MODEL SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL II JAWA TIMUR
RIZELLA TIARANITA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014
Rizella Tiaranita NIM E14100110
ABSTRAK RIZELLA TIARANITA. Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur. Dibimbing oleh B UDI KUNCAHYO. Model simulasi pengelolaan hutan di KPH Bojonegoro merupakan suatu kegiatan membuat model mengenai pengelolaan hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu dengan menggunakan beberapa skenario dengan harapan mampu meningkatkan pendapatan KPH Bojonegoro dengan jangka waktu 2012 sampai 2021. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan membuat model simulasi pengelolaan hutan serta menentukan model pengelolaan hutan terbaik di KPH Bojonegoro melalui pembuatan berbagai skenario pengelolaan hasil hutan. Pembuatan model simulasi membutuhkan software pemodelan yaitu Stella 9.02 dan Microsoft Excel 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skenario pengelolaan hutan yang hanya memanfaatkan hasil hutan kayu menghasilkan nilai NPV yang terkecil yaitu Rp694 361 428 dan BCR 1.12 (skenario I), sedangkan skenario pengelolaan hutan yang memiliki nilai NPV terbesar adalah skenario pengelolaan usaha hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, dan jasa lingkungan dengan nilai NPV Rp6 849 280 600 dan BCR 1.28 (skenario IV). Kata kunci: kayu, hasil hutan bukan kayu, pengelolaan hutan, manfaat – biaya, model simulasi
ABSTRACT RIZELLA TIARANITA. Forest Management Simulation Model in KPH Bojonegoro, the Public Company of Indonesian Forestry in the Regional Division II East Java. This thesis is supervised by BUDI KUNCAHYO. Forest management simulation model in KPH Bojonegoro is an activity to make a model of forest products management both timber and non-timber has been developed by using several scenarios with the hopes of increasing revenue KPH Bojonegoro with a period of 2012 to 2021. This research was proposed to arrange and to make forest management simulation model and also to determine the best forest management in KPH Bojonegoro trough making some forest product scenario. In making the simulation model, it needs modeling software called Stella 9.02 and Microsoft Excel 2010. The results of this research shows that forest management scenario which only utilized timber apparently produced the lowest value of NPV Rp694 361 428 and BCR 1.12 (skenario I), where as forest management scenario that have the largest NPV value is timber forest management products scenario, non-timber forest products and environmental services with a value of NPV Rp 6 849 280 600 and BCR 1.28 (scenario IV) . Key words: timber,non-timber product, forest management, benefit-cost, simulation model.
MODEL SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL II JAWA TIMUR
RIZELLA TIARANITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur Nama : Rizella Tiaranita NIM : E14100110
Disetujui oleh
Dr Ir Budi Kuncahyo, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini adalah pengelolaan hasil hutan. Dengan judul Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur. Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada Bapak (Ir Mochamad Iskak), Ibu (RatnaYuristina), Kakak (Rinda Amalia SH, MH, Raisa Estarina, dan Mohammad Arifin), dan adik (Radityo Eko Setyo Wibowo) atas segala doa, dukungan, semangat, dan kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Kuncahyo, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, nasihat, dan motivasi dalam menyelasaikan proses penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Yulius Hero, M Sc atas saran dan bimbingannya dalam penulisan ini, Bapak Dr Tatang Tiryana S Hut, MSc selaku ketua sidang komprehensif dan Bapak Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc selaku dosen penguji sidang komprehensif atas masukan, saran, nasihat dan motivasi yang telah diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir.H. Yahya Amin, MP selaku Sekretaris Divisi Regional II Jawa Timur, Bapak Anggar Widyatmoko S Hut selaku ADM KPH Bojonegoro, Bapak Agus Ruswanda selaku PSDH KPH Bojonegoro, Bapak Digwanto selaku KBKPH Pradok KPH Bojonegoro beserta seluruh Staf KPH Bojonegoro, serta Ibu Dahlia dari PDAM Kabupaten Bojonegoro dan Bapak Yanto dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, yang telah membantu selama pengumpulan data. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Uus Saepul, S Hut atas bimbingan, masukan, dan sarannya Adisthi Febrianty, S Hut, Dyah Ayu Puspita Laksmi Tari, S Hut, Indri Setyawanti, S Hut, Fikri Bagus Wicaksono, S Hut, Gina Lugina S Hut, Nadya Ayu Oktariza, dan Rizka Permatayakti atas dukungan, semangat, dan kebersamaanya. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan sedikit memberikan ide bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kehutanan. Bogor, Desember 2014
Rizella Tiaranita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Hutan Tanaman Industri
2
Hasil Hutan Bukan Kayu
2
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
3
Model Simulasi
3
Analisis Ekonomi
4
METODE PENELITIAN
4
Waktu dan Tempat
4
Alat dan Bahan
4
Metode Pengumpulan Data
5
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Identifikasi isu, Tujuan, dan Batasan
6
Konseptualisasi Model
7
Spesifikasi Model
7
Evaluasi Model
13
Penggunaan Model
13
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL 1 NPV komoditas HHBK pada tingkat penurunan harga yang 2 Perbandingan NPV dan BCR pada setiap jenis HHBK 3 Peringkat skenario pengelolaan usaha
berbeda
13 15 17
DAFTAR GAMBAR 1 Submodel dinamika tegakan jati 2 Sub - submodel pengelolaan usaha porang 3 Sub - submodel pengelolaan usaha jarak pagar 4 Sub - submodel pengelolaan usaha wijen 5 Sub - submodel pengelolaan usaha lempuyang 6 Sub - submodel pengelolaan usaha kapulaga 7 Submodel pengelolaan usaha HHBK 8 Submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan 9 Model pengelolaan usaha KPH Bojonegoro 10 Perbandingan NPV metode penggunaan model 11 Perbandingan BCR metode penggunaan model
8 8 9 9 10 10 11 12 12 16 16
DAFTAR LAMPIRAN Print out persamaan model Evaluasi Model (NPV jenis HHBK jika terjadi penurunan harga) Analisis kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha Jenis HHBK Laporan keuangan KPH Bojonegoro tahun 2012 Rekapitulasi produksi rencana tebangan A tahun 2012-2021 KPH Bojonegoro 7 Laporan pemasukan dan pengeluaran sumber mata Air Grogolan 8 Laporan pemasukan dan pengeluaran kawasan wisata di Kabupaten Bojonegoro tahun 2012 1 2 3 4 5 6
20 24 26 45 26 47 48 49
PENDAHULUAN Latar Belakang Perum Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kehutanan memiliki visi dan misi melakukan pengelolaan hutan secara lestari dengan memperoleh hak pengelolaan atas hutan, sehingga Perum Perhutani harus berupaya mengelola hutan dengan memperhatikan pemanfaatan hutan secara berkelanjutan. Prinsip pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari yaitu berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung daerah aliran sungai, meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan berkelanjutan (Perhutani 2011). Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro merupakan perusahaan umum yang memiliki hak pengelolaan sumber daya hutan di Kabupaten Bojonegoro. Potensi utama sumberdaya hutan yang dikelola sampai saat ini ialah Hasil Hutan Kayu (HHK) jenis kayu jati. Saat ini KPH Bojonegoro telah menggembangkan produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa porang. Luas kawasan KPH adalah 50 144 ha dengan luas kawasan hutan produksi 42 000.3 ha dengan luas kawasan KPH Bojonegoro yang cukup luas terdapat beberapa potensi yang dapat dikembangkan seperti pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan potensi jasa lingkungan. Pengembangan dari pemanfaatan HHBK yaitu dengan Pemanfaatan Lahan Di bawah Tegakan (PLDT) seperti pengelolaan usaha jarak pagar, wijen, lempuyang, dan kapulaga. Potensi jasa lingkungan berupa pemanfataan kawasan wisata dan pemanfaatan air bersih di lahan KPH Bojonegoro. Dengan mengembangkan pengelolaan HHBK dan pengelolaan jasa lingkungan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan KPH Bojonegoro. Oleh karena itu penelitian ini melakukan simulasi pemodelan sistem pada KPH Bojonegoro dengan menggunakan berbagai skenario pengelolaan hutan yang paling sesuai dengan kondisi saat ini dan harapan di masa datang. Perumusan Masalah Pengelolaan sumber daya hutan di KPH Bojonegoro tidak selalu mengedepankan perolehan pendapatan untuk perusahaan, melainkan juga mampu meningkatkan pendapatan negara. Mengetahui apakah pengelolaan hutan yang sudah berjalan saat ini sudah mampu meningkatkan pendapatan bagi perusahaan atau adanya pengelolaan hutan dengan sumber daya alam yang lain yang berpotensi mendatangkan keuntungan untuk perusahaan. Bagaimana pengaruh atau dampak diberlakukanya kegiatan moratorium penebangan terhadap kelestarian ekonomi perusahaan. Pengambilan keputusan harus dilakukan secara bijak oleh KPH Bojonegoro agar skenario yang dipilih merupakan pilihan terbaik. Hasil simulasi skenario pengelolaan hutan dapat diprediksi melalui peringkat skenario dengan melakukan analisis kelayakan usaha. Peringkat skenario dapat digunakan untuk bahan pertimbangan pengambilan keputusan kebijakan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menyusun dan membuat model simulasi pengelolaan hutan dan menentukan model pengelolaan hasil hutan terbaik di KPH Bojonegoro dengan berbagai skenario pengelolaan hasil hutan. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Model simulasi pengelolaan hutan diharapkan dapat membantu memberikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perusahaan terhadap pengelolaan hasil hutan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan. 2. Memberikan informasi mengenai HHBK yang memiliki potensi untuk dapat dikelola serta potensi jasa lingkungan di wilayah KPH Bojonegoro.
