8
TINJAUAN PUSTAKA
RRI, Radio Publik Milik Bangsa RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditujukan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. RRI yang berdiri 24 hari setelah kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 11 September 1945, mempunyai peran besar dalam perjuangan kemerdekaan dan dalam perjalanan negeri ini, Pendiri RRI adalah bapak-bapak dan Ibu-Ibu Pendiri Bangsa. Setelah selama 32 tahun RRI menjadi corong pemerintah, maka berdasar UU No.32 tahun 2002, RRI berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral dan tidak bersifat komersial yang tugasnya adalah memberikan pelayanan siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia Internasional. RRI merupakan badan hukum yang didirikan oleh negara yang berdasarkan PP 12 tahun 2005 kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI. RRI merevitalisasi pemancar dan studio jaringan berita Nasional Pro 3 untuk meningkatkan daya jangkau dan kualitas siaran mengingat secara geografis Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang semua harus terlayani. Hal ini dimaksudkan agar tercapai keadilan informasi khususnya untuk masyarakat di daerah terdepan dan terpencil yang tidak terlayani oleh media lain. Revitalisasi ini penting untuk Pemilu 2009 sekaligus krisis ekonomi global tahun 2009. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, Program Siaran RRI memberikan hak masyarakat mengetahui berbagai informasi dan hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. Seluruh unsur negara dilayani oleh RRI baik eksekutif (Pemerintah), legislatif (DPR-MPR, DPD) yudikatif (MK, MA), pada tingkat pusat dan daerah, dunia swasta, dan masyarakat melalui penyelenggaraan (RRI, 2011) : 1. Siaran informasi yang akurat dan terpercaya; 2. Program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa (Pro 4);
9
3. Program budaya untuk melestarikan dan mempertahankan identitas bangsa yang diharapkan menjadi pembawa bendera (flag carrier) dari bangsa ini (Pro 4). 4. Program-program siaran untuk daerah perbatasan untuk menjaga informasi di daerah perbatasan; 5. Program-program siaran untuk kelompok minoritas, agar permasalahan mereka dapat terangkat di permukaan; 6. Siaran hiburan yang sehat untuk memberikan ruang bagi anak-anak dan pemuda dalam mengembangkan bakat dan kreativitas melalui RRI; 7. Siaran kontrol sosial yang lebih menekankan pada solusi, memberi pemahaman pada pendengar dan mengurangi ketidak pastian akan masalahmasalah bangsa; 8. Menyelenggarakan siaran yang berperspektif gender; 9. Menyelenggarakan siaran untuk menyukseskan Pemilu 2009 melalui program dialog interaktif, debat, profil, monolog, sport, feature. Siaran pemilu RRI bersifat independen, netral, berimbang dan adil, yang dimaksud dengan adil adalah memberikan pelayanan pada semua partai politik, adil dalam frekuensi penyiaran, durasi, format dan isi siaran; 10. Menyelenggarakan siaran yang memberikan inspirasi dan pemberdayaan rakyat untuk mendorong ekonomi rakyat melalui siaran pedesaan, teknologi tepat guna kegiatan usaha nelayan, pertanian, kerajinan, dll, siaran ini penting untuk menghadapi krisis ekonomi global. Programa Berdasarkan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, RRI melayani seluruh lapisan masyarakat di wilayah NKRI, untuk itu masing-masing RRI mempunyai tiga programa ( Pro 1, Pro 2, Pro 3 ) dan pada 10 RRI memiliki Pro 4. RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar yaitu 60 stasiun dengan 191 programa di Indonesia dan berdasarkan penelitian yang diselenggarakan Universitas Indonesia pada tahun 2003 RRI menjangkau 83% penduduk Indonesia. Kelompok Pemerhati RRI sebagai bentuk partisipasi publik, masyarakat membentuk kelompok pemerhati RRI yang merupakan pendengar dari masyarakat umum, LSM, petani, nelayan, anggota DPR/DPRD, pemda, perusahaan swasta. Pemerhati ini terdapat di masing-masing stasiun RRI yang
10
jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan orang yang secara rutin aktif memberikan masukan, mengevaluasi program dan ikut mengisi program siaran. Pada sebagian stasiun RRI kelompok pemerhati ini juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk teknologi tepat guna, usaha kerajinan, pengolahan bahan makanan yang hasilnya dipromosikan melalui RRI. Penghargaan RRI melalui penyelenggaraan siaran telah mendapat beberapa penghargaan/award dalam satu tahun terakhir, antara lain : 1. Pariwisata budaya award untuk acara “Nostalgic Tourism” di daerah perbatasan Morotai, penghargaan diberikan oleh Departemen Budaya dan Pariwisata (Pro 3 Jakarta); 2. BMG award untuk siaran informasi tentang cuaca yang diberikan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (Pro 3 Jakarta ); 3. ABU award untuk siaran dokumenter “2 Tahun Lumpur Lapindo,” ,penghargaan diberikan oleh Asia Pacific Broadcasting Union (RRI Surabaya); 4.
Rekor MURI untuk peserta parade grup band terbanyak 157 peserta dan rekor radio terlama menyiarkan parade band 23 jam 15 menit (RRI Cirebon);
5.
Juara 1 dan 2 siaran dialog interaktif, tentang perempuan dalam rangka Hari Ibu 2009, yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (RRI Manokwari dan RRI Ambon);
6. Adam Malik award untuk siaran Internasional, penghargaan diberikan oleh Departemen Luar Negeri (The Voice of Indonesia). Sidang Umum ABU Tanggal 19 s/d 25 Nopember 2008 merupakan saat bersejarah bagi RRI dalam kiprah di tingkat Internasional karena RRI dipercaya sebagai penyelenggara dan tuan rumah sidang umum Asia Pacific Broadcasting Union, dihadiri sekitar 600 orang pimpinan radio dan televisi sedunia. Sidang komisi program menerima usul RRI, yaitu tentang “Green Radio,” jurnalisme damai, Tourism dan Terorism diangkat menjadi rekomendasi dari sidang umum untuk dilaksanakan. Komisi teknik merekomendasikan migrasi analog ke digital. Selain topik-topik lain yang sangat aktual untuk perkembangan dunia penyiaran. Dalam pelaksanaan sidang umum ABU selama seminggu pada acara makan siang dan makan malam disuguhkan gelar budaya dari berbagai daerah di Indonesia
11
sumbangan dari pemda Jayapura, Sintang, Palangkaraya, Medan, Padang, Surabaya, Yogyakarta, Bogor, Madiun dan Jakarta. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai diplomasi budaya dan promosi wisata karena ditampilkan reog Ponorogo dan permainan angklung bersama semua peserta dan beberapa bentuk kesenian lainnya. Presiden ABU dan pimpinan delegasi menghargai penyelenggaraan ABU GA di Bali dengan “Unqualified Success” (tidak ada bandingnya) dengan Sidang Umum sebelumnya. Kerjasama RRI Sejak Mei 2008, RRI menjalin kerjasama dengan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) dan Asosiasi Radio Siaran Swasta Lokal Indonesia (ARSSLI) berupa siaran bersama dan relay untuk siaran berita dan siaran untuk kepentingan bangsa. RRI juga menjalin kerjasama dengan lembaga penyiaran asing yaitu RTM, RTB, NHK, Radio Turki, Radio Swedia, Deutchwelle, Radio Korea, Radio Australia, dan Radio China. Sekali di udara tetap di udara. Komunikasi dan komunikasi pembangunan. Wood (2007) memberikan definisi komunikasi sebagai proses di mana orang membagi informasi, ide-ide dan perasaan. Proses tersebut tidak hanya melibatkan percakapan dan penulisan, tetapi juga melibatkan bahasa tubuh, perilaku individu dan gaya, lingkungan fisik-segala sesuatu yang dapat menambah pengertian pada pesan. Hal ini dipertegas bahwa komunikasi adalah sebuah proses yang sistematik di mana individu-individu berinteraksi dengan dan melalui simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan arti. Pengertian tersebut mempunyai empat kata kunci, yakni proses, sistematik, simbol dan arti. Komunikasi adalah sistemik karena komunikasi berhubungan dengan susunan yang teratur yang saling berinteraksi antar bagiannya sehingga dapat memberikan dampak pada bagian lainnya. Komunikasi menggunakan simbol. Fokus komunikasi yang terakhir adalah arti, dan arti adalah jantungnya komunikasi. Stoner et.al (2003) mengartikan komunikasi adalah proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Definisi tersebut menarik pada tiga butir, yakni: (1) komunikasi melibatkan dua orang atau lebih, (2) komunikasi termasuk kesamaan arti, yang berarti bahwa manusia harus menyetujui definisi istilah yang mereka gunakan dan
