MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016 Website : http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Muwazah
PETA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Atas Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Batang Tahun 2015) Widyastuti IAIN Pekalongan Email:
[email protected] Abstract: This paper is the result of research that maps of domestic violence in divorce cases in Batang Religious Court by 2015. This literature research used a qualitative approach. Secondary data sources such as the archives of the Religious Court divorce case Batang 2015 and; other data that support the research. Data collection techniques using documentation and interviews. Analysis techniques using interactive analysis model. The results showed that, the map of domestic violence in divorce cases in Batang Religious Court in 2015, among others: physical violence, which in divorce case referred to, physical cruelty and mental cruelty, as many as 32 cases; psychological violence, as many as 628 cases; sexual violence, no and; economic violence (penelantara households), as many as 1036 cases. Keywords: domestic violence, divorce, Religious Courts and women Abstrak: Paper ini merupakan hasil penelitian yang memetakan KDRT dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Batang pada tahun 2015. Penelitian kepustakaan (Library Research) ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data sekunder berupa arsip perkara perceraian dari Pengadilan Agama Batang tahun 2015 dan; data lain yang mendukung penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis menggunakan model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, peta Kekerasan dalam Rumah Tangga pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Batang tahun 2015, meliputi: kekerasan fisik, yang dalam perkara perceraian disebut dengan, kekejaman jasmani dan kekejaman mental, sebanyak 32 perkara; kekerasan psikis, sebanyak 628 perkara; kekerasan seksual, tidak ada dan; kekerasan ekonomi (penelantara rumah tangga), sebanyak 1036 perkara. Kata kunci: KDRT, perceraian, Pengadilan Agama dan perempuan
gangguan pihak ketiga, tidak ada kehar-
1. Pendahuluan Perkara perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Batang, pada tahun 2015 cukup banyak, dibandingkan pada
monisan (Lihat data akhir tahun PA Kabupaten Batang 2016). Fakta
hukum
tersebut,
jika
tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1822
dipetakan dengan menggunakan indikator
perkara. Perceraian terjadi karena faktor,
KDRT yang terdapat dalam Undang-
antara lain:
poligami tidak sehat, krisis
Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang
akhlak, cemburu, kawin paksa, ekonomi,
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
tidak bertanggung jawab, kawin dibawah
Tangga, maka bisa dikatakan sebagai
umur,
kekejaman
tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga
mental, dihukum, cacat bilogis, politis,
atau lebih dikenal dengan istilah KDRT.
244 |
kekejaman
jasmani,
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
Sebagai penegasan, Pasal 1 Ayat (1)
2. Metode Penelitian
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004
Penelitian Research)
Rumah Tangga (PKDRT), memberikan
kualitatif. Sumber data sekunder berupa arsip
pengertian mengenai Kekerasan dalam
perkara perceraian dari Pengadilan Agama
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
menggunakan
(Library
tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah, setiap perbuatan
ini,
kepustakaan
pendekatan
Batang tahun 2015 dan; data lain yang mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis menggunakan model analisa interaktif.
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melaku-
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
kan perbuatan, pemaksaan, atau peram-
3.1. Jumlah
pasan
kemerdekaan
secara
melawan
tersebut
Perceraian
di
Pengadilan Agama Batang Tahun
hukum dalam lingkup rumah tangga. Pasal
Perkara
2015.
mengindikasikan
Perceraian di Pengadilan Agama
bahwa, bentuk KDRT tidak hanya bersifat
Batang pada tahun 2015 baik cerai gugat
fisik, namun juga seksual, psikologis,
maupun cerai talak sebanyak 1822 perkara.
dan/atau
tangga
Perceraian tersebut dapat dikatakan cukup
(ekonomi). Hal tersebut berbeda dengan
banyak. Hal tersebut dapat dilihat ber-
masyarakat yang selama ini memahami
dasarkan tabel sebagai berikut.
penelantaran
rumah
kekerasan hanya sebagai tindakan fisik
Tabel 1
saja, namun perilaku menekan tidak pernah
Perkara Perceraian tahun 2015
diperhitungkan sebagai kekerasan. Padahal yang disebut dengan kekerasan mencakup keseluruhan, termasuk kekerasan fisik, psikis, seksual atau penelantaran rumah tangga (Rifka Annisa Women’s Crisis Center,tth: h. 2.). Beranjak dari fakta di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memetakan
KDRT
dalam
perkara
perceraian di Pengadilan Agama Batang pada tahun 2015.