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Tanaman Industri Hutan tanaman industri (HTI) adalah usaha hutan tanaman untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur sesuai dengan tapaknya dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan kayu maupun bukan kayu. Salah satu tujuan pembangunan HTI adalah meningkatkan produktivitas hutan produksi, dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku industri perkayuan dan penyediaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan, dan perbaikan kualitas lingkungan hidup (Hendrayana 2012). Dari perspektif perusahaan, pembangunan hutan tanaman adalah investasi yang tipikal dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan di awal, proses produksi yang panjang dan penuh resiko kegagalan, serta hasil yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu pengusaha sangat berhati-hati dan penuh perhitungan yang cermat sebelum terjun ke sektor usaha hutan tanaman ini. Sebagai pertimbangan yang cermat seorang investor selalu melihat ke belakang dan sekaligus ke depan, menghubungkan antara potensi sumberdaya dengan potensi pasar, dimana perusahaan dapat menentukan faktor-faktor prospek investasi tersebut dari sisi kepastian berusaha, luas lahan, skala investasi dan struktur modal, teknologi yang diperlukan, dan keuntungan yang akan diperoleh. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35 / Menhut-II / 2007 Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Luas hutan Indonesia 120.3 juta Ha, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi 30 sampai dengan 40 ribu jenis tumbuhan tersebar di hampir seluruh pulau yang berpotensi menghasilkan HHBK yang cukup besar. Beberapa jenis
3 HHBK memiliki nilai cukup tinggi baik di pasar domestik maupun di pasar global antara lain rotan, bambu, gaharu, atsiri, dan jenis lain. Secara ekonomis HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi namun pengembangan usaha dan pemanfaatan HHBK selama ini belum dilakukan secara intensif, sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Menurut Sudarmalik et al. (2006) HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan hasil kayu, sebagai berikut: 1. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Hal ini dikarenakan pemanenannya tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi dengan penyadapan, pemetikan, pemangkasan, pemungutan, perabutan, dan lain-lain. 2. Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang besar per satuan volume (contohnya nilai jual gaharu per kg ataupun per cm3 sangat besar). 3. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara luas dan membutuhkan modal kecil sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan usaha pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat. 4. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHBK adalah teknologi sederhana sampai menengah. 5. Bagian yang dimanfaatkan adalah daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu, batang, buah, dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari limbah produksi atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel yaitu ekstraksi atau pengepresan untuk memperoleh minyak untuk pembakaran, fermentasi tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas, fermentasi untuk menghasilkan alkohol dan ester, dan pembakaran langsung dari biomassa (BPPP PPPP 2009). Bahan Bakar dari tanaman yang dikembangkan sesuai blue print pengelolaan energi nasional meliputi biodiesel, bioetanol (gasohol), dan bio-oil. Biodiesel adalah bahan bakar untuk mesin-mesin diesel. Gasohol untuk mesinmesin berbahan bakar bensin. Sementara, bio-oil adalah pengganti minyak bakar atau minyak tanah (Mohammad dan Sri 2007). Model Simulasi Menurut Purnomo (2012) pemodelan sistem adalah sebuah pengetahuan dan seni. Sebuah pengetahuan karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan urutan yang sesuai. Sebuah seni karena pemodelan mencakup bagaimana menuangkan persepsi manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya. Bergantung pada tujuan pemodelan, hutan dan lautan dapat dimodelkan sebagai
4 sekumpulan formulasi matematika yang reintegrasi. Berikut langkah-langkah dalam pemodelan sistem: 1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan 2. Konseptualisasi model 3. Spesifikasi model 4. Evaluasi model 5. Penggunaan model Analisis Ekonomi Teknik analisis ekonomi dapat menggunakan teknik analisis kelayakan usaha. Teknik analisis rasio manfaat terhadap biaya atau Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara besaran manfaat dengan besaran biaya yang diperoleh atau dikeluarkan oleh suatu investasi. Metode ini membandingkan antara manfaat dan biayanya, maka metode ini sering disebut metode analisis rasio manfaat dan biaya. Pada dasarnya BCR akan membandingkan antara manfaat yang diperoleh dari suatu investasi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan investasi tersebut. Pembandingan tersebut haruslah kompatibel dan didasarkan pada referensi waktu yang sesuai. Berdasarkan referensi waktu memandangnya, perolehan manfaat dan pengeluaran biayanya dapat didasarkan pada saat ini (present), saat akan datang (future), dan dapat pula merupakan rataan tahunannya (annual equivalent) (Nugroho 2004). Sedangkan Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Umar 2007).
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro Divisi Regional II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengolahan data berupa alat tulis, kalkulator, laptop dengan perangkat lunak (Software) seperti Microsoft Word 2010, Microsoft Excel 2010, dan Stella 9.02. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer yang terkait dengan kegiatan pengelolaan hasil hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur.
5 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari data sekunder dan primer. 1. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain: a. Letak dan luas areal hutan b. Laporan keuangan KPH Bojonegoro tahun 2012 c. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) KPH Bojonegoro periode 2012-2021 d. Laporan kelola lingkungan KPH Bojonegoro tahun 2013 2. Pengumpulan data primer yang dibutuhkan dalam peneltian ini antara lain: a. Kegiatan pengelolaan HHK di KPH Bojonegoro b. Kegiatan pengelolaan HHBK di KPH Bojonegoro c. Kegiatan pengelolaan sumber mata air di PDAM Kabupaten Bojonegoro d. Kegiatan pengelolaan kawasan wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara dan diskusi kepada Staf Perencanaan KPH Bojonegoro, Staf di lapangan (Mandor), Direktur PDAM Kabupaten Bojonegoro, dan Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro. Prosedur Analisis Data 1. 2. 3.
4. 5.
6.
Menurut Purnomo (2012) prosedur kegiatan analisis data, sebagai berikut: Identifikasi isu, tujuan, dan batasan untuk mengetahui pemodelan sebenarnya perlu dilakukan. Konseptualisasi model bertujuan untuk menetapkan konsep dan tujuan model untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh. Spesifikasi model yaitu melakukan tahapan pemilihan struktur model, penentuan basic time unit, identifikasi hubungan fungsional, dan menjalankan model. Evaluasi model mempunyai tujuan yaitu membandingkan kewajaran dan kelogisan model dengan data sebenarnya di lapangan. Pengunaan model, tahapan ini dilakukan pembuatan skenario-skenario pengelolaan hutan ke depan. Skenario-skenario yang digunakan meliputi: a. Skenario pengelolaan usaha HHK b. Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK yang telah dikelola c. Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK d. Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK di sertai jasa lingkungan e. Skenario pengelolaan usaha HHBK f. Skenario pengelolaan usaha HHBK dan jasa lingkungan jika di asumsikan terjadi moratorium penebangan hutan Analisis kelayakan finansial Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pengelolaan hutan. Kriteria yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), dan Benefit Cost Ratio (BCR)
6 a.
Net Present Value (NPV) NPV = ∑ Keterangan: Bt = pendapatan (benefit) pada tahun ke-t Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t i = suku bunga (discount rate) (%) Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, sebagai berikut (Gittinger 2008): NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan NPV = 0, maka proyek tidak menguntungkan dan tidak tidak rugi, sehingga tergantung pihak manajemen perusahaan. NPV < 0, maka proyek lebih baik tidak dilaksanakan karena mengalami kerugian. b. Benefit Cost Ratio (BCR) ∑ BCR = ∑ Keterangan : Bt = pendapatan (benefit) pada tahun ke-t Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t t = umur proyek (tahun) i = suku bunga (discount rate) (%) Dalam metode BCR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, sebagai berikut (Gittinger 2008): BCR >1 ; maka proyek layak atau menguntungkan BCR <1 ; maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan BCR = 1; maka proyek tidak mengalami keuntungan atau kerugian, sehingga tergantung pihak manajemen perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan Model Simulasi Pengelolaan Hutan Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan Isu yang bahas dalam pemodelan simulasi ini adalah meningkatkan pendapatan KPH Bojonegoro dengan mengembangkan pengelolaan usaha HHBK serta jasa lingkungan. Tujuan dari penyusunan model adalah membuat model simulasi pengelolaan hutan KPH Bojonegoro serta menentukan model simulasi terbaik berdasarkan analisis finansial NPV dan BCR yang diperoleh dari berbagai skenario pengelolaan usaha hasil hutan. Pada pembuatan model memperhatikan beberapa hal yaitu potensi tegakan, perubahan volume produksi, perubahan biaya
