PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014
ISSN 1693-3591
OBAT DAN SUPLEMEN UNTUK OSTEOARTHRITIS
Rina Herowati Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Setiabudi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127 Email:
[email protected] (Rina Herowati) ABSTRAK Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyebab ketidakmampuan beraktivitas pada geriatri. Tujuan terapi OA adalah untuk mengontrol gejala, meminimalkan ketidakmampuan, dan meningkatkan kualitas hidup. Tata laksana OA meliputi terapi non farmakologi, terapi farmakologi, dan pembedahan. Terapi farmakologi lebih lanjut dibagi lagi menjadi terapi simptomatik dan terapi pemodifikasi penyakit. Asetaminofen merupakan terapi lini pertama, digunakan dengan mempertimbangkan resiko toksisitas saluran cerna dan kardiovaskuler, terutama pada geriatri. Injeksi glukokortikoid maupun asam hialurodonat intra-articular memberikan efek jangka pendek yang menguntungkan. Saat ini riset masih terus dilakukan terhadap obat pemodifikasi penyakit, seperti tetrasiklin, asam glikosaminoglikan polisulfat, pentosan polisulfat, diacerein, glukosamin dan lain-lain. Saat ini masih terus dilakukan riset target obat baru antagonis reseptor IL-1R (IL-1Ra), inhibitor mitogen-activated protein (MAP) kinases, maupun inhibitor NF-kappaB. Selain itu terapi gen, tranplantasi chondrocyte dan stem cell juga sedang dikembangkan. Berbagai suplemen sudah banyak digunakan untuk terapi OA, seperti glukosamin, chondroitin sulfate, ekstrak jahe, alpukat, dan kedelai, herba cakar kucing, dan tulang rawan hiu. Glukosamin dan chondroitin sulfate, merupakan nutraseutikal yang memberikan efek paling bermakna dalam terapi OA. Kata kunci: osteoarthritis, terapi farmakologi, suplemen. ABSTRACT Osteoarthritis (OA) is one cause of disability activities in geriatrics. The goals of OA therapy are to control symptoms, minimize disability and improve the quality of life. Management of OA include non-pharmacological therapy, pharmacological therapy, and surgery. Pharmacological therapy is further classified into symptomatic therapy and disease modifying therapy. Acetaminophen, the first-line symptomatic therapy, is used by consider the risk of gastrointestinal and cardiovascular toxicity, especially in geriatric. Intra-articular injection of glucocorticoid or hyalurodonic acids provided short-term benefit effects. Currently research is still conducted on disease modifier drugs, such as tetracycline, glycosaminoglycans polysulfuric acid, pentosan polysulphate, diacerein, glucosamine and others. Researchs of new drug targets such as Interleucine-1R receptor antagonist (IL-1Ra), inhibitors of mitogen-activated protein (MAP) kinases, NF-kappaB inhibitor, are also continuously conducted. In addition, gene therapy, stem cell and chondrocytes transplantation also being developed. Various supplements have been
40
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014
ISSN 1693-3591
widely used for the treatment of OA, such as glucosamine, chondroitin sulfate, ginger extract, avocado and soy, herbs cat's claw, as well as shark cartilage. Glucosamine and chondroitin sulfate are nutraceuticals that provided the most significant effect in the treatment of OA. Key words: osteoarthritis, pharmacological therapy, supplements drug.
41
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014
ISSN 1693-3591
Pendahuluan
penyakit (Ara dan Alam, 2011). Makalah
Osteoarthritis
(OA)
masih
ini mendiskusikan tentang farmakoterapi
merupakan masalah kesehatan utama.