No
Cerai Cerai Talak Gugat 1 Januari 55 131 2 Februari 41 107 3 Maret 50 137 4 April 43 132 5 Mei 36 101 6 Juni 38 102 7 Juli 28 91 8 Agustus 33 85 9 September 34 105 10 Oktober 49 94 11 November 39 140 12 Desember 39 91 Jumlah 485 1316 Sumber: Pengadilan Agama Batang
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
Bulan
| 245
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
Berdasarkan tabel tersebut di atas,
Jumlah faktor-faktor yang menjadi
jumlah cerai talak sebanyak 485 perkara
penyebab percerain di PA Batang Tahun
dan cerai gugat sebanyak 1316 perkara.
2015, lihat dalam tabel di bawah ini.
Jumlah
cerai
Gugat
lebih
banyak
Tabel 2
dibandingkan Cerai Talak, yaitu 1316: 485. Jumlah perkara cerai gugat paling banyak ada di bulan November, yaitu 140 perkara dan cerai talak ada di bulan Januari, yaitu 55 perkara. Perceraian terbanyak antara bulan Januari sampai Desember 2015, yaitu ada di bulan November yaitu sebanyak 179. Sedangkan jumlah cerai gugat paling sedikit di bulan Agustus, yaitu 85 perkara, dan cerai talak di bulan Juli, yaitu sebanyak 28 perkara. 3.2. Faktor
Penyebab
Perceraian
penyebab
Faktor Moral Poligami Krisis Cemburu tidak Sehat Akhlak Jan 0 5 2 Feb 1 4 3 Maret 0 8 4 April 3 9 2 Mei 2 6 3 Juni 3 6 6 Juli 0 4 7 Agust 3 6 3 Sept 2 1 0 Okt 2 5 4 Nov 3 5 2 Des 0 0 6 Jumlah 19 59 42 Sumber: Pengadilan Agama Batang Bulan
di
Pengadilan Agama Batang Faktor
Faktor moral
Tabel 3 Meninggalkan kewajiban
perceraian
di
menerus berselisih, karena faktor politis,
Meninggalkan Kewajiban Bln Kawin Ekonomi Tidak ada Paksa Tanggung jawab Jan 0 45 42 Feb 0 58 43 Maret 0 42 47 April 3 69 46 Mei 0 40 41 Juni 1 47 41 Juli 1 53 20 Agust 5 38 19 Sept 5 43 29 Okt 1 65 33 Nov 2 62 27 Des 1 42 25 Jumlah 19 604 413 Sumber: Pengadilan Agama Batang
gangguan pihak ketiga dan tidak ada
Tabel 4
Pengadilan Agama Batang pada tahun 2015, antara lain: a) faktor moral, yaitu poligami tidak sehat, krisis akhlak, dan cemburu;
b)
faktor
meninggalkan
kewajiban, yaitu: kawin paksa, ekonomi, dan tidak bertanggungjawab; c) faktor kawin di bawah umur; d) faktor menyakiti jasmani, yaitu kekejaman jasmani dan kekejaman mental; e) faktor dihukum; f) faktor cacat biologis; g) faktor terus
Kawin di bawah Umur
keharmonisan. Bulan Januari Februari
246 |
Kawin di bawah Umur 0 0
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Tabel 5 Menyakiti Jasmani Menyakiti Jasmani Kekejaman Kekejaman Jasmani Mental Januari 6 0 Februari 7 0 Maret 2 0 April 4 0 Mei 2 0 Juni 4 0 Juli 1 0 Agustus 0 0 September 1 0 Oktober 2 0 November 1 0 Desember 2 0 Jumlah 32 0 Sumber: Pengadilan Agama Batang Bulan
Tabel 6 Faktor dihukum Bulan DIHUKUM Januari 1 Februari 0 Maret 0 April 0 Mei 0 Juni 0 Juli 0 Agustus 0 September 0 Oktober 1 November 0 Desember 0 Jumlah 2 Sumber: Pengadilan Agama Batang
Tabel 7 Cacat biologis Bulan Cacat Bilogis Januari 0 Februari 0 Maret 0 April 1 Mei 0 Juni 0 Juli 0 Agustus 0 September 0 Oktober 0 November 1 Desember 1 Jumlah 3 Sumber: Pengadilan Agama Batang
Tabel 8 Terus Menerus Berselisih Terus Menerus Berselisih Politis Gangguan Tidak pihak harmonis ketiga Jan 0 11 67 Feb 0 12 56 Maret 0 10 55 April 0 13 66 Mei 0 6 38 Juni 0 14 36 Juli 0 11 38 Agust 0 7 29 Sep 0 10 28 Okt 0 13 37 Nov 0 6 28 Des 0 9 28 Jumlah 0 122 506 Sumber: Pengadilan Agama Batang Bulan
Berdasarkan tabel 2 sampai tabel 8 di atas, dapat dikemukakan bahwa faktor yang paling banyak menjadi penyebab perceraian adalah meninggalkan kewajiban, yaitu sebanyak 1036 perkara. Faktor ini terjadi karena kawin paksa sebanyak 19
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
| 247
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
perkara, ekonomi sebanyak 604 perkara
Sngketa antara suami isteri dengan
dan tidak bertanggungjawab sebanyak 413
mengakhiri
perkara. Faktor paling banyak kedua
karena hubungan rumah tangga tidak lagi
adalah faktor terus menerus berselisih,
harmonis, sering beretengkar dan/ atau bisa
sebanyak 628 perkara, yang terjadi karena
saja terjadi karena faktor lainnya sebagai-
gangguan pihak ketiga sebanyak 122 dan
mana telah dipaparkan dalam sub sebelum-
tidak harmonis sebanyak 506 perkara.
nya.