7 pengelolaan, suku bunga, dan jangka waktu pengelolaan. Batasan-batasan yang digunakan dalam perancangan model simulasi, sebagai berikut: 1. Dinamika tegakan yang digunakan hanya kelas perusahaan jati KPH Bojonegoro. 2. Penanaman didefinisikan sebagai besarnya tambahan jumlah pohon pada kelas umur terkecil selama periode tertentu. 3. Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon terhadap banyaknya pohon per hektar pada kelas umur tertentu yang berasal dari kelas umur di bawahnya selama periode waktu tertentu. 4. Umur berupa interval yang menentukan kelas umur jati, selama sepuluh tahun. 5. Harga adalah bentuk nominal yang digunakan untuk menilai suatu komoditas dengan satuan rupiah. 6. Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 13% (KUR 2014). 7. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini sepuluh tahun mulai tahun 2012 sampai 2021. Konseptualisasi Model Model simulasi pengelolaan hutan ini terdiri dari model utama dengan beberapa sub model, sebagai berikut: 1. Submodel dinamika tegakan jati 2. Sub-submodel pengelolaan usaha porang 3. Sub-submodel pengelolaan usaha jarak pagar 4. Sub-submodel pengelolaan usaha wijen 5. Sub-submodel pengelolaan usaha lempuyang 6. Sub-submodel pengelolaan usaha kapulaga 7. Submodel pengelolaan usaha HHBK 8. Submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan 9. Model pengelolaan usaha KPH Bojonegoro (model utama) Spesifikasi Model Submodel Dinamika Tegakan Jati (Tectona grandis) Submodel dinamika tegakan jati menggambarkan perkembangan tegakan jati di KPH Bojonegoro. Pembuatan model ini bertujuan untuk memperoleh besarnya volume tebangan kayu per tahun. Dinamika tegakan jati dibagi ke dalam delapan Kelas Umur (KU) yaitu KU I hingga KU VIII. Tiap KU memiliki luasan yang berbeda. Luasan tegakan diperoleh berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang terdapat dalam RPKH tahun 2012 sampai 2021 pada rekapitulasi produksi rencana tebangan A terdapat pada lampiran 6). State variable dalam pemodelan ini yaitu KU I sampai KU VIII yang dipengaruhi oleh umur dan upgrowth. State variable dalam pemodelan tegakan jati akan mengalami pergeseran KU setiap 1 tahun sekali dengan perbesarannya yaitu tambahan pohon pada KU sebelumnya yang berasal dari KU dibawahnya menuju pada KU berikutnya sampai KU VIII. Hal ini
8 dapat dilihat pada model adanya transfer materi berupa upgrowth dari KU terkecil sampai KU terbesar. Dinamika tegakan jati juga dipengaruhi adanya ingrowth berupa kegiatan penanaman (KU I) dan kegiatan penebangan di akhir daur (KU VIII). Besarnya penanaman diasumsikan sebanding dengan besarnya penebangan yang dilakukan, sedangkan volume panen dipengaruhi oleh luas KU VIII dan potensi kayu/ha. Spesifikasi submodel dinamika tegakan jati tersaji pada Gambar 1(Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). Sub Model Dinamika Tegakan Jati
KU I
KU III
KU II
KU V
KU IV
KU VI
KU VII KU VIII
UP 1
UP 2
UP 4
UP 3
UP 5
UP 6
UP 7
penanaman Volume panen
Tebang
Potensi Kayu ha Luas lahan
umur
Gambar 1 Submodel dinamika tegakan jati Sub-Submodel Pengelolaan Usaha Porang (Amorphopallus oncophillus) Tanaman Porang (Amorphopallus oncophillus) merupakan HHBK yang telah dikelola di wilayah BKPH Deling RPH Klino KPH Bojonegoro dengan luas 27.6 ha. Bagian tanaman porang yang dimanfaatkan berupa umbinya. Manfaat umbi porang dapat digunakan sebagai bahan baku lem, bahan baku pembuat mie, bahan pembungkus kapsul, dan lain-lain. Tanaman porang baru dapat dipanen setelah berumur 3 tahun. Perawatan porang meliputi kegiatan penyiangan, pendangiran, dan pemupukan. Produksi tanaman porang akan meningkat dengan pertambahan umur tanaman. Saat ini harga jual di pasaran sebesar Rp4000/kg (Perum Perhutani 2013). Spesifikasi sub-submodel pengelolaan usaha porang disajikan dalam Gambar 2 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran1). Sub Model Pengelolaan Jangka Usaha Porang Waktu
Pembibitan Porang Penanaman porang Luas Lahan Pemeliharaan Porang Porang Pemanenan Porang
Harga Porang
Suku Bunga Pengeluraan Porang
Pengeluaran Porang Terdiskonto
Pemasukan Porang Vol Prod Porang BCR Porang
Pemasukan Porang Terdiskonto
NPV Porang
2Gambar 2 Sub-submodel pengelolaan usaha porang
9 Sub-Submodel Pengelolaan Usaha Jarak Pagar (Jatropha curcas) Jarak pagar merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati bahan baku industri, dengan kandungan minyak lebih dari 40%. Pada saat ini harga biji jarak sebesar Rp3000/kg. Pemanfaatan utama minyak jarak pagar sekarang ini sebagai tanaman potensial alternatif penghasil BBM pengganti solar atau disebut biodiesel dan manfaat turunannya untuk bahan campuran pembuatan cat, vernis, bahan pelapis, kosmetika, dan dalam industri otomotif minyak jarak digunakan untuk bahan pelumas (Mohammad dan Sri 2007). Spesifikasi sub-submodel pengelolaan usaha jarak pagar disajikan dalam Gambar 3 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). SUBMODEL P ENGELOLAAN USAHA JARAK P AGAR Jangka W aktu P embibitan Jarak P agar P enanaman Jarak pagar
Luas lahan potensi P emeliharaan
P engeluaran JP Terdiskonto P engeluaran Jarak P agar
Jarak P agar
Suku Bunga
P emasukan JP Terdiskonto P emasukan Jarak P agar
BCR Jarak P agar
Harga Biji JP Luas lahan potensi Vol P rod JP
P emanenan Jarak P agar NP V Jarak P agar
3Gambar 3 Sub-submodel pengelolaan usaha jarak pagar Sub-Submodel Pengelolaan Usaha Wijen (Sesamum indium) Tanaman wijen berpotensi untuk dikembangkan di KPH Bojonegoro. Biji wijen mengandung minyak 45-55%. Selain digunakan sebagai bahan baku makanan wijen juga berpotensi digunakan sebagai bahan bakar nabati dan apabila diproses lebih lanjut dapat menjadi bahan baku biodiesel (BPPP PPPP 2009). Spesifikasi sub-submodel pengelolaan usaha wijen disajikan dalam Gambar 4 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). SUBMODEL P ENGELOLAAN USAHA WIJEN Jangka W aktu
P embibitan Wijen P enanaman Wijen Luas lahan P emilharaan potensi Wijen P emanenan Wijen
P engeluaran Wijen Terdiskonto
Suku Bunga P engeluaran Wijen BCR Wijen
P emasukan Wijen Terdiskonto
Harga Wijen Luas lahan potensi P emasukan Vol P rod Wijen Wijen
NP V Wijen
Gambar 4 Sub-submodel pengelolaan usaha wijen Sub-Submodel Pengelolaan Usaha Lempuyang (Zingiber zerumbet) Lempuyang merupakan salah satu jenis tanaman rimpang yang mengandung minyak atsiri sekitar 0.8%, rimpang lempuyang dimanfaatkan sebagai bahan ramuan jamu seperti untuk obat gatal, obat nyeri perut, obat disentri,
10 obat sesak nafas, dan obat wasir. Tanaman baru dapat dipanen setelah berumur 9 bulan setelah ditanam dan panen berikutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali. Saat ini harga lempuyang sebesar Rp4500/kg dengan volume produksi sebesar 3.5 ton/ha (MTIC 2002). Spesifikasi sub-submodel pengelolaan usaha lempuyang disajikan pada Gambar 5 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). Sub Model P engelolaan Usaha Lempuyang
Luas lahan potensi
P embibitan Lempuyang P enanaman Lempuyang P emeliharaan Lempuyang P emanenan Lempuyang
Jangka W aktu P engeluaran Lempuyang Terdiskonto
P engeluaran Lempuyang
P emasukan Lempuyang Terdiskonto
Suku Bunga P emasukan Lempuyang
Harga Lempuyang Luas lahan potensi Vol P rod Lempuyang
BCR Lempuyang
NP V Lempuyang
Gambar 5 Sub-submodel pengelolaan usaha lempuyang Sub-Submodel Pengelolaan Usaha Kapulaga (Elletria cardamomum) Kapulaga merupakan rempah-rempah yang dikenal dengan kegunaannya sebagai bahan makanan dan bahan untuk jamu atau obat. Kapulaga dipanen pada tahun ketiga setelah tanam, namun produksinya akan terus meningkat setiap tahunnya dengan bertambahnya umur tanaman hingga mencapai umur 6 tahun. Harga kapulaga di pasar saat ini mencapai Rp5500/kg (Selisiyah 2011). Spesifikasi sub-submodel pengelolaan usaha kapulaga disajikan pada Gambar 6 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). Sub Model P engelolaan Kapulaga Jangka W aktu
P embibitan Kapulaga P enanaman Kapulaga
P engeluaran K Terdiskonto
P emasukan Kapulaga Terdiskonto Suku Bunga
Luas lahan Harga potensi Kapulaga
Volume P roduksi P emasukan kapulaga
Luas lahan P emeliharaan P engeluaran potensi Kapulaga Kapulaga BCR Kapulaga P emanenan Kapulaga NP V Kapulaga
4Gambar 6 Sub-submodel pengelolaan usaha kapulaga Submodel Pengelolaan Usaha HHBK Membangun submodel pengelolaan usaha HHBK terdiri dari gabungan dari pengelolan usaha HHBK yang telah dikelola (sub–submodel pengelolaan usaha porang) di KPH Bojonegoro dengan menambahkan pengelolaan usaha HHBK yang berpotensi untuk ditanami (sub–submodel pengelolaan usaha jarak
11 pagar, wijen, lempuyang, dan kapulaga) dengan luasan lahan yang berpotensi untuk ditanami yaitu 2000 ha di wilayah yang sesuai untuk ditanami yaitu di BKPH Dander, BKPH Clebung, BKPH Pradok, dan BKPH Deling KPH Bojonegoro. Spesifikasi submodel pengelolaan usaha HHBK ini dapat dilihat pada Gambar 7 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). Sub Model Pengelolaan Usaha HHBK
Jangka W aktu Pengeluraa n Porang
Pemasukan Porang
Pengeluara n Jarak Pagar Pengeluara n W ijen Pengeluaran
Pemasukan W ijen
Suku Bunga Pengeluaran HHBK Pengeluaran HHBK Terdiskonto
Lempuyang
Pemasukan HHBK Pemasukan Terdiskonto HHBK
BCR HHBK Pengeluaran Kapulaga
Pemasukan Jarak Pagar
Pemasukan Lempuyang Pemasukan kapulaga
NPV HHBK
5Gambar 7 Submodel pengelolaan usaha HHBK Submodel Pengelolaan Usaha Jasa Lingkungan Submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan memiliki dua komoditas yang dapat dikelola di lahan milik KPH Bojonegoro yaitu mata air dan kawasan wisata. Komoditas sumber mata air berada di RPH Grogolan, BKPH Pradok, KPH Bojonegoro, sedangkan kawasan wisata terdiri dari Waduk Pacal, Tirta Wana Dander, dan Kayangan Api. Komoditas jasa lingkungan pada submodel ini sebenarnya telah dikelola oleh instansi lain. Sumber air Grogolan dikelola oleh PDAM Kabupaten Bojonegoro, sedangkan ketiga kawasan wisata telah dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro (Laporan pemasukan dan pengeluaran sumber mata air Grogolan dan kawasan wisata dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 8). Submodel ini akan mensimulasikan pengelolaan usaha mata air dan kawasan wisata tersebut dikelola oleh KPH Bojonegoro dengan maksud untuk mengetahui potensi jasa lingkungan yang ada di lahan KPH Bojonegoro. Spesifikasi submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan dapat dilihat pada Gambar 8 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1).