OA meliputi terapi untuk mengatasi
WHO menyatakan bahwa OA merupakan
gejala, terapi pemodifikasi penyakit atau
salah satu penyebab utama kegagalan
struktur,
fungsi yang mengurangi kualitas hidup
eksperimental.
nutriceuticals,
dan
terapi
manusia di dunia. Masalah ini menjadi semakin besar karena peningkatan nilai
Farmakoterapi untuk OA
harapan kualitas hidup dan peningkatan
Intervensi farmakologi untuk OA dibagi
laju penderita obesitas. Tujuan terapi OA
menjadi terapi simptomatik dan terapi
adalah mengatasi gejala, mencegah
pemodifikasi penyakit (Tabel 1).
perkembangan penyakit, meminimalkan disabilitas/ketidakmampuan,
serta
Terapi Simptomatik
meningkatkan kualitas hidup.
Terapi Topikal
Terapi tradisional hingga saat ini belum
mampu
mengatasi
Sediaan
progresi
alternatif
pada tata laksana nyeri saja. Tata laksana
farmakologi, Intervensi
terapi
pembedahan.
nonfarmakologi
masih
kontroverial,
namun
sebuah
pemakaian topikal jangka panjang AINS
banyak ditujukan untuk pengatasan
terutama
terapi
mengatasi nyeri pada OA lutut. Selain itu
farmakologi yang tersedia saat ini lebih
dikembangkan
Walaupun
topikal jangka panjang efektif untuk
dalam perencanaan terapi. Intervensi
penelitian
tambahan.
penelitian melaporkan bahwa diklofenak
harus menjadi bagian tak terpisahkan
Berbagai
yang
topikal jangka panjang dengan AINS
seperti
penurunan berat badan dan exercise
gejala.
pasien
obat sistemik atau bisa juga sebagai
nonfarmakologi,
dan
bagi
dikontraindikasikan untuk menggunakan
OA meliputi berbagai teknik dan prinsip, terapi
antiinflamasi
nonsteroid (AINS) dan capsaicin menjadi
penyakit, sebagian besar masih terpusat
meliputi
topikal
pada pasien geriatri juga menurunkan
terus
efek samping toksisitas saluran cerna
untuk
(Biswal et al., 2006).
intervensi yang mampu memodifikasi
42
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014
ISSN 1693-3591
Tabel 1. Intervensi farmakologi untuk OA Terapi Simptomatik Topikal: Capsaicin Sediaan AINS topikal Sistemik: Asetaminofen AINS nonselektif Inhibitor selektif COX-2 Tramadol Analgesik narkotik Intra-artikular: Kortikosteroid Derivat asam hyaluronat
Obat Pemodifikasi Penyakit Tetrasiklin Inhibitor metalloproteinase atau collagenase Glucosamine Diacerein Manipulasi growth factor dan cytokine (antagonis reseptor interleukin-1 (IL-1Ra), transforming growth factor-â) Terapi gen (IL-1Ra, IL-1RII) Chondrocyte dan transplantasi stem cell
Sediaan topikal capsaicin bekerja
meliputi
asetaminofen
dan
AINS.
dengan mengosongkan neuropeptida
Asetaminofen menjadi lini pertama tata
substance P dari akhir saraf sensorik, dan
laksana
sebuah hasil pengujian menyatakan
diterapi hanya dengan asetaminofen
bahwa capsaicin topikal lebih efektif
oral. AINS merupakan obat yang paling
dibanding placebo dalam mengurangi
banyak diresepkan untuk terapi OA. AINS
nyeri pada OA. Capsaicin menimbulkan
bekerja
efek samping rasa terbakar dan harus
selektif terhadap enzim siklooksigenase-
digunakan selama 3-4 minggu untuk
1 dan 2. Dosis inisiasi harus rendah
memberikan efek maksimal (Zhang dan
terlebih dulu, karena efek analgesik bisa
Po,
tercapai pada dosis rendah.
1994).
Alternatif
lain
untuk
OA.