Sedangkan, faktor penyebab yang jumlah-
perceraian
nya paling sedikit adalah kawin di bawah
menggunakan
umur, sebanyak 1 perkara, kemudian
dipetakan ke dalam
faktor dihukum sebanyak 2 perkara, diikuti
KDRT
faktor cacat biologis sebanyak 3 perkara.
Undang-undang PKDRT.
perkawinan,
Dari
berbagai
dapat
faktor
tersebut,
penyebab
maka
indikator
terjadi
dengan
KDRT
akan
empat (4) bentuk
sebagaimana
terdapat
dalam
Berbagai faktor tersebut sebenarnya
Menurut Undang-undang PKDRT,
tidak berdiri sendiri, atau saling terkait dan
Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah
saling mendukung antara satu dengan
setiap
lainnya, dan menjadi lingkaran yang
terutama
mengakibatkan terjadinya perceraian.
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
perbuatan
terhadap
perempuan,
yang
seseorang berakibat
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau 3.3. Peta
Kekerasan
dalam
Rumah
penelantaran
rumah
tangga
termasuk
Tangga pada Perkara Perceraian di
ancaman untuk melakukan perbuatan,
Pengadilan Agama Batang Pada
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
Tahun 2015
secara melawan hukum dalam lingkup
Tujuan
perkawinan
sebagaimana
rumah tangga. Artinya, undang-undang ini
dinyatakan dalam pasal 1 Undang-Undang
membagi bentuk-bentuk KDRT menjadi
Nomor 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir
empat (4) , yaitu: kekerassn fisik, psikis,
batin antara seorang pria dan wanita
seksusl dan; kekerasan ekonomi atau
sebagai suami dan isteri dengan tujuan
penelantaran rumah rangga.
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa. Namun apabila tujuan tidak dilaksana-
3.3.1. Kekerasan Fisik Kekerasan Fisik menurut Pasal 6
kan berdasarkan ketuhanan Yang Maha
Undang-Undang
Esa yaitu melakukan dengan kekerasan
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Peng-
maka
hapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
tujuan
diwujudkan. 248 |
tersebut
tidak
dapat
Republik
Indonesia
yaitu, perbuatan yang mengakibatkan rasa Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Faktor
menyakiti fisik pasangannya, yang dalam
penyebab perceraian di PA Batang tahun
hal ini istrinya, sehingga mengakibatkan
2015, ada yang disebabkan oleh perbuatan
luka fisik. Hal tersebut senada dengan
menyakiti jasmani. Artinya, jika faktor
pengertian yang terdapat dalam Pasal 6
tersebut diinterprestasikan dengan meng-
undang-undang PKDRT.
6
Kekerasan fisik yang terjadi di PA
tersebut, maka dapat dikategorikan sebagai
kabupaten Batang, semuanya dilakukan
kekerasan fisik.
oleh suami dengan korbannya adalah istri.
gunakan
pengertian
dalam
Pasal
Jumlah peta kekerasan fisik, yang
Contoh kekerasan Fisik ini, misalnya
menjadi faktor penyebab perceraian di PA
terdapat dalam
Batang tahun 2015, lihat dalam tabel di
Pdt.G/ 2015/ PA.Btg yaitu bernama Maya
abawah ini.
(Nama Tabel 9
perkara Nomor 0073/
samaran)
sebagai
penggugat
dengan umur 27 tahun, agama Islam,
Peta Kekerasan fisik sebagai faktor
pekerjaan
Pelayan
Rumah
Penyebab perceraian di PA Batang Tahun
pendidikan
terakhir
SMP,
2015
Makan, bertempat
tinggal di dukuh Klidang Kongsi RT.01
Bulan Kekejaman Jasmani Januari 6 Februari 7 Maret 2 April 4 Mei 2 Juni 4 Juli 1 Agustus 0 September 1 Oktober 2 November 1 Desember 2 Jumlah 32 Sumber: Pengadilan Agama Batang
RW 01 Kelurahan Warungasem selatan, kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Dengan tergugat nama Kanto (nama samaran) umur 28 tahun, agama Islam, bertempat tinggal di Dukuh Kadiran, Desa Wringinginting, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang. Keduanya telah menikah pada tanggal 17 Agustus 2008, dan telah hidup bersama dan telah dikaruniai 1 anak. Tergugat suka mabuk-mabukan, berfoyafoya dan main perempuan lain dan apabila
Berdasarkan tabel di atas, jumlah
ditegur dan diingatkan oleh Penggugat
kekejaman jasmani sebanyak 32 perkara,
justru Tergugat marah-marah, Tergugat
dan yang paling banyak ada di bulan
suka berkata kotor dan ringan tangan.
