara pemberian pakanyang tepat merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untukmemperoleh produksi yang tinggi. 2. Ekologi preferent. Setiap jenis makhluk hidup akan menghendaki suatu Iingkungan hidup yang berbeda, satu dengan yang lain. Kesesuaian antara lingkungan (habitat) dengan jenis kultivannya merupakan modal dasar untuk keberhasilan suatu usaha budidaya. Usaha untuk memanipulasi (merubah) Iingkungan dalam budidaya laut, tidak semudah bila dibandingkan dengan budidaya air tawar maupun payau. Meningkatkan kesuburan perairan dalam budidaya di tambak, akan Iebih mudah dilakukan apabila dibandingkan dengan meningkatkan kesuburan perairan laut. Oleh karena itu, pemilihan lokasi yang cocok dengan kultivan, merupakan Iangkah awal yang harus diIakukanuntuk memperoleh keberhasilan dalam budidaya laut ini. 3. Konsumen preferent. Budidaya perairan laut harus diarahkan pada suatu usaha yang komersial, yang harus dapat mendatangkan keuntungan. Hasil dari usaha ini harus dapat diterima oleh masyarakat
(konsumennya),
dengan
baik.
Pemilihan
jenis
kultivan,
selain
mempertimbangkan aspek-aspek teknis maka aspek pasar (permintaan konsumen) juga pertu dipertimbangkan. Pasar hasil budidaya laut tidak hanya terbatas pada pasar lokal, tetapi juga pada pasar nasional bahkan beberapa jenis merupakan komoditi untuk pasar internasional. Sebagai contoh ikan kerapu, tiram mutiara mempunyai pangsa pasar yang cukup besar di pasar intemasional.
C. Peraturan Perundang - Undangan Pada dasarnya laut adalah milik bersama (common property), dan secara individu tidak ada yang memiliki sebagaimana perairan tambak atau kolam. OIeh karena itu dalam pengelolaannya diperlukan suatu peraturan perundangan yang tersendiri. Pada awal milenium ke-3 ditandai dengan terjadinya perubahan paradigma pembangunan di Indonesia, dari paradigma pembangunan yang bersifat sentralistik ke pendekatan pembangunan yang bersifat desentralistik. Adanya perubahan ini akan membawa perubahan, berupa pendelegasian sebagian kewenangan pemerintah pusat ke daerah atau Iebih banyak dikenal dengan otonomi daerah (otda). Adanya perubahan tersebutakan membawa perubahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan. Pasal-pasal yang mengatur pengelolaan wilayah laut, dimana disebutkan bahwa pemerintah propinsi memiliki Universitas Gadjah Mada
5
kewenangan untuk mengelola wilayah laut sejauh 12 mil dari pantai. Sedang pemerintah kabupaten atau kota memiliki kewenangan mengelola wllayah Iaut sebatas 4 mil dari pantai. Kewenangan tersebut mencakup pengaturan kegiatan-kegiatan ekplorasi, eksploitasi, konservasi dan dan pengelolaan wilayah Iaut. Otonomi daerah adalah suatu kewenangan untuk mengelola, bukan untuk memiliki, sehingga peraturan yang akan dibuat hendaknya Iebih dapat melindungi nelayan dan petani ikan untuk berusaha secara lestari dan ikut menjaga kelestarian lingkungan. Dalam perkembangannnya peraturan perundangan tentang budidaya laut dimulai dengan adanya Keppres nomor 23 tahun 1982, tentang pengembangan budidaya laut di Indonesia. Dalam keppres ini diatur tentang, ruang Iingkup budidaya laut, tujuan, perijian dan pembinaan. Dari keppres tersebut kemudian dijabarkan Iebih lanjut dengan keputusan Menteri Pertanian nomor 473/KPTS/UM/7/82 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan budidaya laut di perairan Indonesia. Dalam kepmen ini diatur tentang penetapan lokasi, persyaratan teknis, jenis teknologi, petunjuk teknis dan persyaratan perijinan. Dengan adanya perubahan perpolitikan Indonesia, tentunya kewenangan yang ada di dalam Kepmen tersebut akan berubah sesuai dengan kewenangan yang ada sesuai dengan Undangundang otonomi yang ada. D. Kebijakan Pemerintah Dalam Budidaya Laut Secara umum kebijakan pembangunan perikanan pada tahun 1999-2003, dituangkan dalam program PROTEKAN 2003, dan gerbang Mina Bahari 2003. Dalam implementasinya program tersebut dalam budidaya laut, adalah tercapainya nilai eksport sebesar 416 juta US $. Potensi perairan laut yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha budidaya laut diperkirakan mencapai 10 juta Ha, yang terdiri atas potensi budidaya ikan bersirip (finfish) sebesar 3 juta Ha, kerang-kerangan dan mutiara 5 juta Ha, teripang 700.000 Ha dan rumput laut 1,85 juta Ha. Potensi tersebar diseluruh perairan Indonesia. Usaha budidaya yang sudah berkembang dan teknologinya sudah banyak dikuasai adalah untuk komoditi kakap putih, tiram mutiara, kerang-kerangan, teripang, kuda laut dan rumput laut. Sedang beberapa komoditi yang masih terus dikembangkan budidaya maupun teknologinya adalah kerapu, kakap merah, napoleon, kepiting, ikan hias maupun lobster (udang karang). Beberapa kendala dan hambatan yang secara umum banyak dijumpaidalam usaha budidaya laut adalah : 1. Peraturan perundangan yang belum dapat menjamin kelangsungan usaha budidaya laut, dan adanya perubahan kewenangan dan pusat ke daerah-daerah.
