KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSA.N PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Smjana Hukum Islam (SHI)
Univers1tas lslan1 N2gen
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh : Asep Bahrul J~Jlli-Wu. NIM: 1050451014Wfi T~i.
~~o.
Jnrluk:
ldasillhsi
KONSENTRASI
KEPIDANAAN
ISLAIVI
PROGRAM STUDI JlNAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENTANG PEJ\1BUNUHAN BERENCANA
Skripsi
rI
PER--P-u-s--rA-1--
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakaiia Oleh:
Asep Bahrul Jaman 105045101481 Di Bawah Bimbingan,
., NIP. 197210101997031008
KONSENTRASI
KEPIDANAAN
ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1430 HI 2009 JVJ
·-
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI
Skripsi be1judul KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PEMBUNUHAN PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENTANG BERENCANA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidauatulah Jakarta pada 8 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah. Jakarta, 8 Desember 2009
Dckan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN I. Ketua Majelis II
: Dr. Asmawi, M.Ag NIP. 197210101997031008
2. Sekretaris
: Sri Hidayati, M.Ag NIP. 197102151997032002
3. Pembimbing
4. Penguji I
5. Penguji II
(.
LEMBARPERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya yang diajnkan untulc memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalan1 penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbnkti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Is:tan1 Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2009
Asep Bahrul Jaman
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala Puji dan Puja serta syukur kehadirat Allah SWT, Penulis panjatkan atas segala rahmat, karunia, kekuatan serta kesabaran yang diberikan kepada penulis berjudul:
KAJIAN
sehingga dapat menyelesaikan Tugas akhir yang
HUKUM PIDANA
ISLAM
TERHADAP
PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA.
Terwujudnya tulisan dalam bentuk skripsi ini, t1mtunya tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada: I.
Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., M.M., selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum Universi1as Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2.
Bpk Dr. Asmawi, MAg., dan Ibu Sri Hidayati., M.Ag selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bpk Dr. Asmawi, MAg. selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah sekaligus selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dengan
penuh kesabaran dan motifasi yang tinggi, serta telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan perhatiannya selama membimbing penulis. 4.
Ibunda Hj. Aisyah dan Ayahanda Efendi Bardian, kakak-kakaku tersayang (Teh Penih, Teh Renih, A Ferih, dan A Defri) dan keponakanku yang iinut (Aulia Rahma dan Ebil) serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan do'a serta dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga dalam menyelasaikan skripsi ini.
5.
Teman-teman seperjuangan PI (Pidana Islam 200:5) ku: Asharyanto, Toso, Sunendi, Adi, Iin, Wiwit, Rina, Dewi, Laila, Laili, Ifadah, Anwar, Sayidi, Jeje, Deni, Raijak, Usep, Nasori, Yayah, Indah, Trezal, Yazid, Uchi, Zaki, Rojak, Malik, pipit.
6.
Pimpinan ponpes Darussalam Ciomas Bogor, Asatit/ah, dan santriwan/i. Ym1g selalu memberi do' a dan dukungan hingga selesainnya skripsi ini.
7.
Teman-teman di HMI dan LKBHMI. Dalan1 penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempuma dan tidak lepas dari kesalahan dan kekurangm1, ha! ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Walaupun demikian penulis berharap hasil tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jakarta, I 0 Desember 2009 Penulis
DAFTARISI Hal am an KATA PENGANTAR ................................................................ . DAFTAR ISi ....... .. ... ........... .... ...... ...... ..... ............. ......... .........
m
BAB I
PENDAHULUAN........................................................
1
A. Latm· Belakang Masala11... ...... ...... ................ ..................
1
B. Pembatasan dan Pernmusan Masalah.................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................
8
D. Tinjauan Pustaka......................... .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . ..
9
E. Metode Penelitian.......................................................
10
F. Sistematika Penulisan............ ............... ......... ....... .. ......
13
BAB II
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF ........................
15
A. Pengertian Pembunuhan . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
15
B. Kualifikasi Pembunuhan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
16
C. Unsur-unsur Berencana .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. .. . . . . . . .. .. . ...
26
D. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pembunuhan Berenc:ana...............
27
BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM............................
30
A. Pengertian Pembunuhan . . . . . . .. . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
30
B. Kualifikasi Pembunuhan . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . ..................... ...
31
lll
C. Perihal Pembunuhan Berencana .................. .................
39
D. Pembuktian Pembunuhan......... .. . . . . . . . ... . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . ....
40
E. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pembunuhan Berencana........... ..
45
BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI KELAS IB CIBINONG BOGOR ...................................
61
A. Deskripsi Kasus Pembunuhan Berencana . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . ..
61
B. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Cibinong Bogar . . . . . . . . . . . .
64
C. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Cibinong Menurut
BAB V
I-Iukum PositifDan Hukum Islam.................................
67
PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
93
A. Kesimpulan............................................................
93
B. Saran-saran............................................................
95
DAFTARPUSTAKA..................................................................
96
LAMPIRAN . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
99
Putusan Hakim Pengadilan Negeri Bogor No./Pid.B/2008/PN.Cbn..........
99
IV
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya kehidupan mrumsia tidak dapat dipi:>ahkan dari hukum. Sepanjang sejarah peraclaban manusia,
peran sentral hukurn clalam upaya
menciptakan suasana yang memtmgkinkan manusia merasa terlindungi untuk hidup berclampingan secara drunai dan menjaga eksistensinya di dunia. 1 Pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancamru1 hukuman piclananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, merupakan salah satu bentuk dari kebobrokan moral suatu bru1gsa, kasus-kasus pembunuhan dinegeri ini sangat menghantui publik dru1 suclah mencapai tingkat yang ru11at memprihatinkan, brutal dru1 saclis. 2 Wilayah kecamatan cibinong yang merupakan ibukota kabupaten bogor misalnya, belalrnngan ini terasa tak aman lagi bagi warganya, berbagai aksi kriminal, seperti pembunuhan, pencurian, pembobolan dan bentuk kriminal lainnya kerap sering terjadi, clan bal1kan nyaris tak mengenal waktu baik siang, sore hingga malam. Pengadilan negeri Cibinong (biasa clisingkat PN Cbn}, merupakan sebuah lembaga Peraclilan dilingkungan Peradilan Umum, clalam ha! ini berkeduclukan
'Johnny Ibrahim, Teori dan Metodo/ogi Penelitian Hukum Normatif, Cet.Jl (Jakarta: Bayu Media Publishing, 2005), h.1 2 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2002), h.80
2
dilingkungan kabupaten bogor, sebagai pengadilan tingkat pertama, Pengadilan Negeri berfungsi unh1k memeriksa, memutus dan menyelesaihm perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. \Vilayah Kabupaten Bogor, pada tahun-tahun terakhir ini, semakin banyak terjadi kejahatan terhadap jiwa manusia atau pembunuhan dalarn masyarakat wilayah Pengadilan Negeri Cibinong. Aksi pelaku kejahatan ini tidak hanya merajalela dipemukiman penduduk saja, bahkan sering te1jadi di areal perkotaan pemerintah kabupaten (pemkab). 3 Hukum pidana positif (KUHP) tampaknya tidak mampu: mencegah perbuatan pidana dalam masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan oleh sanksi hukuman Hakim Pengadilan yang terlalu ringan. Misalnya, sanksi hukuman pembunuhan yang sengaja dan direncanakan hanya dihukum dengan hukumm1 9 tahun penjara. Padahal perbuatan terdakwa telah terbukti clan meyakinkan hakim melakuan tindak pidmm pembunuhan berencmm. Hukuman mati bagi pelaku hanya merupakan alternatif dari hukuman penjara. Pasal 340 : Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu dengan menghilangkan jiwa orang lain d.ihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Pembunuhan berencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan
3
Artikel diakses pada tanggal 26 Pebruari 2009 dari http://www.mail.archive.com/[email protected]/msg 03 I 7/htm I.
3
tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang peling serius. Istilah "Pembunuhan berencana" pe1iama kali dipakai dalam pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark Richardson, yang dituduh membunuh istrinya. Pada sidang itu, diketahui bahwa Mark Richardson berencana membunuh istrinya selama tiga tahun. Ia terbukti bersalah dan dipenjara seumur hidup. 4 Akan tetapi, semuanya bertumpu pada pasal 338 KUHP pembunuhan biasa (doodslag) yang dirumuskan "Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana perijara paling lama lima belas tahun". Kejahatan bentuk pokok ini dapat diperberat oleh atau dengan unsur pemberat yaitu dengan rencana lebih dahulu (berencana) :pada Pasal 340,5 ini merupkan unsur subyektif dari suatu tinclak pidana. Adapun unsur obyektif dari tinclak pidana yaitu unsur melawan hukum, kualitas clari si pelaku dan kausalitas yalmi hubungan antara suatu tinclakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan akibat. 6 Mengenai unsur clengan rencana terlebih clalmlu, pada dasamya mengandung 3 syarat/unsur, yaitu: a. Memutuskan kehenclak dalam suasana tenang b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampm dengan pelaksanaan kehendak. 4
A11ikel diakses pada tanggal 26 Pebruari 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/PembunuhanBerencana 5 Adami Chazawi, Pe/ajaran Hukum Pidana Bagian 2, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2002), h. 93 6 P.A.F.Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, cet. Ill (Jakm1a: PT Citra Aditya Bakti, 1997), h.193
4
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. 7 Akan tetapi, semua itu harus dapat clibuktikan clipersidangan apabila hasil pembuktian clengan alat-alat bukti yang ditentukan dalam Undang-unclang "ticlak cukup" membuktikan kesalahan yang clidakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa "dibebaskan" dari lrnkuman. 8 Hukum pidana Islam tidak memisahkan pembunuhan clisengaja clan berencana clengan pembunuhan disengaja dan ticlak terencana. Hukum Islam membagi pembunuhan menjadi 3 bagian yaitu pembunuhan sengaja. Maksudnya, pembunuhan dimana pelaku perbuatan tersebut sengaja melakukan suatu perbuatan dan dia menghendaki akibat dari perbuatannya, yaitu matinya orang yang menjadi korban. 9 Selnjutnya pembunuhan semi sengaja. Artinya, pembunuhan yang ticlak clisengaja ingin membunuh. Macam pembunuhan yang lainnya adalah pembunuhan karena kekeliruan. Artinya pembunuhan yang clilakukan oleh seseorang terhadap orang lain tapi niat sama sekali tidak untulc mencederai orang tersebut, tapi yang di tuju adalah mah! uk lain 10 • Dari sisi tujuan syar'i yang menjadi tujuan perumusan hukum Islam adalah untuk mewujuclkan dan memelihara lima sasaran pokok, yaitu pertama memelihara agama, kedua memelihara nyawa, ketiga memelihara aka!, keempat memelihra
7
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa. h.82
8
Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Perdata Dan Korupsi Di Indonesia, (Jakarta: FIM Jakarta, 2008), h. I 0 9 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakai1a: Sinar Grafika, 2005 ), h. 140 10
Muham1nad A1nin Su1na Pidana Jslan1 di Indonesia: Peluang, dan TantanganProspek, , 1
(Jakat1a: Pustaka Pirdaus, 2001), h.94-96
5
keturunan dan kehormatan, dan kelima yalrni memelihra hmia benda. Lima ha! pokok ini, wajib diwujudkan dan clipelihara jika seseorang menghenclaki kehidupan yang berbahagia di dunia clan di hari kemudian. Segala upaya untuk mewujuclkan dan memelihara lima pokok tacli merupakan amalan saleh yang harus dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, segala tinclakan yang bisa mengancam keselamatan salah satu dari lima pokok tersebut clianggap sebagai tinclakan kejahahatan yang dilarm1g. Siapa saja yang mengamati seluk beluk hukum Islam akan mengakui bahwa setiap rumusanya mengarah kepada pe1wujudan atau pemelihraan dari lima pokok tersebut. Jadi dari gambaran ini, tindakan kejahatan dapat cliketegorikan keclalan1 lima kelompok, yaitu kejahatan terhadap agama, kejahatan terhaclap jiwa atau diri, kejahatan terhadap aka!, kejahatan terhadap kehormatan dan keturunan, dan kejahatan terhadap harta benda. 11 Syariat Islam cliturunkan oleh Allah SWT, untuk kemaslahatan hidup manusia,
baik
yang
menyangkut
kehiclupm1
p1ibadi
rnaupun
kehidupm1
berrnasyarakat. Salah satu tujuan yang telah clitetapkan oleh syari'ah (maqdsidu assyari 'ah) yaitu mernelihara nyawa. Menurut ketentuan syara' pemberlakauan
hukurnan qi;;i\;;, yaitu hukuman yang dijatuhkan setara dengau jenis perbuatan yang clilakukan. 12 Nyawa seseorang adalah sangat mahal harganya, karena itu harus di jaga clan patut dilinclungi. Ketentuan qi;;i\;;, mempunyai relevansi kuat dalam upaya
11
Muhammad A1nin Suma, Pidana Js/0111 di Indonesia: Peluang, dan TantanganProspek. H.
107 12
Ahmad Sudinnan Abbas, Dasar-dasar Masai/ Fiqhiyyah, (Jakarta: CV Banyu Kencana, 2003), h.124
6
melindungi manusia, sehingga para pelaku kriminal timbul kejeraan, Jantaran harus menanggung beban yang bakal menimpa dirinya j ika ia melakukannya. 13 Selain dari pada itu penulis memiliki tujuan untuk rnengetahui sanksi apa yang diputuskan oleh hakim pengadilan negeri Cibinong terhadap pelaku kejahatan pembunuhan, yang kali ini penulis Jebih condong pacla pembunuhan berencana. Lalu apakah putusan hakim itu sesuai clengan ketentuan yang acla dalam Kitab Unclangunclang Hukum Piclana (KUHP) atau sebaliknya terkait dalam menjatuhkan sanksi piclana terhadap pelaku kejahatan pembunuhm1 berencana. Serta sanksi piclmia apa yang harusnya cliterima oleh pelaku kejahatan pembunuhan berencana ini baik menurut panclangm1 hukum pidana Islm11 maupun hukum piclana positif. Sehingga clapat memperluas khazanah keilmuan baik itu hukum pidana Islam ataupun hukmn positif khususnya mengenai sanksi pidana bagi pelaku kejahatan pembunuhan berencana. Maka dari itu sebagai mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum, penulis merasa berkepentingan untuk membahas persoalan ini. Dan memberi alasan bagi penulis untuk memberi juclul: "KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENT ANG PEMBUNUHAN BERENCANA".
13
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Garflka, 2007), h.35
7
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah I. Pembatasan Masalah Salah satu aspek yang paling penting dalam kehiclupan berbangsa dan bernegara di Indonesia aclalah biclang hukum, climana ujung pangkal clari hukum itu sencliri ialah penjatuhan piclana bagi setiap pelaku tinclak piclana. Yang mana, hal tersebut diatas ticla clapat clilepaskan clari pemenuhan rasa keaclilan bagi setiap pihak yang clirugikan ataupun sebaliknya. Berdasarkan hal diatas, maka penulis membatasi penulisan skripsi pada halhal rnengenai ketentuan sanksi piclana pembunuhan berencana rnenurut hukum pidana Islam clan mengenai pertimbangan hakim pengadilan negeri Cibinong Bogor dalarn rnenjatuhkan piclana bagi pelaku tindak piclana pembunuhan berencana, serta panclangan hukum piclana [slam terhadap putusan penagdilan negeri Cibinong Bogor mengenai perkara pernbunuhan berencana. 2. Perumusan Masalah Masalah yang akan clibahas clalam skripsi ini adalah :;anksi piclana bagi pelaku pembunuhan berencana. Dimana clalam hukum piclana Islam menyebutkan bahwa pelaku tinclak piclana pembunuhan berencana clikenakan sanksi qi;,d;, (piclana mati). Akan tetapi, kenyataan clilapangan yakni yang terclapat dalam putusan hakim pengadilan negeri Cibinong ticlak clikenakan piclana maksimal yaitu pidana mati atau penjara seumur hiclup. Jelas clisini bahwa tidak clapat memenuhi rasa keaclilan bagi pihak korban. Untuk itu agar pembahasan skripsi ini teratur clan sitematis maka penulis perlu merumuskan perincian permasalahannya sebagai berikut:
8
a. Bagaimana ketentuan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana menurut hukum Islam ? b. Bagaimana pe1iimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana di Pengadilan Negeri Cibinong
9
c. Bagaimana
pandangan
hukum
Islam
terhadap
putusan
hakim
Pengaclilan Negeri Cibinong mengenai sanksi piclana bagi pelaku tinclak piclana pembunuhan berencana ?
C. Tu.juan Dan Manfaat Pcnclitian 1. Tujuan Penelitian
Dari pemaparan latar belakang clan perurnusan masalah diatas, maka clapat kita ketahui bahwa tujuan penelitian ini aclalah : a.
Untuk mengetahui clan menjelaskan ketentuan sanksi pidana terhadap pelaku tindak piclana pembunuhan berencana menurut hukum Islam.
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim clalam menjatuhkan piclana terhaclap pelaku tinclak piclana pembunuhan berencana di Pengaclilan Negeri Cibinong. c. Untuk mengetahui clan menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap putusan hakim Pengadilan Negeri Cibinong mengenai sanksi pidana bagi pelaku tinclak piclana pembunuhan berencana.
9
2. Manfaat Penulisan Penulisan skripsi ini cliharapkan berguna bagi pen.gembangan pengetahuan ilmiah clibiclang hukum, baik hukum piclana Islam khususnya maupun lmkum piclana positif pacla umumnya. Selain itu cliharapkan clapat memberikan informasi tentang hukuman bagi pelaku tindak piclana pembunuhan berencana menurut hukum Islam clan hukum positif kepacla masyarakat luas, clan klmsusnya pada umat Islam. Begitujuga, sebagai masukan kepacla pihak-pihak yang berwenang clalam pelaksanaan peraturan perunclang-unclangan. Agar clapat clilakukan perbaikan yang cliperlukan untuk clapat memenuhi kebutuhan masyarakat clalam bidang hukum, khususnya mengenai hukuman terhaclap tinclak pidana pembunuhan be1«oncana.
D. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian terclahulu, yang memiliki tema yang sama clengan tema yang clipilih oleh penulis clan materi/karya-karya tersebut adalah karangan Adami Chazawi, Yang be1juclul "Kejahatan Terhaclap Tubuh clan Nyawa" hal yang paling utama yang dikajinya aclalah bentuk-bentuk kejahatan, penjelasan mengenai Unsurunsur kejahatan, se1ia pembeclaan unsur-unsur subyektif clan obyektif. Temuan penting pacla karya ini aclalah bahwa semua tinclak kejahatan terhaclap tubuh clan nyawa akan menclapatkan sanksi piclana tennasuk pembunuhan berencana. Karya keclua aclalah karya Ahmad Hanafi yang berjuclul "Asas-asas Hukum Piclana Islam" hal yang paling penting yang clikaji mengenai pembunuhan clalam lingkup Hukum Islam. Di clalam karya ini, clijelaskan bahwa aclanya pembagian clan
10
jenis-jenis pembunuhan yang terdiri dari pembunuhan sengaJa yang mana pelaku iindak pidana ini diancam dengan hukuman kisas dan pembunuhan tidak disengaja pelaku diancam dengan hukuman diyat. Pada karya ini tidak disinggung mengenai pembunuhan yang direncanakan dahulu. Melihat pada karya-karya diatas. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sudah banyak karya yang membahas mengenai pcmbunuhan tapi, penulis memfokuskan kepada pembahasan mengenai sanksi piclana bagi pelaku tindak piclana pembunuhan berencana yang dijatuhkan oleh hakim pengadilan negeri cibinong dalam perspektif hukum pidana Islam skripsi ini merupakan kajian atas putusan Pengadilan Negeri Cibinong. Kelebihan dari penulisan ini yaitu clisamping teori mengenai pembunuhan berencana dikuatkan pula dengan praktek atau penerapan hukum di lapangan. E. Metode Penclitian Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai be1ikut : I. Jenis penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis pergunakan clalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data-datanya diungkapkan melalui kata-kata nonna atau aturan-aturan, dengan kata lain, penelitian ini memanfaatkan data kualitatif, penelitian ini dipergunakan karena penelitian ini dilakukan dengan mendasarkan pada ketentuan-ketentuan perundangundangan yang mengatur tentang masalah pembunuhan bcrcncana.
11
Penelitian hukum normatif-cloktiiner, yakni penelitian yang mengkaji asas-asas dan nonna-norma suatu sistem. Penulis mencoba menelaah dan menjelaskan aspek-aspek hukum yang berkenaan dengan pe1111asalahan ini. Penelitian ini cligunakan karena untuk mengetahui clan menjelaskan asas-asas clan nonna-norma hukum yang menjacli lanclasan hukum yang berkenaan clengan penelitian ini. Penelitian
cleskriptif,
penelitian
yang
menggambarkan
clan
menjelaskan masalah, mengumpulkan, menyusun clan rnenyeleksi data yang terkumpul clianalisa clan cliinterpretasikan. Jenis data yang dikumpulkan clalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu berupa kata-kata, ungkapan, norma atau atauran-aturan clari penomena yang cliteliti, berupaya mengupas clan mencermati sesuatu secara ilmiah clan kualitatif mengenai tindak pidana pembunuhan berencana. Ini dilakukan untuk mempennudahkan penulisan pacla kajian pembunuhan berencana. 2. Sumber Data Seclangkan jenis data yang yang clipergunakan penulis menggunakan data cliantaranya : a. Bahan hukum primer yaitu
pen.mclang-unclangan yakni clokumentasi
putusan Pengaclialn Negeri, Kitab Unclang-unclang Hukum Piclana (KUHP) clan Kitab Undang-unclang Hukum Aeara Piclana (KUHAP), clalil-clalil yang terdapat dalam al-Qur'an clan al-Haclis, serta ketentuanketentuan Fiqih yang mengatur pennasalahan pembunuhan berencana.
12
b. Bahan hukum sekunder yaitu : buku-buku hukum yang acla korelasinya dengan materi yang menjadi pokok masalah yang akan clibahas. Seperti buku At-Tasyr'i Al-Jina'i Al-Islamy. e. Bahan hukum tersier yaitu : bahan hukum yang memberikan penjelasan terhaclap bahan hukum primer dan sekuncler. 3. Teknik Pengumulan Data Teknik pengumpulan data yang cligunakan adalah studi dokumenter yaitu clengan earn memanfaatkan clokumen, buku-buku tertentu atau arsiparsip yang acla clilembaga pemerinatahan setempat sebagai obyek penelitian serta data-data yang cliperoleh dari literatur clan reforensi yang berhubungan clan berkenaan clengan juclul skripsi ini.