Februari
perkara,
Tergugat tetap tidak berubah maka sering
sedangkan yang paling sedikit ada di bulan
terjadi pertengkaran dan perselisihan dan
Agustus, yaitu 0 (nol) perkara. Kekejaman
puncaknya pada tanggal 25 Desember
jasmani
2014.
yaitu
dalam
sebanyak
konteks
7
ini
adalah
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
Pada
saat
itu
Tergugat
juga | 249
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
menganiaya Penggugat dan diketahui oleh
dan tidak dicampuri “dan tinggalkanlah
saudara Penggugat. Dengan kejadian itu
mereka di tempat-tempat tidur”; c) pukulan
Penggugat sudah tidak sanggup dan meng-
yang sekitarannya tidak menyakitkan,
ajukan perceraian di Pengadilan Agama
misalnya dengan siwak dan sebagainya,
Batang. Di dalam permasalahan tersebut
yang tujuannya untuk menyadarkan “dan
ada
terjadinya
pukullah mereka; d) kalau ketiga jalan di
perceraian yaitu sering bertengkar juga
atas sudah tidak berguna, maka dicari jalan
pernah menganiaya. Hal tersebut dapat
dengan
dikatakan sebagai bentuk kekerasan Fisik.
seorang hakam dari keluarga suami, dan
faktor-faktor
penyebab
Tafsir Rahmat menjelaskan tin-
bertahkim,
yaitu:
“mengutus
seorang hakam lagi dari keluarga istri”.
dakan-tindakan yang patut dilakukan oleh
Pemahaman yang keliru terhadap
suami terhadap istrinya, yaitu: a) ajarilah
maksud dari surat an-Nisa’ tersebut di atas,
mereka, artinya apabila suami mendapati
maka banyak suami yang melakukan
istrinya nusyuz maka berilah mereka
kekerasan dan/atau pemukulan terhadap
petunjuk dan pengajaran dengan cara yang
istrinya dalam segala bentuknya. Oleh
baik, supaya mereka menyadari akan
karena itu, untuk memahamkan tentang
kesalahannya; pisahkanlah mereka dari
kekeliruan
tempat tidur, kerapkali istri akan me-
menafsirkan
nyadari
“fadzribuuhunna”
kesalahannya
apabila
suami
tersebut,
sebagian
tentang dari
ulama’ maksud
ayat
diatas,
memisahkan dari tempat tidur. Akan tetapi
pertama,
apabila
pengajaran
arahkan ke wajah. Kedua, pemukulan tidak
tersebut masih tetap tidak taat kepada
boleh sampai melukai, dan dianjurkan
suami, maka harus diberi tahapan yang
dengan benda yang paling ringan. Ketiga,
lebih keras lagi; c) dan pukulah mereka,
pemukulan
tentu saja pengajaran kepada istri yang
mendidik. Keempat, pemukulan dilakukan
ketiga ini hanya dilakukan kepada istri
dalam rangka memberi efek manfaat bagi
yang memang harus dipukul (Oemar Bakri,
keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.
istri
telah
diberi
1984: h. 157). ayat
pemukulan
dilakukan
tidak
boleh
dalam
di
rangka
Ibnu ‘Abbas dan ‘Atha berkata:
Sedangkan dalam terjemahan tafsir
pukulan yang tidak menyakitkan itu adalah
ahkam
dengan
Ash-Shabuni,
yaitu:
a)
siwak.
Sedangkan
Qatadah
memberi nasihat dan bimbingan dengan
berkata: yaitu pukulan yang tidak membuat
bijaksana dan tutur kata yang baik,
cidera. Para ulama berkata: pukulan itu
sebagaimana difirmankan Allah “Maka
hendaknya tidak disatu tempat, dan supaya
nasihatilah mereka itu”; b) pisah ranjang
dihindari dari memukul wajah, sebab
250 |
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
wajah itu merupakan pusat kecantikan seseorang.
Jangan
memukul
Berdasarkan tabel data di atas, terus
dengan
menerus berselisih dapat dikatakan sebagai
tongkat, dan harus selalu diperhatikan
kekerasan psikis, karena perselisihan terus-
masalah kelembutan dalam usaha menya-
menerus menjadikan seorang istri merasa
darkan ini dengan berbagai cara yang
tertekan, hilang rasa percaya diri, hilang
mungkin.