Banyak
melalui
pasien
dapat
penghambatan
tak
mengatasi nyeri secara topikal adalah
Efek samping gastrointestinal
dengan patch Lidokain. Penggunaan
dan resiko kardiovaskuler membatasi
patch Lidokain 5% pada pasien OA lutut
penggunaan jangka panjang AINS pada
dilaporkan mampu memberikan efek
pasien geriatri. Ko-administrasi dengan
penghilangan nyeri sebanding dengan
inhibitor pompa proton atau misoprostol
celexocib 200 mg/hari (Kivitz et al.,
dapat
2008).
toksisitas
Terapi Sistemik
Direkomendasikan perhatian khusus jika
Terapi
sistemik
untuk
dilakukan
untuk
saluran
mencegah cerna.
nyeri
AINS diberikan pada pasien dengan
sedang hingga parah pada pasien OA
resiko kardiovaskuler, demikian juga
43
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013
pemakaian
inhibitor
selektif
ISSN 1693-3591
COX-2
Injeksi kortikosteroid berguna untuk
(Altman dan Lozada, 1998).
eksaserbasi akut OA, namun efikasinya
Analgesik
opioid
untuk
direkomendasikan secara terbatas untuk
nyeri jangka panjang belum
dipastikan.
pasien yang gagal atau tidak mampu
Injeksi
asam
hialuronat
mentolerir terapi dengan asetaminofen,
membantu meningkatkan elastisitas dan
AINS,
viskositas persendian, dan menunjukkan
atau
tramadol,
dan
masih
mengalami nyeri parah. Namun harus
efek
dicermati bahwa walaupun opioid efektif
kortikosteroid. Namun injeksi ini lebih
untuk meredakan nyeri, namun juga
mahal harganya. Selain itu dari hasil uji
memiliki
klinik
efek
samping
penurunan
yang
sama
acak,
dengan
senyawa efek
injeksi
ini
kapasitas mental pada pasien dewasa.
menunjukkan
Sediaan transdermal fentanil dilaporkan
penyakit (Ara dan Alam, 2011).
tidak
memodifikasi
mampu mengatasi nyeri sedang hingga parah pada pasien OA (Solomon et al.,
Terapi Pemodifikasi Penyakit
2010).
Senyawa golongan ini meliputi Tramadol bisa dipertimbangkan
obat-obat
yang
ditujukan
untuk
sebagai terapi alternatif bagi pasien yang
mencegah,
tidak bisa menolerir AINS atau sebagai
menstabilkan perkembangan OA atau
terapi
Sediaan
bahkan menyembuhkan.
mampu
Tetrasiklin
pendamping
tramadol
lepas
AINS. lambat
mengatasi nyeri pada OA lutut dan
memperlambat,
Selain
pinggul. Namun pemakaian tramadol
antimikroba,
sering
dihentikan
memiliki tetrasiklin
efek merupakan
karena
efek
inhibitor
adanya
efek
diduga berhubungan dengan sifatnya
antiinflamasi juga membatasi efektivitas
sebagai pengkhelat ion Ca dan Zn.
tramadol
Minosiklin, salah satu antibiotik turunan
sampingnya.
Tidak
(Kroenke
et
al.,
2009;
metalloproteinase
jaringan,
Rosenberg, 2009).
tetrasiklin, telah digunakan untuk terapi
Terapi Intra-Articular
OA.
Injeksi memperlambat
kortikosteroid infiltrasi
Doksisiklin
secara
klinis
menunjukkan penghambatan aktivitas
sel
articular
macrophage-like synovium pada OA.
cartilage.
Sebuah
studi
terhadap wanita obesitas penderita OA,
44
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013
secara
radiologi
nampak
doksisiklin
menunda
penyempitan
joint
ISSN 1693-3591
bahwa
kucing,
progresi
space.
dan
tulang
Namun
merupakan
nutraseutikal
memberikan
efek
dalam terapi OA.
seperti
hiu.
Glukosamin dan chondroitin sulfate,
penggunaan doksisiklin dibatasi oleh sampingnya
rawan
mual,
heartburn, dan fotosensitivitas.
efek
paling
yang bermakna
Glukosamin
Obat-Obat Lain
Glukosamin merupakan suatu
Glycosaminoglycan
polysulfuric
amino monosakarida larut air yang
(GAGPS),
merupakan
merupakan prekursor untuk sintesis
acid
glikosaminoglikan
yang
sangat
protein
terglikosilasi
dan
lemak
tersulfatasi, diperoleh dari tulang rawan
(Sherman et al., 2012). Salah satu peran
trakheal
studi
fisiologis utama dari glukosamin adalah
melaporkan setelah 4 minggu pemberian
stimulasi sintesis senyawa-senyawa yang
GAGPS, telah terjadi penurunan derajat
dibutuhkan untuk fungsi persendian.
keparahan
Glukosamin
dari
sapi.
