RRI DAN MEDIA PELESTARIAN BUDAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam Membangun Citra RRI Surakarta sebagai Media Pelestari Budaya Jawa di Surakarta)
Elisabeth Christiyanti Widodo Muktiyo
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract This research is aimed to understand the strategy of Public Relations RRI Surakarta in image building of RRI Surakarta as a Javanese media cultural preservation in Surakarta. The study was conducted by using qualitative descriptive method by interview and observation. Discussions were analyzed through interviews and using interpretation. In this case, informants are Kasubsi of Public Services RRI Surakarta, Kasubsi of Public Communication RRI Surakarta, and PAMOR. Based on field from the observations, are found that the results of RRI Surakarta image as a Javanese media cultural preserver, the medium formed through broadcasting programs Wayang Orang, holding stage of Wayang Orang, holding WOSBI, organizing competitions in traditional Javanese fashion show which was held every Kartini Day, and events which was related in Javanese cultural. RRI Surakarta also providing services to the public in the field of entertainment, information and education, especially in Javanese cultural in this case was Wayang Orang stage through broadcast programs, to introduce and popularize the traditional Javanese arts community to remain stable in the middle of the emergence of modern art and culture. RRI in preserving Javanese culture involves various parties, including: Joglo Semar newspaper, Suara Merdeka, UNS, ISI, PLN and the community. RRI involved parties to participate in the program to filled Wayang Orang broadcast event held in RRI Surakarta. Keywords: strategy, public relations, image, RRI.
1
Pendahuluan Media massa pada saat ini telah menjadi suatu bagian yang melekat dalam masyarakat serta memiliki fungsi dan peranan yang penting bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat suatu bangsa. Media massa kerap diibaratkan sebagai matahari, memberikan sinar yang menerangi dunia atau menyampaikan pesan yang merasuk ke kalbu umat manusia hingga memberi pencerahan. Dengan begitu media massa seolah memiliki posisi di luar kehidupan masyarakat1. Hal ini sejalan dengan bagaimana perkembangan media massa di Indonesia, khususnya RRI yang merupakan radio publik yang dimiliki oleh negara. RRI merupakan radio berjaringan terluas di Indonesia, dengan 77 cabang se-Indonesia dan jangkauan siaran kurang lebih 80% wilayah di Indonesia2. Effendy mengungkapkan, bahwa radio di dalam fungsinya sebagai alat penghibur, penyampai informasi serta sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat memiliki berbagai macam program siaran3. Berkaitan dengan hal tersebut, radio sejatinya memiliki program acara yang terdiri dari siaran yang berisi musik, informasi seputar gaya hidup, berita, hingga siaran tentang kebudayaan yang termuat dalam radio, yang setidaknya dapat memiliki manfaat atas informasi yang disampaikan kepada pendengarnya. Dimana sebagai salah satu bentuk implementasinya adalah siaran kebudayaan yang di usung oleh RRI sebagai alat pelestari kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan asli milik bangsa Indonesia, yang merupakan kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur dalam membentuk kepribadian dan jati diri bangsa. Dengan adanya program siaran yang berisi tentang acara kebudayaan di radio, selain untuk mendidik generasi bangsa, tujuan lainnya yakni untuk turut andil dalam pelestarian kebudayaan Indonesia. Namun sayangnya, hingga saat ini sedikit sekali radio yang menyiarkan program siaran yang bertemakan kebudayaan, padahal kebudayaan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan sosial manusia. Dunia radio saat ini 1
Ashadi Siregar. Media Pers dan Negara: Keluar Dari Hagemoni. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Volume 4, Nomer 2, November 2000 (171-196). hal 171 2 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. 2011. hal 2 3 Effendy. Onong Uchana. 1991. Radio Siaran:Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. hal 18
2
