BAB V RRI BANJARMASIN
A. Profil Kota Banjarmasin 1.
Geografi
Kota Banjarmasin terletak pada 3°,15 sampai 3°,22 Lintang Selatan dan 114°,32 Bujur Timur. Ketinggian tanah berada pada 0,16 meter di bawah permukaan laut. Kota Banjarmasin berlokasi di sisi timur sungai Barito. Sungai menjadi bagian yang terpisahkan dari Kota Banjarmasin sehingga Banjarmasin mendapat julukan "kota seribu sungai" meski sungai yang mengalir di Banjarmasin tak sampai seribu. Kota Banjarmasin dibelah oleh sungai Martapura dan dipengaruhi oleh pasang surut air Laut Jawa sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan, dan perdagangan. Sungai menjadi wadah aktivitas utama masyarakat Banjarmasin zaman dahulu hingga sekarang, utamanya dalam bidang perdagangan dan transportasi. Data dari Dinas Kimprasko Banjarmasin menunjukkan pada 1997 di Ibu Kota Kalimantan Selatan itu terdapat 117 sungai, kemudian pada 2002 berkurang menjadi 70 sungai, lalu pada 2004 sampai sekarang hanya tinggal 60 sungai. Kota Banjarmasin yang memiliki luas wilayah 72 Km 2 dibatasi oleh kabupaten lain di Kalimantan Selatan, yakni batas utara adalah Kabupaten Barito Utara, batas selatan adalah Kabupaten Banjar, batas timur adalah Kabupaten Banjar, dan batas barat Kota Banjarmasin adalah Kabupaten Barito Kuala. Jika dirinci lebih lanjut, batasbatas wilayah Kota Banjarmasin pada bagian utara adalah Sungai Alalak (seberang kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala). Batas selatan kecamatan Tatah Makmur yang terletak di Kabupaten Banjar, batas barat kota Banjarmasin adalah Sungai Barito, seberang kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala, sedangkan pada sisi timur, Banjarmasin dibatasi kecamatan Sungai Tabuk dan Kertak Hanyar di Kabupaten Banjar.
187
Kota Banjarmasin terdiri dari 5 kecamatan dengan total wilayah Total 72,00 km2. Kelima kecamatan tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Banjarmasin Selatan luas 20,18 km2
2. Banjarmasin Timur luas 11,54 km2 3. Banjarmasin Barat 13,37 Km2 4. Banjarmasin Tengah 11,66 km2 5. Banjarmasin Utara 15,25 km2 Dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang kurang lebih 72 km², tercatat bahwa peruntukan tanah untuk lahan pertanian seluas 2.962,6 Ha, industri 278,6 Ha, perusahaan 337,3 Ha, Jasa 486,4 Ha dan tanah pemukiman 3.135,1 Ha. Perubahan dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan kepadatan penduduk. Saat ini, dibandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya lahan pertanian cenderung menurun, sementara untuk lahan perumahan mengalami perluasan sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Tanah aluvial yang didominasi struktur lempung merupakan jenis tanah yang mendominasi wilayah Kota Banjarmasin, sedangkan batuan dasar yang terbentuk pada cekungan wilayah berasal dari batuan metaforf yang bagian permukaan ditutupi oleh kerakal, kerikil, pasir, dan lempung yang mengendap pada lingkungan sungai dan rawa. Kota Banjarmasin merupakan wilayah beriklim tropis. Angin Muson dari arah Barat yang bertiup akibat tekanan tinggi di daratan Benua Asia melewati Samudera Hindia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan tekanan tinggi di Benua Australia yang bertiup dari arah Timur adalah angin kering pada musim kemarau. Hujan lokal turun pada musim penghujan, yaitu pada bulan-bulan November–April. Dalam musim kemarau sering terjadi masa kering yang panjang. Curah hujan tahunan rata-rata sampai 2.628 mm dari hujan pertahun 156 hari. Suhu udara rata-rata sekitar 25 °C - 38 °C dengan sedikit variasi musiman. Fluktuasi suhu harian berkisar antara 7491 % sedangkan pada musim kemarau kelembabannya rendah yaitu sekitar 52% yang terjadi pada bulan-bulan Agustus, September, dan Oktober.
188
2. Kependudukan dan Sosial Budaya Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kalimantan Selatan adalah 3.626.119 orang, yang terdiri dari 1.834.928 laki-laki dan 1.791.191 perempuan. Dari hasil tersebut, penyebaran penduduk terbesar di Kalimantan Selatan masih terkonsentrasi di ibukota provinsi, yaitu di Kota Banjarmasin sebesar 17,25 persen. Kabupaten/Kota dengan penyebaran penduduk terbesar berikutnya adalah Kabupaten Banjar sebesar 13,96 persen, Kabupaten Tanah Laut sebesar 8,17 persen serta Kabupaten Kotabaru sebesar 8,02 persen, sedangkan kabupaten/kota lainnya di bawah 8 persen. Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Tanah Laut adalah kabupaten/kota di Kalimantan Selatan dengan urutan jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 625.395 orang, 506.204 orang, dan 296.282 orang. Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah salah satu kabupaten di wilayah Banua Enam dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni 243.389 orang. Dengan luas wilayah Kalimantan Selatan sekitar 37.530,52 km2 yang didiami oleh 3.626.119 orang, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kalimantan Selatan adalah sebesar 97 orang perkilometer persegi. Kabupaten/kota yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kota Banjarmasin, yakni 8.606 orang perkilometer persegi. Kabupaten Kotabaru merupakan kabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yakni sebesar 31 orang perkilometer persegi.
189
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kalimantan Selatan Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk 2010 (Hasil Sensus Penduduk 2010 ) Rasio Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total Jenis Kepadatan Kelamin Penduduk Tanah Laut
152,385
143,948
296,333
106
79
Kotabaru
151,586
138,556
290,142
109
31
Banjar
257,320
249,519
506,839
103
108
Barito Kuala
138,357
137,790
276,147
100
116
Tapin
84,626
83,251
167,877
102
77
Hulu Sungai Selatan
105,766
106,719
212,485
99
118
Hulu Sungai Tengah
121,518
121,942
243,460
100
165
Hulu Sungai Utara
102,351
106,895
209,246
96
220
Tabalong
111,086
107,534
218,620
103
61
Tanah Bumbu
139,686
128,243
267,929
109
53
Balangan
56,504
55,926
112,430
101
62
Banjarmasin
312,740
312,741
625,481
100
8,607
Banjarbaru
102,285
97,342
199,627
105
607
1,836,210
1,790,406
3,626,616
103
97
Total
Jumlah penduduk di wilayah Banjarmasin berdasarkan kecamatannya dapat dirinci sebagai berikut.
190
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Banjarmasin tahun 2008 Kecamatan
Luas (km²)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km²)
Banjarmasin Selatan Banjarmasin Timur Banjarmasin Barat Banjarmasin Tengah Banjarmasin Utara
20,18 11,54 13,37 11,66 15,25
150.221 118.278 149.753 114.584 94.409
7.444 10.249 11.201 9.827 6.209
Masyarakat Kota Banjarmasin secara garis besar terdiri dari dua kelompok, yaitu Pribumi dan Pendatang. Kaum pribumi adalah Suku Banjar yang merupakan mayoritas dari total penduduk provinsi Kalimantan Selatan. Suku Banjar terdiri dari Suku Banjar Pahuluan dan Suku Banjar Batang Banyu. Kaum Pendatang terdiri dari Suku Jawa, Madura, Bajau, Bugis, Cina dan Arab. Budaya dan tradisi orang Banjar adalah hasil asimilasi selama berabad-abad. Budaya tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia. Namun, sebagaimana agama yang diakui di Indonesia, semua agama ada di Banjarmasin seperti Islam, Budha, Hindu, Katolik, Protestan, daan Khong Hu Cu. Agama yang pemeluknya terbesar di Banjarmasin adalah agama Islam. Pengaruh agama Islam di Kota Banjarmasin sangat kuat terhadap segala aspek kehidupan sosial dan budaya masyarakat, termasuk bidang ekonomi, hukum, dan politik. Oleh karena itu, sikap dan persepsi masyarakat terhadap berbagai masalah sangat ditentukan oleh pendekatan-pendekatan Islami–yang menjadi pedoman kehidupan pemeluknya. Hal ini salah satunya ditandai dengan banyaknya langgar (mushalla) serta masjid yang sangat mudah dijumpai seluruh pelosok kota. Sendi–sendi Islam juga tercermin dengan banyaknya acara bernuansa Islami seperti meriahnya peringatan hari-hari besar Islam, Maulid Nabi Muhammad SAW dan semaraknya Pasar Wadai Ramadhan. Walaupun Islam menjadi mayoritas di Kota ini, tetapi toleransi antarumat beragama tetap terjalin dengan harmonis. Ini ditunjukkan dengan tidak pernah adanya konflik yang bernuansa agama di Kota Banjarmasin ini. Budaya Banjar dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar khususnya dalam bentuk kesenian, tarian, musik, pakaian, permainan dan upacara tradisional. Hal ini dapat juga disaksikan melalui berbagai pentas kesenian Banjar yang 191
sering ditampilkan dalam acara-acara resmi seperti tari-tarian dan lagu Banjar. Demikian pula, upacara adat khas Banjar yang biasanya dilaksanakan dalam rangka perkawinan, kelahiran, ataupun peringatan terhadap peristiwa penting lainnya. Dari banyaknya ragam kesenian tersebut yang terkenal antara lain: Madihin, Mamanda, Japen, Balamut, Hadrah, Musik Panting, Upacara Maarak Penganten, Bamandi-mandi, Maayun Anak. Saelain itu terdapat tarian tradisional yang biasa ditampilkan pada upacara Tradisional seperti: tari "Baksa Kambang", "Baksa Lilin", "Kula Gepang", "Maiwak", dan lain-lain. Di Banjarmasin, ada sekitar 76 Jenis tarian. Tari tradisional biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti babun, gambang, aron, salantang, kedernong, gong, suling, rehab dan dan lain-lain.
3. Ekonomi dan Pembangunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur panjang dan sehat yang diukur dengan Indeks Kesehatan (IK), pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan Indeks Pendidikan (IP), serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup hidup layak yang diukur dengan Indeks Daya Beli (IDB). Indikator dampak sebagai komponen yang dibutuhkan untuk perhitungan IPM adalah angka harapan hidup waktu lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan ratarata lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi per kapita yang disesuaikan. Sebagai salah satu indikator kesehatan, umur harapan hidup digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia. Angka harapan hidup pada waktu lahir (eo) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Tahun 2008, umur harapan hidup di Kota Banjarmasin tercatat 65,92 tahun, yang berarti rata-rata umur yang mungkin dicapai dari sejak lahir sampai meninggal dunia penduduk Kota Banjarmasin sebesar 65 tahun 11 bulan. Rata-rata umur harapan hidup penduduk Kota Banjarmasin pada tahun 2008, lebih panjang 2 (dua) bulan dibanding umur harapan hidup tahun 2007 yang tercatat 65,78 tahun. Umur Harapan Hidup Kota
192
Banjarmasin pada 2008 lebih tinggi dibandingkan Propinsi Kalimantan Selatan yang hanya mencapai 63,10 tahun. Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Selatan, umur harapan hidup Kota Banjarmasin menduduki posisi ke 3 setelah Kabupaten Tanah Laut (67,90 tahun) dan Kota Banjarbaru (67,14 tahun). Keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari segi pendidikan. Salah satu indikatornya, yaitu meningkatnya jumlah penduduk yang melek huruf. Oleh sebab itu, pemerintah telah mencanangkan program pemberantasan buta huruf. Persentase buta huruf banyak ditemukan pada usia tua, sedangkan penduduk usia muda jarang ditemukan penduduk yang buta huruf. Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas di Kota Banjarmasin pada tahun 2008 adalah 97,94 persen. Dibanding tahun 2007, pencapaian melek huruf di Kota Banjarmasin tidak mengalami perubahan. Angka melek huruf Kota Banjarmasin ini merupakan yang tertinggi di Kalimantan Selatan dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya Rata-rata lama sekolah juga mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Rata-rata lama sekolah di Kota Banjarmasin tahun 2008 menurut penghitungan sebesar 9,27 tahun, yang berarti pada umumnya penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Banjarmasin rata-rata sudah menamatkan sekolah lanjutan tingkat pertama. Selama tahun 2006-2008, rata-rata lama sekolah tidak mengalami perubahan yakni sebesar 9,27 tahun. Dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2005 yang sebesar 8,80 tahun, berarti pada tahun 2008 rata-rata lama sekolah di Kota Banjarmasin semakin baik dan terus naik. Rata-rata lama sekolah pada tahun 2008, Kota Banjarmasin tertinggi ke 2 setelah Kota Banjarbaru (9,54 tahun) dan terendah adalah Kabupaten Balangan sebesar 6,30 tahun, propinsi Kalimantan Selatan rata-ratanya hanya 7,44 tahun. Konsumsi riil per kapita memberikan gambaran tingkat daya beli masyarakat. Sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah, variabel ini sangat penting karena dapat mempengaruhi derajat kesehatan untuk meningkatkan umur harapan hidup serta kemampuan menyekolahkan anak. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil per kapita, yaitu peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. Pada periode 2007-
193
2008, terjadi kenaikan nominal pada konsumsi pengeluaran perkapita setahun. Tahun 2008, konsumsi riil per kapita di Kota Banjarmasin sebesar 638.870 rupiah per bulan. Dibandingkan pada tahun 2007 yang sebesar 633.870 rupiah, terjadi kenaikan sebesar 0,79 persen. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Banjarmasin menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 mencapai 7,5 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2000 mencapai 4,3 triliun rupiah. Kontribusi PDRB selama 2008 terbanyak disumbangkan oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 23,24%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi kedua terbesar, yaitu 21,33%. Sektor pertanian adalah sektor terkecil dalam pembentukan PDRB Kota Banjarmasin. Pada Tahun 2008 sektor pertanian memberikan andil sebesar 0,83%. Selama tahun 2008, Kota Banjarmasin mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 15,81% dan sektor bangunan sebesar 10,75%. Secara umum, seluruh sektor mengalami peningkatan kecuali sektor Industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,73%. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Banjarmasin menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 mencapai 7,5 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2000 mencapai 4,3 triliun rupiah. Kontribusi PDRB selama 2008 terbanyak disumbangkan oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 23,24%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi kedua terbesar yaitu 21,33%. Sektor pertanian adalah sektor terkecil dalam pembentukan PDRB Kota Banjarmasin. Pada Tahun 2008, sektor pertanian memberikan andil sebesar 0,83%. Selama tahun 2008, Kota Banjarmasin mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 15,81% dan sektor bangunan sebesar 10,75%. Secara umum, seluruh sektor mengalami peningkatan kecuali sektor Industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,73%. Total seluruh nilai tambah yang dihasilkan dibandingkan jumlah penduduk di Kota Banjarmasin selama tahun 2008 diperoleh PDRB per kapita. Pada tahun 2008,
194
PDRB perkapita penduduk Banjarmasin secara rata-rata adalah 12,02 juta rupiah per tahun atau 1.001.825 rupiah per bulan. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 94.327 rupiah perbulannya dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 907.497 rupiah per bulan. Data harga-harga khususnya harga konsumen yang dikumpulkan oleh BPS meliputi seluruh keperluan hidup masyarakat. Data harga ini digunakan sebagai dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK mengukur tingkat perubahan harga suatu komoditi pada dua periode berurutan. Sejak bulan Juni 2008, penghitungan IHK mengalami perubahan tahun dasar menggunakan tahun dasar 2007. Berdasarkan tahun dasar 2007 indeks harga konsumen dibedakan menjadi 7 kelompok indeks dan satu indeks umum. Pada bulan Desember 2008, indeks umum di Banjarmasin sebesar 114,96. Dari perbandingan IHK ini dapat dihitung tingkat inflasi. Laju inflasi sampai akhir tahun 2008 sebesar 11,62% atau terjadi kenaikan harga secara umum sebesar 11,62% dibandingkan keadaan 2007 (perbandingan Desember 2008 dengan Desember 2007). Inflasi di Kota Banjarmasin masih jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi rata-rata secara nasional sebesar 11,06% Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu daerah adalah kelancaran lalu lintas distribusi naik barang modal maupun barang hasil produksi. Kelancaran arus distribusi tergantung kondisi sarana dan prasarana angkutan. Salah satu prasarana angkutan khususnya angkutan darat adalah jenis dan mutu jalan. Pada tahun 2008 tercatat panjang jalan kota di Kota Banjarmasin adalah sepanjang 458.392 km, 92% dalam keadaan diaspal. Sedangkan kondisi jalan 39% dalam keadaan baik, dan 20% rusak. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 294.588 unit kendaraan bermotor yang terdaftar pada Cabang Dinas Pendapatan Kota Banjarmasin. Dari jumlah tersebut sekitar 82% adalah kendaraan bermotor roda 2 Banyaknya Penumpang yang keluar dari terminal KM 6 Kota Banjarmasin dengan menggunakan angkutan bertrayek perkotaan adalah sebanyak 1.163.847 orang dan sebanyak 1.691.932 orang yang masuk dengan menggunakan jenis trayek yang sama Kegiatan di Pelabuhan III, khusus untuk kapal-kapal dari 6 jenis pelayaran (Pelayaran Samudra, Pelayaran Nusantara, Pelayaran Lokal, Pelayaran Khusus
195
Industri, Pelayaran Khusus Tanker dan Pelayaran Rakyat). Total keenam jenis pelayaran tersebut yang masuk di Banjarmasin berjumlah 12.786 kapal dengan 56.587.765 ton/m3 barang Dibandingkan dengan tahun 2007, jumlah kapal dan barang yang datang pada tahun 2008 terjadi peningkatan.
