PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR: 61/PID.B/2011/PN.PWR. TENTANG PENCURIAN DISERTAI PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
Oleh : Mikail El Dhafin 1110045100021
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ABSTRAK
Mikail El Dhafin. NIM 1110045100021. Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. Tentang Pencurian Disertai Pembunuhan Berencana Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam. Konsentrasi Kepidanaan Islam, Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 1436 H/2014 M. iv + 71 halaman + 1 lampiran. Masalah utama dalam skripsi ini adalah mengenai pencurian yang menebabkan meninggalnya seseorang yang terdapat dalam putusan nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr yang memvonis Adriawan Bin Subarjo dengan penjara seumur hidup atau selama- lamanya dua puluh tahun. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Putusan Pengadilan Negeri Purworejo terhadap terdakwa Adriawan Bin Subarjo ditinjau dari hukum pidana Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berarti penulis tidak menggunakan sample. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan, penulis melakukan pengidentifikasian secara sistemis dari sumber yang berkaitan dengan objek kajian. Setelah data diperoleh penulis menganalisis secara yuridis normatif data yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdakwa tidak layak dikenakan hukuman seumur hidup, sebab ditinjau dari hukm pidana Islam mengenai sanksi bagi tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa yakni pencurian yang disertai pembunuhan sekalipun ulama berbeda pendapat akan tetapi semua pendapat tersebut menunjukkan kepada hukuman mati yang membedakan hanya penambahan hukuman salib dan amputasi tangan dan kaki secara silang. Kata Kunci: hirâbah Pembimbing : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag Daftar Pustaka : Tahun 1967 s.d. Tahun 2013
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahman dan rahim-Nya kita diberikan pilihan untuk hidup dan bersikap sewajarnya manusia yang berfikir, tanpa lupa akan tunduk terhadap perintah dan larangan-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, semoga kita menjadi pengikut beliau yang diakui serta diberikan syafa’atnya di akhirat kelak. Ậmîn. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA. 2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah. Dra. Hj. Maskufa, M.Ag dan Dra. Hj. Rosdiana, M.Ag. 3. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag selaku dosen pembimbing, yang dengan arahan dan bimbingan beliau saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen fakultas syari’ah dan hukum
yang dengan ikhlas
menyampaikan ilmu dan pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar.
ii
5. Kedua orang tua penulis, Ayah Lukman El Hakim, S.H dan Umah Titin Sumarni, atas semua yang telah diberikan dan dikorbankan, termasuk motivasi dan masukan yang diberikan keduanya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi dan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ghozian El Shidqi, Faris Luthfan El Haidi, dan Maryam Almas El Shabrina selaku adik yang selalu memberi motivasi khususnya selama penulisan skripsi ini berjalan. 7. Teman- Teman seperjuangan Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Pidana Islam angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan motivasi selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kepada sahabat-sahabatku dalam kelompok Kampak Mintul Farid Fauzi (Narji), Ridwan Daus, M. Fadillah (Bedil), Masrur Fuadi (Mas Mukey), Edo Fahmi (Edos), dan Badru Tamam (Gondes) Terima kasih sebanyakbanyaknya yang selalu bersedia menemani penulis baik berdiskusi maupun berpetualang. 9. Kepada sahabatku yang setia menamaniku dalam pembuatan skripsi, Aiza Faqih (Bang Bor), Irsyad Trianto (Sadun), Muhammad Ilham, Ahmad Rijal (Qwill) dan Ahmad Farid Zamani saya ucapkan beribu-ribu terimakasih. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberi mereka balasan yang jauh lebih besar dari apa yang mereka lakukan dan berikan, khususnya kepada penlis, umumnya kepada semua pihak, baik yang menyangkut penulisan skripsi ini atau hal
iii
lainya. Peulis berharap semoga skripsi ini Allah jadikan wasîlah yang dapat memberikan manfaat khususnya terhadap diri saya sendiri, umumya bagi pembaca sekalian. Ậmîn yâ Rabb al- ‘Ậlamîn. Jakarta, 30 Maret 2015
Mikail El Dhafin
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... v BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5 D. Metode Penelitian .................................................................................. 8 E. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 10
BAB II
DESKRIPSI UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DISERTAI KEKERASAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Definisi Pencurian dan Definisi Kekerasan yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Lain Dalam Hukum Pidana Islam .............. 13 B. Macam-macam Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam ..................... 14 C. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Disertai Dengan Kekerasan yang Menyebabkan Kematian Dalam Hukum Pidana Islam........................ 21 D. Sanksi tindak pidana pencurian disertai dengan kekerasan yang menyebabkan kematian dalam hukum pidana Islam ........................... 25
BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DISERTAI KEKERASAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Definisi Pencurian disertai kekerasan yang mengakibatkan kematian (pembunuhan) dalam hukum positif .................................................... 28 B. Unsur-unsur pencurian dan kekerasan yang menyebabkan kematian (pembunuhan sengaja) dalam hukum positif ....................................... 31
v
C. Sanksi tindak pidana pencurian yang disertai kekerasan dalam hukum positif ................................................................................................... 36 D. Sanksi tindak pidana pencurian disertai dengan kekerasan yang menyebabkan kematian dalam hukum pidana positif.......................... 43 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR 61/PID.B/2011/PN.PWR A. Deskripsi kasus pencurian yang disertai kekerasan yang menyebabkan kematian Pengadilan Negeri nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr .............. 46 B. Putusan Pengadilan Negeri nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr ................ 49 C. Analisis
Sanksi
Putusan
Pengadilan
Negeri
nomor
61/Pid.B/2011/PN.Pwr Perspektif Hukum Pidana Islam .................... 51 BAB V
Penutup A. Kesimpulan .......................................................................................... 63 B. Saran .................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pencurian adalah salah satu jenis kejahatan yang tidak saja melanggar normanorma sosial yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat, tetapi lebih jauh lagi, kejahatan ini juga bisa mengganggu keharmonisan dan stabilitas masyarakat. Tindak pidana pencurian di Indonesia, dalam pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam pasal 362, 363, 364, dan 365 KUHP. Pencurian dalam hukum positif merupakan perbuatan mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum.1 Pencurian dengan Kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP yang berbunyi: “(1) diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan Tahun, pencurian yang didahului disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”.2
1
R. Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, (Surabaya: Usaha Nasional Offset Printing, 1980)
2
Moeljanto, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h.
h. 376. 129
1
2
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 365 KUHP merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur memberatkan. Dengan demikian maka yang diatur dalam Pasal 365 KUHP sesungguhnya hanyalah satu kejahatan, dan bukan dua kejahatan yang terdiri atas kejahatan pencurian dan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang, dari kejahatan pencurian dengan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang.3 Maka sudah jelas bahwa pada hakekatnya, pencurian dengan kekerasan adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan
masyarakat,
bangsa
dan
negara.
Ditinjau
dari
kepentingan
nasional,
penyelenggaraan pencurian dengan kekerasan merupakan perilaku yang negatif dan merugikan terhadap moral masyarakat.
Indonesia adalah negara hukum, demikian ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai konsekuensi logis dari pengaturan tersebut, maka seluruh tata kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia harus berpedoman pada norma-norma hukum. Salah satu perwujudan dari norma hukum tersebut, khususnya hukum publik adalah keberadaan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang ditegakkan dengan hukum acara pidana dalam Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP).4 Namun, di sisi lain Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Islam sendiri memiliki aturan hukum yang juga
3
Simons, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h 106. 4 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali), (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h.273.
3
harus dipatuhi dan ditegakkan oleh para pemeluknya, jika tidak, maka akan digolongkan ke dalam orang-orang yang kâfir, fâsiq atau dzâlim. Pencurian merupakan suatu pelanggaran norma yang hidup di masyarakat yaitu norma agama dan norma hukum. Agama manapun melarang tindakan suatu pencurian karena hal tersebut merupakan dosa yang harus di pertanggung jawabkan oleh pelakunya di akhirat nanti. Hukum juga melarang suatu tindak pencurian, karena merugikan orang lain dan melanggar hak-hak pribadi dari setiap orang, Salah satunya adalah hak memiliki setiap benda.5 Akhir-akhir ini tindak pidana pencurian dengan kekerasan banyak terjadi dalam masyarakat dan mengakibatkan kerugian baik fisik maupun non fisik yang sangat besar. Sebaga contoh yang terdapat dalam putusan pengadilan Negeri Purworejo dengan nomor perkara 61/pid.B/2011/PN.Pwr dimana terdakwa pada awalnya hanya berniat untuk mencuri, akan tetapi korban mengetahui perbuatan terdakwa sehingga terdakwa membacok kepala korban sampai meninggal dunia.6 Dari hal inilah penulis tertarik untuk menganalisa kriteria dan sanksi terhadap tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Berangkat dari latar belakang di atas, menurut hemat penulis sanksi tindak pidana pencurian yang disertai kekerasan yang mengakibatkan kematian menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Dalam skripsi ini penulis melakukan analisis terhadap
5
Sabri Samin, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Pidana Indonesia Efektisme dan Pandangan Non Muslim, (Jakarta, Kholam Publishing) 6 Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr
4
“Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr Tentang Pencurian Yang Mengakibatkan Kematian Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Tindak Pidana pencurian tentunya mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Dengan demikian, fokus masalah dalam studi ini dibatasi pada pandangan hukum pidana Islam dan hukum pidana positif terkait pencurian berencana yang mengakibatkan orang lain mati dalam putusan Pengadilan Negeri nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. 2. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas perumusan masalah skripsi ini diformulasikan sebagai berikut: a. Bagaimanakah pandangan hukum pidana positif mengenai pencurian disertai pembunuhan berencana? b. Bagaimanakah pandangan hukum pidana Islam mengenai pencurian disertai pembunuhan berencana? c.
Bagaimana
sanksi
putusan
Pengadilan
Negeri
61/Pid.B/2011/PN.Pwr dilihat dari perspektif hukum pidana Islam?
nomor:
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum, studi ini bertujuan, pertama, menjelaskan tentang pandangan hukum positif mengenai pencurian disertai pembunuhan berencana; kedua, merumuskan dan menjelaskan pandangan hukum Islam mengenai pencurian disertai pembunuhan berencana yang mengakibatkan orang lain mati; dan ketiga, menjelaskan analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi dalam putusan PN 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan : a. Menjelaskan secara komprehensif pandangan hukum positif mengenai pencurian disertai pembunuhan berencanai; b. Menjelaskan secara komprehensif pandangan hukum Islam mengenai pencurian disertai pembunuhan berencana; c. Menjelaskan secara komprehensif analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi dalam putusan. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pencurian yang disertai kekerasan dan pembunuhan berencana dalam hukum pidana positif.
6
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membuka pemikiran, terkait pencurian yang disertai kekerasan dan pembunuhan berencana dalam hukum pidana Islam. c. Hasil
penelitian
perbandingan
ini
selanjutnya
mengenai
sanksi
diharapkan terhadap
dapat
putusan
memberikan PN
nomor
61/Pid.B/2011/PN.Pwr dengan sanksi yang berlaku dalam hukum pidana Islam yang sesuai dengan perkara pidana tersebut. 3. Tinjauan Pustaka/ Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendalam terhadap masalah tersebut penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literatur yang relevan terhadap masalah yang menjadi objek penelitian. Sehingga mendapatkan referensi tepat yang berkaitan dengan kasus pencurian disertai kekerasan. Penelitian terkait masalah pencurian yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain memang sudah ada hanya saja penelitian yang secara spesifik meneliti dalam tinjauan hukum islam belum ditemui oleh penulis. Tetapi penulis tetap mengambil kerangka penelitian terhadap hasil-hasil karya ilmiah terdahulu untuk membantu melengkapi dan menjadi bahan acuan penulisan skripsi ini. Adapun hasil penelitian terdahulu yang menunjang penelitian ini adalah : a. Skripsi karya AIDIL MUHARRAM SAGALA, alumni Universitas Sumatera Medan, yang berjudul KEJAHATAN PENCURIAN DISERTAI
7
KEKERASAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM DAN KRIMINOLOGI DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA.7 Dalam skripsi ini lebih menekankan aspek kriminologi hukum terhadap pencurian yang disertai kekerasan yang mengakibatkan kematian. Hasil penelitian ini menjabarkan faktorfaktor yang mendorong terjadinya tindak pidana pencurian yang disertai kekerasan yang menyebabkan kematian dan cara menangulanginya. Perbedaannya dengan penelitian penulis adalah bahwa penelitian ini tidak memfokuskan pembahasan terhadap sanksi dari tindak pidana pencurian tersebut serta tidak meninjaunya dari hukum pidana Islam. b. Skripsi
karya
LEONARD
MARUATAL
TAMBUNAN,
alumni
Universitas Padjadjaran Bandung, yang Berjudul Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor:44/Pid.B/2011/Pn. Pwr Mengenai Perkara Pencurian Disertai Pembunuhan.8 Pada skripsi ini membahas mengenai tindak pidana pencurian yang disertai pembunuhan yang ditinjau dari hukum positif terhadap suatu putusan, dalam hal ini, putusan pengadilan negeri Purwokerto.
7
Aidil Muharram Sagala, Kejahatan Pencurian Disertai Kekerasan Yang Menyebabkan Hilagnya Nyawa Orang Lain Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Kriminologi Di Kecamatan Medan Helvetia, (Sumatera, Universitas Sumatera Utara Medan, 2005). 8 Leonard Maruatal Tambunan, Yang Berjudul Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor:44/Pid.B/2011/Pn. Pwr Mengenai Perkara Pencurian Disertai Pembunuhan, (Bandung, Universitas Padjadjaran Bandung, 2012)
8
Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bahwa penelitian tersebut tidak membahas atau menganalisis hasil putusan dari aspek hukum pidana Islam.
D. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, artinya penulis tidak membutuhkan populasi dan sampel. Objek pembahasan ini tertuju pada penelitian suatu putusan pengadilan, maka kajian ini termasuk pada penelitian hukum normatif. Penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif, adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta normanorma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.9 Sumber-sumber penelitian terdiri dari dua sumber diantaranya adalah sumber primer dan sumber sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan
perundang-undangan
dan
putusan-putusan
hakim.
Sedangkan bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum
9
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 105.
9
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan. a. Data Primer: Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti.10 Konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian disertai kekerasan, dalam hal ini mengenai Putusan PN nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. b. Data Sekunder: Data Sekunder yaitu data pendukung yang berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berbentuk laporan dan lain sebagainya.11 Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum terdapat sejumlah pendekatan, yakni (a) pendekatan undang-undang (statute approach), (b) Pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).12 Dari sudut pandang tersebut, penelitian ini merupakan penelitian hukum yang menerapkan pendekatan kasus (case approach). 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan metode penelitian kepustakaan. Kajian kepustakaan adalah upaya pengidentifikasian
10
Adi Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta; Granit, 2004, hlm. 57. Amirudin Zaianal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 30. 12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), h. 93. 11
10
secara sistemis dan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian.13 Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini untuk hukum positif adalah KUHP sebagai pedoman hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia, dan untuk hukum Islam-nya, sumber data yang digunakan adalah kitab-kitab fiqih. Sehubungan dengan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. 3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan metode penelitian kepustakaan. Kajian kepustakaan adalah upaya pengidentifikasian secara sistemis dan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian.14
E. Sistematika Pembahasan Materi laporan penelitian skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab Pertama bertajuk “Pendahuluan”. Di dalam bab ini diuraikan pokok-pokok pikiran yang
13
Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 17. 14 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 17.
11
melatarbelakangi penelitian ini, yang diorganisir menjadi 6 (enam) sub-bab, yaitu (1) latar belakang masalah, (2) pembatasan dan perumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) penelitian terdahulu yang relevan, (5) metode penelitian, (6) sistematika pembahasan, (7) Rancangan Out Line dan (8) Daftar Pustaka Sementara Bab Kedua berjudul “Deskripsi Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian Disertai Kekerasan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Lain Perspektif Hukum Pidana Islam”. Bab ini terdiri dari 4 ( empat ) sub-bab, yaitu (1) definisi pencurian disertai pembunuhan berencana dalam hukum pidana Islam. (2) macammacam Pencurian dalam hukum pidana Islam. (3) unsur-unsur pencurian dalam hukum pidana Islam. (4) sanksi tindak pidana pencurian disertai pembunuhan berencana dalam hukum pidana Islam. Bab Ketiga bertajuk “Deskripsi Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian Disertai Kekerasan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Lain Perspektif Hukum Positif”. Dalam bab ini diuraikan mengenai bagaimana pembuktian dalam hukum positif khususnya di Indonesia dan pembuktian dalam hukum pidana Islam. Bab ini menyajikan 4 ( tiga ) sub-bab, yaitu (1) definisi Pencurian disertai kekerasan yang mengakibatkan kematian (pembunuhan) dalam hukum positif. (2) unsur-unsur pencurian dan kekerasan yang menyebabkan kematian (pembunuhan sengaja) dalam hukum positif. (3) unsur-unsur tindak pidana pencurian dan pembunuhan berencana dalam hukum pidana positif. (4) sanksi tindak pidana pencurian yang disertai kekerasan dalam hukum positif.
12
Bab Keempat berjudul “Analisa Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr ”. Komposisi dari bab ini akan terdiri dari 3 (tiga) sub-bab, yaitu (1) Deskripsi kasus pencurian yang disertai kekerasan yang menyebabkan kematian PN nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, (2) Putusan Pengadilan Negeri nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, dan (3) Analisis sanksi Putusan Pengadilan Negeri nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr perspektif hukum pidana Islam. Bab Kelima merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan rekomendasi. Dalam bab ini diuraikan pokok-pokok/inti temuan penelitian yang dihasilkan. Selain itu, dimuat juga saran terkait tindak lanjut atas temuan penelitian.
BAB II DESKRIPSI UMUM TINDAK PIDANA PENCURIAN DISERTAI PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
A. Definisi Pencurian dan Definisi Pembunuhan Dalam Hukum Pidana Islam. Pencurian secara etimologi berasal dari kata berarti
“
1
, yang
“ yaitu mengambil harta orang lain secara sembunyi-
sembunyi.2 Atau “
“ yang artinya, mengambil
sesuatu dari orang lain atas jalan sembunyi- sembunyi.3 Sedangkan secara terminologi pencurian dalam hukum pidana Islam adalah :
Artinya: “Seorang mukallaf yang mengambil harta orang lain secara sembunyi- sembunyi (minimal) sekadar sepuluh dirham hal keadaannya melakukan spekulasi terhadap suatu barang yang dijaga di suatu tempat atau oleh suatu penjagaan tanpa syubhat kepemilikan mengenai barang tersebut.”4 Menurut hukum Islam pembunuhan disebut dengan ُ اَلْقَتْلberasal dari kata َقَتَل yang sinonimnya َ اَمَاتartinya mematikan. Abdul Qadir Audah memberikan definisi pembunuhan sebagai berikut: 1
Mahmûd Yûnus, Qâmûs „Arabî- Indûnisî, Jakarta; Mahmud Yunus Wa al-Dzurriyyah, 1990,
hlm. 168. 2
Ibrâhîm Anîs, „Abdu al-Halîm Muntasir, dkk. al-Mu‟jam al-Wasît, (Mesir: Maktabat alSyurûq al-Dauliyyah, 2010) hlm. 444 3 Alî bin Muhammad al-Jurjânî, al-Ta‟rîfât, (T.tp: al-Haramain, 2001), hlm. 117. 4 Alî bin Muhammad al-Jurjânî, al-Ta‟rîfât, hlm. 117.
13
14
Artinya: “Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa manusia dengan sebab perbuatan manusia lain”.5 Pembunuhan merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara‟, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Al-An‟am ayat 151:
Artinya: “janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”.6 B. Macam-macam Pencurian dan Pembunuhan Dalam Hukum Pidana Islam. Dalam syarî‟ah Islam, pencurian terbagi kepada 2 (dua) macam : (1) pencurian yang hukumannya hadd, (2) pencurian yang hukumannya ta‟zîr. 1. Pencurian yang hukumannya had Pencurian yang hukumannya hadd terbagi kepada 2 (dua) macam: (a) pencurian ringan dan (b) pencurian berat. a. Pencurian ringan adalah mengambil harta orang lain secara sembunyisembunyi. b. Pencurian berat adalah mengambil harta orang lain dengan cara kekerasan. Perbedaan antara pencurian ringan dan pencurian berat adalah bahwasanya pencurian ringan adalah mengambil harta tanpa sepengetahuan 5
Abdul Qadir Audah, At-TAsyri Al-Jina‟I Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟I (Beirut: Al-Risalah, 1998), Juz II, hlm. 6 6 Lihat Al-Quran Surah Al-An‟am (6) ayat 151
15
korban dan tanpa adanya ridâ dari si korban. Dan mesti ada kedua syarat ini dalam pencurian kecil, sebab jika tidak ada salah satu dari kedua syarat tersebut maka tidak lah dianggap pencurian ringan. Barang siapa yang mengambil harta dari sebuah rumah, di mana yang punya rumah melihat perbuatannya tersebut, dan tidak ada kekerasan dalam pencurian tersebut, maka pencurian tersebut tidak dianggap pencurian ringan, sebab tidak adanya syarat “secara sebunyi-sembunyi” di dalam tersebut, maka pencurian tersebut disebut Ikhtilâs. Dan barang siapa yang merampas harta dari orang lain, maka tidak pula perbuatan tersebut dianggap pencurian ringan. Ikhtilâs,7 nahb,8 dan gasab9 semuanya merupakan gambaran dari pencurian, akan tetapi tidak dihukum dengan hukuman hadd bagi pelakunya.10 Barang siapa yang mengambil harta dari rumah seseorang dengan adanya ridâ dari pemilik barang tersebut sekalipun tanpa sepengetahuan si pemilik harta, maka tidaklah perbuatan tersebut dianggap pencurian ringan,
7
Apabila pelaku mengambil harta orang lain secara terang- terangan dan berpegangan kepada lari. Lihat, Ibrâhîm al- Bâjûrî, Hâsyiyah al-Syaikh Ibrâhîm al- Bâjûrî „Alâ Syarh al- „Allâmah Ibn Qâsim al- Gazi, (Ttp, Dâr al- Kutub al- Islâmiyyah, Ttt), jilid. 2, hlm. 241. 8 Apabila pelaku mengambil harta orang lain secara terang- terangan dan berpegangan kepada kekuatan. Lihat, Ibrâhîm al- Bâjûrî, Hâsyiyah al-Syaikh Ibrâhîm al- Bâjûrî „Alâ Syarh al- „Allâmah Ibn Qâsim al- Gazi, jilid. 2, hlm. 241 9 Memiliki atau menguasai hak orang lain sekalipun hak orang lain tersebut berupa kemanfaatan. Lihat, Abû Bakar Syattâ, Hâsyiyah I‟ânah al- Tâlibîn „Alâ Hilli Alfâdzi Fathi al- Mu‟în Li Syarh Qurrati al-„Ain Bi Muhimmâti al- Dîn, (Beirût: Dâr al- Fikr, Ttt), jilid. 3, hlm. 136. 10 Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 514.
16
sebab tidak adanya syarat yang kedua, yakni “tanpa adanya ridâ dari si korban” Adapun pencurian berat adalah mengambil harta korban dengan sepengetahuan korban akan tetapi dengan tanpa adanya ridâ dari si korban dengan jalan kekerasan. Maka jika tidak ada unsur kekerasan dalam perbuatan tersebut, maka perbuatan tersebut adalah Ikhtilâs, nahb, atau gasab selama tidak adanya ridâ dari si korban.11 2. Pencurian yang hukumannya ta’zîr Pencurian yang dihukum dengan hukuman ta‟zîr ada 2 (dua) macam: (1) masuk ke dalamnya tiap- tiap pencurian kategori hudûd akan tetapi tidak mencukupi syarat- syarat hudûd di dalamnya, atau ditolak hudûd pada perbuatan tersebut karena adanya syubhah, dan (2) mengambil harta orang lain dengan tanpa sembunyi- sembunyi, yakni dengan sepengetahuan korban dan tanpa ridâ si korban namun tanpa adanya unsur kekerasan, kategori ini juga masuk ke dalam Ikhtilâs, gasab, dan nahb, seperti orang yang mengambil pakaian orang lain, kemudian ia lari dengan sepengetahuan si korban.12 Kedua kategori pencurian di atas tidak ada hukuman hadd bagi pelakunya, yakni tidak diamputasi tangannya berdasarkan atas sabda Nabi :
11
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 514-515. 12 Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 515.
17
Artinya: “Dari Jabir bin Abdillah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: seorang penghianat, perampas dan pencopet tidak dipotong tangannya. (H.R. Ibn Mâjah)”13 Sedangkan dalam hukum Islam tindakan menghilangkan nyawa manusia ada tiga macam, yaitu sebagai berikut: 1. Pembunuhan Sengaja („amd). Pembunuhan
sengaja
yaitu
tindak
pembunuhan
terencana
menggunakan alat yang dapat mematikan, baik berupa benda tumpul seperti kayu atau batu maupun benda tajam seperti pisau dan sejenisnya.14 Menurut Abdul Qadir Audah,
Artinya: “Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh korban”.15 Adapun dasar hukum penghukuman bagi pelaku pembunuhan ini adalah ayat Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 178
13
Ibn Yazîd al- Qazwînî, Sunan Ibn Mâjah, (Beirût: Dâr al- Fikr, Ttt), jilid. 2, hlm. 864. Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟I Al-Muyassar, (Beirut: Darul Fikr, 2008), hlm. 154 15 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟I Al-Islam Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟I, hlm. 10 Paragraf 6. 14
18
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”.16 Dasar Hukum dari Hadits Nabi adalah:
Artinya: “Dari Abi Syuraih Al-Khuza‟I ia berkata: telah bersabda Rasulullah Saw. Maka barangsiapa yang salah seorang anggota keluarganya menjadi korban pembunuhan setelah ucapanku ini, keluarganya memiliki dua pilihan: adakalanya memilih diat, atau memilih kisas”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Daud dan Nasa‟i). Berdasarkan ayat dan hadits di atas hukuman bagi pembunuhan sengaja adaah terdiri dari dua pilihan, yaitu: kisas dan diat mughallazah apabila keluarga memaafkan.17 Selain dari kedua itu sbagian fukaha berpendapat dalam hukuman pokok terdapat hukuman lain yaitu takzir dan kafarat, ini merupakan hukuman pengganti. Hukuman tambahan dari
16 17
Lihat Al-Quran Surah Al-Baqarah (2) ayat 178 Muhammad Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, hlm. 7.
19
pembunuhan ini ada dua: pencabutan hak waris, dan pencabutan hak menerima wasiat.18 2. Pembunuhan tidak sengaja (Khata‟) Pembunuhan tidak sengaja
yaitu pelaku tidak berencana
melakukan pembunuhan. Misalnya dia melempari sesuatu seperti tembok, hewan, atau pohon lalu lemaparan itu mengenai orang; atau dia terjatuh dari tempat yang tinggi dan menimpa orang di bawahnya hingga tewas. Pada contoh pertama pelaku sengaja melakukan sesuatu (lemparan) tanpa maksud mengenai target seseorang, sedangkan yang kedua pelaku tidak merencanakan keduanya. Sayid Sabiq memberikan definisi sebagai berikut:
Artinya ; “Pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang mukallaf melakukan perbuatan yang diperbolehkan untuk dikerjakan, seperti menembak binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian mengenai orang yang dijamin keselamatannya dan membunuhnya”.19 Dasar Hukum penghukuman pembunuhan ini adalah Al-Quran Surah An-Nisa ayat 92.
18 19
Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Islam III, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu), hlm. 271 Sayid Sabiq, Fiqh As-sunnah Juz II, hlm. 331
20
Artinya: “dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah”.20 Pembunuhan ini mendapatkan hukuman berupa kewajiban membayar diat ringan (mukhaffafah) terhadap ahli waris ashabah („aqilah) pelaku yang dibayar dalam jangka waktu tiga tahun.21 Sayid Sabiq menerangkan bahwasannya tidak hanya sebatas diat ringan tetapi pelaku juga menunaikan kafarah, yaitu memerdekakan budak mukmin, jika tidak mampu maka pelaku harus berpuasa dua tahun berturut-turut.22 3. Pembunuhan Semi Sengaja (Syibh „amd) Pembunuhan Semi Sengaja (syibh „amd) atau Sengaja tapi kelirua („amdal-khata‟), yaitu berencana melakukan pembunuhan dengan alat yang biasanya tidak mematikan. Misalnya memukul seseorang dengan tongkat yang ringan atau cambuk dan sebagainya yang tidak mematikan, lalu dia tewas.23
20
Lihat Al-Quran Surah An-Nisa (4) ayat 92 Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar,hlm. 154 22 Sayid, Sabiq, Fiqh As-Sunah Juz II, hlm. 331 23 Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar,hlm. 154 21
21
Abdul Qadir Audah berpendapat,
Artinya: “Pembunuhan menyerupai sengaja adalah suatu pembunuhan dimana pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat cambuk, batu, tangan, atau benda lain yang mengakibatkan kematian”.24 Jenis hukuman pembunuhan ini adalah diat mughallazah yang diberikan waktu dan kafarat. Hukuman pengganti yaitu takzir sebagai pengganti diat dan puasa sebagai pengganti kafarat, yaitu memerdekakan budak atau bersedekah sesuai dengan harganya. Hukuman tambahan pencabutan hak menerima wasiat.
C. Unsur- Unsur Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam. Unsur- unsur tindak pidana pencurian dalam hukum pidana Islam ada 4 (empat) yaitu: (1) mengambil secara sembunyi- sembunyi, (2) barang yang diambil berupa harta, (3) harta yang diambil tersebut milik orang lain, dan (4) melawan hukum.25 1. Mengambil secara sembunyi- sembunyi. Pengertian dari “mengambil secara sembunyi- sembunyi” adalah bahwasanya pelaku mengambil mengambil sesuatu (dalam hal ini adalah harta) dengan tanpa sepengetahuan si korban dan tanpa adanya ridâ dari si 24 25
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 141. M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 114
22
korban. Seperti seseorang yang mengambil harta orang lain dari rumahnya pada saat korban tidak ada dirumahnya atau korban sedang tertidur, atau seperti orang yang mengambil hasil produksi dari tempat penimbunan seseorang pada saat orang tersebut tidak ada atau saat orang tersebut sedang tertidur. Jika pencurian di lakukan pada saat adanya si korban, dan tanpa adanya kekerasan, maka perbuatan tersebut disebut ikhtilâs, bukan pencurian (sariqoh). Dan jika pencurian dilakukan dengan tanpa sepengetahuan korban, akan tetapi dengan adanya ridâ dari korban, maka perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai tindak pidana.26 Proses pencurian ini harus sempurna, tidak cukup hanya dengan adanya pelaku yang berada di dakat barang curian. Perihal mengambil barang orang lain ini harus memenuhi tiga syarat. Pertama, pencuri mengambil barang curian itu dari tempat penyimpanan. Kedua, barang curian tersebut dikeluarkan dari pemeliharaan pihak korban. Ketiga, barang curian berpindah tangan dari pihak korban kepada pihak pelaku. Kalau syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka proses pencurian dinilai tidak sempurna dan hukumannya berupa ta‟zir, bukan potong tangan.27 2. Barang yang diambil berupa harta Wajib bahwasanya sesuatu yang dicuri adalah berupa harta. Konsep harta dalam Islam tampaknya terjadi pergeseran makna antara sebelum dan 26
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 517. 27 M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, hlm. 114
23
sesudah dihapuskannya perbudakan oleh PBB. Sebelum dihapuskannya pebudakan atau pada masa perbudakan masih merajalela, hamba sahaya/ budak laki- laki maupun perempuan merupakan termasuk ke dalam kategori harta, dari sisi bahwasanya mereka memungkinkan untuk dipergunakan layaknya harta, sekalipun dari sisi lain mereka juga manusia. Adapun setelah dihapuskannya perbudakan, maka tidak mungkin manusia menjadi objek pencurian, ini adalah pendapat Abu Hanifah, Syafi‟i dan Ahmad. Adapun Imam Malik berpendapat bahwasanya anak kecil yang belum mumayyiz28 dapat disebut objek pencurian sekalipun orang merdeka, dan wajib diamputasi tangan pelakunya, sebagaimana diamputasi tangan pelaku pencurian harta.29 Selanjutnya, agar pelaku pencurian dapat dikenai hukuman potong tangan, harus memenuhi beberapa persyaratan yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Auda berikut. Harta yang dicuri harus memenuhi beberapa syarat agar pelaku dapat dihukum potong tangan. Syarat-syarat dimaksud (1) berupa harta yang bergerak, (2) berupa benda berharga, (3) disimpan di tempat penyimpanan, dan (4) harus mencapai nisab.
28
Mumayyiz dapat dikatakan, mengetahui sisi kanan dan sisi kiri, ada juga yang berpendapat, memahami pembicaraan orang yang mengajak bicara, dan dapat menjawabnya, dan ada juga yang berpendapat bahwasanya mumayyiz adalah mengetahui yang manfaat dan yang bahaya. Lihat, Abû Bakar Syattâ, Hâsyiyah I‟ânah al- Tâlibîn „Alâ Hilli Alfâdzi Fathi al- Mu‟în Li Syarh Qurrati al-„Ain Bi Muhimmâti al- Dîn, (Beirût: Dâr al- Fikr, Ttt), jilid. 1, hlm. 24 29 Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 542.
24
Perihal harta yang dicuri, yaitu berupa benda berharga dan mencapai nisab. Adapun perihal harta yang berupa benda bergerak dan disimpan di tempat penyimpanan, dijelaskan oleh Abdul Qadir Auda. Menurutnya, harta yang berupa benda bergerak adalah benda yang memungkinkan untuk dipindahtangankan dan tidak harus berupa benda yang secara fisik dapat dilihat mata.30 3. Harta yang di ambil adalah milik orang lain. Hal ini penting, karena kalau ternyata harta yang diambil itu milik pelaku, sekalipun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi tetap tidak dapat disebut pencurian. Demikian pula kalau harta tersebut menjadi milik bersama antara pelaku dan korban, juga tidak termasuk pencurian. Hal serupa juga berlaku antara pelaku dan korban yang memiliki hubungan kekerabatan, seperti ayah yang mengambil harta anak atau sebaliknnya (menurut Imam AlSyafi‟I dan Ahmad).31 4. Melawan hukum. Sebuah tindakan pengambilan terhadap harta orang lain tidak dianggap pencurian, kecuali apabila telah tercukupi unsur yang keempat ini di sisi si pelaku. Dan tercukupi unsur melawan hukum ini manakala pelaku mengambil harta orang lain dan dia mengetahui bahwasanya perbuatan tersebut
30 31
M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, hlm. 115 M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, hlm. 116
25
diharamkan, dan selama ia bermaksud untuk memiliki harta tersebut serta tanpa adanya ridâ dari korban.32
D. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Disertai Pembunuhan Berencana Dalam Hukum Pidana Islam. Apabila tindak pidana pencurian telah dapat dibuktikan maka pencuri dapat dikenai dua macam hukuman, yaitu sebagai berikut: (1) penggantian kerugian, dan (2) hukuman potong tangan.33 Hukuman potong tangan sudah pasti dilaksanakan, akan tetapi bagi hukuman penggantian kerugian, terdapat perbedaan pendapat di dalamnya. Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya berpendapat bahwasanya apabila telah terbukti suatu tindak pidana pencurian, maka pelaku wajib menanggung/ mengganti harga harta barang yang dicuri, dan wajib diamputasi tangannya. Akan tetapi mereka berpendapat bahwasanya sanksi ganti rugi dan sanksi amputasi tangan tidak dapat digabungkan. Apabila tangan si pelaku telah diamputasi, maka pelaku tidak wajib mengganti harta yang telah dicurinya, dalilnya adalah bahwa al-Qur‟an hanya memerintahkan untuk mengamputasi saja. Sedangkan Imam Malik mewajibkan mengembalikan harta yang dicuri sekalipun tangan si pelaku telah di amputasi selama harta yang dicuri masih ada, baik harta tersebut masih di tangan si pelaku maupun sudah berpindah tangan. Dan di sisi
32
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 608 33 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004), hlm.90.