12
(3) komunikasi termasuk simbol-gerakan badan, suara, huruf, angka dan kata hanya dapat mewakili atau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk dikomunikasikan. Menurut McKenna (2004) kata communicated
berasal dari kata latin
communicare yang berarti membagi atau menyamakan. Tujuan utama komunikasi adalah mengekspresikan pikiran, ide dan perasaan kepada orang lain dengan maksud terciptanya saling pengertian. Komunikasi mempunyai tujuan antara lain: (1) memahami orang lain, (2) supaya gagasan dapat diterima orang lain dan (3) menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Namun, apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas yakni sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data dan ide maka fungsinya dalam sistem sosial adalah sosialisasi, memajukan kehidupan, motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan, hiburan dan integrasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi. Mereka mengartikan komunikasi pembangunan sebagai komunikasi yang berisikan pesan atau message (pesan pembangunan). Quebral dan Gomes (1976) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara yang sedang berkembang, terutama komunikasi untuk perubahan sosial yang terencana. Komunikasi pembangunan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan manusia yang berarti menghapuskan kemiskinan, pengangguran dan ketidak adilan. Komunikasi pembangunan diartikan sebagai suatu komitmen untuk meliput secara sistematik masalah pembangunan yang dihadapi suatu bangsa (Nasution, 2006; Saleh, 2006). Pembangunan harus dilihat dalam karakter kholistik,
tidak ada
pembangunan yang mengabaikan produktivitas dan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan
harus
diimbangi
dengan
reformasi
struktural
yang
tidak
menghambat daya produktivitas masyarakat. Pada waktu yang sama, hal itu harus didukung oleh keseluruhan tindakan yang menjamin keadilan, menjamin peningkatan kualitas hidup serta menjamin hak asasi manusia dan kebebasan demokrasi (Jayaweera, 1989 dalam Saleh, 2006)
13
Komunikasi ialah proses penyampaian informasi suatu pesan dari sumber kepada penerima, dengan tujuan timbulnya respons dari penerima sehingga melahirkan kesamaan (Berlo, 1960). Komunikasi interpersonal menurut DeVito (2007), adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau kelompok kecil dengan beberapa efek dan umpan balik. Dalam situasi antar pribadi, proses komunikasi dapat berlangsung secara diologis yang memungkinkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat (partisipan) melakukan dua peran sekaligus, sebagai peran pembicara dan sebagai penerima, secara bergantian melalui proses tatap muka. Komunikasi Organisasi Tubbs dan Moss (1996) memberikan definisi yang lebih ringkas, yakni komunikasi insani yang terjadi dalam konteks organisasi karena manusialah yang berkomunikasi bukan organisasi. Saluran komunikasi formal adalah suatu cara komunikasi yang didukung dan mungkin dikendalikan oleh manajer (Stoner et al. 2003; Purwanto, 2006). Lebih lanjut Purwanto (2006) menyebutkan bahwa saluran ini terdiri dari dua macam, yakni komunikasi vertikal dan komunikasi lateral. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah lewat rantai komando organisasi, sedangkan komunikasi lateral biasa disebut sebagai komunikasi ke samping. Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tujuan umum dari komunikasi publik adalah memberikan informasi kepada sejumlah orang mengenai organisasi misalnya mengenai aktivitas organisasi dan hasil produksi organisasi. Selain itu komunikasi publik juga bertujuan untuk menjalin hubungan antara organisasi dengan masyarakat di luar organisasi seperti pemakai jasa organisasi, pemakai hasil produksi organisasi dan masyarakat umumnya. Komunikasi publik juga dapat digunakan untuk memberikan hiburan kepada sejumlah orang, seperti menceritakan pengalaman yang menyenangkan kepada orang banyak (Muhammad, 2004).
14
Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2007), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi masa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televisi –keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah – keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Menurut Rogers (2005) komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Mengetahui secara cepat tepat dan terperinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan pengguna media massa yang sangat unik serta kompleks (Elvinaro et al.,2007).
15
Menurut Freidson dalam Kuswarno (1993) bahwa khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Pesan artinya tidak hanya ditujukan untuk kelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. Individu tidak akan mungkin berbagi pengetahuan atau pengalaman dengan orang lain tanpa komunikasi. Adapun komunikasi memiliki enam unsur, yakni (Mufid, 2005): 1.
Komunikasi melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain atau lingkungannya.
2.
Proses, yakni aktivitas yang nonstatis, bersifat terus-menerus
3.
Pesan, yaitu tanda (signal) atau kombinasi tanda yang berfungsi sebagai stimulus atau pemicu bagi penerima tanda.
4.
Saluran (channel), yakni wahana dimana tanda dikirim, bisa bersifat visual (dapat dilihat), aural (dapat didengar),atau keduanya.
5.
Gangguan
(noise), yakni segala sesuatu yang dapat membuat pesan
menyimpang. 6.
perubahan, yakni komunikasi menghasilkan perubahan pada pengetahuan, sikap atau tindakan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Komunikasi tidak hanya bersifat individu, kelompok ataupun organisasi,
akan tetapi juga bersifat massa. Definisi paling sederhana tentang komunikasi massa, yakni mass communication is massages communicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang) (Bittner, 1980 dalam Rakhmat, 2007). Selain itu, Rakhmat (2007) mengungkapkan bahwa komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
16
Dalam khasanah ilmu komunikasi dikenal ilmu komunikasi massa yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu teori jarum hipodermik (model komunikasi S-R), model komunikasi Lasswell, model komunikasi DeFleur dan model komunikasi Dominick (Morissan, 2006). Model komunikasi jarum hipodemik dan lasswell menunjukkan pesan yang selalu bergerak secara liniar (satu arah), dimulai dari komunikator hingga berakhir pada efek. Hal yang membedakan adalah bahwa teori lasswell lebih berupaya menggambarkan komponen-komponen yang terlibat dalam proses komunikasi secara lebih lengkap. DeFleur dalam Mulyana (2001) yang memasukkan umpan balik (bersifat terbatas - delayed effects) untuk memberikan kemungkinan kepada komunikator dapat lebih efektif mengadaptasikan komunikasinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Morissan (2006) bahwa proses komunikasi massa tidak selalu diawali dengan komunikator, tetapi bias juga diawali dengan adanya peristiwa. Umpan balik (feedback) dalam komunikasi dapat diartikan sebagai respon, dan servomekanism internal. Sebagai respon, umpan balik adalah pesan yang dikirim
dari
penerima
ke
sumber.