4. Tehnik Analisis Data Pada penelitian hukum nomrntif, pengolahan data pacla hakekatnya kegiatan untuk mengaclakan sistematisasi terhaclap bahan-bahan yang diangkat clalam pembahasan. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis clan kontruksi. 14 Setelah data-data terkumpul, maka clianalisa dengan metocle qualitatif content analysis yaitu : "teknik penelitian clengan pengolahan data sesuai clengan yang clianalisa yakni materi yang sesuai dengan
pembahasan,
14
dan
untuk
membuat
inferensi-inferensi
(dapat
ditarik
Ba1nbang Sunggono) 1\1etodologi Penelifian !Jukun1, (Jakarta: PI' Raja Grafindo Persada,
2003). Cet ke -6 h.186
13
kesimpulan)
yang
dapat
ditirn
(replicable)
dari
data
yang
sahih
dengan
memperhatikan konteksnya". 15 Dengan cara sebagai berikut: pe11ama, semua data dikumpulkan. Kedua, data disederhanakan melalui serangkaian kegiatan ktegorisasi. Ketiga, dilakukan analisis kualitatif terhadap data dan terakhir, dilakukan usaha pemaknaan interpretasi atas data. Teknik penulisan skripsi ini menggunakan "Pecloman Penulisan Skripsi Fakultas Syari 'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakm1a 2007".
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi, agar penulisan skripsi ini lebih terarah clan ticlak menyimpang clari judul yang akan clibahas, uraian skripsi ini clibagi rnenjadi lima bab, clan tiap-tiap bab membahas satu tema pokok clan selanjutnya clijabarkan dengan beberapa sub bab . Rencana penulisan skripsi ini tentu cliawali clengm1 Bab Pendahuluan. Sebagaimana layaknya suatu penulisan ilrniah, maka bab penclahuluan ini mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan clan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metocle Penelitian, clan diakhiri dengan Sistematika Penulisan. Bab Kedua, dalam bab ini akan dibahas mengenai Tindak Piclana Pembunuhan berencana menurut Hukum Positif yang terdiri dari : Pengertian,
15
Burhan Bungin, l\Ietodologi Penelilian Kua/ital{{, (Jakarta: P'f Raja Grafindo Persada, 2003). Cet ke-3 h. 172-173
14
Kualifikasi, Unsur-unsur clan Sanksi Piclana bagi Pelaku Tinclak Piclana Pembunuhan Berencana Menurut Hukum Positif. Kemuclian, pacla Bab Ketiga akan dibahas mengenai Tinclak Pidana Pembunuhan berencana menurut Hukum Islam yang terdiri clari : Pengertian, kualifikasi, unsur-unsur, perihal pembunuhan berencana dalam hukum pidana Islam, Pembuktian Pembunuhan, Hukurnan bagi Pelaku Tindak Pidana Pernbunuhan Berencana Menurut Hukum Islam.clan Bab Keernpat, clalam bah ini yang rnerupakan Analisis Hukurn Islam clan Hukurn Positif tcrhadap Putusan Hakim PN Cibinong Mengenai Perkara Piclana Pembunuhan Berencana. Diakhiri clengan Bab Kelima, yang rnerupakan bah penutup, penulis akan mengemukakan kesimpulan clari hasil penelitian clan pcmbahasan skripsi, sebagai jawaban atas masalah-masalah yang telah clitetapkan sebelumnya clan saran-saran untuk masalah tersebut.
BABU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Pembunuhan
Dalam bukunya Hilman Hadikusuma yang berjudul "Bahasa Hukum Indonesia", kata bunuh berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat supaya mati. Adapun pembunuh miinya orang atau alat yang membunuh, dan pembunuhan bermii perkara membunuh, perbuatan atau ha! membunuh. 1 Dalmn bukunya Adami Chazawi yang berjudul, "Kejahatm1 Terhadap Tubuh dan Nyawa" pembunuhan dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa karena kejahatan ini berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingm1 hukum yang melindungi dan yang merupakan sutu obyek kejahatan dalam ha! ini adalah nyawa (Leven) manusia. 2
Untuk memahami arti pembunuhan, dapat dilihat pada pasal 338 KUHP yaang berbunyi "Barang siapa yang sengaja menghilm1gkan jiwa orang lain km·ena makar mati, diancam dengan hukuman penjara selama-lan1anya 15 tahun". Dari pasal 338 KUHP, dapat dipahmni bahwa pembunuhan sengaJa (doodslag), merupakan perbuatm1 yang dapat mengakibatkan kematian orang lain. Dari pasal 338 KUHP dapat dipahan1i juga bahwa pembunuhan itu disengaja. Artinya 1
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: PT Alumni, 2005), h. 129 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nymva, (Jakart<.: PT Raja Gafindo Persada, 2002), h. 55 2
16
diniatkan untuk membunuh seseorang. Selain dari itu pula, dapat dipabami babwa pembunuhan itu dilakukan dengan segera sesudah timbul maksud untuk membunuh. 3
B. Kualifikasi Pembunuhan
Di dalam hukum pidana positif, kejabatan terhadap jiwa manusia terdapat didalam buku II TITEL XIX pasal 338 s/d 350 KUHP. Menumt sistematika KUHP, jenis kejahatan ini disandarkan kepada subyektif elemennya, diperinci atas dua macam kejahatan yaitu pertama kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan sengaja (dolense misdrijven), yang terdiri dari pasal 338 s/d 350 KUHP. Selanjutnya yang kedua yaitu kejahatan yang dilakukan terhadap jiwa manusia yang te1jadi karena kelapaan (cu/pose misdrijven). Seperti halnya yang termaktub dalam pasal 359 KUHP. I. Kejahatan terhadap jiwa atau nyawa manusia yang dilakukan dengan senga,ia.
Kejahatan ini terdiri atas tujuh jenis. Adapun jenis-jenisnya yaitu pembunuhan dengan sengaja (doodslag), pembunuhan yang direncanakan terlebih dalmlu (moord), pembunuhan yang memberatkan, pembunuhan yang dilakukan atas permintaan yang sangat tegas oleh korban, tindakan seseorang yang dengan sengaja menganjurkan atau
3
R. Soesilo, Kit ab Unclang-undang Hukiun Pidana, Serta Kon1entar-kon1entarn)'il Lengkap Pasa/ demi pasal, (Bandung: Karya Nusantara, l 996), h, 207
17
membantu se1ia memberi daya upaya kepada orang lain untuk rnelakukan bunuh diri, pembunuhan bayi dan menggugurkan kandungan (abortus). 4 Pembunuhan dengan sengaja, kejahatan ini diatur dalarn pasal 338 KUHP yang berbunyi: "Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun". Jenis pembunuhan yang dimaksud oleh pasal 338 KUHP ini adalah merupakan pembunnhan dalam bentnk pokok. Dimana pasal ini mengancam pelaku tindak pidana dengan hukuman berat. Hal ini dikarenakan, adanya unsur dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain. Yakni melakukan pembunuhan dengan sekonyong-konyong tanpa berfikir dengan matang dan tenang lebih dahulu. Sebenamya, jika dicermati seksama, maka dapatlah diketahui bahwa semua Jems kejahatan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan sengaja adalah tennasuk dalam kontek pembunuhan yang dimaksud oleh pasal. 338 KUHP. Adapun unsur-unsur delik pembunnhan dengan sengaja (doodslag). sebagaimana yang terdapat dalam pasal
338
KUHP,
unsur-unsur pembunuhan
sengaja yaitu
menimbulkan matinya orang lain dan perbuatan itu dilakukan de:ngan sengaja. 5 Jenis pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu (moord), atau disingkat dengan pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia. Adapun penge11ian
4
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nymva, h. 56 Gersen W Bawengan, Hukum Pidana Di dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Pradya Prarnita, 1979), h, 159 5
18
pembunuhan berencana yaitu kejahatan merampas nyawa manusrn lain atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. Kejahatan ini diatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi: "Barangsiapa yang dengan
sengaja dan direncanakan terlebih
dahulu dalam
keadaan tenang
menimbulkan matinya orang lain, di pidana karena pembunuhan yang direncrnrnkan (moord) dengan pidana mati, atau penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20
tahun". Adapun unsur-unsur pembunuhan berencana yang terdapat pada pasal 340 KUHP yaitu adanya unsur subyektifyang terdiri dari unsur dengan sengaja dan unsur dengan direncanakan dahulu. Adapun unsur obyektifuya yaitu yang terdiri clari unsur perbuatan pelaku menghilangkrn1 nyawa, yakni nyawa orang lain sebagai obyeknya. 6 Apabila kita cennati, pembunuhan berencana. ini terdiri clari pembunuhan yang acla dalam arti pasa.l 338 K.UHP. Namun clitambah dengan adanya nnsur rencana terlebih clahulu. Sebena.rnya pasal 340 KUHP dirnmuskan clengan cara mengulang kembali seluruh unsur cla.lam pasal 338 KUHP, kemudian ditambah dengan sa.tu unsur lagi yakni "dengan rencana terlebih dahulu". Oleh karenrn1ya pembunuhan berencana clianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri (een ze/fstanding misdjrij).
6 7
7
Ibid., h. 57 Adami Chaza\.vi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h.82
19
Adapun jenis pembunuhan yang memberatkan. Terdapat dan diatur dalam pasal 339 KUHP yang berbunyi: "Pembunuhan yang diikuti, disertai atau clidahului oleh suatu perbuatan pidana yaug dilakukan dengan maksud untuk mempersiap atau mempemrndah pelaksanaannya, atau untuk melepas diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam ha! tertangkap tangan, ataupun untuk memastikau penguasaau barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam clengan pidaua penjara seumur hidup atau waktu tertentu, paling lama 20 tahun". Delik pembunuhan yang diatur dalam pasal 339 KUHP ini, selain mempunyai atau memiliki unsur-unsur pokok dari delik pembunuhan biasa, juga mengaudung unsur-unsur tambahan yang menyebabkan diperberatnya hukuman. Unsur-unsur tambahan yang menyebabkan diperberatnya hukuman mempunyai hubungan kausal clengan unsur-unsur tinclak piclana lain dalam bentuk menyertai, mendahului se1ia atau diikuti causal (sebab-akibat), tidak berdiri sendiri. Jadi, di antara kedua tindak pidaua itu hams mempunyai sebab akibat karena justru pembunuhan dilakukan dengan maksud te1ientu, yakni jika pembunuhan itu pe1iama, diikuti (gevolg) oleh tinclak piclaua lain, yang dimaksuclkan untuk memperisapkan tindak pidana yang lain. 8 Keclua, jika disertai (vergezeld) oleh tinclak pidana lain, yang dimaksudkan untuk mempennudah terlaksananya tinclak pidana lain, clan cliclahului (voorafgegaan) oleh tindak pidana lain. Selaqjutnya yang ketiga, jika tindak pidana itu te1jadi ketika pelaku atau pelaku pese1ia tertangkap tangan (kepergok), pembunuhna tersebut
8
lbid., h. 73
20
be11ujuan untuk menghindarkan si pelaku atau peserta Jain daari hukuman atau untuk menjamin agar barang-barang yang diperoleh tetap dimiliki dengan melawan hukum.
9
Selanjutnya jenis lainnya dari pembunuhan yaitu pembunuhan yang dilakukan atas permintaan yang sangat tegas oleh korban. Bentuk pembunuhan ini diatur dalam pasal 344 KUHP, yang merumuskan sebagai berikut: "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas pe1mintaan orang itu sencliri yang jelas dinyatakan clengan kesunggguhan hati, dipiclana clengan piclana penjara paling lama 12 tahun''. Kejahatan yang clirumuskan tersebut cliatas, terdiri clari unsur-unsur sebagai berikut: a. Perbuatan clapat menghilangkan nyawa orang lain. b. Pembunuhan itu atas permintaan sencliri. c. Yang dinyatakan clengan sungguh-sungguh. Melihat pacla ancaman piclana yang clisebutkan clalam pasal 344 KUHP cliatas, jauh lebih ringan clibancling clengan ancaman hukmnan yang cliberikan oleh pasalpasal sesudahnya. Hal ini clisebabkan oleh karena adanya faktor atas pe1mintaan yang tegas clan sungguh-sungguh atau nyata clari pihak korban, dimana ha! ini merupakan syarat dan ketentuan khusus bagi berlakunya pasal ini. 10 Pembunuhan atas permintaan sencliri (344 KUHP) ini sering clisebut clengan euthanasia (mercy killing), yang clipiclananya si pembunuh, walaupun si pemilik 9
Amin Suma, dkk, Hukum Pidana !slam di Indonesia, Peluang, Prospek, dan Tantangan, h.
152 10
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 102-106
21
sendiri yang memintanya, membuktikan bahwa sifat publiknya lebih kuat dalam hukum pidana. Walaupun korbannya meminta sendiri agar nyawanya dihilangkan, toh perbuatan orang lain yang memenuhi pe1mintaannya itu tetap dapat dipidana. 11 Jenis lain yang mengancam jiwa atau nyawa manusia yaitu tindakan seseorang yang dengan sengaja menganjmkan, membantu atau memberi daya upaya kepada orang lain untuk melakaukan bunuh diri. Kejahatan ini diatur dalam pasal 345 KUHP yang berbunyi, "Barang siapa yang dengan sengaja menganjurkan orang lain untuk membunuh diri atau membantu ornag lain untuk bunuh diri atau memberi alatalat kepadanya untuk itu, apabila bunuh diri itu te1jadi dilakukan, dipidana dengan penjara paling lama 4 tahun". Untuk lebih memudahkan pernahaman kita dalam delik ini, baiklah kita perhatikan unsur-unsur yang terdapat pada pasal ini. Di dalam delik ini yang dilarang adalah dengan sengaja menganjurkan orang lain untuk bunuh diri, membantu orang lain untuk bunuh diri, memberi daya upaya kepada orang lain untuk melakukan rnembunuh diri dan apabila bunuh diri itu jadi dilakukan. 12 Adapun jenis lainnya yaitu pembunuhan bayi. bentuk pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya pada saat dan tidak lama setelah melahirkan, yang dalam praktik hukum sering disebut dengan pembunuhan bayi. Ada 2 macam pembunuhan bayi, yang masing-rnasing pembunuhan bayi itu dirumuskan dalam pasal 341 dan 342. Pasal 341 KUHP yang berbunyi, "seorang ibu yang karena takut
11 12
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 106 Amin Suma, Op Cit, h 154-155
22
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena pembunuhan anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun". Yang terkena pasal ini adalah seorang ibu, baik yang sudah menikah maupun belum yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak beberapa Jama sesudah melahirkan anak.
Kejahatan ini dinamakan "makar mati
anak" atau membunuh biasa seorang anak. 13 Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 341 KUHP, ini yaitu adanya unsur yang pokok. Yakni seorang ibu dengan sengaja merampa;: jiwa anaknya sendiri pada saat ia melahirkan atau antara masa setelah ia melahirkan anaknya. Adapun tmsur yang pentingnya, yaitu perbuatan merampas jiwa anaknya itu harus dilakukan berdasarkm1 suatu alasan, yakni seorang ibu didorong oleh perasaan takut akan diketahui bahwasmmya ia melahirkan seorang anak. 14 Secara mendalam, kinderdoodslag adalah kejahatan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orm1g,. Artinya kejahatan itu harus dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang sedang dilahirkan atau tidak lama seteiah dilahirkan. 15 Pasal 342 KUHP yang berbunyi "Seorm1g ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan km·ena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat
13
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hulaun Pidana, Serta Kon-1entar-kon1entarnya Lengkap Pasa/ demi pasal, (Bandung: Karya Nusantara, 1996), h, 158 14 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 88 15 Amin Suma, dkk, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Peluang, Prospek, dan Tantangan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet, Ke I, h, 156
23
dilahirkan atau tidak lama kemudian, merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri, dengan penjara paling lama 9 tahun". Kalau kita perhatikan dengan seksama, maka akan dite:mukan suatu kesan1aan antara unsur-unsur yang terdapat pada pasal 341 dengan pasal 342 KUHP, yakni kejahatan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya sendiri yang sedang atau tidak lama setelah dilahirkan. Akan tetapi, jika delik itu dibandingkan, ternyata masih terdapat perbedaan dan perbedaanya ini terletak pada unsur "su byektifitas", yaitu: a.
Kinderdoodslag, "ofzetnya" baru timbul pada si ibu waktu ia sedang atau tidak lanm setelah melahirkan anaknya.
b.
Kindermoord, "ofzetnya" timbul pada si ibu sebelum ia melahirkan anaknya atau atau ketika ia mengandung. 16 Unsur penting dalam Kindermoord, adalah pembunuhan oleh si ibu harus berdasarkan suatu motif. Dalam hal ini kehendak yang dimiliki oleh si ibu untuk melaksanakannya sebelum ia melahirkan anaknya itu. Kehendak tersebut diliputi oleh perasaan takut si ibu itu kalau-kalau peristiwa melahirkan anaknya diketahui orang. 17
Pada pasal 343 KUHP yang berbunyi "kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain untuk tmut serta malakukan sebagai pembunuhan anak berencana''. Dalam hal ini dapat dim1ikan bahwa bagi orang lain yang turut serta dalam kedua macan1 pembunuhan ini (pasal 341 dan 342), kejahatan16
Amin Suma, dkk, Hukznn Pidana Islan1 di Indonesia, Pe!uang, f>rospek, clan Tantangan,
17
Ibid., h. 158
h,158
24
kejahatan itu dianggap sebagai pembunuhan berencana dari pasal 340 KUHP. Jadi, hukumannya sangat berat bagi si ibu sebagai pelaku utama." Jenis yang lainnya yaitu menggugurkan kandungan (abortus). 19 Kejahatan pengguguran dan pembmrnhan terhadap kandungan (doodslag op een ongeborn vrucht) diatur dalam 4 pasal yakni: 346, 347, 348 dan 349. Pasal 346 KUHP yang
berbunyi "Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh omag lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun". 20 Adapun perbuatan yang dilarang dalam delik ini, dirumuskan dalam 3 bentuk perbuatan. Perbuatannya yakni menggugurkan dengan sengaja atau bayi yang masih dalam kandungan si ibu, mengakibatkan dengan sengaja matinya anak yang masih ada didalam kandungan si ibu dan menyuruh orang lain menggugurkan atau mengakibatkan matinya anak yang ada didalam kanclungan s1 ibu. 21 Aclapun yang climaksucl clengan perbuatan menggugurkan kandungan yaitu melakukan perbuatan yang bagaimanapun wujucl clan caranya terhaclap kanclungan seorang perempuan, yang menimbulkan akibat lahirnya bayi clan janin clari clalam rahim perempuan tersebut sebelum waktunya dilahirkan menurut al am. 22
18
Wi1jono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu cfi Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2003), Cet. Ke I, h 73 19 M. Ssudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di dalam KUHP, (Bandung: Remaja Karya, 1986), h,121 20 R. Soesilo, Op Cit, h 243 21 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. I 12 22 Ibid., h. 112-113
25
2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kealpaan. Dasar delik hukum ini diatur dalam pasal 359 KUHP ya11g berbunyi, "Barang siapa karena kealpaan menyebabkan orang lain mati, dipidana perrjarn paling lama 5 tahun atau pidana kurungna paling lama I tahun". Unsur-unsur dari rumusan tersebut diatas aclalah aclanya unsur kelalaian (culpa) clan perbuatannya clapat menyebabkan kematian. 23 Dalam perbuatan ini yang dilarang yaitu menimbulkan matinya orang lain, clalam perbuatan itu tidak clinyatakan clengan tegas bagaimana sifat perbuatannya yang menimbulkan matinya orang lain. Hanya perbuatan itu tidak dilakukan dengan sengaja, tetapi karena kelalaian atau kesalahan semata. Pasal 359 KUHP yang clikutip diatas aclalah merupakan pasal yang mengancam clelik culpa, yang merupakan pendamping delik doloes, sebagaimana yang tercantum pada pasal 338 KUHP. 11 Kalau kita bancling-banclingkan keclua pasal tersebut, maka akan memuclahkan kita untuk menarik garis vertical yang memisahkan clan membedakarmya secara tajam clari segi tinjauan subyektif, yaitu bahwa pasal 338 KUHP (doloes doodslag) clilakukan clengan sengaja, sedangkan pasal 359 KUHP (cu/pose doodslag), hams clihukum karena kelalaiannya atau kesalaharmya. 25 Dalam mengkualifikasi suatu perbuatan itu sebagai perbuatan lalai atau kurang hati-hati aclalah masalah yang amat sukar clan sulit. Namun, untuk sekeclar 23
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 125
24
Gersen W Ba\vengan, Huk11n1 Pidana Di dala1n Teori dan Praktek, (Jakarta: Pradya
Pramita, 1979), h, I 00 25 H. A. K. Mochtar Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus, (Bandung : Alumni, 1979), h 110
26
petunjuk dapatlah kriteria, bahwa seseorang dianggap lalai atau kurang hati-hati, apabila ia dapat membayangkan akibat yang mungkin terjadi karena perbuatan itu, ia ticlak melakukan tinclakan-tindakan atau usaha-usaha untuk mencegah timbulnya akibat. 26
C. Unsur-unsur Berencana
Mengenai unsur clengan rencana terlebih clahulu, pacla dasarnya menganclung 3 syarat/unsur, yaitu memutuskan kehendak dalam suasana tenang, aclanya atau tersedia waktu yang cukup, sejak timbulnya kehenclak sampai clengan pelaksanaan kehendak, clan unsur adanya pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. 27 Memutuskan kehendak dalam suasana tenang maksuclnya yaitu pacla saat memutuskan kehenclak untuk membunuh itu dilakukan clalam suasana batin yang tenang. Suasana batin adalah suasana ticlak tergesa-gesa atau tiba-tiba, ticlak clalam keadaan terpaksa clan emosi yang tinggi. Sedangkm1 acla tenggang waktu yang cukup, maksudnya yaitu antara sejak waktu timbulnya atau cliputuskannya kehenclak sampai pelaksanaan keputusan kehendaknya itu. Waktu yang cukup ini relatif, dalmn arti ticlak cliukur dm·i lamanya waktu tertentu, melainkan bergm1tung peda keaclaan atau kejaclian kongkret yang berlaku. Ticlak terlalu singkat karena jika terlau singkat, tidak mempunyai
26
21
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nymva, h. 125 Ibid., h. 82
27
kesempatan lagi untuk berfikir-fikir, karena tergesa-gesa, waktu demikian sudah tidak menggambarkan suasana tenang. Mengenai syarat yang ketiga, berupa pelaksanaan pembunuhan itu dalam susana batin tenang. Bahkan syarat ketiga ini diakui oleh banyak orang sebagai yang terpenting. Maksudnya suasana hati dalam saat melaksanakan pembunuhan itu tidak dalam suasana tergesa-gesa, amarah yang tinggi, rasa takut yang berlebihan dan sebagainya. 28
D. Sanksi Pidana Bagi Pclaku Pembunuhan Berencana Menurut Hukum Positif
Dalam hukum positif yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) telah menetapkan jenis-jenis pidana yang termaktub dalam pasal I 0 KUHP diatur dua pidana pokok dan pidana tambahan, adapun rinciannya adalah sebagai berikut: I. Hukuman Pokok, yang meliputi hukuman mati, lmkuman penjara, hukuman
Kurungan, dan hukuman Denda. 2. Hukuman Tambahan, yang meliputi pencabutan Beberapa hak-hak tertentu, perampasan Barang-barang te11entu, dan pengumuman Keputusan Hakim. 29 Adapun sanksi-sanksi pidana dari macam- macam pembunuhan yang terdapat dalam KUHP yakni: 28 29
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap 1i1b11h Dan Nyawa, h.84 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2004),
Cet. Ke, ll, h, 10
28
PERPUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA
a. Hukuman mati Hukuman mati merupakan hukuman yang paling banyak menimbulkan pro !contra. Ada negara yang masih mempe11ahankan hukuman mati ini dalam perundangundangannya dan melaksanakannya termasuk Indonesia. Jenis hukuman ini di jatuhkan kepada pembunuhan berencana yaitu pasal 340 KUHP. Menurut Tirtamidjaya berpendapat, dalam suatu ha! terientu dapat dibenarkan
mer~atuhkan
pidana mati, demikian kalau si terhukum yang telah nyata bersalah dan dapat membahayakan bagi masyarakat, yang benar-benar harus dibuat agar tidak membahayakan masyarakat. 30 b. Hukuman penjara Dalam KUHP hukmnan penjara terdiri dari dua pola. yaitu penja.ra seumm hidup dan pidana penjara dalam waktu tertentu. Pidana penjara dalam waktu tertentu atau sementara ditentukan minimum dan maksimum lamanya penjara, mmrmum penjara be1jumlah 15 tahun atau 20 tahun untuk batas yang paling akhir. 31 Adapun Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dalam hukum positif, seperti halnya yang telah dibahas pada macam-mcam pembunuhan dalam hukum positif, bahwa sanksi bagi pelaku pembunuhan berencana yaitu seperti yang tercantum dalam pasal 340 KUHP yakni: "Barangsiapa yang dengan
sengaja
dan
direncanakan
terlebih
dahulu
dalam
keadaan
tenang
menimbulkan matinya orang lain, di pidana karena pembunuhan yang direncanakan 30
Tirtamidjaya, Pokok-pokok Hukum Pida11a, (Jakarta: Pasco, 1956), h 124 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, J996), Cet. Ke I, h. l 73 31
29
(moord) dengan pidana mati, atau penjara seumur hidup ata.u selama-lamanya 20
tahun". Adapun unsur yang terkandung di dalamnya yakni unsur subyektif terdiri dari unsur dengan sengaja, dan dengan direncanakan dahulu. Adapun unsur obyektifnya, terdiri dari unsur perbuatanya menghilangkan nyawa dan obyeknya, nyawa orang lain. Jadi, sanksi pidana yang hams dijatuhkan terhadap pelaku pembunuhan berencana menurut hukum positif yaitu hukuman pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun. Hal ini sesuai yang tercantum dalam perundang-undangan Indonesia pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 32
32
Ada1ni Chaza\vi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nymva, h. 81
BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
A. Pengertian Pembunuhan Definisi pembunuhan menurut hukum pidana Islam yaitu perbuatan seseorang yang menghilangkan kehidupan, yang berarti menghilangkan jiwa anak Adam oleh perbuatan anak Adam yang Jain. Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut ~\ berasal dari kata
J:i5
yang sinonimnya
w \..., I
dalam arti istilah, pembunuhan
didefinisikan oleh Abdul Qodir Audah sebagai berikut :
IS-" _ii ~ IS-"
J
C: ..Ll 0~ jJ
<Wl ':?1 ;;y_,.J\ 4-:1 J3ji ..l \.:~\ l.J-o J,._9 Y, ~\ y..1
Artinya: Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nymva manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja. 1 Adapun definisi pembunuhan dalan1 hukum Islam, menurut Wahbah AlZuhaili yaitu:
· J,..9 3 i ~ Ji \:ill 3 i lY ·· b_rw •. ·'I J:,.i\1 _r ,;,. ':? l ;;Li.:,J\ .. <\...!. J 3Y··· ..J WI . LY' 2
~I
:l..:J.i .. L...Jl/' I J...iJ.ill ... f' ..l>l>
<Wl
Artinya: Pembunuhan adalah perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa atau yang mematikan jiwa atau perbuatan dari sebagian manusia yang menyebabkan
1
Abdul Qodir Al-Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al- Jslami, (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), Juz lh, 6 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiah Al- Islam Wa Adillatuhu, (Damsyik: Dar Al-Fikr, 1989), Cet. Ke3 h2l7 2
31
hilangnya kehidupan, maksudnya perbuatan tersebut dapat merusak hakikat kemanusiaan. 3 Jenis pembunuhan dalam hukum Islam ada dua macam. Yaitu pembunuhan yang diharamkan. Adapun maksud dari pembunuhan yang diharamkan yaitu setiap pembunuhan yang didasari dengan niat pelaku untuk melawan hukum. Jenis pembunuhan lainya yaitu pembunuhan secara legal. Artinya, setiap pembunuhan tanpa ada niat melawan hukum, seperti membunuh orang yang membunuh orang lain dan membunuh orang murtad (keluar dari lslam). 4
B. Kualifikasi Pembunuhan Pembunuhan dalam hukum pidana Islam secara gans besar dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama yaitu pembunuhan yang dilarang. Adapun pengertiannya yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan melawan hukum. Jenis yang kedua yaitu pembunuhan dengan hak. A1tinya pembunuhan yang dilakukan dengan tidak melawan hukum, seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan oleh seorang algojo yang diberi tugas melaksanakan hukuman mati. Adapun jumhur puqaha membagi pembunuhan menjadi tiga bagian, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, dan pembunuhan karena kesalahan. 5
3
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiah Al-Islam Wa Adillatuhu, (Damsik: Dar Al-Fikr, 1989), Cet. Ke
-3 h, 217 ''Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hu/mm Pidana Islam, Cet II, h, 177 5 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta; Sinar Grafika, 2004 ), Cet, ke I h.