4. Akses Media Keberadaan media massa baik cetak maupun elektronik mampu memberikan kontribusi positif bagi akselerasi pembangunan daerah. Fungsi utamanya adalah membangun saluran komunikasi dan informasi sekaligus sebagai media hiburan masyarakat. Sebagai ibu kota provinsi, Kota Banjarmasin termasuk wilayah dengan penetrasi media yang cukup tinggi. Selain 10 stasiun swasta nasional, terdapat 6 stasiun televisi lokal, yakni TVRI Kalimantan Selatan, Banjar TV, Duta TV, TVB, Barito Channel, dan Televisi Pendidikan Kalimantan Selatan (TPKS). Dilihat dari stasiun radio yang ada di Banjarmasin tercatat banyak stasiun radio yang beroperasi di Kota Banjarmasin. Stasiun radio tersebut adalah RRIPro 1 97.6 FM, RRIPro 2 95.2 FM, RRIPro 3 92.5 FM, RRIPro 4 87.7FM, Kanal FM 88.1, Chandra Rasisonia FM 88.5 Mhz, Sky Radio 89.3 FM, Kharismanada Rasisonia 89.7 FM, Madinatussalam 90.9 FM, J Radio 91.7 FM, Radio “D” 93.3 FM, Pelangi FM 94.4, Musichannel 96.00 FM, Ashbone 96.8 FM, 98.4 Mhz Abdi Persada FM, Nirwana FM 99.2, Smart FM Banjarmasin 101.1, dBs 1019 FM, Nusantara 102.7 FM, Radio Dangdut TPI Banjarmasin 104.3 FM, Mustika FM 105.1, dan Gema 105.9 FM. Untuk media cetak lokal, terdapat persaingan yang cukup kuat. Selain media cetak nasional, terdapat setidaknya 7 surat kabar harian lokal yang populer di Banjarmasin, yaitu Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Barito Post, Mata Banua, Kalimantan Post, Metro Banjardan Media Kalimantan. Selain itu, terdapat pula beberapa media cetak mingguan, seeprti Indonesia Merdeka, Dekrit, Serambi Ummah, Gawi Manuntung, dan Spirit.
196
B. Profil Responden 1.
Jenis Kelamin
Penelitian khalayak di Banjarmasin ini mengambil sampel pendengar radio sebanyak 315 orang yang terdiri dari 202 responden (64.13%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 113 responden (35,87%) berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebaran jenis kelamin dalam penelitian survei pendengar radio di Banjarmasin ini didominasi oleh laki-laki. Jika ditampilkan dalam grafik, perbandingannya dapat dilihat sebagai berikut.
Grafik 5.1 Jenis Kelamin Responden 2. Usia Dilihat dari rentang usia, 315 responden di Banjarmasin yang berusia 23 sd 33 tahun tercatat paling banyak jumlahnya, yakni 91 orang (28.89%). Dari data kuesioner, juga terlihat bahwa jumlah paling rendah adalah kategori responden berusia >63 tahun (kategori paling tua dalam penelitian ini) tercatat sebanyak 12 orang (3.81%). Ini menunjukkan bahwa pendengar radio di Banjarmasin banyak didominasi oleh usia produktif.
197
Tabel 5.3 Usia Responden Usia
Jumlah
Persentase
15 s.d 23 tahun
62
19.68%
>23 s.d. 33 tahun
91
28.89%
>33 s.d. 43 tahun
76
24.13%
> 43 s.d. 53 tahun
52
16.51%
>53 s.d. 63 tahun
22
6.98%
>63 tahun
12
3.81%
315
100.00
Total
3. Status dalam Keluarga dan Jumlah Anggota Keluarga Berkaitan dengan posisi atau status dalam keluarga, sebanyak 135 (42,86%) responden di Banjarmasin tercatat sebagai kepala rumah tangga, sebanyak 87 orang (27.62%) berstatus anak. Responden yang berstatus ibu rumah tangga berjumlah 73 orang (23,17%) dan yang memiliki status saudara sebanyak 8 orang (2,86%). Status lain-lain diisi oleh 11 orang (3,49%). Dalam perilaku bermedia, status dalam rumah tangga seringkali mempengaruhi jenis-jenis media atau program siaran yang diakses suatu keluarga. Seorang kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga misalnya dapat menjadi penentu pemilihan akses media. Ini karena adanya otoritas dalam hal selera atau wewenang memilih karena kedudukan mereka sebagai pemegang kendali kepemimpinan dan uang belanja media. Tabel 5.4 Status Responden dalam Keluarga Status
Jumlah
Persentase
Kepala rumah tangga
135
42.86%
Anak
87
27.62%
Ibu
73
23.17%
Lain- lain
11
3.49%
Saudara
9
2.86%
315
100.00
Total
198
Selain itu, jika dilihat dari anggota keluarga responden dalam satu rumah, jumlahnya menunjukkan angka yang bervariasi. Paling banyak jumlah anggota keluarga responden dalam satu rumah adalah 4 orang yang dinyatakan oleh 88 responden (27.94%). Jumlah keluarga 5 orang dinyatakan oleh 72 responden (22.86%). Jumlah anggota keluarga yang paling sedikit dinyatakan oleh responden adalah keluarga dengan jumlah anggota dalam satu rumah terdiri dari variasi 9, 10, 12, 14 orang. Masing-masing dinyatakan oleh 1 responden (0,32%) Tabel 5.5 Jumlah Anggota Keluarga Responden Jumlah Anggota Keluarga 4 5 3 6 7 2 8 1 11 9 10 12 14 Total
Jumlah
Persentase
88 72 55 49 19 15 7 4 2 1 1 1 1 315
27.94% 22.86% 17.46% 15.56% 6.03% 4.76% 2.22% 1.27% 0.63% 0.32% 0.32% 0.32% 0.32% 100.00%
4. Pekerjaan Utama dan Sambilan Dilihat dari jenis pekerjaannya, responden pendengar radio di Banjarmasin tercatat memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta sebanyak 102 orang (32,38%). Urutan kedua adalah ibu rumah tangga sebanyak 52 orang (16,51%). Pegawai swasta menempati urutan ketiga dengan jumlah 47 orang (14.92%). Terdapat jenis pekerjaan lain-lain di luar kategori yang ditetapkan dalam penelitian ini dan diisi oleh 25 responden (7.94%). Pekerjaan lainnya yang diisi responden tersebut diantaranya TNI, fotografer, buruh, honorer, tukang becak, laboran, dan lain-lain. Selengkapnya mengenai sebaran pekerjaan utama responden dapat dilihat pada tabel 5.6.
199
Tabel 5.6 Pekerjaan Utama Responden Pekerjaan Utama Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pegawai swasta Mahasiswa/Pelajar Lainnya Tidak Bekerja Guru/Dosen Pensiunan Pegawai PEMDA Pegawai BUMN/BUMD Total
Jumlah 102 52 47 37 25 14 12 12 11 3 315
Persen 32.38% 16.51% 14.92% 11.75% 7.94% 4.44% 3.81% 3.81% 3.49% 0.95% 100.00%
Selain pekerjaan utama, terdapat 84 responden yang memiliki pekerjaan sambilan dengan jenis pekerjaan beragam. Variasi yang pekerjaan yang diisi responden antara lain buruh, pedagang, ojek, berjualan pulsa, honorer, ketua RT, penjahit, broker kendaraan, tukang becak, tukang parkir, tukang cukur, tukang sayur, debt collector, dan lain-lain. 5. Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir, orientasi, dan cara pandang seseorang terhadap media sebagai sumber informasi dan hiburan. Data kuesioner menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden di wilayah Banjarmasin yang paling banyak adalah lulusan SLTA dengan jumlah 139 orang (44,13%). Selanjutnya, lulusan SLTP sebanyak 80 orang (25,40%). Sementara itu, persentase tingkat pendidikan responden yang paling sedikit adalah lulusan S2/S3 yang berjumlah 4 orang (1,27%). Selengkapnya sebaran pendidikan terakhir responden di Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut.
200
Tabel 5.7 Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan
Jumlah
Persentase
SLTA
139
44.13%
SLTP
80
25.40%
SD
46
14.60%
D4/S1
33
10.48%
D1/D2/D3
9
2.86%
S2/S3
4
1.27%
lainnya
3
0.95%
Tidak Mengisi
1
0.32%
Total
315
100
6. Agama dan Suku Bangsa Dilihat dari agama yang dianut oleh 315 responden di Banjarmasin, sebanyak 312 orang (99,05%) tercatat memeluk agama Islam. Sebanyak 2 orang (0,63%) lainnya beragama Kristen, dan 1 orang (1,5%) beragama Budha. Dengan demikian, berdasarkan jumlah sampel dan pernyataannya dalam kuesioner, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden memeluk agama Islam. Tabel 5.8 Agama Responden Agama Jumlah Persentase Islam 312 99.05% Kristen 2 0.63% Budha 1 0.32% Total 315 100.00% Jika dilihat dari sukunya, tercatat mayoritas responden di Banjarmasin berasal dari Suku Banjar, yakni 266 orang (84,44%). Urutan kedua adalah suku Jawa sebanyak 23 orang (7,30%). Urutan selanjutnya, para pendatang dari Suku Madura sebanyak 6 orang (1,90%). Suku Dayak dan Sunda, masing-masing berjumlah sama, yakni sebanyak 3 orang (0,95%). Sementara itu, responden yang berasal dari suku Bugis sebanyak 2 orang (0,63%).
201
Tabel 5.9 Asal Suku Responden Asal Suku Banjar Jawa Madura Dayak Sunda Bugis Banjar-Jawa Banjarmasin Cina Jawa Barat Lampung Saka Tidak Mengisi Total
Jumlah 266 23 6 3 3 2 1 1 1 1 1 1 6 315
Persentase 84.44% 7.30% 1.90% 0.95% 0.95% 0.63% 0.32% 0.32% 0.32% 0.32% 0.32% 0.32% 1.90% 100.00%
7. Pengeluaran/Uang Saku Data pengeluaran diperlukan untuk mengetahui kemampuan ekonomi ratarata responden, khususnya bagi mereka yang sudah berkeluarga atau sudah bekerja. Sementara itu, untuk kategori mahasiswa/pelajar, kemampuan ekonomi dilihat dari besaran uang saku yang mereka terima dari orang tua. Dalam penelitian ini, perkiraan pengeluaran rumah tangga perbulan jika responden sudah berumah tangga dibatasi dari kategori pengeluaran yang terendah yakni kurang atau sama dengan Rp. 500.000,00 sampai dengan kategori pengeluaran tertinggi di atas Rp. 2.500.000,00. Dari kategori yang ada tersebut, urutan pertama kategori penghasilan 315 responden di Banjarmasin adalah >Rp.500.000,00 - Rp. 1.000.000,00 sebanyak 65 orang (30.52%), sedangkan jumlah terkecil kelompok responden dari kategori pengeluaran ini adalah <= Rp. 500.000,00 sebanyak 7 orang (3,29%).