26
lain Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad berpendapat bahwasanya sanksi amputasi dan sanksi ganti rugi dihimpun bagaimanapun keadaannya. Karena bahwasanya pelaku tindak pidana pencurian datang dengan suatu perbuatan yang mewajibkan amputasi, dan sekaligus yang mewajibkan harga harta yang dicuri, yakni tindak pidana pencurian.34 Hanafiyyah berpendapat apabila pelaku mengambil harta, maka diamputasi tangan dan kaki pelaku secara silang. Jika pelaku membunuh saja, maka sanksinya juga hukuman mati. Jika pelaku membunuh dan mengambil harta, maka Imam/ pemerintah dapat memilih, ia bisa saja mengamputasi tangan dan kaki pelaku secara silang kemudian membunuhnya atau mensalibnya, atau bisa saja tidak mengamputasi, yaitu langsung membunuh atau menyalibnya. Jika pelaku hanya meneror, tidak membunuh dan mengambil harta maka sanksinya di asingkan dari bumi, yakni di penjara dan di hukum dengan hukuman ta‟zîr, Syafi‟iyyah dan Hanabilah berpendapat apabila pelaku mengambil harta, maka diamputasi tangan dan kaki pelaku secara silang. Jika pelaku membunuh dan tidak mengambil harta, maka sanksinya hukuman mati saja, tidak disalib. Jika pelaku membunuh dan mengambil harta, maka sanksinya hukuman mati dan disalib. Jika pelaku hanya melakukan teror, maka sanksinya dipenjara. Imam Malik berpendapat, perkara sanksi bagi pelaku tindak pidana hirâbah dikembalikan kepada Ijtihâd Imam/ pemerintah, pandangan dan musyawarahnya
34
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 618-620
27
dengan pada Fuqaha untuk menjatuhkan sanksi yang lebih mengedepankan maslahah dan menolak mafsadah, dan tentunya tidak boleh seorang Imam memutuskan perkara seenaknya/ sesuai dengan nafsunya. Jika pelaku memberi teror, maka Imam dapat memilih antara menyali, membunuh, mengamputasi tangan dan kaki secara silang, mengasingkan, dan memukulnya, perinciannya adalah sebagai berikut: Jika yang melakuakan teror adalah orang yang menjadi otak kejahatan dan seseorang yang mempunyai kekuatan, maka sisi Ijtihâd Imam adalah membunuh dan menyalibnya, apabila pelaku hanya mempunyai kekuatan, maka Imam mengamputasi tangan dan kakinya secara silang, dan jika pelaku tidak mempunyai kedua sifat di atas, maka Imam memberikan sanksi yang paling ringan, yaitu memukul dan mengasingkan. Jika pelaku melakukan pembunuhan, maka Imam mesti memberikan sanksi hukuman mati, dan tidak ada pilihan bagi Imam untuk memberi hukuman amputasi atau mengasingkan, sebab hakim hanya diberi pilihan antara membunuh atau menyalib. Jika pelaku hanya mengambil harta dan tidak membunuh, maka Imam diberi pilihan antara menghukum mati, menyalib, mengamputasi tangan dan kaki secara silang dan mengasingkannya.35
35
Wahbah bin Mustafâ al-Zuhailî, al-Tafsîr al-Munîr Fî al-„Aqîdah Wa al-Syarî‟ah Wa alManhaj, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 1418 H), juz. 7, hlm. 405-407
BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DISERTAI KEKERASAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF
A. Definisi Pencurian dan Definisi Kekerasan yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Lain dalam Hukum Pidana Positif Pencurian merupakan suatu bentuk tindak pidana, hal ini berarti bagi siapa pun orangnya yang melakukan pencurian atau mengambil barang milik orang lain secara melawan hukum harus dikenai sanksi pidana sesuai dengan pasal yang mengaturnya. Pengenaan sanksi tersebut dilakukan melalui suatu proses pengadilan. Berikut ini akan diuraikan. tentang beberapa pengertian pencurian yaitu : Menurut Kamus Hukum “Pencurian adalah : Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengambil barang milik orang lain secara melawan hukum.” Pencurian adalah: “Mengambil barang milik orang lain dengan sengaja dan secara diam-diam dengan maksud untuk dimiliki secara hukum”.1 Ada juga yang memberi pengertian, pencurian adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang untuk mengambil barang, sebagian atau seluruhnya milik orang lain dengan melawan hukum.2
1
Mr. J. M. Van Bemmelen, Hukum Pidana 3 Bagian Khusus Delict Khusus, Cetakan I, (Bandung; Bina cipta, 1986), hal. 133. 2 R. Soesilo, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, (Bogor: Politiea, 1967), hlm. 215.
28
29
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti “pencurian” proses, cara, perbuatan.
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi: barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,00-.3 Pengertian di atas menjelaskan bahwa tindak pidana pencurian berupa perbuatan seseorang untuk mengambil barang kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.4 Kata mencuri artinya mengambil barang orang lain dengan diam-diam dengan sembunyi-sembunyi tanpa diketahui pemilik barang, perbuatan pencurian itu dapat dibedakan antara pencurian ringan, pencurian berat dan pencurian dengan kekerasan. Pencurian ringan adalah pencurian yang dilakukan dengan mengambil barang orang lain dengan sembunyi-sembunyi dan harga barang yang dicuri biasanya relatif rendah, sedangkan pencurian berat adalah pencurian yang dilakukan dengan mengambil barang orang lain dengan maksud untuk dimiliki dengan cara melawan hukum, dan dalam pencurian dangan kekerasan tidak jauh beda dengan pencurian 3
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm.
4
Sudarto, Hukum Pidana 1, (Semarang: FH- UNDIP, 1990), hlm. 32.
128.
30
berat, tetapi dalam pencurian dengan kekerasan ini lebih menekankan pada cara yang digunakan yaitu dengan kekerasan yang dapat mengakibatkan luka atau matinya seseorang. Di dalam bahasa sehari-hari mengambil barang orang lain dengan kekerasan itu bisa disebut perampokan atau penodongan, apabila dilihat dari cara para pelaku melakukan pencurian tersebut.5 Tindak pidana pencurian disertai kekerasan pada dasarnya identik sekali dengan tindak pidana pembegalan atau perampokan. Hal ini berkaitan dengan cara pengambilan harta itu sendiri, yaitu dilakukan dengan caraterang-terangan dan menggunakan unsur kekerasan di dalamnya.6 Tindak pidana pencurian dengan kekerasan itu oleh pembentuk undang-undang yang telah diatur dalam pasal 365 KUHP berbunyi : Ayat (1)
Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
5
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni, 1992), hlm.32 Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1992), hlm.86. 6
31
Ayat (2)
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :
ke-1.
jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum.
ke-2.
jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
ke-3.
jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
ke-4.
jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
Ayat (3)
Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Ayat (4)
Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh
salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.7
B. Macam-macam pencurian dalam hukum pidana positif. 1. Pencurian Biasa Pencurian biasa ini perumusannya diatur dalam PaSAL 362 KUHP yang menyatakan: 7
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 129.
32
“Barang siapa mengambil suatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.8 2. Pencurian Dengan Pemberatan Istilah “pencurian dengan pemberatan” biasanya secara doctrinal disebut
sebagai
“pencurian
yang
dikualifikasikan”.
Pencurian
yang
dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa.9 Pencurian dengan pemberatan dirumuskan dalam Pasal 363 KUHP yang juga menjelaskan klasifikasi dari pencurian pemberatan sebagai berikut : Ke-1
Pencurian Ternak
Ke-2
Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi atau gempa lain, peletusan gunung api, kapal karena terdampar, kecelakaan kereta api, huru- hara, pemberontakan atau bahaya perang.
8
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 128. Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, (Bandung: PT. Eresco, 1974), hlm. 19 9
33
Ke-3
Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ tiada dengan setahunya atau tiada dengan kemauan yang berhak.
Ke-4
Pencurian dilakukan oleh 2 orang atau lebih bersama- sama.
Ke-5
Pencurian yang dilakukan untuk dapat masuk ketempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu dengan jalan membongkar, merusak, atau memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.10 Dalam Pasal 101 KUHP yang disebut ternak yaitu semua binatang
yang berkuku satu, binatang memamah biak dan babi.11 Dan dianggap juga suatu pencurian itu “pencurian dengan pemberatan” apabila pencurian dilakukan pada malam hari, karena waktu malam merupakan waktu di mana orang sedang beristirahat untuk tidur. Waktu malam itu sendiri menurut Pasal 98 KUHP yang menunjukkan waktu malam berarti waktu diantara matahari terbenam dan matahari terbit.12 Pengertian
kediaman
menurut
Lamintang,
mendasar
pada
yurisprudensi dari perkataan “worning” adalah setiap tempat yang dipergunakan oleh manusia sebagai tempat kediaman, sehingga termasuk di dalamnya juga gerbong- gerbong kereta api atau gubug- gubug terbuat dari
10
H. A. K. Moch. Ahmad, Hukum Pidana Bagian Khusus, (Bandung : Alumni, 1979), hlm.
11
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 39. Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 39.
18. 12
34
kaleng- kaleng atau karton- karton yang didiami oleh para tunawisma, kapalkapal atau mobil- mobil yang dipakai sebagai tempat kediaman dan lainlainnya.13 Yang dimaksud dengan perkarangan tertutup yang ada rumahnya adalah sebidang tanah yang mempunyai tanda di amana menunjukkan, bahwa tanah dapat dibedakan dari bidang tanah sekelilingnya. Tertutup tidak selalu dikelilingi dengan tembok atau pagar sebgai tanda batas. Tanda batas dapat juga terdiri atas saluran air, tumpukan batu, pagar tumbuh- tumbuhan, pagar bambu. Sebagai unsur ditetapkan bahwa dalam perkarangan tertutup itu harus berdiri suatu tempat kediaman orang.14 3. Pencurian Ringan Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-unsur
lain
(yang
meringankan),
ancaman
pidananya
menjadi
diperingan.15 Pencurian ringan diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP yang menyatakan “Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan 363 KUHP ke-4, begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 365 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada 13
PAF. Lamintang, Delik- Delik Khusus Kejahatan- Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 151. 14 H. A. K. Moch. Ahmad, Hukum Pidana Bagian Khusus, hlm. 20. 15 Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2006), hlm 41.
35
rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus puluh lima rupiah,dikenai, karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah”16 4. Pencurian Dengan Kekerasan Pengertian dengan kekerasan terdapat dalam pasal 89 KUHP yang berbunyi: membuat orang jadi pingsan dan tidak berdaya lagi disamakan dengan menggunakan kekerasan. Dalam penjelasan arti dari pada “melakukan kekerasan” ialah menggunakan tenaga atau menggunakan kekuatan jasmani sekuat mungkin secara tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang dan sebagian yang menyebabkan orang yang terkena tindak kekerasan itu merasa sakit yang sangat. Menurut pasal ini, “melakukan kekerasan” dapat disamakan dengan “membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya”.17 Pencurian dengan kekerasan ini diatur dalam pasal 365 yang bunyi pasal (1) nya sebagai berikut : “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan,
16
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 129. Sugandhi R, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Dengan Penjelasannya, (Surabaya: Usaha Nasional, 1980), hlm. 106-107. 17
36
untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”.18 5. Pencurian Dalam Keluarga Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHPIdana ini merupakan pencurian di kalangan keluarga. Artinya baik pelaku maupun korbannya masih dalam satu keluarga. Pencurian dalam Pasal 367 KUHPidana akan terjadi, apabila seorang suami atau isteri melakukan (sendiri) atau membantu (orang lain) pencurian terhadap harta benda isteri atau suaminya. Berdasarkan ketentuan Pasal 367 ayat (1) kUHPidana apabila suami isteri tersebut masih dalam iktan perkawinan yang utuh, tidak terpisah meja atau tempat tidur juga tidak terpisah harta kekayaannya, maka pencurian atau membantu pencurian yang dilakukan oleh mereka mutlak tidak dapat dilakukan penuntutan.19
C. Unsur - unsur tindak pidana pencurian dan pembunuhan berencana dalam hukum pidana positif. Di dalam Pasal 362 KUHP dan Pasal 363 KUHP, yakni mengenai pencurian biasa, mengandung rumusan mengambil barang seluruhnya atau sebagian milik orang
18 19
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 129 Tongat, Hukum Pidana Materiil, hlm. 43.
37
lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum. Adapun Unsur tindak pidana pencurian menurut perumusannya dalam pasal 362 KUHP sebagai berikut: 1. Perbuatan Mengambil Yang dimaksud dengan perbuatan mengambil di dalam perumusan Pasal 362 KUHP
adalah membawa suatu benda di bawah kekuasaannya
yang mutlak dan
nyata
atau
sengaja
menaruh
sesuatu
dalam
kekuasaannya.20 Perlu diketahui bahawa baik Undang-Undang maupun pembentuk Undang-Undang ternyata tidak pernah memberikan sesuatu penjelasan tentang dimaksud dengan perbuatan mengambil.21 Akan tetapi kata “mengambil” atau wegnemen dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari- jari, memegang barangnya dan mengalihkannya ke tempat lain. Yang dimaksud dengan kata “mengambil” ialah sebelum perbuatan itu dilakukan.22 2. Yang Diambil Harus Suatu Barang Yang dimaksud dengan suatu barang adalah suatu benda yang berwujud dan dapat dipindahkan atau dipindahkan. Jadi bukan barang yang tak dapat dipindahkan karena dalam pencurian barang itu haruslah dapat dipindahkan. 20
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 63 Ardi Nugrahanto, Tinjauan Yuridis Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dan Pemberatan Di Wilayah Surabaya Putusan No.1836 / Pid. B / 2010/ PN. SBY, (Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2011), hlm. 13. 22 Gerson W. Bawengan, Hukum Pidana Di Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Ttt), hlm. 147. 21
38
Suatu barang adalah juga segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang (bukan manusia). Dalam pengertian barang termasuk pula daya listrik dan gas, meskipun tidak berwujud. Barang ini tidak perlu mempunyai nilai ekonomis. Apabila mengambil sesuatu barang tidak dengan ijin dari pemiliknya, masuk pencurian.23 Meskipun di sisi lain ada yang berpendapat jika tidak ada nilai ekonominya, sukar dapat diterima akal bahwa seseorang akan membentuk kehendaknya untuk mengambil sesuatu barang yang tidak memiliki nilai ekonomi.24 3. Barang Harus Kepunyaan Orang Lain Seluruhnya atau Sebagian Tindak pidana pencurian tergolong dalam tindak pidana terhadap harta kekayaan, oleh sebab itu obyek pencurian haruslah benda-benda yang ada pemiliknya, jadi benda itu sebagian atau seluruhnya harus kepunyaan orang lain. Sifat tindak pidana pencurian adalah merugikan kekayaan si korban, maka barang yang diambil harus berharga. Harga ini tidak selalu bersifat ekonomis. Barang yang diambil dapat seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, yaitu apabila merupakan suatu barang warisan yang belum dibagibagi, dan pencuri adalah salah seorang ahli waris yang turut berhak atas barang yang tersebut. Contoh lain sebagian kepunyaan orang lain misalnya :
23
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, (Bandung: PT. Eresco, 1974), hlm. 15 24 S. R. Sianturi, Tindak Pidana Di Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Menurut Uraiannya, (Jakarta: Alumni Ahaem Patahaem, 1983), Pasal. 362.
39
A bersama B membeli sebuah sepeda, maka sepeda itu milik A dan B, disimpan di rumah A kemudian dicuri oleh B. Suatu barang yang bukan kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang yang hidup di alam bebas dan barang-barang yang sudah di buang oleh pemiliknya.25 4. Pengambilan Barang Yang Sedemikian itu Harus Dengan Maksud Memiliki Secara Melawan Hukum Melawan hukum atau bertentangan dengan hukum maksudnya adalah perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain.26 Adapun unsur- unsur Pasal 365 KUHP yakni mengenai tindak pidana pencurian disertai kekerasan, termuat dalam penjelasan di bawah ini: a. Unsur- unsur obyektifnya terdiri dari : 1. Didahului; 2. Disertai; 3. Diikuti; Oleh kekerasan dan ancaman kekerasan terhadap seseorang. b. Sedangkan unsur subyektifnya terdiri dari : 1. Dengan maksud untuk; 2. Mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu atau;
25 26
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, hlm. 15 Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 63
40
3. Jika tertangkap tangan memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain dalam kejahatan itu untuk melarikan diri dan untuk mempertahankan pemilikan atas barang dicurinya.27 Unsur istimewa yang kini ditambahkan pada pencurian biasa ialah “mempergunakan kekerasan atau ancaman kekerasan” dengan dua macam maksud, yaitu ke – 1 maksud untuk mempersiapkan pencurian, dan ke-2 maksud untuk mempermudah pencurian. Maksud yang ke –1 perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan mendahului pengambilan barang, misalnya memukul atau menembak atau mengikat penjaga rumah. Sedangkan dalam maksud yang ke – 2 pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, misalnya memukul si penghuni rumah atau mengikatnya atau menodong mereka agar mereka diam saja dan tidak bergerak, sementara pencuri lain mengambil barang-barang dalam rumah.28 Adapun unsur-unsur pembunuhan berencana Dalam perbuatan menghilangkan jiwa/nyawa (orang lain) terdapat 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi, yaitu : 1) Adanya wujud perbuatan ; 2) Adanya suatu kematian(orang lain) ; 3) Adanya hubungan sebab dan akibat antara perbuatan dan akibat kematian.
27 28
H. A. K. Moch. Ahmad, Hukum Pidana Bagian Khusus, (Bandung: Alumni, 1979), hlm 26. Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, hlm. 24.
41
Rumusan pasal 340 KUHP dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai “menghilangkan nyawa orang lain” menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan berencana adalah suatu tindak pidana materil. Perbuatan menghilangkan nyawa dirumuskan dalam bentuk aktif dan abstrak. Bentuk aktif artinya mewujudkan perbuatan itu harus dengan gerakan pada sebagian anggota tubuh, tidak boleh diam atau pasif, misalnya memasukkan racun pada minuman. Disebut abstrak, karena perbuatan itu tidak menunjuk bentuk kongkrit tertentu. Oleh karena itu dalam kenyataan secara kongkrit, perbuatan itu dapat bermacam macam wujudnya, misalnya menembak, mengampak, memukul, meracuni, dan lain sebagainya. Wujud perbuatan tersebut dapat saja terjadi tanpa menimbulkan akibat hilangnya nyawa orang lain. Bilamana perbuatan yang direncanakan untuk menghilangkan nyawa orang lain telah diwujudkan kemudian korban tidak meninggal dunia, maka delik yang terjadi adalah percobaan melakukan pembunuhan berencana. Oleh karena itu akibat ini amatlah penting untuk menentukan selesai atau tidaknya pembunuhan itu. Saat timbul akibat hilangnya nyawa tidaklah harus seketika atau tidak lama setelah perbuatan melainkan dapat timbul beberapa lama kemudian, yang penting akibat itu benar-benar disebabkan oleh perbuatan itu. Misalnya setelah dibacok, karena menderita luka-luka berat ia dirawat di rumah sakit, dua minggu kemudian karena luka-luka akibat bacokan itu meninggal dunia.
42
Adapun tiga syarat yang ada dalam unsur perbuatan menghilangkan nyawa sebagaimana di atas harus dibuktikan walaupun satu sama lain dapat dibedakan, akan tetapi tidak dapat dipisahkan. Oleh karena merupakan suatu kebulatan. Apabila salah satu unsur tidak terdapat diantara 3 (tiga) syarat tersebut, maka perbuatan menghilangkan nyawa tidak terjadi. Untuk menentukan adanya wujud perbuatan dan adanya kematian, tidaklah merupaan hal yang amat sulit. Lain halnya dengan untuk menentukan apa sebab timbulnya kematian atau dengan kata lain menetapkan adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian. Dalam hal hubungan antara perbuatan sebagai penyebab dengan hilangnya nyawa orang sebagai akibat, ada masalah pokok yang amat penting, yakni bilamanakah atau dengan syarat-syarat apakah yang harus ada untuk suatu kematian dapat ditetapkan sebagai akibat dari suatu wujud perbuatan. Ajaran tentang sebab akibat (kausalitas) adalah suatu ajaran yang berusaha untuk mencari jawaban atas masalah tersebut. Ajaran Von Buri yag dikenal dengan teori Conditio Sinequa Non, yang pada pokoknya menyatakan : “Semua faktor yang ada dianggap sama pentingnya dank karena dinilai sebagai penyebab atas timbulnya akibat. Oleh karena itu setiap faktor sama pentingnya, maka suatu faktor tidak boleh
43
dihilangkan dari rangkaian faktor penyebab, sebab apabila dihilangkan akibat itu tidak akan terjadi.29
D. Sanksi
tindak
pidana
pencurian
disertai
dengan
kekerasan
yang
menyebabkan kematian dalam hukum pidana positif. Tertulis dalam KUHP di mana pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan matinya orang dengan sanksi memberatkan menurut Pasal 365 ayat (4) yang berbunyi : “Hukuman mati atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3”.30 Sedangkan dalam penjelasannya: Bandingkan “pencurian dengan kekerasan” (pasal 365) dengan “Pemerasan” (Pasal 368). Jika kena kekerasan atau ancaman kekerasan itu si pemilik barang “menyerah” lalu memberikan barangnya kepada orang yang mengancam, maka hal ini masuk “pemerasan” (pasal 368) ; akan tetapi apabila si pemilik barang itu dengan adanya kekerasan atau ancaman tersebut tetap tidak menyerah dan kemudian pencuri mengambil barangnya, maka ini masuk “pencurian dengan kekerasan” (pasal 365).31
29
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Raja Grafindo Persada 2000, Jakarta hal. 60 Soesilo R, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (Bogor: Politeia, 1996), hlm. 254. 31 Soesilo R, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, hlm. 255. 30
44
Kualifikasi sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan diatur dalam pasal 365 sebagai berikut : (1)
Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya.
(2)
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun : Ke-1. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada dirumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; Ke-2. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; Ke-3. Jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; Ke-4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
(3)
Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(4)
Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
45
mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no.1 dan 3.32 Dalam Pasal 340 dijelaskan Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.33
32 33
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 129-130. Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm. 123
BAB IV
ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR 61/PID.B/2011/PN.PWR
A. Deskripsi Kasus Pencurian Yang Disertai Kekerasan Yang Menyebabkan Kematian Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr
Kasus tindak pidana yang disertai kekerasan yang menyebabkan kematian dalam
skripsi
ini
diambil
dari
putusan
Pengadilan
Negeri
Nomor
61/Pid.B/2011/PN.Pwr. Kasus tersebut berawal pada hari jumat 3 Desember 2010, terdakwa Andriawan Bin Subarjo yang sebelumnya sudah kenal dan mengetahui bahwa tetangganya yaitu (korban) Agnes Sri Haryati, awalnya mempunyai niat untuk masuk ke dalam rumah korban dan mengambil barang-barang dirumah korban sambil membawa golok atau bendo yang diselipkan dibelakang badan yang nantinya dipergunakan untuk menghabisi korban.1 Sesampainya di rumah korban, terdakwa masuk melalui pintu samping lalu korban Sri Undari terbangun, semula terdakwa yang hanya ingin mencuri barang milik korban karena takut pada saat itu wajahnya dikenali dan korban berteriak, akhirnya terdakwa membunuh korban Sri Undari dan mengambil handphone milik korban.2
1
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 3. Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 4.
2
46
47
Setelah membunuh korban Sri Undari kemudian terdakwa mendengar korban Agnes Sri Haryati berteriak lalu terdakwa mendatangi arah suara tersebut yang berasal dari kamar korban Agnes Sri Haryati, sesampainya dikamar terdakwa melihat korban Agnes Sri Haryati sedang duduk diatas tempat tidur dan melihat keberadaan terdakwa sambil berkata “siapa? Malingya?”, melihat situasi tersebut terdakwa kemudian membacok korban Agnes Sri Haryati sampai meninggal dunia. Setelah itu terdakwa mengambil handphone, uang tunai serta mengambil voucher handphone milik korban. Kemudian terdakwa pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan golok yang digunakan untuk membunuh para korban, lalu terdakwa meninggalkan rumah korban Agnes Sri haryati melalui pintu depan menuju arah pulang rumah terdakwa.3 Selanjutnya setelah berjalan kurang lebih 4 meter terdakwa melihat saksi Suratman sedang duduk di pinggir terotar jalan dan setelah melintas di depannya terdakwa mengira saksi Suratman mengetahui perbuatan terdakwa dan akhirnya terdakwa kembali menghampiri saksi Suratman dan membacoknya sebanyak empat kali pada bagian kepala. Setelah itu terdakwa pulang kerumahnya kemudian melepas kaos yang dipakainya dan membuangnya ke dalam sepiteng serta mencuci tangan dan kaki lalu menyimpan golok yang baru saja dipergunakan untuk membacok para korban.4
3
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 4. Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 5.
4
48
Korban Agnes Sri Haryati (55 tahun) meninggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/71/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. SetyoTrisnadi, Sp.F .dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenazah korban Agnes Sri Haryati pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenazah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda tajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada, dan anggota gerak. Pada pemeriksaan dalam ditemukan hancurnya jaringan otak.5 Korban Sri Undari (38 tahun) meninggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/72/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. SetyoTrisnadi, Sp.F .dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenazah korban Agnes Sri Haryati pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenazah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Dari pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka di kepala disertai hancur dan keluarnya otak dan luka terbuka di tangan kanan.6
5
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 5. Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 6.
6
49
B. Putusan Pengadilan Negeri nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr
Pada tanggal 04 Maret 2011, Jaksa Penuntut Umum berdasarkan surat dakwaan No. Reg. EJP.28/ Prejo/ Ep.1/02/2011, dengan susunan dakwaan sebagai berikut: 1. Kesatu: Primair: Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP.7 Subsidair: Perbuatan terdakwa tersebut sebagaiman diatur dan diancam pidana dalam pasal 339 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP.8 Lebih Subsidair : Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP.9 Atau 2. Kedua : Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 365 (1), ayat (2) ke-1, ke-3 dan ayat (3) KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP.10 Atau 3. Ketiga Primair: Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP.11 Subsidair: Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 351 ayat (2) KUHP.12 Pada tanggal 27 Juli 2011, Majlis Hakim Pengadilan Negeri Purworejo melalui putusan nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, mengadili dan menetapkan hal-hal sebagai berikut:
7
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm 6. Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm 8. 9 Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm 11. 10 Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm 14. 11 Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm 15. 12 Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm 16. 8
50
MENGADILI
1. Menyatakan bahwa terdakwa ADRIAWAN Bin SUBARJO, secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana: “PEMBUNUHAN BERENCANA SECARA BERBARENGAN”, DAN “PERCOBAAN PEMBUNUHAN” ; 2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa dengan pidana penjara “SEUMUR HIDUP”; 3. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan ; 4. Menetapkan barang bukti berupa :
Uang tunai sebesar Rp.550.000,- (lima ratus lima puluh ribu rupiah) ; 1 (satu) buah HP merek Nokia seri 2700 warna hitam silver dengan no simcard 081328270968 dengan No.Imei 358008037246288, 1 (satu) buah HP seri 2310 warna biru dengan no simcard 085232929013 dengan no imei 352283016084150; dan Pakaian korban Agnes Sri Haryati berupa sebuah daster motif batik warna merah coklat;
Dikembalikan kepada ahli waris dari (alm) AGNES SRI HARYATI
1 (satu) buah HP seri 2310 warna biru dengan no simcard 085879911679 dengan no imei 352283016084150 ; dan Pakaian korban Sri Undari berupa kaos warna hitam dan celana pendek warna coklat;
Dikembalikan kepada ahli waris dari (alm) SRI UNDARI
1 (satu) buah bendo bergagang kayu dengan panjang 45 cm dan 1 (satu) buah celana pendek warna biru abu-abu bermotif bintik putih terdapat noda darah ; 1 (satu) buah kain lap warna merah; 1 (satu) buah kain lap warna putih kecoklatan; 1 (satu) buah kaos warna abu-abu; 2 (dua) botol sample darah korban Agnes Sri Haryati dan korban Sri Undari ;
51
DIMUSNAHKAN 5. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000.(lima ribu rupiah) / (membebankan biaya perkara kepada Negara sebesar Rp.5000,- (lima ribu rupiah) ; C. Analisis Sanksi Putusan Pengadilan Negeri nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr Perspektif Hukum Pidana Islam.
Dalam menganalisa putusan 61/Pid.B/2011/PN.Pwr menggunakan hukum pidana Islam, penulis memfokuskan pada alasan Pengadilan Negeri Purworejo yang menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tidak pidana yang dalam hukum pidana Islam disebut hirâbah. Penulis tidak mengkategorikan tindak pidana ini sebagai tindak pidana sariqah (pencurian) dalam hukum pidana Islam, karena dalam kasus ini pelaku tidak hanya melakukan tindak pidana sariqah (pencurian), akan tetapi melakukan juga tindak pidana pembunuhan.13
Penulis juga tidak memasukkannya kedalam kategori tindak pidana al-qatlu (pembunuhan), sebab dalam kasus ini, pelaku pada awalnya berniat untuk melakukan pencurian, dan hal tersebut pada akhirnya memang dilakukan oleh pelaku setalah membunuh korban.14 Dalam hal ini, maka kategori yang tepat apabila perkara ini ditinjau dari hukum pidana Islam adalah tindak pidana atau perkara hirâbah.
13 14
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 4. Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 3- 4.
52
Abdul Qadir Audah Mengatakan: “Hirâbah adalah perampokan atau pencurian besar, penggunaan kata pencurian yang meliputi kata perampokan itu dilihat dari segi arti majas bukan arti dari segi hakikat, karena bahwasanya pencurian itu mengambil harta secara sembunyi- sembunyi, sedangkan dalam hal perampokan, pengambilan harta dilakukan dengan cara terang- terangan. Akan tetapi di dalam perampokan juga memang ada unsur sembunyi- sembunyi, yakni sembunyinya perampok dari pemerintah atau kepala negara, dan bersembunyi dari ketaatan demi menjaga keamanan. Oleh karena itu cakupan kata sariqah atau pencurian tidak dapat meliputi kata
hirâbah atau perampokan kecuali dengan
mengaitkannya dengan penjelasan- penjelasan yang lain, maka baru bisa dikatakan perampokan itu disebut pencurian besar, sebab jika hanya disebut dengan istilah pencurian (saja) maka tidak dapat dipahami bahwa termasuk juga di dalamnya istilah perampokan. Keharusan dalam memberikan atau mengkaitkannya dengan penjelasan- penjelasan yang lain termasuk daripada tanda bahwa kata tersebut masuk dalam kategori majas”.15 Kementerian Agama Republik Indonesia menjelaskan: “Muhârabah terambil dari kata al- harb, berarti perang, lawan dari kata damai. Pengertian dasarnya adalah “melampaui batas dan merampas harta benda milik orang lain”. Dalam ungkapan surah al- Mâidah ayat 33 terselip obyek yang diperangi, yaitu Auliyâ, atau Syari‟at Allah, karena Allah tidak mungkin untuk diperangi dan dilawan. Oleh sebab 15
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, (Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1996), Jilid.2, hlm. 638.
53
itu, barang siapa yang memerangi Auliyâ Allah atau membuat kekacauan dengan melanggar hukum- hukum Allah dan Rasul- Nya serta mengganggu ketentraman dan ketenangan di bumi, mereka harus diperangi dan dijatuhi hukuman bunuh, salib, dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dan dipenjarakan. Tindak pidana muhârabah tergolong kepada jarîmah hudûd”.16 Al- Sayid Sabiq memaparkan: “ qatt‟u al-tarîq adalah keluarnya sekelompok orang yang membawa senjata di negara Islam dengan tujuan menimbulkan kakacauan, pertumpahan darah, perampasan harta benda, merampas kehormatan, merusak tanam- tanaman, dan membunuh binatang. Hal keadaannya melampaui atau melanggar agama, akhlak, peraturan, dan hukum. Sama halnya perbuatan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang Islam, atau kafir dzimmî, sekelompok penentang atau sekelompok penyerang. Selama perbuatan tersebut dilakukan di negeri Islam dan selama perbuatan tersebut dilakukan terhadap pihak- pihak yang dipelihara darahnya, perbuatan tersebut tetap dinyatakan sebagai perampokan, baik dilakukan oleh orang muslim maupun kafir dzimmî”.17 Ibnu Katsir menjelaskan: “Muhârabah adalah melawan dan menentang, termasuk di dalamnya perbuatan mengesahkan atau membenarkan terhadap kekufuran, termasuk juga perbuatan perampokan, dan menakuti pengguna jalan, begitu juga segala perbuatan merusak dimuka bumi. Dan kata muhârabah juga 16
Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an Dan Tafsirnya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), jilid. 2, hlm. 389. 17 al- Sayyid Sâbiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirût: Dâr al- Fikr, 1992), jilid. 2, hlm. 393.
54
digunakan bagi segala macam perbuatan buruk, sampai- sampai banyak ulama salaf (termasuk di antara mereka adalah Sa‟id bin Musayyab) berkata: sesungguhnya memotong dirham dan dinar termasuk daripada perbuatan merusak di muka bumi”.18
Dari penjelasan- penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwasanya tindak pidana hirâbah memiliki sanksi sesuai dengan perbuatan yang dilakukan pelaku, dalam hal ini adalah terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO. Dari kronologi yang telah dijelaskan dalam sub- bab pertama sebelumnya, dapat diketahui bahwasanya terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO telah melakukan pencurian yang didahului dengan pembunuhan.19
Pengadilan Negeri Purworejo dalam putusannya mengenai sanksi dari tindak pidana yang dilakukan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO sebagai berikut:
MENGADILI : 1. Menyatakan bahwa terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO, secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana : “PEMBUNUHAN BERENCANA SECARA BERBARENGAN”, DAN PERCOBAAN PEMBUNUHAN”;
18 19
Ibnu Katsîr, Tafsîr al- Qur‟ân al- „Azîm, (Mesir: Dâr al- Hadîts, 2003), jilid. 2, hlm. 62. Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 3- 4.
55
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa dengan pidana penjara “SEUMUR HIDUP”; 3. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan; 4. Menetapkan barang bukti berupa : Uang tunai sebesar Rp.550.000,-(lima ratus lima puluh ribu rupiah); 1 (satu) buah HP merek Nokia seri 2700 warna hitam silver dengan no simcard 081328270968 dengan No. Imei 358008037246288, 1 (satu) buah HP seri 2310 warna biru dengan no simcard 085232929013 dengan no imei 352283016084150; dan Pakaian korban Agnes Sri Haryati berupa sebuah daster motif batik warna merah coklat; Dikembalikan kepada ahli waris dari (alm) AGNES SRI HARYATI 1 (satu) buah HP seri 2310 warna putih dengan no.simcard 085879911679 no imei 353084022963447; dan Pakaian korban Sri Undari berupa kaos warna hitam dan celana pendek warna coklat; Dikembalikan kepada ahli waris dari (alm) Sri Undari 1 (satu) buah bendo bergagang kayu dengan panjang 45 cm dan 1 (satu) buah celana pendek warna biru abu- abu bermotif bintik putih terdapat noda darah ;
56
1 (satu) buah kain lap warna merah ; 1 (satu) buah kain lap warna putih kecoklatan ; 1 (satu) buah kaos warna abu- abu ; 2 (dua) botol sample darah korban Agnes Sri Haryati dan korban Sri Undari ; DIMUSNAHKAN 5. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000.-(lima ribu rupiah) / (Membebankan biaya perkara kepada Negara sebesar Rp.5000,-(lima ribu rupiah) ;20 Dari penjatuhan hukuman yang diberikan oleh Pengadilan Negeri Purworejo kepada terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO di atas, hal yang paling pertama dapat dianalisis menurut hukum pidana Islam tentunya mengenai pengkategorian tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO. Pengadilan Negeri Purworejo memasukkan tindak pidana yang dilakukan oleh ANDRIAWAN Bin SUBARJO ke dalam kategori “Pembunuhan Berencana Secara Berbarengan”, Dan Percobaan Pembunuhan”. Dari putusan Pengadilan Negeri Purworejo di atas yang menyatakan bahwa terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO melakukan tindak pidana Pembunuhan Berencana Secara Berbarengan”, Dan Percobaan Pembunuhan”. Dalam hal ini,
20
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 69.