139
32
1. Pembunuhan sengaja ( ~\
J:ii\l)
Pembunuhan sengaJa sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Q;ilir Audah aclalah:
"wk ..
"- ·'I ~
Ji§ :tili ·11 Y'"' .. •. · 11~.\ .W .... I L:. .:JI> ... C.J...r' .. <..JiY9,
Artinya: Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana perbuatan )Wg mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh korbali." Dalam reclaksi yang lain, Sayyid Sabiq memberikan clefinisi pembunan sengaja adalah suatu pembunuhan yang dimana seorang mukallaf sengaja wllilk membunuh orang lain, yang dijamin keselamatannya clengan menggunakan alat y.mg menurut dugaan !mat dapat membunuh (mematikan). 7 Dari kedua definisi diatas dapat diambil kesimpulan atau intisari, ba\lwa pembunuhan sengaja adalah pembmrnhan dimana pelaku perbuatan tersebut senH!!ia melakukan suatu perbuatan dan clia menghenclaki akibat dari perbuatannya, yjlni matinya orang yang menjadi korban. Sebagai indikator dari kesengajaan wllilk membunuh tersebut dapat dilihat dari alat yang digunakannya. Dalam ha! ini .:dat yang digunakan untuk membunuh adalah alat yang galibnya (lumrahnya) d!i!at mematikan. 8 Berclasarkan definisi cliatas, untuk clapat dikatakan suatu kejahatan terhaili!tp nyawa sebagai pembunuhan disengaja, paling tidak hams ada tiga unsur pokok y111g hams clipenuhi dalam tindak pidana pembunuhan sengaja. 6
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 180 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al-Maarif), Jilid X h,28 8 Ahmad Wardi Muslich, op. cit, h.140 7
33
Unsur pertama tindak pidana pembunuhan sengaJa, yaitu korban yang dibunuh adalah manusia yang hidup. Tindak pidana pembunuhan atas jiwa pada dasarnya adalah tindak pidana terhadap manusia hidup. Karena itu fuqaha menamainya dengan tindak pidana atas jiwa. Untuk memastikan te1jadinya tindak pidana pembunuhan sengaja, korban harus berupa manusia hidup. Unsur kedua, dari tindak pidana pembunuhan sengaja yaitu kematian adalah hasil dari perbuatan pelaku. Untuk memastikan unsur ini, kematian disyratkan harus akibat dari perbuatan pelaku dan perbuatan tersebut biasanya memang mengakibatkan kematian. Suatu perbuatan tidak disyaratkan berupa jenis-jenis tertentu untuk dianggap sebagai pembunuhan. Karenanya, perbuatan bisa berupa memukul, melukai, menyembelih, membakar, mencekik, meracun, atau bentuk lainnya. 9 Unsur ketiga, dari tindak pidan pembunuhan sengaja yaitu pelaku tersebut menghendaki terjadinya kematiaan (be1maksud melakukan pembunuhan). Untuk menentukan bahwa suatu pembunuhan dianggap pembunuhan disengaja, Imam Abu Hanifah, As-Syafi'i, dan Ahmad bin Hambal mensyaratkan pelaku harus memiliki tujuan ingin membunuh. Jika tujuan tersebut tidak terpenuhi, perbuatan tersebut tidak dianggap pem bunuhan disengaj a, karena niat tan pa ada maksud in gin membunuh tidak cukup untuk menjadikan suatu perbuatan sebagai pernbunuhan disengaja. Adapun Imam Malik berpendapat lain, pada pembunuhan disengaja ini beliau tidak mensyaratkan harus ada niat membunuh dari pelaku. Menurutnya, tujuan pelaku yang ingin membunuh korban atau berbuat dengan me!awan hukum, namun tidak ada niat 9
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi flukun1 Pidana ls/tun. h. 193
34
untuk membunuh, nilainya sama selama ia tidak berbuat untuk bermain-main atau memberi pendidikan. 10 Unsur keempat, dari tindak pidana pembunuhan sengaJa yaitu alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja dapat mematika korban. Dalam ha! ini Imam Abu Hanifah mensyaratkan alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja adalah alat yang biasanya mengakibatkan kematian. Sedangkan menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mensyaratkan alatnya, yaitu alat yang biasanya digunakan untuk membunuh, sekalipun tidak melukai. Alat yang digunakan untuk membunuh itu ada tiga macam, yaitu alat yang umurnnya dan secara tabiat dapat digunakan untuk membunuh seperti tombak, pedang, dan sebagainya, alat yang kadang-kadang digunakan untuk membunuh, sehingga tidak jarang mengakibatkan kematian seperti cambuk, tongkat. selanjutnya alat yang jarang mengakaibatkan kematian pada tabiatnya, seperti menggunakan tangan kosong. 11 2. Pembunuhan semi sengaja ( ~\ ~
Jli\I)
Menurut Abdul Qodir Audah, pembunuhan semi sengaja adalaJ1 perbuatan yang disengaja oleh pelaku sebagai penganiayaan (permusuhan) terhadap diri korban, tetapi tidak bennaksud pembunuhan tetapi korban mati akibat perbuatan tersebut. Sayid Sabiq mendefinisikan bahwa pembunuhan semi sengaja yakni seorang mukallaf bermaksud menrnkul orang tersebut yang dilindungi darahnya dengan suatu
0
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h 241 A Ddazuli, Fiqih Jinayah, Upaya Penaggulangan Kejahatan dalam Islam, (Jakat1a : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet ke 2 h, 129 '
11
35
alat yang galibnya tidak mematikan seperti memukul dengan tongkat atau batu kecil atau menampar dengan tangan atau cemeti dan semestinya. 12 Dari kedua definisi di atas, kiranya jelas bahwa pembunuhan semi sengaja adalah setiap perbuatan yang dikehendaki oleh pelaku, tetapi perbuatannya tersebut tidak dimaksudkan untuk membunuhnya dan korban meninggal, sebagai akibat dari perbuatan pelaku. Berdasarkan definisi di atas, suatu perbuatan barn dianggap sebagai pembunuhan semi sengaja apabila memenuhi unsur-unsur pokok yang terkandung dalam pembunuhan semi sengaja. Unsur pertama, dari tindak pidana pembunuhan semi sengaja yaitu adanya perbuatan dari pelaku yang mengakibatkan kematian. Untuk memenuhi unsur ini pelaku disyaratkan melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian korban, apapun bentuk perbuatannya baik pemukulan, pelukaan, maupun laim1ya dari beragam bentuk penganiayaan dan menyakiti yang tidak termasuk pemukulan dan pelukaan, seperti menengelamkan, membakar, memberikan racun dengan tanpa niat membunuh. 13 Adapun unsur kedua, dari pembunuhan semi sengaja yakni adanya maksud kesengajaan dalam melakukan perbuatan. Pelaku disyaratkan melakukan perbuatan secara sengaja yang mengakibatkan kematian tanpa niat membunuh korban secara sengaja. Halni adalah satu-satunya yang utama untuk membedakan antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan menyerupai sengaja. Dalan1 pembunuhan
12 13
Abdul Qodir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. h 255 Ibid., h. 256
36
sengaja, pelaku melakukan perbuatan secara sengaja dan niat membunuh korban. Adapun dalam pembunuhan menyerupai disengaja, pelaku melakukan perbuatan secara sengaj a tetapi tidak beruiat membunuh korban. Kemudian unsur ketiga dari pembunuhan semi sengaja yaitu kematian adalah akibat dari perbuatan pelaku. Artinya perbutan tersebut merupakan ilat (penyebab) langsung terhadap kematian. Jika tidal( ada hubungan sebab akibat, pelaku tidak be1tanggung jawab atas kematian korban, tetapi pelaku hams be1tanggung jawab karena melakukan pelukaan atau pemukulan. 14 Terhadap pembunuhan semi sengaja, diterapkan prinsip-prinsip lmkum dalam pembunuhan semi sengaja, yang membedakan antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan semi sengaja adalah dalam pembunuhan sengqja, si pelaku memang sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian. Sedangkan dalam pembunuhan semi sengaja, si pelaku tidak ada maksud melalrnkan pembmmhan, sekalipun ia melakukan penganiayaan. 15 3. Pembunuhan tersalah
(>-lbill ~I)
Dasar hukum pembunuhan tersalah adalah finnan Allah SWT, dalam surat An-Nisa ayat 92 yang berbunyi :
14
i;
Abdul Qadir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. h 261 A Ddazuli, Op Cit, h,133
37
Artinya : "Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah ''. Penge1iian pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Sabiq pembunuhan karena kesalahan adalah seorang mukallaf melakukan perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan, sepe1ii menemba.k binatang buruan atau membidik
suatu
keselamatannya
sasaran, dan
tetapi
kemudian
membunuhnya.
mengenm
Wahbah
Zuhaili
orang
yang
dijamin
memberikan
definisi
pembunuhan karena kesalahan yaitu, pembunuhan yang te1jadi karena tanpa maksud melawan hukum, baik dalam perbuatannya maupun obyeknya.. Adapun pembunuhan yang bennakna tersalah adalah pembunuhan ym1g tidak direncanakan untuk dilakukan atau tindakan itu mengenai orang yang bukan
m\~njadi
sasaran. Aliinya
pelaku tidak sengaja melakukan perbuatan yang mnyebabkan kematian dan tidak bermaksud membunuh korbm1. 16 Dari definisi tersebut diatas, dapat diambil intisarinya bahwa dalam pembunuhan karena tersalah, sama sekali tidak ada unsur kesengajaan untuk melakukan perbuatan yang dilarang, dan tindak pidana pembunuhan yang
te~jadi
itu
karena adanya kekurang hati-hatian atau karena kelalaian pelaku. Dalam ha! ini, pelaku tetap dipersalahkan. Km·ena ia lalai dan kurang hati-hati sehingga mengakibatkan hilm1gnya nyawa orang lain. 16
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h 263
38
Adapun unsur-unsur pembunuhan karena kesalahan atau tersalah yakni pertama, adanya perbuatan yang mengakibatkan matinya korban. Dalam ha! ini disyaratkan adanya perlakuan terhadap korban yang dilakulrnn oleh pelaku atau disebabkan oleh pelaku, baik pelaku sengaja dan menghendaki perbuatan tersebut, seperti hendak menembak binatang, tetapi mengenai manusia, maup1m perbuatan tersebut te1jadi akibat kelalaian dan ketidak hati-hatiannya tanpa maksud melakukannya, seperti berbalik ketika sedang tidur dan menindih anak kecil yang ada disebelalmya kemudian anak tersebut mati. 17 Selanjutnya unsur yang kedua, dari pembunuhan tersalah yakni perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan (kelalaian pelaku). Tersalah atau kelalaian ini adalah unsur utama yang membedakan tindak pidana tersalah secara umum. Jika tidak ada kekeliruan, hukumanpun tidak ada. Kekeliruan dianggap ada apabila sikap berbuat atau sikap tidak berbuat menimbulkan akibat yang tidak bisa ditolak pelaku, baik secara langsung maupun tidak Jangsung. Baik pelaku menghendaki sikap berbuat atau tidak berbuat. Dari dua perbuatan tesebut te1jadi sutu akibat karena pelaku tidak berusaha menhendaki atau karena melawan intruksi pemerintah dan nas-nas syara'. Adapun unsur yang ketiga, dari pembunuhan tersalah yaitu antara perbuatan kekeliruan dan kematian korban terdapat hubungan sebab akibat. Agar pelaku bertanggungjawab, tindak pidana disyaratkan harus te1jadi sebagai akibat dari kekeliruannya, dimana kekeliruan tersebut sebagai penyebab kernatian.
17 18
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 267 Ibid., h. 207-209
18
39
C. Perihal Pembunuhan Berencana Jika jumlah perbuatan pelaku secara langsung lebih dari satu, baik semuanya sebagai pembunuh, maupun sebagian saja yang membunuh,. atau melakukannya secara bersamaan atau bergantian, pelaku harus bertangung j awab sebagai pembunuhan disengaj a, selama satu perbuatannya atau beberapa perbuatannya bisa menyebabkan kematian dan membantu te1jadinya kematian. Adapun pe1masalahan pembunuhan yang direncanakan terlebih dabulu dalam hukum pidana Islam, dikenal dengan tamdlft dan tawdfuk. Tamdlft adalab kasus pidana yang sudah direncanakan sebelumnya. Adapun tawdfi1k adalah dimana niat orang-orang yang turut serta dalan1 tindak pidana adalah nntuk melakukannya, tanpa ada kesepakatan (pemufakatan) sebelumnya diantara mereka. Dengan kata lain, masing-masing pelaku berbuat dengan pribadinya dan pikirannya yang timbul seketika itu. Hal ini seperti yang te1jadi pada kasus kerusuhan yang te1jadi secara spontanitas.
19
Dalam kasus tamdlft para pelaku telab bersepakat untuk melakukan suatu tindak pidana dan menginginkan bersama terjadinya basil tindak pidana itu. Apabila dua orang sepakat unh1k membunuh seseorang kemudian keduanya pergi menjalankan aksinya, seorang diantara keduanya mengikat korban, sedangkan yang lain memukul kepalanya hingga mati keduanya be1ianggungjawab atas pembunuhan tersebut. Adapun hukumannya menurut hukum Islan1 pada dasamya, banyaknya 19
Abdul Qodir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. h jld, II, h, 38
40
pelaku tindak pidana tidak mempengaruhi besarnya hukuman yang pantas dijatuhkan atas mereka, yakni sama seperti melakukan tindak pidana sendirian. 20
D. Pcmbuktian Pembunuhan Dalam hukum pidana Islam, pembuktian disebut juga
w\.,i'.i)11
yang artinya
membuktikan atau menetapkan adanya suatu peristiwa. 21 Menurut Salam Madzkur pembuktian
diartikan
dengan
kata
~I yang artinya menjelaskan atau
membuktikan. 22 Perbedaan tersebut adalah hanya ruang lingkup arti kata itu sendiri, dimana disatu pihak berarti umum dan dipihak lain berarti khusus, yang pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama. Dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam, kata bayyinah diartikan secara etimologis berarti keterangan, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan yang haq (benar). Sedangkan dalam istilah teknis berarti alat-alat bukti dalam sidang pengadilan23 • Pembuktian menurut Ibnu Qoyyim al-Jauziah yaitu: .• 10. 3 CJ=-' ~- 11 • <...i:!-:1:1
0~
Lo
JS.I r'"" I WI ...
Artinya: pembuktian laitu merupakan nama sesuatu untuk mengukapkan kebenaran dan menjelaskannya. 4
20
21
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. hjld, II, h 38-39 Subki Mahmassany,fi/sa/al Tasyri Fil Al-Islam, (Bairut: Darul llrni Malayiun, 1380 H), h.
291 22 23
Salam Madzkur, Al-Qadha Fil A/-J.,/am, (Kairo: Dar An-Nadhah Al-Arobiyyah,T.h), h. 83 Abdul Aziz dahlan, Ensikopedi Hu/mm Islam, (jakarta: Jchktiar Barn Van hoeve, 1996), h.
14 21 ' lbnu
Qoyyim, At-Thuruq Ai-Hukumiyyah. Al-Muassasah Al-Arob.iyyah Sulaiman Basya, (Kairo,Tp. 1961). h. 14
41
Terkait mengenai pembuktian pembunuhan dalam syari'at Islam para fukaha berbeda pendapat menentukan dalil yang menetapkan tindak pidana pembunuhan. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa tindak pidana pembunuhan tidak bisa ditetapkan kecuali melaui tiga bukti yaitu: I. Iqriir 2. Kesaksian. 3. Sumpah. Sebagian fukoha berpendapat bahwa tindak pidana bisa ditetapkan melalui indikasi pendukung. Atas dasar ini, bukti penetapan tindak pidana pembunuhan ada empat yalmi: pertama iqriir, kedua kesaksian, ketiga sumpah, dan keempat petunjuk. 25 Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan satu persatu mengenm penetapan atau pembuktian pembunuhan dalam syari' at Islam diantaranya: a. Pengakuan (Iqriir) Secara bahasa, iqriir adalah menetapkan suatu kalimat bermakna. Menurut istilah, iqriir aclalah memberi kabar tentang hak dan mengakui hak tersebut. menurut Usman Halim dalam bukunya "Teori Pembuktian Menurut Fiqh .Tinayat Islami", pengakuan ialah menggambarkan suatu hak bagi orang lain, bukm1 menetapkannya. Dan petunjuk suatu kabar yang berkisar/bereclar antara benar clan salah.
