PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI KPH MALANG PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
FARAH AMANDA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN Farah Amanda. E44050844. Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr. Saat ini keberadaan hutan di Indonesia ini sudah mengalami degradasi yang cukup tinggi. Dilihat dari kondisi iklim Indonesia yang bercurah hujan serta kelembaban tinggi maka sangat kecil kemungkinan terjadinya kebakaran hutan karena faktor alam. Diperkirakan sekitar 90% kebakaran hutan yang terjadi akibat ulah manusia dan 10% akibat faktor alam. Berdasarkan hal tersebut, upaya melindungi hutan dari bahaya kebakaran hutan perlu lebih dioptimalkan, salah satunya dengan melakukan upaya pengendalian kebakaran hutan. Dengan sistem pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat yang saat ini diterapkan maka pengendalian kebakaran hutan saat ini lebih ditekankan dengan melibatkan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan kajian mengenai peningkatan peran masyarakat dalam upaya mengendalikan kebakaran hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bentuk-bentuk peningkatan peran masyarakat dalam upaya mengendalikan kebakaran hutan di KPH Malang, baik dalam kegiatan pencegahan maupun pemadaman, serta menganalisis keefektifan dari upaya tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di RPH Oro Oro Ombo BKPH Pujon KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur selama dua bulan yaitu pada bulan April sampai Mei 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi pustaka mengenai upaya mengendalikan kebakaran hutan dengan memberdayakan masyarakat. Responden yang diwawancara adalah personil RPH Oro Oro Ombo dan 30 orang responden yang merupakan masyarakat sekitar hutan dan termasuk anggota Kelompok Tani Hutan RPH Oro Oro Ombo yang ditentukan secara purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendidikan yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu melalui kegiatan penyuluhan; kegiatan sosialisasi; dan himbauan. Peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode kesadaran hukum yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu berupa papan peringatan; peraturan tertulis; dan himbauan atau larangan langsung. Peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendekatan secara teknis yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu melalui kegiatan pembuatan sekat bakar hijau. Peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pemadaman kebakaran hutan yang dilakukan RPH Oro Oro Ombo antara lain pemadaman dengan metode jalur menggunakan ilaran; pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan tanah; pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan kepyok. Peningkatan peran masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo sejauh ini cukup efektif menurunkan frekuensi dan luas areal kebakaran. Kata kunci : peningkatan peran masyarakat, pencegahan kebakaran hutan, pemadaman kebakaran hutan.
SUMMARY Farah Amanda. E44050844. Expanding of Society Role on Attempt of Forest Burning Control in KPH Malang Perum Perhutani Unit II East Java. Under supervision of Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr.
Right now, the forests in Indonesia are having high degradation levels. Looking from the climate condition of Indonesia which has rain falls and high humidity levels then there are small chances that there would be forest burning caused by nature factor. It is presumed that about 99% of forest burn that happened was caused by human‟s doing and that 10% of it was a nature factor. Based of that, the attempt to preserve forest from burning down needs to be maximized, one of them is by forest burning control. With the construction system based on human role which is now being sed, so then the forest burning control would be focused on the human‟s approach. By that, it is necessary to fit an editorial about expanding of society role in attempt of forest burning control. The purpose from this scientific research is to file and list in all kinds expanding of human role on attempt of forest burning control in KPH Malang, either used for prevention and extinction, and also to analyze whether the attempt are effective or not. This scientific research is done at the RPH Oro Oro Ombo BKPH Pujon KPH Malang Perum Perhutani Unit II East Java for two months which was at April until May 2009. Data completion was gathered by interviews and studies about attempt of forest burning control by the human role. Respondent which was interviewed was the personals of RPH Oro Oro Ombo and 30 other respondents from the community around the forest and includes Forest Farmer Group of the RPH Oro Oro Ombo that was known by purposive sampling. Based on the scientific research it has been found that expanding of society role in attempt of prevention forest burning by using educational method includes filtration activity, socialization activity, and comprehensive. Expanding of society role in attempt of prevention forest burning by using awareness of law method which are known as warning board, written rules, comprehensive rules or direct forbidding. Expanding of society role in attempt of prevention forest burning by using technical method are as known as making green belt activities. Expanding of society role in attempt of extinction forest burning activities which are using ilaran path method, direct fire extinction method using soil, and direct fire extinction method using kepyok. Expanding of society role on attempt of forest burning control at RPH Oro Oro Ombo so far in relatively effective to decrease the frequency and area of the fired land.
Keywords : expanding of society role, forest burning prevention, forest burning extinction.
PERNYATAAN
Dengan ini Penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” adalah benar-benar hasil karya Penulis sendiri dengan bimbingan dan arahan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 16 Juli 2009
Farah Amanda NRP E44050844
Judul Skripsi
: Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
Nama
: Farah Amanda
Nrp
: E44050844
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr NIP : 19641110 1990 021 001
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP : 19611126 1986 011 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Alhamdullillahirobbil‟alamin, puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan karunia, rahmat, dan ridho-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” ini. Skripsi ini Penulis susun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan formal Program Sarjana Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, dan untuk mendapat gelar Sarjana Kehutanan. Pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dalam menambah pengetahuan.
Bogor, 16 Juli 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Farah Amanda. Dilahirkan di Bogor (Jawa Barat) pada tanggal 25 September 1987, sebagai putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Luthfie Ali dan Ibu Mas‟at Alamrie. Jenjang pendidikan formal yang dilalui Penulis adalah sekolah Taman Kanakkanak Akbar di Bogor dan lulus pada tahun 1993, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Polisi IV Bogor dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Rimba Madya Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun ajaran yang sama Penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Sarjana Silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di TWA&CA Leuweung Sancang dan Kamojang pada tahun 2007 dan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2008. Serta melaksanakan Praktek Kerja Profesi di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada tahun 2009. Untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Penulis melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” dibawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho, dan segala nikmat-Nya kepada Penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan tanpa hambatan yang berarti. Penyusunan laporan tugas akhir ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan kali ini dengan rasa hormat Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua dan ketiga adik Penulis, yaitu Rimah, Vina, dan Vita, yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, hiburan dan semangat serta segalanya kapanpun dan dimanapun. 2. Bapak Ketua Departemen yaitu Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr, dan seluruh staf Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr, selaku dosen pembimbing. 4. Seluruh pihak KPH Malang yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama dilaksanakannya penelitian ini. 5. Teman-teman SVK angkatan 42 yang telah mengisi hari-hari di perkuliahan dengan semua hiruk-pikuk yang ada, senang bisa mengenal kalian. 6. Silfia Syakilla, yang berbagi kamar beserta hal di dalamnya selama tiga tahun berturut-turut, terima kasih untuk dukungan, semangat, dan kebersamaan yang ada. 7. Rahadian Alif Rachman untuk dukungan, semangat, waktu, dan hal-hal menyenangkan juga diluar daya fikir dengan dasar „31‟. 8. Suatu teknologi yang bernama Komputer Pentium 3 beserta program Media Player di dalamnya, terimakasih sudah menemani sejauh ini. 9. Semua pihak yang terlibat maupun yang tidak terlibat secara langsung dan tidak langsung yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan pertolongan kepada Penulis menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
i
RIWAYAT HIDUP
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan
2
1.3. Manfaat
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebakaran Hutan
3
2.1.1. Definisi Kebakaran Hutan
3
2.1.2. Proses Kebakaran Hutan
3
2.1.3. Tipe Kebakaran Hutan
4
2.1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan
5
2.2. Perlindungan Hutan
6
2.3. Pengendalian Kebakaran Hutan
7
2.3.1. Pencegahan Kebakaran Hutan
8
2.3.2. Pemadaman Kebakaran Hutan
9
2.3.3. Penanganan Pasca Kebakaran
11
2.4. Peran Masyarakat
12
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
13
3.2. Alat dan Bahan
13
3.3. Metode Penentuan Responden
13
3.4. Metode Pengumpulan Data
13
3.5. Metode Pengolahan Data
14
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum KPH Malang
15
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
15
4.1.2. Pembagian Wilayah Hutan
16
4.1.3. Luas Kawasan Berdasarkan Fungsi dan Kelas Perusahaan
16
4.1.4. Pembagian Wilayah Kerja
17
4.2. Kondisi Umum Bagian Hutan Pujon-Ngantang
17
4.2.1. Georafis
17
4.2.2. Keadaan Lapangan
18
4.2.3. Iklim
18
4.2.4. Tegakan
19
4.2.5. Gangguan Keamanan
19
4.2.6. Sosial Ekonomi Masyarakat
19
4.3. Kondisi Umum BKPH Pujon
20
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil
22
5.2. Pembahasan
26
5.2.1. Kegiatan Pencegahan Kebakaran Hutan
26
5.2.1.1. Pencegahan dengan Metode Pendidikan
26
5.2.1.2. Pencegahan dengan Metode Kesadaran Hukum
28
5.2.1.3. Pencegahan dengan Metode Pendekatan secara Teknis 30 5.2.2. Kegiatan Pemadaman Kebakaran Hutan
32
5.2.3. Analisa Keefektifan Peningkatan Peran Masyarakat
34
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
41
6.2. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
45
DAFTAR TABEL
No
Teks
Halaman
1
Luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan fungsi
16
2
Luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan kelas perusahaan
17
3
Daftar jumlah bulan basah dan bulan kering tahun 1995-1999
18
4
Luas baku hutan, hutan berdasarkan fungsi, dan tanah tukar guling BKPH Pujon
20
5
Lembaga Masyarakat Desa Hutan RPH Oro Oro Ombo
21
6
Kegiatan pencegahan kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo
22
7
Kegiatan pemadaman kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo
26
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Halaman
1
Segitiga api (Clar dan Chatten 1954)
3
2
Peta wilayah KPH Malang
15
3
Persentase bentuk kegiatan pencegahan dengan metode pendidikan
23
4
Persentase bentuk kegiatan pencegahan dengan metode kesadaran hukum
24
5
Persentase bentuk kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis
25
6
Persentase bentuk kegiatan pemadaman kebakaran hutan
26
7
Pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa peraturan tertulis yang dipasang di jalan masuk menuju Gunung Panderman
8
28
(a) Pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa papan peringatan; dan (b) papan peringatan dipasang di tiap jalan masuk hutan
29
9
Sekat bakar hijau pada petak 224
31
10
Sekat bakar hijau berupa Rumput Gajah yang ditanam di bawah tegakan Pinus
11
(a) Kepyok yang digunakan dalam memadamkan api; dan (b) contoh ranting yang digunakan merupakan ranting yang masih segar
12
14
33
Alat penunjang dalam pemadaman kebakaran hutan, yaitu (a) cangkul; (b) golok dan sabit
13
32
34
Sosialisasi mengenai kebakaran hutan melalui stiker yang ditempel di rumah petugas RPH Oro Oro Ombo
35
Papan nama Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (SATGAS DAMKAR)
37
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks
Halaman
1
Kuisioner penelitian untuk personil RPH Oro Oro Ombo
2
Kuisioner penelitian untuk masyarakat sekitar hutan anggota Kelompok
46
Tani Hutan RPH Oro Oro Ombo
49
3
Rekapitulasi kuisioner penelitian
51
4
Laporan Huruf A tanggal 04 Oktober 2008
52
5
Laporan Huruf A tanggal 29 Juni 2008
54
6
Data kebakaran hutan RPH Oro Oro Ombo tahun 2004 – 2008
57
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini keberadaan hutan di Indonesia ini sudah mengalami degradasi yang cukup tinggi. Selama kurun waktu 50 tahun terakhir luas areal hutan di Indonesia menurun dari 162 juta hektar menjadi 98 juta hektar (Anonim 2009). Hal ini merupakan ancaman nyata terhadap kelestarian hutan di Indonesia. Sebagai salah satu dari 44 negara yang secara kolektif memiliki 90 persen hutan di dunia, Indonesia meraih tingkat laju penghancuran tercepat antara 2000 – 2005, yakni 1,871 juta hektar setiap tahun, yang setara dengan 300 lapangan bola setiap jam (Anonim 2008). Salah satu penyebab degradasi hutan yang paling sering menyebabkan kerusakan dan kerugian besar dan dapat mengancam kelestarian hutan adalah kebakaran hutan. Dilihat dari kondisi iklim Indonesia yang bercurah hujan serta kelembaban tinggi maka sangat kecil kemungkinan terjadinya kebakaran hutan karena faktor alam. Kebakaran hutan yang seringkali terjadi tidak lepas dari campur tangan dan tingkah laku manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin hari semakin meningkat. Diperkirakan sekitar 90% kebakaran hutan yang terjadi akibat ulah manusia dan 10% akibat faktor alam (Suratmo 1974). Berdasarkan hal tersebut, upaya melindungi hutan dari bahaya kebakaran hutan perlu lebih dioptimalkan, salah satunya dengan melakukan upaya pengendalian kebakaran hutan yang meliputi pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan. Dengan sistem pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat yang saat ini diterapkan maka pengendalian kebakaran hutan saat ini lebih ditekankan pada upaya-upaya pendekatan kepada masyarakat, dengan melibatkan masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran tersebut. Hal ini ditujukan agar tumbuh rasa memiliki atas hutan. Upaya pengendalian kebakaran hutan dengan melibatkan masyarakat saat ini telah diterapkan oleh Perum Perhutani, termasuk KPH Malang. Dalam penanganan kebakaran hutan tahun 2002 lalu yang terjadi di sekitar hutan lindung dan hutan produksi di Malang dibentuk Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (Satgas Damkar) yang meliputi warga masyarakat sekitar hutan (Anonim 2002). Manusia sebagai faktor utama terjadinya kerusakan hutan, seperti kebakaran hutan, harus mendapat perhatian dan penanganan
yang tepat, efektif, dan efisien, melalui pendekatan sosial dengan cara meningkatan peran masyarakat terkait dengan pengendalian kebakaran hutan. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan kajian mengenai peningkatan peran masyarakat dalam upaya mengendalikan kebakaran hutan.