57
Pengadilan Negeri Purworjo menjerat terdakwa dengan pasal 340 KUHP yaitu tentang kejahatan terhadap nyawa, lebih spesifiknya mengenai pembunuhan berencana.21 Adapun bunyi pasal 340 KUHP adalah sebagai berikut: “Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dnegan rencana (moord), dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”.22 Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ditinjau dari hukum pidana Islam, menurut penulis tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO adalah tindak pidana hirâbah, sebab hukum pidana Islam mempunyai pembagian tindak pidana yang lebih rinci, tindak pidana pencurian saja disebut sariqah, tindak pidana pembunuhan saja disebut al- qatlu, dan tindak pidana yang di dalamnya terdapat pebuatan membunuh dan mencuri masuk ke dalam kategori tindak pidana hirâbah. Sebagaimana jumhûr fuqahâ menjelaskan bahwasanya pelaku tindak pidana hirâbah orang yang beragama Islam atau kafir dzimmî yang melakukan sebuah perampokan, atau keluar dengan niat mengambil harta orang lain disertai dengan kekerasan. Imam Syafi‟I juga memberikan definisi tentang hirâbah yaitu Keluar/berkelahi untuk mengambil harta atau untuk membunuh atau untuk menakut-
21 22
123.
Lih: Putusn Pengadilan Negeri Nomor 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, hlm. 61. Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm.
58
nakuti dengan cara kekerasan hal keadaannya berpegang kepada kekuatan serta jauh dari pertolongan (bantuan).23 Adapun dasar hukum tindak pidana hirâbah adalah al- Qur‟an Surah alMaidah ayat: 33 sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. Kalimat “memerangi Allah” dalam ayat tersebut adalah majas, karena Allah tidak dapat diperangi maupun dilawan, karena ada baginya sifat kamâl dan suci dari lawan/penentang. Maka kalimat tersebut adalah membuang mudâf, maksudnya adalah “memerangi para Wali Allah”. Allah menisbatkan dirinya yang mulia dengan para Wali- Nya karena tingginya derajat mereka.24 Kalimat “memerangi Allah” disebut majas juga karena tidak mungkinnya manusia memerangi manusia, karena Allah disucikan dari berbentuk dan bertubuh yang dapat diperangi, dan bahwa bahwasanya
23
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 639-640. 24 Muhammad „Ali al- Sâbûnî, Rawâi‟ al Bayân Tafsîr Âyât al- Ahkâm Min al- Qur‟ân, (Beirut: al- Maktabah al- Ashriyyah, 2008), jilid, 1, hlm. 516.
59
dalam berperang perlu adanya arah dan tempat, sedangkan Allah disucikan dari arah dan tempat.25 Adapun bentuk perbuatan yang dimaksud dalam tindak pidana hirâbah yang dimaksud dalam ayat di atas, Imam Nawawi menjelaskan hal tersebut adalah perbuatan merusak di muka bumi, berupa perbuatan meneror orang di jalan, yang dilakukan dengan menggunakan senjata, dan bisa semakin berat kerusakan yang terjadi, bisa berupa pembunuhan dan merampas harta benda.26 Selanjutnya ditegaskan juga oleh Abdul Qadir Audah bahwa yang dianggap masuk ke dalam kategori makna hirâbah, adalah (1) menimbulkan teror/ancaman di jalanan, dengan tanpa merampas harta dan tanpa membunuh; (2) merampas harta; (3) membunuh; (4) merampas harta sekaligus membunuh. Menurut fuqahâ‟ masingmasing dari perbuatan di atas yang termasuk ke dalam kategori hirâbah memiliki sanksi hukum yang spesifik, sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.27 Dari semua keterangan di atas, dapat dipastikan bahwasanya tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO apabila ditinjau dari hukum pidana Islam adalah tindak pidana hirâbah lebih spesifiknya dengan pebuatannya membunuh sekaligus merampas harta.
25
Muhammad „Ali al- Sâyis, Tafsîr Âyât al- Ahkâm, (Beirut: al- Maktabah al- Ashriyyah, 2002), hlm. 182. 26 Yahyâ bin Syaraf al- Nawâwî, Majmû‟ Syarh Muhadzzab, (Beirut: Dâr al- Fikr, 2000), jilid. 21, hlm. 429. 27 Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 647.
60
Hal selanjutnya yang perlu di analisis dari putusan Pengadilan Negeri Purworjo terhadap terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tentunya adalah sanksi atau pemidanaan yang dijatuhkan. Dalam
putusannya,
Pengadilan
Negeri
Purworjo
menjatuhkan
sanksi/pemidanaan terhadap terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO dengan pidana penjara seumur hidup atau sama dengan dua puluh tahun, padahal terdakwa dijerat dengan pasal 340 KUHP yang berarti bisa saja terdakwa dihukum dengan pidana mati. Dalam hukum pidana Islam, sanksi pengasingan atau dalam hal ini adalah pemenjaraan memang ada dalam tindak pidana hirâbah, akan tetapi sanksi ini hanya berlaku bagi tindak pidana hirâbah yang hanya melakukan teror atau ancaman saja yang tidak membunuh dan merampas harta, ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad.28 Bahkan Imam Malik berpendapat sekalipun tidak sampai melakukan pembunuhan maupun perampasan harta, apabila si pelaku adalah otak dari perbuatan tindak pidana tersebut dan perupakan orang yang punya kekuatan atau kekuasaan maka jalan ijtihâd bagi seorang Imam/Hakim adalah memberikannya hukuman mati atau salib. Dan apabila si pelaku bukan dari otak dari tindak pidana tersebut akan
28
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 648.
61
tetapi pelaku termasuk orang yang mempunyai kekuatan, maka diamputasi tangan dan kakinya secara silang.29 Jadi jelas bahwasanya dalam hukum pidana Islam, tidak dapat diberlakukan sanksi pemenjaraan bagi pelaku tindak pidana hirâbah yang berupa pembunuhan sekaligus pencurian seperti kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO. Logikanya adalah, dalam Surah al- Ma‟idah ayat: 33 di atas yang menjadi landasan hukum bagi tindak pidana hirâbah, sanksi pengasingan/ pemenjaraan adalah sanksi yang paling ringan, jadi tidak mungkin sanksi yang paling ringan justru malah diberlakukan untuk tindak pidana membunuh sekaligus mencuri, di mana hal tersebut merupakan perbuatan yang paling berat diantara perbuatan yang tercakup di dalam tindak pidana hirâbah. Para Ulama memiliki pendapat tersendiri mengenai sanksi bagi pelaku tindak pidana hirâbah yang berupa membunuh sekaligus merampas harta. Perinciannya sebagai berikut: Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad berpendapat sanksi bagi pelaku tindak pidana hirâbah yang membunuh dan merampas harta adalah hukuman mati dan disalib; Imam Abu Hanifah berpendapat bahwasanya Imam/Hakim diberi pilihan dalam hal pembunuhan yang disertai perampasan harta antara (1) mengamputasi tangan dan kakinya kemudian membunuh atau menyalibnya, (2) menghukum mati dengan tanpa mengamputasi tangan dan kakinya dan dengan tanpa menyalibya, dan
29
Wahbah bin Mustafâ al-Zuhailî, al-Tafsîr al-Munîr Fî al-„Aqîdah Wa al-Syarî‟ah Wa alManhaj, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 1418 H), jilid. 7, hlm. 406.
62
(3) menyalibnya kemudian baru membunuhnya; sedangkan Imam Malik berpendapat bahwasanya Imam/Hakim diberi pilihan antara langsung membunuhnya atau menyalibnya terlebih dahulu sebelum membunuhnya.30
30
Abd al-Qâdir „Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad‟î, jilid. 2, hlm. 652-653.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan analisis terhadap putusan Pengadilan Negeri Purworejo Nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengadilan Negeri Purworejo menjatuhkan hukuman kepada terdakwa ADRIAWAN Bin SUBARJO dengan pidana penjara seumur hidup atau selama- lamanya dua puluh tahun penjara dengan berlandaskan kerpada Pasal 340 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP dan Pasal 338 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa. 2. Ditinjau dari hukum pidana Islam kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa ADRIAWAN Bin SUBARJO adalah jarimah al-qatl termasuk ke dalam jarîmah kisas diat yang mempunyai hukuman yang sudah ditentukan oleh nass bagi masing- masing dari tindak pidana di dalamnya yaitu kisas. Artinya pembunuhan dibalas dengan pembunuhan. Jika keluarga korban memaafkan maka hukumannya adalah diat. 3. Sanksi yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Purworejo tidak sesuai dengan hukum Islam.
63
64
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai “Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr Tentang Pencurian Yang Mengakibatkan Kematian Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam” penulis ingin sampaikan kepada: 1. Lembaga Legislatif Republik Indonesia agar mempertegas dan memperinci pemberian hukuman bagi masing- masing tindak pidana, sebab meskipun terdapat sanksi hukuman mati dalam Pasal 340 KUHP di sisi lain ada opsi hukuman pernjara seumur hidup atau sama dengan dua puluh tahun yang memberikan peluang bagi hakim untuk memberikan hukuman yang lebih ringan tersebut sekalipun tindak pidana yang dilakukan terdakwa terbilang kejam. 2. Aparat penegak hukum terutama hakim untuk menyesuaikan pemberian hukuman dengan kejahatan yang dilakukan terdakwa, dan memperhatikan korban atau keluarga korban agar terwujudnya keadilan dalam penegakan hukum di Republik Indonesia serta dapat mencegah terjadinya kejahatan yang serupa. 3. Masyarakat secara umum hendaknya berpartisipasi, mencegah secara aktif atau meminimalisir terjadinya segala tindak kejahatan terutama pencurian yang disertai kekerasan yang menyebabkan hilangnya nyawa, karena kejahatan tersebut terbilang kejam dan sangat merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
al- Qur’an al – Karim. Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Ahmad H. A. K. Moch., Hukum Pidana Bagian Khusus, Bandung : Alumni, 1979. Ali Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Anîs Ibrâhîm, Abdu al-Halîm Muntasir, dkk. Syurûq al-Dauliyyah, 2010.
al-Mu’jam al-Wasît, Mesir: Maktabat al-
Asikin Amirudin Zaianal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2006. Audah Abd al-Qâdir, al-Tasyrî’ al-Jinâî al-Islâmî Muqâranan Bi al-Qânûn al-Wad’î, Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1996. Bâjûrî Ibrâhîm, Hâsyiyah al-Syaikh Ibrâhîm al- Bâjûrî ‘Alâ Syarh al- ‘Allâmah Ibn Qâsim alGazi, Ttp, Dâr al- Kutub al- Islâmiyyah, Ttt. Bawengan Gerson W., Hukum Pidana Di Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Ttt. Bemmelen Mr. J. M. Van, Hukum Pidana 3 Bagian Khusus Delict Khusus, Cetakan I, Bandung; Bina cipta, 1986.
Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1992. Hadikusuma Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Bandung: Penerbit Alumni, 1992. Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali), Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Irfan M. Nurul, Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013. Jurjânî al- Alî bin Muhammad, al-Ta’rîfât, T.tp: al-Haramain, 2001. Katsîr Ibnu, Tafsîr al- Qur’ân al- ‘Azîm, Mesir: Dâr al- Hadîts, 2003. Kementerian Agama RI, Al- Qur’an Dan Tafsirnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
65
66
Lamintang PAF., Delik- Delik Khusus Kejahatan- Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, Bandung: Sinar Baru, 1989. Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008. Moeljanto, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Muslich Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004. Nawâwî Yahyâ bin Syaraf, Majmû’ Syarh Muhadzzab, Beirut: Dâr al- Fikr, 2000. Nugrahanto Ardi, Tinjauan Yuridis Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dan Pemberatan Di Wilayah Surabaya Putusan No.1836 / Pid. B / 2010/ PN. SBY, Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2011. Prodjodikoro Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung: PT. Eresco, 1974. Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. Qazwînî Ibn Yazîd, Sunan Ibn Mâjah, Beirût: Dâr al- Fikr, Ttt. Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta; Granit, 2000. Sâbiq al- Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Beirût: Dâr al- Fikr, 1992. Sâbûnî Muhammad ‘Ali, Rawâi’ al Bayân Tafsîr Âyât al- Ahkâm Min al- Qur’ân, Beirut: alMaktabah al- Ashriyyah, 2008. Sagala Aidil Muharram , Kejahatan Pencurian Disertai Kekerasan Yang Menyebabkan Hilagnya Nyawa Orang Lain Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Kriminologi Di Kecamatan Medan Helvetia, Sumatera, Universitas Sumatera Utara Medan, 2005. Samin Sabri, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Pidana Indonesia Efektisme dan Pandangan Non Muslim, Jakarta, Kholam Publishing. Sâyis Muhammad ‘Ali, Tafsîr Âyât al- Ahkâm, Beirut: al- Maktabah al- Ashriyyah, 2002. Sianturi S. R., Tindak Pidana Di Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Menurut Uraiannya, Jakarta: Alumni Ahaem Patahaem, 1983. Simons, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Soesilo R., Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, Bogor: Politiea, 1967. Sudarto, Hukum Pidana 1, Semarang: FH- UNDIP, 1990. Sugandhi R, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1980.
67
__________, KUHP dan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional Offset Printing, 1980.
Syattâ Abû Bakar, Hâsyiyah I’ânah al- Tâlibîn ‘Alâ Hilli Alfâdzi Fathi al- Mu’în Li Syarh Qurrati al-‘Ain Bi Muhimmâti al- Dîn, (Beirût: Dâr al- Fikr, Ttt. Tambunan Leonard Maruatal, Yang Berjudul Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor:44/Pid.B/2011/Pn. Pwr Mengenai Perkara Pencurian Disertai Pembunuhan, Bandung, Universitas Padjadjaran Bandung, 2012. Tongat, Hukum Pidana Materiil, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2006.
Yûnus Mahmûd, Qâmûs ‘Arabî- Indûnisî, Jakarta; Mahmud Yunus Wa al-Dzurriyyah, 1990. Zuhailî Wahbah bin Mustafâ, al-Tafsîr al-Munîr Fî al-‘Aqîdah Wa al-Syarî’ah Wa alManhaj, Damaskus: Dâr al-Fikr, 1418 H.
PUTUSAN Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Purworejo yang mengadili perkara-perkara pidana biasa pada tingkat pertama, yang bersidang secara majelis telah menjatuhkan putusan sebagai berikut di bawah ini dalam perkara para terdakwa: Nama
: ANDRIAWAN Bin SUBARJO
Tempat lahir
: Purworejo
Umur/Tanggal Lahir
: 22 tahun/ 19 Maret 1988
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia Tempat tinggal
: Rt.01 Rw.04 Kel.Borokulon Kec.Banyuurip Kab.Purworejo
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMK (tidak tamat)
Terdakwa dalam perkara ini ditahan oleh : Penyidik
: sejak tanggal 05 s/d 24 Desember 2010 ;
Perpanjangan JPU
: sejak tanggal 25 Desember 2010 s/d 02 Februari 2011 ;
Perpanjangan KPN
: sejak tanggal 03 Februari s/d 03 Maret 2011 ;
Penuntut Umum
: sejak tanggal 24 Februari s/d 14 Maret 2011 ;
Majelis Hakim
: sejak tanggal 09 Maret s/d 07 April 2011 ;
Perpanjangan KPN
: sejak tanggal 08 April s/d 06 Juni 2011 ;
Perpanjangan KPT I
: sejak tanggal 07 Juni s/d 06 Juli 2011 ;
Perpanjangan KPT II
: sejak tanggal 07 Juli s/d 05 Agustus 2011 ;
Terdakwa dalam perkara ini didampingi oleh Penasihat Hukum KA Dewa Antara SH dan Hari Widiyanto,SH. Advokat/Penasihat Hukum yang beralamat di Purworejo, berdasarkan penetapan Majelis Hakim Nomor :334/Pen.Pid/2011/PN.Pwr; PENGADILAN NEGERI PURWOREJO ; Telah membaca surat-surat dan berkas pemeriksaan pendahuluan dalam perkara ini ; Telah mendengar keterangan para saksi dan terdakwa ; Telah melihat adanya barang bukti dalam perkara ini ; Telah pula mendengar pembacaan-pembacaan dan membaca: 1. Surat
pelimpahan
perkara
acara
pemeriksaan
biasa
atas nama
terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO dari Kejaksaan Negeri Purworejo Nomor: B451/O.3.24/Ep.1/03/2011 tanggal 9 Maret 2011 ; 2. Surat pemeriksaan pendahuluan atas nama terdakwa tersebut serta dakwaan dari Jaksa
Penuntut
Umum
28/Prejo/Ep.1/02/2011 ;
pada
tanggal
4
Maret
2011
Reg.
Perk:
EJP-
2
3. Surat Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Purworejo tanggal 9 Maret 2011 Nomor: 281/Pen.Pid/2011/PN.Pwr. tentang Penunjukan Majelis Hakim yang akan mengadili perkara ini ; 4. Surat Penetapan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purworejo Nomor: 286/Pen.Pid/2011/PN.Pwr. tanggal 10 Maret 2011 yang akan mengadili perkara terdakwa tersebut di atas ; Telah pula mendengar tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Purworejo yang meminta agar majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini menjatuhkan putusan sebagai berikut: 1. Menyatakan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO telrbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak “Percobaan berencana secara berbarengan dan percobaan pembunuhan” sebagaimana tersebut dalam dakwaan kesatu primair melanggar pasal 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP dan ketiga primair pasal 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP ; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara “SEUMUR HIDUP” ; 3. Menyatakan barang bukti berupa :
Uang tunai sebesar Rp.550.000,-(lima ratus lima puluh ribu rupiah) ;
1 HP seri 2700 warna hitam silver dengan no simcard 081328270968 dengan No.Imei 352283016084150,
1 HP seri 2310 warna biru dengan no simcard 085232929013 dengan no imei 352283016084150 ;
Dikembalikan ahli waris Agnes Sri Haryati
1 HP seri 2310 warna putih dengan no.simcard 085879911679 no imei 353084022963447 ;
Dikembalikan ahli waris Sri Undari
1 (satu) buah kain lap warna merah ;
1 (satu) buah kain lap warna putih kecoklatan ;
1 (satu) buah kaos warna abu-abu ;
2 (dua) botol sample darah korban Agnes Sri Haryati dan korban Sri Undari ;
1 (satu) buah bendo bergagang kayu dengan panjang 45 cm dan
1 (satu) buah celana pendek warna biru abu-abu bermotif bintik putih terdapat noda darah ;
Dirampas untuk dimusnahkan; 4. Menetapkan biaya perkara kepada Negara. Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Jaksa Penuntut Umum tersebut maka terdakwa melalui penasihat hukumnya didalam persidangan pada tanggal 25 Juli 2011 telah mengajukan Nota Pembelaan yang pada pokoknya mengakui perbuatannya dan mohon menghukum terdakwa dengan hukuman yang seringan-ringannya dan Jaksa
3
Penuntut Umum dalam replik lisannya tetap pada tuntutan pidananya sedangkan terdakwa melalui penasihat hukumnya dalam duplik lisannya tetap pada nota pembelaanya ; Menimbang, bahwa para terdakwa dihadapkan ke depan persidangan Pengadilan Negeri Purworejo dengan Surat Dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 4 Maret 2011 Reg. Perk: EJP-28/Prejo/Ep.1/02/2011 yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:KESATU. PRIMAIR. Bahwa terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO pada hari Jumat tanggal 03
Desember 2010 sekira pukul 23.10 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Desember tahun 2010 bertempat di
Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purworejo, Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain. Perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, sekira pukul 22.00 WIB terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO yang sebelumnya sudah kenal dan mengetahui bahwa tetangganya yaitu korban AGNES SRI HARYATI seorang janda yang hanya tinggal berdua dengan pembantunya seorang perempuan yaitu Korban SRI UNDARI, awalnya mempunyai niat untuk masuk ke dalam rumah korban dan mengambil barang-barang di rumah korban AGNES SRI HARYATI, kemudian pukul 23.00 WIB terdakwa berangkat dari rumahnya dengan berjalan kaki menuju rumah korban AGNES SRI HARYATI yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah terdakwa sambil membawa golok atau bendo yang diselipkan dibelakang badan yang akan dipergunakan untuk membacok atau menghabisi korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI apabila mengetahui perbuatan terdakwa ;
Bahwa sesampainya dirumah korban AGNES SRI HARYATI kemudian terdakwa masuk melewati sebelah barat rumah korban lalu langsung menuju belakang rumah korban selanjutnya terdakwa masuk ke rumah korban AGNES SRI HARYATI dengan cara memanjat pohon pepaya yang ada dibelakang rumah korban kemudian terdakwa berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, setelah itu terdakwa membuka pintu samping sumur tetapi terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu yaitu korban SRI UNDARI ;
Bahwa pada saat terdakwa meloncat turun mengenai ranjang/tempat tidur korban SRI UNDARI yang pada saat itu sedang tidur dengan posisi kepala menghadap
4
kesebelah timur lalu korban SRI UNDARI terbangun dan berteriak “maling” karena korban SRI UNDARI mengetahui perbuatan terdakwa dan berteriak sedangkan terdakwa tidak memakai penutup kepala sehingga terdakwa merasa wajahnya dikenali oleh korban dan dari pada dilaporkan petugas maka timbulah niat terdakwa membacok korban SRI UNDARI sampai meninnggal dunia supaya perbuatan terdakwa tersebut tidak terungkap kemudian terdakwa mencabut bendo atau golok yang telah dipersiapkan dari rumah yang diselipkan dipinggang selanjutnya korban SRI UNDARI berteriak “ampun-ampun” dan tidak ada upaya melakukan perlawanan sambil tiduran lagi dengan posisi kepala yang semula menghadap miring kekanan dan menghadap
kearah terdakwa tetapi karena korban SRI UNDARI takut
kemudian korban SRI UNDARI merubah posisi badannya menjadi miring kekiri atau menghadap tembok dengan posisi tangan kanan melindungi kepalanya namun terdakwa tetap melaksanakan niatnya yang dilakukan dengan cara membacokkan bendo atau golok yang terdakwa bawa dari rumah
langsung kebagian kepala
sebelah kanan secara membabi buta atau terus menerus hingga kurang lebih sebanyak 10 (sepuluh) kali dan terdakwa berhenti membacok ketika melihat korban SRI UNDARI sudah tidak bergerak lagi dan hanya terdengar suara dari korban SRI UNDARI seperti suara ayam disembelih dan setelah yakin bahwa SRI UNDARI telah meninggal dunia selanjutnya terdakwa mengambil Handphone (HP) merk Nokia warna putih/silver dan dimasukkan ke dalam saku celana terdakwa sebelah kiri ;
Bahwa setelah terdakwa membacok korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia kemudian terdakwa mendengar korban AGNES SRI HARYATI berteriak “Ono Opo Yo (ada apa ya)” lalu terdakwa mendatangi arah suara tersebut dan ternyata suara itu berasal dari kamar tidur korban AGNES SRI HARYATI, sesampainya dikamar tidur korban AGNES SRI HARYATI terdakwa melihat korban AGNES SRI HARYATI sedang duduk diatas tempat tidur dan melihat keberadaan terdakwa sambil mengamat-amati lalu AGNES SRI HARYATI berkata “Sopo, maling yo” (siapa , maling ya), melihat situasi tersebut terdakwa sempat berpikir dan teringat kembali bahwa terdakwa tidak memakai penutup kepala sehingga wajahnya dikenali oleh korban dan juga perbuatan terdakwa telah menghabisi korban SRI UNDARI maka dari pada dilaporkan petugas timbulah niat terdakwa membacok korban AGNES SRI HARYARTI sampai meninggal dunia supaya perbuatannya tidak terungkap kemudian terdakwa yang masih membawa bendo/golok yang masih berlumuran darah langsung mendekati korban AGNES SRI HARYATI dan langsung membacokkan bendo atau golok kebagian muka korban AGNES SRI HARYATI beberapa kali sampai tidak bergerak dan setelah yakin bahwa korban AGNES SRI HARYATI sudah meninggal dunia kemudian terdakwa meletakkan bendo atau golok tersebut diatas meja ruang tengah selanjutnya terdakwa mengambil handphone milik korban AGNES SRI HARYATI dan juga mengambil uang tunai yang jumlahnya
5
tidak dihitung oleh terdakwa serta mengambil voucher HP yang jumlahnya juga tidak dihitung oleh terdakwa;
Bahwa selanjutnya terdakwa kembali keruang tengah mengambil golok atau bendo kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan golok tersebut. Kemudian terdakwa meninggalkan rumah korban AGNES SRI HARYATI melalui pintu depan menuju arah pulang kerumah terdakwa dan setelah berjalan kurang lebih 4 meter melihat saksi SURATMAN sedang duduk dipinggir trotoar jalan dan saat melintas didepannya perasaan terdakwa bahwa saksi SURATMAN menyapa terdakwa tetapi terdakwa diam saja sambil terus berjalan lewat belakang Pos Polisi Don Bosco kemudian karena terdakwa mengira saksi SURATMAN mengetahui bahwa terdakwa sudah membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia lalu terdakwa kembali berjalan kearah saksi SURATMAN dan setelah posisi terdakwa berada dibelakang saksi SURATMAN lalu terdakwa mencabut golok atau bendo dan dari arah belakang terdakwa langsung membacokkan goloknya tersebut sebanyak 4 (empat) kali kebagian kepala saksi SURATMAN. Setelah itu terdakwa langsung pulang kerumahnya kemudian terdakwa melepas kaos yang dipakainya lalu memasukkan ke dalam sepiteng atau bak pembuangan kotoran dan selanjutnya terdakwa mencuci tangan dan kaki lalu menyimpan atau menyelipkan golok atau bendo yang baru saja dipergunakan membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI tersebut dipintu dapur terbuat dari anyaman bambu dirumah terdakwa ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas mengakibatkan korban AGNES SRI HARYATI (55 tahun) meniunggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/71/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban AGNES SRI HARYATI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Pada Pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda taajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak. Pada pemeriksaan dalam ditemukan hancurnya jaringan otak.Keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas
juga mengakibatkan
korban SRI
UNDARI ( 38 tahun) meninggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/72/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban SRI UNDARI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Dari pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka di kepala
6
disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan . Hancurnya otak dapat menyebabkan kematian ; Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP ‘; SUBSIDIAIR . Bahwa terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO pada hari Jumat tanggal 03
Desember 2010 sekira pukul 23.10 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Desember tahun 2010 bertempat di
Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purworejo, Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, yang dilakukan terdakwa dengan cara dan rangkaian perbuatan sebagai berikut :
Pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, sekira pukul 22.00 WIB terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO mempunyai niat untuk mengambil barangbarang di rumah korban AGNES SRI HARYATI yang hanya tinggtal berdua dengan pembantunya yaitu Korban SRI UNDARI, kemudian sekira
pukul 23.00 WIB
terdakwa berangkat dari rumah sambil membawa golok atau bendo yang diselipkan dibelakang badan, kemudian terdakwa berjalan kaki menuju rumah korban AGNES SRI HARYATI yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah terdakwa ;
Bahwa sesampainya dirumah korban AGNES SRI HARYATI kemudian terdakwa masuk melewati sebelah barat rumah korban lalu langsung menuju belakang rumah korban selanjutnya terdakwa masuk ke rumah korban AGNES SRI HARYATI dengan cara memanjat pohon pepaya yang ada dibelakang rumah korban kemudian terdakwa berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, setelah itu terdakwa membuka pintu samping sumur tetapi terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu yaitu korban SRI UNDARI ;
Bahwa pada saat terdakwa meloncat turun mengenai ranjang/tempat tidur korban SRI UNDARI yang pada saat itu sedang tidur dengan posisi kepala menghadap kesebelah timur lalu korban SRI UNDARI terbangun dan berteriak “maling”, karena korban SRI UNDARI mengetahui perbuatan terdakwa maka terdakwa langsung mencabut bendo atau golok lalu korban SRI UNDARI berteriak “ampun-ampun” sambil tiduran lagi dengan posisi kepala yang semula menghadap miring kekanan
7
dan menghadap
kearah terdakwa tetapi karena korban SRI UNDARI takut
kemudian korban SRI UNDARI merubah posisi badannya menjadi miring kekiri atau menghadap tembok dengan posisi tangan kanan melindungi kepala, kemudian terdakwa membacokkan bendo atau golok yang terdakwa bawa dari rumah langsung kearah kepala sebelah kanan secara membabi buta atau terus menerus hingga kurang lebih sebanyak 10 (sepuluh) kali dan terdakwa berhenti membacok ketika melihat korban SRI UNDARI sudah tidak bergerak lagi dan hanya terdengar suara dari korban SRI UNDARI seperti suara ayam disembelih. Selanjutnya terdakwa mengambil Handphone (HP) merk Nokia warna putih/silver dan dimasukkan ke dalam saku celana terdakwa sebelah kiri ;
Bahwa setelah terdakwa membacok korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia kemudian mendengar korban AGNES SRI HARYATI berteriak “Ono Opo Yo (ada apa ya)” kemudian terdakwa mendatangi arah suara tersebut dan ternyata suara itu berasal dari kamar korban AGNES SRI HARYATI sesampainya dikamar tidur korban AGNES SRI HARYATI terdakwa melihat korban AGNES SRI HARYATI sedang duduk diatas tempat tidur dan melihat keberadaan terdakwa sambil mengamat-amati lalu AGNES SRI HARYATI berkata “Sopo, maling yo” (siapa , maling ya), kemudian terdakwa yang masih membawa bendo/golok berlumuran darah tersebut langsung mendekati korban AGNES SRI HARYATI dan langsung membacokkan bendo atau golok kebagian muka korban AGNES SRI HARYATI beberapa kali sampai tidak bergerak lagi dan setelah yakin bahwa korban AGNES SRI HARYATI sudah meninggal dunia sehingga situasi aman dan tidak ada orang yang menghalangi-halangi terdakwa untuk mengambil barang-barang milik korban AGNES SRI HARYATI yang berada dalam rumah, selanjutrnya terdakwa mengambil handphone milik korban AGNES SRI HARYATI yang berada diatas meja dekat tempat tidur kemudian terdakwa keruang tengah meletakkan bendo/golok selanjutnya masuk kedalam warung dan menyalakan lampu kemudian mengambil uang tunai didalam almari warung yang jumlahnya tidak dihitung oleh terdakwa dan mengambil voucher HP dengan jumlah pastinya juga tidak dihitung oleh terdakwa kemudian terdakwa kembali kekamar korban AGNES SRI HARYATI lalu membuka almari dan mengeluarkan pakaian yang ada didalam almari namun tidak menemukan apa-apa kemudian terdakwa keluar kamar dan masuk ke kamar kosong dan melihat ada Hand Phone serta tas diatas tempat tidur kemudian terdakwa mengambil Hand Phone serta mengambil uang yang ada dalam tas;
Bahwa setelah terdakwa berhasil mengambil 3 (tiga) buah Hand Phone dan sejumlah uang tunai selanjutnya terdakwa kembali keruang tengah mengambil golok atau bendo kemudian pergi ke kamar kecil/WC untuk mencuci tangan dan golok tersebut. Kemudian terdakwa meninggalkan rumah korban AGNES SRI HARYATI melalui pintu depan menuju arah pulang kerumah terdakwa dan setelah berjalan kurang lebih 4 meter melihat saksi SURATMAN sedang duduk dipinggir
8
trotoar jalan dan saat melintas didepannya perasaan terdakwa bahwa saksi SURATMAN menyapa terdakwa tetapi terdakwa diam saja sambil terus berjalan lewat belakang Pos Polisi Don Bosco kemudian karena terdakwa mengira saksi SURATMAN mengetahui bahwa terdakwa sudah membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia lalu terdakwa kembali berjalan kearah saksi SURATMAN dan setelah posisi terdakwa berada dibelakang saksi SURATMAN lalu terdakwa mencabut golok atau bendo dan dari arah belakang terdakwa langsung membacokkan goloknya tersebut sebanyak 4 (empat) kali kebagian kepala saksi SURATMAN. Setelah itu terdakwa langsung pulang kerumahnya kemudian terdakwa melepas kaos yang dipakainya lalu memasukkan ke dalam sepiteng atau bak pembuangan kotoran dan selanjutnya terdakwa mencuci tangan dan kaki lalu menyimpan atau menyelipkan golok atau bendo yang baru saja dipergunakan membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI tersebut dipintu dapur terbuat dari anyaman bambu dirumah terdakwa ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas mengakibatkan korban AGNES SRI HARYATI (55 tahun) meniunggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/71/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban AGNES SRI HARYATI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Pada Pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda taajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak. Pada pemeriksaan dalam ditemukan hancurnya jaringan otak.Keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas juga mengakibatkan korban SRI UNDARI ( 38 tahun) meninggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/72/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban SRI UNDARI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Dari pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka di kepala disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan . Hancurnya otak dapat menyebabkan kematian ; Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
339 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP ‘; LEBIH SUBSIDIAIR. Bahwa terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO pada hari Jumat tanggal 03
Desember 2010 sekira pukul 23.10 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan
9
Desember tahun 2010 bertempat di
Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purworejo, Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yang dilakukan terdakwa dengan cara dan rangkaian perbuatan sebagai berikut :
Pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, sekira pukul 22.00 WIB terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO mempunyai niat untuk mengambil barangbarang di rumah korban AGNES SRI HARYATI yang hanya tinggtal berdua dengan pembantunya yaitu Korban SRI UNDARI, kemudian sekira