202
Tabel 5.10 Pengeluaran Rumah Tangga Perkiraan Pengeluaran Rumah Tangga <= Rp. 500.000,00 > Rp.500.000,00 - Rp. 1.000.000,00 >Rp. 1.000.000,00 - Rp. 1.500.000,00 > Rp. 1.500.000,00 - Rp. 2.000.000,00 >Rp. 2.000.000,00 - Rp. 2.5000.000,00 > Rp. 2.500.000,00 Total
Jumlah 7 65 60 44 14 23 213
Persentase 3.29% 30.52% 28.17% 20.66% 6.57% 10.80% 100.00%
Perkiraan pengeluaran pribadi perbulan jika responden lajang, tapi sudah bekerja dibatasi dari kategori pengeluaran yang terendah, yakni kurang atau sama dengan Rp. 300.000,00 sampai dengan kategori pengeluaran tertinggi di atas Rp. 1.500.000,00. Dari kategori yang ada tersebut, sebanyak 67 responden mengaku masih lajang dan sudah bekerja. Kategori urutan pertama kategori ini adalah > Rp. 300.000,00 - Rp. 600.000,00 sebanyak 19 orang (28,36%). Urutan terkecil adalah pengeluaran <= Rp. 300.000,00 sebanyak 6 orang (8,96%). Tabel 5.11 Pengeluaran Pribadi (Jika Lajang Bekerja) Perkiraan Pengeluaran Pribadi Perbulan <= Rp. 300.000,00 > Rp. 300.000,00 - Rp. 600.000,00 >Rp. 600.000,00 - Rp. 900.000,00 >Rp. 900.000,00 - Rp. 1.200.000,00 >Rp. 1.200.000,00 - Rp. 1.500.000,00 >Rp.1.500.000,00 Total
Jumlah 6 19 16 8 10 8 67
Persentase 8.96% 28.36% 23.88% 11.94% 14.93% 11.94% 100.00%
Jika responden adalah mahasiswa/pelajar, maka penelitian ini melihat jumlah uang saku yang dikategorikan dari kriteria terendah, yakni kurang atau sama dengan Rp.100.000,00 sampai uang saku tertinggi, yakni di atas Rp. 700.000,00. Dari kategori yang ada, urutan pertama kategori uang saku responden yang paling banyak adalah >Rp. 700.000,00 sebanyak 9 orang (20.93%). Jumlah paling sedikit dari kategori uang saku ini adalah >Rp.300.000,00 - Rp. 400.000,00 dan >Rp. 500.000,00 - Rp. 600.000,00 sebanyak masing-masing 3 orang (6,98%).
203
Tabel 5.12 Jumlah Uang Saku (Jika Mahasiswa/Pelajar) Jumlah Uang Saku Perbulan <=Rp. 100.000,00 >Rp. 100.000,00 - Rp. 200.000,00 >Rp. 200.000,00 - Rp. 300.000,00 >Rp.300.000,00 - Rp. 400.000,00 >Rp.400.000,00 - Rp. 500.000,00 >Rp. 500.000,00 - Rp. 600.000,00 > Rp. 600.000,00 - Rp. 700.000,00 >Rp. 700.000,00 Total
Frekuensi 5 4 6 3 8 3 5 9 43
Persentase 11.63% 9.30% 13.95% 6.98% 18.60% 6.98% 11.63% 20.93% 100.00%
C. Kebiasaan Bermedia Media habit adalah kebiasaan responden dalam mengakses media dan alasan mereka mengakses media tersebut. Media yang dimaksud penelitian ini meliputi media elektronik (televisi dan radio), media cetak (suratkabar dan tabloid), serta media interaktif (internet). Ada beberapa kebiasaan akses media yang dicatat dalam penelitian ini, yakni jenis media yang paling sering diakses untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan, serta tujuan responden mengakses media tersebut. 1.
Peringkat Jenis Media yang Digunakan
Televisi tetap sebagai media yang paling favorit diakses oleh responden untuk mendapatkan disusul radio, internet, koran, majalah, dan tabloid. Dari 315 responden Banjarmasin, sebanyak 250 responden (79,37%) menempatkan televisi di urutan pertama sebagai media yang paling sering diakses. Persentase ini jauh lebih besar dibandingkan dengan media-media lain yang ditempatkan responden sebagai media utama yang di akses. Radio memang tidak difavoritkan sebagai media yang paling utama diakses. Meskipun demikian, radio menjadi media alternatif kedua yang tingkat persentasenya cukup tinggi. Sebanyak 38 responden (12,06%) menempatkan radio di urutan pertama sebagai media yang paling sering diakses. Di luar itu, ada 145 responden (46,09%) yang menempatkan radio dalam urutan kedua media yang paling sering diakses. Dengan melihat persentase ini, meskipun radio bukan merupakan media paling
204
favorit, terutama jika dibandingkan dengan televisi, tapi tetap digemari masyarakat sebagai sumber informasi dan hiburan mengalahkan media-media yang lain seperti surat kabar, majalah, dan tabloid. Trend menarik justru diperlihatkan oleh internet yang menempati urutan ketiga pada pilihan pertama yang mengalahkan semua jenis media cetak sebagaimana dinyatakan oleh 20 responden (5,35%). Pada peringkat kedua, jenis media yang digunakan 44 responden (13,97%), internet menempati urutan keempat dari 7 jenis media yang diakses responden. Tabel 5.13 Peringkat Jenis Media yang Digunakan (Frekuensi) Nama Media Koran Majalah Tabloid TV Radio Internet Media lainnya
1 6 1 250 38 20
2 59 4 5 55 145 44
3 129 20 4 8 90 46
Peringkat 4 67 127 35
5 28 91 144
6 8 47 101
23 39
6 19
11 117
7
1 1
Jika data di atas ditampilkan dalam bentuk persentase dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut 5.14. Tabel 5.14 Peringkat Jenis Media yang Digunakan (Persentase) Nama Media Koran Majalah Tabloid TV Radio Internet Media lainnya 1.
1 1.90% 0.32% 79.37% 12.06% 6.35%
2 18.73% 1.27% 1.59% 17.46% 46.03% 13.97%
Peringkat 3 4 40.95% 21.27% 6.35% 40.32% 1.27% 11.11% 2.54% 28.57% 7.30% 14.60% 12.38%
5 8.89% 28.89% 45.71%
6 2.54% 14.92% 32.06%
1.90% 6.03%
3.49% 37.14%
7
0.32% 0.32%
Tujuan Menggunakan Media
Di antara tujuan-tujuan responden mengakses media, mencari atau mendapatkan informasi menempati persentase tertinggi, diikuti mendapatkan
205
hiburan. Dari jawaban 315 responden, sebanyak 192 responden (60,92%) mengakses media karena tujuan mendapatkan informasi, dan sebanyak 93 responden (92,52%) mengakses media untuk mendapatkan hiburan. Hanya 22 responden (6.98%) yang mengakses media sekadar mengisi waktu luang. Trend ini cukup menggembirakan karena ternyata media tidak sekadar digunakan sebagai sumber hiburan, melainkan justru sebagai rujukan utama informasi.
Grafik 5.2 Tujuan Menggunakan Media D. Kebiasaan Mendengarkan Radio Dalam penelitian ini, kebiasaan mendengarkan radio atau listening habit didefinisikan sebagai kebiasaan pendengar radio yang menunjukkan pola perilaku harian mereka ketika mengakses radio. Kebiasaan tersebut antara lain rata-rata jumlah waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio, pemilihan waktu, tempat yang biasanya digunakan untuk mendengarkan radio, jenis program yang paling sering didengarkan, dan aktivitas ketika mendengarkan radio. 1.
Rata-Rata Perhari Mendengarkan Radio
Dilihat dari rata-rata jumlah jam yang digunakan responden untuk mengakses radio, persentase tertinggi berada pada kurun waktu 1-3 jam perhari, yakni 160 orang (50,79%), disusul kemudian responden yang mengakses radio rata-rata kurang dari 1 jam perhari sebanyak 132 orang (41,90%). Dari data penelitian, terlihat hanya 8 orang (1,27%) yang rata-rata mendengarkan radio selama lebih dari 5 jam setiap harinya. Angka ini megindikasikan bahwa pendengar radio yang konsisten mendengarkan 206
setiap harinya dengan durasi yang panjang semakin berkurang. Tabel 5.15 Rata-Rata Jam Perhari Mendengarkan Radio Rata-rata Perhari 1-3 jam Kurang 1 jam 3-5 jam Di atas 5 jam Tidak mengisi Total
Jumlah 160 132 11 8 4 315
Persentase 50.79% 41.90% 3.49% 2.54% 1.27% 100.00%
2. Waktu Paling Sering Mendengarkan Radio Selain rata-rata jam yang digunakan untuk mendengarkan radio, penelitian ini juga melihat waktu-waktu khusus yang digunakan responden untuk mendengarkan radio. Dilihat dari kecenderungan waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio, paling banyak reponden Banjarmasin mendengarkan radio pada waktu sore hingga malam hari pukul 17.00-21.00 sebanyak 94 (29,84%). Responden yang mendengarkan radio pada pukul 08.00-10.00 sebanyak 64 responden (30,32%). Selanjutnya, sebanyak 43 responden (13,65%) mendengarkan radio pada pukul 05.00-80.00. Pada pukul 21.00 sampai tengah malam (pukul 24.00), pendengar radio juga cukup banyak jumlahnya, yakni 42 responden (13,33%). Namun, jumlah responden yang mendengarkan merosot tajam pada pukul 24.00-05.00. Dengan kata lain, waktu yang paling sedikit digunakan untuk mendengarkan radio adalah pada waktu dini hari antara pukul 24.00-05.00, yang hanya dipilih oleh 1 responden (0,32%). Tabel 5.16 Waktu Favorit Mendengarkan radio Waktu Pukul 05.00 - 08.00 Pukul 08.00 - 10.00 Pukul 10.00 - 12.00 Pukul 12.00 - 14.00 Pukul 14.00 - 17.00 Pukul 17.00 - 21.00 Pukul 21.00 - 24.00 Pukul 24.00 - 05.00 Total
Jumlah 43 64 23 19 29 94 42 1 315
Persentase 13.65% 20.32% 7.30% 6.03% 9.21% 29.84% 13.33% 0.32% 100.00%
207
3. Tempat Mendengarkan Radio Dilihat dari tempat yang biasanya digunakan untuk mendengarkan radio, responden yang memiliki kebiasaan mendengarkan radio di rumah sebanyak 270 orang (85,71%). Angka ini mengindikasikan mayoritas responden mendengarkan radio di rumah sebagai tempat yang pailng nyaman. Di tempat kerja, terdapat 23 responden (7,94%) yang bisa mendengarkan radio. Sementar itu, 11 responden lainnya (3,49%) mendengarkan radio di kendaraan. Persentase paling kecil adalah mendengarkan radio di tempat umum sebanyak 7 orang (2,22%). Tingginya persentase responden yang mendengarkan radio di rumah juga menunjukkan bahwa responden mendengarkan radio di luar jam-jam kerja atau radio didengarkan pada waktu senggang. Ini konsisten dengan temuan waktu mendengarkan favorit respoden, yang berada di luar jam-jam kerja (sore menjelang malam dan malam hari). Tabel 5.17 Tempat yang Biasanya Digunakan Mendengarkan Radio Tempat Rumah Tempat kerja Kendaraan Tempat umum Lainnya Total
Jumlah 270 25 11 7 2 315
Persentase 85.71% 7.94% 3.49% 2.22% 0.63% 100.00%
4. Jenis Program yang Paling Sering Didengarkan Acara atau program adalah pertibangan uatama yang selalu menjadi perhatian pendengar sekaligus menjadi daya tarik utama dalam memilih stasiun radio. Jika dilihat dari program yang biasa didengarkan, sebanyak 157 responden (49,84%) memilih musik sebagai pilihan utama. Selanjutnya, berita/program informasi dipilih oleh 150 orang (47,62%). Sisanya, program lain-lain dipilih 8 orang (2,54%). Program lainnya yang tercatat dalam penelitian ini berdasarkan pengakuan responden adalah acara ceramah, keagamaan, dan olah raga.
208
Tabel 5.18 Program yang Biasa Didengarkan Jenis Program Musik Berita/program informasi Lainnya Total
Jumlah 157
Persentase 49.84%
150 8 315
47.62% 2.54% 100.00%
5. Aktivitas Ketika Mendengarkan Radio Terdapat dua kecenderungan ketika seseorang mendengarkan radio. Pertama, pendengar hanya mendengarkan radio. Kedua, pendengar selain mendengarkan radio juga melakukan aktivitas lain pada saat yang bersamaan. Dari temuan penelitian, terlihat bahwa sebanyak 191 responden (60,63%) fokus mendengarkan radio saja. Sisanya sebanyak 123 (39,05%) responden mendengarkan radio sambil melakukan aktivitas lain. Tabel 5.19 Aktivitas Ketika Mendengarkan Radio Aktivitas Hanya Mendengarkan Radio Sambil Mengerjakan Aktivitas Lain Tidak Mengisi Total
Jumlah 191 123 1 315
Persentase 60.63% 39.05% 0.32% 100.00%
Aktivitas lain yang dilakukuan saat mendengarkan radio menurut pengakuan responden dalam penelitian ini antara lain bekerja, memasak, mencuci pakaian, belajar, berdagang, menyetrika, bersih-bersih rumah, dan sebagainya. 6. Perangkat yang Paling Sering Digunakan Saat ini, perkembangan teknologi media yang cepat dengan kemampuan konvergensinya atas media-media yang sudah ada sebelumnya. Secara perlahan tapi pasti, berdampak pada cara seseorang mendengarkan radio yang dapat dilakukan melalui beragam media. Namun, data penelitian menunjukkan radio transistor masih merupakan pilihan utama responden dalam mendengarkan radio. Sebanyak 169 responden (53,63%) mendengarkan radio dengan pesawat radio transistor. Urutan
209
kedua adalah penggunaan mobile phone sebagai perangkat untuk mendengarkan radio sebanyak 130 responden (41.27%). Radio mobil dan MP3/MP4 player menempati urutan ke-3 dan ke-4 sebanyak 6 responden (1,90%) dan 4 responden (1,27%). Urutan terakhir mendengarkan radio melalui streaming sebanyak 3 responden (0.95%).