26
Yang menjacli dasar hukum bagi iqriir adalah firman Allah yang disebutkan clalan1 Al-Qur'an surat At- Taubah ayat I 02 yaitu: 25 26
1984), h.61
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 107 Usman Hakim, Teori Pembuktian Menurut Fiqih Jinayat Islam, (Yogyakarta: Andi Offset,
42
Artinya: Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka Dalam Ijma sahabat Diriwayatkan dalam al Muwahtho' dari Sifiah binti Abi Ubeid, ia berkata: "dihadapkan kepada Abu Bakar seorang lelaki yang menzinahi seorang gadis, sehingga menyebabkan ia hamil. Kemudian ia mengaku atas dirinya berzina dan ia bukan seorang lelaki yang sudah beristeri, maka Abu Bakar menyuruh menderakan had zina, sesudah itu ia diasingkan ke Faclak". 27 lqrar untuk menetapkan tindak piclana harus jelas, rinci, clan pasti clalam melakukan tinclak piclana. Pelaku harus menjelaskan apakah pembunuhan clilakukan clengn sengaja, menyerupai sengaja, atau ticlak sengaja. Hal ini clilakukan karena setiap jenis pembunuhan mempunyai unsur clan hukuman tertentu. b. Kesaksian (As-Syahiiclah) Pengertian
li.:i4-..:JI menurut bahasa adalah L.Jy,JI (pernyataan), atau
pemberitaan yang pasti. Maksuclnya yaitu ucapan yang terbit dari pengetahuan yang cliperoleh dengan penyaksian langsung. Kesaksian adalah earn yang biasa clipakai untuk menetapkan tinclak pidana. Dalil mengenai kesaksian aclalah Al-Qur'an Allah SWT berfirman clalam surat al- Baqarah ayat 282 yaitu:
Us1nan Halim, Teori Pen1buktian Menurut }~iqh Jinayal Jsla111i. CY ogyakarta: Andi Offset, 1984).h. 62 27
43
be
0Gf;.T3~) ~) G~r-J 0}~ ~~~ 0 ~ i~ 13 ~lj t
,
(Y -YAY /oji,ill)~\j~I~;)~_?~ Artinya : "dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dart orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai ". Adapun hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan mengenai kesaksian yaitu dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Ibnn Muhaishah alAsgar terbnnuh dipintu K.haibar. Rasulullah lain bersabda: 'Tegakanlah dua saksi atas orang yang membunuhnya, aku akan menyerahkan orang tersebut kepada kalian sepenuhnya' para puqaha mensyaratkan tindak pidana tersebnt hasus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil. Dalam menetapkan tindak pidana pembunnhan ini, para puqaha tidak menerima kesaksian satu orang laki-laki dan dua orang perempuan, juga seorang saksi dan sumpah korban. Karena qi;;.f1;;_ adalah menumpahkan darah sebagai huknman atas tindak pidana, demi kehati-hatian untuk menolaknya, disyaratkan ada dna saksi yang aclil seperti clalam hnkuman huclucl. lni aclalah penclapat mayoritas fuqaha. 28 Ulama yang mensyaratkan clua saksi pacla tinclak piclana qi;;_ii;;_, mereka ticlak membeclakan antara qi;;_ii;;_ pacla jiwa clan kisas pacla penganiayaan. Dalam menetapkan tindak pidana yang mewajibkan qi;;_ii;;_, ia mewajibkan dua saksi yang aclil. Imam malik ticlak clemikian, karena ia ticlak mewajibkan kesaksian clua orang laki-laki aclil kecuali pacla qi;;_ii;;_ jiwa. Imam Malik mengqiyaskan Iuka clengan harta, karena 28
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 1I8-119
44
dianggap sebagai hal baik. Dengan kesaksian dua orang saksi tindak pidana yang mewajibkan qi!!il!! menjadi tetap. Salah satu saksi itu bukan korban karena korban dianggap penggugat bukan saksi. c. Sumpah (Al-Qasilmah) Al-qas~mah
secara bahasa adalah al-qasm atau sumpah al-yamin. Menurut
istilah secara umum, al-yamin didefinisikan clalam suatu peraclilan sebagai penguat clakwaan.
.W \.ha (.)A ·
~ _J I .&I
.
I· · •11
_J ~ ~ .. y
..
A1iinya: menjelaskan sesuatu dengan ucapan yang benar untuk menguatkan atau melemahkan dengan menyebut nama Allah SWT atau salah satu dari sifatnya. 29 Sumpah menurut Syara' digunakan pacla sumpah clengan Allah, atau clisumpaknya oarang-orang yang tersangka alas tiacla pembunuhan clari mereka. Dari clefinsi cliatas, clapat clipahami bahwa sumpah aclalah suatu penjelasan yang benar untuk melemahkan clakwaan atau menguatkannya cliclepan siclang pengaclilan clengan mengucapkan nama Allah atau salah satu sifatnya. 30 cl. Petunjuk (Qarinah) Petunjuk menurut bahasa aclalah isteri, hubungan atau pe1ialian. Sedangkan menurut istilah yakni:
4-11::. J.ili \.ii;. .. ..
\.J.i1;, • \.:9:i ;;J,.;.' \J:, ;; _)Lo I .. l.J)
I<
~
Artinya: setiap tanda (petunjuk) yang jelas yang mnyertai sesuatu yang samar, sehingga tanda terse but menw1iukan kepadanya. 31 29
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiah Al-Islam Wa Adillatuhu, (Damsik: Dar Al-Fikr, 1989), Cet. Ke
30
Ibid., h. 665 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiah Al-Islam Wa Adillatuhu, h. 588
-3 h, 644 31
45
Adanya mayat di suatu tempat adalah petunjuk bahwa kematian tersebut disebabkan oleh penduduk tempat tersebut. Melihat seseorang di dekat korban dengan berlumuran darah adalah petunjuk. Petunjuk ini di indikasikan sebagai adanya pembunuhan dan orang tersebut sebagai pembunuhnya. 32
E. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pembunuhan Berencana Sanksi pi clan a atau hukuman clalam bahasa Arab clisebut "uqubah", lafaz uqubah menurut bahasa berasal dari
lafaz uqubah berasal dari kata ~ yang
sinonimnya ~ W ;>\.Y-" olj.,,. artinya membalasnya sesum dengan apa yang dilakukan. 33 Aclapun pengertian hukuman sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Qodir Audah adalah:
t->l:J\ Y'1u· Li.....ac ..
'~
J..c\...=..l\ , ~ ;> Iji"-' ··-'I . ~.:i.J I_)y
~
4-i.y-"-' :~-'I
A1tinya: "Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat, karena adanya pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara '~ 34
Sedangkan pengeitian jarlmah sebagaimana dikemukakan oleh Imam AlMawm·di adalah sebagai berikut:
32 33
34
609
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana I.slam. h. 139 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005 ), h.1443-146 Abdul Qadir Al-Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al- lslami, (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), Juz lh,
46
Artinya: Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam dengan hukuman had atau ta 'zir. 35 Tindak pidana yang dikenakan hukuman-hukuman tertentu dalam syari'at Islam dibagi menjadi beberapa macam dan jenis sesuai dengan aspek yang ditonjolkan. Pada mmunnya, para ulama membagi tindak pidana berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidak.nya oleh al-qur'an atau alhadist. alas dasar ini, mereka membaginya menjadi tiga macam. 36 1. Tindak pidana hudild
Hudf1d secara bahasa berarti larangan, sedangkan secara istilah tindak pidana hudild adalah tindak pidana yang diancam dengan hukuman had, pengertian had sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Qodir Audah, hukuman had adalah hukuman yang ditentukan oleh syara dan merupakan hak Allah Subhanahu Wa ta'ala. 37 Adapun makna hudild yakni "hukuman yang sudah ditentukan". Artinya syara' sudah menentukan jenis dan membatasi kadarnya, tidak membiarkan pilihan atau kadar hukuman kepada penguasa atau hakim. Maksud hukuman yang telah ditentukan Allah SWT adalah bahwa hukuman had tidak merniliki batasan minimal (terendah), ataupun batasan maksimal (tertinggi). Maksud hak Allah SWT ialah
35
Abdul Qadir Al-Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al- Islami, (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), Juz lh,
36
Ibid, h. 99 Ibid, h. 100
12 37
47
hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh perseorangan (individu) atau masyarakat. 38 Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas dari tindak pidana hudfld yaitu hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut telah ditentukan oleh syara dan tidak ada batas minimal dan maksimal. Selanjutnya hukuman hudfld tersebut merupakan hak Allah SWT semata-mata atau kalau ada hak manusia di samping hak Allah, maka hak Allah SWT yang lebih dominan. Lebih lanjut tindak pidana hudfld meliputi perzinahan, tuduhan zina, minum minuman yang memabukan, pencurian, perampokan, pemberontakan dan murtacl. 39 2. Tindak pidana qi2a2 dan diyat Di dalam Syari'at Islam tindak pidana qi2a2 dan diyah adalah tindak pidana yang diancam dengan hukuman qi2a2 dan diyah. Arti qi2a2 adalah setimpal. Artinya, membalas pelaku sesuai dengan apa yang dilakukannya, atau menyamakan, maksudnya membalas pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya yang sama dalam hal pelaksanaannya. 40 Sedangkan pengertian diyat menurut bahasa adalah membayar tebusan dengan sejumlah hmia benda karena perbutan. Keduanya merupakan hak individu yang kadar jumlahnya telah ditentukan, yakni tidak memiliki batasan minimal dan maksimal. Maksud hale individu disini adalah sang korban boleh membatalkan hukuman terse but dengan memaafkan sipelaku jika ia menghendakinya. Tindak pidana qi2a2 meliputi: 38
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld I, h. 99-100 Ibid, h. 99 ·IO Ibid, h. I 00 39
48
tindak pidana pembunuhan
seng~Ja,
pembunuhan semi sengaja, penganiayaan
. dan pengamayaan . sengaJa, tersa laI1. 41 3. Tindak pidana ta'zlr Tindak pidana ta'zlr dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara' tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri). 42 Yang dimaksud dengan ta'zlr ialah ta'dlb, yaitu memberi pedidikan (pendisiplinan). Hukum Islam tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tiap-tiap tindak pidana ta'zlr, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Tindak pidana ta'zir meliputi tindak pidana hudlid, qi;;_a;;_, diyah yang syubuhat, atau tidak memenuhi syarat tetapi sudah merupakan maksiat. Kemudian tindak pidana yang ditentukan oleh Al-Qur' an dan Al-Hadis, namun tidak ditentukan sanksinya. Selanjutnya tindak pidana yang ditentukan oleh Ulil Amri untuk kemaslahatan mnat. Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman yang sesuai dengan macam tindak pidana ta'zir serta keadaan sipelaku. Singkatnya, hukumanhukuman tindak pidan ta'zlr tidak mempunyai batasan-batasan tertentu. Meskipun demikian, hukum Islam tidak memberi wewenang kepada penguasa atau hakim U11tuk menentukan tindak pidana setengah hati, tetapi hams sesuai dengan kepentingankepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan nas-nas (ketentuan) serta
41 42
Ibid, h.100 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakai1a: Sinar Grafika, 2005 ), h.249
49
prinsip umum hukum Islam. Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa tidak ada satu kejahatanpun yang tidak dikenakan sanksi atau hukuman. 43 Macam-macam hukuman dalam hukum pidana Islam dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama, yaitu hukuman yang didasarkan alas pertalian antara satu hukuman dengan hukuman yang lainnya. Dalam ha! ini pula terdapat empat macam hukuman yakni: •
bentuk hukuman pokok (uqubah a§.liyyah) atau hukuman asaI adalah hukuman yang diberlalrnkan clan dijatuhkan terhadap suatu jarimah atau kejahatan yang aturannya tel ah diatur secara jelas dalam al Qur' an.
•
bentuk hukuman pengganti (uql!bah badiiliyyah) yakni hukuman yang menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat clilaksanakan karena alasan yang sah.
•
hukuman tambahan (uqf1bah tabiiiyyah) yakni hukuman yang mengikuti hukmnan pokok tanpa memerlukan keputusan tersencliri. Selanjutnya bentuk yang keempat yalmi hukuman pelengkap (uqubaI1 takmiliyyah) yakni hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat aclanya keputusan .. cl an. I1,ak"·1m. 44 tersen cl m Bagian keclua clari macam-macam hukuman yaitu clitinjau dm·i segi kekuasaan
hakim clalam menentukan berat ringmmya hukuman. Dalam ha! terclapat 2 (clua) macam hukuman yakni (I) hukuman yang hanya mempunyai satu batas. Artinya
43
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld 1, h.100 " Ibid, h. 39
50
tidak acla batas te1iinggi atau batas terendah, seperti lrnkmnan had, clan (2) hukuman yang mempunyai batas tertinggi clan terendah, climana hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai dengan kedua batas tersebut. 45 Kemudian bagian ketiga, dari macam-macan1 hukuman yaitu didasarkan atas terdapat atau tidak terdapatnya nas dalam al-Qur'an dan al-Haclis. Mengenai hukuman yang didasarkan pacla acla atau tidak adanya nas dibagi menjacli dua macam hukuman yaitu hukuman yang ada nashnya. yakni meliputi jarimah hudi\cl, qi2iig, diyah dan kafiirat. Adapun yang lainnya yaitu hukuman yang tidak ada nashnya. hukuman ini disebut dengan hukuman ta'zir, sepe1ii hukuman percobaan melakukan tindak piclana. Selanjutnya bagian keempat, dari macam-macam hukuman yaitu digolongkan berdasarkan
atas
tempat
dilakukannya
atau
sasaran
hukuman.
Mengenai
penggolongan yang didasarkan pada tempat dilakukan ini, terclapat tiga macam. Macam hukumannya yaitu hukuman badan atau hukuman yang dikenakan terhdap jiwa manusia clan hukuman harta. Hukuman badan rnaksuclnya lrnkuman yang dikenakan terhadap badan rnanusia, seperti hukuman jilid. Sedangkan maksud clari hukuman jiwa adalah hukuman mati. Kemudian hukuman harta yaitu hukuman yang dikenakan terhadap harta terhukum, seperti diyah dan perampasan. 46
45
A. Hanafi, Azaz-azaz Hukwn Pidana Islam, (Jakmta: PT Bulan Bintang, 1967), Cet Ke l h
260-261 16 '
A Ddazuli, Fiqih Jinayah, Upaya Penaggulangan Kejahatan dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet ke 2 h, 29
51
Dari penjelasan singkat diatas, penulis tidak menguaraikan tiap-tiap hukuman yang akan dijatuhkan pada setiap tindak pidana, tetapi penulis hanya membatasi pada hukuman yang berkenaan dengan kejahatan terhadap nyawa atau pembunuhan. Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian pembunuhan, macammacam pembunuhan yang terbagi menjadi 3 bagian, yakni pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja dan pembunuhan karena kesalahan. Maka dalam poin ini penulis akan membahas mengenai hukuman pada tiap-tiap pembunuhan tersebut, dan bagaimana sanksi hukuman bagi pelaku pembunuhan berencana dalam hukum Islam.
1. Hukuman pembunuhan sengaja
Pembunuhan sengaja dalam syari'at Islam diancam dengan beberapa hukuman, sebagian merupakan hukuman pokok dan penggat1ti, dan sebagiat1 lagi merupakan hukuman tambahan. Adapun hukuman pokok untuk pembunuhan sengaja adalah qi2a2 dan kafarat, sedangkan hukuman penggantinya adalah hukuman diyah dan ta'zir, dan hukuman tambahatmya adalah penghapusan hak waris dun hak wasiat. Untuk lebih jelasnya penulis memaparkan clengan pemaparan sebagai berikut: a. hukuman qi§.a§. Menurut hukum Islam, hukuman qi2a2 wajib atas orang yang melakukan pembunuhan disengaj a. Qi2a2 clalam arti bahasa ad al ah artinya menelusmi jejak. Pengertian tersebut digunakan untuk arti hukuman, karena orang yang berhak atas qi§.a§. mengikuti dan menelusuri jejak tindak pidatm clari pelaku. qi§.a§. juga cliartikan yakni keseimbangan dan kesepadanan. Menurut Abdul Qodir Audah qi2a2 adalah
52
setimpal, artinya membalas pelaku dengan sesuai dengan apa yang dilakukannya yaitu membunuh. Untuk menjatuhkan hukuman qigag, baik dalam pembunuhan yang didahului dengan ancaman, intaian, maupun tanpa didahului ha! tersebut, hukumannya sama. 47 Dari ketiga pengertian inilah kemudian diambil pengertian menurut istilah syara' bahwa qiga§. adalah yang artinya memberikan balasan kepada pelaku, sesuai dengan perbuatannya. 48 Adapun pengertian qigag sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhanmrnd Abu Zahrah, qigag adalah memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti yang dilakukan terhadap korban. Dasar hukuman qigag dalam hukum Islam disyari'atkan berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadis. Dasar hukuman dari al-Qur'an terdapat dalam beberapa ayat, diantaranya yaitu surah al-Baqoroh ayat 178-179.