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/ atau penderitaan psikis pada seorang istri.
3.3.2. Kekerasan Psikis
Jumlah perkara kekerasan
Menurut Pasal 7 Undang-Undang
psikis ini ada 628 perkara, dengan rincian
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004
gangguan pihak ketiga sejumlah 122
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
perkara,
Rumah Tangga Kekerasan Psikis yaitu
sebanyak 506 perkara.
sedangkan
Contoh
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
tidak
kekerasan
harmonis
psikis
yaitu
hilangnya
perkara Nomor 0016/Pdt.G/PA.Btg. pada
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
tanggal 1 April 1996, Penggugat dengan
berdaya, dan/ atau penderitaan psikis berat
Tergugat melangsungkan pernikahan yang
pada
ancaman
dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah
terhadap seseorang, tekanan , dan lain-lain.
Kantor Urusan Agama Kecamatan Tulis,
hilangnya rasa percaya diri,
seseorang
.Misalnya:
Tergugat telah mengucapkan sighat taklik Tabel 10 Peta Kekerasan Psikis sebagai
talak. Setelah menikah Penggugat dan Tergugat
tinggal
bersama
di
rumah
faktor Penyebab perceraian di PA Batang
kediaman bersama di Dukuh Wonosegoro
Tahun 2015
Desa Wonosegoro RT. 005 RW. 001
Terus Menerus Berselisih Gangguan Tidak Pihak Ketiga Harmonis Januari 11 67 Februari 12 56 Maret 10 55 April 13 66 Mei 6 38 Juni 14 36 Juli 11 38 Agustus 7 29 September 10 28 Oktober 13 37 November 6 28 Desember 9 28 Jumlah 122 506 Sumber: Pengadilan Agama Batang Bulan
Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Selama
menikah
Penggugat
dengan
Tergugat telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri (ba’da dukhul), dan sudah dikaruniai 3 (tiga) orang anak yaitu: 1 anak laki-laki, lahir tanggal 14 Agustus 1996,
dan
sekarang
tinggal
bersama
Tergugat anak kedua perempuan, lahir tanggal 5 September 1998, dan sekarang tinggal bersama Tergugat anak yang ke tiga perempuan, lahir tanggal 20 Juni 2003.
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
| 251
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
dan sekarang tinggal bersama Penggugat.
melakukan hubungan suami istri, Tergugat
Sejak awal pernikahan, ketentraman rumah
juga
tangga Penggugat dengan Tergugat mulai
Penggugat.
tidak harmonis dengan adanya perselisihan
akibatkan rumah tangga antara Penggugat
antara Penggugat dengan Tergugat yang
dengan Tergugat sudah tidak dapat dibina
terus menerus yang sulit untuk dirukunkan
dengan baik sehingga tujuan perkawinan
lagi yang disebabkan Tergugat adalah
untuk membentuk rumah tangga yang
orang yang kasar dan mudah emosi bahkan
sakinah, mawaddah dan rahmah sudah
sering menganiaya Penggugat dengan cara
sulit dipertahankan lagi dan karenanya
memukuli atau melempari Penggugat,
agar masing-masing pihak tidak melanggar
dalam hal ini Penggugat pernah meng-
norma hukum dan norma agama.
adukan tindakan Kekerasan dalam Rumah
tidak
pernah
lagi
Kejadian
menafkahi
tersebut
meng-
Berdasarkan kasus posisi tersebut
Tangga tersebut ke Polisi namun Peng-
maka,
gugat mencabut aduan tersebut karena
Tergugat adalah orang yang kasar dan
Tergugat memohon untuk mencabut aduan
mudah emosi bahkan sering menganiaya
dan meminta maaf kepada Penggugat dan
Penggugat dengan cara memukuli atau
Penggugat juga masih khawatir dengan
melempari
kondisi anak ketika Tergugat diadukan
berselingkuh dengan beberapa wanita lain;
kasusnya; Bahwa Penggugat mencurigai
3) Tergugat ingin melakukan poligami
Tergugat banyak melakukan perseling-
dan; 4) Tergugat juga tidak pernah lagi
kuhan dengan beberapa wanita lain, dan
menafkahi Penggugat. Perilaku Tergugat
yang terakhir sejak tahun 2013 bersama
ini, sebenarnya bukan hanya kekerasan
wanita lain Tergugat bahkan sudah meng-
psikis, namun juga melakukan kekerasan
ungkapkan hal tersebut dan bermaksud
ekonomi dan kekerasan fisik. Akan tetapi,
ingin melakukan poligami namun Peng-
kekerasan fisik dan kekerasan ekonomi
gugat
yang dilakukan oleh Tergugat, menimbul-
tidak
mau.