OA
Sebuah
pada
hewan
coba
(Burkhardt dan Ghosh, 1987). Diacerein
dan
sintesis metabolit
mampu
menstimulasi
proteoglikan,
menghambat
degradasi
proteoglikan,
serta
aktifnya, rhein, merupakan golongan
menstimulasi regenerasi tulang rawan
antrakuinon
yang
setelah terjadi kerusakan (Kelly, 1998).
dilaporkan mampu menghambat sintesis
Glucosamine sulphate, baik digunakan
IL-1â pada synovium penderita OA, serta
tunggal
menurunkan ekspresi reseptor IL-1 pada
chondroitin
chondrocytes. Pada hewan uji nampak
perbaikan bermakna pada regenerasi
berkurangnya produksi collagenase dan
tulang rawan (Kamarul et al., 2011).
kerusakan articular (Martel-Pelletier et
Chondroitin Sulfate
mirip
senna,
al., 1998).
maupun
Nutraseutikal/Suplemen Berbagai
sulphate
Chondroitin merupakan
nutraseutikal
kombinasi
dengan
menunjukkan
sulfate
(CS)
glikosaminoglikan
tersulfatasi yang biasa ditemukan terikat telah
pada
protein
sebagai
bagian
dari
digunakan untuk terapi OA, antara lain:
proteoglikan (Sherman et al., 2012). CS
glukosamin, chondroitin sulfate, ekstrak
yang tersedia di pasaran umumnya
jahe, alpukat dan kedelai, herba cakar
berasal dari trakhea sapi, tulang rawan
45
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013
ISSN 1693-3591
hiu atau sumber lain, dengan kemurnian,
penggunaan kedua suplemen ini lebih
berat molekul, derajat sulfotasi yang
berdasar.
bervariasi. Saat ini masih terjadi kontroversi
Penelitian Terkait Target Terapi Baru
terkait penggunaan glukosamin dan chondroitin,
baik
tunggal
Tantangan dalam terapi
mapupun
OA
menginduksi banyak penelitian untuk
kombinasinya, untuk terapi OA. Pasien
mencari
senyawa
masih
berbagai
target
terapi baru. Salah
sebagai terapi komplementer untuk
satunya
adalah
antagonis
mengatasi gejala yang terkait dengan
interleukine-1 (IL-1), karena berbagai
OA.
publikasi
sitokin, seperti IL-1 dan TNFα, diproduksi
melaporkan bahwa senyawa-senyawa ini
oleh synovium dan berkontribusi dalam
tidak punya efek dalam mengatasi nyeri
proses inflamasi di persendian pada OA.
dan
namun
Selain itu adalah inhibitor mitogen-
masih cukup potensial untuk digunakan.
activated protein (MAP) kinases. MAP
Pertama, dari semua studi yang sudah
kinase merupakan
dilakukan tidak muncul efek samping
intrasel
yang
mengontrol
menggunakan
Walaupun
suplemen
beberapa
memodifikasi
signifikan
penyakit,
akibat
ini
pemakaian
yang
baru,
termasuk
reseptor
protein
sinyaling
berperan
dalam
aktivitas
jalur
yang
glukosamin maupun chondroitin. Kedua,
mengatur produksi berbagai mediator
tidak teramatinya efikasi pada beberapa
perusak
studi disebabkan karena dosis yang
Penghambatan MAP kinase dilaporkan
digunakan
mampu memperlambat progresi OA dan
terlalu
rendah.