I o_fa.11 ) ('\' _\V'l-\VA Artinya : (178) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendak/ah (yang mema'qfkan) mengikuti 47
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 271 "'Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005 ), h. 148-149
53
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'qf dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedi. (l 79)Dan dalam qishaash itu ada Oaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. Surah Al-Maidah ayat 45 yang berbunyi:
A1iinya: Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanyafiwa (dibalas) denganfiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepas!ran hak itu (menfadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim Disamping terdapat dalam al-Qur'an, hukuman
qi§.a!~
juga terdapat atau
dijelaskan pula dalam sunnah Nabi Muhammad SAW, antara lain sebagai berikut: Hadis dari Ibnu Mas'ud
rl..l
~
':l: r·l.)A ii.ii
~1 : c:.i)l.J <.ShH
Jyui.J Jt_g : Jt_g .uc ii.ii (.S"...a.J .J_yt..u.J.A L.J.!I ":lJ ii.ii Jyui_) _;1_, ii.ii ":lJ .u1 ')! (.:) ~
ii.ii ~ uc ~ t.syl
(:i..c.La.::JI .1_,.J) :i..c.~ J).iJ\ ~..l.\ el_}.'.i.113 uoi.9111..,i ~\_, ~l)ll Artinya: Dari Abdillah ibn Mas 'ud RA dia berkata: Rasulullah telah bersabda tidak halal darah seorang mus/im yang telah bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku (}vfuhammad SAW) adalah utusan Allah, kecuali satu diantara 3 orang berikut ini : yaitu serang fanda yang berzina, seorang yang telah membunuh tanpa hak dan memisahkan diri dari jama 'ah atau murtad. (HR Jama 'ah). 49
49
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Syaurah, Sunan At-Tirmidzi, (Bairut: Dar Ma'rifah, 2002),
cet. I h. 558
54
-·-------"""1
l
PERPUSTAKAA. N UTAMA UIN SYAHIC)<JAKARTA
Hukuman qi§.ii.§. dapat terhapus karena berbagai ha!. Pertama hilangnya tempat untuk diqi§.ii.§.. Yang dimaksud dengan hilangnya tempat untuk diqi§.ii.§. adalah hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang di qi§.ii.§. sebelum dilaksanakan hukuman. Para ulama berbeda pendapat dalam ha! ini, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berpendapat, bahwa hilangnya anggota badm1 atau jiwa orang yang wajib di qi§.ii§. itu menyebabkan hapusnya hukuman. Sedangkan menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad dalmn kasus hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang wajib di qi§.a§. terhapus hukumannya, akan tetapi wajib membayar diyat, karena qi§.a§. dan diyah keduanya wajib, bila salah satunya tidak dapat dilaksanakan maka diganti
°
dengan hukuman lainnya. 5 Kemudian ha! lainya yang dapat menhapus hukuman qi§.a§. yaitu adanya pemaafan. Allah SWT berfinnan dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 178:
'1:! c.;:1:c\ ~ "'t;.;.jj r~!J ~ ~ ~·~ ( 1 - ' v1\ I o_fall) Artinya : (178) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan ·wan ita dengan wanita. 1Vfaka Barangsiapa yang mendapal suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, clan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (dial) kepada 50
A Ddazuli, Fiqih Jinayah, Upaya Penaggu/angan Kejahatan dalam Islam, (Jakai1a : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet ke 2 h, 154-155
55
yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmal. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Yang dimaksud dengan pemaafan menumt Imam Syafi'i dan Imam Ahmad adalah gi§.a§. atau diyah tanpa imbalan apa-apa. Sedangkan menumt Iman1 Malik dan Imam Abu Hanifah pemaafan terhadap qisas dan diyat itu bisa dilaksanakan bila ada kerelaan pelaku. Jadi menmut kedua ulama terakhir ini pemaafan adalah pemaafan qi§.ii§. tanpa imbalan apa-apa. Adapun pemaafan diyat itu, bukan pemaafan melainkan perdamaian. Hal lai1mya yang dapat menghapus gi§.a§. yaitu adanya §.ulh (perdamaian) 51 , para ulama telah sepakat tentang diperbolehkannya §.Ulh (perdamaian) dalam hukuman gi§.a§., sehingga dengan demikian hukuman qi§.il§. menjadi gugur. Adapun dasar hukum tentang diperbolehkannya sulh adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa Rasulullah telah bersabda:
~JI l_,hl 1_,.,.Ll ul_.i Ip 1_,.,.Ll u)-9 JjiLll .,.41_,1 ~I ~:::. l.w:. J:ili CJ.o .clb-' ,..,.., - ·IJ·•r~ "'-.Jc I>"'-' - 1y.-:::.L.-' :i..iili.. · I 4-c IYi" . ,U:!-1 · '·)lj-' :JJi.::.. U:!-1 · ")l.'.j .. .. ~ _) -' ..l:)~ Barang siapa yang dibunuh dengan sengaja maka urusannya diserahkan kepada wali korban. Apabila ia menghendaki, ia bisa mengqisas, dan bila ia menghendaki ia boleh mengambil diyat 30 hiqqah (unta) dan 40 khilfah, dan apabila mengadakan perdamaian (shulh) maka itu adalah hak mereka dan demikian itu untuk menguatkan aka/ (H.R at-Tirmidzi) 52
(<.Si...}ll ol_.i_)) JS,JI
Hal lainnya yang dapat menghapus qi§.a§. yaitu diwariskannya hak kisas. Hukuman gi§.a§. dapat gugur apabila wali korban menjadi pewaris hak gi§.a§.. Contohnya, sepe1ti seseorang yang divonis gi§.il§., kemudian pemilik gi§.a§. meninggal, 51 52
Wahbah Zuhaili, Al:fiqh Wa Adillaluluhu, Juz VI, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989), h. 293 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Syaurah, Sunan At-Tirmidzi, (Baimt: Dar Ma'rifah, 2002),
cet. I h. 583
56
dan pembunuh mewarisi hak qi2a2 tersebut, baik seluruhnya rnaupun sebagiannya, atau qi2a2 tersebut diwarisi oleh orang yang tidal<. mempunyai hak qi2a2 dari pembunuh, yakni anaknya. 53 b. hukuman kafarat Kafiirat adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat untuk menebus dosa akibat melakukan perbuatan tersebut. Hukuman kafilrat pada dasamya adalal1 salah satu bentuk ibadah, karena berupa pembebasan harnba, mernberi makan fakir miskin, atau berpuasa. .Tilrn dikenakan terhadap perbua.tan maksiat, kafiirat adalah hukuman pidana murni atau bisa hukurnan yang bersifat ibadah. Tindak pidana yang terkena hukuman kafilrat adalah terbatas pada: perusakan puasa, perusakan ilu·am, pelanggaran sumpah, bersenggama dengan ist•:ri yang sedang haid, bersenggama dengan isteri yang telah dizihar, dan membunuh. 54 Hukuman kafarat sebagai hukuman pokok untuk tinclak pidana pembunuhan sengaja, merupakan hukuman yang cliperselisihkan oleh para fi.1qoha, menurut jumhur fuqoha yang terdiri dari Hanafiyah, Malikiyah, clan Hanabibh dalam salah satu riwayatnya, hukuman kafarat tidak wajib dilaksanakan dalam pembunuhan sengaja. Dalam ha! ini karena kafiirat, merupakan hukuman yang ditetapkan oleh syara' untuk pembunuhan karena kesalahan, sehingga tidak bisa disamakan dengan pembunuhan sengaja. Adapun menurut Syafi'iah, diwajibkan kafarat bagi pembunuhan yang
53
54
Ibid. h. 321 Abdul Qodir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana lsfan1. jld Ill, h.83
57
dilakukan dengan sengaja, semi sengaja ataupun karena tersalah. Alasannya adalah bahwa maksud disyari' atkannya kafiirat itu adalah menghapus dosa. 55 c. hukuman diyat Hukuman qil!ill! dan kafarat untuk pembunuhan sengaja merupakan hukuman pokok. Apabila hukuman tersebut tidak bisa dilaksanakan kan:na sebab-sebab yang dibenarkan oleh syara' maka hukuman penggantinya aclalah hukuman diyat untuk hukuman qil!ill! dan puasa untuk kifiirat. Adapun dalam ha! jenis-jenis dan kadamya, para ulama berbecla pendapat dalam menentukan jenis diyat. Menurut Imam Malik, Imam Abu Hanifah, clan Imam Syafi'i clalam qaul qadim, diyat dapat dibayar dengan salah satu dari tigajenis, yaitu: unta, emas, dan perak. 56 Menurut Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad Ibn Hasan, dan Imam Ahmad ibn Hanbal, jenis diyat itu ada enam macam, yakni unta, emas, perak, sapi, kambing, dan pakaian. Menurut Hanabilah, lima jenis yang disebut pertama, dalam ha! ini emas, merupakan asal cliyat. Seclangkan jenis cliyat yang keenam, yakni pakaian bukan asal, karena bisa berubah-ubah. Alasan yang dikemukakan oleh kelompok yang kedua ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Amr Ibn Syu'aib dari
ayahnya clari
kakeknya,
bahwa Sayidina Umar berpidato:
"Ingatlah,
sesungguhnya harga unta telah naik (mahal). Berkata perawi maka Umar memberikan harga kepada pemilik emas dengan seribu dinar, kepacla pemilik perak clua belas dirham, kepada pemilik sapi dua ratus ekor sapi, kepacla pemilik kambing seribu ekor
55 56
,
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld Ill h.84 lbid.jld Ill h.327
58
kambing dan kepada pemilik pakaian dua ratus stel (pasang) pakaian. Adapun hukuman tambahan bagi pelaku tindak pidana pembunuhan sengaja yakni penghapusan hak waris dan wasiat. 57 2. Hulmman bagi pembunuhan semi sengaja Pembunuhan semi sengaja dalam hukmn pidana Islam, diancam dengan beberapa hukmnan. Sebagian hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana pernbunuhan semi sengaja adalah hukuman diyat dan kafarat. Hukuman diyat pembunuhan semi sengaja tidak diancam dengan hukuman qi2a2, melainkan dengan hukuman d'tyat. 58 Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibn Majah dari Abdullah bin Umr Ibn Ash, bahwa Rasulullah telah bersabda:
Ll.J'i_,\ ~~ ~ L)_y..:) 4..i... Jii/l l.J.o ~ .l.Aot..11~i 3 ,,.Lb.:JI ~J 01 'ii (0 \.:!.:>. cY. i " .., ..,, · ,.,3 <\..::>.L. cY. I3 LS Li.:J I3 J 3 b Y. I <\..::>.Y,.. \) Arinya: lngatlah sesungguhnya diyat kekeliruan dan semi sengaja yaitu pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah 100 ekor unta diantaranya 40 ekor diadalam perulnya ada anaknya (sedang bunting). 59 Diyat untuk pembunuhan semi sengaja sama dengan diyat pembunuhan sengaja, baik dalam kadar, jenis maupun beratnya. Selai itu pembunuhan semi sengaja juga dikenakan hukuman kafi\rat. Menurut jumhur ulama selain Malikiyah, hukuman kafarat diberlakukan dalam pembunuhan semi sengaja. Hal ini disebabkan karena statusnya dipersamakan dengan pembunuhan karena kesalahan, dalam hal 57
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld Ill h. 328 Ibid, h. 329 59 Imam Hafiz Abi Daud Sulaiman ibn Asy'ab Sajastany, Sunan Abi Daud (Bairut: Dar A'lam, 2003), h.749 58
59
tidak dikenakannya hukuman qi!i_a!i_, pembebanan diyat kepada 'aqilah' dan pembayaran dengan ru1gsuran selam 3 tahun. kafilrnt merupakan hukuman pokok yang kedua bagi pembunuhan semi sengaja. 60 Selain dru·ipada itu pula, ada hukuman pengganti bagi pembunuhan semi sengaja pula dikenakan hukuman ta'zir. Apabila hukuman diyat gugur karena sebab pengampunan atau lainnya, hukuman tersebut cliganti dengan hukmnan diyat. Seperti halnya clengan pembunuhan sengaja, clalam pembunuhan semi sengaja ini, hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman ta'zlr yang sesuai clengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Aclapun hukuman yang lainnya yaitu: hukuman tambahan. Seperti halnya dalam pembunuhan sengaja dalam pembunuhan semi sengaja juga terclapat hukuman tambahan, yaitu pengahapusan hak waris dan hak wasiat. 61 3. Hukuman pembunuhan tersalah
Hukuman untuk pembunuhan karena kesalahan ini sama clengan hukuman untuk pembunuhan semi sengaja yaitu hukuman pokoknya diyat dan kifarat. Adapun hukuman tambahan bagi pelaku tinclak pidana pembunuhan tersalah ini yaitu penghapusan hak waris clan wasiat. Hukuman diyat untuk pembunuhan karena kesalahan, seperti telah clisinggung diatas aclalah diyat mukhaffafah, yaitu diyat yang diperingan. Keringanan tersebut clapat dilihat dalam clua aspek. Aclapun aspeknya yakni aspek kewajiban pembayru·an dibebankan kepada keluarga. Aspek lainnya yaitu pembayaran cliangsur selama tiga
60
61
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld lII h. 340 Ibid, jld Ill h, 348
60
tahun. Adapun komposisi diyat bagi pembunuhan tersalah dibagi menjadi lima kelopok yakni 20 ekor unta baniit maqhad (unta betina memasuki usia dua taun), 20 ekor barn1 maqhad (unta jantan memasuki usia dua tahun), 20 ekor baniit labun (unta usia dua tahun, masuk usia tiga tahun), 20 ekor hiqqah (unta memasuki usia empat tahun), 20 ekor jazii'ah (unta sempurna usia empat tahun). Hukuman kafarat untuk pembunuhan karena kesalahan merupakan hukuman pokok. Adapun jenis kafiirat ini sama sepe1ti dalam pembicaraan mengenai hukuman bagi pembunuhan semi sengaja, yakni memerdekakan hamba yang mukmin. 62 Jadi, pembunuhan berencana dalam hukum Islam dikenal dengan tami\lu, tamiilu adalah kasus pidana yang sudah direncanakan sebdumnya. Jika jumlah perbuatan pelaku secara langsung lebih dari satu, baik semuanya sebagai pembunuh, maupun sebagian saja yang membunuh, atau melakukannya secara bersamaan atau bergantian, pelaku harus bertangung jawab sebagai pembum1han disengaja, selama satu perbuatannya atau beberapa perbuataunya bisa menyebabkan kematian dan membantu te1jadinya kematian. Oleh karena itu, kejahatan ini dikategorikan sebagai pembtmuhan sengaja dan pelakunya dikenakan hukuman qi§.ii§. sebagai hukuman pokok.
62
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hu/mm Pidana Islam. h. 348
BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI KELAS lB CIBINONG BOGOR
A. Dcskripsi Kasus Pcmbunuh:m Berencana Dalam analisa putusan ini, penulis mengambil data perkara ini dari pengadilan negen Cibinong Bogor yang berhubungan dengan tindak pidana pembunuhan berencana. Dalam kasus ini saudara Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto sebagai terdakwa 1 dengan identitas: nama lengkap Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto, tempat lahir Bogor, umur dan tanggal lahir 25 tahun/30 juli 1983, dengan jenis kelamin laki-laki, kebangsaan Indonesia, dan bertempat tinggal di kampung Pagentongan Rt. 03/06 Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor barat Kodya Bogor, agama Islam, pekerjaan pegawai swasta, pendidikan SMK Perhotelan. dan Asep Ridwan Bin Tahrndin sebagai terdakwa 2 dengan identitas: nama lengkap Asep Ridwan Bin Tahrudin, tempat lahir Bogor, umur dan tanggal lahir 28 tahun/15 januari 1980, dengan jenis kelamin laki-laki, kebangsaan Indonesia, dan bertempat tinggal di kampung Muara Rt. 03/08 Kelurahan Sindangrasa, Kecamatan Bogor timur Kodya Bogor, agama Islam, peke1jaan pegawai swasta, pendidikan SD kelas VI. 1. Kronologis pembunuhan Perkara ini, berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan berencana. Dengan terdakwa Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto sebagai terdakwa 1, dan Asep Ridwan Bin 61
62
Tahrudin sebagai terdakwa 2. Peristiwa ini berawal pada hari rabu tanggal 4 Juni 2008 sekitar jam 18.00 Wib, bertempat di sebuah gubuk daerah kampung Tapos Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, para terdakwa menuju .saung dimana korban yang berinisial Dina Eva Rosmalia berada, lalu terdakwa 2 (Asep Ridwan) jongkok dengan maksud untuk melakukan pengintaian situasi atau keadan di tempat (ada orang apa tidak). Kemudian terdakwa 2 (Asep Ridwan) melihat terdakwa 1 (Eko Priyanto) mendekap mulut si korban (Dina Eva Rosmalia) dengan menggunakan tangan kirinya dan mencekik leher korban dengan tangan kanannya dengan posisi korban terlentang dan terdakwa Eko diatas perut korban. Kenmdian terdakwa 2 Asep bilang ke Eko "jangan diapa-apain koran". akan tetapi, terdakwa Eko bilang ke Asep "dasar Bego, kalau tidak dimatiin bahaya bagi kita", ucap Eko. Kemudian ketika itu, Eko menemukan cangkir keramik lalu dipukulkan ke korban (Dina Eva Rosmalia) sebanyak 1 kali, sedangkan terdakwa Asep memukul korban dengan pecahan batako sebanyak 2 kali. Kemudian karena korban terlihat belum mati, maka terdakwa Eko kemudian memukul korban dengan batako tepat pada kepala korban. Selain memukul juga terdakwa mengikat korban dengan memakai tali dan mencekikannya keleher korban dengan tali tas. Kemudian terdakwa Asep mengarnbil balok kayu dan memukulkannya. Tak lama setelah itu menusukan balok ke koran, karena ada motor yang lewat, setelah itupun para terdakwa lari dan pulang ke rumah masing-masing. 1 2. Dakwaan dan tuntutan Jaksa
'Putusan PN Cibinong Bogor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
63
Bahwa terdakwa Eko Priyanto bin Tri Wuryanto dan Asep Ridwan bin Tahrudin, didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan primer yaitu telah melanggar pasal 340 KUHP, jo pasal 55 (!) ke 1 KUHP. Jaksapun mendakwa para terdakwa dengan dakwaan subsideiruya pada pasal 335, karena terclakwa telah melanggar unsur-unsur yang acla pasal 335 KUHP, jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP. Jaksa juga mendakwa clengan dakwaan lebih subsideir karena terclakwa telah melanggar pasal 351ayat3 KUHP Jo pasal 55 ayat (1) ke l KUHP,jo pasal 55 (I) ke 1 KUHP. Setelah Jaksa penuntut umum menganrnti dan mencen:nati kasus ini, maka para terdakwa clituntut oleh Jaksa penutut umum dengan pasal 340 KUHP, jo pasal 55 (!) ke 1 KUHP. Jaksa penuntut umum menuntut agar Majelis hakim menjatuhkan
putusan. Pertama, menyatakan terdakwa 1 Eko Priyanto bin Tri Wuryanto dan terdakwa 2 Asep Ridwan bin Tahruclin, bersalah melakukan tindak piclana pembunuhan berencana, sebagaimana cliatur dan diancam pidana yang tennuat dalam pasal 340 KUHP Jo pasal 55 ayat (!) ke 1 KUHP. Kedua, yaitu menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa 1 Eko Priyanto bin Tri Wuryanto dan terdakwa 2 Asep Ridwan bin Tahrudin, masing-masing selama 18 (clelapan belas) tahun, dikurangi selama terdalcwa berada dalam masa talrnnan. Ketiga, yakni menetapkan agar para terdakwa membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah). 2
2
Putusan PN Cibinong Bogor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
64
B. Putusaan Hakim Pengadilan Negeri Kelas lB Cibinong Bogor
Pengadilan Negeri yang rnerneriksa dan rnengadili pe:rkara pidana dengan nornor perkara: 694/Pid.B/2008/PN. Cbn, dan selarna terdakwa dalarn masa tahanan oleh penyidik sejak tanggal 07 Juni 2008. Setelah mendengar pembacaan suarat dakwaan, keterangan saksi-saksi dan terdakwa, setelah rnelihat dan meneliti barang bukti yang diajukan dalam persidangan oleh penuntut umum. Menimbang bahwa dalam dakwaan primer, terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal 340 KUHP Jo pasal 55 ayat (!) kel KUHP, clan majelis hakimpun menimbang dan menyatakan para terclakwa terbukti bersalah karena melakukan kejahatan. Yaitu sebagaimana yang cliatur clan diancam clalam pasal 340 KUHP, aclapun terhaclap terclakwa terdapat hal-hal yang meringankan clan memberatkan terdakwa. Hal-ha! yang memberatkan para terclakwa yaitu pertarna, bahwa terclakwa Eko
untuk ha!
yang
sepele tega melakukan
perbuatan
menghilangkan nyawa orang lain. Keclua, bahwa terclakwa asep ticlak mengetahui permasalahan yang sebenarnya antara terclakwa Eko dan korban, akan tetapi begitu muclahnya ikut melakukan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain. 3 Adapun hal-hal yang meringankan para terdakwa cliantaranya terclakwa I dan II beltun pemah clihukum, dan para terdakwa menyesali perbuatannya; 3
Putusan PN Cibinong Bogar No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
65
Berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan pengadilan negeri Cibinong Bogor, maka hakim mempertimbangankan mengenai unsur-unsur tindak piclana yang cliclakwakan, sebagaimana yang cliatur clan diancam clalam pasal 340 KUHP clengan unsur sebagai berikut: •
sengaja
•
merencanakan lebih clahulu
•
menghilangkan nyawa orang lain. Aclapun yang dimaksucl clenagan sengaja adalah acla nia.t atau kehenclak clari
cliri terclakwa untuk melaksanakan suatu perbuatan beserta akibat dari perbuatan yang clikehendakinya tersebut, bahwa berclasarkan fakta persidangan yang terungkap, terclakwa Eko pacla hari rabu tanggal 4 Juni 2008 sekitar jam 16.00 Wib korban clan Eko suclah berjanji untuk melakukan pertemuan di lampu merah JI. Bani Bogor, setelah be1iemu mereka langsung jalan clengan mengenclarai sepecla motor Vega R warna merah, seclangkan Asep mengenclarai sepecla motor Yamaha jupiter Z warna birn, setelah terdakwa Eko mencekik dan membakap mulut korban, terclakwa asaep mengingatkan terclakwa eko "mau cliapakan perempuan itu" clan saat itu eko menjawab "kalau ticlak clibunuh, bahya buat kita", clan selanjutnya terclakwa asep ikut serta clalam melakukan perbuatan pembunuhan. Selanjutnya maksucl clari direncanakan lebih clahulu, ya.itu aclanya tenggang waktu antara niat dengan perbuatan. Karena clalam diri terclakwa Eko sudah acla perasaan terganggu clengan sikap korban. Pada saat terclakwa eko telepon terclakwa
66
asep untuk ditunjukan tempat yang sepi dengan tujuan agar perbuatan tersebut diatas dilakukan tanpa diketahui oleh orang Jain, pada saat itu terdakwa asep tidak mengetahui maksud yang sebenarnya. Akan tetapi, ketika terdakwa Eko mencekik dan membekap mulut korban, terdakwa Asep sudah mengingatkan agar Eko tidak melakukan ha! itu. Seharusnya, pada saat itu terdakwa Asep mempunyai kesempatan untuk mencegah terdakwa Eko melakukan hal tersebut atau tidak ikut serta malakukan ha! tersebut. Akan tetapi, terdakwa Asep ikut bersama-sama terdakwa eko melakukan perbuatan yang diinginkan oleh Eko. 4 Bahwa berdasarkan fakta yang terbukti dipersidangan, akibat dari perbuatan terdakwa-terdakwa korban meninggal dunia. Hal ini dikuatkan bahwa korban meninggal dunia karena Iuka-Iuka terbuka, Iuka lecet dan memar dikepala, wajah, leher, bokong, Jengan serta tangan yang diakibatka dari kekcrasan benda hm1pul. Selanjutnya ditemukan pula patah tulang-tulang tengkorak, pendarahan dibawah selaput otak se1ia memar dan robekjaringan otak. Setelah hakim mengingat pasal 340 KUHP dan unsur-unsur dalam pasal 340 telah terbukti, maka hakim menyatakan dan menetapkan bahwa terdakwa I clan II telah terbukti dan meyakinkan hakim para terdakwa bersalah melakukan tinclak pidana "pembunuhan berencana secara bersama-sama". Maka hakim menjatuhkan hukuman pidana penjara masing- masing: terdakwa I Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto selama 17 (tujuh belas) tahun, clan terclakwa II Asep Ridwan Bin Tahrudin selama 15
4
Putusan PN Cibinong Bogor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
67
(lima belas) tahun. Dan membebankan para terdakwa membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah)
C. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Kelas lB Cibinong Bogor Menurut
Hukum Positif Dan Hukum Islam 1. Menurut hukum positif
Adapun fakta yang terungkap dipersidangan, berdasarkan bukti tertulis, saksi, maupun barang bukti yang diajukan serta keterangan terdakwa. Bukti tertulis yang diajukan adalah berupa visum et revertum dari Rumah Salcit PM!. Yang dibuat oleh dr. Zulhasmar Syarnsu. Basil visum tersebut rnenmtjukan, balrwa korban meninggal dunia karena Iuka-Iuka terbuka, Iuka lecet dan rnemar dikepala, wajah, leher, bokong, lengan serta tangan yang diakibatka dari kekerasan benda turnpul. Selanjutnya diternukan pula patah tulang-tulang tengkorak, pendaralmn dibawah selaput otak serta rnemar dan robekjaringan otak. Salrni-saksi yang diajukan, saks:i a charge (saksi yang memberatkan). Saksi-saksi yang memberatkan berjumlah 6 (enam) orang. Kesernuanya rnengungkapkan bahwa, pada hari kamis tanggal 5 Juni 2008 sekitar jam 06:00 Wib bertempat di sebuah gubuk daerah karnpung Tapos Kecarna1an Ciawi Kabupaten Bogor. Bahwa ditemukan rnayat seorang perempuan, yang bernama Dina Eva Rosmalia berusia 24 tahun berternpat tinggal di JI. Sernpur No. 61 Kecamatan Bogor tengah, analc dari Hedi Nasruclin dan Hermia, yang berkerja di CV Bintang Utama Kary a di Jambu Dua Bogor. Sesaat setelah pulang kerj a bersama Helrnaya dan Laila
68
Kumar, kemudian korban bilang kepada temannya akan rnenemui seseorang yang akan rnenyerahkan uang. Kemudian korban dan terdakwa Eko sudah berjanji untuk melakukan sebuah pertemuan di larnpu merah JI. Baru Bogor, setelah rnereka be1iemu mereka langsung jalan. Selanjutnya Eko menelpon terdakwa Asep dan rnenawarkan perempuan dan rnerninta Eko untuk menunjukan tempat yang sepi. Setelah Asep mendapat telepon dari Elm, kemudian terdakwa Asep menuju ketempat terdakwa Eko, kernudian mereka bertiga berangkat bersarna terdakwa Eko dan korban rnengendarai sepeda motor Vega R wama merah, dengan nornor polisi F-6294-HU. Sedangkan Asep mengendarai sepeda motor Yamaha jufiter Z berwama biru putih dengan nomor polisi F-2637-HI menuju daeah Tapos. Setelah sesampainya di suatu gubuk sekitar jam 18:00 Wib, korban duclukduduk di sebuah bale-bale, terdakwa Eko langsung mendekati korban langsung rnencekik leher korban sarnbil membekap mulut korban. Adapun terclakwa Asep membantu mernegangi kedua kaki korban clan mengan1bil batu batako kemudian memukulkannya kewajah korban. Pacla saat itu, korban rnasih bergerak-gerak kernuclian clipulrnl lagi dengan kayu balok clan gelas keramik hingga gelas tersebut pecah. Kemudian mencekik leher korban dengan tali tas rnilik korban, kemudian korban tidak bergerak lagi. Selanjutnya Eko membuang sarung tangan karena terdapat bercak darahnya, clan para terdakwa menuju kali untuk membersihkan diri dari bercak clarah korban, dan pulang kerumah masing-masing.