Grafik 5.3 Perangkat yang Digunakan untuk Mendengarkan Radio
7. Gaya Penyiar Paling Disukai Penyiar merupakan ujung tombak bagi stasiun radio karena secara langsung menjembatani hubungan antara radio dengan pendengarnya. Seringkali, pendengar radio yang loyal mendengarkan radio karena kesukaannya terhadap profil penyiar. Tak jarang, penyiar menjadi ikon suatu radio. Variasi gaya penyiar radio (air personality) antara lain humoris, ekspresif, berwibawa, gaul/tredi, interogatif, lugas/tegas. Dari data kuesioner, tercatat bahwa responden di Banjarmasin menyukai gaya penyiar yang humoris dalam membawakan acara. Karakter humoris dipilih paling banyak, yakni oleh 111 responden (35.24%). Selanjutnya, penyiar yang memiliki kualitas suara yang baik dipilih oleh 96 responden (30,48%). Penyiar yang interogatif hanya dipilih oleh 1 responden (0,32%).
210
Tabel 5.20 Gaya Penyiar yang Paling Disukai Gaya Penyiar Humoris Suaranya bagus Berwibawa Lugas/tegas Gaul/trendi Ekspresif Lainnya Interogatif Tidak Mengisi Total
Jumlah 111 96 35 26 26 15 4 1 1 315
Persentase 35.24% 30.48% 11.11% 8.25% 8.25% 4.76% 1.27% 0.32% 0.32% 100.00%
E. Evaluasi RRI Pro 1 dan Pro 2 Salah satu tujuan utama penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap Program siaran RRIdi masing-masing daerah. Dengan demikian, dapat dirumuskan rekomendasi yang untuk perbaikan RRIdi masa yang akan datang sesuai dengan dinamika dan karakteristik yang terjadi di setiap wilayah. Evaluasi terhadap RRIdalam penelitian ini mencakup persepsi dan penilaian responden terhadap RRI, khususnya Pro1 dan Pro2. Sebelum evaluasi pendengar terhadap RRIdiuraikan lebih lanjut, perlu ditekankan bahwa dari 315 responden pendengar radio di Banjarmasin, 230 orang (73%) di antaranya mengaku mendengarkan RRI. Sebanyak 85 orang (27%) tercatat tidak mendengarkan RRI. Jika ditanya lebih lanjut dengan kemungkinan lebih dari 1 pilihan jawaban, maka dari 230 responden yang mendengarkan RRIpaling banyak mendengarkan RRIPro 1, yakni 122 orang (69,71%). Selanjutnya, responden yang mendengarkan Pro 2 sebanyak 65 orang (37,14%). Pro 4 menempati urutan ketiga dengan pendengar 29 responden (6,29%). Terakhir, Pro 3 didengarkan paling sedikit, yakni 11 responden (6,29%). Sayangnya, 3 responden (1,71%) yang mengaku mendengarkan RRItidak menyebutkan programa apa yang sering didengarkan.
211
Tabel 5.21 Stasiun RRI yang Paling Sering Didengarkan Stasiun RRI Pro 1 (97,6 FM) Pro 2 (95,2 FM) Pro 4 (87,70 FM) Pro 3 (92,5 FM) Tidak mengisi Total
Jumlah 122 65 29 11 3 230
Persentase 69.71% 37.14% 16.57% 6.29% 1.71%
Jika ditelusuri lebih lanjut melalui metode tabulasi silang, dapat dilihat bahwa masing-masing programa memiliki segmentasi pendengar berdasarkan kelompok usia. Dari 122 responden yang mendengarkan Pro 1, sebanyak 35 orang (28,69%) tercatat berusia 33 sd 43 tahun. Pada urutan kedua, pendengar Pro 1 adalah usia 23 sd 33 tahun sebanyak 28 orang (22,95%). Selanjutnya, urutan ketiga adalah pendengar Pro 1 dengan kategori usia 43 sd 53 tahun. Urutan-urutan berikutnya hampir semua kategori umur responden dalam penelitian ini tercatat mendengarkan Pro 1. Artinya, Pro 1 didengarkan oleh beragam segmen usia yang relatif merentang dari muda sampai dewasa, meski tetap didominasi oleh usia pendengar dewasa. Sementara itu, untuk RRI Pro 2, dari 65 responden yang mendengarkan Pro 2, urutan pertama dan kedua dengan jumlah yang sama didominasi oleh usia remaja dan muda-dewasa, yakni 23 sd 33 tahun dan 33 sd 43 tahun, masing-masing 19 responden (29,23%). Berikutnya, 18 responden (27,69) adalah usia anak muda usia 15 sd 23 tahun. Untuk usia lanjut, sangat sedikit yang mendengarkan Pro 2, misalnya usia >53 sd 63 tahun tercatat hanya 1 responden (1,54%) dan usia > 63 tahun 2 responden (3,08%). Dengan demikian, segmen yang disasar oleh Pro 2, yakni remaja dan anak muda secara relatif telah tecapai di Banjarmasin.
212
Tabel 5.22 Pendengar Programa RRI Berdasarkan Usia Pro 1 (97,6 FM)
Usia
Pro 2 (95,2 FM)
Pro 3 (92,5 FM)
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
15 s.d. 23 tahun
16
13.11%
18
27.69%
>23 s.d. 33 tahun
28
22.95%
19
29.23%
6
>33 s.d. 43 tahun
35
28.69%
19
29.23%
1
> 43 s.d. 53 tahun
26
21.31%
6
9.23%
>53 s.d. 63 tahun
10
8.20%
1
1.54%
> 63 tahun
7
5.74%
2
3.08%
122
100.00%
65
100.00%
Total
Frekuensi
Persentase
Pro 4 (87,70 FM) Frekuensi
Persentase
1
3.45%
54.55%
11
37.93%
9.09%
7
24.14%
1
9.09%
6
20.69%
2
18.18%
3
10.34%
1
9.09%
1
3.45%
11
100.00%
29
100.00%
Melalui tabulasi silang, penelitian ini juga melihat profil pendengar RRIberdasarkan jenis pekerjaan utama yang digelutinya. Dari data kuesioner, terlihat bahwa dari 122 reponden yang mendengarkan Pro 1, 43 orang (35,25%) di antaranya berprofesi sebagai wiraswasta. Selanjutnya, ibu rumah tangga sebanyak 19 orang (15,57%). Jumlah tersebut berbeda sedikit dengan pegawai swasta pada urutan ketiga, yaitu 18 orang (14,75%). Pendengar Pro 1 dari kalangan mahasiswa atau pelajar tercatat berjumlah 7 orang (5,74%). Berbeda dengan Pro 1, pekerjaan 65 reponden yang mendengarkan Pro 2 didominasi oleh wiraswasta dan mahasiswa dengan selisih yang tidak signifikan, yakni 18 orang (27,69%) dan 14 orang (21,54%). Ibu rumah tangga tercatat menempati urutan ketiga sebagai jenis pekerjaan utama pendengar Pro 2, yakni sebanyak 13 orang (20,00%). Urutan selanjutnya Pro 2 didengarkan oleh pegawai swasta sebanyak 8 orang (12,31%).
213
Tabel 5.23 Pendengar Programa RRI Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Utama
Pro 1 (97,6 FM)
Pro 2 (95,2 FM)
Pro 3 (92,5 FM)
Pro 4 (87,70 FM)
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Guru/Dosen
4
3.28%
1
1.54%
2
18.18%
3
10.34%
Pegawai PEMDA
6
4.92%
1
1.54%
1
9.09%
Pegawai BUMN/BUMD Pegawai swasta
0
0.00%
1
1.54%
18
14.75%
8
12.31%
2
18.18%
4
13.79%
Wiraswasta
43
35.25%
18
27.69%
2
18.18%
12
41.38%
Mahasiswa/ Pelajar
7
5.74%
14
21.54%
1
3.45%
Pensiunan
8
6.56%
1
1.54%
Ibu Rumah Tangga
19
15.57%
13
20.00%
3
27.27%
5
17.24%
Tidak Bekerja
6
4.92%
1
1.54%
1
9.09%
3
10.34%
Lainnya
11
9.02%
7
10.77%
1
3.45%
122
100.00%
65
100.00%
29
100.00%
TOTAL
11
100.00%
Selanjutnya, melalui tabulasi silang, penelitian ini juga melacak profil pendengar RRIdi Banjarmasin berdasarkan pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden. Secara teori, tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir, orientasi, dan cara pandang seseorang terhadap media sebagai sumber informasi dan hiburan, termasuk dalam kaitannya dengan pemilihan sebuah stasiun radio. Dari data kuesioner, terlihat bahwa SLTA sebagaimana mayoritas responden dalam penelitian ini juga menjadi urutan pertama pendidikan terakhir pendengar Pro 1 dan Pro 2, termasuk pendengar Pro 3 dan Pro 4. Dari 122 reponden yang mendengarkan Pro 1, 45 orang (36,89%) berpendidikan terakhir SLTA. Pada urutan kedua, 31 orang (25, 41%) menempuh pendidikan terakhir SLTP. Sebanyak 15 orang (12,30%) memiliki pendidikan terakhir Sarjana atau Diploma 4. Hanya 2 orang (1,64%) pendengar Pro 1 yang menamatkan pendidikan S2/S3. Jika dilihat sebaran pendidikan terakhir dari 65 pendengar Pro 2, berdasarkan tabulasi silang terlihat bahwa lulusan SLTA menempati urutan tertinggi sebanyak 37 orang (56,92%). Urutan berikutnya adalah lulusan SLTP sebanyak 16 orang (24, 62%). Berikutnya adalah lulusan SD sebanyak 7 orang (10,77%). Data kuesinoner menujukkan hanya 4 orang (6,15%) yang menamatkan gelar diploma 4/sarjana. Dalam penelitian ini, tidak ada satupun responden pendengar Pro 2 yang menyelesaikan jenjang
214
pendidikan s2 atau s3. Selengkapnya mengenai sebaran pendidikan terakhir pendengar RRIdi empat programa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.24 Pendengar Programa RRIBerdasarkan Pendidikan Terakhir Pro 1 (97,6 FM) Pro 2 (95,2 FM) Pro 3 (92,5 FM)
Pendidikan Terakhir
Pro 4 (87,70 FM)
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
SD SLTP SLTA D1/D2/D3 D4/S1 S2/S3 lainnya
22 31 45 4 15 2 3
18.03% 25.41% 36.89% 3.28% 12.30% 1.64% 2.46%
7 16 37 1 4
10.77% 24.62% 56.92% 1.54% 6.15%
1 3 4
9.09% 27.27% 36.36%
2 8 14
6.90% 27.59% 48.28%
2 1
18.18% 9.09%
4 1
13.79% 3.45%
Total
122
100.00%
65
100.00%
11
100.00%
29
100.00%
1.
Evaluasi Pro 1 a. Alasan Utama Mendengarkan Pro 1 Suatu stasiun radio didengarkan oleh khalayak karena beragam alasan
menyangkut preferensi subjektif mengenai program acara, kualitas peniaran, jenis musik, kualitas suara, dan sebagainya. Melalui kuesioner responden di Banjarmasin ditanya alasan mereka mendengarkan Pro 1, dari 122 responden yang mendengarkan Pro 1, tercatat 48 orang (39,34%) menjawab alasan mendengarkan Pro 1 karena program beritanya. Selanjutnya, sebayak 31 orang (25,41%) ingin mendengarkan karena program informasi yang ada di Pro 1. Urutan berikutnya 30 orang (24,59%) menyatakan bahwa alasan mereka mendengarkan Pro 1 karena musiknya. Sementara itu, sebanyak 10 orang (2.54%) memilih mendengarkan Pro 1 dengan alasan kualitas suara. Terakhir, 3 orang (2,46%) mendengarkan Pro 1 karena penyiarnya. Selengkapnya mengenai alasan responden memilih Pro 1 dapat dilihat dalam tabel berikut.