didominasi oleh siaran yang lebih menonjolkan informasi/ berita (news) dan hiburan (entertainment). Akibatnya masyarakat dilayani oleh media yang isi siarannya berorientasi pada keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan aspek moral, etika, budaya, dan kepribadian masyarakat. Radio publik seharusnya menata program siaran dengan menekankan pada aspek pendidikan masyarakat yang bertujuan mencerdaskan pendengar. Program disusun berdasarkan pada gagasan melestarikan dan mendorong berkembangnya budaya lokal, sejarah kebangsaan dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, sulit untuk mewujudkan misi tersebut. Dikatakan oleh Cahyono bahwa ada tiga hal yang menjadi tantangan dalam upaya melestarikan kebudayaan. Di satu sisi ada kemauan yang besar untuk melestarikan kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus menggandeng pengiklan untuk mendukung pendanaan acara tersebut. Kedua, di satu sisi ingin melestarikan kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus berhadapan dengan hembusan pengaruh budaya Barat yang semakin mengikis kebudayaan. Sedang yang ketiga
adalah
anggapan sebagian besar
dari
masyarakat
bahwa
kebudayaan tradisional seperti kebudayaan Jawa tidak memiliki gengsi selayaknya budaya Barat 4. RRI di dalam melaksanakan fungsinya pun turut andil dalam melestarikan budaya bangsa. Yang mana dilakukan secara konsisten baik berupa Festival Penyanyi Lagu Melayu, Bintang Radio, Kethoprak, Wayang Orang, Wayang Golek, Madihin, Saluang dan budaya-budaya daerah lainnya. RRI menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional dengan menumbuh kembangkan unsur budaya lokal, ditengah arus kebudayaan global5. Sejalan dengan tagline yang dimiliki oleh
RRI Surakarta, “Terdepan
Pelestari dan Pengembang Budaya Bangsa”, RRI Surakarta pun turut berperan dalam pelestarian budaya bangsa. 4
Hery Bambang Cahyono. 2012. Peran Radio Republik Indonesia (RRI) Jember Dalam Melestarikan Kesenian Jawa. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jember. hal 2 5 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. 2011. hal 5
3
Guna mensukseskan serta mewujudkan akan visi dan misi tersebut, dibutuhkan strategi-strategi yang efektif dan handal agar dapat memperoleh perhatian dari masyarakat. Salah satunya adalah dengan membangun citra positif RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa. Didalam membangun citra positif RRI Surakarta maka dibutuhkan peran dari Komunikasi Publik RRI, atau yang lebih familiar disebut sebagai praktisi Humas. Humas pada dasarnya adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya6. Seorang Humas harus dapat memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut. Kegiatan seorang Humas yaitu mengkomunikasikan dan menyampaikan pesan dari suatu perusahaan kepada publiknya atau sebaliknya. Sedikit berbeda dengan kegiatan komunikasi lainnya, ciri hakiki komunikasi Humas adalah two ways communication (komunikasi dua arah/ komunikasi timbal balik). Peran penting Humas inilah yang mendorong setiap organisasi atau lembaga memiliki divisi Humas dalam struktur organisasinya. Tak terkecuali pada RRI Surakarta. Selain berfungsi untuk menjaga hubungan baik antara pihak internal dan eksternal, Humas juga dibutuhkan untuk memajukan organisasi sesuai dengan tujuan yang dimiliki, seperti merencanakan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga citra lembaga atau organisasi tetap baik di mata publiknya. Berkaitan dengan hal tersebut, citra yang ingin dibangun oleh RRI terhadap publiknya ialah wish image (citra harapan). Citra harapan adalah citra yang diinginkan oleh RRI Surakarta. Citra ini merupakan harapan dan cita-cita dari RRI Surakarta, yaitu citra RRI sebagai media pelestari budaya Jawa. Berdasarkan pemaparan pada latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “RRI dan Media Pelestarian Budaya
6
Herimanto, Bambang et al. 2007. Public Relations Dalam Organisasi. Yogyakarta: Gavamedia. hal. 25
4
(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Humas RRI Surakarta Dalam Membangun Citra RRI Surakarta Sebagai Media Pelestari Budaya Jawa di Surakarta).
Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta, sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Tinjauan Pustaka A. Komunikasi Kata “Komunikasi” menurut Hasan, berasal dari bahasa latin yakni “communication” bersumber dari perkataan “communis” yang berarti “sama”7. Sementara itu Kancaid dalam Hasan mengemukakan, komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antar para peserta dalam proses informasi8. Pada hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya 9.
7
Hasan, Erliana. 2005. Komunkasi Pemerintahan. Bandung: Refika Aditama. hal. 19 Ibid. hal 17 9 Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Cetakan kesembilan belas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 27 8
5
B. Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan komunikasi yang melibatkan banyak orang. Ada sebagian ahli berpendapat bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa10. Media massa ini termasuk diantaranya adalah surat kabar, film, radio dan televisi. Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), (4) transmission of the culture (transmisi budaya)11.
C. Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan sejenis kebutuhan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komuniksi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/ audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks12.
D. Radio Radio yang selanjutnya disebut radio siaran adalah media komunikasi massa elektronik bersifat auditif yang menggunakan ranah publik (frekuensi).
10
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 6 Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. hal 64 12 Ardianto, Elvinaro et al. 2004. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hal. 48 11
6
Radio merupakan sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Pemanfaatan radio semakin lama semakin bertambah. Sebagai salah satu media massa, radio memiliki karakteristik yang khas dibandingkan media massa lain yaitu: (1) Imajinatif, pesan radio dapat mengajak pendengarnya untuk berimajinasi. (2) Auditif, sifat radio untuk didengar sehingga dengan demikian sampai di pendengaran hanya sepintas dan tidak dapat diulang kembali13.
E. Fungsi Media Massa Sebagai Media Pelestari Budaya Sebagaimana yang dikatakan oleh McQuail, bahwa media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Hal ini mengisyaratkan bahwa media massa seperti radio mempunyai peran yang amat strategis dalam pelestarian budaya.
F. Strategi Strategi pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dan praktek operasionalnya14. Strategi memiliki pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut dengan hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau luar15.
G. Humas Jefkins mendefinisikan Humas sebagai sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan13
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Graha Ilmu. hal 30 Effendy, 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 32 15 Soemirat. 2008. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 91 14
7
tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian16. Kegiatan strategi Humas meliputi dua tahap, yakni komponen sasaran dan komponen sarana. Pada umumnya komponen sasaran adalah para stakeholder dan publik yang memiliki kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang dipersempit melalui upaya segmentasi yang dilandasi seberapa jauh sasaran itu menyandang opini bersama, potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga, nama perusahaan dan produk yang menjadi sasaran khusus. Maksud sasaran khusus disini adalah yang disebut publik sasaran17.
H. Citra Citra adalah tujuan utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia Humas18. Proses pembentukan citra berawal dari persepsi. Akar dari opini sebenarnya tak lain adalah persepsi. Opini muncul ketika orang tersebut mempunyai persepsi19. Untuk mengetahui seperti apa citra yang terbentuk di masyarakat, perlu diadakan penelitian yang berawal dengan mempertanyakan opini pubik yang berkembang.
I. Strategi Humas Membangun Citra Sebagaimana diketahui sebelumnya hubungan masyarakat (Humas) bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan bagi organisasi atau lembaga terhadap khalayak (publik internal dan eksternal), untuk mencapai tujuan tersebut maka strategi kegiatan hubungan masyarakat (Humas) diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholdernya sebagai tempat akarnya sikap, tindakan dan persepsi mereka.