Umpan
balik
sebagai
peneguhan
(reinforcement) adalah respon yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulang respon tersebut. Umpan balik sebagai servomekanisme adalah sikap yang diperoleh melalui belajar yang kemudian diinternalisasikan dalam diri individu sebagai mekanisme yang menstabilkan perilaku individu (Fisher dalam Rakhmat, 2007). Adapun berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media dapat dikelompokkan dalam empat tujuan (Morissan, 2006), yaitu: a. Pengetahuan, seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui atau memperoleh informasi tentang sesuatu. b. Hiburan, Kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan dan orang mencari hiburan salah satunya melalui media massa. c. Kepentingan sosial. Isi media menjadi perbincangan yang hangat dan memberi kesamaan landasan untuk membicarakan masalah sosial. d. Pelarian. Orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antara mereka dengan orang lain, atau menghindari aktivitas lain.
17
Penggunaan Media dan Gratifikasi Hubungan antara komunikasi pribadi dan komunikasi bermedia tetap merupakan bidang penelitian yang penting. Mereka yang mempelajari hubungan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal menekankan bahwa media yang kita perhatikan merupakan bagian integral dari dunia interpersonal. Suatu perbandingan mengenai bagaimana
berbagai
media dan sumber-sumber
komunikasi antarpersonal digunakan menunjukkan bahwa media dan sumbersumber antarpersonal mempunyai fungsi serupa. Pakar-pakar lainnya berpendapat bahwa “generasi” sebagai penanda hubungan manusia berdasarkan waktu tidak seakurat kelompok-kelompok berdasarkan hubungan media. Media menyatakan bahwa kita membedakan antara generasi pascakomputer dan bahwa perbedaan dalam generasi-generasi kurang berkaitan dengan usia daripada dengan computer dan efeknya atas pandangan dunia. Dalam kaitan ini, orang-orang yang mengetahui computer mempunyai pandangan yang berbeda tentang informasi “publik” dan informasi “privat” dengan mereka yang tidak mengetahui komputer. Berdasarkan pandangan ini, dua pertanyaan dapat dikemukakan: Pertama, berkaitan dengan alasan-alasan kita memilih suatu medium dan bukan medium lainnya dan yang kedua, media mana yang dapat menjadi alternatif untuk satu sama lainnya. Penelitian mengenai menonton televisi menunjukkan beberapa pola demografis: kaum wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman;”orangorang lebih muda menonton televisi untuk menghabiskan waktu,kelompok usia menengah menonton televisi untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi, dan kaum lebih tua menonton untuk mencari informasi.” Namun kaum lebih tua yang tinggal dalam rumah tangga yang lebih besar, mereka kurang cenderung mencari persahabatan dengan menyalakan televisi; kaum lebih tua yang
18
berinteraksi banyak dengan yang lainnya menggunakan televisi untuk bersantai, memperoleh hiburan, dan mendapatkan topik-topik percakapan. Fungsi media massa sebagai suatu bentuk sosial dan memungkinkan kita untuk mengelola banyak masalah sosial dan mempengaruhi bagaimana kita mengalami aspek-aspek kehidupan kita sehari-hari. Keputusan menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua bagian: pertama, kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian, berdasarkan informasi yang kita miliki bersama, masing-masing dari kita membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi, persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten: kita cenderung mempunyai citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang dipersepsikan sebagai film, buku, surat kabar, dan sebagainya (Tubbs & Moss, 1996). Citra tersebut tidak bergantung dari apakah kita sendiri menggunakan medium itu atau apakah kita menilainya bagi kita sendiri atau bagi orang lain. Media dapat membantu melakukan tugas-tugas komunikasi antara lain adalah (Schramm, 2005): a. Media massa dapat memperluas wawasan. Masyarakat tradisional benar-benar menerima sebuah keajaiban media. Bangsa Afrika mengatakan bahwa media adalah sebuah keajaiban, karena media dapat membawa seseorang kembali ke dalam posisi yang lebih tinggi dan dapat membuat seseorang kembali ke dalam posisi yang rendah. Media membiarkan seseorang melihat dan mendengar dimanapun pernah berada, mengetahui setiap orang yang belum pernah mereka ketahui, membangun Negara untuk mengerti bagaimana kehidupan masyarakat negara tersebut serta mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. b. Media massa dapat memfokuskan pehatian kita. Dalam masyarakat modern, kebanyakan gambaran kehidupan kita berasal dari media massa. Masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat modern dimulai dengan bergantung pada media massa. Tiga kebutuhan penting yang didapat dari media massa adalah siapa yang penting, siapa yang berbahaya dan siapa yang menarik.
19
c. Media massa dapat mengumpulkan aspirasi. Kasus dalam sebuah keluarga yang telah bekerja keras untuk mencapai sebuah standarisasi kehidupan mereka dalam menikmati atau untuk memiliki artikel yang hana mereka baca atau dengar tentang sebuah gambar untuk memotivasi masyarakat agar percaya bahwa media massa akan dapat meraih aspirasi audiens mereka dalam membangun suatu budaya sebaik mungkin. d. Media massa dapat menciptakan iklim pembangunan. Kontribusi media massa dalam hal substansi adalah memberikan berbagai macam informasi yang tersedia untuk pembangunan masyarakat. Media memperluas wawasan,
membantu
membangun empati,
memfokuskan
perhatian pada suatu masalah dan tujuan pembangunan dapat diraih aspirasi personal dan nasional. Seluruh hal-hal ini dapat dilakukan secara langsung dan menciptakan iklim informasi dalam stimulasi pembangunan. e. Media massa sebagai guru. Praktik teknologi baru dan perilaku baru dapat diadopsi dari media massa. Pada kasus talkshow RRI dengan narasumber PLN dan PDAM yang disiarkan selama tiga bulan terakhir. Topik talkshow tiga bulan terakhir mengupas tentang pembayaran tagihan PDAM online, cara mengatur pemakaian air PDAM, dimana pelanggan PDAM mendapatkan informasi mengenai pemasangan baru PDAM. PLN mengambil tema talkshow yang membahas program program PLN serta pelayanan pelangganan PLN, program PLN prabayar, topic ini membahas mengenai pengaturan tagihan listrik dan keuntungannya bagi pelanggan.. Pembahasan lainnya adalah mengenai keluhan pelanggan PLN secara umum. Komunikasi Massa Dalam Pelayanan Publik Sebagian besar pesan yang disampaikan media massa terlewatkan dari perhatian khalayak. Kita tidak menyadari bahwa perhatian kita telah menjadi persaingan sangat ketat dari mereka yang mengirimkan pesan. Kondisi ini menjadikan kita sangat selektif bahkan menolak untuk memberikan perhatian terhadap berbagai pesan yang datang kepada kita. Beberapa pesan mungkin bisa menarik perhatian kita, namun lebih sedikit lagi pesan yang mampu memberikan
20
efek atau dampak. Dampak komunikasi massa kemudian menyebut orang-orang semacam ini sebagai “khalayak yang keras kepala” (Moleong, 2006). Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan memiliki tanggapan balik yang lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Jarak dan waktu dapat diatasi serta tahan lama bias didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatife banyak untuk mengelolanya (McQuail, 2006). Pada masa lalu kegiatan mengirimkan pesan dianggap sama dengan komunikasi atau dengan kata lain “mengirimkan pesan” adalah sama dengan “berkomunikasi.” Pandangan ini mendapat dukungan paling kuat dari praktisi pelayanan publik alasannya adalah karena kegiatan pelayanan publik lebih banyak pada kegiatan mengumpulkan guntingan artikel Koran atau mengumpulkan bukti siaran iklan radio dan televisi yang menayangkan pesan promosi mengenai organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Berkomunikasi dengan khalayak sasaran (target public) yang diinginkan pada kenyataannya bahkan jauh lebih rumit. Jika seseorang mempelajari komunikasi maka ia mempelajari mengenai bagaimana orang berhubungan dengan orang lain, kelompok orang, organisasi dan masyarakat yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, namun juga dipengaruhi, memberitahu dan diberitahu, mengajarkan dan diajarkan, menghibur dan dihibur melalui tanda-tanda tertentu. Konsep komunikasi membutuhkan proses komunikasi dua arah (two-way-process) dimana pengirim dan penerima pesan berkomunikasi dalam konteks kerangka acuan (frame of reference), hubungan dan situasi sosial mereka masing-masing (Schramm, 2005; Morissan, 2006). Delay purpose effect dalam komunikasi massa bisa diminimalisasi, maka perlu dibuat suatu upaya pendekatan dengan source. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari beberapa teori effek komunikasi massa antara lain adalah sebagai berikut (Severin & Tankard, 2005); a. The Bullet Theory (Teori Peluru).
