POINTERS MEWUJUDKAN RRI Sebagai Radio Publik* Oleh Parni Hadi, Dirut RRI 1. Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI dikembangkan/dibangun mengacu pada UU No.32/2002 dan PP.No. 12/2005 sebagai lembaga yang independen, netral dan tidak komersial dan berfungsi melayani kepentingan masyarakat, sebagai corong publik, bukan corong pemerintah. 2. Tugas LPP RRI, menurut PP no 12/2005, adalah member layanan informasi, pendidikan, hiburan sehat, kontrol dan perekat social dan pelestari budaya bangsa melalui siaran yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat di wilayah NKRI. Ke luar negeri, siaran RRI bertujuan membangun citra positip bangsa di mata dunia internasional. 3. Sebagai radio publik RRI memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada publik untuk turut merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi operasional siaran RRI melalui dialog interaktif dan pertemuan-pertemuan yang diadakan Dewas dan Direksi serta kepala-kepala stasiun dengan kelompok-kekompok pemerhati RRI dan “citizen journalism” (jurnalisme warga). Keterlibatan publik dalam siaran-siaran RRI dicerminkan dengan tagline” Saatnya Anda dengar dan bicara melalui RRI” (Now time to listen to and speak through RRI). 4. Sebagai media massa yang independen, RRI dalam menyajikan informasi, berita terutama, menganut prinsip cover both sides untuk ungkapan kebenaran, cover multi sides untuk kepentingan tetap tegaknya
NKRI dan kemanusiaan universal. Prinsip jurnalisme itu diwujudkan dengan urutan sbb: a. Kebebasan (Freedom) untuk b. Kebenaran (Truth) untuk c. Keadilan (Justice) untuk d. Kemakmuran (Prosperity) untuk e. Perdamaian (Peace) untuk f. Kemanusiaan (Humanity). 5. Sebagai radio publik, RRI berusaha menyediakan “jalan tengah” (middle way) di antara radio yang dikuasai pemerintah dan radio komersial. LPP lokal dan radio komunitas adalah mitra afiliasi dalam melayani public karena persamaan misinya, seraya mengajak radio komersial nasional dan untuk bekerjasama sama dalam “produksi bersama dan siaran bersama” (joint production and joint broadcasting) untuk masalahmasalah yang menyangkut kepentingan NKRI. Berdasarkan prinsip resiprokal, RRI menawarkan “joint production and joint broadcasting) dengan stasiunstasiun luar negeri, terutama untuk mengatasai masalah global seperti penyelamatan lingkungan dan bencana alam serta kemanusiaan lainnya. 6. Perubahan status RRI dari unit pelaksana teknis Deppen, kemudian Perjan menjadi LPP memerlukan pencitraan baru berdasar prinsip Performance-based Image Building atau membangun citra berbasis kinerja. 7.Tantangan terbesar untuk perubahan RRI adalah mengubah mindset SDM, yang terdiri dari sekitar 7.500 karwayan, 6000 di antaranya berstatus PNDS dengan rata-rata usia sekitar 40 tahun, dan non PNS, melalui Transformational Change Leadership. 8.Pengubahan Mindset dilakukan melalui proses nilai tambah (added value) dengan melakukan kegiatan-
kegiatan nyata yang bersifat kreatif, inovatif, produktif dan kompetitif berdasarakan prinsip: - Learning by doing - Learning by sharing - Learning by serving 9.Potensi seseorang dapat dikembangkan menjadi kompetensi melalui proses: - Edukasi (diklat) - Interaksi - Kompetisi dalam menghasilan karya-karya (produksi) Dalam proses ini kebebasan berkreasi individu didorong dan dihargai brerdasar prinsip “Kebebasan adalah Ibu dari Keatifitas dan Kreatifitas adalah modal awal Produktifitas (Freedom is the Mother of Creativity and, Creativity is the starting capital for Productivity). 10. Berdasar butir-butir di atas sejak awal LPP RRI melakukan berbagai kegiatan lintas sektoral berdasarkan prinsip “ All Inclusive, Integrated Approach, melalui program ‘three in one” (audio, video, teks), gelar seni budaya dan kegiatan-kegiatan lain di lapangan terbuka dengan mengundang partisipasi publik secara on air dan off air. 11. Tema Hari Radio, 11 September, 2006 “RRI sebagai Penjaga Integritas Bangsa” ( antara lain melalui siaran perbatasan di pulau Morotai) dalam rangka program “Sabuk Pengaman Informasi” (Information Safety Belt). 12. Tema Hari Radio 2007 “RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa” antara lain dengan mewajibkan seluruh stasiun melakukan gelar seni budaya. - Tahun 2007 Puspem RRI berdiri dengan Pro 3 versi baru dengan bantuan dan mengacu Radio Swedia - Peresmian jasa Tele Video Conference (Pro3 TV)