5
Putusan PN Cibinong Bogar No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
5
69
Pada saat diperiksa untuk memberikan keterangan, terdakwa Eko melakukan hal ini karena kesal dengan sikap korban yang selalu mengejar-ngejar di untuk dijadikan pacar, sedangkan ia sudah mempunyai isteri. Aclapun terdakwa Asep melakukan ha! ini karena taku clengan terdakwa Eko yang mempunyai sifat pemarah. Aclapun barang bukti yang dijukan adalah I (satu) lembar S1NK sepeda motor Yamaha Vega R clengan nomor polisi F-6294-HU beserta motornya, 1 (satu) lembar S1NK sepeda motor Yamaha Yupiter Z berwarna biru putih dengan nomor polisi F-2637-HI, 1 setel pakaian warna biru, celana panjang warna hitam, satu keruclung warna hitam, satu sandal warna coklat, satu tali tas gantungan tas warna hijau, satu sabuk warna hitam, satu jam tangan warna kuning, satu cincin kupu-kupu dan 3 (tiga) buah pesawat HP merk Nokia GSM, Nokia CDMA, clan Sonny Ericson. Satu pasang sanmg tangan warna hitam, satu batako, satu balok kayu panjang 95 Cm lebm 2 Cm, clan pecahan gelas/cangkir keramik warna biru. Berdasarkan semua fakta yang telah terungkap dipersiclangan, maka dapatlah clianalisis bahwa kejaclian pembunuhan terhadap seorang perempuan yang clilakukan oleh Eko clan Asep dapat dikategorikan sebagai tindak piclana pembunuhan berencana (moord).
Pengertian pembunuhan berencana menurut Kitab Undang-undang Hukum Piclana (KUHP), tentang pembunuhan berencana cliatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi: "Barangsiapa yang clengan sengaja clan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan tenang menimbulkan matinya orang lain, di piclana kmena pembunuhan yang clirencanakan (moord) clengan piclana mati, atau penjara seumur hidup atau selama-
70
lamanya 20 talrnn". Pembunuhan berencana yaitu kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. 6 Ada tiga pilar utama dalam hukum yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengukur suatu putusan hakim, yaitu:
>- Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai keadilan hukum; >- Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai kegunaan hukum; >- Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai kepastian hukum; 7 Dalam kerangka berfikir hukum, tentunya ketiga aspek nilai-nilai hukmn tersebut tidak dapat dipisahkan dari instrumen yang digunakan untuk dapat tataran ketiga nilai tersebut. Dalam kerangka tiga tolak ukur diatas clalam menilai suatu putusan hakim, maka suatu proses hukum dalam perkara pidana haruslah mengungkapkan sedalam-dalamnya tentang fakta telah terjadinya suatu tinclak pidana clan pertimbangan hukum yang termuat dalam putusan hakim. Untuk itulah, dalam kajian putusan hakim Pengadilan Negeri Bogor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn. yang memfokuskan pada penilaian terhaclap fakta persidangm1 dan pertimbangm1 hukum clalam putusan tersebut dngan mengacu pada tiga tolak ukur diatas.
6
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 82 Diana Hati dan Ahmad Syaufi, Kajian Terhadap Putusan Perkara No. j08/Pid.B/2006/PN.Bjm, Tentang Tindakan Kesewenang-wenangan Aparat Penegak Hukum., h.197 7
71
>-
Aspek keadilan hukum Berdasarka fakta dipersidangan yang ada dalam putusan pengadilan negen Cibinong Bogor Nomor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn, majelis hakim berpendapat, bahwa para terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan sebagaimana dalam dakwaan penuntut umum, karena itu para terdakwa harus dipidana sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam ha! ini para terdakwa dikenakan pasal 340 KUHP, sesuai dengan dakwaan jaksa penuntut umum. Putusan yang clijatuhkan oleh Majlis Hakim terse:but dilihat dari aspek keaclilan, dari sisi terdakwa suclah clapat dikatakan sesuai dengan nilai keadilan, karena dari fakta-fakta yang terungkap di persiclangan, bahwa terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana, sebagaimana yang didakwakan kepadanya. Sebab selurul1 saksi yang cliajukan clipersiclangan oleh penuntut umum, rnelihat, mendengar, clan rnngetahui langsung perbuatan terdakwa. Terdakwa juga telah menyesali perbuatannya dan belum pernah clihukum. 8 Hakim menirnbang bahwa para terdakwa sudah acla perasaan terganggu sikap korban yang selalu rnengejar-ngejar terdakwa Eko, karena ia suadah rnernpunyai isteri. Oleh karena itu, Eko sebenamya tidak ingin akan adanya peristiwa pembunuhan berencana. Hal ini dilakukan karena guncangan ernosional yang tidak terkontrol. Adapun terdakwa A:>ep sebenarnya ticlak 8
Putusan PN Cibinong Bogar No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
72
mengetahui apa yang diinginkan oleh terdakwa Eko, ia hanya mengikuti perintah terdakwa Eko, dikarenakan sifatnya yang pemarah. Dengan demikian terdakwa merasakan bahwa hukumannya adalah tepat clan merupakan suatu cerminan yang ideal. Sehingga memang tetap Majelis Hakim menjatuhkan putusannya yaitu: •
Menyatakan clan menetapkan bahwa terdakwa I clan II telah terbukti dan meyakinkan hakim bahwa para terdakwa bersalah melakukan tindak pidana "pembunuhan berencana secara bersama-sama"'.
•
Menjatuhkan hukuman pidana penjara masing- masing: terdakwa I Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto selama 17 (tujuh belas) ta.hun dan terdakwa II Asep Ridwan Bin Tahrudin selama 15 (lima belas) tall.lm.
•
Membebankan para terdakwa membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp. I 000,- (seribu rupiah). 9 Dari putusan yang dijatuhkan majelis hakim kepada terdakwa tersebut
diatas, dilihat dari aspek keadilan dari sisi hakim dapat dikatakan keputusan itu memenuhi nilai keadilan, karena keputusannya itu diambil atas dasar hukum yang pasti dapat diterima, sehingga apa yang diputuskan itu sungguhsungguh dapat dipertanggungjawabkan.
9
Putusan PN Cibinong Bogor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
73
>
Aspek kegunaan hukum Aspek kegunaan hukum adalah terwujudnya ketertiban, maka berbagai
keperluan sosial manusia dalam masyarakat dapat terpenuhi. Untuk mewujudkan
ketertiban
manusia
memunculkan
keharnsan-keharusan
berperilaku dengan cara tertentu yang clirumuskan dala.m kaidah. Ketertiban clan kaidah yang diperlukan manusia aclalah ket<:rtiban yang otentik menciptakan manusia manusia secara wajar mewujudkan kepribadiannya secara utuh, yang clengan itu ia clapat mengembangkan semua potensi kemanusiaan seperti apa yang secara bebas dikehenclakinya. 10 Dalam kasus pembunuhan berencana, clengan terdakwa terdakwa I Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto, dan terdakwa II Asep Riclwan Bin Tahrudin. Atas keterangan saksi-saksi, bahwa terclakwa Eko telah merencanakan pertemuan di lampu merah JI. Barn Bogor, setelah mereka be1temu mereka langsung jalan. Selanjutnya Eko menelpon terclakwa Asep clan menawarkan . Ek o untuk· menunJ'u]rnn tempat yang sep1.. perempuan se1ta memmta
II
Setelah Asep menclapat telepon clari Elrn, kemudian terclakwa Asep menuju ketempat terclakwa Eko, kemuclian mereka bertiga berangkat bersama terdakwa Eko clan korban mengendarai sepeda motor Vega R warna merah, dengan nomor polisi F-6294-HU. Seclangkan Asep mengenclarai sepecla motor Yamaha Jufiter Z berwarna biru putih dengan nomor polisi F-2637-HI memtju 10
Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian hukum Normat!f, (Malang: Bayumedia, 2005),
11
Putusan PN Cibinong Bogar No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn.
h.2
74
daeah Tapos. Setelah sesarnpainya di suatu gubuk sekitar jam 18:00 Wib, korban duduk-duduk di sebuah bale-bale, terdakwa Eko langsung mendekati korban langsung mencekik leher korban sambil membekap mulut korban. Kemudian terdakwa Asep bilang ke Eko, "jangan diapa-apain korban", ucap Asep. Namun terdakwa Eko bilang "dasar bego, kalo tidak dimatiin bahaya buat kita" jawab Elco. Adapun terdakwa Asep malah membantu memegangi kedua kaki korban dan mengambil batu batako kemudian memukulkannya kewajah korban. Pada saat itu korban masih bergerak-gerak kemudian dipukul lagi dengan kayu balok dan gelas keramik hingga gelas tersebut pecah. Se1ta mencekik leher korban dengan tali tas milik korban, ke:mudian korban tidak bergerak lagi. Selanjutnya Eko membuang sarung tangan karena terdapat bercak darahnya, dan para terdakwa menuju kali untuk membersihkan diri dari bercak darah korban, dan pulang kenunah masing-masing. Dalam ha! ini majelis hakim berpandangan bahwa kejadian itu adalah bentuk pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu. Karena itu, unsur··unsur yang terdapat pada pasal 340 KUHP telah terbukti menurut hukum. Dengan demikian para terdakwa harus dinyatakn terbukti bersalah atas dakwaan primer dan para terdakwa dipidana dari dakwaan tersebut.
75
>
Aspek kepastian hukum Kepastian memiliki arti ketentuan dan ketetapan.
Sedangkan,
kepastian hukum memiliki arti perangkat hukum suatu negara yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara. 12 Berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan, pada putusan Pengadilan Negeri Cibinong Bogor No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn, apa yang didakwakan kepada para terdakwa, yaitu dakwaan primer berupa pembunuhan berencana yang diatur dan diru1cam pidana dalam pasal 340 KUHi\, jo pasal 55 (!) ke 1 KUHP, dan dakwaan subsideir yang diatur dan diancrun dalam pasal 335 KUHP, jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, serta dakwaan lebih subsideir yang diatur dan diancan1 pidana dalam pasal 351 ayat 3 KUHP Jo pasal 55 ayat (!) ke 1 KUHP. Berdasru·kan ha! tersebut, untuk menentukan apakah terdakwa dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana, sebagaimana yang didakwakan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana, sebagaimana yang didakwakan atasnya, terlebih dahulu harus dibuktikan dakwaaan primernya. Apabila c\akwaan primemya ticlak terbukti maka berlanjut pacla clakwaan subsic\eir. Adapun apabila dakwaru1 subsicleinya tidak terbukti juga maka terakhir pada c\akwaan lebih subsideir. Sebagaimana yang termuat clalrun putusan pengadilan negeri Cibinong No.694/Pic\.B/2008/PN.Cbn. clakwaan primer berupa pembunuhan berencana
12
652
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakat1a: Balai Pustaka, 1990), h.
76
yang diatur dan diancam pidana dalam pasal 340 KUHP. Yang unsurunsumya yaitu ada 2 (dua) unsur yang hams dipenuhi tmtuk penetapan hukuman, yaitu pertama unsur subyektif terdiri dari, unsur dengan sengaja dan dengan direncanakan dahulu. Adapun unsur yang kedua yaitu unsur obyektifnya yang terdiri dari unsur perbuatanya menghilangkan nyawa orang lain. Dalam fakta persidangan, bahwa menurut terdakwa Eko bahwa pembunuhan ini dilakukan karena perlakuan korban yang berlebihan yaitu selalu mengejar-ngejar terdakwa Eko dan menjadikannya sebagai pacar Eko, padahal terdakwa Eko sudah memiliki isteri. pada saat terdakwa eko telepon terdakwa asep untuk ditunjukan tempat yang sepi dengan tujuan agar perbuatan tersebut diatas dilakukan tanpa diketahui okh orang lain. Adapun terdakwa Asep melakukan pembunuhan ini pada awalnya tidak mengetahui akan kehendak dari terdakwa Eko, akan tetapi ketika terdakwa eko mencakik dan membakap mulut korban, terdakwa asep sudah mengingatkan agar eko tidak melakukan ha! itu, seharusnya pada saat itu terdakwa asep mempunyai kesempatan untuk mencegah terdakwa eko melakukan ha! tersebut atau tidak ikut serta malakukan ha! tersebut, akan tetapi terdakwa asep ikut bersamasama terdakwa eko melakukan perbuatan yang diinginkannya. Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3 syarat/unsur, yaitu memutuskan kehendak dalam suasana tenang, maksudnya yakni adanya atau tersedia waktu yang cukup, sejak
77
timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak, dan unsur adanya pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang maksudnya adalah pada saat memutuskan kehendak untuk membunuh itu dilakukan dalam suasana batin yang tenang. Suasana batin adalah suasana tidak tergesa-gesa atau tibatiba, tidak dalam keadaan terpaksa dan emosi yang tinggi. Dalam ha! ini, para terdakwa tidak tergesa-gesa atau tiba-tiba membunuh korban. Sedangkan ada tenggang waktu yang cukup, maksudnya yaitu antara sejak waktu timbulnya atau diputuskannya kehendak sampai pelaksanaan keputusan kehendaknya itu. Waktu yang cukup ini relatif, dalam aiii tidak diukur dari lamanya waktu tertentu, melainkan bergantung peda keadaan atau kejadian kongkret yang berlaku. Tidak terlalu singkat karena jika terlau singkat, tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berfikir-fikir, karena tergesa-gesa, waktu demikian sudah tidak menggambarkm1 suasana tenang. Mengenai syarat yang ketiga, berupa pelaksanaan pembunuhan itu dalam susana batin tenang. Bahkan syarat ketiga ini diakui oleh banyak orang sebagai yang terpenting. Maksudnya suasana hati dalam saat melaksanakan pembunuhan itu tidak dalam suasana tergesa-gesa, amarah yang tinggi, rasa takut yang berlebihai1 dan sebagainya. "Berkaitan dengan kasus ini terdakwa Asep sempat memberi tahukan kepada terdakwa Eko untuk jangan melakukan apun terhadap korban, akan tetapi Eko tak menghiraukan lagi perkataan 13
Ada1ni Chazawi, Kejahatan 1'erhadap Tubuh Dan NyaH 1a, h.84
78
r·-;;;PUST.Al<'.AAN UTAMA ~J SYAHll) JAKARTA
·1
terdakwa Asep, lalu Eko memukul dengan kayu, gelas keramik dan mencekiknya hingga meninggal dtmia. Majelis hakim dalam kontruksi hukum dalam kasus ini, terlihat telah menerapkan kepastian hukum, dengan melihat unsur-unsur tindak pidana. Karena, hakim menurut peneliti telah menerapkan asas legalitas yang diidentikan dengan kepastian hukum. Majelis hakim juga telah memberikan perlindungan terhadap warga negara dari tinclakan kejahatan. Sebagaimana ciri suatu negara hukum adalah adanya perlindungan huktm1 terhadap warga negara. Dalam penjelasan unclang-unclang clasar 1945 dinyatakan bahwa Indonesia adalah Negara yang berdasarkan alas hukum, ticlak berdasarkan kesewenangan belaka. Sehingga hukumlah yang mempunyai arti yang terutama dalam segala segi-segi penghidupan masyarakat. 2. Menurut hukum Islam Dalan1 hukum Islam, semua tindak pidana yang menyangkut nyawa manusia harus dipertanggungjawabkan, sesuai clengan perbuatanya baik delik pidana itu clilakukan clengan sengaja (al-a'mcl) maupun dilakukan clengan tidak sengaja (alkhata). 14 Dalam hukum Islam suatu tindak piclana akan melalui fase-fase tertentu sebelum terpidana melakukannya. fase pertama, yaitu adanya pemikiran dan perencanaan. Artinya pemikiran untuk melakukan tindak pidana clan perencanaan untuk melancarkan aksinya, ini tidak dipandang sebagai maksiat yang patut 14
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana lslam.jld llI h. 210
79
mendapatkan hukuman ta'zir dan tidak dianggap sebagai tindak pidana yang patut mendapat hukuman. Hal ini karena kaidah Islam tidak menghukum bisikan hati manusia atau suara hati atas suatu perkataan atau perbuatan, begitu juga tidak mengambil tindakan terhadap apa yang masih direncanakan oleh seseorang. Dengan demikian, manusia hanya akan dituntut atas apa yang telah diucapkannya dan apa 1•
yang diperbuatnya. '
Adapun fase kedua, yaitu fase persiapan. Fase ini tidak bisa clianggap sebagai maksiat. Hukum Islam ticlak menghukum seseorang atas tindakannya menyiapkan sarana untuk melakukan tindak pidana kecuali bila tindakan menyiapkan itu dianggap maksiat pada zatnya. Seperti seseorang yang hendak mencuri dengan cara membuat seseorang mabuk, sipencuri itu membeli sesuatu yang memabukan. Dalam ha! ini perbuatan seperti itu dianggap maksiat, pelaku clapat dihukum tanpa harus menuggu hingga ia melaksanakan tujuan utamanya, yaitu mencuri. Selanjutnya fase ketiga, yaitu fase pelaksanaan. Fase inilah satu-satunya fase yang pelakunya dianggap telah melakukan tinclak pidana. Suatu tinclakan dianggap sebagai tinclak pidana jika perbuatan tersebut diketegorikan sebagai perbuatan maksiat. Artinya, perbuatan terse but melanggar hak masyarakat dan hak perorangan. 16 Dalan1 kasus pembunuhan ini, menurut hukum Islam, te:rhaclap pelaku tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja (al-a'md) ancamannya lebih berat clan qi;;_ii;;_lah
15
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. Cet II Pene1je111ah Tim Tsalisah Bogar (T.tp.,PT Kharisma llmu, T.th), h. 24-25 16 Ibid h.26
80
yang tepat untuk tinclak piclana yang clilakukan clengan sengaJa. Seperti yang tercantum clalam surat al-Baqarah ayat 178 yang berbunyi:
.&
,,..,,
~}j
.,,,,,,
r:-,,i:-,,
;..,, ___ .,,,..,
r;
,...,,,.,,,,,~,,
"' .,..,,.
;."'
; .,,,,,,,,
:1-)j ~\.)\jc_}3~~ t_l.2~'.~ ~I .:_r ,dj 'J? u-J
(.
} "'f:.""'"'
) "'!!."',..,
~'j~ ~'llj
;~) ~fy1~ ,~~,; :b; ~',;cT~·"L.;.53~3,:_;~~,; ('1 - \VA/ >_fall) A1iinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan alas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang mere/elm dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. 1Waka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, henclaklah (vang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, clan henclaklah (vang cliberi ma'af) membayar (dial) kepada yang memberi ma'af clengan cara yang baik (pula). yang clernikian itu aclalah suatu keringanan dari Tuhan kamu clan sualu rahmat. barangsiapa yang me/ampaui batas sesudah itu, J\llaka baginya siksa yang sangat pedih. (Al- Baqarah ayat 178). Allah SWT telah memulai uraiannya clalam ayat cliatas clengan menyeru kaum beriman, ini cliwajibkan kalau kamu wahai keluarga terbunuh menghenclakinya sebagai sanksi akibat pembunuhan ticlak sah alas keluarga kalian. Tetapi, pembalasan itu harus melalui orang yang berwenang clengan ketetapan bahwa orang mercleka clengan orang merdeka clan hamba dengan hamba clan wanita clengan wanita" Jangan menuntut seperti aclat Jahiliyyah, jangan juga menuntut balm• terhaclap 2 atau banyak orang kalau yang terbunuhnya hanya seorang, karena makna clari qi,::;ii,::; aclalah "persamaan", boleh menuntut laki-laki jikalau yang terbunuhnya aclalah wanita, clan
81
lain juga sebaliknya. Karena itulah keadilan dan persamaan dalam mencabut nyawa manusia. 17 Dari putusan yang dijatuhkan majelis hakim kepada terdakwa Eko clan Asep di atas, dalam pandangan hukum Islam, pacla kasus pembunuhan berencana di pengadilan negeri Cibinong tesebut, dikategorikan sebagai pembunuhan sengaja, karena melihat para terdakwa 1 dan 2 merencanakan pembunuhan seorang gadis yang bernama Dina Eva Rosmalia di daerah kampung Tapos Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Adapun untuk dapat clikatakan suatu kejahatan terhaclap nyawa sebagai pembunuhan clisengaja, paling tidak harus ada tiga unsur pokok yang harus dipenuhi yakni: Unsur pertama, korban yang dibunuh adalah manus1a yang hidup. Tinclak piclana pembunuhan atas jiwa pada dasarnya adalah tinclak pidana terhadap manusia hiclup. Karena itu, fuqaha menamainya dengan tindak piclana atas jiwa. Untuk memastikan
te~jaclinya
tinclak piclana, korban harus berupa manusia hidup. Adapun
clalan1 kasus ini korban berinisial Dina Eva Rosmalia, anak clad Hedi Nasrudin clan Hermia, yang berkerja di CV Bintang Utama Karya di jambu dua Bogor. Unsur keclua, dari unsur pembunuhan yaitu, kematian adalah basil dari perbuatan pelaku. Untuk memastikan unsur ini, kematian disyratkan harus akibat clari perbuatan pelaku clan perbuatan tersebut biasanya memang mengakibatkan kematian. Suatu perbuatan tidak disyaratkan berupa jenis-jenis tertentu untuk dianggap sebagai pembunuhan. Karenanya, perbuatan bisa berupa memukul, melukai, menyembelih, 17
M. Quraish Sihab, Taftir Al-Misbah, Juz I, (Jakm1a: Lentera Hati, 2007), Cet. Ke X, h.393
82
membakar, mencekik, meracun, atau bentuk lainnya. Dalam kasus pembunuhan berencana diatas, bahwa korban meninggal dunia karena Iuka-Iuka terbuka, Iuka lecet dan memar dikepala, wajah, leher, bokong, lengan serta tangan yang diakibatka dari kekerasan benda tumpul. Selanjutnya ditemukan pula patah tulang-tulang tengkorak, pendarahan dibawah selaput otak serta memar dan robekjaringan otak. Unsur lainnya, dari unsur pembunuhan yaitu pelaku tersebut menghendaki terjadinya kematiaan (bermaksud melakukan pembunuhan).. Berdasarkan fakta dipersidangan bahwa korban saat terdakwa 1 (Eko Priyanto) menbekap mulut si korban dengan menggunakan tangan kirinya dan mencekik leher korban dengan tangan kanannya dengan posisi korban terlentang dan terdakwa Elm diatas perut korban, lalu terdakwa 2 Asep bilang ke Eko ''.jangan diapa-apain korban" akan tetapi terdakwa Eko bilang ke Asep "dasar bego, kalau tidak dimatiin bahaya bagi kita". Untuk menentukan bahwa suatu pembunuhan dianggap pembunuhan disengaja, Imam Abu Hanifah, asy-Safi'i, dan Ahmad bin Hambal mensyaratkan pelaku harus memiliki h1juan ingin membunuh. Jika tujuan tersebut tidak terpenuhi, perbuatan tersebut tidak dianggap pembunuhan disengaja, karena niat tan.pa ada maksud ingin membunuh tidak cukup untuk menjadikan suatu perbuatan sebagai pembunuhan disengaj a. Adapun Imam Malik berpendapat lain, pada pembunuhan disengaja ini beliau tidak mensyaratkan harusa ada niat membunuh dari pelaku. Menurutnya, tujuan pelaku yang ingin membunuh korban atau berbuat dengan melawan hukum,
83
namun tidak ada niat untuk membunuh, nilainya sama selama ia tidak berbuat untuk 18 . . atau memben. pend'd'I 1 1 rnn. bem1am-mam
Unsur lain, dari pembunuhan yaitu alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja dapat mematika korban. Dalam ha! ini Imam Abu Hanifoh mensyaratkan alat yang
digunakan
dalam
pembunuhan
sengaJa
adalah
alat
yang
biasanya
mengakibatkan kematian. Sedangkan menurnt Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mensyaratkan alatnya, yaitu alat yang biasanya digunakan untuk membunuh, sekalipun tidak melukai. Berdasarkan alat bukti dipersidangan bahwa Eko menemukan cangkir keramik lalu dipukulkan ke korban sebanyak 1 kali, sedangkan terdakwa Asep memukul korban dengan pecahan batako sebanyak 2 kali, kemudian karena korban terlihat belum mati, maka terdakwa Eko kemudian memukul korban denagn batako tepat pada kepala korban. Selain memukul juga terdakwa mengikat korban dengan memakai tali dan mencekik korban dengan tali tas, dan kemudian terdakwa Asep mengambil balok kayu lalu memukulkannya tepat pacla kepala korban. Aclapun permasalahan pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu clalam hukum pidana Islam, dikenal dengan tamiilu clan tawiifi;k, tamcilu yaitu kasus pidana yang suclah clirencanakan sebelumnya. Aclapun tawiifuk yaitu clilihat dari niat orangorang yang turn! se1ia dalam tindak pidana aclalah untuk melakukannya, tanpa ada kesepakatan (pemufakatan) sebelumnya diantara mereka. Dengan kata lain, masing-
"Abdul Qodir Audah, Ensik!opedi Hukum Pidana Islam. h 241
84
masing pelaku berbuat dengan pribadinya dan pikirannya yang timbul seketika itu. Hal ini seperti yang terjadi pada kasus kerusuhan yang te1jadi secara spontanitas. 19 Dalam kasus tamalu para pelaku telah bersepakat untuk melakukan suatu tindak pidana dan menginginkan bersama te1jadinya hasil tindak pidana itu. Apabila dua orang sepakat untuk membunuh seseorang kemudian keduanya pergi menjalankan aksinya, seorang diantara keduanya mengikat korban, sedangkan yang lain memukul kepalanya hingga mati keduanya bertanggungjawab atas pembunuhan tersebut. Adapun hukmnannya menurut hukum Islam, jika jun1lah perbuatan pelaku secara langsung lebih dari satu, baik semuanya sebagai pembunuh, maupun sebagian saja yang membunuh, atau melakukannya secara bersamaan a1au bergantian, pelaku hams bertangung jawab sebagai pembunuhan disengaja, selama satu perbuatannya atau beberapa perbuatannya bisa menyebabkan kematian dan membantu terjadinya . k emat1an.