21
Teori bullet juga diketahui sebagai teori jarum hipodemik atau teori mekanisme S-R yang berpandangan bahwa adanya kekuatan besar untuk komunikasi massa. Pandangan ini dipengaruhi oleh kekuatan propaganda yang muncul dalam perang dunia satu. Ketika banyak orang takut pada tipe kepemimpinan Hitler yang akan mengangkat kekuatan Amerika Serikat melalui penggunaan komunikasi massa. Meskipun teori ini lebih banyak dikesampingkan oleh penelikti komunikasi massa, beberapa publik masih ada yang percaya sampai pada hari ini. b. The Limited Effects Model (Model Efek Terbatas). Model efek terbatas dimulai sejak tahun 1940. beberapa peneliti mengarahkan pandangan untuk komunikasi massa sebagai efek kecil yang efektif dalam pemberian informasi, tetapi tidak dalam merubah perilaku. Faktor-faktor mediasi yang termasuk dalam proses selektif antara lain adalah persepsi selektif, eksposur selektif dan pengulangan selektif. c. The Moderate Effects Model (Model Efek Moderat). Karakter model efek moderat telah dilakukan sejak tahun 1970. hal ini termasuk dalam beberapa pendekatan yaitu paradigma mencari informasi, penggunaan media dan gratifikasi, agenda setting dan teori norma budaya.pendekatanpendekatan ini memiliki beberapa asumsi: 1. Model efek terbatas menyingkirkan efek komunikasi massa yang kecil, dalam situasi komunikasi massa yang tepat dan memiliki efek yang penting. 2. Komunikasi massa memiliki efek pada perilaku dan pendapat yang tergantung pada beberapa variabel yang menemukan efek yang lebih besar. 3. Penelitian terdahulu memiliki satu sisi dalam mengkonsep “apa yang komunikasi massa lakukan untuk audiens?” kemudian untuk pertanyaan penting lainnya,”apa yang audiens lakukan dengan komunikasi massa?” 4. Penilitian terdahulu telah mempelajari efek dalam jangka pendek pada komunikasi massa yang hamper meluas ke dalam jangka panjang. d. The Powerful Effects Model (Model Efek Kekuatan). Komunikasi massa memiliki efek kekuatan jika digunakan dalam suatu program atau kampanye yang dipersiapkan berdasarkan prinsip-prinsip teoriteori komunikasi. Beberapa prinsip yang penting terlihat pada pengulangan
22
pesan dalam beberapa waktu daripada satu pesan yang memiliki efek berhubungan nyata (meskipun terdapat pengecualian). Hal ini penting untuk mengidentifikasi dan fokus pada target audiens yang obyektif pada sebuah kampanye yang seharusnya diidentifikasi secara khusus dan pesan dihubungkan dengan hal obyektif sehingga teori komunikasi massa dapat digunakan dalam pembangunan tema, pesan dan media yang memiliki efek kekuatan pada opini publik. Radio sebagai Lembaga Penyiaran Publik Salah satu bentuk komunikasi, yakni penyiaran, merupakan komunikasi massa dasar yang telah terbukti efektivitasnya. Tanpa komunikasi dasar, manusia tidak mungkin mendistribusikan mutu pesan ke banyak penerima secara global. Penyiaran ini juga melalui media yang merupakan organisasi untuk menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat (Syarchic, 2008) Sejarah perkembangan munculnya radio sebagai salah satu media penyiaran bermula sebelum perang dunia I meletus. Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corporation (GEC), Amerika berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirimkan suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara berhasil pula diciptakan sehingga menjadi penerima gelombang radio menjadi lebih mudah. Pada awalnya, radio cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru itu hanya terpusat alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita. Radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum. Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan
tenggelam. Radio
menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat sehingga semua orang mulai melirik media ini.
23
Pesawat radio pertama kali diciptakan memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik. Radio sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari baterai yang berukuran besar sehingga untuk menggunakannya membutuhkan kesabaran dan pengetahuan elektronik yang memadai. Pada tahun 1926, perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis menyerupai peralatan furniture (RRI, 2011) Stasiun radio pertama muncul pada tahun 1926 ketika seorang ahli teknik bernama Frank Conrad di Pittsburgh, Amerika Serikat yang hanya sebagai bagian dari hobi, membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya. Conrad menyiarkan lagu-lagu, mengumumkan hasil olahraga, dan menyiarkan instrumen musik yang dimainkan putranya sendiri. Dalam waktu singkat, Conrad berhasil mendapat banyak pendengar dan lokasi pemancar tersebut hingga saat ini masih mengudara sebagai stasiun tertua di Amerika, bahkan mungkin di dunia. Di Indonesia, pada tahun 1945 tercatat seorang amatir radio bernama Gunawan yang berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan pemancar radio sederhana buatan sendiri. Tindakan itu sangat dihargai pemerintah Indonesia dan radio tersebut menjadi benda yang tidak ternilai harganya bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang hingga saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia. Radio merupakan alat komunikasi penting sejak negara ini baru berdiri. Kepemilikan pesawat radio meningkat dengan pesat hingga mencapai setengah juta yang berlisensi pada pertengahan tahun 1950-an. Radio digunakan secara luas di bidang pendidikan, terutama pendidikan politik, seperti mempersiapkan para calon pemilih untuk pemilu pertama pada tahun 1955. Sampai terbentuknya orde baru, telah terdapat 39 stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) di seluruh Indonesia yang menyiarkan lebih dari satu juta radio berlisensi. Kota-kota besar menerima program dalam bahasa daerah dan program buatan lokal tanpa adanya televisi (hingga 1962). Dengan tingkat melek huruf yang sangat rendah dan adanya pers yang relatif beragam dan bebas, RRI merupakan medium pemerintah paling terpusat dan paling utama dan memobilisasi opini publik (Mufid, 2005).
24
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan tahun 2003, kekuatan stasiun radio publik dan swasta di Indonesia diklasifikasikan dalam empat kelas, yaitu (Morissan, 2006): 1)
Kelas A, diperuntukkan bagi radio siaran di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dengan Effective Radiated Power (ERP) antara 15 kW sampai dengan 63 kW dan wilayah layanan maksimum 30 km dari pusat kota.
2)
Kelas B, diperuntukkan bagi radio siaran di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta atau Ibu Kota Privinsi dengan ERP antara dua kW sampai dengan 15 kW dan wilayah layanan maksimum 20 km dari pusat kota.
3)
Kelas C, diperuntukkan bagi radio siaran di Kota lainnya dengan ERP maksimum empat kW dan wilayah layanan maksimum 12 km dari pusat kota.