16
Nila Sari, Betty Wahyu. 2012. Humas Pemerintah. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal. 1 Ibid. hal 27 18 Rosady Ruslan. 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal 70 19 Rhenald Kasali. 1994. Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. hal. 28 17
8
Metodologi Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode penelitian deskriptif, artinya permasalahan yang dibahas bertujuan untuk dapat menggambarkan atau menguraikan tentang keadaan atau fenomena yang ada atau proses penelitian untuk memahami masalah manusia atau masalah sosial, berdasarkan pada tatanan yang kompleks, gambaran yang holistik, disusun dengan kata-kata, melaporkan pandangan detail para informan dan dilaksanakan pada latar alamiah atau natural. Penelitian dengan pendekatan kualitatif selalu berlatar alamiah dan sumber datanya berkonteks sewajarnya (natural setting). Dalam metode kualitatif, peneliti sebagai instrumen utama. Dalam penelitiannya lebih mengutamakan proses untuk mencari makna dibalik perilaku yang diamati, mengutamakan data langsung atau first hand yang hasilnya disepakati bersama antara peneliti dan narasumber. Di dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (sampling bertujuan), dimana peneliti cenderung untuk memilih informan atau narasumber yang dianggap berkompeten dan mengetahui informasi serta masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap20. Purposive sampling menentukan subjek atau objek sesuai tujuan penelitian dan sudah ditetapkan dengan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian, peneliti memilih RRI Surakarta sebagai objek penelitian sebagai unit analisis. Peneliti memilih unit analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menganggap bahwa unit analisis tersebut representatif. Dengan menggunakan penarikan sampel jenis purposive sampling ini maka peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan diharapkan mampu menjelaskan tujuan dari penelitian yaitu orang-orang yang ada di RRI 20
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. hal 56
9
Surakarta. Adapun informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini adalah, Kasubsi Layanan Publik RRI Surakarta, Kasubsi Komunikasi Publik RRI Surakarta, Pendengar RRI Surakarta yang tergabung di dalam PAMOR. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai validitas data. Hal tersebut untuk mengetahui validitas data yang diperoleh dari sumber satu dengan sumber yang lain. Validitas atau pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kekonsistenan data, sehingga dapat mengungkapkan gambaran penelitian yang lebih valid. Triangulasi sumber memanfaatkan jenis sumber yang berbeda, tidak hanya informan sebagai sumber tetapi juga sumber pustaka dan hasil observasi.
Analisis dan Pembahasan Strategi Humas/ Komunikasi Publik Humas merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan, salah satu tujuan tersebut adalah membentuk citra yang positif. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang efektif bagi Humas agar pembentukan citra yang positif perusahaan dapat tercapai. Strategi Public Relations merupakan paduan antara fungsi-fungsi Humas dengan manajemen Humas yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dalam jangka panjang serta selalu mendatangkan keuntungan. Sedangkan dalam hubungannya dengan pembentukan citra perusahaan, tidak lepas dari tujuan Humas dalam melaksanakan fungsi-fungsinya sehingga dapat dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya Humas dalam melaksanakan fungsinya akan mempengaruhi pelaksanaan dari strategi Humas dalam membentuk citra. Keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh Humas dalam melaksanakan rencana membentuk citra, merupakan suatu strategi yang digunakan oleh Humas dalam mencapai suatu tujuan yang dikehendaki oleh perusahaan yaitu citra positif, ditandai dengan adanya respon yang baik, saling mempercayai, saling menguntungkan dan saling pengertian antara perusahaan dengan publiknya. Citra yang positif dari publik akan selalu memberikan keuntungan dalam jangka panjang terhadap perusahaan, sehingga perusahaan harus selalu menjaga citra tersebut agar tidak merosot atau jatuh di mata publiknya.