20
Singkatnya, kasus pembunuhan eko dan Asep dalam hukum Islam dikategorikan sebagai pembunuhan sengaja. Pembunuhan sengaJa dalam syari'at Islam diancam dengan beberapa hukuman, sebagian merupakan lmkuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi merupakan hukuman tambahan. Adapun hukuman pokok untuk pembunuhan sengaja adalah qi2a2 dan kafiirat, sedangkan hukuman pengganti qi2i\2 dan kafiirat apabila ada unsur penghapusan hukuman maka hukuman penggantinya yaitu
19 20
hukuman diyat dan ta'zir. Adapun
hukuman tambahannya
lbid., jld Ill, h, 207 Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld, II, h 38-39
85
adalah penghapusan hak waris dan hak wasiat. Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan dengan pemaparan sebagai berikut: a. Hukuman qi§.il.§. Menurnt hukum Islam, hukuman qi§.il.§. wajib atas orang yang melakukan pembunuhan disengaja. Qi§.a§. artinya menelusuri jejak. Karena orang yang berhak atas qi§.ii§. mengikuti dan menelusuri jejak tindak pidana dari pelaku. Qi§.il.§. juga diartikan sebagai keseimbangan atau kesepadanan. Menurnt Abdul Qodir Audah qi§.a§. adalah setimpal, maksudnya yaitu membalas pelaku sesuai dengan apa yang dilakukannya. Artinya kalau pelaku membunuh, maka sipelaku juga hams dibunuh. Untuk menjatuhkan hukuman qi§.il.§., baik dalam pembunuhan yang didahului dengan ancaman, intaian, maupun tanpa didahului ha! tersebut, dalam hukum piclana Islam hukumannya sama. 21 • Hukuman qi§.il§. pula, dapat terhapus dengan berbagai ha! cliantaranya yaitu hilangnya tempat untuk cliqi§.il.§., pemaafan, perdamaian dan diwariskannya hak qi§.a§.,, Yang climaksud dengan hilangnya tempat untuk diqi§.il§. yaitu hilangnya anggota badan ataujiwa orang yang di qi§.il.§. sebelum clilaksanakan hukuman. 22 Para ulama berbeda pendapat dalam ha! ini, Imam Malik dan Iman1 Abu Hanifah berpendapat bahwa hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang wajib di qi§.a§. itu menyebabkan hapusnya hukuman. Sedangkan menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad clalam kasus hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang wajib di
21
Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 271 "Ibid., h. 271
86
qisas terhapus hukumannya, akan tetapi wajib membayar diyat, karena qi§.a§. dan diyat keduanya wajib, bila salah satunya tidak dapat dilaksanakan rnaka diganti dengan hukuman lainnya. 23 Adapun maksud dari adanya pemaafan, sebagaimana terdapat dalam alQur'an Allah SWT berfirman pada surat al-Baqarah ayat 178:
-=---
(Ii
-;,..
,J."";,..
-:
,...,,,
,..,...,,,,
,..-;.&.»,...,,
JI-;..~
"'J)
,..::
,..
-:
~J)~I yl..L>- ,Ajj ~'.)~<.'.>~I~ A........>jj (S~.J ~ ~ ~'.)
('f - \YA I;; _fa.JI) Artinya : (178) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'ajkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'qf) membayar (dial} kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Yang dimaksud dengan pemaafan menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad adalah qi§.a§. atau diyat tanpa imbalan apa-apa. Sedangkan menurut Iman1 Malik dan Imam Abu Hanifah pemaafan terhadap qi§.a§. dan siyat itu bisa dilaksanakan bila ada kerelaan pelaku. Jadi menurut kedua ulama terakhir ini pemaafan adalah pemaafan qi§.a§. tanpa imbalan apa-apa. Adapun pemaafan diyat itu, bukan pemaafan melainkan
23
A Ddazuli, Fiqih Jinayah, Upaya Penaggulangan Kejahatan dalam Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet ke 2 h, 154
87
perdamaian. 24 Selanjutnya, yang dapat menghapns qi§.il§. yaitu adanya Shulh25 (perdamaian), Dasar hukum tentang diperbolehkannya perdamaian adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa Rasulullah telah bersabda:
-~ 1 1 ol ..JJ)JiJI .J.J~ ( l.S io..)-'-' ..
Barang siapa yang dibunuh dengan sengaja maka urusannya diserahkan kepada wali korban. Apabila ia menghendaki, ia bisa mengqisas, dan bila ia menghendaki ia boleh mengambil diyat 30 hiqqah (unta) dan 40 khilfah, dan apabila mengadakan perdamaian (shulh) maka itu adalah hale merekadan demikian itu untuk menguatkan aka!. (H.R at-Tirmidzi)2 6 Selanjutnya yang dapat menghapus q1sas yaitu diwariskannya hak kisas .. Contohnya, seperti seseorang yang divonis qi§.a§., kemudian pemilik qi§.a§. meninggal, dan pembunuh mewarisi hak qi§.il§. tersebut, baik seluruhnya maupun sebagiannya, atau qi§.a§. tersebut diwarisi oleh orang yang tidak mempunyai hak qi§.a§. dari pembunuh, yakni anaknya. 27 b. Hukuman kafi\rat Kafarat adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat untuk menebus dosa akibat melakukan perbuatan tersebut. Kafarat jika dikenakan terhadap perbuatan maksiat, kafi\rat adalah hukuman pidana mumi atau bisa hukuman yang 24
A Ddazuli, FiqihJinayah, Upaya Penaggulangan Kejahatan dalam Islam h.155 Wahbah Zuhaili, Al-fiqh Wa Adil/atutuhu, Juz VI, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989), h. 293 26 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Syaurah, Szman At-Tirmidzi, (Bairut: Dar Ma'rifah, 2002), cet. I h. 583 27 Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 309 25
88
bersifat ibadah. Tindak pidana yang terkena hukuman kafarat adalah terbatas pada: pernsakan puasa, perusakan ihram, pelanggaran sumpah, bersenggama dengan isteri yang sedang !mid, bersenggama dengan isteri yang telah dizihar, dan membunuh. 28 Hukuman kafilrat sebagai hukuman pokok untuk tindak pidana pembmmhan sengaja, merupakan hukuman yang diperselisihkan oleh para fuqoha, menurut jumhur fuqoha yang terdiri dari Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah clalam salah satu riwayatnya, hukuman kafiirat tidak wajib clilaksanakan clalam pembunuhan sengaja. Dalam hal ini karena kafi\rat, merupakan hukuman yang clitetapkan oleh syara' untuk pembunuhan karena kesalahan, sehingga ticlak bisa clisamakan clengan pembunuhan .
sengaJa.
29
Adapun menurut Syafi'iah, cliwajibkan kafarat bagi pembunuhan yang clilakukan clengan sengaja, semi sengaja ataupun karena tersalah. Alasannya aclalah bahwa maksucl clisyari' atkannya kifarat itu adalah menghapus closa. c. Hukuman cliyat Apabila hukuman qi2a2 clan kafilrat ticlak bisa clilaksanakan karena sebabsebab yang clibenarkan oleh syara' maka hukuman penggantinya yaitu hukuman cliyat. Aclapun hukuman cliyat untuk qi2a2 clan puasa untuk hukurnan kafarat. Aclapun hukuman tambahan bagi pelaku tinclak piclana pembunuhan sengaja, yakni penghapusan hak waris clan wasiat.
28 29
Abdul Qodir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. jld Ill, h.83 Ibid., h. 83
89
Akan tetapi, jikalau dari pihak keluarga terbunuh (korban) menghendaki untuk memaafkan dengan menggugurkan sanksi dan menggantinya dengan tebusan, maka itu dapat clibenarkan. Disini terlihat bahwa syai' at Islam ticlak melaksanakan pemaafan, karena pemaafan yang clipaksakan berclampak burnk. Keluarga yang ingin memaafkan clengan pertimbangan apapun dapat dibenarkan. 30 Adapun neraka jahannam, sebagai ganjaran diakhirat kelak, akibat buruk clari sanksi ukhrawi bagi pembunuhan sengaja terhadap mu'min. sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SWT, surat an-Nisa ayat 93 yang berbunyi:
Artinya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Jvfaka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (An-Nisa ayat 93). Ayat ini tidak menyebutkan sanksi duniawi, bahwa sebagian ulama menetapkan bahwa dosa yang bersangkutan tidak akan mendapatkan pengan1punan ilahi. Ada riwayat yang menyatakan bahwa sahabat Nabi Muhammad SAW, Ibnu Abas menganut paham ini, tetapi mayoritas menolaknya. 31 Di lihat dari segi pembuktian cl al am panclangan hukum Islam, clalam menetapkan tindak pidana pembunuhan ini, para puqaha tidak menerima kesaksian satu orang laki-laki clan dua orang perempuan, juga seorang saksi dan sumpah korban. Karena qi!!il!! aclalah menumpahkan clarah sebagai hukuman atas tindak 30 31
M. Quraish Sihab, Tafeir Al-Misbah, Juz !, (Jakarta: Lentera Hali, 2007), Cet. Ke X, h.393 /bid, Juz II h.555
90
pidana, demi kehati-hatian untuk menolaknya, disyaratkan ada dua saksi yang adil seperti dalam hukuman hudud. Ini adalah pendapat mayoritas fuqaha. 32 Ulama yang mensyaratkan dua saksi pada tindak pidana qill.iill., mereka tidak membedakan antara qill.iill. pada jiwa clan kisas pada penganiayaan. Dalam menetapkan tindak pidana yang mewajibkan qill_i\ll_, ia mewajibkan dua saksi yang adil. Imam malik tidak demikian, karena ia tidak mewajibkan kesaksian dua orang laki-laki adil kecuali pada qill.illl. jiwa. Imam Malik mengqiyi\skan Iuka dengan harta, karena dianggap sebagai hal baik. Dengan kesaksian dua orang saksi tindak pidana yang mewajibkan qill.iill. menjadi tetap. Salah satu saksi itu bukan korban karena korban dianggap pengb>ugat bukan saksi. 33 Berdasarkan bukti dipersidangan terdapat 6 saksi yaitu saksi Muzamil 1-Iufron, Dede Agatrani, Medi Ginanjar, Dimi Nugroho, 1-Ielmaya Nur Tauresthia clan Eka Yunita Syawalanur. Selain dari pada itu, hakim juga tidak membeberkan atau menjelaskan mengenai ketergangguan Eko dengan perbuatan korban. Karena keadaan yang mengganggu seseorang itu dapat dibalas sesuai dengan perbuatannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dalam surat al-baqarah ayat 194 yang berbunyi:
,,
,,-;.""-"'
~I
,,.,,.
C'
.... ~-" '1
t.
JI",,, ....
,--;ii-".
"-1'"'
d..U\ 01 \~lj d..UI \yii.j\j
(_
J.,:,,,,,,
\.-5:,,.k.
,,, ,, .,,,.,
_,
""
(>....t=I L. ~
('-''\£/ 32
Abdul Qodir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. h. 118-119
33
lbid., h. 117
91
Artinya: Bulan Haram dengan bu/an ha ram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, Berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya ter!u1dapmu. bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang berta!nva. Dari ayat diatas jelas bahwa seseorang yang mengganggu orang lain dapat dibalas pula sesuai dengan perlakuan seseorang terhadap orang lain. Berkaitan dengan hal ini, Elco bisa membalas perlakuan korban sesuai apa yang dilakuakan korban terhaclapnya. Dengan catatan tidak melakukan perbuatan semena-mena atau berlebihan. Terkait perilaku eko terhaclap korban terlalu berlebihan yani melakukan pembunuhan terhaclap korban, Karena Allah SWT tidak rnenyukai hambanya yang berlebih-lebihan. Sesuai clengan Firmannya:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Pacla pelaksanaan hukuman atau eksekusi terhadap pelaku pembunuhan, maka penguasa atau hakim hams melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tertera dalarn nash al-Qur'an clan al-Hadis. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa hukuman atau sanksi pidana yang clijatuhkan oleh Majlis Hakim clalarn kasus pembunuhan sengaja clan clirencanakan ini belum sesuai clengan ketentuai1 hukum piclana Islam, karena tinclak piclana yang clilakukan atau yang dilaksanakan ini, tennasuk dalarn kategori tinclak piclana qishas dan sebagaimana yang dilandaskan dalam al-Qur' an surat
Al-M~iclah
ayat 45 yang berbunyi:
92
Artinya : Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jhva, ma/a dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan Iuka Iuka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, lvfaka melepaskan !wk itu (me11jadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, lvfaka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.(AI-Maidah ayat 45).
,..
,,
?
,..7
/,..
' ...L::..YI ~. <S
dJJ ,..
?
~,,
J)
$'..) / _,. "I •~J• <X ~ ., j)
.,.::
-;_
11 -:
~·,;,
,
(Y _\VA/o_j+\I) Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan alas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wa11ifa. A1aka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, clan hendaklah (yang diberi ma 'af) membayar (dial) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang dem.ikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melmnpaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. (AI- Baqarah ayat 178).
Artinya : Dan dalam qishaash itu ada Oaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (AI- Baqarah ayat 179).
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalarri hukum positif pebunuhan dengan rencana lebih dahulu atau disingkat dengan pembunuhan berencana, adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia. Pembunuhan berencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. Pembwmhan berencana ini diatur dalam pas al 340 KUHP, yang di an cam dengan sanksi pidana mati, atau penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun. Berdasarkan
hasil
analisis
Putusan
Pengadilan
Negeri
Cibinong
No.694/Pid.B/2008/PN.Cbn, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek keadailan lmkum, terutarria rasa keadilan terdakwa telah terpenuhi. Sebab berdasarkan faktafakta yang teringkap dipersidangan, dalam putusannya majelis hakim menyatakan para terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana pembunuhm1 berencana, sebagaimana didakwakan kepadanya. Adapun dilihat dari aspek kegunaan hukum, dapat dijadiakm1 contoh yang baik, bahwa hukum tidak akan berpihak kepada siapapun. Selanjutnya dilihat dari aspek kepastian hukum, hakim telah menerapkm1 hukum sesuai dengan asas legalitas 93
94
dan telah membe1ikan perlindungan kepada warga negara dari tindakan kejahatan, yakni tetap mengacu kepada pasal 340 KUHP guna menjaga kepastian hukum dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap warga negara. Adapun pennasalahan pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu dalam hukum pidana Islam, dikenal dengan tamdhl clan tawdfi1k. Tamc1h1 adalah kasus pidana yang suclah clirencanakansebelumnya. Adapun tmvc1j!1k aclalah climana niat orang-orang yang turut serta clalam tindak piclana adalah untuk melakukannya, tanpa acla kesepakatan (pemufakatan) sebelurnnya cliantara rnereka. Dalam hukurn Islam pembunuhan berencana ini clikulifikasikan menjacli pembunuhan clisengaja karena melakukan perencanaan pembunuhan bermii sengaja melakukan pembunuhan, clan clikenakan saksi piclana qi!>il!i. Aclapun dalam menjatuhkan hukuman atau vonis terhadap terdakwa, Majelis Hakim menggunakan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Oleh karcna itu, pelaku pembunuhan berencana ini dikenakan sanksi piclana masing-masing : Eko Priyanto Bin Tri Wuryanto sebagai terdakwa 1 piclana penjara selama 17 tahun dan Asep Ridwan Bin Tahrudin sebagai terclakwa 2 piclana penjara selama 15 tahun. Dilihat clari segi hukum Islam, kasus pernbunuhan berencana ini merupakan kasus pembunuhan sengaja (Al-Qatl Al-Amel). Putusan hakim pengaclilan negeri Cibinong ini ticlak memenuhi rasa keaclilan bagi pihak korban pembunuhan karena ticlak sesuai dengan apa yang cliharapkan oleh hokum Islam.
95
B. Saran-saran
Agar tidak banyak terjadi kasus pembunuhan di Indonesia, maka diharapkau Majelis Hakim dalam memutuskan hukuman yang akan dija.tuhkan kepada para pelaku atau dader, sesui dengan apa yang telah ditentukau oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidaua KUHP Indonesia, dan lebih tegas dalam memutuskan suatu perkara, baik itu perkara dalam perkara pidaua ringan atau berat. Perlunya sosialisasi disetiap lapisan masyarakat mulai dari level kalangan miskin
sampm kalangan mampu,
berpendidikan,
dipelosok
maupun
baik yang diperkotaau.
berpendidikan maupun tidak Dan
sosialisasi
1111
terns
diselenggm·akan juga ditingkat para penegak hukum, karena target sosialisasi Undang-undang ini adalah aparat penegak hukum dan melaksanakan undang-tmdaug untuk menjerat para pelaku pembunuhan berencana. Adapun peran kaum Ulama dm1 para Da' i sangat berpengaruh, tuntunan bagi umat Islam. Hendaknya mereka lebih mengedepankan tema-tema tentang tindak pidana dalam penyampaian da'wahnya. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perti.mbm1gau bagi para penegak hukum clalam menentukan sanksi piclmia terhadap pelaku pembunuhau berencm1a menurut aturan piclana Islam.
96
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur'an Abbas, Ahmad Sudirman. Dasar-dasar lvfasail Fiqhiyyah. Jakarta: CV Banyu Kencana, 2003. Abdul Aziz dahlan, Ensikopedi Hukum Islam, Jakarta: Icktiar Bmu Van hoeve, 1996 A Ddazuli, Fiqih Jinayah, Upaya Penaggulangan Kejahatan da/am Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000 A. Hanafi, Azaz-azaz Hukum Pidana Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1967 Alfitra. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Perdata Dan Korupsi Di Indonesia, Jakmia: FIM Jakmia, 2008. Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakmia: Sinar Garfika, 2007. Ash-Shabuni, Tcifsir Ayat Ahkam. Pene1jemah Mu'mnmal Hamidi ,did<:. Surabaya : PT Bina Ilmu, 1985. Audah. Abdul Qoclir. Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. Cet II Pene1jemah Tim Tsalisah Bogor.T.tp.,PT Kharisma Ilmu, T.th. Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : PT Raja Garfindo Persada, 2004 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1996 Bungin,Burhan. 1\1etodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafinclo Persada, 2003. Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, Jakm·ta: PT Raja Gafinclo Persada, 2002.
___ Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2002 Departemen Pendiclikan dan Kebuclayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988
97
Gersen W Bawengan, Hukum Pidana Di dalam Teori dan Praktek, Jakmia : Pradya Pramita, 1979 H. A. K. Mochtar Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus, Bandung : Alumni, 1979 Hakim, Usman. Teori Pembuktian Menurut Fiqih Jinayat Islam. Yogyakmia: Andi Offset, 1984. Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Norma/if, eel.II. Jakarta: Bayu Media Publishing, 2005. Ibnu Qoyyim, At-Thuruq Ai-Hukumiyyah, Al-lvfuassasah Al·Arobiyyah Sulaiman Basya, Kairo, Tp. 1961 Lamintang, P.A.F. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, cet. III. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 1997. M. Quraish Sihab, Taftir Al-Mis bah, .Tuz I, Jakarta : Lentera Hati, 2007 M. Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di da/am KUHP, Bandung Remaja Karya, 1986 Moeliono, Anton M, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990 Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam. Jakmia: Sinar Grafika, 2005 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal demi pasal, Bandung : Karya Nusantara, 1996 Sajastany, Imam Hafiz Abi Daud Sulaiman ibn Asy'ab. Sunan Abi Daud. Bairut: Dar A'lam, 2003. Salam Madzkur, Al-Qadha Fil Al-Islam, Kairo: Dar An-Nadhah Al-Arobiyyah,T.h Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung : PT Al-Maarif Subki Mahmassany,filsafat Tasyri Fil Al-Islam, Bairut: Darul Ilmi Malayiun, 1380 H Suma,Muhmnmad Amin. Pidana Islam di Indonesia : Peluang, Prospek, dan Tantangan. Jakarta: Pustaka Pirdaus, 2001. Suma,Muhammad Amin. Pidana Islam di Indonesia : Peluang, Prospek, dan Tantangan. Jakarta: Pustaka Pirdaus, 200 I.