12 Sub model jasa lingkungan Jangka W aktu Vol air terjual
Biaya sumber air P engeluaran sumber air
P emasukan sumber air
Suku Bunga
Biaya pengolahan air Tarif dasar P engeluaran sumber air terdiskonto
Biaya transmisi dan distribusi
P emasukan sumber air terdiskonto
NP V sumber air BCR Sumber air
P engeluaran jasa lingkungan
NP V Jasa Lingkungan
P emasukan jasa lingkungan
BCR Jasa Lingkungan
P engeluaran Waduk P acal
Suku Bunga Jangka W aktu
P engeluaran Total P engeluaran Tirta Wana Dander P engeluaran Kayangan Api
P emasukan Waduk P acal Jangka W aktu Suku Bunga
NP V kawasan wisata P engeluaran Terdiskonto kawasan wisata
BCR kawasan wisata
P emasukan terdiskonto kawasan wisata
Total P emasukan
P emasukan Tirta Wana Dander P emasukan Kayangan Api
6Gambar 8 Submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan Model Pengelolaan Usaha KPH Bojonegoro Model pengelolaan usaha KPH Bojonegoro adalah simulasi dari kegiatan pengelolaan usaha hasil hutan secara keseluruhan dengan menggabungkan submodel yang telah dibuat sebelumnya yaitu submodel pengelolaan usaha HHBK, pengelolaan usaha dinamika tegakan jati, dan submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan. Model ini terdiri dari driving variable berupa pemasukan pengelolaan kayu, pemasukan HHBK, pemasukan jasa lingkungan, biaya usaha, pengeluaran pengelolaan kayu, pengeluaran HHBK, dan pengeluaran jasa lingkungan (sudah terdiskonto). Selanjutnya diteruskan ke auxiliary variable pemasukan dan pengeluaran KPH Bojonegoro dan kemudian akan disalurkan ke dalam variabel NPV dan BCR KPH Bojonegoro, sehingga dapat diketahui kelayakan usaha pengelolaan usaha KPH Bojonegoro selama 10 tahun. Spesifikasi model pengelolaan usaha KPH Bojonegoro dapat dilihat Gambar 9 (Print out persamaan model dapat dilihat pada lampiran 1). Model P engelolaan Usaha KP H Bojonegoro Jangka W aktu
Harga Kayu per meter kubik
Suku Bunga By Ops
Volume panen Jangka W aktu
P engeluaran P engelolaan Kayu
P emasukan P engelolaan Kayu
Biaya Usaha
Volume panen
Pengeluaran Pengelolaan Kayu
Suku Bunga Pemasukan Terdiskonto HHBK P engeluaran KP H Bojonegoro
P emasukan KP H Bojonegoro Pemasukan Jasa Lingkungan Terdiskonto
NP V KP H Bojonegoro
Pengeluaran HHBK Terdiskonto
Pengeluaran Jasa Lingkungan Terdiskonto
BCR KP H Bojonegoro
Gambar 9 Model pengelolaan usaha KPH Bojonegoro
13
Evaluasi Model Evaluasi model digunakan untuk menguji kelogisan atau kewajaran model dengan cara memperbandingkan data simulasi dengan data real (data sebenarnya di lapang). Evaluasi model dapat dilakukan dengan melakukan analisis sensitivitas model (Purnomo 2012). Analisis sensitivitas ialah cara untuk meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 2008). Analisis sensitivitas model digunakan dengan melakukan uji sensitivitas dengan tujuan untuk memahami seberapa sensitif harga jual komoditas HHBK yang fluktuatif di pasaran terhadap nilai NPV pada setiap jenis HHBK. Pengujian dilakukan terhadap setiap NPV HHBK apabila harga jual komoditas HHBK mengalami penurunan harga sebsesar 25%, 50%, dan 75% dari harga jual saat penelitian dilakukan. Hasil analisis sensitivitas terhadap nilai NPV yang diperoleh selama sepuluh tahun dengan tingkat suku bunga 13% dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 NPV komoditas HHBK pada tingkat penurunan harga yang berbeda NPV jika terjadi penurunan harga Harga simulasi Jenis HHBK (saat ini) (Rp/kg) 25% (Rp.) 50% (Rp.) 75% (Rp.) Porang 4000 5.13∙10⁹ 3.42∙10⁹ 1.71∙10⁹ Jarak Pagar 3000 8.01∙10⁶ 5.25∙10⁶ 1.24∙10⁶ Wijen 12 000 2.48∙10⁶ 1.59∙10⁶ 7.09∙10⁵ Lempuyang 4500 3.84∙10⁷ 2.52∙10⁷ 1.19∙10⁷ Kapulaga 5500 7.40∙10⁶ 4.89∙10⁶ 2.38∙10⁶ Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa nilai NPV pada semua jenis HHBK peka terhadap perubahan harga baik terjadi penurunan harga sebesar 25%, 50%, dan 75%. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai NPV dari semua jenis HHBK layak untuk dikelola dan dapat menghasilkan keuntungan, sehingga berdasarkan hasil evaluasi model dapat bermanfaat untuk mengembangkan berbagai macam skenario dalam rangka mencari alternatif kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan. Evaluasi model dengan menggunakan Stella 9.02 menunjukkan hasil yang sama, nilai NPV dari setiap jenis HHBK menunjukaan hasil yang sensitif sehingga model dari setiap jenis HHBK dapat mewakili dunia nyata dikarenakan adanya jarak interval ketika terjadi penurunan harga (Evaluasi model nilai NPV jenis HHBK ketika terjadi penurunan harga dapat dilihat pada lampiran 2). Menurut Nugroho (2004), apabila terjadi perubahan kondisi meskipun sedikit, dan kondisi tersebut dapat merubah nilai NPV, maka dapat dikatakan bahwa investasi tersebut peka terhadap perubahan kondisi yang terjadi. Penggunaan Model Penggunaan model dilakukan untuk menerapkan model yang telah dirancang ke berbagai skenario. Penggunaan model pada skenario digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu memperoleh rekomendasi pengelolaan usaha terbaik dari segi kelestarian ekonomi dengan melakukan analisis finansial
14 atau kelayakan usaha. Analisis finansial adalah analisis suatu proyek yang dilihat dari sudut pandang orang-orang yang menanamkan modalnya dalam proyek. Aspek finansial digunakan untuk mengetahui perbandingan antara pengeluaran dan pendapatan suatu proyek dalam jangka waktu tertentu (Muhammad 2004). Skenario pengelolaan usaha pada pemodelan ini diasumsikan lahan dikelola seluas 1 ha (Perhitungan analisis kelayakan usaha dapat dilihat pada lampiran 3). Skenario I: Pengelolaan Usaha Hasil Hutan Kayu (HHK) Skenario pengelolaan usaha Hasil Hutan Kayu (HHK), diasumsikan perusahaan hanya melakukan kegiatan pengelolaan usaha hasil hutan kayu sebagai pendapatan utama perusahaan. Simulasi waktu pengelolaan selama sepuluh tahun menghasilkan nilai NPV Rp694 361 428 dengan nilai BCR yaitu 1.12 pada lahan satu hektar, tetapi jika dikelola pada luasan 588.1 ha diperoleh nilai NPV sebesar Rp35 785 761 227 dengan nilai BCR 1.11, sehingga skenario pengelolaan hasil hutan kayu dapat diterapkan untuk dikelola. Skenario II: Pengelolaan Usaha HHK dan HHBK Saat Ini Skenario yang dibangun sama dengan pengelolaan yang dilakukan KPH Bojonegoro saat ini. Perusahaan memperoleh keuntungan dari pengelolaan usaha HHK dan HHBK jenis porang. Waktu pengelolaan diakumulasikan selama 10 tahun dan diperoleh hasil pada tahun 2021 nilai NPV sebesar Rp660 847 347 dan BCR yang diperoleh 1.33, sehingga berdasarkan analisis kelayakan usaha skenario ini tetap layak untuk dikelola, walaupun memiliki nilai NPV yang lebih kecil dibandingkan dengan skenario I hal ini dikarenakan porang baru dapat dipanen setelah berumur 3 tahun, sedangkan kayu jati dapat dipanen setiap tahunnya di KPH Bojonegoro. Skenario III: Pengelolaan Usaha HHK dan HHBK Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK ini terdiri dari HHBK yang telah dikelola adalah jenis porang dan berpotensi untuk dikelola seperti jarak pagar, wijen, lempuyang, dan kapulaga. Hasil analisis kelayakan usaha pada skenario ini menunjukkan bahwa pengelolaan usaha mengalami peningkatan setiap tahun hingga tahun 2021 dengan memperoleh nilai NPV sebesar Rp2 338 420 890 dengan nilai BCR sebesar 2.80, sehingga skenario ini tetap dapat diterapkan oleh KPH Bojonegoro. Skenario IV: Pengelolaan Usaha HHK, HHBK, dan Jasa Lingkungan Skenario pengelolaan usaha HHK, HHBK, dan jasa lingkungan merupakan skenario yang menggabungkan seluruh sumber daya hutan yang terdapat pada lahan KPH Bojonegoro. Hasil analisis kelayakan usaha dengan waktu yang di akumulasikan selama sepuluh tahun menghasilkan nilai NPV Rp6 849 280 600 dan BCR sebesar 1.28, sehingga skenario pengelolaan usaha dapat diterapkan dan mampu meningkatkan keuntungan. Dibandingkan dengan skenario sebelumnya skenario ini memiliki nilai NPV tersebar. Skenario V: Pengelolaan Usaha HHBK Skenario pengelolaan usaha HHBK mensimulasikan pendapatan KPH Bojonegoro hanya berasal dari kegiatan pengelolaan usaha HHBK. Hasil
15 perhitungan analisis kelayakan usaha menghasilkan nilai NPV > 1 dan nilai BCR > 0, sehingga perusahaan tetap memperoleh keuntungan dari pengelolaan usaha HHBK tanpa melakukan pengelolaan usaha HHK dan apabila moratorium penebangan ditetapkan dan NPV yang diperoleh pada tahun kesepuluh yaitu Rp1 632 538 010 dan BCR sebesar 34.77 dalam luasan lahan 1 hektar, tetapi apabila ditanam di lahan seluas 2000 ha nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp3 292 225 570 196 dengan BCR 41.70. Skenario ini memiliki nilai NPV dan BCR yang terbesar. 2Tabel 2 Perbandingan NPV dan BCR pada setiap jenis HHBK Jenis HHBK Porang Jarak Pagar Wijen Lempuyang Kapulaga
NPV (Rp.) 319 904 030 34 369 994 822 24 493 840 458 868 330 338 342 483 591 960 425
BCR 6.69 6.40 7.09 5.32 4.76
Berdasarkan perbandingan nilai NPV dan BCR pada setiap jenis HHBK pada Tabel 2 dengan asumsi luasan lahan 2000 ha diperoleh hasil bahwa jenis HHBK yang menghasilkan NPV terbesar yaitu lempuyang sedangkan BCR terbesar adalah wijen (Perhitungan analisis kelayakan usaha pada setiap jenis HHBK dapat dilihat pada lampiran 4). Skenario VI: Pengelolaan Usaha HHBK dan Jasa Lingkungan Skenario pengelolaan HHBK dan jasa lingkungan merupakan skenario pengelolaan usaha yang dapat diterapkan apabila terjadi moratorium penebangan. Hasil analisis kelayakan usaha pada skenario ini memperoleh nilai NPV Rp548 997 152 dan BCR sebesar 1.50 pada tahun kesepuluh dengan suku bunga 13%. Pengelolaan usaha HHBK dan jasa lingkungan pada skenario ini memiliki nilai NPV terkecil dibandingkan skenario lainnya, hal ini dikarenakan pada pengelolaan usaha jasa lingkungan memiliki biaya pengeluaran yang besar setiap tahunnya hingga mencapai Rp22 816 497 047, sedangkan pemasukan hanya memperoleh Rp27 327 356 763. Kombinasi Skenario Terbaik Pemilihan skenario terbaik dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan usaha, selanjutnya memilih skenario pengelolaan usaha yang memperoleh nilai NPV dan BCR terbesar pada tahun kesepuluh. Perbandingan nilai NPV dan BCR pada setiap skenario pengelolaan usaha hasil hutan dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11.
16 80.00 68.49
70.00 NPV (Rp) x 100000000
60.00 50.00 40.00 30.00
23.38 16.33
20.00 10.00
6.94
6.61
I
II
5.49
III
IV
V
VI
Skenario
Gambar 10 Perbandingan NPV metode penggunaan model 40.00
34.77
35.00 30.00 25.00
BCR
20.00 15.00 10.00 5.00
1.12
1.33
2.18
1.28
I
II
III
IV
1.50
V
VI
Skenario
7Gambar 11 Perbandingan BCR metode penggunaan model Berdasarkan perbandingan nilai NPV dan BCR pada Gambar 10 dan 11 dapat dinyatakan bahwa semua skenario layak untuk diterapkan sesuai syarat analisis kelayakan usaha NPV > 0 dan BCR > 1 (Gittinger 2008). Besarnya nilai NPV diperoleh berdasarkan analisis kelayakan usaha yang dilakukan selama jangka waktu sepuluh tahun mulai dari tahun 2012 sampai 2021 dengan tingkat suku bunga sebesar 13%. Menentukan skenario terbaik ialah dengan memilih skenario yang memiliki nilai NPV dan BCR tertinggi. Nilai NPV tertinggi didapat pada skenario IV (HHK, HHBK, dan jasa lingkungan) sebesar Rp6 856 194 306, sedangkan nilai BCR tertinggi diperoleh dari skenario V (HHBK) dengan nilai BCR sebesar 34.77.