10
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya Alasan citra positif yang ditetapkan menjadi tujuan perusahaan tersebut, karena dengan terbentuknya citra positif terhadap perusahaan diharapkan pesanpesan yang disampaikan oleh perusahaan yang ditujukan kepada publiknya akan mudah diterima, sehingga dapat menimbulkan efek terhadap publik sesuai dengan tujuan disampaikannya pesan. Dengan kata lain terbentuknya citra positif terhadap perusahaan akan menghasilkan dampak positif yang berkesinambungan bagi seluruh produk atau jasa yang dihasilkannya. Dalam pencapaian citra postif dari publik, yang perlu diperhatikan adalah pada tahap penentuan tujuan dalam membentuk perencanaan, hal ini berkaitan dengan komponen-komponen yang hendak digunakan dalam pelaksanaan rencana tersebut. Dengan adanya kesesuaian antara komponen-komponen dengan tujuan rencana maka akan membuat pencapaian tujuan tersebut berjalan dengan efektif. Sehingga bisa dikatakan bahwa efektifitas suatu strategi Humas ditentukan pada tahap perencanaannya. Dalam perencanaan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain tujuan dan maksud perencanaan yang akan dibuat, pelaksana rencana, waktu yang tepat untuk mulai melaksanakan rencana tersebut, besarnya biaya yang diperlukan, antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kendala dalam pelaksanaannya, pelaksanaan perencanaan mencapai tujuan citra posisif perusahaan, diperlukan adanya teknik komunikasi yang tepat agar efektif dalam menyampaikan pesan kepada publik. Komunikasi yang pada prinsipnya adalah penyampaian pesan untuk dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu pada publik sasaran (komunikan) sehingga penggunaan teknik komunikasi harus memperhatikan
11
publik sasaran agar dapat merekayasa jiwa publiknya (komunikan) sehubungan dengan perubahan sikap, pandangan dan perilaku tertentu sesuai dengan keinginan perusahaan. Adapun bentuk strategi yang dijalankan Humas RRI Surakarta dalam membangun citra RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa adalah sebagai berikut: a. Menjalin Relasi Hal pertama dalam praktik strategi Humas yang diterapkan oleh Humas RRI Surakarta adalah mengelola relasi, dalam konteks Humas sangat penting untuk bisa menjaga relasi dengan media massa serta lembaga lain. Media massa bukan satu-satunya pihak yang mesti dijaga hubungan baiknya dengan organisasi/ perusahaan namun dengan mengingat inti kegiatan Humas adalah berkomunikasi, maka menjalin hubungan dengan media maupun lembaga lain sangatlah penting. Dalam menjaga hubungan baik dengan media massa maupun lembaga lain, Humas RRI Surakarta menempatkan peranan dan fingsinya, menganggap pentingnya menjalin hubungan terhadap semua media melalui pendekatan personal. Sebagai media publikasi, melalui media massa ini amat penting untuk menunjukkan citra RRI Surakarta dan untuk menanamkan kepercayaan publik terhadap RRI Surakarta. Oleh karena itu sebaiknya Humas menggunakan media yang informatif, edukatif namun juga harus efektif dalam meningkatkan publikasi dan awareness. Oleh karena itu peran Humas sangat diperlukan dalam menyampaikan pesan-pesan kepada publik eksternal melalui media. Hubungan dengan media menjadi keharusan dalam profesi kehumasan di setiap lembaga/perusahaan yang ingin tetap membangun citra baik serta ingin menjelaskan posisi perusahaaanya kepada masyarakat luas. Karena itu, hubungan dengan media perlu dibangun dan terus menerus dipelihara, tentunya strategi yang digunakan baik itu secara personal aupun kelembagaan harus mengupayakan suatu polarisasi hubungan dua arah agar tercipta hubungan yang komunikatif untuk meminimalisir suatu ketidaksepahaman.