4)
Kelas D, untuk siaran radio komunikasi dengan ERP maksimum 50 W dan wilayah layanan maksimum 2,5 km dari lokasi stasiun pemancar. Teknik Penyiaran Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang
makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran sebagai penyalur informasi dan bentuk pendapat umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan kehidupan demokratis. Penyelenggaraan penyiaran tidak terlepas dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan telekomunikasi yang berlaku secara universal. Penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumberdaya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien. Kata “siaran” merupakan padanan dari kata broadcast dalam bahasa Inggris. Undang-undang penyiaran memberikan pengertian siaran sebagai pesan atau rabgkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau
25
yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sementara penyiaran yang merupakan padanan kata broadcasting memiliki pengertian sebagai kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran atau sarana tranmisi di udara, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spectrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Terdapat lima syarat dalam melakukan penyiaran, yaitu: (Morissan, 2006) 1. Harus tersedia spektrum frekuensi radio. 2. Harus ada sarana pemancaran/ transmisi. 3. Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver). 4. Haruis adanya siaran (program atau acara). 5. harus dapat diterima secara serentak/ bersamaan. Terdapat dua pelajaran yang dipelajari dari beberapa pengamatan, dimana bantuan yang kurang dari pemerintah di sekitar dunia dalam krisis konfrontasi dalam sektor financial yang dipergunakan untuk praktik regulasi penyiaran yakni: (1) dorongan yang kuat untuk pasar bebas kapitalisme, (2) global ekonomi. Dua pelajaran di atas memiliki tujuan untuk menyediakan arahan bagaimana membuat sebuah kebijakan legal dan bingkai kerja peraturan yang dapat mengkontribusikan penghargaan pada ketertarikan publik dalam kebijakan penyiaran dan demokrasi karena membangun sebuah sistem penyiaran berdasarkan pada pertimbangan pasar yang tidak bisa melayani publik. Belajar dari pengalaman internasional dapat menjadi pilihan yang penting. Pandangan seorang Habermasian pada ketertarikan publik dalam dunia penyiaran adalah sebagai alat mediasi, pembangkit dan menawarkan insentif. Kehidupan publik memiliki tiga aspek yaitu: pemerintah yang baik, komunikasi partisipatif dan budaya pluralisme (Jamal, 2009). Penyiaran suara dan akuntabilitas disusun menjadi empat bagian antara lain: (1) perkenalan yang menyediakan sebuah latar belakang teori dan menghadirkan sebuah kebijakan survei perbandingan internasional pada sebuah
26
dasar regional. (2) arahan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang membolehkan perawatan yang bebas, (3) fokus pada kebijakan penyiaran, (4) bibliography dengan daftar untuk masa depan dan penelitian yang lebih jauh (Schejter, 2009).
Sumber/Komunikator/Penyiar Penyiar yang berperan sebagai komunikator atau sumber dalam menyampaikan pesan berperan sangat penting. Penyiar adalah seseorang yang menyampaikan informasi untuk audiens sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Pada saat komunikator berkomunikasi yang berpengaruh tidak hanya apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sediri. Pendengar tidak hanya memperhatikan apa yang ia katakan tetapi juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Karakteristik penyiar sebagai penyebar informasi mencakup kredibilitas, atraksi, kekuasaan. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator, kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikan), unsur yang dibahas, dan situasi. Hovland dan Weiss dalam Rakhmat (2007) menyebut ethos sebagai kredibilitas yang terdiri dari dua unsur, yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness atau (dapat dipercaya). Atraksi menyangkut kemampuan komunikator berinteraksi terhadap komunikan dengan melakukan suatu strategi tertentu sehingga pesan dapat disampaikan dengan baik. Kekuasaan, yakni kemampuan komunikator dalam mempengaruhi komunikan untuk mau melaksanakan apa yang disampaikan. Program Siaran Radio Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu seiring makin banyaknya stasiun penyiaran dan makin tersegmennya audiens.
27
Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima audiens. Ruang lingkup format siaran tidak saja menentukan bagaimana mengelola program siaran (programming) tetapi juga bagaimana memasarkan program siaran itu (marketing). Program siaran adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya yang disajikan dengan sedemikian rupa agar dapat menarik minat audiens untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran radio maupun televisi. Format siaran dapat ditentukan dari berbagai aspek, misalnya aspek demografis audiens, seperti kelompok umur, jenis kelamin, profesi, hingga geografi. Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup terdapat radio berformat professional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan dan sebagainya (Gazali et al., 2003). Secara umum program radio terdiri atas dua jenis yakni musik dan informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan audiens dalam hal musik dan informasi. Pengemasan bentuk program tersebut terdiri dari (Morissan, 2006): 1) Berita radio yang merupakan laporan atau peristiwa atau pendapat yang penting atau menarik. Format penyajian berita radio terdiri atas siaran langsung (live report) dan siaran tunda. 2) Perbincangan radio yang merupakan kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan oleh stasiun radio adalah: a. one-on-one-show, yakni perbincangan saat pewawancara dan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang studio yang sama. b. Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber. c. Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dan pendengar dengan topik yang telah ditetapkan oleh penyiar radio.
28
3). Infotainment radio, merupakan singkatan dari informasion dan entertainment yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian yang bersifat menghibur. Terdapat tiga bentuk infotainment radio yang popular di Indonesia (Morissan, 2006) adalah: a. Info entertainment, penyampaian informasi dari dunia hiburan dengan diselangi pemutaran lagu. b. Infotainment, menyampaikan informasi, promosi, dan sejenisnya dari dunia hiburan yang topiknya menyatu atau senada dengan lagu-lagu atau musik yang diputar. c. Information dan entertainment, sajian informasi khususnya berisi beritaberita actual dilengkapi perbincangan yang tidak selalu dari khasanah dunia hiburan, diselingi pemutaran lagu, iklan dan sebagainya. 4). Jingel radio atau radio air promo, merupakan gabungan musik dan kata yang mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Menurut Dominick dalam Morissan (2006), format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus sampai dalam empat wilayah, yaitu: (1) Kepribadian (personality) penyiar dan reporter. (2) Pilihan musik dan lagu. (3) Pilihan musik dan gaya bertutur (talk). (4) Spot atau kemasan iklan, jingel radio dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya. Pada umumnya, tujuan program adalah untuk menarik dan mendapatkan sebanyak mungkin audiens. Adapun element keberhasilan suatu program, yakni: (1) Konflik yang mampu menahan audiens. (2) Durasi siaran yang dapat bertahan selama mungkin. (3) kesukaan terhadap pembawa acara yang membuat audiens merasa nyaman. (4) Konsistensi suatu program terhadap tema dan karakter pemain. (5) Energi yang mampu menahan audiens untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. (6) Timing atau waktu penayangan yang cocok atau sesuai dengan zamannya. (7) sesuaikan program terhadap sesuatu yang digandrungi (trend) di tengah masyarakat (Morissan, 2006). Pembuatan program siaran radio membutuhkan kerjasama tim antar bidang. Radio selalu terdiri atas tiga bidang kerja (Astuti, 2008): 1. Produksi.
29
Tugas kru produksi adalah menghasilkan program untuk diudarakan. Kru produksi terdiri atas sound engineer (mengurusi masalah suara, memilihlatar musik terbaik, mengkombinasikan bunyi-bunyian dan lain-lain), copywriter (penulis naskah), produser, penyiar, dan reporter (pada radio yang memiliki program jurnalisme radio);
2. Marketing. Tugas kru marketing adalah “menjual” atau “memasarkan” program kepada pihak lain (dengan imbalan berupa airtime untuk memasang iklan, kesempatan untuk branding, dan lain-lain). Istilah marketing dalam lembaga penyiaran mungkin tak dikenal, tetapi tetap ada posisi tertentu yang bertugas menghubungkan radio dengan pihak luar seperti staf humas yang memiliki tugas yang sama untuk memasarkan program radio. 3. Teknis. Bagian teknis bertugas mendukung aspek teknis dalam memproduksi program, maupun dalam mengoperasikan radio. Radio adalah media yang sangat tergantung pada alat dan teknologi khusus. Penggunaan radio untuk pembangunan dapat menjadi sebuah media massa yang telah diperkenalkan untuk informasi dan tujuan persuasive. Sejak tahun 1965 Prancis (OCORA - Office de Coorperacion Radiophonic) dengan ORTF, RFI dan AUBECAM. Peranan radio adalah untuk menginformasikan, pendidikan dan menghibur. Bagaimanapun radio memiliki fungsi yang multiguna. Hal ini dapat melalui pesan terdahulu, meningkatkan kemampuan pada pemanggilan dan mengorganisasikan kelompok dan organisasi, memperbesar forum dialog sosial, menyediakan kapasitas pembangunan yang efektif pada komunitas, meraih kesadaran dan pengetahuan isu komunitas, membawa suara masyarakat untuk tingkat yang lebih tinggi pada struktur politik dan menggerakkan komunitas untuk persyaratan produksi radio dan format-format dapat diadaptasikan untuk penggunaan khusus dan obyektif (Mefalopulos & Kamlongera, 2004). Dasar pendekatan radio menurut Mefalopulos dan Kamlongera (2004):
30
a.