17 3
Tabel 3 Peringkat skenario pengelolaan usaha Peringkat skenario
Skenario Pengelolaan usaha layak Skenario I: Pengelolaan usaha HHK Skenario II: Pengelolaan usaha HHK dan HHBK saat ini Skenario III: Pengelolaan usaha HHK dan HHBK Skenario IV: Pengelolaan usaha HHK, HHBK, dan jasa lingkungan Skenario V: Pengelolaan usaha HHBK Skenario VI: Pengelolaan usaha HHBK dan jasa lingkungan
4 5 2 1 3 6
Hasil analisis kelayakan usaha dengan berdasarkan nilai NPV terbesar, dapat digunakan untuk menentukan peringkat skenario pengelolaan usaha hasil hutan seperti yang dijelaskan oleh Gittinger (2008) bahwa untuk menentukan peringkat skenario pengelolaan usaha hasil hutan lebih baik menggunakan kriteria NPV. Hal ini dikarenakan jika menggunakan BCR dalam menentukan peringkat skenario dapat menyesatkan dan membingungkan dalam pengambilan keputusan kebijaksaan investasi karena BCR dipengaruhi oleh harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan, dan kenaikan harga yang sensitif berubah-ubah. Tabel 3 menunjukkan peringkat dari setiap skenario pengelolaan usaha hasil hutan. Peringkat skenario dapat mencerminkan urutan skenario mana yang lebih sesuai untuk diterapkan. Hasil dari peringkat skenario dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk para pengambil kebijakan yang kemudian dapat dipilih untuk menjadi pilihan kebijakan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan (Purnomo 2012).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dari membangun model serta melakukan analisis kelayakan usaha menunjukkan bahwa skenario pengelolaan usaha hasil hutan terbaik untuk KPH Bojonegoro adalah skenario pengelolaan usaha HHK, HHBK, dan jasa lingkungan (skenario IV) dengan nilai NPV sebesar Rp6 856 194 306 dan BCR sebesar 1.28. Jika kegiatan moratorium penebangan terjadi maka KPH Bojonegoro dapat menerapkan skenario pengelolaan usaha HHBK (skenario V) dengan nilai NPV sebesar Rp1 632 538 010 dan BCR sebesar 34.77 pada tahun kesepuluh dengan tingkat suku bunga 13%. Pengelolaan usaha jasa lingkungan tidak dapat diterapkan untuk dikelola dikarenakan pengelolaan jasa lingkungan pada kenyataanya telah dikelola instansi lain yaitu untuk pengelolaan sumber mata air telah dikelola oleh PDAM Kabupaten Bojonegoro dan kawasan wisata telah dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
18 Saran Pemilihan skenario terbaik hanya berdasarkan pada manfaat ekonomi, sehingga diperlukan pertimbangan aspek lainya seperti aspek ekologi dan sosial. Selain itu, dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menemukan suatu metode yang dapat mengurangi biaya operasional pengelolaan kayu, sehingga kegiatan pengelolaan kayu dapat memberikan manfaat yang optimal dan meningkatkan pendapatan perusahaan dengan jangka waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA [BPPP PPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2009. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati ( BBN ). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Departemen Kehutanan RI. Gittinger JP. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah, Sutomo S dan Mangiri K. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia-Press. Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture. Edisi ke-2. Hendrayana Y. 2012. Hutan Tanaman Industri. [terhubung berkala] http://hendrayana.staffsite.uniku.ac.id/2012/03/17/hutan-tanamanindustri/(22 Januari 2014) [KUR]. Komite Kredit Usaha Rakyat.[internet]. [diakses 18 April 2014].Tersedia dari: http://www.komite-kur.com/bank-briasp Mohammad N, Sri S. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodiesel. Yogyakarta (ID): Kanisius Muhammad R.2004. Sistem pengelolaan dan manfaat ekonomi hutan rakyat di Cianjur Selata (Studi kasus di Kecamatan Cibinong dan Sindang Barang) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [MTIC] Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Nugroho B. 2004. Ekonomi Keteknikan (Engineering Economic): Analisis Finansial Investasi Kehutanan & Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [PERPAMSI] Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia.[internet].[diakses 26 Oktober 2014]. Tersedia dari: http: //www.perpamsi.or.id/pdam-members/read/237/pdam-kabbojonegoro.html Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 2011. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro. Bojonegoro (ID): Seksi Perencanaan Hutan I. Perum Perhutani. 2013. Pedoman Budidaya Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume). Jakarta (ID): Perum Perhutani Kantor Pusat Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. Selisiyah A. 2011. Kelayakan usaha kapulaga (Amomum cardamomum) di Desa Sedayu Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo, Wilayah KPH Kedu
19 Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Sudarmalik Y, Rochmanto, Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. [Prosiding] Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Bogor Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Umum.
20 Lampiran 1 Print out persamaan model Submodel Dinamika Tegakan Jati KU_I(t) = KU_I(t - dt) + (penanaman - UP_1) * dt INIT KU_I = 15789 INFLOWS: penanaman = KU_VIII OUTFLOWS: UP_1 = KU_I/umur KU_II(t) = KU_II(t - dt) + (UP_1 - UP_2) * dt INIT KU_II = 2567.3 INFLOWS: UP_1 = KU_I/umur OUTFLOWS: UP_2 = KU_II/umur KU_III(t) = KU_III(t - dt) + (UP_2 - UP_3) * dt INIT KU_III = 1898.1 INFLOWS: UP_2 = KU_II/umur OUTFLOWS: UP_3 = KU_III/umur KU_IV(t) = KU_IV(t - dt) + (UP_3 - UP_4) * dt INIT KU_IV = 1336.7 INFLOWS: UP_3 = KU_III/umur OUTFLOWS: UP_4 = KU_IV/umur KU_V(t) = KU_V(t - dt) + (UP_4 - UP_5) * dt INIT KU_V = 300 INFLOWS: UP_4 = KU_IV/umur OUTFLOWS: UP_5 = KU_V/umur KU_VI(t) = KU_VI(t - dt) + (UP_5 - UP_6) * dt INIT KU_VI = 378.4 INFLOWS: UP_5 = KU_V/umur OUTFLOWS: UP_6 = KU_VI/umur KU_VII(t) = KU_VII(t - dt) + (UP_6 - UP_7) * dt INIT KU_VII = 87.8 INFLOWS: UP_6 = KU_VI/umur OUTFLOWS: UP_7 = KU_VII/umur KU_VIII(t) = KU_VIII(t - dt) + (UP_7 - Tebang) * dt INIT KU_VIII = 78.5 INFLOWS: UP_7 = KU_VII/umur OUTFLOWS: Tebang = KU_VIII+Luas_lahan Luas_lahan = 22434.8 Potensi_Kayu_ha = 116.31 umur = 10 Volume_panen = Tebang*Potensi_Kayu_ha
21 Lampiran 1 Print out persamaan model (lanjutan) Sub – Submodel Pengelolaan Usaha Porang BCR_Porang = Pemasukan__Porang_Terdiskonto/Pengeluaran__Porang_Terdiskonto Harga_Porang = 4000 Luas_Lahan_Porang = 27.6 NPV_Porang = Pemasukan__Porang_Terdiskonto-Pengeluaran__Porang_Terdiskonto Pemanenan_Porang = 1320000*Luas_Lahan_Porang Pemasukan__Porang = if time >=3 then (Harga_Porang*Vol_Prod_Porang)* (0.5) else 0 Pemasukan__Porang_Terdiskonto = Pemasukan__Porang*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pembibitan_Porang = 8000000*Luas_Lahan_Porang Pemeliharaan_Porang = 7400000*Luas_Lahan_Porang Penanaman__porang = 5000000*Luas_Lahan_Porang Pengeluaran__Porang_Terdiskonto = Pengeluraan__Porang*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluraan__Porang = if time<3 then Pembibitan_Porang+Pemeliharaan_Porang+Penanaman__porang else Pemanenan_Porang Vol_Prod_Porang = 10000 Sub – Submodel Pengelolaan Usaha Jarak Pagar BCR_Jarak_Pagar = Pemasukan_JP_Terdiskonto/Pengeluaran__JP_Terdiskonto Harga_Biji_JP = 3000 Luas_lahan_potensi = 2000 NPV_Jarak_Pagar = Pemasukan_JP_Terdiskonto-Pengeluaran__JP_Terdiskonto Pemanenan_Jarak_Pagar = 937500*Luas_lahan_potensi Pemasukan_JP_Terdiskonto = Pemasukan__Jarak_Pagar*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pemasukan__Jarak_Pagar = if time>=2 then (Vol_Prod_JP*Harga_Biji_JP)*(0.5) else 0 Pembibitan_Jarak_Pagar = 1875000*Luas_lahan_potensi Pemeliharaan_Jarak_Pagar = 3000000*Luas_lahan_potensi Penanaman_Jarak_pagar = 5000000*Luas_lahan_potensi Pengeluaran_Jarak_Pagar = if time<2 then Pembibitan_Jarak_Pagar+Pemeliharaan_Jarak_Pagar+Penanaman_Jarak_pagar else Pemanenan_Jarak_Pagar Pengeluaran__JP_Terdiskonto = Pengeluaran_Jarak_Pagar*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Vol_Prod_JP = 4000*Luas_lahan_potensi Sub – Submodel Pengelolaan Usaha Wijen BCR_Wijen = Pemasukan_Wijen_Terdiskonto/Pengeluaran_Wijen_Terdiskonto Harga_Wijen = 12000 NPV_Wijen = Pemasukan_Wijen_Terdiskonto-Pengeluaran_Wijen_Terdiskonto Pemanenan_Wijen = 1320000*Luas_lahan_potensi Lampiran 1 (lanjutan) Pemasukan_Wijen = Vol_Prod_Wijen*Harga_Wijen Pemasukan_Wijen_Terdiskonto = (Pemasukan_Wijen)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pembibitan_Wijen = 38700*Luas_lahan_potensi Pemilharaan__Wijen = 7400000*Luas_lahan_potensi Penanaman__Wijen = 5000000*Luas_lahan_potensi Pengeluaran_Wijen Pembibitan_Wijen+Penanaman__Wijen+Pemilharaan__Wijen+Pemanenan_Wijen Pengeluaran_Wijen_Terdiskonto = (Pengeluaran_Wijen)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Vol_Prod_Wijen = 400*Luas_lahan_potensi