215
Tabel 5.25 Alasan Mendengarkan Pro 1 Alasan Jumlah Persentase Program Berita 48 39.34% Program Informasi 31 25.41% Musik 30 24.59% Kualitas Suara/Jernih 10 8.20% Penyiar 3 2.46% Total 122 100.00%
b. Waktu Paling Sering Mendengarkan Pro 1 Dilihat dari kebiasaan pendengar Pro 1 memilih waktu-waktu tertentu untuk mendengarkan radio, data kuesioner menunjukkan bahwa pagi hari adalah waktu yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan Pro 1. Sebanyak 33 orang (27.05%) mendengarkan Pro 1 pada pukul 08.00 - 10.00 WITA. Ini merupakan persentase tertinggi. Berikutnya sebanyak 21 responden (17,21%) mendengarkan Pro 1 pada sore hingga malam hari, yakni pukul 08.00–10.00 WITA. Waktu yang relatif paling jarang digunakan untuk mendengarkan Pro 1 adalah pkl 12.00 – 14.00 WITA dan 24.00 – 05.00 WITA masing-masing sebanyak 7 (5.74%) dan 1 orang (0,82%). Dengan demikian, pagi hari merupakan waktu unggulan yang perlu diperhatikan oleh pengelola Pro 1 dalam merencanakan program acara sebaik-baiknya karena pada waktu inilah perhatian pendengar radio Pro 1 mencapai puncaknya. Tabel 5.26 Kebiasaan Responden Mendengarkan Pro 1 Berdasarkan Waktu Waktu Pukul 08.00 - 10.00 Pukul 17.00 - 21.00 Pukul 14.00 - 17.00 Pukul 21.00 - 24.00 Pukul 05.00 - 08.00 Pukul 10.00 - 12.00 Pukul 12.00 - 14.00 Pukul 24.00 - 05.00 Total
Jumlah 33 21 18 15 14 13 7 1 122
Persentase 27.05% 17.21% 14.75% 12.30% 11.48% 10.66% 5.74% 0.82% 100.00%
216
c. Jenis Musik yang Paling Ingin Didengarkan di Pro 1 Dalam sejarah perkembangan radio, musik merupakan jenis program yang selalu diminati oleh pendengar radio. Penelitian ini berusaha melacak jenis-jenis musik yang paling ingin didengarkan oleh pendengar Pro 1. Pendengar Pro 1 menempatkan musik dangdut sebagai musik yang paling ingin didengarkan di Pro 1. Tercatat, sebanyak 61 responden (50%) menggemari musik dangdut di Pro 1. Urutan berikutnya adalah musik pop. Ini menarik karena musik dangdut ternyata lebih diminati dibandingkan dengan musik pop. Temuan ini sangat berbeda dengan temuan di kotakota lainnya. Dari data survei, dapat dilihat bahwa sebanyak 35 responden (28,69%) menginginkan musik pop sebagai jenis musik yang paling ingin didengarkan di Pro 1. Menariknya, musik klasik ternyata memiliki penggemar di Pro 1. Terbukti, sebanyak 9 responden (7,38%) menempatkan musik klasik sebagai pilihan. Musik tradisional/etnik dan musik keroncong di Pro 1 juga diminati oleh masing-masing 3 responden (2,46%). Selengkapnya mengenai sebaran pilihan jenis musik yang ingin didengarkan responden pendengar RRIPro 1 Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.27 Jenis Musik Paling Ingin Didengarkan di Pro 1 Jenis Musik Dangdut Pop Klasik Lainnya Etnik/tradisional Keroncong Rock Jazz Country Tidak Mengisi Total
Jumlah 61 35 9 5 3 3 2 2 1 1 122
Persentase 50.00% 28.69% 7.38% 4.10% 2.46% 2.46% 1.64% 1.64% 0.82% 0.82% 100.00%
Dalam temuan FGD, musik daerah memiliki banyak penggemar. Terbukti dari pernyataan beberapa peserta FGD yang berharap lagu-lagu Banjar mendapatkan porsi yang lebih banyak di Pro 1. Sebagaimana diungkapkan Ahamad Fasial (37 tahun, wiraswasta) sebagai berikut.
217
“Selama berkualitas dan bagus, jenis musik apapun tak masalah diputar di Pro 1, tapi hendaknya budaya Banjar digali lebih dalam dan ditampilkan lewat lagu-lagu di RRI” Peserta lain, Istiqomah (42 tahun, ibu rumah tangga) menambahkan bahwa musik daerah, selain lagu Banjar juga sesekali perlu ditampilkan musik dari Jawa, seperti lagu campursari karena menurutnya banyak suku Jawa yang tinggal di Banjarmasin. “Diperbanyak juga campur sari dan lagu Jawa di RRI, Banyak orang Jawa di Banjar,” tegasnya. b. Acara yang Paling Disukai Acara atau program adalah hal pokok yang selalu menjadi perhatian khalayak pendengar sekaligus menjadi daya tarik utama dalam memilih stasiun radio. Dari 122 responden pendengar Pro 1 di Banjarmasin, sebanyak 44 orang (46,72%) memilih berita sebagai acara yang paling disukai. Selanjutnya, musik menempati urutan kedua jenis acara yang paling disukai, yakni dipilih sebanyak 44 orang (36,07%). Acara berikutnya adalah informasi, yang disukai oleh 20 responden (16,39%). Tabel 5.28 Acara yang Paling Disukai di Pro 1 Jenis Acara Berita Musik Informasi Lainnya Total
Jumlah 57 44 20 1 122
Persentase 46.72% 36.07% 16.39% 0.82% 100.00%
Terkait dengan data kulitatif FGD yang melengkapi data kuantitaif survei, peserta FGD mengusulkan kepada Pro 1 jika memungkinkan acara unggulan di masa lalu seperti drama dan sandiwara radio diputar kembali di RRI. Sebagaimana disampaikan Syahrida Pauliana (43 tahun, istri Ketua RT), “Jika boleh, drama dan sandiwara radio diputar kembali di RRI”.
218
b. Jenis Informasi Paling Dibutuhkan Mencari informasi menjadi salah satu alasan penting mengapa responden mendengarkan radio. Beberapa jenis informasi yang dibutuhkan oleh pendengar antara lain informasi bertema pendidikan, olahraga, keagamaan, hukum, kesehatan, ekonomi politik, sosal–budaya, dan lain sebagainya. Dari data penelitian, terlihat bahwa pendengar Pro 1 memilih hukum-kriminal dan olah raga sebagai jenis informasi yang dibutuhkan sebagaimana dinyatakan oleh 27 (22,13%) dan 26 (21,31%) responden. Selanjutnya, sebanyak 20 (16,39%) pendengar Pro 1 membutuhkan informasi tentang pendidikan dan sebanyak 18 orang (14,75%) memerlukan informasi seputar keagamaan. Hanya 1 pendengar (0,82%) yang memilih tema tentang public figure/selebritis sebagai informasi yang dibutuhkan di Pro 1. Tabel 5.29 Jenis Informasi Paling Dibutuhkan di Pro 1 Jenis Informasi Hukum dan Kriminal Olah raga Pendidikan Keagamaan Ekonomi dan Bisnis Kesehatan Sosial-Kebudayaan Lainnya Selebriti/public figure Total
Jumlah 27 26 20 18 16 6 5 3 1 122
Persentase 22.13% 21.31% 16.39% 14.75% 13.11% 4.92% 4.10% 2.46% 0.82% 100.00%
Dalam FGD, beberapa peserta berharap RRIperlu menambah informasi keagamaan yang disisipkan di sela-sela program utama. Ahmad Faisal (37 tahun, wiraswasta), misalnya, mengusulkan agar RRIdi semua programa secara rutin memberitahukan saat masuk waktu-waktu salat wajib dan menambah materi ceramah agama secara berkelanjutan.
“Di RRIperlu diadakan time signal, kapan waktu salat. Selain itu perlu juga disiarkan acara tausiah atau siraman rohani. Saya juga minta tolong terus melaui RRIkita diingatkan hal-hal baik, kata-kata bijak atau kutipan hadis Nabi. Tidak hanya pagi hari, tapi kontinyu.”
219
Peserta FGD lainnya, Sumiati (49 tahun), yang berprofesi sebagai Guru TK juga menyatakan hal serupa tentang perlunya siraman rohani disiarkan RRI, tapi Sumiati memberi saran tentang kualitas atau pemilihan narasumber/penceramah yang hendaknya lebih ditingkatkan. Selain itu, hal menarik lainnya dari FGD adalah statemen serupa yang disampaikan peserta FGD termuda Masyhudi (21 tahun, pelajar). Menurutnya, acara RRIharus lebih banyak berisi siaran yang mencerminkan kegiatan-kegiatan ahlak, seperti materi keteladan melalui kisah-kisah Nabi. b. Penilaian Responden terhadap RRIPro 1 Evaluasi berikutnya adalah persepsi responden terhadap Pro 1 secara umum yang meliputi tingkat kepuasan yang diperoleh setelah mendengarkan Pro 1. Dalam kaitan ini, ada beberapa variabel yang digunakan untuk melakukan penilaian, yakni tingkat kepuasan responden atas siaran musik, tingkat kepuasan responden atas program berita/informasi, kesan terhadap penyiar, dan kualitas atau kejernihan suara Pro 1. Sebagai sebuah evaluasi yang lengkap, diharapkan bahwa dari penelitian ini responden akan memberikan tanggapan terkait dengan keunggulan sekaligus kekurangan RRIPro 1. (1) Tingkat Kepuasan Responden Atas Siaran Musik Dalam penelitian ini, untuk menilai kepuasan responden atas siaran musik di Pro 1 digunakan skala Likert dengan kategori sangat puas, puas, biasa saja, kurang memuaskan, dan sangat memuaskan. Responden diminta untuk menilai tingkat kepuasan atas siaran musik Pro 1 berdasarkan skala tersebut. Dari data yang ada, mayoritas responden atau 86 orang (70.49%) menyatakan puas dengan musik di Pro 1. Urutan berikutnya, sebanyak 19 orang (15,57%) mengaku biasa saja terhadap musik Pro 1. Responden yang sangat puas dengan siaran musik Pro 1 berjumlah 12 orang (9,84%). Hanya 4 responden (3,28%) yang menyatakan siaran musik di Pro 1 kurang memuaskan.
220
Tabel 5.30 Tingkat Kepuasan Responden Atas Siaran Musik Pro 1 Kepuasan Sangat Puas Puas Biasa Saja Kurang Memuaskan Tidak Mengisi Total
Jumlah 12 86 19 4 1 122
Persentase 9.84% 70.49% 15.57% 3.28% 0.82% 100.00%
Terkait dengan data kulitatif FGD yang melengkapi data kuantitaif survei, secara umum, peserta FGD mengaku puas dengan lagu-lagu yang ditampilkan di Pro 1. Namun, mereka memberikan beberapa saran, misalnya, Masyhudi (21 tahun, pelajar) yang menyukai lagu yang ber-genre pop mengusulkan agar Pro 1 memisahkan acara yang menampilkan lagu lama dan baru disertai informasi menengani tangga lagu yang sedang populer. “Kalo bisa dipisahkan acara untuk lagu-lagu oldies dan new song, dan juga dibuatkan chart untuk lagu-lagu baru”. (2) Tingkat Kepuasan Responden Atas Program Berita/Informasi Sama dengan penilaian tingkat kepuasan pendengar terhadap program musik di Pro 1, responden juga diminta untuk menilai tingkat kepuasan atas program siaran berita/informasi di Pro 1 dengan kategori sangat puas, puas, biasa saja, kurang memuaskan, dan sangat memuaskan. Dari jawaban responden, sebanyak 86 orang (70,49%) menyatakan puas dengan berita di Pro 1. Urutan berikutnya, 18 orang (15,57%) mengaku sangat puas. Responden yang menyatakan biasa saja terhadap siaran berita Pro 1 berjumlah 11 orang (9,02%). Hanya 1 responden (3,28%) yang menyatakan siaran berita dan onformasi di Pro 1 kurang memuaskan. Dengan demikian, terlihat bahwa mayoritas pendengar Pro 1 menyatakan kepuasan dengan derajat yang positif terhadap program berita dan RRIPro 1, terbukti dengan akumulasi persentase kategori puas dan sangat puas berjumah 89,34%.
221
Tabel 5.31 Tingkat Kepuasan Responden Atas Program Berita/Informasi Pro 1 Tingkat Kepuasan Sangat Puas Puas Biasa Saja Kurang Memuaskan Tidak Mengisi Total
Jumlah 18 91 11 1 1 122
Persentase 14.75% 74.59% 9.02% 0.82% 0.82% 100.00%
Dalam FGD, secara umum peserta FGD menilai bahwa dibanding radio lain yang mengedepankan hiburan, Pro 1 lebih sarat dengan muatan informasi. Namun, mereka memberikan saran bentuk informasi yang perlu ditambahkan di Pro 1. Syahrida Pauliana (43 tahun, istri Ketua RT) mengatakan “Informasi mengenai bagaimana ujian, tips-tips belajar yang baik untuk anak-anak”. Peserta lain Masyhudi (21 tahun, pelajar) menambahkan, “Lifestyle ditambah, dengan tema-tema untuk anak muda. Ya, RRIperlu memberikan informasi lifestyle yang up to date”. Semantara itu. Sumiati (47 tahun, guru TK) mengungkapkan, “Acara untuk anak-anak di RRIdibuat lebih kreatif dan interaktif, juga ada narasumber Ibu guru yang bisa menguasai problem anak”. Peserta lainnya, istiqomah (42 tahun, ibu rumah tangga)
menyampaikan
keinginannya
mendengarkan
informasi
harga-harga
kebutuhan pokok sebagai sisipan informasi di RRI, “Saya ingin ditambahkan informasi harga-harga sembako di RRI” (3) Kesan terhadap Penyiar Evaluasi berikutnya yang diharapkan diberikan oleh responden adalah penampilan penyiar Pro 1. Dari jawaban responden terlihat bahwa 69 orang (56,56%) memiliki kesan bahwa penyiar Pro 1 menyenangkan. Berikutnya, kesan penampilan penyiar Pro 1 berwawasan luas dinyatakan oleh 49 responden (40,16%). Sebanyak 3 responden (2,46%) menilai penyiar Pro 1 membosankan.