1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bentuk-bentuk peningkatan peran masyarakat dalam upaya mengendalikan kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo, baik dalam kegiatan pencegahan maupun pemadaman, serta menganalisis keefektifan dari upaya tersebut.
1.3. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keefektifan peningkatan peran masyarakat dalam upaya pengendalikan kebakaran hutan. Selain itu, dengan adanya hasil studi ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat melindungi hutan dengan pengendalian kebakaran hutan yang lebih baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebakaran Hutan 2.1.1. Definisi Kebakaran Hutan Kebakaran hutan merupakan kejadian alam yang bermula dari proses reaksi secara cepat antara oksigen, sumber penyulutan, dan bahan bakar hutan yang ditandai dengan panas serta habisnya bahan bakar hutan (Brown dan Davis 1973). Menurut Clar dan Chatten (1954) terdapat tiga unsur yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Tiga unsur tersebut biasa disebut segitiga api, yaitu bahan bakar (fuel), oksigen (O2), dan sumber panas (heat). Segitiga api dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Bahan bakar
API
Oksigen
Sumber panas
Gambar 1 Segitiga api (Clar dan Chatten 1954)
Proses kebakaran merupakan kebalikan dari proses fotosintesis yang dijelaskan oleh rumus kimia sebagai berikut : Proses fotosintesis : 6CO2 + 6H2O + Energi Matahari → (C6H12O6) + 6O2 Proses kebakaran : (C6H12O6) + 6O2 + panas → 6CO2 + 6H2O + Energi Panas
2.1.2. Proses Kebakaran Hutan Fase kebakaran hutan menurut De Bano, Neray, dan Folliot (1998) terdiri dari : a. Pre-ignition Bahan bakar mulai terpanaskan, kering dan mulai mengalami pelepasan uap air, CO2, dan gas-gas yang mudah terbakar termasuk methane, methanol, dan hidrogen.
Dalam proses ini reaksi berubah dari exothermic atau melepaskan panas menjadi endothermic atau memerlukan panas. b. Flamming Oksidasi dari gas-gas yang mudah terbakar dipercepat. Gas-gas yang mudah terbakar dan uap air mengakibatkan pirolisis atau pelepasan uap air, CO2, dan gas-gas yang mudah terbakar meningkat di sekitar bahan bakar termasuk O2. Terjadi pembakaran pada tahap ini yang ditandai dengan mulai menyalanya api. Api dapat merambat dengan cepat akibat adanya hembusan angin. c. Smoldering Laju penjalaran api mulai menurun akibat bahan bakar tidak dapat menyuplai gas-gas yang dapat terbakar dengan cukup dan pada laju yang dibutuhkan untuk pembakaran. Kemudian panas yang dilepaskan menurun dan suhunya pun menurun. Hal ini menyebabkan gas-gas lebih banyak berkondensasi kedalam asap. d. Glowing Pada fase ini sebagian besar gas-gas yang mudah menguap akan hilang dan oksigen mengadakan kontak langsung dengan permukaan dari bahan bakar yang mengarang. Fase ini merupakan fase akhir dari smoldering, hasilnya adalah CO, CO2, dan abu sisa pembakaran. e. Extinction Pada fase ini, kebakaran akan berhenti ketika semua bahan bakar yang tersedia telah dikonsumsi atau pada saat panas yang dihasilkan dalam proses smoldering atau glowing tidak cukup lagi untuk menguapkan sejumlah air yang diperlukan dari bahan bakar yang lembab atau basah.
2.1.3. Tipe Kebakaran Hutan Berdasarkan posisinya dari permukaan tanah, kebakaran hutan dibedakan menjadi tiga tipe (Brown dan Davis 1973) yaitu : a. Kebakaran Tajuk Api menjalar antar tajuk pohon atau antar semak. Kebakaran permukaan sulit ditanggulangi karena proses penjalarannya cepat. Sangat terpengaruh oleh angin. Kebakaran tipe ini dapat mengakibatkan api loncat sehingga dapat menimbulkan
kebakaran di daerah lain. Kebakaran tajuk dapat dipicu dari kebakaran permukaan yang tertiup angin dan membakar tajuk pepohonan. b. Kebakaran Permukaan Api membakar serasah, tumbuhan bawah, semak-semak, dan anakan. Kebakaran permukaan paling umum terjadi karena kebakaran hutan biasanya dimulai dari kebakaran permukaan. Semakin banyak bahan bakar yang terakumulasi pada permukaan, semakin besar dampak kematian pada semak dan pohon. Kebakaran permukaan terpengaruh kuat oleh angin sehingga suplai oksigen bertambah. c. Kebakaran Bawah Api terjadi di bawah permukaan tanah, membakar bahan organik yang menjadi lapisan tanah, serta membunuh tanaman dengan membakar pertumbuhan akar pada tanah organik. Kebakaran bawah dapat menjadi sumber pemicu bagi kebakaran permukaan. Kebakaran bawah berjalan dengan lambat, dan tidak terpengaruh oleh angin, serta tidak diiringi dengan api. Kebakaran seperti ini banyak terjadi pada tanah gambut.
2.1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan Terdapat dua faktor utama penyebab kebakaran hutan, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Menurut Suratmo (1974) faktor penyebab kebakaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Faktor ketidak sengajaan, seperti : a. Api dari perkemahan b. Api dari pekerja hutan c. Api dari bara kereta api d. Obor yang dibuang tanpa dipadamkan 2. Faktor kesengajaan, seperti : a. Perburuan b. Perladangan c. Untuk memperoleh rumput muda d. Ketidaksukaan e. Mengalihkan perhatian dari maksud sebenarnya
3. Faktor alam, seperti : a. Api dari petir b. Api dari gunung berapi c. Cuaca kering dan panas
2.2. Perlindungan Hutan Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (PP No. 45 tahun 2004). Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi : a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit. b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara dan masyarakat atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Kegiatan-kegiatan perlindungan hutan antara lain adalah : a. Pencegahan gangguan dari pihak lain yang tidak berhak. b. Pencegahan, pemadaman dan penanganan dampak kebakaran. c. Penyediaan personil dan sarana prasarana perlindungan hutan. d. Mempertahankan dan memelihara sumber air. e. Melakukan kerjasama dengan sesama pemilik hutan hak, pengelola kawasan hutan, pemegang izin pemanfaatan hutan, pemegang izin pemungutan, dan masyarakat.
2.3. Pengendalian Kebakaran Hutan Pengendalian kebakaran hutan merupakan semua aktifitas untuk melindungi hutan dari kebakaran liar maupun penggunaan api secara sengaja, dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan hutan (ITTO 1999). Menurut PP Nomor 45 tahun 2004 tentang perlindungan hutan, kegiatan pengendalian kebakaran hutan meliputi tindakan pencegahan, tindakan pemadaman, dan tindakan penanganan pasca kebakaran. Kegiatan pengendalian kebakaran hutan itu sendiri dilakukan pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan unit atau kesatuan pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan, Pemerintah membentuk lembaga pengendalian kebakaran hutan pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan unit pengelolaan hutan, yang kemudian disebut brigade pengendalian kebakaran hutan (PP No. 45 tahun 2004). Brigade tersebut bertugas menyusun dan melaksanakan program pengendalian kebakaran hutan. Koordinasi dan tata hubungan kerja brigade pengendalian kebakaran hutan diatur oleh Keputusan Menteri. Adapun strategi yang mungkin dilakukan dalam upaya pengendalian kebakaran (Saharjo 2002) antara lain : 1. Pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang independen Perlu dibangun lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap upaya pengendalian kebakaran hutan pada tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten berdasarkan hirarkinya. 2. Implementasi pelaksanaan kegiatan tanpa intervensi Lembaga
ini
bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan
kegiatan
pengendalian kebakaran hutan berdasarkan SOP yang ada. Kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menekan timbulnya asap sehingga dampak negatif yang ada ditekan seminimal mungkin. 3. Upaya pengendalian bersama masyarakat Menjadikan upaya pengendalian kebakaran hutan merupakan kegiatan yang tidak hanya melarang masyarakat untuk tidak membakar tapi merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk kepentingan bersama.
4. Political will pemerintah Pemerintah pusat diharapkan benar-benar memiliki political will dalam upaya pengendalian kebakaran hutan termasuk upaya penegakan hukum serta penerapan sanksi yang tegas terhadap semua pelaku di lapangan.
2.3.1. Pencegahan Kebakaran Hutan Pencegahan kebakaran hutan adalah semua usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan (Dirjen PHPA 1983). Menurut Husaeni (2003) terdapat tiga metode pencegahan kebakaran hutan yaitu metode pendidikan, metode perundang-undangan, dan metode pendekatan secara teknis, yang masing-masing dipaparkan dalam penjelasan berikut : 1. Pendidikan Fokus dari metode pendidikan ini adalah upaya pengenalan dan peningkatan kesadaran tentang bahaya, akibat, dan besarnya kerugian akibat kebakaran hutan; sumber api sebagai penyebab kebakaran hutan; serta cara-cara pencengahannya. Sasaran dari metode ini adalah masyarakat umum khususnya masyarakat sekitar hutan. 2. Perundang-undangan Segala peraturan dan undang-undang terkait pencegahan kebakaran hutan haruslah ditegakkan secara sungguh-sungguh, adil, dan tidak pandang bulu. Perundangan ini sebaiknya didukung dengan upaya penyuluhan terkait pemasyarakatan peraturan-peraturan terkait. 3. Pendekatan secara teknis Maksud dari metode ini adalah upaya pencegahan kebakaran yang dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan. Metodenya terdiri dari dua yakni manajemen bahan bakar meliputi isolasi bahan bakar, modifikasi bahan bakar, maupun pengurangan bahan bakar; dan penerapan teknik silvikultur meliputi penyiangan, pendangiran, pemupukan untuk mempercepat penutupan tajuk, pemangkasan cabang untuk memutus kontinuitas vertikal bahan bakar, bahkan penerapan sistem Tumpang Sari untuk penanaman.
Menurut Sumantri (2003) metode pencegahan kebakaran hutan dikelompokan menjadi pokok-pokok pencegahan kebakaran hutan meliputi : 1. Upaya untuk menggarap manusia sebagai sumber api yang dapat dilakukan dengan peningkatan pendapatan dan pendidikan, pola penyadaran dan pembinaan, mendorong proses peran serta masyarakat, rekayasa sosial, dan penegakan peraturan; 2. Upaya untuk memodifikasi pemicu bahan bakar seperti kayu, gambut, batu bara, melalui teknik silvikultur, manajemen bahan bakar, fuel break, green belt, maupun perencanaan sistem pengairan pada lahan gambut yang sesuai tapak; 3. Upaya untuk kewaspadaan seperti pemasangan rambu-rambu, patroli, memantau indeks kekeringan, peringatan dini, apel siaga; dan 4. Upaya untuk kesiap-siagaan dengan pengadaan sarana dan prasarana, metode dalam pencegahan, pendanaan, pengembangan Sumber Daya Manusia, pelatihan, simulasi.
Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat kesatuan pengelolaan hutan produksi, kesatuan pengelolaan hutan lindung, izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan dan hutan hak, antara lain melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan; menginventarisasi faktor penyebab kebakaran; menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran; membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan; mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan; dan membuat sekat bakar (PP No. 45 tahun 2004).
2.3.2. Pemadaman Kebakaran Hutan Pemadaman kebakaran hutan adalah semua tindakan yang baru dapat dilakukan apabila telah diketahui adanya kebakaran hutan dan diketahui pula letaknya (Suratmo 1974). Menurut ITTO (1999) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemadaman kebakaran hutan antara lain deteksi kebakaran hutan, komunikasi, penyiapan organisasi pemadaman kebakaran, pelatihan petugas, penyiapan peralatan, dan penyiapan logistik, serta penyiapan lapangan. Prinsip dasar pemadaman kebakaran hutan terdiri dari dua langkah yaitu menghentikan penjalaran api dan memadamkan seluruh api (Anonim
1977). Prinsip dasar menghentikan penjalaran api yaitu menghilangkan satu atau lebih unsur dari segitiga api sehingga api tidak dapat menyala. Cara-cara yang dapat ditempuh antara lain dengan pendinginan bahan bakar, pengurangan oksigen dengan memukul nyala api, menutupi dengan tanah, menyiram dengan air, menghilangkan pasokan bahan bakar. Sedangkan prinsip dasar memadamkan seluruh api dapat dilakukan dengan caracara seperti : 1. Metode jalur Yaitu membuat jalur mekanik dengan membersihkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Jalur dibuat melintang atau memotong arah menjalarnya api sehingga penjalaran api akan terhenti. Lebar jalur mekanis adalah 10 sampai 15 meter. 2. Metode pembakaran balik Yaitu membuat jalur mekanik yang tidak lebar terlebih dahulu, kemudian dilebarkan dengan pembakaran ke arah berlawanan datangnya api. Lebar jalur mekanis ini adalah satu sampai dua meter. 3. Metode pemadaman api secara langsung Yaitu dengan memadamkan bahan bakar yang telah terbakar dengan air, bahan kimia, atau tanah; atau memisahakan bahan bakar yang belum terbakar. Metode ini dilaksanakan pada tepi api di areal kebakaran dan apabila skala nyala api masih kecil serta tenaga pemadam berjumlah besar.