Puncak
keretakan
hubungan rumah tangga Penggugat dengan
bisa
dikemukakan
Penggugat;
bahwa,
2)
1)
Tergugat
kan dampak psikis bagi Penggugat.
Tergugat tersebut terjadi kurang lebih pada
Islam juga memeperhatikan Ke-
bulan April tahun 2013, dimana Penggugat
kerasan psikis. Kekerasan psikis merujuk
sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan
pada serangan terhadap kondisi mental
dari Tergugat lalu pergi kembali ke rumah
isteri, misalkan merendahkan, menghina,
orang tua Penggugat dan sejak saat itu
memojokkan, dan pembatasan aktivitas.
antara Tergugat dan Penggugat pisah
Tentang
tempat
dijelaskan sebagaimana kisah khaulah binti
252 |
tinggal
sehingga
tidak
lagi
kekerasan
psikis
ini
telah
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
tsalabah yang mengadu kepada Rasulullah
bernama Tania (Nama Samaran) yang
SAW, karena selalu dicaci maki oleh
berumur 37 tahun, agama Islam, pekerjaan
suaminya Aus bin Samit, Khaulah adalah
mengurus
seorang muslimah yang taat beribadah dan
terakhir SMP, yang bertempat tinggal di
taat kepada suaminya. Sehingga walaupun
Jalan
sering dicaci maki oleh suaminya ia tetap
Kalisalak RT 01 RW 01, Desa Kalisalak,
bersabar, tetapi pada suatu hari hilanglah
Kecamatan Batang, Kabupaten Batang.
kesabarannya karena di zhihar suaminya,
Tergugat yang bernama Budi (Nama
lantaran sang suami marah. Malam harinya
Samaran), Umur 38 tahun, pekerjaan
Khaulah
dicampuri
tukang kayu, pendidikan terakhir SMA,
suaminya. Peristiwa ini diajukan Ra-
bertempat tinggal di Jalan Yos Sudarso,
sulullah, lalu turunlah surat Al-Mujadallah
Gang Manggis, Kelurahan Kasepuhan,
ayat 1-6 tentang dzihar. Ayat tersebut
Kecamatan Batang, Kabupaten Batang.
mengandung makna agar para suami tidak
Penggugat dan Tergugat sudah tinggal
mudah menzihar istrinya, yang notabene
bersama dan telah mempunyai 3 anak.
merupakan
Keduanya
menolak
untuk
kekerasan
psikis
terhadap
isterinya.
rumah
Ketapang
tangga, Nomor
awalnya
rumah
pendidikan 1A
Perum
tangganya
rukun, tetapi susudah itu hubungan antara Penggugat
dan
Tergugat
tidak
lagi
harmonis, sering terjadi pertengkaran dan
3.3.3. Kekerasan Seksual Menurut pasal 8 Undang-Undang
perselisihan dimana tergugat suka mabuk-
Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004
mabukan dengan teman-temannya dan
tentang Penghapusan Kekerasan dalam
pulang sampai larut malam dalam keadaan
Rumah Tangga kekerasan seksual yaitu
mabuk dan sering memaksa Penggugat
pemaksaan hubungan seksual yang dilaku-
untuk melakukan hubungan tanpa mem-
kan terhadap orang yang menetap dalam
perdulikan keadaan Penggugat dan apabila
lingkungan rumah tangga atau terhadap
Penggugat tidak menuruti kemauannya,
seseorang dalam lingkup rumah tangganya
Tergugat mengancam akan jajan di luar,
dengan orang lain untuk tujuan komersil
Tergugat tidak memperdulikan keadaan
dan /atau tujuan tertentu.
Penggugat meskipun dalam keadaan sakit.
Di Pengadilan Agama Batang, tidak ada
data
yang
menunjukan
adanya
Hal tersebut termasuk dalam kategori kekerasan seksual.
kekerasan seksual, namun ada contoh kasus
yaitu
Putusan
Kekerasan seksual atau disebut
Nomor
dengan marital rape merupakan tindak
0111/Pdt.G/2015/PA.Btg. Penggugat yang
kekerasan atau pemaksaan yang dilakukan
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
| 253
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
oleh suami terhadap isteri untuk melaku-
muasyaroh bil ma’ruf dengan berbuat
kan aktivitas seksual tanpa pertimbangan
aniaya
kondisi isteri. Kekerasan seksual mengarah
seharusnya ia lindungi.
kepada
pihak
yang
justru
pada serangan atas alat-alat kelamin/ sek-
Ulama’ madzhab memandang azl
sual atau reproduksi, misalkan pelecehan
yakni menarik dzakar keluar dari farji pada
seksual, pemaksaan hubungan seksual
saat-saat mau keluar mani. Tiga dari empat
tertentu (termasuk menggunakan alat).