- Penandatangan MOU untuk pendirian stasiun RRI baru di Meulaboh (NAD) dan Boven Digul - Diperkenalkan proyek radio kampung di Papua bekerjasama dengan pemda provinsi Papua - Siaran napak tilas Pendiri bangsa (Bengkulu dan Linggar jati) - Siaran di atas kapal dan kereta api - Logo Baru RRI - CSR 13. Tema Hari Radio 2008 “Kebangkitan Insan Radio’ ditandai kerjasama siaran bersama RRI dengan anggota PRSSNI dan ARSLI. - Peresmian Studio Parlementaria di gedung DPR RI - Hari Radio dihadiri oleh Wapres - Sidang Umum ABU (Asia-Pacific Broadcasting Union), 24 dan 25 Mei di Bali - RRI mendapat ABU Award 2008 - RRI mendapat Pariwisata Budaya Award tahun 2007,2008 - Green Radio diperkenalkan dalam Sidang Umum ABU - Radio diplomacy antara lain melalui Imlek Internasional dalam 10 bahasa asing yang disiarkan oleh Siaran Luar Negeri (SLN) atau VOI (Voice of Indonesia) dan gathering dengan diplomat asing di studio B, RRI - Radio Anak Indonesia, Suara Perempuan 14.Tema Hari Radio 2009 “Pemberdayaan Publik berbasis Radio” ditandai penandatangan MOU dengan KASAD dan KASAL dan MENEG PP -
RRI mendapat Adam Malik Award RRI mendapat Meneg PP Award RRI mendapat Bawaslu Award RRI mendapat BMG Award tahun 2009
- Presiden SBY meresmikan proyek Revitalisasi pemancar dan studio RRI dan menyaksikan gelar budaya wayang kulit di RRI - Green Radio diluncurkan, 4 Februari 2009 di daerah waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. - Quick Report untuk Pileg dan Pilpres dengan hasil yang “comparable” atau dapat dibandingkan dan disandingkan dengan hasil lembaga survai. - RRI mendapat penghargaan IFES (International Foundation for Electoral System). - Dialog/ wawancara dengan Capres dan Cawapres - Mendapat ABU Award 2009 dalam SU ABU di Ulaan Bataar, Mongolia. - Green Radio diadopsi menjadi proyek ABU - Studio Pelipur Lara untuk korban gempa (MERS), untuk korban gempa di Sumatera Barat. Pengungsi dilatih menjadi penyiar dan pengisi siaran sebagai bagian dari pelayanan “trauma healing” - Peresmian studio Produksi RRI Entikong dan Batam, MOU pendirian tiga stasiun di daerah perbatasan Kaltim dan Malaysia Timur - Eksistensi RRI di forum internasional diakui. - Melibatkan radio komunitas dalam upaya pemberdayaan publik , bekerjasama dengan LSM, seperti Dompet Dhuafa. - Kerjasama siaran bersama RRI dengan radio Arab Saudi untuk jamaah haji di tanah suci - Pedoman Layanan dan Usaha - Pekan Kreatif RRI - Digital Broadcasting Seminar 15. Tahun 2010: - Peresmian Auditorium M Jusuf Ronodipuro dan Pagelaran Kebangkitan Orkes Simfoni Jakarta (OSJ), setelah absen sekitar 30 tahun, tanggal 27 Januari
-
-
-
2010, bertepatan peringatan dua tahun wafat Bapak M. usuf Ronodipuro, salah satu pendiri RRI. Sedekah Pohon (Alm for Trees) dalam rangka Green Radio, untuk menandai HUT ke 1 Green Radio, bekerjasama dengan Dompet Dhuafa. Program ini akan dilaporkan dalam RadioAsia Conference di New Delhi, 22 sd 24 Februari 2010. Jamsinas (Jamboree Siaran Nasional) pertama di Gorontalo, 17 sd 20 Maret 2010, seluruh insane penyiaran, radio dan tv nasional dan mitra kerja RRI di luar negeri yang menjadi anggota ABU diundang. Pendirian studio produksi dan perbatasan Copyright Simposium ABU, April 2010 Jakarta Radio Simposium, Juli 2010 bekerjasama dengan AIBD (Asia-Pacific Institute for Broadcasting Development).
