http://www.mb.ipb.ac.id
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perum Perhutani merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya hutan di Pulau Jawa. Dalam mengelola hutan di Jawa, perusahaan sering kali dihadapkan pada masalah pokok yang berupa gangguan keamanan hutan. Gangguan keamanan hutan tersebut antara lain : pencurian kayu, bibrikan tanah, kebakaran hutan, perencekan, dan penggembalaan liar di hutan. Berbagai upaya telah ditempuh guna mengatasi masalah ini, namun karena akar permasalahannya masih belum terpecahkan, maka masalah gangguan keamanan hutan seakan sudah menjadi bagian yang melekat dalam pengelolaan hutan di Jawa. Salah satu akar permasalahan adalah kondisi sosial ekonomi masayarakat desa sekitar hutan yang relatif tertinggal. Sejak tahun 1973 Perum Perhutani sebenarnya telah melaksanakan Program Pendekatan Kesejahteraan (Prosperity approach) seperti Inmas Tumpang-sari
yang
tujuannya
untuk
membantu
Pemerintah
Daerah
mempercepat pembangunan masyarakat pedesaan, khususnya yang berada di sekitar hutan. Lahan-Iahan yang berada di bawah tegakan hutan, baik yang masih terbuka maupun sudah tertutup, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan agribisnis. Namun kegiatan tersebut seyogyanya bisa berjalan
secara saling menguntungkan, tanpa ada satu pihak pun yang harus merasa dirugikan. Masyarakat desa sekitar hutan semestinya bisa memperoleh manfaat ekonomi tanpa harus merugikan perusahaan. Krisis multidimensi yang melanda bangsa kita, telah berpotensi semakin meningkatkan kualitas maupun kuantitas gangguan keamanan hutan. Sejalan
http://www.mb.ipb.ac.id
dengan ekonomi kerakyatan yang menjadi arah kebijakan Kabinet Reformasi Pembangunan, pada akhir tahun 1998, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat bekerja sama dengan Pondok Pesantern AI-Ittifaq bermaksud mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan Agribisnis yang akan melatih masyarakat desa sekitar hutan menjalankan kegiatan agribisnis. Rencana tersebut diharapkan akan mampu memecahkan akar permasalahan di atas melalui pendekatan sosial ekonomi. Dengan berusaha meningkatkan kesejahtaraan masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan agribisnis diharapkan dapat menekan gangguan keamanan hutan yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan kualitas hutan dan lingkungan. Pondok Pesantren AI-Ittifaq yang telah memiliki kompetensi dalam agribisnis dan kemasyarakatan, bersama-sama dengan Perum Perhutani yang juga memiliki kompetensi dalam bisnis dan kegiatan yang lainnya diharapkan dapat
bersinergi
membentuk
suatu
agen
pembangunan
wilayah
dan
pembangunan sosial ekonomi. Rencana tersebut diharapkan akan mampu memecahkan akar permasalahan di atas melalui pendekatan sosial ekonomi. Dengan berusaha meningkatkan kesejahtaraan masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan agribisnis diharapkan dapat menekan gangguan keamanan hutan yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan kualitas hutan dan Iingkungan. Konsep pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Agribisnis terus berkembang dan pembangunan berbagai· fasilitas fisiknya pun telah berjalan meski belum sepenuhnya tuntas seperti yang direncanakan, hingga pada tanggal11 April 2000 diresmikan oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan Dr. Ir. Nur Mahmudi Isma'i1, MSc. dengan nama Pusat Pengembangan Agribisnis dan Wisata (PPAW). 2
http://www.mb.ipb.ac.id
PPAW yang berlokasi Ciwidey, 40 km dari Kota Bandung ke arah Selatan, terletak di kawasan pertanian dataran tinggi pinggir hutan, merupakan areal yang cukup potensial untuk kegiatan agribisnis dan wisata. Disamping jaraknya yang relatif dekat ke pusat kota untuk ukuran tempat agribisnis dan wisata, kondisi alamnya masih relatif subur dan asli, lokasi ini juga berdekatan dengan empat lokasi wisata milik Perum Perhutani serta lokasi-Iokasi wisata lain yang sudah lebih dulu dikenal. Lahan pertanian pinggir hutan yang tertata apik, menyatu secara harmonis dengan alam sekelilingnya, merupakan suasana tersendiri yang amat dirindukan untuk sejenak keluar dari keseharian orang kota. Hingga saat ini, ternyata PPAW belum bisa berjalan sesuai dengan yang dimaksud semula. Perum Perhutani tentunya tidak menginginkan PPAW yang hanya menjadi sumber biaya sehingga untuk bisa menjalankannya menjadi suatu
unit bisnis tersendiri
menjadi tantangan
manajemen
perusahaan
sehubungan dengan sudah tertanamnya investasi yang cukup besar. Meskipun tidak dirancang untuk turut menyelenggarakan binis inti perusahaan, sebaiknya PPAW menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Perum Perhutani. Untuk itu, PPAW seyogyanya mulai mensintesakan dirinya secara lebih tegas untuk bisa bersaing dalam industri yang berbeda dari industri Perum Perhutani. PPAW seyogyanya merumuskan masa depan industrinya dan membangunnya melalui suatu arsitektur strategik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat diidentifikasi bahwa masalah yang dihadapi adalah PPAW tidak bisa berjalan sesuai dengan maksud pendiriannya.
3
http://www.mb.ipb.ac.id
C. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dihadapi perusahaan, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah berikut, yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. (1) Pertanyaan manajemen. Bagaimana menjalankan PPAW yang sesuai dengan maksud dan tujuan pendiriannya? (2) Pertanyaan riset.
(a) Manfaat-manfaat atau fungsionalitas apa yang akan ditawarkan PPAW kepada pelanggan-pelanggannya? (b) Kompetensi-kompetensi
apa
yang
diperlukan
PPAW
untuk
menjalankan fungsionalitas tersebut? (c) Bagaimana
antar muka
pelanggan
agar
memungkinkan
pelanggan untuk mengakses manfaat-manfaat tersebut secara efesien? (d) Bagaimana
membangun
industri
PPAW yang
menawarkan
fungsionalitas baru kepada pelanggan?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mensintesakan industri masa depan PPAW. (2) Menyusun arsitektur strategik untuk mewujudkan industri masa depan PPAW.
4
http://www.mb.ipb.ac.id
E. Manfaat Penelitian Bagi
penulis,
penelitian
ini
bermanfaat
sebagai
sarana
untuk
melaksanakan latihan atau proses belajar melaksanakan penelitian bisnis yang kelak akan diperlukan sebagai bekal untuk terjun di dunia kerja. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi PPAW Perum Perhutani dalam memberi arah pengembangan strategi
dan kompetensinya guna mewujudkan industri masa
depannya.
F. Ruang Lingkup Ruang Iingkup bahasan penelitian adalah : (1) Pengkajian dilakukan hanya mencakup pada tingkatan kebijakan (policy),
adapun untuk tingkatan organisasi (organization) dan
operasionalnya (operational) diperlukan penelitian lebih lanjut. (2) Penelitian ini hanya sampai pada tahap penyusunan arsitektur strategik, sedangkan tahap implementasinya diserahkan pada pihak manajemen PPAW Perum Perhutani. (3) Batasan industri yang dimaksud mengacu pada konsep Porter (1997) yang mendefinisikan industri sebagai kelompok perusahaan yang menghasilkan produk yang dapat saling menggantikan (close sUbstitutions).
5