222
Tabel 5.32 Kesan terhadap Penyiar Pro 1 Kesan terhadap Penyiar Menyenangkan Berwawasan dan Cerdas Membosankan Tidak Mengisi Total
Jumlah 69 49 3 1 122
Persentase 56.56% 40.16% 2.46% 0.82% 100.00%
(4) Kualitas Suara Di luar program siaran, faktor kejernihan atau kualitas suara suatu stasiun radio akan sangat menentukan apakah sebuah stasiun radio akan didengarkan ataukah tidak. Bahkan, dalam banyak kasus, faktor kejernihan suara ini menjadi faktor yang paling menentukan didengarkan tidaknnya sebuah stasiun radio. Oleh karena itu, kualitas atau kejernihan suara akan sangat mendukung program siaran. Seringkali, sebuah stasiun radio mempunyai program siaran dengan kualitas yang sangat bagus, tapi jarang didengarkan karena suaranya banyak gangguan atau distorsi. Dalam penelitian ini, untuk menilai kualitas suara atau kejernihan Pro 1, digunakan skala Likert. Responden diminta untuk menilai kualitas atau kejernihan suara Pro 1 dari sangat buruk, buruk, sedang, bagus, dan sangat bagus. Mayoritas responden atau 70 orang (72.92%) berpendapat bahwa kulitas suara Pro 1 Bagus. Sebanyak 20 responden (20,83%) menyatakan sedang. Kualitas suara Pro 1 dianggap sangat baik oleh 4 responden (4,17%). Sebanyak 2 responden (2,08%) menyatakan jika kualitas suara Pro 2 sangat buruk. Tabel 5.33 Kualitas Suara Pro 1 Kualitas Suara/Kejernihan Buruk Biasa Saja Bagus Sangat Bagus Tidak Mengisi Total
Jumlah 1 17 79 24 1 122
Persentase 0.82% 13.93% 64.75% 19.67% 0.82% 100.00%
223
Meskipun data survei ini menunjukkan penilain positif terhadap kualitas suara Pro 1, temuan FGD menunjukkan hal yang berbeda dan menarik untuk dicatat. Secara kompak, peserta FGD menyatakan bahwa suara RRIdi Banjarmasin untuk semua programa kurang jernih dan sering tertimpa oleh suara intervensi dari radio lain, khususnya radio gelap yang beroperasi di daerah Banjarmasin. Menurut mereka, kondisi ini sangat menganggu kenyamanan dalam mendengarkan RRI, termasuk Pro 1. Sebagai contoh, peserta FGD Syahrida Pauliana (43 tahun, istri Ketua RT) mengatakan bahwa gelombang Pro 1 sering hilang karena terganggu siaran radio lain. “Kadang bahasa komentatornya tidak jelas bicara apa. Bahkan, gelombangnya sering tercampur suara radio amatir dan radio gelap”. (5) Keunggulan RRIPro 1 Setelah mengetahui berbagai penilaian responden terhadap program siaran Pro 1, penyiar, dan juga kualitas siaran, penelitian ini juga melihat keunggulan-keunggulan yang dimiliki Pro 1 dalam pandangan responden. Usaha untuk melihat keunggulankeunggulan ini sebenarnya juga merupakan langkah crosscheck atas penilaian responden pada bagian sebelumnya. Selain itu, penilaian juga dilakukan guna melihat dalam pandangan respoden apa sebenarnya yang menjadi nilai lebih Pro 1. Dilihat dari penilaian responden terhadap keunggulan yang dimiliki Pro 1, sebanyak 77 responden (63,11%) menilai keunggulan Pro 1 terletak pada sajian berita dan informasinya. Responden juga menilai keunggulan Pro 1 terletak pada proram musiknya, yang dinyatakan oleh 22 responden (18,03%). Dari 122 responden, pendengar RR1 Pro 1, terdapat 7 orang responden (2,67%) yang menganggap keunggulan Pro 1 terletak pada jadwal acaranya yang jelas.
224
Tabel 5.34 Keunggulan RRIPro 1 Keunggulan Program Berita dan Informasi Musik Jadwal Acara yang Jelas Kualitas Suara Penyiar Variasi Program Acara Lainnya Tidak mengisi Total
Jumlah 77 22 7 6 5 3 1 1 122
Persentase 63.11% 18.03% 5.74% 4.92% 4.10% 2.46% 0.82% 0.82% 100.00%
Melengkapi data survei kuantitatif, dari temuan FG,D secara umum, peserta menilai acara di Pro 1 sudah baik, hanya perlu ditambah porsi acara untuk anak-anak, budaya banjar, dan muatan ahlak. Selain itu, untuk acara off air, peserta FGD memberi masukan bagi RRIagar mengundang pendengar setia RRIuntuk menghadiri acaraacara off air. Selain itu, RRIperlu lebih menggiatkan acara-acara sosial seperti kunjungan ke panti asuhan dan mendekati anak jalanan. Peserta FGD juga memberi saran bagi RRIuntuk menggelar acara off air yang diperuntukkan seara khusus untuk anak-anak TK seperti seperti lomba puisi dan membaca doa. (6) Kekurangan Pro 1 Disamping memiliki kelebihan sebagaimana dipaparkan pada bahasan sebelumnya, Pro 1 juga memiliki kekurangan di mata responden. Kekurangan tersebut bisa dilihat dari beberapa parameter, yakni program berita dan informasi, variasi program acara, musik, kualitas penyiar, kejelasan jadwal acara, dan lainnya. Berkaitan dengan temuan penelitian, paling banyak responden di Banjarmasin menganggap kekuarangan Pro 1 terletak pada program acaranya yang kurang bervariasi. Hal ini dinyatakan oleh 31 responden (25,41%). Kelemahan berikutnya dengan jumlah sama pada tiga variasi jawaban, yakni program berita dan informasi, musik, dan lainnya masing-masing dinyatakan oleh 17 responden (13,93%). Sementara itu, 7 responden (9,84%) menyatakan kelemahan Pro 1 adalah penyiarnya. Kekurangan lainnya dalam penelitian ini ditunjukkan dengan beberapa jawaban terbuka, misalnya terlalu banyak iklan dan sinyal yang lemah.
225
Tabel 5.35 Kekurangan RRIPro 1 Kekurangan Jumlah Variasi Program Acara 31 Program Berita dan 17 Informasi Musik 17 Lainnya 17 Jadwal Acara yang Jelas 12 Tidak mengisi 12 Kualitas suara 9 Penyiar 7 Total 122
Persentase 25.41% 13.93% 13.93% 13.93% 9.84% 9.84% 7.38% 5.74% 100.00%
Catatan utama tentang kelemahan Pro 1 yang muncul dari peserta FGD adalah kurang jernihnya dan sering tertimpa oleh suara intervensi dari radio lain, khususnya radio gelap yang beroperasi di daerah Banjarmasin. Menurut mereka, kondisi ini sangat menganggu kenyamanan dalam mendengarkan RRI, termasuk Pro 1.
2. Evaluasi Pro 2 a. Pengetahuan Responden Atas Slogan Pro 2 Sebuah stasiun radio yang baik harus mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan radio lain. Salah satunya melalui tagline (slogan), yakni susunan kata ringkas dan mudah diucapkan, tapi mengandung pesan yang kuat ditujukan kepada target audience tertentu. Oleh karena itu, penciptaan sebuah tagline perlu disesuaikan dengan citra brand yang hendak dibangun, termasuk Pro 2 yang mengusung slogan “Suara Kreativitas Anak Muda”. Ketika 65 pendengar Pro 2 ditanya pengetahuan mereka tentang slogan Pro 2, sebanyak 34 responden (52,31%) menyatakan tidak tahu slogan Pro 2. Hanya 27 responden (41,54%) yang mengetahui bahwa slogan RRIPro 2 adalah "Suara Kreativitas Anak Muda". Kemudian, oleh karena banyak pendengar Pro 2 Banjarmasin (bahkan lebih dari setengah jumlah pendengarnya) tidak mengetahui slogan Pro 2, maka dalam setiap aktivitas siaran maupun promosi, slogan tersebut harus lebih dipopulerkan dan senantiasa disampaikan oleh penyiar, khususnya pada saat siaran. Selain itu, pada pelaksanaan event-event off air, slogan Pro 2 perlu dicetak dalam berbagai media publikasi. Strategi
226
ini merupakan rangkaian tanggung jawab marketing untuk menanamkan, mengenalkan, dan mempertahankan minat khalayak dalam mendengarkan Pro 2. Tabel 5.36 Pengetahuan Responden tentang Slogan Pro 2 Jumlah 27 34 4 65
Pengetahuan Responden Tahu Tidak Tahu Tidak Mengisi Total
Persentase 41.54% 52.31% 6.15% 100.00%
b. Alasan Utama Mendengarkan Pro 2 Suatu stasiun radio didengarkan oleh khalayak karena beragam alasan. Jika ditanya alasan mengapa responden di Banjarmasin mendengarkan Pro 2, dari 65 responden yang mendengarkan Pro 2, 41 orang (63,08%) menjawab dengan alasan musiknya. Selanjutnya, sebanyak 9 orang (13,85%) mendengarkan karena alasan program informasi yang ada di Pro 2, sebanyak 8 orang (12,31%) menyatakan bahwa alasan mereka mendengarkan Pro 2 karena berita yang ada di Pro 2. Sementara itu, sebanyak 3 orang (4,62%) memilih mendengarkan Pro 2 karena penyiarnya, dan 1 orang (1,54%) mendengarkan Pro 2 karena kualitas suaranya yang jernih. Tabel 5.37 Alasan Utama Mendengarkan Pro 2 Alasan Musik Program informasi Program berita Penyiar tidak mengisi Kualitas suara/jernih Total
Jumlah 41 9 8 3 3 1 65
Persentase 63.08% 13.85% 12.31% 4.62% 4.62% 1.54% 100.00%
c. Waktu Paling Sering Mendengarkan Pro 2 Dilihat dari kebiasaan pendengar Pro 2, data kuesioner menunjukkan bahwa sore hingga malam hari adalah waktu yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan Pro 2. Sebanyak 19 orang (29.23%) mendengarkan Pro 2 pada pukul 17.00-21.00 WITA. Ini merupakan persentase tertinggi yang mengindikasikan
227
responden sudah pulang kembali dari tempat kerja atau sekolah/kuliah. Berikutnya sebanyak 12 responden (18,46%) mendengarkan Pro 2 pada malam hari, yakni pukul 21.00–24.00 WITA. Waktu yang relatif paling jarang digunakan untuk mendengarkan Pro 2 adalah pkl 17.00-21.00 WITA sebanyak 19 orang (29.23%). Dengan demikian, sore hingga malam hari merupakan waktu unggulan yang perlu diperhatikan oleh pengelola Pro 2 dalam merencanakan program acara sebaik-baiknya karena pada waktu inilah pendengar radio Pro 2 mencapai puncaknya. Tabel 5.38 Waktu Paling Sering Mendengarkan Pro 2 Waktu Pukul 05.00 - 08.00 Pukul 08.00 - 10.00 Pukul 10.00 - 12.00 Pukul 12.00 - 14.00 Pukul 14.00 - 17.00 Pukul 17.00 - 21.00 Pukul 21.00 - 24.00 Pukul 24.00 - 05.00 Tidak mengisi Total
Jumlah 9 10 2 5 5 19 12 1 2 65
Persentase 13.85% 15.38% 3.08% 7.69% 7.69% 29.23% 18.46% 1.54% 3.08% 100.00%
d. Jenis Musik Paling Ingin Didengarkan di Pro 2 Musik umumnya merupakan jenis program yang selalu diminati oleh pendengar radio. Penelitian ini berusaha melacak jenis-jenis musik yang paling ingin didengarkan oleh pendengar radio Pro 2. Pendengar Pro 2 menempatkan musik pop sebagai musik yang paling ingin didengarkan di Pro 2. Tercatat, sebanyak 34 responden (52,31%) menggemari musik pop di Pro 2. Urutan berikutnya musik dangdut. Sebanyak 34 responden (28,69%) menginginkan musik dangdut sebagai jenis musik yang ingin didengarkan di Pro 2. Musik tradisonal ternyata memiliki penggemar di Pro 2. Terbukti, sebanyak 4 responden (6,15%) menempatkan musik etnik/tradisonal sebagai pilihan.
228
Tabel 5.39 Jenis Musik yang Paling Ingin Didengarkan di Pro 2 Jenis Musik Musik pop Musik dangdut Musik etnik/tradisional Musik klasik Tidak mengisi Lainnya Musik rock Total
Jumlah
Persentase
34 18
52.31% 27.69%
4 3 3 2 1 65
6.15% 4.62% 4.62% 3.08% 1.54% 100.00%
Terkait dengan jenis musik yang ingin didengarkan di Pro 2, peserta FGD Syahrida Pauliana (43 tahun, istri Ketua RT) mengatakan bahwa secara keseluruhan sudah cukup memuaskan. Meskipun demikian, ia memiiki harapan tentang adanya sisipan lagu-lagu nasional selain lagu-lagu remaja populer. “Lagu-lagu yang diputar di Pro 2 lagu orang dewasa terus, tidak ada lagu wajib nasional, minimal sebagai selingan”. e. Jenis Informasi Paling Dibutuhkan Mencari informasi menjadi salah satu alasan penting mengapa responden mendengarkan radio. Beberapa jenis informasi yang dibutuhkan oleh pendengar antara lain informasi bertema pendidikan, olah raga, keagamaan, hukum, kesehatan, ekonomi politik, sosal–budaya, dan lain sebagainya. Dari data penelitian, terlihat bahwa pendengar Pro 2 memilih ekonomi dan bisnis sebagai jenis informasi yang dibutuhkan sebagaimana dinyatakan oleh 15 (23.08%). Selanjutnya, sebanyak 11 orang (16,92%) masing-masing membutuhkan informasi tentang pendidikan dan hukum dan kriminal. Informasi kesehatan dan keagamaan dibutuhkan oleh masing-masing 1 responden (1,54%) sebagai informasi yang dibutuhkan di Pro 2.
229
Tabel 5.40 Jenis Informasi Paling Dibutuhkan Jenis Informasi Ekonomi dan Bisnis Pendidikan Hukum dan Kriminal Sosial-Kebudayaan Olahraga Selebriti/Public Figure Tidak Mengisi Kesehatan Keagamaan Total
Jumlah 15 11 11 10 9 5 2 1 1 65
Persentase 23.08% 16.92% 16.92% 15.38% 13.85% 7.69% 3.08% 1.54% 1.54% 100.00%
a. Penilaian Responden terhadap RRIPro 2 Evaluasi berikutnya dari penelitian ini adalah persepsi responden terhadap Pro 2 secara umum yang meliputi tingkat kepuasan yang diperoleh setelah mendengarkan Pro 2. Dalam kaitan ini, ada beberapa variabel yang digunakan untuk melakukan penilaian, yakni tingkat kepuasan responden atas siaran musik, tingkat kepuasan responden atas program berita/informasi, kesan terhadap penyiar, dan kualitas atau kejernihan suara Pro 2. Sebagai sebuah evaluasi yang lengkap, tentu, diharapkan dari penelitian ini responden memberikan tanggapan terkait dengan keunggulan sekaligus kekurangan RRIPro 2. 1) Tingkat Kepuasan Responden Atas Siaran Musik Dalam penelitian ini, untuk menilai kepuasan responden atas siaran musik di Pro 2 digunakan skala Likert dengan kategori sangat puas, puas, biasa saja, kurang memuaskan, dan sangat memuaskan. Sebanyak 65 responden diminta untuk menilai tingkat kepuasan atas siaran musik Pro 2 berdasarkan skala tersebut. Dari data yang ada, mayoritas responden atau 47 orang (72.31%) menyatakan puas dengan musik di Pro 2. Urutan berikutnya, sebanyak 10 orang (15,38%) mengaku biasa saja terhadap musik Pro 2. Responden yang sangat puas dengan siaran musik Pro 2 berjumlah 4 orang
(6,15%). Hanya 2 responden (3,08%) yang menyatakan siaran musik di
RRIkurang memuaskan.