Menurut ITTO (1999) terdapat dua metode pemadaman kebakaran hutan yaitu metode pemadaman langsung dan pemadaman tidak langsung. Perbedaan dasar dari kedua metode ini adalah dalam hal penempatan lokasi ilaran api terhadap tepi api kebakaran. Pada pemadaman langsung dilakukan pada tepi areal kebakaran, bahan bakar yang terbakar dipadamkan atau dipisahkan dari bahan bakar yang belum terbakar. Sedangkan pemadaman tidak langsung dilakukan pada bahan bakar yang tidak terbakar yang letaknya diluar tepi api kebakaran.
Setiap Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan, Pemilik Hutan Hak, dan atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, berkewajiban melakukan rangkaian tindakan pemadaman dengan cara (PP No. 45 tahun 2004) : a. Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan b. Mendayagunakan seluruh sumberdaya yang ada c. Membuat sekat bakar dalam rangka melokalisir api d. Memobilisasi masyarakat untuk mepercepat pemadaman
Untuk membatasi meluasnya kebakaran hutan dan mempercepat pemadaman kebakaran setiap orang yang berada di dalam dan di sekitar hutan wajib melaporkan kejadian kebakaran hutan kepada Kepala Desa setempat, Petugas Kehutanan, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan atau Pemilik Hutan Hak; dan membantu memadamkan kebakaran hutan (PP No. 45 tahun 2004).
2.3.3. Penanganan Pasca Kebakaran Hutan Penanganan pasca kebakaran hutan meliputi kegiatan identifikasi dan evaluasi, rehabilitasi, dan penegakan hukum (PP No. 45 tahun 2004). Kegiatan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan berupa pengumpulan data dan informasi terjadinya kebakaran; pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran; dan analisis tingkat kerusakan dan rekomendasi. Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan evaluasi maka dilakukan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan, atau Pemilik Hutan Hak. Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan, atau Pemilik Hutan Hak bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya. Pertanggungjawaban yang dimaksud meliputi tanggung jawab pidana, tanggung jawab perdata, membayar ganti rugi, dan atau sanksi administrasi. Penegakan hukum terhadap tindakan pidana kebakaran hutan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.3. Peran Masyarakat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh rasa identitas bersama (Koentjaraningrat 1990). Menurut Soekanto (1990) masyarakat lokal menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal pada suatu wilayah dengan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar anggotanya dibandingkan penduduk luar. Dasar masyarakat lokal adalah lokalitas; dan perasaan masyarakat lokal seperti seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan. Masyarakat desa hutan adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan aktifitas yang berinteraksi dengan sumber daya hutan untuk mendukung kehidupannya (Perum Perhutani 2001). Masyarakat di dalam dan sekitar hutan, disebut juga masyarakat setempat, adalah penduduk yang bermukim di dalam dan sekitar hutan yang memiliki kesatuan komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan aktifitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan. Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian upaya strategi dalam rangka memperluas akses masyarakat terhadap sumber daya pembangunan melalui penciptaan peluang-peluang yang seluas-luasnya agar masyarakat lapisan bawah mampu berpartisipasi (Sumodiningrat 1999). Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk pengembangan kapasitas dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Tujuan dari pemberdayaan masyarakat antara lain : 1. Menciptakan masyarakat mandiri dan berkeadilan 2. Meningkatkan kapasitas masyarakat 3. Kemandirian menginginkan sedapat mungkin masyarakat menggunakan sumber daya yang tersedia dari dalam komunitas itu sendiri dan meminimalisasi penggunaan sumber daya dari luar
Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya (Kartasasmita 1996). Pemberdayaan masyarakat harus selalu memaksimalkan partisipasi, dimana setiap orang dalam komunitas itu dapat dilibatkan
dalam proses dan kegiatan dalam komunitas tersebut. Semakin banyak orang yang berpartispasi semakin tinggi rasa kepemilikan dan tanggung jawabnya. Pemberdayaan masyarakat dapat ditempuh melalui tahapan pemberdayaan sosial, partisipasi sosial, kemitraan sosial, dan advokasi sosial (Safwan 2002). Pemberdayaan sosial adalah peningkatan kemampuan individu maupun masyarakat dalam menangani permasalahan sosial. Kemitraan sosial adalah mengembangkan jalinan kerja sama atas dasar kesetaraan dan kebersamaan melalui suatu jaringan kerja antar lintas pelaku. Partisipasi sosial adalah mengembangkan prakarsa, peran aktif, dan swadaya masyarakat dalam seluruh proses kegiatan. Advokasi sosial adalah memberikan fasilitas dan perlindungan serta pembelaan terhadap individu maupun masyarakat untuk berperan aktif dalam kesejahteraan sosial.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan April sampai Mei 2009 bertempat di RPH Oro Oro Ombo BKPH Pujon KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah lembar kuisioner, kamera, dan tape recorder. Bahan yang digunakan adalah profil desa, dan data statistik kebakaran dari Perum Perhutani periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.
3.3. Metode Penentuan Responden Responden yang diwawancara adalah personil RPH Oro Oro Ombo yang meliputi KRPH dan mandor RPH Oro Oro Ombo; serta masyarakat sekitar hutan yang termasuk anggota Kelompok Tani Hutan RPH Oro Oro Ombo sebanyak 30 orang responden yang ditentukan secara purposive sampling.
3.4.Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi pustaka mengenai materi yang bersangkutan dengan tema penelitian. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung di lapangan dengan bantuan kuisioner mengenai upaya pengendalian kebakaran hutan, baik pencegahan maupun pemadaman kebakaran hutan, dengan peningkatan peran masyarakat sekitar hutan yang dilakukan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang dilakukan di Perpustakaan LSI IPB dan di tempat penelitian. Data sekunder ini meliputi data statistik kebakaran hutan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, data kondisi umum wilayah penelitian, data kondisi umum masyarakat sekitar hutan, dan data-data pendukung lainnya.
3.5. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis guna menjawab semua tujuan yang diinginkan. Pengolahan data dibagi kedalam tiga tipe, yaitu: 1. Identifikasi bentuk peningkatan peran masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan. Berdasarkan hasil wawancara, dilakukan indentifikasi dan pembahasan mengenai peningkatan peran masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan melalui analisis tabulasi, kualitatif, dan deskriptif. 2. Identifikasi bentuk peningkatan peran masyarakat dalam pemadaman kebakaran hutan. Berdasarkan hasil wawancara, dilakukan indentifikasi dan pembahasan mengenai peningkatan peran masyarakat dalam pemadaman kebakaran hutan melalui analisis tabulasi, kualitatif, dan deskriptif. 3. Analisa keefektifan peningkatan peran masyarakat
dalam upaya
pengendalian kebakaran hutan berdasarkan data sekunder yang diperoleh yang dilakukan melalui analisis kualitatif dan deskriptif.
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum KPH Malang 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Wilayah KPH Malang secara geografis terletak pada 50 30‟- 600 08‟ BT dan 70 44‟ 30‟‟ - 80 27‟ 30‟‟ LS. Total luas KPH Malang adalah 88.848,1 Ha. Secara administratif masuk dalam wilayah Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang seluas 82.630,3 hektar dan pemerintahan Kota Batu seluas 6.217,8 hektar. Adapun batas wilayah pengelolaan hutan KPH Malang, antara lain (Buku Sekilas KPH Malang 2008) : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan KPH Pasuruan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan KPH Probolinggo 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia 4. Sebelah Barat berbatasan dengan KPH Blitar dan KPH Kediri
K P H.P A S UR U A N
148 8
K P H.P A S UR U A N
K P H.J O M B A N G
PETA KLAS PERUSAHAAN KPH MALANG skala 1:250.000
K A B .P A S U RU A N
G.ARJ UNO
K A B .M O JO K E RT O
K A B .JO M B A N G
49 70
dari
Ka ndang 142
an
G.Ge nto ng Go wak
1 141 2
46 3 48 55
Won oa gu ng
47
158 9
112
Su ko sar i
59 135 9
Ka se mb on 4
100 4 6
44
56
TAM AN HUTA N RA YA R. SOE RJO
42
45
5
113
73
60
64
Ta wan gsa ri
80
88
27
120 107 106
75
112 6 46
Pu jon lor
47
139 4
130 138
139
9
137
96
136
100
135
97
141
134
6
143 146
Pa nd es ari
Sid om u lyo
Ka lire jo
8
92 4
144
5
99
7
Bu m iaji
33
Pu jon kid ul 2
Su m be rejo Pa nd an re jo
Su ko mu lyo 20
41
96
36
18
38
39
Mu lyor ejo
82
83
84
1
Pe sa ng gra ha n
Don owa rih
Ba tu re tno
Te ma s
233
85
Kla m po k
Bo ce k
152
106
92
107
Be ji
230
228
Pu rw osa ri
Ta ma nh ar jo
Nge ne p
Mo jor ejo
SINGOSARI
Lan gla ng
226
Ngijo Ke pu ha rjo
Am p eld ent o
213
217
219
215
Te ga lgon do
154
Ta sikm ad u
Su m be rse kar
216
214
5
6
Ba nja ra ru m Dad ap rejo
211 9
Gun un g Ka wi
Ke m iri
Jun re jo
220
100
Gun un gja ti
218
Tle kun g
221 210 9
216 0
152 0 113
4 Kilometers
Den gko l
225 222 223 102
112
115
Won or ejo
Wat ug ede
224
111
Sid od ad i 114 122
4
4
Pe nd em
Oro o ro om bo 109
110
123
124
7
Sla m pa rejo
Mu lyoa gu ng
DAU
211
K P H.P A S UR U A N 9
8
Gad ing kulo n 116
Gun un g K e lud
3
Ta nju ngt irto
229
227
101
108
153
KARANGPLOSO
Girim u lyo
87
90
Nga ntr u
K A B .K E D IRI
151
Los ar iweta n
232
231
S 0
2
Pa ng en tan 86 91
150
Sid 149 olu hu r
Nga glik
89
93
E
145
88
99 98
31 30
29
Sr iga din g
Ar dim u lyo
Ta wan ga rg o
So ng go ker to
1
94 147 7 97
32
28
105
Ba nja re jo
To yom er to
BATU
95
34
37
Be nd os ari
103 104
Pu rw or ejo
Ba nt ur ejo
148
Girip ur wo
126 6
Waduk Selorejo
Pa nd an sar i
125
147
Sid od ad i
Ran du agu ng
Gun un gr ejo
40
126
W
Be da li
Su m bu l
3
35
43 42
19
LAWANG
101 2
102 8 142
Bu luk er to
PUJON 45
44 16
127
K P H.K E DIR I
Mu lyor ejo
Ke tin da n 133 98
91
80
Pu nt en
Gun un gsa ri
N
Su m be rge m po h
140
131
15
Su m be rag un g 21
Su m be rpo ro ng
101
94
83
82
Su m be rgo nd o
14
48
17
Tu rir ejo
129 132
90
81 93
10 14
Tu lun gr ejo
128
123
103 95
84 79
Tu lun gr ejo
125 124
105
89
85
102
22
Ngr oto
NGANTANG
109
104
122
77
78
24 23
15
Won or ejo 127
74
25 21
13 12
126
121
86
64 67
68
16
81
Wiyu re jo
Ka um r ejo
119
108
65 66
26
11
Nga ba b
22
56
38
76
17
Ma nd irdo
50
aba Sur ke 118
110 87
51 35 34
49
129
117
ya
72
63
73 20
28
79
13
Wat ur ejo
115 114
69
54 39
33
29
18
78
12
Po nd ok Agu ng