pukul 23.00 WIB
terdakwa berangkat dari rumah sambil membawa golok atau bendo yang diselipkan dibelakang badan, lalu terdakwa berjalan kaki menuju rumah korban AGNES SRI HARYATI yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah terdakwa ;
Bahwa sesampainya dirumah korban AGNES SRI HARYATI kemudian terdakwa masuk melewati sebelah barat rumah korban AGNES SRI HARYATI kemudian langsung menuju belakang rumah korban selanjutnya terdakwa masuk ke rumah korban AGNES SRI HARYATI dengan cara memanjat pohon pepaya yang ada dibelakang rumah korban AGNES SRI HARYATI selanjutnya terdakwa berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, kemudian terdakwa membuka pintu samping sumur tetapi terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok tersebut kemudian turun di kamar pembantu yaitu korban SRI UNDARI ;
Bahwa pada saat terdakwa meloncat turun mengenai ranjang/tempat tidur korban SRI UNDARI yang pada saat itu sedang tidur dengan posisi kepala menghadap kesebelah timur lalu korban SRI UNDARI terbangun dan berteriak “maling”, karena korban SRI UNDARI mengetahui perbuatan terdakwa lalu terdakwa
mencabut
bendo atau golok lalu korban SRI UNDARI berteriak “ampun-ampun” sambil tiduran lagi dengan posisi kepala yang semula menghadap miring kekanan dan menghadap kearah terdakwa tetapi karena korban SRI UNDARI takut kemudian korban SRI UNDARI merubah posisi badannya menjadi miring kekiri atau menghadap tembok dengan posisi tangan kanan melindungi kepala, kemudian terdakwa membacokkan bendo atau golok yang terdakwa bawa dari rumah langsung kearah kepala sebelah kanan secara membabi buta atau terus menerus hingga kurang lebih sebanyak 10 (sepuluh) kali dan terdakwa berhenti membacok ketika melihat korban SRI UNDARI sudah tidak bergerak lagi dan hanya terdengar suara dari korban SRI UNDARI seperti suara ayam disembelih. Selanjutnya terdakwa mengambil Handphone (HP) merk Nokia warna putih/silver dan dimasukkan ke dalam saku celana terdakwa ;
10
Bahwa setelah terdakwa membacok korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia kemudian terdakwa mendengar korban AGNES SRI HARYATI berteriak “Ono Opo Yo (ada apa ya)” lalu terdakwa mendatangi arah suara tersebut dan ternyata suara itu berasal dari kamar tidur korban AGNES SRI HARYATI, sesampainya dikamar tidur korban AGNES SRI HARYATI terdakwa melihat korban AGNES SRI HARYATI sedang duduk diatas tempat tidur dan melihat keberadaan terdakwa sambil mengamat-amati lalu AGNES SRI HARYATI berkata “Sopo, maling yo” (siapa , maling ya), kemudian terdakwa yang masih membawa bendo/golok berlumuran darah tersebut langsung mendekati korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa membacokkan bendo atau golok kearah muka korban AGNES SRI HARYATI beberapa kali sampai korban tidak bergerak lagi kemudian terdakwa meletakkan bendo/golok tersebut di atas meja ruang tengah selanjutnya terdakwa mengambil handphone milik korban AGNES SRI HARYATI dan juga mengambil uang tunai yang jumlahnya tidak dihitung oleh terdakwa serta mengambil voucher HP yang jumlahnya juga tidak dihitung oleh terdakwa;
Bahwa selanjutnya terdakwa kembali keruang tengah mengambil golok atau bendo kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan golok tersebut. Kemudian terdakwa meninggalkan rumah korban AGNES SRI HARYATI melalui pintu depan menuju arah pulang kerumah terdakwa dan setelah berjalan kurang lebih 4 meter melihat saksi SURATMAN sedang duduk dipinggir trotoar jalan dan saat melintas didepannya perasaan terdakwa bahwa saksi SURATMAN menyapa terdakwa tetapi terdakwa diam saja sambil terus berjalan lewat belakang Pos Polisi Don Bosco kemudian karena terdakwa mengira saksi SURATMAN mengetahui bahwa terdakwa sudah membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia lalu terdakwa kembali berjalan kearah saksi SURATMAN dan setelah posisi terdakwa berada dibelakang saksi SURATMAN lalu terdakwa mencabut golok atau bendo dan dari arah belakang terdakwa langsung membacokkan goloknya tersebut sebanyak 4 (empat) kali kebagian kepala saksi SURATMAN. Setelah itu terdakwa langsung pulang kerumahnya kemudian terdakwa melepas kaos yang dipakainya lalu memasukkan ke dalam sepiteng atau bak pembuangan kotoran dan selanjutnya terdakwa mencuci tangan dan kaki lalu menyimpan atau menyelipkan golok atau bendo yang baru saja dipergunakan membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI tersebut dipintu dapur terbuat dari anyaman bambu dirumah terdakwa ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas mengakibatkan korban AGNES SRI HARYATI (55 tahun) meniunggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/71/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban AGNES SRI HARYATI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan
11
waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Pada Pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda taajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak. Pada pemeriksaan dalam ditemukan hancurnya jaringan otak.Keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut
diatas
juga mengakibatkan
korban SRI
UNDARI ( 38 tahun) meninggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/72/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban SRI UNDARI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Dari pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka di kepala disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan . Hancurnya otak dapat menyebabkan kematian ; Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP ; ATAU KEDUA Bahwa terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO pada hari Jumat tanggal 03
Desember 2010 sekira pukul 23.10 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Desember tahun 2010 bertempat di
Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purworejo, Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan,
mengambil barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, yang dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang
ada rumahnya, jika masuk ke tempat melakukan
kejahatan dengan merusak atau memanjat, yang
didahului, disertai, atau diikuti
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya dan perbuatan tersebut mengakibatkan kematian, yang dilakukan terdakwa dengan cara dan rangkaian perbuatan sebagai berikut :
Pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, sekira pukul 22.00 WIB terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO mempunyai niat untuk melakukan pencurian di rumah korban AGNES SRI HARYATI yang hanya tinggtal berdua dengan pembantunya yaitu Korban SRI UNDARI, kemudian sekira
pukul 23.00 WIB
terdakwa berangkat dari rumah sambil membawa golok atau bendo yang diselipkan
12
dibelakang badan, kemudian terdakwa berjalan kaki menuju rumah korban AGNES SRI HARYATI yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah terdakwa ;
Bahwa sesampainya dirumah korban AGNES SRI HARYATI kemudian terdakwa masuk melewati sebelah barat rumah korban lalu langsung menuju belakang rumah korban selanjutnya terdakwa masuk ke rumah korban AGNES SRI HARYATI dengan cara memanjat pohon pepaya yang ada dibelakang rumah korban kemudian terdakwa berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, setelah itu terdakwa membuka pintu samping sumur tetapi terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu yaitu korban SRI UNDARI ;
Bahwa pada saat terdakwa meloncat turun mengenai ranjang/tempat tidur korban SRI UNDARI yang pada saat itu sedang tidur dengan posisi kepala menghadap kesebelah timur lalu korban SRI UNDARI terbangun dan berteriak “maling”, karena korban SRI UNDARI mengetahui perbuatan terdakwa kemudian terdakwa mencabut bendo atau golok selanjutnya korban SRI UNDARI berteriak “ampun-ampun” sambil tiduran lagi dengan posisi kepala yang semula menghadap miring kekanan dan menghadap kearah terdakwa tetapi karena korban SRI UNDARI takut kemudian korban SRI UNDARI merubah posisi badannya menjadi miring kekiri atau menghadap tembok dengan posisi tangan kanan melindungi kepala, lalu terdakwa membacokkan bendo atau golok yang terdakwa bawa dari rumah
kearah kepala
sebelah kanan secara membabi buta atau terus menerus hingga kurang lebih sebanyak 10 (sepuluh) kali dan terdakwa berhenti membacok ketika melihat korban SRI UNDARI sudah tidak bergerak lagi dan hanya terdengar suara dari korban SRI UNDARI seperti suara ayam disembelih. Selanjutnya terdakwa mengambil Handphone (HP) merk Nokia warna putih/silver dan dimasukkan ke dalam saku celana terdakwa sebelah kiri ;
Bahwa setelah terdakwa membacok korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia dan telah mengambil sebuah hand phone milik korbon SRI UNDARI kemudian terdakwa mendengar korban AGNES SRI HARYATI berteriak “Ono Opo Yo (ada apa ya)” lalu terdakwa mendatangi arah suara tersebut dan sesampainya dikamar tidur korban AGNES SRI HARYATI terdakwa melihat korban AGNES SRI HARYATI sedang duduk diatas tempat tidur dan kemudian korban AGNES SRI HARYATI berkata “Sopo, maling yo” (siapa , maling ya), lalu terdakwa yang masih membawa bendo/golok berlumuran darah tersebut mendekati korban AGNES SRI HARYATI dan langsung membacokkan bendo atau golok kebagian muka korban AGNES SRI HARYATI beberapa kali sampai tidak bergerak lagi , selanjutrnya terdakwa mengambil handphone milik korban AGNES SRI HARYATI yang berada diatas meja dekat tempat tidur kemudian terdakwa keruang tengah meletakkan
13
bendo/golok selanjutnya masuk kedalam warung dan menyalakan lampu kemudian mengambil uang tunai didalam almari warung yang jumlahnya tidak dihitung oleh terdakwa dan mengambil voucher HP dengan jumlah pastinya juga tidak dihitung oleh terdakwa kemudian terdakwa kembali kekamar korban AGNES SRI HARYATI lalu membuka almari dan mengeluarkan pakaian yang ada didalam almari namun tidak menemukan apa-apa kemudian terdakwa keluar kamar dan masuk ke kamar kosong dan melihat ada Hand Phone serta tas diatas tempat tidur kemudian terdakwa mengambil Hand Phone serta mengambil uang yang ada dalam tas ;
Bahwa setelah terdakwa berhasil mengambil 3 (tiga) buah Hand Phone dan sejumlah uang tunai selanjutnya terdakwa kembali keruang tengah mengambil golok atau bendo kemudian pergi ke kamar kecil/WC untuk mencuci tangan dan golok tersebut. Kemudian terdakwa meninggalkan rumah korban AGNES SRI HARYATI melalui pintu depan menuju arah pulang kerumah terdakwa dan setelah berjalan kurang lebih 4 meter melihat saksi SURATMAN sedang duduk dipinggir trotoar jalan dan saat melintas didepannya perasaan terdakwa bahwa saksi SURATMAN menyapa terdakwa tetapi terdakwa diam saja sambil terus berjalan lewat belakang Pos Polisi Don Bosco kemudian karena terdakwa mengira saksi SURATMAN mengetahui bahwa terdakwa sudah membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI sampai meninggal dunia lalu terdakwa kembali berjalan kearah saksi SURATMAN dan setelah posisi terdakwa berada dibelakang saksi SURATMAN lalu terdakwa mencabut golok atau bendo dan dari arah belakang terdakwa langsung membacokkan goloknya tersebut sebanyak 4 (empat) kali kebagian kepala saksi SURATMAN. Setelah itu terdakwa langsung pulang kerumahnya kemudian terdakwa melepas kaos yang dipakainya lalu memasukkan ke dalam sepiteng atau bak pembuangan kotoran dan selanjutnya terdakwa mencuci tangan dan kaki lalu menyimpan atau menyelipkan golok atau bendo yang baru saja dipergunakan membacok korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI tersebut dipintu dapur terbuat dari anyaman bambu dirumah terdakwa ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas mengakibatkan korban AGNES SRI HARYATI (55 tahun) meniunggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/71/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban AGNES SRI HARYATI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Pada Pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda taajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak. Pada pemeriksaan dalam ditemukan hancurnya jaringan otak.Keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian ;
14
Bahwa perbuatan terdakwa
tersebut diatas
juga mengakibatkan
korban SRI
UNDARI ( 38 tahun) meninggal dunia sesuai Visum Et Repertum No. : R/72/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang ditandatangani oleh Dr. Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang melakukan pemeriksaan jenasah korban SRI UNDARI pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan jenasah yaitu perkiraan waktu kematian lebih dari dua belas jam dari waktu pemeriksaan. Dari pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka di kepala disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan . Hancurnya otak dapat menyebabkan kematian ; Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 365 ayat (1), ayat (2) ke-1, ke-3 dan ayat (3) KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP ; DAN KETIGA PRIMAIR Bahwa terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO pada hari Jumat tanggal 03
Desember 2010 sekira pukul 23.30 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Desember tahun 2010 bertempat di
Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purworejo, dengan sengaja merampas nyawa orang lain jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan , dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri , yang mana perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, sekira pukul 23.30 WIB, setelah terdakwa dengan menggunakan bendo atau golok membacok korban AGNES SRI HARYATI dan juga pembantunya yaitu korban SRI UNDARI hingga meninggal dunia, selanjutnya terdakwa langsung keluar rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa bermaksud pulang dengan berjalan menuju ke rumahnya akan tetapi di pertigaan Don Bosko dekat Pos polisi terdakwa melihat saksi Suratman sedang ditrotoar sendirian sambil nglinting/menyulut rokok menghadap arah barat lalu terdakwa berjalan lewat didekatnya saksi Suratman dan didalam perjalanan menuju ke rumah terdakwa tersebut terdakwa berpikir jangan-jangan saksi Suratman mengetahui perbuatan yang dilakukan terdakwa terhadap korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI, kemudian timbul niat terdakwa membacok atau menghabisi saksi Suratman agar tidak menceritakan kepada orang lain atau agar perbuatan terdakwa tersebut tidak terungkap, selanjutnya terdakwa kembali berjalan berputar melalui Pos Polisi Don Bosco menuju arah belakang saksi Suratman, saat saksi Suratman lengah kemudian terdakwa mencabut golok dan mengayunkan golok atau bendo kebagian kepala saksi Suratman dari belakang
15
secara berulang-ulang sebanyak kurang labih 4 (empat) kali dengan menggunakan tangan kanannya, kemudian saksi Suratman berusaha menangkis dan menghindar dari serangan golok atau bendo terdakwa lalu saksi Suratman berusaha merebut golok atau bendo yang dipegang terdakwa akan tetapi tidak bisa kemudian saksi Suratman berusaha lari untuk menyelamatkan diri, akan tetapi terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tetap berusaha mengejar, selanjutnya saksi Suratman terus berlari sambil berteriak minta tolong dengan mengatakan “Saya dibacok Andri” mendengar teriakan saksi Suratman para warga masyarakat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo keluar dari rumah memberikan pertolongan terhadap saksi Suratman dan karena banyak masyarakat yang datang akhirnya terdakwa berhenti mengejar saksi Suratman dan melarikan diri kemudian pulang ke rumah terdakwa, sedangkan saksi korban Suratman oleh Masyarakat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas mengakibatkan saksi korban Suratman Bin Amat Suradi (47 tahun) menderita luka robek multipel akibat benda tajam yaitu luka multipel patah tulang tengkorak terbuka, multipel luka robek di kepala, tangan atas kiri, pundak kanan dan jari tangan kiri sesuai Visum Et Repertum Nomor : 17/VER/XII/2010 tanggal 14 Desember 2010 yang
ditandatangani oleh Dr.M.S.
Bimo W Dokter pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Purworejo yang melakukan pemeriksaan terhadap saksi kurban Suratman Bin Amat Suradi pada pukul 00.10 WIB tanggal 4 Desember 2010; Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP ; SUBSIDIAIR. Bahwa terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO pada hari Jumat tanggal 03
Desember 2010 sekira pukul 23.30 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Desember tahun 2010 bertempat di
Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan
Banyuurip Kabupaten Purworejo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purworejo, telah melakukan penganiayaan terhadap saksi Suratman Bin Amat Suradi yang telah mengakibatkan luka-luka berat , yang mana perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, sekira pukul 23.30 WIB, setelah terdakwa dengan menggunakan bendo atau golok membacok korban AGNES SRI HARYATI dan juga pembantunya yaitu korban SRI UNDARI hingga meninggal dunia, selanjutnya terdakwa langsung keluar rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa bermaksud pulang dengan berjalan menuju ke rumahnya akan tetapi di pertigaan Don Bosko dekat Pos polisi terdakwa melihat saksi Suratman sedang ditrotoar sendirian sambil nglinting/menyulut rokok menghadap arah barat lalu terdakwa berjalan lewat didekatnya saksi Suratman dan didalam
16
perjalanan menuju ke rumah terdakwa tersebut terdakwa berpikir jangan-jangan saksi Suratman mengetahui perbuatan yang dilakukan terdakwa terhadap korban AGNES SRI HARYATI dan korban SRI UNDARI, kemudian terdakwa kembali berjalan berputar melalui Pos Polisi Don Bosco menuju arah belakang saksi Suratman, dan saat saksi Suratman lengah lalu terdakwa mencabut golok dan mengayunkan golok atau bendo kebagian kepala saksi Suratman dari belakang secara berulang-ulang sebanyak kurang labih 4 (empat) kali dengan menggunakan tangan kanannya, kemudian saksi Suratman berusaha menangkis dan menghindar dari serangan golok atau bendo terdakwa lalu saksi Suratman berusaha merebut golok atau bendo yang dipegang terdakwa akan tetapi tidak bisa kemudian saksi Suratman berusaha lari untuk menyelamatkan diri, akan tetapi terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tetap berusaha mengejar, selanjutnya saksi Suratman terus berlari sambil berteriak minta tolong dengan mengatakan “Saya dibacok Andri” mendengar teriakan saksi Suratman para warga masyarakat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo keluar dari rumah memberikan pertolongan terhadap saksi Suratman dan karena banyak masyarakat yang datang akhirnya terdakwa berhenti mengejar saksi Suratman dan melarikan diri kemudian pulang ke rumah terdakwa, sedangkan saksi korban Suratman oleh Masyarakat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan ;
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut diatas mengakibatkan saksi korban Suratman Bin Amat Suradi (47 tahun) menderita luka robek multipel akibat benda tajam yaitu luka multipel patah tulang tengkorak terbuka, multipel luka robek di kepala, tangan atas kiri, pundak kanan dan jari tangan kiri sesuai Visum Et Repertum Nomor : 17/VER/XII/2010 tanggal 14 Desember 2010 yang
ditandatangani oleh Dr.M.S.
Bimo W Dokter pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Purworejo yang melakukan pemeriksaan terhadap saksi kurban Suratman Bin Amat Suradi pada pukul 00.10 WIB tanggal 4 Desember 2010; Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 351 ayat (2) KUHP ; Menimbang bahwa terhadap surat dakwaan Penuntut Umum tersebut atas pertanyaan Ketua Majelis terdakwa menyatakan telah mengerti atas dakwaan tersebut dan menyatakan tidak ada mengajukan keberatan/eksepsi dalam perkara ini ; Menimbang, bahwa didepan persidangan telah diajukan barang bukti sebagaimana terdapat dalam daftar barang bukti dan telah disita secara sah dan menurut hukum sebagaimana ketentuan Pasal 181 ayat 1 KUHAP ; Menimbang, bahwa di depan persidangan telah di dengar keterangan para saksi dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan tentang hal sebagai berikut:
17
1. H.MUJINO Bin A.SAHRI -
Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa yang menjadi korban pembunuhan yaitu AGNES SRI HARYATI yang merupakan teman saksi yang sama-sama mengajar di SDN I Cangkreplor Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo dan korban pembunuhan yang lainnya yaitu pembantunya AGNES SRI HARYATI sedang pelakunya menurut keterangan dari polisi yaitu Andriawan/terdakwa ;
-
Bahwa peristiwa tersebut saksi ketahui pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 10.00 WIB dirumahnya AGNES SRI HARYATI ikut Kelurahan Borokulon Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 saksi diperintahkan oleh Kepala Sekolah SDN I Cangkrep Lor untuk mengecek ke rumahnya AGNES SRI HARYATI karena pada hari itu tidak mengajar, dibel ke nomor Hpnya tidak ada jawaban, di SMS juga juga tidak membalas, kemudian saksi bersama PUDJIWATI berangkat ke rumahnya AGNES SRI HARYATI yang beralamat Kelurahan Borokulon Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo;
-
Bahwa setelah sampai di rumah AGNES SRI HARYATI saksi melihat warung dan rumah dalam keadaan tertutup, saksi mengetok pintu rumah tidak ada jawaban saksi panggil-panggil juga tidak ada jawaban, kemudian saksi menyuruh PUDJIWATI untuk menanyakan ke tetangga akan tetapi tidak ada yang tahu, kemudian PUDJIWATI menemui penjaga Pos Polisi yang ada diseberang jalan yang bernama SUBAGIO, kemudian PUDJIWATI dan SUBAGIO kerumah AGNES SRI HARYATI, selanjutnya SUBAGIO mencoba membuka pintu rumah bagian depan ternyata tidak terkunci, kemudian saksi disuruh masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI, saksi masuk kedalam rumah bersama dengan PUDJIWATI;
-
Bahwa setelah saksi masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI, diruang tamu saksi melihat ada sepeda motor milik AGNES SRI HARYATI, kemudian saksi mendekati pintu kamar, melihat ada almari pintunya terbuka, isi lemari berserakan, diatas tempat tidur banyak darah dan didekat pintu juga ada bercak darah, saksipun kaget dan teriak Allahhuakbar, kemudian keluar memberitahu SUBAGIO, selanjutnya SUBAGIO lapor polisi, sekitar 30 menit kemudian polisi datang dan melakukan olah TKP ;
-
Bahwa setelah polisi datang dan masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI, kemudian ada yang memberitahu saksi kalau ada dua orang yang meninggal dunia yaitu AGNES SRI HARYATI ditemukan di bawah (dikolong) tempat tidur dan pembantunya dikamar belakang ;
-
Bahwa saksi lupa dengan nama pembantunya AGNES SRI HARYATI ;
18
-
Bahwa saksi tidak melihat kondisi dari kedua korban karena setelah polisi masuk ke dalam rumah untuk melakukan olah TKP tidak diperbolehkan ada orang yang masuk ke rumah AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa sewaktu di kantor polisi saksi ditunjukan dua kantong mayat yang berisi korban AGNES SRI HARYATI dan pembantunya, dan saksipun tidak membukanya kemudian jenasah AGNES SRI HARYATI dan pembantunya tersebut dibawa ke Semarang, jadi saksi tidak tahu bagaimana kondisi kedua korban tersebut ;
-
Bahwa setahu saksi AGNES SRI HARYATI
tinggalnya bersama pembantunya,
dengan suaminya sudah pisahan ; -
Bahwa AGNES SRI HARYATI mempunyai anak dua orang tinggalnya di Jakarta;
-
Bahwa saksi tidak tahu AGNES SRI HARYATI mempunyai masalah dengan orang lain atau tidak ;
-
Bahwa menurut keterangan dari polisi, AGNES SRI HARYATI dan pembantunya meninggal karena dibunuh oleh ANDRIAWAN/terdakwa, dibunuhnya dengan menggunakan bendo ;
-
Bahwa saksi terakhir kali bertemu AGNES SRI HARYATI dengan pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sewaktu sama-sama pulang dari sekolahan, AGNES SRI HARYATI dalam keadaan sehat ;
-
Bahwa menurut keterangan polisi ada barang barang milik AGNES SRI HARYATI yang hilang yaitu HP dan uang;
-
Bahwa rumah AGNES SRI HARYATI ada pagarnya ;
-
Bahwa saksi tidak mendengar rumah AGNES SRI HARYATI ada yang rusak ;
-
Bahwa gambar TKP tersebut adalah benar ;
-
Bahwa foto sepeda motor yang terdapat dalam berkas perkara adalah benar sepeda motornya AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa dari ke tiga HP yang diperlihatkan kepada saksi yang dua milik AGNES SRI HARYATI, yang warnanya hitam silver dan biru ;
-
Bahwa setahu saksi nomor Hpnya AGNES SRI HARYATI ada dua dan polisi pernah minta nomor Hpnya AGNES SRI HARYATI kepada saksi, dalam perkembangan selanjutnya setelah dilacak Hpnya AGNES SRI HARYATI diketemukan dirumahnya ANDRIAWAN/terdakwa; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
2. -
PUDJIWATI Binti KARTODIMEJO Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa yang menjadi korban pembunuhan yaitu AGNES SRI HARYATI yang merupakan teman saksi yang sama-sama mengajar di SDN I Cangkreplor Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo dan korban pembunuhan yang lainnya yaitu pembantunya AGNES SRI HARYATI yang bernama SRI UNDARI ;
19
-
Bahwa peristiwa tersebut saksi ketahui pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 10.00 WIB dirumahnya AGNES SRI HARYATI ikut Kelurahan Borokulon Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 saksi diperintahkan oleh Kepala Sekolah SDN I Cangkrep Lor untuk mengecek ke rumahnya AGNES SRI HARYATI karena pada hari itu tidak mengajar, dibel ke nomor Hpnya tidak ada jawaban, di SMS juga juga tidak membalas, kemudian saksi bersama MUJIONO berangkat ke rumahnya AGNES SRI HARYATI yang beralamat Kelurahan Borokulon Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo;
-
Bahwa setelah sampai di rumah AGNES SRI HARYATI saksi melihat warung dan rumah dalam keadaan tertutup, lampu depan masih menyala saksi mengetok pintu rumah tidak ada jawaban saksi panggil-panggil juga tidak ada jawaban, dan saksi melihat ke dalam melalui kaca jendela depan ternyata sepeda motornya masih berada didalam rumah kemudian saksi menanyakan kepada tetangga akan tetapi tidak ada yang tahu, kemudian saksi ke pos polisi yang ada diseberang jalan bertemu dengan SUBAGIO, kemudian SUBAGIO saksi minta untuk menemani ke rumah AGNES SRI HARYATI selanjutnya SUBAGIO mencoba membuka pintu rumah bagian depan ternyata tidak terkunci, kemudian saksi disuruh masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI, saksi masuk kedalam rumah bersama dengan MUJIONO;
-
Bahwa setelah saksi masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI, diruang tamu saksi melihat ada sepeda motor milik AGNES SRI HARYATI, kemudian saksi mendekati pintu kamar, melihat ada almari pintunya terbuka, isi lemari berserakan, diatas tempat tidur banyak darah dan didekat pintu juga ada bercak darah dan dikolong /dibawah tempat tidur sekilas ada seorang perempuan , berdarah, tidak bergerak, kemudian saksi bersama dengan MUJIONO keluar memberitahu SUBAGIO, selanjutnya SUBAGIO lapor polisi, sekitar 30 menit kemudian polisi datang dan melakukan olah TKP;
-
Bahwa saksi tidak tahu siapa orang yang berada dibawah tempat tidur tersebut ;
-
Bahwa setelah polisi datang dan masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI, kemudian ada yang memberitahu saksi kalau ada dua orang yang meninggal dunia yaitu AGNES SRI HARYATI ditemukan di bawah (dikolong) tempat tidur dan pembantunya dikamar belakang ;
-
Bahwa menurut keterangan dari polisi, AGNES SRI HARYATI dan pembantunya meninggal karena dibunuh dengan menggunakan bendo;
-
Bahwa saksi tahunya dari surat kabar kalau yang membunuh AGNES SRI HARYATI dan pembantunya namanya ANDRIAWAN ;
-
Bahwa saksi tidak melihat kondisi dari kedua korban karena setelah polisi masuk ke dalam rumah untuk melakukan olah TKP tidak diperbolehkan ada orang yang masuk ke rumah AGNES SRI HARYATI ;
20
-
Bahwa sewaktu di kantor polisi saksi ditunjukan dua kantong mayat yang berisi korban AGNES SRI HARYATI dan pembantunya, dan sayapun tidak membukanya kemudian jenasah AGNES SRI HARYATI dan pembantunya tersebut dibawa ke Semarang, jadi saksi tidak tahu bagaimana kondisi kedua korban tersebut ;
-
Bahwa sebelum dimakamkan saksi tidak melihat kondisi korban ;
-
Bahwa setahu saksi AGNES SRI HARYATI tinggalnya bersama pembantunya;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI tidak pernah mengeluh kalau daerahnya tidak aman ;
-
Bahwa saksi tidak tahu AGNES SRI HARYATI mempunyai masalah dengan orang lain atau tidak ;
-
Bahwa saksi terakhir kali bertemu AGNES SRI HARYATI dengan pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 ;
-
Bahwa menurut keterangan polisi ada barang barang milik AGNES SRI HARYATI yang hilang yaitu HP dan uang;
-
Bahwa
foto sepeda motor yang terdapat dalam berkas perkara, adalah benar
sepeda motornya AGNES SRI HARYATI ; -
Bahwa dari ke tiga HP yang diperlihatkan tersebut yang dua milik AGNES SRI HARYATI yang warnanya hitam silver dan biru ;
-
Bahwa menurut keterangan polisi, HP milik AGNES SRI HARYATI
diketemukan
ditempat orang yang membunuh yaitu ANDRIAWAN ; -
Bahwa barang bukti berupa baju tersebut yang saksi lihat yang dipakai oleh orang yang dibawah tempat tidur dirumah AGNES SRI HARYATI;
-
Bahwa di SDN I Cangkreplor Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo, AGNES SRI HARYATI mengajar mata pelajaran ketrampilan dan agama khatolik;
-
Bahwa dengan meninggalnya AGNES SRI HARYATI
sekolah merasa sangat
kehilangan dan proses belajarpun terganggu ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ; 3. -
BENEDICTUS RUDY PURNOMO Bin FX.DARMO SUMARTO (alm) Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa yang menjadi korban pembunuhan yaitu AGNES SRI HARYATI dan pembantunya dimana korban AGNES SRI HARYATI adalah kakak kandung saksi;
-
Bahwa terjadinya pembunuhan dirumahnya AGNES SRI HARYATI ikut Kelurahan Borokulon Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa saksi mengetahui adanya peristiwa pembunuhan tersebut pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 11.00 WIB, saat itu saksi berada di Semarang di SMS oleh MUJIMAN yang sebelumnya sudah saksi kenal
yang merupakan
tetangganya AGNES SRI HARYATI, yang mengatakan kalau saksi disuruh untuk pulang ke Purworejo segera dikarenakan AGNES SRI HARYATI ditemukan meninggal dirumahnya dan dirumah sudah banyak polisi ;
21
-
Bahwa kemudian saksi bersama keluarga saksi yang lainnya kemudian berangkat ke Purworejo dan tiba di rumah MUJIMAN sekitar pukul 18.00 WIB, disitu dijelaskan mengenai kejadian yang menimpa kakak saksi AGNES SRI HARYATI dan pembantunya yang ditemukan meninggal dunia dengan bersimbah darah dirumah kakak saksi, selanjutnya saksi ke rumah besan kakak saksi yang bernama YUTRASNO di daerah
Purwodadi dikarenakan rencananya setelah dari RS.
Bhayangkara Semarang jenasah kakak saksi akan dibawa ke kediaman besan kakak saksi tersebut ; -
Bahwa saksi melihat korban AGNES SRI HARYATI setelah diotopsi dari semarang, ada luka di tangan dan bagian muka ;
-
Bahwa luka yang ada ditubuh AGNES SRI HARYATI
kalau saksi amati karena
bacokan benda tajam; -
Bahwa sebelum dibawa ke Semarang untuk diotopsi, AGNES SRI HARYATI dan pembantunya sudah meninggal ;
-
Bahwa saksi menerima penyerahan Jenasah pada hari minggu tanggal 5 Desember 2010 sekitar pukul 02.00 WIB di Polres Purworejo, kemudian dibawa ke tempat besan kakak saksi di daerah Purwodadi karena mau dibawa ke rumah di Boro belum bisa karena masih ditutup untuk keperluan oleh TKP dari pihak kepolisian dan pada hari itu juga Jenasah dimakamkan di Pemakaman Kaserman ikut Kelurahan Boro Kolon Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa menurut informasi dari polisi yang melakukan pembunuhan terhadap AGNES SRI HARYATI dan pembantunya
yaitu ANDRIAWAN yang merupakan tetangga
AGNES SRI HARYATI ; -
Bahwa setahu saksi terdakwa sampai membunuh AGNES SRI HARYATI dan pembantunya karena akan melakukan pencurian dirumah AGNES SRI HARYATI dan menurut informasi yang hilang berupa 3 (tiga) buah HP serta uang sebesar Rp. 550.000,-(lima ratus lima puluh ribu rupiah );
-
Bahwa saksi datang kerumah korban AGNES SRI HARYATI pada hari ke tujuh setelah terjadinya pembunuhan, sewaktu masuk, rumah sudah dalam keadaan rapi (bersih) dan tidak ada yang mengalami kerusakan ;
-
Bahwa menurut informasi yang saksi dapat, terdakwa masuk ke rumah AGNES SRI HARYATI lewat belakang rumah dengan memanjat pohon pepaya, berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu ;
-
Bahwa saksi terakhir kali bertemu dengan AGNES SRI HARYATI di Semarang pada akhir bulan Nopember 2010 di rumah kakak saksi yang bernama ELISABET SUMARNI sewaktu AGNES SRI HARYATI mampir dari mengantarkan rombongan
22
lamaran tetangganya di Semarang Utara, pada waktu bertemu tersebut AGNES SRI HARYATI tidak mengeluh kalau mempunyai musuh; -
Bahwa saksi kenal dengan Suratman, saksi mendengar dari tetangga juga menjadi korban pembacokan yang dilakukan oleh Andriawan ;
-
Bahwa saksi menerangkan perbuatan terdakwa tersebut tanpa meminta izin dari saksi korban ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
4. -
H.SUPARDI, Spd Bin NGADIRUN WIRYO SUMARTO (alm) Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa yang menjadi korban pembunuhan yaitu adik saksi yang bernama SRI UNDARI .