Ketiga,
jaringan
testimoni pasien dan case report tentang
mengurangi
efikasi kedua suplemen ini sangat tinggi
keamanan
(Sherman et al., 2012). Perlu dilakukan
manusia masih terbatas (Ara dan Alam,
studi lebih lanjut untuk mengidentifikasi
2011).
golongan
pasien
yang
nyeri,
persendian.
untuk
namun
data
digunakan
pada
benar-benar
membutuhkan terapi alternatif dengan
Kesimpulan
suplemen, dosis optimal, dan rute
Terapi non farmakologi masih
administrasi optimal untuk memberikan
menjadi dasar untuk tata laksana OS.
efek terbaik. Diharapkan diperoleh lebih
Terapi farmakologi utamanya masih
banyak informasi sehingga rekomendasi
ditujukan untuk mengatasi gejala. Obat-
46
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013
obat
yang
penyakit
mampu
masih
memodifikasi
sangat
namun
dibutuhkan
cermat
untuk
ISSN 1693-3591
in the treatment of degenerative joint disease. Alternative Medicine Review, 3(1):27-39.
diharapkan,
evaluasi
secara Kivitz, A., Fairfax, M., Sheldon, E.A., Xiang, Q., Jones, B.A., dan Gammaitoni, A.R., 2008. Comparison of the effectiveness and tolerability of lidocaine patch 5% versus celecoxib for osteoarthritis-related knee pain: post hoc analysis of a 12 week, prospective, randomized, activecontrolled, openlabel, parallelgroup trial in adults. Clin Ther, 30(12):2366–77.
memastikan
penggunaannya secara klinis.
Daftar Pustaka Altman, R.D. dan Lozada, C.J., 1998. Practice guidelines in the management of osteoarthritis. Osteoarthritis and Cartilage, 6 (Supplement A):22-24. Ara,
R. dan Alam, M.Z., 2011. Pharmacotherapy for osteoarthritis, a review. J Medicine, 12:142-148.
Kroenke, K., Krebs, E.E., Bair, M.J., 2009. Pharmacotherapy of chronic pain: a synthesis of recommendations from systematic reviews. Gen Hosp Psychiatry, 31(3):206–19.
Biswal, S., Medhi, B., Pandhi, P., 2006. Longterm efficacy of topical nonsteroidal antiinflammatory drugs in knee osteoarthritis: metaanalysis of randomized placebo controlled clinical trials. J Rheumato., 33(9):1841–4.
Martel-Pelletier, J., Mineau, F., Jolicoeur, F.C., Cloutier, J.M., Pelletier, J.P., 1998. In vitro effects of diacerhein and rhein on interleukin 1 and tumor necrosis factor-alpha systems in human osteoarthritic synovium and chondrocytes. J Rheumatol, 25:753-62.
Burkhardt, D. dan Ghosh, P., 1987. Laboratory evaluation of antiarthritic drugs as potential chondroprotective agents. Semin Arthritis Rheum, 17(1):3-34.
Rosenberg, M.T., 2009. The role of tramadol ER in the treatment of chronic pain. Int J Clin Pract, 63(10):1531–43.
Kamarul, K., Ab-Rahim, S., Tumin, M., Selvaratnam, L. dan Ahmad, T.S., 2011. A preliminary study of the effects of glucosamine sulphate and chondroitin sulphate on surgically treated and untreated focal cartilage damage. European Cells and Materials, 21: 259-271.
Zhang, W.Y. dan Po, L.W., 1994. The effectiveness of topically applied capsaicin. A meta-analysis. Eur J Clin Pharmacol, 46(6):517-22. Sherman, A.L., Ojeda-Correal, G., dan Mena, J., 2012. Use of glucosamine and chondroitin in
Kelly, G.S., 1998. The role of glucosamine sulfate and chondroitin sulfates
47
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013
ISSN 1693-3591
persons with osteoarthritis. Osteoarthritis Supplement, Vol. 4:S110-S116. Solomon, D.H., Rassen, J.A., Glynn, R.J., Garneau, K., Levin, R., dan Lee, J., 2010. The comparative safety of opioids for nonmalignant pain in older adults. Arch Intern Med, 170(22):1979–86.
48