=
Sub – Submodel Pengelolaan Usaha Lempuyang BCR_Lempuyang = Pemasukan_Lempuyang_Terdiskonto/Pengeluaran_Lempuyang_Terdiskonto Harga__Lempuyang = 4500 NPV_Lempuyang = Pemasukan_Lempuyang_Terdiskonto-Pengeluaran_Lempuyang_Terdiskonto Pemanenan_Lempuyang = 1320000*Luas_lahan_potensi Pemasukan_Lempuyang_Terdiskonto = Pemasukan__Lempuyang*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu)
22 Lampiran 1 Print out persamaan model (lanjutan) Pemasukan__Lempuyang = IF TIME>=1 then Vol_Prod_Lempuyang*Harga__Lempuyang ELSE(0) Pembibitan_Lempuyang = 3000000*Luas_lahan_potensi Pemeliharaan_Lempuyang = 7400000*Luas_lahan_potensi Penanaman_Lempuyang = 5000000*Luas_lahan_potensi Pengeluaran_Lempuyang_Terdiskonto = Pengeluaran__Lempuyang*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluaran__Lempuyang = Pembibitan_Lempuyang+Pemanenan_Lempuyang+Pemeliharaan_Lempuyang+Penanaman_Lemp uyang Vol_Prod_Lempuyang = 35000*Luas_lahan_potensi Sub – Submodel Pengelolaan Usaha Kapulaga BCR_Kapulaga = Pemasukan_Kapulaga_Terdiskonto/Pengeluaran_K__Terdiskonto Harga__Kapulaga = 5500 NPV_Kapulaga = Pemasukan_Kapulaga_Terdiskonto-Pengeluaran_K__Terdiskonto Pemanenan_Kapulaga = 1320000*Luas_lahan_potensi Pemasukan_Kapulaga_Terdiskonto = Pemasukan__kapulaga*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pemasukan__kapulaga = IF TIME>=3 then (Volume_Produksi*Harga__Kapulaga) else 0 Pembibitan_Kapulaga = 2000000*Luas_lahan_potensi Pemeliharaan_Kapulaga = 7400000*Luas_lahan_potensi Penanaman_Kapulaga = 5000000*Luas_lahan_potensi Pengeluaran_K__Terdiskonto = Pengeluaran__Kapulaga*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluaran__Kapulaga = if time=0 then Pembibitan_Kapulaga else if time= 1 and 2 then Pemeliharaan_Kapulaga+Penanaman_Kapulaga else if time >=2 then Pemeliharaan_Kapulaga+Pemanenan_Kapulaga else 0 Volume_Produksi = 30000*Luas_lahan_potensi Submodel Pengelolaan Usaha HHBK Jangka_Waktu(t) = Jangka_Waktu(t - dt) + (In_Jangka_Waktu) * dtINIT Jangka_Waktu = 1 INFLOWS: In_Jangka_Waktu = 1 BCR_HHBK = Pemasukan_Terdiskonto_HHBK/Pengeluaran_HHBK__Terdiskonto NPV_HHBK = Pemasukan_Terdiskonto_HHBK-Pengeluaran_HHBK__Terdiskonto Pemasukan_Terdiskonto_HHBK = Pemasukan__HHBK*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pemasukan__HHBK = Pemasukan__Porang+Pemasukan__Jarak_Pagar+Pemasukan_Wijen+Pemasukan__Lempuyang+P emasukan__kapulaga Pengeluaran_HHBK__Terdiskonto = Pengeluaran__HHBK*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluaran__HHBK = Pengeluraan__Porang+Pengeluaran_Jarak_Pagar+Pengeluaran_Wijen+Pengeluaran__Lempuyang +Pengeluaran__Kapulaga Submodel Pengelolaan Usaha Jasa Lingkungan BCR_kawasan_wisata = Pemasukan__terdiskonto_kawasan_wisata/Pengeluaran__Terdiskonto_kawasan_wisata BCR_Sumber_air = Pemasukan_sumber__air_terdiskonto/Pengeluaran__sumber_air_terdiskonto BCR__Jasa_Lingkungan = Pemasukan__jasa_lingkungan/Pengeluaran_jasa_lingkungan Biaya_pengolahan_air = 449733225 Biaya_transmisi_dan_distribusi = 930341761 Biaya__sumber_air = 2086443623 NPV_Jasa_Lingkungan = Pemasukan__jasa_lingkungan-Pengeluaran_jasa_lingkungan NPV_kawasan_wisata = Pemasukan__terdiskonto_kawasan_wisataPengeluaran__Terdiskonto_kawasan_wisata NPV_sumber_air = Pemasukan_sumber__air_terdiskonto-Pengeluaran__sumber_air_terdiskonto Pemasukan_sumber_air = Vol__air_terjual*Tarif_dasar
23 Lampiran 1 Print out persamaan model (lanjutan) Pemasukan_sumber__air_terdiskonto (Pemasukan_sumber_air)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pemasukan__jasa_lingkungan Pemasukan_sumber__air_terdiskonto+Pemasukan__terdiskonto_kawasan_wisata Pemasukan__Kayangan_Api = 93570000 Pemasukan__terdiskonto_kawasan_wisata (Total_Pemasukan)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pemasukan__Tirta_Wana_Dander = 24429000 Pemasukan__Waduk_Pacal = 34935000 Pengeluaran_jasa_lingkungan Pengeluaran__sumber_air_terdiskonto+Pengeluaran__Terdiskonto_kawasan_wisata Pengeluaran_Kayangan_Api = 28000000 Pengeluaran_sumber_air Biaya__sumber_air+Biaya_pengolahan_air+Biaya_transmisi_dan_distribusi Pengeluaran_Tirta_Wana_Dander = 28000000 Pengeluaran__sumber_air_terdiskonto (Pengeluaran_sumber_air)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluaran__Terdiskonto_kawasan_wisata (Total_Pengeluaran)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluaran__Waduk_Pacal = 28000000 Tarif_dasar = 2275 Total_Pemasukan Pemasukan__Waduk_Pacal+Pemasukan__Tirta_Wana_Dander+Pemasukan__Kayangan_Api Total_Pengeluaran Pengeluaran__Waduk_Pacal+Pengeluaran_Tirta_Wana_Dander+Pengeluaran_Kayangan_Api Vol__air_terjual = 1597200
= =
=
=
=
= =
= =
Model Pengelolaan Usaha KPH Bojonegoro (Model Utama) Model Pengelolaan Usaha KPH Bojonegoro BCR_KPH_Bojonegoro = Pemasukan__KPH_Bojonegoro/Pengeluaran__KPH_Bojonegoro Biaya_Usaha = 4820622645*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) By_Ops = 2898617.577 Harga_Kayu_per_meter_kubik = 4000000 NPV_KPH_Bojonegoro = Pemasukan__KPH_Bojonegoro-Pengeluaran__KPH_Bojonegoro Pemasukan_Pengelolaan__Kayu = (Volume_panen*Harga_Kayu_per_meter_kubik)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pemasukan__KPH_Bojonegoro = Pemasukan_Pengelolaan__Kayu+Pemasukan_Terdiskonto_HHBK+Pemasukan__Jasa_Lingkunga n_Terdiskonto Pengeluaran_Pengelolaan__Kayu = (Volume_panen*By_Ops)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Lampiran 1 (lanjutan) Pengeluaran__KPH_Bojonegoro = Biaya_Usaha+Pengeluaran_Jasa_Lingkungan_Terdiskonto+Pengeluaran_HHBK__Terdiskonto+P engeluaran_Pengelolaan__Kayu
24 Lampiran 2 Evaluasi Model (NPV jenis HHBK jika terjadi penurunan harga) NPVPorang NPV Porang: 1 - 2 - 3 - 4 1:
6e+010,
1 1:
3e+010,
2 3
1 2 3 1
1:
0
2 1 2012.00
3
2
4 4
3 4
4 2014.25
2016.50 tahun
Page 1
2018.75
2021.00 10 Okt 2014
21:22
NPV Jarak Pagar NPV Jarak Pagar: 1 - 2 - 3 - 4 1:
2e+011,
1
1:
2
1e+011, 1 2 1
3 3
2 3
1 1:
2
3
0 2012.00
2014.25
2016.50 tahun
Page 1
4
4
4
4
2018.75 21:28
2021.00 10 Okt 2014
NPV Wijen NPV Wijen: 1 - 2 - 3 - 4 1:
2e+011,
1:
1e+011,
1 2 1 3
2 1 1 1:
2
0 2012.00
Page 1
3
2
3 3
2014.25
4
4
4
4
2016.50 tahun
2018.75 21:29
2021.00 10 Okt 2014
25
Lampiran 2 (lanjutan) NPV Lempuyang NPV Lempuy ang: 1 - 2 - 3 - 4 1:
5e+012,
1
1:
2
2.5e+012 1 2 1
3 3
2 3 1 1:
2
3
0 2012.00
2014.25
2016.50 tahun
Page 1
4
4
4
4
2018.75
2021.00 10 Okt 2014
21:32
NPV Kapulaga NPV Kapulaga: 1 - 2 - 3 - 4 1:
3e+011,
1 1:
1.5e+011
2 1 2 1
3 3
2 3
1 1:
2
0 2012.00
Page 1
3
2014.25
4
4
4
4
2016.50 tahun
2018.75 21:34
2021.00 10 Okt 2014
26
Lampiran 3 Analisis kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha Skenario I Tahun ke- (Rp.)
Uraian 0
1
2
3
4
5
366 120 000
451 080 000
463 000 000
452 840 000
476 600 000
2 209 640 000
2 209 640 000
1 843 520 000
1 392 440 000
929 440 000
476 600 000
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
Biaya pemungutan hasil hutan
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
304 364 071
304 364 071
304 364 071
304 364 071
304 364 071
304 364 071
A. Pemasukan Panen HHK TOTAL PEMASUKAN B. Pengeluaran Biaya perencanaan Biaya penanaman Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan
Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana TOTAL PENGELUARAN
2 27
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Tahun ke- (Rp.)