-
Bahwa adik saksi tinggalnya di Desa Purwodadi, Kecamanatan Purwodadi Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa adik saksi dibunuh di dalam rumahnya AGNES SRI HARYATI yang beralamat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, dimana adik saksi berada ditempat tersebut bekerja sebagai pembantu ;
-
Bahwa adik saksi bekerja sebagai pembantu ditempatnya AGNES SRI HARYATI baru sekitar 4 hari ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI juga menjadi korban pembunuhan ;
-
Bahwa menurut informasi dari kepolisian yang melakukan pembunuhan terhadap AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI yaitu ANDRIAWAN yang merupakan tetangga AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI sampai dibunuh oleh ANDRIAWAN (terdakwa) karena terdakwa ketahuan sewaktu masuk kedalam rumahnya AGNES SRI HARYATI untuk melakukan pencurian ;
-
Bahwa saksi tidak
melihat TKP dimana adik saksi dan AGNES SRI HARYATI
terbunuh ; -
Bahwa ceritanya hingga saksi
mengetahui peristiwa pembunuhan tersebut yaitu
pada hari Sabtu sore tanggal 4 Desember 2010 saksi mendapat telpon dari Polres Purworejo yang menanyakan apakah saksi merupakan keluarga dari SRI UNDARI dan saksi jawab bahwa saksi adalah kakaknya, kemudian saksi diberi tahu kalau SRI UNDARI menjadi korban kekerasan/pembunuhan dan saksi diminta untuk datang ke Polres Purworejo untuk klarifikasi; -
Bahwa kemudian sekitar pukul 21.00 WIB saksi datang ke Polres Purworejo , di Polres saksi ditunjukkan foto yang terdapat dalam KTP, saksipun membenarkan kalau itu foto adik saksi SRI UNDARI dan identitas yang terdapat dalam KTP tersebut juga benar, kemudian diterangkan mengenai kejadian pembunuhan yang menimpa adik saksi di rumahnya AGNES SRI HARYATI (majikannya) di Kelurahan Boro Kolon Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo dan waktu itu petugas mengatakan
23
kalau jenasah adik saksi dibawa Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
untuk di
otopsi, selanjutnya saksi pulang ke rumah ibu kandung saksi di Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo untuk memberitahukan apa yang telah terjadi dan untuk mempersiapkan segala sesuatunya (pemakaman) ; -
Bahwa setelah Jenasah dibawa pulang dari Semarang ,saksi melihatnya, ada luka di kepala bagian belakang dan luka dibagian muka, luka tersebut sudah dijahit dan yang saksi lihat ada 3 luka ;
-
Bahwa luka tersebut akibat bacokan benda tajam ;
-
Bahwa saksi terakhir kali bertemu dengan SRI UNDARI sekitar satu minggu sebelum kejadian pada waktu saksi datang ke rumah ibu saksi di Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa SRI UNDARI tidak pernah cerita kepada saksi kalau mempunyai masalah/musuh;
-
Bahwa SRI UNDARI anak nomor tujuh dari tujuh bersaudara ;
-
Bahwa menurut informasi ada korban lain selain AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI, yang dibacok dari belakang oleh terdakwa;
-
Bahwa foto yang terdapat dalam berkas perkara adalah foto adik saksi yang menjadi korban pembunuhan ;
-
Bahwa SRI UNDARI sudah berkeluarga dan mempunyai dua orang anak, semula tinggal di Jakarta dengan suaminya, setelah pisah dengan suaminya, SRI UNDARI pulang ke rumah ibunya di Desa Purwodadi dengan membawa kedua anaknya tersebut, kedua anak tersebut menjadi tanggung jawab SRI UNDARI, setelah SRI UNDARI meninggal karena korban pembunuhan, kemudian kedua anak SRI UNDARI yang baru berumur 5 tahun dan 3 tahun ikut dengan neneknya;
-
Bahwa saksi tahunya kalau SRI UNDARI menjadi Korban Pembunuhan pada sabtu sore/malam minggu tanggal 4 Desember 2010 diberitahu oleh polres Purworejo ;
-
Bahwa saksi menerima penyerahan Jenasah pada hari minggu tanggal 5 Desember 2010 sekitar pukul 02.00 WIB kemudian dibawa ke rumah ibunya di Desa Purwodadi dan pada hari itu juga Jenasah dimakamkan di Pemakaman Umum Kendal Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
5. -
PUR FAHRUDIN Bin JUNAEDI Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa yang menjadi korban pembunuhan yaitu AGNES SRI HARYATI dan pembantunya ;
-
Bahwa peristiwa tersebut terjadinya pada Jum’at malam/malam sabtu tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 23.30 WIB dirumahnya AGNES SRI HARYATI ikut Kelurahan Borokulon Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo, itu merupakan kabar yang saksi dapat ;
24
-
Bahwa saksi kenal dengan AGNES SRI HARYATI sudah sekitar 2 (dua) tahun yang lalu ;
-
Bahwa awal mula perkenalan saksi dengan AGNES SRI HARYATI yaitu pada saat saksi ke warung/kios milik AGNES SRI HARYATI yang jadi satu dengan rumah AGNES SRI HARYATI untuk membeli rokok, waktu itu saksi sempat ngobrol dengan AGNES SRI HARYATI dalam obrolan tersebut saksi menyampaikan kalau mau mencari tempat kos/kontrakan, oleh AGNES SRI HARYATI saksi ditawari untuk kontrak di rumahnya setahun Rp.1.500.000,-, saksipun setuju, kemudian saksi kontrak dirumahnya AGNES SRI HARYATI dengan menempati salah satu kamar rumah milik AGNES SRI HARYATI dan untuk tahun berikutnya saksi hanya disuruh membayar kontrakan Rp.500.000,- karena hubungan saksi dengan Bu AGNES SRI HARYATI sudah sangat baik ;
-
Bahwa selama saksi kontrak di tempatnya AGNES SRI HARYATI, setahu saksi AGNES SRI HARYATI tinggalnya hanya dengan pembantunya ;
-
Bahwa yang menjaga warung/kiosnya AGNES SRI HARYATI yaitu Bu AGNES SRI HARYATI sendiri, warung/kios buka setelah Bu AGNES SRI HARYATI pulang dari mengajar dan tutup sekitar pukul 21.30 WIB;
-
Bahwa setahu saksi Bu AGNES SRI HARYATI orangnya baik, tidak punya masalah dengan orang lain ;
-
Bahwa pada hari Jum’at tanggal 3 Desember 2010 saksi pamit dengan AGNES SRI HARYATI untuk pulang ke rumah isteri di Bantul Yogyakarta saksi berangkat sekitar pukul 18.30 WIB dengan menggunakan sepeda motor milik saksi sampai di bantul sekitar pukul 20.30 WIB;
-
Bahwa tujuan saksi pulang ke Bantul untuk mengajak isteri dan anak untuk saksi ajak ke rumah saksi di Desa Ngaran Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, pada waktu itu didesa saksi ada lomba desa dan banyak tontotan, namun saksi tidak jadi mengajak isteri dan anak untuk melihat lomba desa dan tontonan karena anak saksi pada saat itu sedang ujian semesteran ;
-
Bahwa pada hari Jum’at tanggal 3 Desember 2010 setelah pulang ke Bantul, saksi tidak kembali lagi ke kontrakan di rumah AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa sewaktu saksi berada di Bantul Yogyakarta , pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 16.30 WIB saksi ditelpon oleh teman saksi yang bernama SUTRISNO, memberitahukan kalau AGNES SRI HARYATI
bersama
pembantunya diketemukan mati dibunuh dirumahnya, kemudian pada pagi harinya tanggal 5 Desember 2010, saksi bersama isteri sekitar pukul 06.00 WIB melayat korban AGNES SRI HARYATI yang jenasahnya dibawa di rumah besannya di Desa Bragolan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo ; -
Bahwa sewaktu melayat saksi tidak melihat jenasah AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa menurut kabar AGNES SRI HARYATI dan pembantunya dibunuh dengan dibacok menggunakan golok ;
25
-
Bahwa nama pembantunya AGNES SRI HARYATI yaitu SRI UNDARI bekerja di tempat tersebut baru sekitar satu minggu, dimana selama saksi kontrak ditempat tersebut, AGNES SRI HARTATI sudah ganti pembantu sekitar 6 kali ;
-
Bahwa menurut informasi yang saksi dapat pada hari minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIB yang melakukan pembunuhan yaitu ANDRIAWAN/terdakwa;
-
Bahwa saksi tidak kenal dengan ANDRIAWAN, saksi belum pernah melihat terdakwa ke rumah AGNES SRI HARYATI, melihat orangnya saja baru pada persidangan hari ini, kalau dengan orang tuanya saksi kenal, karena pernah ngobrol ;
-
Bahwa ANDRIAWAN merupakan tetangga AGNES SRI HARYATI, rumahnya di seberang jalan dengan jarak sekitar 10 meter ;
-
Bahwa pada hari ketiga setelah kejadian pembunuhan saksi ditelpon oleh SUSI anaknya Bu AGNES SRI HARYATI supaya ke rumah AGNES SRI HARYATI di Boro untuk menemani keluargnya , kemudian saksi ke rumah AGNES SRI HARYATI;
-
Bahwa sewaktu saksi kembali ke rumah AGNES SRI HARYATI rumah sudah dalam keadaan bersih, didinding/tembok kamar AGNES SRI HARYATI masih ada bercak darah, dikamar pembantu yang terletak dibagian belakang saksi juga melihat masih ada sedikit bercak darah ;
-
Bahwa rumah AGNES SRI HARYATI tidak ada yang rusak ;
-
Bahwa rumah AGNES SRI HARYATI ada pagarnya berupa pagar tembok ;
-
Bahwa ada barang-barang yang berada di rumah AGNES SRI HARYATI yang hilang yaitu uang Rp.550.000,- dan HP milik AGNES SRI HARYATI;
-
Bahwa selain AGNES SRI HARYATI dan pembantunya, masih ada korban yang lainnya akan tetapi saksi tidak tahu namanya dan masih hidup ;
-
Bahwa saksi terakhir kali bertemu dengan AGNES SRI HARYATI pada hari Jum’at tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 18.30 WIB sewaktu pamitan akan pulang kerumah isteri di Bantul, pada waktu itu AGNES SRI HARYATI memakai pakaian warna merah ;
-
Bahwa sekarang saksi sudah tidak kontrak dirumah AGNES SRI HARYATI;
-
Bahwa menurut informasi yang saksi dapat, terdakwa masuk ke rumah AGNES SRI HARYATI lewat belakang rumah dengan memanjat pohon pepaya, berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu ;
-
Bahwa gambar TKP tersebut adalah benar ;
-
Bahwa terhadap barang bukti berupa 3 buah HP yang diperlihatkan dipersidangan yang dua buah HP warna hitam silver dan warna biru milik AGNES SRI HARYATI sedangkan satu buah HP yang berwarna putih milik saksi ;
26
-
Bahwa barang bukti HP yang berwarna putih memang milik saksi ceritanya saksi pinjam HP kepada AGNES SRI HARYATI kemudian HP saksi tersebut saksi tinggal di tempatnya AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa surat dari HP tersebut saksi tidak punya, tapi saksi mempunyai saksi kalau HP yang berwarna putih tersebut milik saksi ;
-
Bahwa foto No 3 yang terdapat dalam berkas perkara, berupa foto sebuah HP , adalah milik SRI UNDARI pembantunya AGNES SRI HARYATI saksi pernah melihatnya ;
-
Bahwa barang bukti sebuah daster motif batik warna merah coklat tersebut bajunya AGNES SRI HARYATI;
-
Bahwa pada hari Jum’at sebelum saksi berangkat ke Bantul Yogyakarta sekitar pukul 17.00 WIB AGNES SRI HARYATI cerita kepada saksi kalau ada orang mau pinjam uang dengan jaminan BPKB akan tetapi AGNES SRI HARYATI tidak mau, kemudian orang tersebut katanya mengancam, sewaktu saksi tanya siapa yang mengancam, AGNES SRI HARYATI tidak mau menyebutkan siapa orang yang mengancamnya tersebut ;
-
Bahwa yang saksi tahu pembantunya AGNES SRI UNDARI masih muda, berhentinya biasanya karena akan ganti pekerjaan, berhentinya tidak ada masalah, walaupun sampai 6 kali ganti pembantu ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
6. -
SUBARJO Bin DARMO SUGITO Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa terdakwa tinggalnya bersama saksi sudah sekitar 2 bulan kemudian ada kejadian anak saksi diduga melakukan
pembacokan terhadap Suratman
dan
melakukan pembunuhan terhadap AGNES SRI HARYATI beserta pembantunya ; -
Bahwa sebelumnya anak saksi tinggalnya di Jakarta sekitar 4 tahun , anak saksi tersebut di Jakarta bekerja di pabrik ;
-
Bahwa anak saksi jarang keluar rumah/ keluar rumah kadang-kadang saja, kalau keluar pamit dengan orang tua ;
-
Bahwa anak saksi ANDRIAWAN tidak pernah mengeluh masalah uang;
-
Bahwa pada hari Jum’at malam tanggal 3 Desember 2010 saksi tidak tahu kalau anak saksi keluar rumah karena saksi tidur sekitar pukul 21.30 WIB, saat itu saksi masih melihat anak saksi sedang melihat TV ;
-
Bahwa saksi mengetahui ada peristiwa pembacokan terhadap Suratman pada hari Jumat malam tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 24.00 WIB, saksi saat itu sedang tidur, saksi terbangun dari tidur karena mendengar suara rebut-ribut di depan rumah saksi, sewaktu saksi keluar sudah banyak orang dan memberitahukan kalau anak saksi ANDRIAWAN telah membacok SURATMAN , akan tetapi sewaktu saksi tanya, anak saksi tidak mengakui kalau telah telah membacok Suratman ;
27
-
Bahwa sewaktu saksi keluar rumah, anak saksi berada di teras rumah saksi dan seingat saksi tidak memakai baju hanya memakai celana warna abu-abu ;
-
Bahwa pada waktu anak saksi melihat TV ,
-
Bahwa anak saksi tersebut memakai baju ;
-
Bahwa saksi tidak melihat ada noda darah pada celana yang dipakai oleh anak saksi ANDRIAWAN dan pada saat itu saksi tidak melihat ada benda tajam ;
-
Bahwa saksi menengok Suratman pada pagi harinya, hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010, dan pada saat itu tetangga saksi yang bernama LANDUNG juga datang menenggok dan memberitahukan kalau AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI (pembantunya) meninggal dunia dirumahnya bersimbah darah, kemudian sekitar pukul 11.00 WIB saksi pulang ;
-
Bahwa pada saat saksi menenggok Suratman di rumah sakit kondisinya sadar, luka di kepala di perban dan ada luka lecet di bagian tubuh yang lain ;
-
Bahwa Suratman tidak pernah menyampaikan kepada saksi kalau dirinya telah dibacok oleh ANDRIAWAN, Cuma orang-orang yang menyampaikan kalau Suratman di bacok oleh ANDRIAWAN anak saksi;
-
Bahwa sepulang dari rumah sakit saksi tidak mendekat ke rumah AGNES SRI HARYATI yang merupakan tetangga, saksi diseberang jalan sebelah timur dari rumah AGNES SRI HARYATI dan melihat sudah banyak orang dan banyak petugas polisi ;
-
Bahwa pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 12.00 WIB ada polisi berpakaian preman sebanyak dua sampai tiga orang datang ke rumah saksi dan saksi dibawa ke kantor polisi, dan kantor polisi menurut keterangan dari polisi kepada saksi kalau yang
melakukan pembacokan terhadap Suratman, dan melakukan
pembunuhan terhadap Agnes Sri Haryati dan pembantunya adalah anak saksi ANDRIAWAN ; -
Bahwa sewaktu di bawa ke kantor polisi saya tidak bertanya mengapa saksi di bawa ke kantor polisi,karena sebelum saksi dibawa ke kantor polisi sudah ada kabar (isu) dari masyarakat ANDRIAWAN yang melakukan pembunuhan dan saat itu ANDRIAWAN juga sudah ditahan oleh polisi ;
-
Bahwa saksi tidak melihat mayat AGNES SRI HARYATI dan pembantunya ;
-
Bahwa anak saksi dituduh sebagai pelaku pembacokan, perasaan saksi dan isteri, sedih dan susah ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI tinggalnya bersama pembantunya ;
-
Bahwa dirumah AGNES SRI HARYATI berdagang kelontong dan ada toko HP ;
-
Bahwa keluarga saksi dengan AGNES SRI HARYATI tidak ada masalah ;
-
Bahwa sepengetahuan saksi AGNES SRI HARYATI orangnya baik;
-
Bahwa anak saksi tidak pernah sakit hilang ingatan ;
-
Bahwa rumah saksi pernah digeledah oleh petugas dan diketemukan 3 (tiga) buah HP yang berada di dalam almari kecil di kamar belakang yang jarang dipakai serta uang tunai sebesar Rp.550.000,-(lima ratus lima puluh ribu rupiah) yang dibalut
28
dengan kain lap warna merah dan warna putih kecoklatan diketemukan dibawah meja di ruang belakang rumah saksi, kemudian barang-barang tersebut diamankan oleh petugas dan golok milik saksi ; -
Bahwa saksi lupa di HP tersebut ada noda darahnya atau tidak ;
-
Bahwa uang Rp.550.000,- dan 3 buah HP tersebut bukan kepunyaan terdakwa ;
-
Bahwa benda milik saksi yang diamankan oleh polisi tersebut tajam dan biasanya saksi pergunakan untuk memotong bambu ;
-
Bahwa pada saat ANDRIAWAN ditahan dikantor polisi saksi pernah menenggoknya;
-
Bahwa sewaktu saksi menenggok ANDRIAWAN, saksi menanyakan peristiwa pembacokan terhadap Suratman dan pembunuhan terhadap AGNES SRI UNDARI dan pembantunya, dimana ANDRIAWAN mengakui kalau yang melakukan adalah dirinya dan terdakwa/ANDRIAWAN menyesalinya ;
-
Bahwa berita acara yang saksi berikan didepan penyidik sudah benar ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
7. -
SURATMAN Bin AMAT SURADI Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa peristiwa tersebut terjadinya pada Jum’at malam tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 23.30 WIB di pertigaan Donbosco Kelurahan Borokulon Rt.01 Rw.04 Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo;
-
Bahwa pada hari Jum’at tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 23.20 WIB saksi keluar dari rumah kemudian nongkrong di dekat pos polisi Donbosco, saksi duduk di trotoar menghadap ke arah barat sambil membuat rokok (nglinting), kemudian sekitar pukul 23.30 WIB tiba-tiba tanpa saksi sadari ada orang yang membacok saksi dari arah belakang /dari arah timur secara berulang-ulang dengan menggunakan senjata tajam sejenis golok, kemudian saksi berusaha menangkis, menghindar, dan berusaha merebut golok yang dipakai untuk membacok saksi sambil mengamati siapa yang membacok saksi, ternyata ANDRIAWAN yang merupakan tetangga saksi sendiri, dan pada waktu ada kesempatan untuk menyelamatkan diri saksi lari sambil mengatakan “saya di bacok ANDRI”, mendengar teriakan saksi, tetangga banyak yang keluar, selanjutnya saksi ditolong oleh tetangga dan dibawa ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Purworejo ;
-
Bahwa setelah saksi lari, saksi tidak dikejar dan tidak dibacok saksi dibacoknya sewaktu di dekat pos polisi Don Bosco dan saksipun juga tidak tahu ke mana ANDRIAWAN perginya setelah itu ;
-
Bahwa pada waktu saksi berusaha menghindar, menangkis dan berusaha merebut golok, saksi sempat terjatuh dan pada waktu terjatuh tersebut saksi masih dibacok dengan menggunakan golok ;
-
Bahwa saksi dibacok oleh terdakwa secara membabi buta dengan menggunakan bendo/golok sebanyak lebih dari satu kali, kearah bagian kepala dan tubuh saksi;
29
-
Bahwa akibat kekerasan yang dilakukan oleh terdakwa, saksi mengalami luka bacokan pada pelipis kiri, luka bacok pada kepala bagian belakang, luka bacok pada bahu, luka pada jari berakibat jari susah digerakkan yang menjadi luka permanen ;
-
Bahwa saksi tidak mempunyai masalah/perselisihan dengan terdakwa ;
-
Bahwa saksi berkesimpulan bahwa saksi dibacok dengan menggunakan senjata tajam dikira melihat perbuatan terdakwa yang telah membacok
Bu SRI dan
Pembantunya sampai meninggal dunia yang posisi rumahnya berada di sebelah barat saksi duduk sewaktu nongkrong sambil membuat rokok/nglinting, hal tersebut saksi ketahui dari tetangga kalau sebelum membacok saksi, terdakwa
telah terlebuh
dahulu membacok Bu SRI dan pembantunya ; -
Bahwa rumah AGNES SRI HARYATI ada di depan pandangan mata saksi, ada diseberang jalan yang jaraknya dekat dengan tempat saya nglinting/membuat rokok ;
-
Bahwa sewaktu saksi nongkrong sambil membuat rokok/nglinting di dekat pos polisi Don Bosco saksi tidak melihat terdakwa menyeberang jalan ;
-
Bahwa saksi di rawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Purworejo selama satu minggu sedang mengenai biayanya saksi tidak tahu karena menggunakan JPS ;
-
Bahwa akibat kepala saksi dibacok sampai sekarang
kalau cuaca dingin/ cuaca
panas , kepala saksi masih terasa sakit dan jari tangan saksi susah digerakkan sehingga mengganggu aktifitas saksi sehari-hari ; -
Bahwa orang tua terdakwa SUBARJO dan isterinya pernah minta maaf kepada saksi, dan saksipun iklas memberi maaf ;
-
Bahwa jarak rumah saksi dengan rumah terdakwa sekitar 100 meter ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI mempunyai warung untuk jualan ;
-
Bahwa barang bukti berupa sebilah bendo bergagang kayu yang diperlihatkan dimuka persidangan yang dipergunakan untuk membacok saksi ;
-
Bahwa sewaktu AGNES SRI HARYATI dan pembantunya dimakamkan saksi tidak tahu, saksi hanya mendengar dari tetangga kalau korban AGNES SRI HARYATI dan pembantunya sudah dimakamkan . Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
8. -
KHUSEN MARTONO Bin SUMARTO Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa yang menjadi korban yaitu AGNES SRI HARYATI dan pembantunya sedang sedang pelakunya adalah ANDRIAWAN/terdakwa ;
-
Bahwa peristiwa tersebut saksi ketahui pada hari sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 11.00 WIB dirumahnya AGNES SRI HARYATI yang beralamat di Kelurahan Borokulon Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo ;
-
Bahwa berawal dari adanya laporan kasus pembunuhan di rumahnya AGNES SRI HARYATI yang beralamat di Kelurahan Borokulon Kecamatan Banyuurip Kabupaten
30
Purworejo, saksi bersama rekan pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 sekitar pukul 11.00 WIB datang ke rumah AGNES SRI HARYATI ; -
Bahwa setelah sampai di rumah AGNES SRI HARYATI saksi bersama team melakukan olah TKP dan menemukan dua orang perempuan yang telah meninggal dunia, satu orang di kamar bagian depan dibawah tempat tidur yang kemudian diketahui bernama AGNES SRI HARYATI dan
satunya lagi di kamar bagian
belakang diatas tempat tidur yang kemudian diketahui bernama SRI UNDARI, kedua korban tersebut dalam keadaan bersimbah darah , korban mengalami luka bacokan senjata tajam dan lemari di dalam kamar korban AGNES SRI HARYATI dalam keadaan terbuka , berantakan, seperti bekas di acak- acak ; -
Bahwa sewaktu saksi bersama team datang ke rumah korban AGNES SRI HARYATI, ditempat tersebut sudah banyak orang , diantaranya polisi yang jaga di pertigaan Don Bosco, H. MUJIONO dan PUJIWATI yang merupakan teman mengajar AGNES SRI HARYATI di SDN I Cangkrep Lor Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo dan menurut keterangan dari H. MUJIONO dan PUJIWATI datang ke rumah AGNES SRI HARYATI untuk mengecek
AGNES SRI HARYATI karena tidak masuk
mengajar; -
Bahwa malam sebelum diketemukannya dua orang yang meninggal (AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI) pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekitar jam 23.30 WIB ada kejadian dimana Suratman dibacok dengan menggunakan senjata tajam
jenis
bendo
oleh
ANDRIAWAN
dimana
tempat
kejadiannya
tidak
jauh/berdekatan dengan TKP diketemukannya korban AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI, sehingga saya bersama team ada kecurigaan kalau peristiwa dimana Suratman dibacok dengan bendo oleh ANDRIAWAN ada hubungannya dengan diketemukannya korban SRI HARYATI dan SRI UNDARI, selanjutnya dengan berbekal nomor HP milik AGNES SRI HARYATI saksi bersama team melakukan penggeledahan rumah ANDRIAWAN ; -
Bahwa dirumah ANDRIAWAN saksi menemukan tiga buah HP merk Nokia dan uang tunai yang jumlahnya saksi lupa dan sewaktu saksi mencoba melakukan panggilan ke salah satu no. HP, ternyata adalah salah satu dari No. HP milik korban yang ditemukan di kamar rumah ANDRIAWAN ;
-
Bahwa saksi tahu nomor HP milik AGNES SRI HARYATI dari H. MUJIONO dan PUJIWATI ;
-
Bahwa setelah saksi menemukan HP di rumah ANDRIAWAN yang nomornya sesuai dengan nomor HP korban AGNES SRI HARYATI kemudian saksi melakukan interogasi
terhadap
ANDRIAWAN
yang
sudah
ditangkap
dalam
perkara
penganiayaan terhadap korban SURATMAN; -
Bahwa sewaktu di interogasi tersebut ANDRIAWAN mengakui kalau pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 23.00 WIB ANDRIAWAN masuk ke dalam rumah AGNES SRI HARYATI lewat belakang rumah dengan memanjat pohon
31
pepaya lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu, pembantu terbangun kemudian dibunuh oleh terdakwa selanjutnya terdakwa membunuh AGNES SRI HARYATI yang berada di kamar bagian depan setelah itu terdakwa mengambil barang yang berada dirumah tersebut, kemudian terdakwa keluar rumah, sewaktu akan pulang melihat Suratman sedang duduk dipinggir jalan, terdakwa mengira Suratman mengetahui
aksinya
sehingga dari belakang terdakwa membocok Suratman dengan menggunakan bendo; -
Bahwa kalau dilihat dari lukanya pada AGNES SRI HARYATI dan pembantunya karena terkena senjata tajam ;
-
Bahwa barang bukti berupa 3 buah HP dan uang Rp.550.000,- yang diperlihatkan kepada saksi, benar yang saksi amankan sewaktu melakukan penggeledahan di rumah Andriawan;
-
Bahwa saksi tidak tahu dengan barang bukti berupa sebilah bendo , barang bukti tersebut yang mengamankan rekan saksi pada malam kejadian/ Jumat malam, yang dipergunakan untuk membacok korban Suratman yang sedang duduk dipinggir jalan dekat pos polisi Don Bosco ;
-
Bahwa sebilah bendo tersebut bisa menyebabkan luka seperti yang diderita oleh korban AGNES SRI HARYATI dan pembantunya ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI mempunyai warung ;
-
Bahwa terdakwa mengakui mengambil uang di warungnya AGNES SRI HARYATI ;
-
Bahwa rumah terdakwa dengan rumahnya AGNES SRI HARYATI berjarak sekitar 100 meter; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
9. -
SLAMET PRAKOSO Bin HARJO UTOMO Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa menurut keterangan Suratman yang melakukan pembacokan
adalah
ANDRIAWAN ; -
Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sewaktu saksi sedang berada dirumah sekitar pukul 23.30 WIB, mendengar orang lari sambil minta tolong, ternyata orang tersebut adalah SURATMAN, masuk ke rumah saksi dalam keadaan luka yang saksi lihat dibagian kepalanya banyak mengeluarkan darah dan minta untuk diantar ke rumah sakit,
sewaktu saksi tanya katanya di bacok anaknya Pak Barjo
(ANDRIAWAN) ; -
Bahwa tindakan yang saksi lakukan minta bantuan SETO untuk membawa SURATMAN ke rumah sakit, memmberitahukan kejadian tersebut kepada orang tuanya SURATMAN, melapor ke RT dan tetangga memberi kabar ;
32
-
Bahwa pada waktu Suratman masuk ke rumah saksi dalam keadaan berlumuran darah, saksi tidak melihat ANDRIAWAN ;
-
Bahwa menurut saksi luka yang diderita oleh Suratman karena bacokan senjata tajam ;
-
Bahwa barang bukti berupa sebilah bendo tersebut bisa menyebabkan luka seperti yang diderita oleh SURATMAN;
-
Bahwa setelah ada kabar Suratman dibacok ANDRIAWAN banyak orang di sekitar rumah Subarjo (orang tua Andriawan) yang saksi lihat ada polisi, Subarjo dan saksi melihat Andriawan, selanjutnya saksi pulang ;
-
Bahwa setahu saksi korban Suratman di rawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Purworejo sekitar satu bulan ;
-
Bahwa korban Suratman sekarang sudah sembuh/sehat ;
-
Bahwa setelah adanya peristiwa pembacokan tersebut, pada siang harinya mendengar kalau ada pembunuhan dengan korban AGNES SRI HARYATI dan pembantunya, akan tetapi saksi tidak tahu siapa pelakunya ;
-
Bahwa yang saksi tahu ada permintaan maaf dari keluarganya Subarjo kepada Suratman dimana
sewaktu Suratman dirawat di rumah sakit keluarga Subarjo
menenggok, Subarjo juga sering darang ke rumah Suratman ; -
Bahwa AGNES SRI HARYATI sudah lama tinggal di Borokulon tinggalnya bersama pembantunya ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI selain menjadi guru mempunyai usaha lain yaitu jualan pulsa dan jualan bahan-bahan kelontong di rumahnya ;
-
Bahwa saksi tidak tahu antara
AGNES SRI HARYATI dengan terdakwa
ada
permasalahan atau tidak ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ; 10. -
SETO Bin COKRO DIMEDJO Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa Suratman saksi bawa ke rumah sakit karena mengalami luka-luka akibat dibacok dengan menggunakan senjata tajam oleh Andriawan ;
-
Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sewaktu saksi sedang berada dirumah sekitar pukul 23.30 WIB datang isterinya Slamet minta tolong kepada saksi untuk mengantarkan Suratman yang saat itu berada dirumahnya ke rumah sakit dikarenakan mengalami luka-luka akibat di bacok oleh Andriawan, kemudian saksi ke tempat Slamet ditempat tersebut sudah banyak orang kemudian saksi membawa Suratman ke Rumah Sakit Muhammadiyah Purworejo, setelah orang tuanya Suratman datang dan Suratman sudah ditangani dokter , satu jam kemudian saksi pulang ;
-
Bahwa yang saksi tahu Suratman mengalami luka di bagian kepala, banyak mengeluarkan darah ;
33
-
Bahwa pada waktu Suratman di Rumah Sakit ada polisi yang datang, sewaktu ditanya, Suratman mengatakan kalau di bacok oleh ANDRIAWAN ;
-
Bahwa sepulang dari rumah sakit saksi melihat di depan rumah Subarjo ada polisi dan ada
tetangga, saksi tidak melihat ANDRIAWAN , yang saksi dengar
ANDRIAWAN sudah dibawa ke kantor polisi ; -
Bahwa apa penyebabnya
Suratman sampai dibacok oleh ANDRIAWAN ,pada
awalnya saksi tidak tahu, akan tetapi pada siang harinya
orang-orang cerita kalau
Suratman dibacok oleh ANDRIAWAN karena sewaktu duduk tlotoar dipertigaan Don Bosco dikira mengetahui kalau ANDRIAWAN telah mencuri dan melakukan pembacokan terhadap korban AGNES SRI HARYATI dan pembantunya ; -
Bahwa katanya dari rumah AGNES SRI HARYATI terdakwa mengambil HP dan uang Rp.500.000,- yang kemudian disimpan di rumahnya ;
-
Bahwa korban Suratman sekarang sudah sembuh/sehat ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI di rumahnya jualan pulsa dan bahan kelontong ;
-
Bahwa rumah terdakwa dengan rumahnya AGNES SRI HARYATI tidak jauh/dekat ;
-
Bahwa AGNES SRI HARYATI dan pembantunya (SRI UNDARI) sudah meninggal ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi ini terdakwa membenarkanya ;
Menimbang, bahwa untuk mendapatkan keterangan yang seobyektif mungkin maka di depan persidangan Majelis telah pula mendengar keterangan terdakwa yang pada pokoknya menerangkan tentang hal-hal sebagai berikut: -
Bahwa terdakwa pernah diperiksa penyidik, ada menandatangani berita acara dan membenarkan semua isinya ;
-
Bahwa benar terdakwa telah membacok korban Agnes Sri Haryati dan Pembantunya yang bernama Sri Undari sampai meninggal dunia dan juga melakukan pembacokan terhadap korban Suratman dengan menggunakan bendo ;
-
Bahwa terdakwa melakukan pembacokan terhadap Agnes Sri Haryati dan Pembantunya sampai meninggal dunia pada hari Jum’at tanggal 3 Desember 2010 ssekitar pukul 23.10 WIB di rumah Agnes Sri Haryati yang beralamat di Desa Borokulon Rt.02 Rw.04 Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, sedang terdakwa melakukan pembacokan terhadap korban Suratman juga pada hari Jum’at tanggal 3 Desember 2010 sekitar pukul 23.30 WIB bertempat di pertigaan Donbosco ikut Kelurahan Boro Kulon Rt.01 Rw.04 Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo;
-
Bahwa terdakwa melakukan pembacokan terhadap korban Agnes Sri Undari dan pembantunya karena terdakwa ketahuan pada waktu terdakwa akan mengambil barang (mencuri) dirumahnya Agnes Sri Undari sedang terdakwa melakukan pembacokan terhadap korban Suratman karena terdakwa mengira Suratman yang pada waktu itu sedang berada di pertigaan Donbosco menghadap ke arah barat/ke
34
rumah Agnes Sri Haryati mengetahui perbuatan terdakwa yang telah melakukan pembacokan terhadap Agnes Sri Haryati dan pembantunya ; -
Bahwa terdakwa mempunyai rencana untuk mengambil barang/uang dirumah Agnes Sri Haryati pada hari Jum’at malam tanggal 3 Desember 2010 ;
-
Bahwa terdakwa merencanakan untuk mengambil-barang-barang dirumah Agnes Sri Haryati karena setahu terdakwa yang tinggal dirumah tersebut hanya dua orang yang kesemuanya perempuan ;
-
Bahwa pada hari Jum’at malam tanggal 3 Desember 2010 terdakwa keluar rumah dengan tujuan untuk mengambil barang dirumah Agnes Sri Haryati dengan membawa senjata tajam berupa bendo ;
-