Radio pendidikan. Wilayah radio pendidikan adalah menyediakan ilmu pengetahuan dan instruksi pada isu khusus. Hal ini dapat digunakan untuk pendidikan formal. Berbagai macam program biasanya ditulis dan disiapkan oleh orang khusus setelah diinvestigasi dan isu disusun dalam pertanyaan. Radio dapat juga digunakan secara efektif sebagai sebuah media dalam kampanye pendidikan pada isu-isu relevan yang terkumpul.
b.
Dokumentasi dan Radio Budaya. Melaporkan dan menyediakan testimonial pada aspek kehidupan komunitas. Radio ini digunakan untuk menggambarkan perhatian pada komunitas untuk isu khusus, masalah dan solusi mereka. Investigasi jurnalistik juga menggunakan pendekatan ini. Jurnalis, peneliti sosial dan praktisi komunikasi adalah salah satu yang biasanya memproduksi tipe program ini, sering mengadopsi sebuah pendekatan pengamatan partisipan untuk mencatat isu yang akurat dan obyektif.
c.
Radio partisipatif. Radio yang mengimplikasikan penggunaan radio untuk masyarakat bahkan jika dalam dua jarak yang terdahulu beberapa setuju pada ketertiban masyarakat, partisipasi penuh telah dialami. Cara mengevaluasi sebuah program radio menurut Mefalopulos dan
Kamlongera (2004) dengan pretest dilakukan untuk meyakinkan apakah itu akurat dan mudah untuk dimengerti. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini disediakan dengan sebuah arahan untuk memperbaiki dan pretest terhadap skrip, di antaranya adalah: (1) Apakah poin pesan dari program jelas dan tegas? (2) Apakah saya telah melakukan keadilan pada isu? (3) Apakah informasinya akurat? (4) Apakah saya memiliki sebuah pengenalan yang kuat dan akhir yang kuat? (5) Apakah saya telah memiliki kata-kata yang benar dan bahasa yang jelas didengar oleh telinga? (6) Apakah saya memiliki cukup kata-kata dan berkata dengan lebih efektif? (7) Apakah mudah untuk diikuti? (8) Apakah tertarik untuk mengikuti program-program yang terbaru seluruhnya? (9) Apakah memiliki sebuah langkah yang baik?
31
(10) Respons apa yang saya perkirakan? (11) Apakah pendengar mendapatkan apa yang dibutuhkan? (12) Apakah saya telah menggunakan slogan-slogan atau jingel-jingel? Elemen-elemen Proses Komunikasi Penyiaran Radio Media radio memiliki sifat dan karakteristik yang mengandalkan indera pendengaran dalam menerima pesan atau informasi, menggunakan unsur-unsur dunia realita untuk dapat memberikan pengalaman konkrit kepada pendengarnya, memiliki kecepatan dan urutan penyajian yang bersifat kaku sehingga setiap pendengar atau peserta belajar harus mengikuti pesan dengan cepat dan urutan penyajian yang sama tidak mungkin dikontrol pendengar, dan tidak memberikan kesempatan kepada pendengar untuk melakukan tindakan atau respons pada saat menerima pesan atau informasi yang disampaikan oleh media tersebut (Habib, 1997). Oleh karena itu, radio dapat dikelompokan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu. Artinya, siaran dari suatu media radio dapat diterima di mana saja dalam jangkauan pancarannya (menguasai ruangan) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu) (Morissan, 2006). Laporan jurnalistik radio memiliki tiga elemen suara yang harus ada dan terdengar oleh pendengar, yaitu narasi yang dituturkan reporter atau penyiar, rekaman wawancara dengan narasumber, dan rekaman atmosfir yaitu suara asli peristiwa (Morissan, 2006). Humas Majelis
Humas
Dunia
(World
Assembly
of
Public
Relation)
mendefinisikan humas sebagai seni dan ilmu sosial dalam menganalisa kecenderungan,
memperkirakan akibat-akibat,
memberikan
saran
kepada
pimpinan perusahaan serta melaksanakan program tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya. Menurut Jefkins dalam Morissan (2006) terdapat begitu banyak definisi humas, namun ia sendiri memberikan batasan humas yaitu “sesuatu yang merangkum keseluruhan komunitas yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.” Menurutnya,
32
humas pada intinya senantiasa berkenan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni perubahan yang positif.
Menurut Dominick dalam Morissan (2006) bahwa humas mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik. Pada satu sisi, praktisi humas berupaya untuk mempengaruhi publik agar memberikan opini yang positif bagi organisasi atau perusahan namun pada sisi lain humas berupaya mengumpulkan informasi dari khalayak, menginterprestasikan informasi itu dan melaporkannya kepada manajemen jika informasi itu memiliki pengaruh terhadap keputusan manajemen. 2. Humas berkaitan erat dengan komunikasi. Praktisi humas bertanggung jawab menjelaskan tindakan perusahaan kepada khalayak yang berkepentingan dengan organisasi atau perusahan. Khalayak yang berkepentingan akan selalu dengan apa saja yang dilakukan perusahaan. Praktisi humas harus memberikan perhatian terhadap pikiran dan perasaan khalayak terhadap organisasi. Humas harus menjadi saluran arus bolak-balik antara organisasi dan khalayaknya. Organisasi pada dasarnya berhubungan dengan berbagai macam khalayak. Secara umum khalayak humas terbagi atas khalayak internal seperti: karyawan, organisasi buruh serta pemegang saham yang namanya tercatat pada perusahaan dan khalayak eksternal seperti: badan atau instansi pemerintahan, dealer, pemasok, masyarakat sekitar, media massa dan pemegang saham yang tidak tercatat pada daftar pemegang saham. 3. Humas merupakan fungsi manajemen. Humas berfungsi membantu manajemen dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai serta menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah, humas juga harus secara rutin memberikan saran kepada manajemen. Humas harus memiliki kegiatan yang terencana dangan baik.