19
116 0
11
130 23
111 57
36
30
77
69
38
Jom bo k
132
103 1
62
53 55
67 65
62 51
ENCL AVE
116 58 52
37
32
74
71 72
61 58
10
131
50 41
31
68
52 53 25
24
75
70
66 63
57
26
BH .N G ANTAN G PUJ O N 128
40
76 59
54
9
136
135
133
71 61
8
139 137
60
43
7 905
Pa it 27
140
138
Ba ye m
134
Tir tom o yo
Tu ng gul Wu lun g
Lan du ng sar i 210
K A B .P A S U RU A N
JABUNG
209
Se lor ejo
233 9
Tlo go ma s
Pa ge rs ar i
117 208 204
13 10
As rika to n
206
203
Ke m an tre n
202 201
Ka ra ng wido r
Ma ng liawa n
11
119
120
15
Ar go pu ro
Pe tu ng sewu
205
118 233 3212
Sa pt or eng go
Me rjo sar i
207
BH .KEPANJ EN 121
Su ko lilo 199
Sid om u lyo
14
155
244 9
200
Ka ra ng be suk i
Ka los on go
K P H.P R O B O L ING G O
12
Pa kisk em ba r Ku cu r
196
197
16
17
Bu nu twe tan 198 268 8
PAKIS
18
Gad ing kem b ar
Se ka rp ur o
193
Am p eld ent o
195
K A B .P R O B O L IN G G O
194
177 8
194 191
Su m be rpa sir
Pa nd an sar ilor
Su ko pu ro
19
190
Pa nd an lan du ng
766
189
Su ko re jo
K O TA M A L A N G
188 192
Su m be rke ra de nan
BH .T UMPAN G
20
38
Nga da s
37
864
193
39
186
Ko re jo
106 3
187
Ke no ng o
Pu ca ng son o
21
40
Su ko an yar
Daliso do Su m be rsa ri
185 177
22
Mu lyor ejo
184
Wrin gin so ngo
183
Cem or ok and an g
42 45
43
28
27
Sid or ah ayu
175
Be njo r
Bo ko r
Gon do wan gi
181
44
26
Pa nd an ag un g
171
166
25
Nga dir ejo
Ma lan gsu ko
Sla m et
Ar jos ar i
180
163
41
23
33
Su ko da di 178 176
KETERANGAN :
24
Jer u
Ba nja re jo
Jed on g 179
34 35
Pe tu ng sew u
174 162
31
165
167
Pa nd an re jo
173
Ka m bin gan
170
36
30
TUMPANG
Pa ra ng re jo
164
47
29
48
Sit ire jo
888
161
46
32
Pu lun gd owo
WAGIR
Su m be rsu ko
172
Tu lusr ejo
169
Ke bo na gu ng
Kid al
160
49
Gub uk klak ah
Duwe t Ngin git
HUTAN KONSERVASI
182
Ar jow inan gu n
163 3
Ar go su ko
Wrin gin
50 52
Ma nd alan Be lun g
Ba les ar i Ba ba da n
213 4
Su m be rsu ko
51
Gun un gsa ri Wat esb elu ng
Ke nd alp aya k
Wad un g
HUTAN LINDUNG
114 1
Pa jaja ra n
Tlo go war u
168
Ran du agu ng
Won or ejo 194 0
Nge br uk
Gen en ga n
Su m be rde m
Gun un gr on gg o
Su m be rte mp ur
53
Won om uly o 54
Ta mb ak sar i
160 6 156
Pu rw ose kar
Nga dir ejo
K A B .L UM A J A NG
Pa nd an sar i kid ul
Nga won gg o Su to jaya n
Ka ra ng pa nd an
K P H.P R O B O L ING G O
57
Jatis ar i Ma gu an
Ka ra ng an yar Lo r
Wan da np ur o
58
Ke bo ba ng
60
Pa nd an mu lyo
Kr an gg an
188 9
Jam be sa ri
Ka ra ng du re n
PAKISAJI 555
157
56
PONCOKUSUMO
Ta ng kilsa ri
Pe rm a nu
Ke sa mb en
Ka ra ng no ng ko
TAJINAN
Se m pla kwad ak 159
KLAS PERUSAHAAN JATI
59
Nge mb al
Won ok er to
55
Glan gg an g
KLAS PERUSAHAAN DAMAR
159 8
BULULAWANG
158
Dawu ha n
Ba nja rs ar i Jam bu wer
Kid an gb an g
Kr eb et sen gg ro ng Nga sem
Kr eb et
Su m be rejo
62
74
Ku wo lu
Mo josa ri
KLAS PERUSAHAAN PINUS
61
Lum b ang sa ri
Pla os an
Pr ing gu
NGAJU M Jatir ejo
WAJAK
Gad ing
Cub un gre jo
Pla nd i
240 1
64
Su ko lilo
Ka sr i
Ba ka lan
Nga dila ngk un g
Pa laa n
65
Su ko no lo
Pa niw en
247 6
Dlayu
Klu wu t
84
Su ko ha rjo
66
63
ta s
26
K.B
ra n
Dilem
Pa to kpic is
Su dim o ro
Bu re ng
241 3
148 0 72
68
108
73 67
Ta lan gag un g
Ar dir ejo
Pu tu kre jo
69 71 70
Kr om e nga n Jatik er to
75 76
Dad ap an
Tu mp an gr en ten g
Pa na ru kan
Ba m ba ng
Gan jar an
dar i
KEPAN JEN
Blit Slo ro k
Br ing in
81
Ta lan gso ko
Ke ta wan g
Cem po kom u lyo
198 7
Cod o
Bu lup itu
ar Su ko re jo Ure k-u re k Wd.Lahor
83
80 82
79
Se du ng
Pa ng gu ng re jo
200 0
78
Ke do k
Ta ma n Sa tr ian
Sa na nr ejo
98
Nge br uk
27
85
Pa ng gu ng re jo
Sa na m ker to
107
77
Pu ta tlor Ma ng unr ejo
28
100
3
2
Won oa yu
Wer u
Su ko sar i
Se ng en gg re ng
SUMBERPU CUNG
32
178 1
Jam ba ng an
TUREN
Se pa nja ng
GONDANGLEGI
Ka ra ng suk o
Ke m iri
30
Pa ge da ng an
Te ga lsar i
Se ng gu ru h
Sa m big ede Ka lire jo
29
97
99
101 0
31
86
Pa ng gu ng Pu ta tkid ul 87
Jen gg olo Ba nja re jo
33
101
Won oa gu ng 96
Gon da ng leg i We tan
Ka nig or o
Ta ma ns ari
90
Po jok
Wd.Sengguruh 1
88
Se da yu
94
Wd.Kr .Kates
Su ko wilan gu n
103
34
102
Ta lok Br on gk al
Gam p inga n
95
Pa ge lar an
Pr em b un
89
93
Ar jow ilang un Und aa n
659
91
Ma jan g T en ga h
Ta ma nk unc ar an
Su m be rr ejo
Mu lyosa ri Ba lea rjo
Tlo go re jo
KALIPARE
Ar jos ar i
92
Ged ok kulo n
Pa m ota n
7 570
10
8
6
106
Ka de m ang an
9
Ar bo yow on o
Sa wa han
Ta wan g a gu ng
DAMPIT
105
11
Su ko re jo
Am a da nom
PAGAK 12
Sim o jaya n
Am p elg adin g
Sw ar u
5
4
104
Ged ok weta n
531
Su m be rpe tu ng
21
Rejo so
22
Ke m ula n
Sid or en gg o Gad un gsa ri
13
Ta wan gr eje ni
Clum pr it
Won ok er to
23
Tir tom o yo
Tu mp ak rejo Ka ra ng sar i
Tir tom a rto
TIRTOYU DO Su m be rejo
Pu tu kre jo
AMPEL GADING
Su m be rsu ko
14 15 24
Pu rw oha rjo Bu m ire jo
Se m po l
Se ng ar an
K P H. B L IT A R
16
25
Tlo go sar i
Tir toy udo
Rejo sar i
Wiro ta ma n Ta ma ns ari
18
SUMBERMANJING WETAN
17
K A B . M A LA NG
Kle pu
35
19
37
Ba tu re tno
Har joku nc ara n
20
617 376
Se ka rb any u
Pr ing gu an
Jog om ulya n 36 552
Tlo go sar i
Ring inke mb ar
38
Su m be rr oto Su m be rke rto
432
Sr im ulyo
Ring insa ri
39
Pu rw or ejo
87
GEDANGAN
DONOMULYO
488
Ke pa tih an Ar go tir to
Su m be rta ng kil 40
45
Su m be rm an jing K ulo n
515
Ged an ga n 41 544
Ba nd un gr ejo
Te mp ur sar i
Leb ak Har jo
44
Pa nd an re jo Su ko do no
437
BANTU R
75
43 75
Ke du ng sala m
580
Won or ejo
62 582
47
42
62
Tu mp ak rejo 415
61
Tu lun gr ejo
50
Su m be rbe nin g
251 511
Te ga lre jo
380
237
Gaja hr ejo 117
Sin du re jo
226
154
617 49 60
415
Sr igo nc o
46
Sid om u lyo
74
188
71 71
115
Su m be rag un g
266
116
109
63
74 440
108
Tl.M o don ga n
361 54
542 364
Ba nu re jo
143
585
Pu rw oda di
51
65
118
203
207
114
74
65
203
113
463
ENCL AVE
65
48
57
64 65
98
123 98
Ke du ng Ban te ng
65
Ta mb ak sar i
99 112 168
330
103
73 91
130
104 106
100
111
Sit iar jo
59
72
Pu jiha rjo
66 72
76
230
72
90
140
52
77
96 98
Tl.L en gg oso no
92
133 91
Ngliye p
321 437
93 107
Tl.N gliye p
55
98
102
103
102
72
79
110 91
118
70
190
225
67
204
56 58
78
Sid od ad i
94
Sip elo t
93 93 39
Te luk
471
79
80
101
78
97
Te luk
105
240
60 192
84
Ta mb ak an
BH .SEN GG U RU H
Ta mb ak rejo
68 69
Ba lek am ba ng
83
89
220
202
95
80 202
57 85 32 45
81
Se nd an gb iru
88
120
SAMU DERA HI NDI A
86
82
Pu lau Sem p u
Gambar 2 Peta wilayah KPH Malang
53
Kawasan hutan KPH Malang terletak pada ketinggian 0 sampai dengan 3.676 meter di atas permukaan laut. Keadaan topografi lapangan hanya sebagian kecil saja yang terletak pada dataran yang tingkat kemiringannya datar sampai landai, sebagian besar wilayahnya berada pada tingkat yang agak curam, curam, dan sangat curam.
4.1.2. Pembagian Wilayah Hutan KPH Malang terdiri dari tiga bagian hutan yaitu Bagian Hutan Sengguruh dengan luas 42887,0 hektar; Bagian Hutan Kepanjen-Tumpang dengan luas 49415,5 hektar; dan Bagian Hutan Ngantang-Pujon dengan luas 24814,1 hektar (Perhutani KPH Malang 2002). Masing-masing bagian hutan terdiri atas beberapa BKPH, seperti Bagian Hutan Sengguruh terdiri dari BKPH Sengguruh, Dampit, dan Sumbermanjing; Bagian Hutan Kepanjen-Tumpang terdiri dari BKPH Dampit, Tumpang, Kepanjen, Singosari, dan Pujon; dan Bagian Hutan Ngantang-Pujon terdiri dari BKPH Pujon dan Ngantang.
4.1.3. Luas Kawasan Berdasarkan Fungsi dan Kelas Perusahaan Luas kawasan hutan KPH Malang terbagi berdasarkan 2 kategori yaitu luas kawasan berdasarkan fungsi dan luas kawasan berdasarkan kelas perusahaan. Secara keseluruhan luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan fungsinya adalah hutan produksi
seluas
45.007,70 hektar, hutan lindung seluas 42.800,50 hektar, LDTI seluas 341,50 hektar, dan lain-lainnya seluas 698,40 hektar. Adapun luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan fungsi pada masing-masing wilayah administratif KPH Malang dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan fungsi Hutan Berdasarkan Fungsi Hutan produksi Hutan lindung Suaka alam LDTI Lain-lain Jumlah
Pemerintah Kota Batu (hektar)
Pemerintah Kabupaten Malang (hektar)
3.199,60 3.118,30 0 30,60 81,40 6.429,40
41.808,10 39.682,20 0 310,90 617,00 82.418,20
Sumber : Buku Sekilas KPH Malang 2008
Berbeda dengan luas kawasan hutan berdasarkan fungsinya, KPH Malang mengklasifikasikan luas berdasarkan kelas perusahaan antara lain kelas perusahaan Jati, kelas perusahaan Pinus, dan kelas perusahaan Damar yang secara berturut-turut memiliki luas 40.121,70 hektar, 26.508,50 hektar, dan 22.217,90 hektar. Luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan kelas perusahaan pada masing-masing wilayah administratif KPH Malang dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2 Luas kawasan hutan KPH Malang berdasarkan kelas perusahaan Hutan Berdasarkan Kelas Perusahaan Jati Pinus Damar Jumlah
Pemerintahan Kota Batu (hektar)
Pemerintahan Kabupaten Malang (hektar)
0 5.996,20 433,70 6.429,90
40.121,70 20.512,30 21.784,20 82.418,20
Sumber : Buku Sekilas KPH Malang 2008
4.1.4. Pembagian Wilayah Kerja Pembagian wilayah kerja di KPH Malang terdiri dari : 1. Dua Ajun Adm / KSKPH (KSKPH Malang Barat dan KSKPH Malang Timur); dimana KSKPH Malang Timur membawahi BKPH Tumpang, Dampit, Sengguruh, dan Sumbermanjing; dan KSKPH Malang Barat membawahi BKPH Ngantang, Pujon, Kepanjen, dan Singosari 2. Delapan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) 3. Tiga puluh tiga Resort Polisi Hutan (RPH)
4.2. Kondisi Umum Bagian Hutan Pujon-Ngantang 4.2.1. Geografis Secara geografis terletak pada 5º 28‟ sampai dengan 5º 44‟ BT dan 7º 44‟ sampai dengan 7º 58‟ LS (Perhutani KPH Malang
2002). Bagian Hutan Ngantang-Pujon
memiliki luas wilayah 24.814,1 hektar yang secara administratif ketataprajaan berada di Daerah Tingkat II Kabupaten Malang, dengan batas-batas hutan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah KPH Pasuruan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah KPH Probolinggo 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia 4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah KPH Blitar dan KPH Kediri 4.2.2. Keadaan Lapangan Topografi lapangan wilayah hutan BH Ngantang-Pujon secara umum adalah landai, curam, dan sangat curam. Kondisi tanah dalam kawasan hutan tersebut pada umumnya memiliki solum yang agak tebal dan sedikit berbatu, sehingga pertumbuhan beberapa jenis tanaman seperti Damar, Mahoni dan Pinus dapat optimal (Perhutani KPH Malang 2002). 4.2.3. Iklim Wilayah hutan BH Ngantang-Pujon KPH Malang terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan kemarau yang jelas. Untuk mengetahui tipe iklim di wilayah hutan BH Ngantang-Pujon pada tabel 3 di bawah ini disajikan bulan basah (B) dan bulan kering (K) dari beberapa stasiun pengamat hujan yang ada.