12
Selain itu juga munculnya berita di media massa sangat tergantung pada kepiawaian seorang petugas Humas dalam menyiasati media massa. Untuk itu seorang Humas harus mampu menguasai prinsipprinsip kehumasan dan press relations yang baik. Karena peranan media massa yang sangat strategis tidak mengherankan jika press relations memegang kunci yang sangat penting dalam sebuah lembaga kehumasan. Humas
dan
media
merupakan
mitra
kerja
yang
saling
menguntungkan, penting dan tidak terpisahkan. Media massa merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi atau menyampaikan suatu berita pada banyak orang dalam waktu yang singkat. Sehingga Humas media merupakan elemen kegiatan
komunikasi yang dilakukan perusahaan
dalam rangka upaya meningkatkan penjualan jasa atau produksi. Apabila menggunakan media massa untuk menarik perhatian masyarakat terhadap produk atau jasa perusahaan, perlu diingat bahwa media tidak bekerja untuk perusahaan, melainkan untuk pembaca, pemirsa, pendengar dan konsumennya sendiri. Untuk meningkatkan citra postif membutuhkan pula peranan media massa, sebab keberhasilan tanpa diketahui masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dianggap sia-sia. Karena dengan diketahuinya berita keberhasilan oleh masyarakat maka masyarakat akan menilai positif orang atau lembaga yang diberitakan tersebut. b. Mengadakan event Acara-acara khusus yang diadakan oleh RRI Surakarta dapat menarik perhatian masyarakat, misalnya lomba busana Jawa, lomba karawitan, Wayang Orang Seribu Bintang (WOSBI). Selain itu yang merupakan siar dari RRI Surakarta dalam rangka pelestari dan pengembang budaya juga di esensi siaran, RRI juga satu tim di RRI Surakarta, bahwasanya sering mengadakan pentas ke luar daerah, dalam rangka pelestari dan pengembang budaya, jadi satu tim Wayang Orang, atau Kethoprak RRI Surakarta dibawa ke suatu daerah yang langsung
13
dan bisa disaksikan masyarakat setemat. Adapun acara khusus tersebut dibagi menjadi program events yaitu events yang berorientasi program yang berkaitan dengan budaya Jawa dengan tujuan untuk melestarikan, mengembangkan budaya-budaya atau kesenian Jawa yang semakin ditinggalkan, serta corporate events yaitu suatu events yang dirancang dan diselenggarakan RRI Surakarta dengan nuansa hiburan yang diliput oleh media lokal sehingga akan membangkitkan kesadaran, goodwill, minat serta perhatian berulang mengenai nama RRI Surakarta beserta program kegiatan yang diadakannya. Event merupakan bagian dari kegiatan Humas RRI Surakarta. Sebuah acara diselenggarakan untuk membantu Humas mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini, penulis membahas event sebagai kegiatan Humas RRI Surakarta yang bertujuan untuk membangun citra RRI sebagai media pelesatri budaya Jawa di kalangan masyarakat. Melalui event ini, masyarakat diharapkan menjadi sadar akan keberadaan RRI Surakarta yang bergerak dibalik event tersebut. Dengan adanya event, pihak penyelenggara (RRI Surakarta) dapat langsung berinteraksi dengan publik yang mereka jadikan sebagai sasaran. Pengunjung yang datang ke sebuah acara, akan mendapatkan pengalaman baru. Selain itu, sebuah acara juga mampu memenuhi kebutuhan publik atas sesuatu yang memang sedang mereka cari. Terselenggaranya sebuah acara, dapat bermanfaat baik untuk pengunjung dan juga penyelenggara. Jika dikaitkan dengan teori, event adalah sebuah kegiatan yang biasanya dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian dari media, klien, perusahaan, atau produk. Ajang tersebut dapat didesain untuk menunjukkan fakta bahwa perusahaan adalah tempat yang tepat untuk bekerja dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial21. Event didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang diselenggrakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik 21
Ruslan, Rosady. 2010. Manajemen Publik Relations & Media Komunikasi, Konsep & Aplikasinya Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. hal 232
14
secara individu maupun kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi, dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggrakan pada waktu tertentu. Menurut Ruslan, tujuan dari diadakannya suatu event adalah: 1. Awareness,
meningkatkan
pengetahuan
khalayak
terhadap
perusahaan atau produk yang ditampilkan. 2. Memperoleh publikasi yang positif melalui komunikasi timbale balik. 3. Menunjukkan niat baik dari perusahaan atau produk yang diwakilinya dan sekaligus memberikan citra positif pada masyarakat sebagai publik sasarannya. 4. Mempertahankan penerimaan masyarakat. 5. Memperoleh rekanan baru melalui event yang dirancang secara menarik dan kreatif. Lebih lanjut suatu event diadakan karena ada beberapa fungsi yang dapat dimanfaatkan perusahaan. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut: a. Memberikan informasi secara langsung (tatap muka) dan mendapatkan timbal balik yang positif dari publiknya. b. Menjadi media komunikasi sekaligus mendapatkan publikasi sehingga pada akhirnya publik sebagai target sasaran akan memperoleh pengenalan, pengetahuan, dan pengertian mendalam. Dari event tersebut juga diharapkan akan tercipta citra positif perusahaan atau produk yang diwakilinya.
Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa strategi Humas dalam membentuk citra RRI Surakarta sebagi media pelestari budaya Jawa, diantaranya adalah: a. Events, dalam bentuk menyelenggarakan panggung Wayang Orang, menyelenggarakan lomba busana adat Jawa yang diselenggarakan pada 15
setiap memperingati Hari Kartini, dan event-event yang terkait dengan budaya Jawa. b. Membangun relasi. Di dalam melestarikan budaya Jawa dan membangun citra RRI sesuai dengan tagline nya “Terdepan Pelestari dan Pengembang Budaya Bangsa” maka perlu dilakukan gerakan bersama. Oleh karena itu, Humas RRI Surakarta dalam melestarikan budaya Jawa melibatkan berbagai
pihak,
antara
lain:
pihak
Keraton
Kasunanan
dan
Mangkunegaran, praktisi kesenian (budayawan), paguyuban organisasi kebudayaan Jawa, dan masyarakat. RRI Surakarta melibatkan pihak tersebut untuk ikut mengisi dan berpartisipasi pada program siaran kesenian Jawa, sehingga citra positif RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa tetap terjaga di mata masyarakat saat ini. Misalnya, dengan ISI dan UNS, RRI menyiarkan kegiatan Wayang Orang. Sedangkan untuk paguyuban organisasi (PAMOR) mengisi pada program acara siaran pedesaan.
Saran Adapun saran bagi Humas RRI Surakarta ialah: a. Dalam upayanya dalam membangun citra RRI, supaya Humas RRI Surakarta memiliki Media Internal sendiri, sehingga lebih mudah untuk mengkomunikasikan
atau
mempublikasikan
setiap
kegiatan
yang
dilaksanakan. b. Humas RRI perlu meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan brand activation, hal ini diwujudkan dengan strategi Public Relations yang kuat, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakan LPP RRI Surakarta dengan LPP RRI daerah lain sehingga terbentuk image yang positif. c. Membuka jaringan media yang lebih luas, bekerjasama dengan berbagai media terutama media yang bersifat lokal, baik cetak maupun elektronik.
16
d. Perlu adanya proses evaluasi yang dilakukan secara terus menerus oleh Humas RRI Surakarta untuk membangun citranya sebagai radio pelestari budaya Jawa. Bagi penelitian selanjutnya, agar penelitian berikutnya dapat merancang penelitian baru yang lebih kreatif, inovatif dan bermanfaat bagi kemajuan LPP RRI Surakarta yang berkaitan dengan membangun citra positif LPP RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa.
Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro et al. (2004). Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Effendy. Onong Uchana. (1991). Radio Siaran: Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Cetakan kesembilan belas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hasan, Erliana. (2005). Komunkasi Pemerintahan. Bandung: Refika Aditama. Herimanto, Bambang et al. (2007). Public Relations Dalam Organisasi. Yogyakarta: Gavamedia. Kasali, Rhenald. (1994). Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Nila Sari, Betty Wahyu. (2012). Humas Pemerintah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Jakarta : Graha Ilmu. Rosady Ruslan. (1999). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ruslan, Rosady. (2010). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Konsep & Aplikasinya. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Soemirat. (2008). Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Hery Bambang Cahyono. (2012). Peran Radio Republik Indonesia (RRI) Jember Dalam Melestarikan Kesenian Jawa. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jember.
17
Ashadi Siregar. Media Pers dan Negara: Keluar Dari Hagemoni. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Volume 4, Nomer 2, November 2000 (171196). Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. (2011).
18