Uraian 6
7
8
9
10
366 120 000
451 080 000
463 000 000
452 840 000
476 600 000
2 209 640 000
1 843 520 000
1 392 440 000
929 440 000
476 600 000
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
Biaya pemungutan hasil hutan
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
304 364 071
304 364 071
304 364 071
304 364 071
304 364 071
A. Pemasukan Panen HHK TOTAL PEMASUKAN B. Pengeluaran Biaya perencanaan Biaya penanaman Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan
Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana TOTAL PENGELUARAN
3 28 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Analisis Kelayakan Usaha Skenario II Uraian
0
1
Tahun ke- (Rp.) 2
3
4
5
40 000 000
40 000 000
40 000 000
A. Pemasukan Panen porang Panen HHK
0
366 120 000
451 080 000
463 000 000
452 840 000
476 600 000
TOTAL PEMASUKAN
0
366 120 000
451 080 000
503 000 000
492 840 000
516 600 000
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
1 054 16186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
1. Penyiangan
1 000 000
1 000 000
2. Pendangiran 3. Pembubunan
1 000 000 1 000 000
1 000 000 1 000 000
B. Pengeluaran Bibit Porang
8 000 000
Penanaman a. porang 1. Pembersihan lahan porang
600 000
2. Pembuatan lubang tanam
200 000
3. Penanaman bibit
200 000
4. Pemupukan awal
4 000 000
b. HHK 1. Perencanaan 2. Penanaman Pemeliharaan a. porang
4 29
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
4 400 000
4 400 000
6 592 776
6 592 776
56 461 185 16 084 773
4. Pemupukan
3
4
5
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
1 120 000
1 120 000
1 120 000
200 000
200 000
200 000
b. HHK 1. Pemeliharaan dan pembinaan hutan 2. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan Lampiran 3 (lanjutan 3. Pemeliharaan sarana dan prasarana Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan 3. Pemungutan hasil hutan kayu
Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial TOTAL PENGELUARAN
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
317 364 071
311 764 071
311 764 071
305 684 071
305 684 071
305 684 071
5 30 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
7
8
9
10
40 000 000
40 000 000
40 000 000
40 000 000
40 000 000
Panen HHK
528 400 000
495 280 000
531 360 000
470 840 000
479 480 000
TOTAL PEMASUKAN
568 400 000
535 280 000
571 360 000
510 840 000
519 480 000
1. Perencanaan
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
2. Penanaman Pemeliharaan
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
A. Pemasukan Panen porang
B. Pengeluaran Bibit Porang Penanaman a. porang 1. Pembersihan lahan porang 2. Pembuatan lubang tanam 3. Penanaman bibit 4. pemupukan awal b. HHK
a. porang 1. Penyiangan 2. Pendangiran 3. Pembubunan 4. Pemupukan b. HHK 1. Pemeliharaan dan pembinaan hutan
6 31
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
7
2. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
56 461 185
3. Pemeliharaan sarana dan prasarana
8
9
10
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
1 120 000
1 120 000
1 120 000
1 120 000
1 120 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
305 684 071
305 684 071
305 684 071
305 684 071
305 684 071
Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan 3. Pemungutan hasil hutan kayu Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial TOTAL PENGELUARAN Analisis Kelayakan Usaha Skenario III Uraian
0
1
Panen HHBK
0
162 300 000
Panen HHK TOTAL PEMASUKAN B. Pengeluaran Bibit HHBK
0 0
Tahun ke- (Rp.) 2
3
4
5
339 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
366 120 000
451 080 000
463 000 000
452 840 000
476 600 000
528 420 000
790 380 000
842 300 000
832 140 000
855 900 000
A. Pemasukan
14 913 700
7 32
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
3
4
5
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
a. HHBK 1. Pembersihan lahan HHBK
600 000
2. Pembuatan lubang tanam
200 000
3. Penanaman bibit
200 000
4. pemupukan awal
4 000 000
b. HHK 1. Perencanaan 2. Penanaman Pemeliharaan a. HHBK 1. Penyiangan 2.Pendangiran
1 000 000 1 000 000
1
000 000 1 000 000
3. Pembubunan
1 000 000
1 000 000
4. Pemupukan
4 400 000
4 400 000
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461185
56 461 185
56 461 185
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
b. HHK 1. Pemeliharaan dan pembinaan hutan 2. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan 3. Pemeliharaan sarana dan prasarana Pemanenan
8 33
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1. Pemungutan 2. Pengangkutan 3. Pemungutan hasil hutan kayu Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial TOTAL PENGELUARAN Uraian
1
2
3
4
5
1 120 000 200 000 52 403 901
1 120 000 200 000 52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
1 120 000 200 000 52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
324 277 771
311 764 071
311 764 071
305 684 071
305 684 071
305 684 071
Tahun ke- (Rp.) 6
7
8
9
10
Panen HHBK
379 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
37 930 000
Panen HHK
528 400 000
495 280 000
531 360 000
470 840 000
479 480 000
TOTAL PEMASUKAN
907 700 000
874 580 000
910 660 000
850 140 000
858 780 000
A. Pemasukan
B. Pengeluaran Bibit HHBK Penanaman a. HHBK 1. Pembersihan lahan HHBK 2. Pembuatan lubang tanam 3. Penanaman bibit 4. pemupukan awal
9 34 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
7
8
9
10
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
6 592 776
2. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
3. Pemeliharaan sarana dan prasarana
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
1 120 000
1 120 000
1 120 000
1 120 000
1 120 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
305 684 071
305 684 071
305 684 071
305 684 071
305 684 071
1. Perencanaan 2. Penanaman Pemeliharaan a. HHBK 1. Penyiangan 2. Pendangiran 3. Pembubunan 4. Pemupukan b. HHK 1. Pemeliharaan dan pembinaan hutan
Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan 3. Pemungutan hasil hutan kayu Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial TOTAL PENGELUARAN
10 35 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Analisis Kelayakan Usaha Skenario IV Uraian
0
1
Panen HHBK
0
162 300 000
Jasa Lingkungan
0
Panen HHK TOTAL PEMASUKAN
Tahun ke- (Rp.) 2
3
4
5
339 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
5 036 146 440
5036146440
5036146440
5036146440
5036146440
0
366 120 000
451 080 000
463 000 000
45 2840 000
476 600 000
0
5 564 566 440
5 826 526 440
5 878 446 440
5 868 286 440
5 892 046 440
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
1. Penyiangan
1 000 000
1 000 000
2. Pendangiran
1 000 000
1 000 000
3. Pembubunan
1 000 000
1 000 000
A. Pemasukan
B. Pengeluaran Bibit HHBK
14 913 700
Penanaman a. HHBK 1. Pembersihan lahan
600 000
2. Pembuatan lubang tanam
200 000
3. Penanaman bibit
200 000
4. pemupukan awal b. HHK 1. Perencanaan
4 000 000
2. Penanaman Pemeliharaan a. HHBK
11 36 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
4 400 000
4 400 000
6 592 776
6 592 776
56 461 185 16 084 773
4. Pemupukan
3
4
5
6 592 776
6 592 776
6 592 776
65 92 776
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
56 461 185
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
1 120 000
1 120 000
1 120 000
b. HHK 1. Pemeliharaan dan pembinaan hutan 2. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan 3. Pemeliharaan sarana dan prasarana Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan 3. Pemungutan hasil hutan kayu Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial
52 403 901
52 403 901
52 403 901
200 000 52 403 901
200 000 52 403 901
200 000 52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
1. Kawasan wisata waduk pacal
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
2. Kawasan wisata tirta wana dander
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
3. Kawasan wisata kayangan api
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
2 086 443 623 449 733 225
2 086 443 623 449 733 225
2 086 443 623 449 733 225
2 86 443 623 44 9733 225
2 086 443 623 449 733 225
2 086 443 623 449 733 225
930 341 761
930 341 761
930 341 761
93 041 761
930 341 761
930 341 761
3 874 796 380
3 862 282 680
3 862 282 680
3 856 202 680
3 856 202 680
3 856 202 680
jasa lingkungan Biaya pengelolaan kawasan wisata
Biaya sumber air Biaya Pengelolaan Biaya transmisi dan distribusi TOTAL PENGELUARAN
12 37 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (Lanjutan) 6
7
Tahun ke- (Rp.) 8
9
10
379 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
5 036 146 440
503 6146 440
5 036 146 440
50 361 46 440
5 036 146 440
528 400 000
495 280 000
531 360 000
470 840 000
479 480 000
5 943 846 440
5 910 726 440
5 946 806 440
5 886 286 440
5 894926 440
1. Perencanaan
34 912
34 912
34 912
34 912
34 912
2. Penanaman Pemeliharaan
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
105 416 186
Uraian A. Pemasukan Panen HHBK Jasa Lingkungan Panen HHK TOTAL PEMASUKAN B. Pengeluaran Bibit HHBK Penanaman a. HHBK 1. Pembersihan lahan 2. Pembuatan lubang tanam 3. Penanaman bibit 4. Pemupukan awal b. HHK
a. HHBK 1. Penyiangan 2. Pendangiran
13 38 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
7
8
9
10
1.Pemeliharaan dan pembinaan hutan 2. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
6 592 776 56 461 185
6 592 776 56 461 185
6 592 776 56 461 185
6 592 776 56 461 185
6 592 776 56 461 185
3. Pemeliharaan sarana dan prasarana
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
16 084 773
1 120 000
1 120 000
1 120 000
1 120 000
1 120 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
52 403 901
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
67 370 338
1. Kawasan wisata waduk pacal
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
2. Kawasan wisata tirta wana dander
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
3. Kawasan wisata kayangan api
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
2 086 443 623
2 086 443 623
2 086 443 623
2 086 443 623
2 086 443 623
Biaya Pengelolaan
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
Biaya transmisi dan distribusi
930341 761
930 341 761
930 341 761
930 341 761
930 341761
3 856 202 680
3 856 202 680
3 856 202 680
3 856 202 680
3 856 202 680
4. Pemupukan b. HHK
Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan 3. Pemungutan hasil hutan kayu Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial jasa lingkungan Biaya pengelolaan kawasan wisata
Biaya sumber air
TOTAL PENGELUARAN Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan)
14 39
Analisis Kelayakan Usaha Skenario V Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
3
4
5
40 000 000
40 000 000
40 000 000
869 565 217
24 000 000 000
24 000 000 000
24 000 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
330 000 000 000
330 000 000 000
330 000 000 000
330 000 000 000
324 600 000 000
655 469 565 217
678 640 000 000
678 640 000 000
678 640 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
400 000 000 400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
A. Pemasukan Panen porang Panen jarak pagar Panen wijen Panen lempuyang Panen kapulaga TOTAL PEMASUKAN
0
B. Pengeluaran Bibit porang Bibit jarak pagar Bibit wijen
220 800 000 3 750 000 000 77 400 000
Bibit lempuyang
6000 000 000
Bibit kapulaga
4000 000 000
Penanaman 1. Pembersihan lahan 2. Pembuatan lubang tanam 3. Penanaman bibit 4. Pemupukan awal Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan)
8 000 000 000
15 40 Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
1. Penyiangan
2 000 000 000
2 000 000 000
4. Pemupukan
8 800 000 000
8 800 000 000
3
4
5
2 240 000 000
2 240 000 000
2 240000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
4 240 000 000
4 240 000 000
4 240 000 000
Pemeliharaan
Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan TOTAL PENGELUARAN
24 048 200 000
16 400 000 000
16 400 000 000
Tahun ke- (Rp.)