Bahwa pada waktu akan mengambil barang dirumah Agnes Sri Haryati tersebut terdakwa sambil membawa bendo
dimana bendo tersebut akan terdakwa
pergunakan untuk melakukan pembacokan terhadap orang yang mengetahui perbuatan terdakwa pada waktu akan mengambil barang dirumah Agnes Sri Haryati ; -
Bahwa bendo tersebut milik orang tua terdakwa yang biasanya dipergunakan untuk memotong bambu, dan karena sering diasah bendo tersebut tajam ;
-
Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 terdakwa
sekitar
pukul 23.00 WIB
berangkat dari rumahnya dengan berjalan kaki menuju rumah korban
AGNES SRI HARYATI yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah terdakwa sambil membawa golok atau bendo yang terdakwa selipkan dibelakang badan , sesampainya dirumah korban AGNES SRI HARYATI kemudian terdakwa masuk melewati sebelah barat rumah korban lalu langsung menuju belakang rumah korban selanjutnya terdakwa masuk ke rumah korban AGNES SRI HARYATI dengan cara memanjat pohon pepaya yang ada dibelakang rumah korban kemudian terdakwa berjalan melintasi genteng atas rumah korban AGNES SRI HARYATI lalu terdakwa turun melalui tiang antena yang tidak ada atapnya sampai bawah ada sumur yang tertutup, setelah itu terdakwa membuka pintu samping sumur tetapi terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur kemudian masuk ke kamar kecil/WC lalu terdakwa naik keatas bak mandi dan naik tembok kemudian turun di kamar pembantu yaitu korban
SRI
UNDARI
dan
pada
saat terdakwa
meloncat
turun
mengenai
ranjang/tempat tidur korban SRI UNDARI yang pada saat itu sedang tidur kemudian bangun dan berteriak “ maling” ; -
Bahwa dengan adanya teriakan “maling” dari pembantunya Agnes Sri Haryati tersebut terdakwa mencabut Bendo dan menyuruh pembantunya Agnes Sri Undari untuk diam, akan tetapi tidak mau diam, Pembantu tersebut berteriak ampun ampun sambil tiduran lagi dengan posisi kepala yang semula menghadap miring kekanan dan menghadap kearah terdakwa tetapi karena takut kemudian pembantunya Agnes Sri Undari merubah posisi badannya menjadi miring kekiri atau menghadap tembok dengan posisi tangan kanan melindungi kepalanya , kemudian bendo yang terdakwa pegang dengan tangan kanan terdakwa bacokkan kebagian kepala sebelah kanan
35
secara membabi buta atau terus menerus hingga kurang lebih sebanyak 10 (sepuluh) kali dan terdakwa berhenti membacok ketika melihat pembantunya Agnes Sri Undari sudah tidak bergerak lagi dan hanya terdengar suara seperti suara ayam disembelih selanjutnya terdakwa mengambil HP merk Nokia yang berada diatas meja yang berada disebelah utara tempat tidur, terdakwa masukkan ke celana sebelah kiri ; -
Bahwa setelah terdakwa membacok pembantunya Agnes Sri Undari dan mengambil HP , terdakwa mendengar ada orang
berteriak “Ono Opo Yo (ada apa ya)” lalu
terdakwa mendatangi arah suara tersebut dan ternyata suara itu berasal dari kamar tidur korban AGNES SRI HARYATI, sesampainya dikamar tidur korban AGNES SRI HARYATI terdakwa melihat korban AGNES SRI HARYATI sedang duduk bersila diatas tempat tidur dan pandangannya ke arah terdakwa Agnes Sri Haryati
sambil mengamat-amati,
berkata “Sopo, maling yo” (siapa , maling ya),
terdakwapun
merasa dikenali oleh Agnes Sri Undari, kemudian terdakwa mendekati Agnes Sri Haryati dan bendo/golok yang terdakwa bawa dengan tangan kanan yang masih berlumuran darah langsung terdakwa bacokkan kebagian muka korban AGNES SRI HARYATI beberapa kali, sekitar 10 kali hingga
tidak bergerak lagi dan hanya
terdengar suara seperti suara ayam disembelih; -
Bahwa pada waktu terdakwa bacok, Agnes Sri Haryati menutupi mukanya dengan tangan
sehingga bacokan terdakwa selain mengenai muka juga mengenai
tangannya ; -
Bahwa setelah terdakwa melakukan pembacokan terhadap korban Agnes Sri Haryati, terdakwa mengambil HP yang berada di dalam kamar tersebut
sebanyak satu
buah/disamping tempat tidur, setelah itu terdakwa berjalan ke ruang tengah, menghidupkan lampu dan meletakkan bendo diatas meja, selanjutnya terdakwa menuju ke warung dan mengambil uang dalam lemari warung yang jumlahnya tidak terdakwa hitung serta mengambil voucher HP yang jumlahnya juga tidak tahu secara pasti, setelah itu terdakwa kembali lagi ke kamar Agnes Sri Haryati membuka lemari, membongkar pakaian yang ada didalam lemari tersebut dengan tujuan untuk mencari uang akan tetapi tidak ada ; -
Bahwa setelah dari kamar Agnes Sri Haryati kemudian terdakwa keluar kamar dan masuk ke kamar sebelahnya (kamar kosong) diatas tempat tidur terdakwa melihat ada HP kemudian terdakwa ambil, terdakwa juga melihat ada tas dan mengambil uang yang berada dalam tas tersebut, kemudian terdakwa kembali ke ruang tengah untuk mengambil golok dan mencuci golok yang berlumuran darah di WC rumah Agnes Sri Haryati, selanjutnya golok terdakwa selipkan dibagian belakang celana, kemudian terdakwa menuju ke ruang tamu dan membuka pintu depan, terdakwa keluar meninggalkan rumah Agnes Sri Haryati ;
-
Bahwa setelah terdakwa keluar dari rumah Agnes Sri Haryati terdakwa berjalan ke arah timur dengan tujuan akan pulang, dalam perjalanan mau pulang tersebut/mau menyeberang jalan terdakwa melihat tetangga terdakwa yang bernama Suratman
36
sedang duduk di trotoar disebelah utara pos polisi Don Bosko yang pandangannya ke arah barat/rumah Agnes Sri Haryati, terdakwa mengira kalau Suratman mengetahui perbuatan terdakwa yang telah membacok Agnes Sri Haryati dan pembantunya, sebelum sampai rumah timbul pikiran pada diri terdakwa untuk membacok Suratman/ terdakwa habisi, supaya perbuatan terdakwa tidak diketahui oleh orang, kemudian terdakwa kembali ke tempat dimana Suratman sedang duduk di trotoar, Suratman terdakwa bacok dari belakang ke arah kepalanya, Suratmanpun berusaha menghindar, menangkis dengan berusaha merebut bendo yang terdakwa bawa sehingga terjadi pergumulan, golokpun sempat mengenai jari terdakwa, Suratman kemudian lari ke arah timur sambil berteriak-teriak minta tolong dan masuk ke rumah orang ; -
Bahwa terdakwa membacok Suratman sebanyak 4 (empat) kali ;
-
Bahwa pada waktu itu terdakwa tidak ditegur oleh Suratman /terdakwapun juga tidak menegur Suratman ;
-
Bahwa setelah melakukan pembacokan terhadap Suratman kemudian terdakwa pulang ke rumah, terdakwa melepas kaos yang terdakwa pakai, terdakwa masukkan ke spiteng, kemudian terdakwa ke WC membersihkan golok, cuci tangan dan cuci kaki, selanjutnya golok terdakwa selipkan di gedek pintu dapur selanjutnya terdakwa masuk ke dalam rumah menyimpan uang yang terdakwa ambil dari rumah Agnes Sri Haryati
di bawah meja di kamar terdakwa yang terdakwa bungkus dengan kain
merah dan HP terdakwa masukkan di lemari diruang tersebut sedang voucer sudah tidak ada lagi kemungkinan jatuh, selanjutnya terdakwa duduk di ruang tamu ; -
Bahwa terdakwa ditangkap polisi pada malam itu juga /jum’at malam sekitar pukul 24.00 WIB, polisi datang ke rumah terdakwa, dimana sebelum polisi datang sudah banyak warga di sekitar rumah terdakwa, kemudian terdakwa oleh polisi di bawa ke kantor polisi, di kantor polisi terdakwa mengakui terus terang kalau telah melakukan pembacokan terhadap Suratman karena di kepala dan tangan terdakwa kedapatan noda darah, terdakwapun selanjutnya juga mengakui kalau telah melakukan pembacokan terhadap Agnes Sri Haryati dan pembantunya dan sewaktu ditanya oleh polisi terdakwa katakan kalau uang dan HP yang terdakwa ambil dari rumah Agnes Sri Haryati terdakwa simpan dirumah dikamar terdakwa ;
-
Bahwa terdakwa sadar dengan bacokan senjata tajam berupa bendo yang terdakwa lakukan kearah kepala korban bisa menyebabkan korban meninggal dunia;
-
Bahwa sebelumnya terdakwa tidak mempunyai masalah dengan Agnes Sri Haryati dan Pembantunya serta dengan Suratman ;
-
Bahwa terdakwa tidak mempunyai hutang dengan Agnes Sri Haryati ;
-
Bahwa sebelum kejadian pembacokan, terdakwa pernah ke rumah Agnes Sri Haryati, dirumah tersebut Agnes Sri Haryati berjualan kelontong ;
37
-
Bahwa dari rumah Agnes Sri Haryati terdakwa mengambil 3 (tiga) buah HP, uang seluruhnya yang terdakwa ambil berjumlah Rp.550.000,-, sedang voucer terdakwa tidak tahu jumlahnya karena terjatuh dijalan;
-
Bahwa rencananya HP yang terdakwa ambil akan terdakwa jual, terdakwa waktu itu butuh uang untuk ke tanggerang, terdakwa sudah minta ke orang tua belum dikasih sehingga timbul niat untuk mengambil barang dirumahnya Agnes Sri Haryati ;
-
Bahwa barang bukti berupa 3 buah HP dan uang Rp.550.000,- adalah yang terdakwa ambil di rumahnya Agnes Sri Haryati sedang sebilah bendo adalah yang terdakwa pergunakan untuk membacok korban Agnes Sri Haryati dan pembantunya serta untuk membacok korban Suratman;
-
Bahwa sewaktu terdakwa keluar dari rumah Agnes Sri Haryati, terdakwa sudah tidak mendengar suara seperti ayam disembelih dari Agnes Sri Haryati dan pembantunya, dalam pikiran terdakwa Agnes Sri Haryati dan pembantunya sudah meninggal dunia ;
-
Bahwa sewaktu terdakwa bacok, Agnes Sri Haryati dan pembantunya tidak melakukan perlawanan ;
-
Bahwa sewaktu terdakwa masuk dikamar pembantu, pembantu berteriak-teriak, terdakwa suruh diam akan tetapi tidak mau diam, terdakwapun panik kemudian terdakwa bacok dengan menggunakan golok ;
-
Bahwa terdakwa menyesal dengan perbuatan yang telah terdakwa lakukan ;
-
Bahwa benar terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesali perbuatannya tersebut ; Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan berdasarkan
keterangan para saksi yaitu saksi H.Mujino Bin A.Sahri, Pudjiwati Binti Kartodimejo, H.Supardi,Spd Bin Ngadirun Wiryo Sumanto (alm), Benedictus Rudy Purnomo Bin FX. Darmo Sumarto (alm), Pur Fahrudin Bin Junaedi, Subardjo Bin Sugito, Khusen Martono Bin Sumarto, Suratman Bin Amat Suradi, Slamet Prakoso Bin Harjo Utomo, Seto Bin Cokro Dimedjo dan keterangan terdakwa serta barang bukti dalam perkara ini maka terdapatlahlah fakta-fakta sebagai berikut : 1. Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 23.10 Wib bertempat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kec.Banyuurip Kab.Purworejo, telah terjadi tindak pidana pembunuhan dengan pencurian dan tindak pidana percobaan pembunuhan yang telah dilakukan oleh diri terdakwa terhadap korban Agnes Sri Haryati (alm), Sri Undari (alm) dan korban Suratman Bin Amat Suradi ; 2. Bahwa latar belakang terdakwa melakukan perbuatannya tersebut didasari pada keinginan terdakwa untuk pergi ke Jakarta kembali untuk mencari pekerjaan akan tetapi keinginan terdakwa tersebut tidak mendapatkan dukungan dari orang tuannya sehingga terdakwa merasa kecewa dikarenakan terdakwa tidak memiliki uang untuk pergi ke Jakarta maka terdakwa terfikir untuk mencari uang ;
38
3. Bahwa keinginan terdakwa untuk pergi ke Jakarta besar maka terdakwa berniat melakukan pencurian dirumah korban Agnes Sri Haryati (alm) dikarenakan korban hanya seorang perempuan dan tinggal berdua dengan pembantunya korban Sri Undari (alm) ; 4. Bahwa korban Agnes Sri Haryati (alm) didepan rumahnya juga memiliki toko kelontong serta berjualan voucer isi ulang dikarenakan terdakwa pernah bermain sepak takraw serta membeli rokok diwarung milik korban sehingga terdakwa mengetahui korban hanya tinggal sendiri dengan pembatunya saja ; 5. Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 22.00 Wib terdakwa memiliki keinginan untuk melakukan pencurian dirumah milik Agnes Sri Haryati (alm) dan sekira pukul 23.00 Wib ketika kedua orang tua terdakwa pergi tidur, terdakwa dengan membawa sebilah bendo sepanjang kurang lebih 45 cm keluar dari rumahnya dengan tujuan mendatangi rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah terdakwa dengan maksud melakukan pencurian ; 6. Bahwa letak rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berada dipinggir jalan raya akan tetapi rumah korban dengan rumah dengan penduduk lainnya agak berjahuan dan kanan kiri dari letak rumah korban tidak terdapat rumah lainnya hanya ada semak belukar ; 7. Bahwa setiba terdakwa dirumah korban terdakwa langsung menuju belakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa memanjat pohon pepaya yang berada dibelakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa untuk memasuki rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berjalan melewati genting rumah korban lalu turun melalui tiang antena televisi yang tidak ada atapnya sesampainya terdakwa dibawah terdapat sumur yang tertutup kemudian terdakwa berusaha membuka pintu samping sumur akan tetapi pintunya terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur untu kemudian masuk melalui WC kemudian terdakwa naik keatas bak mandi dan naik keatas tembok tersebut kemudian turun dikamar pembantu korban Agnes Sri Haryati (alm) yaitu korban Sri Undari (alm) ; 8. Bahwa ketika terdakwa akan meloncat turun mengenai sisi ranjang/tempat tidur korban Sri Undari (alm) lalu kaki terdakwa mengenai kaki korban Sri Undari (alm) yang dalam keadaan tertidur dikarenakan korban terkena kakinya maka korban terbangun dan berteriak “maling” kemudian terdakwa meminta korban Sri Undari (alm) untuk diam sambil mengambil bendo/golok yang diselipkan dipinggang terdakwa dengan mempergunakan tangan kananya lalu korban menyatakan “ampunampun” kepada terdakwa dimana posisi korban badannya berbaring kearah terdakwa dan wajah korban melihat wajah terdakwa tanpa ada perlawanan kemudian korban membalikan tubuhnya kearah berlawanan dengan terdakwa sambil mengangkat kedua tangannya untuk menutupi bagian kepala korban ;
39
9. Bahwa dikarenakan terdakwa tidak memakai tutup kepala maka terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Sri Undari (alm) dikarenakan terdakwa merasa takut dan terpojok maka terdakwa mengambil bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya untuk kemudian oleh terdakwa diayunkan kepada bagian kepala korban dengan cara dipukulkan secara membabi buta tanpa adanya belas kasihan terdakwa kepada diri korban Sri Undari (alm) sebanyak kurang lebih sembilan kali bacokan yang tidak hanya mengenai bagian kepala juga bagian tubuh yang lainya sehingga akibat luka-luka yang dialami oleh korban tersebut akhirnya meninggal dunia seketika itu juga dengan cara mengeluarkan suara seperti orang yang sedang tertidur mengorok lalu setelah mengetahui korban Sri Undari tidak beryawa lagi terdakwa mengambil sebuah hand phone Nokia warna putih silver yang terletak diatas meja samping dari tempat tidur korban untuk kemudian handphone tersebut diambil dan dimasukan kedalam saku celana terdakwa ; 10. Bahwa setelah terdakwa meyakinkan korban Sri Undari meninggal dunia dan telah berhasil mengambil satu buah hand phone milik korban lalu terdengar suara yang menayatakan “Ono opo yo (ada apa ya)” bukannya terdakwa lari atau bersembunyi meninggalkan lokasi kejadian akan tetapi terdakwa malah menghampiri datangnya suara tersebut. Dimana keadaan tempat tersebut tidak ada penerangan lampu kemudian terdakwa melihat korban Agnes Sri Haryati sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya kemudian korban sambil mengamat-amati menyatakan “Sopo, maling yo (siapa maling ya)”, kemudian terdakwa menghampiri korban dimana terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Agnes Sri Haryati sedangkan terdakwa tidak mempergunakan penutup kepala sehingga terdakwa merasa takut perbuatannya diketahui maka terdakwa ketika itu sedang memegang bendo/golok ditangan kanannya yang masih berlumuran darah dari korban Sri Undari menghampiri korban Agnes Sri Haryati, dengan cara yang sama terdakwa menghayunkan bendo/golok kearah bagian kepala korban dan bagian lengan sebanyak kurang lebih sepuluh kali hingga korban Agnes Sri Haryati jatuh terpelanting kelantai dan pada bagian kepala korban banyak mengeluarkan darah dan tulang tengkorak kepala mengalami luka terbuka dan isi kepala korban terburai keluar, setelah yakin korban Agnes Sri Haryati sudah tidak bergerak lagi dan terdakwa yakin korban telah meninggal maka terdakwa menghentikan bacokannya kepada korban kemudian mayat korban diletakkan oleh terdakwa dibawah tempat tidur korban ; 11. Bahwa setelah terdakwa yakin korban Agnes Sri Haryati meninggal dunia kemudian terdakwa melihat ada sebuah handphone seri 2700 warna hitam silver dengan no. Sim card 081328270968 yang terletak diatas tempat tidur untuk kemudian terdakwa masukan kedalam saku celana. Kemudian terdakwa berjalan keruang tengah lalu menyalakan lampu ruangan tersebut dan meletakkan bendo/golok tersebut diatas meja ;
40
12. Bahwa terdakwa selanjutnya menuju warung yang terletak didepan rumah korban untuk mengambil uang dan voucer hand phone lalu dimasukkan kedalam saku celana bagian kiri. Selanjutnya terdakwa kembali menuju kamar tidur korban Agnes Sri Haryati mengacak-acak isi lemari pakaian korban untuk mencari barang berharga akan tetapi terdakwa tidak menemukannya barang yang diinginkannya, kemudian terdakwa menuju kamar kosong disebalah kamar tidur korban dimana terdakwa menemukan sejumlah uang dan sabuah handphone seri 2310 warna biru dengan no.simcard 085232929013 ; 13. Bahwa terdakwa setelah menemukan barang-barang yang diinginkannya kembali keruang tengah untuk mengambil bendo/golok yang berlumuran darah para korban diletakannya dimeja untuk kemudian oleh terdakwa dicuci/dibersihkan darah yang melumuri bendo/golok tersebut dikamar mandi rumah korban setelah bersih oleh terdakwa bendo/golok tersebut diselipkan kembali dibalik pinggang terdakwa kemudian terdakwa keluar dari tempat kejadian malalui pintu depan dengan cara membuka kunci yang menempel didaun pintu membukannya dan keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati ; 14. Bahwa kemudian terdakwa berjalan pulang menuju rumah orang tuannya ketika akan menyebrang jalan terdakwa melihat saksi Suratman sedang duduk ditrotoar jalan raya Purworejo-Jogyakarta tepatnya sebelah utara pos polisi donbosco. Dalam pikiran terdakwa mengira saksi Suratman telah melihat terdakwa keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati sehingga muncul niat terdakwa untuk membunuh saksi Suratman dikarenakan terdakwa merasa ketakutan perbuatannya diketahui oleh orang lain maka dengan cara terdakwa mengambil jalan memutar dari arah belakang saksi Suratman duduk lalu menghampirinya tepat dibelakang saksi korban Suratman terdakwa mecabut bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya lalu dihanyunkan kepada kepala korban saksi Suratman sebanyak kurang lebih empat kali pukulan
bendo/golok
kemudian
saksi
korban
Suratman
berusaha
merebut
bendo/golok dari tangan terdakwa akan tetapi saksi korban Suratman tidak berhasil mengambil bendo/golok dari tangan terdakwa kemudian saksi korban Suratman berlari menuju rumah masyarakat sambil berteriak-teriak minta tolong diikuti oleh terdakwa yang mengejar ; 15. Bahwa setelah saksi korban Suratman berteriak meminta pertolongan warga sekitarnya keluar rumah, terdakwa menghentikan perbuatannya kepada korban saksi Suratman. Terdakwa meninggalkan korban Suratman lalu pulang menuju rumah orang
tuannya
sesampainya
dirumah
terdakwa
melepaskan
kaos
yang
dipergunakannya karena berlumuran darah untuk kemudian dimasukkan kedalam septitank lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan bendo/golok dari lumuran darah serta tangan dan kaki terakwa kemudian meletakkan bendo/golok pada posisi semula ;
41
16. Bahwa uang hasil pencurian dirumah korban Agnes Sri Haryati sejumlah Rp. 550.000,-(lima ratus lima puluh ribu rupiah) disimpan oleh terdakwa dalam kain lap warna merah dan 3 (tiga) buah handphone disimpan didalam lemari sedangkan sejumlah voucer terdakwa tidak mengetahui terjatuh dimana kesemuanya tersebut terdakwa letakkan didalam kamar kosong dari bagian rumah orang tua terdakwa ; 17. Bahwa tidak lama dari kejadian terdakwa melakukan pembacokkan kepada saksi korban Suratman terhadap diri terdakwa dilakukan penangkapan kemudian pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010 saksi Pudjiwati Binti Kartodimejo dan saksi H.Supardi,Spd Bin Ngadirun Wiryo Sumanto (alm) teman-teman korban Agnes Sri Haryati mendatangi rumah korban dikarenakan korban tidak hadir untuk mengajar dan tidak ada keterangannya sehingga saksi diperintahkan oleh Kepala Sekolah untuk mendatangi rumah korban akan tetapi rumah korban dalam keadaan lampu depan teras masih menyala kemudian para saksi Pudjiwati Binti Kartodimejo dan H.Supardi,Spd Bin Ngadirun Wiryo Sumanto (alm) mengetuk pintu akan tetapi tidak ada jawaban sehingga saksi beninisiatif memanggil petugas polisi yang sedang bertugas tidak jauh dari rumah korban untuk membuka pintu rumah korban setelah dibuka korban ditemukan telah meninggal dunia dengan berlumuran darah disekujur tubuhnya ; 18. Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa korban Agnes Sri Haryati dan Sri Undari meninggal dunia serta korban Suratman mengalami luka permanen pada jari-jari telapak kanannya yang terputus sebanyak 3 buah jari serta luka jahitan pada beberapa bagian kepalanya sehingga mengganggu aktivitas korban Suratman yang pekerjaan pokoknya adalah seorang petani ; 19. Bahwa berdasarkan hasil visum pada ketiga korban tersebut adalah : korban Agnes Sri Haryati dikatakan “perkiraan waktu kematian lebih dari 12 jam dari waktu pemeriksaan, pada pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda tajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak, pada pemeriksaan dapat ditemukan hancurnya jaringan otak keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian”. korban Sri Undari dikatakan “perkiraan waktu kematian lebih dari 12 jam dari waktu pemeriksaan, pada pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka dikepala disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan hancurnya otak dapat menyebabkan kematian”. Korban Suratman “ditemukan luka multipel patah tulang tengkorak terbuka, multipel luka robek dikepala, tangan atas kiri, pundak kanan dan jari tangan kiri, bahwa luka multipel diakibatkan dari benda tajam”. Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan mempertimbangkan dan meneliti apakah dari fakta-fakta tersebut apa yang dilakukan terdakwa merupakan tindak pidana ataukah tidak sebagaimana dakwaan Jaksa/Penuntut Umum ;
42
Menimbang, bahwa untuk mempersalahkan seseorang telah melakukan tindak pidana maka semua unsur-unsur dari pada tindak pidana yang didakwakan haruslah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidaritas melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu primair melanggar Pasal 340 Jo pasal 65 ayat (1) KUHP, subsidair melanggar pasal 339 Jo pasal 65 ayat (1) KUHP, lebih subsidair melanggar pasal 338 Jo pasal 65 ayat (1) KUHP, Atau Kedua melanggar pasal 365 ayat (1), ayat (2) ke-1, ke-3 dan ayat (3) KUHP Jo pasal 65 ayat (1) KUHP, Dan ketiga Primair subsidair melanggar pasal 338 Jo pasal 53 ayat (1) KUHP, subsidair melanggar pasal 351 ayat (2) KUHP. Maka dalam hal ini Majelis akan membuktikan dakwaan kesatu primair melanggar pasal 340 Jo pasal 65 ayat (1) KUHP yang berbunyi sebagai berikut : “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika antara beberapa perbuatan, meskipun
masing-masing
merupakan
kejahatan
atau
pelanggaran,
ada
hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana jika berbeda-beda yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.” yang unsurunsurnya sebagai berikut : a. Barangsiapa ; b. Dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu c. Merampas nyawa orang lain; d. Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut ; Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti dan mempertimbangkan unsur ad. a tentang “barangsiapa“ ; Menimbang, bahwa pada dasarnya kata “barangsiapa” menunjukkan kepada siapa orangnya yang harus bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan itu atau setidak-tidaknya mengenai siapa orangnya yang harus dijadikan terdakwa dalam perkara ini. Tegasnya, kata “ barangsiapa” adalah “ setiap orang” atau “hij” sebagai siapa saja yang harus dijadikan terdakwa/dader atau setiap orang sebagai subyek hukum (pendukung hak dan kewajiban) yang dapat diminta pertanggungjawaban dalam segala tindakannya ; Menimbang, bahwa dengan demikian perkataan
“barangsiapa” secara historis
kronologis manusia sebagai subyek hukum telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang-undang menentukan lain ; Menimbang, bahwa jadi dengan demikian konsekuensi logis hal ini maka kemampuan bertanggung jawab (toerekeningsvaanbaarheid) tidak perlu dibuktikan lagi
43
oleh karena setiap subyek hukum melekat erat dengan kemampuan bertanggung jawab sebagaimana ditegaskan dalam Memorie van Toelichting (MvT) ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi di depan persidangan, keterangan
terdakwa,
barang
bukti,
Surat
Perintah
Penyidikan,
Surat
Perintah
Penangkapan dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah Resor Purworejo terhadap terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO, kemudian Surat Perintah Penahanan dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah Resor Purworejo terhadap tersangka ANDRIAWAN Bin SUBARJO kemudian penahanan dari Jaksa Penuntut Umum, Penetapan penahanan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purworejo, kemudian Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Surat tuntutan pidana jaksa penuntut umum serta Nota pembelaan terdakwa melalui penasihat hukumnya di depan persidangan dan pemeriksaan identitas terdakwa pada sidang pertama sebagaimana termaktub dalam Berita Acara Sidang dalam perkara ini dan pembenaran para saksi yang dihadapkan di depan persidangan yaitu membenarkan bahwa yang sedang diadili di depan persidangan Pengadilan Negeri Purworejo adalah terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO, maka jelaslah sudah pengertian “barangsiapa” yang dimaksudkan dalam aspek ini adalah terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO, sehingga Majelis berpendirian bahwa unsur ad. a yaitu
“barangsiapa” telah terbukti
secara sah dan meyakinkan menurut hukum ; Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti, menelaah, menganalisis dan mempertimbangkan unsur ad. “b” tentang “DENGAN SENGAJA dan DENGAN RENCANA TERLEBIH DAHULU” melalui dimensi-dimensi sebagai berikut : 1. Bahwa pembentuk undang-undang sendiri dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak ada memberi penjelasan tentang apa yang dimaksudkan “DENGAN SENGAJA” atau “OPZET” dimana aspek ini berbeda misalnya dengan undangundang pidana yang pernah berlaku di Negara BELANDA, yaitu Crimineel Wetboek tahun 1809, dimana menurut PROF. Van HATTUM Pasal 11 Crimineel Wetboek secara tegas menyebut “OPZET” merupakan : “Opzet is de wil om te doen of te laten die daden welke bij de wet geboden of verboden zijn” atau “Opzet” adalah kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan-tindakan seperti yang dilarang atau diharuskan dalam undang-undang” ; 2. Bahwa menurut MEMORIE VAN TOELICHTING (MvT) yang dimaksudkan “DENGAN SENGAJA” atau “OPZET” itu adalah “WILLEN EN WETENS” dalam artian pembuat harus menghendaki (WILLEN) melakukan perbuatan tersebut dan juga harus mengerti (WETEN) akan akibat dari pada perbuatan itu. Kemudian menurut MEMORIE VAN ANTWOOD (MvA) Menteri Kehakiman Belanda MODDERMAN dengan komisi pelapor mengatakan OPZET itu adalah ”de (bewuste) richting van de wil op een bepaald misdrijf” atau “opzet itu adalah tujuan (yang disadari) dari kehendak untuk melakukan suatu kejahatan tertentu”. Selanjutnya menurut Profesor van BEMMELEN berasumsi bahwa pendapat dari Menteri Kehakiman di atas pada akhirnya juga berkisar pada pengertian “WILLENS EN WETTENS” atau pada pengertian “menghendaki dan
44
mengetahui”, yang dalam penggunaannya sehari-hari sering dikacaukan dengan pengertian “OPZETTELIJK”. Selanjutnya, menurut Drs. P.A.F. LAMINTANG, S.H. dalam buku: “DASAR DASAR HUKUM PIDANA INDONESIA”, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, halaman 281 menyatakan bahwa, “Perkataan “willens en wetens” tersebut sebenarnya telah dipergunakan orang terlebih dahulu dalam Memorie van Toelichting (MvT) dimana para penyusun Memorie van Toelichting itu mengartikan “opzettelijk plegen van een misdrij” atau “kesengajaan melakukan suatu kejahatan” sebagai “het teweegbregen van verboden handeling willens en wetens” atau sebagai “melakukan tindakan yang terlarang secara dikehendaki dan diketahui” ; 3. Bahwa menurut doktrin pengertian “OPZET” ini telah dikembangkan dalam beberapa teori, yaitu : a. TEORI KEHENDAK (WILLS–THEORY) dari VON HIPPEL seorang guru besar di Gottingen, Jerman mengatakan bahwa
opzet itu sebagai “DE WILL” atau
kehendak, dengan alasan karena tingkah laku (HANDELING) itu merupakan suatu pernyataan kehendak yang mana kehendak itu dapat ditujukan kepada suatu perbuatan tertentu (FORMALEE OPZET) yang kesemuanya dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang - undang. b. TEORI BAYANGAN/PENGETAHUAN (VOORSTELLINGS THEORY) dari FRANK seorang guru besar di Tubingen, Jerman atau “WAARSCHIJNLJKHEIDS THEORY” atau “TEORI PRADUGA/TEORI PRAKIRAAN” dari PROF. Van BEMMELEN dan POMPE yang mengatakan bahwa perbuatan itu memang dikehendaki pembuat, akan tetapi akibat dari pada perbuatan tersebut paling jauh hanyalah dapat diharapkan akan terjadi oleh pembuat, setidaknya masalah tersebut akan dapat dibayangkan akan terjadi oleh pembuat. 4. Bahwa “OPZET” apabila ditinjau dari segi sifatnya dikenal adanya “DOLUS MALUS” yaitu seorang melakukan suatu perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang. Oleh karena itu agar dapat dipersalahkan dan dihukum maka orang tersebut harus menghendaki
dan menginsyafi bahwa perbuatan itu dilarang dan
diancam hukuman oleh undang-undang. Akan tetapi, sifat “OPZET” berdasarkan faham lama sekarang telah lama ditinggalkan dimana “OPZET” merupakan suatu pengertian yang tidak mempunyai warna (KLAURLOSS), artinya “OPZET” hanya dapat terjadi apabila seseorang menghendaki melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang dengan tidak perlu menginsyafi, bahwa perbuatan
itu
adalah
perbuatan
terlarang.
Menurut
PROF.
SATOCHID
KERTANEGARA, S.H. dalam bukunya: “HUKUM PIDANA KUMPULAN KULIAH”, halaman 303 disebutkan bahwa “Jika dianut ajaran “DOLUS MALUS” maka PENUNTUT UMUM dan HAKIM diberi beban berat karena HAKIM harus membuktikan seorang yang melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang tidak saja menghendaki perbuatan itu, akan tetapi juga harus dibuktikan bahwa orang itu insyaf bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah
45
perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang. Aspek ini sukar dibuktikan oleh HAKIM karena menyangkut pertumbuhan hati sanubari seseorang. ; 5. Bahwa ditinjau dari corak atau bentuknya menurut PROF Van HAMEL maka dikenal 3 (tiga) bentuk dari “OPZET”, yaitu : a. Kesengajaan sebagai maksud (OPZET ALS OOGMERK)
menurut PROF.