33
Bagian humas harus mampu mengorganisir dan mengarahkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Program interaktif Dalam dunia siaran radio kebebasan mengeluarkan pendapat atau pikiran yang di tampung dalam wadah program interaktif merupakan salah satu program radio yang sangat popular di alam demokrasi ini. Pembicaraan banyak didasarkan dari telepon masuk yang melibatkan presenter maupun narasumber. Pembicaraan dalam dialog intraktif yang terbangun antara pendengar presenter maupun narasumber pada dasarnya di warnai dengan adu argumen atas pendapat maupun pemikiran mereka. Topik dalam dialog biasanya mengenai hal-hal yang sedang hangat dibicarakan. Fasilitas yang tersedia biasanya meliputi: 1. Menjawab telepon yang masuk baik yang disiarkan ataupun tidak. 2. Menerima beberapa telepon yang masuk secara sekaligus tiga atau lebih pendengar secara bersamaan. 3. Menjawab telepon masuk dan dikirimkan kepada penyiar dengan link khusus 4. Mampu menerima telepon dua secara bergantian sambil di siarkan 5. Mengatur telepon dari studio. Program interaktif harus direncanakan secara matang, adapun langkah dan persiapannya adalah sebagai berikut. 1. Tentukan formatnya Format yang sederhana adalah yang langsung ditangani presenter atau pembawa acara di studio. Presenter akan menyiarkan kapan program dialog tersebut akan disiarkan, sehingga pada saat program berlangsung pendengar sudah mengetahuinya. 2. Memilih topik
34
Topik merupakan program interaktif yang menjadi penentu suksesnya sebuah program interaktif, sehingga pembuatan topik haruslah sesuai dengan isu yang sedang terjadi di masyarakat. 3. Lakukan riset Riset adalah syarat mutlak untuk sebuah program interaktif. Agar program tersebut benar-benar dapat berbekas di hati pendengar, dan membawa manfaat bagi yang seluas-luasnya bagi masyarakat.
4. Tentukan narasumbernya Memilih narasumber adalah bagian terpenting lainnya dalam program siaran dialog interaktif. Pengasuh program siaran dituntut untuk dapat menyiapkan narasumber yang mengusai topik yang akan dibahas dalam program siaran dialog tersebut. Pada dasarnya konsep dialog interaktif di tiap media elektronik adalah sama. Hanya saja setiap media memiliki standarisasi penyiaran yang berbedabeda, baik televisi maupun radio. Narasumber dan presenter menjadi sumber kunci suksesnya sebuah dialog interaktif pada media elektronik. Tentunya didukung dengan tim kreatif yang unggulan yang bekerja di belakang layar. Pelayanan Publik Konsep dasar dalam memuaskan pelanggan/pelayanan publik, minimal mengacu pada (1) keistimewaan yang terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang dapat memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian dapat memberikan kepuasan dalam penggunaan produk itu. (2) kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan. Acuan dari kualitas seperti dijelaskan di atas menunjukkan bahwa kualitas selalu berfokus pada kepentingan/kepuasan pelanggan (customer focused quality), sehingga dengan demikian produk-produk didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan (Triatmojo, 2007). Pelayanan publik mengacu pada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan
35
berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik serta diproduksi dengan cara yang baik dan benar (Triatmojo, 2007). Keberhasilan suatu instansi baik pemerintah maupun swasta dapat diukur dari kinerjanya. Suatu instansi dapat dinyatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuannya (Hakim, 2005). Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka untuk
memenuhi
keinginan
masyarakat
(pelanggan).
Menteri
Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) dalam keputusannya nomor: 81/1995 menegaskan bahwa pelayanan yang berkualitas hendaknya sesuai dengan sendi-sendi sebagai berikut: (1) Aspek biaya, dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan pembiayaan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta dipahami dan dilaksanakan. (2) Aspek pelayanan, menyangkut: (a) prosedur/tata cara pelayanan umum, (b) persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif, (c) unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum, (d) rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya, (e) jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum, (f) hak dan kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti
penerimaan
permohonan/kelengkapannya,
sebagai
alat
untuk
memastikan pemrosesan pelayanan umum, (g) pejabat yang menerima keluhan pelanggan (masyarakat). (3) Aspek kemanusiaan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum. Keadilan yang merata dalam arti cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil. (4) Keterbukaan (transparansi), dalam arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan, suatu kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/tarif dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. (5) Efisien dan Ekonomis, meliputi: (a) Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan, (b) Dicegah adanya pengulangan
pemenuhan
kelengkapan
persyaratan,
dalam
hal
proses
36
pelayanannya
mempersyaratkan
kelengkapan
persyaratan
dari
satuan
kerja/instansi pemerintah lain yang terkait. Ekonomis dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan: (a) Nilai barang atau jasa pelayanan umum dengan tidak menuntut biaya yang tinggi di luar kewajiban, (b) Kondisi dan kemampuan pelanggan (masyarakat) untuk membayar secara umum, (c) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (6) Tepat tindakan, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. (7) Rasionalisasi pegawai, suatu hal dalam memandang kinerja pegawai dalam bekerja yang dilakukan secara obyektif. Pelayanan publik atau pelayanan umum profesional dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang disesuaikan dengan lima dimensi dalam menilai suatu mutu pelayanan (Lupiyoadi, 2006), yaitu: a)
Reliability. Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b)
Responsiveness (pelayanan yang cepat dan tepat). Respons atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yan cepat dan tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan atau pasien.
c)
Assurance (jaminan atau keyakinan). Meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan anggota pelayanan, ketrampilan dalam memeberikan informasi, kemempuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan
dalam
menanamkan
kepercayaan
pelanggan
terhadap
perusahaan. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:
37
1)
Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.
2)
Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.
3)
Kredibilitas (Credibility) meliput i hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
d)
Emphaty. Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi: 1) Akses (Acces), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. 2) Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. 3) Pemahaman para pelanggan (Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
e)
Tangibels (bukti fisik). Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya
tempat
parkir,
kebersihan
dan
kenyamanan
ruangan,
kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat kepentingan kebutuhan warga Negara, yakni kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder (Murphy dan Hildebrant, 1988). Pelayanan pihak primer merujuk kepada semua jenis layanan dari sebuah instansi baik pemerintah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mutlak dari seorang warga Negara. KTP bersifat mutlak bagi setiap warga Negara yang sudah memenuhi syarat terutama
38
dari segi usia (18 tahun ke atas). Pemenuhan layanan air bersih, listrik dan transportasi juga merupakan kebutuhan layanan yang bersifat mutlak bagi setiap orang. Sebaliknya, pelayanan publik sekunder merujuk kepada semua layanan yang tidak mutlak bagi seorang warga Negara, semisal kebutuhan hiburan dan sejenisnya. Kesadaran pelanggan atau nilai-nilai kualitas pelayanan yang baik, kesadaran masyarakat tentang hak-hak mereka dalam menerima pelayanan publik secara layak, dan masalah nilai-nilai hak azasi manusia yang menjadi bagian pelayanan publik baik secara filosofis maupun dalam praktiknya, secara keseluruhan membentuk sifat kritis pelangganan masyarakat untuk tidak begitu saja menerima layanan yang cacat. Berdasarkan pada tuntutan lingkungan tersebut, maka pemberdayaan pelayanan publik akan lebih bermakna ketika perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan yang mengacu pada pemuasan kebutuhan pelanggan atau masyarakat. Secara internal perubahan-perubahan tersebut seharusnya juga memberikan kesempatan bagi individu-individu pelaksana pelayanan publik untuk berubah (Rahayu, 2006). Proses persepsi publik melalui kata-kata dan frase yang digunakan untuk bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberi tanggapan akan membuat kesimpulan tentang persepsi personal yang menggunakan agenda setting sebagai bingkai kerja teoritis. Media dapat menjadi bukti untuk membentuk persepsi publik. Efek kognitif diperoleh dari fakta yang ada sekarang ini di antara masyarakat yang terjadi dalam lingkungan hidup (Valenzuela & Correa, 2009). Stimulus dan Respons Suatu “stimulus” didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang dapat diinderai oleh seorang individu. Suatu stimulus adalah setiap hal yang dapat diterima oleh seseorang melalui salah satu alat inderanya. Apapun juga yang dapat menghasilkan penginderaan dalam organisme manusia. Jika x ada, dan organisme manusia dapat menginderainya (melihatnya, mendengarnya, merabanya dan sebagainya), jika x adalah suatu stimulus. Respons didefinisikan berdasarkan stimulus dengan berdasarkan seseorang individu yang mengamati suatu stimulus,
39
maka suatu respons adalah setiap hal yang dilakukan oleh individu sebagai hasil pengamatannya atas stimulus. Suatu proses adalah suatu rantai organisme individu terhadap suatu stimulus, atau tingkah laku yang ditimbulkan oleh perangsang atau stimulus. Organisme dapat dan memang menerima sejumlah besar stimulus. Sebagai akibat dari penampilan berbagai stimulus, organisme dapat dan memang menghasilkan sejumlah besar respons. Kekuatan sesuatu hubungan stimulus-respons tertentu sebagian oleh seberapa jauh stimulus akan menghasilkan respons yang sama. Jika organisme membuat suatu respons tertentu (X) terhadap suatu stimulus tertentu (A), hubungan antara A dan X akan diperkuat bilamana organisme tidak memberikan respons X kepada stimulus yang lain. Hubungan juga akan diperkuat antara A dan X jika organisasi tidak membuat respons yang lain terhadap A juga (Zid, 2000). Secara fisiologis, keseimbangan memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri kita kepada lingkungan fisik. Sejalan dengan itu, keseimbangan psikologis menghasilkan keinginan untuk ketetapan struktur dalam pengamatan kita. Manusia tidak hanya memaksakan pengaruh dengan jalan memaksakan struktur dalam lingkungan juga berusaha mempengaruhi dengan membuat berbagai struktur yang dipaksakan konsisten untuk orang lain. Argumen
inilah diperoleh konsep
ganjaran
kepercayaan.