Tabel 3 Daftar jumlah bulan basah dan bulan kering tahun 1995-1999 No.
1 2 3 4 5
Tahun
1995 1996 1997 1998 1999 Jumlah
Ngantang B 8 8 6 8 8 38
Starsiun Pengamat Hujan Pujon Ngantang Pujon K B K 4 8 4 4 8 4 6 7 5 4 7 5 4 8 4 22 38 22
Rata-rata Jumlah B K 15 9 15 9 12 12 15 9 16 8 76 44
B 8 8 6 8 8 7.6
Ket.
K 4 4 6 4 4 4.4
Sumber : Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan KPH Malang
Berdasarkan perbandingan bulan basah dan kering tersebut, dengan menggunakan perhitungan Schmidt dan Ferguson maka iklim di wilayah hutan BH Ngantang-Pujon adalah sebagai berikut : Q = (jumlah rata-rata bulan kering / jumlah rata-rata bulan basah ) x 100 % = (4.4 / 7.6) x 100 % = 58 %
Menurut Schmidt dan Ferguson, Q dengan kisaran 33,3 – 60 % termasuk tipe iklim C. Jadi tipe iklim wilayah hutan BH Ngantang-Pujon adalah C.
4.2.4. Tegakan Bagian Hutan Ngantang-Pujon KPH Malang telah ditetapkan sebagai kelas perusahaan Damar. Namun tegakan yang terdapat di Bagian Hutan Ngantang-Pujon cukup beragam dan luasan jenis Damar ternyata minoritas yaitu hanya 5 % dari total luas jika dibandingkan dengan jenis lain seperti Pinus 7,2 %, Mahoni 9,4 %, dan Rimba lain 7,7 %.
4.2.5. Gangguan Keamanan Keamanan di Bagian Hutan Ngantang-Pujon termasuk klasifikasi rawan. Kondisi medan yang dikelilingi desa menyebabkan masyarakat mudah berinteraksi dengan hutan dan menimbulkan pengaruh negatif seperti pencurian kayu, penjarahan, perambahan, bibrikan lahan, bahkan kebakaran hutan (Perhutani KPH Malang 2002).
4.2.6. Sosial Ekonomi Masyarakat Jumlah penduduk dala kecamatan yang masuk wilayah kerja KPH Malang adalah 126.225 orang, terdiri dari 63.676 orang laki-laki dan 62.549 orang perempuan (Perhutani KPH Malang 2002). Dalam memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja guna pekerjaan di hutan seperti tebangan, tanaman dan lain-lain cukup tersedia, namun pada daerah-daerah tertentu mulai dirasakan adanya beberapa kendala dalam mencari tenaga kerja, khususnya pesanggem, hal ini disebabkan lapangan pekerjaan bidang tanaman kehutanan kurang diminati oleh masyarakat, lebih-lebih angkatan muda disamping adanya lapangan pekerjaan disektor lain. Pada umumnya mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani, disamping ada yang sebagai buruh, pegawai/ABRI, pedagang, industri/kerajinan. Jumlah penduduk yang erat kaitannya dengan kegiatan pengelolaan hutan sebanyak 36.815 s.d. 54.638 orang/tahun. Kelompok usia produktif (usia 13-55 tahun) sebesar 57 %, sedangkan usia yang tidak produktif (usia 1-12 tahun dan usia 56 tahun dan lebih tua) sebesar 43 %. Dengan demikian setiap orang usia produktif mempunyai beban tanggung jawab terhadap
usia tak produktif sebanyak 1-2 orang. Kecamatan yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kabupaten Pujon, yaitu 1.295 orang/km2, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Ngantang, yaitu 226 orang/km2. Keadaan tingkat sosial ekonomi penduduk masyarakat desa, khususnya masyarakat desa yang berada disekitar hutan memiliki interaksi yang tinggi namun disayangkan bentuk interaksi yang ada bersifat negatif, berupa ketergantungan yang cenderung merusak hutan.
4.2. Kondisi Umum BKPH Pujon Batas wilayah BKPH Pujon antara lain sebelah Utara berbatasan dengan Tahura R. Soerjo, sebelah Selatan berbatasan dengan BKPH Kepanjen, sebelah Timur berbatasan dengan BKPH Singosari, dan sebelah Barat berbatasan dengan BKPH Ngantang. BKPH Pujon terdiri dari lima RPH yaitu RPH Pujon Selatan, RPH Kedungrejo, RPH Pujon Utara, RPH Oro Oro Ombo, dan RPH Punten, dengan luas baku hutan, kelas hutan, dan tanah tukar guling yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Luas baku hutan, hutan berdasarkan fungsi, dan tanah tukar guling BKPH Pujon
No
1. 2. 3. 4. 5.
RPH
Luas Baku Hutan (Ha)
Pujon Selatan Kedungrejo Pujon Utara Oro Oro Ombo Punten Jumlah
2.950 2.831,50 1.629 1.989,40 2.168,10 11.568
Hutan berdasarkan fungsi (Ha) Tanaman Lahan Hutan Hutan Jenis Dengan Produksi Lindung Kayu Tujuan Lain Istimewa 950 2000 772,10 2.043,90 15,50 1.384,10 261,40 2,5 720,40 1.207,80 37,9 5 1.020,00 1.130,20 17,90 4.862,60 6.643 37,9 43,4
Sumber : Data fisik BKPH Pujon tahun 2008 Keadaan umum RPH Oro Oro Ombo adalah sebagai berikut : 1. Wilayah administrasi RPH Oro Oro Ombo meliputi : a. Kecamatan Junrejo Desa Tlekung b. Kecamatan Batu Desa Oro Oro Ombo c. Kecamatan Batu Desa Pesanggarahan
Tanah tukar guling (Ha)
18,30
18,3
2. Topografi Wilayah RPH Oro Oro Ombo berada di ketinggian ± 800 - 1750 meter di atas permukaan laut. Kondisi lapangnya berbukit, gelombang, terjal, dan landai. 3. Luas wilayah RPH Oro Oro Ombo memiliki luas wilayah 1989,4 hektar yang terbagi dalam 32 petak dan 63 anak petak. Jenis vegetasi adalah Pinus dan Eucalyptus. 4. Mata pencaharian Sebagian besar penduduk di RPH Oro Oro Ombo merupakan petani dan peternak sapi perah. 5. Masalah agraris Masalah agraris yang terdapat di RPH Oro Oro Ombo adalah masalah tukar guling (tukar menukar tanah) yang sampai sekarang masih dalam proses, pada petak 226 dengan luas 18,3 hektar. 6. Lembaga Masyarakat Desa Hutan RPH Oro Oro Ombo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Lembaga Masyarakat Desa Hutan RPH Oro Oro Ombo Desa Tlekung Oro Oro Ombo Pesanggrahan
Luas wengkon (Hektar) 1218,9 382,8 387,7
Ketua Suwandi Maskur Wasis
Sumber : Data fisik RPH Oro Oro Ombo tahun 2008
Keterangan Kec. Junrejo Kec. Batu Kec. Batu
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan (PP No. 45 tahun 2004). Perlindungan hutan dari kebakaran hutan adalah untuk menghindari kerusakan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti melakukan pembakaran hutan tanpa izin dan membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran; dan daya-daya alam seperti gunung berapi, akibat-akibat petir, reaksi sumber daya alam, dan gempa. Terkait dengan sistem pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat yang saat ini diterapkan maka upaya pengendalian kebakaran hutan dengan meningkatkan peran masyarakat pun telah dirancang dan diaplikasikan di RPH Oro Oro Ombo sejak tahun 2004. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo antara lain melalui kegiatan pencegahan dengan metode pendidikan (Gambar 3), kegiatan pencegahan dengan metode kesadaran hukum (Gambar 4), dan kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis (Gambar 5). Kegiatan-kegiatan pencegahan kebakaran hutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kegiatan pencegahan kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo Kegiatan Pencegahan Kebakaran Hutan
Jumlah Responden (orang)
Prosentase (%)
11 3 2 14
36,67 10 6,67 46,66
15 1 2 12
50 3,33 6,67 40
21 9
70 30
1. Metode pendidikan a. Penyuluhan b. Sosialisasi c. Himbauan d. Tidak tahu 2. Metode kesadaran hukum a. Papan peringatan b. Peraturan tertulis c. Himbauan/larangan langsung d. Tidak tahu 3. Metode pendekatan secara teknis a. Sekat bakar hijau b. Tidak tahu
46.66
Prosentase (%) 50 36.67 40 30 20
10
6.67
10 0 Penyuluhan
Sosialisasi
Himbauan
Tidak tahu
Bentuk kegiatan pencegahan melalui pendidikan
Gambar 3 Persentase bentuk kegiatan pencegahan dengan metode pendidikan
Pada grafik di atas terlihat bahwa pada kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendidikan diketahui sebesar 36,67 % masyarakat menerima pendidikan dalam bentuk kegiatan penyuluhan; 10 % masyarakat menerima pendidikan dalam bentuk kegiatan sosialisasi; 6,67 % masyarakat menerima pendidikan dalam bentuk kegiatan himbauan; dan 46,66 % masyarakat tidak mendapat pendidikan dalam pencegahan kebakaran hutan. Tujuan dari kegiatan-kegiatan pendidikan tersebut tidak lain untuk mengurangi frekuensi terjadinya kebakaran hutan. Kegiatan penyuluhan dalam pencegahan kebakaran hutan bertujuan untuk merubah pola perilaku masyarakat agar kepedulian masyarakat terhadap kebakaran hutan lebih meningkat dan masyarakat mau mendukung juga membantu upaya pencegahan kebakaran hutan bersama pihak RPH Oro Oro Ombo. Kegiatan sosialisasi yang diberikan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo memiliki tujuan untuk meningkatkan persepsi masyarakat akan hutan agar masyarakat dapat berperan dalam pencegahan kebakaran hutan. Himbauan yang diberikan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo kepada masyarakat ditujukan untuk mengajak masyarakat agar mencegah terjadinya kebakaran hutan. Dilihat pada grafik di atas, persentase masyarakat yang tidak mendapat pendidikan pencegahan kebakaran hutan cukup besar, hal ini dikarenakan kegiatan pendidikan yang diadakan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo ini bersifat informal baik dari segi waktu maupun tempat pelaksanaannya sehingga penyebarluasan informasi mengenai kegiatan-kegiatan tersebut kurang optimal.
Prosentase (%)
50 50
40
40 30 20
6.67 10
3.33
0 Papan peringatan
Peraturan tertulis
Larangan langsung
Tidak tahu
Bentuk kegiatan pencegahan melalui kesadaran hukum
Gambar 4 Persentase bentuk kegiatan pencegahan dengan metode kesadaran hukum
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode kesadaran hukum diketahui sebesar 50 % masyarakat mengetahui pencegahan berupa papan peringatan; 3,33 % masyarakat mengetahui pencegahan berupa peraturan tertulis; 6,67 % masyarakat mengetahui pencegahan berupa himbauan atau larangan langsung; dan 40 % masyarakat tidak mengetahui adanya pencegahan kebakaran hutan melalui metode kesadaran hukum. Peraturan dan Undang-undang yang dibuat oleh pihak RPH Oro Oro Ombo dipasang di tempat-tempat rawan kebakaran dengan tujuan agar masyarakat lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan api sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa 40 % masyarakat yang tidak mengetahui adanya pencegahan kebakaran hutan melalui metode kesadaran hukum dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui adanya papan peringatan maupun peraturan tertulis yang dibuat oleh pihak RPH Oro Oro Ombo. Hal ini dikarenakan kondisi dari papan-papan peringatan yang memprihatinkan karena tidak dirawat dengan baik bahkan hilang. Selain itu juga dikarenakan kurang optimalnya pemberitahuan atas peraturan dan Undang-undang yang berlaku kepada masyarakat.
Prosentase responden (%)
80
70
60
30
40 20 0 Sekat bakar hijau
Tidak tahu
Kegiatan pencegahan melalui pendekatan secara teknis
Gambar 5 Persentase bentuk kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis Dari grafik di atas terlihat bahwa pada kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis diketahui sebesar 70 % masyarakat melakukan kegiatan pembuatan sekat bakar hijau bersama pihak RPH Oro Oro Ombo menggunakan vegetasi seperti tanaman Pisang, Singkong, Multi Purpose Trees Species (MPTS), dan Hijauan Makanan Ternak; dan 30 % masyarakat tidak mengetahui adanya metode pendekatan secara teknis dalam pencegahan kebakaran hutan. Pembuatan sekat bakar hijau ini merupakan suatu bentuk kerja sama antara pihak RPH Oro Oro Ombo dengan masyarakat, karena selain dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan, juga dapat menambah penghasilan masyarakat dan mencegah penggembalaan liar di dalam kawasan hutan. Adapun masyarakat yang tidak mengetahui adanya upaya pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendekatan secara teknis dikarenakan tidak optimalnya kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis, baik dari segi penyebaran informasi maupun pelaksanaannya. Selain peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan, pihak RPH Oro Oro Ombo juga melakukan peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pemadaman kebakaran hutan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan pemadaman kebakaran hutan yang dilakukan pihak RPH Oro Oro Ombo dengan meningkatkan peran masyarakat, antara lain 30 % masyarakat melakukan pemadaman dengan metode jalur menggunakan ilaran; 16,67 % masyarakat melakukan pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan tanah; 36,66 % masyarakat melakukan pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung
menggunakan kepyok; dan 16,67 % masyarakat belum pernah memadamkan kebakaran. Kegiatan pemadaman kebakaran hutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 6.