madzhab yaitu: Imam Hanafi, Imam
Dari beberapa pengertian kekerasan
Maliki, Imam Hambali sepakat azl tidak
seksual sebagaimana tersebut diatas, maka
boleh dilakukan begitu saja oleh suami
dapat disimpulkan bentuk bentuk keke-
tanpa seizin istri, dengan alasan dapat
rasan seksual sebagai berikut:
merusak kenikmatan istri. Umar berkata
a. Hubungan seksual yang tidak dike-
“Rasulullah
melarang
melakukan
‘azl
hendaki oleh istri karena ketidaksiapan
tanpa seizin istrinya”, sejalan dengan
istri dalam bentuk fisik maupun psikis.
prinsip melindungi hak istri untuk menik-
b. Hubungan seksual yang tidak dikehen-
mati hubungan seksnya. Dengan merujuk
daki oleh istri karena adanya suatu
pada hadits di atas jelas bagi kita bahwa
penyimpangan, seperti dengan oral sex
dalam hubungan seks dan justru pada
dan atau anal sex.
detik-detik kenikmatannya istri sama sekali
c. Hubungan seksual disertai ancaman
bukan hanya objek tapi juga menjadi
kekerasan atau dengan kekerasan yang
subjek (Mas’udi,1997), h. 113, 117-118).
berakibat istri mengalami luka ringan
Al-Qur’an melarang adanya pemaksaan
ataupun
hubungan seksual yang dilakukan suami
berat,
baik
fisik
ataupun
psikisnya (Milda Maria, 2007.; h.11).
terhadap istri. Hal inilah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam tentang
Al-Syirazi mengatakan, meskipun pada
dasarnya
istri
wajib
seksualitas dalam perkawinan.
melayani
permintaan suami, akan tetapi jika tidak
3.3.4. Penelantaran
Rumah
terangsang untuk melayaninya, ia boleh
(kekerasan ekonomi)
menawarnya atau menangguhkannya, dan
Undang-Undang RI
Tangga
Nomor 23
bagi istri yang sedang sakit atau tidak enak
Tahun 2004 tentang Penghapusan Ke-
badan, maka tidak wajib baginya untuk
kerasan dalam Rumah Tangga, menyebut
melayani ajakan suami sampai sakitnya
kekerasan ekonomi dengan istilah pene-
hilang. Jika suami tetap memaksa pada
lantaran rumah tangga. Pasal 9 Undang-
hakekatnya ia telah melanggar prinsip
undang PKDRT, menyebutkan mengenai
254 |
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
penelantaran rumah tangga adalah yaitu
nafkah,
perawatan
atau
pemeliharaan
setiap orang dilarang menelantarkan orang
sesuai dengan hukum yang berlaku atau
dalam lingkup rumah tangganya, padahal
perjanjian antara suami dan isteri tersebut.
menurut hukum yang berlaku baginya atau
Selain itu juga yang termasuk dalam
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
kategori penelantaran ekonomi adalah
memberikan kehidupan, perawatan, atau
membatasi atau melarang untuk bekerja
pemeliharaan kepada orang tersebut.
yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban di bawah kendali orang tersebut.
Tabel 11
Contoh kekerasan Ekonomi, yaitu
Peta Kekerasan Psikis sebagai faktor Penyebab perceraian di PA Batang Tahun
perkara Nomor 0188/ Pdt.G/2015/ PA.Btg.
2015
Penggugat yang bernama Indah (Nama
Meninggalkan Kewajiban Kawin Ekonomi Tidak bertangPaksa gungjawab Jan 0 45 42 Feb 0 58 43 Mart 0 42 47 April 3 69 46 Mei 0 40 41 Juni 1 47 41 Juli 1 53 20 Ags 5 38 19 Sept 5 43 29 Okt 1 65 33 Nov 2 62 27 Des 1 42 25 Jmlh 19 604 413 Sumber: Pengadilan Agama Batang
samaran), umur 24 tahun, agama Islam,
Bln
Pendidikan
terakhir
SMA,
Pekerjaan
Karyawati Swasta, bertempat tinggal di Dukuh
Johari
Kandeman,
RT.02
RW.5
Kecamatan
Desa
Kandeman,
Kabupaten Batang. Dengan Tergugat yang bernama Soni (Nama samaran), umur 31 tahun, agama Islam, Pendidikan Terakhir SMA, pekerjaan Buruh, bertempat tinggal di Dukuh Tegalsari RT.06 RW.01, Desa Tegalsari,
Kecamatan
Kabupaten
Batang.