16. On Going Projects and Others: - Semua program kerja sejak awal dilakukan secara berkesinambungan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi - Kerjasama produksi dan siaran dengan radio Arab Saudi, radio Nederland, BBC, anggota ABU dalam penanganan bencana dan Green Radio. - Multimedia dioptimalkan - Kekuatan daya pancar dan kualitas suara ditingkatkan - Pengadaan barang melalui E-Procurement - Perluasan daerah jangkauan siaran dan wilayah siaran mengacu konsep sarang laba-laba ( lihat gambar), kerjasama infrastruktur dan content. - Asset RRI perlu diamankan dan dimanfaatkan secara optimal, antara lain lahan Cimanggis - Pendapatan Jasinonsi dioptimalkan, memanfaatkan potensi yang ada - Diklat dasar perlu ditingkatkan, sekolah calon KEPSTA.
- Sistem manajemen kepegawaian LPP RRI segera diselesaikan, kesetaraan karyawan PNS dan Non PNS, terkait dengan status kelembagaan - Reward dan Punishment digalakkan - Good Corporate Governance melalui consolidated/ integrated Budget ( APBN dan Non APBN), penertiban penggunaan hasil jasinonsi, perencanaan DIPA dan pengadaan barang. - Rencana penggabungan RRI dan TVRI demi efisiensi dan sesuai tuntutan konvergensi media bisa diterima dengan syarat penggabungan management dalam bentuk “holding corporation” atau dibentuk Badan Koordinasi LPP tanpa menghilangkan identitas RRI dan TVRI, mengingat sejarah dan kontribusi masingmasing dalam masa awal Republik Indonesia. - Bakor LPP sebuah lembaga Negara yang dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu sekretaris jendral, sebagai syarat mendapatkan nomer bagian anggaran sendiri dan pembinaan karyawan, terutama yang berstatus PNS. - Bakor LPP RRI dan TVRI bersifat independen dan netral, tidak di bawah Depkominfo atau lembaga pemerintah lainnya, dan LPP RI dan LPP TVRI tetap menjadi corong public, bukan corong pemerintah. - Komisi I DPR RI dalam Rapart Dengar Pendapat tanggal 8 Februari 2010 memberikan apresiasi atas kinerja LPP RRI. - RRI kini memiliki 62 stasiun penyiaran dan studio produksi di daerah perbatasan. Sekitar 20 studio produksi di daerah perbatasan dan studio pelipur lara untuk korban bencana alam akan dibangun dan disiapkan. - DIPA RRI tahun 2010 berjumlah Rp. 600 milyar, sekitar 50 persen untuk belanja pegawai. - Di samping sejumlah award dari dalam dan luar negeri dan apresiasi Komisi 1 DPR, penilaian atas kinerja RRI sebagai Radio Publik antara lain dapat
dibaca dari tulisan Prof Dr. Syafii Maarif., mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah di koran Republika edisi 16 Februari, 2010 (terlampir). “Sekali di Udara Tetap di Udara ( Dengan Lebih Bermakna)” *Disampaikan dalam Seminar Sewindu UU Penyiaran di Jakarta, 18 Februari, 2010.