Universitas Gadjah Mada
6
2. Belum semua wilayah perairan mempunyai rencana tata ruang yang jelas, sehingga dimungkinkan akan banyak timbul masalah dan konflik kepentingan. 3. Standart mutu produksi yang masih sangat beragam, sehingga menghambat dalam pemasaran khususnya pasar untuk pasar luar negeri. 4. Penguasaan teknologi yang masih perlu terus ditingkatkan baik di tingkat petani, maupun para peneliti untuk mendapatkan teknologi yang mantap dan dapat diterapkan oleh pembudidaya ikan. Dari berbagai hambatan dan kendala yang ada, maka strategi dalampengembangan budidaya laut diarahkan pada upaya : 1. Pemantapan ketahanan pangan sumber protein hewani dan ikan. 2. Pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya nelayan dan pembudidaya ikan. 3. Peningkatan ekport hasil perikanan. Adapun pendekatan yang ditempuh meliputi: 1. Penerapan perundang-undangan secara konsisten, yang meliputi : a. perijinan b. tata ruang c. rencana pengelolaan lingkungan d. kualitas produk e. kemitraan 2. permodalan 3. pemasaran 4. penerapan dan alih teknologi budidaya laut 5. penyediaan sumber daya manusia 6. pola pengamanan terpadu 7. kelembagaan 8. prasarana 9. peningkatan system monitoring, controlling dan survailance
E. Rangkuman Budidaya laut atau marine culture di Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar, sedang tingkat pemanfaatanya masih sangat kecil. Pengembangan budidaya laut di Indonesia terus diarahkan pada komoditas – komoditas ekonomis, dan sesuai dengan perwilayahan dan kewenangan daerah masing – masing. Usaha budidaya laut diarahkan kepada usaha yang berorientasi bisnis (aquabisnis), sehingga harus berorientasi pada pasar dan komoditas yang paling menguntungkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka pengambangannya harus didukung dengan penguasaan teknologi yang te[at, dan E. Latihan soal – soal peraturan perundang – undangan yang jelas mengingat laut adalah milik bersama Universitas Gadjah Mada 7 (common property).
1. Apa yang disebut dengan budidaya perairan laut itu dan apa bedanya dengan sea reanching? 2. Apa keuntungannya sosial, ekonomi, dan budaya dalam pengembangn budidaya laut di Indonesia? 3. Sebutkan jenis – jenis komoditi yang telah berhasil dibudidayakan dan komoditi apa saja yang masih dalam taraf pengembangan teknologinya. 4. Bagaimana pendapat saudara tentang peraturan perundang – undangan tentang budidaya laut dalam kaitannya dengan otonomi daerah.
F. Daftar Buku Bacaan 1.
Robmin Dahuri, 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia BerbasisKelautan. Orasi ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan lautanIPS, Bogor.
2.
Djoko Tribawono, 2002. Hukum Perikanan Indoesia. PT Citra Aditya Bakti,Bandung.
3.
Hartati, R., 1999. Rencana Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia. Rumusan Hasil Seminar Budidaya Laut di Gedung Bidakara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.
4.
Anonim, 1982. Petunjuk Teknis Budidaya Last. Direktorat Bina Sumber Hayati Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
5.
Keppres Nomor 23 Tahun 1982 Tentang Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia.
6.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 473/KPTS/UM/7/82 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut di Perairan Indonesia.
7.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 362/KPTS/RC 401/6/89 tentang Kriteria Jenis Kegiatan di Lingkungan Sektor Pertanian yang wajib Diikuti Dengan PIL dan PEL.
8.
Anonim, .... .Statistik Perikanan Indonesia. Direktur Jenderal Perikanan Jakarta.
9.
Hutabarat, J., 1988. Evaluasi Kondisi Blo-Hidrographi Dalam Penentuan Lokasi Budidaya Laut.
Universitas Gadjah Mada
8