Kandeman, Kedua
antara
Berdasarkan tabel di atas, mening-
Penggugat dan Tergugat telah hidup
galkan kewajiban termasuk dalam kategori
bersama dan mempunyai 2 anak. Pada
penelantaran
Jumlah
awalnya kedua anatara Penggugat dan
perkara penelantara rumah tangga dalam
Tergugat hidup rukun, namun sejak tahun
konteks
2011 Rumah Tangga mereka mulai goyah,
ini
Meninggalkan
rumah sebanyak
tangga. 1036
tanggungjawab,
perkara. dalam
yang
faktor
Tergugat tidak pernah member nafkah dan
ekonomi, kawin paksa dan faktor tidak ada
apabila bekerja hanya untuk kepentingan
tanggung
ekonomi
sendiri hingga untuk memenuhi kebutuhan
terjadi jika suami tidak memberikan
sehari-hari ditanggung oleh Penggugat dan
konteks ini disebabkan oleh jawab.
Kekerasan
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
disebabkan
masalah
ekonomi.
| 255
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
orangtua Penggugat. Karena perselisihan
mental,
yang
terus-menerus,
kekerasan psikis, sebanyak 628 perkara
Penggugat tidak tahan dan tidak sanggup
yang meliputi terus menerus berselisih,
lagi hidup bersama sehingga penggugat
karena gangguan pihak ketiga dan tidak
mengajukan
adanya
terjadi
secara
perceraian
di
Pengadilan
yaitu
sebanyak
keharmonisan.
32
Terus
perkara;
menerus
Agama Batang. Hal tersebut dapat dikata-
berselisih sejumlah 122 perkara sedangkan
kan sebagai kekerasan ekonomi karena
tidak ada keharmonisan sejumlah 506
tidak memberi nafkah atau menelantarkan
perkara; kekerasan seksual, dalam perkara
isterinya.
perceraian di Pengadilan Agama Batang
Islam mengatur secara jelas melalui
tahun 2015, tidak ada data yang me-
pengalaman masa kenabian Muhammad
nunjukan adanya kekerasan seksual dan;
SAW, bahwa Islam tidak menoleransi
kekerasan ekonomi (penelantaran rumah
penelantaran dan kekerasan dari segi
tangga), sebanyak 1036 perkara, yaitu
ekonomi. Para isteri yang menuntut suami
meninggalkan kewajiban, karena faktor
untuk membelikan sesuatu selain keper-
ekonomi sebanyak 604 perkara, kawin
luan-keperluan
menjadi
paksa 19 perkara dan tidak bertanggung-
tanggung jawab suami harus benar-benar
jawab. Di antaranya Ekonomi dan tidak
dipertimbangkan apakah menurut ajaran
bertanggungjawab sebanyak 413 perkara.
pokok
yang
agama sesuatu yang dimintanya itu merupakan pemborosan ataukah benar-benar menjadi
kebutuhan
hidup,
Ucapan terimakasih Terimakasih
sedangkan
dan
penghargaan
keperluan isteri yang menjadi tanggung
kepada Jurusan Hukum Keluarga Islam
jawab suami adalah: 1) keperluan makan
IAIN
dan minum;
2) pakaian; 3) pengobatan
Batang dan semua yang terlibat dalam
dan pemeliharaan kesehatan (Muhammad
memberikan masukan, saran dan data
Thalib, 2000, h.21-22).
untuk keberlangsungan proses penelitian
Pekalongan,
Pengadilan
Agama
ini.
4. Kesimpulan Peta Tangga
Kekerasan
pada
perkara
dalam
Rumah
perceraian
di
Pengadilan Agama Batang tahun 2015, meliputi, antara lain: kekerasan fisik, yang
Referensi Bakri, Oemar, 1984,
Tafsir Rahmat,
Bandung: Mutiara Hamidy, M dan A.Manan, 2003, Tafsir
dalam konteks perkara perceraian disebut
ayat
dengan, kekejaman jasmani dan kekejaman
Surabaya: PT. Bima ilmu
256 |
Ahkam
Ash-Shabura
(tjm),
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.2, Desember 2016
Maria,
Milda,
2007,
Marital
Rape
Kekerasan
Terhadap
Isteri,
Yogyakarta:
PT.LKis
Pelangi
Thalib,
Muhammad,
2000,
Ketentuan
Nafkah Isteri dan Anak,
bandung:
Irsyad Baitus Salam.
Askara. Mas’udi, Masdar F, 1997, Islam dan Hakhak
Reproduksi
Perempuan,
Undang-undang: Undang-Undang
Republik
Indonesia
Bandung: PT. Mizan Hasanah Ilmu-
Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Ilmu Islam.
Penghapusan
Kekerasan
dalam
Rumah Tangga
Peta Kekerasan dalam Rumah Tangga (Widyastuti, dkk.)
| 257