230
Tabel 5.41 Tingkat Kepuasan Responden Atas Siaran Musik Tingkat Kepuasan Sangat Puas Puas Biasa Saja Kurang Memuaskan Tidak Mengisi Total
Jumlah 4 47 10 2 2 65
Persentase 6.15% 72.31% 15.38% 3.08% 3.08% 100.00%
2) Tingkat Kepuasan Responden Atas Program Berita/Informasi Sama dengan penilaian tingkat kepuasan pendengar terhadap program musik di Pro 2, responden juga diminta untuk menilai tingkat kepuasan atas program siaran berita/informasi di Pro 2 dengan kategori sangat puas, puas, biasa saja, kurang memuaskan,
dan
sangat
memuaskan.
Dari jawaban
65 responden yang
mendengarkan Pro 2, sebanyak 48 orang (73,85%) menyatakan puas dengan berita di Pro 2. Urutan berikutnya, sebanyak 13 orang (20,00%) yang mengaku biasa saja. Responden yang menyatakan biasa sangat puas terhadap siaran berita/informasi Pro 2 berjumlah 1 orang (1,54%). Jumlah ini sama dengan jumlah 1 orang (1,54%) yang menyatakan berita/informasi di RRIPro 2 kurang memuaskan. Dengan demikian, terlihat bahwa mayoritas pendengar Pro 2 menyatakan kepuasan dengan derajat yang positif terhadap program berita dan RRIPro 2, terbukti dengan akumulasi persentase kategori puas dan sangat puas berjumah 93,85%. Tabel 5.42 Tingkat Kepuasan Responden Atas Program Berita/Informasi Pro 2 Tingkat Kepuasan Sangat Puas Puas Biasa Saja Kurang Memuaskan Tidak Mengisi Total
Jumlah
Persentase
1 48 13 1 2 65
1.54% 73.85% 20.00% 1.54% 3.08% 100.00%
231
3) Kesan terhadap Penyiar Evaluasi berikutnya yang diharapkan diberikan oleh responden adalah penampilan penyiar Pro 2. Penyiar adalah garda depan dalam menyampaikan pesan, bahkan merupakan representasi stasiun radio. Dari jawaban 65 responden yang mendengarkan Pro 2, terlihat bahwa 45 orang (63,23%) memiliki kesan bahwa penyiar Pro 2 menyenangkan. Berikutnya penampilan penyiar Pro 2 dinilai memiliki wawasan dan cerdas, dinyatakan oleh 12 responden (18,46%). Sebanyak 1 responden (1,54%) menilai penyiar Pro 2 membosankan dan 1 responden (1,54%) menilai penyiar Pro 2 terkesan kuno. Selengkapnya penilaian responden tehadap penyiar Pro 2 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.43 Kesan terhadap Penyiar Pro 2 Kesan terhadap penyiar Menyenangkan Berwawasan dan Cerdas Lainnya Tidak Mengisi Membosankan Kuno Total
Jumlah 45 12 4 2 1 1 65
Persentase 69.23% 18.46% 6.15% 3.08% 1.54% 1.54% 100.00%
4) Kualitas Suara Di luar program siaran, faktor kejernihan atau kualitas suara suatu stasiun radio akan sangat menentukan apakah sebuah stasiun radio akan didengarkan ataukah tidak. Bahkan, dalam banyak kasus, faktor kejernihan suara ini menjadi faktor yang paling menentukan didengarkan tidaknnya sebuah stasiun radio. Oleh karena itu, kualitas atau kejernihan suara akan sangat mendukung program siaran. Barangkali, sebuah stasiun radio mempunyai program siaran dengan kualitas yang sangat bagus, tapi jarang didengarkan karena suaranya banyak mengandung distorsi. Dalam penelitian ini, untuk menilai kualitas suara atau kejernihan Pro 2, digunakan skala Likert. Responden diminta untuk menilai kualitas atau kejernihan suara dari sangat buruk, buruk, sedang, bagus, dan sangat bagus. Mayoritas responden atau 38 orang (58,46%) berpendapat bahwa kulitas suara Pro 2 Bagus. 16 responden (20,83%) menyatakan sedang. Kualitas suara Pro 2 dianggap sangat baik oleh 8 responden
232
(12,31%). Sebanyak 1 responden (1,54%) menyatakan jika kualitas suara Pro 2 buruk. Tabel 5.44 Kualitas Suara Pro2 Kualitas/kejernihan Suara Buruk Biasa saja Bagus Sangat bagus Tidak mengisi Total
Jumlah 1 16 38 8 2 65
Persentase 1.54% 20.83% 58.46% 12.31% 3.08% 100.00%
Senada dengan temuan untuk Pro 1, meskipun dari data survei ini menunjukkan penilain bagus dan biasa saja terhadap kualitas suara Pro 2, temuan FGD menunjukkan hal yang berbeda dan menarik untuk dicatat. Secara kompak, peserta FGD menyatakan bahwa suara Pro 2 kurang jernih dan sering tertimpa oleh suara intervensi dari radio lain, khususnya radio gelap yang beroperasi di daerah Banjarmasin. Menurut mereka, kondisi ini sangat menganggu kenyamanan dalam mendengarkan Pro 2. Peserta FGD Sumiati (guru TK) misalnya menyatakan “Saya mendengarkan Pro 1 pagi dan Pro 2 saat santai, namun yang saya ingat seringkali sewaktu sedang asiknya mendengarkan Pro 2, tiba-tiba hilang masuk radio lain. Peserta FGD lainnya bernama Istiqomah (42 tahun, ibu rumah tangga) yang sering mendengarkan radio sambil memasak juga menyampaikan keluhan yang sama mengenai kualitas suara Pro 2. “Materinya Pro 2 baik-baik saja, namun suaranya tidak jelas, kresek-kresek gitu…”. 5) Keunggulan RRI Pro 2 Setelah mengetahui berbagai penilaian responden terhadap program siaran Pro 2, penyiar, dan juga kualitas siaran, penelitian ini juga melihat keunggulan-keunggulan yang dimiliki Pro 2 dalam pandangan responden. Usaha untuk melihat keunggulankeunggulan ini sebenarnya juga merupakan langkah crosscheck atas penilaian responden pada bagian sebelumnya. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk melihat pandangan respoden atas nilai lebih yang dimiliki Pro 2. Dilihat dari penilaian 65 responden terhadap keunggulan yang dimiliki Pro 2, sebanyak 40 responden (61,54%) menilai keunggulan PRO 2 terletak pada sajian musik. Berikutnya, responden menilai keunggulan Pro 2 terletak pada program berita dan 233
informasi, yakni dipilih oleh 19 responden (29,23%). Dari 65 responden pendengar RR1 Pro 2, terdapat masing-masing 2 orang responden (3,08%) yang menganggap keunggulan RRIterletak pada penyiar dan variasi program acaranya. Tabel 5.45 Keunggulan RRI Pro 2 Keunggulan Musik Program Berita dan Informasi Penyiar Variasi Program Acara Tidak Mengisi Total
Jumlah 40 19 2 2 2 65
Persentase 61.54% 29.23% 3.08% 3.08% 3.08% 100.00%
6) Kekurangan Pro 2 Disamping memiliki kelebihan sebagaimana dipaparkan pada bahasan sebelumnya, Pro 2 juga memiliki kekurangan di mata responden. Kekurangan tersebut dilihat dari beberapa parameter, yakni kualitas program berita dan informasi, variasi program acara, musik, kualitas penyiar, kejelasan jadwal acara, dan lainnya. Berkaitan dengan temuan penelitian, paling banyak responden di Banjarmasin menganggap kekuarangan Pro 2 terletak pada program acaranya yang kurang bervariasi. Hal ini dinyatakan oleh 19 responden (29,23%). Kelemahan berikutnya adalah kualitas suara yang buruk karena sinyalnya. Hal ini dinyatakan oleh 18 responden (27,69%). Sementara itu, 7 responden (10,77%) menyatakan kelemahan Pro 2 adalah penyiarnya. Kekurangan lainnya dalam penelitian ini ditunjukkan dengan beberapa jawaban terbuka, misalnya, terlalu banyak iklan dan sinyal yang lemah.
234
Tabel 5.46 Kekurangan Pro 2 Kekurangan Variasi Program Acara Kualitas Suara Tidak Mengisi Penyiar Program Berita dan Informasi Musik Jadwal Acara yang Jelas Total
Jumlah 19 18 8 7 5 5 3 65
Persentase 29.23% 27.69% 12.31% 10.77% 7.69% 7.69% 4.62% 100.00%
Seorang peserta Ahmad Faisal (37 tahun, wiraswasta) yang menggunakan handphone dalam mendengarkan radio menilai acara di RRIPro 2 sudah bagus, hanya saja menurutnya penyiar Pro 2 kurang memberikan informasi ringan seputar kota Banjarmasin di antara lagu yang diputar. “Pro 2 sudah Bagus, hanya saja penyiarnya sekali-kali memberikan informasi karena terlalu banyak lagu dan lagu-lagunya monoton. Penyiar memberikan masukan yang up to date, jangan cuma lagu saja” Pernyataan ini dengan tegas memberikan suatu formula bahwa program yang baik mestinya mampu menggabungkan program siaran musik dan informasi. F. Peta Kompetisi Radio Pada bagian ini ditelaah persaingan stasiun-stasiun radio di Banjarmasin dilihat dari penilaian 315 responden terhadap radio favorit mereka serta alasan memilih stasiun radio tersebut. Selain itu, dengan melihat persaingan radio di Banjarmasin akan ditelusuri pemilihan stasiun radio yang paling menjadi rujukan informasi responden dan alasannya. Selain informasi, dilihat pula pemilihan responden terhadap stasiun radio hiburan dan alasannya. Terakhir melalui isian terbuka ditampilkan harapan-harapan responden tentang sebuah stasiun radio. 1.
Radio Terfavorit
Stasiun radio yang paling didengarkan responden di Banjarmasin tergolong beragam. Namun demikian, jika dipetakan berdasarkan jawaban responden, terlihat bahwa RRI(tanpa menyebutkan programa secara spesifik) tercatat menempati urutan pertama sebagai radio yang paling sering didengarkan responden, yakni 86 orang
235
(27,30%). Radio Gema menempati urutan ke-2 dengan jumlah pendengar 36 responden (11,43%). Urutan ke-3 adalah Radio Nirwana dengan jumlah pendengar sebanyak 34 responden (11,11%). Radio Pelangi menempati urutan ke-4 dengan pendengar sebanyak 34 responden (10,79%). Urutan ke-5 dan ke-6 adalah RRIPro 1 dengan jumlah pemilih 21 responden (6,67%) dan RRIPro 2. Selengkapnya peringkat radio 10 besar (ranking 1 sampai 10) yang didengarkan responden di Banjarmasin terlihat dalam tabel berikut. Tabel 5.47 Radio Favorit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Stasiun Radio
Jumlah
Persentase
RRI Gema Nirwana Pelangi RRIPro 1 RRIPro 2 Abdi Persada FM Nusantara Sky Mustika
86 36 35 34 21 18 12 11 10 7
27.30% 11.43% 11.11% 10.79% 6.67% 5.71% 3.81% 3.49% 3.17% 2.22%
2. Alasan Memilih Radio Favorit Pemilihan sebuah stasiun radio selalu didsari dengan alasan-alasan subjektif pendengarnya. Responden memiliki alasan memilih stasiun radio kesukaannya antara lain berdasarkan jenis musik, penyiar, informasi yang berkualitas, dan gabungan antara ketiganya. Responden penelitian di Banjarmasin memilih stasiun radio sebagai radio favorit karena beragam alasan. Alasan terbanyak yang dipilih responden adalah jenis musiknya yang bagus dan sesuai selera, dinyatakan oleh 127 responden (40,32%). Berikutnya gabungan antara musik, informasi, dan penyiar dinyatakan oleh 106 responden (33,65%). Urutan ketiga sebanyak 74 responden (23,49%) memilih radio favorit karena kualitas informasi. Profil penyiar menempati urutan persentase terendah sebagai alasan memilih radio, yang hanya dinyatakan oleh 2 orang (0,63%).
236
Tabel 5.48 Alasan Memilih Radio Favorit Alasan Musik Gabungan Antara Ketiganya Informasi Lainnya Tidak mengisi Penyiar Total
1.
Jumlah
Persentase
127 106
40.32% 33.65%
74 3 3 2 315
23.49% 0.95% 0.95% 0.63% 100.00%
Radio Favorit Sumber Rujukan Informasi
Mencari informasi menjadi salah satu alasan penting mengapa responden mendengarkan radio. Beberapa jenis informasi yang dibutuhkan oleh pendengar atau dalam hal ini responden telah dikemukakan pada bagian pembahasan sebelumnya. Di Banjarmasin responden memilih beragam radio sebagai sumber informasi. Berikut ini nama-nama stasiun radio yang dipilih responden pada peringkat pertama sebagai rujukan informasi. Berdasarkan jawaban responden, terlihat bahwa RRImenempati urutan pertama sebagai radio yang paling menjadi rujukan informasi, yakni dipilih oleh 113 responden (35,87%). RRIPro 1 menempati urutan ke-2 sebagai rujukan informasi yang dipilih oleh 30 responden (9,52%). Urutan ke-3 responden menjawab Gema dengan jumlah pemilih 28 responden (8,89%). Radio Nirwana dipilih oleh 22 responden (6,98%) sehingga menempati urutan ke-4. Urutan ke-5 radio sebagai rujukan informasi yang dipilih pertama kali oleh responden adalah Radio Nusantara dengan jumlah pemilih 16 responden (5,08%). Selengkapnya peringkat radio yang didengarkan responden di Banjarmasin sebagai rujukan informasi terlihat dalam tabel berikut.