SATOCHID KARTANEGARA, SH dalam: “HUKUM PIDANA KUMPULAN KULIAH”, halaman 304
berorientasi adanya perbuatan yang dikehendaki dan
dimaksud oleh pembuat pada MATERIIL
DELIK FORMIL
sedangkan pada
DELIK
berorientasi kepada akibat itu dikehendaki dan dimaksud oleh si
pembuat. Sedangkan menurut PROF. VOS mengartikan “KESENGAJAAN SEBAGAI MAKSUD” apabila sipembuat (dader) menghendaki akibat dari perbuatannya. Andaikata si pembuat sudah mengetahui sebelumnya bahwa akibat dari perbuatannya tidak akan terjadi, maka sudah tentu tidak akan melakukan perbuatannya tersebut. b. Kesengajaan sebagai kepastian atau keharusan (OPZET BIJ ZEKERHEIDSBEWUSTZIJN). Pada dasarnya, kesengajaan ini ada menurut PROF. Dr. WIRJONO PROJODIKORO, SH dalam Buku: “ASAS -ASAS HUKUM PIDANA DI INDONESIA”, halaman 57 apabila si pelaku dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari delict, tetapi ia tahu benar, bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu. Kalau ini terjadi, maka TEORI KEHENDAK (WILLS-THEORIE) mengganggap akibat tersebut juga dikehendaki oleh si pelaku, maka kini juga ada kesengajaan. Menurut TEORI BAYANGAN (VOORSTELLING–THEORIE) keadaan ini adalah sama dengan kesengajaan berupa tujuan (oogmerk), oleh karena dalam dua-duanya tentang akibat tidak dapat dikatakan ada kehendak si pelaku, melainkan hanya bayangan atau gambaran dalam gagasan pelaku, bahwa akibat itu pasti akan terjadi maka juga kini ada kesengajaan. c. Kesengajaan
sebagai
kesadaran
akan
kemungkinan
(OPZET
BIJ
MOGELIJKHEIDS-BEWUSTZIJ atau VOORWAARDELIJK OPZET atau DOLUS EVENTUALIS) dan menurut PROF. Van HAMEL
dinamakan EVENTUALIR
DOLUS. Pada dasarnya bentuk kesengajaan ini timbul apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dan menimbulkan sesuatu akibat tertentu. Dalam hal ini orang tersebut mempunyai opzet sebagai tujuan, akan tetapi ia insyaf guna mencapai maksudnya itu kemungkinan menimbulkan akibat lain yang juga dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Menimbang, bahwa
yang dimaksud “dengan rencana terlebih dahulu” dapat
dipandang ada jika sipetindak dalam suatu waktu yang cukup telah memikirkan serta meimbang-nimbang dan kemudian menentukan waktu, tempat, cara atau alat yang akan dipergunakannya untuk melakukan pembunuhan tersebut. Dalam hal ini dapat juga telah terfikirkan olehnya akibat dari pembunuhan itu ataupun cara-cara lain sehingga orang lain
46
tidak dengan mudah mengetahui bahwa dialah pembunuhnya. Apakah terdakwa dengan secara tenang atau emosional pada waktu yang cukup itu untuk memikirkannya, tiadalah terlalu penting, yang penting adalah waktu yang cukup saja tidak dapat dipandang lagi sebagai suatu reaksi yang segera yang menyebabkan terdakwa berkehendak melakukan pembunuhan tersebut ; Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti, mengkaji, mendeskripsikan dan mempertimbangkan unsur “DENGAN SENGAJA DAN DENGAN RENCANA TERLEBIH DAHULU” melalui fakta-fakta dan anasir-anasir sebagai berikut : 1. Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 23.10 Wib bertempat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kec.Banyuurip Kab.Purworejo, telah terjadi tindak pidana pembunuhan yang dilatarbelakangi keinginan terdakwa untuk pergi ke Jakarta akan tetapi terdakwa tidak memiliki uang sebagai biaya transport, maka diawali niat terdakwa untuk melakukan pencurian dirumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang juga memiliki toko kelontong serta berjualan voucer isi ulang didepan rumahnya. Terdakwa juga mengetahui korban hanya seorang perempuan dan tinggal hanya berdua dengan pembantunya korban Sri Undari (alm) dikarenakan terdakwa pernah bermain sepak takraw serta membeli rokok diwarung milik korban serta letak rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berada dipinggir jalan raya akan tetapi rumah korban dengan rumah dengan penduduk lainnya agak berjahuan dan kanan kiri dari letak rumah korban tidak terdapat rumah lainnya hanya ada semak belukar ; 2. Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 22.00 Wib terdakwa memiliki keinginan untuk melakukan pencurian dirumah milik Agnes Sri Haryati (alm) dan sekira pukul 23.00 Wib ketika kedua orang tua terdakwa pergi tidur, terdakwa dengan membawa sebilah bendo/golok sepanjang kurang lebih 45 cm keluar dari rumahnya dengan tujuan mendatangi rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah terdakwa dengan maksud melakukan pencurian ; 3. Bahwa setiba terdakwa dirumah korban terdakwa langsung menuju belakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa memanjat pohon pepaya yang berada dibelakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa untuk memasuki rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berjalan melewati genting rumah korban lalu turun melalui tiang antena televisi yang tidak ada atapnya sesampainya terdakwa dibawah terdapat sumur yang tertutup kemudian terdakwa berusaha membuka pintu samping sumur akan tetapi pintunya terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur untu kemudian masuk melalui WC kemudian terdakwa naik keatas bak mandi dan naik keatas tembok tersebut kemudian turun dikamar pembantu korban Agnes Sri Haryati (alm) yaitu korban Sri Undari (alm) ; 4. Bahwa ketika terdakwa akan meloncat turun mengenai sisi ranjang/tempat tidur korban Sri Undari (alm) lalu kaki terdakwa mengenai kaki korban Sri Undari (alm) yang dalam keadaan tertidur dikarenakan korban terkena kakinya maka korban
47
terbangun dan berteriak “maling” kemudian terdakwa meminta korban Sri Undari (alm) untuk diam sambil mengambil bendo/golok yang diselipkan dipinggang terdakwa dengan mempergunakan tangan kananya lalu korban menyatakan “ampunampun” kepada terdakwa dimana posisi korban badannya berbaring kearah terdakwa dan wajah korban melihat wajah terdakwa tanpa ada perlawanan kemudian korban membalikan tubuhnya kearah berlawanan dengan terdakwa sambil mengangkat kedua tangannya untuk menutupi bagian kepala korban ; 5. Bahwa dikarenakan terdakwa tidak memakai tutup kepala maka terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Sri Undari (alm) dikarenakan terdakwa merasa takut dan terpojok maka terdakwa mengambil bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya untuk kemudian oleh terdakwa diayunkan kepada bagian kepala korban dengan cara dipukulkan secara membabi buta tanpa adanya belas kasihan terdakwa kepada diri korban Sri Undari (alm) sebanyak kurang lebih sembilan kali bacokan yang tidak hanya mengenai bagian kepala juga bagian tubuh yang lainya sehingga akibat luka-luka yang dialami oleh korban tersebut akhirnya meninggal dunia seketika itu juga dengan cara mengeluarkan suara seperti orang yang sedang tertidur mengorok lalu setelah mengetahui korban Sri Undari tidak beryawa lagi terdakwa mengambil sebuah hand phone Nokia warna putih silver yang terletak diatas meja samping dari tempat tidur korban untuk kemudian handphone tersebut diambil dan dimasukan kedalam saku celana terdakwa ; 6. Bahwa setelah terdakwa meyakinkan korban Sri Undari meninggal dunia dan telah berhasil mengambil satu buah hand phone milik korban lalu terdengar suara yang menayatakan “Ono opo yo (ada apa ya)” bukannya terdakwa lari atau bersembunyi meninggalkan lokasi kejadian akan tetapi terdakwa malah menghampiri datangnya suara tersebut. Dimana keadaan tempat tersebut tidak ada penerangan lampu kemudian terdakwa melihat korban Agnes Sri Haryati sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya kemudian korban sambil mengamat-amati menyatakan “Sopo, maling yo (siapa maling ya)”, kemudian terdakwa menghampiri korban dimana terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Agnes Sri Haryati sedangkan terdakwa tidak mempergunakan penutup kepala sehingga terdakwa merasa takut perbuatannya diketahui maka terdakwa ketika itu sedang memegang bendo/golok ditangan kanannya yang masih berlumuran darah dari korban Sri Undari menghampiri korban Agnes Sri Haryati, dengan cara yang sama terdakwa menghayunkan bendo/golok kearah bagian kepala korban dan bagian lengan sebanyak kurang lebih sepuluh kali hingga korban Agnes Sri Haryati jatuh terpelanting kelantai dan pada bagian kepala korban banyak mengeluarkan darah dan tulang tengkorak kepala mengalami luka terbuka dan isi kepala korban terburai keluar, setelah yakin korban Agnes Sri Haryati sudah tidak bergerak lagi dan terdakwa yakin korban telah meninggal maka terdakwa menghentikan bacokannya
48
kepada korban kemudian mayat korban diletakkan oleh terdakwa dibawah tempat tidur korban ; Menimbang, bahwa dari apa yang telah diuraikan sebagaimana tersebut di atas maka perbuatan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 22.00 Wib terdakwa memiliki keinginan untuk melakukan pencurian dirumah milik Agnes Sri Haryati (alm) dan sekira pukul 23.00 Wib ketika kedua orang tua terdakwa pergi tidur, terdakwa dengan membawa sebilah bendo/golok sepanjang kurang lebih 45 cm milik orang tuanya keluar dari rumahnya dengan tujuan mendatangi rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah terdakwa. Terdakwa memanjat pohon pepaya yang berada dibelakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa untuk memasuki rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berjalan melewati genting rumah korban lalu turun melalui tiang antena televisi yang tidak ada atapnya sesampainya terdakwa dibawah terdapat sumur yang tertutup kemudian terdakwa berusaha membuka pintu samping sumur akan tetapi pintunya terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur untu kemudian masuk melalui WC kemudian terdakwa naik keatas bak mandi dan naik keatas tembok tersebut kemudian turun dikamar pembantu korban Agnes Sri Haryati (alm) yaitu korban Sri Undari (alm). dikarenakan terdakwa tidak memakai tutup kepala maka terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Sri Undari (alm) dikarenakan terdakwa merasa takut dan terpojok maka terdakwa mengambil bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya untuk kemudian oleh terdakwa diayunkan kepada bagian kepala korban dengan cara dipukulkan secara membabi buta tanpa adanya belas kasihan terdakwa kepada diri korban Sri Undari (alm) sebanyak kurang lebih sembilan kali bacokan yang tidak hanya mengenai bagian kepala juga bagian tubuh yang lainya sehingga akibat luka-luka yang dialami oleh korban tersebut akhirnya meninggal dunia seketika itu juga dengan cara mengeluarkan suara seperti orang yang sedang tertidur mengorok lalu setelah mengetahui korban Sri Undari tidak beryawa lagi terdakwa mengambil sebuah hand phone Nokia warna putih silver yang terletak diatas meja samping dari tempat tidur korban untuk kemudian handphone tersebut diambil dan dimasukan kedalam saku celana terdakwa. terdengar suara yang menayatakan “Ono opo yo (ada apa ya)” bukannya terdakwa lari atau bersembunyi meninggalkan lokasi kejadian akan tetapi terdakwa malah menghampiri datangnya suara tersebut. Dimana keadaan tempat tersebut tidak ada penerangan lampu kemudian terdakwa melihat korban Agnes Sri Haryati sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya kemudian korban sambil mengamatamati menyatakan “Sopo, maling yo (siapa maling ya)”, kemudian terdakwa menghampiri korban dimana terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Agnes Sri Haryati sedangkan terdakwa tidak mempergunakan penutup kepala sehingga terdakwa merasa takut perbuatannya diketahui maka terdakwa ketika itu sedang memegang bendo/golok ditangan kanannya yang masih berlumuran darah dari korban Sri Undari menghampiri korban Agnes Sri Haryati, dengan cara yang sama terdakwa menghayunkan bendo/golok kearah bagian kepala korban dan bagian lengan sebanyak kurang lebih sepuluh kali
49
hingga korban Agnes Sri Haryati jatuh terpelanting kelantai dan pada bagian kepala korban banyak mengeluarkan darah dan tulang tengkorak kepala mengalami luka terbuka dan isi kepala korban terburai keluar, setelah yakin korban Agnes Sri Haryati sudah tidak bergerak lagi dan terdakwa yakin korban telah meninggal maka terdakwa menghentikan bacokannya kepada korban kemudian mayat korban diletakkan oleh terdakwa dibawah tempat tidur korban maka perbuatan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tersebut merupakan “WILLENS EN WETTENS” atau merupakan perbuatan “menghendaki dan mengetahui”, selanjutnya setelah melihat korban merasa telah meninggal maka terdakwa Kemudian terdakwa berjalan keruang tengah lalu menyalakan lampu ruangan tersebut dan meletakkan bendo/golok tersebut diatas meja. Setelah menemukan barang-barang yang diinginkannya, terdakwa kembali keruang tengah untuk mengambil bendo/golok yang berlumuran darah para korban yang diletakannya dimeja untuk kemudian oleh terdakwa dicuci/dibersihkan darah yang melumuri bendo/golok tersebut dikamar mandi rumah korban setelah bersih oleh terdakwa bendo/golok tersebut diselipkan kembali dibalik pinggang terdakwa kemudian terdakwa keluar dari tempat kejadian malalui pintu depan dengan cara membuka kunci yang menempel didaun pintu membukannya dan keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati dan akibat pembacokan oleh terdakwa dengan mempergunakan sebilah bendo/golok tersebut maka korban Agnes Sri Haryati dan Sri Undari menderita pada bagian kepala korban banyak mengeluarkan darah dan tulang tengkorak kepala mengalami luka terbuka dan isi kepala korban terburai keluar hal ini sesuai dengan visum et repertum No.R/71/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada rumah sakit Bhayangkara yang menyatakan “korban Agnes Sri Haryati dikatakan “perkiraan waktu kematian lebih dari 12 jam dari waktu pemeriksaan, pada pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda tajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak, pada pemeriksaan dapat ditemukan hancurnya jaringan otak keadaan
tersebut
dapat
menyebabkan
No.R/72/VER/XII/2010/DOKPOL
tanggal
kematian”, 4
Desember
dan 2010
visum yang
et
repertum
dibuat
dan
ditandatangani oleh dr.Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada rumah sakit Bhayangkara yang menyatakan “korban Sri Undari dikatakan “perkiraan waktu kematian lebih dari 12 jam dari waktu pemeriksaan, pada pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka dikepala disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan hancurnya otak dapat menyebabkan kematian”, sehingga korban menjadi meninggal dunia akibat pembacokan tersebut dan setelah itu terdakwa kemudian terdakwa keluar dari tempat kejadian malalui pintu depan dengan cara membuka kunci yang menempel didaun pintu membukannya dan keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati maka rangkaian tersebut di atas perbuatan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tersebut telah melakukan kesengajaan sebagai maksud (OPZET ALS OOGMERK) yaitu menghendaki dan mengetahui akibat dari perbuatan melakukan pembacokan secara beulang kali tersebut kemudian terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO telah melakukan
50
kesengajaan
sebagai
kepastian
atau
keharusan
(OPZET
BIJ
ZEKERHEIDS-
BEWUSTZIJN) dari perbuatannya serta terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO pasti tahu dan sadar akibat tertentu dari perbuatannya tersebut
dan merupakan kesengajaan
sebagai kesadaran akan kemungkinan (OPZET BIJ MOGELIJKHEIDS-BEWUSTZIJN atau VOORWAARDELIJK OPZET atau DOLUS EVENTUALIS) dan menurut PROF. Van HAMEL dinamakan dengan EVENTUALIR DOLUS sebagai bentuk dari 3 (tiga) corak kesengajaan atau “OPZET” ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas maka majelis berkeyakinan unsur ad. “b” tentang “DENGAN SENGAJA dan DENGAN RENCANA TERLEBIH DAHULU” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum ; Menimbang, bahwa sekarang majelis akan meneliti dan mempertimbangkan unsur ad. “c” tentang “MENGHILANGKAN NYAWA ORANG LAIN” ; Menimbang, bahwa dengan perbuatan terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO
melakukan pembacokan secara berulang kali mengakibatkan korban AGNES SRI HARYATI dan SRI UNDARI menderita menderita pada bagian kepala korban banyak mengeluarkan darah dan tulang tengkorak kepala mengalami luka terbuka dan isi kepala korban
terburai
keluar
hal
No.R/71/VER/XII/2010/DOKPOL
ini
sesuai
tanggal
4
dengan
Desember
visum
2010
yang
et
repertum dibuat
dan
ditandatangani oleh dr.Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada rumah sakit Bhayangkara yang menyatakan “korban Agnes Sri Haryati dikatakan “perkiraan waktu kematian lebih dari 12 jam dari waktu pemeriksaan, pada pemeriksaan luar ditemukan tanda kekerasan benda tajam berupa luka bacok dikepala (jaringan otak terburai), wajah, dada dan anggota gerak, pada pemeriksaan dapat ditemukan hancurnya jaringan otak keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian”, dan visum et repertum No.R/72/VER/XII/2010/DOKPOL tanggal 4 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.Setyo Trisnadi, Sp.F. dokter pada rumah sakit Bhayangkara yang menyatakan “korban Sri Undari dikatakan “perkiraan waktu kematian lebih dari 12 jam dari waktu pemeriksaan, pada pemeriksaan luar didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam berupa luka terbuka dikepala disertai hancur dan keluarnya jaringan otak dan luka terbuka ditangan kanan hancurnya otak dapat menyebabkan kematian”, sehingga korban menjadi meninggal dunia akibat pembacokan tersebut maka majelis berkeyakinan unsur ad “c” tentang “MENGHILANGKAN NYAWA ORANG LAIN” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum; Menimbang, bahwa sekarang majelis akan meneliti dan mempertimbangkan unsur ad. “d” tentang “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut” ; Menimbang, bahwa Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti, mengkaji, mendeskripsikan dan mempertimbangkan unsur “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun
masing-masing
merupakan
kejahatan
atau
pelanggaran,
ada
51
hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut” melalui fakta-fakta dan anasir-anasir sebagai berikut : 1. Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 23.10 Wib bertempat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kec.Banyuurip Kab.Purworejo, telah terjadi tindak pidana pembunuhan yang dilatarbelakangi keinginan terdakwa untuk pergi ke Jakarta akan tetapi terdakwa tidak memiliki uang sebagai biaya transport, maka diawali niat terdakwa untuk melakukan pencurian dirumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang juga memiliki toko kelontong serta berjualan voucer isi ulang didepan rumahnya. Terdakwa juga mengetahui korban hanya seorang perempuan dan tinggal hanya berdua dengan pembantunya korban Sri Undari (alm) dikarenakan terdakwa pernah bermain sepak takraw serta membeli rokok diwarung milik korban serta letak rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berada dipinggir jalan raya akan tetapi rumah korban dengan rumah dengan penduduk lainnya agak berjahuan dan kanan kiri dari letak rumah korban tidak terdapat rumah lainnya hanya ada semak belukar ; 2. Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 22.00 Wib terdakwa memiliki keinginan untuk melakukan pencurian dirumah milik Agnes Sri Haryati (alm) dan sekira pukul 23.00 Wib ketika kedua orang tua terdakwa pergi tidur, terdakwa dengan membawa sebilah bendo/golok sepanjang kurang lebih 45 cm keluar dari rumahnya dengan tujuan mendatangi rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah terdakwa dengan maksud melakukan pencurian ; 3. Bahwa setiba terdakwa dirumah korban terdakwa langsung menuju belakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa memanjat pohon pepaya yang berada dibelakang rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) kemudian terdakwa untuk memasuki rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) berjalan melewati genting rumah korban lalu turun melalui tiang antena televisi yang tidak ada atapnya sesampainya terdakwa dibawah terdapat sumur yang tertutup kemudian terdakwa berusaha membuka pintu samping sumur akan tetapi pintunya terkunci lalu terdakwa membuka pintu dapur untu kemudian masuk melalui WC kemudian terdakwa naik keatas bak mandi dan naik keatas tembok tersebut kemudian turun dikamar pembantu korban Agnes Sri Haryati (alm) yaitu korban Sri Undari (alm) ; 4. Bahwa ketika terdakwa akan meloncat turun mengenai sisi ranjang/tempat tidur korban Sri Undari (alm) lalu kaki terdakwa mengenai kaki korban Sri Undari (alm) yang dalam keadaan tertidur dikarenakan korban terkena kakinya maka korban terbangun dan berteriak “maling” kemudian terdakwa meminta korban Sri Undari (alm) untuk diam sambil mengambil bendo/golok yang diselipkan dipinggang terdakwa dengan mempergunakan tangan kananya lalu korban menyatakan “ampunampun” kepada terdakwa dimana posisi korban badannya berbaring kearah terdakwa dan wajah korban melihat wajah terdakwa tanpa ada perlawanan kemudian korban
52
membalikan tubuhnya kearah berlawanan dengan terdakwa sambil mengangkat kedua tangannya untuk menutupi bagian kepala korban ; 5. Bahwa dikarenakan terdakwa tidak memakai tutup kepala maka terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Sri Undari (alm) dikarenakan terdakwa merasa takut dan terpojok maka terdakwa mengambil bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya untuk kemudian oleh terdakwa diayunkan kepada bagian kepala korban dengan cara dipukulkan secara membabi buta tanpa adanya belas kasihan terdakwa kepada diri korban Sri Undari (alm) sebanyak kurang lebih sembilan kali bacokan yang tidak hanya mengenai bagian kepala juga bagian tubuh yang lainya sehingga akibat luka-luka yang dialami oleh korban tersebut akhirnya meninggal dunia seketika itu juga dengan cara mengeluarkan suara seperti orang yang sedang tertidur mengorok lalu setelah mengetahui korban Sri Undari tidak beryawa lagi terdakwa mengambil sebuah hand phone Nokia warna putih silver yang terletak diatas meja samping dari tempat tidur korban untuk kemudian handphone tersebut diambil dan dimasukan kedalam saku celana terdakwa ; 6. Bahwa setelah terdakwa meyakinkan korban Sri Undari meninggal dunia dan telah berhasil mengambil satu buah hand phone milik korban lalu terdengar suara yang menayatakan “Ono opo yo (ada apa ya)” bukannya terdakwa lari atau bersembunyi meninggalkan lokasi kejadian akan tetapi terdakwa malah menghampiri datangnya suara tersebut. Dimana keadaan tempat tersebut tidak ada penerangan lampu kemudian terdakwa melihat korban Agnes Sri Haryati sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya kemudian korban sambil mengamat-amati menyatakan “Sopo, maling yo (siapa maling ya)”, kemudian terdakwa menghampiri korban dimana terdakwa merasa dirinya diketahui oleh korban Agnes Sri Haryati sedangkan terdakwa tidak mempergunakan penutup kepala sehingga terdakwa merasa takut perbuatannya diketahui maka terdakwa ketika itu sedang memegang bendo/golok ditangan kanannya yang masih berlumuran darah dari korban Sri Undari menghampiri korban Agnes Sri Haryati, dengan cara yang sama terdakwa menghayunkan bendo/golok kearah bagian kepala korban dan bagian lengan sebanyak kurang lebih sepuluh kali hingga korban Agnes Sri Haryati jatuh terpelanting kelantai dan pada bagian kepala korban banyak mengeluarkan darah dan tulang tengkorak kepala mengalami luka terbuka dan isi kepala korban terburai keluar, setelah yakin korban Agnes Sri Haryati sudah tidak bergerak lagi dan terdakwa yakin korban telah meninggal maka terdakwa menghentikan bacokannya kepada korban kemudian mayat korban diletakkan oleh terdakwa dibawah tempat tidur korban ; 7. Bahwa setelah terdakwa yakin korban Agnes Sri Haryati meninggal dunia kemudian terdakwa melihat ada sebuah handphone seri 2700 warna hitam silver dengan no. Sim card 081328270968 yang terletak diatas tempat tidur untuk kemudian terdakwa masukan kedalam saku celana. Kemudian terdakwa berjalan keruang tengah lalu
53
menyalakan lampu ruangan tersebut dan meletakkan bendo/golok tersebut diatas meja ; 8. Bahwa terdakwa selanjutnya menuju warung yang terletak didepan rumah korban untuk mengambil uang dan voucer hand phone lalu dimasukkan kedalam saku celana bagian kiri. Selanjutnya terdakwa kembali menuju kamar tidur korban Agnes Sri Haryati mengacak-acak isi lemari pakaian korban untuk mencari barang berharga akan tetapi terdakwa tidak menemukannya barang yang diinginkannya, kemudian terdakwa menuju kamar kosong disebalah kamar tidur korban dimana terdakwa menemukan sejumlah uang dan sabuah handphone seri 2310 warna biru dengan no.simcard 085232929013 ; 9. Bahwa terdakwa setelah menemukan barang-barang yang diinginkannya kembali keruang tengah untuk mengambil bendo/golok yang berlumuran darah para korban diletakannya dimeja untuk kemudian oleh terdakwa dicuci/dibersihkan darah yang melumuri bendo/golok tersebut dikamar mandi rumah korban setelah bersih oleh terdakwa bendo/golok tersebut diselipkan kembali dibalik pinggang terdakwa kemudian terdakwa keluar dari tempat kejadian malalui pintu depan dengan cara membuka kunci yang menempel didaun pintu membukannya dan keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas maka majelis berkeyakinan unsur ad.”d” tentang “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun
masing-masing
merupakan
kejahatan
atau
pelanggaran,
ada
hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas maka majelis berkeyakinan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan KESATU PRIMAIR melanggar Pasal 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP ; Menimbang, bahwa sekarang majelis akan mempertimbangkan dan meneliti dakwaan DAN KETIGA PRIMAIR melanggar Pasal 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut: a. Barang Siapa ; b. Dengan Sengaja ; c.
Menghilangkan nyawa orang lain ;
d. Percobaan untuk melakukan kejahatan itu dapat dihukum jika maksud dari sipelaku telah dinyatakan oleh suatu permulaan pelaksanaan dan pelaksanaan mana tidak selesai disebabkan oleh masalah-masalah yang tidak tergantung pada kemauannya ; Menimbang, bahwa mengenai unsur ad “a” tentang “BARANG SIAPA” karena MAJELIS telah meneliti dan mempertimbangkan anasir ini pada dakwaan KESATU PRIMAIR dan telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum maka keseluruhan pertimbangan dalam dakwaan KESATU PRIMAIR tersebut diambil alih lagi
54
oleh MAJELIS dalam mempertimbangkan unsur pada dakwaan DAN KETIGA PRIMAIR yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam pertimbangan dakwaan DAN KETIGA PRIMAIR ini maka majelis berkeyakinan unsur ad “a” tentang “BARANG SIAPA” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum ; Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti, menelaah, menganalisis dan mempertimbangkan unsur ad. “b” tentang “DENGAN SENGAJA” melalui dimensi-dimensi sebagai berikut : 1. Bahwa pembentuk undang-undang sendiri dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak ada memberi penjelasan tentang apa yang dimaksudkan “DENGAN SENGAJA” atau “OPZET” dimana aspek ini berbeda misalnya dengan undang-undang pidana yang pernah berlaku di Negara BELANDA, yaitu Crimineel Wetboek tahun 1809, dimana menurut PROF. Van HATTUM Pasal 11 Crimineel Wetboek secara tegas menyebut “OPZET” merupakan : “Opzet is de wil om te doen of te laten die daden welke bij de wet geboden of verboden zijn” atau “Opzet” adalah kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan-tindakan seperti yang dilarang atau diharuskan dalam undang-undang” ; 2. Bahwa
menurut
MEMORIE
VAN TOELICHTING
(MvT)
yang
dimaksudkan
“DENGAN SENGAJA” atau “OPZET” itu adalah “WILLEN EN WETENS” dalam artian pembuat harus menghendaki (WILLEN) melakukan perbuatan tersebut dan juga harus mengerti (WETEN) akan akibat dari pada perbuatan itu. Kemudian menurut
MEMORIE
VAN
ANTWOOD
MODDERMAN dengan komisi pelapor
(MvA)
Menteri
mengatakan
Kehakiman
OPZET
Belanda
itu adalah ”de
(bewuste) richting van de wil op een bepaald misdrijf” atau “opzet itu adalah tujuan (yang disadari) dari kehendak untuk melakukan suatu kejahatan tertentu”. Selanjutnya menurut Profesor van BEMMELEN berasumsi bahwa pendapat dari Menteri Kehakiman di atas pada akhirnya juga berkisar pada pengertian “WILLENS EN WETTENS” atau pada pengertian “menghendaki dan mengetahui”, yang dalam penggunaannya sehari-hari sering dikacaukan dengan pengertian “OPZETTELIJK”. Selanjutnya, menurut Drs. P.A.F. LAMINTANG, S.H. dalam buku: “DASAR DASAR HUKUM PIDANA INDONESIA”, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, halaman 281 menyatakan bahwa, “Perkataan “willens en wetens” tersebut sebenarnya telah dipergunakan orang terlebih dahulu dalam Memorie van Toelichting (MvT) dimana para penyusun Memorie van Toelichting itu mengartikan “opzettelijk plegen van een misdrij” atau “kesengajaan melakukan suatu kejahatan” sebagai “het teweegbregen van verboden handeling willens en wetens” atau sebagai “melakukan tindakan yang terlarang secara dikehendaki dan diketahui” ; 3. Bahwa menurut doktrin pengertian “OPZET” ini telah dikembangkan dalam beberapa teori, yaitu : TEORI KEHENDAK (WILLS–THEORY) dari VON HIPPEL seorang guru besar di Gottingen, Jerman mengatakan bahwa
opzet itu sebagai “DE WILL” atau
55
kehendak, dengan alasan karena tingkah laku (HANDELING) itu merupakan suatu pernyataan kehendak yang mana kehendak itu dapat ditujukan kepada suatu perbuatan tertentu (FORMALEE OPZET) yang kesemuanya dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang - undang. TEORI BAYANGAN/PENGETAHUAN (VOORSTELLINGS THEORY) dari FRANK seorang guru besar di Tubingen, Jerman
atau “WAARSCHIJNLJKHEIDS
THEORY” atau “TEORI PRADUGA/TEORI PRAKIRAAN” dari PROF. Van BEMMELEN dan POMPE yang mengatakan bahwa perbuatan itu memang dikehendaki pembuat, akan tetapi akibat dari pada perbuatan tersebut paling jauh hanyalah dapat diharapkan akan terjadi oleh pembuat, setidaknya masalah tersebut akan dapat dibayangkan akan terjadi oleh pembuat. 4. Bahwa “OPZET” apabila ditinjau dari segi sifatnya
dikenal adanya “DOLUS
MALUS” yaitu seorang melakukan suatu perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang. Oleh karena itu agar dapat dipersalahkan dan dihukum maka orang
tersebut harus menghendaki
dan menginsyafi bahwa
perbuatan itu dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang. Akan tetapi, sifat “OPZET” berdasarkan faham lama sekarang telah lama ditinggalkan dimana “OPZET” merupakan suatu pengertian yang tidak mempunyai warna (KLAURLOSS), artinya “OPZET” hanya dapat terjadi apabila seseorang menghendaki melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang dengan tidak perlu menginsyafi, bahwa perbuatan itu adalah perbuatan terlarang. Menurut PROF. SATOCHID KERTANEGARA, S.H. dalam bukunya: “HUKUM PIDANA KUMPULAN KULIAH”, halaman 303 disebutkan bahwa “Jika dianut ajaran “DOLUS MALUS” maka PENUNTUT UMUM dan HAKIM diberi beban berat karena HAKIM harus membuktikan seorang yang melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang tidak saja menghendaki perbuatan itu, akan tetapi juga harus dibuktikan bahwa orang itu insyaf bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undangundang. Aspek ini sukar dibuktikan oleh HAKIM karena menyangkut pertumbuhan hati sanubari seseorang. ; 5. Bahwa ditinjau dari corak atau bentuknya
menurut
PROF Van HAMEL
maka
dikenal 3 (tiga) bentuk dari “OPZET”, yaitu : Kesengajaan sebagai maksud (OPZET ALS OOGMERK)
menurut PROF.
SATOCHID KARTANEGARA, SH dalam: “HUKUM PIDANA KUMPULAN KULIAH”, halaman 304
berorientasi adanya perbuatan yang dikehendaki dan
dimaksud oleh pembuat pada MATERIIL
DELIK FORMIL
sedangkan pada
DELIK
berorientasi kepada akibat itu dikehendaki dan dimaksud oleh si
pembuat. Sedangkan menurut PROF. VOS mengartikan “KESENGAJAAN SEBAGAI MAKSUD” apabila sipembuat (dader) menghendaki akibat dari perbuatannya. Andaikata si pembuat sudah mengetahui sebelumnya bahwa akibat
56
dari perbuatannya tidak akan terjadi, maka sudah tentu tidak akan melakukan perbuatannya tersebut. Kesengajaan sebagai kepastian atau keharusan (OPZET BIJ ZEKERHEIDSBEWUSTZIJN). Pada dasarnya, kesengajaan ini ada menurut PROF. Dr. WIRJONO PROJODIKORO, SH dalam Buku: “ASAS -ASAS HUKUM PIDANA DI INDONESIA”, halaman 57 apabila si pelaku dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari delict, tetapi ia tahu benar, bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu. Kalau ini terjadi, maka TEORI KEHENDAK (WILLS-THEORIE) mengganggap akibat tersebut juga dikehendaki oleh si pelaku, maka kini juga ada kesengajaan. Menurut TEORI BAYANGAN (VOORSTELLING–THEORIE) keadaan ini adalah sama dengan kesengajaan berupa tujuan (oogmerk), oleh karena dalam dua-duanya tentang akibat tidak dapat dikatakan ada kehendak si pelaku, melainkan hanya bayangan atau gambaran dalam gagasan pelaku, bahwa akibat itu pasti akan terjadi maka juga kini ada kesengajaan. Kesengajaan
sebagai
kesadaran
akan
kemungkinan
(OPZET
BIJ
MOGELIJKHEIDS-BEWUSTZIJ atau VOORWAARDELIJK OPZET atau DOLUS EVENTUALIS) dan menurut PROF. Van HAMEL
dinamakan EVENTUALIR
DOLUS. Pada dasarnya bentuk kesengajaan ini timbul apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dan menimbulkan sesuatu akibat tertentu. Dalam hal ini orang tersebut mempunyai opzet sebagai tujuan, akan tetapi ia insyaf guna mencapai maksudnya itu kemungkinan menimbulkan akibat lain yang juga dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti, mengkaji, mendeskripsikan dan mempertimbangkan unsur “DENGAN SENGAJA” melalui fakta-fakta dan anasir-anasir sebagai berikut : 1.
Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 23.10 Wib bertempat di Kelurahan Borokulon Rt.02 Rw.04 Kec.Banyuurip Kab.Purworejo, telah terjadi tindak pidana pembunuhan terhadap korban Agnes Sri Haryati (alm) dan pembantunya korban Sri Undari (alm) ;
2.
Bahwa pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 sekira pukul 22.00 Wib terdakwa memiliki keinginan untuk melakukan pencurian dirumah milik Agnes Sri Haryati (alm) dan sekira pukul 23.00 Wib ketika kedua orang tua terdakwa pergi tidur, terdakwa dengan membawa sebilah bendo/golok sepanjang kurang lebih 45 cm keluar dari rumahnya dengan tujuan mendatangi rumah korban Agnes Sri Haryati (alm) yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah terdakwa dengan maksud melakukan pencurian ;
3.
Bahwa setelah terdakwa mengetahui dan meyakinkan korban Agnes Sri Haryanti dan Sri Undari meninggal maka terdakwa mencari barang-barang yang diinginkannya, terdakwa kembali keruang tengah untuk mengambil bendo/golok yang berlumuran
57
darah
para
korban
diletakannya
dimeja
untuk
kemudian
oleh
terdakwa
dicuci/dibersihkan darah yang melumuri bendo/golok tersebut dikamar mandi rumah korban setelah bersih oleh terdakwa bendo/golok tersebut diselipkan kembali dibalik pinggang terdakwa kemudian terdakwa keluar dari tempat kejadian malalui pintu depan dengan cara membuka kunci yang menempel didaun pintu membukannya dan keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati ; 4.
Bahwa kemudian terdakwa berjalan pulang menuju rumah orang tuannya ketika akan menyebrang jalan terdakwa melihat saksi Suratman sedang duduk ditrotoar jalan raya Purworejo-Jogyakarta tepatnya sebelah utara pos polisi donbosco. Dalam pikiran terdakwa mengira saksi Suratman telah melihat terdakwa keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati sehingga muncul niat terdakwa untuk membunuh saksi Suratman dikarenakan terdakwa merasa ketakutan perbuatannya yang telah melakukan pembunhan terhadap Agnes Sri Haryati dan Sri Undari diketahui oleh saksi Suratman maka dengan cara terdakwa mengambil jalan memutar dari arah belakang saksi Suratman duduk lalu menghampirinya tepat dibelakang saksi korban Suratman terdakwa mecabut bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya lalu dihanyunkan kepada kepala korban saksi Suratman sebanyak kurang lebih empat kali pukulan
bendo/golok
kemudian
saksi
korban
Suratman
berusaha
merebut
bendo/golok dari tangan terdakwa akan tetapi saksi korban Suratman tidak berhasil mengambil bendo/golok dari tangan terdakwa kemudian saksi korban Suratman berlari menuju rumah masyarakat sambil berteriak-teriak minta tolong diikuti oleh terdakwa yang mengejar ; 5.
Bahwa terdakwa meyakinkan apabila bagian kepala yang dipukulkan dengan bendo/golok maka seseorang yang mengalaminya akan meninggal ;
6.