Tabel 7 Kegiatan pemadaman kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo Kegiatan Pemadaman Kebakaran Hutan 1. Metode Jalur a. Ilaran 2. Metode Pemadaman Langsung a. Dengan tanah b. Dengan kepyok* 3. Metode Pembakaran Balik 4. Belum pernah memadamkan
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
9
30
5 11 5
16,67 36,66 16,67
Keterangan : * = alat pemukul api (bahasa daerah setempat)
36.66
Prosentase (%) 40 30 30 16.67
20
16.67
10 0 Ilaran
Dengan tanah Dengan kepyok Belum pernah
Bentuk kegiatan pemadaman kebakaran hutan
Gambar 6 Persentase bentuk kegiatan pemadaman kebakaran hutan
5.2. Pembahasan 5.2.1. Kegiatan Pencegahan Kebakaran Hutan 5.2.1.1. Pencegahan dengan Metode Pendidikan Pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendidikan memiliki sasaran yaitu masyarakat, dengan harapan masyarakat dapat berpartisipasi dalam mencegah kebakaran. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pencegahan dengan metode pendidikan yang diberikan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo kepada masyarakat adalah dalam bentuk kegiatan penyuluhan, sosialisasi, dan himbauan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat sebanyak 36,67 % masyarakat menerima pendidikan dalam bentuk kegiatan
penyuluhan; 10 % masyarakat menerima pendidikan dalam bentuk kegiatan sosialisasi; 6,67 % masyarakat menerima pendidikan dalam bentuk kegiatan himbauan; dan 46,66 % masyarakat tidak mengetahui adanya pendidikan yang diberikan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo, dengan kata lain masyarakat tersebut tidak mendapat pendidikan pencegahan kebakaran hutan. Dalam kegiatan penyuluhan, sosialisasi, maupun himbauan, materi yang diberikan antara lain mengenai bahaya dari kebakaran hutan; pengendalian kebakaran hutan; tindakan-tindakan yang dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan; pencegahan teknis di lapangan berupa manajemen bahan bakar dengan menanam hijauan; bahkan simulasi teknik mencegah kebakaran. Selain itu diberikan pula tata cara memadamkan api dan cara tolong menolong jika terjadi kebakaran hutan. Kegiatan pencegahan dengan metode pendidikan tersebut umumnya diberikan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo secara informal, baik dari segi waktu maupun tempat penyampaian pendidikan tersebut. Kegiatan pencegahan dengan metode pendidikan ini diberikan kepada masyarakat saat menjelang dan/atau saat musim kemarau. Pendidikan tersebut diberikan di balai desa bertepatan dengan rapat desa (biasanya tiga sampai enam bulan sekali) sehingga hanya diberikan kepada warga yang berada di balai desa saja yang kemudian akan menyampaikan ke warga lainnya; di rumah mandor dalam jangka waktu satu sampai dua bulan sekali; di kumpul-kumpul warga seperti jemaah ta‟lim, pengajian, dan lain-lain, yang tidak tentu waktunya; di pos jaga maupun di hutan langsung saat masyarakat sedang bekerja. Masyarakat yang tidak mendapat pendidikan pencegahan kebakaran hutan merasa bahwa mereka (masyarakat) tidak pernah diberikan penyuluhan, sosialisasi, dan himbauan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo. Kebanyakan dari masyarakat yang tidak mendapat
pendidikan
pencegahan
kebakaran
hutan
ini
tidak
mengetahui
kegiatan-kegiatan untuk mencegah kebakaran hutan lainnya seperti kegiatan pencegahan dengan metode kesadaran hukum dan kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis. Hal ini menunjukkan masih kurang optimalnya pendidikan pencegahan kebakaran hutan yang diberikan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan pendidikan yang bersifat formal dan intensif guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Hal ini dikarenakan untuk mengubah pola perilaku masyarakat diperlukan waktu yang tidak sedikit dan bertahap.
Walaupun demikian dengan adanya metode pendidikan yang meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan, frekuensi kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo menurun.
5.2.1.2. Pencegahan dengan Metode Kesadaran Hukum Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 50 % masyarakat mengetahui pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa papan peringatan yang diletakkan di dalam kawasan hutan; 3,33 % masyarakat mengetahui pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa peraturan tertulis yaitu Undang-undang (Gambar 7); 6,67 % masyarakat mengetahui pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa himbauan atau larangan langsung secara lisan seperti ”dilarang membawa api”, ”dilarang membuat api di hutan”, ”dilarang membakar rumput”, ”dilarang membuang puntung rorok”, dan ”penyiapan lahan tanpa api” saat masyarakat akan memasuki hutan; dan 40 % masyarakat tidak mengetahui adanya metode kesadaran hukum yang dilakukan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo dalam rangka pencegahan kebakaran hutan.
Gambar 7 Pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa peraturan tertulis yang dipasang di jalan masuk menuju Gunung Panderman Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kegiatan pencegahan dengan metode kesadaran hukum dalam bentuk papan peringatan merupakan kegiatan yang paling banyak diketahui oleh masyarakat. Papan-papan peringatan yang dibuat oleh pihak RPH
Oro Oro Ombo berfungsi untuk memperingati masyarakat yang hendak memasuki hutan dan atau berada di dalam hutan agar berhati-hati terhadap penggunaan api. Namun saat ini kondisi dari papan-papan peringatan tersebut memprihatinkan karena tidak dirawat dengan baik bahkan di beberapa lokasi papan peringatannya sudah hilang. Sehingga diperlukan usaha dalam menjaga dan memelihara keberadaan papan-papan peringatan tersebut. Pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa papan peringatan dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
(a)
(b)
Gambar 8 (a) Pencegahan dengan metode kesadaran hukum berupa papan peringatan; dan (b) papan peringatan dipasang di tiap jalan masuk hutan Metode kesadaran hukum yang digunakan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo berpengaruh dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan. Kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode kesadaran hukum telah mengurangi frekuensi kebakaran hutan yang terjadi di RPH Oro Oro Ombo. Segala peraturan dan Undang-undang yang ditetapkan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo dipatuhi oleh masyarakat guna mencegah terjadinya kebakaran hutan. Masyarakat mengetahui adanya sanksi jika melanggar peraturan dan Undang-undang tersebut. Adapun sanksi yang diketahui masyarakat antara lain sanksi sesuai ketentuan yang berlaku, maupun sanksi hukum adat berupa denda satu pohon yang rusak diganti oleh 200 pohon dan membantu keamanan hutan.
5.2.1.3. Pencegahan dengan Metode Pendekatan secara Teknis Bentuk kegiatan dari pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendekatan secara teknis yang dilakukan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo bersama masyarakat antara lain manajemen bahan bakar berupa kegiatan pembuatan sekat bakar hijau. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebanyak 70 % masyarakat melakukan kegiatan pembuatan sekat bakar hijau bersama pihak RPH Oro Oro Ombo dalam rangka pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis; dan 30 % masyarakat tidak mengetahui adanya metode pendekatan secara teknis yang dilakukan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan. Masyarakat yang tidak mengetahui adanya kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis, pada kenyataannya tidak melakukan kegiatan teknis di lapangan bersama pihak RPH Oro Oro Ombo dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan. Hal ini dikarenakan tidak optimalnya kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis, baik dari segi penyebaran informasi maupun pelaksanaannya. Walaupun demikian, kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendekatan secara teknis yang sudah dilakukan berpengaruh terhadap frekuensi kebakaran hutan yang terjadi di RPH Oro Oro Ombo. Pembuatan sekat bakar hijau pada umumnya dilakukan di beberapa tempat, antara lain di setiap alur yang merupakan batas antar petak; di lokasi rawan kebakaran seperti petak 232 Blok Gunung Seruk, Blok Gunung Panderman dan di lembah-lembah gunung; dan di dalam kawasan hutan dengan memanfaatkan ruang kosong, baik di antara maupun di bawah tegakan yang ada. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang memiliki ketahanan terhadap api seperti Kaktus, Kirinyuh, Kaliandra, Pisang, dan Hijauan Makanan Ternak. Selain vegetasi yang memiliki ketahanan terhadap api tersebut, digunakan pula vegetasi yang dapat memberikan hasil panen kepada masyarakat seperti tanaman Singkong, dan Multi Purpose Trees Species (MPTS) seperti Alpukat dan Nangka. Di lapangan saat ini sudah tidak terdapat sekat bakar hijau yang menggunakan Kaktus, Kirinyuh, dan Kaliandra. Saat ini pihak RPH Oro Oro Ombo lebih memfokuskan penanaman sekat bakar hijau di dalam kawasan hutan dengan menggunakan vegetasi seperti tanaman Pisang, Singkong, Multi Purpose Trees Species (MPTS), dan Hijauan Makanan Ternak, karena selain dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan, juga dapat menambah penghasilan masyarakat dan mencegah penggembalaan liar di dalam kawasan
hutan. Pada Gambar 9 dapat dilihat sekat bakar hijau yang menggunakan tanaman Singkong, Pisang, dan Hijauan Makanan Ternak, yang ditanam di antara tegakan. Hijauan Makanan Ternak yang paling banyak digunakan adalah Rumput Gajah (Gambar 10). Rumput gajah tersebut ditanam di bawah tegakan dan dalam dua sampai tiga bulan berikutnya sudah dapat dipangkas untuk dijadikan pakan ternak. Dalam kerjasama ini, areal hutan yang digunakan oleh masyarakat untuk menanam Hijauan Makanan Ternak dikenakan pajak lahan sebesar Rp. 35.000 per patok Rumput Gajah yang ditanam dan masyarakat yang menanam Rumput Gajah diminta untuk ikut menangangi kebakaran saat terjadi kebakaran hutan. Selain itu, masyarakat pun membabat rumput yang berada di bawah tegakan yang pelaksanaannya bersamaan dengan waktu pemanenan Hijauan Makanan Ternak. Hal tersebut membantu dalam mengurangi jumlah bahan bakar di lantai hutan.
Gambar 9 Sekat bakar hijau pada petak 224
Gambar 10 Sekat bakar hijau berupa Rumput Gajah yang ditanam di bawah tegakan Pinus 5.2.2. Kegiatan Pemadaman Kebakaran Hutan Pemadaman kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo dilakukan bersama-sama oleh petugas RPH Oro Oro Ombo dan masyarakat, baik masyarakat yang menduduki tanah Perhutani maupun masyarakat yang tidak menduduki tanah Perhutani. Masyarakat merupakan subyek yang paling sering berinteraksi dengan hutan sehingga masyarakat dapat berperan dalam deteksi dan pemadaman dini kebakaran hutan yang terjadi. Masyarakat yang ikut dalam memadamkan kebakaran hutan bisa mencapai 10 hingga 60 orang. Saat terjadi kebakaran hutan, sebagian masyarakat akan melapor dan menunggu perintah dari mandor, dan sebagian masyarakat lainnya akan langsung mendatangi lokasi kejadian kebakaran hutan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 30 % masyarakat melakukan pemadaman dengan metode jalur menggunakan ilaran; 16,67 % masyarakat melakukan pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan tanah; 36,66 % masyarakat melakukan
pemadaman dengan metode
pemadaman api secara langsung menggunakan kepyok; dan 16,67 % masyarakat belum pernah memadamkan kebakaran bersama RPH Oro Oro Ombo. Belum ada kegiatan prapemadaman seperti pelatihan pemadaman kebakaran hutan untuk masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui dan belajar cara memadamkan kebakaran hutan secara langsung sewaktu ada kebakaran hutan. Sebelum memadamkan kebakaran tersebut, Petugas RPH
Oro Oro Ombo melakukan simulasi (pencotohan) langsung di hutan tentang cara memadamkan api. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan pra-pemadaman untuk mengantisipasi kejadian kebakaran hutan, dimana di dalamnya diberitahukan cara memadamkan kebakaran hutan yang pelaksanaannya sesuai dengan Departemen Kehutanan. Upaya pertama yang dilakukan masyarakat dalam memadamkan kebakaran hutan yaitu membuat ilaran dengan lebar lima hingga sepuluh meter guna mencegah meluasnya areal yang terbakar. Upaya selanjutnya yaitu memadamkan api. Dalam memadamkan api masyarakat cenderung melakukannya dengan metode pemadaman api secara langsung, antara lain menggunakan tanah dan kepyok (bahasa daerah setempat). Pemadaman api secara langsung dengan menimbun api menggunakan tanah dirasakan lebih mudah dibandingkan memadamkan api menggunakan kepyok. Kepyok merupakan alat pemukul api. Kepyok biasanya digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan api berskala kecil. Kepyok yang digunakan bukanlah alat yang terbuat dari kayu atau bambu berkepala karung goni, melainkan ranting-ranting yang masih basah dengan panjang sekitar 1,5 - 2 meter yang berasal dari pohon berdaun lebar sekitar areal kebakaran, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.