237
Tabel 5.49 Radio Favorit Sumber Rujukan Informasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1.
Stasiun Radio RRI RRIPro 1 Gema Nirwana Nusantara RRIPro 2 Abdi persada Mustika Pelangi Smart
Jumlah 113 30 28 22 16 14 13 13 13 9
Persentase 35.87% 9.52% 8.89% 6.98% 5.08% 4.44% 4.13% 4.13% 4.13% 2.86%
Alasan Radio Favorit sebagai Rujukan Informasi
Terkait dengan pertanyaan sebelumnya, yakni pemilihan radio sebagai rujukan informasi, responden tentu memiliki alasan mengapa memilih stasiun radio tertentu sebagai sumber informasi. Dari parameter berita, seperti aktualitas, cakupan, pilihan tema, kredibilitas narasumber, kedalaman berita, netralitas, dan sebagainya, maka diperoleh data sebagai berikut. Mayoritas responden di Banjarmasin memilih Stasiun Radio tertentu sebagai rujukan informasi karena beritanya aktual/hangat, dinyatakan oleh 150 responden (47,62%). Berikutnya 90 responden (28,57%) beralasan cakupan beritanya yang luas. Pilihan tema berita yang sesuai dengan kebutuhan menjadi pertimbangan 29 responden (9,21%). Dari aspek narasumber berita, sebanyak 9 responden (2,86%) memilih stasiun radio sebagai sumber informasi karena narasumbernya kompeten dan memiliki kredibililitas. Berikutnya terkait independensi pemberitaan, sebanyak 6 responden (1,90%) memilih radio sebagai rujukan informasi karena bertanya tidak berpihak. Dalam penelitian ini tercatat 3 responden (0,95%) memiliki alasan lain-lain.
238
Tabel 5.50 Alasan Radio Favorit sebagai Rujukan Informasi Alasan Berita Aktual/Hangat Cakupan Berita Luas Pilihan Tema Berita Sesuai Harapan Berita Mendalam Narasumber Orang-orang Terpercaya Berita Tidak Berpihak Tidak Mengisi Lainnya Total 1.
Jumlah 150 90 29 23 9 6 5 3 315
Persentase 47.62% 28.57% 9.21% 7.30% 2.86% 1.90% 1.59% 0.95% 100.00%
Radio Favorit Sumber Rujukan Hiburan
Selain untuk memperoleh informasi, tak bisa dimungkiri bahwa motivasi seseorang mendengarkan radio adalah mencari hiburan. Untuk itu perlu dilihat peta persaingan radio di Banjarmasin di mata pendengarnya terkait fungsi radio sebagai sumber hiburan. Berdasarkan jawaban responden, terlihat bahwa Radio Pelangi menempati urutan pertama sebagai radio yang paling menjadi sumber hiburan, yakni dipilih oleh 67 responden (21,27%). Radio Nirwana menempati urutan ke-2 sebagai rujukan hiburan dengan jumlah pendengar 40 responden (12,70%). Urutan ke-3 responden menjawab Radio Gema dengan jumlah pendengar 38 responden (12,06%). Berikutnya RRIdipilih oleh 25 responden (7,94%) sehingga menempati urutan ke-4. Urutan ke-5 radio sebagai rujukan hiburan yang dipilih pertama kali oleh responden adalah Radio Nusantara dengan jumlah pendengar 17 responden (5,40%). Selengkapnya peringkat radio yang didengarkan responden di Banjarmasin untuk memeroleh terlihat dalam tabel berikut.
239
Tabel 5.51 Radio Favorit Sumber Rujukan Hiburan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1.
Stasiun Radio Pelangi Nirwana Gema RRI Nusantara Sky RRIPro 2 Chandra D FM Abdi persada
Jumlah
Persentase
67 40 38 25 17 16 14 12 10 9
21.27% 12.70% 12.06% 7.94% 5.40% 5.08% 4.44% 3.81% 3.17% 2.86%
Alasan Radio Favorit Rujukan Hiburan
Terkait dengan pertanyaan sebelumnya, yakni pemilihan radio sebagai sebagai hiburan, responden memiliki alasan mengapa memilih stasiun radio tertentu sebagai sumber hiburan. Dari data penelitian terlihat bahwa alasan terbesar khalayak pendengar radio di Banjarmasin memilih radio tertentu sebagai sumber hiburan karena musiknya sesuai dengan selera. Hal itu dinyatakan oleh 224 responden (71,11%). Berikutnya sebanyak 55 responden (17,46%) memilih dengan alasan keberagaman jenis musik yang diputar. Musik/lagu yang selalu baru di stasiun radio juga menjadi alasan 17 responden (5,40%) dalam memlilih radio hiburan. Sementara itu, 7 responden (2,22%) memilih gaya penyiar sebagai pertimbangan memilih radio sebagai media hiburan. Tabel 5.52 Alasan Memilih Radio Favorit sebagai Sumber Hiburan Alasan Musik Sesuai dengan Selera Keragaman Jenis Musik yang Diputar Musik/lagu Selalu Baru Gaya Penyiar Tidak Mengisi Lainnya Total
Jumlah
Persentase
224 55
71.11% 17.46%
17 9 7 3 315
5.40% 2.86% 2.22% 0.95% 100.00%
240
G. Kesimpulan dan Rekomendasi Banjarmasin adalah kota yang dinamis dari berbagai aspek dan sendi-sendi kehidupan. Dinamika ini terlihat dari keseimbangan denyut nadi modernisme dan nilai religi. Meski sangat terbuka dengan kemajuan industri dan teknologi informasi, nilainilai Islam masih dipegang kuat oleh masyarakat Banjarmasin. Kondisi tersebut juga berkorelasi dengan kebiasaan dan perilaku masyarakatnya dalam mendengarkan radio.
1.
Kesimpulan Pertama, dilihat dari kebiasaan bermedia. Televisi menjadi media paling utama
untuk akses informasi dan hiburan. Persentasenya bahkan cukup besar (79, 37%), dan radio di urutan berikutnya, tapi dengan persentase yang jauh lebih kecil (12.06%). Meskipun demikian, radio menjadi alternatif kedua terbesar (46.03%) setelah televisi. Menariknya, internet mengalahkan koran dalam hal akses informasi dan hibuuran. Media ini di urutan ketiga setelah televisi dan radio. Kemudian, jika dilihat rata-rata responden mendengarkan radio maka mendengarkan radio tidaklah lama. Rata-rata responden di Banjarmasin mendengarkan radio kurang dari 3 jam. Persentase terbesar kurang dari 1 jam, yakni 50.79%. Waktu paling sering digunakan adalah sore hari pukul 17.00 - 21.00 (29.84%). Mengenai perangkat yang digunakan, temuan penelitian ini tidak berbeda jauh dengan kota-kota lain. Radio transistor tetap yang paling banyak digunakan (53,65%), diikuti kemudian handphone (41,27%). Di sini, telah terjadi pergeseran dalam cara orang mendengarkan radio, dan radio sepertinya menjadi lebih personal. Kedua, mengenai evaluasi Pro 1 dan Pro 2, bisa disimpulkan bahwa dari sisi responden performance kedua programa ini relatif bagus. Baik siaran musik dan informasinya dinilai bagus. Alasan aling utama responden mendengarkan Pro 1 dan Pro 2 adalah karena informasi dan musik. Ketiga, dilihat dari kebutuhan-kebutuhan informasi dan musik, berita kriminal, olah raga, dan juga pendidikan menjadi tema berita yang paling banyak dibutuhkan. Berita kriminal menempati posisi tertinggi (22.13%), diikuti kemudian berita olah raga (21.31%) dan pendidikan (16,39%). Musik dangdut menjadi jenis musik yang paling ingin didengarkan dari Pro 1 (50.00%), diikuti kemudian musik pop (28.69%). Temuan untuk
241
Pro 1 ini sedikit berbeda dengan Pro 2. Untuk Pro 2, jenis musik pop menjadi yang paling banyak ingin didengarkan (52.31%), diikuti kemudian musik dangdut (27.69%). Untuk informasi, ekonomi bisnis, pendidikan dan hukum dan kriminal menjadi yang paling banyak diinginkan dari Pro 2. Keempat, dilihat dari keunggulan kedua Programa, Pro 1 dan Pro 2, musik dan informasi secara berturut-turut menjadi keunggulan Pro 2, demikian juga untuk Pro 1. Namun, untuk Pro 1, program berita dan informasi lebih diunggulkan dibandingkan dengan program musik. Kekurangan terbesar ada pada variasi program acara. Hal yang sama juga untuk Pro 2, kelemahan programa ini menurut penilaian responden juga pada variasi program acara, diikuti kemudian kualitas suara. Di sisi lain, Pro 1 dan Pro 2 sebenarnya bisa dikatakan berhasil membidik targetnya karena hasil penelitian menunjukkan bahwa Pro 1 didengarkan oleh beragam segmen usia yang relatif merentang dari muda sampai dewasa, meski tetap didominasi oleh usia pendengar dewasa. Sementara itu, untuk RRI Pro 2, urutan pertama dan kedua dengan jumlah yang sama didominasi oleh usia remaja dan muda-dewasa. Dengan demikian, segmen yang disasar oleh Pro 2, yakni remaja dan anak muda relatif telah tecapai di Banjarmasin. Namun, temuan penting dari Pro 2 adalah banyaknya pendengar Pro 2 Banjarmasin (bahkan lebih dari setengah jumlah pendengarnya) yang tidak mengetahui slogan Pro 2. Sebuah stasiun radio yang baik harus mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan radio lain. Salah satunya melalui tagline (slogan), yakni susunan kata ringkas dan mudah diucapkan, namun mengandung pesan yang kuat ditujukan kepada target audience tertentu. Kelima, dilihat dari peta persaingan radio di tingkat lokal, RRIternyata menjadi radio rujukan untuk program informasi dan hiburan. Namun, perlu digarisbawahi bahwa yang menempati posisi tertinggi radio yang paling dirujuk adalah RRI, bukan Pro 1 ataupun Pro 2 meskipun kedua programa ini masih masuk 10 besar radio paling diminati.
2. Rekomendasi Dari kesimpulan di atas, beberapa hal bisa direkomendasikan sebagai berikut. Pertama, kecenderungan pemilihan responden Banjarmasin mendengarkan radio berdasarkan pembagian waktu selama 24 jam (dayparts) perlu diperhatikan secara
242
khusus oleh RRI. Dilihat dari kebiasaan pendengar Pro 1 memilih waktu-waktu tertentu untuk mendengarkan radio, data kuesioner menunjukkan bahwa pagi hari adalah waktu yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan Pro 1. Sedangkan kebiasaan pendengar Pro 2, data kuesioner menunjukkan bahwa sore hingga malam hari adalah waktu yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan Pro 2. Tentu saja ini menjadi waktu unggulan yang perlu diperhatikan oleh pengelola Pro 1 dan Pro 2 dalam merencanakan program acara sebaik-baiknya karena pada waktu tersebut konsentrasi dan perhatian pendengar radio Pro 1 dan Pro 2 mencapai puncaknya. Kedua,
untuk
akses
media
oleh
masyarakat,
RRIsebaiknya
mulai
memperhitungkan konvergensi media, terutama penggunaan hand phone sebagai perangkat untuk mendengarkan radio. Data penelitian yang ada menunjukkan bahwa radio transistor masih merupakan pilihan utama responden di Banjarmasin untuk mendengarkan radio, namun urutan kedua adalah penggunaan mobile phone. Pendengar radio di Banjarmasin saat ini mayoritas telah memiliki hand phone yang sebagian memiliki fitur untuk mendengarkan radio, bahkan koneksi ke internet. Untuk itu RRIBanjarmasin perlu memikirkan untuk melayani segmen pendengar radio dengan media dan teknologi baru ini, misalnya dengan meningkatkan interaktivitas melalui handphone dengan fitur SMS, line bebas pulsa, komunikasi interaktif melalui media sosial, dan sebagainya. Ketiga, penciptaan sebuah tagline perlu disesuaikan dengan citra brand yang hendak dibangun, termasuk Pro 2 yang mengusung slogan “Suara Kreativitas Anak Muda”. Dari temuan ini, rekomendasi yang diajukan adalah dalam setiap aktivitas siaran maupun promosi, slogan tersebut hendaknya lebih dipopulerkan dan senantiasa disampaikan oleh penyiar, khususnya pada saat siaran. Selain itu, pada pelaksanaan event-event off air, slogan Pro 2 perlu dicetak dalam berbagai media publikasi. Strategi ini merupakan rangkaian tanggung jawab marketing untuk menanamkan,
mengenalkan,
dan
mempertahankan
minat
khalayak
dalam
mendengarkan Pro 2. Keempat, Meskipun di Banjarmasin RRIselalu menjadi referensi di benak pendengar radio, namun bukan berarti nama stasiun tiap programa RRIdikenal dengan baik. Banyak respodnen dan peserta FGD yang sulit membedakan Pro 1, Pro 2, Pro 3, dan Pro 4 selain hanya menyebutnya dengan nama “RRI”. Bahkan banyak di
243
antaranya yang tidak mengetahu bahwa RRImemiliki lebih dari satu programa. Rekomendasi yang diajukan adalah dalam setiap aktivitas siaran maupun promosi, nama dan slogan masing-masing programa harus lebih dipopulerkan dan senantiasa disampaikan oleh penyiar, termasuk juga dipublikasikan pada pelaksanaan eventevent off air.*******
244