Uraian 6
7
8
9
10
40 000 000
40 000 000
40 000 000
40 000 000
40 000 000
24 000 000 000
24 000 000 000
24 000 000 000
24 000 000 000
24 000 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
9 600 000 000
Panen lempuyang
315 000 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
315 000 000 000
Panen kapulaga
330 000 000 000
330 000 000 000
330 000 000 000
330 000 000 000
330 000 000 000
TOTAL PEMASUKAN
678 640 000 000
678 640 000 000
678 640 000 000
678 640 000 000
678 640 000 000
A. Pemasukan Panen porang Panen jarak pagar Panen wijen
B. Pengeluaran Bibit porang Bibit jarak pagar Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan)
16 41 Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
Bibit kapulaga
7
8
9
10
4 000 000 000
Penanaman 1. Pembersihan lahan
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
1 200 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
1. Penyiangan
2 000 000 000
2 000 000 000
2. Pendangiran
2 000 000 000
2 000 000 000
3. Pembubunan
2 000 000 000
2 000 000 000
4. Pemupukan
8 800 000 000
8 800 000 000
2 240 000 000
2 240 000 000
2 240 000 000
2 240 000 000
2 240 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
400 000 000
4 240 000 000
23 040 000 000
19 040 000 000
4 240 000 000
4 240 000 000
2. Pembuatan lubang tanam 3. Penanaman bibit 4. Pemupukan awal Pemeliharaan
Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan TOTAL PENGELUARAN
17 42 Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Analisis Kelayakan Usaha Skenario VI Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
3
4
5
0
162 300 000
339 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
1. Penyiangan
1 000 000
1 000 000
2. Pendangiran 3. Pembubunan 4. Pemupukan
1 000 000 1 000 000
1 000 000 1 000 000
4 400 000
4 400 000
A. Pemasukan Panen HHBK Jasa Lingkungan B. Pengeluaran Bibit HHBK
14 913 700
Penanaman a. HHBK 1. Pembersihan lahan
600 000
2. Pembuatan lubang tanam
200 000
3. Penanaman bibit
200 000
4. Pemupukan awal
4 000 000
Pemeliharaan a. HHBK
18 43
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 0
1
2
3 200 000
4 200 000
5 200 000
28 000 000 28 000 000 28 000 000
28 000 000 28 000 000 28 000 000
28 000 000 28 000 000 28 000 000
28 000 000 28 000 000 28 000 000
28 000 000 28 000 000 28 000 000
28 000 000 28 000 000 28 000 000
Biaya Pengelolaan sumber air
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
Biaya transmisi dan distribusi
930 341 761
930 341 761
930 341 761
930 341 761
930 341 761
930 341 761
TOTAL PENGELUARAN
3 570432 309
3 558 718 609
3 558 718 609
3 552 638 609
3 552 638 609
3 552 638 609
2. Pengangkutan b. jasa lingkungan Biaya pengelolaan kawasan wisata 1. Kawasan wisata waduk pacal 2. Kawasan wisata tirta wana dander 3. Kawasan wisata kayangan api
Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
7
8
9
10
379 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
379 300 000
Jasa Lingkungan
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
5 036 146 440
TOTAL PEMASUKAN B. Pengeluaran
5 415 446 440
5 415 446 440
5 415 446 440
5 415 446 440
5 415 446 440
600 000
600 000
A. Pemasukan Panen HHBK
Bibit HHBK Penanaman a. HHBK 1. Pembersihan lahan
19 44
Lampiran 3 Analisis Kelayakan Usaha (lanjutan) Uraian
Tahun ke- (Rp.) 6
7
8
9
10
200 000
200 000
1 120 000 200 000
1 120 000 200 000
1 120 000 200 000
1 120 000 200 000
1 120 000 200 000
1. Kawasan wisata waduk pacal
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
2. Kawasan wisata tirta wana dander
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
3. Kawasan wisata kayangan api
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
28 000 000
2 086 443 623
2 086 443 623
2 086 443 623
2 086 443 623
2 086 443 623
Biaya Pengelolaan sumber air
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
449 733 225
Biaya transmisi dan distribusi
930 341 761
930 341 761
930 341 761
930 341 761
930 341 761
3 552 638 609
3 552 638 609
3 551 838 609
3 551 838 609
3 551 838 609
2. Pembuatan lubang tanam 3. Penanaman bibit 4. Pemupukan awal Pemeliharaan a HHBK 1. Penyiangan 2.Pendangiran
3. Pembubunan 4. Pemupukan Pemanenan 1. Pemungutan 2. Pengangkutan b. jasa lingkungan Biaya pengelolaan kawasan wisata
Biaya sumber air
TOTAL PENGELUARAN
45
Lampiran 4 Analisis Kelayakan Usaha Jenis HHBK Analisis Kelayakan Usaha HHBK Jenis Porang Tahun
Pemasukan terdiskonto ( Rp.)
Pengeluaran terdiskonto ( Rp.)
NPV ( Rp.)
2012
125 204 000
18 712 800
106 491 200
2013
141 480 520
21 145 464
120 335 056
2014
159 872 987
23 894 374
135 978 613
2015
180 656 475
27 000 642
153 655 833
2016
204 141 817
30 510 726
173 631 091
2017
230 680 254
34 477 121
196 203 133
2018
260 668 687
38 959 146
221 709 540
2019
294 555 616
44 023 835
250 531780
2020
332 847 846
49746 934
283 100 912
2021
376 118 066
56 214 035
319 904 030
BCR : 6.69 Analisis Kelayakan Usaha HHBK Jenis Jarak Pagar Tahun
Pemasukan terdiskonto (Rp.)
Pengeluaran terdiskonto (Rp.)
NPV (Rp.)
2012
13 560 000 000
2 118 750 000
11 441 250 000
2013
15 322 800 000
2 394 187 500
12 928 612 500
2014
17 314 764 000
2 705 431 875
14 609 332 125
2015
19 565 683 320
3 057 138 018
16 508 545 301
2016
22 109 222 151
3 454 565 961
18 654 656 190
2017 2018
24 983 421 031 28 231 265 765
3 903 659 536 4 411 135 275
21 079 761 495 23 820 130 489
2019
31 901 330 314
4 984 582 861
26 916 747 453
2020
36 048 503 255
5 632 578 633
30 415 924 622
2021
40 734 808 679
6 364 813 856
34 369 994 822
BCR : 6.4 Analisis Kelayakan Usaha HHBK Jenis Wijen Pemasukan Pengeluaran Tahun terdiskonto (Rp.) terdiskonto (Rp.)
NPV (Rp.)
2012
9 492 000 000
1 338 372 000
8 153 628 000
2013
10 725 960 000
1 512 360 360
2014
12 120 334 800
1 708 967 206
2015
13 695 978 324
1 931 132 943
11 764 845 380
2016
15 476 455 506
2 182 180 226
2017
17 488 394 721
2 465 863 655
13 294 275 279 15 022 531 066
9 213 599 640 10 411 367 593
246 Analisis Kelayakan Usaha HHBK Jenis Wijen (lanjutan) Pemasukan Pengeluaran Tahun terdiskonto (Rp.) terdiskonto (Rp.)
NPV (Rp.)
2019
22 330 931 220
314 8661 302
19 182 269 918
2020
25 233 952 279
3 557 987 271
21 675 965 007
2021
28 514 366 075
4 020 525 616
24 493 840 458
BCR : 7.09 Analisis Kelayakan Usaha HHBK Jenis Lempuyang Tahun
Pemasukan terdiskonto (Rp.)
Pengeluaran terdiskonto ( Rp.)
NPV ( Rp.)
2012
355 950 000 000
66 896 000 000
289 054 000 000
2013
402 223 500 000
75 592 480 000
326 631 020 000
2014
454 512 555 000
85 419 502 400
369 093 052 600
2015
513 599 187 150
96 524 037 712
417 075 149 438
2016
580 367 081 479
109 072 162 614
471 294 918 864
2017
655 814 802 071
123 251 543 754
532 563 258 317
2018
741 070 726 341
139 274 244 442
601 796 481 898
2019
837 409 920 765
157 379 896 220
680 030 024 545
2020
946 273 210 465
177 839 282 728
768 433 927 736
2021
1 069 288 727 825
200 958 389 483
868 330 338 342
BCR : 5.32 Analisis Kelayakan Usaha HHBK Jenis Kapulaga Tahun
Pemasukan terdiskonto ( Rp.)
Pengeluaran terdiskonto ( Rp.)
NPV ( Rp.)
2012
37 290 000 000
7 830 900 000
29 459 100 000
2013
42 137 700 000
8 848 917 000
58 918 200 000
2014
47 615 601 000
9 999 276 210
92 206 983 000
2015
53 805 629 130
11 299 182 117
129 823 307 790
2016
60 800 360 916
12 768 075 792
172 329 754 802
2017
68 704 407 836
14 427 925 645
220 362 039 927
2018
77 635 980 854
16 303 555 979
274 638 522 117
2019
87 728 658 365
18 423 018 256
335 970 946 992
2020
99 133 383 953
20 818 010 630
405 276 587 101
2021
112 020 723 867
23 524 352 012
483 591 960 425
BCR : 4.76
47 3
Lampiran 5 Laporan keuangan KPH Bojonegoro tahun 2012 KETERANGAN
Tahun 2012 (Rp.)
PENDAPATAN Kayu
17 075 043 948
Pendapatan lain-lain
225 514 948
TOTAL PENDAPATAN
17 300 558 896
PENGELUARAN Biaya Operasional kayu tebangan Biaya perencanaan
2 768 500
Biaya penanaman
8 359 503 531
Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan
522 807 148
Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
4 477 371 961
Biaya pemungutan hasil hutan Biaya Pemenuhan kewajiban finansial terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan sosial
4 155 629 369
Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana
1 275 522 514
Biaya produksi kayu tebangan lainnya
9 546 496 149
TOTAL
5 342 467 805
33 682 566 977
Biaya Usaha Biaya pemasaran
4 277 667 770
Biaya umum dan administrasi
937 705
TOTAL
4 278 605 475 TOTAL BIAYA
37 961 172 452
SELISIH PENDAPATAN DAN BIAYA
-20 660 613 556
Lampiran 6 Rekapitulasi produksi rencana tebangan A tahun 2012-2021 KPH Bojonegoro Tahun
KPH Bojonegoro Luas (Ha)
Volume (m³)
2012
79.3
7 259
2013
92.7
10 454
2014
53.5
6 170
2015
50.7
5 740
2016
52.2
6 220
2017
50.3
6 649
2018 2019 2020 2021 Total
56.6 53.4 49.8 49.6 588.1
7 008 7 094 5 862 5 946 68 402
Potensi (m³/ha)
116.3
101 513
484
Lampiran 7 Laporan pemasukan dan pengeluaran sumber mata Air Grogolan
KETERANGAN
Tahun 2012 (Rp.)
PENDAPATAN Sumber Air Vol air yang terjual (/m³) Tarif rata-rata (/m³)
2 315 160 2109
TOTAL PENDAPATAN
4 882 672 440
PENGELUARAN Biaya sumber air
2 086 443 623
Biaya pengelolaan
449 733 225
Biaya transmisi dan distribusi
930 341 761
TOTAL PENGELUARAN SELISIH PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
3 466 518 609 1 416 153 831
5 Lampiran 8 Laporan pemasukan dan pengeluaran kawasan wisata di Kabupaten Bojonegoro tahun 2012 KETERANGAN
(Rp.)
PEMASUKAN Kawasan Wisata Waduk Pacal
28 587 000
Kawasan Wisata Tirta Wana Dander
32 823 000
Kawasan Wisata Kayangan Api
92 064 000
TOTAL PEMASUKAN
153 474 000
PENGELUARAN Biaya Pengelolaan Kawasan Wisata Waduk Pacal
28 000 000
Kawasan Wisata Tirta Wana Dander
28 000 000
Kawasan Wisata Kayangan Api
28 000 000
TOTAL PENGELUARAN
28 000 000
SELISIH PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
125 474 000
49
50 2
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Blora Jawa Tengah pada tanggal 16 Februari 1992 yang merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir Moehamad Iskak dan Ibu Ratna Yuristina. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Madiun Jawa Timur dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Telenta Mandiri (UTM). Penulis diterima di Mayor Manajemen Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Hutan Mangrove Sancang Timur dan Gunung Papandayan pada tahun 2012 Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) berlokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat KPH Cianjur Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Pabrik Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi pada tahun 2013 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2014 di Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur KPH Bojonegoro. Penulis juga mengikuti kegiatan organisasi himpunan profesi Departemen Manajemen Hutan yaitu Forest Manajemen Student Club (FMSC) serta Organisasi Mahasiswa Daerah. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi berjudul “Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur” di bawah bimbingan Dr. Ir. Budi Kuncahyo MS.