(a)
(b)
Gambar 11 (a) Kepyok yang digunakan dalam memadamkan api; dan (b) contoh ranting yang digunakan merupakan ranting yang masih segar Untuk mempermudah dalam memadamkan kebakaran hutan, diperlukan alat dan fasilitas yang memadai baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Adapun alat penunjang yang biasa digunakan masyarakat dalam pemadaman kebakaran hutan antara lain cangkul
yang digunakan untuk membuat ilaran dan menggali tanah (Gambar 12a); golok dan sabit yang juga digunakan untuk membuat ilaran (Gambar 12b); sepatu boots; dan alat komunikasi berupa handphone bagi yang memiliki. Kesemua alat tersebut merupakan milik pribadi masyarakat. Sejauh ini pihak RPH Oro Oro Ombo tidak menyediakan alat penunjang dalam memadamkan kebakaran hutan, namun pihak RPH Oro Oro Ombo menyediakan konsumsi bagi masyarakat sewaktu terjadi kebakaran hutan. Selain itu, saat terjadi kebakaran hutan KRPH Oro Oro Ombo biasanya menggantikan uang rumput harian milik masyarakat yang ikut memadamkan kebakaran hutan dengan menggunakan uang pribadi KRPH Oro Oro Ombo sendiri.
(a)
(b)
Gambar 12 Alat penunjang dalam pemadaman kebakaran hutan, yaitu (a) cangkul; (b) golok dan sabit 5.2.3. Analisa Keefektifan Peningkatan Peran Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan personil RPH Oro Oro Ombo, diketahui bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pihak RPH Oro Oro Ombo dengan meningkatkan peran masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran hutan, baik dalam mencegah maupun memadamkan kebakaran hutan, meliputi : 1. Pencegahan melalui pendidikan Kegiatan pendidikan yang diberikan berupa penyuluhan untuk menambah wawasan, himbauan secara lisan, dan bimbingan secara langsung, yang penyampaiannya dilakukan secara informal. Sasaran dari kegiatan pendidikan itu adalah masyarakat dengan tujuan agar lebih mengena dan angka kebakaran hutan dapat menurun. Tidak ada lokasi dan
waktu rutin dalam pelaksanaannya, biasanya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan bertepatan dengan acara warga seperti jemaah ta‟lim, rapat desa, dan acara kumpul lainnya sehingga waktu kegiatan ini tidak menentu dan lokasinya pun informal. Lokasi yang biasanya digunakan adalah rumah warga, rumah petugas RPH Oro Oro Ombo, pos jaga, maupun langsung di hutan. Kegiatan pendidikan ini bersifat conditional sehingga biasanya diberikan kepada masyarakat pada musim kemarau atau bulan Juli – September. Selain itu, terdapat sosialisasi dalam mencegah kebakaran hutan melalui penempelan stiker-stiker di rumah petugas RPH Oro Oro Ombo (Gambar 13).
(a)
(b)
Gambar 13 Sosialisasi mengenai kebakaran hutan melalui stiker yang ditempel di rumah petugas RPH Oro Oro Ombo 2. Pencegahan melalui kesadaran hukum Pencegahan melalui kesadaran hukum dibuat berdasarkan peraturan tertulis yang tertera di buku panduan dari KPH dan Undang-undang yang berlaku. Hukum yang ditetapkan antara lain dalam bentuk himbauan (pembinaan conditional) langsung kepada masyarakat yang berada di dalam hutan; larangan lisan secara langsung kepada masyarakat yang hendak masuk hutan; dan peringatan seperti ”dilarang meninggalkan api”, ”dilarang membuat api di musim kemarau”, dan ”dilarang masuk hutan dengan membawa api”, yang tertulis di papan peringatan yang diletakan di tiap batas hutan. Namun saat ini tidak semua papan peringatan terawat dengan baik bahkan di beberapa lokasi pun papan peringatan tersebut sudah hilang.
Penyebab dari kebakaran hutan biasanya adalah api unggun dari peserta camping yang sudah ditinggalkan walaupun belum padam benar, dan pembakaran tidak terkontrol yang dilakukan masyarakat untuk produksi rumput. Sejauh ini kendala yang ada yaitu sulit untuk mengetahui modus pembakaran dan menangkap pelaku pembakaran. Sanksi dari pelanggaran peraturan tersebut adalah tindak pidana dari kepolisian seperti hukuman penjara sesuai Undang-undang yang berlaku.
3. Pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis Kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat. Bentuk metode pendekatan secara teknis yang dilakukan yaitu manajemen bahan bakar berupa pembuatan sekat bakar hijau dengan lebar mencapai dua
hingga lima meter menggunakan tanaman tahan api, seperti Kaktus,
Pandan, Pisang, Multi Purpose Trees Species (MPTS), dan khususnya Hijauan Makanan Ternak seperti Rumput Gajah, yang cenderung lebih dibutuhkan oleh masyarakat sehingga selain untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan juga dapat mensejahterakan masyarakat dengan hasil panennya. Dalam kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis lebih ditekankan pada upaya-upaya pensejahteraan masyarakat, karena hal ini mempermudah pihak RPH Oro Oro Ombo dalam bekerja sama dengan masyarakat guna mencegah terjadinya kebakaran hutan. Tidak ada waktu rutin dalam pelaksanaan pembuatan sekat bakar hijau, biasanya bersamaan dengan waktu penanaman tanaman tersebut. Lokasi kegiatan tersebut antara lain di lokasi rawan kebakaran hutan seperti petak 227 Gunung Panderman dan di lerenglereng hutan lindung. Gunung Panderman merupakan hutan lindung yang juga dijadikan sebagai objek wisata di daerah RPH Oro Oro Ombo. Hal ini mempengaruhi Gunung Panderman sehingga rawan kebakaran hutan. Dikarenakan Gunung Panderman merupakan objek wisata maka besar kemungkinan terjadi kebakaran yang disebabkan oleh oknum yang lalai dan tidak bertanggung jawab. Selain itu karena sulit dijangkaunya lokasi kegiatan yang berada di Gunung Panderman maka jarang dilakukan pemeliharaan terhadap sekat bakar hijau di lokasi itu, sehingga bahan bakar di lantai hutannya akan menumpuk.
Selain kegiatan di atas, RPH Oro Oro Ombo pun melakukan kegiatan patroli hutan yang dilaksanakan oleh petugas RPH Oro Oro Ombo bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang bersangkutan sebanyak satu sampai dua kali tiap minggu terutama di bulan-bulan rawan kebakaran hutan; pembangunan pos jaga untuk mempermudah pemantauan keamanan hutan; dan koordinasi dengan pihak terkait seperti PMK, Satpol PP, Mustika, LSM, Karang Taruna, Linmas, dan masyarakat itu sendiri.
4. Pemadaman kebakaran hutan Saat mengetahui adanya asap yang berasal dari kawasan hutan, petugas RPH Oro Oro Ombo segera menghubungi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan pihak terkait seperti PMK, Satpol PP, Mustika, LSM, Karang Taruna, dan Linmas, untuk ikut memadamkan bersama kebakaran tersebut. Sebelum tahun 2008, terdapat Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (SATGAS DAMKAR) yang terdiri dari dua orang petugas RPH Oro Oro Ombo dan masyarakat sekitar hutan mencapai 30 orang.
Satuan Petugas
Pemadam Kebakaran (SATGAS DAMKAR) ini berguna untuk mengkoordinir masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran hutan khususnya pemadaman kebakaran hutan. Satuan Petugas Pemadam Kebakaran ini dibentuk berdasarkan surat keputusan administratur KPH Malang nomor 115/KPTS/MLG/II/2002 tanggal 15 januari 2002, yaitu tentang pembentukan Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (SATGAS DAMKAR) yang memiliki tujuan-tujuan menangulangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan pada musim kemarau. Unit pelaksanaan ini hanya aktif sampai dengan tahun 2007 karena terbentur masalah dana operasional.
Gambar 14 Papan nama Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (SATGAS DAMKAR)
Metode pemadaman kebakaran hutan yang diterapkan antara lain : a. Metode jalur Metode jalur yang digunakan adalah ilaran dengan lebar mencapai lima meter, sepuluh meter, dan 20 meter untuk lokasi berkelerengan ≥ 5 %. Pembuatan ilaran dilakukan jika api kebakaran berskala besar dan terdapat angin kencang. b. Metode pemadaman api secara langsung Pemadaman api secara langsung digunakan apabila skala api kecil. Metode pemadaman yang digunakan yaitu dengan menimbun api menggunakan tanah dan dengan menggunakan kepyok. Kepyok merupakan alat yang digunakan untuk memukul api hingga padam yang biasanya digunakan untuk memadamkan kebakaran di hutan produksi. Dalam prakteknya, tidak digunakan air dan alat yang lebih canggih dalam pemadaman api secara langsung. Hal ini dikarenakan lokasi terjadinya kebakaran tidak berdekatan dengan sumber air dan juga tidak memungkinkan bagi masyarakat untuk membawa air maupun alat yang lebih canggih, seperti selang dan gas, dengan kondisi lapang yang ada (terjal).
Pihak RPH Oro Oro Ombo belum pernah mengadakan pelatihan untuk masyarakat namun pelatihan untuk petugas RPH Oro Oro Ombo sudah pernah dilakukan. Pelatihan tersebut tidak ditujukan untuk semua petugas RPH Oro Oro Ombo melainkan hanya untuk beberapa petugas yang dipilih oleh KBKPH Pujon. Informasi yang diterima oleh petugas dalam pelatihan tersebut kemudian akan disampaikan ke teman-teman seprofesi lainnya. Dalam pelatihan tersebut diberikan petunjuk dan cara-cara pemadaman kebakaran hutan yang benar. Selain itu sampai dengan tahun 2006 di RPH Oro Oro Ombo pernah dibentuk tim pelatihan pemadaman kebakaran yang mendapat pelatihan tiga bulan sekali yang didalamnya terdapat materi pendidikan dan praktek langsung pemadaman kebakaran hutan. Dari seluruh pemadaman kebakaran hutan yang pernah dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo, diketahui bahwa faktor kegagalan dalam memadamkan api antara lain lokasi dari Gunung Panderman yang sulit untuk dijangkau sedangkan Gunung Panderman merupakan salah satu lokasi rawan kebakaran di RPH Oro Oro Ombo; luas areal terbakar dalam suatu kejadian kebakaran hutan; dan bahan bakar permukaan dalam jumlah banyak
sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk dipadamkan. Dalam waktu 1 x 24 jam setelah adanya kejadian kebakaran hutan, pihak RPH Oro Oro Ombo akan membuat laporan tertulis mengenai kejadian tersebut dimana di dalam laporan tersebut akan dicantumkan uraian singkat kejadian kebakaran hutan beserta lampiran keteranganketerangan lainnya, seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Sejauh ini masyarakat, baik masyarakat yang menduduki tanah Perhutani maupun masyarakat yang tidak menduduki tanah Perhutani, turut berperan aktif dalam pemadaman kebakaran hutan. Tanpa diperintah masyarakat akan langsung mendatangi lokasi kejadian kebakaran hutan tersebut. Hal tersebut menunjukan kepedulian masyarakat akan hutan sudah meningkat. Keterlibatan masyarakat dalam pemadaman kebakaran hutan tercantum dalam laporan kejadian kebakaran hutan (Lampiran 5). Hasil dan manfaat yang telah dicapai dari upaya pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat ini antara lain hutan menjadi lebih terjaga, baik dari segi keamanan seperti lebih kecil kemungkinan terjadinya kebakaran dan gangguan hutan lainnya; maupun dari segi ekologisnya seperti banjir dan longsor berkurang dan pasokan air terpenuhi; juga fungsi hutan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan pun lebih terjamin. Hal itu berkat adanya kerja sama dan tolong menolong antara pihak RPH Oro Oro Ombo dengan masyarakat. Sebelum adanya kerjasama dengan masyarakat, pihak RPH Oro Oro Ombo menangani gangguan-gangguan hutan seperti ilegal logging, penjarahan, dan kebakaran hutan sendirian. Setelah adanya kerjasama tersebut maka penanganan gangguan hutan tidak hanya dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo saja melainkan dibantu dan didukung oleh masyarakat. Kerja sama antara pihak RPH Oro Oro Ombo dengan masyarakat dapat dikatakan berjalan dengan baik dalam menangani kebakaran hutan. Adapun usaha yang dilakukan pihak RPH Oro Oro Ombo agar upaya pengendalian kebakaran hutan, baik dalam kegiatan pencegahan maupun pemadaman, bersama masyarakat ini dapat berhasil adalah pendekatan terhadap masyarakat dengan pengembangan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Semenjak adanya peningkatan peran masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo, frekuensi kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo sudah berkurang, begitu juga dengan luas areal yang terbakar (Lampiran 6). Wadah LMDH ini dapat digunakan
untuk merangkul masyarakat sehingga masyarakat mau berpartisipasi, baik dalam mencegah maupun memadamkan kebakaran hutan. LMDH mulai berkembang bersamaan dengan pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat yang biasa disebut dengan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). PHBM dibentuk pada tahun 2001 dan mulai disahkan pada tahun 2004. Dengan adanya program PHBM, pihak RPH Oro Oro Ombo dan masyarakat dapat lebih terbuka dalam mengutarakan pendapat, dapat bekerja sama dan berperan secara aktif dalam menjaga keamanan hutan dan mengelola hutan secara lestari.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Bentuk-bentuk peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendidikan yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu melalui kegiatan penyuluhan, kegiatan sosialisasi, dan himbauan kepada masyarakat. 2. Bentuk-bentuk peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode kesadaran hukum yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu berupa pemasangan papan peringatan, peraturan tertulis, dan himbauan ataupun larangan langsung. 3. Bentuk-bentuk peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu melalui manajemen bahan bakar berupa kegiatan pembuatan sekat bakar hijau. 4. Bentuk-bentuk kegiatan pemadaman kebakaran hutan yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo dengan meningkatkan peran masyarakat antara lain pemadaman dengan metode jalur menggunakan ilaran, pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan tanah, dan pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan kepyok. 5. Peningkatan peran masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo sejauh ini cukup efektif menurunkan frekuensi dan luas areal kebakaran.