Manusia
mengamati suatu respons sebagai menyenangkan atau memberikan kepercayaan, dalam hal ini bahwa membantu untuk mengembangkan penstrukturan yang konsisten atas dunianya. Orang akan memperhatikan stimulus tertentu yang diharapkan akan berguna dalam menstrukturkan lingkungannya dan menghindari apa saja yang dia pandang tidak bermanfaat. Baik konsep “kepercayaan” telah ditafsirkan begitu sempit oleh beberapa orang ahli pemikir atau teori. Bila mengatakan bahwa manusia mendekati situasi komunikasi dengan suatu sikap “apa yang akan berguna untuk diri saya” atau sikap “bagaimana hal ini bisa mengembangkan minat untuk diri sendiri,” kita tidak bermaksud untuk membatasi diri kita sendiri kepada suatu konsep hedonistis yang sempit, lawan rasa sakit, walaupun hal tersebut juga penting. Apa yang diperoleh dari situasi komunikasi tergantung pada penilaian sendiri. Masyarakat dan kebudayaan di mana kita
40
berada, kemampuan syarat sendiri untuk ketegangan yang lama, toleransi waktu yang dimiliki yang membenarkan kepercayaan dapat ditunda. Apa yang telah ditemukan ialah bahwa konsep kepercayaan perlu dilihat sebagai akibat dari semua kemungkinan pengaruhnya dan dilihat penerima sebagai akibat respons. Beberapa akibat ini bersifat segera dan jelas, sedang yang lain mungkin ditunda dan kurang jelas. Salah satu dari dimensi yang penting untuk mempengaruhi adalah kebutuhan organisme untuk mengurangi ketegangan internalnya dengan mengembangkan suatu struktur yang tepat untuk lingkungan di mana dia berbuat. Dalam semua kasus itu, kepercayaan harus didefinisikan dalam konteks orang yang membuat respons. Apa yang menyenangkan untuk sumber mungkin menggantungkan untuk penerima. Ganjaran dapat dilihat sebagai hasil penjumlahan antara faktor positif dan faktor negatif yang terdapat dalam respons yang diinginkan. Dalam komunikasi yang efektif menekankan pentingnya faktor positif dan mengurangi banyakbanyak faktor negatif. Jika faktor positif bertambah dan faktor minus berkurang, maka komunikasi lebih efektif. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa tujuan pokok manusia dalam berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi dirinya, lingkungan sosial dan fisiknya. Suatu respons bersifat menyenangkan dan dapat diberi kepercayaan,. Keterbukaan proses komunikasi itu sendiri mempengaruhi tingkah laku sumber atau bisa dikatakan sebagai motivator. Apa dan bagaimana sumber berkomunikasi tergantung kepada kemampuannya untuk melakukan analisis apa yang telah kita terangkan. Dengan kata lain, tingkah laku komunikasinya dipengaruhi oleh berapa banyak ia mengetahui tentang sikapnya sendiri, ciri-ciri penerimanya, cara-cara ia menghasilkan atau memperlakukan pesan-pesan, jenis pemilihan saluran komunikasinya dan sebagainya. Pengetahuan komunikasi mempengaruhi tingkah laku komunikasi dalam memotivasi penerima pesan. Media Audiens dan Instansi Media audiens dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi penerima atau pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media, atau komponen isinya (McQuil, 2006). Audiens dalam penyiaran yang beragam ini kemudian disegmentasikan atau dikelompokkan ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen
41
karena dengan sifatnya yang sangat heterogen pada Tabel 1. Akan sulit bagi media penyiar untuk melayani semua (Morissan, 2006). Segmentasi diperlukan agar media penyiaran dapat melayani audiensnya secara lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif, yang terpenting adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan audiens yang ingin dituju. Pengelola media penyiaran harus memilih satu atau beberapa segmen audiens saja yang memiliki karakter yang sama dari seluruh penduduk Indonesia yang menjadi audiens media penyiaran. Memahami siapa audiensnya, maka pengelola media penyiaran dapat menentukan bagaimana cara menjangkaunya, program apa yang dibutuhkan dan bagaimana mempertahankan audiens dari media pesaing. Audiens memiliki keterdedahan yang berbeda terhadap media massa, yakni dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam mencari dan menerima informasi, serta berkaitan dengan
frekuensi
penggunaan
media
massa
serta
kebiasaan
menggunakan media massa (Kamanjaya, 2007). Menurut Burton (2005) ide pada sebuah suasana publik disarankan oleh Jurgen Habernas dan dibagi dengan tempat dimana informasi akan dipertukarkan dan terdapat debat publik. Hal ini dapat dikatakan bahwa tempat akan disediakan oleh media dalam publik dan demokrasi. Media telah dilihat sebagai sebuah mekanisme untuk penyiaran audiens. Anggota-anggota audien tidak berinteraksi dengan yang lainnya dengan contoh yaitu teater film. Suasana publik dilihat dari sebuah kenyataan yang terjadi bahwa penyiar selalu memiliki cadangan untuk diri mereka sendiri dengan menggunakan kekuatan kontrol editorial. Efek media berlanjut untuk dikonsumsi dalam suasana khusus di rumah merupakan bagian yang paling banyak. Audiens dibentuk sebagai kelompok individu konsumen. Hubungan pola yang dominan adalah hubungan antara anggota-anggota, audiens dan para produser. Audiens akan berinteraksi dalam mendiskusikan mengenai apa yang mereka lihat di sinema atau yang mereka dengar di radio.
42
Tabel 1. Segmentasi audiens menurut Morissan (2006) Segmentasi
Deskripsi
Demografis
Audiens dibedakan berdasarkan karakteristik demografi, seperti usia, gender, pendidikan, pekerjaan, status sosial ekonomi, dsb.
Geografis
Audiens
dibedakan
berdasarkan
wilayah
tempat tinggalnya, misalnya wilayah dalam suatu Negara (Indonesia Barat, Indonesia Timur), pulau, provinsi, kota dan desa. Geodemografis
Konsumen yang tinggal di suatu wilayah geografis tertentu diyakini memiliki karakter demografis yang sejenis (namun wilayah geografis harus sesempit mungkin, misalnya kawasan-kawasan
pemukiman
atau
kelurahan). Psikografis
Segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia.
Instansi adalah sebutan kolektif meliputi suatu kerja/satuan organisasi kementerian/departemen, lembaga pemerintahan non departemen, kesekretariatan lembaga tinggi Negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.