98
Sunggono,Bambang. lvfetodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Syaurah, Abi Isa Muhammad bin Isa. Sunan At-Tirmidzi. Bairut: Dar Ma'rifah, 2002. Tirtamidjaya, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta: Fasco, 1956 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiah Al- Islam Wa Adil/atuhu, Damsyik: Dar Al-Fikr, 1989 Whjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2003.
•
'
PENGADILAN NEGERJ' CIBINONG
PUTUSAN Nomor: 694 /Pid.B/2008 /PN.Cbn .
"DEMI K,EADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan. negeri dbinong yang memeriksa dan mengadili pidana secard biasa dalarn peradilan tingkat pertama menjatuhkan putusan sbb, dalam perkara terdakwa : I.
N ama leugk~p
EKO PRIYANTO BIN TRI WURYANTO ..
Tempat lahir
Bogor. ·
Umur/tgl lahir
25 tahun I 30 Jcli 1983.
Jen.is Kelamin
Laki-laki.
Kebangsaan
Indonesia.
Tcmpat tinggal,
Kp.Pager.tongan RT.03/06 Kel.Loji ,Kee.Begor Baral Kodya Bogor.
2.
i\gama
Islam.
Pekerjaan
Pegawai Swasta.
Pc!ldidikan
SMK Pcrhotelan.
Nama lcngkap '.
ASEP RIDW AN BIN TAHRUDIN
Tempat labir
Bogar
Umur/tgl lahir
28 tahun I 15 Januari 1988
Jenis Kelamin
laki-Iaki.
Kebangsaan
Indonesia.
Tcmpat tinggal·
Kp.Muara RT.03/08 Kel .Sind:mgrasa, Kee.Begor Timur Kodya Bogor
Agam a
Islam.
llekerjaan
Pegawai Swastn.
Pendidikan
SD Kelas VI.
Bahwa para 'terdakwa didampingi penasehat huk:um nama O.SANJAYA H.S,SH Advokad/Pengacara & Konsultan Hukum berkantor di JI. Ry.Jakarta
'('
2
I
, Bogor, Km.39,Pabuaran, Cibinong, Bogor berdasarkan surat penetapan Hakim · tertanggal 03 September 2008 .
..· Bahwa para terdakwa berada dalam tahanan, berdasarkan surat perintah ~
penahanan
· I. Penyidik sejak tanggal 07 .!uni 2008 srunpai dengan 26 Juni 2008 2. Perpanjangan Penw1tut Umum sejak tanggal 27 Juni 2008 s/d 05 Agustus 2008. 3. Perpanjangan Wald! Ketua Pengadilan Negeri Cibinong sejak tanggal 06 Agustus 2008 s/d 04 September 2008. : 4. Penuntut Umwn sejak tanggal 2 I Agutus 2008 sip 08 September 2008. ', 5. Hakim Pengadil;m Neger\ Cibinong sejak tanggal 25 Agustus 2008 s/d 23 September 2008. '6.
\Vakil Ketua Pengadilan Negri Cibinong sejak tanggal 24 September 2008 s/d 22 Nopember 2008'.
7.
Ketua Pengadilan Tinggi Bandung sejak tanggal 23 Nopember 2008 s/d 22 Desember 2008 ..
Pengadilah negeri tersebut ; Setelah membaca surat penetapan tentang penuojukan majelis hakim; Setelah membaca berkas perkara ; Setelah mendengar pembacaaan surat dakwaan oleh penuntut umum ; Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan terdakwa ; Setelah melihat dan meneliti barang bukti yang di ajukan kedalam persidangan oleh penuntut umum ;
Setelah mendengar tuntutan hukum dari penuntut umum yang pada pokoknya menuntut agar majelis hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut : !. Menyatakan terdakwa I EKO PRIYA."l\fTO Bin TRI WARYANTO dan '
.
terdakwa 2 ASEP RID WAN Bin TAGRUDIN, bersalah melakukan tindak pidana Pembunuhan dengan direncanakan, sebagaimana diatur dan diancam pidana.dalam Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Menjatuhkan "pidana penjara terhadap terdakwa ][ EKO PRIYANTO Bin TRI WARYANTO dan terdakwa 2 ASEP RlDWAN Bin TAGRUDIN
i:..
r
3
masing-rnasing selama 18 ( delapan belas ) tahun, dikurangi selama para terdakwa berada dsfarn tahanan dau para terdakwa tetap dalam tahanan. 3. Menyatakan barang bukti berupa
•
1 (satu) lembar STNK sepeda motor Y1U11aha Vega R No.Pol.F-6294-HU beserta motomye , satu lembar STNK sepeda motor Yamaha Yupiter Z wama biru No.Pol.F-6294-HI besei;'.a motomya dikembalika10 kepada yang berhak.
•
l (satu) st.el'pakaian wama biru meek Man Fung, celana panjang wama hitam merk
Increase , satu kru
kepada keluarga korban Dina Eva Rosmalia. •
3 (tiga) buah pesawat HP merk Nokia GSM. Nokia CDMA, Sormy Ericson, satu
pasang sarong tangan wama hitam, satu batako, satu balok kayu panjang 95 Cm lebar 2 Cm , satu pecahan gelas/cangkir kramik wama biru dirampas untk dimusnahkaii.
' !
'
t
l I
'
'
4. Menetapkan agirr para terdakwa membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp.1.000,- ( seribu rupiah).
Setelah mendengar pembelaan hukum dari penasehat hukum terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut : Menjatuhkan hukum&n yang seringan rirngannya
i. I
ATAU;
'
Apabila
'
Majeli~
Hakim yang memeriksa da11 mengadili perkara ini
berpendapat lain, mohon dijatuhkan putusan yang seadil adilnya ( Ex Aequo Et Bono).
Bahwa ata9 pembelaan . hukum dari pemwehat hukum terdakwa, pemmtut urnum menytakan tetap pada tuntutannya ;
MenimbaI\g. bahwa terdakwa diajukan kedalam persidangan karena didakwa oleh penuntut unmm melakukan tindak pidana sebagai berikut ; PRIMAIR
Melanggar Pasal 340 KUBP jo Pasal 55 ayat 910 kel KUHP.
4
SUBSIDAffi.
Melanggar Pasal 335 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
LEBIH SUBSIDAffi.
Melanggar Pasal 351 ayat 3 KUHP jo Pasal 55 ayat (l) ke-1 KUHP.
Menimbang, bahwa untulc membuktikan dakwaannya, penunt.it umum mengajukan saksi-saksi yang memberikan keternngan. dibawah sumpah sbb :
1. SAKSI l-.1UZAMIL HUFRON
2. SAKSI DEDE AGATRANI 3. SAKSI M"EDI GINANJAR 4. SAKSI DIMI NUGROHO
5. SAKSI HELMAYA NUR TAURESTHIA 6. SAKSI EKA YUNITA SYAWALANUR
Menimbang, bahwa dalam persidangan didengar keterangan Para tcrdakwa: •
Bahwa pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2008 sekitar jam 18.00 Wib, bertempat di sebuah gubuk Kp.Tapos Kec.Ciawi, Kab.Bogor, para tr,rdakwa telah melakukan pembunuhan dengan direncanakan terhadap korban Dina Eva Rosmalia, dengan cara para terdakwa menuju saung dimana korban Dina Eva Rosmalia berada, lalu terdakwa 2 Asep Ridwan jongkok dengan tujuan untulc melihat situasi ( ada orang atau tidak), ,_-.·
kemudian tefdakwa
2 Asep Ridwan melihat terdakwa 1 Eko Priyanto
mendekap niulut korban dengan rnemggunakan 1angan kiri dan mencekik leber korban dengan ta.'1gan k.anan dengan posisi korban terlentang dan terdakwa Eke diatas pemt korban. • Bahwa terdakwa 2 Asep bllang ke Eko jangan diapain korban, tetapi terdakwa Eko bilang bilang : Dasar bego: klau tidak dimatiin bahaya bagi kita.
5
... .._...
ry _ _ _
_____
,,_,.,,_
r·~PUSTAKAAN UTAMA ~~'fAHID JAKARTA
0
Bahwa terda{cwa Eko menemukan cangkir keramik lalu dipukulkan ke k0rban 1 kali; sedangkan terdakwa Asep memukul korban dengan pecahan batako sebanyak 2 kali, kemudian karena korban belum mati, maka kemudian Eko memuia;l lagi kepala korban pakai batako
• seisin para terdakwa memukul juga mengikat korban pakai tali dan mencekek . Jeher korban palpi tali tas dan kemudian terdakwa Asep mengambil balok kaYl;l dan memukul clan menusuk Koran, karena ada motor yang i!ewat, kemudian para terdakwa lari dan pulang kerumah masing-masing,
~
Menimbartg, bahwa dalam persidangan di ajukan barang bukti berupa J.(satu)
lembar ·sTNK sepeda motor Yamaha Vega R No.Pol.F-6294-HU beserta
motomya, satu lembar S1NK sepeda motor Yamaha Yupiter Z warna biru No.Pol.F-6294HI bcserta motomya , I (satu) stel pakaian wama biru mcrk Man Fung, celana panjang wama hltam merk,-Increase , satu krudung wama hitam merk Rosi, satu pasang sandal wamu coklat motifbunga, satu tali tas gantungan tas wama hijau, satu sabuk/ikat pinggang ;
werna hltam , satu jam tangan wama kuning, satu cincin kupu-kupu
dan 3 (tiga) buah
pesawat HP merk Nokia GSM, Nokia CDMA, Sonny Ericson, satu pasang sarung tangan \Yama bitam, satu batako, satu balok kayu panjang 95 Cm lebar 2 Cm , satu pecahan gelas 1cangkir krrunik warna hiru ;
_,,_ Menimbang, bahwa getelah mendengar keterangan saksi-saksi dan para terdakwa serta setelah melihat baning bukti yang diajukan dalam persidangan, dalan1 hubungar\ clan kaitan satu dengan yang lain mendapatkan fakta-fakta sbb:
1. bahwa pada hari Kamis tanggal 5 Juni 2008 sekitar jam 06.00 Wib di kp. Tapos ds Cileungsi. kec.Ciawi kab. Bogor, ditemukan mayat perempuan tanpa identitas ; 2. bahwa ternyata mayat seorang perempuan tersebut bernama Dina Eva Rosmalia .berusia 24 tahun bertempat tinggal di JI. Sempur No. 61 A
6
kec. Bogor t"ngl\h, anak dari Hedi Nasrudin clan Hem1ia, yang bekerja di CV Bintang Utama Karya di Jambu Dua Boger; 3. bahwa pada hari Rabu 'ianggal 4 Juni 2008 sekitar jam 16.00 Wib korban pulang kerja bersama getmaya dan Laila Kumar, kemudian korban bilang 'kepada temannya akan menemui seseorang yang akan
'"
r.1enyerahkan tiang ; 4. bahwa pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2008 sekitar jam 16.00 Wib korban dan terdakwa Elco sudah berjanji melakukan pertemuan di lampu merah .n. Barn Boger, setelah bertemu mernka langsungjalan; 5. hahwa pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2008 sekitar jam 13.00 Wib terdakwa Ekci tilpun terdakwa Asep dan menawarkan perempuan dan minta ditunjukan tempat yang sepi ; 6. bahwa setelah mendapat tilpun tersebut kemudian terdakwa Asep menuju ketempat terdakwa Eke, kemudian mereka bertiga berangkat bersama tcrdakwa Eke dan korban mengendarai sepeda motor Vega R wama · merah
no.pol.
F-6294-HU
sedangkan
terdakwa
Asep
mengendarai sepeda motor Y arnaha jupiter Z wama biru putih no.pol. f-
.
2637-HI menuju daerah tapes; 7. bahwa setelah sarnpai di gubug/saung sekitar jam 18.00 Wib, korban duduk-duduk dibale-bale, terdakwa Eke mendekati korban langsung mencekik leher korban sambil membekap mulutnya; 8. bahwa terdakwa Asep membantu memegangi kedua kaki korban dan mengambil batu batako kemudian memukulkan kewajah korban, pada saat itu korban masih beri;erak-gerak kemudian dipukul lagi dengan kayu balok clan g".las keramik hingga gelas tersebut pecah serta mencekik fohaer korban dengan tali tas milik korban, kemudian korban tidak bergerak lagi ; 9. bahwa selanjutnya terdakwa Eke membuang sarung tangan karena ada
-
bercak darahnya, kemudian terdakwa Eke dan Asep menuju kekali untuk membersihkan diri dari bercak darah ;
..
'
7
10.bahwa terdakwa Eko dan Asep kemudian pulang ke Bogor kerumah
•
masing-masing ; 11. bahwa terdakwa Eko melakukan perbuatan tersebut di atas karena kesal dengan sikap korb
dengan terdakwa Eko yang pemarah ; 13.baliwa korban mengalami Iuka-Iuka sebagaimana dalam VER yang i
dibuat oleh dr. ZuUiasmar Syamsu, SpF.SH. dari Rumah sakit PM! JI. Pajajaran No.80 Bogor ;
Menimbarig, bahwa. berdasarkan fakta tersebut di atas, apakah terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan penuntut umu1n;
Menimblli)g, bal1wa terdakwa didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan yang disusun secara subsidairitas, maka ak:an dipertimbangkan
da.l.._-viaan primair, jika dakwaan primair tidak terbukti, akan dipertimbangkan
1!
dakwaan selanjutnya ;
'1,I ~
I'.I
,,,. J
Menimbang, bahwa dalam dakwaan pnmaIT, terdakwa didakwa melaknkan tindak pidana sebagaimana yang di atur dalam pasal 340 KUHP jo
I I'
pasa! 55 910 ke-i KUHP;
Menimbang, bal1wa unsur-unsur pasal Pasal 340 KUHP adalah sebagai b~rikut:
I
1. Sengaja.
'
2. rnerencanakan lebih dahulu .
II
3. menghilarigkan nyawa orang lain.
1
!
I
8
Ad. 1. Scngaja ;
Menimbang, bah1va yailg dimaksud dengan sengaja adalah ada niat atau kehendak dari diri ·terdabva untuk melaksanalcan suatu perbuatan beserta akibat dari perbuatan yang dikehendaki tersebut ; ...
Menimbang,
bahwa
berdasarlcan
fakta
yang
terunglcap
dalam
peroi
Menimbang, bahwa pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2008 selcitar jam 16.00 Wib korban dan terdakwa Elco sudah ·berjanji melaknkan pertemuan di l:l.!1Jpu merah TI.Barn Bogor, setelah bertemu merelca. langsungjalan;
Menimbang, bahwa pada waktu yang bersamaan yaitu pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2008 sekitar jam 13.00 Wib terdakwa Elco tilpun lcepada terdak"Wa Asep dan menawarkan perempuan dan minta ditunjuka'1 tempat yang sepi;
Menimba..'1g, bahwa setelah mendapat tilpun tersebut kemudian terdakwa Asep .menuju ketempat terdakwa Eko, k:emudian mereka bertiga bera.'1gkat bersama terdakwa Elco dan korban mengendarai sepeda motor Vega R wama merah no.pol. F-6294-HU sedanglcan terdalcwa Asep mengendarai sepeda motor Yamaha jupiter Z warna biru putih no.pol. f-2637-HI menuju daerah tapos ;
Menimbang, bahwa setelah sampai di gubug/saung sekitar jam I 8.00 Wib, korban duduk-duduk dibale-bale, terdakwa Eko mendekati korban langsung menceklk ·leher korban . sambil membekap mulutnya ;
9
i·
MenimbaI)g, bahwa terdakwa Asep membantu memegangi kedua kaki korban dan mengambil batu batake kemudian memukulkan kewajah korban, pada saat itu korban masih bergerak-gerak kemudian para terdakwa memukul .
.
lagi
he1gerak lagi ; Menimbang, bahwa keni.udian keesekan harinya pada hari Kamis tanggal 5 Juni . 2008 sekitar jam 06.00 Wib di kp. Tapes ds Cileungsi
·'
kec.Ciawi kab. Boger, ditemukan mayat perempuan tanpa identitas, yang temyata adalah k?rban ;
Menimba...\g, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas unsur pe1tama telah terpenuhi atas perbuatan terdaL-wa, karena ketika terdaL-wa Eke mencekik dan membekap mulut korban, terdakwa Asep mengingatkan terdakwa Eke ''.mau diapakan perempuan itu" dan saat itu Eke menjawab "kalau tidak dibµnuh, bahaya buat kita", dan selanjutnya terdakwa Asep ikut serta melakukan perbuatan sebagaimana yang di uraikan di atas ;
Ad.2. merencanakac lebih dahulu.
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu adalah adanya tenggang.waktu antara niat dengan pdaksanaan perbuatan;
Menimbai;ig, bahwa tenggang waktu antara timbul niat dan pelaksanaan perbuatan
yang
diinginkan,
dipergunakan
oleh
terdakwa
untuk
mempersiapkan cara pelaksanaan perbuatan, agar keinginannya bjsa terwujud;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uaraian putusan ini, maka pertimbangan hukum pada unsur pertama dianggap terulang disini ;
I
I
10
;
M,ecimbang, bahwa, pada diri terdakwa sudah ada perasaan terganggu dengan sikap korban yang selalu mengejar-ngejar terdakwa Eko, karena ia sudiih mempunyai istri ; Menimbang, bahwa pada saat terdakwa Eko dan korban
berjanji
bertemu, pada saat itu juga terdakwa Eko menghubungi terdakwa Asep melalui tilpun untuk mengajak, terdakwa Asep pergi mencari tempat yang
"
sepi, karena terdak:wa Eko membawa seorang perempuan ;
Menimbang, bahwa kemudian mereka bertiga p1irgi ketempat yang sepi yaitu di daerah Tapos, kemudian ditempat tersebut terdakwa Eko mencekik dun membekap thulut korhan dan t<:rdakwa asep mengingatkan terdakwa Eko "meu diapakan perempuan itu" dan saat itu Eko menjawab "kalau tidak dibunuh, bahaya buat kita", selanjutnya terdakwa Asep memegangi kaki korban, kemudian memukul dengan batu batako, sehnjutnya para terdakwa memukuli kepala korban dengan balok kayu dan gelas melamin hingga gelasnya pecah ; '
Menimbang, bahwa kemudian keesokan harinya pada hari Kamis tan:rga! 5 Juni 2008 sekitar jam 06.00 Wib di kp. Tapos ds Cileungsi
•
kec.Ciawi kab. Bogar, ditemukan mayat perempuan tanpa identitas, yang temyata adalah korban ;
MePJmbang, bahwa ber,dasarkan pertimbangart tersebut di atas unsur kedua telah tcrpenuhi atas pcrbuatan terdakwa, karena dalam diri terdakwa Eko sudah ada perasaan terganggu dengan sikap korban dan pada saat terdakwa Eko tilpun terdakwa Asep untuk ditunjukan tempat yang sep1 dengan tujuan agar perbuatan tersebut di atas dilakukan tanpa diketahui oleh orang lain, bahwa pada saat itu terdakwa Asep tidak mengetahui maksud yang sebenarny~ dari terdakwa Eko, akan tetapi ketika terdakwa Eko mencekik dan membekap mulut korban, terdakwa Asep sudah mengingatkan
.
'
II
agar Eko tidak melakukan itu, seharusnya pada saat itu terdakwa Asep mempunyai
kes~mpatan
untuk mencegah terdakwa Eko melakukan ha!
tersebut atau tidaJ< ikut serta melakukan perbuatan ters1~but di atas, akan tetapi terdakwa Asep 'bahkan ikut bersama-sama terdakwa Eko mewujudkan keinginannya tersebut ;
Ad. 3. Menghilangkan
~yawa
orang lain ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terbukti dipersidangan, bahwa akibat dari perbuatan terda1.rwa-terdakwa sebagaimana yang telah diuraikan di atas, korban meninggal dunia ; •
I
MenimbaI\g, bahwa berdasarkan VER berkesimpulan, bahwa korban meninggal dunia karena Iuka-Iuka terbuka, Iuka lecet dan memi:rr di kepala, wajah, leher, l;>okong, lengan serta tangan akibat kekerasan tumpul, seianjutnya juga ditemukan tanda-tanda mati lemas, patah tulang-tulang tengkorak, perdarahan
Menirnbang, bahwa berdasarkan pertibangan tersebut di atas unsur ketiga telah terpenuhi atas perbuatan terdakwa ;
Menimb~g,
mulut korban,
bahwa pada saat terdakwa Eko mencekik dan membekap
t~rdakwa
asep rne'lgingatkan terdakwa Eko "mau diapakan
perernpuan itu" dan saat itu Eko menjawab "kalau tidak dibunuh, bahaya buat kita", dan selanjutnya terda1.rwa Asep memegangi kaki koban, keinudian memukul wajah korban dengan batu batako, pada saat itu korban masih bergerak-gerak kemudian para terdakwa memukuI lagi dengan kayu balok dan gelas keramik hlngga gelas tersebut pecah serta inencekik leher korban
I
p;;PUS;AKAAM
11-.·uu
f
1
13
Menimbang, bahwa oleh karena selama proses pemeriksaan perkara ini terdakwa berada dalam tahanan, maka selama masa penangkapan dan penahan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan sepenuhnya dari pidana yang akan dijatuhkan ; Mcnimbang, bahwa Penuntut Umum telah mengajukan barang bukti berupa: l.{satu)
\embar STNK sepoda motor Yamaha Vega R No.Pol.F-6294-HU beserta
motomya, satu Jembar STNK sepeda motor Yamaha Yupiter Z wnma biru No.Pol.F-6294ID beserta motomya , 1 (satu) std pakaian warna biru merk Man Fung, celana panjnng wama bitam merk Increase , satu lcrudung warna bitam merk Rosi, satu pasang sandal warna coklat motifbungn, satu tali tas gantungan tas warna hijau, satu sabuk/ikat pinggang i
warna bitam , satu jam tangan warna kuoing, satu cincin kupu-kupu
dan 3 (tiga) buah
pesawat HP merk Nokia GSM, Nokia CDMA, Sonny Ericson, satu pasang sarung tangan wama hitam, satu batako, satu balok kayu panjang 95 Cm lebar 2 Cm , satu pecahan gelas/cangk.ir kramik warna biru ; '
Menimbang,
.
bahwa
sebelum
menjatuhkan
putusan
akan
dipertimbangkan