6.2. Saran Terdapat beberapa rekomendasi yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan hutan khususnya dalam upaya pengendalian kebakaran hutan antara lain : 1. Diadakan kegiatan pendidikan pencegahan kebakaran hutan secara formal, baik dari segi waktu maupun tempat, yang dilakukan secara intensif agar seluruh masyarakat mendapat pendidikan tersebut. Selain itu, perlu dikembangkan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan melalui stiker, brosur (selebaran), maupun poster kepada masyarakat.
2. Sarana dan prasarana dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode kesadaran hukum seperti papan peringatan dan peraturan tertulis lebih dijaga dan dipelihara keberadaannya. 3. Optimalisasi kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis, mulai dari tahap awal perlakuan sampai dengan pemeliharaannya. 4. Dibentuk kembali tim yang beranggotakan petugas Perum Perhutani dan masyarakat sekitar hutan yang khusus menangani masalah pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan. 5. Menyediakan alat dan fasilitas penunjang yang lebih memadai untuk mempermudah masayarakat dalam kegiatan pemadaman kebakaran hutan. 6. Diadakan kegiatan pra-pemadaman, baik ditujukan kepada petugas maupun kepada masyarakat, seperti sosialisasi mengenai cara-cara pemadaman kebakaran hutan, cara pemakaian alat-alat pemadam kebakaran, cara menjaga keselamatan sewaktu memadamkan kebakaran; dan latihan pemadaman. 7. Optimalisasi kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, karena dengan adanya kerjasama melalui pendekatan kesejahteraan antara pihak Perum Perhutani dan masyarakat dapat mempermudah upaya pengendalian kebakaran hutan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1977. Naskah Petunjuk Menteri Pertanian Tentang Perlindungan Hutan. Bogor: Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan, IPB. Anonim. 2002. Lereng Arjuno dan http://www.kompas.com [10 Februari 2009].
Kawi
Paling
Anonim. 2008. Pemerintah Gagal Selamatkan http://www.satudunia.oneworld.net [10 Februari 2009]. Anonim. 2009. Luas Hutan Berkurang http://www.ugm.ac.id [10 Februari 2009].
Dua
Juta
Luas
Hutan
Hektar
Terbakar.
Indonesia.
per
Tahun.
Brown AA, KP Davis. 1973. Forest Fire: Control and Use. Second Edition. New York: McGraw-Hill Book Company. Clar CR, LR Chatten. 1954. Principles of Forest Fire Management. California: Department of Natural Resources Division of Forestry. De Bano CF, DG Neray, PF Folliot. 1998. Fire Effect on Ecosystems. New York: John Willey and Son‟s, Inc. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam. 1983. Pengumpulan dan Analisis Data Masalah Kebakaran Hutan. Jakarta: Departemen Kehutanan RI. Husaeni. 2003. Prinsip Pengendalian Kebakaran Hutan. Pengetahuan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. hlm 167-172. ITTO. 1999. Report Basic Training for Forest Fire Management Trainers. Course Materials and Fieldwork Guidelines Vol II; Desember 1999. Kartasasmita G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: CIDES. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004. Tentang Perlindungan Hutan. Jakarta: Sekretariat Jendral Departemen Kehutanan. Perum Perhutani. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Jakarta: Perum Perhutani. Perhutani KPH Malang. 2002. Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) BH Kelas Perusahaan Jati. Malang: KPH Malang. Saharjo BH. 2002. Strategi Pengendalian Limbah Vegetasi dan Kebakaran Hutan di Indonesia. Di dalam: Semiloka Penegakan Hukum Kebakaran Hutan dan Lahan; Pekanbaru, 27-28 September 2000. P: 30-40. Safwan. 2002. Program Lingkup Pemberdayaan Sosial. Jakarta: Departemen Sosial. Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Sumantri. 2003. Metode Pencegahan Kebakaran Hutan. Pengetahuan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. hlm 195-198. Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suratmo FG. 1974. Perlindungan Hutan. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner penelitian untuk personil RPH Oro Oro Ombo KUISIONER PENELITIAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
“Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di BKPH Pujon KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”
Nomor : Tanggal Wawancara : Personil RPH Oro Oro Ombo Nama Umur Jenis kelamin Jabatan
: : : :
Upaya pencegahan kebakaran hutan a. Sejauh mana pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran yang diketahui BKPH Pujon? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. ................
b. Upaya pencegahan kebakaran yang telah dilakukan BKPH Pujon bersama masyarakat? .............................................................................................................................................................. ... ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
c. Kegiatan pendidikan yang dilakukan BKPH Pujon untuk masyarakat? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
d. Lokasi, frekuensi, dan sasaran dari kegiatan pendidikan tersebut? .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
e. Peraturan yang ditetapkan oleh BKPH Pujon untuk masyarakat? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ........................................................................................................................................ ..........................
f. Sanksi apa yang ditetapkan untuk pelanggaran peraturan tersebut? .............................................................................................................................................................. ... ...................................................................................................................................... ........................... .................................................................................................................................................................
g. Kegiatan pencegahan di lapangan yang dilakukan BKPH Pujon bersama masyarakat? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
h. Lokasi dan frekuensi kegiatan pencegahan di lapangan yang dilakukan BKPH Pujon bersama masyarakat? .................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................. ..................................................................................................................................................................
i. Hasil yang telah dicapai dari upaya pencegahan kebakaran bersama masyarakat? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................. ...
j. Manfaat dari upaya pencegahan kebakaran bersama masyarakat? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. ......................................................................................................................................... ........................
k. Faktor kegagalan dari upaya pencegahan kebakaran hutan bersama masyarakat? ........................................................................................................................................................... ....... .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
l. Usaha agar upaya pencegahan kebakaran hutan bersama masyarakat ini berhasil? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
Upaya pemadaman kebakaran hutan a. Sejauh mana pemberdayaan masyarakat dalam pemadaman kebakaran di BKPH Pujon? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
b. Apakah BKPH Pujon sudah pernah memadamkan kebakaran hutan bersama masyarakat? .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
c. (jika sudah) Metode pemadaman seperti apa yang digunakan? Berapa luas areal yang terbakar? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................ ................. .................................................................................................................................................................
d. Metode pemadaman yang diterapkan BKPH Pujon bersama masyarakat? .................................................................................................................................................................. ........................................................................................................................................... ....................... ..................................................................................................................................................................
e. Persentase keberhasilan dalam upaya pemadaman kebakaran hutan bersama masyarakat? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ ......................
f. Faktor kegagalan dalam upaya pemadaman kebakaran hutan bersama masyarakat? .............................................................................................................................................................. ... ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
g. Usaha agar upaya pemadaman kebakaran hutan bersama masyarakat ini berhasil? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
h. Alat dan fasilitas penunjang apa yang dimiliki BKPH Pujon untuk pemadaman? ................................................................................................................................................................. ...................................................................................................................................................... ...........
i. Berapa jumlah orang yang ikut dalam kegiatan pemadaman? .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
j. (jika ada) Kegiatan pra pemadaman yang dilakukan BKPH Pujon bersama masyarakat? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
Lampiran 2 Kuisioner penelitian untuk masyarakat sekitar hutan anggota Kelompok Tani Hutan RPH Oro Oro Ombo KUISIONER PENELITIAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
“Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di BKPH Pujon KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”
Nomor : Tanggal Wawancara : Masyarakat sekitar hutan anggota Kelompok Tani Hutan RPH Oro Oro Ombo Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Tingkat pendidikan
: : : : :
Upaya pencegahan kebakaran hutan a. Sejauh mana upaya dalam pencegahan kebakaran yang Anda diketahui? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
b. Upaya pencegahan kebakaran seperti apa yang Anda lakukan bersama BKPH Pujon? ................................................................................................................................................... ............... .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
c. Kegiatan pendidikan seperti apa yang Anda peroleh dari BKPH Pujon? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
d. Lokasi dan frekuensi dari kegiatan pendidikan tersebut? .................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................. ....
e. Peraturan seperti apa yang ditetapkan dari BKPH Pujon? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
f. Dalam sehari-hari apakah Anda mematuhi peraturan tersebut? .............................................................................................................................................................. .... ..................................................................................................................................................................
g. Sanksi seperti apa yang ditetapkan untuk pelanggaran peraturan tersebut? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
h. Kegiatan pencegahan di lapangan yang Anda lakukan bersama BKPH Pujon? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................. ...
i. Lokasi dan frekuensi kegiatan pencegahan di lapangan yang Anda lakukan bersama BKPH Pujon? .............................................................................................................................................................. ... ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
j. Hasil yang telah dicapai dari upaya pencegahan kebakaran bersama BKPH Pujon? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
k. Manfaat dari upaya pencegahan kebakaran bersama BKPH Pujon? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
Upaya pemadaman kebakaran hutan a. Sejauh mana upaya dalam pemadaman kebakaran yang Anda diketahui? .................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
b. Apakah Anda sudah pernah memadamkan kebakaran hutan bersama BKPH Pujon? .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
c. (jika sudah) Metode pemadaman seperti apa yang digunakan? Berapa luas areal yang terbakar? .................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................ .................. ..................................................................................................................................................................
d. Metode pemadaman seperti apa yang Anda ketahui? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
e. Persentase keberhasilan dalam upaya pemadaman kebakaran hutan bersama BKPH Pujon? ................................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................. ...
f. Alat dan fasilitas penunjang apa yang Anda peroleh untuk pemadaman? ................................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................
g. Berapa jumlah orang yang ikut dalam kegiatan pemadaman? .................................................................................................................................................................. ......................................................................................................................................................... ........
h. (jika ada) Kegiatan pra pemadaman seperti apa yang Anda lakukan bersama BKPH Pujon? .............................................................................................................................................................. .... .................................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................................
Lampiran 3 Rekapitulasi kuisioner penelitian
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Dengan metode pendidikan Penyuluhan Tidak tahu Penyuluhan Tidak tahu Penyuluhan Sosialisasi Penyuluhan Tidak tahu Himbauan Penyuluhan Penyuluhan Tidak tahu Sosialisasi Tidak tahu Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Penyuluhan Tidak tahu Tidak tahu Sosialisasi Himbauan Tidak tahu Penyuluhan
Kegiatan pencegahan Dengan metode Dengan metode kesadaran hukum pendekatan secara teknis Papan peringatan Sekat bakar hijau Papan peringatan Sekat bakar hijau Tidak tahu Sekat bakar hijau Papan peringatan Tidak tahu Papan peringatan Sekat bakar hijau Larangan langsung Sekat bakar hijau Tidak tahu Sekat bakar hijau Papan peringatan Sekat bakar hijau Tidak tahu Sekat bakar hijau Papan peringatan Sekat bakar hijau Himbauan langsung Tidak tahu Papan peringatan Tidak tahu Papan peringatan Sekat bakar hijau Papan peringatan Tidak tahu Papan peringatan Sekat bakar hijau Papan peringatan Jalur hijau Papan peringatan Jalur hijau Tidak tahu Sekat bakar hijau Tidak tahu Jalur hijau Peraturan tertulis Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Sekat bakar hijau Tidak tahu Sekat bakar hijau Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Jalur hijau Papan peringatan Jalur hijau Papan peringatan Sekat bakar hijau Papan peringatan Sekat bakar hijau Tidak tahu Tidak tahu
Keterangan : * = alat pemukul api (bahasa daerah setempat)
Kegiatan pemadaman kebakaran hutan Dengan kepyok* Dengan kepyok* Dengan tanah Dengan kepyok* Ilaran Dengan kepyok* Dengan kepyok* Ilaran Dengan kepyok* Ilaran Ilaran Ilaran Dengan kepyok* Ilaran Ilaran Dengan kepyok* Ilaran Dengan tanah Dengan tanah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Dengan tanah Dengan kepyok* Ilaran Dengan kepyok* Belum pernah Dengan kepyok* Belum pernah Dengan tanah
Lampiran 4 Laporan Hururf A tanggal 04 Oktober 2008
(a) Laporan akhir kejadian kebakaran hutan
(b) Lampiran laporan akhir kejadian kebakaran hutan tanggal 04 Oktober 2008
Lampiran 5 Laporan Huruf A tanggal 29 Juni 2008
(a) Laporan akhir kejadian kebakaran hutan
(b) Lampiran laporan akhir kejadian kebakaran hutan tanggal 29 Juni 2008
(c) Lampiran laporan akhir kejadian kebakaran hutan tanggal 29 Juni 2008
Lampiran 6 Data kebakaran hutan RPH Oro Oro Ombo tahun 2004 – 2008
No. 1
Tahun kejadian 2004
2 3
2005 2006
4 5
2007 2008
Petak 232 b 231 a 227 233 b 233 b 232 b 233 b 232 b 227 232 b
Luas (Hektar) 1,5 4,5 15 0,25 4 0,5 2 3 2 2,5
Nilai kerugian (Rp.) 375.000 1.125.000 3.750.000 62.500 1.000.000 125.000 500.000 750.000 500.000 625.000
Keterangan
Sumber : Data statistik kebakaran hutan RPH Oro Oro Ombo tahun 2004 – 2008 (a) Data statistik kebakaran hutan RPH Oro Oro Ombo
15
Luas area terbakar 15 (Hektar)
9.75 10
6
4.5
5
0 0 2004
2005
2006
2007
2008
Tahun kejadian kebakaran hutan
Sumber : Data statistik kebakaran hutan RPH Oro Oro Ombo tahun 2004 – 2008 (b) Luas areal terbakar di RPH Oro Oro Ombo