Bahwa setelah saksi korban Suratman berteriak meminta pertolongan warga sekitarnya keluar rumah, terdakwa menghentikan perbuatannya kepada korban saksi Suratman. Terdakwa meninggalkan korban Suratman lalu pulang menuju rumah orang
tuannya
sesampainya
dirumah
terdakwa
melepaskan
kaos
yang
dipergunakannya karena berlumuran darah untuk kemudian dimasukkan kedalam septitank lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan bendo/golok dari lumuran darah serta tangan dan kaki terakwa kemudian meletakkan bendo/golok pada posisi semula ; Menimbang, bahwa dari apa yang telah diuraikan sebagaimana tersebut di atas maka perbuatan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO setelah yakin korban Agnes Sri Haryati dan korban Sri Undari meninggal akibat bacokan yang ditujukan kepada korban dan terdakwa telah berhasil menguasai barang-barang milik korban berupa uang sejumlah Rp.550.000,-, 3 buah handphone dan sejumlah voucer isi ulang terdakwa keluar dari rumah korban melalui pintu depan dan berjalan menuju rumah orang tuannya ketika akan menyebrang jalan terdakwa melihat saksi Suratman sedang duduk ditrotoar jalan raya Purworejo-Jogyakarta tepatnya sebelah utara pos polisi donbosco. Dalam pikiran terdakwa
58
mengira saksi Suratman telah melihat terdakwa keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati sehingga muncul niat terdakwa untuk membunuh saksi Suratman dikarenakan terdakwa merasa ketakutan perbuatannya yang telah melakukan pembunhan terhadap Agnes Sri Haryati dan Sri Undari diketahui oleh saksi Suratman maka dengan cara terdakwa mengambil jalan memutar dari arah belakang saksi Suratman duduk lalu menghampirinya tepat dibelakang saksi korban Suratman terdakwa mecabut bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya lalu dihanyunkan kepada kepala korban saksi Suratman sebanyak kurang lebih empat kali pukulan bendo/golok kemudian saksi korban Suratman berusaha merebut bendo/golok dari tangan terdakwa akan tetapi saksi korban Suratman tidak berhasil mengambil bendo/golok dari tangan terdakwa kemudian saksi korban Suratman berlari menuju rumah masyarakat sambil berteriak-teriak minta tolong diikuti oleh terdakwa yang mengejar dan terdakwa meyakinkan apabila bagian kepala yang dipukulkan dengan bendo/golok maka seseorang yang mengalaminya akan meninggal, maka perbuatan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tersebut merupakan “WILLENS EN WETTENS” atau merupakan perbuatan “menghendaki dan mengetahui”, selanjutnya setelah melihat korban berteriak meminta tolong dan banyak masyarakat yang keluar rumah maka terdakwa meninggalkan korban untuk kemudian pulang kerumah orang tuannya dan akibat pembacokan oleh terdakwa dengan mempergunakan sebilah bendo/golok tersebut maka korban mengalami cacat permanen pada telapak tangannya dan kehilangan tiga buah jari tangannya hal ini sesuai dengan visum et repertum No.17/VER/XII/2010 tanggal 14 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.M.S. Bimo, W. dokter pada rumah sakit PKU Muhammadiyah yang menyatakan “Korban Suratman “ditemukan luka multipel patah tulang tengkorak terbuka, multipel luka robek dikepala, tangan atas kiri, pundak kanan dan jari tangan kiri, bahwa luka multipel diakibatkan dari benda tajam”, sehingga korban mengalami luka cacat permanen pada telapak tan gan kirinya maka atas rangkaian kejadian tersebut di atas perbuatan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO tersebut telah melakukan kesengajaan sebagai maksud (OPZET ALS OOGMERK) yaitu menghendaki dan mengetahui akibat dari perbuatan melakukan pembacokan secara beulang kali tersebut kemudian terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO telah melakukan kesengajaan sebagai kepastian atau keharusan (OPZET BIJ ZEKERHEIDS-BEWUSTZIJN) dari perbuatannya serta terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO pasti tahu dan sadar akibat tertentu dari perbuatannya tersebut
dan
merupakan
BIJ
kesengajaan
sebagai
kesadaran
akan
kemungkinan
MOGELIJKHEIDS-BEWUSTZIJN atau VOORWAARDELIJK OPZET
(OPZET
atau DOLUS
EVENTUALIS) dan menurut PROF. Van HAMEL dinamakan dengan EVENTUALIR DOLUS sebagai bentuk dari 3 (tiga) corak kesengajaan atau “OPZET” ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas maka majelis berkeyakinan unsur ad. “b” tentang “DENGAN SENGAJA” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum ;
59
Menimbang, bahwa sekarang majelis akan meneliti dan mempertimbangkan unsur ad. “c” tentang “MENGHILANGKAN NYAWA ORANG LAIN” ; Menimbang, bahwa dengan perbuatan terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO
melakukan pembacokan secara berulang kali yang ditujukan kepada bagian kepala korban secara berulang kali dengan cara memukul secara membabi buta sehingga terdakwa berkeyakinan apabila bagian kepala korban yang dibacok dengan bendo/golok yang dbawa oleh terdakwa akan mengakibatkan korban SURATMAN meninggal dunia, akan tetapi terdakwa meninggalkan korban Suratman ketika korban meminta pertolongan kepada masyarakat sekitar dan masyarakat keluar membatu korban setelah itu terdakwa meninggalkan korban yang sudah mengalami luka sedemikian banyak dikepala dan sekujur lengannya. Hal ini sesuai dengan visum et repertum No.17/VER/XII/2010 tanggal 14 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.M.S. Bimo, W. dokter pada rumah sakit PKU Muhammadiyah yang menyatakan “ditemukan luka multipel patah tulang tengkorak terbuka, multipel luka robek dikepala, tangan atas kiri, pundak kanan dan jari tangan kiri, bahwa luka multipel diakibatkan dari benda tajam”, sehingga korban mengalami luka cacat permanen pada telapak tangan sebelah kiri maka majelis berkeyakinan unsur ad “c” tentang “MENGHILANGKAN NYAWA ORANG LAIN” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum; Menimbang, bahwa sekarang majelis akan meneliti dan mempertimbangkan unsur ad. “d” tentang “Percobaan untuk melakukan kejahatan itu dapat dihukum jika maksud dari sipelaku telah dinyatakan oleh suatu permulaan pelaksanaan dan pelaksanaan mana tidak selesai disebabkan oleh masalah-masalah yang tidak tergantung pada kemauannya” ; Menimbang, bahwa sekarang Majelis akan meneliti, mengkaji, mendeskripsikan dan mempertimbangkan unsur “Percobaan untuk melakukan kejahatan itu dapat dihukum jika maksud dari sipelaku telah dinyatakan oleh suatu permulaan pelaksanaan dan pelaksanaan mana tidak selesai disebabkan oleh masalah-masalah yang tidak tergantung pada kemauannya” melalui fakta-fakta dan anasir-anasir sebagai berikut : 1. Bahwa kemudian terdakwa berjalan pulang menuju rumah orang tuannya ketika akan menyebrang jalan terdakwa melihat saksi Suratman sedang duduk ditrotoar jalan raya Purworejo-Jogyakarta tepatnya sebelah utara pos polisi donbosco. Dalam pikiran terdakwa mengira saksi Suratman telah melihat terdakwa keluar dari rumah korban Agnes Sri Haryati sehingga muncul niat terdakwa untuk membunuh saksi Suratman dikarenakan terdakwa merasa ketakutan perbuatannya yang telah melakukan pembunhan terhadap Agnes Sri Haryati dan Sri Undari diketahui oleh saksi Suratman maka dengan cara terdakwa mengambil jalan memutar dari arah belakang saksi Suratman duduk lalu menghampirinya tepat dibelakang saksi korban Suratman terdakwa mecabut bendo/golok yang diselipkan dibelakang pinggangnya lalu dihanyunkan kepada kepala korban saksi Suratman sebanyak kurang lebih empat kali pukulan bendo/golok kemudian saksi korban Suratman berusaha merebut bendo/golok dari tangan terdakwa akan tetapi saksi korban Suratman tidak berhasil mengambil
60
bendo/golok dari tangan terdakwa kemudian saksi korban Suratman berlari menuju rumah masyarakat sambil berteriak-teriak minta tolong diikuti oleh terdakwa yang mengejar ; 2. Bahwa terdakwa meyakinkan apabila bagian kepala yang dipukulkan dengan bendo/golok maka seseorang yang mengalaminya akan meninggal ; 3. Bahwa setelah saksi korban Suratman berteriak meminta pertolongan warga sekitarnya keluar rumah, terdakwa menghentikan perbuatannya kepada korban saksi Suratman. Terdakwa meninggalkan korban Suratman lalu pulang menuju rumah orang tuannya sesampainya dirumah terdakwa melepaskan kaos yang dipergunakannya karena berlumuran darah untuk kemudian dimasukkan kedalam septitank lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan bendo/golok dari lumuran darah serta tangan dan kaki terakwa kemudian meletakkan bendo/golok pada posisi semula ; Menimbang,
bahwa
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
sebagaimana
tersebut di atas maka majelis berkeyakinan unsur tentang “ad. “d” tentang “Percobaan untuk melakukan kejahatan itu dapat dihukum jika maksud dari sipelaku telah dinyatakan oleh suatu permulaan pelaksanaan dan pelaksanaan mana tidak selesai disebabkan oleh masalah-masalah yang tidak tergantung pada kemauannya telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum ; Menimbang, bahwa oleh karena MAJELIS HAKIM dalam persidangan tidak menemukan sesuatu bukti bahwa terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO adalah orang yang tidak mampu bertanggung jawab atas kesalahannya itu dan tidak menemukan sesuatu alasanpun, baik alasan pembenar maupun alasan pemaaf sebagai alasan penghapus pidana bagi terdakwa maka oleh karena itu sudah selayak dan seadilnya apabila terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO bertanggung jawab atas kesalahannya tersebut dan patut apabila dipidana ; Menimbang, bahwa PENUNTUT UMUM dalam Tuntutan Pidananya meminta kepada MAJELIS HAKIM agar terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO dituntut SEUMUR HIDUP sedangkan menurut Penasihat Hukum terdakwa memohon agar terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO dihukum dengan hukuman yang seringan-ringannya maka kini sampailah kepada berapa lamanya hukuman (sentencing atau staftoemeting) atau pidana apa yang dianggap paling COCOK, SELARAS dan TEPAT yang kira-kira sepadan untuk dijatuhkan kepada terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO sesuai dengan tindak pidana dan kadar kesalahan yang telah dilakukannya, apakah permintaan PENUNTUT UMUM dan PENASIHAT HUKUM terdakwa tersebut telah CUKUP MEMADAI ataukah dipandang terlalu BERAT, ataukah masih KURANG SEPADAN dengan kesalahan terdakwa, maka untuk menjawab pertanyaan tersebut di sini merupakan kewajiban MAJELIS HAKIM untuk mempertimbangkan segala sesuatunya selain dari aspek YURIDIS yang telah dikemukakan di atas, yaitu aspek dimensi perumusan sanksi pidana (strafsoort) ketentuan Pasal 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP dan Pasal 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP, aspek ketentuan dalam KUHAP (UU 8 Tahun 1981)
61
dan tuntutan pidana/requisitoir Jaksa Penuntut Umum, aspek keadilan korban dan masyarakat, aspek kejiwaan/psikologis terdakwa, aspek edukatif dan aspek agamis/religius
dimana terdakwa tinggal dan dibesarkan, aspek Policy/Filsafat
pemidanaan guna melahirkan keadilan dan menghindari adanya disparitas dalam hal pemidanaan (sentencing of disparity), dan aspek model Sistem Peradilan Pidana yang ideal bagi INDONESIA dimana pertimbangan-pertimbangan tersebut Majelis perlu uraikan dan jelaskan dalam rangka sebagai pertanggungjawaban MAJELIS KEPADA MASYARAKAT, ILMU HUKUM ITU SENDIRI, RASA KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM, NEGARA DAN BANGSA SERTA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ; Menimbang, bahwa apabila dianalisis dari perspektif DIMENSI PERUMUSAN SANKSI PIDANA (STRAFSOORT) KETENTUAN Menimbang, bahwa sebagaimana uraian diatas terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana dalam dakwaan kesatu primair dan ketiga primair, maka dalam menjatuhkan pidana kepada terdakwa sesuai sistem yang dianut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terhadap keempat dakwaan tersebut berlaku Stelsel Komulasi terbatas atau Stelsel Absorpsi yang dipertajam sebagaimana diatur Pasal 65 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu terhadap gabungan beberapa tindak pidana yang berdiri sendiri tersebut hanya dijatuhkan satu hukuman pidana saja
yaitu
Pidana yang terberat ditambah sepertiganya untuk itu
Majelis akan menganalisis, mempertimbangkan dan menetapkan pendiriannya tentang eksistensi
perumusan
sanksi pidana tersebut terlebih dahulu sehingga memberikan
persepsi yang jelas, tegas dan argumentatif baik terhadap visi dan sudut pandang dari JAKSA PENUNTUT UMUM, PENASIHAT HUKUM khususnya lagi terhadap diri terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO sendiri dan masyarakat luas pada umumnya ; Menimbang, bahwa ditinjau dari sistem perumusan sanksi pidana dan perumusan lamanya sanksi pidana manakah yang dianggap paling sesuai, selaras dan sepadan yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO yang kira-kira setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukannya ; Menimbang, bahwa dikaji dari aspek TEORITIK dan NORMATIF pada dasarnya pidana penjara PIDANA MATI ATAU PENJARA SEUMUR HIDUP ATAU
PIDANA
PENJARA DUA PULUH TAHUN sebagaimana diancamkan dalam ketentuan Pasal 340 KUHP dimana batas maksimal ini telah diambil dari sistem pidana Jerman, yang dalam hal bersifat khusus, misalnya karena samenloop atau recidive. Selanjutnya terhadap PIDANA SEUMUR HIDUP hanya tercantum dimana ada ancaman PIDANA MATI (PIDANA MATI ATAU PENJARA SEUMUR HIDUP ATAU PIDANA PENJARA DUA PULUH TAHUN) ; Menimbang, bahwa menurut PROF. Dr. ANDI HAMZAH, S.H. dalam Bukunya: “SISTEM PIDANA DAN PEMIDANAAN INDONESIA”, halaman 37 dikatakan bahwa : “Keberatan terhadap PIDANA SEUMUR HIDUP jika dihubungkan dengan tujuan pemidanaan, yaitu untuk memperbaiki terpidana supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, tidak lagi sesuai dan dapat diterima. PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP
62
harus dikaitkan dengan tujuan pemidanaan dalam arti pembalasan terhadap terpidana atau bertujuan menyingkirkan terpidana dari masyarakat supaya masyarakat aman dari ancaman perbuatan seperti dilakukan terpidana.” ; Menimbang, bahwa oleh karena kebijakan formulatif tidak ada memberi PEDOMAN PEMIDANAAN bagi kebijakan aplikatif sebagai rambu pengaman guna memilih alternatif pidana tersebut yang dianggap paling cocok, selaras dan pantas untuk dijatuhkan kepada terdakwa
maka konsekuensi logisnya acapkali terdapat pula adanya perbedaan sudut
pandang dalam diri JAKSA PENUNTUT UMUM maupun PENASIHAT HUKUM. Pada dasarnya, apabila dianalisis adanya perbedaan penafsiran dan sudut pandang tersebut dapat terjadi padahal kasus dan fakta yang dihadapi sama maka aspek ini tergantung kepada sikap, titik tolak dan pandangan para pihak dalam perkara pidana, yaitu : a.
Pandangan terdakwa/Penasihat Hukum terdakwa sebagai pandangan subyektif dari posisi yang subyektif ;
b.
Pandangan Jaksa Penuntut Umum adalah pandangan subyektif dari posisi yang obyektif ; dan
c.
Pandangan Hakim dinyatakan sebagai pandangan obyektif dari sisi obyektif pula ;
Bahwa di samping pandangan dari Mr. TRAPMANN di atas, maka menurut Mr.A.A.G. PETERS dalam Buku: “POKOK-POKOK HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA” karangan ACHMAD S. SOEMOEDIPRADJA, S.H., Penerbit: Alumni, Bandung, halaman 41-44 berpendapat agak berlainan dengan pandangan di atas, yaitu : “Apa yang mengikat Penuntut Umum, Penasihat Hukum dan Hakim adalah orientasi mereka secara bersama terhadap hukum, apa yang memisahkan mereka adalah Penuntut Umum bertindak demi kepentingan umum, Penasihat hukum demi kepentingan subyektif dari terdakwa dan Hakim dalam konflik ini harus sampai pada pengambilan keputusan secara konkrit” ; Menimbang, bahwa untuk memilih LAMANYA STRAFMAAT pidana yang dianggap PALING TEPAT, COCOK dan PANTAS untuk
dijatuhkan terhadap diri terdakwa
ANDRIAWAN Bin SUBARJO sesuai dengan perbuatan dan kadar kesalahannya maka MAJELIS HAKIM mempertimbangkan nuansa-nuansa yang bersifat LEGAL JUSTICE, MORAL JUSTICE dan SOCIAL JUSTICE tentang aspek - aspek sebagai berikut : 1. Bahwa JAKSA PENUNTUT UMUM dalam tuntutan pidananya menuntut terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO dengan PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP. Oleh karena itu dikaji dari perspektif aspek KETENTUAN DALAM KUHAP (UU 8 TAHUN 1981) khususnya ketentuan Pasal 197 ayat (1) KUHAP menentukan anasir-anasir yang harus ada dalam putusan pemidanaan. Maka dengan titik tolak formal legalistik khususnya ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf k KUHAP yakni “KEADAAN YANG MEMBERATKAN
DAN
MERINGANKAN
TERDAKWA”
akhirnya
tolok
ukur
fundamental konklusi Jaksa/Penuntut Umum dalam ammar/diktum tuntutan pidananya menyatakan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO dituntut dengan PIDANA PENJARA SELAMA SEUMUR HIDUP. Terhadap aspek ini, terlepas lamanya
63
ammar/diktum tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum tersebut memang apabila dikaji dan dianalisis maka di satu sisi kebijakan formulatif pembentuk KUHAP tidak ada memberikan
PEDOMAN PEMIDANAAN kepada Hakim sebagai Kebijakan Aplikatif
dalam hal apa pemilihan dapat dilakukan terhadap PIDANA MATI, PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP ataukah PIDANA PENJARA SEMENTARA kemudian pemilihan penjatuhkan pidana dalam KUHAP tersebut apabila dianalisis secara lebih cermat ternyata bersifat singkat, sederhana dan global sehingga rentan menimbulkan DISPARITAS PEMIDANAAN (SENTENCING OF DISPARITY) sedangkan di sisi lainnya Jaksa Penuntut Umum hanya dengan tolok ukur formal legalistik mengikuti kebijakan formulatif pembentuk KUHAP guna menentukan format keadilan
dalam
ammar/diktum tuntutannya kepada terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO. Apabila dijabarkan lebih intens dan gradual pada halaman 29-30 TUNTUTAN PIDANA JAKSA PENUNTUT UMUM
ada memuat 3 (tiga) aspek tentang “HAL - HAL YANG
MEMBERATKAN” dan tanpa adanya aspek “HAL-HAL YANG MERINGANKAN” atas diri terdakwa. Pada dasarnya apabila ditarik sebuah “benang merah” anasir ini di satu sisi tidaklah dapat disalahkan apabila JAKSA PENUNTUT UMUM bersikap legalistik formalistik demikian sedangkan di sisi lainnya dari ASPEK KEADILAN pada KEBIJAKAN APLIKATIF akan menimbulkan permasalahan krusial karena KEBIJAKAN FORMULATIF tidak ada membuat PEDOMAN PEMIDANAAN dalam hal apa, dalam keadaan bagaimana dan dalam hal konstruksi bagaimana HAKIM sebagai kebijakan aplikatif dapat memilih menjatuhkan hukuman kepada terdakwa antara PIDANA MATI, ATAU PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP ATAUKAH PIDANA PENJARA WAKTU TERTENTU yang dipandang serta dianggap TEPAT, LAYAK, ADIL DAN MANUSIAWI untuk dijatuhkan terhadap diri terdakwa ; 2. Bahwa dikaji dari FILSAFAT KEHIDUPAN/FILSAFAT HUMANIS yang berorientasi kepada korban maka pada hakekatnya bahwa dikaji dari aspek keadilan korban dan masyarakat maka perbuatan Terdakwa baik langsung maupun tidak langsung dengan melakukan pembunuhan terhadap para korban dan percobaan pembunuhan terhadap korban Suratman maka korban (alm) Agnes Sri Haryati meninggalkan 2 orang anaknya serta pekerjaannya sebagai guru yang tenaga dan pikiran korban masih banyak dibutuhkan oleh para siswanya dan (alm) Sri Undari yang baru 2 minggu bekerja kepada korban Agnes Sri Haryati untuk menghidupi kedua orang tuannya dan kedua anak-anaknya yang mana suami dari (alm) Sri Undari meninggalkan tanggung jawabnya maka sekarang ke-2 anak korban Sri Undari yang masih kecil dan membutuhkan biaya hidup dan kasih sayang hanya dari korban kini keberadaannya tidak dapat terurus lagi dan bagi korban Suratman yang mengalami cacat permanen pada bagian telapak tangannya dengan kehilangan 3 jari dan tidak dapat telapak tanggannya dibuka tutup maka korban Suratman sebagai kepala keluarga yang pekerjaan pokoknya adalah petani telah kehilangan kesempatan untuk memberikan nafkah kepada keluargannya. Selain itu, di sisi lainnya dari FILSAFAT KEHIDUPAN
64
hakekatnya “orang yang telah pergi memang tak mungkin akan kembali”, dan biarlah “orang yang telah pergi itu damai dan tenang di sisi Tuhan Sang Maha Pencipta”, karena kelahiran, kehidupan dan kematian merupakan rahasia Tuhan yang tak mungkin dapat direnungkan, digali, dijamah dan dirasakan oleh manusia. Biarlah kita yang ditinggalkan secara tulus ikhlas mengiringinya dengan ribuan doa menuju Sang Pencipta ; 3. Bahwa dikaji dari aspek KEJIWAAN/PSIKOLOGIS Terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO ternyata sepanjang pengamatan dan penglihatan Majelis terdakwa tidaklah menderita gangguan kejiwaan seperti gejala SOSIOPATIK atau DEPRESI MENTAL hal mana tersirat selama persidangan dalam hal terdakwa menjawab setiap pertanyaan Majelis, begitu pula dari aspek phisik ternyata terdakwa tidak ada menderita sesuatu penyakit sehingga secara yuridis terdakwa dapat dipertanggungjawabkan terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. Oleh karena terdakwa tidak ada mengalami gangguan KEJIWAAN 4. Bahwa ditinjau dari aspek EDUKATIF dan AGAMIS/RELIGIUS DIMANA TERDAKWA TINGGAL dan DIBESARKAN seharusnya tidaklah membentuk tingkah laku negatif. Pada
dasarnya, pendidikan yang dimiliki terdakwa (sampai pada kelas 2 SMEA)
seharusnya tidak menjadikan diri terdakwa melakukan perbuatan dan tindakan yang negatif meskipun terdakwa memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan akan tetapi dikarenakan terdakwa tidak memiliki ongkos untuk pergi ke Jakarta maka membuat diri terdakwa lepas kontrol dan berniat untuk melakukan pencurian guna mendapatkan ongkos guna mewujudkan keinginannya pergi ke Jakarta sehingga terdakwa melakukan pembunuhan dua orang umat manusia dan seorang yang diberikan kehidupan kedua oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga perbuatan PEMBUNUHAN yang dilakukan oleh terdakwa terhadap korban AGNES SRI HARYATI DAN SRI UNDARI dapat terungkap dengan cepat. Dimana perbuatan terdakwa tersebut bertentangan dengan norma dan ajaran pelbagai agama. Begitu pula dalam agama dan iman KATOLIK yang dianut oleh korban AGNES SRI HARYATI serta menurut agama KRISTEN PROTESTAN pembunuhan dilarang dalam KITAB KELUARAN 20: 13 dan Injil Mateus 5: 21 yang berbunyi : “jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.” Kemudian dalam agama HINDHU diatur dalam KITAB SUCI WEDA yaitu ATHARVAVEDA X:1:29 ditulis, bahwa : “Jangan pernah membantai orang tidak bersalah, pembunuh orang yang tidak bersalah berkesudahan di dalam malapetaka, jangan
membunuh
manusia
dan
binatang
bermanfaat.”
Serta
dalam
Kitab
SARASAMUSCCAYA pada CLOKA 141 disebutkan : “…Sekali-kali tidak pernah menyakiti mahluk lain, tidak mengikatnya, tidak membunuhnya…”. Di samping itu, khusus dari aspek agama ISLAM yang dianut oleh korban SRI UNDARI dan dimana terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO sebagai pemeluknya maka pembunuhan merupakan suatu dosa dan Agama Islam sendiri adalah Agama yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama mahluk, mengajarkan perdamaian, kerja sama dalam
65
kebaikan, kerukunan dan persaudaraan antar sesama umat. Islam tidak mengajarkan kekerasan apalagi pembunuhan terhadap sesama Manusia yang merupakan hak Azasi Manusia. Khusus mengenai hak hidup yang merupakan hak Azasi Manusia yang harus dihormati dan dilindungi. Banyak
ayat-ayat
jangan melakukan pembunuhan terhadap yang sah.
Al Qur’an yang melarang agar orang
orang
lain kecuali atas dasar alasan
Misalnya terdapat dalam Al Qur’an Surah. Al-Isra 17:33 “Dan janganlah
kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sungguh kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan .Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan”; dan perbuatan terdakwa yang telah melakukan pembunuhan kepada para korban sehingga apabila terdakwa menyesali akan perbuatan yang telah dilakukannya maka pintu ampunan terbuka bagi orang yang bertobat dimana menurut pandangan agama ISLAM terhadap dosa yang dilakukan umat manusia termaktub dalam AL-QUR’AN NURKARIM sebagai berikut : a. “Dan barang siapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (AN NISAA 4 : 110) ; b. “Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sedang engkau berada diantara mereka. Dan tidak (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka memohon ampun”. (AL ANFAAL 8 : 33) kemudian “Dan (juga) orang - orang yang bila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka memohon ampun atas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang dapat mengampunkan dosa melainkan Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui”. (ALI IMRON 3 : 135). Selanjutnya menurut HADIST RIWAYAT TURMUDZI mengemukakan dalam HADIST SAHIHNYA, sebagaimana termuat dalam Buku terjemahan yang berjudul: “RIYADHUS SHALIHIN”, JILID 2, Karangan IMAM NAWAWI, Penerbit: PUSTAKA AMANI, JAKARTA, Halaman 668 dimana salah seorang sahabat Nabi Besar MUHAMMAD S.A.W. yang bernama ANAS RODHIALLAHU-ATAS NAMA telah meriwayatkan sebagai berikut : “Saya mendengar RASULULLAH S.A.W. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Anak Adam selama kamu berdoa dan mengharap kepadaku niscaya Aku ampuni dosa yang telah kamu lakukan dan aku tidak memperdulikan berapa banyaknya. Wahai Anak Adam, seandainya dosa - dosamu bagaikan awan di langit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu, dan Aku tidak memperdulikan berapa banyak dosamu. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kehadapan-Ku dengan membawa dosa se isi bumi, kemudian bertemu dengan AKU tanpa menyekutukan sesuatu apapun dengan-KU, niscaya AKU akan mengampuni dosa yang se isi bumi itu.” Berdasarkan pandangan terhadap sesuatu dosa yang diperbuat umat manusia, yaitu sesuai wahyu ALLAH dalam AL-QUR’AN dan HADIST
66
NABI MUHAMMAD S.A.W. sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat dikonklusikan menurut ajaran agama ISLAM bahwa pintu ampunan atas tobat umat manusia adalah mutlak milik ALLAH dan merupakan rahasia ALLAH, bahwa bagi hamba TUHAN, yaitu mahluk manusia yang telah melakukan perbuatan dosa, baik berupa dosa besar berupa perbuatan keji maupun dosa kecil, maka pintu tobat dan ampunan masih terbuka dihadapan ALLAH dengan syarat si hamba atau manusia itu sendiri dengan sungguh-sungguh bertawaduk dan menghadap kepada ALLAH SUBHAANA WA TA’ALLA untuk tidak mengulangi perbuatannya, serta tidak menyekutukan ALLAH kepada selain ALLAH, juga si hamba atau manusia tersebut dengan penyerahan diri secara mutlak berupa kepasrahan hati yang mutlak kepada ALLAH dan melaksanakan seluruh perintah ALLAH serta menjauhi segala larangan-NYA. 4. Dari ditinjau dari
aspek POLICY/FILSAFAT PEMIDANAAN GUNA MELAHIRKAN
KEADILAN DAN MENCEGAH ADANYA DISPARITAS DALAM HAL PEMIDANAAN (SENTENCING OF DISPARITY) yang dianut sistem hukum Indonesia maka pada dasarnya pidana dijatuhkan semata-mata bukan bersifat pembalasan sebagaimana diintrodusir TEORI RETRIBUTIF akan tetapi pidana dijatuhkan hendaknya
juga
berorientasi kepada aspek dan dimensi REHABILITASI atau PEMULIHAN dan KEGUNAAN bagi
diri si pelaku tindak pidana sebagaimana
REHABILITASI, TEORI DETTERENCE
dan DOEL
hakekat TEORI
THEORIE. Konkretnya pidana
harus dijatuhkan dalam kerangka sesuai TEORI RETRIBUTIF, TEORI REHABILITASI, TEORI DETTERENCE
dan
DOEL
THEORIE
sebagaimana dalam Ilmu Hukum
Pidana modern dikenal dengan terminologi “FILSAFAT INTEGRATIF”. Pada asasnya secara global dan representatif aspek POLICY/FILSAFAT PEMIDANAAN hendaknya melahirkan keadilan dan menghindari adanya disparitas dalam hal pemidanaan (sentencing of disparity) antara pelaku tindak pidana dengan pelaku lainnya yang kapasitas peran dalam tindak pidana, karakter dan motivasi melakukan tindak pidana tersebut relatif homogen. Dari dimensi demikian ini maka walaupun setiap perkara bersifat kasuistik hendaknya sedapat mungkin menurut hukum pidana modern tidak terjadi DISPARITAS dalam pemidanaan (Sentencing of disparity) sehingga dalam penegakan hukum telah timbul adanya keadilan bagi terdakwa satu dengan terdakwa lainnya. 5. Bahwa apabila dikaji dari perspektif model SISTEM PERADILAN PIDANA yang ideal bagi INDONESIA maka hendaknya dianut
ASPEK MODEL KESEIMBANGAN
KEPENTINGAN ATAU “DAAD-DADER STRAFRECHT”, bukanlah mengacu pada sistem hukum AMERIKA dengan orientasi CRIME CONTROL MODEL (CCM), DUE PROCESS MODEL (DPM) atau FAMILY MODEL. Pada asasnya menurut PROF. Dr. MULADI, S.H. dalam bukunya : “KAPITA SELEKTA HUKUM PIDANA”, halaman 4 maka
CRIME CONTROL MODEL tidak cocok karena model ini berpandangan
tindakan bersifat represif sebagai terpenting dalam melaksanakan proses peradilan pidana, DUE PROCESS MODEL tidak sepenuhnya menguntungkan karena bersifat
67
“anti-authoritarian values”, sedangkan MODEL FAMILY atau “FAMILY MODEL” dari GRIFFITHS kurang memadai karena terlalu “offender oriented” sehingga korban relatif kurang diperhatikan secara serius. Oleh karena itu, dengan dimensi yang demikian Majelis menyadari sepenuhnya model hukum pidana INDONESIA yang dianut seperti halnya model hukum BELANDA yang bersifat “dader-strafrecht oriented” atau orientasi pada pelaku atau untuk IUS CONSTITUENDUM apabila mengacu dengan sistem model AMERIKA hakekatnya relatif kurang memadai sehingga Majelis Hakim dalam aspek ini telah melakukan penemuan hukum (RECHTSVINDING)dengan melakukan penjatuhan pidana berdasarkan model “DAAD-DADER STRAFRECHT”, yaitu model Sistem Peradilan Pidana yang mengacu kepada adanya keseimbangan kepentingan i.c. putusan pemidanaan Majelis ini sanksinya berorientasi kepada perlindungan kepentingan NEGARA, KEPENTINGAN MASYARAKAT, KEPENTINGAN INDIVIDU, KEPENTINGAN
PELAKU
TINDAK
PIDANA
DAN
KEPENTINGAN
KORBAN
KEJAHATAN ; Menimbang, bahwa jika dilihat dari fakta dan kenyataan sehari-hari akibat dari perbuatan
yang
dilakukan
terdakwa
banyak
dampak
dan
akibat
negatif
yang
ditimbulkannya maka Majelis berpendirian bahwa tindak pidana yang dilakukan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO haruslah dihukum dengan tujuan pemidanaan tersebut bukanlah merupakan pembalasan sesuai dengan TEORI RETRIBUTIF melainkan sebagai usaha PREEMATIF, PREVENSI dan REPRESIF atau lebih tegas lagi pidana dijatuhkan bukan untuk
menurunkan martabat seseorang akan tetapi bersifat EDUKATIF,
KONSTRUKTIF dan MOTIVATIf agar tidak melakukan perbuatan tersebut lagi sesuai TEORI/FILSAFAT INTEGRATIF dan juga prevensi bagi masyarakat lainnya ; Menimbang, bahwa dengan bertitik tolak dari
ASPEK DIMENSI PERUMUSAN
SANKSI PIDANA (STRAFSOORT) KETENTUAN PASAL 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP dan PASAL 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP, ASPEK KETENTUAN DALAM KUHAP (UU 8 TAHUN 1981) DAN TUNTUTAN PIDANA/REQUISITOIR JAKSA PENUNTUT UMUM, ASPEK KEADILAN KORBAN DAN MASYARAKAT, ASPEK KEJIWAAN/PSIKOLOGIS
TERDAKWA,
ASPEK
EDUKATIF
DAN
ASPEK
AGAMIS/RELIGIUS DIMANA TERDAKWA TINGGAL DAN DIBESARKAN, ASPEK POLICY/FILSAFAT PEMIDANAAN GUNA MELAHIRKAN KEADILAN DAN MENCEGAH ADANYA DISPARITAS DALAM HAL PEMIDANAAN (SENTENCING OF DISPARITY), DAN ASPEK MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA YANG IDEAL BAGI INDONESIA atau lebih tegasnya lagi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari aspek YURIDIS, SOSIOLOGIS, FILOSOFIS dan
PSIKOLOGIS
atau dari aspek LEGAL JUSTICE,
MORAL JUSTICE, dan SOSIAL JUSTICE maka Majelis berpendirian bahwa tentang lamanya hukuman yang akan dijatuhkan atas diri terdakwa sebagaimana disebutkan dalam ammar putusan di bawah ini menurut hemat Majelis TELAH CUKUP ADIL, MEMADAI, ARGUMENTATIF, MANUSIAWI, PROFORSIONAL dan sesuai dengan kadar kesalahan yang telah dilakukan terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO.
68
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan pembelaan PENASIHAT HUKUM TERDAKWA, TUNTUTAN PIDANA DARI JAKSA PENUNTUT UMUM maka Majelis sebelum menjatuhkan pidana juga mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal - hal yang meringankan sebagai berikut : Hal-Hal Yang Memberatkan: -
Bahwa terdakwa telah melanggar hukum positif yang berlaku di Indonesia;
-
Bahwa perbuatan terdakwa tersebut mengakibatkan penderitaan yang sangat dalam bagi keluarga korban, khususnya bagi para anak-anak dari kedua korban yang ditinggal mati oleh masing-masing ibunya karena harus menanggung biaya hidupnya sendiri dan juga terdapat anak-anak dari korban (alm) Sri Undari yang masih kecil-kecil dan belum mampu mencari biaya untuk kehidupannya serta biaya pendidikannya sendiri serta anak-anak tersebut kehilangan kasih sayang dari pada ibu mereka yang meninggal akibat dari perbuatan terdakwa ;
-
Bahwa ke-2 korban masing-masing (alm) Agnes Sri Haryati dan (alm) Sri Undari tersebut adalah orang tua tunggal dan merupakan tulang punggung dari keluarganya masing-masing ;
-
Bahwa perbuatan terdakwa terhadap korban Suratman Bin Suradi mengakibatkan korban mengalami cacat permanen pada telapak tangan kananya karena tidak dapat digerakkan dan dibuka tutup serta kehilangan 3 buah jari tangan serta beberapa jahitan dibagian kepala sehingga korban yang pekerjaan pokoknya adalah seorang petani dan merupakan tulang punggung dari keluargannya telah kehilangan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut ;
Hal-Hal yang Meringankan: -
Sepanjang penglihatan Majelis terdakwa cukup sopan di persidangan ;
-
Terdakwa menyesali dan mengaku terus terang akan perbuatannya ; Menimbang, bahwa sehubungan dengan perkara terdakwa ditahan sejak tanggal 5
Desember
2010
sampai
dengan
sekarang
maka
Majelis
memandang
perlu
memerintahkan agar terdakwa sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap berada dalam tahanan sebagaimana ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf k KUHAP ; Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang dihadapkan didepan persidangan sebagaimana terdapat dalam daftar barang bukti dan telah disita secara sah dan menurut hukum dalam perkara ini maka perintah penyerahan barang bukti tersebut sebagaimana ketentuan Pasal 194 ayat (1) KUHAP selengkapnya terperinci dalam ammar putusan di bawah ini ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani membayar biaya perkara sebagaimana ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf i dan Pasal 222 ayat (1) KUHAP ; Mengingat dan memperhatikan: hukum yang berlaku khususnya Pasal 340 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP, Pasal 338 KUHP jo pasal 53 ayat (1) KUHP , UU 8/1981
69
tentang KUHAP, UU 48/2009 tentang Peradilan Umum, UU 4/2004 tentang Kekuasan Kehakiman dan peraturan lain yang bersangkutan dengan perkara ini ; MENGADILI ; 1. Menyatakan bahwa terdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO, secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana : “PEMBUNUHAN BERENCANA SECARA BERBARENGAN”, DAN “PERCOBAAN PEMBUNUHAN” ; 2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa dengan pidana penjara “SEUMUR HIDUP” ; 3. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan ; 4. Menetapkan barang bukti berupa :
Uang tunai sebesar Rp.550.000,-(lima ratus lima puluh ribu rupiah) ;
1 (satu) buah HP merek Nokia seri 2700 warna hitam silver dengan no simcard 081328270968 dengan No.Imei 358008037246288,
1 (satu) buah HP seri 2310 warna biru dengan no simcard 085232929013 dengan no imei 352283016084150 ; dan
Pakaian korban Agnes Sri Haryati berupa sebuah daster motif batik
warna
merah coklat; Dikembalikan kepada ahli waris dari (alm) AGNES SRI HARYATI
1 (satu) buah HP seri 2310 warna putih dengan no.simcard 085879911679 no imei 353084022963447 ; dan
Pakaian korban Sri Undari berupa kaos warna hitam dan celana pendek warna coklat;
Dikembalikan kepada ahli waris dari (alm) SRI UNDARI
1 (satu) buah bendo bergagang kayu dengan panjang 45 cm dan
1 (satu) buah celana pendek warna biru abu-abu bermotif bintik putih terdapat noda darah ;
1 (satu) buah kain lap warna merah ;
1 (satu) buah kain lap warna putih kecoklatan ;
1 (satu) buah kaos warna abu-abu ;
2 (dua) botol sample darah korban Agnes Sri Haryati dan korban Sri Undari ;
DIMUSNAHKAN 5. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000.(lima ribu rupiah) / (Membebankan biaya perkara kepada Negara sebesar Rp.5000,-(lima ribu rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyarawatan Majelis hakim Pengadilan Negeri Purworejo pada hari: RABU tanggal 27 JULI 2011 oleh kami: PURNAWAN NARSONGKO, S.H. sebagai Hakim Ketua, ALEX.TMH.PASARIBU, S.H. dan MARDIANA SARI, SH.MH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum pada hari : KAMIS tanggal 28 JULI
70
2011 oleh Hakim Ketua tersebut didampingi oleh Hakim Anggota, dibantu oleh PURNOMO, SH. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Purworejo dan dihadiri oleh M.ALIQ RAHMAN YAKIN, SH.MH. Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Purworejo dan dihadapan terdakwa serta dihadiri oleh Penasihat Hukumnya. HAKIM ANGGOTA :
HAKIM KETUA :
1. ALEX.T.M.H.PASARIBU, S.H.
PURNAWAN NARSONGKO,S.H.
2. MARDIANA SARI, SH.MH.
PANITERA PENGGANTI
PURNOMO, SH